Anda di halaman 1dari 9

KEPATUHAN PASIEN YANG MENDERITA PENYAKIT KRONIS

DALAM MENGKONSUMSI OBAT HARIAN

Siti Noor Fatmah Lailatushifah


Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

ABSTRAK
Kesembuhan pasien yang menderita penyakit kronis memerlukan kerja sama
antara penyedia jasa layanan kesehatan, khususnya dokter yang memberikan resep
obat, dan pasien selaku seseorang yang menunjukkan perilaku kesehatan. Hasil kerja
sama di antara kedua belah pihak ditunjukkan oleh kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat harian. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan
pemahaman secara teoritis tentang konsep kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
harian.
Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat harian adalah perilaku untuk mentaati
saran-saran atau prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya
didahului oleh proses konsultasi antara pasien dengan dokter sebagai penyedia jasa
kesehatan. Beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat harian adalah frekuensi, jumlah pil/obat lain, kontinuitas,
metabolisme dalam tubuh, aspek biologis dalam darah, serta perubahan fisiologis
dalam tubuh. Sedangkan faktor-faktor penentu munculnya kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat harian di antaranya adalah: persepsi dan perilaku pasien,
interaksi antara pasien dan dokter dan komunikasi medis antara kedua belah pihak,
kebijakan dan praktek pengobatan di publik yang dibuat oleh pihak yang berwenang
dan berbagai intervensi yang dilakukan agar kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
terjadi.
Hasil tulisan ini diharapkan dapat menjadi pemahaman bagi pihak-pihak
yang sedang menangani kesembuhan pasien-pasien yang menderita penyakit kronis,
khususnya dokter dan perawat serta keluarga pasien, agar kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat harian meningkat, sehingga tingkat kesembuhan pasien juga
meningkat.

Kata kunci : kepatuhan dalam mengkonsumsi obat harian, penyakit kronis

Pendahuluan obat lebih dari 50 %, bahkan dalam penelitian


Penyakit kronis adalah gangguan atau Jarbose (2002) menunjukkan bahwa pasien
penyakit yang berlangsung lama (berbilang yang tidak patuh pada akhirnya akan diikuti
bulan atau tahun), contohnya hipertensi, dengan berhentinya pasien untuk
diabetes melitus, kusta, epilepsi, TBC, AIDS, mengkonsumsi obat. Ketidakpatuhan minum
leukimia, dan sebagainya. Agar proses obat dapat dilihat terkait dengan dosis, cara
kesembuhan pasien yang menderita penyakit minum obat, waktu minum obat dan periode
kronis cepat terwujud, kerja sama antara minum obat yang tidak sesuai dengan aturan.
pasien dan keluarganya dengan penyedia Jenis-jenis ketidakpatuhan meliputi
layanan kesehatan, khususnya dokter harus ketidakpatuhan yang disengaja (intentional
terjalin dengan baik. Berdasarkan beberapa non compliance) dan ketidakpatuhan yang
penelitian sebelumnya, misalnya penelitian tidak disengaja (unintentional non compliance
Schaffer, dkk. (2004), Malbasa, dkk. (2007), ). Ketidakpatuhan yang disengaja ( intentional
Hayers, dkk.(2009) menunjukkan bahwa pada non compliance) disebabkan karena
berbagai penyakit kronis, pasien yang keterbatasan biaya pengobatan, sikap apatis
tergolong tidak patuh dalam mengkonsumsi pasien, dan ketidakpercayaan pasien akan
efektivitas obat. Ketidakpatuhan yang tidak dalam mencapai derajat kesehatan pasien,
disengaja (unintentional non compliance) dalam hal ini perilaku ini dapat dilihat dari
karena pasien lupa minum obat, ketidaktahuan sejauhmana pasien mengikuti atau mentaati
akan petunjuk pengobatan, kesalahan dalam perencanaan pengobatan yang telah disepakati
hal pembacaan etiket. oleh pasien dan profesional medis untuk
Beberapa dampak ketidakpatuhan menghasilkan sasaran-sasaran terapiutik
pasien dalam mengkonsumsi obat antara lain (Frain, dkk., 2009).
