Anda di halaman 1dari 20

Mekanisme Persetujuan

Peta untuk RDTR

Isfandiar M. Baihaqi
Diastarini
Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas
Badan Informasi Geospasial
Dasar Hukum
FUNGSI RDTR MENURUT
PERMEN PU No 20/2011
RDTR dan peraturan zonasi berfungsi sebagai:
a.kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota berdasarkan RTRW;
b.acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih
rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur
dalam RTRW;
c.acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan
ruang;
d.acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
e.acuan dalam penyusunan RTBL.
MANFAAT RDTR MENURUT
PERMEN PU No 20/2011
RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai:
a.penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan
fungsi dan lingkungan permukiman dengan karakteristik
tertentu;
b.alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota
yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
swasta, dan/atau masyarakat;
c.ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian
wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang
kabupaten/kota secara keseluruhan; dan
d.ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk
disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian
pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau Sub BWP.
Verifikasi Status Perda
RTRW dan RDTR
Contoh : RDTR Kota Medan diamanatkan dalam
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Tahun 2011-2031
Pasal 14
Pemeriksaan Managemen
Data RTRW dan RDTR

Data spasial RTRW diatur dalam empat folder


utama, yaitu :
1. Folder Peta Dasar
2. Folder Peta Tematik
3. Folder Peta Rencana
4. Folder Album Peta
Managemen Basis Data Geospasial
Sumber data peta RDTR
• Foto udara atau citra satelit resolusi tinggi
• Digital Elevation Model (DEM)
Citra Satelit Resolusi Tinggi
1. Citra satelit optis resolusi tinggi ≤1 meter
(Quickbird, Geoeye/Worldview, Pleiades, dll)
2. Citra satelit resolusi tinggi yang diperlukan untuk
pemetaan 1:5000 adalah citra satelit Raw data
(data mentah)
3. Perekaman maksimal 2 tahun
4. Tutupan awan kurang dari 10 %.
RESOLUSI GEOMETRIS
CITRA SATELIT QUICKBIRD
Digital Elevation Model (DEM)
A. Untuk menghasilkan data ketinggian (DEM atau
kontur), perlu sumber data ketinggian:
• Foto udara stereo
• DSM dari IFSAR, TerraSAR, dll.
• DSM dari LIDAR
B. Jika data-data tersebut tidak tersedia maka dapat
menggunakan DEM TerraSar (res 7 m) untuk data
yang tersedia di BIG dengan mempertimbangkan
keadaan relief daerah yang akan dipetakan.
C. Jika relief relatif datar bisa menggunakan SRTM
dan ASTER, namun jika daerah bergunung
digunakan data yang lebih baik.
RESOLUSI GEOMETRIS
TERRA SAR
TAHAPAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMETAAN
CITRA SATELIT TEGAK
ORTHOREKTIFIKASI

Pada tahap orthorektifikasi citra dilakukan:


• Pengolahan GPS hasil pengukuran GCP
• Plotting GCP terhadap citra satelit pada titik yang bersesuaian
• Input citra satelit, titik GCP, dan DSM untuk menghasilkan citra satelit
orthorektifikasi. DSM yang digunakan, misal TerraSAR-X res 7.5 m
PENGUKURAN GROUND
CONTROL POINT (GCP)
Ground Control Point (GCP) Titik yang spesifik dan terlihat jelas
pada citra serta mudah dikenali dilapangan yang digunakan
untuk melakukan koreksi geometrik pada citra satelit

Syarat Penempatan control point :


1. Persebaran merata tergantung dengan luasan dan bentuk citra
satelit
2. Banyaknya jumlah Control point disesuaikan dengan luasan,
bentuk, dan kondisi relief daerah pemetaan
3. Standar jarak antar titik yang digunakan oleh BIG pada saat ini,
3-4 km untuk area yang relatif datar dan 2-3 km untuk area yang
berbukit
4. Direncanakan pada objek yang spesifik, tampak jelas di citra dan
mudah dikenali di lapangan
Kriteria Pemilihan Obyek di Citra Satelit untuk GCP
• Ukuran obyek lebih kecil dari 1 piksel.
• Bentuk obyek harus jelas dan tegas.
• Warna obyek harus kontras dengan warna disekitarnya.
• Obyek harus dapat diidentifikasi secara jelas dan akurat pada citra.
• Obyek harus berada atau mendekati permukaan tanah.
• Bayangan obyek tidak boleh digunakan sebagai titik kontrol.
• Obyek dengan pola yang sama sebaiknya dihindari.
• Obyek merupakan obyek permanen dan diam serta diyakini tidak akan mengalami
perubahan atau pergeseran pada saat pengukuran.
CONTOH PEMILIHAN OBYEK SEBAGAI GCP

Obyek berupa perpotongan dua Obyek berupa perpotongan garis dan Obyek berupa perpotongan dua
garis. Sebagai contoh adalah ujung / pojok. Sebagai contoh adalah pojok / tepi. contoh perpotongan
perpotongan dua jalan. perpotongan jalan dengan obyek lain. tepi jalan dan tepi obyek lain.

Obyek berupa pojok / tepi. Sebagai Obyek berupa ujung dari sebuah garis Obyek berupa titik atau detil yang
contoh adalah pojok pagar. yang dapat diidentifikasi dengan jelas. jelas. Sebagai contoh lampu jalan.
contoh garis di tempat parkir.

Anda mungkin juga menyukai