Anda di halaman 1dari 342

239

ELEKTROKARDIOGRAFI
Sunoto Pratanu, M. Yamin, Sjaharuddin Harun

PENDAHULUAN dirangsang, sifat permeabel membran berubah sehingga


ion Na* masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial
Sejak Einthoven pada tahun 1903 berhasil mencatat membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV (potensial
potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung diukur intraselular terhadap ekstraselular). Perubahan
berkontraksi, pemeriksaan eleklrokardiogram @KG) menjadi potensial membran karena stimulus ini disebut
pemeriksaan diagnostik yang penting. Saat ini pemeriksaan depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka
jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap. potensial membran kembali mencapai keadaan semula,
Beberapa kelainan jantung sering hanya diketahui yang disebut proses repolarisasi.
berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya juga. jangan
memberikan penilaian yang berlebihan pada hasil PotensialAksi
pemeriksaan EKG dan mengabaikan anamnesis dan
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel
pemeriksaan fisik. Keadaan pasien harus diperhatikan
otot jantung dibandingkan dengan potensial di luar sel,
secara keseluruhan, misalnya umur, jenis kelamin, berat
pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan
badan, tekanan darah, obat-obat yang diminum, dan
potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut
sebagainya. EKG adalah pencatatan grafis potensial listrik
potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukkan
yang ditimbulkan oleh jantung pada waktu berkontraksi.
karakteristik yang khas dan dibagi menjadi 4 fase yaitu:
Fase 0: awal potensial aksi yang berupa garis vertikal ke
atas yang merupakan lonjakan potensial hingga mencapai
KONSEP DASAR ELEKTROKARDIOGRAFI
+20 mV Lonjakan potensial dalam daerah intraselular ini
disebabkan oleh masuknya ion Na+ dari luar ke dalam sel.
Sifat-sifat Listrik Sel Jantung Fase 1: masa repolarisasi awal yang pendek, di mana
Sel-sel ototjantung mempunyai susunan ion yang berbeda potensial kembali dan +20 mV mendekati 0 mV.
antara ruang dalam sel (intraselular) dan ruang luar sel
Fase 2: fase datar di mana potensial berkisar pada 0 mV.
(ekstraselular). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion
Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari ion Ca** untuk
Natrium (Na*) dan ion Kalium (Kt). Kadar K* intraselular
mengimbangi gerak keluar dari ion K*.
sekitar 30 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular
daripada dalam ruan g i ntraselul ar. Fase 3: masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali
Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel secara tajam pada tingkat awal yaitu fase 4.
untuk ion negatif daripada untuk ion Na*. Dalam keadan
istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial Sistem Konduksi Jantung
membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Pada umumnya, sel otot jantung yang mendapat stimulus
Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada dari luar, akan menjawab dengan timbulnya potensial aksi,
keadaan polarisasi,dengan bagian luar berpotensial lebih yang disertai dengan kontraksi, dan kemudian repolarisasi
positif diban dingkan dengan bagian dalam. Selisih yang disertai dengan-relaksasi. Potensial aksi dari satu
potensial ini disebut potensial membran, yang dalam sel otot jantung akan diteruskan ke arah sekitarnya,
keadaan istirahat berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung sehingga sel-sel otot jantung di sekitarnya akan

t52
L524 KAR.DIOLOGI

mengalami juga proses eksitasi, kontlaksi. dan relaksasi. Sistem konduksi intra atrial. Akhir-akhir ini dianggap
Fenj al aran peristi wa iistrik i rri di sebut konduksi . bahwa dalarr-r atrium terdapat jalLrr-jaiur khLlsus sistern
Beriainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam.jantung konduksi jantung 1,ang terdiri dari 3 jalur internodal yang
teldapat kunrpulan sel-sel jantung khLrsus yang menghubur.r-ekan simi:rul sino-atrial dan sirnpul atrio-
mempunyai sii'at dapat rnenimbulkan potensial aksi sendiri ventrikular, dan jalur Bachman yang rlenghubungkan
tanpa ardanya stirrulus dari luar. Sifat sel-sel ini discbut atr-iur.n kanan dan atriurlkiri.
sifat automatisitas. Sel-sel ini terkunipul dalam suilu sistenr Simpul ario-ventrikular (sering disebut nodus
1,ang clisebut sistem konduksi jantung. atrioventrikular disingkat nodus). Simpu! ini terletak di
Sistem kondr-rksi jantung terdiri atas : bagian bawah atrium kanan. antirra sinus koronarius dan
Simpul Sinoatrial (sering disebut nodus sinus, disingkat daurr katup trikuspid bagian septal.
sinus). Sinrprll ini terletak pada batas antara vena kava su- Berkas His. Berkas His adaiah sebuah berkas pendek
perior dan atriunr kanan. Simpul ini mempLrnyai sifat yang merupakan kelanjutan bagian bawah simpul
alrtomatisitas yang tertinggi daiam sistem konduksi jlntung. atrioventrikuiar yang rnenernbus anulus fibrosLrs dan sep-
tum brigian membrau. Sinrpr-rl atriorenirikular bersarra
berkas IIis disebut penghubung aino-ventrikular'.
Cabang berkas. Ke arah distal, berkas His bercabang
menjadi dua bagian, yaitLr caban-s berkas kiri dan cabang
berkas kanan. Cabang berkas kiri membelikan cabang-
cabang ke ventrikel kiri, sedangkan cabang berkas kanan
bercnbang-cabang ke alah ventrikel kanan.
Fasikel. Cabang berkas kiri bcrcabang menjadi duabagian.
Gamball. Sel otot jantung dalam keadaan isiirahat membran
sel dalam keadaan polarisasi ,v..aitu tasikel kiri anterior dan fasikel kiri posterior.
Serabut purkinje. Bagian terakhir clari sisterr konduksi
jantLrng ialah serabut-serabut PLrrkinje. yang merupakan
0
anyaman halus dan berhubungan erat dengan sel-sel otot
K+ Na' 0mV Jantun-9.
0

Pengendalian Siklus Jantung


Gambar 2. Sel otot jantung mengalami aktivasi, membran sel
Pengendali utama siklus iantung ialah simpul sinus yang
dalam keadaan depolarisasi
mengawali tirnbulnl,a potensial aksi yang diteruskan
melalui atriunr kanan dan kiri menuju -qimptrl AV, tertLs ke
berkas His. selanjutnva kc cabang berkas kanan dan kiri.
dan akhirn_va nrencapai serabut-serabLrt Purkinje.
lmpuls listrik yang ditemskan melalLri atlium
:st:r:hat klir'asi . Reoo,arrsa:r
rrenvebabkan depolarisasi atrium. sehingga terjadi sistol
'1.',,ai-isasi) (d olarrsasi)
atrium. Impuls yang kemudian mcncapai simpul AV,
Garnhar 3. Proses aktivasi otot jantung Suatu stimulus listrik mengalami perlambatan konduksi, sesuai dengan sifat
menyebabkan aktivasi yang disusul dengan repolarisasi fisiologis simpul AV. Selanjutnya, impuls yang rnencapai
serabut-serabut Purkinje akan menyebabkan kontraksi
otot-otot ventrikel secara bersamaan sehingga terjadi
S mpul SA sistol ventrikel.
Jalur bachman
Karena merupakan pengendali utarna siklus jantung.
Ja ur-jalur internodal
simpul sinus disehtrt pelnacu janlung utrlrna.

SLmpulAV

Berkas HIS
Gambaran Siklus Jantung pada
Cabang be.kas kiri Elektrokardiograrn
Cabang berkas kanan
Elektrokardiogram (EKC) adalah rekanran potensiel listrik
Fasikel kin oosterior
yang tinbul sebagai Lrkibat aktivitas iantung. Yan-e drLpat
Fasikel kirl anierior clirekam adalah aktivitas lisLrik yang tim[rul pada waktu
otot-otol jantung berhontraksi. Sedangkan potensial aksi
Serabut Purkinj--
pada sistem konduksi jantung tak terukur dari luar karena
terlalu kecil.
Garnbar 4. Sistem konduksi jantung
FI F"KTROKAtrTDIOGRAFI 1525

Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang Elektroda TKa selalu dihubungkan dengan bumi untuk
berjalan dengan kecepatan baku 25 mm/detik dan clet'leksi menjan.rin potensial nol yan-u sttrl-.i1.
l0 mm sesuai dengan potensial I m\l Ganrbaran EKG yang
normai menunjukkan bentuk dasar sbb:
Gelombang P. Gelombang ini pada umumnya berukuran
kecil dan mertLpakan hasil depolarisasi attiurr kanan dan
kiri.
Segmen PR. Segmen ini rnerupakan garis isoelekti'ik lrnpo
menghubungkan gelombang P dan gelombang QRS.
Gelombang Kompleks QRS. Gelombang kompleks QRS
ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan hasll
depolarisasi verrtrikel kanan dan kiri. Celombang kompleks
QRS pada umumnya terdili dari gelombang Q yang
tnerupakan gelombang ke bawah iiang pefiama, gelornbang
R yang merupakan gelontbang ke atas yang pertama, dan
gelornbang S yang nerupakan geiombang ke bawah
pertama setelah gelombang R. Gambar 6. Elektroda-elektroda ekstremitas
Segmen ST. Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang
men-uhubungkan korrpleks QRS dan gelomban_u T. Elektroda-elektroda prekordial diberi nama-nama V I
Gelombang T. Gelombang T merupakan potensial srirnpai V6, dengan lokalisasi sebagai berikut:
repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Vl : garis parasternal kanan, pada interkostal lV
Gelombang U. Gelombang ini berukuran kecil dan seling \2 : garis parasternal kiri, padainterkostal IV
tidak ada. Asal gelornbang ini masih belum jelas. \B : titik tengah antara V2 dirn V4.
Gelomban-s \i an-s mcrupakan hasii repolarisasi ulriun.r V4 : garis k1al'ikula tengah, pada interkostal V,
sering tak dapat dikeniili karena berLrkurar kecil dan V-i : garis aksila depan. sama tinggi dengan V.1,
'biasanya V6 : saris aksila tengah, sama tinggi dengan V:l dan VS.
terbenam dalarn ge lornbang QRS. Kaclan-u-kaclang
gelombang repolarisasi atrir-rm ini bisa terlihat jelas pada Kadang-kadang cliperlLrkan elektroda-elektroda
se-glrren PR atau ST. dan disebut Ta. prekordial sebelah kanan. yang disebut V3R. V,lR, VSR dan
-eelornbang
V6R irang letaknya berseberangan clengan V3. V4, V5 dan
v6.
RR
RR

T
K avlku a
U

Kosta I

Kosla li
PR Kosta ili

Kosta lV
PP

Kosta V
Gambar 5. Bentuk dasar EKG dan nama-nama
interval Kosta lV

Sandapan-sandapan pada Elektrokardiografi


Untuk nrembuat rekaman EKC. pada tubuh dilekatkan
Gambar 7. Elektroda-elektroda prekordial
elektroda-elektroda yang dapat men eruskan poten si al I i stri k
dari tubuh ke sebuah aiat pencatilt potensial yang disebut
elektrokardiograf. Pada rekarnan EKG yang konvensional Sandapan Standard Ekstrernltas
dipakai 10 bLrah elektroda, yaitu 4 blrah elektroda Dari elektroda-elektroda ekstremitas diclapatkan
ekstremitas dan 5 bLrah elektroda plekotdial. Elektroda- sandapan dengan rekaman potensial bipolar yaitu :

elektroda ekstremitas masing-masing dilekatkan pada: o | = Poiensial LKi -Potensial LKa


lengan kanan (LKa), lengan kiri (LKi), tungkai kanarr (TKa), o l] = Potensial LKa -Potensial TKi
tungkai kiri (TKi). . III = Potensial TKi -Potensial LKi
1526 I(ARDIOLOGI

Untuk mendapatkan sandapan unipolar, gabungan dari


sandapan I, II dan III disebut Terminal Sentral dan
dianggap berpotensial nol. Bila potensial dari suatu
elektroda dibandingkan dengan terrninal sentral, maka
didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan
sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar.
Sandapan-sandapan berikut ini semuanya adalah
sandapan unipolar yaitu:
Sandapan prekordial. Sesuai dengan nama-nama Gambar 8. Vektor V dengan proyeksinya pada bidang F (VF)
el ektrodany a, sandapan prekordi al disebu r V 1,V2.V3,V4,V5, dan pada bidang H (VH) Selanjutnya VH dan VF dapat
danV6. diproyeksikan lagi pada sumbu-sumbu yang dibuat pada bidan H
dan F
Sandapan ekstremitas unipolar. Sandapan ini menunjukkan
potensial mutlak dari masing-masing ekstremitas,
yaltu :
Penelitian menunjukkan bahwa letak sumbu-sumbu ittr
. aVR = Potensial LKa ialah sebagai berikut :
. aVL=Potensial LKi 0 - pusal jxntung
. aVF = Potensial Tungkai I - garis mendatar 00
tr = membuat sudut 600 dengan I, searah jarum jam.
yaitu +60')

KONSEP VEKTOB PADA ELEKTROKARDIOGRAFI


m = +1200
aVR = -150)

Karena gaya listrik mempunyai besar dan arah. maka ia


a\il- - - 300

adalah sebuah vektor. Suatu vektor dapat dinyatakan


aVF = +9if
dengan sebuah anak panah dengan arah anak panah
menunjukkan arah vektor dan panjang anak panah
menyatakan besarnya vektor.
Dalam satu siklus jantung, terjadi gaya listrik pada
saat depolarisasi atrium, ventrikel, dan repolarisasi
6o' r 6o'
ventrikel. Pada rekaman disebut sebagai gelombang P, QRS
dan T. Yang sebenarnya gelombang P, QRS, dan T ini
adalah vektor-vektor ruang yang selalu berubah-Lrbah
besar dan arahnya sehingga disebut vektor P, vektor QRS, ill+
aVF'
dan vektor T.
Untuk mempelajari vektor pada umumnya dipakai suatu Gambar 9. Sistem sumbu pada bidang frontal
sistem sumbu. Untuk vektor ruang. dipakai sistem sumbu
ruang yang terdiri dari tiga buah bidang yang saling tegak Sistem Sumbu pada Bidang Horisontal
I urus. Untuk mempelaj ari vektor-vektor li strik pada j antun g,
Sesuai dengan nama sandapan, maka sumbu- sumbu pada
ketiga bidang berikut ini dipilih : bidang Horisontal. (H), bidang horisontal disebut sebagai berikut :

bidang Frontal (F) dan bidang Sagital (S). Untuk keperluan Yg = garis mendatar 0(l
elektrokardiografi yang konvensional, cukup dipakai dua Y5=+220
bidang saja yaitu bidang H dan bidang F . Y4=4lo
Selanjutnya vektor-vektor yang proyeksinya pada V3 =+580
bidang F dan H dapat diproyeksikan lagi pada garis-garis Y2=+94t)
sumbu yang dibuat pada bidang F dan bidang H. Vt =+1150
Dari sandapan-sandapan konvensional, ternyata
sandapan-sandapan yang diperoleh itu terletak dalam K.K

bidang frontal dan bidang horizontal sebagai berikut :

L Pada bidang frontal: I, II, III, aVR, aVL, aVF


II. Pada bidang horisontal : Vl, V2,V3,V4, V5, V6 I

Sistem Sumbu pada Bidang Frontal v3(58")

Sesuai dengan nama sandapan, maka sumbu-sumbu


pada bidang frontal disebut sumbu I, II, III, aVR, aVL,
dan aVF. Gambar 10. Sistem sumbu pada bidang horisontal
FI FKTROKAIIDIOGRAFI r527

Bila selama siklus jantung kita tinjau vekltor-vekor listrik (bila ada) satu sandapan yang mempunyai jumlah aljabar
yang timbul, maka selama depolarisasi atrium, terjadi vektor defleksi nol (defleksi positif sama dengan defleksi
P dalam ruang yang dimulai dari nol, muncul dengan besar negatif). Maka sumbu QRS adalah tegak lurus pada
dan arah yang berubah-ubah dan akhirnya menjadi nol lagi. sandapan ini. Dalam menentukan arah sumbu QRS, dapat
Bila vektor P ini diproyeksikan pada bidang H dan bidang ditinjau salah satu dari sandapan iainnya, untuk memilih
F. maka terdapat garis tertutup yang mulai dari titik awal 0 satu dari dua arah.
dan kembali lagi pada titik 0. Garis tertutup yang
menggambarkan perjalanan dari vektor P ini disebut bulatan
P.

Jadi depolarisasi atrium menghasilkan bulatan P pada


bidang F dan juga pada bidang H. Demikian juga selama
depolarisasi ventrikel, timbul bulatan QRS pada bidang F
dan bidang H. Pada repolarisasi dari ventrikel timbul juga
bulatan T.
Dari ketiga bulatan vektor itu, bulatan vektor QRS ialah
yang terpenting dan terbesar ukurannya.
Suatu vektor yang menjalani bulatan vektor, besar dan
Gambar 12. Menentukan sumbu lisirik QRS pada bidang frontal
arahnya selalu berubah-ubah. Tetapi selama perubahan dengan menggunakan sandapan I dan aVF V adalah sumbu
itu, dapat ditentukan satu vektor yang merupakan rata- ORS
rata atau sumbu listrik. Secara pendekatan, sumbu listrik
ialah vektor yang membagi bulatan vektor menjadi dua
yang sama. Sumbu listrik merupakan sifat penting dari Untuk lebih tepatnya, yang diukur bukan tingginya
masing-masing ruang jantung. defleksin, tetapi dari luas area yang berada dj bawah
defleksi itu.

Kelainan Sumbu QRS pada Bidang Frontal


Sumbu QRS pada bidang frontal yang dianggap normal
bervariasi antara -300 hingga +900.
l. Sumbu QRS antara -30" hingga -900 disebut deviasi
sumbukekiri (DSKi)
2. Sumbu QRS antara +900 hingga - 1800 disebut deviasi
sumbu ke kanan (DSKa)
Gambar 11. Bulatan vektor QRS pada bidang F. 1,2,3, dan 4 3. Sumbu QRS antara +1800 hingga -900 disebut sumbu
adalah beberapa kedudukan vektor dalam perjalanannya superior.
membentuk bulatan QRS M adalah vektor rata-rata atau sumbu
listrik
Menentukan Sumbu QRS pada Bldang
Horisontal
Pada dasarnya menentukan sumbu QRS pada bidang
SUMBU LISTRIK VEKTOR QRS horisontal adalah sama dengan sumbu QRS pada bidang
frontal. Yang umum dipakai ialah cara II, yaitu mencari
Sumbu listrik vektor QRS dapat disingkat dengan sumbu
sandapan yang jumlah aljabar defleksinya nol. Dari sini
QRS saja. Sumbu QRS dapat ditentukan dari hasil rekaman didapatkan arah vektor yaitu tegak lurus pada sadapan
EKG konvensional.
ini. Suatu kebiasaan, bahwa sumbu QRS pada bidang
horisontal tidak dinyatakan dalam derajat, tetapi cukup
Menentukan Sumbu QRS pada Bidang Frontal ditentukan sadapan yang tegak lurus pada sumbu itu. Jadi
Dari 6 sandapan yang ada pada bidang F, 2 sandapan cukup ditentukan sadapan yang mempunyai jumlah aljabar
sudah cukup untuk menentukan sumbu QRS. Untuk defleksi nol. Sadapan ini disebut daerah transisi pada
praktisnya penentuan sumbu QRS dapat dilakukan bidang prekordial.
dengan beberapa eara, antara lain : l). Pilih 2 sandapan Dianggap bahwa daerah transisi yang normal ialah V3
yang termudah yaitu saling tegak lurus misalnya I dan dan V4. Bila daerah transisi berpindah ke arah jarum jam
aVF. Tentukan jumlah aljabar defleksi pada masing-masing (dilihat dari arah tungkai), misalnya di V5 atau V6, maka
sandapan dan gambarkan sebagai vektor pada masing- dikatakan bahwa sumbu QRS mengalami rotasi searah
masing sumbu. Dari kedua vektor ini dapat dibuat jarum jam. Bila daerah transisi berpindah ke arah V2, maka
resultante yang menggambarkan sumbu QRS; 2). Pilihlah dikatakan terjadi rotasi lawan arah jarumjam.
1528 KARDIOI-OGI

R . ra mil ebar I mm luas (%)x4xl = +4


S ' '4 mm ebai 2mm Luas (%)x4x2 = -8
l!mlah = -4

Gambar 13. Seperti pada gambai' 12. tetapi lebar defleksi tidak
I
sama, yaitu di sandapan Di sini dipakai perhitunEan luas Karena Gambar 17. Sumbu listrik QRS pada bidang horisontai Daerah
bentuk segitiga, maka luas defleksi ialah 1i2 x tinggi x lebar Faktor transisi di V5, yang menunjukkan rotasi searah jarum jam
112 dap'al dihiiangkan karena yang dipakai adalah perbandingan

SUMBU LISTR!K VEKTOR P

Cara menentukar sunrbu P pada dasarnva sama dengan


penentuan surlbu QRS. Karena defleksi gelontbang P kecil.
rlraka cara menentukan sumbu P sering tak bisa terlalu tepat,
dan biasanya dipakai cara II.

Sumbu P pada Bidang Frontal


Celorrbang P yang berasai dari sinrpLrl sinus mempunyri
Gambar 14. Meneniukan sumbu listrik QRS paoa bidang frontal sumbu yall-c beruariasi antara 0 hingga +750. Gelombang F
dengn mencari sandapan yang jurnlah defieksinya nol, dalam
contoh ini aVL Maka sur,rrbu listrik ialah tegak lurus pada aVL _vang her:asai ,N menrpunyai sumbu
dari pen-uhubung
Selanjutnya untuk menentukan arah ke atas atau ke bawah. antala 180'' -90%. Dikatakan sutnbu P ini memputlyai
darr
diperhatikan jumlah defleksi pada l; karena defleksinya positif, arah lawan-arus. Gelombang P yang berasal dnri airium.
maka arah sumbu ialah ke kanan arahnya tergantung dari letak pelracu ektopik di atrium.
Sering sumbunva me unyai arah antara +900 dan 1 800.

lupericr
Surnbu F pada Bidang Horisontal
Gelornbang P 1,ang berasal dari simpul sinus metnpttnvli
r'. s,,rnrbu rang arahnya sekitar di tengah-tengah antara Vl
dan V6. Surnbu P yang buknn bei'asal dari simpLrl sinLrs
memp,Jn;-ai alah yang terganttln-s dari letak pemacll
ektopik dari gelombang P.

Sumbu
ke kanan

Gambar 15. Kelainan sumbu QRS pada bidang frontal Sumbu


listrik yang mendekati 00 sering disebut "jantung horisontal" yang
mendekati 900 disebut "jantung vertikal"
Gambar 18. Menentukan riektor P oada bidang frontal Karena
total defleksi nol terdapat pada sandapan lll, maka vel<tor P harus
tegak lurus pada sandapan lll dan arahnya ke kanan, karena totai
defleksi di sandapan I iaalah positif

v6

V] V2
V1 V2 V3 V4 V5 V6
Gambar 16. Sumbu listrik QRS pada bidang horisonta! yang
norma!. Dari sandapan-sandapan prekordial ditentukan sandapan Gambar 19. Menentukan vektor P pada bidang horisontal. Karena
yang jumlah defleksinya nol, dalam hal ini didapatkan V3. Maka total defleksi nol terdapat pada V2, maka vektor P harus tegak
sumbu listrik QHS ialah tegak lurus pada V3 V3 disebut daerah lurus pada V2 dan arahnya searah dengan V6, karena defleksi P
transisi (T) pada V6 positif
EITKTROKARDIOGRAFI t529

Gambar 20. Vektor P sinus. Pada bidang frontal: antara 00-750.


Pada bidang horisontal: antara V1 dan V6
Gambar 23. Kalibrasi standard: Defleksi 10 mm = 1 mV, kecepatan
keftas 25 mm/detik 1 mm = 0,04 detik, 5 mm = 0,20 detik, 10 mm
=0,40 detik

Gelombang P
Gelombang P ialah defleksi pertama siklus jantung yang
menunjukkan aktivasi atrium. Gelombang P bisa positif,
negatif, bifasik, atau bentuk lain yang khas.
Gambar 21. Sumbu P bukan dari sinus, pada bidang frontal.
Sumbu P dari penghubung AV (Pp), mempunyai arah lawan arus,
yaitu berlawanan dengan arah sumbu P dari sinus Sumbu P dari
atrium (Pa), sering mempunyai arah antara 900-1800

Gambar 24. Gelombang P sinus, dengan sumbu +300

Gambar 22. Sumbu T yang normal mempunyai arah yang hampir


sama dengan sumbu QRS. Bila ada gangguan konduksi
intraventrikular, maka sumbu T juga berubah, yang disebut
perubahan T yang sekunder. Dalam hal ini sumbu T dan sumbu
QRS berlawanan arah Gambar 25. Gelombang P dari penghubung AV, dengan sumbu
-1 000

Sumbu Listrik Gelombang T


Pada umumnya sumbu vektor T jarang diperhatikan karena
morfologi gelombang T mempunyai ciri-ciri khas di luar
sumbu vektornya. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sumbu T yang normal lebih kurang mempunyai arah yang
sama dengan sumbu QRS.
Bila ada kelainan depolarisasi ventrikel, gelombang T Gambar 26. Gelombang P dri atrium dengan sumbu +1500
mengalami kelainan juga, yang disebutkelainan gelombang
T yang sekunder. Dalam hal ini T adalah terbalik dibanding Gelombang Kompleks QRS
defleksi QRS, atau vektor T dan vektor QRS berlawanan Kompleks ini menunjukkan depolarisasi ventrikel. Istilah-
arah. istilah tentang bagian-bagian kompleks QRS ialah : 1).
Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama; 2). Gelombang
R yaitu defleksi positif pertama. Defleksi berikutnya disebut
INTERPRETASI ELEKTRO KAR DIOG RAM gelombang R', R" dan seterusnya; 3). Gelombang S yaitu
defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang S berikutnya
Bila kita membuat rekaman sebuah elektrokardiogram, pada disebut S', S" dan seterusnya.
awal rekaman kita harus membuat kalibrasi, yaitu satu atau
lebih defleksi yang sesuai dengan I milivolt (mV). Secara
baku, defleksi 10 mm sesuai dengan I mV. Kecepatan kertas
perekam secara baku adalah 25 mmldt.
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik OR qR rS RS R OS RR
disebut garis isoelektrik. Defleksi yang arahnya ke atas
disebut defleksi positif dan yang ke bawah disebut defleksi Gambar 27. lstilah-istilah untuk berbagai bentuk gelombang
negatif. kompleks QRS
1530 KARDIOI.OGI

QRS yang monofasik terdiri dari satu defleksi saja yaitu yang ditimbulkan ventrikel kiri jauh lebih kuat dari pada
R atau defleksi tunggal negatif yang disebut QS. Untuk ventrikel kanan.
defleksi yang lebih dari 5 mm, dipakai huruf-huruf besar Q, Gambaran kompleks QRS pada bidang horisontal yang
R dan S. Sedangkan untuk defleksi yang kurang dari 5 mm normal mempunyai corak khas. Sandapan Vl dan V2
dipakai huruf kecil q,r, dan s. terletak paling dekat dengan ventrikel kanan sehingga
disebut kompleks ventrikel kanan. Di sini gaya listrik dari
Gelombang T ventrikel kanan menimbulkan gelombang R yang
selanjutnya diikuti gelombang S yang menggambarkan
ini menunjukkan repolarisasi ventrikel.
Gelombang
gaya listrik dari ventrikel kiri. Sebaliknya, sandapan V5
Gelombang T bisa positif, negatif atau bifasik.
dan V6 paling dekat dengan ventrikel kiri sehingga
sandapan ini disebut kompleks ventrikel kiri. Di sini
Gelombang U gelombang Q menggambarkan aktivasi ventrikel kanan atau
U adalah gelombang kecil yang mengikuti
Gelombang septum, sedangkan gelombang R menggambarkan aktivasi
gelombang T yang asalnya tidak jelas. ventrikel kiri. Dengan demikian gambaran kompleks QRS
pada bidang horisontal ialah gelombang R meningkat dari
Pengukuran Waktu Vl ke V6, sedangkan gelombang S mengecil dari Vl ke V6.
Penentuan frekuensi. Frekuensi jantung (atrial atau
ventrikular) dapat dihitung berdasarkan kecepatan kertas. Gelombang T
Karena kecepatan kertas ialah 25 mmidetik, maka kertas Pada orang dewasa, biasanya gelombang T adalah tegak
menempuh 60 x25 mm = 1500 mm dalam 1 menit. Jadi di semua sandapan kecuali di aVR dan Vl.
frekuensi jantung adalah1500 yaitu sama dengan jarak
siklus dalam mm (yaitu jarak R-R atau P-P).
Gelombang U
Penentuan interval-interval. Untuk pengukuran suatu in- Gelombang U biasanya tegak dan paling besar terdapat di
terval, maka dengan kecepatan baku 25 mm/detik terdapat V2 dan V3. Sering gelombang U tak jelas karena bersatu
1 m;n = 1/25 detik = 0,04 detik, atau 5 mm = 0,20 detik.
dengan gelombang T.
Interval PR : interval PR diukur dari awal gelombang P
hingga awal kompleks QRS. Interval QRS : interval ini
diukur dari awal kompleks QRS hingga akhir dari kompleks Nilai Normal untuk lnterval-lnterval
Interval PR (durasi) : kurang dari 0,12 detik
QRS. Interval QT : Interval ini diukur dari awal QRS hingga
akhir dari gelombang T. Interval PA :0, 12 -0,20detik
Interval QRS (durasi) : 0,07 -0, 10 detik

ELEKTROKARDIOGRAM NORMAL lnterval QT


Interval ini tergantung dari frekuensijantung, yang dapat
ditentukan dengan suatu rumus atau tabel. Untuk
Gelombang P praktisnya, diberikan 3 nilai sebagai berikut: frekuensi 60/
Bentuk gelombang P pada sandapan konvensional dapat menir: 0,33-0,43 detik, 80 kali/menit: 0.29-0,38 detik, dan
dipetoleh dengan I,II dan aVF dan negatif di aVR. 100 kali/menit :0,27-0,35 detik.
Sedangkan di aVL dan III bisa positif, negatif, atau bifasik.
Pada bidang horisontal biasanya bifasik atau negatif
di V1 dan V2, danpositif di V3 hinggaV6. ABNORMALITASATRIUM
Gelombang P dari sinus yang normal tidak lebih lebar
dari 0,11 detik dan tingginya tak melebihi 2,5 mm. Akhir-akhir ini dianggap bahwa konduksi impuls dari simpul
sinus ke arah simpul AV melibatkan jalur-jalur khusus yaitu
Kompleks QRS jalur-jalur internodal. Sedangkan atrium kiri dicapai melalui
Impuls listrik yang datang dari simpul AV melanjutkan diri jalur Bachman. Bila terjadi gangguan konduksi intra-atrial,
melalui berkas His. Dari berkas His ini keluar cabang awal maka bentuk gelombang P mengalami kelainan yang
yang mengaktivasi septum dari kiri ke kanan. Ini mengawali disebut abnormalitas gelombang P. Abnormalitas
vektor QRS yang menimbulkan gelombang Q di I, II, m, gelombang P tidak selalu disebabkan pembesaran atau
aVL, V5 dan V6, tergantung dari arah vektor awal tersebut. hipertrofi atrium seperti yang dianggap di masa lalu.
Selanjutnya impuls berlanjut melalui cabang berkas kiri Aktivasi atrium kanan terjadi lebih dulu daripada atrium
(CBKi), cabang berkas kanan (CBKa), dan mengaktivasi kiri sehingga suatu abnormalitas gelombang P dapat
ventrikel kiri dan kanan. Karena dinding ventrikel kanan menunjukkan suatu abnor- malitas atrium kiri atau
jauh lebih tipis daripada ventrikel kiri, maka gaya listrik abnormalitas atrium kanan. Dalam hal ini "abnormalitas"
ELEKTROIqRDIOGRAFI 1531

merupakan kelainan konduksi dengan atau tanpa dalam di I,trJII, aVL, V5 dan V6, dan gelombang R yang
pembesaran atau hiperlrofi. lebih besar di V 1 .
. Pada sumbu QRS terjadi pergeseran sebagai berikut :
Abnormalitas Atrium Kanan (AAKa) l). Pada bidang frontal: sumbu QRS bergeser ke arah
Tinjauan vektor :
kiri;2). Pada bidang horisontal: sumbu QRS bergeser
ke arah lawanjarum jam.
l. Pada bidang frontal: sumbu P bergeser ke arah kanan
2. Pada bidang horisontal : sumbu P bergeser ke arah lawan
jarumjam. Waktu Aktivasi Ventrikel
Kriteria EKG untukAAKa : Waktu yang berlangsung antara awal QRS hingga puncak
1. P tinggi dan lancip di II, m dan aVF : tinggi > 2,5 mm gelombang R disebut Waktu Aktivasi Ventrikel (WAV).
dan interryal > 0,11 detik Defleksi tajam ke bawah yang mulai dari puncak R disebut
2. Defleksi awal di Vl > 1,5 mm. Bentuk gelombang P pada defleksi intrinsikoid. WAV menggambarkan waktu yang
AAKa sering disebut P pulmonal diperlukan untuk depolarisasi masa ototjantung yang ada
di bawah elektroda prekordial. Jadi makin tebal otot jantung
(ventrikel), makin panjang waktu yang diperlukan untuk
depolarisasi. Dengan demikian WAV memanjang pada
HVKi.

Kriteria EKG untuk HVK|


Gambar 28. Abnormalitas atrium kanan 1. Kdteria Voltase : Voltase ventrikel kiri meninggi
Ada macam-macam criteria dan dapat dipilih salah satu
Abnormalltas Atrium Kiri (AAKi) yartu:
Tinjauan vektor : 1. R atau S di sandapan ekstremitas > 20 mm, a'tau
1. Pada bidang frontal: sumbu P bergeser ke arah kiri S di kompleks VKa > 25 rnm. atau
2. Pada bidang horisontal : sumbu P bergeser ke arah jarum R di kompleks VKi > 25 mm, atau
Jam. SdiVKa+RdiVKi>35mm.
KriteriaEKGuntukAAKi: 2. Depresi ST dan inversi T di kompleks VKi Ini sering
Interval P di II melebar (> O, 12 detik). Sering gelombang P disebut strain pattern
berlekuk, karena mempunyai 2 puncak. Defleksi terminal 3. AAKi
V 1 negatif dengan lebar > 0,04 detik dan dalam > 1 mm. 4. Sumbu QRS padabidang frontal > -150
Kriteria ini disebut kriteriaMorris. Bentuk PpadaAAKi 5. Interval QRS atau WAV di kompleks VKi memanjang:
* Interval
sering disebut p mitral. QRS > 0,09 detik
'r' WAV > 0,04 detik '1

Beberapa catatan tentang HVKi antara lain : l).


Gambaran HVKi pada EKG terutama berkorelasi dengan
masa otot ventrikel kiri, dan kurang berkorelasi dengan tebal
otot atau volumenya; 2). Pada HVKi yang disebabkan
karena beban volume, gambaran EKG terutama
menunjukkan aktivasi septal awal yang menonjol, yaitu
Gambar 29. Abnormalitas atrium kiri
adanya gelombang Q di I, aVL,V5 dan V6, dan gelombang
R yang menonjol di Vl dan Y2;3). Pada HVKi yang
HIPERTROFI VENTRIKEL

Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVKi)


Hipertrofi ventrikel kiri memberikan tanda-tanda yang
cukup jelas pada EKG. Meskipun demikian, akurasinya tak
dapat dianggap mutlak.
Berbagai kriteria telah disusun untuk mempertinggi
sensitivitas dan spesifisitas diagnosis HVKi pada EKG. Gambar 30. Hipertrofi ventrikel kiri, beberapa kriteria:
Tinjauan vektor pada HVKi : A Kriteria votase: S di V1 , V2, yang dalam dan R di V5, V6 yang
. Pada umumnya vektor QRS membesar dalam ukurannya. tinggi
. Penebalan septum menyebabkan vektor QRS awal B. Depresi ST dan inversi T di VO (V5)
membesar, sehingga terlihat gelombang Q yang lebih Waktu aktivasi ventrikel memanjang di V6 (V5)
Ls32 I(ARDIOI.OGI

disebabkan karena beban tekanan, gambaran EKG terutama Menurut tempatnya, blok intraventrikular dapat dibagi :

menunjukkan R yang tinggi disertai depresi ST dan inversi . BlokCabangBerkasKanan(BCBKa)


T pada sandapan ventrikel kiri (V5 dan V6). . BlokCabangBerkasKiri(BCBKi)
. BloklntraventrikularNonspesifik
Hipertrofi Ventrikel Kanan (HVKa)
. Blok Fasikular : 1)..B1ok fasikular kiri anterior; 2). Blok
fasikular kiri posterior.
Karena dinding ventrikel kanan jauh lebih tipis dari pada
dinding ventrikel kiri, maka HVKa baru nampak pada EKG
bila HVKa sudah cukup menonjol untuk dapat Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)
mempengaruhi gaya-gaya listrik ventrikel kiri yang besar. Bila CBKa mengalami blok, maka depolarisasi ventrikel
Tinjauanvektor: kanan mengalami kelambatan, dan septum mengalami
1. Pada bidang frontal: sumbu QRS bergeser ke kanan depolarisasi disusul oleh ventrikel kiri lebih dulu. Pada
2. Pada bidang horisontal : sumbu QRS bergeser searah fase yang terakhir, vektorberasal dari ventrikel kanan, yang
jarumjam. mengarah ke depan (pada bidang H) dan ke kanan (pada
Kriteria EKG untuk IfVKa :
bidang F).
1. Rasio R/S yang terbalik :
Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKa : 1).
. R/S divl > 1
Interval QRS memanjang > 0,10 detik; 2). S yang lebar di I
. R"/S div6< I dan V6; 3). R' yang lebar di V1.
2. Sumbu QRS pada bidang frontal yang bergeser ke Bila interval QRS 0, lO-0,I2 detik, maka disebut BCBKa
kanan, meskipun belum mencapai DSKa. inkomplit.
3. Beberapa kriteria tambahan yang tidak begitu kuat, Bila interval QRS > 0, 12 detik, maka disebut BCBKa komplit.
misalnya: WAV di VI > 0,035 detik, depresi ST dan
inversi T di V1, S, di I,[, dan III.
Beberapa catatan tentang IfVKa:
1. Diagnosis HVKa pada EKG mempunyai sensitivitas
yang rendah tapi spesifisitas yang tinggi.
2. Kriteria EKG untuk HVKa yang paling kuat ialah rasio
R/SdiVI.
Gambar 32. Blok cabang berkas kanan. QRS melebar, S yang
lebar dan dalam di I dan V6 (V5), dan berbentuk RR' di V1 (V2)
Berdasarkan konfigurasi QRS di V1, maka HVKa dibagi
menjadi 3 tipe: l). Tipe A: di sini terdapat R yang tinggi.
Sering disertai depresi ST dan inversi T di Vl dan V2. Tipe Blok Cabang Berkas Kirl (BCBKi)
ini menunjukkan beban tekanan yang tinggi; 2). Tipe B: di Bila CBKi mengalami blok, maka depolarisasi ventrikel kiri
sini terdapat bentuk RS, yang menunjukkan HVKa yang mengalami kelambatan. Pada awal depolarisasi ventrikel,
sedang; 3). Tipe C: di sini terdapat bentuk rsR', yang QRS inisial menggambarkan depolarisasi ventrikel kanan
merupakan blok cabang berkas kanan yang inkomplit. dan septum, kemudian menyusul depolarisasi ventrikel kiri.
Bentuk ini biasanya menunjukkan adanya hipenrofi jalur Jadi pada BCBKi vektor terminal berasal dari ventrikel kiri
keluar dari ventrikel kanan. yang kuat, yang bergeser ke arah kiri (pada bidang F) dan
ke arah belakang (pada bidang H).
Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKi :
1. Interval QRS melebar> 0,10 detik
2. Gelombang R yang lebar, sering berlekuk di I, V5 dan
V6, dengan WAV > 0,08 detik
3. rS atau QS di V1, disertai rotasi searah jarum jam.
Bila interval QRS 0,10-0,12 det1k, maka disebut BCBKi
Gambar 31. Hipedrofi ventrikel kanan. Kriteria terpenting: rasio
inkomplit
R/S terbalik di V1 (V2) dan V6 (V5)
Bila interval QRS > 0, 1 2 detik, maka disebut BCB Ki komplit.

DEFEK KONDUKSI INTRA VENTRIKULAR


Blok lntraventrikular Nonspesif ik
Istilah ini dipakai bila interval QRS melebar (> 0,10 detik) ,
Gangguan penghantaran impuls melalui suatu jalur disebut
tetapi tidakkhas untukBCBKa atau BCBKi.
blok. Yang dimaksudkan dengan konduksi intraventrikular
ialah konduksi melalui cabang berkas kanan (CBKa),
cabang berkas kiri (CBKi), fasikel-fasikel dan serabut- Blok Fasikular
serabut Purkinje. Blok Fasikular sering disebut juga hemiblok.
ELEKTROKARDIOGRAFI 1533

. qR di II,III dan aVF. Blok Fasikular Kiri Posterior jauh


lebihjarang dari pada blok fasikular kiri anterior.

Gambar 33. Blok cabang berkas kiri. QRS yang melebar, bentuk
B di I dan V6 (V5), dan S yang dalam di V1 (V2, V3)

Blok fasikular kiri anterior. Fasikel kiri anterior Gambar 35. Blok fasikular kiri posterior. Tanda terpenting ialah
menghantarkan impuls dari puncak septum ke muskulus sumbu QRS pada bidang frontal: deviasi ke kanan lebih dari +1100,
papilaris anterior. Bila terjadi blok padajalur ini, maka bagian tanpa adanya penyebab lain dari deviasi sumbu ke kanan
posterior-inferior mengalami depolarisasi lebih dulu dari
pada bagian anterior-superior.
Vektor QRS awal selama 0,02 detik mengarah ke bawah Sindrom Pre-eksitasi
dan ke kanan, sehingga terbentuk r kecil di II, m, dan aVF, Sindrom pre-eksitasi ialah suatu sindrom EKG di mana
dan q kecil di 1, aVL dan kadang-kadang di V5 dan V6. ventrikel mengalami depolarisasi lebih awal dari biasa. Hal
Vekor QRS awal selama 0,04 detik mengarah ke kiri dan ke ini disebabkan karena adanyajalur-jalur lain di samping
atas, sehingga terbentuk R tinggi menyusul q di 1, dan jalur-jalur pada sistem konduksi jantung. Ja-lur-jalur ini
aVL, dan S dalam menyusul r di II,[I, dan aVF (bentuk QI- disebut jalur-jalur aksesori.
S[I). Sumbu QRS mengalami deviasi ke kiri hingga > -450 Ada 3 macam jalur aksesori, yaitu : 1). Jalur Kent. Jalur
Sebagai ringkasan, gambaran EKG pada 81ok Fasikular ini ialah yang terpenting di antarajalur-jalur aksesori. Jalur
Kiri anterior ialah : l).Interval QRS sedikit memanjang 0,09- ini menghubungkan atrium langsung dengan ventrikel,
0,1 1 detik; 2). Sumbu QRS deviasi ke kiri > -450. Ini disebut tanpa melalui simpul -AV. Jalur ini menembus cincin AV di
kriteria yang paling kuat; 3). Di I dar aVL terdapat R tinggi, tempat-tempat yang berbeda. 2). Jahr James. Jalur ini
dengan atau tanpa q; 4). Di II,III dan aVF terdapat rS, berawal dari atrium dan berakhir di berkas His. 3). Jalur
dengan S yang dalam. Mahaim. Jalur ini berawal di berkas His dan berakhir di
ventrikel.
Jalur-jalur aksesori dianggap sebagai kelainan
kongenital dan terdapat pada l-2 permil dari populasi
umum. Jalur aksesori bisa bersifat non fungsional pada
waktu lahir dan manifes pada masa kanak atau dewasa.

Gambar 34. Blok fasikular kiri anterior Tanda terpenting ialah


sumbu QRS pada bidang frontal: deviasi ke kiri lebih dari -450 GAMBARAN EKG PADA SINDROM PRE.EKSITASI

Blok fasikular kiri posterior. Fasikel kiri posterior Pre-eksitasi pada Jalur Kent
menghantarkan impuls dan CBKi ke muskulus papilaris Pre-eksitasi pada jalur Kent disebut luga sindrom Wolff
posterior dari ventrikel kiri. Suatu blok pada jalur ini Parkinson White (WPW).
mengakibatkan bagian anterior-superior dari ventrikel kiri Gambaran EKG pada sindrom WPW menggambarkan
mengalami depolarisasi lebih dahulu dari pada bagian kompleks fusi antara aktivasi ventrikel melalui jalur normal
posterior-inferior. dan melalui jalur aksesori. Impuls dari atrium yang melalui
Vektor QRS awal selama 0,02 detik mengarah ke krri jalur Kent lebih cepat sampai di ventrikel karena tidak
dan superior, sehingga terbentuk r kecil di I dan aVL, dan melewati simpul AV yang mempunyai sifat memperlambat
1 kecil di II,[, dan aVF. Vektor QRS awal selama 0,06 detik impuls. Impuls yang melalui jalur Kent ini mengawali
mengarah ke bawah, sehinggaterbentukR tinggi di II, III, depolarisasi ventrikel di suatu tempat di ventrikel, yang
dan aVF dan S di I dan aVl.Sumbu QRS bergeser ke kanan menyebabkan timbulnya suatu gelombang khas pada awal
>+1lff. kompleks QRS, yang disebut gelombang delta.
Sebagai ringkasan, gambaran EKG pada blok fasikular Gelombang delta merupakan bagian landai pada awal
kiri posterior ialah : kompleks QRS. Adanya gelombang delta ini menyebabkan
. Interval QRS memanjang 0,09 -0,1 1 detik kompleks QRS melebar. Waktu konduksi atrio-ventrikular
. Sumbu QRS bergeser ke kanan > + 110o yang memendek menyebabkan interval PR yang memendek.
. rS di I dan aVL Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom W-P-W
t534 KARDIOLOGI

ialah: 1). Interval PR memendek < 0,12 detik; 2). Adanya Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom L-G-L
gelombang delta; 3). Kompleks QRS melebar (karena ialah :

gelombang delta). 1). Interval PR memendek (0,12 det); 2). Tak ada gelombang
delta, kompleks QRS normal.

Pre-eksitasi pada Jalur Mahaim


Karena jalur Mahaim dimulai dari berkas His, maka interval
PR tidak terpengaruh. Jalur Mahaim mengawali aktivasi
pada sebagian ventrikel, sehingga terjadi gelombang delta.
Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom pre-
eksitasi melalui ialur Mahaim iatah: l). Interval PR normal;
Jalur Kent Jalur James Jalur Mahain
2). Terdapat gelombang delta, kompleks QRS melebar.
Gambar 36. Jalur-jalur aksesori

- interval PR memendek
- tak ada gelombang delta
- lnterval PR memendek QRS tak melebar
- ada gelombang delta,
QRS melebar Gambar 38. Pre-eksitasi jalur James: Sindrom Lown Ganong
Levine. lmpuls dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 ialah jalur
Gambar 37. Pre-eksitasi pada jalur Kent: sindrom WPW. lmpuls normal, jalur2 melaluijalurJames lmpuls melalui jalur2 mencapai
dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 ialah jalur normal, jalur 2 berkas His lebih awal karena tidak mengalami perlambatan di
melalui lalur Kent. lmpuls yang melalui jalur 2 mencapai ventrikel simpul AV, sehingga interval PB memendek, sedangkan bentuk
lebih awal dan mengaktivasi suatu daerah D di ventrikel, yang kompleks QBS normal Aktivasi melaluijalur 2 tak mempunyai efek
pada EKG menggambarkan gelombang delta (D). Aktivasi ventrikel karena ventrikel dalam periode refakter mutlak
melalui jalur 2 menyusul sehingga bentuk akhir EKG ialah fusi
antara aktivasi melalui jalur 1 dan ialur 2

Meskipun letak jalur Kent sangat bervariasi, pada garis


besarnya dapat dibedakan 2 tipe, yaitu :
Sindrom W-P-W tipe A. Di sini j alur Kent terletak di sebelah
kiri, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kiri. Garnbaran - interval PR normal
- ada gelombang delta,
EKG menyerupai bentuk BCBKa, dengan R yang tinggi di
QRS melebar
V1danV2.
Sindrom WPW tipe B. Di sini jalur Kent terletak di sebelah Gambar 39. Pre-eksitasi jalur Mahaim. lmpuls dari sinus hingga
kanan, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kanan. simpul AV berjalan biasa, sehingga tak ada pengaruh terhadap
interval PR lmpuls melali jalur 2 yang berawal dari berkas His,
Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBKi, dengan defleksi mencapai suatu daerah D di ventrikel (sedikit) lebih awal dari
QRS yang negatif di Vl dan V2. pada aktivsi ventrikel melalui jalur biasa (1), sehingga pada EKG
terdapat gelombang delta Selanjutnya terjadi fusi dari aktivasi
melalui kedua jalur tersebut
Pre-eksitasl pada Jalur James
Pre-eksitasi padajalur James disebutjuga sindrom lown-
Ganong-Levine (L-G-L). Gambaran EKG pada sindrom L- PENYAKIT JANTUNG KORONER
G-L menggambarkan interval PR yang memendek karena
impuls yang melalui jalur ini mencapai ventrikel lebih cepat Elektrokardiografi ialah sarana diagnostik yang penting
karena tidak diperlambat oleh simpul-AV. Tetapi aktivasi untuk penyakit jantung koroner.Yang dapat ditangkap
ventrikel ini berpangkal dari berkas His sehingga jalur oleh EKG ialah kelainan miokard yang disebabkan oleh
aktivasi ini tidak berbeda dari aktivasi normal. Ini terganggunya aliran koroner.
menghasilkan kompleks QRS yang normal, tanpa Terganggunya aliran koroner menyebabkan kerusakan
gelombang delta. miokard yang dapat dibagi menjadi 3 tingkat : 1). Iskemia.
EI.EKTROI(ARDIOGRAFI 1535

kelainan yang paling ringan dan masih reversibel; 2). Injuri, kiri, maka adalah penting untuk menentukan lokalisasi
yaitu kelainan yang lebih berat, tetapi masih reversibel; 3). bagian-bagian dinding ventrikel kiri pada EKG.
Nekrosis, yaitu kelainan yang sudah ireversibel, karena Pada umumnya dipakai istilah-istilah sebagai berikut :

kerusakan sel-sel miokard sudah permanen. 1. Daerah anteroseptal:Vl -V4


2. Daerahanterior ekstensif : Vl -V6, I dan aVL
3. Daerah anterolateral: V4-V6. I dan aVL
4. Daerah anterior terbatas : V3-V5
Daerah lskemia
Daerah injuri
5. Daerah inferior: II. III dan aVF
6. Daerah lateral tinggi : I dan aVL
Daerah nekrosis 7. Daerah posterior mumi memberikan bayangan cermin
Vl, Y2 dan V3 terhadap garis horisontal.
dari

Endokard Proyeksi dinding-dinding ventrikel kanan pada


Epikard umumnya terlihat pada V4R-V6R. Sering bersamaan dengan
[,III, danaVF.
Gambar 40. Berbagai derajat iskemia pada infark miokard

Masing-marsing kelainan ini mempunyai ciri-ciri ylng


khas pada EKG. Pada umumnya iskemia dan injuri
menunjukkan kelainan pada proses repolarisasi miokard,
yaitu segmen ST dan gelombang T.
Nekrosis miokard menyebabkan gangguan pada proses
depolari sasi, yaitu gelombang QRS.

Gambar 41. Depresi ST pada iskemia miokard


lskemia
Depresi ST. Ini ialah ciri dasar iskemia miokard. Ada 3 a. Depresi ST horisontal, spesifik untuk iskemia
rnacam jenis depresi ST, yaitu : a). Horisontal, b). Landai b. Depresi ST landai ke bawah, spesifik untuk iskemia
ke bawah, c). Landai ke atas c. Depresi ST landai ke atas, kurang spesifik untuk iskemia
Yang dianggap spesifik ialah a dan b. Depresi ST
dianggap bermi*na bila lebih dzLri I mm, makin dalam makin
spesilik.
Inversi T. Gelombang T yang negatif (vektor T berlawanan
arah dengan vektor QRS) bisa terdapat pada iskemia
miokard, tetapi tanda ini tidak terlalu spesifik. Yang lebih
spesifik ialah bila gelombang T ini simetris dan berujung
lancip.
Inversi U. Gelombang U yang negatif (terhadap l) cukup
spesifik untuk iskemia miokard.
Gambar 42. Depresi T pada iskemia miokard

lnjuri a lnversi T pada umumnya kurang spesifik untuk iskemia


Ciri dasar injuri ialah elevasi ST dan yang khas ialah b lnversi T yang berujung lancip darr simetris (seperti ujung
konveks ke atas. Pada umumnya dianggap bahwa elevasi anak panah), spesifik untuk iskemia
ST menunjukkan injuri di daerah subepikardial, sedangkan
injuri di daerah subendokordial menunjukkan depresi ST
yang dalam.

Nekrosis
Ciri dasar nekrosis miokard ialah adanya gelombang Q
patologis yaitu Q yang lebar dan daJam, dengan syarat-
syarat: lebar > 0,04 detik dalam >4 mm atau > 257o tinggi R

Lokalisasi Dinding Ventrikel pada EKG


Karena iskemia miokard sebagian besar mengenai ventrikel Gambar 43. lnversi U, cukup spesifik untuk iskemia
1536 IQ{RDIOI.OGI

fase sebagai berikut:


Fase awal atau fase hiperakut: l). Elevasi ST yang
nonspesifik, 2).T yang tinggi dan melebar.
Fase evolusi lengkap : 1). Elevasi ST yang spesifik, konveks
ke atas, 2).T yangnegatif dan simetris, 3). Q patologis.

Gambar 44. lnjuri miokard Fase infark lama: 1). Q patologis, bisa QS atau Qr. 2). ST
yang kembali iso-elektrik, 3). T bisa normal atau negatif
a. Elevasi ST cembung ke atas, spesifik untuk injuri (epikard)
b. Elevasi ST cekung ke atas, tidak spesifik Beberapa catatan tentang EKG pada infark miokard : 1).
c. Depresi ST yang dalam, menunjukkan injuri subendokardial Timbulnya kelainan-kelainan EKG pada infark miokard akut
bisa terlambat, sehingga untuk menyingkirkan diagnosis
infark miokard akut, diperlukan rekaman EKG serial; 2). Fase
evolusi berlangsung sangat bervariasi, bisa beberapa jam
hingga2 minggu. Bila elevasi ST bertahan hingga 3 bulan,
D- maka dianggap telah terjadi aneurisma ventrikel; 3). Selama
evolusi atau sesudahnya, gelombang Q bisa hilang
sehingga disebut infark mrokard non-Q. Ini terj adi 20-30%o
kasus infark miokard; 4). Gambaran infark miokard
Gambar 45. Nekrosis miokard. Pada umumnya dianggap: Q
subendokardial pada EKG tidak begitu jelas dan
menunjukkan tebalnya nekrosis, R menunjukkan sisa miokard yang memerlukan konfirmasi klinis dan laboratoris. Pada
masih hidup umumnya terdapat depresi ST yang disertai inversi T yang
a. Bentuk qR: nekrosis dengan sisa miokard sehat yang cukup dalam yang berlahan beberapa hari; 5). Pada infark miokard
b. Bentuk Qr: nekrosis tebal dengan sisa miokard sehat yang tipis pada umumnya dianggap bahwa Q menunjukkan nekrosis
c Bentuk QS: nekrosis seluruh tebal miokard, yaitu transmural miokard, sedangkan R menunjukkan miokard yang masih
hidup, sehingga bentuk Qr menunjukkan infark non-trans-
mural sedangkan bentuk QS menunjukkan infark transmu-
lnferlor
ral. Pada infark miokard non-Q, berkurangnya tinggi R
Lateral tinggi menunjukkan nekrosis miokard; 6). Pada infark miokard
Anteroseptal dinding posterior murni, gambaran EKG menunjukkan
Anterior ekstensil
Anterolateral
bayangan cermin dari infark miokard anteroseptal terhadap
Anterior terbatas garis horisontal, jadi terdapat R yang tinggi di V1, V2, V3
Ventrikel kanal
Posteior murni
dan disertai T yang simetris.

Gambar 46. Lokalisasi dinding ventrikel pada EKG

Gambar 47. Gambaran EKG pada infark miokard akut : evolusi Gambar 48. Contoh lokasi infark miokard
a. Fase hiperakut a. lnfark akut anteroseptal
b. Fase ovulasi lengkap b. lnfark akut posterior murni
c. Fase infark lama

ANEKA KELAINAN ELEKTROKABDIOGRAFI


GAMBARAN EKG PADA INFARK MIOKARD AKUT

Umumnya pada infark miokard akut terdapat gambaran Hiperkalemia


iskemia, injuri dan nekrosis yang timbul menurut urutan Bila kadar kalium darah meningkat, berturut-turut akan
tertentu sesuai dengan perubahan-perubahan pada nampak kelainan: 1).T menjadi tinggi dan lancip, 2). R
miokard yang disebut evolusi EKG. Evolusi terdiri dari fase- menjadi lebih pendek, 3). QRS menjadi lebar, 4). QRS bersahr
tr.I F-KIROIQq'RDIOGRAFT t537

dengan I sehingga segmen ST hilang, 5). P mengecil dan


akhirnya menghilang.

Hipokalemia
Bila kadar kalium darah menurun. berturut-turut akan
tampak kelainan-kelainan: 1). U menjadi prominen, 2).7
makin mendatar dan akhirnya terbalik, 3). Depresi ST, 4). Gambar 51. Gambaran EKG pada hipo dan hiperkalsemia

Interval PR memanjang. Hipokalsemia : QT memanjang terutama karena perpanjangan ST


Sering U yang prominen dikrra T sehingga seolah-olah Hiperkalsemia QT memendek, terutama karena pemendekan ST
:
interval QT memanjang.

Hiperkalsemia
Kelainan EKG yang terpenting ialah interval QT yang
memendek.

Hipokalsemia
Kelainan EKG yang terpenting ialah perpanjangan segmen Gambar 52. Efek digitalis. QT yang memendek, depresi ST yang
Sl sehingga interval QT memanlang. menurun landai dan kemudian naik dengan curam dan T yang
rendah

Digitalis
Digitalis dapat mempengaruhi bentuk QRS-T, yang disebut
efek digitalis: l). Memperpendek interval QT, 2) Depresi
ST, mulai dengan menurun landai disusul bagian akhir
yang naik dengan curam. 3). Sering menjadi rendah. Selain
itu bisa terjadi gangguan pembentukan dan penghantar
impuls.

Gambar 53. Perikarditis akut. Elevasi ST kurang dari 5 mm, bentuk

:\^r\A -]4
cekung ke atas, tidak timbul Q

Perikarditis
K+ normal K+ meningkat Pada perikarditis, biasanya teriadi peradangan pada
epikard, sehingga gambaran EKG menyerupai gambaran
Gambar 49. Gambaran EKG pada hiperkalemia. Bila kadar K- iniuri pada epikard berupa elevasi ST. Pada perikarditis
makin meningkat: yang hanya sedikit menimbulkan peradangan pada epikard
a. T meninggi dan lancip, R menjadi pendek maka EKGbisanormal.
b QBS melebar dan bersatu dengan T Kelainan EKG yang khas untuk perikarditis ialah sebagai
c. P merendah dan hilang berikut:
1. Elevasi segmen ST : a). Biasanya luas kecuali Vl dan
aVR, b).Bentuk konkaf ke atas, c). Kurang dari 5 mm
2. T menjadi terbalik, terutama setelah segmen ST kembali
ke garis isoelektrik.
3. TidaktimbulQ.
;\^
Pada efusi perikardial, tanpa adanya peradangan
K+ normal K+ menurun
epikardial; tidak terdapat elevasi ST. Dalam hal ini gambaran
EKG hanya menunjukkan voltase yang rendah pada QRS
Gambar 50. Gambaran EKG pada hipokalemia Bila K. makin dan T.
menurun:
Mengenai gambaran EKG pada kelainan irama jantung
a. U prominen, T mendatar (aritmia) dibahas khusus pada topik khusus di bagian lain
b. Depresi ST, Tterbalik, PR memanjang buku ini.
1538 KARDIOI.OGI

BEFERENSI fUark Silverman E Myerburg RJ. Willis HurstJW. Electrocardio-


graphy, Basic Concepts and Clinical Application. McGraw-Hill
Arrhytmia -a Guide to Clinical Electrocardiology. Erik Sandoe, Bjame Book Company, 1983.
Sigurd' Publishing Partners Verlags GmbH., 1991. Thomas Bigger, J.Jr. The electrical activity of the heart. In :Hurst
Arrhytmia. Diagnosis and Management. Erit Sandoe, Bjarne Sigurd .The Heart, , Eight Edition,1994:.645-57.
Fachmed AG-Verlag fur Fach-medien, 1984. Waldo AL, Wit AL. Mechanism of cardiac anhythmias and conduc-
Castellanos A, Kessler KM, Meyerburg RJ. The resting tion disturbances. In: Hurst, The Hearl, Eight Edition, McGraw-
McGraw-
electrocardiogram. In: Hurst, The Heart, Eight Edition, Hilllnc 1994: 656-97.
Hilll nc. lgg4, 321-52, WHO ISFC Task Force. Classification of cardiac arrhytmias and
Fish C. Electrocardiography and vectocardiog- raphy. In: Braunwald, conduction disturbances. Am Heart J, 19'79l' 98(2): 263-7.
Heart Disease, Fourth Edition, WB Saunders Company. 1992: WHO/ISFCTaskForce. Definition of terms related to cardiac rhytm.
1 16_60. Am Heart t, 7978;95(6): 796-806.
Hein J.J. Wellens, Mury B. Conover. The ECG in Emergency Dedsion
Making WB. Saunders Com- pany.l992.
240
RADIOLOGI JANTUNG
Idrus Alwi

RADIOLOGI DADA NORMAL sloping bagian inferior mediastinum pada foto lateral.
Jantung mudah dibedakan dari paru-paru karena
Pada pembacaan foto rontgen dada, pendekatan secara jantung lebih mengandung darah dengan densitas air lebih
sistematis adalah penting, berdasarkan penilai an pertama besar dibandingkan dengan udara. Karena darah
pada anatomi dan selanjutnya fisiologi. Pendekatan ini melemahkan x-ray lebih kuat dibandingkan dengan udara,
tentu saja didasarkan pada pemahaman mengenai apa yang jantung relatif tampak berwarna putih (namun kur"ang putih
dimaksud dengan normal. dibandingkan dengan tulang) dan paru-paru relatif hitam
Pada pemeriksaarr rontgen dada PA standar, diameter (kurang hitam dibandingkan dengan ujung-ujung film di
keseluruhan jantung yang normal adalah kurang dari mana tidak ada jaringan yang menghalangi). Bantalan lemak
setengah diameter tranversal toraks. Jantung pada daerah dengan ketebalan yang berbeda mengelilingi apeks
toraks kisarannya tiga perempat ke kiri dan seperempat ke jantung. Lemak memiliki kepadatan yang lebih besar
kanan dari tulang belakang. Mediastinum lebih sempit, dan dibandingkan dengan udara dan sedikit lebih kecil
biasanya aorta descendens dapat didefinisikan dari arkus dibandingkan dengan darah. Kantong perikardium tjdak
ke kubah diafragma di sisi kiri. Di bawah arkus aorla, dapat dapat didefinisikan secara normal. Pinggiran dari siluet
dilihat hilus pulmonal, sedikit lebih tinggi pada bagian kiri jantung biasanya cukup tajam namun konturnya tidaktajam
dibandingkan dengan bagian kanan. Pada foto lateral, arteri secara keseluruhan. Meskipun waktu pajanan terhadap
pulmonalis utama kiri dapat terlihat superior dan posterior sinar x sangat singkat (kurang dari 100 milidetik), biasanya
dibandingkan dengan yang kanan. Pada penampakan terdapat gerakanjantung yang cukup mengakibatkan agak
frontal sekaligus lateral, aorta asendens (akar aorta) buramnya siluet tersebut. Jika sebagian pinggiran j antung
biasanya terhalang oleh arteri pulmonalis utama dan kedua tidak bergerak, seperti dalam kasus aneurisma ventrikel
atrium. Lokasi pulmonary outflow tractbiasany aielas pada kiri, pinggirannya nampak tajam. Arkus aorta biasanya
foto lateral. terlihat, karena aorta mengalirkan darah secara posterior
dan dikelilingi oleh udara. Sebagian besar aorta desendens
juga dapat terlihat. Posisi dan ukuran masing-masing dapat
RUANG JANTUNG DAN AORTA dievaluasi dengan mudah dengan pandangan frontal dan
lateral.
Pada pandangan PA, kontur bagian kanan mediastinum
berisi atrium kanan, aorta asendens dan vena kava.
Ventrikel kanan, setengahnya menutupi ventrikel kiri pada PARU DAN VASKULARISASI PARU
penampakan frontal sekaligus lateral. Atrium kiri terdapat
inferior dari hilus pulmonal kiri. Pada kondisi normal, Ukuran paru-paru bervariasi sebagai fungsi inspirasi, usia,
terdapat cekungan pada tingkat ini, yaitu pada left atrial bentuk tubuh, kandungan air, dan proses-proses patologis
appendage. Atrium membentuk sebagian atas kontur intrinsik. Dengan adany a peningkatan disfun gsi ventrikular
posterior jantung pada foto lateral namun tak dapat kiri, cairan interstisial dalam paru-paru meningkat dan
dipisahkan dari ventrikel kiri. Ventrikel kiri membentuk ekspansi paru-paru menurun. Di sisi lain, paru-paru nampak
apeks jantung pada pandangan frontal seperti halnya lebih besar dan lebih gelap jika disertai penyakit paru

153
1540 Ii{RDIOI.OGI

obstruktif kronis dengan pembentukan bula. Jika ekspansi jantung yang menyempit, meningkatkan diameter trans-
paru-paru menurun, jantung nampak sedikit lebih besar versal, sehingga jantung mungkin nampak membesar pada
meskipun jantung sebenarnya tidak berubah ukurannya. penampakan frontal namun diameterAP yang sempit yang
Namun, jantung tersebut tidak melebihi setengah diameter terlihat pada penampakan lateral dapat menjelaskan hal
transversal dada pada foto PA yang berkualitas baik ini. Kifosis atau skoliosis juga dapat menyebabkan jantung
kecuali jika benar-benar ada kardiomegali. Penting untuk atau mediastinum nampak abnormal. Oleh karena itu
diingat bahwa pembesaran yang nyata kemungkinan penting halnya untuk memeriksa tulang belakang dan
di sebabkan oleh pembesaran j antung secara kesel uruhan, struktur tulang lainnya secara sistematis saat
pelebaran satu ruang jantung atau lebih, atau cairan memperhatikan radiografi dada.
perikardial. Pada pasien-pasien dengan penyakit paru
obstruksi kronis, jantung seringkali nampak berukuran
kecil atau normal pada kondisi disfungsijantung. EVALUASI FOTO RONTGEN DADA PADA
Pada subyek normal, arteri pulmonalis biasanya dapat PENYAKITJANTUNG
terlihat dengan mudah pada hilus dan secara bertahap
berkurang lebih perifer. Afieri-arleri pulmonalis kanan dan Penyakit kardiovaskular menyebabkan perubahan-
kiri utama biasanya tak dapat diidentifikasi secara terpisah, perubahan yang beragam dan kompleks dalam gambaran
kirena rnereka terletak dengan mediastinum. Jika paru-paru foto rontgen dada. Kardiomegali secara keseluruhan
diandaikan terbagi menjadi tiga bagian, arteri utama adalah dapat ditentukan dengan akurat pada penampakan fron-
sentral, arteri-arteri kecil yang mudah dibedakan dengan tal dengan mencatat apakah diameter jantung melebihi
jelas di zona tengah, dan arteri-arleri kecil dan arteriol yang setengah diameter toraks atau tidak. Kardiomegali pal-
biasanya di bawah batas resolusi pada zona luar. Dalam ing sering terlihat karena kardiomiopati iskemia yang
keadaan standar, pandangan frontal berdiri, arleri-arteri mengikuti infark miokard. Dalam penilaian foto rontgen
pada zona yang lebih rendah lebih besar dibandingkan dada secara sistematis, langkah pertama adalah untuk
dengan yang berada dr zona yang lebih tinggi, padajarak menetapkan tipe film apa yang akan dievaluasi-PA dan
yang sama dari hilus. Penampakan tersebut sehubungan lateral, PA saja, atau AP (entah portabel atau satu diambil
efek gravitasi pada sirkulasi paru-paru bertekanan rendah dalam pandangan AP karena pasien tidak mampu berdiri).
yang normal. Hal tersebut terjadi demikian, jika gravitasi Langkah berikutnya adalah menentukan apakah foto-foto
mengarah pada volum intravaskular yang sedikit lebih sebelumnya tersedia untuk perbandingan.
besar pada dasar-dasar paru-paru dibandingkan dengan
padazona-zona yang lebih tinggi. Sudut yang dibuat oleh
paru-paru dengan diafragma biasanya sangat tajam dan
dapat ditandai dari dua sisi pada penampakan frontal dan
lateral. Kontur yang dibentuk oleh vena kava inferior
denganjantung terlihatjelas pada foto lateral. Jika pasien
diletakkan pada sisinya dengan sisi kiri menghadap film,
bagian kanan relatif sedikit diperbesar dibandingkan
dengan yang kiri.