dikemukakan oleh Hayers, dkk. (2009), yaitu:
terjadinya efek samping obat yang dapat Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Obat
merugikan kesehatan pasien, membengkaknya Harian
biaya pengobatan dan rumah sakit. Selain hal 1. Pengertian Kepatuhan dalam
tersebut, pasien juga dapat mengalami Mengkonsumsi Obat
resistensi terhadap obat tertentu. Ada sebagian Terdapat beberapa terminologi yang
obat yang bila penggunaannya berhenti menyangkut kepatuhan dalam mengkonsumsi
sebelum batas waktu yang ditentukan justru obat, seperti yang dikemukakan oleh Horne
dapat berakibat harus diulang lagi dari awal. (2006), yaitu: compliance, adherence dan
Untuk penyakit HIV/AIDS, ketidakpatuhan concordance. National Council on Patient
dapat berakibat pada penekanan virus menjadi Informations & Educations menambahkan
tidak sempurna, infeksi terus berlanjut, satu istilah lagi, yaitu persistence. Menurut
munculnya jenis virus yang resisten, dan National Council on Patient Informations &
pilihan pengobatan di masa datang menjadi Educations, perbedaan terminologi tersebut
terbatas. Contoh lain pada penyakit TBC, berkaitan dengan perbedaan cara pandang
ketidakpatuhan dalam minum obat yang dalam hal hubungan antara pasien dan
seharusnya diminum secara berturut-turut penyedia jasa kesehatan (dokter), termasuk
selama enam bulan, dapat berakibat penderita terjadi kebingungan dalam hal bahasa untuk
TBC harus mengulang pengobatan lagi dari menggambarkan perilaku mengkonsumsi obat
awal meskipun pasien sudah minum selama 1 yang diputuskan oleh pasien.
– 2 minggu berturut-turut. Hal tersebut tentu Lutfey & Wishner (1999)
saja akan memakan waktu dan biaya yang mengemukakan konsep compliance dalam
lebih banyak lagi dan kesembuhan pasien konteks medis, sebagai tingkatan yang
menjadi terhambat/lebih lama. Pada kasus menunjukkan perilaku pasien dalam mentaati
hipertensi, kepatuhan minum obat juga akan atau megikuti prosedur atau saran ahli medis.
menurunkan risiko kematian, risiko kerusakan Horne (2006) mengemukakan compliance
organ penting tubuh dan risiko penyakit sebagai ketaatan pasien dalam mengkonsumsi
jantung. Berdasarkan hal tersebut, beberapa obat sesuai dengan saran pemberi resep
penelitian menunjukkan bahwa agar kasiat (dokter). Horne, dkk. (2005) sebelumnya
obat dapat meningkatkan tingkat kesembuhan mengemukakan bahwa istilah compliance
pasien secara signifikan, tingkat kepatuhan menunjukkan posisi pasien yang cenderung
dalam mengkonsumsi obat oleh pasien harus lemah karena kurangnya keterlibatan pasien
minimal 80% (Schaffer, dkk, 2004), bahkan dalam pengambilan keputusan mengenai obat
untuk penyakit tertentu, misalnya pasien yang yang dikonsumsi. Dalam pengertian
terkena infeksi HIV/AIDS, tingkat kepatuhan persistence, pasien menunjukkan perilaku
dalam mengkonsumsi obat minimal 90%, yang secara kontinyu/rutin mengkonsumsi
sedangkan untuk penyakit leukimia harus obat, yang dimulai dari resep pertama sampai
minimal 95% (Malbasa, dkk., 2007). resep berikutnya, dan seterusnya.
Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat Lutfey & Wishner (1999)
merupakan aspek utama dalam penanganan menjelaskan bahwa dalam pengertian
penyakit-penyakit kronis. Memperhatikan adherence lebih tinggi kompleksitasnya dalam
kondisi tersebut di atas, kepatuhan dalam medical care, yang dicirikan oleh adanya
mengkonsumsi obat harian menjadi focus kebebasan, penggunaan inteligensi,
kemandirian oleh pasien yang bertindak lebih dalam mengkonsumsi obat dengan istilah
aktif dan perannya lebih bersifat suka rela adherence, dan hal ini banyak didukung oleh
dalam menjelaskan dan menentukan sasaran- peneliti-peneliti lain, karena adanya
sasaran dari treatmen pengobatan. Lebih lanjut keterlibatan pasien dalam pengambilan
dijelaskan bahwa dalam pengertian adherence keputusan tentang hal-hal yang pasien
pasien menjadi lebih kontinyu dalam proses inginkan atau harapkan dan keputusan yang
pengobatan. Horne (2006) mendefinisikan wajar tentang pengobatan yang dibuat oleh
adherence sebagai perilaku mengkonsumsi dokter. Osterberg & Blaschke (2005) juga
obat yang merupakan kesepakatan antara menyarankan penggunaan istilah adherence,
pasien dengan pemberi resep. Dalam karena di dalam pengertian adherence juga
pengertian ini, kelebihannya adalah adanya terdapat pengertian compliance, dengan
kebebasan dari pasien dalam memutuskan tambahan pengertian bahwa di dalam
apakah akan menyetujui rekomendasi dari adherence peran pasien cenderung aktif dan
dokter atau tidak, dan jika terjadi kegagalan terdapat kontrak terapiutik yang terjadi setelah
dalam proses ini, seharusnya bukan alasan melalui proses komunikasi dan akhirnya
untuk menyalahkan pasien. Pengertian terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak.
adherence berkembang dari pengertian Dari beberapa pengertian yang telah
compliance, hanya saja dalam adherence lebih dikemukakan di atas, pengertian kepatuhan
menekankan pada kebutuhan akan dalam mengkonsumsi obat dalam penelitian
kesepakatan. National Council on Patient ini juga mengacu pada istilah adherence, yang
Informations & Educations (2007) selanjutnya dapat disimpulkan sebagai perilaku untuk
menegaskan bahwa dalam adherence perilaku mentaati saran-saran atau prosedur dari dokter
mengkonsumsi obat oleh pasien cenderung tentang penggunaan obat, yang sebelumnya
mengikuti perencanaan pengobatan yang didahului oleh proses konsultasi antara pasien
dikembangkan bersama dan disetujui antara (dan atau keluarga pasien sebagai orang kunci
pasien dan profesional. dalam kehidupan pasien) dengan dokter
Selanjutnya Horne, dkk. (2005) dan sebagai penyedia jasa medis.
Horne (2006) menjelaskan pengertian
concordance, yaitu perilaku dalam mematuhi 2. Aspek-aspek dan Metode untuk
resep dari dokter yang sebelumnya terdapat Mengukur Kepatuhan dalam
hubungan yang bersifat dialogis antara pasien Mengkonsumsi Obat Harian
dan dokter, dan merepresentasikan keputusan Sebagai sebuah perilaku, aspek-
yang dilakukan bersama, yang dalam proses aspek kepatuhan pasien dalam
ini kepercayaan dan pikiran dari pasien mengkonsumsi obat dapat diketahui dari
menjadi pertimbangan. Dalam concordance metode yang digunakan untuk
terjadi proses konsultasi, yang di dalamnya mengukurnya. Horne (2006) merangkum
terdapat komunikasi dari dokter dengan pasien beberapa metode untuk mengukur
untuk mendukung keputusan dalam kepatuhan dalam mengkonsumsi obat,
pengobatan. seperti yang terdapat dalam Tabel 1.
Horne, dkk. (2006), lebih Berikut.
merekomendasikan pengertihan kepatuhan
Tabel. 1.
