Anda di halaman 1dari 5

PENTINGNYA ACTUATING DAN MOTIVASI DALAM

MANAJEMEN PENDIDIKAN

TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH : Pengantar Manajemen
DOSEN PENGAMPU : Dr. Endang Purwaningrum , M.M.

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD RAIHAN IHSANI (2104443012)

KELAS MK 1 D
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2021
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penggerakan atau istilah pembimbingan menurut The Liang Gie (1993) merupakan
aktivitas seorang manajer dalam memerintah, menugaskan, menjuruskan, mengarahkan dan
menuntun pengawai atau personel organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan atau
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Seorang manajer biasanya melakukan kegiatan untuk
menggerakkan (actuating) mencakup kegiatan yang ditetapkan dalam perencanaan dan
pengorganisasian agar tujuan tercapai.
Dalam konteks organisasi sekolah, penggerakan artinya kepala sekolah memberi
petunjuk-petunjuk kepada guru dan personil lainnya untuk menjalankan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan dan dilaporkan.
Kegiatan menggerakkan (actuating) dan motivasi dalam pengorganisasian sekolah
sangat diperlukan agar terjadi keterpaduan dalam pelaksanaan setiap tugas-tugas di sekolah,
sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah dapat terwujud dan terlaksana dengan baik,
karena itu untuk mengetahui hal ini maka makalah ini akan membahas secara singkat
mengenai actuating (menggerakkan) dan memotivasi dalam kaitannya dengan tugas dan
kewajiban kepala sekolah, guru dan personil yang berada di lingkungan belajar sekolah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apa pengertian actuating dan motivasi bagi manajemen pendidikan?
2.    Bagaimana proses actuating dalam manajemen pendidikan?
3.    Bagaimana teori motivasi dalam manajemen pendidikan?

1.3 TUJUAN MASALAH


1.    Untuk mengetahui pengertian actuating dan motivasi.
2.    Untuk mengetahui proses actuating dalam manajemen pendidikan.
3.    Untuk mengetahui teori motivasi dalam manajemen pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN
.1 Pengertian Actuating dan Motivasi Dalam Manajemen Pendidikan

A. Actuating dalam Manajemen Pendidikan


Dalam konteks Manajemen Pendidkan atau organisasi sekolah, penggerakkan atau
actuating berarti kepala sekolah memberi petunjuk-petunjuk kepada guru dan personil sekolah
lainnya bagaimana cara dan tugas yang harus dilaksanakan dan dilaporkan dan adanya
bimbingan dan pengontrolan dalam rangka perbaikan kinerja guru dan personil sekolah sesuai
standar mutu kerja yang disyaratkan dan arahan secara jelas oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah dalam hal ini diharapkan dapat memberi arahan yang jelas dalam
melaksanakan instruksi-instruksi tugas bagi guru-guru dan personil sekolah lainnya, dalam hal
ini keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian tugas pada kemajuan pengorganisasian
mutu sekolah. Penggerakkan cenderung didasarkan pada unsur esensial dalam organisasi
adanya kebersamaan langkah sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri kelompok
membuat keputusan sehingga terjadi kemajuan kinerja dan moral kerja dalam organisasi
sekolah.

B. Motivasi dalam Manajemen Pendidikan


Secara singkat disatu pihak secara pasif motivasi tampak sebagai kebutuhan sekaligus
sebagai pendorong yang menggerakkan semua potensi, baik itu karyawan, kepala sekolah
maupun sumber daya lainnya, sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya potensi
yang dimiliki agar berhasil mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi dapat memberi energi bagi segala potensi yang ada, menciptakan keinginan
yang tinggi dan luhur serta meningkatkan kegiatan bersama.
Kepala sekolah perlu memberikan semangat atau motivasi untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawab dengan kejujuran agar aparat pendidikan di daerah dan guru di sekolah
tidak menyimpang dari arah yang ditetapkan, sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat
timbul dalam pekerjaan dan hal lainnya.

.1 Proses Actuating Dalam Manajemen Pendidikan


Proses actuating diawali dari adanya prinsip utama dalam penggerakkan perilaku yang
diatur, dibentuk atau diubah dengan sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan
cermat. Dalam melaksanakan fungsi penggerakkan kepala sekolah merencanakan cara untuk
memungkinkan guru, tenaga kependidikan dan personal lainnya secara teratur mempelajari
berapa baik. Ia telah memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah.
Lebih spesifik dijelaskan oleh Ridwan (2009) tentang kemampuan manajerial kepala
sekolah pada aspek kemampuan fungsi penggerakan yang meliputi :
(a)  Menggerakkan dengan bekal pengetahuan dan keterampilan
(b)  Memberi pekerjaan yang lebih demi mencapai tujuan
(c)  Mengkoordinasi kegiatan secara efektif dan efisien
(d)  Memberi motivasi dan dorongan dalam mencapai tujuan
(e)  Bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan
(f)   Memberi petunjuk secara teknis

.1 Teori Motivasi
1. Teori Kepuasan (Content Theories)
Yaitu teori yang berorientasi pada faktor dalam diri individu yang menguatkan,
mengarahkan, mendukung, menghentikan perilaku yang didung oleh Teori Hierarki.
Kebutuhan menurut Abraham H. Maslaw yaitu :
a. Kebutuhan fisiology yaitu kebutuhan akan uang.
b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety or security needs) yaitu keselamatan
diri individu.
c. Kebutuhan sosial atau afiliansi (social or affiliation needs) yaitu kebutuhan akan
teman, afilliasi, interaksi dan cinta.
d. Kebutuhan penghargaan atau kekognisi (esteems or recognations needs).
Seperti :  - Prestise (prestige) penghargaan dari orang lain
- Kekuasaan (power)
Seperti :   Kekuasaan karena kemampuan mempengaruhi orang lain
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). yaitu penggunaan kemampuan,
keterampilan dan potensi secara maksimum.

