Anda di halaman 1dari 2

Nama : Diah Arum Hapsari

NIM : 173151068
Kelas : TBI 7B
MK : Analisis Wacana

Analisis Wacana I
Berkenalan dengan analisis wacana, analisis wacana merupakan sebuah pendekatan
analisis dalam kebahasaan yang memandang pola bahasa lebih dari sekadar teks. Analisis
wacana ini juga memandang dari aspek konteks kultur dan sosial yang tercerminkan dari teks
yang muncul. Atau sederhananya, analisis wacana merupakan analisis bidang bahasa
terhadap pemakaian bahasa lisan maupun non-lisan yang melibatkan penyampai pesan
dengan penerimanya (audiens) dalam suatu peristiwa komunikasi. Berikut akan dipaparkan
terkait sejarah dikenalnya ‘analisis wacana’.
Zelig Harris (1952), merupakan sosok yang mulai memperkenalkan ‘analisis wacana’
dalam analisis kajian bahasa. Harris tidak hanya memandang linguistik sebagai bahasa
maupun alat komunikasi, tapi menurutnya melalui linguistik juga dapat digunakan untuk
mengamati fenomena kultur dan sosial yang ada di tengah lingkungan masyarakat. Dengan
analisis wacana seseorang dapat mengamati fenomena kultur dan sosial yang sedang terjadi
di lingkungan masyarakat melalui teks atau komunikasi dalam bahasanya.
Selanjutnya, pendapat mengenai analisis wacana menurut Van Disk yang mengatakan
bahwasanya ‘hubungan antara masyarakat dengan wacana bersifat tidak langsung dan
tergantung pada bagaimana penutur mendefinisikan genre/kejadian komunikasi yang mereka
lakukan’. Menurut Van Disk sebuah wacana biasanya hadir secara tersirat dalam sebuah
kegiatan komunikasi. Misalnya saja suatu makna kontekstual yang akan muncul ketika suatu
percakapan telah selesai. Misalnya saja, contoh sederhana ketika kita telah selesai
mendengarkan suatu ceramah di suatu acara pengajian atau bahkan pada kajian keagamaan
yang disiarkan secara online. Dari hal tersebut yang dapat kita tangkap bukan hanya isi dari
ceramah tersebut, tetapi juga efek yang didapat setelah mengikuti atau mendengarkan
ceramah tersebut.
Pendapat ketiga berasal dari Firth yang berpendapat bahwa ketika seseorang ingin
memahami suatu wacana, ia perlu memahami makna yang dilisankan atau dituliskan
seseorang mengenai konteks situasi. Maskudnya adalah Ketika seseorang ingin memahami
makna apa yang diutarakan oleh seseorang, ia harus paham akan latar belakang kultur si
penyampai pesan ini. Misalnya saja, seperti permasalahan sepele yang dibesar-besarkan
akhir-akhir ini mengenai kata ‘anjay’ dan kosakata kasar lainnya yang sebenarnya umum
digunakan di daerah Malang dan sekitarnya akan tetapi jika diucapkan pada seseorang yang
berasal dari kultur Yogyakarta pasti akan terjadi kesalahpahaman penerimaan maksud dari
ujaran tersebut. Maka penting bagi seseorang untuk mengetahui kultur lawan bicara agar
tidak terjadi kesalahpahaman pemaknaan ujaran.
Pendapat ahli yang terakhir, yaitu menurut Halliday yang berpendapat bahwasanya
hubungan konteks situasi dengan teks dan konteks budaya dengan teks menciptakan
kemungkinan bahwa penutur menciptakan suatu teks sehingga kedua hubungan tersebut
mampu mempengaruhi pemakaian bahasa dalam suatu wacana.
Dari penjabaran beberapa ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwasanya apa yang
terjadi saat orang memanfaatkan pengetahuan yang mereka miliki tentang bahasa. Suatu
upaya memahami orang menggunakan bahasa berdasarkan dari pengetahuannya dan
pengetahuan tersebut dapat berupa konteks sosial, kultural, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai