Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA PADA TRAGEDI

TRISAKTI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “X”
Fasilitator : X

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI XXX


SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, yang telah memberi kami kemudahan dalam menyusun makalah
sebagai tugas mata kuliah X, dengan judul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia pada
Tragedi Trisakti”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak XXX selaku Fasilitator Mata Kuliah XXX
2. Serta rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kami sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi civitas akademi Fakultas xxx.

Surabaya, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
BAB 3 PEMBAHASAN...............................................................................10
BAB 4 PENUTUP........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan ideologi negara dimana sebagai dasar -dasar
peraturan dan kehidupan manusia. Di dalam Pancasila juga terdapat nilai yang
tersirat contohnya tentang hak asasi manusia. Indonesia ditegakkan hak asasi
manusia. Hak merupakan sesuatu yang sudah melekat kuat sejak kita lahir. Hak
disebut sebagai unsur normative yang melekat pada diri manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dengan interaksinya antara individua tau dengan instansi.

Fenomena sejarah yang takkan terlupakan salah satunya yaitu pada masa
pemerintahan Soeharto tahun 1998. Gerakan mahasiswa pun dapat membuat
Soeharto mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai presiden. Terutama
peristiwa yang menjadi klimaks dari pengunduran diri Suharto yaitu pada tanggal
12 Mei 1998 yang dikenal tragedi Trisakti.

Tragedi trisakti ini tentunya berkaitan dengan pelanggaran hak asasi


manusia dan nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu tujuan dari paper ini adalah
memberikan opini penulis terkait pelanggaran hak asasi manusia di tragedy
trisakti.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana penyebab pelanggaran hak asasi manusia pada kejadian
meninggalnya mahasiswa universitas trisakti yang ditemukan terjadi di
Tragedi Trisakti
1.2.2 Bagaimana kondisi di Tragedi Trisakti

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pelanggaran hak asasi manusia pada tragedi trisakti

1.3.1 Tujuan Khusus


2

1.3.1.1 Menjelaskan pelanggaran kasus Hak Asasi Manusia Kejadian


Meninggalnya Mahasiswa Universitas Trisakti
1.3.1.2 Menjelaskan dasar hukum pelanggaran Hak Asasi Manusia Kejadian
Meninggalnya Mahasiswa Universitas Trisakti
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Mampu mempelajari penyebab terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
meninggalnya mahasiswa universitas trisakti yang ditemukan terjadi di
Tragedi Trisakti
1.4.2 Bagi Pemerintah
Mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran HAM di tragedi trisakti
Jakarta dan mencari solusinya
1.4.3 Bagi Masyarakat
Mengetahui informasi mengenai pelanggaaran HAM di tragedi trisakti
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelanggaran Hak Asasi Manusia
2.1.1 Pengetian Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua
orang, tanpa memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis,
ras, agama, bahasa atau status lainnya. Hak asasi manusia mencakup hak sipil dan
politik, seperti hak untuk hidup, kebebasan dan kebebasan berekspresi. Selain itu,
ada juga hak sosial, budaya dan ekonomi, termasuk hak untuk berpartisipasi
dalam kebudayaan, hak atas pangan, hak untuk bekerja dan hak atas pendidikan.
Hak asasi manusia dilindungi dan didukung oleh hukum dan perjanjian
internasional dan nasional.
UU tentang Hak Asasi Manusia menjelaskan bahwa pengertian Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM). Jadi
dapat disimpulkan bahwa hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki setiap
manusia yang wajib dihormati dan dilindungi oleh hukum.
2.1.2 Perkembangan HAM di Indonesia
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) adalah dasar dari sistem
internasional untuk perlindungan hak asasi manusia. Deklarasi tersebut diadopsi
oleh Sidang Umum PBB pada 10 Desember 1948, untuk melarang kengerian
Perang Dunia II agar tidak berlanjut. 30 pasal UDHR menetapkan hak sipil,
politik, sosial, ekonomi dan budaya semua orang. Ini adalah visi martabat manusia
yang melampaui batas dan otoritas politik dan membuat pemerintah berkomitmen
untuk menghormati hak-hak dasar setiap orang. UDHR adalah pedoman di
seluruh pekerjaan Amnesty International.
2.1.3 Pelanggaran HAM
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja ataupun tidak
4

disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,


membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin undang-undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang
Pengadilan HAM). Pelanggaran terhadap hak asasi manusia dapat dilakukan
baik oleh aparatur Negara (non-state-actors) (UU No. 26/2000 tentang
Pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran hak asasi
manusia tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur Negara, tetapi juga
pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur Negara.
Hampir dapat dipastikan dalam kehidupan sehari–hari dapat ditemukan
pelanggaran hak asasi manusia baik di Indonesia maupun di belahan dunia
lain. Pelanggaran itu baik dilakukan oleh negara/ pemerintah maupun oleh
masyarakat. Richard Falk, salah seorang pemerhati HAM mengembangkan
suatu standar guna mengukur derajat keseriusan pelanggaran hak–hak asasi
manusia. Hasilnya adalah disusunnya kategori–kategori pelanggaran hak–hak
asasimanusia yang dianggap kejam, yaitu :
a. Pembunuhan besar–besaran (genocide).
b. Rasialisme resmi.
c. Terorisme resmi berskala besar.
d. Pemerintahan totaliter.
e. Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan dasar
manusia.
f. Perusakan kualitas lingkungan.
g. Kejahatan–kejahatan perang.
Dalam UURI Nomor 39 Tahun 1999 yang dikategorikan pelanggaran
HAM yang berat adalah:
a. pembunuhan masal (genocide)
b. pembunuhan sewenang–wenang atau diluar putusan pengadilan
c. penyiksaan
d. penghilangan orang secara paksa
e. perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis.
5

Di samping pelanggaran HAM yang berat juga dikenal pelanggaran HAM


biasa. Pelanggaran HAM biasa antara lain: pemukulan, penganiayaan,
pencemaran nama baik, menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya,
penyiksaan, menghilangkan nyawa orang lain, dan lain-lain.
2.2 Dasar Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia
Konsiderans UU No.39/1999 : Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng,oleh
karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Hukum material hak asasi manusia
menunjukan kemajuan pengaturan yang diklaim sebagai era baru dalam
penegakan hak asasi manusia di Indonesia adalah:
1. Pasal 28 UUD 1945
2. UU No. 39/1999
3. UU No. 26/2000
4. PP. No. 2/2002
5. PP. No. 3/2002.
Di dalam UUD 1945, setidaknya terdapat lima pasal yang secara langsung
menyatakan perlunya perlindungan bagi hak asasi manusia, yakni:
Pertama, hak kesamaan kedudukan di depan hukum dan pemerintahan (pasal27
ayat 1)
Kedua, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
Ketiga, hak mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berserikat (pasal 28)
Keempat, hak untuk memeluk agama (pasal 29)
Kelima, hak untuk mendapatkan pendidikan (pasal 31).
Pada amandemen kedua UUD 1945, ketentuan mengenai Hak Asasi
Manusia, mengalami perubahan yang cukup signifikan, yang pada garis besarnya
merinci Hak Asasi Manusia secara lebih detail, dan menekankan bahwa
disamping adanya hak asasi manusia, ada sisi lain yang juga harus di perhatikan
dandi junjung tinggi adalah adanya kewajiban asasi.
Adapun HAM yang diatur dalam pasal 28 UUD 1945** adalah:
1) Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
6

2) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui


perkawinan yang sah.
3) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
5) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
6) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
7) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan tenaga kerja.
8) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama di dalam
pemerintahan.
9) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
10) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
11) Setiap orang berhak atas kebebasan yang meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
12) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
13) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
14) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
7

aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
15) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
16) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, tempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
17) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.
18) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
19) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh di ambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
20) Hak untuk hidup, hak untuk tidak di siksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk di akui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak di tuntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun.
21) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atasdasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif.
22) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
23) Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusiaadalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
24) Untuk penegakan dan perlindungan hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasimanusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.**
25) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.*
8

26) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atashak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Adapun HAM yang diatur dalam UU No. 39/1999 adalah sebagai berikut:
Pasal 1 (2) UU No. 39/1999
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya/tegaknya hak asasi
manusia.
Pasal 1 (3) UU No. 39/1999
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan
yanglangsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia
atasdasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan status social, status
ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik yang
berakibatpengurangan, penyimpanan atau penghapusan, pengakuan,
pelaksanaanatau penggunaan hakasasi manusia dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,
sosial,hukum dan aspek kehidupan lainnya.
Pasal 1(4) UU No. 39/1999
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja,sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitan yang hebat
(jasmani/rohani) pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau
keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan menghukumnyaatas
suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang dan
ataumengancam atau memaksa seseorang untuk satu alasan didasarkan
padabentuk diskriminasi apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut
ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan atau
sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik.
Pasal 1(5) UUNo. 39/1999
9

Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun atau belum menikah,
termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya.
10

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pelanggaran Kasus Hak Asasi Manusia Kejadian Meninggalnya
Mahasiswa Universitas Trisakti

Salah satu contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia


adalah Tragedi Trisakti 1998. Aksi damai yang dilakukan para mahasiswa untuk
menentang pemerintahan Soeharto yang kemudian berubah menjadi peristiwa
berdarah dan brutal yang menelan banyak korban luka dan korban jiwa dari pihak
mahasiswa. Kejadian itu diikuti dengan peristiwa kerusuhan Mei 1998 berbau
rasial sehari setelahnya, tanggal 13 – 15 Mei 1998. Hingga sekarang, peristiwa ini
dikenang sebagai simbol perlawanan para mahasiswa terhadap pemerintahan Orde
Baru dan sebagai tanda dimulainya orde reformasi.

1. Kekacauan Ekonomi Indonesia

Kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami ketidak stabilan pada tahun


1998 dipengaruhi krisis keuangan Asia sejak 1997 – 1999 dan menjadi penyebab
tragedi Trisakti karena banyak rakyat yang sengsara sehingga mahasiswa pun
bergerak. Saat itu banyak mahasiswa melakukan demonstrasi besar – besaran ke
Gedung Nusantara termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Pada Sidang Umum
MPR tertanggal 10 Maret 1998 Soeharto kembali dilantik menjadi Presiden untuk
ketujuh kalinya. Sejak itu aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani hingga
keluar kampus. Posisi kampus yang strategis karena dekat dengan kompleks
gedung MPR/DPR, membuat Universitas Trisakti digunakan sebagai titik
berkumpulnya mahasiswa dari berbagai kampus berbeda.

2. Aksi Damai Mahasiswa

Mahasiswa kemudian melanjutkan aksi demo keluar kampus yang menjadi


salah satu penyebab tragedi Trisakti. Aksi 12 Mei 1998 dimulai pada pukul 11.00
WIB dengan agenda orasi dari Jenderal Besar AH. Nasution tetapi beliau batal
datang ke lokasi. Acara kemudian diisi oleh orasi dari para guru besar, dosen dan
mahasiswa lain. Para peserta aksi mulai keluar kampus sekitar pukul 13.00 WIB
11

hingga ke jalan S. Parman. Tujuan mereka adalah untuk melakukan long march
menuju gedung MPR/DPR di Senayan. Para mahasiswi berada di barisan depan
dan membagikan bunga mawar kepada para petugas polisi yang menghadang
peserta aksi.

Negosiasi dilakukan antara pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas


Hukum Trisakti Adi Andojo, Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A.
Amril menyetujui bahwa aksi damai hanya dilakukan hingga depan Kantor
Walikota Jakarta Barat atau sekitar 300 meter dari pintu utama kampus Trisakti.
Mahasiswa kemudian melanjutkan aksi dengan mimbar bebas untuk menuntut
reformasi dan Sidang Istimewa MPR. Hingga pukul 17.00 aksi berjalan damai
tanpa adanya ketegangan yang berarti dan sebagian peserta sudah ada yang mulai
masuk ke dalam kampus Trisakti.

3. Penembakan Oleh Aparat

Pada saat mahasiswa siap membubarkan diri ada anggapan bahwa letusan
senjata api justru terdengar dari arah aparat keamanan yang berjaga. Penembakan
itu menjadi awal dari penyebab tragedi Trisakti yang memakan korban
mahasiswa. Dalam berbagai dokumentasi, terlihat tembakan berasal dari atas
jembatan layang Grogol dan juga dari atas jembatan penyebrangan. Aparat
keamanan justru mulai bersikap agresif. Mereka mulai memukuli dan mengejar
para mahasiswa yang sudah mundur ke arah kampus, sehingga mahasiswa mulai
melawan dengan melempari aparat dengan batu dan benda apapun di sekitar
mereka. Hasil autopsi pada korban trisakti mengungkap keempatnya memiliki
luka tembak yang sangat mematikan. Ada yang mengalami luka tembak di dahi
yang tembus sampai ke belakang kepala, leher, punggung dan dada. Keempatnya
diketahui telah berada di dalam kampus dan mencari perlindungan ketika
penembakan terjadi.