Metode-metode untuk Mengukur Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Obat
Metode Kekuatan Kelemahan
a. Metode Langsung
Observasi langsung Paling akurat Pasien dapat menyembunyikan pil
dalam mulut, kemudian
membuangnya, kurang praktis untuk
penggunaan rutin
Mengukur tingkat Objektif Variasi-variasi dalam metabolisme
metabolisme dalam tubuh bisa membuat impresi yang salah,
mahal
Mengukur aspek biologis Objektif, dalam penelitian klinis, Memerlukan penghitungan kuantitatif
dalam darah dapat juga digunakan untuk yang mahal
mengukur placebo
b. Metode Tidak Langsung
Kuesioner kepada Simpel, tidak mahal, paling Sangat mungkin terjadi kesalahan,
pasien/pelaporan diri banyak dipakai dalam seting klinis dalam waktu antar kunjungan dapat
pasien terjadi distorsi
Jumlah pil/obat yang Objektif, kuantitatif dan mudah Data dapat dengan mudah
dikonsumsi untuk dilakukan diselewengkan oleh pasien
Rate beli ulang resep Objektif, mudah untuk Kurang ekuivalen dengan perilaku
(kontinuitas) mengumpulkan data minum obat, memerlukan sistem
farmasi yang lebih tertutup
Assessmen terhadap Simpel, umumnya mudah Faktor-faktor lain selain pengobatan
respon klinis pasien digunakan tidak dapat dikendalikan
Monitoring pengobatan Sangat akurat, hasil mudah Mahal
secara elektronik dikuantifikasi, pola minum obat
dapat diketahui
Mengukur ciri-ciri Sering mudah untuk dilakukan Ciri-ciri fisiologis mungkin tidak
fisiologis (misal detak nampak karena alasan-alasan tertentu
jantung)
Catatan harian pasien Membantu untuk mengoreksi Sangat mudah dipengaruhi kondisi
ingatan yang rendah pasien
Kuesioner terhadap orang- Simpel, objektif Terjadi distorsi
orang terdekat pasien

Berdasarkan Tabel 1. di atas, nampak dengan delapan aitem yang berisi pernyataan-
bahwa untuk mengukur kepatuhan sebagai pernyataan yang menunjukkan frekuensi
perilaku, aspek-aspek yang diukur sangat kelupaan dalam minum obat, kesengajaan
tergantung pada metode yang digunakan, berhenti minum obat tanpa sepengetahuan
seperti frekuensi, jumlah pil/obat lain, dokter, kemampuan untuk mengendalikan
kontinuitas, metabolisme dalam tubuh, aspek dirinya untuk tetap minum obat (Morisky &
biologis dalam darah, serta perubahan Muntner, P, 2009).
fisiologis dalam tubuh. Metode lain dikemukakan oleh Krousel-
Morisky secara khusus membuat skala Wood, dkk. (2009), yang membuat formula
untuk mengukur kepatuhan dalam untuk menghitung kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat yang dinamakan MMAS mengkonsumsi obat yang disebut sebagai
(Morisky Medication Adherence Scale), CSA (Continuous Single-Interval Medication
Availability), MPR (Medication Possesion (Weinman & Horne, 2005) dan Model of
Ratio) dan CMG (Continuous Multiple- Adherence (Morgan & Horne, 2005) .
Interval Medication Gaps). CSA dihitung a. Health Belief Model (HBM)
dengan membagi jumlah hari diberi obat oleh HBM menjelaskan model perilaku
dokter dengan jumlah hari sebelum sehat (misal memeriksakan diri)
mengkonsumsi obat baru pada saat merupakan fungsi dari keyakinan
pengobatan berikutnya. MPR dihitung dengan personal tentang besarnya ancaman
membagi jumlah hari yang diberikan oleh penyakit dan penularannya, serta
dokter antara hari pertama diberi obat sampai keuntungan dari rekomendasi yang
hari terakhir obat dikonsumsi dengan total diberikan petugas kesehatan. Ancaman
jumlah hari yang secara aktual digunakan yang dirasakan berasal dari keyakinan
untuk minum obat oleh pasien. CMG dihitung tentang keseriusan yang dirasakan
dengan membagi total jumlah hari tanpa terhadap penyakit dan kerentanan
minum obat antara hari pertama dan terakhir orang tersebut. Individu kemudian
minum obat dengan jumlah hari dalam menilai keuntungan tindakan yang
periode yang diberikan oleh dokter. diambil (misal: berobat akan
Coudhry, dkk (2009) mengembangkan memperingan simptom), meskipun
PDC (Proportion of Days Covered), yang dibayang-bayangi oleh risiko-risiko
diperoleh dengan membagi jumlah hari yang dari tindakan yang diambilnya, seperti:
diberikan oleh dokter antara hari pertama dan takut akan efek samping atau pun
terakhir dengan jumlah hari aktual yang biaya perobatan. Berdasarkan
digunakan oleh pasien antara hari pertama dinamika tersebut dapat dipahami
sampai terakhir ditambah dengan jumlah hari bahwa kepatuhan dalam
yang diberikan oleh dokter antar hari pertama mengkonsumsi obat merupakan proses
sampai terakhir pada saat pemberian resep yang diawali oleh keyakinan seseorang
selanjutnya dibagi dengan jumlah hari aktual akan keseriusan penyakitnya, yang
yang digunakan oleh pasien untuk berujung pada tindakan untuk berobat
mengkonsumsi obat pada periode pemberian ke petugas kesehatan, termasuk
resep periode ini, dikalikan 100 persen. kepatuhan dalam mengkonsumsi obat,
Baik CSA, MPR, CMG maupun PDC, walaupun dibayang-bayangi oleh
nampak bahwa aspek perilaku kepatuhan risiko atau efek samping dari tindakan
dalam mengkonsumsi obat adalah mengenai tersebut.
