DESAIN PONDASI II
Disusun Oleh :
PULUNG ADIYATMA
18 4101 03200
Disusun Oleh :
PULUNG ADIYATMA
18 4101 03200
Purwokerto, ………………2020
Pengampu Tugas
W'FIPa8 #'-aI88
=Ia 9L
t®,L,a7
C="-,D=>ub J:- ~#I9.
=PIPcO-If
+PaP= PI
>9.aI+aDcO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
PURWOKERTO
Alamat: Kampus UNWIKU Karangsalam Telp. (0281) 6439729 Po Box 185
PURWOKERTO Website : www.teknik.unwiku.ac.id
i 1, 5 m
1
L5 m i LS m
i
i
i
i 23
l ... m
-·-· -·-•·-·-···-·-•-·-·
I
!
I
!
---·-·-·
Soall
Pada point R menerima beban titi dari kolom sebesar 720 ton, jarak antar tiang di atas dalam meter.
Hitunglah gaya diterima tiang pancang.
Soal2
Tiang di atas memakai diameter 270 mm, dipancang dalam lempung jenuh sedalam20 m, dengan
muka air tanah sedalam 3 m dari permukaan tanah.
Berapa nilai daya dukung bila menggunakan mgtoda Vesic dan mgtoda Me,yerho,C apakah masih
mampu menahan gaya maksimal dalam formasi soal no. 1?
FAKLiLTAS TEKNlr[ uNIVEFtsiTAS WI-AVAKuSuMA
PulavoKERTo
Alamat: Kampus UNWIKU Karangsalam Telp. (0281) 6439729 Po Box 185
PURVVOKERTO Website : www.teknik.unwiku.ac.id
#g
!gcaf EHHREE
## ¥.#€j
#grot #xp#£
"' REHRE
8l`i t).?5
lf!!? 10.04
2(,tt-I !!!,S¥
REREEIE f i .*¥ i
un I £ .ae
RE !±,i#
Soal 3
Carilah j urnal di internet tentang perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan
1) NilaiNSPT
2) Nilal Sondir
Kemudian di-print !
Keterangan
X = Angka terakhir pada NIM
Y = Angka kedua dari akhir pada N"
Contoh : 17410125¥
Ketentuan Tugas
• Kertas ukuranA4 80gr
• Margin4:3:3:3 {kiri : atas : kanan : bawah) ,
I Cover warnabiru
• Tugas diketik dengan rapi
• Jilid langsung (bukan lakban), rangkap 2.
ffi:as,
KEVIN PRATAMA NATANIEL
NPM.1741012959
1. Pada point R menerima beban titik dari kolom sebesar = 720 Ton
jarak antar tiang diatas dalam meter. Hitunglah gaya yang diterima tiang pancang.
R= 1 x 1
Penyelesaian
a. Mencari titik berat susunan tiang
- Statis momen ke sumbu baris A
Σ tiang per baris x jarak ke sumbu A =
2 x 4.5 = 9
2 x 3 = 6
4 x 1.5 = 6
4 x 0 = 0 +
21 m
Momen X dan Y
- Posisi R terhadap sumbu Y ada diposisi ( - )
My = Gaya x Jarak
= -720 x 0.75
= -540 Tm
No. Pile X Y
1 -2.75 2.95
2 -1.25 2.95
3 0.25 2.95
4 1.75 2.95
5 -2.75 0.35
6 -1.25 0.35
7 0.25 0.35
8 1.75 0.35
9 0.25 -2.15
10 1.75 -2.15
11 0.25 -4.45
12 1.75 -4.45
Berapa nilai daya dukung bila menggunakan metoda vesic dan metoda meyerhof.