Penyelidikan Peristiwa Trisakti


12

Pada saat itu satuan pengamanan yang berjaga di lokasi adalah Brimob,
Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 202 dan 203, Artileri Pertahanan Udara
Kostrad, Pasukan Anti Huru Hara Kodam, juga terdapat Pasukan Bermotor yang
melengkapi diri dengan tameng, gas air mata, Steyr dan SS – 1. Walaupun pihak
aparat keamanan membantah penggunaan peluru tajam yang menjadi penyebab
tragedi Trisakti, tetapi hasil otopsi terhadap korban menunjukkan bahwa peluru
tajam adalah penyebab kematian mereka. Peluru kaliber 5,56 mm yang ditemukan
di tubuh Heri Hertanto biasanya digunakan oleh senjata laras panjang berjenis
Steyr atau SS – 1. Senjata jenis ini konon yang biasa digunakan oleh satuan
Brimob atau Kopassus. Begitu juga pernyataan hasil otopsi yang diungkap oleh
Tim Pencari Fakta ABRI, dan uji balistik yang dilakukan di Forensic Technology
Inc di Montreal, Kanada.

Kapolri Jenderal Pol Dibyo Widodo yang menjabat pada sejarah peristiwa
Trisakti saat itu membantah penggunaan peluru tajam. Kapolda Metro Jaya
Hamami Nata juga menyatakan bahwa polisi hanya menggunakan tongkat
pemukul, peluru karet dan peluru kosong, juga gas air mata. Walaupun kemudian
ditetapkan enam terdakwa yang disidangkan beberapa tahun setelahnya, siapa
penembak dan motifnya tetap tidak terungkap dengan jelas dan tuntas. Enam
terdakwa tersebut hanya menerima tuduhan dan dakwaan mengenai sengaja tidak
menaati perintah atasan.

Penyebab tragedi Trisakti

Segala upaya untuk mengusut siapa dalang penembakan terhadap


mahasiswa dalam sejarah peristiwa Trisakti belum menemui titik terang yang
berarti sampai sekarang, puluhan tahun kemudian. Segala upaya pengungkapan
dan penyelidikan selalu menemui halangan padahal pada peristiwa tersebut terjadi
kasus pelanggaran hak asasi manusia yang luar biasa sebagai dampak tragedi
Trisakti.
13

3.2 Dasar Hukum Pelanggaran Hak Asasi Manusia Kejadian Meninggalnya


Mahasiswa Universitas Trisakti

Jaminan hak asasi manusia yang telah dilanggar dalam kasus trisakti
adalah jaminan hak untuk hidup. Jaminan hak asasi tersebut tercantum pada UUD
1945 Pasal 28A.

Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28A yang berbunyi: “Setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Dalam pasal
28A tersebut jelas diterangkan bahwa pasal tersebut menjamin hak seseorang
untuk hidup. Tetapi, dalam kasus Tragedi Trisakti 1998, para anggota polisi dan
militer/TNI yang terlibat dalam kasus itu telah merenggut hak hidup mahasiswa
Universitas Trisakti dengan cara menginjak, memukuli, dan menembak
mahasiswa secara brutal.

Selain itu berdasarkan pengertian HAM bisa dilihat bahwa hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
(UU RI N0,39 Tahun 1999 Bab I pasal 1:3).

Berdasarkan pengertian diatas pada kasus Tragedi Trisakti 12 Mei 1999,


jelas telah terjadi pelanggaran HAM berat bila kita melihat dari kacamata
kejujuran dan hati nurani. Para penganut HAM banyak yang secara pesimistis
menganggap HAM sebuah kebenaran yang terbukti tidak pernah dapat
diwujudkan (Handoyo, 2010: 164).

Kejadian tersebut juga mengakibatkan beberapa kejadian yang juga


menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia. Salah satunya terjadi amuk masa
dimana-mana bahkan etnis Cina juga menjadi sasarannya. Selain membunuh,
massa juga mengamuk dan memperkosa Wanita turunan etnis tersebut. Hanya
dari sebuah kasus yang melanggar satu atau bahkan lebih jaminan hak asasi
manusia saja, dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia yang lain.
14

Perlu ditekankan lagi, bentuk HAM yang terdapat dalam UU nomor 39


tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut:

1. Hak untuk hidup


2. Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak memperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintahan
9. Hak Wanita
10. Hak anak

Tragedy trisakti ini sangat melanggar bentuk HAM nomor 1 hak untuk
hidup , nomor 4 hak untuk memperoleh keadilan, nomor 7 hak untuk
kesejahteraan, dan nomor 8 hak turut serta dalam pemerintahan. Sedangkan
berdasarkan UUD’45 tragedi ini sangat melanggar hak kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat dan hak kedudukan yang sama di mata hukum.