jumlah hari, dengan beberapa variasinya. b. Theory of Planned Behaviour (TPB)
Berdasarkan beberapa pertimbangan (antara Teori ini berusaha menguji hubungan
lain kemudahan, metode yang sering antara sikap dan perilaku, yang fokus
digunakan oleh peneliti sebelumnya dan utamanya adalah pada intensi (niat)
faktor teknis serta biaya), maka dalam yang mengantarkan hubungan antara
penelitian ini aspek-aspek dan metode yang sikap dan perilaku , norma subjektif
digunakan untuk mengukur kepatuhan dalam terhadap perilaku, dan kontrol
mengkonsumsi obat menggunakan metode terhadap perilaku yang dirasakan.
skala, yaitu dengan mengadaptasi MMAS dari Sikap terhadap perilaku merupakan
Morisky. produk dari keyakinan tentang hasil
akhir (misal: frekuensi kekambuhan
3. Teori-teori Munculnya Kepatuhan epilepsi berkurang) dan nilai yang
dalam Mengkonsumsi Obat Harian dirasakan dari hasil akhir tersebut
Terdapat tiga teori utama yang dapat (kondisi jarang kambuh sangat penting
menjelaskan munculnya perilaku patuh bagi orang tersebut). Norma subjektif
dalam mengkonsumsi obat, yaitu Health berasal dari pandangan orang-orang di
Belief Model, Theory of Planned Behavior sekitar tentang perilaku berobat (misal:
istri atau suami ingin agar orang
tersebut mengikuti rekomendasi dari tindakan berbeda antara harapan dalam
dokter), dan motivasi untuk pengobatan dan rasionalitasnya.
mendukung pandangan-pandangan Barber (2002) lebih lanjut menjelaskan
orang-orang di sekitar tersebut (misal: bahwa melalui Theory of Human
orang tersebut ingin menyenangkan Error dalam organisasi, tindakan
pasangannya dengan mengikuti unintentional dan intentional dari
rekomendasi dokter). Kontrol perilaku pasien, faktor- lokal/internal dan
yang dirasakan menggambarkan eksternal/organisasional sebagai
tentang seberapa jauh orang tersebut penyebab adherence dan
merasan bahwa berperilaku patuh nonadherence.
dapat dikendalikannya. Hal ini
tergantung keyakinan orang tersebut Di samping tiga model tersebut di atas,
bahwa dirinya mampu untuk beberapa peneliti mengemukakan beberapa
mengontrol tindakannya, misal: faktor penyebab seseorang untuk patuh atau
persepsi bahwa terdapat sumber tidak patuh dalam mengkonsumsi obat.