apakah maslh mampu menahan gaya maksimal dalam formasi soal no 1
Penyelesaian
- Metode Meyerhof
Qp = 9 x CU x Ap
Pada kedalaman 20 m,CU = 90 KN/m2
2
Qp = 9 x 90 x π * 270
4 1000
Qp = 46.377 KN
- Metode Vesie
Qp = Ap x CU x Nc
Rumus
cu
Ir = Irr = 347 * Pa − 33 Pa= Tekanan atmosfer
90
= 347 * − 33
100
= 279.3
Lihat tabel
Lakukan interpolasi
Mencari Nilai Nc
Irr = 279.3
Maka,
x= 79.3 * 0.54
100
x= 0.428
Nc = 10.97 + 0.428
= 11.398
Qp = Ap x CU x Nc
2
= π * 270 x 90 x 11.398
4 1000
= 0.05726 * 90 * 11.398
= 58.735
Ferra Fahriani
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email: f2_ferra@yahoo.com
Yayuk Apriyanti
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email: yayukapriyanti@ymail.com
ABSTRAK
Kawasan pantai di utara Kabupaten Bangka merupakan salah satu kawasan pantai yang
indah yang belum dikelola secara professional. Pembangunan gedung-gedung pada
daerah pantai tidak hanya sebatas bangunan gedung satu lantai tetapi dapat juga
dibangun gedung lebih dari satu lantai. Untuk keperluan tersebut perlu dianalisis daya
dukung tanah dan penurunan pondasi pada daerah pantai. Daya dukung tanah dan
penurunan pondasi berhubungan erat dengan beban struktur bangunan yang dibangun
diatasnya. Pada ketiga lokasi penelitian dilakukan uji daya dukung tanah menggunakan
alat uji sondir dengan standar pengujian sondir berdasarkan SNI 2827:2008. Berdasarkan
hasil uji sondir dilakukan analisis daya dukung pondasi selanjutnya menganalisis
penurunan pondasi yang terjadi di daerah tersebut. Dari hasil penelitian daya dukung
tanah untuk kisaran kedalaman lebih dari 2 m termasuk kategori tanah dengan daya
dukung tanah kaku dan sangat kaku. Sedangkan daya dukung tanah untuk kisaran
kedalaman 4-5 m termasuk kategori tanah dengan daya dukung tanah sangat kaku dan
keras. Penurunan yang terjadi masih dalam batas keamanan kurang dari 2,5 cm. Setiap
lokasi memiliki nilai penurunan yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh daya dukung tanah
di masing-masing lokasi. Pantai penyusuk memiliki nilai penurunan yang paling kecil
karena daya dukung tanahnya paling besar. Semakin kecil daya dukung tanah maka
penurunan akan semakin besar. Semakin besar beban yang harus ditahan pondasi maka
penurunan yang terjadi akan semakin besar.
Untuk pondasi pondasi dangkal untuk tahanan ujung dan angka keamanan
pada tanah pasir maupun lempung menurut 5 untuk gesekannya. Sehingga daya
Meyerhorf (1976) dihitungan dengan gukung ijin pondasi dapat dinyatakan
persamaan berikut : dalam :
qult = qc . B(1 +d/B) 1/40 .................. (1) q p . Ap JHL * kll
Q ult = ................. (2)
Dengan: qult = kapasitas dukung ultimit 3 5
pondasi Keterangan :
Ap = Luas penampang tiang
qc = tahanan konus dari sondir
kll = keliling tiang
d = kedalaman pondasi
JHL = jumlah hambatan lekat
B = lebar pondasi (diasumsikan 1 m)
qp = tahanan ujung tiang
Daya Dukung Tanah Menggunakan
Penurunan Pondasi Dangkal
Pondasi Tiang
Pada tanah homogen dengan tebal
Untuk menentukan daya dukung
yang tak terhingga persamaan penurunan
tiang tunggal dengan beban vertikal dapat
segera atau penurunan elastis dari fondasi
dihitung berdasarkan data-data
yang terletak di permukaan tanah yang
penyelidikan tanah. Daya dukung pondasi
homogen (Steinbrenner 1934) dinyatakan
tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
data lapangan dan data laboratorium yang
terdapat pada laporan penyelidikan tanah. qB
Si (1- µ 2)Ip ............................... (3)
Perhitungan daya dukung pondasi E
berdasarkan data lapangan yaitu data dengan,
sondir (CPT). Si = penurunan segera (m)
Metode ini diantaranya dikemukakan q = tekanan pada dasar fondasi (kN/m2)
oleh Mayerhorf ( 1956) yang menyatakan B = lebar fondasi, (m)
bahwa tahanan ujung tiang mendekati E = modulus elastisitas (kN/m2)
tahanan ujung sondir dengan rentang 2/3 Bowles (1977) memberikan
qc hingga 1,5 qc dan Mayerhorf persamaan yang dihasilkan dari