VARIASINORMAL

Variabel anatomis dan penuaan merupakan tantangan


dalam evaluasi foto rontgen dada karena penurunan Gambar 1. A). Proyeksi frontal jantung dan pembuluh darah; B).
compliance paru. Aorta dan pembuluh darah besar Gambar garis pada proyeksi frontal menunjukkan hubungan katup
jantung, cincin, dan sulci ke garis mediastinal A= ascending aoftai
biasanya menyempit dan menjadi lebih berTrkl(tourtuous)
AA= aoriic archi Az= azygous vein; LA= left atrial appendage;
dan lebih jelas seiring bertambahnya usia, mengarah pada
LB= left lower border of pulmonary arlery, LV= left ventricle; PA=
pelebaran mediastinum superior. Jantung nampak lebih main pulmonary afteiy, RA= right atrium, S= superior vena cava;
besar karena penurunan komplaiens paru kecuali jika SC= subclavian aftery
melnang ada penyakitjantung, jantung ukurannya kurang
dari setengah diameter transversal dada pada pandangan
PA. Pasien yang obes lebih mungkin memiliki derajat PABU DAN VASKULARISASI PARU
hambatan ekspansi paru-paru maksimal, sehingga mungkin
akan membuat jantung normal nampak sedikit lebih besar. Pemeriksaan terhadap pola vaskularisasi paru merupakan
Pasien dengan pektus ekskavatum memiliki diameter AP hal yang sulit namun sangatpenting. Pemeriksaan tersebut
RADIOI.OGIJANTUNG t54r

bervariasi tergantung posisi pasien (berdirr versus RUANG.RUANG JANTUNG DAN PEMBULUH BESAR
berbaring) dan berubah secara mendasar oleh penyakit
paru yang mendasarinya. Cara terbaik untuk menilai Evaluasi terhadap jantung harus dilakukan secara sistematis.
vaskularisasi paru adalah dengan memperhatikar, zona Setelah menilai ukuran keseluruhan dan pola vaskular paru
tengah paru-paru (misalnya sepertiga dari paru-paru di sebagai refleksi status fisiologis jantung bagian kiri-ruang
antara daerah hilus dan daerah perifer lateral) dan jantung harus diperiksa. Seperti telah disebutkan, tidak
membandingkan daerah pada lapangan paru atas dengan mungkin untuk menunjukkan ruang jantung dengan jelas
daerah pada daerah yang lebih rendah pada jarak yang pada sebuah foto rontgen dada normal. Pada penyakit
sebanding dari hilus. Pembuluh darah harus lebih besar valvular yang didapat dan pada banyak jenis penyakit
pada paru-paru bagian bawah namun berbeda dengan jantung kongenital, ditemukan pembesaran ruang jantung.
jelas pada zora-zor\a atas dan bawah. Pada kondisi
normal, pembuluh-pembuluh menyempit dan bercabang-
cabang dan sulit ditemukan pada sepertiga luar dari ATRIUM KANAN
paru-paru. Dalam kondisi normal tak terlihat di dekat
pleura. Perbesaran atrium kanan biasanya tak pernah terbatas
Pada pasien dengan high-output s/a/e (misalnya (isolated') kecuali dengan adanya atresia trikuspid
kehamilan, anemia berat seperti pada penyakit sickle cell, kongenital atau kelainan Ebstein, keduanya jarang terj adi
hipertiroidisme) atau shuntkiri ke kanan, karena aliran meskipun pada kelompok usia anak. Atrium kanan dapat
arteri pulmonalis meningkat, pembuluh-pembuluh melebar dengan adanya hipertensi pulmonal atau
pulmonalis dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan regurgitasi trikuspid, namun pelebaran ventrikel kanan
biasanya pada paru-paru perifer. Pada keadaan tekanan biasanya melebihi atau menghalangi atrium. Kontur atrium
arteri pulmonalis yang meningkat, batas-batas pembuluh kanan bergabung dengan vena kava superior, arteri
menjadi tidak jelas, pembuluh-pembuluh pada zona pulmonalis utama kanan dan ventrikel kiri.
rendah menyempit dan yang berada pada zona lebih
tinggi membesar, dan pembuluh-pembuluh menjadi lebih
jelas ke arah pleura, pada sepertiga luar paru-paru. VENTRIKEL KANAN
Dengan tekanan akhir diastolik ventrikel ktri (left
ventricular end-diastolic pressltre =LVEDP) ata:u left Tanda klasik pembesaran ventrikel kanan adalah jantung
atrial pressure yang meningkat, edema interstisial "boot-shaped' dan pementhat (filling in) ruang udara
meningkat dan akhirnya muncul edema paru. Biasanya retrosternal. Pemenuhan tersebut disebabkan oleh
terdapat korelasi pola vaskular paru dar, pulmonary pergeseran letak tranversal apeks ventrikel kanan saat
capillary wedge pressure (PCWP). Pada PCWP yang ventrikel kanan melebar. Karena pada orang dewasa
lebih kecil dari 8 mm Hg, pola vaskular adalah normal. ventrikel kananjarang melebar tanpa pelebaran ventrikel
Sementara PCWP meningkat menjadi 10 sampai 72mm kiri secara bersamaan, bentuk boot ini seringkali tidak jelas.
Hg, diameter pembuluh-pembuluh pada zona lebih rendah Bentuk tersebut paling sering terlihat pada penyakit
nampak sebanding atau lebih kecil dari pembuluh- jantung kongenital, biasanya pada tetralogi FaLLot.
pembuluh padazona yang lebih tinggi. Pada tekanan 12 Bersamaan dengan melebarnya ventrikel kanan, ventrikel
sampai 18 mm Hg batasan-batasan pembuluh menjadi tersebut meluas secara superior juga secara lateral dan
lebih buram secara bertahap karena meningkatnya posterior, memenuhi ruang udara retrosternal. Ajaran yang
ekstravasasi cairan ke dalam interstisium. Efek ini klasik adalah pada foto rontgen dada lateral, pada pasien
terkadang mudah dikenali sebagai Kerley B lines, yatg normal densitas jaringan lunak terbatas pada kurang dari
horizontal, basis pada pleura, densitas linier perifer. sepertiga jarak dari suprasternal notch sampai ke ujung
Bersamaan dengan meningkatnya PCWP melebihi 18 xyphoid. Jika jaringan lunak tersebut memenuhi lebih dari
sampai 20 mm Hg, muncul edema paru dengan adanya setengah jarak ini, hal tersebut merupakan indikasi
cairan interstisial dalam jumlah cukup untuk pembesaran bilik kanan yang dapat dipercaya.
mengakibatkan gambaran bat wing perihilar. Gambaran Pembesaran ventrikel kanan paling sering ditemukan
khas tersebut dapat berubah untuk beberapa hal. Pada pada penyakit katup mitral, setelah terjadi hipertensi
pasien fibrosis paru luas atau bula multipel, terdapat pola pulmonal. Yang lebih jarang adalah karena hipertensi
vaskular abnormal pada baseline dan jika terdapat pulmonalprimer.
peningkatan PCWP, tak ada perubahan yang dapat
diprediksi. Pada pasien gagal jantung kronis, terdapat
perubahan-perubahan kronis pada pola vaskular paru ATRIUM KIRI
yang tidak berhubungan dengan perubahan yang muncul
pada pasien dengan tekanan ventrikel kiri yang normal Terdapat beberapa tanda klasik yang menunjukkan
pada baseline. pembesaran atrium kiri. Yang pertama adalah pelebaran
1542 KARDIOI.OGI

kanan. Ventrikel kiri tetap berukuran normal. Pada


regurgitasi mitral, atrium dan ventrikel kiri keduanya
beflambah besar karena meningkatnya aliran. Redistribusi
vaskular paru lebih bervariasi pada regurgitasi mitrai
dibandingkan dengan stenosis mitral, seperti halnya
pelebaran ventrikel kanan.

VENTRIKEL KIRI

Pembesaran ventrikel kiri dicirikan dengan kontur apeks


yangjelas dan mengarah ke bawah, yang dibedakan dari
pergeseran letak transversal seperti yang terlihat pada
pembesaran ventrikel kanan. Kontur keseluruhan jantung
biasanya juga membesar, meskipun hal ini tidak spesifik.
Juga penting mengevaluasi ventrikel kiri pada posisi lat-
eral, di mana tampak sebagai tonjolan posterior, di bawah
tingkatan anulus mitral. Pembesaran ventrikel kiri fokal
pada orang dewasa paling sering terlihat pada insufisiensi
aofta atau regurgitasi mitral (dengan pelebaran atrium kiri).
Pelebaran ventrikel kiri lebih jarang pada stenosis aorta,
rneskipun hal tersebut dapat terjadi, bersamaan dengan
gagal jantung kongesti l.

Gambar 2. A) Radiografi dada lateral; B). Gambaran anatomis


ruang jantung dan pembuluh darah; C). Diagram proyeksi lateral
pada ruang jantung, cincin katup dan sulci ARTER! PULMONALIS

Arteri pulmonalis utama dapat terlihat abnormal pada


left atrial appendage di mana biasanya tampak sebagai banyak keadaan. Pada stenosis pulmonal, arteri pulmonalis
cembungan fokal dalam keadaan normal terdapat utama dan arteri pulmonalis kiri melebar. Pelebaran ini
cekungan di antara arteri pulmonalis utama kiri dan batas dianggap disebabkan oleh efek jet melalui katup stenotik.
kiri ventrikel kiri pada penampakan frontal. Yang kedua, Pembesaran ini dapat terlihat dengan hilus kiri yang jelas
dikarenakan lokasinya, bersamaan dengan membesarnya pada penampakan frontal dan prominent pulmonary out-
atrium kiri, hal tersebut akan mengan gkat left main stem flow tract pada penampakan lateral. Penting halnya untuk
bronchu.s sehingga akan melebarkan sudut karina. Yang mengingat bahwa katup pulmonal berada lebih tinggi dan
ketiga bersamaan dengan membesamya atrium kiri secara perifer dari out'low tract dibandingkan dengan katup aorta.
posterior, hal tersebut mungkin menyebabkan Katup tersebut juga terletak di depan katup aorta pada
membengkoknya aorta torakalis tengah sampai yang penampakan lateral.
rendah ke arah kiri. Pembengkokan ini dapat dibedakan
dari liku (tourtuous') yang terlihat pada aterosklerosis,
yang melibatkan aorta torasik desendens pada bagian AORTA
atasnya atau keseluruhan. Selanjutnya, dengan
pembesaran atrium kiri yang khas, densitas ganda dapat Pada foto dada frontal, pelebaran aorta terlihat sebagai
dilihat pada penampakan frontal, karena atrium kiri tonjolan mediastinum tengah ke arah kanan. Juga terdapat
memberikan proyeksi secara lateral ke arah kanan juga sebuah tonjolan pada anterior mediastinum pada
secara posterior dan dikelilingi oleh paru-paru. Yang penampakan lateral, di belakang dan superior terhadap
terakhir, pada foto lateral, pembesaran atrium kiri nampak pulmonary outflow tract. Pelebaran aortic root paling
sebagai tonjolan khas yang mengarah ke posterior. sering terlihat pada hipertensi sistemik lama yang tak
Pembesaran atrium kiri yang terbatas pada orang terkontrol. Pembesaran aortic root jlga ditemukan pada
dewasa paling sering terlihat pada stenosis mitral, dan penyakit katup aorta.
pembesaran atrium kiri merupakan ciri penyakit katup Pada stenosis aorta, biasanya terdapat pelebaran fokal
mitral. Pada stenosis mitral, atrium kiri membesar, terdapat aortic root yang seringkali jelas, dan seringkali tanpa
bukti redistribusi vaskular paru (seringkali dengan Kerley disertai pembesaran ventrikel kiri. Ventrikel kiri biasanya
B lines'), dan pada akhimya terdapat pembesaran ventrikel menjadi hipertrofi sebagai respons terhadap peningkatan
RADIOI.OGIJANTUNG t543

resistensi terhadap out'low dibandingkan dengan melebar dapat dilihat. Pada efusi berat, perikardium viseral dan
seperti yang terjadi sebagai respons terhadap peningkatan parietal akan terpisah. Karena terdapat bantalan lemak yang
volume aliran yang terjadi karena insufisiensi aorta. berhubungan dengan masing-masing, terkadang mungkin
Penebalan dinding ventrikel pada hipertrofi dapat dilihat untuk membedakan dua garis lucent yar,g paralel pada
dengan pemeriksaan ekokardiografi, CT atau MRI, namun foto lateral, biasanya pada daerah puncak (apeks) jantung,
ventrikel mungkin tampak normal pada pemeriksaan foto dengan kepadatan (cairan) di antaranya. Biasanya, siluet
rontgen dada walaupun terdapat stenosis katup aorta berat. jantung tersebut memiliki bentuk "water bottle" jlka
Pada keadaan di mana sudah terjadi dekompensasi ventrikel terdapat efusi perikard berat, namun bentuk seperli itu
kiri, terdapat pembesaran aortic root dan ventrikel kiri. sendiri tidak memastikan diagnostik.
Pada regurgitasi aorta, keterlibatan aorta biasanya lebih Kalsifikasi pleura sekaligus perikard dapat muncul,
difus dibandingkan dengan stenosis aorta dan lebih mudah namun seringkali tidak jelas. Kalsifikasi perikardial
terlihat. Pada regurgitasi aorta murni, atrium kiri biasanya berhubungan dengan riwayat perikarditis dan paling sering
tidak membesar. Namun, seiring dengan waktu, mungkin berhubungan dengan tuberkulosis danjuga karena etiologi
muncul pelebaran anulus mitral sekunder terhadap lainnya, seperti infeksi viral, biasanya tipis dan linear dan
pelebaran ventrikel kiri dengan hasil regurgitasi mitral dan mengikuti kontur perikardium. Karena kalsifikasi tersebut
pelebaran atrium kiri. Meskipun regurgitasi aorta secara tipis, hal tersebut seringkali hanya terlihat pada satu sisi.
klasik muncul pada demam reumatik (dengan penyakit
katup mitral yang terkait), defek kongenital, atau penyakit
katup degeneratif, mungkinjuga disebabkan oleh penyakit REFERENSI
pada aortic root, termasuk cystic medial necrosls, dengan
atau tanpa sindrom Marfan. Pada cystic medial necrosis, Bettmann MA. The chest radiograph in cardiovascular disease. In:
keterlibatannya difus, dan biasanya terdapat pelebaran Braunwald E, Zipes DP, Libby P, eds. Heart disease: a textbook
aorta pada tingkatan katup setidaknya melalui arkus. Pada of cardiovascular medicine 7th ed. Philadelphia: WB
sifilis tersier, sekarang jarang terlihat, penemuan khasnya Saunders;2005.p.21 l-86.
Boxt LM. Radiology of the right ventricle. Radiol Clin North Am.
adalah pelebaran khas aorta dari akar sampai ke arkusnya,
1999:.37:379
namun mendadak menjadi normal diameternya pada Lipton MJ, Coulden R. Valvular heart disease. Radiol Clin North
tingkatan ini. Pelebaran aneurisma aorta asendens juga Am. 1999;37:31.
terjadi pada cystic medial necrosis. Kelainan aorta lainnya, Murray JG, Brown AL, Anagnostou EA, et al. Widening of the
seperti diseksi akut atau kronis dan ruptur traumatik atau tracheal bifurcation of chest radiographs:value as a sign of left
pseudoaneurisma, lebih baik dilihat dengan CT. atrial enlargement.AJR 1995 ; 1 64: 1089.
Thomas JT, Kelly RF, Thomas SJ et al: Utility of history, physical
examination, electrocardiogram, and chest radiograph for
differentiating normal from decreased systolic function in
PLEURA DAN PERIKARDIUM patients with heart failure. Am J Med 2O02;172:43'7.

Perikardium jarang dapat dibedakan pada pemeriksaan foto


rontgen dada. Terdapat dua keadaan di mana perikardium
24t
ELEKTROKARDIOGRAFI
PADA UJI LATIH JANTUNG
Ika Prasetya Wijaya

PENDAHULUAN
Mutlak
Uji latih jantung dengan menggunakan treadmil sering lnfark miokard akut dalam 2 hari
dikenal dengan tes treadmil. Uji latih ini sudah sering Angina tak stabil yang risiko tinggi
dilakukan sebagai cara untuk mengetahui adanya Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan gangguan
gangguan pada pembuluh darah koroner, gangguan irama hemodinamik
Stenosis aorta berat dengan gejala
serta menjadi bahan referensi untuk pemeriksaan lanjutan lnfark paru atau emboli paru akut
untuk mengetahui adanya kelainan jantung. Ada dua cara Perikarditis atau miokarditis akut
yang dikenal sebagai uji latih yakni dengan treadmil atau Diseksi aorta akut
dengan sepeda ergometri. Relatif
Stenosis di pembuluh koroner left main
Sebelum pelaksanaan tes semua alat dan perlengkapan Penyakit jantung katup stenosis yang sedang
guna tindakan kedaruratan harus tersedia dalamjangkauan Gangguan elektrolit
tenaga pelaksana. Defibrilator, oksigen dan obat-obat Hipertensi berat
untuk mengatasi terjadinya gangguan pada jantung Takiaritmia dan bradiaritmia
Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke
merupakan hal yang wajib tersedia. Tenaga yang luar jantung
melaksanakan harus mengerti tatalaksana tindakan Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
kedaruratan kardiak dan sudah menjalani pelatihan pemeriksaan
Blok atrioventrikular deraiat tinqoi
sebelumnya.
. Alat treadmil sebaiknya mempunyai jalur aman di
sisinya untuk menjaga keamanan pasien. Lengan pasien
juga harus bebas dari alat agar mudah dilakukan Pelaksana tes wajib pula mengetahui obat-obat yang
pemeriksaan tekanan darah oleh pemeriksa. dikonsumsi pasien sebelum melaksanankan tes.
Penggunaan obat penghambat B sebaiknya tidak
dihentikan bila memang sangat diperlukan pasien walau
PERSIAPAN SEBELUM TES dapat mempengaruhi hasil tes. Persiapan juga dilakukan
terhadap kebersihan kulit agar tidak menimbulkan banyak
Pasien disarankan untuk tidak makan, minum dan merokok artefak pada rekaman EKG.
duajam sebelum tes. Lakukan anamnesis tentang riwayat Pemeriksaan EKG 12 lead wajlb dilakukan sebelum
penyakit pasien dan kemampuan aktivitas fisik pasien tes baik pada posisi berbaring dan berdiri. Pemasangan
terakhir untuk melengkapi status. Laksanakan pemeriksaan elektroda sebaiknya menghindari daerah lengan agar
awal dalam keadaan istirahat pada pasien dalam posisi yang tidak menimbulkan gangguan rekaman. Jadi elektrode
nyaman. Semua ini untuk mengetahui apakah pasien lengan sebaiknya diletakkan di bahu, elektroda hijau
memiliki gejala yang menjadi kontraindikasi mutlak maupun (grounds di spina pinggang dan untuk kaki kanan di
relatif tes ini. (Tabel l) bawah umbilikus, atau modifikasi lainnya.

1s44
ELEKTROKARDIOGRAFI PADA UJI LAIIH JANTUNG t545

PELAKSANAAN TES mengurangi terjadinya perubahan gambaran EKG. Setelah


dianggap cukup, pasien duduk atau dapat pula berbaring
Komplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap sambil tetap dilakukan pengawasan dan rekaman 10 detik
melakukan pengawasan pada tekanan darah, mengawasi pertama setelah kaki berhenti. Pengawasan pasca tes
hasil rekaman EKG bertanya pada pasien tentang gejala dilakukan selama 5 menit walau terkadang dilakukan lebih
yang dialami dan gejala keletihan dan melakukan penilaian lama sampai gejala atau gambaran perubahan EKG
terhadap semua gejala atau tanda yang muncul saat tes. berkurang atau hilang.
Selama tes berlangsung sebaiknya lengan pasien tidak
memegang dengan kencang pada tempat pegangan agar
tidak menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan PROTOKOL YANG DIGUNAKAN
kemampuan pasien.
Target frekuensi nadi sebaiknya tidak terlalu Ada beberapa macam protokol. Yang sering digunakan
bergantung pada umur agar tidak mengacaukan adalah protokol Bruce dan Naughton. Pada metode Bruce,
kemampuan yang dimiliki pasien, karena kemampuan selama menjalani uji latih, pasien akan mendapatkan beban
yang ada bersifat individual. Walau demikian sebagai dari alat dengan menaikkan ban berjalan beberapa derajat
patokan pencapaian kerja fisik dapat digunakan. Kapan disertai penambahan kecepatan setiap peningkatat stage.
kita melakukan penghentian tes dapat dilihat di Metode Naughton hanya ada peningkatan kecepatan
Tabel 2. perlahan saja.

Mutlak 1i-Grade Scale l,ll-Grade Scale


Tekanan darah sistolik turun drastis > '10 mmHg dari hasil Nothing
b 0
pemeriksan sebelum uji latih disertai bukti lain adanya
7 Very, very light 0.5 Very, very weak (jusl ,.
gejala iskemia
8 1 Very weak
Angina sedang ke berat Weak (light)
9 Very light 2
Gejala sistem saraf meningkat (seperti ataksia, mengantuk '10 J
dan gejala sinkop)
11 Fairly light 4 Somewhat strong
Tanda rendahnya perfusi (sianosis dan pucat) 5 Strong (. )
12
Sulit untuk evaluasi EKG dan tekanan darah
13 Somewhat hard 6
Pasien meminta berhenti 7 Very strong
14
Takikardia ventrikel menetap
15 Hard B
E/evasl ST (>1.0 mm) tanpa ada diagnosis gelombang Q 16 I
(selain /eadVlatau aV) 10 Very, very strong (hampir
17
Relatif maksimum)
'18
Tekanan darah sistolik turun drastis > 10 mmHg dari hasil
pemeriksaan sebelumnya namun tanpa disertai gejala 19 Very, very hard Maksimum
iskemia 20
* From berg GA Med Sport. 1982;14:377-381 Reproduced
Perubahan ST dan QRS seperti menurunnya ST (>3 mm
penurunan segmen ST baik horisontal maupun with permission
downsloping) atau perubahan aksis tetap
Aritmia selain aritmia ventrikel suslalned
Lemas, sesak napas, timbul mengi, kram kaki atau gejala
klaudikasio
ferjadi bundle branch block pada konduksi intraventrikular FREKUENSI NADI
yang tidak dapat dibedakan dengan takikardia ventrikel
Nyeri dada yang meningkat
Hipertensi yang meningkat Target denyutjantung yang akan dicapai sebaiknya bukan
menjadi masalah untuk tidak memastkan bahwa hasil tes
tidak dapat diolah. Semua hasil tes disimpulkan sesuai
dengan gejala atau gambaran rekaman yang terjadi selama
Untuk mengetahui kemampuan pasien sesungguhnya, pelaksanaan tes.
dapat digunakan skala Borg.

PEMULIHAN DENYUT JANTUNG


FASE PEMULIHAN SETELAH TES
Denyut Jantung atau frekuensi nadi akan berkurang
Setelah mencapai kemampuan maksimal, maka pasien dengan cepat setelah tes dihentikan. Apabila berkurangnya
diminta untuk berhenti secara teratur. Setelah alat teadmil denyut jantung kurang dari 20 kali/menit pada menit
berhenti sempurna, pasien tetap menggerakkan kakinya pertama dan kedua, maka ini menjadi prediktor
seperti jalan di tempat dengan santai. Hal ini untuk meningkatnya risiko kemalian.
1546 I(ARDIOLOGI

TEKANAN DARAH A.resting ST elevation--------| Exercise induced ST depression


or at PQ level
i"'
Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat tes ii
l
ii
berlangsung. Bila terjadi penurunan tekanan darah di li
it
I , J-Junction
btiwah tekanan darah sebelum tes, bisa menjadi kriteria
yang diwaspadai. Bila terjadi aktivitas yang menyebabkan
terjadin-va hipotensi, maka dianggap terjadi disfungsi
ventrikel kiri, iskemia atau obstruksi alilan keluar. Standing pro- exercise

Peningkatan tekanan darah yang cepat saat tes Exercise response

beriangsung menjadi penilaian adanya kemungkinan


B. When the ST level begins below the isoelectric line:
tir-nbulnya iskemia.
Standing pre- exercise
Exercise response

KAPASITAS FUNGSIONAL

Kemampuan mencapai kapasiias maksimal saat aktivitas


menjadi salah satu penilaian. Untuk mengetahui dapat
J-JunoUon - ,-' \ ResUng ST depression with
disesuaikan dengan skala MET. (Tabel 4) Exercise induced St dePression

D
Rest ng ST depresion
with spasmor exercise
lnduced ST elevalron

1 MET Resting
2 METs Level walking at 2 millhour iransmura schem a

4 METs Level walking at 4 millhour


<5 METs Poor prognosis: peak cost of basic Standinq prc exerclse
activities of daily living
1O METs Prognosls with medical therapy as
good as coronary aftery byPass
E.Wal! motion abnormalitY
surgery
Excellent prognosis regardless of other
(Not ischemia)
13 METs
exerctse responses
18 NIETs Elite endurance athletes St elevalion with tachYCardia
20 METs Word-class athletes over diagnosis Q waves

INTERPRETASIEKG l---l--*a:--- -:----


t
PQ Point \ i Measured sr
Depresi ST segmen menunjukkan iskemia subendokardial. \ I depr€ssror

Digunakan gambaran pada lead V5, serta II dan aVF. li


Gambaran EKG pada kemampuan maksimal (ercercise
mcLrimal) dan masa 3 menit saat recoven, menjadi waktu Standing pro- exercise
' Exercise response
yang perlu diwaspadai.
Aktivitas tes yang menimbulkan elevasi atau depresi
segmen ST menunjukkan adanya iskemia. E,levasi Gambar 1.

men gambarkan terj adinya iskemi a transmural yang bersifat


g

aritmogenik, biasa berhubungzrn dengan spasme dan lesi


yang jelas pada arteri. Elevasi juga bisa menjadi patokan
lokasi lesi. Depresi biasanya berhubungan dengan iskemia SKOR TES AKTIVITAS
subendokardial yang tidak aritmogenik dan tidah
berhubungan dengan spasrne maupun lokasi lesi. ACC/AHA menganjurkan untuk menggunakan skor guna
Uji latih jantung juga dapat menimbulkan timbulnya meningkatkan kemampuan tes untuk mencapai hasil yang
aritmia. Yang sering terjactri adalah kontraksi ventrikular sesuai denga keadaan penyakit pasien. Dapat digunakan
prematur (PVC). Biasa terjadi pada orang usia lanjut dengan nomogram berikut. (Gambar 2)
penyakit kardiovaskular, PVC saat istirahat maupun akibat Skor yang sering digunakan adalah skor Duke's
iskemia. Baik akibaraktivitas maupun istirahar, PVC menjadi Skor treadmil= lama ercercise (5 kali deviasi ST (4 kali
prediktor timbulnya perburukan. indeks angina TM)
ELEKTROKARDIOGRAFI PADA UJI LATIH JANTUNG t547

EXERCISE CAPACITY
(%of normal in referral males) Maximal Heart Less than 100 bpm :30
20 Ratc

25 100toJ29bpm=24
30
130 to 159 bpm = 1 8

35. 160 to 159 bpm = 12

40 ..
190 to 220 bpm : 6
<40 =
45
Exercise ST
IJJ 50 Dcpression Low
Oso 6
>2mm=25
I6o Probabolity
55 70 7
Ag" >55 yrs : 20
,80
8
60
o 10n
40 to 55 )rs: 12
65 'so110 9
Angina History Definite/Typical = 5 40-60 =
,12A
7A
130 TO
Probable/arypical: 3
lntermediate
75 1l Non- cardio pain = 1
Probabilitl
80 12
Llypercholestcrol Yes= 5

85- 13 cmia'l
>60 =
90 14 Diabetes ? 5

Exercise Test 3 High


15
induced angina ? Probability
Reason for stopping - 5

Total Score =
Gambar 1.

Muimal Heart Less than I 00 bpm : 20


Lama ercerclse dalam menit. deviasi ST dalam mm dan Rate
Women
100 to 129 bpm = 16
indeks angina TM (treadmil) adalah: 0 untuk tidak ada
130 to 159 bpm : 2 1

angina, 1 untuk angina yang tidak mempengaruhi 160 to 159 bpm : 8


excercise,2 untuk angina yang menyebabkan hambatan I 90 to 220 bprr = 4 <31=
Exercise ST 1-2mm - 6 Low
excercise. Bila skor kurang atau sama dengan -11 maka Dcpression Probabolity
risiko meningkat. Sedangkan skor Iebih atau sama dengan > 2mm: 10
Age >65 yrs:25 31-75 =
+5 risiko rendah. Intermediate
50 to 65 yrs: 15
Sebelum melakukan tes aktivitas sebaiknya kita Angina History Definite/Typical: l0 Probability
mengetahui kira-kira pasien perlu menjalani pemeriksaan Probable/arypical 6 =
Non- cardio pain: 2 >57 =
angiografi atau tidak. Dapat digunakan tabel berikut. Bila
Hyper- High
pasien telah menjalani ujr latih jantung maka untuk tindakan cholesterolemia ? Probability
lanjut yang diperlukan pasien dapat diprediksi melalui Diaberes ? l0
Excrcise Test
tabel-tabel di bawah ini: induccd angina ?
Reason for stopping: 15
Positive: -5, negative =
Variable Gircle response sum 5
Total Score =
Age Men <40, women <50 = 3
Men 4o-55, women = 5o-65 | Pretest
,, I <9=
\4en 55, \\omer, o5 q Lorr
Bstrogen Positive = -3 | Probability REFERENSI
status
Nccxti\e=
-Y". I I
Chaitman BR. Exercise stress testing. Dalam Braunwald's et ai edi-
s_15
Diabctes 2 | tor. Heart disease. a textbook of cardivascular medicine. Edisi 7.
Obesity yes: I I lntermediate
Famili History YCS= T II Probabilitv
"
New York 2005. 153-85
Hypercholeste Yes: I Engel G et al. ECG exercise testing. Dalam: Fuster V et a1 editor
rolemia Hurst's the heart. Edisi 11. New York, McGraw-Hi1l. 2004:
Hypertension Yes: 1 | ,tS= 467 -80.
Smoking Yes: I I nigr,
Total Score =
242
PEMANTAUAN IRAMA JANTUNG
(HOLTER MONITORING)
M. Yamin, Daulat Manurung

PENDAHULUAN mengalami gejala maka dapat dilakukan interogasi dengan


alat khusus yang disebut programmer. ILR dapat dipakai
Ada tiga hal penting yang harus diketahui oleh seorang selama satu tahun. Alat ini bermanfaat untuk diagnosis
dokter yang dihadapkan pada kasus gangguan irama aritmia yang sangatjarang muncul yang biasanya disertai
jantung (aritmia) yaitu jenis aritmia, gejala yang berkaitan sinkop.
dengan aritmia tersebut, dan penyebab atau penyakit yang
mendasarinya. Rekaman EKG permukaan 12 sandapan
sering tidak dapat memberikan informasi tersebut secara INDIKASI
lengkap. Untuk tujuan ini pemantauan irama jantung
ambulatori yang non-invasif (Holter Monitoring) telah Indikasi penggunaan HM adalah:
digunakan secara luas. Selain untuk mendeteksi aritmia . Menilai gejala yang mungkin berkaitan dengan aritmia:
HM kerap dipakai untuk membantu diagnosis penyebab - Pasien dengan sinkop atatnear-syncope yangtidak
sinkop. Teknik ini perlama kali diperkenalkan oleh Holter dapat diterangkan atau gejala pusing dengan
padatahun 1950-an. penyebab yang tidak jelas
Komponen pada Holter Monitoring (HM) terdiri dari - Pasien dengan palpitasi berulang dan tidak dapat
alat perekam (recorder) 24 jam yang berbentuk kaset, diterangkan
penanda waktu internal, catatan aktivitas dan gejala, dan . MenilaiTerapi antiantmia
tombol pen anda gej ala (sy mpt om - indi c at o r butt on). Si stem .. Menilai fungsi alat pacu jantung dan implantable
ini dihubungkan dengan elektrode dua sadapan untuk c ar diov e rt e r defib rill at o r (ICD)
mendapatkan gambaran EKG yang optimal.
HM biasanya digunakan pada pasien dengan gejala
aritmia yang muncul setiap hari karena hanya dipasang INTERPRETASI
selama 24 jam. Untuk pasien dengan aritmia yang jarang
(muncul dalam dua atau tiga hari sekali), digunakan Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
modifikasi HM yaitu alat perekam kejadian (event recorder) interpretasi hasil HM adalah aritmia muncul intermiten,
yang merekam EKG secara terus-menerus pada pita dan variasi diumal terhadap irama jantung, adanya pengaruh
hanya kejadian 30 sampai 90 detik terakhir yang dapat aktivitas fisik dan tekanan emosi (s/ress emotional)
diputar ulang. Saat pasien merasakan gejala aritmia maka terhadap aritmia.
ia dapat mengaktifkan tombol dan menghentikan rekaman Hasil rekaman data dianalisis secara otomatis oleh
serla mengirim data melalui telepon ke pusat penerima data. komputer. Teknisi akan membantu pelacakan (scanning)
Modifikasi HM yang tercanggih adalah ILP.(implanttable dan menyunting data. Sistem komputer akan menghitung
loop recorder) yang ditanam di bawah kulit seperti pacu laju jantung, premature atrial danventricular beat, dan
jantung. Alat ini merekam EKG secara berkesinambungan takikardia lainnya.
selama 24 jam dan menghapusnya kembali. Bila pasien Dokter yang melakukan penafsiran harus mengaitkan

1548
PEMANTAUAN IRAMA JANTUNG GIOLTER MONITORING) 1549

data rekaman dengan gambaran klinis dan gejala yang hemodinamik. Bradiaritmia atau takiaritmia seperti ini
dirasakan pasien. Sering didapatkan kelainan irama pada berisiko tinggi untuk terjadinya kematian mendadak. Geiala
pasien dengan jantung normal dan tidak bergejala seperti tersebut dikelompokkan menj adi :
sinus bradikardia berat (laju nadi kurang dari 40 x/menit), l. Risiko tinggi: hampir pingsan, pingsan, dan aborted
sinus pause, premature atrial dan ventricular beat, ,sudden death
bahkan blok atrioventrikular tipe Wenckebach (terutama 2. Risiko sedang: pusing, palpitasi berat, perburukan gejala
saat tidur). Adanya sinus aritmia dan sinus bradikardia gagal jantung
berat dalam keadaan istirahat pada atlit terlatih adalah 3. Risiko rendah: pusing ringani palpitasi.
normal. Sebaliknya bila didapatkan irama sinus normal pada
saat pasien merasakan gejala yang berat maka harus Gambar I
memperlihatkan rekaman HM pada pasien
dipi kirkan penyebab non-aritmta. dengan keluhan utama berdebar dan hampir pingsan.
Jenis aritmia yang ditemukan dapat dikelompokkan ke Data berikutnya yang harus dicari adalah penyakit yang
dalam tiga kategori berikut im: mendasari aritmia tersebut. Ditemukannya PVC kompleks
. Risikotinggi: pada pasien dengan jantung normal tidak memberikan nilai
- Takikardiaventrikel prognostik yang bermakna. Sebaliknya PVC kompleks pada
- Fibrilasi ventrikel pasien dengan penurunan fungsi ventrikel kiri memberikan
- Blok AV total dengan escape beat yang tidak implikasi yang bermakna untuk terjadinya kematian
memadai mendadak.
- Wolf-Parkinson-White dengan konduksi cepat saat Dengan semua informasi di atas maka dapat ditentukan
hbrillasi atrial (AF) strategi penanganan yang tepat: menghilangkan gejala atau
. Risiko sedang: mencegah kematian mendadak.
- Premature Ventricular Contraction (PYC)
kompleks yang disertai penyakit jantung
- Blok AV derajat 2 KESIMPULAN
- Blok AV derajat 3 dengan escape beat yang memadai
Diagnosis aritmia tidak selalu dapat ditegakkan dengan
. Risiko rendah
rekaman EKG perrnukaan sesaat. Apalagi untuk
- Premature atrial complex menghubungkan antara aritmia dengan gejala yang
- PVC
dirasakan pasien. Holter Monitoring (HM) merupakan alat
- Disfungsi sinus node
sederhana yang bersifat noninvasif yang dapat
- Takikardiasupraventrikel
memberikan jalan keluar atas kesulitan tersebut.
- BlokAVderajat 1
Interpretasi hasil HM harus dilakukan secara holistik
- PVC kompleks tanpa kelainan jantung
dengan mengintegrasikan gejala, jenis aritmia yang
Setelah menentukan jenis aritmia yang didapat, langkah ditemukan, dan penyakit/kelainan jantung yang
selanjutnya adalah mencari gejala yang berkaitan dengan mendasarinya. Berdasarkan itu dilakukan stratifikasi
aritmia tersebut. Secara umum gejala yang dikeluhkan risiko rendah, sedang, dan tinggi. Penanganan aritmia
pasien adalah palpitasi, pusing, hampir pingsan, dan secara umum diarahkan untuk mengurangi gejala
kehilangan kesadaran (sinkop). Aritmia yang disertai dan mencegah kematian mendadak akibat aritmia
kehilangan kesadaran menandakan adanya gangguan fatal.

Gambar 1. Rekaman Holter monitoring pada pasien dengan keluhan utama palpitasi
dan hampir pingsan Terekam aritmia berupa fibrilasi atrial dan henti sinus (slnus
arrest)
1550 KARDIOI.OGI

REFERENSI

Dougherty AH and Naccarelli GV. Noninvasive evaluation in


patient with cardiac arrhythmias. In: Vlay SC. A practical
approach to cardiac arrhythmias. 2"d Ed, Liitle, Brown and
Company, 1996
Fogoros RN. Electrophysiologic testing. 3rd Ed, Blackwell Science,
t999
Lee H. Ambulatory electrocardiography and electrophysiology tesr
ing. In: Zipes DP, Libby P, Bonow RO, et al. Heart disease: a
textbook of cardiovascular medicine.Tth Ed, Elsevier Saunders,
2005.
Wrought RA and Wagner GS. Electrocardiographic monitoring.
In:Waught RA, Ramo BW, Wagner GS (Eds). Cardiac
arrhythmias: a practical guide for clinician. 2'd Ed, FA Davis
Company, 1994.
243
PENGANTAR DIAGNOSIS EKOKARDIOGRAFI
AliGhanie

PENDAHULUAN mengatasi hal tersebut belakangan muncul eko


transesofageal (ETE) yang bersifat invasif, di mana
Ekokardiografi merupakan alat diagnostik di bidang transduser dilekatkan pada ujung alat endoskopi. Dengan
kardiovaskular dengan prinsip dasar gelombang suara cara ini transduser dimasukkan melalui esofagus sampai
frekuensi tinggi. Dengan transmisi gelombang suara, kelambung, dan evaluasijantung dilakukan dari belakang,
diharapkan terjadi pantulan gelombang yang akan sehingga limitasi TTE dapat diatasi karena jarak yiulg lebih
memberikan kontur yang sesuai dengan jaringan yang dekat dengan target, serta jaringan pemisah antara
memantulkan transmisi gelombang. Sehingga dengan alat transduser dan target dapat diabaikan.
ekokardiografi akan diperoleh kontur dinding pembuluh Selain daripada itu dikenal beberapa prosedur eko
darah, ruang-ruang jantung, katup-katup jantung serta invasif yang lain yaitu intraoperatif, dengan meletakkan
selaput pembungkus jantung. Pencitraan akan tergambar transduser langsung ke permukaan jantung pada saat
dalam bentuk satu dimensi (m-mode) dua (2-D) bahkan operasi jantung, serta pemeriksaan eko intravaskulat (in'
dimensi tiga(3-D) atau empat (4-D). tra vascular trltrasound=Ivus) di mana transduser
Adanya dopler pada alat eko yang menggunakan diletakkan pada ujung kateter pada prosedur angiografi
prinsip transmisi pantulan gelombang suara oleh sel darah koroner.
merah, akan memungkinkan pengukuran kecepatan Dengan perkembangan teknologi di bidang ultrasound
(velositas) dan arah aliran darah dalam jantung dan belakangan dikenal pula pemeriksaan eko dengan kontras
pembuluh. Oleh karena itu dapat dipakai untuk pengukuran untuk melihat adanya defek pada sekat maupun dalam
hemodinamik jantung seperti isi sekuncup. curah jantung, evaluasi kinesis gerakan dinding jantung, sementara itu
tekanan, dan' pressure gradien' . pemeriksaan tissue dopler lebih diarahkan untuk
Sementara sistem warna pada eko (color flow map- mendeteksi kinesis jantung yang dapat dikaitkan dengan
plng) memungkinkan untuk menentukan arah dan sifat penyakit jantung iskemia, dan diastologi.
aliran darah baik yang 'stream line' atat turbulen. Oleh Dalam bab diagnosis ekokardiografi ini hanya akan
karena itu dengan modalitas tersebut pengukuran dopler dibicarakan beberapa basis modalitas eko seperti M-mode,
dapat diarahkan melalui bimbingan aliran yang berwama eko 2 dimensi, eko warna, eko dopler sederhana, dan eko
(color guided dopler), selain dapat dengan mudah melihat transesofageal yang sering diternukan dalam praktek
adanya aliran-aliran turbulen akibat regurgitasi, stenosis sehari-hari.
maupun aliran abnormal melalui defek pada septum atrial
atau ventrikel.
Pada awalnya pemeriksaan eko bersifat noninvasif, INSTRUMENTASI
karena pemeriksaan dilakukan dengan transduser (sumber:
dan penerima gelombang suara) melalui dinding dada,
dikenal sebagai pemeriksaan eko transtorakal (ETT)' Transduser
Namun ada beberapa keterbatasan ETT pada keadaan Merupakan kelengkapan alat eko berupa sumber:
tertentu seperli pasien emhsema, gemuk, serta tidak mampu gelombang suara ultra yang berasal dari kristal
dalam evaluasi ruang seperti apendik atrium. Untuk piezoelektrik, sehingga memungkinkan terjadinya

1551
t552 KARDIOIOGI

pencitraan. Melalui transduser, gelombang suara dapat OSKILOSKOP


diarahkan secara elektronik atau mekanikal ke arah target
sasaran yang dikehendaki. Merupakan layar dengan berbagai ukuran, menampilkan
Pilihan transduser tergantung dengan frekuensi, hasil proses pengolahan gelombang suara yang diterima
semakin tinggi frekuensi semakin besar kemampuan oleh transduser setelah melalui berbagai proses perubahan
resolusi (kemampuan memisahkan dua objek yang sifat gelombang suara, amplifikasi serta prosedur teknis
berdekatan), namun ke dalaman penetrasi akan berkurang. lain yang tidak menjadi topik dalam bab ini.
Oleh karena itu dalam pemeriksaan eko diupayakan
menggunakan frekuensi yang paling tinggi tetapi masih
Printer
mempunyai kemampuan penetrasi yang maksimal.
Dapat dilakukan dokumentasi dengan printer hitam putih,
Biasanya pada satu transduser telah dilengkapi dengan
berwarna, dengan video maupun sistem digital. Pada
multi frekuensi, sementara ke dalaman dapat diatur.
rekaman gambar/foto ('stop picture') terdapat beberapa
Dikenal dua macam transduser yaitu transduser untuk
kendala kelengkapan gambar yang barangkali tidak
pemeriksaan melalui dinding toraks, dan transduser untuk
dianggap penting oleh ekokardiografer. Oleh karena itu
pemeriksaan melalui esofagus. (Gambar I dan 2)
sebaiknya dilakukan dokumentasi dengan video sehingga
diperoleh kondisi yang menyerupai'real time' , akan tetapi
menyita waktu dan terjadi penurunan gradasi kualitas
gambar. Sistem digital dapat mengatasi masalah kualitas
gambar sama dengan aslinya dan memudahkan sistem
arslp.

TEKNIK PEMERIKSAAN

Hasil gambar eko sangat subjektif tergantung keterampilan


dan pengalaman dari ekokardiografer. Oleh karena itu
seorang ekokardiografer dituntut mempunyai kompetensi
pengetahuan dasar mengenai gelombang suara ultra dan
karakteristik kemampuan mesin eko dalam pengaturan
gambar, sehingga dapat dibuat gambar yang standar,
Gambar 1. A. Transduser linear untuk pemeriksaan vaskular informatif dan dapat diulang dengan kualitas gambar yang
B. Transduser Eko Transtorakal (Sumber: A.Ghanie, Div. sama. Selain itu dibutuhkan pengetahuan anatomi jantung
Cardiology, Dept int.Med. Facutty of Medicine, Sriwijaya normal beserta varian normal, kelainan yang berhubungan
University Palembang)
dengan anatomi maupun hemodinamik akibat kelainan
yang didapat maupun kongenital.

MODALITAS EKO DAN PERANNYA DALAM DIAG-


NOSIS KARDIOVASKULAR

Ekokardiogtati M-Mode
Merupakan eko satu dimensi, di mana dilakukan pencitraan
satu garis dari anterior sampai ke posterior bidangjantung
yang kemudian dengan waktu akan tampak pada layar
sebagai gerakan dari kiri ke kanan(motionmode=M-mode).
Walaupun merupakan modalitas yang pertama di bidang
eko, kemampuan resolusi spatial jelek, namun mempunyai
kelebihan dalam resolusi temporal kar ena 'frame rate' y ang
cepat, oleh karena itu sangat baik untuk objek yang
bergerak.
Gambar 2. Transduser Ekoardiografikardiografi transesofageal Agar gambar dan pengukuran akurat, dibutuhkan
(Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept int.Med Facutty of potongan tegak lurus terhadap struktur yang akan diambil.
Medicine, Sriwijaya University Palembang)
Saat ini dengan adanya sistem digital, potongan tegak lurus
PENGANTAR DIAGNOSIS EKOKARDIOGRAFI 1553

dapat dilakukan pasca pengambilan gambar, walaupun


dengan posisi yang kurang baik. Parameter Range Rata-rata Standar
Beberapa informasi yang dapat diperoleh dengan Ekokardiografi deviasi
modalitas M-mode ini antaralain: EDD 320 - 460 3 9353 0 3549
. Pengukuran dimensi ventrikel, tebal dinding ventrikel ESD 150-330 2 1324 0.3607
atau septum, affium, aorta IVS 0 60 - 1.00 0.8147 8.214E-02
. Pengukuran fungsi jantung dengan fraksi ejeksi, bila PW 0.50 - 0 90 0.7176 I 338E-02
kondisi gambar memungkinkan untuk melakurkan FS 27.00 - 57.00 46.0294 7 2007
potongan yang perpendikuler. EF 61.00 - 90 00 81.2941 5 9520
. Estimasi masa ventrikel kiri dengan menggunakan AO 2 00 - 3.10 27088 0.2927
formula, misalnya 'formula Pen'
LA 1 80 - 3.00 22324 0.4290
- 95 0418 29.4444
. Gambaranperikardium
LVM 35.01 157 85
61 '1988 18.8395
LVMI 23 34 - 108 82
. Kejadian waktu di jantung, misalnya waktu relaksasi RWT 0 30 - 0.45 0 3761 4 199E-02
isovolemik, waktu ej eksi BW 48 00 - 70.00 55 6029 7 1189
. Bersama dengan eko wama dapat menentukan gambaran H 153 00 - 180.00 163.4412 7 2329
aliran. BSA 1 42 - 1.77 1 5718 8.266E-02
Beberapa rujukan parameter ukuran normal pada Sumber: A Ghanie Parameter echo normal Unpublished
pemeriksaan M-mode dapat dllihat pada Tabel 1, 2, demikian
pula beberapa contoh kasus yang dapat dievaluasi dengan
modalitas M-mode.

Parameter Range Rata-rata Standar


Ekokardiografi deviasi
EDD 3.'10 -4.90 4.02 0.4580
ESD 1.50 - 3.30 2.069 0.3799
IVS 0.70 - 1.00 0.8M 0.07
PW 0 70 - 090 0.772 0.078
FS 28.0 - 58.0 48 25 7.93
EF 63.0 - 90.0 80,307 4.07
AO 2.20 - 3.60 2 867 o 245
Gambar 3. Ekokardiografikardiografi M-mode pada orang
LA 1.70 - 3.00 2.217 o.412 normal dengan bimbingan 2-D melalui katup mitral menunjukkan
LVM 53.53 - 177 .41 106.087 29.561 I titik pembukaan katup mitral fase cepat (E), plateu (F), pembukaan
LVMI 36.42 - 101.12 67 4192 17 5942 fase lambat (A), penutupan mitral (CD). Ventrikel kanan (BV),
RWT 023-053 0 388 0.05326 septum ventrikel (lVS), ventrikel kiri (LV). (Sumber : A.Ghanie,
BW 47 0 -7200 59.33 8.033 Div. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Sriwiiaya
University Palembang)
H 154.0 - 179.0 163.359 5 98
BSA 1.34 - 1 80 1.6213 0j042
Sumber : A.Ghanie. Parameter echo normal. Unpublished
Keterangan :
EDD: End Diastolic Diameter, ESD: End Systolic Diameter,
IVS: lnterventricular Septum, PW: Post Wall, FS: Fractional
Shortening, E: Ejection Fraction, AO: Aorta, LA: Left Atrium,
LVM: Left Ventricular Mass, LVMI: Left Ventricular Mass
lndex, RWT: Relative Wall Thickness, BW: Body Weight, H:
Height, BSA: Body Survace Area

EKO DUA DTMENST(EKO 2-D)

Lebih mampu melihat struktur dan fungsi sec ara'real time' , Gambar 4. Ekokardiograti M-mode dengan bimbingan 2-D
mempunyai resolusi spasial lebih baik dari M-mode. menunjukkan gambaran katup aorta yang normal berupa gambaran
jajaran genjang pada saat sistol dan berupa garis pada saat diastol
Target adalah jaringan, sehingga lebih berperan dalam
Di sini terlihat atrium kiri membesar 47 cm. (Sumber : A.Ghanie,
evaluasi morfologi j antung. Div. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Sriiliaya
. Mencerminkan gerakan dan anatomi jantung. University Palembang)
1554 IqRDIOI,.OGI

Gambar 5. Ekokardiografi M-mode dengan bimbingan 2-D pada Gambar.8. Ekokardiografi M-node dengan bimbingan 2-D pasien
pasien gagal jantung kongesti (kardiomiopati dilatasi), terlihat dilatasi
hipertensi dengan hipertroii ventrikel kiri Septum ventrikel
ventrikel kiri pada saat diastol dan sistol, septum dan dinding (IVSD=2.27 cm) normal <1 cm, dinding posterior (LVPWd= 1.16
belakang ventrikel terlihat hipokinesis (tidak ada perubahan ketebalan cm) normal < 1 cm (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology,
septum dan dinding belakang sepanjang fase) (Sumber:A.Ghanie, Dept.int Med Faculty of Medicine, Sriwijaya University
Div. Cardiology, Dept int Med. Faculty of Medicine, Sriwijaya Palembang)
University Palembang)

Gambar 6. Ekokardiograti M-mode dengan bimbingan 2-D pada Gambar 9. Ekokardiograli M-Mode dengan bimbingan 2-D pasien
pasien efusi perikardium, hiperlensi dan gagal ginjal kronik, terlihat stenosis mitral, EF slope mendatar, katup posterior bergerak ke
daerah posterior yang bebas ekokardiografi, penebalan septum anterior sejajar dengan katup anterior (Sumber : A.Ghanie, Div.
ventrikel (lVS) dan dinding posterior venirikel kiri (LVPW). (Sumber Cardiology, dept int.Med Faculty of Medicine, Sriwijaya
: A Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine, University Palembang)
Sriwijaya University Palembang)

Gambar.7. Ekokardiografi ftrl-mode dengan bimbingan 2-D pada Gambar 1 0. Ekokardiograf i M-mode dengan bimbingan 2-D melalui
pasien dengan kardiomiopati hiperlrofik obstruktif, terlihat gerakan aofia terlihat separasi daun katup aoda anterior (AAC) dan pos-
katup mitral ke anterior pada saat sistol (SAM= 'systolic anterior terior (PAC) aoda Stenosis (Sumber: A Ghanie, Div. Cardiology,
motion'). (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int.Med. Dept int.Med Faculty of Medicine, Sriwijaya University
Faculty of Medicine, Sriwijaya University Palembang) Palembang)
PENGAIYTAR, DIAGNOSIS EKOKARDIOGRAFI 1555

Bidang Penyitraan
Pengambilan gambar eko dilakukan melalui suatu celah
sempit yang disebut 'acoustic windows' atau jendela eko
pada sela iga III garis para sternal kanan, apeks, melalui
suprasternal, atau subkostal.
Pada dasarnya ada tiga bidang utama dalam pengambilan
gambar eko:
. Sumbu panjang ('long axis'), merupakan bidang tegak
lurus dengan permukaan anteroposterior dada dan
sejajar dengan sumbu panjang jantung. Pada bidang
ini secara anatomi akan tergambar dinding depan
ventrikel kanan, ventrikel kanan, septum ventrikel,
ventrikel kiri, serta dinding posterior ventrikel kiri
(Gambar13)
Gambar 11. Ekokardiograti M-Mode dengan bibingan 2-D dari
katup pulmonal normal (Sumber :A.Ghanie, Div. Cardiology,
Dept int Med Faculty of Medicine, Sriwiiaya University
Palembang)

Gambar 12 Ekokardiografi M-modedengan bimbingan 2-D pasien


regurgitasi mitral potongan perpendicular sempurna melalui ujung
katup mitral, terlihat hipertrofi septum dan dilatasi ventrikel kiri
dengan fungsi pompa yang masih baik. (Sumber : A.Ghanie, Div.
Cardiology, Dept.int Med. Faculty of Medicine, Sriwiiaya Univer'
sity Palembang)
Gambar 13. Ekokardiograti 2-D sumbu panjang menunjukkan
potongan ventrikel kanan (BV), ventrikel kiri (LV), septum ventrikel
(lVS), Aorta (Ao), Atrium kiri (LA), katup mitral dalam hal ini
stenosis (MV). (Sumber: A.Ghanie, Div. Cardiology,
Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Sriwiiaya University
Palembang)

. Sumbu pendek (',short axis'), merupakan bidang tegak


lurus permukaan anteroposterior dada dan tegak lurus
dengan bidang sumbu panjang jantung. Pada bidang
ini akan tergambar struktur jantung sesuai dengan
daerah potongan. Pada dasar jantung akan tergambar
atrium, sekat atrium, pembuluh darah besar, katup
trikuspid sefia pulmonal. (Gambar 14) Pada bagian
Pengukuran ventrikel kiri dan tebal dinding pada tengah akan tampak katup mitral, ventrikel kanan,
keadaan rli mana M - mo de idak memenuhi syarat. septum ventrikel, dan ventrikel kiri, dan katup mitral.
Pengukuran isi sekuncup (Gambar 15) Sedangkan potongan setinggi apeks akan
Pengukuran fraksi ejeksi dan volume menampilkan ventrikel kiri, septum ventrikel, sebagian
Pengukuran area rnitral dengan planimetri. ventrikel kanan dan muskulus papilaris. (Gambar 16)
1556 I(ARDIOI.OGI

Gambar 14. Ekokardiograti 2-D sumbu pendek setinggi aorta Gambar 16. Ekokardiografi 2-D suhu pendek setinggi m. papilaris.
Terlihgt aorta (ao), muara ventrikel kanan ke pulmonal (rvot), arteri (Sumber : A Ghanie, Div. Cardiology, Dept int Med. Faculty of
pulmonalis utama (mpa), atrium kiri (la), atrium kanan (ra), katup
Medicine, Sriwijaya University Palembang)
tricuspid (tv\. (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int.Med.
Faculty of Medicine, Sriwijaya University Palembang)

Adajuga bidang-bidang lain yang dipergunakan dalam


pemeri[saan sehari-hari seperti bidang dua ruang yang
menggambarkan atrium, katup mitral dan ventrikel kiri. (lihat
gambar). Bidang lain yang juga sering dipakai adalah bidang
lima ruang sama sepefti empat ruang dengan tambahan
aorta (Gambar 17 B)
Namun adakalanya pada pasien tertentu dibutuhkan
posisi lain yang tidak standar untuk dapat memberikan
informasi yang kita kehendaki.
Dengan kemajuan dibidang teknologi ('second
harmonic imaging'), dimungkinkan untuk membuat
gambar itu menjadi lebih baik, sehingga delineasi
endokardium menjadi lebih tegas. (Gambar 18)

Gambar 15. Ekokardiografikardiografi 2-D sumbu pendek setinggi


katup mitral. Terlihat area mitral yang kecil (stenosis), ventrikel
kiri (LV), septum ventrikel (lVS), ventrikel kanan (BV). (Sumber :
A Ghanie, Dlv. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine,
St'iwijaya University Palembang)

. Bidang empat rLlalg (.'opical. foLtr chamber'), Gambar 17. A) Ekokardiografi 2-D potongan apeks 4 ruang
pasien normal, terlihai ventrikel kiri (LV), serambi kiri (LA), ventrikel
merupakan bidang sejajar dengan permukaan kanan (BV), serambi kanan (RA), septum ventrikel (lVS), septum
anteroposterior melalui potongan dari apeks ke dasar atrial (lAS) B). Ekokardiografikardiografi 2-D potongan apeks 5
jantung. Pada bidang ini akan tergambar kedua ventrikel, ruang sama seperti gambar A dengan tambahan aorta (Ao)
(Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int Med Faculty of
atrium, sekat atrium dan ventrikel, serta kedua katup
Medicine, Sriwijaya University Palembang)
mitral dan tril.-uspid. (Gamhar 17A)
PENGANTAR DIAGNOSIS EKOKARDIOGRAFI 1557

Gambar 18. Ekokardiograti2-D potongan 4 ruang menunjukkan Gambar 21. Ekokardiograti 2-D surnbu panjang melalui apeks
kemampuan teknologi harmonik dalam meningkatkan kemampuan pada pasien hipertrofi kardiomiopati obstruktif, terliha.t katup
pencitraan ekokardiografi (A. tanpa tissue harmonic, B dengan mitral bergerak menutup 'left ventricle out flow tracl (LVOT) (tanda
harmonik terlihat deliniasi endokardium lebih jelas) (Sumber : panah) (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int.Med
A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept int Med. Faculty of Medicine, Faculty of Medicine, Sriwijaya University Palembang)
Sriwijaya University Palembang)

Gambar 22. Ekokardiograti 2-D sumbu panjang pasien stenosis


Gambar 19. Pengukuran fraksi e.jeksi dengan pengukuran area,
mitral berat, terlihat penebalan daun katup (A), pada potongan
pada kondisi di mana pemeriksaan dengan M-modelidakmemenuhi
pendek terlihat area rnitral secara planimetri sangat sempit 0 57
syarat Terlihat fraksi ejeksi 327". (Sumber : A.Ghanie, Div. Car- cm'? (B). (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept int Med.
diology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Sriwiiaya University
Faculty of Medicine, Sriwijaya University Palembang)
Palembang)

Gambar 20. Ekokardiografi 4 ruang apical pada gagal jantung Gambar 23. Ekokardiografi 2-D potongan pendek setinggi mitral
kongestif jantung kanan menunjukkan trombus multipel pada pasien gagal jantung dan infark anteroseptal, terlihat akinesis
ventrikel kanan (tanda panah). (Sumber : A.Ghanie, Div. dari daerah anterior pada saat sistol (tanda panah) (Sumber :

Cardiology, Dept.int.Med Faculty of Medicine, Sriwiiaya A Ghanie, Div Cardiology, Dept int lt/led. Faculty of Medicine,
University Palembang) Sriwijaya University Palembang)
1558 KARDIOLOGI

Gambar 24. Ekokardiografi 2-D sumbu panjang pasien miksoma Gambar 26. Doppler normal pengisian ventrikel kiri melalui mitral,
pada atrium kiri yang bergerak keluar masuk ventrikel kiri melalui dengan meletakkan 'sample volume' (dua garis sejajar) pada
mitral pada setiap siklus (M) (Sumber:A.Ghanie, Div Cardiology, daerah mitral, terlihat fase pengisian cepat (E) dan fase pengisian
Dept.int.Med. Faculty oI Medicine, Sriwijaya University lambat kontraksi atrium (A) (Sunber : A Ghanie, Div. Cardiology,
Palembang) Dept int Med. Faculty of Medicine, Sriwijaya University
Palembang)

Gambar 25. Ekokardiografikardiografi 2-D sumbu panjang pasien


miksoma atrium kiri dengan tangkai yang jelas (tanda panah)
(Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept int,Med Facuity of Gambar 27. Dopler PW normal melalui katup aorta, dengan
Medicine, Sriwijaya University Palembang) bimbingan 2-D ekokardiografi warna 'sample volume dilelakkan
pada daerah katup aoda, diperoleh velositas i 2 m/sec (Sumber
: A.Ghanie, Div Cardiology, Dept.int.Med Faculty of Medicine,
Sriwijaya University Palembang)
EKO DOPLER

Seperti disebutkan pada pendahuluan, konsep eko dopler


adalah menangkap sinyal yang dipantulkan oleh sel darah
merah, sehingga dapat ditentukan adanya aliran darah,
arah, kecepatan, dan karakteristik aliran.
Dikenal dua modalitas dopler yaitu,
.. Dopler spectrum ('spectral dopLer') yang terdiri dari
'pulsed wave dopler'(dopler gelornbang pulsasi) dan
'continuou.s wave dopler' (dopler gelombang kontinu)
. Color flow dopler.
Pada saat ini satu transduser memiliki kemampuan
sebagai dopler gelornbang pulsasi, sekaligus -eelombang
kontinyu dan dopler aliran berwarna.
Belakangan dikenal 'ti.ssue dopler' , bukan seperti Gambar 28. Dopler PW melalLri area mitral pada pasien hiperlensi
dengan disfungsi diastolik, terlihat gelombang E lebih rendah
dopler yang menangkap pantulan sinyal sel darah merah dibandingkan dengan gelombang A dengan ratio EA 0,67 ( normal
tetapi sinyal yang dipantulkan oleh kinesisjaringan, oleh 2:1) (Sumber :A.Ghanie, Div Cardiology, Dept int Med Faculty
karena itu dipergunakan untuk menguki.rr kinesi s j ari n gan. of Medicine, Sriwijaya Universitl,, ['alembang)
PENGANIAR DIAGNOSIS EKOKARDIOGFAFI 1559

Gambar 29. Dopler PW melalui area mitral pada pasien regurgitasi Gambar 32. Eko dopler CW melalui katup mitral yang stenosis,
mitral, doplelr tidak sempurna menuju kedua arah garis Nyhquist pengukuran area dengan 'pressure half time' diperoleh area
dan terputus tanpa amplop, dikenal sebagai aliasing (Sumber : seluas 0,66 cm'?lebih kurang sama dengan pengukuran secara
A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept int Med. Faculty of Medicine, planimetri pada gambar 22. (Sumber :A.Ghanie, Div. Cardiology,
Sriwijaya University Palembang) Dept int.Med. Faculty of Medicine, Sriwijaya University Palembang

Gambar 30. Eko dopler CW pada pasien yang sama dengan di Gambar 33. Eko dopler CW pasien dengan stenosis mitral terlihat
atas, tetapi dopler terambil dengan amplop yang sempurna dengan gradien 9 mmHg dengan area mitral 1,10 cmz (Sumber: A Ghanie,
velositas 5.31 m/sec (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Div. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Sriwiiaya
Dept int Med Faculty of Medicine, Sriwijaya University University Palembang)
Palembang)

Gambar 34. Eko dopier warna pada pasien regurgitasi trikuspid,


menunjukkan velositas 5 m/sec dengan gradient 123 mmHg,
Gambar 31. Eko dopler CW melalui mitral pada pasien setonis dengan asumsi tek ventrikel kanan 10 mmHg, maka diperkirakan
dan regurgitasi mitral dengan amplop yang sempurna (Sumber : tekanan pulmonal 133 mHg (hipertensi pulmonal). (Sumber :
A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept int.Med. Faculty of Medicine, A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine,
Sriwijaya University Palembang) Sriwijaya University Palembang)
1560 KARDIOI.OGI

PULSED WAVE DOPLER ( PW )

Dengan PW transmisi sinyal gelombang suara dikirim


dalam bentuk pulsasi ('pulse'). Oleh karena itu dapat
dilakukan pemeriksaan pada area tertentu dari suatu area
aliran dengan menggunakan yang disebut 'sample
volume', yang merupakan marka dari daerah yang
diinginkan, pada alat ekokardiografi ditandai dengan dua
garis sejajar.
Informasi yang dapat diperoleh berupa:
. Pengukuran fungsi diastolik
. Pengukuran area mitral atau orifisium aorta
. Pengukuran isi sekuncup dan curahjantung Gambar 35. Ekokardiografi warna pada orang normal, warna
. Mengukur besarurya shunt. merah menunjukkan arah aliran dari atrium kiri ke ventrikel kiri
pada saat diastol (mengarah ke transduser), sementara warna
Dalam prakteknya pengukuran-pengukuran itu dapat biru menunjukkan aliran dari ventrikel kiri ke aorta pada saat sistol
dilakukan oleh alat eko secara otomatis hanya dengan (menjauhi transduser) (Sumber '. A Ghanie, Div. Cardiology,
meletakkan marka-marka pada gambar yang dibuat. Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Siwijaya University Palembang)

co NTI N u o u s wAV E Do P LE R (CW)

Tidak seperti pulsed wave dopler di sini transmisi


gelombang suara berlangsung kontinu, sehingga
spektrum lebih luas dari semua area yang dilewati
gelombang suara. Karena tidak mempunyai' sample volume',
tidak bisa melokalisir sinyal aliran sehingga tidak spesifik,
dan sering terjadi kontaminasi aliran dari area yang tidak
kita kehendaki. Namun karena gelombang kontinyu dapat
menangkap aliran darah kecepatan tinggi dengan baik
tanpa terjadi 'aliasing', yaitu suatu keadaan gambar
dopler terputus akibat terlampauinya batas maksimal
kecepatan yang dapat diukur dengarr dopler. Gambar 36, Ekokardiografi warna pada pasien regurgitasi
(Gambar.29) mitral, terlihat gangguan koaptasi katup mitral (pada gambar kiri,
a), dan adanya gambaran aliran balik dengan warna biru mosaik
Karena sifatnya, maka CW sangat bermanfaat untuk (menjauhi transduser, b) melalui katup mitral pada saat sistol.
menangkap sinyal dari aliran frekwensi tinggi seperti (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept int.Med Faculty of
stenosis katup, dan pengukuran semi kuantitatif dari Medicine, Sriwijaya University Palembang)
regurgitasi.

EKO DOPLERWARNA

Prinsip eko dopler warna adalah sama dengan 'pulsed


dopler' tetapi menangkap sinyal pada beberapa
beberapa titik sepanjang garis penyitraan. Dengan
kesepakatan diberikan warna merah untuk aliran darah
yang mendekati transduser, dan warna biru untuk aliran
yang menjauhi transduser. (Gambar 35 ) Pada keadaan
tertentu di mana aliran bersifat turbulen terjadi
campuran warna merah dan biru atau mosaik. (Gambar
36 dan 37) Gambar 37 Ekokardiografi dopler warna pasien regurgitasi
trikuspid berat, menunjukkan gambaran aliran mozaik melalui
Informasi yang diperoleh: tricuspid pada saat sistol (Sumber'. A.Ghanie, Div. Cardiology,
. Menentukan arah dan waktu aliran Dept.int.Med Faculty of Medicine, Sriwijaya University
. Menentukan sifat aliran laminar atau turbulen Palembang)
PENGAI\MAR DIAGNOSIS EKOI(ARDIOGRAFI 1561

Gambar. 38 Ekokardiograti 2-D dengan warna pada pasien


stenosis mitral, aliran turbulen memberikan warna mosaik (kiri) Gambar 40. Ekokardiograf transesofageal pasien dengan
melalui katup mitral yang sempit (kanan) (Sumber : A.Ghanie, Div. endokarditis, terlihat vegetasi yang jelas melekat pada katup
Cardiology, Dept.int Med. Faculty of Medicine, Sriwijaya mrtral anterior (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int Med
University Palembang) Faculty of Medicine, Sriwijaya University Palembang)

TISSUE DOPPLER

Dengan majunya teknologi dapat dilakukan pengukuran


kecepatan dopler dai jaingan miokardium, bukan sel darah
merah seperti pada doplerbiasa. Dengan modalitas ini dapat
diperoleh informasi mengenai relaksasi abnormal ,
pseudonormal, dan kondisi restriktif dan miokardium.

EKOKARDTOGRAFT TRANS ESOFAGEAL (ETE)

Dengan ETE, transduser dilengkapi dengan frekuensi yang


relatif lebih tinggi, karena jarak bukan masalah maka kualitas Gambar 41 Ekokardiografi transesofageal pasien klinis dengan
regurgitasi mitral, terlihat ruptur daun katup mitral anterior (panah
gambar lebih baik dan jendela eko lebih luas. Oleh karena tunggal, koaptasi mitral dua panah). (Sumbe: A.Ghanie, Div.
itu beberapa informasi dapat diperoleh sebagai tambahan Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Sriwijaya
terhadap informasi yang tidak bisa didapat dengan TTE. University Palembang)
Beberapa contoh pencitraan dengan ETE yang sulit
didapat dengan ETT dapat dilihat pada Gambar 39,40,41.

REFERENS{

Anderson, B. Echocardiography: the normal examination and


Echocardigraphic measurements, MGA Graphics, Manly,
Queensland, Australia. First edition. 2000
Chambers, J. Echocardiography in clinical practice. The parthenon
publishing group, Spain. 2002.
Feigenbaum, H. Echocardiography. Lea & Febiger, Malvern, Penn-
sylvania, USA. Fifth edition. 1994.
Feigenbaum, H. Echocardiography. Lea & Febiger, Malvern, Penn-
sylvania, USA. Sixth edition. 2005.
Ghanie,A. arsip ekokardiografi, Divisi Kardiologi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya /
RS. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 1987 - 2006.
Ghanie, A. Parameter ekokardiografi normal. Unpublished. 2005.
Gambar 39. Ekokardiografi transesofageal pasien stenosis
mitral dengan strok, terlihat trombus di daerah apendik atrium kiri
yang tidak terlihat dengan eko trastorakal (TH, panah besar)
(Sumber: A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of
Medicine, Sriwijaya University Palembang)
244
EKOI(ARDTOGRAFT TRANS ESOFAGEAL (ETE)
Lukman H. Makmun

PENDAHULUAN TEKNIK PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE)


merupakan pemeriksaan lanjutan Ekokardiografi Trans Persiapan Alat
Torakal (ETT). Letak perbedaan antara kedua cara Alat transduser Trans Esofageal Qtrobe) sebelumnya
pemeriksaan ini adalah pada ETE dengan meletakkan dibersihkan lebih dahulu dengan air kemudian disterilkan
transduser dibelakang organ jantung dengan cara dalam cairan kimia (misal:Cidex) selama 20 menit.
memasukkannya melalui esofagus seperti melakukan Seterusnya dibilas dengan air (biasanya dengan cairan
pemeriksaan esofago-gastroskopi. Hasil yang didapat infus dekstrosa) dan dikeringkan.
adalah gambarat (imaging) struktur jantung lebih jelas Disiapkan lelly xylocain dan dengan kain kasa
dibandingkan dengan hasil ekokardiografi trans torakal dioleskan pada probe mulai dari ujung sampai sepanjang
dengan transduser berukuran 5 MHz. 30-40 cm. Atau kalau memungkinkan dibuatkan sarung
Transduser terletak pada ujung pipa fiber yang dapat karet (seperti kondom panjang) untuk menyarungi probe;
diputar-putar dengan modus biplane atatt multiplane. jelly dimasukkan ke dalam ujung sarung karet supaya
Biplane berarti transduser hanya dapat digerakkan untuk terdapat kontak yang baik antara transduser dengan
mendapatkan horizontal dan vertikal view saja yang safl.rng karet dan pada bagian luar sarung karet diolesi
juga jelly tadi untuk memudahkan masuknya probe ke
berbeda 90'. Sedangkan pada multiplane dapat digerakkan
secara bebas dalam perubahan setiap derajat sehingga dalam esofagus.
didapat gambaran yang diinginkan oleh pemeriksa artinya Elektroda EKG dipasang untuk melihat EKG di monitor
dapat melihat yiew semua arah. mesin eko. Probe dihlbtngkan dengan mesin eko dan di
Dengan ETE ini sesuai dengan standar pemeriksaan set untuk pemeriksaan ETE.
ekokardio graf1 dapat dilakuk anBko c o lo r dan D op le r untlk

melihat dan m englkur fl ow. Persiapan pasien:


. Dilakukan pemeriksaan HBsAg bila alat TEE hanya ada

. "':j'.*.;rt memungkinkan untuk pasien HBsAg dipergunakan


."t. *.. sarungkatettntukProbe.
s4rullB ll'anEL uttLuL PIUUe.
"":[ .
f \ Pasiendipuasakanterlebihdahuluselama6jamsupaya
tidakmuntah.