internal seperti kecukupan ketrampilan Misalnya Horne (2006), yang menyampaikan
atau informasi, serta sumber eksternal bahwa secara umum terdapat empat hal yang
seperti dukungan-dukungan dan mempengaruhi kepatuhan dalam
hambatan-hambatan yang berasal dari mengkonsumsi obat, yaitu:
lingkungan sekitarnya. a. Persepsi dan perilaku pasien (misal:
c. Model of Adherence persepsi berat ringannya penyakit, variabel
Morgan & Horne (2005) sosiodemografis, trait kepribadian,
mengemukakan model Unintentional termasuk keyakinan, sikap dan harapan-
Nonadherence & Intentional harapan yang akhirnya mempengaruhi
Nonadherence. Unintentional motivasi pasien untukmulai dan menjaga
Nonadherence mengacu pada perilaku minum obat selama proses
hambatan pasien dalam proses pengobatan berlangsung),
pengobatan. Hambatan-hambatan b. Interaksi antara pasien dan dokter dan
dapat muncul dari kapasitas dan komunikasi medis antara kedua belah
keterbatasan-keterbatasan sumber- pihak (misal ketrampilan dalam memberi
sumber dari pasien, meliputi defisiensi konsultasi dapat memperbaiki kepatuhan,
memori (misal: lupa instruksi atau lupa dan pesan-pesan yang berbeda dari sumber
untuk berobat), ketrampilan (misal: yang berbeda ternyata dapat
kesulitan dalam membuka mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
kemasan/penutup obat atau minum obat),
menggunakan peralatan dalam berobat c. Kebijakan dan praktek pengobatan di
seperti jarum suntik dan penghisap), publik yang dibuat oleh pihak yang
pengetahuan (misal: tidak menyadari berwenang (misal: sistem pajak dalam
akan kebutuhan untuk minum obat resep, deregulasi tentang resep dan hak-
secara teratur) atau kesulitan-kesulitan hak konsumen dalam proses pembuatan
dengan rutinitas-rutinitas normal resep),
harian. d. Berbagai intervensi yang dilakukan agar
Intentional Nonadherence kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
menggambarkan cara pasien yang terjadi (misal: intervensi yang
terlibat dalam pengambilan keputusan menggunakan model Teori ASE atau
dalam pengobatan. Pada proses ini Attitude-Social Influence-Self efficacy,
tindakan rasional berasal dari yang diterapkan dalam rumah sakit saat
keyakinan-keyakinan, kondisi-kondisi, perawat kunjungan ke bangsal, perawat
prioritas-prioritas, pilihan-pilihan, dan meminta pasien mengingat tentang
latihan-latihan, meskipun persepsi dan peraturan dalam mengkonsumsi obat,
untuk mengecek ingatan dan juga pasien muncul berdaarkan atas komitmen
pemahaman pasien akan informasi yang yang sebelumnya telah disepakati oleh dokter
diberikan, dengan memberikan dan pasien.
pertanyaan-pertanyaan stimulan). Saran yang dapat diajukan adalah
dilakukannya berbagai intervensi, baik
Cara-cara meningkatkan kepatuhan: melalui pendekatan kognitif maupun
a. Memberikan informasi kepada pasien perilakuan agar kesadaran pasien untuk patuh
akan manfaat dan pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat harian terwujud.
untuk mencapai keberhasilan pengobatan.
b. Mengingatkan pasien untuk melakukan
segala sesuatu yang harus dilakukan demi Daftar Pustaka
keberhasilan pengobatan melalui telepon
atau alat komunikasi lain. Barber, N. 2002. Should We Consider Non-
c. Menunjukan kepada pasien kemasan obat Compliance a Medical Error? Quality
yang sebenarnya atau dengan cara & Safety in Health Care, 11 (1): 81-84
menunjukan obat aslinya. Bravley, L. R. & Culos-Reed, S. N. 2000.
d. Memberikan keyakinan kepada pasien Studying Adherence to Therapeutic
akan efektivitas obat dalam Regimens: Overview, Theories,
penyembuhan. Recommendatios. Controlled Clinical
e. Memberikan informasi resiko Trials, 21: 156s-163s
ketidakpatuhan. Choudry, N. K., Shrank, W. H., Levin, R. L.,
f. Memberikan layanan kefarmasian dengan Lee, J. L., Jan, S. A., Phan, D.
observasi langsung, mengunjungi rumah Brookhart, M. A. & Solomon, D. H.
pasien dan memberikan konsultasi 2009. Measuring Concurrent
kesehatan Adherence to Multiple Related
g. Menggunakan alat bantu kepatuhan Medications. The American Journal of
seperti multikompartemen atau Managed Care, 15 (7): 457-464
sejenisnya. Frain, M. P., Bishop, M., Tschopp, M. K.,
h. Adanya dukungan dari pihak keluarga Ferrin, M. J. & Frain, J. 2009.
teman dan orang – orang disekitarnya Adherence to Medical Regimens:
untuk selalu mengingatkan pasien, agar Understanding the Effects of
teratur minum obat demi keberhasilan Cognitive Appraisal, Quality of Life &
pengobatan. Perceived Fairly Resiliency.