2. Teori Dua Faktor Menurut Frederick Herzberg


Dua faktor mengenai motivasi yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg (1959)
adalah faktor yang membuat individu merasa tidak puas (discatified) dan faktor yang
membuat individu merasa puas (satified), terdapat kesimpulan dari teori ini yaitu pertama;
serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan yang menyebabkan rasa tidak puas
diantara para bawahan apabila kondisi tersebut itu ada. Apabila kondisi tersebut ada, hal itu
tidak perlu memotivasi bawahan.
Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat individu merasa tidak puas karena
faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan hierarki yang paling rendah, yaitu
tingkat tidak adanya ketidakpuasan.
Kedua; serangkaian kondisi intrinsik kepuasan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan
menggerakkan tingkat motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan kinerja pekerja yang
baik. Apabila kondisi tersebut tidak ada kondisi tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa
ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor ini disebut satisfied.

3. Teori Kebutuhan Menurut David C. Mc. Clelland


Teori motivasi dari Mc. Clelland dihubungkan dengan konsep belajar (Gibson dkk,
1984). Oleh karena itu banyak diperoleh dari kebudayaan. Tiga kebutuhan yang
dikemukakan adalah:
1 Kebutuhan akan kinerja (need for achievement disingkat n-Ach).
2 Kebutuhan akan afiliansi (need for affiliantion disingkat n-Aff).
3 Kebutuhan akan kekuasaan (need for power disingkat n- Pow).

Apabila kebutuhan individu terasa sangat mendesak, kebutuhan tersebut akan


memotivasi individu yang bersangkutan untuk bekerja keras memenuhi kebutuhannya.
Misalnya apabila individu memiliki n-Ach yang tinggi maka kebutuhan tersebut mendorong
individu yang bersangkutan untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan, bekerja keras
untuk merealisasikan tujuan tersebut, serta mengaflikasikan keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan untuk mencapainya.
Saran khusus yang diberikan oleh Mc. Clelland adalah mengenai pengembangan kebutuhan
akan kinerja yang positif tinggi, yaitu n-Ach yang tinggi, ketika tidak ada ketakutan akan
sukses-saran yang diajukan Mc. Clelland meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Individu mengatur tugas sedemikian rupa sehingga mereka menerima umpan balik
secara berkala atas hasil karyanya.
2. Individu hendaknya mencari model kinerja yang baik pahlawan kinerja, individu yang
berhasil dan pemenang serta menggunakan mereka sebagai teladan.
3. Individu hendaknya memodifikasi citra diri mereka sendiri. Individu yang memiliki n-
Ach tinggi menyenangi dirinya sendiri dan berusaha mencari tantangan dan tanggung
jawab yagn sepadan.
4. Individu hendaknya mengendalikan imajinasi, berpikir secara realistis dan positif
mengenai cara mereka merealisasikan tujuan yang diharapkan.
BAB III PENUTUP
.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Adapun pengertian dari actuating adalah berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris yang
jika di Indonesiakan menjadi memberi dorongan atau menggerakkan yang sangat berperan
dalam melakukan kegiatan awal dan untuk kegiatan lanjutan bagi seorang pemimpin di dalam
suatu organisasi.

2. Pengertian motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan
energi, mendorong kegiatan (moves) dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah
mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan, untuk
menggerakkan suatu potensi yang ada.

3. Adapun proses dari actuating yaitu :


Adanya prinsip utama dalam penggerakan perilaku yang diatur dalam bentuk dan diubah
dengan sistem imbalan yang positif dan dikendalikan dengan cermat terdapat beberapa fungsi
dari actuating yang merupakan proses dan actuating itu yaitu :
a. Menggerakkan dengan bekal pengetahuan yang ada.
b. Memberi pekerjaan yang lebih demi mencapai tujuan.
c. Mengkoordinasi kegiatan secara efektif dan efisien.
d. Memberi motivasi dan dorongan dalam mencapai tujuan.
e. Bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan.
f. Memberi petunjuk secara teknis.

4.    Teori motivasi di dalam pelaksaannya meliputi :


1. Teori Kepuasan (Content Theories)
Yaitu teori yang berorientais pada faktor dalam diri individu yang menguatkan,
mengarahkan, mendukung, menghentikan perilaku yang didukung oleh teori hierarki
kebutuhan menurut Abraham H. Maslaw yaitu :
a) Adanya kebutuhan fisiologis
b) Kebutuhan keselamatan (safety or security needs)
c) Kebutuhan sosial atau afiliansi (social or affiliation needs)
d) Kebutuhan penghargaan atau rekognisi (esteems or recognation needs)
e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

2. Teori lainnya dalam motivasi yaitu teori dua faktor menurut Frederick Herzberg. Hal inilah
yang mendasari ketidakpuasan individu dalam serangkaian kondisi di dalam suatu
organisasi peran motivasi sangat penting di dalam menjalankan teori tersebut.

3. Teori kebutuhan menurut David C. Mc. Clelland


Teori ini diperoleh dari kebudayaan yang didalamnya merangkum terdapat 3 kebutuhan
yaitu :
a.    Kebutuhan akan kinerja (need for achievement) disingkat
b.    Kebutuhan akan afiliansi (need for affiliantion) disingkat
c.    Kebutuhan akan kekuasaan (need for power) disingkat

Anda mungkin juga menyukai