Sudah 20 tahun lebih pengadilan HAM di Indonesia berdiri berdasarkan


Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000, tetapi belum dapat mengusut tuntas
pelanggaran-pelanggaran HAM berat yang terjadi di era Orde baru maupun pada
era Reformasi sekarang ini. Padahal Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tersebut telah menerangkan dengan jelas setiap porsi tugas dan kewenangan
aparatur negara yang melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, serta
pengadilannya (Walidain, 2015: 3).

Landasan hukum tentang HAM di Indonesia sangat kuat, tercantum dalam


UUD 1945, Deklarasi Universal HARMONY VOL. 1 NO. 1.9tentang HAM,
Ketetapan MPR RI Nomor. XVII/MPR?1998 tentang HAM dan UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab
sesuai dengan falsafah yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 dan asas-
asas hukum Internasional (UU RI N0,39 Tahun 1999: 86).
15

Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia.


Tanggal 27 Agustus 2001 juga dilakukan sebagai upaya pengungkapan kasus
pelanggaran HAM berat, Komnas HAM membentuk Komisi Penyelidikan
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP HAM). Tim penyelidik ad hoc ini bertugas
menyelidiki dugaan terjadinya pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Trisakti
pada 12 Mei 1998. Dalam laporan tertanggal 20 Maret 2002 KPP HAM
menemukan adanya bukti-bukti permulaan yang cukup bahwa telah terjadi
pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II.

Pelanggaran tersebut berupa pembunuhan, penganiayaan, penghilangan


paksa, perkosaan, perampasan kemerdekaan, dan kebebasan fisik. Bentuk
pelanggaran HAM itu pun disebut dilakukan secara terencana, tersistematis, dan
meluas. KPP HAM juga menemukan adanya bukti-bukti berupa tindakan
penyesatan informasi atas jatuhnya korban, latar belakang peristiwa, jenis senjata,
serta pasukan yang terlibat, oleh pejabat-pejabat resmi yang berkaitan langsung
maupun tidak dengan peristiwa.

Telah ada upaya nyata dalam penyelesaian kasus Tragedi Trisakti dalam
perspektif hukum maupun HAM. Namun nampaknya belum ada kesungguhan dan
komitmen yang kuat dalam menuntaskan kasus ini. Penuntasan kasus tidak hanya
di permukaan saja tetapi harus sampai ke akar-akarnya.

Walaupun untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di Indonesia


bukanlah sesuatu yang mudah karena melibatkan tokoh-tokoh “besar” dan adanya
berbagai “kepentingan”, namun harus terus diupayakan penyelesainnya hingga
tuntas. Komitmen yang kuat dan tindakan kolektif seluruh institusi yang terkait
baik institusi sosial maupun politik sangat dibutuhkan. Hukum dan HAM di
Indonesia harus benar-benar ditegakkan tanpa harus “tebang pilih”. Siapapun
pelanggar hukum dan HAM harus mendapatkan hukuman sesuai dengan hukum
di Indonesia. Penegakkan hukum dan HAM bukan hanya kepentingan aktivis
HAM atau korban-korban akibat ketidakadilan hukum dan pelanggaran HAM,
tetapi kepentingan seluruh masyarakat Indonesia. Kasus-kasus yang hingga saat
ini masih menjadi beban masyarakat hendaknya segera diselesaikan dengan
seadil-adilnya.Jika pemerintah tidak juga menyelesaikan kasus pelanggaran
16

HAM, maka masyarakat Indonesia dapat mengajukan masalah ini sampai ke PBB
untuk menuntaskan beberapa kasus pelanggaran HAM termasuk kasus Tragedi
Trisakti.
17

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa :
4.1.1 Peristiwa tragedy trisakti merupakan kasus pelanggaran berat yang terjadi
di Indonesia
4.1.2 Jaminan hak asasi manusia yang telah dilanggar dalam kasus trisakti
adalah jaminan hak untuk hidup. Jaminan hak asasi tersebut tercantum
pada UUD 1945 Pasal 28A.
4.2 Saran
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 45, serta
mengamalkannya dengan menjunjung tinggi HAM, komitmen yang kuat dan
tindakan kolektif seluruh institusi yang terkait baik institusi sosial maupun politik
serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk menegakkan HAM.
18

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999

Undang-Undang nomor 26 Tahun 2000

PPRI Tahun 2010 tentang Hak Asasi Manusia

Anda mungkin juga menyukai