Cara kerja
Pasien dibaringkan dengan posisi miring ke kiri, bagian
atas badan agak tinggi, tanpa bantal dan leher diganjal
dengan pengganjal. Gigi palsu dilepas dahulu. Faring
disemprot dengan Xylocain spray,beberapa kali. Bila
pasien agak takut dapat disuntikkan midazolam
Gambar 1 Gambar alal probe transduser (DormicumR) 0.07 - 0.1 mg/kgBB iv. Hati-hati pada pasien

1562
EKOKARDIOGRAFI TRANS ESOFAGEAL (ETE) 1563

usia lanjut karena dapat terjadi depresi napas. " Mitral valve prolaps (MVP)
Mouth piece disuruh gigit. Badan pasien bagian distal . Gambaran vegetasi pada katup.
agak melengkung ke dalam dan kepala agak rnenekuk dan . Fungsi protese katup
melihat kakinya sendiri. . Kelainan katup mitral, aor1a, trikuspid
Probe dia1nn sehingga ujungnya agak fleksi (melekuk , Penonjolan foramen ovale pada strok non hemoragik
ke dalam) sesuai dengan bentuk faring dan ditahan. . Kelainan pada aorta torakalis, misal plak atau
Gerakan menyamping probe stpaya dikunci. aneurysma.
Probe dimasukkan secara perlahan ke dalam mulut, Pada pasien obesitas, emfisema paru dan deformitas
lidah pasien di dalam dan kalau perlu ditekan. Sesampainya dada kadang-kadang sulit untuk mendapatkan gambaran
probe dr faring, kondisi fleksi probe yang tadi ditahan strukturjantung dengan TTE biasa, karena itu diperlukan
dengan tangan supaya dilepaskan sehingga probe tadi pemeriksaan dengan ETE ini untuk mendapatkan gambaran
bebas dan menyesuaikan diri dengan bentuk keadaan yang lebih jelas.
esofagus. Pasien disuruh mengambil napas dalam supaya
tenang dan disuruh menelan. Sambil pasien menelan, probe
didorongkan perlahan dengan lembut ke dalam. Bila ada Kontra indikasi:
tahanan jangan dipaksakan. tetapi cabut sedikit, kemudian
Kontra indikasi pemeriksaan ETE ini adalah sebagai berikut:
arah disesuaikan iagi. Biasanya kalau sudah melewati
. kelainan esofagus
larirg, probe dengan mudah dapat didorongkan ke distal " aritnriaberat
esofagus. Kemudian dilihat melalui monitor posisi
. trombo tes yang sangat rendah, takut bahaya
pendarahan
tran sduser.
Biasanya setelah melewati 30 cm, transduser sudah
. hiperlensi maligna.
berada di belakang jantung. Bila lebih dalam lagi akan
masuk ke dalam lambung dan akan terlihat ventrikel kanan
dan kiri. Kemudianprobe dttaik lagi sampai terlihat semua
ruang Jantung.
Dengan memanipulasi tombol pengarah, pemeriksa
dapat mengamati bagian-bagian struktur jantung temasuk
LAA (LeJt ArriaL Appendage).
Setelah selesai pemeriksaan, probe ditaikpelan-pelan
sambil melihat kembali struktur aorta. Kemudian pasien
dipuasakan tidak makan dan minum selama 3 jam, karena
elek xylocain spray tadi.

Gambar 3. Gambaran ETE dengan struktur jantung yang normal,


di mana dimensi ruang-ruang jantungnya normal.

Gambar 2. Cara memasukkan alal probe

lndikasi:
Indikasi pemeriksaan ETE ini adalah untuk melihat struktur
jantung dengan lebihjelas, yaitu:
. dugaan trombus di LAA misal pada kasus strok non
hemoragik
. dugaan trombus di ventrikel. Gambar 4. Gambaran trombus di LAA, di mana di lokasi ini tidak
. ASD dan VSD dengan melihat aliran shunt. bisa di deteksi dengan pemeriksaan TTE biasa. Keadaan patologis
. Foram.en ovale persistent ini merupakan penyebab utama strok non henroragik.
t564 I(ARDIOI.OGI

Gambar 8. Tampak vegetasi pada daun katup trikuspid dan


Gambar 5. Gambaran septum inter atrial, tampak intak dengan septum ventrikel.
tidak ada defek

Perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya refleks


vagal, sehingga perlu disiapkanjuga sulfas atropin ampul.
Pemeriksaan ETE ini kurang mengenakkan pasien
karena harus menelan probe, meskipun sudah diberikan
anestesi lokal.

GAMBABAN ETE PADA KEADAAN NORMAL DAN


DENGAN KELAINAN KLINIS

Tampak disini gambarannya lebih jelas daripada hanya bila


dilakukan dengan TTE biasa.

REFERENSI

Hatle L, Angelsen B.Doppler Ultrasound in Cardiology.


Gambar 6. VSD. Tampak celah pada septum ventrikel. Kondisi Philadelphia : Lea & Fabiger. 2nd ed 198-5.
seperti ini saat ini dapat dilakukan penutupan dengan teknik Oka Y, Konstadt SN.Clinical Transesophageal Ekokardiografi cardio
kateterisasi. graphy. Philadelphia Lippincott-Raven. 1996.
Siglow V,Schofer J, Mathey D. Transoesophageale Ekocardiographie
Thieme Verlag Stuttgart. 1993.

Gambar 7. MVP (Mitral valve prolaps) Di sini terlihat dengan


jelas katup mitral tidak menutup dengan rapat.
245
PEMERIKSAAN KARDIOLOGI NUKLIR
Ika Prasetya Wijaya

PENDAHULUAN PENILAIAN FUNGSI VENTRIKEL

Pemeriksaan pencitraan j antung dengan radionuklir invasif Angiografi radionuklir dalam kesetimbangan ata:u multiple -
bermula di tahun 1970-an, dengan pemeriksaan aliran darah gated blood pool imaging sangat sering digunakan sebagai
miokardial. Seiring dengan perkembangan jaman maka saat salah satu cara untuk menilai fungsi ventrikel yang bersifat
ini pencitraan dengan radionuklir sudah mampu tak invasif. Teknik yang digunakan adalah dengan memberi
menganalisis fisiologi dan patofisiologi kerja jantung. label ee'Tc pada albumin atau sel darah merah yang secara
Pemeriksaan dimaksud adalah aliran darah miokard, seragam akan didistribusikan ke seluruh pembuluh darah.
metabolisme rniokard sefia fungsi ventrikel. Untuk mendapatkan hasil optimal pada pemeriksaan saat
istirahat maka sebaiknya tidak ada gangguan irama janrung.
Pemeriksaan ini sangat akurat. Hasil lain dari pemeriksaan
PRINSIP DASAR KARDIOLOGI NUKLIR ini adalah dengan didapatkannya ukuran dan fungsi
ventrikel kanan, ukuran ruang atrium dan pembuluh darah
Pemeriksaan kardiologi nuklir bergantung kepada besar, parameter pengisian diastolik, dan tingkatan berat
penyuntikan isotop yang mengandung foton ke dalam ringannya regurgitasi katup.
darah pasien. Hasil dari adanya foton tadi akan keluar sinar First-pass radionuclide angiography adalah metode
gamma yang kemudian ditangkap oleh kamera khusus, lain yang juga dapat digunakan untuk menilai fungsi
dinamakan kamera gamma. Kelemahan dari pemeriksaan ventrikel di dalamnya terdapat rekaman perjalanan bolus
ini adalah foton yang disuntik dapat memancar ke segala radionuklir dalam darah dari saat pemberian hingga
penjuru, menyebar, melemahkan serta dapat diserap. mencapai pembuluh darah pusat. Metode ini tidak
-
Semakin tinggi energi dari isotop, semakin rendah memerlukan sela darah merah yang dilabel dengan.
kemungkinan untuk menyebar dan penyerapan. Ada dua Penggunaan ee'Tc pada pemeriksaan ini karena biaya
isotop yang sering digunakan saat ini, talium 201 (201T1) murah dan waktu paruh yang pendek. Selama pemeriksaan,
dan teknetium 99m (ee-Tc), teknetium 99m sendiri terbagi perjalanan radioisotop melalui atrium kanan, ventrikel
atas beberapa bahan: sestamibi, tetrofosmin dan kanan, pembuluh paru kemudian atrium kiri, ventrikel kiri
teboroksim. dan aorta direkam dengan kamera khusus (high-count
camera). Kelemahan pemeriksaan ini dibandingkan dengan
pemeriksaan dalam kesetimbangan adalah rendahnya
Thallium 201 Technetium 99m sestamibi resolusi dari pergerakan otot ventrikel.
Waktu paruh fisik 73 jam Waktu paruh fisik 6 jam Gate d single -photon emis sion computed tomo graphy
Biaya radiofarmasi rendah Hasil pencitraan yang lebih baik (SPECT) dapat digunakan untuk menilai fraksi ejeksi dan
Digunakan untuk Untuk menilai fungsi ventrikel
mengukur ambilan paru Waktu pencitraan yang pendek pergerakan otot ventrikel regional dengan mengambil
Baik pada pemeriksaan Protokol pencitraan yang cepat manfaat dari pemeriksaan perfusi miokard SPECT.
iskemia saat istirahat Dapat dilakukan pada IMA dan
Pemeriksaan ini bisa menggunakan 201T1, tetapi yang sering
angina pektoris tak stabil
Kuantifikasi baik terutama untuk digunakan adalah karena bersifat higher count rate adaTah
mengukur luas iskemia saat ee^Tc
sestamibi. Aritmia juga menjadi faktor yang dihindari
istirahat
pada pemeriksaan ini.

156
1566 I(ARDIOI.OGI

PENILAIAN PERFUSI MIOKARD

Pemeriksaan pencitraan radionuklir dengan metode SPECI


mtocardial pe$usion banyak digunakan penyakit jantung
iskemia. Penyuntikan radioisotop pada saat istirahat dan
saat aktivitas dilakukan untuk menghasilkan gambaran citra
dari hasil dar aliran darah setempat. Terkadang untuk
mendapatkan keadaan dengan aktivitas dapat diberikan
dipiridamol dan adenosin. Bila terCapat kontra indikasi pada
kelainan paru terutama bronkospasme maka dapat diganti
dengan menggnnakan dobutamin.

TOMOGRAFT ErVilSr POSTTRON (POSITRON EMiS-


StoNToMoGRAFD

Pemeriksaan ini berbeda dengan dua pemeriksaan


terdahulu di atas. Dengan menghirup positron, maka emisi
yang dihasilkan sangat tinggi. Berguna untuk memeriksa
aliran darah di miokard dan lain-lain. Bahan yang dapat Garnbar 1.
digunakan saat ini adalah: arnonia nitrogen-13, air oksigen-
15. danrubidium.
Aplikasi klinis pemeriksaan PET adalah untuk menilai Perneriksaan tidak direkomendasikan pada
kehidupan dari otot-otot ventrikel jantung (myocardiaL . Infark mrokard akut dengan peningkatan segmen ST
viabilit-t). Selanjutnya dapat diketahui manfaat dari apalagi digunakan untuk menegakkan diagnosis.
tindakan PTCA atau CABG dengan membandingkan hasil Pemeriksaan ini hanya digunakan untuk mengukur
sebelum dan sesudah tindakan. Dengan adanya hasil ini luasnya daerah infark. Sebagai pemeriksaan utama tetap
maka diketahui apakah CABG ataupun PTCA yang sudah uji latih jantung dengan EKG.
atau akan dikerjakan dapat memberikan hasil optimal. o Fasien yang diduga menderita sakit jantung tanpa
gejala, pemeriksaan ini tidak direkomendasikan
digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis penyakit
BEKOMENDASI PEMERI KSAAN jantung. Tetapi dapat digunakan untuk memastikan
diagnosis dari hasil uji latihjantung yang positif.
Pemeriksaan kardiologi nuklir ini direkomendasikan . Persiapan menjalani pembedahan rutin yang bukan
dikerjakan pada: berkenaan dengan pembedahan vaskular karena
. Angina pektoris tak stabil dan infark miokard tanpa risikonya rendah. Tetapi pada pasien penyakitjantung
peningkatan segmen ST untuk menilai beratnya iskemia iskemia kronis sebaiknya dilakukan untuk menilai fungsi
dan menilai fungsi ventrikel. ventrikel mallpun viabilitas otot ventrikel.
. Fenyakit iskemia jantung kronis untuk menilaiperh-lasan
. Pasien pasca tindakan revaskularisasi yang tidak
dan beratnya gangguan arteri koroner pada pasien. bergejala.
Pada pasien yang iidak mampu melakukan aktivitas fisik
dengan baik maka dapat dibantu dengan menggunakan
adenosin atau dipiridamol. Walau demikian uji latih REFERENSI
jantung dengan EKG lebih diutamakan.
. Pada gagal jantung digunakan untukmengeterhui fungsi Nishimura RA et a1. Non-invasif. Cardial imaging: ekokardiografi

ventrikel. Pada pasien penyakit jantung koroner lama Dalam Kasper. Dalam Harrison's principle of internal
medicine. New York. McGraw Hill. 2005.
yang menderita gagal j antung namun tanpa nyeri dapat
Sabhar-wal NK et al. role of myocardial perlusion imaging for risk
dilakukan pemeriksaan kardiologi nuklir untuk stratification in suspected or known coronary artery disease
persiapan revaskularisasi. Heart, 20031 89: l29l-1
. Pasca tindakan revaskularisasi yang menunjukkan Udelson JE et al. Nuclear cardiologl'. Dalam Bt'aunwald's editor
gejala adanya iskemia berulang. Heart disesase a textbook of cardiovascular medicine
Philadelphia. Elsevier saunders. 2005.
246
PENYADAPAN JANTUNG
(CARDTAC CAT H ET ERr ZAT rOM
Hanafi B. Trisnohadi

PENDAHULUAN semua pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan kateter


secara perkutan.
Walaupun banyak kemajuan dalam teknik pemeriksaan Untuk penyadapan jantung dibutuhkan alat image in-
jantung dengan cara non-invasif seperti dengan tensifier dan cine angiography, kateter, transduser untuk
pemeriksaan ekokardiografi , multis lic e CT s can,kardiologi mengukur tekanan jantung dan oksimeter untuk mengukur
nuklir dan sebagainya, penyadapan jantung masih saturasi oksigen.
memegang peranan penting untuk mengevaluasi anatomi Tindakan penyadapan dilakukan dengan anestesi lokal
dan fisiologi jantung dan pembuluh darah. dan sedikit obat penenang, tetapi pada anak seringkali
Penyadapan jantung ialah suatu tindakan invasif, di dibutuhkan anestesi umum.
mana kateter dimasukkan ke dalam vena atau arteri perifer
dan kemudian didorong sampai ke berbagai tempat di
jantung atau pembuluh darah. Melalui kateter tersebut
INDI KASI PENYADAPAN JANTUNG
dapat diukur tekanan darah baik di arteri, vena, serambi
jantung (atrium) baik kiri atau kanan, bilik janrung . Untuk memastikan dan menentukan beratnya
(ventrikel) kiri atau kanan maupun pembuluh darah besar penyempitan, lokasi penyempitan dan banyaknya
seperti aorta, arteri pulmonalis, tergantung apa yang mau penyempitan pembuluh koroner pada penyakit jantung
diperiksa. Melalui kateter tersebut dapat diperiksa saturasi koroner yang membutuhkan tindakan operasi
oksigen di ruangan jantung maupun pembuluh darah tadi.
bypass atau tindakan intervensi.
Melalui kateter tersebut juga dapat disuntikkan bahan . Untuk menentukan beratnya kelarnan katup jantung, baik
kontras yang radio opak, sehingga pembuluh darah besar beratnya stenosis ataupun beratnya insufisiensi katup
dan ruanganjantung dapat di visualisasi secara radiologis. jantung, sebelum dilakukan pembedahan jantung,
Dengan penyadapan jantung dapat diperoleh data sehingga bisa ditentukan sebelumnya apakah pasien
hemodinamik maupun data radiologis (angiografi) untuk membutuhkan penggantian katup atau perbaikan katup
tujuan diagnostik. saJa.
Ada dua macam cara untuk memasukkan kateter ke . Untukmenentukan faal ventrikel kiri.
dalam pembuluh darah, yaitu dengan cara Seldinger di . Untuk menentukkan perubahan anatomi jantung pada
mana kateter dimasukkan secara perkutan ke dalam penyakit jantung kongenital yang akan dilakukan
pembuluh arteri atau vena baik di daerah femoral (arteri
tindakan operasi.
femoralis atau vena femoralis). Kateter juga dapat
dimasukkan melalui arteri brakialis dan vena cubiti; akhir-
akhir ini mulai banyak dipakai arteri radialis untuk KOMPLI KASI PENYADAPAN JANTUNG
kateterisasi jantung kiri. Yang kedua dengan insisi terutama
untuk pembuluh darah lengan, tapi akhir-akhir ini cara insisi Komplikasi yang dapat terjadi misalnya perdarahan atau
pembuluh darah hampir tidak pernah dipakai. Hampir hematoma pada tempat masuknya kateter, infeksi, reaksi

t567
1568 KARDIOI.OGI

pirogen, hipotensi, reaksi vagal, hipertensi, trombosis, (Gambar5). Ventrikulografi kiri dalam projeksi lefi anterior
emboli, perforasi pembuluh darah, perforasi miokardium, oblique (LAO) untuk melihat adanya defek septal ventrikel.
alergi terhadap kontras, mual sampai muntah tapi dengan (GambarO
kontras non-ionik yang banyak dipakai sekarang,
komplikasi makin berkurang. Bahkan akhir-akhir ini dari ARTERIOGRAFI KORONER: (GAMBAR 2,3)
pengalaman kami komplikasi dapat dikatakan sangat mini-
mal. Gangguan irama jantung juga dapat terjadi seperti Pemeriksaan arleriografi koroner untuk menentukkan letak
takikardia sinus ,bradikardia sinus , ekstrasistol ventrikel, dan beratnya stenosis dari pembuluh darah koroner.
takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel,ekstrasistol atri al Kateter didorong sampai di muara arteri koroner, dan seca4a
dan fibrilasi atrial. selektif disuntikkan bahan kontras radio-graphic ke dalam
Komplikasi umumnya ringan dan tidakmembahayakan; pembuluh koroner dan dilakukan pemotretan dengan alat
dikatakan angka kematian bervariasi dari 0,0lVo sampai cine-angiografi, sehingga pembuluh koroner sampai ke
0,l47o. cabang-cabangnya dapat divisualisasi. Setiap pembuluh
koroner dilihat dari berbagai projeksi untuk mengurangi
overlapping dan lebih akurat dalam menentukan beratnya
PENYADAPAN JANTUNG KANAN penyempitan. Projeksi yang lazim dipakai left anterior
oblique (LAO), right anterior oblique cranial (RAO
Kateter dimasukkan melalui vena femoralis ataupun melalui kranial), posteroanterior caudal (PA caudal) luntttk
vena di lengan secara per kutan (metoda Seldinger), dan pembuluh darah koroner kiri sedangkan untuk pembuluh
dengan kontrol fluoroskopi kateter dapat didorong ke vena darah koroner kanan dipakai projeksi LAO, RAO dan PA
kava inferior superior, atrium kanan, ventrikel kanan, arteri kranial. Ada 2 macam cara melakukan arteriografi koroner
pulmonalis, sampai ke posisi wedge. Tekanan darah dan yaitu metode Sones dengan memakai kateter Sones biasa
saturasi oksigen tiap ruangan dapat diperiksa. Kateter dari dilakukan metalui arten brakialis sedangkan metode Judkins
atrium kanan dapat masuk ke atrium kiri melalui foramen dengan kateter Judkins melalui arteri femoralis. Belakangan
oval atau bila ada defek septal atrial. Melalui kateter juga melalui arteri brakialis juga dipakai kateter Judkins maupun
dapat disuntikkan bahan kontras radio-opaque untuk kateter multipurpose. Akhir-akhir ini banyak juga dipakai
melihat ruangan jantung kanan dan pembuluh darah paru. arteri radialis. Dengan arleriografi koroner, lokasi, beratnya
dan morfologi tempat penyempitan dapat dianalisis
dengan baik, dan hasilnya penting untuk menentukan
PENYADAPAN JANTUNG KIRI apakah pasien membutuhkan bedah pintas koroner atau
tindakan intervensi dengan memakai dasar kateter.
Pada penyadapanjantung kiri kateter dapat dimasukkan ke (Gambar2dan3)
dalam pembuluh arteri melalui afteri femoralis atau arteri
brakialis secara per kutan. Kateter dengan kontrol
fluoroskopi dapat didorong ke aorta lalu ke dalam ventrikel INDIKASI ABTERIOGRAFI KORONER
kiri melalui katup aofta. Melalui kateter dapat diukur tekanan
dan saturasi oksigen di aorla dan ventrikel kiri. Melalui Indikasi arteriografi koroner di unit kami:
kateter dapat disuntikkan kontras radio-opaque dan . Pasien dengan angina pektoris stabil ataupun tak stabil
dilakukan pemotretan aorta dan ventrikel kiri secara . Pasien dengan exercise test yang positif
radiologis. Pemotretan aorta atau aorlografi digunakan untuk . Pasien dengan infark jantung akut maupun infark lama
melihat apakah ada kelainan aofia atau katup aorta.misalnya
apakah ada insufisiensi aofia , dilatasi aofia, aneurisma aorla
dan koarktasio aorta. Sedangkan pemotretan ventrikel kiri PENGUKURAN CURAH JANTUNG (CARDLAC OUT-
ata;u left v entriculo g raphy (ventrikulografi kiri)dilakukan PUt)
dengan menyuntikkan kontras radiologi di ventrikel kiri dan
pemotretan dalam projeksi right anterior oblique (RAO) Curah jantung secara rutin dapat diukur pada waktu
dapat dipakai untuk mengevaluasi faal ventrikel kiri. (Gambar penyadapan j antung kiri. Pengukuran curah jantung tidak
5,7) Dalam keadaan normal 507o sampai 807o darah dalam saja penting untuk menentukan faal ventrikel kiri' tapi juga
ventrikel kiri dapat dipompa keluar, fraksi ejeksi (ejection penting untuk menghitung luas katup jantung. Tetapi akhir-
fraction) antara 50Vo sampai 807o. Dat'r left v entriculo grafi akhir ini dengan kemajuan pemeriksaan ekokardiogarfi,
dalam posisi RAO juga dapat dilihat adanya aneurisma tindakan untuk mengukur curahjantung secara non invasif
ventrikel kiri, trombus di ventrikel kiri, biasanya terlqtak cukup dapat diandalkan.
didaerah apeks, dan adanya insufisiensi mitral di mana Cara memeriksa curah jantung pada waktu penyadapan
tampak aliran darah dari ventrikel ke atrium pada masa sistol. jantung adalah sebagai berikut:
PENYADAPAN JANTU NG (CARDZA C CAT H E TE RI 7.ATI OM r569

. Metoda Fick: Curah jantung diperoleh dengan kanaikan saturasi oksigen sebesar 2Vo di arteri pulmonalis
memeriksa konsumsi oksigen dibagi dengan perbedaan menunjukkan ada shunt dari aorta ke arteri pulmonalis
oksigen (oksigen content) di arteri dan vena. Curah seperti padapatent duktus arteriosus. Sedangkan bila ada
j antun g normal sampai 4.8 Ll mtnl m2. penurunan saturasi oksigen di sistem jantung kiri maka
. Metoda dengan termodilusi maupun dengan ada shunt dari kanan ke kiri.
indocy anide green sudah jarang dipakai Besarnya ,shunt biasanya didasarkan atas perhitungan:
. Angiografi
Paling banyak dipakai karena dapat diJakukan pada Pulmonary flow = Systcmic irtery 02 satLrnxi Systenic venous 02 satrmsi
waktu melakukan penyadapan jantung kiri. Systemic flow Pulmonary afiery 02 satura-si PuJmonary venous 02 saturxi

Pada waktu membuat ventrikulografi kiri dapat diukur


aksis yang panjang dan pendek dari ventrikel kiri pada masa
sistol dan diastol, sehingga volume ventrikel kiri pada masa
Contoh data yang diperoleh dari penyadapan
jantung pada pelbagai macam kelainan jantung
sistol atau diastol dapat dihitung sehingga curah jantung
juga dapat diketahui. Stenosis mitral. Pada stenosis mitral tekanan di atrium kiri
lebih tinggi dari ventrikel kiri pada masa diastol, sehingga
ada perbedaan tekanan di atrium kiri dan ventrikel kiri yang

LUAS KATUP disebut "gradient katup mitral". (lihat gambar 1)Makin


tinggi perbedaan tekanan tersebut makin berat stenosis
Luas katup dapat dihitung dengan menggunakan rurllls katup mitral. Luas katup mitral dapat dihitung dengan rumus
dari Gorlin: Gorlin. Dari ventrikulografi kiri dapat dilihat pergerakan
Untuk menggunakan rumus Gorlin perlu diketahui: katup mitral, adanya kalsifikasi pada katup mitral dan apakah
. Cardiac output ada kebocoran pada katup mitral. Faal ventrikel kiri juga
. Perbedaan tekanan (pressure gradient') pada katup dapat dinilai dan kadang dapat dinilai apakah ada trombus
yang mau dihitung luasnya. di atrium kiri. Adanya hipertensi pLrlmonal juga dapat dinilai
. Systolic e.jection period. atat diastolic filling period dengan mengukur tekanan di arteri pulmonalis.
tergantung dari katup yang mau diukur luasnya. Insufisiensi mitral (Gambar 10). Adanya insufisiensi
Rumus untuk menghitung luas katup: mitral dapat diduga bila dari pemeriksaan grafik rekaman
tekanan di posisi wedge dari arteri pulmonalis yang
ILI, menggambarkan tekanan di atrium kiri menunjukkan adanya
rl
illi gelombang v yang besar. Kebocoran dari katup mitral dapat
rl
Di.astoLic Jllling periocl x heart rate K (37) x mean i
dengan mudah dilihat dari pemeriksaan ventrikulografi krri,
diastolic gradient I
di mana akan tampak aliran kontras dari ventrikel kiri ke
I
atrium kiri pada waktu sistol. Dari ventrikulograh juga dapat
dinilai besarnya dan faal ventrikel kiri.
Stenosis aorta (Gambar 4). Diagnosis stenosis aorta
ditegakkan bila ada perbedaan tekanan sistolik di ventrikel
kiri dibandingkan dengan tekanan sistolik di aorta (tekanan
-- -__] sistolik di ventrjkel kiri lebih tinggi dari tekanan sistolik di
aorta. dalam keadaan nonnal tekanan sistolik di ventrikel
kiri dan aofia sama) Makin tinggi perbedaan tekanannya
SHUNT
makin besar stenosisnya. Luas katup aofta dapat dihitung
dengan rumus Gorlin. Dari pemeriksaan aorlografi dapat
Pada penyakit jantung kongenital, dilakukan pemeriksaan
oksigen saturasi di vena kava, atrium kanan, ventrikel
dilihat bentuk katup aorta, pergerakannya, adanya
kalsifikasi dan apakah ada insufisiensi aorta.
kanan, dan arteri pulmonalis sedangkan untuk sistem
jantung kiri juga diperiksa saturasi di aorta dan ventrikel Insufisiensi aorta: (Gambar 8,9). Pada insufisiensi aofta
kiri. Akan ada kenaikan saturasi oksigen pada tempat yang adanya kebocoran katup aorta dapat dilihat dari
ada shunt dai kiri ke kanan. makin besar kenaikan saturasi pemeriksaan aortografi. Bentuknya katup aorta, dan
menunjukkan shunt j:uga makin besar. Misalnya adanya beratnya insufisiensi juga dapat ditentukan. Faal ventrikel
kenaikan saturasi oksigen di atrium kanan sebesar 47o atau kiri juga dengan mudah dapat dilihat.
lebih menunjukkan adanya shunt daiktike kanan di tingkat Defek septal yentrikel: (Gambar 6). Adanya defek septal
atrium karena defek septal atrial, sedangkan adanya ventrikel (VSD) dapat diketahui karena adanya kenaikan
kenaikan saturasi di ventrikel kanan sebesar 37o alauleblh saturasi oksigen di ventrikel kanan dibandingkan dengan
menunjukkan adanya .shunt dari kiri ke kanan di tingkat atrium kanan. Dari pemeriksaan ventrikulografi kiri tampak
ventrikel seperti pada defek septal ventrikel. Adanya adanya aliran kontras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
1570 I(ARDIOLOGI

melalui septum interventrikularis (posisi Left anterior


oblique). (Gambar 6) Lokasi VSD juga dapat ditentukan.
Flow ratio dapat dinilai dan tekanan di arteri pulmonalis
dapat diukur apakah sudah ada hipertensi pulmonal.
Biasanya dianjurkan tindakan operasi penutupan VSD bila
flow ratio lebih dari 1.5.

Atrium kanan
Mean (rerala) - z- o
Gelombang a =2-10
Gelombang v =2-10 Gambar 2. Left coronary angiogram menunjukkan penyempitan
Ventrikel kanan 90% di pembuluh LAD (Left anterior descending)
Sistolik = 15-23
Diastolik akhir = 2-B
A. pulmonalis
Sistolik =15-30
Diastolik =4-12
Rerata =9-12
Atrium kiri
Sistolik = 100 - 140
Diastolik akhir - J - tz
Cardiac index =26-42llminlm
Stroke volume = 30 - 65 ml/m'?
Systemlc vascular resistance = 700 '1600 dynes sec m5
-
Stroke volume index
,, 2
= JU - b5 mt/m
Total pulmona ry va scul a r = 100 - 300 dynes sec m5
resistanc

Gambar 3. Gambar menunjukkan angiogram pembuiuh koroner


kanan (BCA=flght coronary artery), menunjukkan I00% blok
Angiografi dilakukan pada pasien infark akut bagian inferior kurang
PCr,r 3i dari 6 jam Pasien juga mendapat pacu jantung sementara karena
ada AV blok
J
,il
il

,i
-L

\t

Gambar 1. Pada gambar di atas dapat dilihat kurva tekanan di


posisi wedge (PCWP= pulmonary capillary wedge pressure\ dan
kurva tekanan di ventrikel kiri yang direkam bersama-sama. Gambar 4. Gambar menunjukkan kurva tekanan di ventrikel kiri
Tampak tekanan di posisi wedge lebih tinggi dari ventrikel kiri dan di aorla, di mana tekanan sistolik di ventrikel tinggi jauh lebih
pada masa diastol, dengan perbedaan tekanan pada akhir diastol tinggi dari tekanan sistolik di aorta, didapatkan perbedaan tekanan
( gradient katup mitral ) sebesar 20 mmHg. Tekanan di posisi sebesar '130 mmHg (tekanan sistolik di ventrikel kiri '140 mmHg
wedge ( PCWP ) menggambarkan tekanan di atrium kiri Adanya dan di aoda 110 mmHg). Kurva tekanan diatas menunjukkan aorta
perbedaan tekanan antara PCWP dan ventrikel kiri menunjukkan stenosis berat. Perbedaan tekanan di katup aorta menunjukkan
adanya stenosis katup miiral, makin tinggi perbedaannya makin adanya aona stenosis, makin besar beda tekanan makin berat
berat deralat stenosis katup mitral. stenosisnya
PEITYADAPAN JANTUNG (CA.RD'A C CATH ET E RI ZAT I A M l57t

Gambar 5. Ventrikulografi kiri menunjukkan adanya hipokinetik


didaerah anteroapical
Gambar 9. Aortografi dalam posisi LAO menun.lukkan aorta
asendens yang melebar dan tampak adanya kontras yang
mengalir dari aorta ke ventrikel kiri pada masa diastol, menunjukkan
adanya insufisiensi aorta

Gambar 6. Ventrikulografi kiri pada posisi LAO menunjukkan


kontras yang disuntikkan di ventrikel kiri ada yang mengalir ke
ventrikel kanan melalui defek septal ventrikel

Gambar 10. Ventrikulografi kiri pada posisi RAO menunjukkan


ventrikel kiri agak membesar dan faal sistolik masih baik, dan
didapatkan insufisiensi mitral, dapat dilihat kontras mengalir dari
ventrikel kiri ke atrium kiri pada masa sistol

BEFERENSI

Bainr DS, Grossman W: Grossrnan's Cardiac Catheterization, An-


\(nlrikcl lir r, )udr m.sr sislo c giography and lntervention. 6'h editjon Baltimore. Lippincot,
William Wilkins 2000.
Gambar 7. Ventrikulografi kiri pada posisi RAO pada pasien Davidson CJ et al: Cardiac catheterization. in Heart Disease. 6'h ed
dengan faal ventrikel yang normal
E Brzrunwald (ed), Philadelphia, Saunders, 2001

Gambar 8. Aortografi pada posisi RAO menunjukkan aorta


mempunyai 3 daun dan tidak ada insufisiensi aorta
247
INTERVENSI KORONER PERKUTAN
T. Santoso

ANGIOPLASTI KORONER PERKUTAN akhirnya dinding pembuluh akan dilapisi endotel normal
kembali. Akan tetapi pasca PTCA, reaksi penyembuhan
Angioplasti koroner diperkenalkan oleh Andreas Gruentzig ini dapat terjadi dalam bentuk remodelling, elastic recoil
sebagai tindakan revaskularisasi koroner non-bedah pada dan/atau hiperplasia neointima. Negctrit,e remodelling,
tahtn 1,911 . Tindakan angioplasti koroner ini lazim elastic recoil dan hiperplasia neoinitma ini akan
dinamakan percutaneous transluminal coronary menyebabkan terj adinya restenosis. Karena itu
angioplasty (PTCA). Pada waktu itu teknik yang dipakai dikembangkan penggunaan stent. Stent dapat dipakai
hanyalah menggunakan balon yang dimasukkan ke untuk mengatasi komplikasi akut seperli hasil dilatasi yang
pembuluh koroner yang stenotik, setelah itu balon suboptimal, diseksi oklusif dan infark jantung akut yang
dikembangkan dan dengan demikian stenosis menghilang dapat terjadi sebagai akibat dari ini. Stent dapat pula
atau amat berkurang, lalu balon dikempiskan dan menghambat negative remodeling dan elastic recoil,
dikeluarkan. Teknik ini dapat amat et'ektif, tetapi kadang- sehingga penggunaan stent akarr mengurangi restenosis.
kadang dapat menyebabkan komplikasi seperti oklusi arteri Stent pefiama kali dipakai pada manusia oleh Puel di
mendadak akibat diseksi dan infarkjantung akut5. Teknik Toulouse dan Sigwart di Lausanne. Stent merupakan
angioplasti koroner berkembang pesat sejak struktur metal yang dapat menyangga pembuluh darah
diperkenalkannya penggunaan "alat-alat baru" yang supaya tetap terbuka. Secara garis besar, ada stent dalam
bukan hanya menaikkan angka keberhasilan angioplasti bentuk self-expanding stent di mana s/enf terbungkus
koroner tetapi juga amat menurunkan risiko tindakan. dengan membran dimasukkan ke lesi stenotik dalam bentuk
Dengan perkembangan ini maka istilah PTCA menjadi belum terkembang, lalu dengan menarik membran, maka
diperluas dan pada saat ini lazim disebut "intervensi s/enl terbuka. Kemudian dapat dilakukan optimalisasi
koroner perkutan" atalu percutaneous coronar\ interven- dengan balon. Akan tetapi kebanyakan stent yaflg
tion (PCI). Salah satu "alat baru" yang amat bermanfaat sekarang dipakai adalah bentuk balloon expandable stent
adalah stent. Pada masa sekarang, PTCA mumi sudah jauh Di sini,etent dalam keadaan belum terkembang ditempel
lebih jarang dilakukan, karena pada umumnya dilakukan pada balon sedemikian sehingga profilnya kecil dan dapat
pemasangar] stent. dimasukkan ke lesi stenotik. Setelah sampai di tempat tar-
get, stent dipasang dengan mengembangkan balon.
Kemudian balon dikempiskan dan s/enr ditinggal dj dalam.
STENT Sering diperlukan preparasi lesi stenotik untuk
memudahkan penempatan dan pemasangan stent di tempat
PTCA selalu menyebabkan trauma pada dinding arteri, lesi, umumnya dengan melakukan predilatasi dengan balon
terutama dapat menyebabkan robekan dinding pembuluh (balon biasa atau balon khusus seperti cutting balloon)
atau diseksi. Makin besar alat atau tekanan dipakai, maka atau tindakan ajungtif lain seperli rotablasi atau aterektomi.
trauma yang diakibatkannya makin besar, bukan hanya Pasien yang menjalani pemasangan s/e,?/ umumnya diberi
sebatas intima atau plak, tetapi dapat lebih dalam mencapai 2 jenis obat antiplatelet untuk mencegah trombosis srerr,
media atau bahkan adventisia. Trauma ini akan rninimal satu bulan.
mencetuskan terjadinya proses penyembuhan dan Pada waktu stent perlama kali dipakai pada manusia,

1572
INTERVENSI KORONER PERKIJTAN L573

penggunaan stent ternyata dapat menyebabkan komplikasi 5.2Vo menjadi 3.57o pada penyelidikan-penyelidikan di mana
trombosis akut atau subakut, yang dapat mengakibatkan stent stdah mulai dipakai. Penggunaan stent menurunkan
terjadinya infark jantung akut dan kematian. Kemudian risko tindakan revaskularisasi ulang (target lesion
diketahui, bahwa terjadinya trombosis amat tergantung revascularization, TLR) sampai setengahnya. Selain itu
pada hasil pemasangan stent. Karena itu pada waktu baik stent maupun CABG sama baik memperbaiki keluhan
pemasangan stenthanrslah diyakini bahwa hasilnya harus pasien (angina).
optimal. Colombo membuktikan, bahwa komplikasi ini Untuk kelainan banyak pembuluh ("multivessel
dapat amat dikurangi dengan melakukan dilatasi balon disease". MVD) ada beberapa penyelidikan penting
dengan tekanan tinggi, dan dibuktikan dengan perbandingan PCI dengan stent dan CABG. Pada
int rav as c ular ult r as ound (IVUS ). penyelidikan ARTS (Arterial Reyas cularization Therapy
Penggunaan stent terbukti dapat menekan terjadinya Study) diacak 1205 pasien untuk menjalani pemasangan
restenosis akibat PTCA. Selain itu stent }uga amat berguna stent ata.u CABG. Setelah satu tahun, tidak ada perbedaan
untuk mencegah oklusi pembuluh akut seperti misalnya dalam angka kematian atau infark jantung, walaupun
akibat diseksi, serta untuk menyempurnakan hasil PTCA demikian kelompok stentlebih sering menjalani TLR. Pada
yang masih suboptimal. Penyelidikan BENESTENT dan penyelidikan ERACI II (Argentine Randomised Study of
STRESS membuktikan, bahwa penggunaan stent lebrh Stents yersus CABG in Multivessel Disease) angka
superior dibandingkan PTCA dalam kaitan dengan harapan hidup bahkan lebih baik pada kelompok stent (97 .4
restenosis dan"eventfree survival". Sejak itu minat orang vs 92.5 persen; p<0.015) dan pula angka bebas serangan
terhadap pemasangan stent menjadi amat besar (stent infark jantung juga lebih baik pada kelompok stent (97 .7
frenay). Stent menjadi amat sering dipasang dengan vs 93.4 persen; p<0.017), tetapi kebutuhan TLR lebih sering
indikasi yang amat luas untuk tatalaksana stenosis yang diperlukan pada kelompok s,tent, walaupun biaya
bahkan tidak termasuk dalam lesi yang diselidiki pada keseluruhan untuk kedua kelompok sama. Pada
penyelidikan-penyelidikan tersebut. penyelidikan SoS (Srenr assisted PCI versus CABG in
Restenosis setelah pemasangan srenr lebih kecil multivessel coronary artery disease), angka morlalitas dan
daripada restenosis pasca PTCA, yaitu sekitar l0-18Vo, infark jantung sama banyak pada kedua kelompok PCI atau
walaupun untuk lesi-lesi kompleks angka ini dapat lebih CABG. TLR diperlukan lebih sering pada kelompok PCI.
tinggi lagi. Berbagai faktor berpengaruh terhadap
terjadinya restenosis. Faktor klinik seperti diabetes melitus,
atau angina tak stabil akan menaikkan angka restenosis. DRUG.ELUTING STENT
Faktor tindakan antara lain pemasangan stent yatg kurang
sempurna (misalnya aposisi stent ke dinding kurang Dengan makin luasnya pemakaian s/enl, problem utama
sempurna), atau diseksi yang tak diatasi juga PCI yang sulit dipecahkan adalah restenosis. Stentmemarrg
mempermudah terjadinya restenosis. Morfologi lesi juga menurunkan kekerapan restenosis, tetapi hiperplasia
amat berpengaruh, termasuk yang menaikkan neointima tetap terjadi. Penggunaan obat sistemik ternyata
kecenderungan restenosis misalnya lesi yang panjang atau tidak memberi hasil baik. Salah satu usaha untuk mengatasi
difus, oklusi total, diameter pembuluh kecil, lesi ostial, lesi ini adalah dengan memberikan radiasi intrakoroner.
restenotik, serta lesi pada pembuhh graft saphena.Untlk Tindakan ini lazim dinamakan brakiterapi (brachytherapy).
menilai apakah pemasangan s/e/?/ sempurna dapat Upaya lain yang kemudian ternyata memberi hasil amat
dilakukan pemeriksaan IVUS, angioskopi, fractional flow memuaskan adalah penggtraan drug-eluting stent (DES).
reserve (FFR) atau co ronary flow reserve (CFR), akan tetapi Pada prinsipnya, DES merupakan stent yang bersalut
pemeriksaan ini tidak mutlak lagipula menaikkan biaya obat. Obat yang dipakai harus mempunyai efek
tindakan. antiproliferatif dan antiinfl amasi, sehingga dapat menekan
Perbandingan antara PCI dan operasi pintas koroner hiperplasia neointima. Dengan demikian secara teoretis,
(coronary artery bypass surgery, CABG) diselidiki pada obat yang potensial toksik bila diberikan secara sistemik
13 penyelidikan yang mencakup 7964 pasien. Pada kurun dapat diberi secara lokal dalam konsentrasi yang amat kecil,
waktu pemantauan 1, 3 sampai 8 tahun, tidak ditemui tetapi efektif dan lebih aman. Supaya obat dapat menempel
perbedaan angka kematian antara kedua kelompok terapi pada stent diperlukan polimer. Polimer berfungsi sebagai
revaskularisasi tersebut. Penggunaan stent ler.nyata pengangkut obat dan setelah stent dipasang obat akan
banyak memberi manfaat. Pada penyelidikan-penyelidikan mengalami difusi secara perlahan masuk ke dinding
terdahulu di mana stent belum dipakai, ditemui pembuluh. Hasil jangka panjang tergantung dari reaksi
kecenderunganbahwa CABG lebih baik daripada PCIpada tubuh (pembuluh) terhadap polimer dan obat dan juga
tahun ketiga; hal mana tidak ditemui lagi setelah dipakai terhadap stent ittr sendiri. Penyelidikan-penyelidikan
stent. Kecenderungan bahwa CABG lebih baik daripada terdahulu dengat stentbersalut emas, juga dengan QuaDS
PCI hilang walaupun mortalitas akibat CABG menurun dari stent, aktinomisin, dan batimastat, ternyata gagal karena
1574 I(ARDIOI.OGI

DES ini lebih menyebabkan reaksi prolifersi, peradangan termasuk STEMI. Penyelidikan di Rotterdam tersebut juga
(inflamasi), atau lebih trombogenik daripada stent biasa menunjukkan bahwa SES potensial juga baik dipakai unhrk
(bare metal s/e,?/, BMS) memperbaiki res tenosis setelah pemas angan s t e nt (" in s I e nt
DES yang kemudian ternyata memberikan hasil baik restenosis"). Pada penyelidikan lain di mana 368 pasien
adalah sirolimus - eluting stent (SES) dan paclitaxel-elut- dengan 735 lesi stenotik menjalani pemasangatS4l stent,
ing stents (PES). Hal ini terbukti dari banyak penyelidikan restenosis >507o hanya ditemui pada 11 pasien dan pada
seri kasus atau penyelidikan acak yang telah dilakukan semua pasien dalam bentuk fokal (bentuk restenosis
dan dipublikasi. (Tabel 1) paling ringan dan paling mudah diperbaiki). Harus
Penyelidikan pertama pada manusia dengan SES ditambahkan bahwa pada seri iri stent dipasang pada lesi
dilakukan pada 45 pasien di Sao Paolo, Brazilia dan yang relatif panjang (17,48 + 12,19 mm) dan anatomi lesi
Rotterdam, Negeri Belanda. SES ternyata dapat hampir yang lebih kompleks, di mana biasanya angka restenosis
sempurna menghambat proliferasi neointima pada dengan BMS amat tinggi.
pemantauan setelah 4 bulan. Selanjutnya pemantauan Untuk PES, penyelidikan pertama yang dilakukan
setelah I dan 2 tahun menunjukkan bahwa penekanan adalah TAXUS -I di mana dip akai " p ac lit axe l, p o lyme 4 N I R
hiperplasia neointima ini menetap, dibuktikan baik dengan stent system". Sejumlah 61 pasien diacak mendapat BMS
IVUS atau "4 uantitativ e coronary angio graphy (QCA). atau PES. Setelah dipantau l2 bulan, angka MACE adalah
Pada penyelidikan Randomized Study With the 3Vo (l kejadian) pada kelompok TAXUS dan l07o (4
Sirolimus - Eluting Bx Velocity B alloon- Expandable Stent kejadian pada 3 pasien) pada kelompok BMS dan tidak
(RAVEL) trial,238 pasien secara acak mendapat stentbiasa ditemui trombosis s/enf subakut. Walaupun perbedaan ini
(BMS) atau SES. Setelah 6 bulan, restenosis temyata26To tidak mencapai kemaknaan statistik, diameter lumen
pada kelompok BMS dan 07o pada kelompok SES. Selain minimal ("minimal luminal diameter", MLD) secara
itu tak ditemui trombosis subakut dengan kombinasi 2 obat bermakna lebih baik pada kelompok TAXUS.
anti-platelet. Pada pemantauan 1 tahun kekerapan kejadian Penyelidikan ASPECT melibatkan 177 pasien dengan
koroner mayor (major adverse cardiac events,MACE) 29Vo lesi pendek (kurang dari 15 mm), dan "ideal" (diameter
padakelompok BMS dan hanya 5,8Topadakelompok SES. pembuluh 2.25 sampai 3.5 mm) dan secara acak mendapat
Perbedaan ini terutama disebabkan oleh rendahnya BMS Cook Supra-G atau PES di mana dipakai 2 macam
kebutuhan revaskularisasi ulang pembuluh taryet ("tar- dosis. Penilaian penyelidikan ini agak sulit karena dipakai
g e t v e s s e I rev as c ul ari zation", TY R). Pada RAVEL, setelah 3 macam regimen obat anti-platelet. Restenosis terjadi
3 tahun dapat dipantau 114 pasien pada kelompok BMS sebesar 4Vo pada kelompok PES dosis tingg| l27o pada
dan 1 13 pasien pada kelompok SES. Dilaporkan TVP.ll,4Vo kelompok PES dosis rendah darr 27 7o pada kelompok B MS.
pada kelompok SES dibandingkan dengan 33,67o pada Pada evaluasi IVUS, terbukti bahwa pada kelompok PES
kelompok BMS. Data ini jelas membuktikan bahwa hasil hiperplasi neointima dapat ditekan.
baik pemasangan SES dapat dinikmati jangka panjang serta Penyelidikan TAXUS IV merupakan penyelidikan
menurunkan kebutuhan tindakan revaskularisasi ulan g. prospektif , acak ganda tersamar " slow-release;
Penyelidikan SIRIUS (Sirolimus - Eluting B alloon Ex- polyme r- b as ed p ac litaxel-NlR stent sy stem pada 7 3 serfier
pandable Stent in the Treatment of Patients With De Novo di Amerika. Sejumlah 1314 pasien dengan lesi pembuluh
Native Coronary Artery Lesions) melibatkan 1058 pasien koroner berdiameter antara 2,5 sampu 3,75 mm dan panjang
yang diacak menjalani pemasatgan stentbiasa (BMS) atau 10 sampai 28 mm diacak untuk mendapatkan BMS atau
SES pada 53 senter. Kohort ini melibatkan juga pasien PES. Pada pematauan 9 bulan, walaupun angka kematian,
diabetes melitus (267o), kelainan yang lebih panjang (rerata infarkjantung, atau trombosis s/enf subakut tak berbeda
14,4 mm) dan diameter pembuluh lebih kecil (rerata 2,8 mm) antara kelompok B MS dan PES (0, 8 % v s. O,6Vo), restenosis
dibandingkan dengan populasi RAVEL. Sekali lagi terbukti pada angiografi amat menurun dengan penggunaan PES
bahwa kelompok SES mengalami MACE pada kurun waktu dibandingkan BMS (7,97o dibandingkan 26,6Vo). Atas
pemantauan 270 hari yang lebihrendah dari kelompok BMS dasar hasil baik ini FDA menyetujui penggunaan PES di
(7 ,lVo vs 18,97o), dan hal ini terutama karena kebutuhan Amerika. TAXUS Itr merupakan penyelidikan registri yang
untuk TLR lebih rendah pada kelompok SES dibandingkan memperlihatkan bahwa PES ini potensial dapat dipakai
kelompok BMS (4,17o vs 16,6%o). Dengan evaluasi QCA untuk pengobatan instent restenosis.
dan IVUS dibuktikan bahwa mekanisme efek baik tersebut Penyelidikan perbandingan (REALITY, SIRIAX) antara
adalah karena proses hiperplasia neointima dapat ditekan. SES dan PES tidak memperlihatkan perbedaan bermakna
S elanj utnya penyelidikan R E S EARC H dar T- S EARC H (M.C. Morice, presentasi oral, American College of
(Rapamycin-Eluting and TAXUS Stent Evaluated At Cardiology Scientijic Session, Orlando, FIa, Maret 2005;
Rotterdam Cardiology Hospital) pada Thoraxcenter, S. Windecker, presentasi oral, American College of
Rotterdam, Negeri Belanda, membuktikan keamanan Cardiology Scientffic Session, Orlando, Fla, Maret 2005).
penggunaan SES pada pasien sindrom koroner akut, Harus diingat, bahwa kebanyakan penyelidikan
INTERVENSI KORONER PERKLTIAN ts75

melibatkan pasien dengan angina stabil atau tak stabil, BRAKITERAPI


stenosis 5l-99%o, diameter pembuluh 2,75-3,5 mm, panjang
lesi 15-30 mm. Pada kebanyakan penyelidikan tidak Instent restenosis umumnya terjadi di dalam stent dan
dimasukkan pasien dengan infark akut kurang dari 48 jam, sering pula terjadi pada tepi stent. Walaupun angioplasti
fraksi ejeksi kurang dari1,25, riwayat atau dalam rencana balon merupakan cara pa.ling mudah dan aman untuk
akan dilakukan brakiterapi, riwayat PCI pada lesi sama, memperbaiki hal ini, angka kekambuhan kembali amat tinggi.
kelainan atau penyakit lain yang akan memperpendek umur, Banyak faktor memudahkan terjadinya restenosis instent
kontraindikasi aspirin, tienopiridin, atau substansi ste nt, : lesi yang panjang (>30 mm), penggunaan stent panjaflg,
insufisiensi ginjal atau kelainan hematologi. Selain itu diameter pembuluh kecil (<2,5 mm), diameter pembuluh
termasuk dalam kondisi yang secara angiografik umumnya pasca tindakan kecil, buntu total kronis, lesi ostium atau
dimasukkan dalam kriteria eksklusi adalah: lesi ostium, lesi bifurkasi, adanya diabetes melitus.
bifurkasi, lesi unprotected left main, Tesi pembillh graft Pada beberapa penyelidikan, penggunaan brakiterapi
vena saphena, kalsifikasi berat, trombus, tortuositas berat, intrakoroner dan intra-SVG memberikan hasil yang baik
dan oklusi pembuluh. pada penilaian klinik maupun angiografik cukup
Untuk mengevaluasi apakah DES dapat dipakai pada memuaskan (GAMMA-I, WRIST, LONG-WRIST, STARI,
subset kelainan angiografik yang beragam tersebut, INHIBIT, SVG-WRIST). Restenosis pada tepi stent
Semrys dkk. telah menyelidikinya pada registri RESEARCH merupakan penyulit yang kurang menyenangkan. tetapi
dan T-SEARCH. Pada pasien sindrom koroner akut dapat dikurangi dengan penggunaan sumber radiasi yang
penggunaan DES pada 198 pasien dibandingkan dengan lebih panjang (atau teknik sekuensial, pull-back
penggunaan BMS pada 301 pasien. MACE termasuk technique) dimana segment of interest dapat secara efektif
kematian (3,)Vo vs 3,07o), infark jantung nonfatal (3,07o vs diradiasi. Manfaat klinik jangka panjang radiasi dengan
1,07o), dan TLR (1,07o vs2,77o)takberbedauntuk SES dan penggunaan sinar beta (STARTsT) terbukti sama dengan
BMS (total6,1% vs6,67o). Lemos menyelidiki penggunaan pengunaan sinar gamma (SCRIPS-I, GAMMA-I, WRIST).
SES pada 186 pasien STEMI dan dibandingkan dengan Untuk radiasi sinar gamma, hasil baik setelah 3 dan.5 tahun
1 83 pasien STEMI yang mendapat BMS. Pada kurun waktu telah dilaporkan. Untuk mencegah oklusi pembuluh setelah
pemantauan 30 hari, MACE (7 ,57o vs 10,4Vo) dan trombosis pemantauan jangka panjang, disarankan penggunaan
stent (07o vs 1,6Vo) tak berbeda antara kelompok SES dan klopidogrel untuk I tahun. Penggunaan brakiterapi amat
BMS. Setelah 300 hari, TLR (1,1% vs8,2Vo') dan MACE berkurang sejak diperkenalkannya drug - e luting stent.
(9,4Vo vs 11 ,)Vo) menurun pada pasien yang mendapat SES.
Suatu penyelidikan kuantitatif oleh Saia melaporkan angka
restenosis O7o pada 6 bulan pada 96 pasien STEMI, dan CUTTINGBALLOON
angka"late loss" turun sampai sebanding dengan angka
pada penyelidikan pada pasien stabil dan mempunyai Cutting balloon adalah balon yang mempunyai 3 sampai 4
kelainan anatomi yang kurang kompleks. Penggunaan SES pisau pemotong tipis yang ditempel secara longitudinal pada
pada oklusi total diselidiki oleh Hoye dkk pada 56 kasus balon. Dengan demikian bila dikembangkan, maka plak akan
yang mendapat SES dibandingkan dengan 28 pasien yang mengalami insisi longitudinal dan diharapkan akan terjadi
mendapat BMS. Setelah 12 bulan, kekerapan bebas MACE redistribusi plak yang lebih baik pada dilatasi dengan
9 6.4Vo p adakelompok SES dan 82. I Vo dengan B MS (<0,05 tekanan yang lebih rendah dibandingkan angioplasti balon
dengan lo g - r ank /esl). Untuk g r afi v ena s afena (" s ap he n - biasa. Penyelidikan "cutting balloon global randomized
ous vein graft", SVG) lama yang berdegenerasi diselidiki trial" mellbakan 1238 pasiendengande novo stenosis.Akau:,
19 pasien denagn 21 lesi yang diberi SES. Ternyata TLR tetapi hasil "primary endpoint" dan angka restenosis tidak
dibutuhkan p ada)Vo dan angka bebas MACE tahun adalah berbeda antara cutting balloon dibandingkan balon
84Vo. konvensional biasa (3l,4%o vs 30,4Vo). Dengan demikian
Penyelidikan-penyelidikan lebih luas penggunaan DES hipotesis bahwa dilatasi terkendali dengan cutting balon
untuk segala macam indikasi dan berbagai subset pasien akan menurunkan angka restenosis tidak terbukti. Pada
dan beraneka ragam morfologi lesi ("real world cases") beberapa penyelidikan dilaporkan bahwa per,ggtrnaar, cut-
makin banyak dilakukan. Hasilnya memang sebagian masih ting balloon mungkin dapat dipakai untuk terapi instent
kita tunggu, akan tetapi dalam praktek karena sebegitu restenosis. Hal mana ternyata tidak terbukti pada
jauh penggunaan DES memberikan hasil begitu baik, DES penyelidikan RESCUT. Cutting balloon mungkin masih
sering dipakai untuk indikasi diluar dari indikasi yang telah berguna dipakai pada restenosis instent untuk mengurangi
dilakukan pada penyelidikan yang telah selesai (off-label terjadinya pergeseran balon waktu dilakukan dilatasi
zse). Dengan demikian di seluruh dunia pada saat ini (balloon slippage), setttngga mengurangi trauma. Hal mana
kecenderungan untuk operasi pintas koroner telah berguna untuk menghindari geographical miss bila
menurun dengan pesat. digunakan bersama dengan brakiterapi.
t576 KARDIOI.OGI

ROTABLASI satunya cara perkutan untuk mengeluarkan plak ateroma


danjaringan restenosis. Pada era DES indikasi penggunaan
Ateroma dapat "dihancurkan" menjadi mikropartikel Iebih DCA amat berkurang, mungkin hanya untuk lesi ostium
kecil dari eritrosit dengan menggunakan rotablasi. Mata dan bifurkasi bila dilakukan oleh intervensionis terampil.
bor dibuat dari platinum dan berlian dan kecepatan yang
dipakai umumnya amat tinggi, yaitu antara 140.000- 1 80.000
rpm. Karena dapat terjadi spasme koroner dan "no/slow ALAT PROTEKSI EMBOLI
flow phenontenon", operator harus tahu dengan baik cara
menggunakan alat ini (CARAFE Study). Pada penyelidikan Pasien yang menjalani PCI potensial dapat mengalami em-
COBRA. untuk lesi de novo. penggunaan rotablasi ternyata boli distal, terutama bila intervensi dilakukan pada SVG.
terbukti tidak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan PCI pada stenosis SVG harus dinilai sebagai tindakan
angioplasti balon. Pada penyelidikan STRATAS, rotablasi dengan risiko tinggi. Pada meta-analisis 5 penyelidikan,
yang lebih agresif juga tidak terbukti lebih bermanfaat, penggunaan obat penghambat glikoprotein IIb/IIIa (GPIIb/
dan pada penyelidikan CARAT bahkan dilaporkan bahwa IIIa) pada PCI stenosis pembuluh SVG ternyata tidak
tindakan yang lebih agresif dengan bor berukuran lebih terbukti mempunyai manfaat. Demikian pula penggunaan
besar malahan menyebabkan angka komplikasi lebih tinggi ste nt b ermembr an (" m e mb r ane - c ov e r e d st en t" ) trdak
dibandingkan dengan bila dipakai bor ukuran lebih kecil. menurunkan kejadian klinis akibat emboli distal (STING,
Rotablasi juga pernah dianggap berguna untuk RECOVERS, SYX4BTOT ltr).
pengobatan in-stent restenosis, karena difikirkan bahwa Fenomena no-flow ditandai oleh adanya aliran darah
ablasi jaringan dengan bor akan lebih efektif dibandingkan pada jaringan yang tidak mencukupi walaupun pembuluh
dengan hanya kompresijaringan dengan angioplasti biasa. epikardial telah terbuka. Hal ini dapat disebabkan oleh
Penyelidikan ARTIST justru sebalikny a melaporkan bahwa karen a g-suan mikrovaskul ar. disfun gsi endotel, edema
-san
hasil rotablasi pada kondisi ini lebih buruk dibandingkan miokardial. atau embolisasi debris ateroma atau trombus.
dengan angioplasti balon biasa. Dipihak lain, penyelidikan Sebagai akibat dapat terjadi pemburukan hemodinamik.
ROSTER melaporkan hasil yang lebih baik dan penurunan Untuk mengatasi hal ini telah diselidiki penggunaan
kekerapan kejadian kardiovaskular buruk (major adverse berbagai alat filter atau aspirasi partikel embolik pada
cardiovascular events) dengan rotablasi dibandingkan pembuluh target.
dengan angioplasti balon
Pada masa sekarang indikasi rotablasi adalah untuk
Alat Proteksi Distal
lesi fibrotik atau lesi kalsifikasi yang dapat dilewati dengan
Alat proteksi distal yang terdiri dari balon yang oklusif
guide wire tetapi tak dapat dilewati balon atau tak dapat
dan ditempatkan distal dari lesi dan kateter untuk aspirasi
didilatasi dengan balon sebelum dilakukan pemasangan
(Guard-Wire, PercuSurge) terbukti dapat memperbaiki
stent.
derajad perfusi miokardium pada PCI-SVG. Pada
penyelidikan SAFER "primary- endpoirtt" (kematim, infark
jantung, operasi pintas koroner darurat, dan TLR pada
Dt R ECTTONAL CORO N ARY ATH E B ECTO MY (DC A) hari ke-30) amat dikurangi dari 16.57o menjadi 9.6Vo.
Penurunan MACE 42Vo ini disebabkab terutama karena
Konsep untuk mengeluarkan plak ateroma dengan DCA penurunan infark jantung (14,1% menjadi 8,67o) dan
merupakan konsep yang menarik (daripada hanya sekedar fenomenano-flow (97o menjadi 37o). Jenis lain alatproteksi
melakukan kompresi plak sebagaimana yang diperoleh bila distal berbentuk filter. Alat seperti ini akan tetap
dilakukan angioplasti balon atau pemasangan stent) dan mempertahankan aliran darah selama dipakai karena
hal ini memicu dilakukannya berbagai penyelidikan. Pada mempunyai lubang-lubang mikropor. Penyelidikan FIRE
penyelidikan CAVEAT-I dilaporkan angka komplikasi serta membandingkan kedua konsep alat proteksi distal ini pada
biaya yang lebih tinggi bila dilakukan DCA dibandingkan PCI SVG dinilai dengan konsep non-inferioritas. Endpoint
dengan angioplasti balon. Pada CAVEAT-II di mana gabungan kematian, infark jantung dan TLR ternyata sama
dibandingkan DCA dan angioplasti balon pada SVG tidak pada kelompok FilterWire EX (.9.97o) dibandingkan
didapatkan perbedaan dalam angka restenosis seleah 6 kelompok GuardWire (1l.6Vo). Pada penyelidikan CAP-
bulan. Pada penyelidikan BOAT, CCAT, dan OARS juga TIVE, alat proteksi emboli Cardioshield tak terbukti
tidak ditemui perbedaan hasil klinik pada kurun waktu mempunyai marfaat non- infe rio r dibandingkan GuardWire
pemantauan 18 bulan setelah DCA. Pada penyelidikan dalammenurunkm emboli pada waktu melakukan PCI SVG.
AMIGO terdapat perbedaan hasil yang diperoleh bila DCA Sistem triaktif merupakan alat proteksi distal yang
dilakukan pada institusi yang berbeda, hal mana mungkin dikombinasikan dengan alat penghisap. Pada penyelidikan
dapat menerangkan mengapa pada beberapa penyelidikan PRIDE, alat ini terbukti tidak inferior dibandingkan dengan
didapat hasil negatif. Pada saat ini DCA merupakan satu- GuardWire dan F ilte rWire
INTERVENSI KORONER PERKI.TTAI\I t577

Sayangnya banyak pasien dengan kelainan SVG untuk aspirasi trombus dekat dengan ostium. Penggunaan
mempunyai kondisi anatomik yang tidak memungkinkan alat AngioJet dinilai pada penyelidikan acak dengan
dipakainya alat proteksi emboli distal. Hasil baik pada PCI pembanding infus urokinase pada PCI SVG di mana secara
SVG ternyata tak terbukti pada primary PCI untuk infark angiogafik jelas tampak trombus (VeCAS-2). Temyata tidak
jantung akut. Pada penyelidikan EMERALD, luas infark ditemukan perbedaan dalam kekerapan MACE. Pada
diturunkan menjadi 177o pada kelompok alat proteksi penyelidikanAiMl alatAngioJet ini juga tak terbukti dapat
distal dan 1 6Vo padakelompok PCL mengurangi luas infark. Alat X-Sizer merupakan alat
Secara singkat, alat proteksi distal dapat disarankan penghisap lain, yang mungkin berguna untuk kasus infark
dipakai pada PCI SVG dan PCI sindrom koroner akut di jantung akut. Pada penyelidikan X-Tract, pasien SVG atau
mana terdapat beban trombus banyak. pasien dengan lesi trombotik pada pembuluh koroner
diacak untuk menjalani pemasangan stent dengan atau
tanpa sebelumnya menjalani aspirasi trombus dengan alat
Alat Proteksi Proksimal (Alat Penghisap X-Sizer. Kekerapan infarkjantung pada hari ke-30 adalah
lS u cti onl, Trom bektom i)
15,87o padakelompok X-Sizer dan 16,67c pada kelompok
Salah satu keterbatasan alat proteksi dengan sistem balon kontrol (tak bermakna). Pada analisa subkelompok,
atau filter adalah keharusan untuk memasukkan alat tampaknya trombektomi dengan X-Slzer dapat membatasi
tersebut melewati lesi dan hal ini dengan sendirinya dapat luas, tetapi tidak mencegah terjadinya mionekrosis.
menyebabkan emboli. Selain itu diperlukan adanya Harapan hidup jangka pendek maupun jangka panjang
landing zone tnttk balon atau filter tersebut. Sebagai ternyata tidak dipengaruhi oleh penggunaan alat ini. Pada
alternatif, dapat dipakai alat penghisap atau alat proteksi saat ini alat proteksi distal dapat disarankan dipakai pada
dengan balon oklusif proksimal. Tindakan paling lesi dengan kemungkinan emboli besar.
sederhana tentunya adalah aspirasi trombus dengan Untuk penangan perforasi, disarankan penggunaan
guiding catheter yang kadang-kadang dapat dilakukan PTFE covered stent (graJi stents).