menganjurkan untuk keperluan praktis agar pengumpulan data sondir sebagai
digunakan qp = qc .Selanjutnya tahanan berikut :
selimut pada tiang dapat diambil langsung E = 3 qc (kg/cm2) untuk tanah pasir
dari gesekan total ( jumlah hambatan lekat dan E = 2 sampai 8 qc (kg/cm2)
= JHL ) dikalikan dengan keliling tiang , untuk tanah lempung
sehingga formula untuk metode langsung = rasio poisson , secara umum diambil
dapat dituliskan : WDQDK SDVLU GDQ WDQDK
Q ult = qp x Ap + JHL x kll lempung)
Ip = faktor pengaruh Tabel 2
Rumusan ini diambil di Indonesia
dengan mengambil angka keamanan 3
Beban Struktur Kedalaman (D) Daya Dukung Tanah (Data Sondir qc)
Bangunan (kg) Pondasi (m) Kg/cm2
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
P. Penyusuk P.Pejem P.Tuing
1 lantai (P.Dangkal) 9201.52 1 60 30 30
2 lantai (P.Dangkal) 19565.2 1 60 30 30
3 lantai (P.Dangkal) 29502.6 1 60 30 30
4 lantai (P.Dalam) 38843.8 5 180 100 170
5 lantai (P.Dalam) 47697.71 5 180 100 170
Dari tabel 4 didapatkan daya dukung tidak jauh berbeda. Dari tabel terlihat,
pondasi pada tiga lokasi kisaran nilainya untuk mendapatkan daya dukung pondasi
Dari tabel 5 diatas didapatkan nilai lebih dari 2 m termasuk kategori tanah
penurunan yang masih dalam batas dengan daya dukung tanah kaku dan
keamanan. Setiap lokasi memiliki nilai sangat kaku. Sedangkan daya dukung
penurunan yang berbeda, hal ini tanah untuk kisaran kedalaman 4-5 m
dipengaruhi oleh daya dukung tanah di termasuk kategori tanah dengan daya
masing-masing lokasi. Pantai penyusuk dukung tanah sangat kaku dan keras.
memiliki nilai penurunan yang paling kecil 2. Berdasarkan hasil analisis penurunan
karena daya dukung tanahnya paling besar. dapat diketahui nilai penurunan yang
Semakin kecil daya dukung tanah maka terjadi masih dalam batas keamanan .
penurunan akan semakin besar. Untuk Setiap lokasi memiliki nilai penurunan
beban struktur bangunan, semakin besar yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
beban yang harus ditahan pondasi maka daya dukung tanah di masing-masing
penurunan yang terjadi akan semakin lokasi. Pantai penyusuk memiliki nilai
besar. penurunan yang paling kecil karena
daya dukung tanahnya paling besar.
KESIMPULAN Semakin besar kecil daya dukung tanah
maka penurunan akan semakin besar.
Dari hasil analisis penelitian dapat
Untuk beban struktur bangunan,
disimpulkan :
semakin besar beban yang harus ditahan
1. Berdasarkan hasil penyelidikan tanah di pondasi maka penurunan yang terjadi
lapangan pada tiga lokasi daerah pantai akan semakin besar.
utara Bangka dan analisis pengujian
sondir, dapat diketahui bahwa daya
dukung tanah untuk kisaran kedalaman
Abstrak
Salah satu parameter dari kemampuan daya dukung suatu tanah adalah kepadatan tanah. Yang paling
umum dan banyak dilakukan untuk mencari kepadatan suatu tanah adalah dengan metode sondir (Cone
Penetration Test) dan Standard Penetration Test (SPT). Sifat-sifat fisik dan mekanis tanah dapat
diketahui berdasarkan uji laboratorium dengan menguji sampel tanah yang didapat dari pengeboran
dilapangan. SPT dengan pengeboran dapat dilakukan secara bersamaan pada satu titik pengeboran.
Oleh karena itu dapat diketahui secara bersamaan nilai N-SPT dengan sifat-sifat fisik dan mekanis
tanah tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan membandingkan hubungan antara nilai N-SPT
yang didapat dilapangan terhadap sifat-sifat fisik dan mekanis tanah pada jenis tanah yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang berasal dari pekerjaan penyelidikan tanah
dengan metode SPT yang dilakukan oleh laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak. pekerjaan yang dilakukan lokasinya tersebar di seluruh wilayah provinsi
Kalimantan Barat dengan jumlah sampel sebanyak 372 tabung. Sifat-sifat fisik dan mekanis tanah
yang dikorelasikan dengan N-SPT adalah γd, γm, Cc,Cv, qu, c, dan ϕ.