i. Apabila obat yang digunakan hanya Rehabilitation Counseling Bulletin, 52
dikonsumsi sehari satu kali, kemudian (4): 237-250
pemberian obat yang digunakan lebih dari Gbenga, O. Mancuso, C. A., Allegrante, J. P.
satu kali dalam sehari mengakibatkan & Charlson, M. E. 2003. Development
pasien sering lupa, akibatnya & Evaluation of a Medication
menyebabkan tidak teratur minum obat. Adherence: Self-Efficacy Scale in
Hypertension African-American
Patients. Journal of Clinical
Kesimpulan Dan Saran Apidemiology, 56: 520-524
Perilaku kepatuhan dalam Hayers, T. L., Larimer, N., Adami, A.& Kaye,
mengkonsumsi obat harian merupakan factor J.A. 2009. Medication Adherence in
psikologis penting dalam menentukan tingkat Healthy Elders: Small Cognitive
kesembuhan pasien yang menderita penyakit Changes Make a Big Differences.
kronis, sehingga para penyedia jasa layanan Journal of Aging & Health, 21 (4):
kesehatan, khususnya dokter dan perawat 567-580
serta keluarga pasien harus berusaha keras Horne, R. & Kellar, I. 2005. Interventions to
agar perilaku patuh yang ditunjukkan oleh Facilitate Adherence. Report for the
national Co-ordinating Centre for Morisky, D. E. & Muntner, P. 2009. New
NHS Service Delivery & Organisation Medication Adherence Scale Versus
R & D (NCCSDO). Centre for Health Pharmacy Fill Rates in Senior with
Care Research, University of Brighton, Hypertention. American Journal of
Falmer, Brighton Managed Care, 15 (1): 59-66
Horne, R., Weinman, J., Barber, N., Elliot, R., Osterberg, L. & Blaschke, T. 2005. Drug
Morgan, M., Cribb, A.& Kellar, I. Therapy: Adherence to Medication.
2005. Concordance, Adherence & The New England Journal of
Compliance in Medicine Taking. Medicine, 353: 487-497
Centre for Health Care Research, Schaffer, S. D. & Tian, L. 2004. Promotion
University of Brighton, Falmer, Adherence: Effect of The Theory-
Brighton Based Astma Education. Clinical
Horne, R. 2006. Compliance, Adherence & Nursing Research, 13 (1): 69-89
Concordance: Implications for Asthma Weinman, R. & Horne, R. 2005. Patient
Treatment. CHEST, Official Provider Interaction & Health Care
Publications of America Colledge of Communication. Report for the
Chest Physicians, 130: 65-72 national Co-ordinating Centre for
Jarbose, K. S. 2002. Treatment Nonadherence: NHS Service Delivery & Organisation
Cases & Potential Resolutions. R & D (NCCSDO). Centre for Health
Journal of American Psychiatric Care Research, University of Brighton,
Nurses Association, 8 (4): 18-25 Falmer, Brighton.
Krousel-Wood, M., Islam, T., Webber, L. S.,
Re, R. N., Morisky, D. E. & Muntner,
P. 2009. New Medication Adherence
Scale vs Pharmacy Fill Rates in Senior
with Hypertension. American Journal
of Managed Care, 15 (1): 59-66
Lutfey, K. E. & Wishner, W. J. 1999. Beyond
“Compliance” is “Adherence”:
Improving the Prospect of Diabetes
Care. Diabetes Care, 22: 635-639
Malbasa, T., Kodish, E. & Santacroce, S.
2007. Adolescent Adherence to Oral
Therapy for Leukimia: A Focus Group
Study. Journal of Pediatric Ontology
Nursing, 24 (3), 139-151
McAuley, J. W., McFadden, L. S., Elliot, J. O.
& Shneker, B. F. 2008. An Evaluation
of Self-Management Behaviors &
Medication Adherence in Patients with
Epilepsy. Epilepsy & Behavior, 13:
637-641
Morgan, M. & Horne, R. Explaining patient’s
Behavior. 2005. Report for the
national Co-ordinating Centre for
NHS Service Delivery & Organisation
R & D (NCCSDO). Centre for Health
Care Research, University of Brighton,
Falmer, Brighton

Anda mungkin juga menyukai