N
Kematian .lnfark Kestenosts TLR
Penyelidikan Tahun
DES/BMS
Stent DES/BMS
Jl!',Et% DESiBMS DES/BMS
f/.1 (%l \ tot l/.1

30 Sao Paolo, HNI minimal


FM 2001 '15 Bx-velocity 14O ltglcm2 TAD TAD 0%t1 tn
Rotterdam dlm 1 th
HNI minimal
FIM 2002 15 Rotterdam Bx-velocity 140 pg/cm2 TAD TAD oo/.12 th
dlm 2 th
0/26 6 pd
01229pd6bln
RAVEL 120t118 Bx-velocity 140 1.tgtcm2 1711 7 33142 6 bln
(p<0.001 )
(p<0 001 )
8 9/36 3
4 9120 pd 1 th
SIRIUS 2004 533/525 Bx-velocity 140 1.tgtcm2 0 9/0.6 28t32 pd 8 bln
(p<0 00 1 )
(p<0 001 )
4 0/18 0 pd 9
C-SIRIUS 50/50 Bx-velocity 140 1.tglcm2 0/0 20t40 2 3t51 1
bln (p< 0 001)
4.0i20 9 pd 9
E-SIRIUS 2003 175t177 Bx-velocity 140 1.tglcm2 11tO6 46t23 5 9t42 3
bln (p<0 001)
RESEARCH 16/20pd 08/16pd30 10/18pd30
2004 508/450 Bx-velocity 140 1.tglcm2 TAD
Regisiry total 30 hari hari hr
RESEARCH 30/30pd 3 0/1 0 pada
TAD
10127 pd30
1 98/301 Bx-velocity 140 1.tglcmz
registry ACS 30 hari 30 hari hr
RESEARCH
Registry 2004 1 86/1 83 Bx-velocity 140 ltglcm2
B3/82pd 0 512 2 pada
TAD
1 118.2 pd 3o0
300 hari 300 hari hr
STEMI
RESEARCH 0/0 di MACEs 6 /17 2
2004 56t28 Bx-velocity 140 1.tglcmz TAD TAD
pd 12 bln
Registry CTO rumah sakit
1578 I(ARDIOI.OGI

lnfark
Kematian jantung Restenosis TLR Kematian
Penyelidikan Tahun
oe#r,,rs Dosis DES/BMS
DES/BMS
DES/BMS DES/BMS DES/BMS
(%)
("/"1
(%) $t (%)

2400-3200
4F QuaDS- 133pd6bln, 20 pd 6 bln, 60
QuaDS-QP2 2002
oP2
mcg dosis TAD TAD
61.5 pf 1 th pada 1 th
total
4112127 pd 4-6
59 dosis tinggi,
bln (dosis
58 dosis 3. 1 mcg/mm2
ASPECT 2OO3
renoan,
5UOra-U
1.3 mc/mm2
0.9/0 2.6t17 tinggi vs 21212 pd 1-6 bln
control)
59 kontrol (p<0.001)
0/10 pd 6 bln 0/10 pd '1 th
TAXUS I 2OO3 31/30 NrR 1.0 mcg/mm2 0/0 0/0
(p=0.012) (p=0.237)
10 4121 7 pd 12
7.1121 9 pd 6
TAXUS il 2003 266t279 NtR 1.0 mcg/mm2 0/0.8 31/53 bln
bln

TAXUS III 2OO3 ISR


28 NIR 1 0 mcg/mm2 TAD TAD TAD 21 4pdllh
TAXUS IV 2OO4 663/652 EXPRESS '1 0 mcg/mm2 1.411 1 3 513.7 7 9126.6 pd I 4 4115.1 pd I tn
bln (p<0.001) (p<0 0001 )

PENGOBATAN PADA PCI: OBAT-OBATAN ANT! -


PLATELET DAN ANTITROMBOTI K
Tingkat
lndikasi Rekomendasi*
Pasien yang telah makan aspirin menahun harus makan
7 5-325 mg aspirin sebelum tindakan PCI. Pasien yang belum Tanda objektif iskemia luas IA
makan aspirin, disarankan diberi 300-325 mg aspirin mini- Oklusi total kronis lla C
mal2 jam sebelumPCl atau lebihbaik 24jam sebelum PCI. Risiko operasi tinggi, termasuk EF < 35% lla B

Setelah tindakan PCI, pada pasien tanpa resistensi atau Penyakit banyak pembuluh / DM ilbc
alergi terhadap aspirin, atau tidak mempunyai Unprotected left main tanpa opsi tindakan [bc
revaskularisasi lain
kecenderungan perdarahan, maka aspirin harus diberikan Stenf rutin pada lesi << de novo ) pembuluh IA
minimal 1 bulan setelah pemasangan BMS, 3 bulan setelah koroner asli
pemasangan SES dan 6 bulan setelah pemasangan PES, Stent rutin oada SVG IA
*European Society of Cardiology 2005
setelah itu aspirin diteruskan seterusnya dengan dosis
16-162 mg/hari. Untuk klopidogrel, dosis pemula 300 mg
disarankan diberi sebelum PCI, sebaiknya minimal 6 jam
sebelumnya. Klopidogrel diteruskan 75 mg/hari minimal 1 alternatif dapat diberi heparin berat molekul rendah atau
bulan setelah implanttasi BMS (kecuali bila risiko bivaluridin. Pada pasien dengan trombositopenia akibat
perdarahan besar, dalam keadaan ini pemberian minimum heparin, dapat diberi bivaluridin atau argatroban sebagai
2 minggu), 3 bulan setelah implanttasi SES, dan 6 bulan penggantinya.
setelah implanttasi PES, dan idealnya sampai 12 bulan pada
pasien yang tidak dalam risiko tinggi untuk perdarahan.
Pada pasien angina tak stabil atau infark NSTEMI yang INDIKASIPCI
menjalani PCI tanpa pemberian klopidogrel, penghambat
GPII/IIIa harus diberi. Pada pasien angina tak stabil, Indikasi PCI secara singkat dapat dilihat pada tabel 3 dan
NSTEMI yang menjalani PCI dengan pemberian gambar I dat2.Untuk lebih mendetail disarankan diba'ca
klopidogrel, pemberian penghambat GPIIb/IIIa) juga tetap dua panduan terbaru dari European Society of Cardiol-
disarankan. Pemberian penghambat GPIIb/IIIa juga ogy 2005 dart Amerian College of Cardiology/American
disarankan pada pasien STEMI yang menjalani PCI. Heart Association/Society of Cardiac Angiography and
Pada PCI umumnya diberikan heparin. Sebagai Intervention 2005
INTERVENSI KORONER PERKUTAN 1579

Pasien dengan NSTEMI-


sindrom koroner akut

Rx angio dini (48 jam):


Rx angio segera (2.5 jam):
lnhibitor GPllb/lll3a beri
lnhibitor GPllb/llla tunda (tirofiban atau eptofibatide)

PCI provisional
abciximab atau
eptifibatid

Gambar 1. Algoritme PCI pada Non-Sf ebvation Myocardial lnfarction (NSTEMI) / Sindrom
Koroner Akut

Ps. dg. NSTEMI-


sindrom koroner akut

Rx angio dini (48 jam):


Rx angio segera (2 5 jam):
lnhibitor GPllb/lll3a beri
lnhibitor GPllb/llla tunda
(tirofi ban atau eptofi batide)

Gambar 2. Algoritme PCI pada ST Elevation Myocardial lnfarction (STEMI) / sindrom Koroner
Akut

Keterangan
Dalam 3 lam pertama setelah timbul nyeri dada, trombolisis dapat dilakukan sebagai alternatif
PCl. *Bila trombolisis terkontraindikasi, atau penderita dalam risiko tinggi, amat disarankan penderita
untuk ditransfer ke senter dengan fasilitas PCl. Tujuan utama lebih dipilih PCI daripada trombolisis
pada 3 jam pertama adalah untuk pencegahan strok. Sedangkan pilihan PCI pada iam 3-12
adalah untuk menyelamatkan miokardium dan mencegah strok. Bila dilakukan trombolisis, hal ini
tidak boleh dinilai sebagai terapi final. Walaupun trombolisis berhasil, angiografi dan bila perlu
PCI disarankan dilakukan dalam24iam pertama.
1580 I(ARDIOI.OGI

REFERENSI de Feyter PJ, van Suylen RI, de Jaegere PP, et al Balloon angioplasty
for the treatment of lesions in saphenous vein bypass grafts. J
Abizaid A, Kornowski R, Mintz GS, et al. The influence of diabetes Am Coll Cardtol 1993.21:1539-49
mellitus on acute and late clinical outcomes following coronary Exaire JE, Brener SJ, Ellis CG et al. GuardWire emboli protection
device is associated with improved myocardial perfusion grade
stent implanttation. J Am Coll Cardiol 1998;32:584-9.
Albiero R, Silber S, Di Mario C, et aI. Cutting balloon versus conven-
in saphenous vein graft intervention. Am Heart J
2004:1 48: I 003-6
tional balloon angioplasty for the treatment of instent restenosis:
Fischman DL, Leon MB, Baim DS: A randomized comparison of
results of the restenosis cutting balloon evaluation trial
coronary stent placement and bailoon angioplasty in the
(RESCUT). J Am Coll Cardiol 20041 43:943-9.
treatment of coronary artery disease. N Engl J Med
Angelini A, Rubartelli P, Mistrorgio F, et al Distal protection with
7994;331:496-501
filter device during coronary stenting in patients with stable and Fajadet J, Morice MC, Bode C, et al. Maintenance of long-term
unstable angina. Circulation 2004;110:515-21
clinical benefit with sirolimus-eluting coronary stents: three-
Baim DS, Cutlip DE, Sharma SK, et al. Final results of the balloon vs
year results of the RAVEL tria[. Circulation 2005;111:1040-4.
optimal atherectomy trial (BOAT). Circulation 19981'97:322-
JL, Panetta CJ, et al. Incidence, correlates, man-
Fasseas P, Orford
31
agement, and clinical outcome of coronary perforation:
Beran G, Lang I, Schreiber W, et al Intracoronary thrombectomy
analysis of 16,298 procedures. Am Heart J 2004;147:140-5
with the X-sizer catheter system improves epicardiai blood flow
Gruntzig AR, Senning A, Siegenthaler WE Nonoperative dilatation
and accelerates ST-segment resolution in patients with acute
of coronary-artery stenosis: pgrcutaneous transluminal
coronary syndrome: a prospective, randomized, controlled study.
coronary angioplasty. N EngI J Med 1979;301:61-8
Circulation 2002:70 5 :23 5 5 - 60
Grube E, Silber S, Hauptmann KE, et al. TAXUS I: six- and twelve-
Baim DS, Wahr D, George B, et al Randomized trial of a distat
month results from a randomized, double-blind trial on a
embolic protection during percutaneous intervention of slow-release paclitaxel-eluting stent for de novo coronary
saphenous vein coronary bypass grafts. Circulation lesions Circulation 2003;107:38-42.
2002;105:1285-90
Grise MA, Massullo V, Jani S, et al Five-year follow-up after
Colombo A, HaIl P, Nakamura S, cs. Intracoronary stenting without
intracoronary radiation: results of a randomised clinical trial
anticoagulation accomplished with intravascular ultrasound Circulation 2002:1 05 :21 31 -40
guidance. Circulation 1995;91 : 1676-88
Grube E, Gerkens U, Yeung AC, et al. Prevention of distal emboliza-
Colombo A, Orlic D, Stankovic G, et al. Preliminary observations
tion during coronary angioplasty in saphenous vein grafts and
regarding angiographic pattern of restenosis after rapamycin-
native vessels using porous filter protection. Circulation
eluting stent implanttation. Circulation 2003'101 :2118-80.
2001:104:2436-41
Colombo A, Drzewiecki J, Banning A, et al. Randomized study to
Holmes DR Jr, Topol EJ, Califf RM, et al. A multicenter, random-
assess the effectiveness of slow- and moderate-release
tzed tial of coronary angioplasty versus directional atherectomy
polymerbased paclitaxel-eluting stents for coronary artery
for patients with saphenous vein bypass graft lesions. CAVEAT
lesions. Circulation 2003;108:788-94
Cohen BM, Weber VJ, Blum RR, et al. Cocktail attenuation of
II Investigators. Circulation 1995;91 :1966-1 4
Hong MK, Mehran R, Dangas G, et al Creatine kinase-MB enzyme
rotablation flow effects (CARAFE) study: pilot. Cathet
elevation following succesful saphenous vein graft intervention
Cardiovasc Diagn 1996;(suppl 3):69-12
is associated with late mortality Circulation 1999;100:2400-05
Cohen EA, Sykora K, Kimball BP, et al. Clinical outcomes of
Hoffman SN, TenBrook JA, Wolf MP, et al,. A meta-analysis of
patients more than one year following randomization in the
randomized controled trials comparing coronary arery bypass
Canadian Coronary Atherectomy Trial (CCAT) Can J Cardiol
graft with percutaneous transluminal angioplasty: one- to eight
1991;73:825-30
year outcomes. J Am Coll Cardiol 2003;41:1293-304
Derre KM, Holmes DRJ, Holubkov R, et al. Incidence and
Hong MK, Mintz GS, Lee CW, et al. Paclitaxel coating reduces in-
consequences of periprocedural occlusion: the 1985-1986
stent intimal hyperplasia in human coronary arteries: a serial
National Heart, Lung, and Blood Institute Percutaneous
Transluminal Coronary Angioplasty Registry. Circulation volumetric intravascular ultrasound analysis from the Asian
Paclitaxel-Eluting Stent Clinical Trial (ASPECT). Circulation
1990;82:739-50.
2003:107:517 -20.
Degertekin M, Serruys PW, Foley DP, et al. Persistent inhibition of
Hoye A, Lemos PA, Arampatzis CA, et al. Effectiveness of the
neointimal hyperplasia after sirolimus-eluting stent
implanttation: long-term (up to 2 years) clinical, angiographic, sirolimus-eluting stent in the treatment of saphenous vein graft
disease. J Invasive Cardiol 2004;16:230-3.
and intravascular ultrasound follow-up. Circulation
2002;106:1610-3. Holmes DR Jr, Leon MB, Moses JW, et a1. Analysis of l-year
Degertekin M, Ser:ruys PW, Foley DP, et al. Persistent inhibition of clinical outcomes in the SIRIUS trial: a randomized trial of a
neointimal hyperplasia after sirolimus-eluting stent sirolimus-eluting stent versus a standard stent in patients at
implanttation: long-term (up to 2 years) clinical, angiographic, high risk for coronary restenosis. Circulation 2004;109:634-
and intravascular ultrasound follow-up. Circulation 40.
2002;706:1610-3. Hoye A, Tanabe K, Lemos PA, et al. Significant reduction in restenosis
Dussaillant GR, Mintz GS, Pichard AD, et al. Small stent size and after the use of sirolimus-eluting stents in the treatment of
intimal hyperplasia contributing to restenosis: a volumetric chronic total occlusions. J Am Coll Cardiol 2004;43:1954-8.
intravascular ulftasound analvsis. J Am Coll Cardiol 1995:26:120- Kent KM, Bentivoglio LG, Block PC, et al. Percutaneous transluminal
4 coronary angioplasty: report from the Registry of the National
Dill T, Dietz U , Hamm CW, et a1. A randomized comparison of Heart, Lung, and Blood Institute Am J Cardiol 1982;49:2011-
balloon angioplasty versus rotational atherectomy in complex 20
lesions (COBRA Study). Eur Heart J 2000;21:1159-66 Kobayashi N, Finci L, Ferraro M, cs. Restenosis after coronary
INTERVENSI KORONER PERKUTAT{ 1581

stenting: Clinical and angiographic predictors in 1906 lesions. J Coronary angioplasty with stenting versus coronary artery by-
Am Coll Cardiol 1999;33(suppl A):32A pass surgery in patients with multiple vessel disease (ERACI Il):
Kastrati A, Schomig A, Elezi S, et al Predictive factors of restenosis 30 day and long term follow-up results. Circulation
after coronary stent placement. J Am Coll Cardiol I 999;100(suppl 1'):I-234
1991:,30:1428-36 Roffi M, Mukherjee D, Chew DP, et al. Lack of benefit from intra-
Kuntz RE, Baim DS, Cohen DJ, et al A trial comparing rheolytic venous platelet glycoprotein IIb/IIIa inhibition as adjunctive
thrombectomy with intracoronary urokinase for coronary and treatment for percutaneous interventions of aortocoronary
vein graft thrombus (the Vein Graft AngioJet Study [VEGAS 2]. bypass grafts: a pooled analysis of five randomized trials
Am J Cardiol 2002:,89l.326-30 Resnic FS, Wainstein M, Lee MK, et a[ No-reflow is an independent
Kornowski R, Ayzenberg O, Halon DA, et al. Preliminary experi- predictor of death and myocardial infarction after percutane-
ences using X-Sizer catheter for thrombectomy of thrombus- ous coronay intervention. Am Heart I 2003;145l.42-6
containing leslons during acute coronary syndromes. Cathet Sermys PW' van Hout B, Bonnier H, cs. Randomised comparison of
Cardiovasc Interv 2003:58:443-8 implanttation of heparin-coated stents with balloon angioplasty
Lemos PA, Serruys PW, van Domburg RT, et al Unrestricted utili- in selected patients with coronary artery disease (Benestent II).
zation of sirolimus-eluting stents compared with conventional Lancet I 998:3 52:61 3 -81
bare stent implantration in the "rea1 world": the Rapamycin- Serruys PW, Unger F, Sousa JE, et al. Comparison of coronary
Eluting Stent Evaluated At Rotterdam Cardiology Hospital (RE- artery bypass surgery and stenting for rhe treatment of
SEARCH) registry. Circulation 2004;109:190-5 multivessel disease. N Engl J Med 2007;344:lll7-24.
Lemos PA, Saia F, Hofma SH, et al. Short- and long-term clinical Sousa JE, Costa MA, Abizaid AC, et al. Sustained suppression of
benefit of sirolimus-eluting stents compared to conventional bare neointimal proliferation by sirolimus-eluting stents: one-year
stents for patients with acute myocardial infarction. J Am Coll angiographic and intravascuiar ultrasound foilow-up. Circula-
Cardiol 2004;43:704-8, tion 2001;37:1335-43.
Lemos PA, Lee CH, Degertekin M, et al Early outcome after Stone GW, Ellis SG, Cox DA, et al. One-year clinical results v/ith thr:
sirolimus-eluting stent implanttation jn patients with acute coro- slow-release, polymer-based, paclitaxel-eluting TAXUS stcnt:
nary syndromes: insights from the Rapamycin-Eluting Stent the TAXUS-IV trial Circulatiort 2004;1,09:1942-1 .
Evaluated At Rotterdam Cardiology Hospital (RESEARCH) reg- Schampaert E, Cohen EA, Schluter M, et al. The Canadian study of
istry J Am Coll Cardiol 2003{1:2093-9. the sirolimus-eluting stent in the treatment of patients with
Liistro F, Stankovic G Di MC, et al. First clinical experience with a long de novo lesions in small native coronary art'eries (C-
paclitaxel derivate-eluting polymer stent system implanttation SIRIUS) J Am Coll Czrrdiol 2004;43:1110-5.
Schofer J, Schluter M, Gershlick AH, et al. Sirolimus-eluting stents
lor in-stent restenosis: immediate and long-term clinical and
angiographic outcome Circulation 2002t105: 1883-6 for treatment of patients with long atherosclerotic lesions in
Leon MB, Teirstein PS, Moses JW, et al Localised intracoronary small coronary arteries: double-blind, randomised controlled trial
(E-SIRIUS). Lancet 2003:362:1 093-9.
gamma-radiation therapy to inhibir the recurrence of restenosis
Sousa JE, Costa MA, Abizaid A, et al Lack of neointimal prolifera-
after stenting. N Engl J Med 200 1:3.14:250-6
Miller DD, Verani MS. Current status of myocardial perfusion imag- tion after implanttation of sirolimus-coated stents in human
ing after percutaneous transluminal coronary angioplasty. J Am coronary arteries: a quantitative coronary angiography and
threedimensional intravascular ultrasound study. Circulation
Coll Cardiol 1994:24:260-6
Morice MC, Serruys PW, Sousa JE, et al. A randomized comparison
2001:103:192-5.
of a sirolimus-eluting stent with a standard stent lor coronary Saia F, Lemos PA, Lee CH, et al. Sirolimus-eluting stent
revascularization. N Engl J Med 2002;3.{6:1113-80.
implanttation in ST elevation acute myocardial infarction: a
clini cal and graphic study. Circulati on 2003 ;708 : 1921 -9.
an gio
Moses JW, Leon MB, Popma JJ, et al. Sirollmus-eluting stents
versus standard stents in patients with stenosis in a native Stone GW, El1is SG Cox DA, et al. A polymer-based, paclitaxel eluting
stent in patients with coronary artery disease. N Engl J l!{ed
coronary artery. N Engl J Med 2003;349:1315-23.
Mehran R, Dengas G, Abizaid AS, et al. Angiographic patterns of
2004t350:22I -31
in-stent restenosis:classification and implications for long-tern] Sitber S, Popma J, Suntharalingham M, et al. Two-year follow-up of
outcome. Circulation 1999:100:1872-8 90Sr/90Y beta-radiation versus placebo-control for the treament
Mauri L, Bonan R, Weiner BH, et a1. Cutting balloon angioplasty
of in-stent restenosis. Am Heart J 2005 (in-press)
Safian RD, Feldman T, Muller DW, et al. Coronary angioplasty and
for the prevention of restenosis: results of the Cutting Ballloon
rotablator atherectomy (CARAT): lmmediate and late results of
Global Randomized Trial. Am J Cardiol 2002190:1079-83
a prospective multicentre randomi2ed trial Cathet Cardiovasc
Matthew V, Lennon RJ, Rihal CS, et al. Applicability of distal
protection for aortocoronary vein graft lnierventions in Intervent 2OO l'.53 :213-20
clinical practice. Cath Cardiovasc Interv 2004;63:148--51 Simonton CA, Leon MB, Baim DS, et al. Optimal directional coro-
Park SJ. Shim WH, Ho DS, et al. A paclitaxel-eluting stent for the nary atherectorly :final results of the optimal atherectomy
prevention of coronary restenosis. N Engl J Med restenosis study (OARS). Circulation 1998:.91:332-9
Stankovic G Colombo A, Bersin R, et al. Comparison of directional
20031348:1531-45.
coronary atherectomy and stenting versus stenting alone for the
M, Lansky AJ, et al Randomised trial
Popma JJ, Suntharalingham
of 90Sr/90Y beta-radiation versus placebo control for treatment of de novo and restenotic coroanry narrowing. Am J
treatment of in-stent restenosis. Circulation 20021 106:1090-6 Cardiol 2004:93:953-8
Schachinger Y Hamu-r CW, Munzel T, et al. A randomized trial of
Plokker HW, Meester BH, Serruys PW. The Dutch experience in
poiy tetrafluoroethyl en e- mem brane - co v e red s te n t s in
percutaneous transluminal angioplasty of narrowed saphenous
veins used for aortocoronary arterial bypass. Am J Cardiol aortocoronary saphenous vein grafts. J Am Coll Cardiol
2003 142: I 360-9
1991l.61:361-6
Rodriguez A, Palacios IF, Navia J, cs Argentine randomised study: Stankovic G. Colombo A, Presbitero P, et al Randomized
1582 I(ARDIOI.OGI

evaluation of polytetrafluoroethylene-covered stents in Teirstein PS, Massullo Y jani S, et al Three-year clinical and
saphenous vein grafts: the Randomized Evaluation of angiographic follow-up after intracoronary radiation: results of
polytetrafluoroethylene-COVered stents in Saphenous vein a randomised clinical trial. Circulatlon 2000:101:360-5
grafts (RECOVERS) Trial.Circulation 2003:108:37-42 Topol EJ, Yadav JS, Recognition of the importance of embolization
Sharma SK, Kini A, Mehran R, et al. Rotational atherectomy versus in atherosclerotic vascular disease. Circulation 2000:101:570-
balloon angioplasty for diffuse in-stent restenosis (ROSTER) 80
Am Heart I 2004'147:16-22 Tanabe K, Serruys PW, Grube E, et al. TAXUS III Trial: in-stent
Stone GW, Rogers C. Hermiller J, et a1. Randomized comparison of restenosis treated with stent-based delivery of paclitaxel
distal protection with filter-based catheter and a balloon incorporated in a slow-release polymer formulation.
occlusion and aspiration system during percutaneous interven- Circulation 2003 ;101 : 5 59 -64
tion of diseased saphenous veln aorto-coronary bypass grafts vom Dahl J, Dietz U, Haager PR, et al. Rotational atherectomy
Circulation 2003; 108:548-53 does not reduce recurrent instent restenosis: results of the
Stone GW, Webb J, Cox D, et a1. Primary angioplasty in acute rotational atherectomy versus balloon angioplasty for treat-
myocardial infarction with distal protection of the ment of diffuse in-stent restenosis trial (ARTIST). Circulation
microcirculation:Principal results from the prospective, 2002;105:583-8
randomized EMERALD trial 2005 (in press). von Kom H, Scheinerl D, Bruck M, et a1. Initial experience with the
Stone G, CoxDA, Babb J, et al Prospective, randomized evaluation Endicor X-Sizer thrombectomy device in patients with ST
of thrombectomy prior to percutaneous intervention in segment elevation myocardial infarction Z Kardiol
diseased saphenous vein grafts and thrombus-containing 2002:91:466-11
coronary areries. J Am Coll Cardiol 2003;42:200'7-13 Williams DO, Riley RS, Singh AK, Most AS. Restoration of normal
Silber S, Alberlsson P, Aviles Ffl et a1. Guidelines for percutaneous coronary hemodynamics and myocardial metabolism after per-
coronary interventions. The task force for percutaneous cutaneous transluminal coronary angioplasty. Circulation
coronary interventions of the European Society of Cardiology. 1980:62:653-6
Eur Heart J 2005:26:804-47. Waksman R, White RL, Chan RC, et al. Intracoronary gamma-
Smith SC, Antman EM, Smith SC, et al ACC/AHA/SCAI 2005 radiation therapy after angioplasty inhibits recurrence in pa-
Guideline Update for Percutaneous Coronary Intervention A tients with instent restenosis (WRIST) Circulation 2000;
Report of the American College of Cardiology/American Heart lQ1 2165-71
Association Task Force on Practice Guidelines (ACC/AHA/SCAI Waksman R, Cheneau E, Ajani AE, et al Intracoronary radiation
Writing Committee to Update the 2001. Guidelines for Per- therapy improves the clinical and angiographic outcomes of
cutaneous Coronary Intervention) www.acc.org diffuse in-stent restenotic lesions: results of the Washington
The SoS Investigators. Stent assisted PCI versus CABG in multivessel
Radiation for In-stent Restenosis Trial for Long lesions (1ong
coronary artery disease. Lancet 2002;360;965-70 WRIST) Studies. Circulation 2003;107 :1744-9
Tanabe K, Serruys PW, Grube E, et al TAXUS III Trial: in-stent
Waksman R, Raizner AE, Yeung AC, et al. Use of localised intracoronary
restenosis treated with stent-based delivery of paclitaxel incor-
beta radiation in treatment of in-stent restenosis: the INHIBIT
poratsd in a slow-reiease polymer formulation. Circulation randornised controlled trial Lancet 2002:359:551-7
2003;10'l:559-64. Waksman R, Ajani A, White RL, et al. Intravascular gamma
Topol EJ, Leya fl Pinkerton CA, et a1.A comparison of directional radiation for in-stent restenosis in saphenous-vein bypass grafts.
atherectomy with coronary angioplasty in patients with N Engl J Med 2002;346:1194-99
coronary artery disease The CAVEAT Study Group. N Engl J Waksman R. Ajani AE, White RL, et al Two-year follow-up after
' Med 1993:329 221-1
beta and gamma intracoronary radiation therapy for patients
Topol EJ, Nissen SE Our preoccupation with coronary luminology: with diffuse in-stent restenosis. Am J Cardiol 2001:88:425-8
the dissociation between ctinicat and angiographic findings in Waksman R, Ajani AE, Pnnow E, et al. Twelve versus six months of
ischemic heart disease. Circulation 1995;92:2333-42 clopidogrel to reduce major cardiac events in patients
Teirstein PS, Massullo Y Jani S, et al. Two-year follow-up after undergoing gamma-radiation therapy for in-stent restenosis:
catheter-based radiotherapy to inhibit coronary restenosis. Washington Radiation for In-Stent restenosis Trial (WRIST)
Circulation 1999;99:243-7 l2 versus WRIST PLUS. Circulation 2002:106:116-8
Teirstein PS. Kuntz RE. New frontiers in interventional cardiol- Whitlow PW, Bass TA, Kipperman RM, et al. Results of the study
ogy : intravascular radiation to prevent restenosis. Circulation to determine rotablator and transluminal angioplasty strategy
2001:,704:2620-6 (STRATAS). Am J Cardiol 2001;87:699-705.
248
GAGAL JANTUNG
Marulam M. Panggabean

DEFINISIGAGAL JANTUNG dapat dibedakan dari pemeriksaan jasmani, foto toraks atau
EKG dan hanya dapat dibedakan dengan eko-Doppler.
Gagal jantunC (GJ) adalah sindrom klinis (sekumpulan Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan
tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan menurun dan menyebabkankelemahan,fatik,kemampuan
struktur atau fungsi jantung. aktivitas fisik menurun dan gejala hipoperfusi
lainnya.
Gagaljantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan
PARADTGMA LAMA (MODEL HEMODTNAMTK) Sangguan pengisian ventrikel.Gagal jantung diastolik
didefenisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi
Dulu GJ dianggap merupakan akibat dari berkurangnya lebih dari 50Vo. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan
kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan Doppler-ekokardiografi aliran darah mitral dan aliran vena
inotropik untuk meningkatkannya dan diuretik serta pulmonalis. Tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan
vasodilator untuk mengurangi beban (un-load). anamnesis, pemeriksaan jasmani saja. Ada 3 macam
gangguan fungsi diastolik:
'. Gangguan relaksasi,
PARADIGMA BARU (MODEL NEUROHUMORAL) . Pseudo-normal
. Tipe restriktif.
Sekarang GJ dianggap sebagai remodelling progresif Penatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan atau
akibat beban/penyakit pada miokard sehingga pencegahan mengurangi penyebab gangguan diastolik seperti
progresivitas dengan penghambat neurohumoral fibrosis, hipertrofi, atau iskemia. Di samping itu kongesti
(neurohumoral blocker) seperti ACE-Inhibitor, sistemilJpulmonal akibat dari gangguan diatolik tersebut
Angiotensin Receptor-Blocker atal penyekat beta dapat diperbaiki dengan restriksi garam dan pemberian
diutamakan di samping obat konvensional (diuretika dan diuretik. Mengurangi denyut jantung agar waktu untuk
digitalis) ditambah dengan terapi yang muncul belakangan diastolik bertambah, dapat dilakukan dengan
ini seperti biyentricular pacing, recyncronizing cardiac pemberian penyekat beta atau penyekat kalsium non-
teraphy (RCT), intra cardiac defibrllator (ICD), bedah dihidropiridin.
rekonstruksi ventrikel kiri (LY reconstruction surgery) dan
mioplasti.
Low output dan High output Heart Failure
Low out put HF disebabkan oleh hipertensi, kardiomiopati
BEBERAPA ISTILAH DALAM GAGAL JANTUNG dilatasi, kelainan katup dan perikard. High out put HF
ditemukan pada penurunan resistensi vaskular sistemik
seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula A-V,
Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik beri-beri dan penyakit Paget. Secara praktis, kedua
Kedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih dan tidak kelainan ini tidak dapat dibedakan.

rco
1584 I(ARDIOLOGI

Gagal Jantung Akut dan kronik


Contoh klasik gagal jantung akut (GJA) adalah robekan
daun katup secara tiba-tiba akibat endokarditis,trauma atau
infark miokard luas. Curah jantung yang menurun secara
tiba tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa
disertai edema perifer.
Contoh gagal jantung kronis (GJK) adalah
kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvular yang
terjadi secara perlahan lahan.Kongesti perifer sangat
menyolok, namun tekanan darah masih terpelihara dengan
baik.

Gagal Jantung Kanan dan Gagal Jantung Kiri


Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel,meningkatkan
tekanan vena pulmonalis dan paru menyebabkan pasien Gambar 1. Patogenesis gagal jantung
sesak napas dan ortopnea. Gagal jantung kanan terjadi
kalau kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada
hipertensi pulmonal primer/sekunder, tromboemboli paru Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk
kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang diagnosis gagal jantung kongestif.
menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan distensi
vena jugularis. Tetapi karena perubahan biokimia gagal
jantung terjadi pada miokard kedua ventriel, maka retensi
Kriteria Major
. Paroksismal nokturnal dispnea
cairan pada gagal jantung yang sudah berlangsung . Distensi vena leher
bulanan atau tahun tidak lagi berbeda. . Ronkiparu
. Kardiomegali
. Edemaparu akut
PATOGENESIS GAGAL JANTUNG SISTOLIK . Gallop 53
. Peninggiantekanan venajugularis
GJ sistolik didasari oleh suatu beban/penyakit miokard . Refluks hepatojugular
(underlying HD/index of events) yang mengakibatkan
remodeling struktural, lalu diperberat oleh progresivitas
beban/penyakit tersebut dan menghasilkan sindrom klinis Kriteria Minor
yang disebut gagal jantung.
. Edema ekstremitas
Remodeling struktural ini dipicu dan diperberat oleh
. Batukmalamhari
berbagai mekanisme kompensasi sehingga fungsi jantung
. Dispnea d'effort
terpelihara relatif normal (gagal jantung asimtomatik).
. Hepatomegali
Sindrom gagal jantung yang simtomatik akan tampak bila
. Efusipleura
timbul faktor presipitasi seperli infeksi, aritmia, infark
. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari ormal
jantung, anemia, hipertiroid dan kehamilan, aktivitas . Takikardia(>l20imeniQ
berlebihan,emosi atau konsumsi garam berlebih, emboli
paru, hipertensi, miokarditis, virus, demam reuma, Major atau minor
endokarditis infektif. Gagal jantung simtomatikjuga akan Penurunan BB 24.5 kg dalam 5 hari pengobatan
tampak kalau terjadi kerustkan miokard akibat progresivitas Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria
penyakit yang mendas airry al underlying HD. major dan 2 kriteria minor
Skema di bawah ini dapat menerangkan patogenesis
tersebut:
PENATALA KSANAAN GAGAL JANTU NG

DIAGNOSIS Pada tahap simtomatik di mana sindrom GJ sudah terlihat


jelas seperti cepat capek (fatik), sesak napas (dyspnea in
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan effo rt, o rthopnea),kardiomegali,peningkatan tekanan vena
asmani, elektrokardiografilfoto toraks, ekokardiografi-
j jugularis, asites, hepatomegalia dan edema sudah jelas,
Doppler dan kateterisasi seperti terlihat pada bagan di maka diagnosis GJ mudah dibuat. Tetapi bila sindrom
bawah ini tersebut belum terlihatjelas seperti pada tahap disfungsi
GAGALJANTUNG 1585

ventrikel kiri/LV dysfunction (tahap asimtomatik), maka


nsidious -----> -----> Refrakier/berat
Simtomatk
keluhan fatik dan keluhan di atas yang hilang timbul tidak lnsidious lnsdious-------------->
khas, sehingga harus ditopang oleh pemeriksaan foto Aktivlas aerobjk: aktivtas jasman dibabsi keluhan (symptoms lmited)-+
rontgen, ekokardiografi dan pemeriksaan Brain
Natriuretic Peptide. Suplemen K, Ivlg vitamin ses!ai kebutuhan--'
Reskrksi calran 1-2 L/hari - - --- -- - -- ->
Diuretik oral maupun parenteral tetap merupakan ujung
tombak pengobatan gagal jantung sampai edema atau 96
asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atat
Angioten.sin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat
4
dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat
beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah e
!.

diuretik dan A C E - inhib it o r ter sebtt diberikan.


Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular
(fibrilasi atrium atau SVT lainnya) atau ketiga obat di atas
Gambar 2. Langkah-langkah penatalaksanaan gagal jantung
belum memberikan hasil yang memuaskan. Intoksikasi digi-
sesuai beratnya penyakit
talis sangat mudah terjadi bila fungsi ginjal
menurun(ureum./kreatinin meningkat) atau kadar kalium
rendah (kurang dari 3.5 meq/L).
Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek BEFERENSI
diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia,dan ada
beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas Braunwald E.Heart Failure and Cor Pulmonal. In: Kasper
Dl,Braunwald E,Fauchi AS et.al, eds Harrison's principles of
dengan pemberian jenis obat ini.
internal medicine l6 ed,2003 :1367-11
Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi Francis GS Systolic dysfunction and pathogenesis:two coceptual path-
seperti Brain Natriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam ways humoral,neurogenic and hemodynamic pathways.The 37'h
penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Annual New york Cardiovascular Symposium:Major Topics in
Re sychronization The rap h.r (CRT) maupun Pembedahan, Cardiology Today,New York Hilton and Towers,New
pemasangan ICD ( I nt ra - C arcli ac D efi b r i I I at o r) seba gai York,December I0- 12,2004 : I 49 -63
Maisel Alan, B-type natriuretic peptide:a marker with two clinical
alat mencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat
applications.cardiac failure diagnosis and prognosis. The 37'h
iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status
Annual New york Cardiovascular Symposium:Major Topics in
fungsional dan kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi Cardiology Today,New York Hilton and Towers,December 10-
sel dan stimulasi regenerasi miokard,masih terkendala 12,2004.p.188-201.
dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat
ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan
m asi h memerlukan penelitian lanj ut.
249
GAGAL JANTUNG AKUT
Daulat Manurung

PENDAHULUAN mengakibatkan toleransi aktivitas berkurang retensi air


yang dapat memicu edema paru dan edema perifer.
Heart Failure (HF) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu Perlu diingat bahwa keluhan dan gejala bisa berbeda
sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh pada setiap individu,ada sesak nafas, belum tentu ada
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah edema perifer dan sebagainya.
keseluruh jaringan tubuh secara adekuat, akibat adanya Untuk menilai derajat gangguan kapasitas fungsional
gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Pasien dari HF, pertama kali diperkenalkan oleh New York Heart
dengan HF harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Association (NYHA) tahun 1994, yang membagi HF
. Gejala-gejala (symptoms) dari HF berupa sesak nafas menjadi 4 klaSifikasi, dari kelas I sampai kelas 4 tergantung
yang spesifik pada saat istirahat atau saat beraktivitas dari tingkat aktivitas dan timbulnya keluhan, misalnya
dan atau rasa lemah, tidak bertenaga sesak sudah timbul saat istirahat menjadi kelas 4, sesak
. Tanda-tanda (slgns) dari HF berupa retensi air seperli timbul pada aktivitas ringan kelas 3, sesak timbul saat
kongesti paru, edema tungkai aktivitas sedang menjadi kelas 2, sedangkan kelas I sesak
. dan objektii ditemukannya abnormalitas dari struktur timbul saat beraktivitas berlebih. Klasifrkasi menurut NYHA
dan fungsional jantung (Tabel 1) lebih banyak atau pada umumnya berdasarkan keluhan
subyektif.
Klasifikasi terbaru yan g dikeluarkan American Colle ge
of Cardiology/Amercan Heart Association (ACC/AHA)
Symptoms typical of heart failure pada tahun 2005 yang menekankan pembagian HF
(breathlessness at rest or on exercise, fatique, tiredness, ankle berdasarkan progressivitas kelainan struktural dari jantung
swelling)
dan perkembangan status fungsional. Klasifikasi dari
and
Sings typical of heart failure
ACC/AHA ini, perkembangan HF dibagi juga menjadi 4
(tachycardia, tachypnoea, pulmonary rates, pleural effusion, stages, A,B,C dan D. Stage A dan B jelas belum HF, hanya
raised jugular venous pressure, peripheral oedema, mengingatkan pelaksana pelayanan kesehatan (health
hepatomegaly)
care provider) bahwa kondisi ini kedepan dapat masuk
and
Objective evidence of a structural or functional abnormality of kedalam keadaan HF. StageAmenandakan ada faktor risiko
the heart at rest HF (diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner) namun
(cardiomegaly, third heart sound, cardiac murmurs, belum ada kelainan struktural dari jantung (cardiomegali,
abnormality on the echocardiogram, raised natriuretic peptide
concentration) LVH, dll) maupun kelainan fungsional. Sedangkan pada
stage B ada faktor-faktor risiko HF seperti pada stage A
dan sudah terdapat kelainan struktural, LVH cardiomegali
HF dapat memberikan spektrum klinis yang luas, mulai dengan atau tanpa gangguan fungsional, namun bersifat
dari ukuran jantung LV yang masih normal, dengan asimptomatik. Stage C, sedang dalam dekompensasi dan
Ejection Fraction (EF)yangmasih cukup, sampai LV dilatasi atau pernah HF, yang didasari oleh kelainan struktural dari
berat, dengan/ atau EF yang sangat buruk. Manifestasi jantung. Stage D adalah yang benar-benar masuk ke dalam
klinis utama dari HF sesak nafas, mudah capek yang refractory HF, dan perllu advanced treatment strategies.

1586
GAGALJANTUNGAKUT 1587

Juga apabila dilihat dari segi onset nya, maka HF dapat Peninggian afterload pada penderita hipertensi sistemik
dibagi menjadi new onset HE transient HF dar. chronic atau pada penderita hipertensi pulmonal
I1fl New onset HF merujuk ke presentasi klinis perlama HF II. Peninggian preload karena volume overload atau retensi
transient HF merujuk ke HF simptomatik terbatas pada alr
periode waktu tertentu, walaupun pengobatan jangka Itr. Gagal sirkulasi (circulatory failure) seperti pada
panjang masih diperlukan, misalnya HF karena myokarditis keadaan high output states a\tara lain pada infeksi,
ringan dan sembuh secara baik. HF karena ischemia, anemia atau thyrotoxicosis.
dilakukan revaskularisasi dan berhasil. HF pada infark akut
Kondisi lain yang dapat mencetuskan GJA adalah
yang tidak memerlukan terapi diuretik jangka panjang.
ketidakpatuhan minum obat-obat GJ, atau nasehat-nasehat
Chronic HF dapat berupa persisten atau perburukan HF medik, pemakaian obat seperli NSAIDs, cyclo-oxygenare
atau mengalami dekompensasi akut dari chronic HF. (COX) inhibitor, dan thiazolidinediones. GJ berat juga bisa
Perburukan HF yang didasari chronis HF (dekompensasi) sebagai akibat dari gagal multi organ (multiorganfailure).
merupakan HF terbanyak dari seluruh bentuk HF yang (Thbel 2)
dirawat di rumah sakit yaitu sekitar 807o dari semua kasus.
Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai diagnose
dan penatalaksanaan GJA meliputi new onset HF, dan
dekompensasi akut dari chronic HF mengacu pada
Penyakit jantung iskemik Gagal sirkulasi
tatalaksana yang dikeluarkan oleh European Society of . Sindrom koroner akut . Septikemia
Cardiology (ESC) yaitu ESC guidelines for the . Komplikasr mekanik . Hygrotoxicosis
Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart dari infarkakut . Anemia
Failure 2008 dan ACCF/AHA guidelines for the . kanan
lnfark ventrikel . Pirai

Diagnosis and Management of Heart Failure in Adult


. Tamponade
o Emboli paru
2009 focus up date incorporated into the ACC/AHA 2005.
Dekompensasi pada gagal
Valvular jantung kronik
. Slenosis valvular o Tidak patuh minum obat
. Regurgitasi valvular . Volume overload
GAGAL JANTUNG AKUT . Endokarditis o lnfeksi, terutama
o Diseksi aorta pneumonia
Gagal Jantung Akut (GJA) didefinisikan sebagai serangan Cerebrovaskular insult
cepal/ rapid / onset atau adanya perubahan pada gejala- Miopatia . Operasi
gejala atau tanda-tanda (symptoms and sign) dari gagal . Postpartum . Disfunsi renal
jantung (GJ) yang berakibat diperlukannya tindakan atau
kardiomiopati . Asma/PPOK
. Miokarditis akut Penyalahgunaan obat
terapi secara urgent. GJA dapat berupa serangan pertama a Penyalahgunaan alkohol
GJ, atau perburukan dari gagaljantung kronik sebelumnya. H ipertensi/a ritmia
Pasien dapat memperlihatkan kedaruratan medlk (medical . Hipertensi
emergency) seperti edema paru akut. (acute pulmonary . Aritmia akut
oedema).
Disfungsi jantung dapat berhubungan dengan atau
diakibatkan ischema jantung, irama jantung yang Simptom gagal jantung bisa juga dicetuskan oleh
abnormal, disfungsi katup jantung, penyakit perikard, faktor-faktor non kardiovasfcular seperti penyakit paru
peninggian dari tekanan pengisian ventrikel atau obstruktif, atau adanya penyakit organ lanjut (end-organ
peninggian dari tahanan sirkulasi sistemik.
disease) terutama disfungsi renal. Pengobatan inisial yang
Dengan demikian berbagai faktor kardiovaskular dapat
tepat dan pengobatan jangka panjang yang sesuai sangat
merupakan etiologi dari GJA ini, dan juga bisa beberapa
diperlukan. Bila mungkin, koreksi kelainan anatomis yang
kondisi (comorbid) ikut berinteraksi. mendasarinya seperti penggantian katup atau
Ada banyak kondisi kardiovaskular yang merupakan revaskularisasi, dapat mencegah episode GJA dan
kausa dari GJA ini dan juga faktor-faktor yang dapat memperbaiki prognose jangka panjang.
mencetuskan Qtrecipitating factors) terjadinya GJA.
Semua faktor-faktor ini sangat penting untuk diidentifikasi;
dan dihimpun untuk mengatur strategi pengobatan. Klasifikasi Klinis
Gambaran klinis khas dari GJA adalah kongesti paru, Manifestasi klinis GJA memberikan gambaran/ kondisi
walau beberapa pasien lebih banyak memberikan gambaran spectrum yang luas dan setiap klasifikasi tidak akan dapat
penurunan cardiac output dan hipoperfusi jaringan lebih menggambarkan secara spesifik.
mendominasi penampilan klinis. Pasien dengan GJA biasanya akan memperlihatkan
Penyakit kardiovaskular dan non kardiovaskular dapat salah satu dari enam bentuk GJA. Edema paru tidak selalu
mencetuskan GJA. Contoh yang paling sering antara lain. menyertai semua ke enam bentuk GJA.
1588 KARDIOI.OGI

sindroma "low out put" tanpa disertai oleh kongesti


paru dengan peninggian tekanan venajugularis dengan
atau tanpa hepatomegali dan tekanan pengisian
ventrikel kiri yang rendah.
6. Sindroma koroner akut dan gagal jantung.
Banyak penderita GJA timbul bersamaan dengan SKA
yang dibuktikan dari gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang. Kira-kira l57o penderita SKA
memperl ihatkan gej ala dan tanda-tanda GJ. Episode GJA
bisaanya disertai atau dipresipitasi oleh aritmia
(bradikardia, AF, VT)
Di samping itu, ada beberapa klasifikasi GJA yang bisaa
dipakai di ICCU. antara lain:
Gambar 1. Klasifikasi Klinis gagal jantung akut
L Klasifikasi Killip, berdasarkan tanda-tanda klinis
sesudah infark jantung akut,
2. Klasifikasi Forester yang juga berdasarkan tanda-tanda
Gambar 1 dapat memperlihatkan kemungkinan klinis dan karakteristik hemodinamik pada infark akut.
terjadinya tumpang tindih dari ke enam bentuk GJA ini.
Keenambentuk dari PJA ini, adalah: Prognosa
1. Perburukan atau gagal jantung kronik (GJK) Data yang diperoleh dari beberapa registry terbaru dari
dekompensasi, adanya riwayat perburukan yang GJA dan beberapa survey yang telah dipublikasikan
progresif pada penderita yang sudah diketahui dan seperti the EUro-Heart Failure Survey II, the ADHERE
mendapat terapi sebelumnya sebagai penderita GJK dan registry dr Amerika Serikat dan survey Nasional dari Italia,
dijumpai adanya kongesti sistemik dan kongesti paru. Perancis dan Finlandia . Namun banyak dari pasien-pasien
Tekanan darah yang rendah pada saat masuk RS, yang masuk dalam registry ini adalah penderita-penderita
merupakan petanda prognose buruk. dengan usia lanjut dengan faktor-faktor cormobid cardio
2. Edemaparu. vaskuler dan Non cardiovaskuler yang sangat banyak,
Pasien dengan respiratory distress yang berat, dengan prognosejangka pendek danjangka panjang yang
perrrafasan yang cepat, dan orthopnea dan ronchi pada buruk. Sindroma koroner akut merupakan kausa yang
seluruh lapangan paru. Saturasi 02 arterial bisaanya paling sering dari gagal jantung akut yang baru. Kematian
< 907o pada suhu ruangan, sebelum mendapat terapi di RS yang tinggi didapatkan pada pasien dengan shok
oksigen. kardiogenik berkisar antara 40-60%. Sangat berbeda
3. Gagal jantung hipertensif, terdapat gejala dan tanda- dengan pasien gagal jantung akut hipertensif angka
tanda gagal jantung yang diserlai dengan tekanan darah kematian di rumah sakit rendah dan kebanyakan pulang
tinggi dan bisaanya fungsi sistolik jantung masih relatif dari rumah sakit dalam keadaan asimptomatik.
cukup baik, juga terdapat tanda-tanda peninggian Rata-rata perawatan di RS akibat GJA dari the Euro
tonus simpatitik dengan takhikardia dan vasokonstriksi. Hearl Survey adalah t hari. Dari studi registry yang dirawat
Pasien mungkin masih eu volemia atau hanya karena GJA, hampir separuh diantaranya dirawat kembali
hipervolemia yang ringan. Umumnya memperlihatkan paling tidak sekali datam 12 bulan pertama. Estimasi
kongesti paru tanpa tanda-tanda kongesti sistemik. kombinasi kematian dan perawatan ulang untuk 60 hari
4. Syok kardiogenik, didefinisikan sebagai adanya bukti sej ak perawatan diperkirakan berkisar antata 30-50c/o .
tanda- tanda hipoperfusi j aringan yan g disebabkan oleh Indikator prognostik selanjutnya sama dengan yang
gagaljantung, walau sesudah preload dan aritmia berat dijumpai pada gagal jantung kronik lainnya.
sudah dikoreksi secara adekuat.
Tidak ada parameter hemodinamik diagnostik yang
pasti. Akan tetapi cirikhas dari syok kardiogenik adalah
Diagnosis GJA
tekanan darah sistolik yang rendah (tekanan darah Diagnosis GJA adalah berdasarkan simptom-simptom yang
sistolik <90mmHg, atau penurunan dari tekanan arteriol ada dan penemuan-penemuan klinis. Konfirmasi dan
rata-rata(mean arterial pressure >3OnmHg), dan tidak pemantauan dari diagnosis diperoleh dari anamnesa yang
adanya produksi urin, atau berkurang (<0,5ml/kg/jam). teliti, pemeriksaanjasmani, EKG foto thorax, ekokardiografi ,

Gangguan irama jantung serin g ditemukan. Tanda-tanda dan penemuan laboratorium dan analisa gas darah dan
hipoperfusi organ dan kongesti paru timbul dalam waktu Biomarker spesifik. Algoritme diagnose sama dengan
cepat. untuk GJA yang timbul akibat "de novo" atau episode
5. Gagaljantung kanan terisolasi, ditandai dengan adanya dekompensasi dari GJK. (Gambar2)
GAGALJANTUNGAKUT 1589

Evaluasi Awal kongesti paru, dan untuk mengetahui adanya kelainan paru
Penilaian secara sistematik presentasi klinik adalah sangat dan jantung yang lain seperti efusi pleura, infiltrat atau
penting, meliputi riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik kardiomegali. (IC)
yang teliti.
Penilaian perfusi perifer, suhu kulit, peninggian tekanan
Analisa Gas Darah Arterial
pengisian vena adalah sangat penting, adanya sistolik
Analisa gas darah arterial, memungkinkan kita untuk menilai
murmur dan diastolik murmur, demikian j uga irama gallop
oksigenasi (pO2) fungsi respirasi (pC02) dan
sangat perlu dideteksi pada auskultasi bunyi jantung.
keseimbangan asambasa (pH) danharus dinilai pada setiap
Mitral ineffisiensi sangat sering ditemukan pada fase akut.
pasien dengan respiratory distress berat. Asidosis petanda
Adanya stenosis aorta atau inefisiensi aorta juga harus
perfusi jaringan yang buruk atau retensi CO2 dikaitkan
dideteksi. Kongesti paru dideteksi dengan auskultasi dada
dengan prognose buruk. Pengukuran dengan pulse
dimana ditemukan ronchi basah pada kedua basal paru
oxymetry dapat mengganti analisa gas darah afierial. Tetapi
dan konstriksi bronchial pada seluruh lapangan paru
tidak bisa memberikan informasi pCO2 atau keseimbangan
sebagai petanda peninggian dari tekanan pengisian
asam basa, dan tidak bisa dipercaya pada sindroma low
ventrikel kiri. Tekanan pengisian jantung kanan dapat
output yang berat atau vasokonstriksi dan status syok.
dinilai dari evaluasi pengisian vena jugularis.
Efusi pleura umumnya ditemukan pada dekompensasi
akut dari GJH. Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan Pemeriksaan Laboratorium
yang dianjurkan pada penderita dengan GJA Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, urea, cretinin, gula
darah, albumin, enzyme hati dan INR harus merupakan
pemeriksaan awal pada semua penderita GJA. Kadar
sodium yang rendah, urea dan creatinin yang tinggi
memberikan prognose buruk pada GJA. Peninggian sedikit
dari cardiac troponin bila terlihat pada GJA, walau tidak
ada SKA. Peningkatan dari Troponin yang disertai dengan
Analisa gas ded abnonnal ? SKA merupakan petanda prognosa yang tidak baik.
Kongesti pada foto thoGx ?
Naduredc peptide meninggi ?
Riwayat sakitjiltung
abu gagaljantung ?
Natriuretic Peptide
B-type natriuretic peptides (BNP dan NT-pro BNP) yang
diperiksa pada fase akut dapat diterima sebagai prediktif
negative untukmeng-eklusi GJ, walau tidak sepenting pada
GJK dalam praktik sehari-hari. Belum ada kesepakatan
mengenai referensi nilai BNP atau NT-pro BNP pada GJA.
Pada saat serangan (flash) edema paru atau mitral
regurgitasi akut, kadar natriuretic peptide bisa masih
Nilai tipe, bemhya dan etiologinya
deogan investigasi selekif normal saat masuk RS. Namun pemeriksaan BNP atau NT
pro BNP saat masuk dan sebelum pulang, akan memberikan
informasi prognostic yang penting. (IA)
Gambar 2. Evaluasi pasien dengan persangkaan GJA

Ekokardiograf i

Ekokardiografi memegang peranan yang sangat penting


Elektrokardiogram (EKG) untuk evaluasi kelainan struktural dan fungsional dari
Pemeriksaan EKG dapat memberikan informasi yang sangat jantung yang berkaitan dengan GJA. Semua penderita GJA
penting, meliputi frekuensi debar jantung, irama jantung,
harus dievaluasi/ ekokardiografi secepat mungkin.
sistem konduksi dan kadang etiologi dari GJA. Kelainan
Penemuan dengan ekokardiografi bisa langsung
segmen ST; berupa ST segmen elevasi infark miokard
menentukan strategi pengobatan. (IC)
(STEMD atau Non STEMI. Gelombang Q petanda infark
Pencitraan echo/ dopler harus diperiksakan untuk
transmural sebelumnya. Adanya hipertropi, bundle branch
evaluasi dan memonitor fungsi sistolik ventrikel kiri dan
block, disinkroni elektrikal, interval QT yang memanjang,
kanan secara regional dan global, fungsi diastolik, struktur
disritmia atau perimiokarditis harus diperhatikan. (I C)
dan fungsi valvular, kelainan perikard, komplikasi mekanis
dari infark akut, adanya disinkroni, juga dapat menilai semi
Foto Toraks kuantitatif, non invasive, tekanan pengisian dari ventrikel
Foto toraks harus diperiksakan secepat mungkin saat masuk kanan dan kiri, stroke volume dan tekanan arteri
pada semua pasien yang diduga GJA, untuk menilai derajat pulmonalis, yang dengan demikian bisa menentukan
1590 I(ARDIOI.OGI

strategi pengobatan. Echo/dopler dapat diulang sesuai Managemen GJA


kebutuhan, dan dapat mengganti pemeriksaan atau m Kebanyakan GJA didasari oleh adanya PJK. Oleh sebab
onitoring invasif itu identifrkasi PJK ini harus dipikirkan dari sejak awal untuk
memilih terapi yang tepat. Target terapi awal adalah
secepatnya memperbaiki gejala-gejala atau keluhan dan
Instrumentasi dan Monitoring Pasien dengan
menstabilkan kondisi hemodinamik.
GJA
Penanganan GJA selama perawatan memerlukan
Monitoring pasien dengan GJA harus dimulai secepat
strategi pengobatan yang sudah terbukti manfaatnya, dan
mungkin sesudah sampai di RS atau unit darurat medis,
dipertimbangkan dengan realitas objektif, dan sebelum
bersamaan juga pemeriksaan-pemeriksaan yang
dipulangkan harus direncanakan tentang pengobatan
menunjang diagnose etiologi primer dan juga bagaimana
lanjutan. Penanganan GJA sebaiknya dilakukan menurut
respons terhadap terapi awal. (IC)
program management GJ, apabila tersedia, seperti yang di
gariskan oleh panduan ini (class I LoE B).Berikut ini adalah
Monitoring Non lnvasif beberapa opsi yang diperkirakan tepat pada pasien dengan
Semua pasien sakit berat harus dimonitor hal-hal yang GJA, walau kebanyakan berasal dari opsi consensus dari
mendasar seperti suhu, laju pernafasan, laju detakjantung, para ahli, oleh sebab itu tarafkemaknaan adalah C (level of
tekanan darah, oksigenasi, produksi urine dan pemeriksaan evidence C).
EKG. Perlu oximeter harus dipasang secara continue, dan
dinilai secara regular interval. (IC)
Oxygen
Diberikan secepat mungkin pada penderita hipoksemia
Monitoring lnvasif
Arlerial line : Di indikasikan apabila memerlukan analisa
secara kontinu tekanan darah arterial pada penderita
dengan hemodinamik yang tidak stabil, atau untuk
. Segera /saat perawatan di ruangi intensif (ED, lCU, CCU)
lmmediate
kebutuhan pengambilan sampel darah arlerial yang sering. - Memperbaikikeluhan-keluhan
(traC) - Memperbaikioksigenisasi
- Memperbaiki perfusi organ dan hemodinamik
- Mencegah kerusakan jantung dan ginjal
Central Venous Line - Perawatan di ruang intensif sesingkat mungkin.
. Saat perawatan di ruang perawatan (lntermediate)
Untuk mendapatkan alkes sirkulasi sentral, dipakai untuk - Stabilkan pasien dan optimalkan strategi terapi
pemberian cairan dan obat-obatan dan memonitor Central - Mulai pengobatan terapi farmakologi yang tepat
Venous Pressure (CVP). Dapat juga dipakai untuk untuk penyelamataan (life / saving)
- Pertimbangkan pemasangan alat bantu (device
mengukur saturasi oxygen vena (SVO2) yang merupakan therapy) untuk pasien yang tepat.
evaluasi dari konsumsi oksigen/ delivery ratio (IIa C). - Perawatan di RS sesingkat mungkin
o Jangka panjang dan penangan saat berobatjalan
- Rencanakan strategi perawatan lanjut
Kateter Arteri Pulmonali - Diingatkan untuk penyesuaian pola hidup yang
tepat.
Pemasangan kateter arteri pilmonal (pulmonary artery cath- - Penjelasan mengenai pencegahan sekunder
eter (PAC) untuk diagnose GJAbiasanya tidak diperlukan. - Pencegahan perawatan ulang
PAC biasanya diperlukan untuk membedakan antara - Memperbaiki kualitas hidup dan harapan hidup
mekanikal kardiogenik atau non kardiogenik pada penderita
yang komplek. Kemungkinan bersamaan sakitjantung dan
penyakit paru, terutama apabila dengan ekokardiografi/
Doppler sangat sulit untuk diperoleh. PAC juga berguna
pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil, walau sudah
mendapat terapi convensional. (IIb B)

Angiografi Koroner
Pada pasien GJA yang didasari iskemia seperti angina tak
stabil atau SKA, maka angiografi koroner sangat Fsu.ruri oz--- l Tingkatkm pemberian 02
anerial<qs". )a pertimbmgkan CPAP
, f+
diperlukan kecuali ada kontraindikasi kuat. Opsi NI PPV, Ventitasi mekanis

revaskularisasi (PCI/CABG) harus dipertimbangkan Irama jmtung dan


Pacu janhrB mti ritmia
debar jmtung Tidak+
-
apabila secara teknis memungkinkan, dan risiko tindakan nomal elektroversi
masih bisa diterima. Reperfusi yang berhasil akan
memperlihatkan prognose yang baik (I B). Gambar 3. Algoritme terapi awal dari GJA
GAGALJANTUNGAKUT 1s91

untuk memperoleh saturasi 02 arterial. > 95Vo, atau >90Vo yang lama
pada penderita PPOK. Harus hati-hati pada penderita . Hiperkapnia
obstruktif saluran napas berat untuk mencegah hiperkapnia . Ansietas dan claustrophobia
(IB). . Pnemotoraks
. Aspixia.
Ventilasi Non lnvasive (Non lnvasive Vantilation
= NIV) Morfin dan Analog Morfin pada GJA
Indikasi. Ventilasi non invasif merujuk ke semua upaya Morfin harus dipertimbangkan pada stadium awal GJA,
untuk membantu pernapasan, tanpa memakai endotrakeal terutama bila pasien gelisah, sesak nafas, ansietas atau
tube, tetapi lebih jauh dari pemasangan masker penutup nyeri dada (14). Morphine diberikan bolus 2,5 - 5 mg IU
wajah. NIV dengan positif end-expiratory pressure (PEEP) dan dapat diulang seperlunya. Respirasi harus dimonitor,
harus dipertimbangkan secepat mungkin pada semua kadang timbul nausea dan bila perlu boleh pakai anti emetic.
pasien dengan edema paru kardiogenik akut (acute Hati-hati pada hipotensi, bradikardia AV block lanjut dan
cardiogenic pulmonary oedema) dan GJA hipenensif, akan retensi CO2.
segera memperbaiki parameter klinis termasuk gagal nafas.
NIV dengan PEEP akan memperbaiki fungsi ventrikel kiri,
Loop Diuretika
karena dapat mengurangi after load dari ventrikel kiri.
Pemberian diuretic intravena direkomendasikan pada GJA
Pemakaian NIV harus hati-hati pada syok kardiogenik dan
bila ada symptom akibat kongesti atau volume overload (I
gagal jantung kanan.
B). (Tabel.4)
Kontralndikasi Beberapa hal yang perlu diingat :
. Pasien tidak kooperatif (tidak sadar, gangguan kognitif . Manfaat simptomatik diuretic sudah terbukti dan sudah
berat ,ansietas) diterima dan sudah diterima secara universal
. Diperkirakan perlu segera pemakaian intubasi . Pasien dengan hipotensi (sistolik <90 nimHg)
endotrakial karena hipoksia yang progresif) hiponatremia berat dan acidosis tidak sama
. Hati-hati pada penyakit obstruksi saluran napas berat. responsifnya terhadap terapi diuretika.
Efek yang tidak diinginkan
. Dosis tinggi diuretika dapat memicu hipoalbuminemia
. Perburukan dari gagaljantung kanan dan hiponatremia dan meningkatkan kemungkinan
. Mukosa membran yang jadi kering akibat pemakaian hipotensi apabila bersamaan dengan ACE I atau ARB.

Retensi 'Dosis
Duretika Perkalian
air Harian (mg)
Sedang furosemide atau 20-40 Oral atau lV sesuai klinis
Bumetanide atau 0,5 - 'l Dosis dititrasi
torasemide 10-20 Monitor K, Na, creatinin,
tekanan darah,
Berat Furosemide 40-1 00 i.v ditinggikan
Furosemide infus 5-40 mg/jam Lebih baik daripada bolus
dosis tinggi
Bumetanide 1-4 Oral atau intravena
Torasemide 20-100 Oral
Refraktor Tambah HCT 50 -100 Kombinasi lebih baik
terhadap daripada loop diuretikdosis
diuretika tinggi
Atau metolazone 2,5-10 Lebih poten bila
CCT<30mL/mnt
Atau 25-50 Terutama bila fungsi renal
spironolaktone baik dan K normal atau
rendah.
Dengan Acetazolamide 0,5
Alkalosis
Refraktor Tambahdopamine Pertimbangkan ultrafiltrasi
terhadap ataudobutamine dan HD apabila ada
diuretika gangguan renal dan
dan HCT Hiponatremia
1592 IGRDIOI.OGI

. Opsi terapi alternatif seperti pemakaian vasodilator IV Vasodilator dapat menurunkan tekanan sistolik,
dapat mengurangi keluhan dan mengurangi pemakaian mengurangi tekanan pengisianjantung sisi kiri dan sisi kanan
diuretic dosis tinggi. dan tekanan vaskuler sistemik dan memperbaiki sesak
Bagaimana cara pemberian loop diuretika pada GJA. napas. Aliran darah koroner bisaanya masih baik apabila
. Dosis awal yang dianjurkan adalah 20-40mg I.V (0,5 - 1 tekanan darah diastolik masih baik/ tidak terlalu rendah.
mg bumetadine; 10-20 mg torasemide) atau harus sama Beberapa hal yang perlu diingat:
atau lebih dari dosis sehari-hari yang biasa didapat. . Vasodilator mengatasi kongesti paru tatpa
Pada fase awal ini pasien harus sering diawasi terutama mempengaruhi strok volume atau meningkatkan
mengenai produksi urine. Pemasangan kateter urine konsumsi oksigen pada miokardium, terutama pada
umumnya perlu untuk memonitor produksi urine, dan penderita SKA
mengetahui secara cepat respons pengobatan.(I C) . Calcium antagonis tidak direkomendasikan pada GJA.
. Pada pasien dengan bukti adanya volume overload . Vasodilatorjangan diberikan apabila sistolik <90 mmHg,
dosis furosemide IV dapat ditingkatkan,sesuai dengan dapat mengurangi perfusi organ.
fungsi renal dan pemakaian oral diuretika yang sudah . Hipotensi harus dicegah terutama bila ada disfungsi
lama sebelumnya. Pada pasien seperti ini, pemakaian renal.
furosemide IV secara continous (IV drips) dapat . Hati-hati pada stenosis aorta.
dipenimbangkan sesudah pemberian initial. Pemakaian . Nitrat (introgliserin dan ISDN). Sodium nitroprusside,
furosemide tidak boleh melebihi 100 mg untuk 6 jam dan nesiritide biasanya diberikan dengan cara
peftama, dan 240 mgpada 24 jam pefiama. intravena, per infuse. Nitroglycerine, merupakan hal
yang sering dipakai pada GJA, dengan efek utama
Kombinasi dengan diurtetika lain adalah venodilator. Nitroprusside memiliki balans
Diuretik thiaride dapat dikombinasi dengan furosemide vasodilator yang poten, antara penurunan preload dan
(loop diuretika). Pada pasien yang resisten terhadap afterload. Nesiritide memiliki efek vasodilator dan
diuretika. Pada GJA dengan volume overload, dapat arterial venodilator. Juga efek sedang (modest) sebagai
diberikan hidrochlorothiazide (HCT) 25 mg per oral dan diuretik dan efek natriuretik
aldosteron antagonis (spironolaktone, eplerenone 25-50
. Efek samping yang potensial adalah sakit kepala pada
pemberian nitrat, Tachipilaxis sering sesudah pemberian
mg per oral), dapat diberikan, disamping furosemide
24-48 jam, diperlukan peningkatan dosis dengan nitrat.
kombinasi dengan dosis rendah, kadang lebih efektif
dengan efek samping yang kurang, ketimbang obat tunggal
Nitroprusside harus hati-hati pada penderita SKA,
dapat menyebabkan tekanan darah turun dengan tiba-
dengan dosis tinggi. Netrofiltrasi dapat diterima apabila
tiba.
kongesti refrakter terhadap terapi medikamentosa (IIa B).

Efek Samping Diuretika NESIRITIDE


. Hipokalemia,hiponatremia, hiperuricemia
. Hipovolemia,dehidrasi, produksi urine harus dimonitor. Nesiritide (human BNP) dapat menurunkan tekanan
. Aktivasi neurohormonal pengisian ventrikel kiri, namun efek terhadap cardiac
r Dapatmemicuhipotensi apabilasebelumnyadapatACE- output prodttksi urin, ekskresi natrium, adalah bervariasi.
YARB. Sesak napas yang berat bias lebih cepat teratasi ketimbang
hanya dengan diuretik saja. Nesiritide mempunyai efek
yang lama dan juga waktu paruhnya (half life) dari nitro-
VASODILATOR glycerin atau nitroprusside,maka efek samping seperti
hipotensi berlangsung lebih lama. Bisa diantisipasi dengan
Vasodilator direkomendasikan pada stage awal dari GJA pemberian dosis rendah dan tanpa bolus. Efek samping
apabila tidak ada tanda-tanda hipotensi yang simptomatik, yang tidak diinginkan, berupa gangguan renal, sehingga
tekanan sistolik <90 mmHg atau penyakit valvuler perlu monitoring fungsi ginjal. Efek nesiritide terhadap
obstruktif yang serius (I.B) mortalitas masih perlu dibuktikan, menunggu investigasi
Vasodilator dapat berupa nitroglycerine (NGT) klinis yang sedang berjalan.
isosorbide dirutrate (ISDN) nitroprusside dan nesiritide.
Indikasi: Obat-obat inotropik
Pemberian IV nitrat atau nitroprusside Inotropik agent harus harus dipertimbangkan pada
direkomendasikan bila tekanan sistolik >110 mmHg dan keadaan low output states, adanya tanda-tanda
hati-hati bila tekanan darah sistolik antara 90 dan 110 hipoperfusi atau kongesti, walaupun pemberian vasodila-
mmHg. tor dan atau diuretika dapat memperbaiki symptom.
GAGALJANTUNGAKUT 1593

lndikasi Pemberian Terapi lnotropik phospodiesterase inhibitor tipe III (PDEIs) yang dipakai
Obat inotropik hanya boleh diberikan pada penderita dalam klinis sehari-hari. Obat ini mencegah pemecahan dari
dengan tekanan sistolik yang rendah, atau cardiac index cyclic AMP dan memiliki efek inotropik dan efek vasodila-
yang rendah dengan adanya tanda-tanda hipoperfusi atau tor perifer dengan meningkatkan cardiac output dan
kongesti. Tanda-tanda hipoperfusi seperti, kulit dingin, volume sekuncup, bersamaan dengan penurunan tekanan
basah (.claming skin) pada pasien yang disertai arteri pulmonalis, tekanan baji paru (pulmonary wedge
vasokonstriksi dengan asidosis, gangguan fungsi ginjal, pressure) resistensi sistemik dan sirkulasi paru.
gangguan fungsi hati atau gangguan kesadaran, terutama Milrinone dan enoximone diberikan secara infuse
bila pasien dengan dilatasi dan hipokinetik dari ventrikel. intravena, bisa didahului oleh bolus pada penderita dengan
Bila memang diperlukan harus diberikan sedini mungkin. tekanan darah yang masih cukup baik. Hati-hati pemberian
Pasien harus dalam monitoring EKG (IIa B). PDEIs pada pasien dengan PJK, dapat meningkatkan
kematian jangka menengah (IIb B).