Hasil dari korelasi antara N-SPT dengan sifat-sifat fisik dan mekanis tanah menunjukan korelasi yang
sangat kuat. Hal ini ditunjukan dengan nilai regresi yang mencapai nilai ≥0,75. Pada tanah lempung
korelasi antara N-SPT dengan sifat-sifat fisik dan mekanis tanah menunjukan bahwa peningkatan nilai
N-SPT ditunjukkan dengan meningkatnya kuat geser tanah seperti nilai kohesi dan sudut geser dalam
tanah meningkat. Selanjutnya peningkatan N–SPT akan diikuti oleh meningkatnya nilai daya dukung
tanah seperti berat volume tanah kering maupun berat volume tanah basah. Tetapi peningkatan nilai N-
SPT akan diikuti dengan menurunnya angka koefisien kompresi dan koefisien konsolidasi yang
ditunjukan dengan menurunnya harga Cc dan Cv. Hal ini menjelaskan bahwa adanya hubungan yang
kuat antara N-SPT dengan sifat-sifat fisik dan mekanis tanah.
Gambar 1. Grafik hubungan antara N-SPT dengan Berat Volume Tanah Kering
pada tanah Kelempungan
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,751 0,209x + 0,814. Dari grafik diatas juga
dengan nilai R = 0,7511/2 = 0,866. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT meningkat nilai N-SPT maka nilai Berat
dengan Berat Volume Tanah Kering pada Volume Tanah Kering akan meningkat
tanah lempung dengan konsistensi N-SPT pula. Persamaan ini dibatasi pada γd =
= 0-2 memiliki korelasi yang sangat kuat 0,648 t/m3-1,264 t/m3 dan N-SPT = 0-2
dengan persamaan regresi nya adalah y = blows/feet.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,789 = 0-2 memiliki korelasi yang sangat kuat
dengan nilai R = 0,7891/2 = 0,888. Hal ini dengan persamaan regresi nya adalah y = -
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT 0,005x + 0,014. Dari grafik diatas juga
dengan Koefisien Konsolidasi (Cv) pada dapat dijelaskan bahwa semakin
tanah lempung dengan konsistensi N-SPT meningkat nilai N-SPT maka nilai
Koefisien Konsolidasi (Cv) akan semakin = 0,003154 cm2/dt-0,01726 cm3/dt dan N-
menurun. Persamaan ini dibatasi pada Cv SPT = 0-2 blows/feet.
3.1.2. Hubungan N-SPT Dengan Sifat-sifat Tanah Pada Tanah Lempung dengan N-SPT ≥ 8
Gambar 3. Grafik hubungan antara N-SPT dengan Berat Volume Tanah Kering
pada tanah Kelempungan.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,605 0,014x + 0,753. Dari grafik diatas juga
dengan nilai R = 0,6051/2 = 0,778. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT meningkat nilai N-SPT maka nilai Berat
dengan Berat Volume Tanah Kering pada Volume Tanah Kering akan meningkat
tanah lempung dengan konsistensi N-SPT pula. Persamaan ini dibatasi pada γd =
≥ 8 memiliki korelasi yang sangat kuat 0,798 t/m3-1,416 t/m3 dan N-SPT ≥ 8
dengan persamaan regresi nya adalah y = blows/feet.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,604 tanah lempung dengan konsistensi N-SPT
dengan nilai R = 0,6041/2 = 0,777. Hal ini ≥ 8 memiliki korelasi yang sangat kuat
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT dengan persamaan regresi nya adalah y = -
dengan Koefisien Konsolidasi (Cv) pada 0,000x + 0,016. Dari grafik diatas juga
dapat dijelaskan bahwa semakin menurun. Persamaan ini dibatasi pada Cv
meningkat nilai N-SPT maka nilai = 0,003572 cm3/dt-0,01730cm3/dt dan N-
Koefisien Konsolidasi (Cv) akan semakin SPT ≥ 8 blows/feet.