DOBUTAMINE Levosimendan
Levosimandan merupakan salah satu dari calcium sensi-
Dobutamine adalah obat inotropik positif, bekerja melalui lizer yang dapat memperbaiki kontrolisitas jantung secara
stimulasi Bl-reseptor untuk menginduksi efek inotropik berikatan dengan troponin C didalam kardiomiosit.
positif dan efek chronotropik. Efek stimulasi ini sebanding Levosimendan memiliki vasodilator yang signifikan yang
dengan dosis yang diberikan. dimediasi AIP sensitive potassium channels dan juga
Dosis awal afiNa2-3 pg/kg/menit secara infus intravena, mempunyai efek/ kerja sepefti PDEi yang ringan. Pemberian
tanpa didahului oleh bolus, atau loading dose. Dosis boleh levosimendan infuse pada GJA dekompensasi akan
naikkan secara progressif tergantung symptom response meningkatkan cardiac output dan volume sekuncup
diuretika, dan gambaran klinisnya. Efek hemodinamik sejajar mengurangi tekanan baji paru, tahanan vaskuler sistemik
dengan dosisnya dan dapat ditingkatkan sampai 15 Fgkgl dan tahanan vaskuler paru mengurangi tekanan vaskuler
menit. Apabila sebelumnya mendapat beta blocker, maka paru. Respons hemodinamik pada pemberian levosimendan
dosis bisa ditingkatkan jadi 20 pg/kg/menit, untuk dapat bertahan berhari-hari. Levosimendan dapat efektif
memperbaiki efek inotropiknya. Tekanan darah harus pada GJ kronik dekompensasi. Levosimendan dapat
dimonitor secara invasive atau non invasif. meningkatkan detak jantung dan penurunan dari tekanan
Eliminasi obat berlangsung cepat apabila infuse darah, terutama bila sebelumnya mendapat bolus
dihentikan. Oleh sebab itu harus hati-hati apabila pembebanan (loading dose). Levasimendan dapat
dobutamine akan dihentikan. Penurunan dosis secara diberikan bolus (3-12 mglkg) selama 10 menit, kemudian
gradual secara bertahap misalnya 2trrglkg/menit, dan secara diikuti drip intravena (0,05-0,2mgkglmenit untuk 24 jam).
bersamaan pemakaian oral harus dioptimalkan (IIa B). Kecepatan infuse dapat ditingkatkan sampai tekanan darah
stabil. Apabila tekanan sistolik kurang dari 100mmHg,
infuse darus dimulai tanpa pemberian bolus sebelumnya
Dopamine
untuk mencegah hipotensi. (IIA B)
Dopamine juga menstimulasi reseptor B-adrenergik, secara
langsung dan tidak langsung, dengan akibat meningkatkan
kontraklilitas miokardium dan cardiac output, merupakan Vasopressor
efek inotropik tambahan. Infus dopamine dosis rendah Vasopressor (Norepinephrine) tidak direkomendasikan
(<2-3 p,glkgimenit) akan menstimulasi reseptor sebagai terapi awal (first line agents) pada GJA, dan hanya

dopaminergik, tetapi sedikit efek terhadap diuresa Dosis dibenkan pada penderita dengan syok kardiogenik apabila
tinggi dopamine dapat dipakai untuk mempertahankan kombinasi obat-obat inotropik dan pengaturan cairan,
gagal menaikkan tekanan darah sistolik lebih dari 90mmHg,
tekanan darah sistolik, tetapi dapat meningkatkan risiko
tachikardi, aritmia, dan stimulasi cr adenergik. Dopamine dengan perfusi perifer yang tidak adekuat, meskipun ada
dan dobutamin harus hati-hati bila frekuensi denyut perbaikan cardiac output (IC). Pasien dengan sepsis yang
jantung >100 kali permenit. Stimulasi u adenergik pada menyebabkan GJA mungkin memerlukan vasopressor,
pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan sementara syok kardiogenik biasanya disertai oleh tahanan
vasokonstriksi dan peninggian resistensi vaskuler vaskuler sistemik yang tinggi. Semua vasopressor
sistemik. Dosis rendah dopamine sering dikombinasi pemakaiannya harus hati-hati dan harus dihentikan
secepat mungkin. Noradrenalin bisa dikombinasi dengan
dengan dobutamin dosis tinggi (IIbC).
inotropik lain pada syok kardiogenik, walau idealnya
diberikan lewat "central line". Epinephrine tidak
Milrinone dan Enoximone direkomendasikan sebagai inotropik atau vasopressor
Milrinone dan enoximone keduanva adalah pada pasien syok kardiogenik, dan hanya dibatasi sebagai
r594 Ii{RDIOI.OGI

terapi penyelamatan (rescue therapy) padapasien dengan (LVADs) mungkin dipertimbangkan apabila potensial
henti jantung (cardiac arest) (IIb C). kausa dari GJA adalah reversibel, dan dapat sebagai
jembatan (bridge) untuk tindakan selanjutnya. (misalnya
operasi).
Glikosida Jantung
Pada GJA glikosida jantung hanya menaikkan sedikit
kardiak output dan penurunan dari tekanan pengisian GJ Kanan
mungkin bermanfaat untuk menurunkan laju ventrikel pada Pembebanan cairan biasanya tidak efektif, ventilasi
keadaan rapid atrial fibrilasi (IIb C) mekanikal harus dihindari. Obat-obat inotropik diperlukan
apabila ada tanda-tanda hipoperfusi jaringan. Harus
dipikirkan adanya emboli paru atau infark akut ventrikel
kanan.
ALUR PENANGANAN GJA

Sesudah penilaian awal, semua pasien harus diberikan GJA pada SKA
terapi oksigen, dan NIV. Target terapi pada fase prehospital Semua pasien dengan SKA dan tanda-tanda GJ harus
atau ruang emergency adalah segera memperbaiki diperiksakan echocardiografi dan menilai fungsi sistolik
oksigenasi jaringan dan mengoptimalkan hemodinamik dan dan diastolic. Fungsi katup dan menyingkirkan gangguan
saat bersamaan segera memperbaiki simptom-simptom dan jantung lainnya atau komplikasi mekanis dari infarkjantung
memungkinkan untuk intervensi. Strategi terapi spesifik akut (IC).
harus berdasarkan ciri khas kondisi klinis yang terutama Pada penderita SKA dengan komplikasi GJA, reperfusi
seperti berikut ini. dini dapat memperbaiki program (ada guidelines tersendiri)
Apabila PCI atau bedah (CABG) belum tersedia boleh juga
dicoba dengan fibrinolitik pada pasien dengan STEMI.
GJK Dekompensasi
CABG secepatnya diindikasikan pada penderita dengan
Direkomendasikan pemberian vasodilator bersamaan
komplikasi mekanikal pada penderita infark jantung akut.
dengan loop diuretic. Pertimbangkan pemakaian dosis
Syok kardiogenik pada SKA harus dipasang IABP,
tinggi dari diuretic pada penerita yang sudah mendapat
corangiografi koroner, dan revaskularisasi primer (PCI)
diuretika lama sebelumnya dan penderita dengan disfungsi
harus dipertimbangkan secepat mungkin (I C).
ginjal. Obarobat inotropik dapat diberikan pada penderita
Pemakaian beta blocker dan ACE I/ARB pada
hipotensi, dan pasien dengan hipoperfusi.
dekompensasi akut gagal jantung kronik.
ACE I tidak diindikasikan untuk menstabilkan awal dari
Edema Paru GJA. Akan tetapi pasien dengan risiko tinggi pasien masuk
Morphine biasanya diindikasikan, terutama apabila sesak pada keadaan GJK, ACE VARB memegang peranan penting
disertai rasa nyeri dan ketakutan. Vasodilator dapat pada fase awal GJA pasien infark jantung akut, terutama
direkomendasikan asal tekanan darah normal atau tinggi bila dijumpai tanda-tanda gagal jantung atau bukti
dan diuretika apabila ada volume overload atau retensi air. gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri. Kedua obat ini dapat
Inotropik diperlukan apabila ada hipotensi dan tanda- mencegah remodeling, mengurangi morbiditas dan
tanda hipoperfusi organ. Intubasi atau ventilasi mekanik mortalitas. Belum ada kesepakatan kapan memulai obat-
meungkin diperlukan untuk memperoleh oksigensasi yang obat ACE il ARB pada penderita GJA. Pada umumnya
adekuat. disetujui pemberiannya sebelum pulang dari RS' Apabila
terjadi perburukan dari gagal jantung padapemberianACE
ilARB, obat ini harus diteruskan selama mungkin (I A).
GJ Hipertensif
Pada pasien gagal jantung dekompensasi akut, dosis
Direkomedasikan vasodilator dengan monitoring yang
beta blocker mungkin perlu diturunkan sementara, ala:u
ketat dan terapi diuretic dosis rendah pada penderita
dihentikan, walaupun umumnya pengobatan jangan
dengan volume overload, atau edema paru.
dihentikan sampai pasien secara klinis belum stabil dengan
tanda-tanda low out put. Pengobatan mungkin
Syok Kardiogenik bisadihentikan dulu apabila terdapat komplikasi
Pembebanan cairan apabila secara klinis diperlukan (250 bradikardia. AV Block derajat tinggi, bronchospasme atau
ml/ 10 menit) diikuti obat inotropik, apabila tekanan darah syok kardiogenik, atau pada kasus GJA berat dan respons
sistolik masih < 90 mmHg. Apabila dengan inotropik gagal tidak adekuat pada terapi initial. Pasien infarkjantung akut
menaikkan tekanan darah dan tanda hipoperfusi organ dengan tanda-tanda gagal jantung atau disfungsi ventrikel
masih menetap, norepineptrian boleh ditambahkan dengan kt/r,B Blockerharus dimulai sedini mungkin paling tidak
sangat hati-hati, Pompa intraaortic ballon (LABP) dan sebelum dipulangkan dari RS. Pasien yang dirawat dengan
intubasi harus dipertimbangkan. Alat bantu jantung GJA, B blocker harus diperlimbangkan apabila klinis sudah
GAGALJANTUNGAKUT 1595

stabil denganACE I atauARB dan dimulai sebelumpasien Peter JY Moran JL. Philips-Hughes J, Graham P.Bersten AD. Ef-
dipulangkan dari RS (IIaB). fects of non invasive positive pressure ventilation (NIPPV) on
mortality in patients with acute cardiogenic pulmonary oedema:
a meta-analylis. Lancet 2006;367 :1155-1163.
Lee G.DeMaria AN, Amsterdam EA, et al. Comparative effects of
REFERENSI morphine, meperidine and pentazocine on cardiocirculatory
dynamic in patients with acute myocardial lnfarction. Am J
The Criteria Committee of The New York Heart Association. Med 1976'.60:949-955.
Nomenclature and criteria for Diagnosis of Disease of the Heart Mebazaa A, Gheorghiade M, Pina IL, et al. Practical recommenda-
and Great Vessels. 9th ed. Little Brown & Co;1994. pp253-256. tions for prehospital and early in -hospital management of
Hunt SA, Abraham WT, Chin MH,et al. ACC/AHA 2005 Guideline patients presenting with acute heart failure syndromes. Crit
update for the diagnosis and management of chronic heart fail- Care Med.2008;36:S 129-39.
ure in the adult: a Task Force on Practice Guidelines. Circula- Costanzo MR, Johannes RS, Pine M, et al. The safety of intrave-
tion 2005;l 12: el54-e235. nous diuretics alone versus diuretics plus parenteral vasoactive
Kenneth Dickstein, Alain Cohen-Solal, Garasimos Filippatos, et al. therapies in hospitalized patients with acutely decompensated
The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and heart failure: a propensity score and instrumental variable analy-
Chronic Heart Failure 2008 of the European Society of Cardi- sis using the Acutely Decompensated Heart Failure National
ology. European Heart Journal (2008) 29,2388-2442. Registry (ADHERE) database. Am Heart J. 2007 154:267-'17.
Sharon Ann Hunt, Abraham WT., Marshall H.Chin, et al. 2009 Costanzo MR, Guglin ME, Saltzberg Ml et al. Ultrafiltration ver-
Focused Update Incorporated Into the ACC/AHA 2005 Guide-
sus intravenous diuretics for patients hospitalized for acute dec-
lines for the Diagnosis and Management of Heart Failure in ompensated heart failure. J Am Coll Cardiol. 2007;49:675-
Adults. (Full Text). Circulation. 2009; 119:.e391-e479). 83.
Nieminen MS, Bohm M, Cowie MR, et a1. Executive summary of Elkayam U, Bitar F, Ak}ter MW,et al. Intravenous nitroglycerin in
the guidelines on the diagnosis and treatment of acute heart the treatment of decompensated heart failure: potential ben-
failure: the Task Force on Acute Heart Failure of the European efits and limitations. J Cardiovasc Pharmacol Ther 2004;9:227-
Society of Cardiology. Eur Heart J 2005;26:384-416. 241
Fillipatos G, Zannad F. An introductionto acute heart failure syn- Sackner-Bernstein JD, Skopicki HA, Aaronson KD. Risk of worsen-
dromes: definition and classification. Heart Fail Rev 2OO7:12:87- ing renal function with nesiritide in patients with acutely dec-
90. ompensated heart failure. Circulation. 2005;lll:1487 -97.
Killip T 3'd, Kimball JT Trereatment of myocardial infarction in a Bayram M, De Luca L, Massie MB,Gheorghiade M. Reassessment
coronary care unit. A two year experience with 250 patients. of dobutamine, dopamine, and milrinone in the management of
Am J Cordiol 1961:20 457-464 acute heart failure syndromes. J Am Coll Cardiol 2005;96:47G-
Forrester JS. Diamond GA, Swan HJ. Correlative classification of s8G.
clinical and hemodynamic function after acute myocardial inf- Galley HF. Renal dose dopamine: will the message now get through?
arction. Am J.Cardiol 1977 ;39:13'7 -745 Lancet 2000;3 56:21 12-2113.
Maisel AS, Bhaila Y Braunwald E. Cardiac biomarkers: a conrempo- Felker GM, Benza RL, Chandler AB, et a1. Heart failure etiology and
rary status report. Nature Clin Pract.2006:3:24-34. response to milrinone in decompensated heart failure: results
Maisel AS, Krishnaswamy P, Nowak RM. et al. Rapid measurement from the OPIOME-CHF stldy J Am Coll Cardiol 2003;41:997-
of B-type natriuretic peptide in the emergency diagnosis of 1 003.
heart failure. N Engl J Med 2002.347:16I-161 .
Cuffe MS, Califf RM, Adams KF, et al. Short-term intravenous
Moe GW, Howlett J, Jantzzi JL, et al. N-terminal pro-B-type natri- milrinone for acute exacerbation of chronic heart failure: a
uretic peptide testing improves the management of patients randomized controlled trial. JAMA. 2002;287 : I 541 -7 .
with suspected acute heart failure: primary results of the Cana- Mebazaa A, Nieminen MS, Packer M, et al. Levosimendan vs
dian prospective random- ized multicenter IMPROVED-CHF dobutamine for patients with acute decompesated heart failure:
study Circulation. 2007; 1 15:3 103- 10 the SURVIVE Randomized Trial. JAMA 2007',297:1883-1891.
Bassand JP, Hamm CW. Ardissino D,et al. Guidelines for the diagno-
sis and treatment of non ST-segment elevation acute coronary
syndromes. Eur Heart J 200'1;28:1598-1660.
250
GAGAL JANTUNG KRONIK
AliGhanie

PENDAHULUAN Indonesia belum ada data yang pasti, sementara data


rumah sakit di Palembang menunjukkan hipeftensi sebagai
penyebab terbanyak, disusul penyakitjantung koroner dan
Definisi Gagal Jantung Kronik katup.
Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi, di mana
terdapat kegagalan jantung memompa darah yang sesuai
dengan kebutuhan jaringan. Suatu definisi objektif yang Pencetus
sederhana untuk menentukan batasan gagal jantung Sebagaimana diketahui keluhan dan gejala gagaljantung,
kronik hampir tidak mungkin dibuat karena tidak terdapat edema paru dan syok sering dicetuskan oleh adanya
nilai batas yang tegas pada disfungsi ventrikel. berbagai faktor pencetus. Hal ini penting diidentifikasi
Guna kepentingan praktis, gagal jantung kronik terutama yang bersifat reversibel karena prognosis akan
didefinisikan sebagai sindrom klinik yang komplek yang menjadi lebih baik.
disenai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik
dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda
objektif adanya disfungsi jantung dalarri keadaan istirahat. TATALAKSANA GAGAL JANTUNG KRONIK

Dalam 10-15 tahun terakhir terlihat berbagai perubahan


Epidemiologi dalam pengobatan gagal jantung. Pengobatan tidak saja
Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4Vo-2Vo dan
ditujukan dalam memperbaiki keluhan, tetapi juga
meningkat pada usia yang lebih lanjut, dengat rata-tata
diupayakan pencegahan agar tidak terjadi perubahan
umur 74 tahun. Ramalan dari gagal jantung akan jelek bila
disfungsi jantung yang asimtomatikmenjadi gagal jantung
dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Setengah
yang simtomatik. Selain dari pada itu upaya juga ditujukan
dari populasi pasien gagaljantung akan meninggal dalam
untuk menurunkan angka kesakitan dan diharapkan jangka
4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan
panjang terjadi penurunan angka kematian.
gagal jantung berat lebih dari 507o akan meninggal dalam
Oleh karena itu dalam pengobatan gagaljantung kronik
tahun pertama.
perlu dilakukan identifikasi objektifjangka pendek dan
jangka panjang
Dalam tulisan ini kami mengacu kepada petunjuk atau
ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS
guidelines dari European Society of Cardiology (ESC)
Penyebab dari gagaljantung antara lain disfungsi miokard, tahun 2001 dan 2OO5 serta American Heart Association
endokard, perikardium, pembuluh darah besar, aritmia, 2m1,
kelainan katup, dan gangguan irama. Di Eropa dan Amerika Tingkat rekomendasi (Class) dan tingkat kepercayaan
disfungsi miokard paling sering terjadi akibat penyakit (evidence) mengikuti format petunjuk atau guidelines dai
jantung koroner biasanya akibat infark miokard, yang ESC 2005, di mana untuk rekomendasi:
merupakan penyebab paling sering pada usia kurang dari Class I Adanya buktr,/kesepakatan umum bahwa tindakan
75 tahun, disusul hipertensi dan diabetes. Sedangkan di bermanfaat dan efektif

1596
GAGALJANTUNGKRONIK t597

Class II Bukti kontroversi Pemakaian Obat-obatan


ILa Adanya bukti bahwa tindakan cenderung . An g io t ens in- c onv e5tin g enzyme inhibit o rI peny ekat
bermanfaat enzim konversi angiotensin
II.b Manfaat dan efektivitas kurang terbukti . Diuretik
Class III Tindakan tidak bermanfaat bahkan berbahaya . Penyekat beta
sedangkan tingkat kepercayaan: . Antagonis reseptor aldesteron
A data berasal dari uji random multipel, atau metaanalisis . Antagonis reseptor angiotensin II
B data berasal dari satu uji random klinik . Glikosidajantung
C Konsensus, pendapat para pakar, uji klinik kecil, studi . Vasodilator agents (nitrat/hidralazin)
retrospektif a[au registrasi . Nesiritid, merupakan peptid natriuretik tipe B
. Obatinotropikpositif, dobutamin, milrinon,enoksimon
. Calcium sensitiz.er, levosimendan
Upaya Pencegahan . Antikoagulan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif
. Anti aritmia
primer terutama pada kelompok dengan risiko tinggi.
. Oksigen
. Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor
risiko jantung koroner
. Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah
Pengobatan infark jantung segera di triase, serta . Revaskularisasi (perkutan, bedah)
pencegahan infark ulangan .
. Operasi katup mitral
Pengobatan hipertensi yang agresif .
. Aneur-ismektomi
Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung . Kardiomioplasti
katup . ExternctL cardiac support
. Memerlukan pembahasan khusus .
. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu
Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi jantung biventrikular
penyebab yang mendasari, selain modulasi progresi dari
. Implantable ccLrdioverter defibrillators (ICD)
disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung. . Heart transplantation, venlricular assist devices,
artificial heart
. Ultrafiltrasi, hemodialisis.
PENANGANAN GAGAL JANTUNG KRON!K

Pendekatan terapi pada gagal jantung dalam hal ini Terapi Farmakologi
disfungsi sistolik dapat berupa: An g i o t e n s i n-c onv ertin g e na,\) n1.e inhib it o r s/pen y ekat
. Saran umum, tanpa obat-obatan enzim konversi angiotensin (Tabel ldan 2).
. Pemakaian obat-obatan . Dianjurkan sebagai obat lini peftama baik dengan atau
. Pemakaian alat. dan tindakan bedah tanpa keluhan dengan fraksi ejeksi 40-457o untuk
meningkatkan survival, memperbaiki simtom,
rnengurangi kekerapan rawat inap di rumah sakit (1, A)
Penatalaksanan Umum, Tanpa Obat-obatan . Harus diberikan sebagai terapi awal bila tidak ditemui
. Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan
retensi cairan. Bila disertai retensi cairan harus diberikan
bagaimana mengenal sefta upaya bila timbul keluhan,
bersama diuretik. (I, B)
dan dasar pengobatan . Harus segera diberikan bila ditemui tanda dan gejala
. Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi gagal jantung, segera sesudah infark jantung, untuk
aktivitas seksual. serta rehabilitasi
meningkatkan,s u rv iv al, menurunkan angka reinfark
. Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan
serta kekerapan rawat inap.

.
kebiasaan alkohol . Harus dititrasi sampai dosis yang dianggap bermanfaat
Monitor berat badan, hati-haLi dengan kenaikan berat
sesuai dengan bukti klinis, bukan berdasarkan
badan yang tiba-tiba
perbaikan gejala.
. Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas
. Hentikan kebiasaan merokok.
. Pada perjalananjauh dengan pesawat, ketinggian, udara Diuretik
panas dan humiditas memerlukan perhatian khusus Loop diuretic,tiazid, metolazon (Tabel 3)
. Konseling mengenai obat, baik efek samping, dan ' Penting untuk pengobatan simtomatik bila ditemukan
menghindari obat-obat tertentu seperti NSAID, beban cairan berlebihan, kongesti paru dan edema
antiaritmia klas I, verapamil, diltiazem, dihidropiridin efek perif'er.(I,A)
cepat, antidepresan trisiklik, steroid . Tidak ada bukti dalam memperbaiki survival, dan harus
1598 KARDIOIJOGI

Mortalitas Penelitian
Obat Target Dosis Harian Rerata
Dosis
Penelitian pada
Gagal jantung
kronik
ConsensusTrial Enalapril 20 mg b i.d 1B4mg
Study Group,
1978
Cohn et al. (V- Enalapril 10 mg b.i.d 150m9
HeFT 11,1991)
The SOLVD Enalapril 10 mg b.i.d 166m9
lnvestigators,
1 991
ATLAS Lisinopril tinggi:
Dosis 32.5 - 35 mg perhari
Dosis 25-5mgperhari
rendah:
Penelitian pasca lM dengan disfungsi LV dengan atau tanpa GJ
Pfeffer et al Captopril 50 mg t.i.d (tidak ada)
(SAVE, 1992)
AIRE Ramipril 5mgbid (tidak ada)
TRACE Trandolapril 4 mq dailv (tidak ada)
LV = Left Ventricular, Ml = Myocardial lnfarction; HF = Hearl failure

menurunkan mortalitas. (I.B)


" Sampai saat ini hanya beberapa penyekat beta yang
Dosis direkomendasi yaitu bisoprolol, karvedilol, metoprolol
Obat Dosis inisial
oemeliharaan suksinat, dan nebivolol (I,A) (Tabet 4)
Benazepril 2.5 mg 5 -'10 mg b.i d
Captopril 6.25 mg t i.d 25-50mgtid
Enalapril 2.5 mg perhari 10 mg b.i.d. Antagonist Reseptor Aldosteron (Tabel 5)
Lisinopril 2.5 mg perhari 5 - 20 mg perhari . Penambahan terhadap penyekat enzim konversi
Quinapril 2 5-5 mg perhari 5 -l0 mg perhari
angiotensin. penyekat beta, diuretik pada gagaljantung
Perindopril 2 mg perhari 4 mg perhari
Ramipril 1 25 - 2.5 mgperhari 2 5 - 5 mg b.i.d berat (NYHA III-N) dapat menurunkan morbiditas dan
Cilazapril 0.5 mg perhari 1-25mgperhari mortalitas (I, B)
Fosinopril '10 mg perhari 20 mg perhari
Trandolapril 1 mg perhari 4 mg perhari
. Sebagai tambahan terhadap obat penyekat enzim
* Manufacture's or regulatory recommendations konversi angiotensin dan penyekat beta pada gagal
jantung sesudah infark jantung, atau diabetes,
dikombinasi dengan penyekat enzim konversi menurunkan morbiditas dan morlalitas (I, B)
angiotensin atau penyekat beta.
Antagonis Penyekat Beseptor Angiotensin ll
p- Blocker (Obat Penyekat Beta) . Masih merupakan alternatif bila pasien tidak toleran
. Direkomendasi pada semua gagal jantung ringan, terhadap penyekat enzim konversi angiotensin
sedang, dan berat yang stabil baik karena iskemi atau . Penyekat angiotensin II sama efeketifdenganpenyekat
kardiomiopati non iskemi dalam pengobatan standar enzim konversi angiotensin pada gagaljantung kronik
seperli diureti atau penyekat etzim konversi angio- dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas (IIa, B)
tensin. Dengan syarat tidak ditemukan adanya kontra . Pada infark miokard akut dengan gagal jantung atau
indikasi terhadap penyekat beta. disfungsi ventrikel, penyekat angiotensin II sana efektif
. Terbukti menurunkan angka masuk rumah sakit, dengan penyekat enzim konversi angiotensin dalam
meningkatkan klasifikasi tungsi (I, A) menurunkan moflalitas (I, A)
. Pada disfungsi jantung sistolik sesudah suatu infark . Dapat dipertimbangkan penambahan penyekat angio-
miokard baik simtomatik atau asimtomatik, penambahan tensin II pada pemakaian penyekat enzim konversi
penyekat beta jangka panjang pada pemakaian angiotensin pada pasien yang simtomatik guna
penyekat enzim konversi angiotensin terbukti menurunkan mortalitas (IIa, B)
GAGALJANTUNGKRONIK 1599

Rekomendasi
Dosis lnisial Harian Maksimum Efek Samping Utama
(ms)
Loop diuretics
Furosemid 20-40 250 - 500 Hipokalemia, hipomagnesemia,
Bumetanid 0.5 - 1.0 5 - 10 hiponatremia
Torasemid 5-'10 100 - 200 Hiperurikemia, intoleransi glukosa
Gangguan asam basa
Tiazid
Hidroklorotiazid 25 50-75 Hipokalemia, hipomagnesaemia,
Metolazon 25 10 hiponatremia
lndapamid 25 25 H iperuricaemia, intoleransi
glukosa
Gangguan asam basa
Potassium-sparing
diuretic +ACEI -ACEI + ACEI - ACEI
Amilorid .F E
20 40 Hiperkalemia, rash
Triamteren 25 50 100 200 Hiperkalemia
Spironolacton 26 50 50 100-200 Hiperkalemia, ginaekomastia

First Taroet
Beta-blocker dose
lncrements
-r, Titration
(mq) (mg'day') OOSe
trno-o*-rt period

Bisoprolol I 25 2.5,3 75, 5, 10 Minggu-Bulan


75,10
Metoprolol 5 10,15,30, 150 Minggu-Bulan
suksinat CR 50, 75, '100

Carvedllol 12 5125 25,50, 100, 200 Minggu-Bulan


200
Nebivolol 3.125 6 25, 12 5, 50 Minggu-Bulan
25,50
Frekuensi pemberian harian sepefli pada penglihatan rujukan diatas

. Tidak mempunyai efek terhadap mortalitas, tetapi dapat


1 Pertimbangkan apabila gagal jantung berat (NYHA lll - lV) menurunkan angka kekerapan rawat inap. (IIa, A)
meskipun telah menggunakan penyekat enzym konversi
ang iotensin/d iuretik
2 Periksa potasium serum (<5 O mmol l1) dankreatini (<250 Vasodilator
pmol.l-1) . Tidak ada peran spesifik vasodilator direk pada gagal
3 Tambahkan 25 mg spironolacton per hari jantung kronik (III, A)
4. Periksa serum potassium dan kreatinin setelah 4 - 6 days
5. Jika serum potassium > 5- 5.5 < mmol.l-1, kurangi dosis
sampai,50%. dan hentikan bila serum potassium > 5 5
mmol.l ', Hidralazin-isosorbid Dinitrat'
6 Jika setelah 1 bulan keluhan menetap tanpa kenaikan serum . Dapat dipakai sebagai tambahan, pada keadaan di
potasium, naikkan dosis sampai 50 mg perhari Ulangi
pemeriksaan serum potassium/kreatinin sesudah 1 minggu
mana pasien tidak toleran terhadap penyekat enzim
konversi angiotensin atau penyekat angiotensin II
(I,B). Dosis besar hidralazin (300 mg) dengan
Glikosida Jantung (Digitalis) kombinasi isosorbid dinitrat 160 mg tanpa penyekat
. Merupakan indikasi pada fibrilasi atrium pada berbagai enzim konversi angiotensin dikatakan dapat
derajat gagal jantung, terlepas apakah gagal jantung menurunkan morlalitas. Pada kelompok pasien Afrika-
bukan atau sebagai penyebab.(I,B) Amerikapemakaian kombinasi isosorbid dinitrat 20 mg
. Kombinasi digoksin dan penyekat beta lebih superior kali sehari dapat
dan hidralazin 37.5 mg, tiga
dibandingkan bila dipakai sendiri-sendiri tanpa menurunkan morbiditas dan mortalitas dan
kombinasi. memperbaiki kualitas hidup.
1600 KARDIOI.OGI

ventrikel, dan vasodilatasi berlebihan dapat


menimbulkan hipotensi
Obat Dosis (ms)
Levosimendan, merupakan sensitisasi kalsium yang
Terbukti menurunkan moftalitas
dan morbiditas
baru, mempunyai efek vasodilatasi namun tidak sepefii
Candesartan 4 -32 penyekat fosfodiesterase, tidak menimbulkan hipotensi.
Valsartan 80 - 320 Uji klinis menunjukkan efek yang lebih baik
Lain - lain dibandingkan dobutamin.
Eprosartan 400 - 800
Losartan 50 - 100
I rbesartan 150-300
Telmisartan 40-80 AntiTrombotik
. Pada gagal jantungkronik yang diseftai fibrilasi atrium.
riwayat fenomena tromboemboli, bukti adanya trombus
yang mobil, pemakaian antikoagulan sangat dianjurkan
Nitrat (I,A)
. Sebagai tambahan bila ada keluhan angina atau sesak . Pada gagal jantung kronik dengan penyakit jantung
(IIa, C), jangka panjang tidak terbukti memperbaiki koroner, dianjurkan pemakaian antiplatelet. (IIa, B)
simtom gagal jantung. Dengan pemakaian dosis yang . Aspirin harus dihindari pada perawatan rumah sakit
sering, dapat terjadi toleran (takipilaksis), oleh karena berulang dengan gagal jantung yang memburuk.
itu dianjurkan interval 8 atau 12 jam, atau kombinasi
dengan penyekat enzim konversi angiotensin
Anti Aritmia
. Pemakaian selain penyekat beta tidak dianjurkan pada
Obat Penyekat Kalsium gagal jantung kronik, kecuali pada atrial fibrilasi dan
. Pada gagal jantung sistolik penyekat kalsium tidak ventrikel takikardi
direkomendasi, dan dikontraindikasikan pemakaiaan . Obat aritmia klas I tidak dianjurkan
kombinasi dengan penyekat beta (III, C) . Obat anti aritmia klas II (penyekat beta) terbukti
. Felodipin dan amlodipin tidak memberikan efek yang menurunkan kejadian mati mendadak (I,A) dapat
lebih baik untuk sarvival bila digabung dengan obat dipergunakan sendiri atau kombinasi dengan amiodaron
penyekat enzim konversi angiotensin dan diuretik. (IIa, C)
(III,A) Data jangka panjang menunjukkan efek netral . Anti aritmia klas III, amiodaron efektif untuk
terhadap survival, dapat dipertimbangkan sebagai supraventrikel dan ventrikel aritmia (I,A) amiodaron
tambahan obat hipertensi bila kontrol tekanan darah rutin pada gagal jantung tidak dianjurkan.
sulit dengan pemakaian nitrat atau penyekat beta.
Suatu data survei di Eropa menunjukkan bahwa
pemakaian obat-obat pada gagal jantung kronik masih belum
Nesiritid maksimal, demikran jugayang te!adi dalampraktek sehari-
Merupakan klas obat vasodilator baru, merupakan hari di Indonesia. Sebagai acuan praktis dari ESC guidelnes
rekombinan otak manusia yang dikenal sebagai natriuretik 2005, strategi pemilihan kombinasi obat pada berbagai
peptida tipe B. Obat ini identik dengan hormon endogen keadaan gagaljantung secara sistematis dapat dilihat pada
dari ventrikel, yang mempunyai efek dilatasi arteri, vena Tabel 7 dan 8.
dan koroner, dan menurunkan pre dan afterload,
meningkatkan curah jantung tanpa efek inotropik.
Sejauh ini belum banyak data klinis yang menyokong RINGKASAN
pemakaian obat ini.
Telah dibahas suatu tatalaksana gagaljantung terkini yang
lnotropik Positif mengacu pada ESC guidelines, di mana terlihat bahwa
. Pemakaian jangka panjang dan berulang tidak penanganan pasien gagal jantung kronik mengalami
dianjurkan karena meningkatkan mortalitas (III, A) perkembangan yang signifikan.
. Pemakaian intravena pada kasus berat sering Tatalaksana gagal jantung kronik harus disesuaikan
digunakan, namun tidak ada bukti manfaat, justru bagi setiap individu dan daerah, karena perbedaan sosial
komplikasi lebih sering muncul. (II b, C) ekonomi, sarana dan modalitas kesehatan yang berbeda.
. Penyekat fosfodiesterase, seperti milrinon, enoksimon Terlihat perlunya pelayanan holistik terpadu mulai dari
efektif bila digabung dengan penyekat beta, dan pusat pelayanan primer, dokter umum di daerah, dokter
mempunyai efek vasodilatasi perifer dan koroner. spesialis di pusat-pusat pelayanan sekunder dan pusat
Namun diserlai juga dengan efek takiaritmia atrial dan rujukan.
GAGALJANTUNGKRONIK 1601

ACE. Angiotensin Diuret k Penyekat Antagonis Glikosida


lnhibitor Receptor Beta Aldosteron Jantung
Blocker
Disfungsi LV lndikasi lf ACE intolerant Not indicated Pasca lnfark lnfark baru Dengan fibrilasi
asimtomatik atrial
dysfunction
GJ simtomatik lndikasi lndikasi dengan lndicated if lndikasi lnfark baru a.when atrial
(NYHA [) atau tanpa ACE- fluid retention fibrillation
inhibitor b when
improved from
more severe
HF in sinus
rhythm
GJ memburuk lndikasi lndikasi dengan lndicated, lndikasi lndikasi lndikasi
(NYHA ilr-rv) atau tanpa ACE combination (di bawah
inhibitor of diuretics pengawasan
spesialis)
GJ tahap akhir indikasi lndikasi dengan lndicated, lndikasi lndikasi lndikasi
(NYHA rV) atau tanpa combination (di bawah
ACE-inhibitor of diuretics pengawasan
spesialis)

Untuk survival/morbiditas Untuk gejala


Lanjutkan ACE inhibitor / ARB jika
NYHA I intoleran ACE inhibitor, lanjuikan
antagonis aldosteron jika pasca-Ml Pengurangan /
Tambah penyekat beta jika pasca
hentikan diuretik
Ml.

NYHA II Ace inhibitor sebagai terapi lini +/- diuretik


pertama ARB jika intoleran ACE tergantung pada
inhibitor tambah penyekat beta retensi cairan
dan antagonis aldosteron jika pasca
MI

NYHA lll ACE inhibitor + ARB atau ARB + diuretik + digitalis


Jika intoleran ACE sendiri jika masih simtomatik
Penyekat beta
Tambah aldosteron
Antagonis

NYHA lV Lanjutkan ACE inhibitor / ARB + diuretik + digitalis +


Penyekat beta consider
Antagonis aldosteron suport inotropis
sementara

REFERENSI Remme, W.J., Swedberg, K. Guidelines for the diagnosis and


treatment of chronic heart failure : Task force for the diagnosis
Chodilawati,R., Ghanie,A. Pola etiologi gagal jantung di RSMH and treatment of chronic heart failure. Euro Heart J.

Palembang. Kopapdi Menado 2003. 2001;22:152'7 -55


Francis, GS, Gassler, JP, Sonnenblick, EH. Pathophysiology and Swedberg, K, Chairperson. Guidelines for the diagnosis and
diagnosis of heart failure. ln The Heart. Fuster V, Alexander. treatment of chronic heart failure: full text (update 2005). The
RW., O'Rourke, AR. l0m edition. Volume 1. Mc. Graw Hill European Society of Cardiology 2005.
p.655.
Gibbsons, RJ., Antman, EA., Alpert, J.S., et al. Guidelines for the
evaluation and management of chronic heart failure in the adult
ACC/AHA Practice guidelines-Full text. American College of
Cardiology and the American Heart Association, Inc. 2001
261
MEI(ANISME DAN KLASIFIKASI ARITMIA
A. Muin Rahman

PENDAHULUAN repolarisasi fase 1, 2 dan3, akan masuk ke fase 4 yar,g


secara spontan perlahan-periahan akan mengalami
Bila yang dimaksud dengan irama jantung normal adalah depolarisasi, dan apabila telah meliwati ambang batasnya
irarna yang berasal dari nodus SA, yang datang secara akan timbullah impuls. Impuls ini kemudian akan
teratur dengan frekuensi antara 60-l 00 /menit, cian dengan merangsang sel-sel sekitarnya, selanjutnya disebarkan
harltaran tak mengalami hambatan pada tingkat manapun, keseluruh jantung sehingga menghasilkan denyut jantung
maka irama jantung lainnya dapat dikatakan sebagai aritnia. spontan.
Jadi yang dapat didefinisikan sebagai aritmia adalah: Kelompok-kelompok sel yang mempunyai automtisitas'
. Irama yang berasal bukan dari nodus SA. misalnya terdapat pada nodus SA , kelompok sel-sel yang
. Irama yang tidak teratur. sekalipun ia berasal dari no- terdapat di atrium dan ventrikel, AY jtutction, sepanjang
dus SA. rnisalnya sinus alitmia. berkas (bundle) Ilis dan lain-lain. Pada keadaan normal
. Frekuensi kurang dtri 60x/menit (sinus bradikardia) atau yang paling dominan adalah yang berada di nodus SA'
lebih dari l0Ox/menit (sinus takikardia). Bila ia mengalami depresi dan tak tak dapat mengeluarkan
. Terdapatnya harnbatan impuls supra atau intra impuls pada waktunya, maka fokus yang berada di tempat
ventr:ikuiar. Iajn akan mengambil alih pembentukan impuls sehingga
terjadilah irama jantung yang baru yang kita katakan
Jeiaslah bahlva untuk membaca irama jantung.
sebagai aritmia. Kadang-kadang fokus lainnya secara aktif
disamping fiekuensi dan leratur atau tidaknya, harus dilihat
mengambil alih dominasi nodus SA dan menentukan irama
juga tempat asal (fokus) irama tersebut. Nodus SA
jantung tersebut, dengan frekuensi yang lebih cepat,
merupakan fokus irama jantung yang paling dominan,
misalnya pada ventrikular atau supraventrikular takikardia.
sehingga pada umumnya irama jantung adalah irama si-
Selain dari itu, sudah diutarakan di atas, bahwa kecepatan
nus. Bila nodus SA tidak dapat lagi mendominasi fokus
perjalanan impuls menuju keseluruh jantung juga dapat
lainnya, maka irama jantung akan ditentukan oleh fokus
menimbulkan aritrnia.
lainnya itLr. Fokus irama jantring ini menjadi dasar deu'i
klasitikasi aritrnia. Maka dapat disimpulkan bahwa aritmia bisa timbul melalui
Kiasitikasi aritmia masih bisa ditentukan pula oleh mekanisme berikut:

kecepatan hantaran impuls melalui berkas penghantar


.. Pengaruh persarafan autonom (simpatis dan para
seperti berkas ffis dan percabangannya (Bundle Branch'y" simpatis) yang mempengaruhi HR.
vang bisa mendapatber-bagai bentuk hambatan dari parsial
. Nodus SA mengalami depresi sehingga fokus irama
jantung diambil alih yg lain.
sampai total (kompiit).
. Fokus yang lain lebih aktif dari nodus SA dan
mengontrol irama j antung.
M E KANISIVI E TEB-!ADINYA ARITM IA
. Nodus SA membentuk impuls, akan tetapi tidak dapat
keluar (Sinus arrest) atau mengalami hambatan dalam
Dalam jantung terdapat sel-sel yang mempunyai perjalanannya keluar nodus SA (SA block).
automatisitas, artinya dapat dengan sendirinya secara . Terjadi hambatan perjalanan impuls sesudah keluar
teratur melepaskan rangsang (impuls). Sel-sel ini setelah nodus SA, misalnya di daerah atrium, berkas llls,

1602
MEI(ANISME DAN KI.ASIFIKASI AR"ITMIIA 1603

ventiikel dan lain-lain. Harnbatan yang terjadi dapat Lrni/ ETIOLOGIABITMIA


bi direksional atau dapat pula parsial s/d komplit.
sehingga teljadi blok dari derajat t, derajat 2 tipe 1 Sepefti telah dr.lelaskan di atas, Aritmia dapat terjadi karena
komplit. Namun dapat pula menjadi
atau 2, derajat 3 atau hal-hal yang mempengaruhi kelompok sel-sel yang
dasar terjadinya aritmia lain. terutama takiaritmia, yaitu mempunyai automati sitas dan sistem penghantarnya:
melalui mekanisrne reentr)-. Fokus lain ciapat . Persarafan autonom dan obat-obatan yang
mendominasi nodus SA dan mengambil alih irama lnempengaruhinya.
jantung selain karena nodus SA tertekan, juga dapat . Lingkungan sekitamya seperti beratnya iskemia, pH dan
karena fokus tainnya itu lebih aktif dengan frekuensi berbagai elektroli t dalam serum, obat-obatan.
1,ang lebih tinggi. Terjadinya peningkatan frekuensi
. Kelainan janttrng seperti fibrotis dan sikatriks, inflamasi,
fokus iainnya dapat timbul dengan berbagai cara: metabolit-metabolit dan jaringan-j aringan abnormal/
- Pengaruh persarafan yang menekan nodus SA degeneratif dalam jmtung seperti amiloidosis, kalsifikasi
seperti telah dijelaskan di aias atau mengaktifkzrn dan lain-lain.
kelompok-kelornpok sel automatisitas di dalam/di . Rangsangan dari luar jantung seperli pace maker.
luar noclus SA.. Berbagai etiologi ini dapat saling memberatkan. afiinya
- Timbulnya reentry takikardia di salah satu tempat bila telah ada hipertrofi otot jantung misalnya, kemudian
penghantar baik supra atau ventrikular karena timbul pula iskemia dan gangguan balans elektrolit maka
tirnbulnya hanrbatan parsial ataupun komplit, uni aritmia akan lebih mudah timbul, sedangkan
atau bi direksional. maupun hambatan masuknya mengon[rolnyapun lebih sulit pula.
imptrls (entrance bbck) setempat. Karena itu sebaiknya sudah ada data struktur jantung pasien
- Selain reentn' tachlcardia danberbagai derajat blok waktu ia dirawat, sehingga sudah dapat diantisipasi atau bahkan
AV seperli telah disebutkan pada 2 di atas, hambatan sudah dapat mulai diberikan pencegahan timbulnya aritmia.
yang timbul pada penghantar dapat menjadi dasar
terjadinya berbagai aritmia, seperti bunclle branch
b/ock (BBB), rote dependent BBts/uberront KLASIFIKASI ABITMIA
concluctitlt, e.\tro slstol e boik sin gle, t'tntteqtrtive
hiirg-:a Solvo/rutt, bahkan parosismal takikardia. Dari mekanisme terjadinya iramajantung dan aritmia maka
parasistol.. fisiott becrr. dan lain-lain dapatlah kita buat klasifikasi irama jantung sebagai berikut:
. Irama berasal dari nodus SA.
- Irama sinus normal, yaitu irama jantung normal pada
Gb Unidirectional bJock pd ACB, tapi tidak pada ADB. umufimya.
Impuls dari Ake B melalui D, kemudian darj B diterus-
kan ke distal, lapi ada yang kembali ke BCA ( block - Sinus aritmia, baik yang disebabkan pernapasan
p hanya rah ACB ), yang diteruskm lagi ke ADB dst, (" re sp iratory") ataupun tidak.
berputar terus, sehilgga timbuI takikardia melalui B,
sarnpai ada impuls dari A yang dapat memadanlkannya
- Sinus takikardia, peningkatan aktivitas node SA 1 00
atau unidireksional block pulih kembali kali/menit atau lebih.
. AritmiaAtrial.
G ambar blok parsial dari A ke B sehingga impuls dari A
ke B me ngalami perlambatan tiba di B (AVB derajat 1),
- Fibrilasi atrial (AFi) dengan respons ventrikel cepat,
sedangkan impuls berikrtnya dari A dapat mengalami normal atau lambat.
hambatan yang lebih lama (inter"val PR lebih panjang),
dan akhimya impuls berikutnya dari A mengalami
- Fluteratrial (AFi).
hambatan total (AVB 2 tipe 1) - Atrial takikardia, biasanya paroksismal (PNI, Par-
Bila impuls dari A mengalami hambatan total timbullah oxysmal Atrial Tachltcardia). Ada juga yang
AVB3.
Dapat pula impuls 1 dan 2 dari A tak mengalami disertai dengan blok hantarannya, dan disebut
hambatan, tapi impuls berikutnya mengalami hambatan sebagai PAI dengan blok (PAT dengan blok).
total (AVB 2 tipe 2) Sebetulnya impu ls 1 dan 2 telah
mengalami hambatan yang baru terlihat pada impuls -. Ekstrasistol atrial yaitu bila denyut dari Atrial
berikutnya (co ncea ed b lock)
I
tersebut hanya datang satu per-satu, mungkin dari
Bila impuls di A datang dengan frekuensi lebih cepat,
maka ia tiba di B, Ialu mengalami hambatan parsial satu fokus (unifokal) atau lebih (multi fbkal).
dengan mmifestasi QRS yg lebih lebar (aberantia). . AritmiaAVJungsional.
BiLa impuls dari atas A (SV) dan dari sanrping A
Ada yang timbul pasif', yaitu karena nodus SA kurang
(ventrikel) masuk ke A pada saat yang hampir bersamaan aktif sehingga diambil alih:
maka QRS yang dikeluarkan A bentuknya merupakan
gabungan kedua impuls trsebut (fusion).
- Irama AV Jungsional, biasanya bradikardia; bisa
Bila kedua impuls tsb tak dapat masuk ke A (entrance tinggi, sedang atau rendah.
block), sedangkan A mampu mengeluarkan impuls
sendiri tiap2 1000 ms misalnya, maka impuls ini ekan
- AV Jungsional takikardia non paroksismal, yaitu
tetap keluar tanpa dipengaruhi impuls lain (parasistol). irama ad 1 dg HR yang cepat (70-130/menit). Tapi
ada pula yang secara aktif mendominasi nodus SA
Gambar 1. dan tbkus-fokus lainny a:
1604 KARDIOLOGI

- AV Jungsional ekstrasistol (uni-rnLrlti focal). atau atriai atau ventrikuiar, tergantung kondisi dan
- AV Jungsional takikardia paroksismal. seperli PAT. faktor etiologi yangada. Tidakjarang kita mengalarni
Seringkaii sukar membedakan antara irama yang kesukaran dalam mengenali irama ventrikuiar atau
berasal dari Atrial atau AV Jungsional, sehingga suprav entrikr.rlar 1'ang um umn)/a terapinya sangat
disebut saja sebagai irama supra r,entiknlar, karena berbeda. Kunci dari pembedaan ini adalah
memang keduanya berasal dari atas ventrikel dan menemukan ada tidaknya gelornbang P dan
penatalaksanaannyapun tak jauh berbeda" Tetapi menentukan posisinya/hubungannya terhadap
AFI dan AFi tidak mungkin dari AV Jungsional, QRS. Irama ventrikular tidak didahului P atau tak
sebagaimana irama AV Junctional pasif (non ada hubungan antara P dan QRS.
paroksi smal) dapat dikenali bukan Atrial.
" Aritmia Supra Ventrikular (SV) lainnya,
- Aritmia SV rnultifokallwandering pace maker. REFERENSI
- Muhilbkal SVtakikardia.
Damato AN, Lau SH, Heltanr R. et aJ. A study of heart block in rran
- Multifol<al Sr/ hkikardia dengan blok. using Hrs bundle recordings. Circulation 1969t39:197 305,
- SV ekstrasistol "non condttctect'. Goldrever BN, Damato AN. The essenrial role of aLrioventricular
. Aritmia Ventrikuiar. conduction deiay in the initiation oi paro.rysmaJ supraverl-
- Irama Idio Ventrikular, biasanya non paroksismal, tricular tachycardia. Circulation. l97l;43:679-87
dan idio ventrikuiar takikardia/non paroksismal Horowitz LN, Josephson NJE, Farshidi A, et al. Recuffent sustained
ventrikular takikardia (non PVT). ventricular tachycarclia, 3: role ol the electrophysiologic study
- Paroksismal ventrikular takikardia (PVT). in seleciion ol antiarrhythmic regimens. Circulation
978:5 8:985--97.
- Fluter ventrikular (VFl) serta Fibriiasi ventrikular I
Lie KL,Wellens HJJ, Schuilenburg RM BLrndJe branch block and
0/Ft). aclLte mvocardial infarction. ln: \\re lens HJJ. Lie KI. Janse
- Parasistolventrikular. \lD.editors. The Conduction Slsrem ol rhe Hearr: Srrucrure.
. Gangguan hantaran pada sekitar berkas His dan Functionand Clinical lmplications Philadelphia (PA): Lea &
percabangannya (Bundle Bronch). Febiger,1976:662-72.
- Blok (AVB) derajat 1 ,2 (ripe I Wenkebach serta
josephson NtE, Horowitz LN, Farshidi A, et al. Recurrent sustained

tipe2) dan 3 (total). ventriculartachycard ia. I : rrechanisms.Circulati on I 97815 7 :.13 I -


,10.
- Bundle Branch Block (BBB), mungkin kanan
Lie KL.Wellens }l.lJ, Schuilenburg RM Bundle blanch block and
(R.BBB) atau kiri (LBBB), bisa piLrsial (incomplete)
acute rryocardial infarction. In: We]lens HJJ, Lie K[. Janse
atau total (complete) dan bisa juga tergantung pada NlD.editors The Conduction Sysrem ol the Hcart: StrLrcture,
HR sehingga disebut sebagai "rctte clependent Functionand Clinical Implications Philadelphia (PA): Lca &
Bundle Branclt Block". Febrger.1916:662-12
Daiam suatu rekaman dari seorang pasien bisa Nlandel \\r. Hayakaua H, Danzig R. et al Evaluation of sino-atrial
node function in man by overdrive suppression. Circularion
diternukan irama jantung sinus dengan ekstrasistol
1971 ::14:59 66.
ventrikel (VES) atau S\/ES unifokal atau multifokal,
Narula OS, Scherlag BJ, Samet P, eL al. Atrioventricular block: local-
multi fokal SVES ciengan aberantia, atau irama ization and classification by His bundle recordings. Am J Med.
j antung yang berganti-ganti ke aritmia AV j ungsi onal i 97 I ;50: I 46 65.
252
GAI{GGUAN IRAMA JANTUNG YANG SPESIFIK
Hanafi B. Trisnohadi

PENDAHULUAN Blok Sinoatrial


Blok sinoatrial ialah keadaan di mana pembentukan impuls
Gangguan irama jantung (disritmia atau aritmia) tidak hanya di nodus sinus masih normal tapi impuls dari nodus sinus
terbatas pada denyut jantung yang tidak teratur, tetapi tidak dapat mencapai atrium secara lengkap sehingga pada
juga termasuk kecepatan denyut jantung yang abnormal gelombang P pada EKG tidak muncul pada waktunya dan
dan gangguan konduksi. jarak interval P-P menjadi dua kali jarak interval PP yang
normal.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh stimulasi vagus
GANGGUAN PADA NODUS SINUS yang berlebihan, miokarditis, penyakit jantung koroner,
terutama infark jantung bagian inferior, keracunan
digitalis atau obat anti aritmia yang lain. Blok sinoatrial
Sinus Bradikardia dapat menimbulkan serangan sinkop pada pasien.
Sinus bradikardia ialah irama sinus yang kurang dari 60
Pengobatan ditujukan pada penyakit dasarnya disertai
kali per menit. (Gambar 1) Hal ini sering diketemukan pada
pemberian sulfas atropin, atau perangsang beta adrenergik,
olahragawan yang terlatih. Pada pasien usia lanjut
seperti efedrin, isoproterenol, alupen. Pasien yang resisten
bradikardia sinus dapat disebabkan oleh gangguan faal
terhadap pengobatan perlu dilakukan pemasangan pacu
nodus sinus. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan
Jantung
karena miksedema (hipotiroidisme), hipotermra, vagotonia
dan tekanan intrakranial yang meninggi. Umumnya
bradikardia sinus tidak perlu diobati bila tidak ada keluhan. Sinus Aritmia
Tetapi bila denyut kurang dari 40 kali per menit dan pasien Sinus aritmia ialah kelainan irama jantung di mana irama
merasa gelap (black out), mendapat serangan sinkop, sinus menjadi lebih cepat pada waktu inspirasi dan menjadi
lelah, hipotensi karena curah jantung yang sangat lebih lambat pada waktu ekspirasi. Keadaan ini menjadi
menurun, maka sebaiknya diobati dengan sulfas atropin, lebih nyata ketika pasien disuruh menarik napas dalam.
yang dapat diberikan secara intravena. Bila tidak berhasil Aritmia ini hilang kalau timbul takikardia pada pasien karena
dengan terapi medikamentosa, kadang-kadang perlu melakukan kegiatan olahraga atau pasien menderita
pemasangan pacu Jantung. demam. Keadaan ini dapat ditemukan pada individu sehat
dan tidak membutuhkan pengobatan.

Sinus Takikardia
Sinus takikardia ialah irama sinus yang lebih cepat dari
100 kali per menit (Gambar 2)
Keadaan ini biasa ditemukan pada bayi dan anak kecil
Gambar 1, EKG menunjukkan bradikardia sinus di mana tampak
gelombang P normal dan tiap gelombang P diikuti kompleks QRS dan takikardia sinus juga sering ditemukan pada beberapa
yang normal, interval PB juga normal ( 0 16 detik ) tapi frekuensi keadaan stres fisiologis maupun patologis sepefti kegiatan
gelombang P sangat lambat hanya 38 kali per menit fi sik (ol ahraga), demam, hipertiroidi sme. anemia, infek si,

160
1606 KARDIOLOGI

sepsis, hipovolemia, penyakit paru kronik. Obat-obatan pada bola mata (ey'e ball pres;ure) atau rrassage sinus
seperti atropin, katekolamin, kafein. hormon tiroid dapat karoLikus. Bila tak berhasil dapat diberikan veraparril secara
menimbulkan takikardia sinus. Takikardia sinus dapat juga intravena. Obat lain yang dapat dipakai adenosin, diltiazenr.
disebabkan karena gagal jantung. Terapi ditujukan pada digitalis dan penyekat beta secara intravena. Bila obat-
kelainan dasarnya. Pemberian digitalis hanya pada gagal obatan tidak berhasil menghentikan takikardia perlu
jantung. Pada hipertiroidisme kadang-kadang perl u dipertimbangkan tindakau defibrilasi dengan DC (direct
diberikan penghambat beta. current) cototer sh.ock.

KELAINAN IRAMA JANTUNG YANG BERASAL


DARIATRIUM

Ekstrasistol Atrial
Eks trasis tolatrial di sebut J\ga p re nrutur e tt I r i a I b e at s. Hal
Post isoptin. 5 mg i.v
ini terjadi karena adanya impuls yang berasal dtu'i atrium
yang timbul secara prematur. Keadaan ini biasanya tidak
mempunyai arti klinis yang penting, tetapi kadang-kadang
dapat menjadi pencetus timbulnya takikardia
supraventrikular dan fibrilasi atrial. Pemeriksaan EKG
menunjukkan adanya gelornbang P yang timbui prematur
diikuti komplek QRS yang rrormal. Ekstrasistol atrial tidak
membutuhkan pengobatan (Gambar 2).
Gambar 3 Gambar di atas menunjukkan takikardia supraventrikular
paroksismal, dengan kecepatan 160 kali per menit dan kompleks
QRS tidak melebar, Gambar di bawahnya menunjukkan irama
sinus sielah diberi obat isoptin secara intravena.

Fibrilasi Atrial
Pada atri al terj adi eksi tasi dan recoverv yang sangat
fibrilasi
tidaLkteratur dari atrium. Oleh karena itu impuls listrik -vang
Gambar 2. EKG menunjukkan takikardia sinus dengan kecepatan timbul dari atrium juga san-sat cepat dan sat.na sekali tidak
104 kali per menit, tampak adanya ekstrasistol atrial (SVES= tel'atur. Pada perreliksaan EKG akan tampak adanya
su praventricu lar extrasystole alau pre matu re atri al beat)
gelonrbang fiblilasi (.fibrillution w'nue) yang berupa
-uelombang
yang sangat tidak teratur dan sangat cepat
dengan frekuensi deri 300 sampai 500 kali per menit. Bentuk
Takikardia Atrial Paroksisrnal gelombang fibnlasi dapat kasar (coarse atriol fibrillation)
Takikardia atrial paroksismal disebut juga takikardia
(gambar 5) dengan amplitude lebih I mm, atar-r halus ffine
supraventrikular paroksismal. Takikardia atrial paroksismal ial ah
suatu takikardia yang berasal dari atrium atau nodus AV, Biasanya atricLl .fibriLlarion) sehingga gelombangnya tidak begitu
karena adanya re-entrybaik di atrium atau nodus AV nyata. (girmbar4). Biasanya hanytr sebagian kecil dari impuls
Pasien dengan takikardia atrial merasajantung berdebar tersebut yang sampai di ventr-ikel karena diharnbat oleh
cepat sekali, dapat disefiai keringat dingin dan pasien akan nodus AV untuk melindungi ventrikel, strpaya denyut
merasa lemah. Kadang-kadang timbul sesak napas dan ventrikel tidak terialu cepat, sehingga akan menimbulkan
hipotensi. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner denl,ut ventrikel antara 80- 150 per menit. (Gambar 4 dan 5 )
bila mendapat serangan takikardia akan timbul serangan Pada pemeriksaan klinis ditemukan irama jantung yang
anglna. sama sekaii tidak teratur dengan bunyi jantLrng yang
Pada pemeriksaan EKC akan terlihat gambaran seperti intensitasnya tidak sama. Seringkali didapatkan adanya
ekstrasistol atrial yang berturut-turut lebih dari enam. Pada defisit putsus. Diagr.rosis dapat dengan mudah dilakukan
EKG kadang-kadang sukar dibedakan antara takikardia dengan pemeri ksaan EKG.
atrial dan takikardia ventrikel felxtama bila gelombang P Fibrilasi atriai dapat berlangsung sebentar
tidak jelas dan ada aberansi kompleks QRS. Takikardia atrial (paroksisrnal) atau menetap. Fibrilasi atrial dapat
dapat berlangsung sebentar atau menetap sampai beberapa disebabkan karena penyakit katup miiral, seperti stenosis
hari. mitral atau insufisiensi mitral, penyakit jantung iskenria,
Pen atalaksanaan takikardia atrial paroksi sm al haru s infark miokard akut, tirotoksikosis, dan infeksi akut pada
dilakukan segera, yaitu dengan memberikan penekanan jantung.
GAI{GGUAN IRAMA JANTUNG YANG SPESIFIK t6a7

ap e rhy thnt), maka nodu s atri oventri kuiari s bertin clak


es c

sebagai pusat ektopik yang memacu jcnlung dan pada


gambaran EKG tampak irama jantung dengan gelombang
P berasal dari nodus AV diikuti kompleks QRS biasa dengan
Gambar 4. EKG menunjukkan fibrilasi atrial yang halus, di mana
tampak gelombang fibrilasi yang cepat dan sama sekali tidak kecepatan 50-60 per rnenit. Keadaan ini dapat teriadi karena
teratur, kompleks QRS juga tidak teratur. iskemia jantung atau intoksikasi digitalis. Kelainan ini
belum tentu memerlukan pengobatan khusus, kecuaJi bila
frekuensi jantung menjadi sangat lambat, kurang dari 40
kali per menit atau menimbulkan gangguan hemodinamik.
maka perlu terapi dengan atropin sulfat secara intravena.
kadang-kadang perlu pemasangan pacu jantung
Gambar 5. EKG menunjukkan fibrilasi atrial yang kasar, dengan
sementara.
gelombang fibrilasi lebih dari 1 mm, juga cepat dan tidak teratur
dengan kecepatan lebih dari 300 per menit, diikuti kompleks QRS
juga tidak teratur dengan kecepatan sekitar 100 kali per menit.
Takikardia Nodal (AV junctional tachycardia
atau n od a I t ac h yca rd i a)
Pengobatan tergantung pada cepatnya denyut jantung, Ada dua rracam takikardia nodal yaitu junctional tach,,--
penyebab dan keadaan pasien. Bila denyutjantung cepat cardia dengan kecepatan 100-140 per menit dan
sekali, lebih dari I 50 per menit dan pasien dalam keadaan extrcLsystolic AY junctionttl tachycardia dengan denyut
ventrikel 140-200 per menit.
sftock, mungkin perlu segera dilakukan kardioversi dengan
direct current counter shock (DC shock). Bila denyut Pada yang pertama terdapat percepatan junctionaL
jantung cepat sekali dan pasien dengan gagal jantung. rhythm, yang menjadi nyata biia kecepatannya melebihi
dapat diberikan digoksin secara intravena bersama-sama
kecepatan nodus sinus. Hai ini rlapat disebabkan oleh
dengan pemberian furosemid dan amiodaron secara intoksikasi digitalis, infark miokard akut attru dcmam
rntravena.
reumatik akut. Pada intoksikasi digitalis hams diobati
Bila denyutjantung tidak terlalu cepat dapat diberikan secepatnya karena dapat berkembang menjadi takikardia
digoksin secara oral untuk mengontrol deny'ut jantung. ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Digitalis harus dihentikan
dan diberi kan difeni lhidantoin.
kadang-kadang perlu diberikan bersama penyekat beta
misalnya pada tirotoksikosis atau dapat diberikan TnkikardiaAV junctional sangat mirip dengan takikar-dia
verapamil kalau ada kontraindikasi pemberian penyekat atrial, baik dalam diagnosis, gambaran klinis maupun
pengobatan n1,a.
beta.
Untukmengkonversi fibrilasi menjadi irama sinus dapat
diberikan amiodaron secara intravena, rhythmonom
propafenon per oral atau disopiramid secara oral. Akhir-
akhir ini ada obat baru yang lebih efektif untuk konversi
fibrilasi atrial seperli dofetilid dan ibutilid.
Gambar 6. EKG menunjukkan tiap kompleks QRS diikuti dengan
dengan gelombang P, sesuai untuk irama nodal, disini frekwensi
AR]TMIAYANG DISEBABKAN OLEH PEMBENTUKAN kompleks QRS 70 per menit jadi lebih cepat dari irama nodal biasa,
dan disebut takikardia rdionodal.
RANGSANG EKTOPIK DI NODUS AV

Ekstrasistol Nodal
Irama ektopik dapat berasal dari nodus AV. Seperti
ARITMIAYANG DISEBABKAN OLE!{ PEMBENTU KAN
ekstrasistol atrial biasanya bersifat jinak. Secara klinis
RANGSANG EKTOPIK DI NODUS AV
ekstrasistol nodal tidak dapat dibedakan dengan
ekstrasistol ventrikular atau atrial. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan EKG yang menunjukkan Ekstrasistol Ventrikel
gambaran seperli ekstrasistol atrial, kecuali gelornbang P
Ekstrasistol ventrikel ialah gangguan irama di mana timbul
dari ekstrasistol berbentuk negatif di hantaran II atau
denyut jantung prematur yan-e berasal dari fokus yang
gelombang P tak nampak, atau gelombang P muncul
terletak di ventrikel. Ekstrasistol ventrikel dapat berasal
setelahkompleks QRS.
dari satu fokus atau lebih (multifokal). Ekstrasistol ventrikei
merupakan kelainan irama jantung yang paling sering
lrama Nodal (nodal rhythml ditemnkan dan dapat timbul pada jantung yang normal.
todal Qunctional rhythm atat AV nodal
Pada irama B i asan.va fi'ekuen si nya bertambah dengan bertambah n ya
1608 KARDIOI.OGI

usia, terlebih bita banyak minum kopi, merokok, atau emosi menunjukkan adanya penyakitjantung yang berat. Diag-
(GambarT). nosis takikardia ventrikel ditegakkan bila ditemukan
Ekstrasistol ventrikel dapat disebabkan oleh iskemia takikardia dengan kecepatan 150-210 per menit, umumnya
miokard, infark miokard akut, gagal jantung, sindrom QT teratur tapi kadang-kadang sedikit tak teratur. Biasanya
yang memanjang, prolaps katup mitral, cerebrovascular timbul tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
acc iclent, keracunan digitalis, hipokalemia, miokarditi s. Penekanan pada bola mata atau penekanan pada arteri
kardiomiopati. Pengobatan ditujukan pada penyakit karotis tidak ada efek apa-apa. Intensitas bunyi jantung
dasarnya atau pengobatan perlu diberikan pada ventrikel kadang-kadang berubah-ubah karena adanya disosiasi AV
ekstrasistol yang dapat berkembang menjadi aritmia (GambarS).
ventrikel yang lebih berbahaya, sepefti takikardia ventrikel.
Pada pasien dengan infark jantung akut terapi perlu
diberikan bila ekstrasistol dianggap maligna, karena dapat
berkembang menjadi aritmia ventrikel yang berbahaya
seperti takikadia atau fibrilasi ventrikel. Ekstrasistol yang
maligna yaitu yang jumlahnya lebih dari 5 kali per menit,
Gambar 8. EKG menunjukkan takikardia ventrikel, tampak
ekstrasistol ventrikel yang timbul secara berturut-turut kompleks QBS lebar, bizarre seperti eksirasistol ventrikel, yang
(.consec utive), ekstrasistol ventrikel yang multifokal, timbul berturut{urut dan terus menerus, dengan kecepatan lebih
ekstrasistol yang timbul pada gelombang T (R on T). dari 150 per menit.
Obat yang paling sering dipakai pada ekstrasistol
ventrikel yang maligna pada infark jantung akut ialah Kepastian diagnosis dengan melakukan pemeriksaan
xilokain yang diberikan secara intravena dengan dosis EKG di mana didapatkan adanya takikardia dengan
bolus 1 -2 mg per kg berat badan, dilanjutkan dengan infus kompleks QRS yang lebar, lebih dari 0.12 detik dan tak ada
l-2 mg per menit. Dosis dapat dinaikkan sampai 4 mg per hubungan dengan gelombang P. Kadang-kadang sukar
menit. Obat lain yang dapat dipakai amiodaron, meksiletin, dibedakan dengan takikardia atrial paroksismal disertai
dilarrtin. Pada pasien yang tak ada kelainan janfling organik konduksi aberan. Sehingga kadang-kadang diperlukan
lain maka pengobatan ekstrasistol ditujukan pada terapi pemeriksaan His bundle electrocardiogram lunt:uk
non farmakologi seperti menghentikan kebiasaan minum menegakkan diagnosis yang pasti.
kopi, merokok" menghindari obat-obat simpatomimetik Pengobatan dengan memakai xylocain 1-2mg per kg
seperti adrenalin, efedrin dan lain-lain. Kadang-kadang berat badan dilanjutkan dengan pemberian infus 1-2 mg
perlu pembeian tranquiliz,er pada pasien yang banyak per menit seperti pada pengobatan ekstrasistol ventrikel
ketegan_ean. yang maligna. Infus diberikan paling sedikit selama 24 jur,
selanjutnya dapat diberikan amiodaron, meksiletin atau
sotalol secara oral. Dalam keadaan akut selain mlocain
-juga dapat diberikan amiodaron per infus. Bila pasien dalam
keadaan distres, gagal jantung atau syok harus segera
dilakukan defibrilasi dengan direct current countershock
dengan dosis 50-100 Joules.

Fibrilasi Ventrikel
Gambar 7. EKG menunjukkan irama dasar masih irama sinus, Fibrilasi ventrikel ialah irama ventrikel yang chaos dansarna
tapi tampak ada beberapa ekslrasistol ventrikel, yaitu kompleks
sekali tidak teratur. (Gambar 9) Hal ini menyebabkan
QRS ke 2, 4 dan I yang timbulnya prematur, bentuknya lebar dan
bizarre dan tidak didahului gelombang P ventrikel tak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga
curah jantung sangat menurun, bahkan sama sekali tidak
ada, sehingga tekanan darah dan nadi tak bisa diukur,
pasien tidak sadar dan bila tidak segera ditolong akan
Takikardia Ventrikel menyebabkan kematian. Fibrilasi ventrikel paling sering
Takikardia ventrikel ialah ekstrasistol ventrikel yang timbul karena penyakit jantung koroner, terutama infark miokard
berturut-turut 4 kali atau lebih. Kelainan irama ini akut, penyebab lain intoksikasi digitalis, sindrom QT yang
berbahaya dan membutuhkan pengobatan segera. memanjang. Pada pasien harus secepatnya dilakukan
Takikardia ventrikel mudah berkembang menjadi fibrilasi resusitasijantung paru, yaitu pernapasan buatan dan pijat
ventrikel dan dapat menyebabkan henti jantung (cardiac jantung dan secepatnya dilakukan direct curuent coun-
arrest). Penyebab takikardia ventrikel antara lain penyakit tershock dengan dosis 400 Joules. Pasien juga diberikan
jantung koroner, infark rniokard akut, gagal jantung, xilocain atau amiodaron secara intravena. Pertolongan
keracunan digitalis. Takikardia ventrikel umumnva harus diberikan dalam 2-4 menit, bila tidak terlambat
GANGGUAN IRAMA JANTUNG YANG SPESIFIK 1609

prognosis cukup baik. Bila sudah lebih dari 5 menit dapat Terjadi blok total di nodus AV sehingga impuls dari
terjadi kerusakan otak, sehingga walaupun irama jantung atrium sama sekali tidak dapat sampai ke ventrikel,
kembali normal, mungkin kesadaran pasien tidak dapat sehingga ventrikel berdenyut sendiri karena stimulasi
kembali. impuls yang berasal dari ventrikel sendiri.

Blok AV Tingkat !
BlokAV tingkat I umumnya disebabkan karena gangguan
konduksi di proksimal His bundle. (Gambar 11) Hal ini
disebabkan karena intoksikasi digitalis, peradangan, proses
Gambar 9. EKG menunjukkan fibrilasi ventrikel , dapat dilihat
gelombang yang sama sekali tidak teratur dan chaos degenerasi atau variasi normal. Biasanya tidak
membutuhkan terapi apa-apa dan prognosisnya baik.

Takikardia ldioventrikular
Pada takikardia idioventrikular, gambaran EKG PR
memperlihatkan adanya kompleks QRS yang berasal dari
ventrikel (lebar dan bizarre) berturut-turut 3 atau lebih
ll
dengan kecepatan 60-100 kali per menit. Keadaan ini Gambar 11. EKG menunjukkan irama sinus dan interval PR
disebut jttga slow ventricular tachycardia atat acceler- memanjang menjadi 0.30 detik karena ada blok AV tingkat 1 , pada
ated idioyentricular rhythm. (Gambar 10) Kelainan ini EKG diatas juga tampak QRS melebar karena right bundle branch
paling sering disebabkan oleh infark miokard akut. b/ock(RBBB).
Takikardia idioventrikular biasanya tidak berbahaya dan
tidak memerlukan pengobatan. Bila terjadi terus-menerus Blok AV Tingkat l!
dan ditemukan tanda hipoperfusi jaringan, maka perlu Dibagi 2, yail;u Mobitz tipe I (Wenckebach block) dan
diberi terapi dengan atropin sulfat 0.5-l mg secara Mobitz tipe II.
lntravena. Pada Mobitz tipe I interval PR secara progresif
bertambah panjang sampai suatu ketika impuls dari atrium
tidak dapat sampai ke ventrikel dan denyut ventrikel
(kompleks QRS ) tidak tampak atau gelombang P tidak
diikuti oleh kompleks QRS (Gambar 12). Pada pemeriksaan
H i s bundle e le ctro cardio gram (elektrokardiogram bundel
Gambar 10. EKG menunjukkan semula irama sinus dengan His) biasanya lokasi dar blok proksimal dari bundel His.
kecepatan sekitar 100 per menit dan diambil alih oleh irama
idioventrikular (mulai kompleks QRS ke 5) dengan kecepatan Mobitz tipe I dapat disebabkan karena tonus vagus yang
sekitar 100 kali per menit, kompleks QRS menjadi lebih lebar karena meningkat, keracunan digitalis atau iskemia. Bila tidak
berasal dari ventrikel, kemungkinan karena irama sinus menjadi menimbulkan keluhan dan tidak ada gangguan
lambat.
hemodinamik tidak memerlukan pengobatan.
Pada Mobitz tipe II, interval PR tetap sama tetapi
Gangguan Konduksi didapatkan denyut ventrikel yang berkurang (dropped
Heqrt block (blok jantung). Istilah blok jantung beaf) (Gambar 13). Kekurangan denyut ventrikel dapat
menunjukkan suatu keadaan di mana terjadi gangguan teratur atau tidak seperti 2:1, 4:1, 4:3 dan sebagainya.
konduksi di nodus AV. Interval PR ialah waktu yang Pemeriksaan elektrokardiogram bundel His menunjukkan
dibutuhkan oleh impuls listrik untuk menjalar dari atrium gangguan konduksi distal dari bundel His. Etiologinya
ke nodus AV dan His bundle serta cabang-cabangnya ialah infark miokard akut, miokarditis, proses degenerasi
sampai ke ventrikel. Inter.,ral PR yang normal berkisar antara (penyekat Lev's atau Lenegre). Kelainan dapat timbul
0,12-0,20 detik. sementara dan kembali normal, menetap, atau berkembang
jadi blok yang komplit. Pasien dengan Mobitz tipe II dapat
Berdasarkan pemeriksaan EKG blok AV dibagi 3 yaitu:
. BlokAVtingkatI:
timbul serangan sinkop dan sebaiknya dilakukan
pemasangan pacu Jantung.
Pada blok AV tingkat I interval PR memanj ang lebih dari
0.20 detik.
. BlokAVtingkatII:
Terjadi kegagalan impuls dari atrium untuk mencapai
ventrikel secara intermiten, sehingga denyut ventrikel
berkurang. Gambar 12. EKG menunjukkan blokAVtingkat lltipe Wenckebach
. Blok AV tingkat III: (blok jantung yang komplit = com- (atau Mobitz tipel), di mana tampak interval PR makin memanjang,
plete heart block) dan pada P ke 5 tidak diikuti kompleks QRS
1610 KARDIOI.OGI

Pasien dengan LBBB seringkali tak ada keluhan dan


P P P P
tidak membutuhkan pacu jantung. Kalau ada sinkop atau
timbul gangguan konduksi lebih berat seperti blok AV
tingkat II atau III, maka seringkali perlu dilakukan
Gambar 13. EKG menunjukkan blokAV tingkat ll tipe Mobitz ll, di pemasangan pacu jantung.
mana interual PR tidak memanjang tapi pada gelombang P ke 3 Bila cabang kanan yang terganggu disebut right bundle
tidak diikuti kompleks QRS, jadi ada dropped beat lanpa branchblock(RBBB). Pada pemeriksaan EKG akan tampak
pemanjangan interval PR.
adanya kompleks QRS yang melebar lebih dari 0,12 detik
dan akan tampak gambaran rsR' atau RSR' di Vl, V2,
sementara itu di I, a\il, V5 dan V6 didapatkan S yang melebar
Blok AV Tingkat Ill karena depolarisasi ventrikel kanan yang terlambat (Gambar
BlokAV tingkat III disebut juga blok jantung komplit. Pada
16).
blokAV tingkat III impuls dari atrium tidak bisa sampai di
RBBB dapat diketemukan pada jantung yang normal,
ventrikel. Kontraksi ventrikel karena rangsangan oleh fokus
dapatjuga pada kelainan kongenital seperti atial"septal
di nodus AV atau fokus di ventrikel, sehingga ventrikel defect (ASD),pada infark miokard maupun iskemia miokard
berdenyut sendiri tidak ada hubungan dengan denyut
atau pada penyakit degenerasi sistem konduksi (penyakit
atrium (Gambar 14). Gambaran EKG memperlihatkan
Lenegre atau Lev)
adanya gelombang P teratur dengan kecepatan 60-90 kali
Pasien dengan RBBB seringkali tak ada keluhan dan
per menit, sedangkan kecepatan kompleks QRS hanya 40-
membutuhkan terapi. Tapi bila terjadi sinkop dan ada tanda
60 kali per menit. Blok AV tingkat III disebabkan oleh proses
gangguan konduksi yang lain seperti blok AV tingkat II
degenerasi, peradangan, intoksikasi digitalis, infark
atau III, maka perlu dipertimbangkan pemasangan pacu
miokard akut. Blok AV tingkat III pada infark biasanya
Jantung.
hanya sementara dan akan kembali normal setelah infark
Sindrom Brugada ialah kelainan EKG berupa RBBB
sudah tenang, walaupun ada yang menetap. Bila blok AV
dengan elevasi ST di V1-V3 dan biasanya tak ada
tingkat III menetap sebaiknya dilakukan pemasangan pacu gelombang S yang lebar. Pasien dengan sindrom ini
jantung. Blok AV tingkat III biasanya menimbulkan
terancam kematian mendadak. Sindrom ini diterapi dengan
gangguan hemodinamik dan menimbulkan keluhan lelah,
Quinidin dosis tinggi atau amiodaron. Akhir-akhir
sinkop, sesak dan angina pada usia lanjut.
dianj urkan pemas angan ICD (.imp I ant ab e c ar di ov e r t e r -
I

defibrillator).

Gambar 14. EKG pada blok AV tingkat lll di mana dapat dilihat
gelombang P tak ada hubungan dengan kompleks QRS, gelombang
P kecepatan 60 kali per menit sedangkan kompleks QRS hanya
42 kali per menit

Gambar 15. EKG menunjukkan irama sinus dan LBBB, di mana


Bundle Branch Block (BBB); dapat dilihat kompleks QRS melebar sampai 0.20 detik, dengan R
Bundle branch block mentnjukkan adanya gangguan yang lebar di l, aVL, V5 dan V6. Di V1 -V3 gelombang r kecil
konduksi di cabang kanan atau kiri sistem konduksi, atau dengan S yang dalam dan lebar EKG dari pasien dengan
divisi anterior atau posterior cabang kiri. Diagnosis kardiomiopati dilatasi tanpa infark lantung.
ditegakkan dengan pemeriksaan EKG di mana ditemukan
kompleks QRS yang melebar lebih dari 0.11 detik disertai Sindrom Praeksitasi
perubahan bentuk kompleks QRS dan aksis QRS. Sindrom ini ditandai dengan adanya depolarisasi ventrikel
Bila cabang kiri yang terganggu disebut left bundle yang prematur. Termasuk dalam golongan ini ialah sindrom
branchblock(LBBB). Pada pemeriksaan EKG akan tampak Wolff ParkinsonWhite (WPW) dan sindrom Lown Ganong
bentuk rsR' atau R yang lebar di I, aVL, V5 dan V6. (Gambar Levine (LGL). Pada WPW gambaran EKG menunjukkan
15) Gangguan konduksi yang terjadi pada divisi anterior adanya gelombang P yang normal, interval PR yang
cabang kiri akan menyebabkan perubahan aksis menjadi memendek, kurang dari 0,11 detik, kompleks QRS melebzLr
deviasi ke kiri yang ekstrim dan disebut left anterior karena adanya gelombang delta (adanya defleksi
hemiblock, sedangkan bila divisi posterior cabang kiri permulaan kompleks QRS yang dini dan slurued).
terganggu akan menimbulkan aksis yang deviasi ke kanan Perubahan kompleks QRS disertai perubahan gelombang
yang ekstrim dan dinamakan left posterior hemiblock. T yang sekunder. (Gambar 17) Gambaran EKG ini
GANGGUAN IRAMA JAIYTUNG YANG SPESIFIK 1611

DisosiasiAV
Pada disosiasi AV, atrium dikontrol oleh fokus di atrium,
seringkali oleh nodus AV sedangkan ventrikel dikontrol
oleh pacemaker di ventrikel sendiri. Disosiasi AV dapat
disebabkan karena aktivitas nodus sinus berkurang atau
nodus AV menjadi lebih cepat sehingga mendominasi
ventrikel atau kombinasi keduanya. Disosiasi AV dapat
karena keracunan digitalis atau komplikasi infark miokard
akut atau karena peradangan seperti penyakit demam
reumatik yang aktif.
Keadaan ini harus dibedakan dengan blok AV tingkat
III karena disosiasi AV mempunyai prognosis lebih baik
dan seringkali tidak membutuhkan obat aritmia dan juga
tidak membutuhkan pacu jantung. Pengobatan terutama
Gambar 16. EKG menunjukkan RBBB (right bundle branch untuk penyakit dasarnya.
block), di mana dapat dilihat kompleks QRS lebar lebih dari 0,1 2
(mungkin 0,18) detik dengan gambaran rsR'di V1 dan S lebar di
I aVL, V5 dan V6.
REFERENSI
disebabkan karena adanyajalur asesori atau jalur anomalus
yang menghubungkan atrium dengan ventrikel, sehingga Atrial Fibrillation: Current understanding and research imperatives:
The National Heart, Lung and Blood Institute Working Group
sebagian ventrikel akan diaktivasi sangat dini. WPW lebih
of atrial fibrillation. J Am Coll Cardiol 1993: 22: 1830-1
sering ditemukan pada pria dan dapat ditemukan pada Akhtar M, Shenasa M, Jazayei M et al. Wide QRS complex tachy-
pasien tanpa kelainan jantung lain. WPW umumnya jinak cardia: Reappraisal of a common clinical problem. Ann Intern
tapi dapat menimbulkan takiaritmia seperti reciprocatin g Med 1988:109:9U5-12
tachycardia atau paroxysmal flutter atau fibrilasi. Boriani G, Capucci A, Lenzi T, et al. Propafenon for Conversion of
Pengobatan diberikan bila ada takiaritmia dengan digitalis, Recent Onset Atrial Fibrllation. A Controlled Comparison Be-
propanolol atau amiodaron. Kadang-kadang perlu tween Oral Loading Dose and Intravenous Administration. Chest
1995:108:355-8
dilakukan tindakan ablasi jalur anomalus.
Bar trW, Den Dulk K, Wellens HJJ. Atrioventricular dissociation. In
Pada LGL gambaran EKG menunjukkan gelombang P
Comprehensive Electrocardiography; Theory and Practice in
nonnal, interval PR memendek kurang dari 0,11 detik, Health and Disease, MacFarlane PW Lawrie TDV, Pergamon
kompleks QRS normal. Pada LGL dapat terjadi serangan Press, New York 1989, page 933.
takikardia supraventrikular. Keadaan ini karena adanya jalur Chung EK. Wolff Parkinson White syndrome: Current views. Am J

asesori yang menghubungkan atrium dengan bundel His. Med 19'71',62:252-66.


Kelainan ini lebih sering pada perempuan; aritmia yang Deedwania PC, Singh BN, Ellenbogen K et al Spontaneous Conver-
sion and Maintenance of Sinus Rhythm by Amiodarone in Pa-
sering terjadi selain takikardia supraventrikular juga
tients With Heart Failure and Atrial Fibrillation: Observations
fibrillasi danflutter atium. Pengobatan dengan propanolol, From Veteran Affairs Congestive Heart Failure Survival Trial of
amiodaron, verapamil. Bila hasil kurang memuaskan perlu Antiarrhythmic therapy ( CHF-STAT). The Department of
dilakukan pemeriksaan elektrofisiologi dan dilakukan Veterans Affairs CHF-STAT Investigators. Circulation 1998;
tindakan ablasi jalur yang abnormal tadi. 98:2574-9.
Denes P, Levy L, Pick A et al : The incidence of typical and atypical
A-V Wenckebach periodicity. Am Heart J 1975 89: 26-31
Knight BP, Michaud GF, Strickberger SA, Morady F: Electrocardio-
graphic differentjation of atrial flutter from atrial fibrillation
by physicians. J Electrocardiol 1999:.32:315-9.
Rotman M, Triebwasser JH, A Clinical and follow up study of right
and left bundle branch block . Circulation 1975; 5l: 447.
Rosenbaum M, Elizari }'{Y, Lazzari JO. The hemiblocks. Tampa
Tracings, Tampa 1970.
Spodick DH. Normal sinus he:rrt rate: Sinus tachycardia and sinus
bradycardia redefined Am Heart J 1992l. 124:. 1ll9
Gambar 17. EKG menunjukkan \NPW (Wolff Parkinson White
syndrome) dilandai adanya gelombang delta (deltawave) sehingga
kompleks QRS melebar dan interval PB memendek.
25s
FIBRILASI ATRIAL
Sally Aman Nasution, Ryan Ranitya

PENDAHULUAN operasi. Walaupun seringkali menghilang secara spontan,


FA pasca opdratif tersebut akan memperpanjang lama
Fibrilasi atrial (FA) merupakan aritmia yang paling sering tinggal di rumah sakit.
dijumpai dalam praktek sehari-hari dan paling sering Sedangkan hubungan antara FA dengan penyakit
menjadi penyebab seorang harus menjalani perawatan di katup jantung telah lama diketahui. Penyakit katup'
rumah sakit. Walaupun bukan merupakan keadaan yang reumatik meningkatkan kemungkinan terjadinya FA dan
mengancam jiwa secara langsung, tetapi FAberhubungan mempunyai risiko empat kali lipat untuk terjadinya
dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. komplikasi tromboemboli. Pada pasien dengan disfungsi
DiAmerika Serikat diperkirakan terdapat 2,2 jtiapasien ventrikel kiri, kejadian FA ditemukan pada satu di antara
FA dan setiap tahun ditemukan 160.000 kasus baru. Pada lima pasien. FAjuga dapat merupakan tampilan awal dari
populasi umum prevalensi FA terdapat + l-2%a dan perikarditis akut dan jarang pada tumor jantung seperti
meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur di miksoma atrial. Aritmia jantung lain seperti sindroma
bawah 50 tahun prevalensi FA kurang dari lVo dan Wolff-Parkinson-White dapat berhubungan den gan FA.
meningkat menjadi lebih dari 9Vo padausia 80 tahun. Lebih Hal yang menguntungkan adalah apabila dilakukan
banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita, tindakan ablasi pada jalur aksesori ekstranodal yang
walaupun terdapat kepustakaan yang mengatakan tidak menjadi penyebab sindroma ini, akan mengeliminasi FA
terdapat perbedaan jenis kelamin. pada90Vo kasus. Aritmia lain yang berhubungan dengan
FA merupakan faktor risiko independen yang kuat FA misalnya takikardia atrial, AVNRT (AtrioVentricular
terhadap kejadian strok emboli. Kejadian strok iskemik pada Nodal Reentrant Tachycardia) darr bradiaritmia seperti
pasien FAnon valvular ditemukan sebanyak5% per tahtn, sick sinus syndrome dan gangguan fungsi sinus node
2-1 kali lebih banyak dibandingkan pasien tanpa FA. Pada lainnya.
studi Framingham risiko terjadinya strok emboli 5,6 kali FA juga dapat timbul sehubungan dengan penyakit
lebih banyak pada FA non valvular darr 11,6 kali lebih sistemik non-kardiak. Misalnya pada hipertensi sistemik
banyak pada FA valvular dibandingkan dengan kontrol. ditemukan 45 Vo dart diabetes melitus 107o dari pasien FA.
Demikian pula pada beberapa keadaan lain seperti
penyakit paru obstruktif kronik dan emboli paru akut.
PENYEBAB FA Tetapi pada sekitar 3Vo pasien FA tidak dapat ditemukan
penyebabnya, atau disebut dengan lone FA. Lone FAini
FAmempunyai hubungan yang bermakna dengan kelainan dikatakan tidak berhubungan dengan risiko tromboemboli
struktural akibat penyakit jantung. Diketahui bahwa sekitar yang tinggi pada kelompok usia muda, tetapi bila terjadi
257o pasien FA juga menderita penyakit jantung koroner. pada kelompok usia lanjut risiko ini tetap akan meningkat.
W'alaupun hanyal0% dari seluruh kejadian infark miokard Untuk mengetahui.kondisi yang kemungkinan
akut yang mengalami FA, tetapi kejadian tersebut akan berhubungan dengan kejadian FA tersebut harus dicari
meningkatkan angka mortalitas sampai 40%. Pada pasien kondisi yang berhubungan dengan kelainan jantung
yang menjalani operasi pintas koroner, sepertiganya maupun kelainan di luar jantung. Kondisi-kondisi yang
mengalami episode FA terutama pada tiga hari pasca berhubungan dengan kejadian FA dibagi berdasarkan:

t6t2
TIBRILASIATRIAL t6t3

Penyakit Jantung yang Berhubungan dengan FA: pada FA dengan dasar penyakitjantung koroner. Fungsi
. Penyakit Jantung Koroner kontraksi atrial yang sangat berkurang pada FA akan
. KardiomiopatiDilatasi menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan terjadi
. KardiomiopatiHipertrofi gagal jantung kongestif pada pasien dengan disfungsi
. Penyakit Katup Jantung : reumatik maupun non- ventrikel kiri.
reumatik
. Aritmiajantung : takikardia atial,fluter atrial, AVNRT,
sindrom WPW. sict sinus syndrome. EVALUASIKLINIK FA
. Perikarditis
Penyakit di luar Jantung yang Brhubungan dengan FA: Evaluasi klinik pada pasien FA meliputi :
. Hipefiensi sistemik . Anamnesis :
. Diabetes melitus - Dapat diketahui tipe FA dengan mengetahui lama
. Hipertiroidisme timbulnya (episode pertama, paroksismal, persisten,
. Penyakit paru: penyakit paru obstruktif kronik, permanen)
hipertensi pulmonal primer, emboli paru akut - Menentukan beratnya gejala yang menyertai:
. Neurogenik : sistem saraf autonom dapat mencetuskan berdebar-debar, lemah, sesak napas terutama saat
FA pada pasien yang sensitif melalui peninggian aktivitas, pusing, gejala yang menunjukkan adanya
tonus vagal atau adrenergik. iskemia atalu gagal jantung kongestif
- Penyakit jantung yang mendasari, penyebab lain
dari FA misalnya hipertiroid.
KLASIFIKAS!FA
. Pemeriksaan Fisis:
- Tanda vital: denyut nadi berupa kecepatan dan
FA paroksismal bila FA berlangsung kurang dari 7 hari. regularitasnya, tekanan darah
Lebih kurang 50% FAparoksismal akan kembali ke irama - Tekanan venajugularis
sinus secara spontan dalam waktu 24 jam. FA yang - Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan
episode pertamanya kurang dari 48 jamjuga disebut FA terdapat gagal jantung kongestif
paroksismal. - Irama gallop 53 pada auskultasi jantung
menunj ukkan kemun gkinan ter dapat gagalj antun g
FA persisten bila FA menetap lebih dari 48 jam tetapi kurang
kongestif, terdapatnya bising pada auskultasi
dari 7 hari. Pada FApersisten diperlukan kardioversi untuk
mengembalikan ke irama sinus.
kemungkinan adanya penyakit katup
jantung
Mkronik atau permanen bilaFAberlangsung lebih dari 7 - Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung
hari. Biasanya dengan kardioversi pun sulit sekali untuk kanan
mengembalikan ke irama sinus (resisten). - Edemaperifer: kemungkinan terdapat gagal jantung
kongestif
. Laboratorium: hematokrit (anemia), TSH (penyakit
PRINSIP MEKANISME ELEKTROFISIOLOGI FA gondok), enzim jantung bila dicurigai terdapat iskemia
jantung.
Aktivasi fokal: Fokus diawali biasanva dari daerah vena . Pemeriksaan EKG: dapat diketahui antara lain irama
pulmonalis (verifikasi FA), hipertrofi ventrikel kiri, pre-eksitasi
Muhiple Wavelet Reentry: timbulnya gelombang yang ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi (sindroma WPW),
menetap dari depolarisasi atrial atauwavelets yang dipicu identifrkasi adanya iskemia
oleh depolarisasi atrial prematur atau aktivitas aritmogenik . Foto rontgen toraks
dari fokus yang tercetus secara cepat. . Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup,
ukuran dari atrium dan ventrikel, hipertrofr ventrikel kiri,
fungsi ventrikel kiri, obstruksi outJlow danTEE (Trans
MANIFESTASIKLINIS FA Esophago Echocardio graphy) wfiuk melihat trombus
di atriumkiri.
FA dapat simptomatik dapat pula asimptomatik. Gejala- . Pemeriksaan fungsi tiroid. Pada FA episode pertama
gejala FA sangat bervariasi tergantung dari kecepatan laju bila laju irama ventrikel sulit dikontrol.
irama ventrikel, lamanya FA, penyakit yang mendasarinya. . Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan
Sebagian mengeluh berdebar-debar, sakit dada terutama adekuasi dari kontrol laju irama jantung
saat beraktivitas, sesak napas, cepat lelah, sinkop atau . Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah
gejala fromboemboli. FA dapat mencetuskan gejala iskemik holter monitoring, sfidi elektrofisiologi.
1.614 KARDIOI.OGI

KOMPLIKASI 7 hari setelah terjadinya FA. Klasifikasi obat anti aritmia


dan obat-obat yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 1.
FA dapat mengakibatkan terjadi beberapa komplikasi yang Dalampemberian obat anti aritmia efek samping obat-
dapat meningkatkan angka morbiditas maupun mortalitas. obat tersebut harus diperhatikan. Salah satu efek samping
Pada pasien dengan sindroma WPW dan konduksi yang obat anti aritmia adalah pro-aritmia. Untuk mengurangi
cepat melalui jalur ekstranodal yang memintas nodus timbulnya pro-aritmia maka dalam memilih obat perlu
atrioventrikular, dimana pada saat terjadi FA disertai pre- diperhatikan keadaan pasien.
eksitasi ventrikular, dapat berubah menjadi fibrilasi ventrikel
dan menyebabkan kematian mendadak. Pada keadaan seperti
Kardioversi Elektrik
ini ablasi dengan radiofrekuensi sangat dianjurkan. FAyang
Pasien FA dengan hemodinamik yang tidak stabil akibat
disertai dengan laju irama ventrikel yang cepat serta
laju irama ventrikel yang cepat disertai tanda iskemia,
berhubungan dengan keadaan obstruksi jalur keluar dari
hipotensi, sinkop perlu segera dilakukan kardioversi
ventrikel atau terdapat stenosis mitral, dapat menyebabkan
elektrik. Kardioversi elektrik dimulai dengan 2fi) Joule. Bila
tef adinya hipotensi dan perubahan keadaan klinis.
tidak berhasil dapat dinaikkan menjadi 300 Joule. Pasien
Beberapa komplikasi lain dapat terjadi pada flutter atrial
dipuasakan dan dilakukan anestesi dengan obat anestesi
dengan laju irama ventrikel yang cepat. Laju ventrikel yang
kerja pendek.
cepat ini bila tidak dapat terkontrol dapat menyebabkan
kardiomiopati akibat takikardia persisten. Di antara
komplikasi yang paling sering muncul dan membahayakan
MEMPERTAHANKAN IRAMA SINUS
adalah tromboemboli, terutama strok.

FA adalah penyakit kronis dan rekurensi sering terjadi baik


pada FAparoksismal maupun pada FApersisten. Bila telah
PENATALAKSANAAN FA
terjadi konversi ke irama sinus maka hal ini perlu
dipertahankan dengan pengobatan profilaktik.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan FA
adalah mengembalikan ke irama sinus, mengontrol laju
irama ventrikel dan pencegahan komplikasi ffomboemboli.
Dalam penatalaksanaan FA perlu diperhatikan apakah
PENGOBATAN PROFILAKTIK DENGAN OBAT
ANTIARITMIA UNTU K MENCEGAH REKURENSI
pada pasien tersebut dapat dilakukan konversi ke irama
sinus atau cukup dengan pengontrolan laju irama ventrikel.
FA yang berlangsung lebih dari 3 bulan merupakan salah
Pada pasien yang masih dapat dikembalikan ke irama
satu prediktor terj adinya rekurensi. Obat antiaritmi a y an.g
sinus perlu segera dilakukan konversi, sedangkan pada
sering dipergunakan untuk mempertahankan irama sinus
FA permanen sedikit sekali kemungkinan atau tidak
dapat dilihat pada Tabel 1.
mungkin dikembalikan ke irama sinus, alternatif
pcngobatan dengan menurunkan laju irama ventrikel harus
diperlimbangkan.
PEM!LIHAN OBAT.OBAT ANTIARITMIA PADA
PASIEN DENGAN KELAINAN JANTUNG
KARDIOVERSI
Pemilihan obat-obat antiaritmia disesuaikan dengan
keadaan penyakit jantung yang diderita untuk mencegah
Pengembalian ke irama sinus pada FA akan mengurangi
timbulnyapro aritmia.
gejala, memperbaiki hemodinamik, meningkatkan
Pada sindrom WPW digoksin tidak boleh diberikar oleh
kemampuan latihan, mencegah komplikasi tromboemboli,
karena dapat menimbulkan kenaikan paradoksal laju ventrikel
mencegah kardiomiopati, mencegah remodeling
selama FA. Penyekat beta tidak menurunkan hantaran pada
elektroanatomi dan memperbaiki fungsi atrium. Kardioversi
jalur aksesori selama periode pre-eksitasi dari FA.
dapat dilakukan secara elektrik atau farmakologis.
Kardioversi farmakologis kurang efektif dibandingkan
dengan kardioversi elektrik. Risiko tromboemboli atau strok
emboli tidak berbeda antara kardioversi elektrik dan PENGONTROLAN LAJU IRAMA VENTRIKEL
farmakologi sehingga rekomendasi pemberian
Obat-obat yang sering dipergunakan untuk mengontrol
antikoagulan sama pada keduanya.
laju irama ventrikel adalah digoksin, antagonis kalsium
(verapamil, diltiazem) dan penyekat beta. Laju irama yang
Kardioversi Farmakologis dianggap terkontrol adalah di antara 60-80 kali/menit pada
Kardioversi farmakologis paling efektif bila dilakukan dalam saat istirahat dan 90-1 15 kalilmenit pada saat aktivitas.
FIBRILASIATRIAL 16L5

Dosis
Efek Samping
Harian Kriteria risiko CHADs
Amiodaron 1 00-400 Fotosentivitas, toksisitas paru, Riwayat strok atau TIA
mg polineuropati, kel Gl, Usia > 75 tahun
bradikardia, torsade de pointes Hipertensi
(jarang), hepatotoksis, Diabetes Melitus
disfungsi tiroid Gagal jantung
Disopyramide 400-750 Torsade de pointes, gagal Keterangan: TIA= transien ischemic aftack
mg jgntung, glaukoma, retensi urin,
(adaptasi dari ACCIAHAIESC 2006 Guideline for the
mulut kering
management of patients with atrial fibrillatlon, Circulation 2006;
Dofetilide 500-'1000 Torsade de pointes 114:700-52\
ug
Flecainide 200-300 Takikardia ventrikular, gagal
mg jantung kongestif, konduksi
gambaran spontaneous echo contrast, kecepatan aliran
nodal AV berubah (konversi
menjadi fluter atrial) darah yang menurun < 20 cmldetik dan plak aterom
Procainamide '1000-4000 Torsade de pointes, lupus like kompleks pada aorta torakalis.
mg syndrome, gejala Gl
Propafenon 450-900 Takikardia ventrikular, gagal
mg jantung kongestif, konduksi
nodal AV berubah (konversi PATOFISIOLOGI PEMBENTU KAN TROMBUS PADA
menjadi fluter atrial)
Quinidine 600-1 500 Torsade de pointes, keluhan FA
mg sal cerna, konduksi nodal AV
berubah Pada FA aktivitas sistolik pada atrium kiri tidak teratur,
Sotalol 240-320 Torsade de pointes, gagal
jantung kongestif, bradikardia, terjadi penurun an atrial flow velocities y ang menyebabkan
mg
penyakit paru bronkospastik stasis pada atrium kiri dan memudahkan terbentuknya
yang merupakan eksaserbasi trombus. Pada pemeriksaan TEE, trombus pada htrium kiri
dari obstruksi kronik,
bradikardia lebih banyak dijumpai pada pasien FA dengan strok
emboli dibandingkan dengan FA tanpa strok emboli. Dua
pertiga sampai tiga perempat strok iskemik yang terjadi
pada pasien dengan FA non valvular karena strok emboli.
PENCEGAHAN TROMBOEMBOLI Beberapa penelitian menghubungkan FA dengan
gangguan hemostasis dan trombosis. Kelainan tersebut
Pencegahan komplikasi tromboemboli merupakan salah mungkin akibat dari stasis atrial tetapi mungkin juga
satu tujuan yang penting dalam pengobatan FA. Risiko sebagai kofaktor terjadinya tromboemboli pada FA.
tromboemboli 7 kali lebih tinggi pada FA. Menurut studi Kelainan-kelainan tersebut adalah peningkatan faktor
Framingham risiko terjadinya emboli 5,6 kali lebih tinggi von Willebrand (faktor VII), fibrinogen, D-dimer, dan
pada FA non valvular dan 17,6 kali pada FA valvular fragmen protrombin 1,2. Sohaya melaporkan FA akan
dibandingkan dengan kontrol. Risiko terjadinya strok em- meningkatkan agregasi trombosit, koagulasi dan hal ini
boli pada FA meningkat pada orang usia lanjut. Pada dipengaruhi oleh lamanya FA.
golongan umur antara 50-59 tahun kejadian strok emboli
6,77o dan36,2Vo pada golongan umut arlttara 80-89 tahun.
Tidak ada perbedaan risiko terjadinya strok antara pasien PENGOBATAN ANTITROMBOTIK UNTUK
dengan FA paroksismal dan FA kronik. MENCEGAH KOMPLIKASI STROK EMBOLI
Kopeky melaporkan risiko strok embolipadal'one AF
2,7Vo. Lone AF pada umur kurang dari 60 tahun bukan Banyak laporan mengenai efektivitas anti trombotik dalam
merupakan faktor risiko strok emboli. pencegahan komplikasi tromboemboli pada FA.Pada Atrial
Risiko relatif terhadap strok iskemik pada beberapa Fibrillation Investigator (AFI), didapatkan bahwa
keadaan dapat dilihat pada tabel 1. CHADs (Cardiac fail- warfarin secara bermakna menurunkan risiko strok dai 4 ,5Vo

ure, Hypertension, Age, Diabetes, Stroke) untuk pasien per tahun menjadi l,45Vo. Terdapat penurunan
tanpa kelainan katup jantung. risikosebesar 68Vo.Wartain menurunkan risiko strok ada
Ekokardiografi sangat bermanfaat untuk evaluasi wanita 897o danpada laki-laki 6OVo.Pada studi AFASAK
penyebab FA yaitu pad paien dengan penyakit jantung pemberian aspirin 75 mg akan menurunkan risiko lSVo (957o
rematik dimana terdapat kelainan katup jantung seperti CI60-58Vo) sedangkan pada SPAF, pemberian aspirin 325
stenosis mitral. Gambaran ekokardiografi tranesofageal mg menurunkan islko MVo (95Vo CI1-66Vo). Kombinasi
(TEE) yang mempunyai risiko tromboemboli yang tinggi dari kedua studi tersebut menurunkan risiko 36Vo (95Vo Cl
yaitu adanya disfungsi sistolik ventrikel kiri, tromus, 4-57Vo). Pada metaanalisis warfarin menurunkan kejadian
l6t6 I(ARDIOLOGI

strok62Vo(95EoCI48-727o)penlrutaarisikoabsolut2,T% warfarin akan mempercepat proses organisasi trombus,


per tahun pada pencegahan primer dan 8,4Vo per tahun penempelan pada dinding atrium dan resolusi trombus.
pada pencegahan sekunder. Warfarin lebih baik dari pada Pada pasien FA yang timbul lebih dari 48 jam atau tidak
aspirin dengan penurunan risiko relatif 367o (CI l4-52Eo). diketahui lamanya dianjurkan pemberian warfarin dengan
Warfarin dan aspirin menurunkan kejadian strok pada target INR 2-3 diberikan 3 minggu sebelum kardioversi dan
pasien dengan FA dan warfarin jauh lebih efektif dilanjutkan 4 minggu pasca kardioversi. Manning
dibandingkan aspirin. menganjurkan pemeriksaan TEE sebelum kardioversi.
Dosis optimal yang efektif dan aman untuk pencegahan Pasien diberikan heparin bila tidak ditemukan trombus,
komplikasi tromboemboli pada FA adalah INR 2,5 dengan dilakukan kardioversi dan diberikan antikogulan sampai 4
rentang antara2-3. Pada pasien dengan usia lebih dari 75 minggu pasca kardioversi.
tahun target INR 2 dengan rentang antara 1,6-2. Pada studi multisenter Assessment of Cardioversion
Ada beberapa faktor risiko pada pasien fibrilasi atrial U s in g Tr an s e s opha g e al E c ho c ardi o g r ap hy (A C U T E)
yang direkomendasikan untuk mendapatkan terapi kejadian tromboemboTi 0,87o pada strategi dengan
antitrombotik aspirin atau warfarin untuk pencegahan pemeriksaan TEE, sedangkan pada strategi konvensional
emboli. Tabel berikut merukan rekomendasi antitrombotik 0,57o tidak ada perbedaan yang bermakna. Waktu yang
pada pasien dengan FA. diperlukan untuk kardioversi lebih pendek dengan
pemeriksaanTEE. Pada FA yang berlangsung kurang dari
48 jam kemungkinan terjadinya tromboemboli pasca
Faktor risiko kardioversi sangat rendah (O,8Vo).
rendah
risiko moderat risiko tinggi Pada beberapa kasus pembentukan trombus dapat
Gender wanita usia > 75 tahun riwayat strok,TlA terjadi pada FA yang kurang dari 48jam dianjurkan
Atau emboli pemberian antikoagulan selama periode peri kardioversi.
Usia 65 -74 tahun hipertensi stenosis mitral
PJK gagal jantung katup protese
Tirotoksikosis EF s 35%
Diabetes Melitus
Keterangan p..1( = penyakit jantung koroner,
EF = fraksi ejeksi (adaptasi dari ACC/AHA/ESC 2006
Guideline for the management of patients with atrial fibrillation,
Circulation 2006; 1 14: 700-52.)

KARDIOVERSI DAN TROMBOEMBOLI

Tromboemboli merupakan komplikasi yang dapat terjadi


setelah kardioversi baik kardioversi elektrik, farmakologis,
maupun kardioversi spontan. Kejadian tromboemboli
setelah kardioversi pada pasien FA tanpa pemberian
antikoagulan antaru 1,5 -3 Va.
Byerkeland dan Orning melaporkan insiden
tromboemboli pasca kardioversi tanpa pemberian Gambar 1. Algoritma tatalaksana pasien dengan fibrilasi atrial
antikoagulan 5,3Vo sedangkan yang mendapatkan yang baru terdiagnosis
antikoagulan 0,87o.
Setelah kardioversi kontraksi mekanik atrium kiri masih
belum pulih (atrial stunnirrg) sampai 2-4 minggu setelah ALGORITM E PENATALAKSANAAN FA
kardioversi sehingga ada kemungkinan terbentuknya
trombus baru yang dapat lepas pada periode pasca Dalam penatalaksanaan FA perlu diketahui apakah FA
kardioversi. Oleh karena itu antikoagulan diberikan sampai tersebut paroksismal, persisten atau permanen. Hal
empat minggu pasca kardioversi untuk mencegah tersebut penting untuk penatalaksanaan selanjutnya
pembentukan trombus baru selama periode atrial apakah perlu dilakukan kardioversi atau cukup dengan
stunning dan mencegah pembentukan trombus apabila pengendalian laju irama ventrikel.
setelah kardioversi, FA timbul kembali. Trombus yang FAyang baru ditemukan atau episde pertamaM. Kadang-
terbentuk di atrium kiri memerlukan waktu kurang lebih 2 kadang sulit menentukan apakah FA yang baru pertama
minggu untuk mengalami organisasi dan.melekat erat pada ditemukan merupakan episode pertama FA. Apalagi bila
dinding atrium sehingga tidak mudah lepas bila atrium gejala minimal atau asimptomatik. Pada FAparoksismal yang
berkontraksi setelah kembali ke irama sinus. Pemberian secara spontan kembali ke irama sinus tidak perlu pemberian
FIBRILASIATRIAL
t6t7

Fibrilasi atrial bar tive summar Task Force on practice Guidelines and the Euro_
i"..
u
pean Sociery of Cardiology Committee for practice Guide'lines
rroksismal
Persisten \
and Policy Conferences (Committee to Develop Guidelines for
J
k diperlukan terapi FA permanen the Management of patients with Atrial Fibrillation). A report
kecual \
gejald (hiptertensi, angina, dll)'
\ I of the American College of Cardiology/American Heart Asso_
\ Antikoa gulan dan
kontrol laju ciation. Circulation 20061 l14: i00-52.
I Hart RG Halperin JL. Atrial fibrillatlon and thromboembolism : a
kontrol laju dan avntikoagulan
decade of progress in stroke prevention. Ann Intern Med 1999;
I 131:688-95.
pedimbangkan obat antiaritmia
kardioversi Haissaguerre M, Jais P, Shah DC et al. Spontaneous initiation of
atrial fibillation by ectopic beats originating in the pulmonary
I
I

Te rapi antiaritmia jangka panjang


veins. N Engl J Med t998 339: 659-66.
Ti dak diperlukan Julian DG, Prescott RJ, Jackson FS et a1. Controlled trial of sotalol
for one year after myocardial infarction. Lancet 19g21 I: 1142_
Gambar 2. Algoritma tatalaksana pasien dengan FA paroksismal
1
berulang
Kopecky SL, Gersh BJ, McGoon MD et al. The natural history of
lone atrial fibrillation. A population-based study over three de_
obat antiaritmia untuk pencegahan rekurensi, kecuali bila cades. N Engl J Med 198't 311: 669-14.
FA dengan gejala-gejala hipotensi, iskemia miokard atau Kannels WB, Abbott RD, Savage DD. Mc Namara pM. Coronary
heart disease and atrial fibrillation : the Framingham Study.4rrr
gagal jantung. Pemberian antikoagulan tergantung dari
Heart J 1983; 106: 389-96.
adanya faktor risiko tromboemboli. pada FA persisten ada Kannel WB, Wolf PA, Benjamin EJ et al. prevalence, incidence.
2 pilihan dalam penatalaksanaannya. pilihan pertama pada prognosis, and predisposing conditions for atrial fibrillation :

pasien tersebut tidak dilakukan kardioversi dan membiarkan Population based estimates. Am J Cardiol l99g;gl: 40D_46D.
progresivitas FAtersebut ke arah FApermanen. padapasien Krahn AD, Manfreda J, Tate RB, Mathewson FA, Cuddy TE. The
tersebut dilakukan pengontrolan laju irama ventrikel dan natural history of atrial fibrillation : incidence, risk factors. and
pemberian obat antikoagulan. Dasar pemikiran pilihan prognosis in the Manitoba Follow-up Study. Am J Med 1995;
98:476-84.
tersebut karena pemberian obat-obat antiaritmia pada
Lanzarotti CJ Thromboembolism in chronis atrial fibrillation : is
pasien tersebut lebih banyak ruginya. pilihan kedua adalah
the risk underestimated ? J Am Coll Cardiol 19971 30: 1506_ll
dilakukan kardioversi dan mempertahankan ke irama sinus. Lee SH, Chen SA, Tai CT et al. Comparisons of quality of life and
Sebelum dilakukan kardioversi, diberikan antikoagulan dan cardiac performance after complete atrioventricular junction
pengontrolan laju irama ventrikel. pada FA yang ablation and atrioventricular junction modification in parients
berlangsung lebih dari 3 bulan biasanya timbul rekurensi with medically refractory atrial fibrillation. J Am Coll Cardiol
awal setelah kardioversi maka perlu pemberian obat 1998:31:631-44.
Manning WJ, Silverman DI, Gordon Sp et al. Cardioversion from
antiaritmia sebelum kardioversi (setelah dapat obat
atrial fibrillation without prolonged anticoagulation with use of
antikoagulan) dan diberikan selama I bulan. transesophageal achocardiography to exclude the presence of
FA paroksismal rekuren. pada FA paroksismal yang atrial thrombi. N Engl J Med 1993; 328: 750-55
mengalami rekurensi bila gejala-gejala minimal dan Prystowsky EN, Karz AM. Arrial Fibrillation. In : Topol ES, ed.
Textbook of Cardiovascular Medicine philadelphia: Lippincott_
berlangsung singkat tidak perlu diberikan obat-obat
Raven, I998:1827-61.
antiaritmia, tetapi bila gejala-gejala tersebut mengganggu
Psaty BM, Manolio TA, Kuller LH et al. Incidence of and r.isk
maka perlu diberikan obat-obat antiaritmia. pada pasien factors for atrial fibrillation in older adults. Circulation 1997:
tersebut dilakukan pengontrolan laju irama ventrikel dan 96: 2455-61
pemberian obat antikoagulansia. Page RL, Wilkinson WE, Clair WK et al. Asymptomatic arhythmias

FA persisten rekuen. Pasien dengan gejala minimal dan in patients with symptomatic paroxysmal atrial fibrillation and
paroxysmal supraventricular tachycardia. Circulation 1994; g9:
paling sedikit pernah dicoba untuk mengembalikan ke irama )41 1
sinus tetapi kembali ke FA maka dilakukan pengontrolan Peterson P, Boysen G, Godtfredsen J et al. placebo controlled.
laju irama ventrikel dan pemberian antikoagulan. Sebaliknya randomised trial of warfarin and aspirin for prevention of throm_
bila gejala mengganggu maka dilakukan kardioversi dengan boembolic complication in chronic atrial fibrillation The
pemberian obat antiaritmia (di samping obat untuk Copenhagen AFASAK study. Lancet 1989; l: 175-9.
mengontrol laju irama ventrikel dan antikoagulansia) Singer DE, Hughes RA, Gress DR et al. The effect of aspirin on the
sebelum kardioversi. risk of stroke in patientswith nonrheumatic atrial fibrillation :
the BAATAF Study. Am Heart I 7992; t24: 1561-'73.
Sakata K, Kurihara H, Iwamori K et al. Clinical and prognosric
significance of atrial fibrillation in acute myocardial infarction.
REFERENSI Am J Cardiol 1991 80: t522-7
Vaziri SM, Larson MG, Benjamin EJ, et al. Echocardiographic pre-
Fuster Y Ryden LE, Asinger RW, et al. ACC/AHA/ESC Guidelines dictors of nonrheumatic atrial fibrillation. Circulation l99zt:
for the Management of Patients with Atrial Fibrillation : execu_ 89: 724-30.
254
ARITMIA SUPRA VENTRIKULAR
Lukman H. Makmun

PENDAHULUAN impulsed formation) yang dapat disebabkan oleh


peningkatan otomatisitas (enhanc e d aut omaticity) dan
Aritmia dapat merupakan kelainan sekunder akibat aktivitas pemicu-(rrigg ered activity).
penyakit jantung atau ekstra kardiak, tetapi dapat juga
merupakan kelainan primer. Kesemuanya mempunyai Peningkatan automatisitas: Aktivitas pacemaker
mekahisme yang sama dan penatalaksanaan yang sama otomatis selain pada nodus SA, juga didapat pada serabut
juga. Kelainan irama jantung ini dapat terjadi pada pasien atrial khusus, serabut AY junction dan serabut Purkinje.
usia muda ataupun usia lanjut. Sel miokard pada keadaan normal tidak mempunyai
Aritmia dapat dibagi menjadi kelompok aritmia aktivitas sebagai pacemaker. Peningkatan automatisitas
supraventrikular dan aritmia ventrikular berdasarkan letak ser abtt p ac emake r laterkarena terjadi depolarisasi parsial
lokasi yaitu apakah di atrial termasukAV node dan berkas pada resting membrane. Terjadi perubahan kecepatan
I#s ataukah di ventrikel mulai dari infra /zis bundle. Selain depolarisasi pada fase diastolik yaitu percepatan fase 4
itu aritmia dapat dibagi menurut denyut jantung yaitu sehingga automatisitas meningkat. Bila mencapai ambang
bradikardia ataupun takikardia, dengan nilai normal berkisar rangsang, akan terjadi aksi potensial baru sehingga dengan
antara 60-00/menit. Tergantung dari letak fokus, selain demikian mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut
menyebabkan VES (Ventricular Extra Systole), dapat jantung. Keadaan ini didapat pada:(1) peningkatan
terjadi Supra Ventricular Extra systole (SVES) atau katekolamin endogen dan eksogen, (2) gangguan elektrolit
Supra Ventriculare Tachycardy (SVT) di mana fokusnya (misal hipokalimia), (3) hipoksia atau iskemia, (4) efek
berasal dari berkas Flis ke atas. AVNRT (AV Nodal Reentry mekanis dan (5) obat-obatan (misal digitalis).
Tachycardia) merupakan salah satu dari SVT di mana
terjadi proses reentry mechanismdi sekitar nodus AV. Pada
bab ini akan membahas tentang aritmia dengan fokus di
supra ventrikel yang bersifat takikardia.

(Percepatan fase 4)
\/\a
MEKANISME TAKIARITMIA )
Ada beberapa teori yang menerangkan mekanisme
takiaritmia, yang biasanya dipicu oleh premature beat. (perlambatan fase 4
Mekanisme ini tergantung dari peran ion-ion natrium,
kalium, kalsium, khususnya mengenai fungsi kanal ion, Gambar 1. Pada fase 4 potensial aksi dapat terjadi kenaikan
sehingga berpengaruh terhadap potensial aksi dan juga potensial membran sehingga terjadi pemendekan atau percepatan
konduksi elektrisnya. Gangguan ini dibagi menjadi fase 4 (fase repolarisasi diastolic) karena lebih mendekati ambang
rangsang dengan akibat mudah terjadi rangsangan baru
gangguan fungsi pembentukan impuls (rangsang) dan
(enhanced automaticity= accelerated). Dapat juga terjadi
gangguan perbanyakan Qtropagation) impuls. pelambatan fase 4, sehingga irama melambat (decreased auto-
Pembentukan rangsang bertambah (enhanced maticity = dePressed).

1618
ARITMIA SUPRA VENTRIKUI.AR r6t9

konduksi, baik sementara maupun menetap, (2) adanya


jalan tambahan sehingga membentuk sirkuit tertutup, (3)
Konduksi perangsangan cukup lambat, sehingga pada saat
rangsang sampai di titik blok, titik tersebut sudah berada
dalam fase refrakter relative kembali, (4) ada extra beat
sebagai pemicu terjadinya mekanisme reentri. Secara
matematis panjang gelombang = kecepatan konduksi x
masa refrakter.
Perjalanan berulang dari impuls tersebut mengakibatkan
timbulnya takiaritmia menetap. Contoh yang jelas
Gambar 2. Pada gambar atas: Ambang rangsang A normal (TP= mekanisme ini adalah pada sindrom WPW (.Wolff
Threshold potentiale) . Sedangkan pada B: potential membrane Parkinson White) di mana terdapat jalan tambahan misal
mendekati ambang rangsang sehingga mudah dirangsang. Pada dari atrium ke ventrikel, di samping jalan normal nodus AV-
gambar bawah: A= normal. Pada B: Ambang rangsang menurun
sehingga mendekati potensial diastolic. Keduanya ini memudahkan
His-Purkinje.
timbul perangsangan baru. Perlambatan konduksi terjadi, jika terjadi fibrosis
patologis karena jaringan parut (s car) akibat infark miokard.
Aktivitas pemicu (triggered activity)z Dapat disebabkan Blok unidirektional terjadi karena perubahan arsitektur
jaringan sehingga tidak homogen sehingga menyebabkan
oleh early after depolarization, yang terjadi pada fase 2
dan fase 3 potensial aksi atau pada after depolarisasi refrakter yang inhomogen misal karena infark miokard.
terlambat (delayefi. Karena itu mekanisme ini terjadi tidak Sinus takikardia Frekuensi nadi melebihi 100/menit dan
secara spontan, tetapi sudah ada gangguan elektris biasanya bukan merupakan kelainan jantung primer, tetapi
jantung. Setelah hiperpolarisasi akhir (late),Na dan Ca akibat sekunder karena berbagai stres, yaitu demam,
yang masuk ke dalam sel meningkat, sehingga terjadi kehilangan cairan, khawatir, latihan, tirotoksikosis,
gelombang sesudah (after) depolarisasi dan bila mencapai hipoksemia, hipotensi atau gagaljantung kongesfif. Pada
gambaran EKG terlihat gelombang P masih jelas dan masih
ambang rangsang maka akan terjadi ekstrasistol.
Mekanisme ini telah diobservasi terjadi di atrial, ventrikel diikuti oleh gelombang kompleks QRS. Masase sinus
dan jaringan His-Purkinje di mana kadar katekolamin karotis bisa memperlambat takikardia.
meningkat, hiperkalsemia, intoksikasi digitalis atau pada
bradikardia, hipokalimia. Semua keadaan ini menghasilkan
akumulasi Ca intraselular.

Zone of unidirectional

Gambar 3. Pada A: Potensial aksi yang terjadi diikuti oleh


hiperpolarisasi yang terlambal (delayed hyperpolarization) atau
identik dengan early after depolarization (panah 1) dan pasca
Gambar 4. skematik mekanisme reentry. A= jalan normal.
depolarisasi terlambat (delayed after depolarization) (panah 2l
B = jalan ekstra. Rangsang mengalir dari atas melalui tangan A
B.: Potensial aksi yang terjadi diikuti pasca depolarisasi terlambat
dan B. Pada waktu sampai di B terdapat blok satu arah sehingga
(delayed after depolariza tion\ yang mencapai ambang rangsang
rangsang tersebut tidak dapat lewat Kemudian rangsang awal
dan nondriven potensial aksi (panah 3) yang muncul dari puncak
pasca depolarisasi (a/ler depolarization) menyebabkan terjadi
tadi, ketika sampai di zona blok, area tersebut tidak lagi dalam
keadaan terblokade (refrakter absolute) tetapi sudah dalam
ekstra sistol baru.
keadaan refrakter relative, sehingga dapat meliwatinya. Begitu
seterusnya, rangsang melalui circuit tersebut.

Mekanisme reentry. Teori ini banyak dipakai untuk Pengobatan: ditujukan pada penyakit primer. Lain halnya
menerangkan terjadinya takiaritmia paroksismal menetap bila terdapat pada kasus gagal jantung kongestif, yaitu
(sustain). Persyaratan terjadinya mekanisme ini adalah: (1) pemberian penyekat beta haruslah bersama dengan
adanya blok unidirectional pada salah satu jalan inhibitor ACE atau Angiotensin Receptor Blocker.
1620 I(ARDIOI,TOGI

Fibrilasi Atrial: (FA) Kelainan ini sering didapat dan


dibagi menjadi paroksismal, persisten dan permanen
tergantung dari cara timbul dan lamanya bertahan.
Bila timbul secara mendadak dan hilang spontan dalam
waktu 2 x24 jam, disebut paroksismal. Bila terus menerus
menetap menjadi kronik disebut permanen. Sedangkan
persisten adalah bila bertahan sampai 7 hari. Dapat terjadi
Gambar 5. Mathematical Reentry Mechamsm (LH Makmun,19B2)
pada manusia normal terutama karena stres emosional atau
sesudah operasi, latihan, intoksikasi alkohol akut atau
Jika suatu massa mengelilingi suatu circuit, akan karena peningkatan tonus vagal. Dapat juga terjadi pada
membentuk suatu bentuk gelombang. pasien jantung atau paru dengan hipoksia, hiperkapnia
Misal: panjang jalan = panjang lingkaran = I atau AB cm. atau gangguan metabolik atau gangguan hemodinamik.
Waktu tempuh = T sek atau = AD sek. FA persisten sering terdapat pada pasien jantung, yaitu
Kecepatan (V) vcm/sek. I =VxT (lu = anatomis). reuma jantung, penyakit katup mitral non reuma, penyakit
Syarat untuk reentry: hipertensi kardiovaskular, penyakit paru kronik, defek
Minimal T = PR (Period Refrakter). 1"= V x PR (1, = 1r) septal atrial, juga pada tirotoksikosis. Sedangkan lone FA
bila pasien tidak mengidap penyakit jantung.
Fibrilasi atrial dapat menimbulkan komplikasi yang
Contoh: 11. berkaitan dengan (1) frekuensi ventrikel yang sangat cepat
PanjangAB=5cm sehingga terjadi hipotensi, edema paru, angina pektoris
V = 50 cm/sek dan dapat juga menyebabkan kardiomiopati yang
----+T atau AD = 0.1 sek.
disebabkan oleh takikardi a (tach1'cardia-mediatefi . (2) Bila
),"= 50 x 0.1 =5 cm terlalu lambat dapat menimbulkan sinkop. (3) emboli
sistemik yang biasanya terjadi pada pasien dengan demam
Syarat untuk terjadi
reumajantung dan sebagai penyebab tersering strok non
reentry: I n Dsek(=T)
hemoragik. (4) Hilangnya kontraksi atrial sehingga
min.T = RP.
),,= 50x 0.1=5 cm mengurangi curah jantung output dengan akibat terjadi
.fatigue. (5) rasa khawatir (ansietas) dengan palpitasi. Pada
gambaran EKG gelombang P tidak terlihat dengan jelas.
Respons aksi ventrikel (gelombang kornpleks QRS) tidak
teratur (iregular). Hal ini terjadi karena dari sekian banyak
Gambar 6. Cara penghitungan matematik untuk terjadinya aksi atrial, tetapi hanya sebagian impuls yang dapat
mekanisme reentry. ('trakmun LH,1 982) meliwati nodus AV sehingga frekuensi aksi ventrikel lebih
lambat daripada aksi atrial.

Pengobatan: penyakit primer harus diobati, seperti


tirotoksikosis, panas dan lainnya. Bila keadaan klinis buruk,
misal hemodinamik menurun, dapat dilakukan kardioversi.
Bila keadaan masih cukup baik, dapat diberikan obat
Rangsang melalui 2 arah penyekat beta atau antagonis kalsium, di mana keduanya
- Pada satu sisi: terjadi blockade
satu arah memblokade di nodus AV yaitu pada slow conduction
- Sisi lain: tidak ada hambatan
pathway, dengan memperpanjang masa refrakternya.
Pemberian antikoagulan sampai INR minimal 1,8 untuk
mencegah emboli. Pada pasien FA kronik tujuan
pengobatan adalah untuk kontrol rate yaitu dengan
penyekat beta, atau antagonis kalsium atau digitalis.
- Rangsang dari bawah tiba
pada area dalam fase refrakter
Sedangkan pada pasien yang telah kembali ke irama
relatif, sehingga dapat jalan terus sinus dapat diberikan obat-obatan golongan IC, sotalol,
J Reentry
amiodaron untuk memperlahankan iramanya, yaitu sebagai
kontrol ritme.
Penatalaksanaan Farmakologis
Penyakit dasarnya seharusnya diobati juga di samping
Gambar 7, Bagan terrjadi mekanisme reentry setelah dipicu oleh penatalaksanaan terhadap aritmianya sendiri, seperti gagal
aksi ekstra jantung, PJK, perbaikan elektrolit dan lainnya.
ARITMIA SUPRA VENTRIKUI.AR r62t

Pada pasien usia lanjut harus diperhatikan efek AV Nodal Reentrant Tachycardia (AVNRT) Termasuk
samping, berkenaan dengan sudah menurunnya fungsi Paroksismal supra takikardia ventrikular. Letak kelainan
hepar, renal, distribusi dengan berkurangnya volume cairan adalah di nodus AV dan lebih sering terjadi pada
tubuh. Selain itu dilihatjuga interaksi obat-obat danjuga perempuan. Kompleks QRS langsing dengan frekuensi
dihindari polifarmaka. berkisar antaral20-250/menit dan dipicu oleh atrial ekstra
Obat-obatan antia aritmia yatg digunakan pada sistol dan berkaitan dengan PR memanjang karena terjadi
pengobatan AF adalah: (A). ( 1 ) kelompok kontrol rate untlk keterlambatan konduksi di dalam AV node. Dalam AV node
mengatasi denyut nadi, yaitu golongan penyekat beta terdapat dua pathway yaifi fast dan slow pathway yang
(class II), (2) golongan antagonis kalsium yaitu verapamil, disebfi dual pathway . Fast pathway memberikan konduksi
diltiazem (kelas IV). Di samping itu dapat dipergunakan yang cepat serta mempunyai periode refrakter panjang
juga digitalis. (B) adalah kelompok rythme control tn1]ltk sedangkan slow pathway memberikan konduksi lambat
mengkonversi dari AF ke irama sinus dan juga untuk dengan periode refrakter pendek. Pada irama sinus konduksi
mempeflahankannya bila telah kembali ke irama sinus, rangsang hanyamelaluifast pathway sehingga interval PR
yaitu : (l). Golongan yang memblokade kanal ion Na (kelas normal. Dengan adanya atrial ekstra sistol, terjadi blokade
IA, IC) yaitu antara lain kuinidin, propafenon. (2) kelas III di fast pathway sehingga konduksi rangsang berikutnya
yang memperpanJang masa refrakter potensial aksi dengan dialirkan melalui slow pathway dan selain itu kecepatan
menghambat kanal ion K, yaitu antara lain amiodaron, rambat menurun, sehingga memenuhi persyaratan untuk
sotalol. terladi reentryAVnodal dan terjadilah takikardia dan disebut
Intervensi Invasif AV nodal reentrant tachycardia. Aktivasi atrial retrograd
. Yang paling sederhana adalah dengan menggunakan dan ventrikel antegrad terjadi bersamaan sehingga
defibrilator untuk mengatasi VT dan VF yang termasuk gelombang Ptak terlihat di EKG.
dalam resusitasi jantung paru.
. Ablasi biasanya dilakukan pada AF paroksismal. Gambaran klinis berupa palpitasi, dapat terjadi sinkop
dengan hipotensi.
Biasanya tipe ini dipicu oleh fokus otomatis yang
berlokasi di vena pulmonalis. Dengan menggunakan Pengobatan Tindakan pijat sinus karotikus sebagai
teknik kateterisasi sampai ke atriurrr kiri mencapai vena manipulasi vagal dapat dicoba untuk menghentikan aritmia.
pulmonalis kemudian setelah didapat signal fokus, Bila tak berhasil dapat diberikan Adenosin intravena. Selain
dilak-ukan ablasi. Selain itu ada juga teknik bedah MAZE itu dapat dilakukan dengan verapamil atau penyekat beta.
dengan membentuk multipel scars di atria kanan dan Sedangkan digitalis, awitan aksinya lebih lambat sehingga
kili sehingga mencegah penjalaran gelombang hbrillasi. tidak dianjurkan pada keadaan akut. Bila tak berhasil dapat
dilakukan dengan pacing di atrial atau ventrikel melalui
FluterAtrial (FIAT) Aritmia ini biasanya berkaitan dengan intravena. Dalam keadaan hemodinamik jelek dengan
penyakitjantung organik. Fluter iri dapat terjadi secara hipotensi atau iskemia berat, dipertimbangkan untuk
paroksismal dengan faktor presipitasi seperti perikarditis, dilakukan kardioversi.
gagal napas akut. Dapat juga terjadi dalam minggu pertama
setelah operasi jantung terbuka. FIAI dapat berubah
Non reentrant tachycardia: Multifocal Atriul
Tachycardia (MAT). Biasanya terjadi karena intoksikasi
menjadiAF dan jarang menimbulkan emboli sistemik.
digitalis atau hipokalimia atau efek teofilin atau obat
FIAT mempunyai kekhasan berupa gambaran
adrenergik. Gambaran EKG adalah lebih dari tiga gelombang
gelombang P seperli gigi gergaji (saw teeth), mempunyai
P consecutive dengan gambaran berbeda-beda. Interval
frekuensi atrial sekitar 250-350/menit. Sedangkan frekuensi
R-R iteguler.
ventrikel adalah setengahnya karena terjadi blok 2: I di
nodus AV. Pengobatan dapat diberikan penyekat beta, antagonis
kalsium, dan digitalis yang bekerja di nodus AV untuk
Pengobatan. Yang paling efektif adalah dengan kardioversi menghentikan respons ventrikel.
dengan low energy (25-50Ws). Selain itu bila frekuensi
ventrikel meningkat dapat diturunkan dengan antagonis
kalsium atau penyekat beta atau digitalis yang memblokade
OBATANTIARITMIA
di nodus AV. Kemudian setelah itu dapat diberikan anti
aritmia golongan IA atau IC atau Amiodaron untuk Obat-obatan antiaritmia dibagi menjadi beberapa golongan
merubah menjadi irama sinus. Untuk menjaga jangan yaitu:
sampai kembali ke FIAT dapat diberikan golongan IA, IC Klas L yang berfungsi memblokade kanal Na pada
atau golongan III. membran sel sehingga menurunkan kecepatan maksimal
Ablasi dengan radiofrekuensi biasanya dilakukan di depolarisasi (Vmaks) pada fase 0, sehingga tidak terjadi
lokasi sekitar katup trikuspidal yaitu pada daerah isthmus potensial aksi baru yang berarti mencegah timbulnya
yang sempit. Keberhasilan cukup tinggi sampaiS5Vo. ekstrasistol. Tergantung dari intensitasnya memblokade
1622 IqRDIOI.OGI

kanal Na tersebut, Klas I dibagi menjadi: Klas IV. Antagonis kalsium. Memperlambat kecepatan
Klas IA. Kinetik kerjanya intermediate, memperpanjang konduksi dan memperpanjang masa refrakter dari jaringan
masa repolarisasi potensial aksi. Menurunkan Vmaks pada dengan potensial aksi yang slow respons misal di nodus
semua heart rate. Contoh: kuinidin, prokainamid, AV. Contoh: verapamil, diltiazem. Golongan ini tidak
disopiramid. bermanfaat pada Ventricular Arrhytmia (VA) kompleks.
Klas I B. kinetik kerjanya cepat dan memperpendek Pada pasien dengan VT bila diberikan verapamil intravena
repolarisasi potensial aksi hanya ringan saja. Mempunyai dapat menyebabkan kolaps hemodinamik. Angka kematian
efek yang ringan terhadap kasus dengan h eart rate rcndah, menunjukkan kenaikan tidak signifikan dibanding kontrol.
tetapi mempunyai efek lebih besar pada kasts detgan heart Karena itu tidak diberikan pada pasien dengan VT.
rate inggi. Contoh: lidokain, meksiletin, fenitoin, tokainid. Digitalis dan Adenosin tidak termasuk golongan anti
Klas I C. kinetikkerjanyalambat danmempunyai efekkecil aritmia. Efek Digitalis: memperlambat ventrTkular rate
terhadap repolarisasi potensial aksi. Contoh: Propafenon, sehingga dapat dipakai pada FA, FIAI dan atrial takikardia
flekainid,lorkainid. lain.
Pada penelitian-penelitian obat-obatan kelas I ini tidak Adenosin: menterminasi SYT reentrarzl yaitu AVNRT dan
menunjukkan penurunan angka kematian secara signifikan bekerja di nodus AV.
dibandingkan dengan kontrol. Bila diberikan pada pasien
usia lanjut dengan penyakit jantung sering terjadi
proaritmia. ACEINHIBITOR
Klas II. Obat anti simpatik: menurunkan otomatisasi nodus
SA, memperpanjang refrakter nodus AY menurunkan Pada pasien dengan gagal jantung kongestif menurut
kecepatan konduksi nodus AV. Golongan ini adalah beberapa penelitian golongan obat ini dapat menurunkan
penyekat beta, misal propranolol dan lainnya. Pemberian kejadian VA kompleks termasuk VT, sehingga angka
penyekat beta pada pasien pasca IMA menunjukkan suddent cardiac death juga akan menurun.
penurunan angka mortalitas secara signifikan, dengan
mencegah terjadinya suddent cardiac death dar, IMA
REFERENSI
berulang. Golongan ini menurunkan kejadian terjadinya
Ventricular Activity (VA) complex termasuk VT. Josephson ME, Zimetbaum P. The Tachyarrhytmias. In: Harrison's
Klas III. Golonganini memblokade kanal kalium sehingga Principle of Internal Medicine. Editor: Kasper, Braunwald, Fauci,
repolarisasi potensial aksi diperpanjang dan pada EKG Hauser, Longo, Jameson. l6'h. Ed. New York: McGraw
Hlll;2005.p. 1342-9.
dapat dilihat dengan perpanjangan QT. Obat ini menekan
Jossephson. Clinical Cardiac Electrophysiology. 2'd. Lea &
terjadinya VA kompleks, dengan memperlama periode Fabiger; I 993
refrakter. Contoh: amiodaron, bretilium, sotalol (sebetulnya Khan MIG Cardiac Drug Therapy. l" ed.London Bailliere Tindall;
termasuk golongan penyekat beta). Amiodaron sangat r 984
efektif dalam menurunkan kejadian VA kompleks yang
berkaitan dengan penyakit jantung. Namun mesti
diperhatikan efek sampingnya yang antara lain terhadap
paru, saluran cerna dan lainlain.
255
ARITMIA VENTRIKEL
M. Yamin, Sjaharuddin Harun

PENDAHULUAN reentry dan biasanya disebabkan oleh kelainan kronis


seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dilatasi (di-
Aritmia ventrikel memiliki spektrum yang luas mulai dari lated cardiomyopathy ). Jaringan parut (scar tissue) yang
premature ventricular contraction (PVC, dikenal juga terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan
sebagai ventricular extrasystole atau VES), takikardia jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk
ventrikel (selanjutnya disebut VT), fibrilasi ventrikel terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini telah teibentuk
(selanjutnya disebut VF), sampai torsades de poinres maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat
(selanjutnya disebut TDP). Tantangan utama bagi klinisi dan menyebabkan kematian mendadak.
adalah mengindentihkasi aritmia ventrikel yang berpotensi Triggered activity memiliki gambaran campuran dari
fatal pada kelompok pasien tertentu (misalnya PVC frekuen kedua mekanisme di atas. Mekanismenya adalah adanya
pada pasien pasca infark miokard dengan penurunan fungsi kebocoran ion positif ke dalam sel sehingga terjadi lonjakan
ventrikel kiri) karena dapat menimbulkan kematian potensial pada akhir fase3 atau awal fase 4 dari aksi
mendadak. potensial jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka
Dalam tulisan ini akan diulas etiologi, gambaran EKG, akan tercetus aksi potensial baru. Keadaan ini disebut
kepentingan klinis dan tatalaksana aritmia ventrikel yang afterdepolarization.
sering dijumpai dalam praktek sehari hari yaitu PVC,
takikardi ventrikel. fibrilasi ventrikel. dan torsades de
pointes. Pembahasan lebih mendalam diberikan pada VT. PREMATURE VENTRICULAR CONTRACTION
(PVC)

ETIOLOGI DAN MEKANISME ABITMIA VENTRIKEL PVC timbul bila karena adanya fokus ektopik pada ventrikel
yang muncul lebih awai dari iramadasamya. PadaEKG akan
Secara umum terdapat empat mekanisme terjadinya aritmia, terlihat kompleks QRS yang lebar, terdapat perubahan
termasuk artimia ventrikel, y aitlu aut omat i c i ty, r e e nt r ant, segmen ST-T sekunder, dan terdapat paase kompensasi
dan triggered activity. penth(fully compensatory pause) seperti pada Gambar 1.
Automatic ity terj adi karena adanya percepatan aktivitas Berdasarkan frekuensi dan bentuknya PVC dapat dibagi
fase 4 dari potensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena menjadi:
gangguan automaticity biasanya tercetus pada keadaan . PVC Jaran g (infrequent): kurang dari lima kali per menit
akut dan kritis seperti infark miokard akut, gangguan . PVC Seing(frequenf): lebih dari lima kali per menit
elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus . PVC Repetitif: bila muncul pada tiap denyutan (beat)
adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila berhadapan kedua dari irama dasar disebut PVC bigemini (gambar
dengan aritmia ventrikel karena gangguan automaticiry, 2),blla timbul pada denyutan ketiga dari irama dasar
perlu dikoreksi faktor penyebab yang mendasarinya. Aritmia disebut PVC trigemini.
ventrikel yang terjadi pada keadaan akut tidaklah memiliki . PVC berkelompok: bila dua PVC muncul berkelompok
aspek prognostikjangka panjang yang penting. disebut PVC salvo.Bilatiga atau lebih PVC disebut VT
Mekanisme aritmia ventrikel yang tersering adalah . PVC Multifokal: Bila bentuk PVC dalam satu sandapan

L!U.L
1624 I(ARDIOI,.OGI

bentuknya berlainan. Ini menandakan fokus ektopik kematian mendadak yang tinggi. Kelompok pasren lnr
berasal lebih dari satu tempat sebaiknya dirujuk untuk pemeriksaan elektrofisiogi untuk
. Fenomena R on T: PVC muncul pada periode repolarisasi menentukan apakah perlu dipasarrg implanttable
ventrikel yang rentan untuk terjadinya VF yaitu pada c ardiov e rt e r defib rillato r (ICD).
down-slope gelombang T
Secara klinis PVC yang terjadi pada pasien dengan

TAKTKARDT VENTRTKEL (VT)


CompencatoryV5Non Compencatory
Pauses
f---N6m-Ef---l Takikardi Ventrikel (untuk kemudahan selanjutnya disebut
I sinu" I
VT) adalah terdapat tiga atau leblh premature ventricular
I nnvt,. I

contraction (PVC) atau yentricular extrasystoles (VES)


dengan laju lebih dai 120 kali per menit. Fokus takikardi
TFiAmeiilE--
II Ventricutar I dapat berasal dari ventrikel (kiri atau kanan) atau akibat
Contraction I

I rpvct I dari proses reentry pada salah satu bagian dari berkas
cabang (bundle branch reentry VT1. Dai rekaman EKG
r-EEm;iil;---'l permukaan VT umumnya memberikan gambaran EKG
I 3'i1i1""."" I dengan ciri kompleks QRS yang lebar (>0,12 detik). Namun
I ipnq I
tidak semua takikardi dengan kompleks QRS lebar adalah
1 VT karena takikardi supraventrikel (SVZ) dengan konduksi
J
aberan atau dengan konduksi melalui jaras tambahan
To measure a full compensatory
(accessory pathway) juga akan memberikan gambaran
1 Tandai 3 siklus normal
2 Beri tanda gelombang P siklus EKG normal yang berada tepat sebelum takikardi dengan komplek QRS lebar. Oleh karena itu
kompleks kontraksi premalur
3 Tanda gelombang P ke-3 harus jatuh tepat pada gelombang P pengenalan VT menjadr penting dalam keadaan kegawatan
yang seharusnya seharusnya setelah kompleks prematur
disebut compensatory pause karena pemberian obat untuk SVT dapat membahayakan
pada pasien dengan VT. Pengenalan VT juga harus
Gambar 1. Rekaman EKG PVC dengan ciri kompleks QRS lebar
dan adanya fully compensatory pause yaitu interval antara mencakup identifikasi etiologi, sumber fokus, terapi, dan
gelombang P irama dasar sebelum PVC dengan sesudah PVC prognosisnya. VT idiopatik misalnya, dapat diterapi secara
adalah dua kali interval P-P irama dasar (Dikutip dari definitif dengan ablasi kateter. sangat jarang menyebabkan
www.ekglearning com) kematian mendadak, dan memiljki prognosis yang baik.
Sebaliknya VT iskemia (VT akibat penyakit jantung
koroner) memberikan risiko tinggi untuk terjadinya
""; ' ;, kematian mendadak(.sudden cardiac death) aktbat aritmia
fatal (VT yang berdegenerasi menjadi ventricular
I

fibrillation).
t'

Klasif ikasi
VI
Secara umum VT dapat dibagi menjadi monomorfik dan
polimodik. VT monomorf,rk memiliki kompleks QRS yang
Gambar 2. PVC bigemini. Tampak PVC muncul secara bergantian sama pada tiap denyutan (beat) dan menandakan adanya
dengan denyut (beat) normal depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama.
Umumya disebabkan oleh adanya fokus atau substrat
jantung normal tidak memiliki faktor prognostik yang aritmia yang mudah dieliminasi dengan teknik ablasi kateter.
penting. Pada keadaan ini tidak diperlukan terapi. Bila Sedangkan VT polimorfik ditandai dengan adanya
pasien merasa tidak nyaman dapat dlberikan minor kompleks QRS yang bervariasi (berubah) dan menunjukkan
tranquilizer dan menghindarkan faktor yang memperberat adanya urutan depolarisasi yang berubah dari beberapa
seperli kopi dan rokok. Bila gejala tidak berkurang dapat tempat. Biasanya VT jenis ini berkaitan dengan jaringan
diberikan obat penyekat beta. parrt (scar tissue) aklbat infark miokard (ischemic VT).
Pada keadaan akut seperti infark miokard akut, terutama Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained
PVC bigemini, multifokal, atau R on T, dapat diberikan dan sebaliknya bila kurang dari 30 detik disebut non-
lidokain, prokainamid, atau amiodaron. sustained.
Bila PVC yang sering (frequent) muncul pada pasien Berdasarkan etiologi VT dikelompokkan menjadi:
pasca infark dengan penurunan fungsi LV (fraksi ejeksi
. VTldiopatik(ldlopathic VTy.
<357o) atau kardiomiopati dilatasi, maka nilai prognostiknya - VT Idiopatik Alur Keluar Ventrikel Kanan (Right
menjadi penting karena kelompok pasien ini memiliki risiko Ventricular Oufflow Tract VT=RVOT W)
AR.ITMIAVENTRIKEL t625

- VT Idiopatik Ventrikel Kiri (ldiopathic Lefi Ventri- Dissociation), pada VT nodus sinus terus memberikan
cular VT'1 impuls secara bebas tanpa ada hubungan dengan aktivitas
. VT pada Kardiomiopati Dilatasi Non-Iskemia ventrikel (atrium dikontrol oleh nodus sinus dan ventrikel
- Bundle Branch Reentrant YT dikontrol oleh fokus takikardi dengan laju lebih cepat)
- Arrhttthmogenic Right Ventricular Dysplasia sehingga gelombang P yang muncul tidak berkaitan dengan
(ARVD) kompleks QRS (dikenal dengan AV dissociation) seperti
.. VTiskemia(lschemicW) terlihat pada Gambar 3. Adanya disosiasi AV sangat khas
untuk VT walaupun adanya asosiasi (hubungan) AV belum
Diagnosis Takikardia Ventrikel dapat menyingkirkan VT. Secara klinis disosiasi AV dapat
Diagnosis VT didasarkan pada gambaran berikut ini: dikenal dengan adanya variasi bunyi jantung satu dan
variasi tekanan darah sistolik.
Durasi dan morfologi kompleks QRS, pada VT urutan
aktivasi tidak mengikuti arah konduksi normal (terganggu)
sehingga bentuk kompleks QRS akan kacau dan durasi
kompleks QRS menjadi panjang (biasanya lebih dari 0,12
detik). Pedoman umum yang berlaku adalah semakin lebar
kornpleks QRS semakin besar kemungkinannya suatu Vl
khususnya bila lebih dari 0,16 detik. Pengecualian adalah
VT yang berasal dari fasikel posterior berkas cabang kiri
(idiopathic left venricular tachycardia) yang memiliki
kompleks QRS kurang dari 0, 12 detik karena pada VT jenis
ini lokasi reentry dekat dengan septum interventrikel seperti
konduksi normal.
Morfologi kompleks QRS bergantung pada asal fokus
VT. Bila berasal dari ventrikel kanan akan memberikan
Gambar 3. Gambaran disosiasi AV pada idiopathic left ventricu-
gambaran morfologi blok berkas cabang kiri (leJi bundle lar tachycardia Perhatikan sandapan ll dan terlihat gelombang P
branch block morphology) dan jika berasal dari ventrikel di depan kompleks QFIS ke-3, ke-6, ke-8, ke-15, ke-21 ,danke-24
kiri akan menunjukkan gambaran blok berkas cabang kanan (tanda panah) yang tidak berkaitan dengan kompleks QRS yang
(right bundle branch block morphology). Kalat morfologi mengikutinya.