3.2. Analisa Hubungan Antara N-SPT Dengan Sifat-sifat Tanah Pada Pasir (Sand)
3.2.1. Hubungan Antara N-SPT Dengan Sifat-sifat Tanah Pada Pasir dengan N-SPT = 0-10
Gambar 5. Grafik hubungan antara N-SPT dengan Berat Volume Tanah Kering
pada tanah Kepasiran.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,757 0,873. Dari grafik diatas juga dapat
dengan nilai R = 0,7571/2 = 0,870. Hal ini dijelaskan bahwa semakin meningkat nilai
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT N-SPT maka nilai Berat Volume Tanah
dengan Berat Volume Tanah Kering pada Kering akan meningkat pula. Persamaan
pasir dengan konsistensi N-SPT = 0-10 ini dibatasi pada γd = 0,785 t/m3-1,486
memiliki korelasi yang sangat kuat dengan t/m3 dan N-SPT = 0-10 blows/feet.
persamaan regresi nya adalah y = 0,055x +
3.2.2. Hubungan Antara N-SPT Dengan Sifat-sifat Tanah Pada Pasir dengan N-SPT ≥ 30
Gambar 7. Grafik hubungan antara N-SPT dengan Berat Volume Tanah Kering
pada tanah Kepasiran.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,604 0,331. Dari grafik diatas juga dapat
dengan nilai R = 0,6041/2 = 0,777. Hal ini dijelaskan bahwa semakin meningkat nilai
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT N-SPT maka nilai Berat Volume Tanah
dengan Berat Volume Tanah Kering pada Kering akan meningkat pula. Persamaan
pasir dengan konsistensi N-SPT ≥ 30 ini dibatasi pada γd = 0,965 t/m3-1,662
memiliki korelasi yang sangat kuat dengan t/m3 dan N-SPT ≥ 30 blows/feet.
persamaan regresi nya adalah y = 0,037x -
3.3. Analisa Hubungan Antara N-SPT Dengan Sifat-sifat Tanah Pada Tanah lanau (Silt)
3.3.1. Hubungan N-SPT Dengan Sifat-sifat Tanah Pada Tanah lanau N-SPT = 0-2
Gambar 9. Grafik hubungan antara N-SPT dengan Berat Volume Tanah Kering
pada tanah Kelanauan.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,750 0,256x + 0,807. Dari grafik diatas juga
dengan nilai R = 0,7501/2 = 0,866. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT meningkat nilai N-SPT maka nilai Berat
dengan Berat Volume Tanah Kering pada Volume Tanah Kering akan meningkat
tanah lanau dengan konsistensi N-SPT = pula. Persamaan ini dibatasi pada γd =
0-2 memiliki korelasi yang sangat kuat 0,558 t/m3-1,614 t/m3 dan N-SPT = 0
dengan persamaan regresi nya adalah y = blows/feet-2 blows/feet.
3.3.2. Hubungan N-SPT Dengan Sifat-sifat Tanah Pada Tanah lanau dengan N-SPT ≥ 15
Gambar 11. Grafik hubungan antara N-SPT dengan Berat Volume Tanah Kering
pada tanah Kelanauan.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,609 dapat dijelaskan bahwa semakin
dengan nilai R = 0,6091/2 = 0,780. Hal ini meningkat nilai N-SPT maka nilai Berat
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT Volume Tanah Kering akan meningkat
dengan Berat Volume Tanah Kering pada pula. Persamaan ini dibatasi pada γd =
tanah lanau dengan konsistensi N-SPT 0,746 t/m3-1,788 t/m3 dan N-SPT ≥ 15
≥15 memiliki korelasi yang sangat kuat blows/feet.
dengan persamaan regresi nya adalah y =
0,019x + 0,561. Dari grafik diatas juga
Gambar 12. Grafik hubungan antara N-SPT dengan Koefisien Konsolidasi
pada tanah Kelanauan.
Dari grafik diatas didapat nilai R2 = 0,620 dengan persamaan regresi nya adalah y = -
dengan nilai R = 0,6201/2 = 0,787. Hal ini 0,000x + 0,021. Dari grafik diatas juga
menunjukan bahwa korelasi antara N-SPT dapat dijelaskan bahwa semakin
dengan Koefisien Konsolidasi (Cv) pada meningkat nilai N-SPT maka nilai
tanah lanau dengan konsistensi N-SPT ≥ Koefisien Konsolidasi (Cv) akan semakin
15 memiliki korelasi yang sangat kuat menurun.
dukung yang ditunjukan dengan
4. KESIMPULAN meningkatnya nilai berat volume tanah
Dari hasil yang dilakukan pada penelitian kering maupun berat volume tanah basah.
ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai Selanjutnya kenaikan nilai N-SPT juga
berikut: akan diikuti dengan meningkatnya nilai
kuat geser tanah dengan ditunjukan bahwa
1. Pada tanah lempung nilai kohesi dan sudut geser dalam tanah
Pada tanah lempung, jika N-SPT meningkat. Tetapi peningkatan nilai N-
meningkat maka kuat geser tanah juga SPT akan diikuti dengan menurunnya
akan meningkat yang ditunjukan dengan angka koefisien kompresi dan koefisien
meningkatnya nilai N-SPT akan diikuti konsolidasi yang ditunjukan dengan
dengan meningkatnya nilai kohesi dan menurunnya harga Cc dan Cv.
sudut geser dalam tanah. Selanjutnya
peningkatan N-SPT akan diikuti dengan 3. Pada tanah lanau
meningkatnya nilai daya dukung tanah Pada tanah lanau, peningkatan nilai N-
yang ditunjukan dengan meningkatnya SPT akan diikuti dengan menurunnya
nilai N-SPT maka nilai berat volume tanah angka koefisien kompresi dan koefisien
kering dan nilai berat volume tanah basah konsolidasi yang ditunjukan dengan
juga akan meningkat. Sebaliknya menurunnya harga Cc dan Cv. Selanjutnya
peningkatan nilai N-SPT akan diikuti peningkatan N–SPT akan diikuti dengan
dengan menurunnya nilai koefisien meningkatnya nilai daya dukung tanah
kompresi dan nilai koefisien konsolidasi. seperti berat volume tanah kering maupun
berat volume tanah basah. Dan
2. Pada pasir peningkatan nilai N-SPT akan diikuti
Pada pasir, kenaikan nilai N-SPT akan dengan meningkatnya nilai kuat geser
diikuti dengan meningkatnya nilai daya tanah dengan ditunjukan bahwa nilai
kohesi dan sudut geser dalam tanah Studi Teknik Sipil Bidang
meningkat. Geoteknik Institut Teknologi
Bandung, 1994/1995.
5. SARAN
Dari keseluruhan rangkaian penelitian ini Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah
penulis menyampaikan saran sebagai (Prinsip-Prinsip Rekayasa
berikut: Geoteknis). Jilid 1. Jakarta:
1. Dalam analisa data, selain Erlangga.
menggunakan Microsoft Office Excel
2007 dapat juga digunakan program Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar
lainnya seperti Curve Expert Ilmu Tanah. Edisi Keenam.
Professional.
Jakarta: Erlangga.
2. Dalam mengklasifikasikan kelompok
tanah, dapat dilakukan klasifikasi HATTI, Workshop Sertifikasi (G-1)
yang lebih terinci. Himpunan Ahli Teknik Tanah
3. Penelitian ini dapat dilanjutkan
dengan jumlah data yang lebih
Indonesia Vol. 1, Jakarta.
banyak dan dengan data yang terbaru. Oemar S., Bakrie dan Gofur, Nurly.
1995. Sifat-Sifat Tanah Dan
6. DAFTAR PUSTAKA
Metoda Pengukurannya.
Affandi, Rieky. 2004. Korelasi
Palembang: Universitas
Derajat Kepadatan Relatif
Tanah Berbutir Kasar Terhadap Sriwijaya.
Nilai N-SPT. Pontianak: Fakultas Su’ba, Salafuddin. 2001. Korelasi
Teknik Universitas Tanjungpura. Parameter Kuat Geser Hasil
Uji Vane Shear, Triaxial dan
Bowles, Joseph E. Analisa Dan Desain
Direct Shear Pada Tanah
Pondasi. Edisi Keempat. Jilid 1.
Gambut di Kabupaten
Jakarta: Erlangga.
Pontianak. Pontianak: Fakultas
Bowles, Joseph E. Analisa Dan Desain Teknik Universitas
Pondasi. Edisi Keempat. Jilid 2. Tanjungpura.
Jakarta: Erlangga.
Terzaghi, Karl dan Peck, Ralph B.
Bowles, Joseph E. 1999. Analisa Dan 1993. Mekanika Tanah Dalam
Desain Pondasi. Edisi Revisi. Praktek Rekayasa. Edisi
Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Kedua. Jakarta: Erlangga.