QRS adalah RBBB maka takikardi adalah VT j ika morfologi


kompleks QRS adalah monomorfik atau bifasik (QR atau
Capture beat dan Fusion beat, Kadang-kadang saat
RS). Jika morfologi QRS adalah LBBB maka akan
menguatkan diagnosis VT jika adanya talok (notching)
berlangsungnya VT, impuls dari atrium dapat
mendepolarisasi ventrikel melalui sistem konduksi normal
gelombang S atau nadir S yang lambat (>70 milidetik).
sehingga memunculkan kompleks QRS yang lebih awal
Laju dan irama,laju (rate)YT berkisar antara 120-300 kali dengan ukuran normal (sempit). Keadaan ini disebut
per menit dengan irama yang teratur atau hampir teratur capture beat (Gambar 3). Fusion beat terjadt bila impuls
(variasi antar denyut adalah <0,04 detik). Jika takikardi dari nodus sinus dihantarkan ke ventrikel melalui nodus
disertai irama yang tidak teratur (irreguLar) maka harus atrioventrikel (nodus AV) dan bergabung dengan impuls
dipikirkan adanya AF dengan konduksi aberan atau pre- dari ventrikel. Jadi ventrikel sebagian didepolarisasi dari
eksitasi. nodus sinus dan sebagian dari ventrikel sehingga kompleks
Aksis kompleks QRS, aksis kompleks QRS tidak hanya QRS berbentuk antara kompleks normal dan VT (Gambar
penting untuk diagnosis tapi juga untuk menentukan asal 4). Capture danfusion beat jarang ditemukan dan sangat
fokus. Adanya perubahan aksis lebih dari 40 derajat baik khas untuk VT walaupun tidak adanya mereka bukan belarti
ke kiri maupun ke kanan umumnya adalah VT. Kompleks VT dapat disingkirkan.
QRS pada sandapan aVR berada pada posisi -210 derajat Konfigurasi kompleks QRS, adanya concordance
dengm kompleks QRS negatif. Bila kompleks QRS menjadi (kesesuaian) dari kornpleks QRS pada sandapan dada
positif saat takikardi sangat menyokong adanya VT yang sangat menyokong diagnosis VT. Kesesuaian positif (posl-
berasal dari apeks mengarah ke bagian basal ventrikel. Aksis tive c'oncordance) kompleks QRS pada sandapan dada
ke superior pada takikardi QRS lebar dengan morfologi dominan positif menunjukkan asal fokus takikardi dari
RBBB sangat menyokong kearah VT. Adanya takikardia dinding posterior ventrikel. Kesesuaian negatif (ne gativ e
QRS lebar dengan aksis inferior dan morfologi LBBB concctrdonce) kompleks QRS pada sandapan dada dominan
mendukung adanya VT yang berasal dai right venticular negatif menunjukkan asal fokus dari dinding anterior
outflo*- tract. ventrikel. Kedua gambaran tersebut dapat dilihat pada
Dissosiasi antara atrium dan ventrikel (Atrio -Ventricular Gambar5.
1626 I(ARDIOLOGI

Kriteria untuk diagnosis VT yang telah dibahas tadi,


tidak selalu didapatkan dan tidak jarang hanya satu atau Kompleks RS tak ditemukan
dua kriteria saja yang ditemukan. Oleh karena itu Brugada pada semua sandapan prekordial?
membuat kriteria pendekatan yang sederhana seperli yang
terlihat pada Gambar 6. Pedoman tersebut lebih mudah
dan praktis untuk di pakai dalam praktek sehari-hari.
Selain rekaman EKG, anamnesis, pemeriksaan fisik, data Pertanyaan selanjutnya
penunjang lainnya (foto toraks, dan ekokardiografi) dapat
membantu. Pada pasien yang pernah mengalami infark lnterval R ke S >100 ms pada satu
miokard dengan gangguan fungsi ventrikel misalnya, maka sandapan prekordial?
diagnosis VT lebih diutamakan bila pasien tersebut
mendapat takikardi dengan kompleks QRS lebar. Penting
diingat untuk selalu membuat EKG lengkap l2 sandapan
saat dan sesudah takikardi.
Pertanyaan selanjutnya

Pertanvaan selan

Kriteria Morfologi for VT


ditemukan pada
sandapan prekordialVl-2 dan VG

Gambar 4. Pada sadapan ll, kompleks QRS ke-2, ke-9, irri -16
menunjukkan capture beat dengan irri kompleks sempit dan muncul
lebih awal dari seharusnya. Fusion beat terlihat pada kompleks
ORS ke-7
Gambar 6. Kriteria Brugada untuk diagnosis VT (Dikutip dari
Ci rcu lation 1 99 1 83 : 1 649-59)
;

v3
DIAGNOSIS BANDING

Tidak semua takikardi dengan kompleks QRS lebar adalah


VT meskipun l07o takikardi jenis ini adalah VT.
v4 V6
Takikardi dengan kompleks QRS lebar bisa terjadi pada:
v5
Takikardia supraventrikel (SVT) dengan konduksi
aberan, pada keadaan SVT biasa maka konduksi dari atrium
ke ventrikel melalui jalur konduksi normal sehingga
kompleks QRS akan normal. Namun secara lisiologis dapat
terjadi hambatan (blok) pada salah satu berkas cabang (kiri
, .-J atau kanan) karena adanya perbedaan masa refrakter di
v5 \,f6 antara keduanya. Kedaan ini disebut konduksi aberan
(aberrant conduction). Katena adanya hambatan berkas
cabang maka kompleks QRS akan lebar seperti keadaan
LBBB atau RBBB biasa.
Takikardia supraventrikel (SVT) dengan konduksi
Gambar 5. A. Menunjukkan kesesuaian negatif (negative melalui jaras tambahan (accessory p&thway), Bila terdapat
concordance) dan gambar B menunjukkan kesesuaian positif jaras tambahan yang memintas jalur konduksi normal dari
(positive concordance)
ARITMIAVENTRIKEL t627

atrium ke ventrikel, maka pada saat takikardi supraventrikel


(SVT), ventrikel diaktivasi tidak melalui jalur konduksi nor-
mal sehingga ventrikel mengalami aktivasi dini (preeksitasi).
Akibatnya kompleks QRS akan terlihat lebar.
Thkikardia supraventrikel (SVT) pada keadaan hambatan
trerkas cabang yang sudah ada, bila pada keadaan irarna
sinus sudah terdapat gambaran hambatan berkas cabang
(kiri ataukanan) makasaattimbul SVTkompleks QRS akan
terlihat lebar seperli pada keadaan sinus. Oleh karena itu
sangat penting untuk membandingkan EKG sebelum
Gambar 7. W ldiopatik dari BVOT. Rekaman EKG memperlihatkan
dengan pada saat takikardia.
takikardi dengan kompleks QHS lebar, morfologi left bundle
branch block (LBBB) pada V1, aksis kompleks QRS normal.

KEPENTINGAN KLINIS TAKIKARDIA VENTBIKEL


dengan ablasi kateter (Gambar 8). Keberhasilan tindakan
ini berkisar 70-857c dengan angka komplikasi yang rendah
Takikardia Ventrikel ldiopatik (misalnya perforasi).
Dijumpai pada pasien den-qan jantung normal (tidak ada Diagnosis banding VT tipe ini adalah jenis VT lainnya.
kelainan struktural). Urnumnya VT tidak berbahaya, tidak Hanya saja perlu diperhatikan jenis VT yang paling mirip
rnengganggu hemodinamik. dan tidak menyebabkan dengan VT ini yaitut Arhytmogenic Right Ventricular
kematian mendadak (.suddent c'ardiac death). Namun bila DyspLasia (ARVD). Pebedaannya adalah pada ARVD
VT timbul dengan laju yang cepat dapat menyebabkan didapatkan adanya infiltrasi lemak pada ventrikel kanan
sinkop. Karena disebabkan oleh fokus ektopik yang (terdapat kelainan struktural).
terbatas pada satu lokasi maka umumnya sangat mudah VT Idiopatik dari Ventrikel Kiri (Idiopathic left
dihilangkan dengan cara ablasi kateter.
VT Idiopatik alur keluar ventrikel kanan (right
ventricular outflow tract YI), fbkus VT berasal dari RVOT
dan jenis VT ini merupakan90Tc dari VT idiopatik. Pasien
umumnya adalah perempuan muda. VT dapat dicetuskan
oleh ketegangan, emosi, dan aktivitas fisik. Manifestasi
klinis jenis ini dapat berupa VT yang dicetuskan oleh latihan
(exerci.sed-induced W) atau VT monornorfikyang berulang
(repetitive monomorphic VT) yatg timbul saat istirahat.
Pada beberapa pasien kerap dijumpai dalam bentuk prema-
tLtre ventricular contractiorz (PVC) bigemini atauYT non-
su,stained yang simptomatik dan mengganggu. Pemeriksaan
ekokardiografi dan angiografi koroner biasanya normal. Gambar 8. Ablasi kateter pada BVOT VT dari berbagai posisi.
Gambaran elektrokardiogram EKG) menunjukkan suatu ABL (kateter ablasi) yang ditempatkan pada RVOT. RVA adalah
kateter yang ditempatkan di apeks ventrikel kanan.
takikardi dengan kompleks QRS lebar. morfologi kompleks
QRS le, bundle branch block (LBBB) pada sandapan V 1 ,
dengan aksis kompleks QRS ke arah inferior (right axis ventricular tqchycardia=ILVZ), istilah lain untuk VT jenis
deviation) atau normal (Gambar 7). ini adalah takikardia fasikular karena adanya proses
Umumnya VT jenis ini disebabkan oleh proses reentry pada fasikel anterior dan posterior sebagai
otomatisasi, triggerecl activitl', dan takikardi dengan penyebab takikardi. Ada tiga sub-kelompok pada VT ini
perantaraan siklik-AMP yang dirangsang oleh sistem saraf yaitu kelompok yang sensitif terhadap verapamrl (verapamil
adrenergik dan sensitif terhadap peningkatan kalsium sensitive), sensitif terhadap adenosin (adenosine
intrasel. Oleh karena itu dapat diberikan pengobatan sensitive), dan sensitif terhadap propanolol (propanolol
dengan obat penyekat kalsium (calcium channel blocker) sensitive). Yang terbanyak adalah kelompok sensitif
seperti verapamil. Sedangkan pada VT jenis lain obat ini terhadap verapamil. VT jenis ini umumnya diderita oleh
adalah kontraindikasi. Karena salah satu jenis VT ini pria usia muda. Pada rekaman EKG permukaan terlihat
dicetuskan oleh latihan (.exercise induced) maka obat takikardi dengan morfologi kompleks QRS berbentuk blok
penyekat beta (betablocker )juga efektif. Dapat diberikan berkas cabang kanan (RBBB), dengan aksis superior
metoprolol sampai dosis optimal 2 x 100 mg per hari. Bila (gambar 2). Kompleks QRS tidak begitu lebar karena fokus
pasien tetap berge.jala maka dapat diberikan terapi definitif takikardi dekat dengan septum (lokasi jaringan konduksi
1628 I(AR"DIOLOiGI

normal). Takikardia ini sering dikelirukan dengan SVT Takikardia Ventrikel lskemia
karena kompleks QRS tidak terlalu lebar dan sensitif VT iskemia disebabkan oleh penyakit jantung koroner
terhadap verapamil sehingga dapat diterminasi dengan seperli infark miokard akut. Secara prognostik VT jenis ini
verapamil seperti umumnya SVT. sangat penting karena dapat menyebabkan kematian
Pada pasien yang simptomatik dapat diberikan terapi jantung mendadak. VT iskemia teljadi karena adanya
obat-obatan. Bila gagal dapat dilakukan eliminasi dengan reentt)) akibat adanya jaringan parut di sekitar jaringan
ablasi kateter dengan angka keberhasilan rata-rata 87o/a. sehat. Secara umum, semakin luas jaringan infark semakin
Ablasi kateter juga diindikasikan pada pasien yang tidak besar peluang terjadinya reentry-. VT iskemia cenderung
ingin minum obat dalam jangka waktu lama. bersifat fatal karena dapat berdegenerasi menjadi fibrilasi
ventlikel dan kematian mendadak. Prediktor kematian
jantung mendadak adalah adanya riwayat serangan
Takikardia Ventrikel pada Kardiomiopati
jantung sebelumnya, penurunan fungsi ventrikel kiri (fraksi
Dilatasi Non-iskemia
ej eksi <407o), dan adany a 7) r etnat u r e v e nt r i c ul ar c o n.t r ac -
Bundle branch reentrant yentricular tachycardia, YT
jenis ini (Gambar 9) drtemukan sekitar 407o padapasien tion yang sering.
Terapi VT iskemia pada umumnya adalah dengan obat-
kardiorriopati dilatasi i di opatik (non-i skemi a) dan 6Vo d:ati
obatan. Sedangkan ablasi kateter pada VT iskemia belum
seluruh jenis VT yang dirujuk ke laboratorium
memberikan hasil yang memadai.
elektrofisiologi. Secara klinis VT jenis ini bersifat berbahaya
sehingga menyebabkan sinkop atau henti jantung. Pada
EKG biasanya ditandai oleh kornpleks QRS dengan
TATALAKSANA UMUM
modologi blok berkas cabang kiri (LBBB).Takikardi dapat
dihilangkan dengan melakukan ablasi kateter pada berkas
cabang kanan tapi kesintasan pasien menurun karena Tatalaksana pada Keadaan Akut
adanya disfungsi ventrikel kiri sebagai penyerta. Bila keadaan hemodinamik stabil. terminasi VT dilakukan
dengan pemberian obat-obatan secara intravena seperti
amoidaron, lidokaine, dan prokainamid. Dua obat yang
Bundle branch reentry VT
pertama tersedia di Indonesia. Amiodaron dan prokainamid
lebih unggul dibandingkan dengan lidokain.
Amiodaron dapat diberikan dengan dosis pembebanan
295 (loercling dose) 15 mg/menit diberikan dalam 10 menit dan
diikuti dengan infus kontinu 1mg/menit selama 6 jam , dan
dosis pemeliharaan 0,5 mg/menit dalam I 8 jam benkutnya.
Bila gagal dengan obat, dilakukan kardioversi elektrik yang
dapat dimular dengan energi rendah ( I 0joule dan 50joule).
AA
Dalam tatalaksana akut perlu dicari faktor penyebab
yang dapat dikoreksi seperti iskemia, gangguan elektrolit,
hipotensi, dan asidosis.
HlrlEi Bila keadaan hemodinamik tidak stabil (hipotensi, syok,
angina, gagal jantung, dan gejala hipoperfusi otak) maka
Gambar 9. Mekanisme dan gambaran EKG permukaan dan pilihan pertama adalah kardioversi elektrik.
intrakardiak pada bundle branch reentry Vf .

Tatalaksana Jangka Panjang


Arrhythmo ge nic right v entricular dy splasia (ARVD ), Tujuan terapi jangka panjang adalah mencegah kematian
kelainan ini sangatjarang, biasanya diderita oleh kelompok mendadak. Pada pasien dengan YT non-sustained dan
usia muda, di mana terdapat infiltrasi lemak dan jaringan bergejala dapat diberikan obat penyekat beta. Bila tidak
parut pada miokard ventrikel kanan. Karakteristik VT adalah efektif dapat diberikan sotalol atau amiodaron.
kompleks QRS dengan morfologi blok berkas Pada pasien dengan riwayat infark miokard akut dan
Cabang kiri (LBBB). Tatalaksana VT jenis ini hampir penurunan fungsi ventrikel kiri (fiaksi ejeksi <35%),
sama dengan VT iskemia dengan peran ICD (implanttabLe terdapat VT yang dapat dicetuskan dan tidak dapat
cardioverter defibrillator ) yang efektif untuk mencegah dihilangkan dengan obat, maka ICD lebih unggul dalam
kematian jantung mendadak (suddent cardiac death'). menurunkan mortalitas (The Multicenter Autonratic
Terapi pembedahan dengan mengisolasi daerah yang D efibrillato r TricLl=MADIT). Untuk pencegahan sekunder
displastik ternyata tidak efektif karena timbulnya gagal kematian mendadak (pasien yang berhasil diselamatkan
jantung kanan. dari aritmia fatal) pada pasien pasca infhlk miokard dengan
ARITMIAVENTRIKEL r629

penurunan fungsi ventrikel kiri, ICD telah terbukti lebih TORSADES DE POTNTES (TDP)
unggul daripada amiodaron.
Istilah TDP (dalam bahasa Perancis berarti berputar-putar
mengelilingi satu titik) adalah suatu bentuk takikardi
FTBRtLASt VENTRIKEL (VF) ventrikel yang ditandai oleh perubahan bentuk dan arah
(aksis) kompleks QRS dalam satu beberapa denyutan
Fibrilasi ventrikel (VF) rnerupakan keadaan terrriinal dari (beot') seperti pada Gambar ll.
aritmia ventrikel yang ditandai oleh kompleks QRS, Penyebab tersering TDP adalah adanya pemanjangan
gelombang P, dan segrnen ST yang tidak beraturan dan interval QT akibat pengaruh obat-obatan antiaritmia
sulit dikenali (.clis'organized) seperti pada Gambar 10. VF (misalnya amiodaron, sotalol, dan flekainid), dan penyakit
merupakan pen)/ebab utama kematian mendadak. sindrom QT panjang(long QT syndrr,tmeJ, bradikardia berat,
Penyebab utama VF adalah infark miokard akut, blok dan sindrom Brugada.
AV total dengan respons ventrikel sangat lambat, Tatalaksana TDP adalah pemberian magnesium sulfat,
gangguan elektrolit (hrpokalemia dan hiperkalemia), pernasangan pacu jantung sementara (pada keadaaan
asidosis berat, dan hipoksia. Salah satu penyebab VF bradikardia), dan obat penyekat beta.
primer yang sering pada orang dengan jantung normal
adalah sindrom Brugada. Pada keadaan ini terjadi kelainan
genetik pada gen yan-s mengatur kzrnal natlium (SCN-5A1
sehingga tercetus VF primer. Angka kejadiannya ringgi
pada populasi Asia dan kelompok laki-laki usia muda. Pada
E,KG permukaan saat irama sinus ditemukan adanya
gambaran R.BBB inkomplit dengan elevasi segmen ST di
sandapan V | -V3.
VF akan rnenyebabkan tidak adanya curah jantung
sehingga pasien dapat pingsan dan mengalami henti Gambar 11 . Rekaman EKG TDP dengan karateristik kompleks QRS
napas dalam hitungan detik. VF kasar (.coarse V[) yang berubah bentuk dan arah dalam beberapa denyutan Pada
denyut awal sebelum TDP terlihat adanya pemanjangan interval
menunjukkan aritmia ini baru terjadi dan lebih besar OT
peluangnya untuk diterminasi dengan defibrilasi.
Sedangkan VF halus (fine VF) sulit dibedakan dengan
REFERENSI
asistol dan biasanya sulit diterminasi. Penanganan VF
harus cepat dengan protokol resusitasi kardiopulmonal Brugada P. Brugada J, Mont L, et al. A new tLpproach to the dif'feren-
yang baku meliputi pemberian unsynchronized DC shack tial diagnosis oI regular tachycardia with wide QRS complex
mulai 200 J sarnpai 360 J dan obat-obatan seperti adrenalin, Circulation 199 I ;83 : I 649--59)
Davrs DW. Catheter ablation of ventricular tachycardia: are there
amiodaron, dan magnesium sulfat.
limits? Heart 2000:84:585-6
Edhouse J and Nlorris . Broad complex tachycardia part t. BMJ
324:719-22
Fibrilasi Ventrikular
Edhouse J and Morris F. Broad cornplex tachycardia part II. BMJ
321:116-9
Farzanh A, Lerman BB. Idiopathic outflow tract ventricular
t:rchycardia Heart 2005;91 :1 36-8
Fogoros RN Electrophysiologic testing. 3rd Ed. Blackwell Science,
1999
Huszar RJ. Basic dysrhythmias: interpretation and management 7th
Ed, Mosby, 2002
Lemola K, Brunckhorst C, Helfenstein U, et al. Predictors of
Denyut adverse outcome in patients with arrhythmogenic right
Ritme Gelombang P ORS
lnterval PR ventricular dl,splasia/cardiomyopathy: long-term experience of
lanrung (dalam detik)

a tertiary centre Heart 2005;91 1167-72


300-600 Sangat
iregular Tidak ada Fib rilasi Miles WM and Mitrani RL Ablation of idiopathic lelt ventricular
tachycardia, nght ventricuiar outflow tract tachycardia, and
Gambar 10. Contoh gambaran EKG VF. Tampak gambaran bundle branch reentry tachycardia. ln: Singer I (Ed).
kompleks QRS yang sangat tidak beraturan dan tidak terlihat Interventional electrophysiology.2'd Ed, Lippincort Willi.rms
gelombang P dan segmen ST yang jelas. (Dikutip dari & Wilkins. 2002
www ekglearning.com) Morgan JM Patients wi[h ventricu]ar arrythmias: whotr should be
ref'erred to an electrophysiolgist? Heart 2002;88:-544-550
SLevenson WG and Delacretaz E Radiofrequency catheter ablation
of ventricular tachycardia Heart 2000;84:-553-9
266
BRADIKARDIA
M. Yamin, A. Muin Rachman

PENDAHULUAN atrium kiri rnelalui Boclmtan's bundle, dilaniutkan ke no-


dus AV, His bundle, berkas cabang kanan dan kir-i, serabut
Bradikardia merupakan temuan klinis yan-t kerap dijumpai Purkinje, dan berakhir di miokard. Secara ringkas dapat
dalam praktek sehari-hari. Secara elektrokatdiografi dilihat pada Gambar 1. Nodus ,{V mendapatkan pasokan
manifestasinya dapat berupa sinus bradikardia, ,srrrut darah dari arteri desenden posterior yang merupakan
aruest, atau hambatan konduksi di nodus atrioventrikular cabang dari arteri koroner kananpadaS0To populasi. Maka
(atrioven/tcular node=AV node)). Karena bradikardia infark miokard inferior paling sering menimbulkan
dapat menurunkan curah jantung maka gejala yang komplikasi gangguan hantaran pada nodus AV (blok AV).
dirasakan pasien berka-itan gejala hipoperfusi seperti
pusing, lemas. hampir pingsan (necir syncope), pingsarr
(syncope), dan kadang-kadang dapat menyebabkan
kematian. Namun sering bradikardia tidak memberikan
gej ala samasekali (asimptomatik).
Secara umum bradikardia disebabkan oleh kegagalarl
pembentukan impuls oleh nodus sinoatrial (sinoatrial
node=SA node) atar kegagalan penghantaran (konduksi)
impuls dari nodus SA ke ventrikel (hambatan pada AV
node).Idefiifikasi penyebab yang akr-rrat akan memberikan
arah terapi dan penentuan prognosis yang tepat.
Dalam tulisan ini akan diuraikan etiologi, patofisiologi,
gambaran klinis, dan tatalaksana kel ainan i ni..

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Nodus SA adalah pembangkit impuls alamiah pada sistem Gambar 1. Sistem konduksi (hantaran) jantung
konduksi jantung dengan laju 60-100 kali per menit. normal
Struktur ini terletak di atrium kanan pada pertemuan vena
kava superior dengan atrium kanan. nodus SA Nodus SA dan nodus AV dipengaruhi oleh sistem
mendapatkan pasokan darah dari arteri nodus SA yang persarafan simpatis dan parasimpatis. Rangsangan
merupakan cabang dari arteri koroner kanan (pada 657o simpatis akan meningkatkan otomatisasi dan konduksi
populasi) atau cabang dari arteri koroner sirkumfleks (pada nodus SA dan nodus AV. Sebaliknya rangsangan
25Ea populasi). Oleh karena itu infark miokard inferior parasimpatis menekan otomatisasi nodus SA dan
(biasanya akibat stenosis di arteri koroner kanan) bisa menurunkan kecepatan konduksi nodus AV. Jadi dalam
disertai komplikasi bradikardia. menilai keadaan bradikardia faktor sistem persarafan ini
Selanjutnya impuls diteruskan ke atrium kanan dan ke harus dipertimbangkan.

1630
BRADII(ARDI,A 1631

Pe n,vebab bradikardi a adalah sebagai berikut: diulang seperlunya. Bila tidak membaik atau SB cenderung
berulang maka harus dipasang pacu jantung sementara
(temporary pacing').
Penyebab lntrinsik
l. Proses degeneratif (penuaan)
2. Inf'eksi atau iskemia QRS

3. Peny akrtinfil tratif (amiloidosis, sarkoidosis) PT


4. Penyakit kolagen (SLE, reumatoid artritis)
5. Trauma bedah (penggantian katup, koreksi penyakit Sinus bradycardia

jantung bawaan)
ORS

T
Penyebab Ekstrinsik
l. Obat-obatan (penyekat beta, digoksin, antiarjtmia) Sinus bradycardia with sinus rrhylhmia

2. Hipotiroid
PT
3. Gangguan elektrolit
4. Hipotermia
5. Kelainan neurologis Sinus bradvcardia

6. Gangguan saraf otonom (sinkop neurokardiogenik, ] ORS


pT
hipersensitif sinus karotis)

Sinus bradycardia

GAMBARAN KLINIS DAN TATALAKSANA Gambar 2. Bekaman EKG sinus bradikardia dengan laju kurang
dari 60 kali/menit, jarak antar kompleks QRS teratur, dan interval
Secara klinis bradikardia dapat ditemukan dalam bentuk PR konstan.

sinus bradikardia, sindrom sinus sakit (sict slnr.r.s


syndronte). dan ganggauan hantaran pada nodus AV (blok
Sindrom Sinus Sakit (Sick Sinus Syndrome)
AV).
Gangguan atau penyakit pada nodus SA merupakan
penyebab bradikardia tersering. Sindrom sinus sakrt (SSS)
Sinus Bradikardia adalah gangguan fungsi nodus SA yang disertai gejala.
Sinus bradikardia (SB) biasanya disebabkan stimulasi SSS. Gambaran EKG dapat berupa sinus bradikardi
vagal yang berlebihan dan atau penurunan tonus simpatis. persisten tanpa pengaruh obat, sinus arrest atat sinus
Penyebab tersering lainnya adalah pengauuh obat-obatan. exit block, AF (atrial fibrillasi) respons lambat, atau suatu
SB asimptomatik kerap dij umpai pada atlit terlatih. SB juga braditakikardia yang bergantian (Gambar 3).
dapat terjadi saat muntah atau sinkop vasovagal, operasi Penanganan SSS tergantung pada irama dasarnya.
mata, peningkatan tekanan intrakranial, tumor servikal, dan Umumnya diperlukan pemasangan pacu jantung permanen
hipoksia berat. (Gambar 4). Pada keadaan braditakikardia diperlukan
Gambaran EKG (Gambar 2) SB adalah bila laju nadi kombinasi obat antiaritmia dan pacu jantung permanen
kurang dari 60 kali/menit dengan bentuk gelombang P (PPM).
normal di depan setiap kompleks QRS dan interval PR yang
tetap (konstan).
Umumnya SB tidak berbahaya bahkan kadang-kadang
bermanfaat untuk memperpanjang waktu pengisian ventrikel.
Pada infark miokard akut dapat terjadi SB dan bila tidak
disertai gangguan hemodinamik umumnya tidak memerlukan
terapi khusus. Yang terpenting adalah memastikan hubungan
antara gejala dengan bradikardia. Hal ini dapat dilakukan
dengan pemantauan irama jantung 24 jam (holter monitor-
ing), event recorder (perekam irama jantung yang dapat
diaktifkan setiap saat ada gejala), dan loop recorder (alaI
perekam irama jantung yang ditanam di bawah kulit)
Tatalaksana SB tidak diperlukan bila tidak terdapat
gejala dan gangguan hemodinamik. Dalam keadaan infark
Gambar 3. Rekaman irama jantung 24 jam (Holter monitoring)
miokard akut dan disertai gangguan hemodinamik dapat dari seorang pasien dengan gambaran SSS Terlihat episode AF
diberikan sulfas atropin (SA) 0,5 mg intravena dan dapar dengan sinus arrest saat terminasi AF (bradyiachyarrhythmia)
t632 I(ARDIOLOGI

pemanjangan interval PR yang progresif sebelum


terjadinya hambatan total (Gambar 6). Lokasi kelainan ini
biasanya di tingkat nodus AV. Sedangkan pada tipe Mobizt
Ii terdapat hambatan impuls dari atrium yang intermiten di
mana impuls dari atrium tiba-tiba tidak dapat dihantarkan
ke ventrikel (Gambar 7').Pada tipe ini lokasi hambatan
adalah infranodal (pada sistem His-Purkinje). Gejala yang
muncul sangat bergantung pada besarnya laju ventrikel.
Jarang biokAV derajat 2 menimbulkan gejala.

gambar 5. Rekaman EKG pad blok AV derajat 1. Semua


gelombang dapat diteruskan ke ventrikel dengan waktu hantaran
lebih panjang (interval PR=0,32 detik)

Gambar 4. Pasien pasca operasi bedah pintas koroner yang


mencierita SSS dan menjalani pemasangan pacu jantung
permanen kamar ganda (dual chamber pacemaker). Terlihat juga Gambar 6. Pada blok AV derajat 2 tipe Wenckebach terllhat
electrode wire paat jantung sementara yang berwarna hitam pemanjangan interval secara progressif (dari 0,16 detik menjadi
terang 0,24 detlk pada gelombang P pertama dan kedua) dan gelombang
P ketiga tidak dapat dihantarkan (blok)

Hambatan Atrioventrikular {Atrioventricular lri


Block)
Hambattrn atrioventrikuiet' (blok AV) kerap menjadi "a-
.-,:lr-*.U Lf -i +:*:- i_.--

penyebab bradikardia meskipun lebih j arang dibandr n gkan


dengan kelainan fr-rngsi nodus SA. Penyebab tersering Gambar 7
Blok AV derajat 2 tipe Mobizt ll. Tampak hambatan
hantaran impuls dari atrium ke ventrikel yang intermiten
blok AV adalah obat-obatan, p-r:oses degeneratif, penyakit
janlung koroner, clan efek samping tindakan operasi
jantung. Gejala yang ditimbLrlkan satna sepetli gejala akibat
Blok AV derajat 3 (complete heart block)' bila hantaran
bradikardi lainnya yaitu pusing, lemas, harnpir pingsan, impuls dari atrium samasekali tidak dapat mencapai ventrikel
pingsan, dan kadang-kadang kernatian rnendadak. disebut blok AV deraj at 3 (blok AV total). Pada keadaan ini
Keputusan apakah perlu pentasangan pacu jantung atau laju ventrikel tergantung pada pqcentaker cadangan
tidak ditentukan oleh tiga hal: pefiama adalah gejala, kedua (subsidiary pacenmker) yang mengambil alih. Bila lokasi
adalah lokasi hambatan (blok). dan ketiga adalah derajat hambatan berada di AV Node maka laju ventrikel biasanya
hambatirn tersebut. Gangguan ini dibagi r-r,enjadi btok AV cukup untuk mempertahankan curah jantung. Namun bila
derajat l. blokAV derajat 2, dan blokAV derajat 3 (total)' lokasi hambatan berada di bawah nodus AV (infranodal)
BlokAV derajat 1, blokAV derajat 1 bila semua impuls dari kerap menimbulkan gangguan hemodinamik karena lajunya
atrium dapat dihantarkirn ke 'n entrikel dengan waktu hantaran sangat pelan (< 40 kali per menit)
yang lebih lama (pada EKG interval PR> 0,20 detik seperti Karena pada blok AV total atriutn dan ventrikel
pada gambar 5). Kelainannya biasanya pada tingkat nodus dikendalikan oleh pacemaker yarrg berbeda dan tidak
AV dan jarang pada sistem His-Purkinje. Karena semua berkaitan maka pada EKG permukaan akan terlihat
impuls dari atrium ciapat dihantarkan ke ventrikel maka tidak gambaran disosiasi atrioventrikuler (AV dissociation).
menimbulkan gejala. Contoh disosiasi AV dapat dilihat pada Gambar 7'
Blok AV derajat 2,pada keadaan ini tidak semua impuls Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa salah
dari atrium dapat dihantarkan melalui nodus AV dan sistem satu pertimbangan keputusan apakah perlu pemasangan
His-Purkinj e ke ventrikel. pacu jantung permanen adalah lokasi hambatan (blok).
Berdasarkan rekaman EKG kelainan ini dapat Rekaman EKG permukaan dapat membantu hal ini.
dikelompokkan menjadi tipe Mobizt I (tipe Wenckebach) Kompleks QRS yang lebar dengan laju 20-40 kali per menit
dan tipe Mobizt II. Pada tipe Mobizt I terdapat menunj ukkan lokasi hamb ata:n infrano dol' Sedangkan
BRADII(ARDIA 1633

kompleks QRS yang normal (sempit) dengan laju sekitar KESlMPULAN


40-60 kali per menit menandakan lokasi hambatan pada
nodus AV. Bradikardia adalah gejala klinis yang kerap didapatkan
Karena nodus AV dipersarafi oleh sistem saraf otonom dalam praktek sehari-hari. Pengaruh obat-obatan dan
(terutama parasimpatis) yang dominan sedangkan jaringan proses degeneratif merupakan penyebab bradikardia
infranodal (sistem His-Purkinje) tidak, maka manuver yang tersering. Gangguan fungsi nodus SA adalah jenis
merangsang atau menghambat sistem saraf tersebut dapat bradikardi yang paling banyak dijumpai, terutama pada
dipakai untuk menentukan lokasi gangguan hantaran. Jika orang tua. Sedangkan blok AV lebih jarang didapat.
lokasi hambatan ada di nodus AV maka atropin atau latihan Penyebab blok AV tersering selain proses degenaratif
fisik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan blok. adalah infark miokard akut dan proses pembedahan.
Sebaliknyajika lokasi gangguan hantaran ada di infranodal, Pengenalan etiologi, patofisiologi, dan gambaran EKG yang
maka pemberian atropin atau latihan fisik tidak akan baik akan mempermudah diagnosis etiologi dan tatalaksana
mengurangi blok bahkan kadang-kadang dapat yang baik.Umumnya bradikardi yang bergejala, apapun
memperburuk. Umumnya blok infranodal menimbulkan sebabnya, memerlukan terapi definitif yaitu pemasangan
gejala yang bermakna sehingga memerlukan pemasangan pacu Jantung permanen.
pacu Jantung permanen.
Umumnya blok AV derajat 1 tidak memerlukan terapi
PPM kecuali pada pemeriksaan elektrofisiologi didapatkan
REFERENSI
interval HV (dari Ills ke ventrikel) >100 milidetik. Untuk
blok AV derajat 2 apapun tipe dan lokasi gangguan Fogoros RN Electrophysiologic testing. 3rd Ed, Blackwelt Sclence,
memerlukan PPM jika bergejala (simptomatik). Pada blok t999
AV derajat 3 indikasi PPM adalah: Gold MR Permanent pacing:new indications Heart 2001;86 355
. Bila disertai bradikardi yang simptomatik 60
. Bila disertai pause >3 detik atau laju ventrikel <40 kali Huszar RJ. Basic dysrhythmias: interpretation and managernent 7t'
Ed, Mosby, 2002.
per menit pada saat terjaga, walaupun tidak bergejala
. Blok AV pasca pernbedahan yang diperkirakan tidak Magrum JM and DiMarco JP The evaluation and management of
bradycardia N Eng J Med 2005;10:703-9
dapat pulih kembali Moses HW, Miller BD, Moulton KP, et al Practical guide to cardiac
. Pasca ablasi nodus AV pacing 5'h Ed. Lippincott Williams, 2000.
Munawar M, Yuniadi Y, Yamin M (Eds). Minicourse on arrhythmia,
ftid-Degree AV B ock 16'h Weekend Course on Cardiology, 2004
(CompeieAV block)
Olgin JE and Zipes DP Specific arrhythmias: diagnosis and treat-
ment In: Zipes DP, Libby P, Bonow RO, et al. Heart disease: a
textbook of cardiovascular medicine 7'h Ed. Elsevier Saunders.
2005.
Rowlands DJ. Understanding the electrocardiogram. Imperial
Chemicals Industries. 1987.
Simmons JD, Chakko SC, Myerburg RJ. Arrhythmias and
conduction disturbances. In: O'Rourke RA, Fuster Y Alexander
RW, et al (Eds). The heart manual of cardiology. 11'h Ed, Mc
Graw Hill. 2005.

Gambar 8. Disosiasi atrioventrikuler pada blok AV derajat 3


(complete heart block\ Pada gambar paling atas terlihat laju
atrium (gelombang P) adalah 80 x/menit sedangkan laju ventrikel
(kompleks QRS) sekitar 30x/menit lni menunjukkan pacemaker
cadangan yang mengambil alih adalah ventrikel karena lajunya di
bawah 40 x/menit dan kompkes QBS lebar (>0,12 detik) Dari
gambaran ini dapat pula ditentukan bahwa lokasi hambatan adalah
inf ranodal
257
I(ARDIOVERSI
M. Yamin, A. Muin Rachman

PENDAHULUAN INDIKASI KARDIOVERSI

Kardioversi ialah suatu tindakan elektif atau emergensi Fibrilasi ventrikel


untuk mengobati takiaritrnia di mana diberikan aliran listrik, Takikardia ventrikel, bila pengobatan medikamentosa
biasanya dengan energi yang rendah dan disinkronkan yang adekuat tidak berhasil menghentikan takikardia
dengan gelombang R, di mana aliran listrik diberikan pada tersebut atau pasien dengan keadaan hemodinamik
puncak gelombang R. Kardioversi secara elektrik dilakukan yang buruk.
dengan DC (direct current) counter shockyang synchro- Takikardia supraventrikular yang tidak bisa dihentikan
nized. dengan pemberian obat-obatan atau keadaan
Direct current(DC) counter shock ialah impuls listrik hemodinamik yang buruk
energi tinggi yang diberikan melalui dada (ke jantung) Fibrilasi atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama
untuk waktu yang singkat. DC countershock dilakukan sinus dengan obat-obatan.
dengan alat defibrilator. . Fluter atial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama
sinus dengan obat-obatan.

MEKANISME KERJA KARDIOVERSI


PERSIAPAN KARDIOVERSI
Pada kardioversi diberikan aliranlistrik ke miokardium pada
puncak gelombang R. Hal ini menyebabkan terjadinya Antikoagulan
depolarisasi seluruh miokardium, dan masa refrakter
Pada fibrilasi atrial kronik perlu diberikan antikoagulan
memanjang, sehingga dapat menghambat dan seperti koumadin selama dua minggu sebelum tindakan,
menghentikan terjadinya re-entry, dan memungkinkan
untuk menghindari terjadinya emboli sistemik. Bentuk
nodus sinus mengambil alih irama jantung menjadi irama
takikardia yang lain tidak membutuhkan antikoagulan.
sinus. Pada fibrilasi ventrikel sftock listrik menyebabkan
Pada fibrilasi ventrikel, DC kardioversi harus segera
hiperpolarisasi membran sel sehingga fibrilasi dapat
dilakukan, disertai dengan pemberian pernapasan buatan
dihentikan dan kembali ke irama sinus. Kardioversi elektrik
dart. massage kardiak, jadi merupakan bagian dari
paling efektif dalam menghentikan takikardia karena
resusitasi jantung paru
re-entry, seperti fluter atrial, fibrilasi atrial, takikardia nodal
AY, reciprocating tachycardia kareta sindrom Wolff
Parkinson Wite (WPW), takikardia ventrikel. Takiaritmia Anestesia
dapat juga karena pembentukan impuls (automaticity) Perlu diberikan obat anestesia karena prosedur
yang bertambah seperti pada parasistol atau takikardia DC defibrilasi menimbulkan rasa sakit yang cukup
ideoventrikular. Gangguan irama seperti itu tidak perlu berat. Obat anestesi diberikan secara intravena,
dilakukan kardioversi listrik karena akan kembali lagi dalam biasanya golongan barbiturat kerja pendek atau
waktu singkat. fentanil.

1634
I(ARDTOVERSI 1635

Jumlah Energi untuk Kardioversi HASIL


Jumlah energi yang dibutuhkan biasanya dimulai rendah,
lalu dapat dinaikkan tergantung macamnya takikardia. Pada Kardioversi dapat mengembalikan irama sinus sampai 957o,
fluter atrial biasanya cukup 25-50 Joule. Takikardia tergantung tipe takiaritrnia. Tetapi kadang-kadang gangguan
supraventrikular membutuhkan energi sebesar 50-100 irama timbul lagi kurang dan 0 bulan. Oleh karena itu
Joule, sedangkan fibrilasi atrial dan takikardia ventrikular mempertahankan irama sinus perlu diperhatikan dengan
membutuhkan 100-200 Joule. Pada henti jantung (cardiac memperbaiki kelainan jantung yang ada dan memberikan
aruest) dengan fibrilasi ventrikel energi yang dibutuhkan obat anti-aritrnia yang sesuai. Bila irama sinus sudah kembali
200-400 Joule. maka atrium kiri dapat mengecil dan kapasitas fungsionil
akan menjadi lebih baik.

PROSEDUR KARDIOVERSI LISTRIK


KOMPLIKASI
Sebelum dilakukan tindakan kardioversi secara elektif,
dilakukan pemeriksaan fisis yang menyeluruh dan Aritmia dapat timbul sesudah kardioversi secara listrik
pemeriksaan EKG lengkap. Pasien sebaiknya dalam karena sinkronisasi terhadap gelombang R tidak cukup
keadaan puasa selama 6-12 jamdan tidak ada tanda-tanda sehingga shock listrik terjadi pada segmen ST atau
intoksikasi obat seperti digitalis. Pasien juga dipantau gelombang T dan dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel
tekanan darah, iramajantung dan saturasi oksigen dengan (dalam hal ini dapat dilakukan DC countershock sekali lagi).
pulse oxymeten Setelah diberikan obat sedatif secara Juga dapat timbul bradiaritmia atau asistol sehingga perlu
intravena. disiapkan obat atropin dan pacu jantung sementara.
P addle pertama dibei j elly secukupnya dan diletakkan Peristiwa homboemboli dilaporkan ted adi I -37o pada pasien
di dada bagian depan sedikit sebelah kanan sternum di fibrilasi atrial kronik yang dikonversi menjadi irama sinus,
sela i ga III, p addl e kedua setelah diberi j e lly diletakkan di oleh karena itu pada pasien dengan hbrilasi atrial yang sudah
sebelah kiri apeks kordis; alat defibrilator dinyalakan dan lebih dari 23 han sebaiknya diberi antikoagulan selama 2
dipilih tingkat energi yang ditentukan, alat untuk minggu sebelum dilakukan tindakan kardioversi, Hal ini
sinkronisasi gelombang R juga dinyalakan lalu kedua terutama untukpasien dengan stenosis mitral dengan atrium
paddle diberi tekanan yang cukup dan alat dinyalakan kiri yang membesar dan terjadi fibrilasi atrial yang baru.
dengan energi yang dibutuhkan, misalnya untuk fluter
dimulai dengan 50 Joule sedangkan untuk fibrilasi atrial
dimulai 100 Joule dan untuk fibrilasi ventrikel diberikan REFERENSI
energi 200 Joule. Bila belum berhasil dinaikkan menjadi Ewy GA:Optimal technique forelectrical cardioversion of atrial
300 Joule sampai 400 Joule. Pasien yang menderita fibrillation. Circulation 7986:1645-7
cardiac arrest paling sedikit harus dicoba 3 kali, sebagai Prystowsky EN, Benson W, Fuster Vet al : Managements of patients
awal tindakan resusitasi. Pemberian shock listrlk yang with atrial fibrillation. Circulation 1993:1262-7'7
disinkronkan pada komplek QRS atau pada puncak Kerber RE.Transthoradc cardioversion and defibrillation. In : Zipes
gelombang R, biasanya dipakai pada semua kardioversi DR Jaliffe J, editors. Cardiac Electrophysiology: From the Cell
to Bedside, :3'd ed, Philadelphia: WBSaunders; 2000
secara elektifkecuali pada fibrilasi ventrikel atau fluter atau
Kerber RE. Transthoracic cardioversion of atrial fibrillation and
takikardia ventrikel yang sangat cepat dan keadaan flutter: Standard technique and new advances. Am J Cardiol
hemodinamik pasien kurang baik. Pada waktu dilakukan 1996;78:22
shock biasanya terjadi spasme otot dada dan juga otot Wacott GP, Knisley SB, Zhou x, et al: On the mechanism of
lengan. ventricular fibrillation. Pacing Clin Electrophysiol 1997 ;20(2pt
2):422.
258
PACU JANTUNG SEMENTARA
A. Muin Rachman

PENDAHULUAN sarana yang cukup untuk pemasangannya dan sangat tidak


praktis untuk menolong pasien yang mengalami henti
Di dalam jantung terdapat kelompok-kelompok sel yang jantung. Zoll {1952), setelah mencobanya pada anjing,
dapat mengeluarkan impuls listrik ke otot jantung untuk dengan menggunakan elektroda yang ditempatkan secara
merangsang terjadinya kontraksi dan denyut jantung. Bila subkutan pada dinding dada, berhasil menolong pasien
kelompok sel ini gagal atau membutuhkan waktu terlalu sindrom Adam-Stokes. Sayangnya arus listrik yang dipakai
lama untuk mengeluarkan impuls atau impuls yang dengatcaraZoll inijauh lebih besar dibandingkan dengan
dikeluarkan abnormal atau terhambat hantarannya bila elektroda tersebut ditempatkan langsung pada jantung.
sehingga tidak atau terlalu lambat menghasilkan denyut Karena itu pada pemakaian pacu jantung tetap,
jantung. maka harus ada alat yang dapat mengeluarkan elektroda sebaiknya ditempatkan langsung pada
impuls listrik untuk menggantikannya. Alat ini disebut pacu endokardium ventrikel kanan melalui vena ( transv enous ).
jantung buatan. Cara ini lebih praktis dan dapat dilakukan tanpa melakukan
Pacu jantung buatan ini dibedakan menjadi 2 macam operasi torakotomi.
berdasarkan lama pemakaiannya, yaitu yang dipakai hanya Pacu jantung eksternal telah mengalami banyak
untuk sementara waktu saja, disebut temporary pace perubahan dan dapat dibuat dalam ukuran lebih kecil
maker (TPM), dan yang dapat dipakai seterusnya/ sehingga dapat dibawa ke mana-mana oleh pasien. Akan
menetap. disebut permanent pace maker (PPM). TPM tetapi pada pacujantung transvenous, bahaya infeksi tetap
ditempatkan di luar badan pasien. sedangkan PPM yang besar karena adanya hubungan langsung antara jantung
harus dipakai seumur hidup ditempatkan di dalam badan, pasien dengan dunia luar {melalui elektroda) .Untuk
biasanya diletakkan di bawah kulit pada dinding dada (di mengatasi hal tersebut, kemudian diusahakan pacu
atas m. Pectoralis mayor) atpu perut. jantung steril yang ditanam di bawah kulit.
Dewasa ini, teknik elektrcifisiologi pacu jantung Arrne Larson dari Swedia adalah orang pefiama yang
mengalami kemajuan pesat. lehingga kesulitan yang memakai pacu jantung steril yang ditanam dalam badannya
ditimbulkan oleh pemakaian PPM diperkecil, sedangkan di bawah kulit oleh Elquist dan Senning. Sayang isi muatan
indikasi penggunaannya diperluas, bahkan dipakai pula listrik pacu jantungnya tak dapat bertahan cukup lama
sebagai pengontrol takiaritmia. meskipun dapat diisi lagi (rechargeable).
Pada tahun 1960, Chardack, Gege dan Greatbach
mencoba menanamkan pacu jantung yang memakai baterai
SEJARAH PERKEMBANGAN PEMAKAIAN PACU agar dapat bertahan lebih lama. Metode ini akhirnya
JANTUNG merupakan cara yang lazim dipakai sampai sekarang.
Pacu jantung berkembang pesat sekali dalam waktu 20
Percobaan untuk memacu jantung dengan arus listrik telah tahun ini, sepefii terlihat pada perubahan-perubahannya.
dimulai sejak tahun 1935 oleh Hyman dan kemudian oleh Di samping yang menyangkut elektrodanya. juga
Callaghan dan Bigelow tahun 1951. Peneliti-peneliti ini perubahan mengenai bentuk atau ukuran serta sistem
menggunakan elektroda yang ditanamkan langsung pada sirkuit listrik dalam alat pacujantung itu.
jantung { epikardium/miokardium) sehingga memerlukan Di Indonesia pada f.ahur. 1.912, pacu jantung

1636
PACU JAI\TUNG SEMENTARA t637

transvenous permanen pertama kali ditanamkan oleh . Transthoracic pacing, penempatan elektroda melalui
Nurhay dkk pada seorang perempuan yang mendeita sick dinding dada, dengan cara pungsi langsung ataupun
sinus syndrome (SSS) .Kemudian pada tahun yang sama operasl.
di Surabaya ditanamkan pacu jantung memakai elektroda
epikardial pada seorang anak. Setelah itu semakin banyak
penggunaan pacu jantung tetap pada pasien di PULSEGENERATOR
Indonesia. Di antaranya terdapat juga pasien yang memakai
pacu jantung yang dapat diatur beberapa parameternya Ada pulse generator yanghanya ditempatkan di luar badan
dari luar (programmable). (eksternal) yang biasanya dipakai pada TPM; tapi ada juga
Akhirnya pada bulan Januari 1984, Santoso dkk yang ditanam dalam badan (implantted), yaitu pada pacu
memasang pacu jantung fisiologis (dual demand) yang jantung permanen (PPNI).
pertama di Indonesia. Di samping untuk mengeluarkan impuls (stimulator),
pulse generator jluga mempunyai unit untuk mendeteksi
impuls yang dikeluarkan oleh jantung (sensor) baik yang
MACAM.MACAM PACU JANTUNG berasal dari atrium (P) maupun dari ventrikel (QRS). Impuls
dari pulse generator yang memacu jantung dikeluarkan
Pacu jantung mungkin hanya dipakai untuk sementara berdasarkan kerja sama antara unit sensor dan stimulator
(TPM) untuk mengatasi gangguan yang biasanya tersebut.
berlangsung tidak lama. TPM ini dapat dibiarkan ter?asang Berdasarkan cara pengeluaran impuls dari pulse
untuk waktu kurang dari 30 hari. Setelah itu elektrodanya generator itu (modus), terdapat bermacam-macam pacu
harus diangkat dan kalau perlu diganti dengan elektroda jantung, misalnya: pacujantung asynchronous yaitu pacu
yang lebih permanen. Pacu jantung yang dipakai lebih lama jantung yang mengeluarkan impuls secara tetap ke jantung
atau mungkin selamanya, adalah pacu jantung perrnanen menurut frekuensi tertentu (fixed rate), tidak bergantung
(PPM) .Di samping itu masih dikenal pembagian bermacam- pada ada atau tidaknya impuls jantung itu sendiri. Apabila
macam pacu jantung dengan berbagai klasifikasi. jantung mengeluarkan impulsnya juga, dan mungkin saja
impuls dari pulse generator tersebut jatuh pada fase
bahaya (vulnerable periode) sehingga dapat timbul aritmia
ELEKTRODA berat.
Pacu jantung synchronous ialah pacu jantung yang
Seperti diketahui pacu jantung terdiri atas dua bagian mengeluarkan impuls sesuai dengan impuls yang
penting, yaitu sumber listriknya (pulse generator) dan dikeluarkan oleh atrium ( atrial synchronous ) atatt venrikel
elektroda yaitu penghubung antara sumber listrik dengan (ventricular synchronous). Bila impuls jantung tidak ada,
j antung (endokardium, epikardium atau miokardium). maka dengan sendirinyg pacu jantung iru mengeluarkan
Ada dua macam elektroda yaitu unipolar dan bipolar. impuls menurut frekuensi teftentu (fixed rate).
Pada yang unipolar, elektroda di dalam jantung hanya ada Pacu jantung on demand (stand by) ialah pacu jantung
l, yaitu kutub negatif (katoda). Ssedangkan elektroda yang mengeluarkan impuls ke ventrikel (ventricular
indiferennya bipolar, di dalam jmttng ada 2elektroda, yaitu demand) atau atrium (atrial demand) apabila frekuensi
bagian distal katoda (negatifl dan sedikit di proksimalnya ventrikel atau atrium kurang dibandingkan frekuensi impuls
terdapat anoda (positif). pacu Jantung.
Dengan demikian terdapat pacu jantung unipolar dan Dulu, elektroda untuk atrium hanya bisa ditanam di
bipolar. Ada beberapa keuntungan dan kerugian antara epikardium atau miokardium. Sekarang, dengan kemajuan
keduanya, akan tetapi pacujantung bipolar dapat diubah teknologi, elektroda telah dapat dipasang di endokardium,
menjadi unipolar. baikpadaventrikel maupun affium. Dengan demikian secara
Penempatan elektroda dalam jantung dapat menentukan transvenous telah dapat dipasang elektroda dalam atrium
pula jenis pacu jantung. Elektroda dapat ditempatkan pada dan ventrikel sekaligus sehingga atrium dan ventrikel
endokardium, epikardium atau miokardium dari: dapat disensor dan distimulasi.
. Atrium, disebut atrial pacing. Pulse generator-nya sendiri ada yang dapat diatur dari
. Ventrikel, disebut ventricular pacing. luar untuk berb agu parametemy a (pro grammable ), seperti
. Atrium dan ventrikel disebut atrio-ventricular pacing frekuensi, voltase, sensitivitas, modus pacunya
( dual- chamber pacing ). (synchronous menjadi asynchronous dll), katup
. Sinus koronarius: coronary sinus pacing. Kemudian elektrodanya (bipolar menjadi unipolar), interval AY masa
dari cara penempatan elektroda berbeda yaitu: dalam refrakter. Yang sederhana adalah hanya dapat diatur
jantung juga disebut: frekuensi dan voltase sala (simple programmable), tetapi
. . Trans venous pacing, penempatan elektroda melalui vena. ada pula yang lebih dai 2 parameternya dapat diatur
1638 I$RDIOI.OGI

(multipro grammable ). Mula-mula pengaturannya secara sensor: tidak ada (0), dan keluarnya impuls tak bergantung
invasif, tapi sekarang sudah dapat dilakukan dari luar ada sensor (0) .Pacu jantung ini mengeluarkan impuls ke
(noninvasif), bahkan dengan telemetri. ventrikel, menurut frekuensi tertentu (fixed rate),jadi suatu
Pada pacu jantung yang digunakan untuk pengobatan pacu jantung asynchronous. Di sini tidak dinyatakan
takikardia, bentuk impuls yang dikeluarkan berbeda dengan apakah pacu jantung ini dapat diprogram atau tidak; bila
pacu jantung yang biasa. Impuls yang dikeluarkan ada hendak disebutkan maka harus ditambah satu huruf lagi:
yang berfrekuensi cepat dan sekaligus banyak (burst), VOO, O tak dapat diprogram
ada pula yang berfrekuensi biasa (normal) sehingga terjadi VOO, P dbpat diprogram sederhana (frekuensi/output).
kompetisi dengan frekuensi jantungnya sendiri (misalnya VOO, M dapat diprogram lebih dari 2 parameternya
berupa pacu jantung synchronous yang diletakkan magnit VOO, T dapat diprogram lebih dari 2 parametemya dengan
di atasnya sehingga menjadi asynchronous),' dan ada lagi telemetri.
pacu jantung dengan kemampuan scanning sampai
ditemukannya waktu yang tepat untuk mengeluarkan VVI
impulsnya guna memutus siklus "reentty tachycardia" Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel (V), sedangkan
jantung yang mengalami takikardia tersebut.
sensor dari ventrikel (V), dan impuls dihambat oleh tanda
Dengan demikian terdapat bermacam-macam pacu
sensor (I). Bila ventrikel mengeluarkan impuls (QRS) maka
jantung bila ditinjau dari cara pengeluaran impulsnya jantung tidak mengeluarkan impuls sampai wakru tertentu.
(modus) dan bagian jantung yang disensor/dipacunya.
Bila dalam waktu tersebut QRS tak keluar lagi, makajantung
Komisi istilah telah menyusun suatu cara untuk pemberian
mengeluarkan impulsnya. Jadi ini suatu pacu janltngven-
nama pada pacu jantung tersebut menurut modusnya
tricular demand. Sekarang banyak jenis pacu jantung ini
dengan singkatan 5 huruf sebagai berikut. yang dapat diprogram secara sederhana misalnya VVI, P
dari Medtronic,Teletronic, Siemens dan lain-Iain; dan, juga
Huruf pertama (I) Huruf kedua (II) yang dapat diprogram multipel misalnya VVI, M dari
Bagian jantungnya disensor Bagian jantungnya dipacu
(Chamber-paceQ (Chamber-senseQ
Medtronics.
V-ventrikel V-ventrikel
A-atrium A-atrium AAI
D-double D-double
Seperti WI mengenai atrium.
S-single S-single
Pacu jantung WIatau AAI sebetulnya pulse generator-
Huruf ketiga (III) Huruf keempat (IV) nya sama yaitu bergantung pada penempatan elektroda
Respons (mode of Kemampuan pemrogram
apakah di atrium atau ventrikel (VVD. Pacu jantung
(AAI)
response)
ini disebut singlechamber pacing (SSI). Contoh dari
T-trigger P-simple
l-inhibitor M-multi programmable
Medtronic adalah SSI, M auu Spectrax SXT: SSI, T.
D-double T-multi programmable
O-one telemetri
VAT
R-reverse
Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel (V), sensor di
Huruf kelima (V) atrium (A), dan impuls dikeluarkan bila ada tanda dari
Khususnya fungsi takiaritrnia (special tachyarrytmias
sensor (T).Bila ada impuls dari anium (gelombang P) maka
function) jantung mengeluarkan impulsnya ke ventrikel setelah
pacu
B-burst
selang waktu tertentu (sesuai P-R interval). Bila tidak ada
N-normal rate
competition gelombang P maka picu jantung mengeluarkan impuls ke
S-scanning venrikel secara spontan. Jadi suatu pacu jarfiung atrial
E-external synchonous. Contoh pacu jantung demikian adalah Omni
Stanicor (Cordis) dan Siemens 625.
Jadi suatu pacu jantung menurut cdra kerjanya disebut
dengan sekurang-kurangnya 3 huruf, dapatjuga 4 atat 5 DVI
huruf. Setelah huruf ke 3, diberikan tanda koma (,) baru Pacu jantung dengan impuls ke atrium dan ventrikel (D-
dilanjutkan ke 4 dan 5. double), sensor di ventrikel (V), dan impuls dihambat bila
ada tanda sensor (I). Bila ventrikel mengeluarkan impuls,
maka pacu jantung tak mengeluarkan impuls. Bila tak ada
CONTOH: impuls dari ventrikel maka pacu jantung mengeluarkan
impuls ke atrium dan ventrikel dengan interval sama dengan
voo interval PR yang normal. Suatu pacu jantung dual
Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel M, sedang demand (A-Y sequential);.tak disebut apakah program-
PACUJANTUNGSEMENTARA 1639

mable atalu tidak. Contoh pacu jantung demikian adalah intermiten diikuti dengan: takikardia/bradikardia
Medtronic; Byrel dan Versatrax. Versatrax adalah suatu simtomatis, atau gagal jantung, atau keadaan-keadaan
pacu jantung multiprogrammable: DVI, M. Pacu iantung yang memerlukan pemakaian obat yang menekan
ini dapat dipakai untuk mengontrol takikardia automatisitas iantung, atau adanya asistol 3 detik atau
supraventrikular paroksimal dengan cara kompetisi; jadi lebih. Keadaan ini mungkin pula diikuti adanya atrial
dalam hal ini adalah suatu .DVI, MN (N = normnl rate flutter parorysmal.
competition). . Blok A-V derajat 2 yangberat (advanced) ata:u detajat
3 yang persisten sesudah infark jantung akut (paling
sering anterior).
VDD . BlokbifasikulardenganblokA-V intermiten derajat3
Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel (V), sensor di
atau derajat 2tipe2, dengan gejala-gejala.
atrium dan ventrikel (D), sedangkan impuls bisa dihambat
' Dysfungsi A-V node (SSS) dengan bradikardia
atau dikeluarkan bila ada tanda dari sensor (D) , jadi bisa
simtomatis (tanpa/dengan terapi dan tak ada obat
bekerja seperti VVI atau VAT. Contoh pacu jantung
alternatiflain).
demikian adalah Medtronic: Enertrax. Pacu jantung ini . Sindromkarotishipersensitif.
multi programmable, iadi suatu VDD, M.
Sinkop berulang yang timbul spontan ataupun dengan
rangsangan karotis atau pasien yang menunjukkan
DDD asistol selama 3 detik atau lebih pada rangsangan
Pacu jantung dengan impuls ke atrium dan ventrikel (D), karotisminimal.
sensor di atrium dan ventrikel (D) dan impuls dihambat
atau dikeluarkan bila ada tanda dari sensor (D) sesuai
Keadaan !l
dengan kebutuhan. Dengan demikian pacu jantung ini . BlokA-V derajat3 atau2tipr', 112 asimamais, peflrvmen
berfungsi sebagai AAI, WI dan VAT. Selain itu dapat pula
atau intermiten, dengan frekuensi ventrikel 40lmenit
berfungsi sebagai DVI, VDD. Jelas bahwa pacu jantung
atau lebih.
ifimultiprogrammable,jadi suatu DDD, M. Pacu jantung . Blok A-V deraiat I menetap dengan BBB yang baru
ini disebut juga pacu jantung universal.
atau blok A-V derajat 2 berat (advanced) meski
Contoh pacu jantung demikian adalah Medtronic:
sementara, diserlai BBB.
Versatrax; Cordis: Sequicor dan Biotronic: Di plos. . Blok biltri fasikular dengan sinkop tanpa sebab lain,
atau dengan blok A-V derajat 2 yang berat meski
asimtomatis.
INDIKASI PEMAKAIAN PACU JANTUNG . Dysfungsi sinus node (SSS) spontan atau karena terapi
yang diperlukan, dengan HR kurang dari 40 kah lmentt,
Seperti telah disebutkan di atas, pacujantung dapat dipakai
simtomatis.
sementara (TPM, kurang dari 30 hari) atau menetap (PPM)
bergantung pada gangguan yang timbul apakah sementara
. Pada sindrom karotis hipersensitif dengan sinkop yang
berulang walaupun adanya rangsangan karotis tak jelas.
atau menetap. Pada keadaan akut yang belum pasti
biasanya dipasang dulu TPM, sedang pada keadaan Pada keadaan-keadaan I jelas diperlukan PPM,
tertentu yang sudah pasti, langsung dipasang PPM. TPM sedangkan pada keadaan II biasanya diperlukan PPM,
dapat juga dipasang tidak untuk langsung dipakai, meskipun adayang menganggap hanya diperlukan TPM,
melainkan hanya untuk persiapan kalau-kalau ternyata selanjutnya bisa dilepas bila tetap stabil.
diperlukan (profilaksis).
Pemasangan pacu jantung dimaksudkan untuk Keadaan lll
menghilangkan gejala klinis gangguan irama jantung, Ada pula PPM yang dipakai sebagai defrbrilator automatis,
seperti pusing-pusing sampai sinkop, berdebar sampai suatu alat menyerupai pacu jantung yang memantau irama
meninggal mendadak atau dekompensasi jantung. Pacu jantung dan bila tiba-tiba muncul takiaritrnia ventrikel atau
jantung sementara dipakaijuga untuk mengatasi keadaan-
f,rbrilasi ventrikel maka alat ini akan mengeluarkan arus
keadaan sementara waktu anestesia umum, operasi listrik cukup besar dan berlaku sebagai defibrilator
jantung, tindakan-tindakan jantung (kateterisasi, PTCA
internal untuk mengoreksinya.
dan lain-lain), waktu penggantian generator pacu jantung, Sampai dengan tahun 1990 di Sub-bagian Kardiologi
dan lain-lain. Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Keadaan yang memerlukan pemakaian pacujantung adalah: Universitas Indonesia telah ditanamkan 187 pacu jantung
perrnanen pada 109 pasien. Di antara indikasi pemakaian
Keadaan I PPM pada pasien-pasien tersebut, adalah (menurut urutan
. Blok A-V derajat 3 atau derajat 2 permanen atau terbanyak) sebagai berikut:
1640 I(ARDIOLOGI

. Gangguan hantaran pada 98 pasien: blokAV total.


Blok A V deraj at 2 detganbradikardia (simtomatik).
B ifas c ic ular block (simtomatis)
. Sick sinus syndrome pada 89 pasien, satu pasien di
antaranya dengan gangguan hemodinamik sehingga
dipasang pacu jantung DDD, M.
Banyaknya macam pacu jantung menyebabkan
perlunya melakukan seleksi pasien dengan hati-hati, kalau
perlu secara elektrofisiologi supaya pasien tersebut
mendapat pacu jantung yang sesuai. Hal ini tjdak akan
dibicarakan lebihjauh di sini.

Gambar 1. Teknik pemasukan elektroda ke dalam vena


TEKNIK PEMASANGAN A Pungsi vena memakai jarum cukup besar sehingga guide wire dapal
masu k
Menempatkan elektroda ke dalam jantung dapat dilakukan B Guide wlre dimasukkan lalu jarum dikeluarkan dari guide wire
dengan cara: C Dilator dimasukkan ke guide wrre diikuti oleh sheath
D guide wire dan dilator dikeluarkan dari sheath dan elektroda dimasukkan

Transtorakal melalui shealh


Fungsi langsung melalui dinding dada ke dalamjantung,
kemudian elektroda dimasukkan melalui jarum pungsi
tersebut. Dahulu cara ini dipergunakan untuk menolong
pasien dalam keadaan gawat darurat, tetapi sekarang sudah
ditinggalkan.
Torakotomi, membuka dinding dada atau dari bawah
melal ui diafragma ditanamkan elektroda ke epikard/miokard
(prosedur operatif).

Transvenous, Melalui Pembuluh Vena


Elektroda didorong ke dalam jantung sampai mencapai
endokard atritm ( ap p endage) atau ventrikel kanan (apeks).
Vena yang biasanya dipakai adalah: v. Femoralis, v.
Subklavia, v. Brakhialis, v. Sefalika. v.Jugularis eksterna
danlainlain. Pemasukan elektroda ke dalam vena dilakukan
dengan cara seperti terlihat pada gambar (Garnbar 1 dan
2)
. Pungsi langsung perkutan, biasanya melalui vena-vena
yang besar seperti v. Femoralis. v. Subklavia atau v. Gambar 2. Teknik pemasangan elektroda ke dalam jantung
Jugularis eksterna. Caranya sama seperti melakukan A, Tempat untuk pungsi vena atau vena seksi (E ), Garis titik-titik
kateterisasi jantung (v. Femoralis) atau memasang CVP. menunjukkan jaannya elektroda yang didorong ke lantung dari tempat-
. Dengan sayatan pada vena kemudian dibuka sedikit tempat tersebut
untuk memasukkan elektrodanya. Hal ini dilakukan B. PPM, Transvenous
terutama pada vena-vena yang lebih kecil dan tak C. Transtorakal
mungkin dilakukan fungsi misalnya v. Brakialis, v.
Seialika dan lain-lain.
Untuk pacu jantung tetap (PPM), biasanya dipakai v. Subklavia atau v. Sefalika kanan atau kiri. Karena itulah
Sefalika atau v. Subklavia atau v. Jugularis ekstema kanan, sebaiknya pemasangan TPM dilakukan pada v. Femoralis
kadang-kadang kiri. Sedangkan untuk TPM biasanya pal- saJa.
ing mudah dipakai v. Femoralis, kadang-kadang dipakai v. Apabila elektroda telah masuk vena maka didorong
Brakialis atau v. Subklavia. terus sampai masuk ke atrium kanan. Dari sini kemudian
Harus diperhatikan bahwa apabila seorang pasien kira- diusahakan masuk RV dengan sedikit manipulasi
kira memerlukan PPM, maka sebaiknya pada TPM tak (memutar). Bila tidak dapat segera masuk, dibuat sedikit
dipakai vena-vena yang perlu untuk PPM, yaitu v. lengkungan yang menghadap ke dinding luar atrium kanan,
PACUJANTUNGSEMENTARA L641

lalu kemudian diputar sehingga lengkungan itu mengarah KOMPLIKASI


ke katup trikuspid dan kemudian didorong masuk ke
ventrikel kanan. Elektroda ditempatkan pada apeks Berbagai komplikasi dapat terjadi sehubungan dengan
ventrikel kanan. pemakaian pacu jantung sementara atau tetap (TPM atau
Setelah diperkirakan posisi elektroda sudah baik, PPM) ini. Komplikasi pada TPM tentu lebih sedikit
dilakukan beberapa uji seperti EKG intra-kardiak (untuk dibanding PPM, karena periode pemakaiannya yang
melihat adanya elevasi ST, pertanda bahwa elektroda pendek dan prosedur pemasangannya sederhana,
berkontak pada endokardium dengan baik, sedang sedangkan intervensj terhadap komplikasi pun mudah
voltage QRS lebih dari 4,0 mV supaya mekanisme sensor dilakukan, meskipun sebetulnya TPM lebih sering
berjalan dengan baik), pengukuran ambang rangsang digunakan dalam keadaan darurat pada pasien-pasien
(threshold), perubahan posisi pasien seperti batuk, tarik dengan keadaan yang lebih berat. Komplikasi yang
nafas dalam dan sebagainya. Paling mudah ambang mungkin terjadi dapat digolongkan sebagai berikut:
rangsang dan voltase QRS diukur dengan alat PSA . Berhubungan dengan teknik operasi seperti:
(pacing system analyzer). Stimulasi dilakukan dengan perdarahan, infeksi, perforasi, pneumotoraks, post
pulse width 0.5 ms dan voltase 5V dan frekuensi di atas c ardiotomy syndrome dll.

frekuensi jantung sendiri sehingga terlihat respons . Berhubungan dengan pacu jantungnya.
ventrikel yang konsisten (bila tidak berarti posisi eletktroda - Elektroda: dislokasilmalposisi yang terjadi dini atau
sama sekali tak baik). Kemudian voltase diturunkan lambat, fraktur, diskoneksi dengan pulse genera-
perlahan-lahan bertingkat sampai didapat voltase terendah /o4 trombosis tromboemboli,erosi karena penekanan
yang dapat memberikan respons ventrikel konsisten, bila jaringan setempat oleh lengkungan stimulasi
dikurangi lagi sebagian respons ventrikel hilang. Inilah diafragma atau dinding dada dan lain-lain.
ambang rangsang tersebut. Sebaiknya pada saat - Pulse generator: erosi. aritmia. gangguan
permulaan ini ambang rangsang adalah 0,6 MA/0.3 volt hemodinamik dan lainlain.
atau paling tidak kurang dari 1,0 volt. Berarti tahanan - Sirkuit listrik pacu jantung, baik terjadr dengan
elektroda sekitar 250 -1000 ohms. Bila tidak didapatkan sendirinya atau karena lingkungan seperti tegangan
demikian maka posisi elektroda harus diperbaiki lagi/ listrik yang tinggi atau medan magnit yang besar
dicarikan tempat yang baru. dari luar. Kesulitan yang terjadi misalnya exit block
sehingga bisa timbul bradikardia sampai dengan
asistol, run away pacing dll. Meskipun generator
pacujantung telah diusahakan untuk terlindung dari
MENANAM PULSE GENERATOR
hal-hal tersebut, sedapat-dapatnya kontak dengan
tempat-tempat dihindarkan.
Pulse generatorpaling sering ditanam di dinding dada
kanan, kadang-kadang di kiri. Pada prosedur Dengan teknik operasi yang baik dan pemilihan pwlse
torakotomi, melalui diafragma, biasanya pulse genera- generator yalg sesuai. komplikasi dapat ditekan serendah-
tor ditanam di dinding pertt. Pulse generator ditanam rendahnya sehingga pemasangan pacu jantung betul-betul
di antara jaringan kulit (subkutan) dan otot, bukan di merupakan prosedur yang aman.
jaringan lemak bawah kulit, untuk mengurangi erosi. Di Subbagian Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam,
Untuk dinding dada insisi transversal dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ternyata
daerah dada melengkung ke bawah, di bagian lateral ke terdapat komplikasi sebagai berikut:
arah sulkus deltoideus pektoralis. Dengan insisi inilah . dislokasi diniI3Io
dicari v. Sefalika bila elektroda akan dimasukan melalui . dislokasi lambatjTo
vena lnl. . stimulasidiafragma47o
Di lapisan antara subkutan dan otot dibuat kantong . infeksi37o
yang agak besar secara tumpul. Pulse generator . perdaruhan2Vo
ditanamkan di dalam kantong ini, dengan tempat hubungan . erosi3%o
elektroda dan pulse generator mengarah ke atas. Bila perlu . run away pacing baru terjadi pada 1 kasus (sampai
dilakukan fiksasi di dua tempat. Kemudian lengkungan dengan rate 145/mefit).
elektroda diatur melewati bagian bawah pulse generator. Pemasangan pacu jantung melalui torakotomi baru
Setelah dilakukan irigasi dengan antibiotik, kantong dilakukan dua kali, sedangkan pemasangan elekffoda dengan
ditutup. Semua prosedur pemasangan pacu jantung pungsi perkutan pada vena subklavia baru akhir-akhir ini
dilakukan dengan anestesi lokal, kecuali prosedur dengan dikembangkan sehingga komplikasi berat seperti posl
torakotomi, yang sudah jarang dilakukan pada saat ini. cardiotomy syndrome dan pneumotoraks belum pernah
Karena itu pemasangan pacu jantung sebetulnya hanya ditemukan. Aritmia yang berat sepertt endless loop'tach1,-
suatu operasi kecil saja. c ardi a, dan p ac e make r sy ndr ome belum pemah ditemukan.
1642 I(ARDIOI.OGI

EVALUASI DAN PENGGANTIAN GENERATOR frekuensi berkr.rrang l07o atat lebih, generator harus
segera diganti.
Setelah pacu jantung ditanarn, perlu dievaluasi keadaan
Parameter lain, untuk impuls yang dikeluarkan oleh
pasien dan pacu jantungnya untuk mendeteksi jantung, adalah terutama lebarnya impuls (pulse v,idth),
kemungkinan adanya komplikasi. Pasien dikembalikan ke
bentuk dan amplitudonya. Hal ini diperiksa dengan alat
ruangan untuk pernantauan satu atau beberapa hari,
khusus yang mempunyai osciloscope tntuk membuat
kemudian dilakukan mobilisasi dan akhirnya dipulangkan.
gambaran ot,ttput tmpuls tersebut,
Satu minggu setelah dipulangkan, pasien harus kembali
Sekarang ada alat sederhana yang dapat digunakan
untuk reevaluasi. Kemudian tiga bulan pertama. pasien
untuk memeriksa liekuensi dan lebarnya impuls pacu
diperiksa ulang setiap bulan dan setelah itu bila temyata jantung sekaligus. Untuk pasien-pasien yang jauh lebih
tak ada kesulitan barulah observasi ditangguhkan menjadi
dari pusat-pusatpacu jantung dapat diperiksa EKG melalui
setiap 2 atau 3 atau 6 bulan.
telpor ( transtelephon i c: ECG ).
Enam bulan sebeium usia pacu jantung (pulse
generator) habis (usia pacu jantung dinyatakan oleh
pabriknya). pasien diobservasi dengan ketat lagi" Evaluasi
PENGARUH LUAR TERHADAP PACU JANTUNG
ulangan dilakukan setiap bulan atau 2 minggu sekali, sampai
saatnya pacu jantung harus diganti.
Pacu jantung adalah suatu sirkuit listrik. Karena itu setiap
Observasi yang ketat iuga dilakukan pada pasien yang
perubahan potensial listrik atau gelombang elektro
pada pemeriksaan EKG menunjukkan tanda-tanda tidak
magnetik dari luar dapat inempengaruhinya.
efektifnya impuls pada jantung atau sensornya sehingga
Pertarna-pertama, gangguan dapat timbui karer"a
timbul aritmia yang mungkin membahayakan"
miopotensial pada waktu kontraksi otot-otot dinding dada,
Penggantian pacu jantung tidak didasarkan atas usia
perut dan diafragma. Pacujantung yang diproduksi akhir-
pacu jantung yang disebutkan oleh pabriknya.
akhir ini telah diusahakan untuk tidak begitu dipengaruhi
Penggantian dilakukan atas dasar evaluasi ulang
oleh miopotensial ini.
terhadap keadaan klinis pasien dan fungsi jantung
Kemudian gangguan dapat juga ditimbulkan
tersebut. Usia pacu jantung yang disebut oleh pabrik
elektromagnit (EM) dari luar. Akan tetapi sebetulnya pacu
hanya dipakai sebagai pegangan. Yang diganti hanyalah
jantung sendiri begitu ditanamkan, dengan sendirinya ekan
sumber impuls (pulse generaror), sedangkan elektroda
terlindung dari pengaruh EM tersebut. Selain itu pacu
atau lead tetap dipakai, dihubungkan dengan sumber
jantung yang diproduksi akhir-akhir ini juga telah dibuat
yang baru. Biasanya selalu sesuai hubungann),a dan
lebih kebal terhadap pengaruh EM dengan pelindung
kalau diperlukan selalu ada adaptor untuk menyesuaikan-
elektronik dan kapsulasi metal dan pulse generator. Kalau
nya sehingga hubungan dengan elektroda mudah dan
gelombang EM tersebut masuk juga ke dalam pacu jantung
baik.
maka pacu jantung tersebut berubah modusnya menjadi
Pada tiap-tiap evaluasi ulang biasanya dilihat: ost,nchrortous sehingga tetap bekerja.
EKG, untuk melihat apakah impuls pacu jantung tetap efektif Laporan-laporan tentang adanya gangguan yang
dengan tiekLrensi yang tetap sesuai dengan keadaan terjadi karena EM dari luar kebanyakan mengenai pacu
pemasangall pertama. Untuk maksud ini kecepatan mesin jantung model lama atau pacu jantung eksternal.
EKG harus tetap utuh 25 mm/detik. Yang masih mungkin berpengaruh adalah:
Hal ini supaya tidak terdapat salah penafsiran bahwa
. Sumber listrik yang berkekuatan besar, seperti yang
seolah-olah frekuensi impuls pacu jantung telah berubah. dipakai dalam industri.
Selain itu, dapat diiihat adanya aritmia dan fungsi . Kauter bedah elektronik (electro .surgical cautery) yang
mekanisme sensor pacu jantung. Bila yang ditanamkan dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Kalau terpaksa
adalah pacu jantung synchronous maka adanya irnpuls harus digunakan, usahakan letaknya sejauh mungkin
intrinsik dari jantung mungkin akan menyebabkan impuls dari pulse generator atau elektroda./leadnya.
pacu jantung tidak keluar sehingga frekuensi impuls tidak " Alat-alat diatermi untuk fisioterapi dan defibrilator dapat
dapat dinilai. dipakai dengan aman, tetapi sebaiknya dijauhkan dari
Untuk mengeluarkan pacu jantung secara tetap, pacu elektroda/lead, sekurang-kurangnya 5 inci'
jantung synchronows tersebut harus diprogram menjadi . Pasien dengan PPM sebaiknya jangan menjalani
aswchronous atau diletakkan magnit di atasnya sehingga pemeriksaan MRL Listrik dan alat-alat elekfronik rumah
ia rnenjadi asynchronous. .
tangga yang berjalan normal, begitu pula kebanyahan
Dengan dernikian frekuensi dan stabilitas keluarnya alat-alat listrik di rumah sakit dan alat keamanan di
impuls dapat dilihat dengan baik. Hal ini merupakan indikasi lapangan terbang tak berpengaruh pasca pacu
penting dari berkurangnya baterai pacu jantung. Bila Jantung.
PACU JANTUNG SEMENIARA t643

REFERENSI

Dreifus LS and Brest AN (Eds) Pacemaker Therapy. Philadelphia


FA Davis Go. 1983.
Iittle Ford PO Method for the rapid and a traumatic insertion of
permanen endocardial pacemaker electrodes through the sub-
clavian vein. Am Cardiol 1979: 43: 980.
Personet v dkk Implanttable cardiac pacemakers. Status report and
resource guideline Pacemaker Study Group. Girc 50. 1974 :

Supplll, A 21,
Mond HG and Sloman JG. The malfunctioning pacemaker system.
Pert L Pace la8l; -1:49.
Mirowski M. The automatic implanttable defibrillator. Am Heart J
1980: 1 DO: 1089.
259
ELEKTROFISIOLOGI
M. Yarnin, Sjaharuddin Harun, Lukman H. Makmun

PENDAHULUAF{ EASAH SISTEM KONDUKSI DAN KELISTRIKAN


JANTUNG
Elektlofisiologi adalah prosedur perleriksaan sistem listrik
jantung clengan tujLran utanra untnk mengetahui rlekanistne Sistenr kelistlikan jantung bersumber dan dimulai dari
clan terapi ariti'nia . Proscdur perneriksaan ini meliputi NodLrs Sinoatrial (NSA) 1'ang terletak di antara pertemuan
peneulpatan katel-er dengan elektroda multipolar melalui vena kava superior dan atrium kanan seperti yang terlihat
vena dan atau ai'teri pada beberapa tempat di dalam jantung pada Gambar 1. Sinyal listrik kemudian disebarkan ke
untuk pelekaman dan pemacuan. l)engan kata lain seluruh atrium melalui nodus interatrial (anterior, media,
diiakukan pelekaman dan pernacnan pada bagian lang dan posterior) dan ke atrium kiri melalui bundle dari
spcsitlk pada sistem listrik jantung nrisalnya atrium. Bachman. Di antara atrium dan ventrikel pada sulkus
ventrikel, sinus koronarius clau Hi.t huntlle. Umumnya atrioventrikular terdapat suatu struktur jaringan ikat
perleriksaan elektrofisiologi dilan.iutlcan dengan prosedur (.carrlinr: .skeleton) y'ang berfungsi sebagai tempat
ablasi kateter yaitu suatu tindakan niemutus (terminasi) melekatr.rya katup jantung. Secara elektris. komponen ini
sirkuit atau tbkus aritnria dengan rnenggLtnakan enr-rgi bersifat sebagai penyekat (insulator) sehingga sinyal listrik
gelorrrhang ( rttdi ofr e q ue nr'.t' ab i u t i rt i t). tadi tidak dapat lewat ke ventrikel kecuali melalui Nodus
Secara umurr ada tiga tu-iuan utanra pe rneri ksaan Atrioventrikular (NAV). NAV terletak di atrium kanan pada
elektroiisiologi yaitu menentukau jeris aritmia, rnemastikan bagian bawah septlrm interatrial Saat memasuki NAV
mekanisnre aritnria, dan memilih jenis terapi yang paling impuls mengalami perlambatan yang tergambar sebagai
tepat untuk aritmia tersebut, termasuk ablasi
radioliekuensi. Jadi pemeriksaan elektrofi siologi umumnya
men.jadi satu kesatuan dengan prosedur terapi ablasi
ladiofiekuensi yang dikenal juga sebagai elektrofisiologi
intervensi. Bidang ini menjadi satu subspesialisasi
kaldiologi yang mengkhususkan pada terapi aritmia yang
kompleks dengan inl-eryensi kateter dan aiat-alat (devices).
Sebe:iur-n nremahami clektrofisiologi secara lebih baik
Lefl anterior [ascLcle
diperlukan penrahaman dasar tentang sistem listrik dan -,
- Righ b!ndie branch
konduksi jantung, dan mekanisme ter-jadinya gangguan
irama (aritrnia) baik [akiriritmia (ganggr"ran irama dengan
I supenorvena cava
laju jantLrng yang cepat) rraupuu bradiiiritmia (gangguan 2 intelof the suFror

iranla dengan iaju jantung lanlbat). Selanjutnya akan 3 rlghlal rum


4 in eL oI the nbior
dibalias cara, prinsip, dan indikasi pemeriksaan
6 lnleiorvens€va
elektrofisiologi. Pada akhir dari trrlisan ini diulas pula secaril
ringkas peranxn terapi ablasi radiofrekuensi untuk Gambar 1. Anatomi sistem konduksi jantung. Penjelasan terinci
beberapajenis aritmia yang kerap dijurnpai dalam praktek lihat teks (Dikutip dari Huszan RJ. Basic dysrhythmias 71h Ed,
sehari-hari "
Mosby 2002)

1644
FI FKIROFISIOIOGI t64s

interval PR pada EKG permukaan. Selanjutnya impuls Pada fase0 (depolarisasi cepat) terjadi pembukaan
masuk ke bundle His, yang metupakan bagian pangkal kanal natrium cepat (rapid sodium channel) sehingga
(proksimat) dari sistem His-Purkinje yang bersifat terjadi pergerakan ion natrium dari luar sel ke dalam sel
menghantarkan listrik dengan sangat cepat. Kemudian dan membuat potensiai trans membran meniadi lebih
sinyal listrik ini diteruskan ke berkas cabang kanan dan positif. Hasil akhir (resultan) dari peningkatan puncak
kiri dan berakhir pada serabut Purkinje dan miokard untuk voltase ini yang dikenal sebagai depolarisasi. Setelah fase
membuat otot jantung berkontraksi. depolarisasi ini maka sel akan kembali ke dalam potel-rsial
NSA merupakan pembangkit lisrrik alamiah yang membran istirahat yang dikenal dengan istilah repolarisasi.
dominan (automatisasi dengan laju yang paling cepat) Pada fase I dan2 sel tetap mengalami depolarisasi walaupun
sehingga mengendalikan seluruh pacuan. Bagian lain dari sudah mulai memasuki fase repolarisasi. Pada saat ini sel
jantung terutama jaringan konduksi, pada dasarnya juga sama sekali tidak dapat dirangsang yang dikenal dengan
mampu membangkrtkan impuls listnk. BilaNSA tidak dapat p erio de refrakte r eJbkt |f (efib c tiv e refracto ty p e rbde).

membangkitkan impuls karena satu dan lain hal, maka akan Peran kanal kalsiurn lambat amat menonjol pada fase ini
diambil alih olehbagian lain seperli atrium,NAY, atatbundle yaitu dengan memompa kalsium masuk kembali ke dalam
His. Demikian pula bila terjadi blok atrioventrikel (keadaan sel secara perlahan sehingga memperlarnbat fase
bila impuls dari NSA tidak dapat diteruskan ke ventrikel) repolarisasi. Selama fase 3 repolarisasi terus berlangsung
makaNAV atatbundle His akan menjadipembangkit listrik dan sel mulai kembali ke keadaan istirahat dan pada saat
cadangan tentu dengan laju yang lebih lambat dari NSA. ini sel sudah dapat dirangsang tetapi dengan energi yang
lebih besar (periode refiakter relatif). Fase 4 adalah fase
akhir saat sel kembali dalam keadaan istirahat penuh dan
POTENSIAL AKSI JANTUNG (CAPDtAC ACTTON siap untuk menerima rangsangan kembali.
POTENTTAL)

Semua sel hidup, termasuk sel jantung, pada saat istirahat MEKANISM E TERJADINYA ARITMIA
memiliki muatan positif di luar sel dan muatan negatif di
dalam sel dan perbedaan potensial yang timbul akibat hal Gangguan irama jantung (dikenal sebagai aritmia) dapat
ini disebut potensial transmembran istirahat. Besarnya dikelompokkan menjadi takiaritmia (gangguan irama
perbedaan potensial berkisar antara -90 sampai -60 mV. dengan laju cepat) dat bradiaritmia (.ganggtan irama
Bila sel tersebut dirangsang akan menimbulkan pergerakan dengan laju lambat). Terj adinya aritmia (a r ry ht hmo gen es i s)

ion dari luar sel ke dalam sel. Pergerakan ini akan disebabkan oleh tiga mekanisme utama yaitu gangguan
menimbulkan potensial listrik dan bila digambarkan pembentukan impuls, gangguan hantaran impuls, dan
berdasarkan waktu akan terlihat sebagai sebuah grafik yang kombinasi kedua-duanya.
dikenal sebagai Potensial Aksi Jantung (PAJ). Jadi PAJ Yang termasuk gangguan pembentukan impuls adalah
merupakan gambaran EKG dari satu sel jantung yang bisa otomatisasi yang tidak normal (abnormal atrtomaticitlt),
direkam dengan meletakkan electrode mikro di dalam sel. aktivitas yang dicetuskar. (triggered activit!). dan setelah
PAJ terdiri dari lima fase yaitu fase 0 (depolarisasi depolari sasi lambat (de I ay e d aft e rd ep o I ariz,at i o n). Y ang
cepat), fase 1 (repolarisasi cepat dini), fase 2 (plateu), fase tergolong gangguan hantaran impuls adalah blok satu atatl
3 (repolarisasi akhir), dan fase 4 (potensial membran dua arah tanp a reent,)) (blok AY blok SA, dan blok berkas
istirahat) seperti terlihat pada Gambar 2. cabang), blok satu arah dengan reentr)i (resiprokal
n son -Whi te), re e nt r t-
taki kardi a p ada s indrom Wolf-Parki
nodus AV dan takikardia ventrikel karena reentry berkas
cabang.
Pada tulisan ini pembahasan akan disederhanakan pada
0 penyebab yang paling sering yaitu gangguan
-x pembentukan (inisiasi) impuls yang lebih dikenal dengan
otomatisasi dan gangguan hantaran irnpuls yang lebih
dikenal dengan reentr\.
-90

t@

s@nds n tu 40 60 30 AU OTOMATISASI (A UrO M AT t C trYl


RP = Resting membrane Potential

Automatisasi yang meningkat (enh cutc ed aut omat ic it,-)


Gambar 2. Potensial Aksi Jantung (PAJ) dimulai bila rangsangan
yang diberikan melampaui ambang batas (threshold) yaitu -60 disebabkan oleh percepatan (akselerasi) pada fase 4 dan
mV (Dikutip dari Huszan RJ. Basic dysrhythmias. 7'h Ed, Mosby dapat terjadi di atrium, bundle His, dan ventrikel sehingga
2002)
t646 KARDIOI,OGI

muncul istilah takikardi atrial, junc.tionctl, dan ventrikel jalur ini saling berhubungan baik di bagian distal maupun
otomatis. Struktur lain yang dapat menjadi sumber fbkus proksimal seperti yang disyaratkan di atas. Pada gambar 3
olomati sasi adrilah vena pulmonal dan vena kava B, bila irnpuls prematur tiba di jalur B pada saatjalur tersebut
superior. Contoh takikardi otomatis yang normal adalah masih refrakter karena stin'rulasi sebelumnya (ingat jalur B
sinus takikardi. Ciri khas takiaritmia ini adalah adanya memiliki masa refrakter yang relatif lebih panjang), maka
fenomena wonn-up dan wamn-down yaitu peningkatan impuls tadi tidak bisa melewati jalur tersebut dan beralih
laju nadi secara perlahan dan kernudian laju nadi berkurang ke jalurA. Pada saat impuls tadi beralih dari jalur B ke jalur
secara perlahan sebelum akhirnya takiaritmia berhenti. A, saat itu jalurA sudah pulih dari masa reltakternya karena
Takiaritrnia karena automatisasi sering berkaitan ia memiliki masa refrakter yang lebih pendek daripada jalur
dengan gangguan metabolik sepeti hipoksia, hipokalemia, B. Oleh karena itu impuls tadi dapat turun ke distai melalui
hipomagnesemia, dan asidosis. jalurA. Karena kecepatan konduksi di jalurA lebih lambat
maka saat impuls tiba di bagian distal, jalur B telah pulih
dari masa refraktemya sehiu_{-ea impuls dapat melewatijalLrr
REENTRY B secara retrograd dan kembali ke jalur A dan demikian
seterusnya dan timbullah sirk:uit rcentry.
Ini adalah mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab
takiaritmia dan paling mudah dibuktikan pada pemeriksaan
el ektrofisiologi. Prasyarat mutlak Lrntuk tim bul ny a r e e nt r r- PETAKSANAAN PEMEBIKSAAN ELEKTROFISIOLOGI
adalah sebagai berikut:
. Adanya dua jalur konduksi yang saling bcrhubungan Pemeriksaan elektrofisiologi jantung merupakan suatu
baik pada bagian distal maupun proksimal cabang spesialisasi kardiologi yang memerlukan fasilitas
. Salah satu jalur tersebut harus memiliki periode refrakter dan alat yan-u khusus. staf yang terampil. dan ekspertise
yang lebih panjang dari yang lain yang akurat. Persiapan pemeriksaan elektrofisiologi
. .lalur dengan periode refrakter yang lebih pendek harus meliputi persiapan a1at. staf dan pasien. Peralatan yang
memiliki kecepatan konduksi yang lebih lambat dari yang paling utama diperlukan adalah:
lain . Alat fluoroskopi (biasanya sudah tersedia di
. lnisiasi reentry* memerlukan adanya hambatan pada laboratori um kateterisasi)
salah satu jalur tersebut (.unidirectional block). . Alat khusus eiektrofisiologi yang meliputi:
Secara skematis mekanisme tersebut dapat dilihat pada - stimu.lator jantung (cardiac stimulator')
Gambar3. - piranti lunak untuk sistem pencatat dan perekam data
- berbagai jenis kateter untuk diagnostik. pemetaan.
dan ablasi
- alat pemban-ukit energi radiofrekuensr (radio
fre quenct ener gl generator)
. Alat tambahan sepefii i.nfusion pump, pulse oximern'.
haemo dynami c monito rin g, dan e xte rnal deJibrill a xt r.
Secara skematis tata letzk peralatan di atas dapat dilihat
ts
pada Gambar 4. Untuk staf diperlukan seorang perawat dan
teknisi yang mahir melakukan berbagai stimulasi jantung
dengan memakai alat stimulator jantung.

Gambar 3. Mekanisme terjadinya reentry Jalur A adalah jalur


dengan periode refrakter pendek tapi kecepatan konduksi lambat
sedangkan jalur B adalah jalur dengan kecepatan konduksi cepat
tapi masa refrakter lebih paniang Mekanisme terinci dapat dilihat
pada teks.( Dikutip dari Fogoros RN Electrophysiologic testing
3'd Ed, Blackwell Science, 1999)

Pada Gambar 3 jalur A adalah jalur dengan periode


refrakter lebih pendek tapi memiliki kecepatan konduksi Gambar 4. Skema tata letak semua peralatan utama yang
yang lambat sedangkanjalur B adalahjalur dengan periode diperlukan dalam pemeriksaan elektrofisiologi (Dikutip dari ESI EP
refrakter panjang tapi kecepatan konduksi cepat. Kedua Training material)
EI FKTROFISIOLCIGI 1647

Persiapan pasien dilakukan sama seperti untuk


prosedur invasif lainnya yaitu puasa sekitar 6 jam dan
rremberikan surat persetujuan tindakan (inJormed
con,sent). Obat-obat antiaritmia harus dihentikan paling
tidak empat kali waktu paruh (rata-rata 2-3 hari
sebelumnya). Yang agak problematik adalah amiodaron
karena waktu paruhnya sangat panjang. Obat antikoagulan
juga harus dihentikan.
Akses (alan masuk) kateter yang akan ditempatkan di *.-,- +
dalam ruang jantung dapat dimasukkan melalui vena -*-**r--.------
femoralis, venajugularis interna, vena subklavia, dan vena
basilika. Sering pula diperlukau akses melaltri arteri
femoralis dan pungsi septum interatrium (trunseptal
puncture ) untuk mencapai atrium kiri . Gambar 6 . Contoh pengrXrr- interval dasar dari EKG perrnukaan
Kateter selanjutnya ditempatkan di atrium kanan, apeks dan intrakardiak (elektrogram). Dari EKG permukaan ditampilkan
sandapan l, AVF, dan V1 RV=right ventricle, HRA=high right
ventrikel kanan, 111.r bundle,dan sinus koronatius (Gamtrar
atrium, HBE D=his bundle electrogram dista!, FIBE P=his bundle
5). Kadang-kadang diperlukan penempatan kateter di electrogram proximal, CS 9-10= coronary sinus proximal, CS 1-
ventrikel kiri, right ventricuLar outflow trcLct (RVOT), dan 2=coronarV sinus distal (Dikutip dari Murgatroyd FD, Krahn AD,
r.'ena pulmonalis untuk studi khusus seper-ti ablasi pada Klein GJ, et al. Handbook of cardiac electrophysiology: a
practical guide to invasive EP studies and catheter ablation.
fibrilasi atrium.
Remedica Publishing, 2002)

- penilaian konduksi dan masa refraktori sistem


His-Purkinje
- induksi aritr-nia atrial
" Pemacuan ventl-ikel
- penilaian kondLrksi retrograd
- indLrksi aritmia ventrikel
' L,ji-coba etek obat
Pada tulisan ini hanya diterangkan cat'a pengukuran
interval dasar saja sedangkan plotokol lainnya tidak.

PENGUKURAN INTERVAL DASAR

Sebelunr dilakukan stilnttlasi dilakukan perekatlan dan


penghitungan interval dasar (Gamtlar 6) yaitu:
. Dari EKC pcrrnukaan:
Gambar 5. Posisi kateter di dalam jantung masing-masing di - interval PR (dari rnulai gelombang P sampai awal
ventrikel kanan, atrium kanan, bundle dari His, dan sinus komple-ks QRS)
koronarius
- dLrrasi kornpleks QRS
- interval QT (dari mulai gelornbang sarrrpai akhir
Langkah seianjutnya adalah rnelakukan perekatran gclomban-e T)
sinyal listrik dalam jantung (dikenal dengan elektrogram) . DadEGM(Elektrogram)
dari masing-masing lokasi khusus dalam jantung (atrium - panjang siklLrs dasar (.Basir: Ctcle Lcn;qth) yang
kanan. verrtrikel kanan, lrlis buntlle, dan sinus koronarius). menceflninkan laju irama clasar (intrinsik)
Gambar 6 memperlihatkan contoh eiektrograrn dari tempat - interval PA
tersebut di atas. - interval AFI
Secara umum ada empat protokol utama dalam pemeriksaan - interval LtrV
elektrof isiologi yaitu:
. Pengukuran interval sistern konduksi pada satat all'al
(basel ine)
PEMEHIKSAAN ELEKTROFISIOLOGI PADA
. Pemacuan atrium: TAKIKAR DIA SUPRAVENTRI KEL (TSV)
- penilaian sifat konduksi dan otoruatisasi NSA
- penilaian konduksi dan nrasa refiaktori NAV Tirkikardia supraventrikel (TSV) aclalah aritmia yang diderita
1548 I(ARDIOI.OGI

sekitar i% populasi, paling sering ditemukan dalam praktek masuk melaluijalur cepat karena impuls melalui jalur lambat
sehari-hari, dan digunakan untuk menggantikan istilah terhambat akibat jalur tersebut masih dalam masa refrakter
lama untuk parorysmal atrial tachycardia. dari depolarisasi melalui jalur cepat.
TSV n-rerupakan suatu kelompok aritmia yang Karakteristik jalur ganda pada NAV (dual AV nodal
melibatkan struktur di atas bundel dari His dengan atau pathway') adalah adanya jalur lambat (cr) dan jalur cepat
tanpa rrelibatkan ventrikel . TSV dapat dibagi lagi nienjadi (0). Jalur lambat mempunyai masa refrakter singkat tapi
)/ang tidak teratur (iregular) yaitu fibrillasi atrial dan yang kecepatan konduksi yang lambat. Sedangkan jalur cepat
teratur' (regular) yaitu: memiliki masa refrakter lebih panjang tapi kecepatan
.'l-akikardi a reentri nodal atdoventrikul er (Atrioy et tric u- konduksi yang cepat. Ini adalah syarat mutlak utnuk
lar Notlal Reentrant Tachycardia) memungkinkan terjadinya reentri. Pada gambarA, impuls
Sirkuit reentri berada di dalam nodus atrioventrikel dan dari atrium masuk ke NAV dan ventrikel melalui jalur cepat
ventrikei tidak ikut serta dalan memperlahankan aritmia (p). Pada gambar B, impuls prematur dari atrium yang masuk
(Gambar6.A) ke jalur cepat (B) terhambat karena pada saat itu jalur B
. Takikardia reentri atrioventrikules (Atriov e nt ric ular masih dalam masa refrakter. Akibatnya impuls akan beralih
reentrant tachttcardia) ke jalur lambat (u) dan karena konduksi di jalur ini lambat
Takikardia ini amat bergantung pada keberadaanjaras maka tercermin pada EKC permukaan sebagai pemanjangan
tambahan (.accessor r- parhwalt) dan melibatkan interval PR. Pada gambar C, impuls yang lewat melalui
ventrikel dalam sirkuit takikardia jalur lambat tadi naik kembali secara retrograd melalui jalur
. Takil<ardia atrial. Takikardia ini sama sekali tidak u dan turun kembali secara antegrad melalui jalur p dan
melibatkan struktur hunclle dari His (AY junction). membentuk sirkuit reentry di dalam NA. Pemanjangan
Contohnyd adalah takikardi atrial ektopik dan flutter interval PR ini menandakan adanya lompatan impuls dari
atr-ial. jalur cepat ke jalur lambat yang merupakan salah satu
Dari ketiga jenis TSV yang teratur tersebut, yang karakteristik inisiasi pada takikardi rentri nodus
paling kerap ditemukan adalah takikardi reentri nodus atrioventrikuler. Jenis TRNA ini disebut tipe biasa
atrioventrikular yang rneliputi 907o dari seluruh TSV dan (common/typical type). Reentry dapat pula terjadi
25% TSV yang datang ke laboratorinm elektrofisiologi. Oleh sebaliknya yaitu antegrad melaluijalur cepat dan retrograd
karena itu jenis ini akan dibahas lebih rinci dibandingkan melalui jalur lambat (tipe tidak umtm/uncommon type).
dengan yang lainnya. Karena NAV memegang peranan penting dalam sirkuit
reentri ini maka perasat vagal (vagal maneut,er) dan obat-
obat yang menghambat konduksi NAV (penyekat beta,
digoksin, Can antagonis kalsium) dapat memutus aritmia
ini. Pada Gambar 8 diperlihatkan gambaran rekaman
intrakardiak (elektrograrn) saat inisiasi TRNA tipe biasa
(commonhlpical type).
Ablasi TRNA merupakan tindakan terapi kuratif dengan
angka keberhasllan 95-9lVo. Pendekatan ablasi TRNA
adalah dengan memutus jalur lambat (slo** pathway).
Gambar 9 memperlihatkan skema lokasi ablasi dan rekaman
elektrogram yang spesifik dari jalur lambat (,slow
pathway).
Gambar 7. Tiga jenis takikardia supraventrikel yang tersering A
Takikardi reentri nodal atrioventrikuler B. Takikardi reentri
atrioventnkuler C Takikardi atrial. Untuk penjelasan rinci dapat
dilihat pada teks (Dikutip dari Fogoros RN. Electrophysiologic
testing. 3'd Ed, Blackwell Science, 1999)

TAKIKARDIA REENTRI NODUS ATRIOVENTRIKUI.AR


o (,
(rRNA)

Pada kebanyakan pasien terdapat dua jalur mastk (dual


AV nodal pathwav*) dari atrium ke nodus atrioventrikuler
(NA) yaitu jalur cepat (fust pathway) dan jalur lamb at(slow-
Gambar 8. Mekanisme terjadinya takikardia reentri nodus
pathv:av). Penelitian terkini mendapatkan adanya tiga jalur
atrioventrikuler. penjelasan rinci dapat dilihat pada teks (Dikutip
nr asuk dari atri urn ke NA yaitu j alur lambat, j alur menengah, dari Fogoros BN Electrophysiologic testing. 3'd Ed, Blackwell
dan jalur cepat. Umumnya pada saat irama sinus, impuls Science, 1999)
ELEKTROFISIOLOGI 1649

A Supen('r
vena cava
Coronary
os Compact

His bundle
I.icusOic

Garnbar 10. Takikardia Reentran Atrioventrikuiar (TRA). Atrium


Kanan dan kiri (FIA/LA) dan ventrikel kanan dan kiri (R/LV) secara
normal tidak dapat menghantarkan impuls listrik karena adanya
Right
ventiic e skeleton kardiak (membentuk annulus tricuspid dan mitral) yang
bersifat sebagai insulator Satu-satunya penghubung secara
elektris adalah NAV Jika pasien memiliki penghubung tambahan
dalam hal ini accessory pathway, maka kriteria sirkuit reentri
terpenul.ri (Dikutip dari: Schitling RJ Which patient should be
referred to an electrophysiologist: supraventricular tachycardia
Hea rt 2002 87 299-304
; :
)
S ow pathway potentia

TRA dapat dibagi rnenjadi antidrornik dan


ortodromik. Pada TRA antidrornik konduksi antegrad
V6
terjadi rnelalui jaras tambahan sedangkan konduksi
retrograd rnelalr,ri NAV sehingga pada rekaman EKG
Gambar 9. (A) Skema ablasi pada jatur lambat (slow pathway) permukaan hkan membelikan garnbaran takikardia dengan
pada TRNA Kateter ablasi diletakkan di depan ostium sinus
koronarius.(B) Gambaran elektrogram tempat ablasi yang
kompleks QRS lebar (contoh pada Gambar 1l). pada
baik:terlihat defleksi ventrikel yang lebih besar dari defleksi atrium TRA ortodrornik konduksi antegrad melalui NAV dan
yang diikuti oleh defleksi potensial jalur lambat (slow pathway retrograd melalui jalas tarnbahan sehingga gambaran EKG
potential) Diperlihatkan juga elektrogram atrium dan ventrikel permukaan terlihat sebagai takikardi dengan kompleks
kanan, dan bundel dari His. (Dikutip dari Culkins H. Radiofrequency
ablation of supraventricular arrhythmias. Heart 2OO1 ;85:594-600). QRS sempit (normal). TRA merupakan jenis aritmia yang
sangat diindikasikan untuk tindakan 1<uratif dengan ablasi
radiofrekuensi dengan angka keberhasilan 99o/o d,an
TAKIKARDIA R EENTRY ATBIOVENTRIKULER komplikasi 1.8'lo.
ffRA) Pada tulisan tidak dibahas tenrang elektrotisiologi pada
takikardia venl.rikuler (TV) karena akan dibahas pada topik
Pasien dengan TRA dilahirkan memiliki jaras tambahan TV
(occe s sotl' pathutay) yang biasanya memiliki karakteristik
konduksi yang berbeda dengan NAV sehingga takikardi
dapat muncul pada usia neonatus, kanak-kanak. cian
dewasa. Jaras tambahan tersebLrt menghubungkan
permukaan epikardial atrium dengan ventrikel sepanjang
l.r. ,r,/'1, trur- ,l'
sulkus atrioventrikuler. Jaras tambahan dapat lt
dikelompokkan berdasarkan tokasinya di sepanjang anulus
katub trikuspid dan mitral, sifat konduksinya (detrimental
atau non-detrimental), dan apakah ia mampu melakukan
konduksi antegrad saja, retrograd saja, atau kedua-duanya.
Bila jaras tambahan ini hanya mampu melakukan konduksi
secara retrograd saja maka disebut sebagi jaras yang
tersembunyi (concealed pttthway). Sedangkan yang
mampu melakukan konduksi secara antegrade disebut
manifest , tercermin dengan adanya preeksitasi pada E,KG
permukaan (gelombang delta). Jadi istilah sindrom WoLJ'
Parkinson White hanya diberikan kepada pasien dengan
Gambar 11 Takikardia Beentran Atrioventrikuler (TFIA) tipe
preeksitasi dan takiaritmi yang bergejala.
ododromik dengan gambaran kompleks QRS lebar. (Dikutip dari
Mekanisme terjadinya TRA dapat dilihat pada Gambar Wellen HJJ. Ventricular tachycardia: diagnosis of broad eRS
10. complex tachycardia. Heaft 2001 ;86:579-585)
1650 KARDIOLOGI

PEMERIKSAAN ELEKTROFISIOLOGI PADA bawah kateter ablasilah yang menjadi sumber energi panas,
BRADIARITM!A bukan kateter itu sendiri. Thermal injury adalahmekanisme
utama kerusakan j aringan selama prosedur ARF. Kerus akan
Penyebab bradiaritmia yang kerap didapatkan di klinik jaringan permanen timbul pada temperatur sekitar 50 derajat
adalah penyakit pada NSA dan blok atrioventrikular (AV Celcius (Gambar 12).
block).
Kelainan pada NSA dapat bermanif'estasi berupa
sinus bradikardia, sinus arrest, atau bradikardia yang
bergantian dengan fibrilasi atrial (FA) paroksismal. Evaluasi
otomatisitas (automaticity) NSA dilakukan dengan menilai
Waktu pemulihan nodus sinoatrial (Slnas Node Recoverl
Time). Caranya adalah dengan meletakkan kateter pada
atrium kanan di dekat NSA, dan dilakukan pemacuan
dengan laju sedikit lebih tinggi dari irama dasar selama 30
detik. Pemacuan selanjutnya dihentikan secara mendadak.
Interval pemulihan (diukur dari saat pacuan atrial terakhir
sampai munculnya irama sinus spontan) mencerminkan
normal tidaknya fungsi NSA. Umumnya bila nilai interval
ini melebihi 1500 milidetik dianggap tidak normal.
Penilaian gangguan konduksi pada NAV umumnya
tidak memerl ukan prosedur invasif . Prosedur Gambar 12.. Kerusakan jaringan permanen (daerah berwarna
putih) akibat ablasi radiofrekuensi (Dikutip dari ESI training
elektrofisiologi Iebih menekankan pada penilaian lokasi material)
hambatan hantaran: pada NAV, pada I1is-Purkinie. atau
distal dari /1is-Purkinje (infrahis). Gangguan pada tingkat
NAV umumnya bersifat sementara seperti pada iskemia Prosedur ARF adalah prosedur invasif minimal dengan
dan infark miokard akut. Umumnya gangguan pada NAV memasukkan kateter ukuran 4-8 mm secara intravaskular
bersifatjinak karena laju nadi berkisar 55 kali per menit (umumnya ke jantung kanan) dengan panduan sinar X.
sehingga j arang menyebabkan gangguan hemodinamik. Biasanya prosedur ini bersamaan dengan perneriksaan
Gangguan pada Ills atau pada bagian distalnya kerap elektrofisiologi. Prosedur elektrofisiologi bertujuan untuk
menimbulkan gangguan hemodinamik yang signifikan. mencetuskan aritmia dan memahami mekanismenya,
Infark miokard akut yang melibatkan arteri koroner kiri Selanjutnya kateter ablasi diletakkan pada sirkuit yang
desendens adalah penyebab tersering karena daerah ini penting dalam merpertahankan kelangsungan aritmia
diperdarahi oleh arteri tersebut. Miokarditis kerap juga lersebut di luarjaringan konduksi normal. Bila lokasi yang
mengenai jaringan konduksi ini. Pada pemeriksaan tepat sudah ditemukan maka energi radiofrekuensi
elektrofisiologi untuk menilai gangguan hantaran pada diberikan melalui kateter ablasi. Umumnya pasien fidak
NAV adalah dengan melihat rekaman dari His (His electro- merasakan adanya rasa panas tapi kadang-kadang dapat
gram). Berdasarkan gambaran elecktrogram tersebut dapat juga dirasakan adanya rasa sakit. Bila tidak terjadi
ditentukan tingkat hambatan pada NAV. komplikasi pasien hanya perlu dirawat selama satu hari
btrhkan bisa pulang hari.

ABLASI KATETER (CATHETER ABLATIOM


SEBAGAI TINDAKAN KURATIF PADA TAKIARITMIA KAPAN HARUS MERUJUK PASIEN UNTUK
PBOSEDUR ELEKTROFISIOLOGI DAN ABLASI
Prosedur elektrofisiologi hampir selalu diikuti oleh tindakan KATETER?
kuratif berupa ablasi kateter. Sebelum tahun 1989 ablasi
kateter dilakukan dengan sumber energi arus langsung Indikasi untuk ARF bergantung pada banyak hal seperti
yang tinggi (high energy direct current)berupa DC shock. Iama dan frekuensi takikardi, tolerausi terhadap -sejala,
Karena pemberian energi dengan jumlah tinggi dan tidak efektivitas dan toleransi terhadap obat antiaritmia, dan ada
terlokalisasi maka banyak timbul komplikasi. Saat ini ablasi tidaknya kelainan struktur jantung. Untuk TSV yang teratur
kateter dilakukan dengan energi radiofrekuensi sekitar 50 (re gular sup raventriotLa r tac hy c a rdia), banyak penelitian

watt (W) yang diberikan sekitar 30-60 detik. Energi tersebut yang menunjukkan bahwaARF lebih efektif daripada obat
diberikan dalam bentuk gelombang sinusoid dengan dalam aspek peningkatan kualitas hidup pasien dan
frekuensi 500.000 siklus per detik (Hertz). penghematan biaya daripada obat antialitmia.
Selama prosedur ablasi radiofrekuensi (AR.F) timbul Kelompok pasien berikut ini sebaiknya dirujuk untuk
pemanasan resistif akibat agitasi ionik. Jadi jarrngan di prosedur elektrofisiologi dan ARF:
FI tr'KIROFISIOLOGI 1651

. Pasien dengan aritmia yang mengancam jiwa: REFERENSI


Pasien Fibrilasi Atrial (FA) dengan sindrom I|'of-
Parkinson-Whlte dengan masa refrakter antegrad jaras Calkins H. Radiofrequency ablation of supraventricular arrhythmias
tambahan yang pendek . Heart 2001:85:594-600.
. Pasien dengan aritmia yang menimbulkan gagal jantung: Chauhan VS, Krahn AD, Klein GJ, et al Supraventricular tachycar-
- takikardia atrial incessant dia, Medical Clin of North Am;85:196-223.
- TRA dengan menggunakanjaras tambahan dengan Fogoros RN. Electrophysiologic testing. 3rd Ed, Blackwell Science,
1999
sifat penghantaran yang lambat dari ventrikel ke
Friedman PA Novel mapping techniques for cardiac electrophysi-
atnum
ology Heart 2002;81:575-82
- fluter atrial Huszan RJ. Basic dysrhythmias 7'h Ed, Mosby, 2002
- fibrilasiatrial Lundqvist CB, Scheinman MM, Aliot EM, et al ACC/AHA/ESC
. Pasien dengan takiaritmia bergejala meskipun telah guidelines for the management of patients with supraventricu-
mendapat terapi obat: lar arrhythmias Circulation 2003 ;108:1871-909
- takikardiaatrial Mi11er JM and Zipes DP Diagnosis of cardiac arrhythmias. In: Zipes
- DP, Libby P, Bonow RO, et al. Heart disease: a textbook of
fluter atrial ' cardiovascular medicine.T'h Ed, Elsevier Saunders, 2005.
- fibrilasi atrial
Murgatroyd FD, Krahn AD, Klein CJ, et al. Handbook of cardiac
- TRNA electrophysiology: a practical guide to invasive EP studies and
- TRA catheter ablation. Remedica Publishing, 2002.
- takikardia ventrikel idiopatik Ramo BW and Wagner GS. The Physiology of normal and abnormal
. Pasien seperli pilot, supirbis, atlit professional dengan rhythms In: Waugh RA. Ramo BW, Wagner GS, et al. Cardiac
j aras tambah an (.atriov entricular ac c e s s o t) p athw ay) arrhythmias : a practical guide for clinician. 2"d Ed, FA Davis
dengan periode refrakter antegrad yang pendek Company, 1994.
Rubart M and Zipes DP. Genesis of cardiac arrhythmias: electro-
sehingga dapat membahayakan jiwa orang lain.
physiological consideration. In: Zipes DP, Libby P, Bonow RO,
Dari beberapa meta analisis didapatkan angka et al. Heart disease: a textbook of cardiovascular medicine.T'h
keberhasilan rata-rata ARF pada TSV adalah 90-98Vo Ed, Elsevier Saunders, 2005.
dengan angka kekambuhan sekitar 2-57o. Angka penyulit Schilling RJ Which patient should be referred to an electrophysi-
rata-rata adalah sekitar l,Vo. Oleh karena itu ARF ologist: supraventri c ular tachycardia. Heart 2002:.8'7 :299 -304.
Singer I (Ed). Interventional electrophysiology. 2"'j Ed, Lippincort
dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama dibandingkan
Williams and Wilkins, 2001
dengan obat-obatan. Seandainya diperlukan tindakan Wellen HJJ Ventricular tachycardia: diagnosis of broad complex
ulang biasanya angka keberhasilannya jauh lebih tinggi QRS tachycardia. Heart 2001;86:579-85
lagi. Wellen HJJ. Catheter ablation for cardiac arrhythmias. N Eng J Med
2005 12:1112-4
260
PACU JANTUNG MENETAP (PERMANEN)
M. Yamin

PENDAHULUAN anestesi lokal dan masa perawatan singkat (satu hari).


Para dokter umum, peserta program pendidikan spesialis
Pacu jantung permanen (PJP) adalah suatu sirkuit di mana penyakit dalam atau kardiologi, spesialis penyakit dalam,
sebrah generalor mengeluarkan arus listrik yang mengalir atau spesialis jantung baik pada saat pendidikan maupun
ke otot jantung (miokard) melalui sebuah kabel (wire) melaksanakan praktek tidak jarang berhadapan dengan
penghantar untuk merangsang jantung berdenyut, dan pasien yang memerlukan pemasangan PJP atau yang sudah
selanjutnya kembali ke generator (sirkuit berakhir). Jadi terpasang PJP. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan
PJP umumnya diindikasikan pada kelainan irama jantung dasar tentang PJP, terutama indikasi pemasangan dan
yang lambat (bradikardia), baik oleh karena kelainan tindak lanjut (follow-up) sederhana dan praktis. Dalam
pembentukan impuls misalnya sindrom sinus sakit (SSS) tulisan ini akan dibahas prinsip kerja PJP, terminologi yang
maupun kelainan hantaran impuls (misalnya blok dipakai pada PJP, indikasi pemasangan dan pemilihan jenis
atrioventrikel total). PJP akan mengembalikan sistem PJP, dan kemajuan terkini di bidang PJP.
pemacuan jantung ke keadaan fisiologis sehingga dapat
meningkatkan curah jantung dan memperbaiki sirkulasi otak
dan organ tubuh lainnya. Hasil akhirnya adalah ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KONDUKSI
menghilangkan keluhan pasien yang mengalami JANTUNG
bradikardia. seperti mudah lelah, sinkop, dan sesak napas.
Teknologi PJP telah mengalami perkembangan dan Jantung memiliki pembangkit listrlk (generaror) sendiri
kemajuan yang pesat sejak pemasangan PJP pertama pada yaitu nodus sinoatrial (NSA) yang bekerja menghasilkan
manusia yang dilakukan olehAke Senning, seorang dokter impuls listrik secara otomatis (Gambar 1). Imppls listrik ini
bedah toraks dari Swedia, pada tahun 1958. Pada waktu diteruskan ke sistem konduksi lain yaitu jaras interatrial
itu indikasi pemasangan PJP masih sangat terbatas pada danbundle dari Bachman ke atrium kiri. Di antara atrium
kasus bradikardia seperti hambatan atrioventrikel total dan dan ventrikel terdapat jaringan kartilago yang dikenal
proses pemasangan melalui prosedur torakotomi yang sebagai cardiac skeleton (Gambar 2). Struktur ini
dilakukan oleh seorang ahli bedah toraks. berfungsi sebagai insulator (penyekat hantaran impuls
Saat ini perkembangan PJP semakin luas dari segi listrik) sehingga setelah terjadi depolarisasi atrium semua
indikasi dan penempatan pacing lead. Terobosan terkini impuls listrik akan masuk ke Nodus Atrioventrikuler (NAV).
dari segi indikasi adalah untuk mencegah takiaritmia seperti Di sini impuls listrik mengalami perlambatan untuk
fibrilasi atrium (FA). Lokasi penempatan p acing lead ptn memberikan kesempatan pengisian darah dari atrium ke
mengalami perubahan dari yang klasik (apeks ventrikel ventrikel secara optimal. Selanjutnya impuls akan
kanan dan apendiks atrium kanan) menjadi septum diteruskan ke berkas His yang kemudian bercabang
ventrikel kanan atau, Right Ventricular Outflotv Tract menjadi Berkas Cabang Kiri (BCK) dan Berkas Cabang
(RVOT) tntlk lead ventrikel dan septum bagian bawah Kanan (BCKa) dan berakhir di serabut Purkinje dan otot
atrium kanan untuklead atrilm untuk mengurangi kejadian jantung (miokard) dan membuat bilik jantung berkontraksi.
FA. Demikian pula dengan prosedur implant yang semakin Gangguan pada salah satu komponen sistem konduksi
sederhana dan dilakukan oleh seorang kardiolog dengan ini dapat berupa gangguan pembentukan impuls pada NSA

t652
PACU JANTUNG MENETAP (PERMANET9 1653

dan atau gangguan hantaran impuls yang secara klinis KONSEP DASAR DAN PHINSIP KERJA PACU
berdampak timbulnya gejala hampir pingsan (near- JANTUNG PERMANEN
syncope') atau pingsan (syncope). Keadaan klinis inilah
yang menjadi indikasi utama pemasangan pacu jantung. PJP pada dasarnya terdiri dari dua komporren Lltama yaitu
pulse genercnor (Gambar 3) dan pacing lead (Gambar 4).
Pulse generalnr terbuat dari lithitrm iotline bottert, yang
Atrioventricular node
merupakan sumber energi Lltama untllk menghantarkarl
Bundle of His
impuls ke miokard. Fungsi tambahannya adaiah sebagai
pusat pengaturan fungsi PiP. Rata-rata gcnerator
mempunyai lamakerja sekitar4-10 thn (tergantung apakah
pasien sepenuhnya tergantung pada PJP atau tidak).
Generator dihubungkan dengan endokardium .jantung
melalui pacing lead. Pacing leod merupakan suatu
insul.ate d -w i t"e yang berfungsi menghantarkan impuls dari
pttLse generator ke otot jantung dan melaktLkan deteksi
(sensing) sinyal depolarisasi (kontraksi) jantung. Secala
umum pacing lead dibagt dua yaitu pacing leatl yang
dimasukkan secara intravena ke dalam endokardiurn
(transvenous lead) dan yang dipasang di atas epikardiurr
Purkinje fibers (epicardial lea$.Yang paling sering dipakai adalah jenis
yang pertama . Transvenous lead terdii dari dua jenis yaitu
untuk fiksasi pasif (tine lead'y atalu untuk fiksasi aktif
(.screw-in lead') seperti terlihat dalam Gambar 4.

Left bundle branch

Gambar 1. Sistem konduksi jantung, Pembentukan impuls dimulai


secara otomatis di Nodus Sinoatrial (Sinoatrial Node) dan
dihantarkan ke seluruh atrium untuk mendepolarisasi atrium
Selanjutnya impuls diteruskan ke Nodus Atrioventrrkel (Atrioven-
tricular Node), berkas dari H s, Berkas Cabang Kanan dan Kiri,
serabut Purkinje, dan berakhir di otot jantung (Dikutip dari AHA
ECG tutorial)

Gambar 3. Pada gambar ini diperlihatkan contoh generator dari


berbagai merek dan model (Dikutip dari www.medtronicConnect.
com dan www guidant com)

Fibrous skeleton
of the heart

Gambar 4. Gambar di sebelah kiri adalah jenis /eadfiksasi pasif


(tine lead) dengan tonjolan seperti duri pada ujungnya untuk
memudahkan perlekatan dengan trabekel endokardium Sedangkan
gambar sebelah kanan adalah lead f iksasi aktif (screw-in) dengan
screw pada ujungnya (Dikutip dari St Jude Medical Teaching
Material)

Gambar 2. Cardiac skeleton. Jaringan kaftilago yang menyokong Lead wtuk fiksasi aktif lebih stabil dan jarang lepas
struktur katup jantung dan berfungsi sebagai penyekat impuls (dislokasi) pada fase akut pasca implant karena ujung Lead
listrik dari Nodus Sinoatrial agar tdk menyebar ke jaringan lain tapi
terkumpul di Nodus Atrioventrikular. (Dikutip dari: Fogoros FlN. di tanam melalui .rcreru ke dalam septum atau endokardium
Electrophysiologic testing 2nd Ed, Blackwell Science, 1999) dan mudah ditanam di mana saja di dalam ruang jantung.
t654 KARDIOLOGT

Sedangkan tine lead melekat pada trabekel endokardium saat tindak lanjut. Pada tahanan (itnpeclance) yang tinggi
sehingga relatif lebih mudah mengalami perubahan posisi maka arus yang dikeluarkan akan berkurang sehingga
pada t'ase akut pasca implantt apalagi bila terdapat kelainan kelangsungan generator akan lebih panjang.
regurgitasi katub trikuspid. Di sarnping ifi pacing lead Beberapa konsep dasar yang perlu dipahami adalah
juga ada yang dilapisi obat steroid dan ada yang tidak. ambang rangsang (stinttrlation thre,shold) dan scnsing.
Jadi arus listrik yang dikeluarkan oleh generator akan Ambang rangsa,ng(thresholrl) adaiah energi minimal yang
dihantarkan ke otot jantung melalui pacing lead darr diperlukan untLrk membuat kontraksi otot juntung
kembali ke generotor dan demikian seterusnya. Pada ujung (depolarisasi) Agar ambang rangsang dapat membuai
pacing lead terdapat elektroda bermuatan negatif (katoda) kontraksi otot jantung (captttre) rnaka diperltrkan besarnya
yang kontak langsung miokard. Sedangkan elektroda yang arus yang diberikan oleh pacu jantung ke miokard
menerima impuls listrik setelah terjadi depolarisasi disebut (cr m p I itw de ) dan lamany a s ti mul us diberi kan (pu l,s e n: i dth 1.
anoda. Pada sistern kutub tunggal (unipolar) maka Ampiitude (yang dinyatakan dalam volt) yang diberikan
katodanya terletak di ujung pacing lead darr anodanya di harus rnemiliki nilai yang cukup r-rntuk depolarisasi miokard.
generator. Sedangkan pada sistem kutub ganda (bipolar) Denrikran pula denganpuls e witlth (y,ang dinyatakan dalarn
katoda terletak di uj ung pacing lead yangkontak langsung milisekon) harus mempunyai durasi yang cukup agar dapat
dengan miokard dan anoda terletak pada bagian proksinral membuat otot jantung kontraksi. Kombinasi kedua
pacing lead (terdapat dua elekroda). Jadi saat terjadi komponen inilah yang menentukan apakah stimulasi dari
pemacLran maka impuls listrik akan keluar dari generator pacu jantung dapat mendepolarisas miokard (c'ttpture).
dialirkan melalui lead dan katoda dan kembali ke anoda. Pada Gambar 6 (diambil dari hasil uy threshoLtl sa.lah
Untuk FJP kamal tunggal (single charuber) maka hanya satu pasien penutris saat tindak lanjut di Divisi Kardioio,qi
dipakai salt lead yang biasanya ditempatkan pada apeks Departemen llmu Penyakit DalnmiPJT RSUPN Ciptcr
ventrikel kanan (Gambar 5). Pada PJP kamar ganda(clouble Mangtrnkusumot diperlihatkan conloh garnbaran EKC
chamber) lead ditempatkan di atrium kanan dan ventrikel pada saat captLtre dan io.rt (.tl)tt(re.
kanan.

,oPLUlcUUllll,lCUvUdylucUUll,llllt

1,20v@0,37rs V 0,90i@0.37ms
I

Gambar 6. Gambaran EKG yang diambil dari programer pada


saat tindak lanjut pasien dengan PJP.Dengan amplitude 2,4 voll
terljhat stimulus pacu jantung dapat membuat depolarisasi ventrikel
kanan (capture) yang terlihat pada EKG sebagai kompleks QRS
dengan moffologi Blok Berkas Cabang Kiri (Leff Bundle Branch
Black Morphology) Amplitude terus diturunkan secara bedahap
dan pada angka 0,6 volt stimulus ini tidak dapat mendepolarisasi
ventrikel (lost capture) Berufii thresholrl (energi minimal yang
diperlukan untuk mendepolarisasi ventrikel) pada pasien ini adalah
Gambar 5. Pada pacu jantung kamar tunggal maka lead umumnya
0,9 volt.
diletakkan pada ventrikel kanan. Pada indikasi tedentu lead dapat
pula diletakkan pada atrium kanan. (Dikutip dari www.guidant.com/
condition/arrhythmia/ image)
Komponen lain yang penting adalah sensing yaitu
kemampuan pacu jantung untuk mengenali adanya iraml
Prinsip kerja PJP terkait erat dengan konsep dan hukum intrinsik jantung (.intrinsic rlqtthnt') sehingga bila irama
elektrodinamik terutama hukum ohm. Hukum ohm tersebut muncul maka pacu jantung tidak akan memberikan
menyatakan bahwa tegangan listnk (V) adalah berbanding stimulus (inhibited). Sensing yang akurat memungkinkan
lurus dengan perkalian kuat arus (I) dan resistensi (R). pacu jantung untuk mengetahui apakah jantung dapat
Semakin besar resistensi dalam sirkuit PJP maka semakin membentuk iramanya sendiri. Jadi pacu jantung hanya akan
besar tegangan yaog diperlukan untuk mengalirkan arus bekerja bitra jantung tidak dapat membentuk atau
listrik dalam sirkuit tersebut. Penerapan hukum ini pada menghantarkan itrpuls. Pada GambarT berikut ini disajikan
sistem PJP amat penting untuk menilai keutuhan sistem contoh penilaian sensing oleh pacu jantung (diambil dri
PJP baik pada saat pemasangan (.implanf) maupun pada salah satu pasien penLrlis):
PACU JANTUNG MENETAP (PERMANEN) 1655

Gambar 9. Kompleks ORS yang ke-7 tidak dapat dikenali


(undersensing) oleh pacu jantung sehingga stimulus tetap
diberikan (tanda garis lurus, splke, setelah QRS kompleks)

I
Gambar 7" Sensing yang dilakukan oleh pacu jantung mendapat
Seharusnya pada saat tersebui pacu jantung tidak memberikan
stimulus (Dikutip dari St Jude Medical Teaching Material)

nilai gelombang R (irama intrinsik pada ventrikel) adalah 8,4 milivolt


TERMINOLOGIDALAM PJP
(mV) Nilai ini cukup baik untuk ventrikel (minimal 5 mV)
Untuk memudahkan dalam komunikasi dan penamaan PJP
maka oleh Norrh Americo.n Society of Pacing and
Dalanr kaitan ini dikenal istilah undersensing dan ELectropht;siology (NASPE) dan British Pacing and
ctversensing. Yang pertama berarti jantung tidak dapat Electropht;siology Group ( BPEG) dibuatlah pedoman
rnengenali ilarna intrinsik pasien baik di atrium maupun di istilah yang dipakai pada PJP sebagai berikut:
ventrikel sehingga tetap memberikan pacuan (stirnuius) Posisi I menggambarkan ruangan dipacu untuk
wal.aupun jantung ticiak memerlukannya. Sedangkan yang mengatasi bradikardia. Posisi iI menggambarkan ruang
i<ed,,la berarti jantung ie riaiu 'oerlebihan daiam mengenali tempat deteksi irama spontan (intrinsik) untuk tujuafl
aktivitas di iuar jantung (akiii,itas otot di Caerah dada) mencetuskan atau menghambat pacuan. Sedangkan posisi
sebagai irama intrinsikjantung atau mengenali gelombang III menggambarkan reaksi terhadap posisi II.
T -"ebagai kompleks QRS sehingga pacu jantung tidak Posisi IV agak unik karena menggambarkan apakah PJP
mernberikan sti mul us y an g di perl ukan (dihambat). Faktor- tertentu memiliki kemampuan untuk menyesuaikap laju
taktor yang mempengaruhi sensing adalah polaritas lead pacuan (rate adaptive) sesuai dengan kebutuhan aktivitas
(unipolar atau bipolar'). integritas lead (retak pada insulasi pasien. Ini penting pada pasien dengan chronotropic in-
atau patah pada wire). dan interferens elektromagnetik. competence . Sedangkan posisi V menggambarkan apakah
Pada Gambar 8 ditampilkan contoh keadaan ot'ersertsirtg ada pemacuan lebih dari satu tempat pada ruang yang
dan Gambar 9 nntuk urttlerserrsing. sama (biatriaL atau biventricle pacing). Umumnya empat
Untr-rk mendapat kedua komponen (thresholcl dan posisi pertama yang kerap dipakai dalam praktek sehari
sensing) yang ideal maka pacirtg Lead harus diposisikan hari. Berikut ini disajikan berbagai contoh istilah tersebut:
cli lokasi yang tepat pada atriun'r dan atau ventrikel.

voo
Ruang yang dipacu adalah ventrikel (V) tanpa ada ruang
yang dideteksi (O) dan tentu tidak ada respons terhadap
deteksi/sensing (O). Jenis ini dikenal sebagai pemacuan
ventrikel tidak sinkron

VVI
Ruang yang dipacu adalah ventrikel (V) dan ruang tempat
deteksi adalah ventrikeljuga (V) dan respons bila terdapat
s ensingl irama intrinsik adalah inhibisi (I)/ penghambatan.

VVIR
B
Sama seperti di atas tetapi pada jenis ini terdapat
Gambar B. Keadaan oversensing pada gambar A terjadi setelah
kemampuan adaptasi laju pacuan (R=rate adaptive) sesuai
kompleks QRS ketiga akibat adanya aktivitas otot dada dengan kebutuhan aktivitas pasien, Biasanya dipasang
(miopotensial) Aktivitas otot ini ditangkap oleh pacu jantung pada pasien FA dengan blok AV total
sebagai irama intrinsik ventrikel sehingga pacu jantung tidak
memberikan stimulus pada saatnya yaitu di antara kompleks QRS
ketiga dan keempat Pada gambar B pacu jantung salah mengenali DDD
gelombang T sebagai kompleks QRS sehingga tidak memerikan Pemacuan dan deteksi kamar ganda (D) dengan respons
stimulus pada saat seharusnya (tanda panah) (Gambar A dikutip
dari buku The Medtronic ECG Workbook dan Eambar B dikutip
inhibisi bila terdapat sensing irama intrinsik baik pada
dari St Jude Medical Teaching Material). atrium dan ventrikel pada nilai AV tertentu dan akan
1656 I(ARDIOI.OGI

Ruang yang dipacu Ruang yang Respons terhadap Laju Pemacuan Banyak
Pengaturan
mendeteksi (sensrng) sens/ng (rafe Tempat (multisite
Pacuan
modulation) pacing\
Kategori O=Tidakada O = tidak ada O = tidak ada O = tidak ada O=tdk ada
A = atrium A = atrium | = inhibisi R = rate A=atrium
V = ventrikel V = ventrikel T = trigerred modulation V=ventrikel
D = atrium dan ventrikel D = atrium dan vetrikel D = inhibisi dan trigerred D=atrium dan ventrikel

memberikan pemicuan (/rigger) pada ventrikel bila terdapat bradycardia). Secara terinci indikasi pemasangan PJP
sensing/deteksi pada atrium pada interval VA tertentu menurut pedoman bersama dari American College
Cardiolctgy, American Heart Associatiott, dan North
American Society of Pacing and Electrophysiolog:,,
DDDR
terutama untuk indikasi kelas I, adalah sebagai berikut:
Sama seperti di atas ditambah kemampuan adaptasi laju
pemacuan. Inilahjenis PJP yang paling fisiologis dan ideal.
Blok Atrioventrikel Didapat (Acquired
Atr i ove nt r i c u I a r B Io c k)
HEMODINAMIK PADA PACU JANTUNG . BlokAV derajat 3 atau blokAv derajat dua yang lanjut
pada lokasi anatomi manapun yang disertai:
Tujuan yang paling ideal dalam pemasangan PJP adalah - Bradikardi yang bergejala (termasuk gagaljantung)
tercapainya pemacuan yang fisiologis (physiological pac- yang berkaitan dengan blok AV
lng) untuk mendapatkan efek hemodinamik yang optimal. - Aritmia dan keadaan lain yang memerlukan obat
Konsep pemacuan fisiologis ini telah berkembang seiring yang menyebabkan bradikardi bergejala
dengan bertambahnya pemahaman tentang hemodinamik - Adanya asystole yang terdokumentasi dengan
yang berkaitan dengan pacu jantung dan kecanggihan durasi 3 detik atau lebih atau laju irama escape yar,g
sistem pacu jantung itu sendiri. kurang dari 40 kali per menit pada pasien sadar
Adanya keselarasan antara pemacuan atrium dan meskipun tanpa gej ala (sympt om-fr e e)
ventrikel (.AV synchrorzy) adalah amat penting untuk - Setelah prosedur ablasi pada Atrioventricular
memberikan efek hemodinamik yang positif. Seperti junction
diketahui bahwa atrium menyumbang sekltat 30qa - BlokAV pasca operasi yang tidak dapat pulih kembali
terhadap curah jantung (atriaL kick). Pada pemacuan - Penyakit neuromuskular dengan blok AV seperti
kamar tunggal (single chamber pacln g) maka hal ini tidak distrofi muskular miotonik
dapat dicapai. Pemacuan kamar tunggal juga dapat . Blok AV derajat dua pada tingkatan manapun yang
memberikan efek samping berupa peningkatan angka diserta bradikardi bergej ala.
rawat-inap karena gagal jantung dan peningkatan
kejadian fibrilasi atrium. Sebaliknya pada pemacuan kamar Pemacuan pada Blok Bifasikular dan
ganda (dual chamber pacing) tujuan ini dapat dicapai Trifasikular Kronis
secara maksimal. . BlokAV derajat tiga yang hilang timbtil (intermittent)
Tekanan darah sistemik dan curahjantung adalah dua . BlokAV derajat dua tipe II
parameter yang menjadi perhatian utama pada pemacuan . Blok berkas cabang yang bergantian (alternating
fisiologis. Pada uji khnis The Mode Selection Trial in bundle branch block)
Sinus-Node Dysfunction didapatkan pemacuan kamar
ganda menyebatrkan adanya penurunan risiko fibrilasi
atrial, pengurangan gejala gagal jantung, dan sedikit Pemacuan pada Blok AV pada lnfark Miokard
perbaikan angka kesintasan (surviv al). Akut (lMA)
. BIokAV derajat dua menetap dengan blokberkas cabang
bilateral atau blok AV derajat tiga pada IMA
. Blok AV (derajat dua atau tiga) sesaat yang disertai
INDIKASI PEMASANGAN PACU JANTUNG
blok berkas cabang. Jika lokasi blok tidakjelas maka
PERMANEN
diperlukan pemeriksaan elektrofisiologi.
Secara umum indikasi pemasangan PJP adalah keadaan . Blok AV derajat dua atau tiga yang menetap dan
laju jantung lambat yang bergejaTa (symptomaric simtomatik
PACU JAIYTUNG MENETAP (PERMANEN) 1657

Pemacuan pada Disfungsi Nodus Sinus (srnus lain yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan indikasi
node dysfunction) kelas II adalah keadaan kardiomiopati obstruktif
. Disfungsi nodus sinus dengan bradikardi yang hipertrofi yang simptomatik dan gagal dengan terapi
terdokumentasi, termasuk sinus pauses yang sering. obat dengan adanya bukti obstruksi alur keluar ventrikel
Pada kebanyakan pasien hal ini disebabkan oleh obat- kiri baik saat istirahat maupun dengan provokasi
obatan yang penting dengan indikasi kuat dan tidak Pemacuan pada Kardiomiopati Dilatasi, indikasi kelas
ada pilihan pengganti obat tersebut I adalah pada keadaan yang disertai disfungsi nodus
. Inkompetensi kronotropik (laju nadi yang tidak dapat sinus. Sedangkan indikasi kelas II adalah pemasangan
naik saat kebutuhan meningkat mislanya latihan) yang pacu jantung ventrikel ganda (biventricular pacing)
simtomatik pada pasien kardiomiopati iskemia atau dilatasi yang
bergejala, fungsional klas New York Heart Association
(NYHA) III atau IV, tidak membaik dengan obat, durasi
Pencegahan dan Terminasi Takiaritmia
dengan Pemacuan (indikasi kelas lta) kompleks QRS memanjang (130 milidetik atau lebih),
. Takikardia supraventrikel yang berulang dan bergejala diameter diastolik akhir ventrikel kiri sama atau lebih
dari 55 mm, dan fraksi ejeksi kurang atau sama dengan
serta terbukti dapat diterminasi dengan pemacuan dan
35Vo
ablasi atau obat akan memberikan efek samping yang
tidak dapat ditoleransi. Pemacuan pasca T[ansplantasi Jantung, adanya
. Fluter atrium dan takikardia supraventrikel yang terbukti disfungsi nodus sinus dan inkompentensi kronotropik
yang tidak dapat pulih setelah transplantasi jantung.
dapat diterminasi dengan pemacuan dan obat atau ablasi
tidak efektif

TEKNIK DAN PROSES PEMASANGAN PACU


Pemacuan pada Sinkop Neurogenik dan JANTUNG
Sindrom Sinus Karotis Hipersensitif
Sinkop berulang akibat stimulasi pada sinus karotis, atau Pemasangan PJP saat ini tidaklah sesulit pada masa dulu
penekanan minimal pada nodus sinus karotis yang dan dapat dilakukan dengan anestesi lokal serta oleh
menimbulkan asistol ventrikel selama 3 detik atau lebih seorang kardiolog saja. Persiapan pasien adalah puasa
tanpa adanya obat-obat yang menekan fungsi nodus si- sekitar 6 jam sebelum prosedur. Antibiotika intravena
nus karotis diberikan sebelum dan 24 jam sesudah prosedur
dilaksanakan. Selama tindakan pasien hanya diberikan
Pemacuan pada Anak dan Orang Dewasa sedasi ringhn tanpa anestesi umum.
dengan Penyakit Jantung Bawaan Akses yang umunmya dipakai adalah dengan cepha-
. BlokAV derajat dua atau tiga yang berkaitan bradikardi lic vein cut-down atau punksi vena subklavia. Pada teknik
asimptomatik, disfungsi ventrikel, dan penurunan curah perlama dilakukan insisi di atas sulkus deltopektoralis, dan
jantung dengan pemisahan jaringan secara tumpul, dicari vena
. Disfungsi nodus sinus yang bergejala dan berkaitan sefalika yang umumnya berjalan sejajar dengan sulkus
dengan bradikardi yang tidak sesuai dengan usia deltopektoralis. Pada saat yang sama dibuat kantung
. Blok AV derajat dua atau tiga pasca operasi yang tidak Qtocket) untuk generator. Bila vena diternukan, dilakukan
pulih setelah rujuh hari cut-down untuk memasukkan lead alat wire ke dalam
. BlokAV bawaan dengan irama pengganti tipe kompleks atrium dan atau vetrikel kanan. Teknik lain adalah dengan
QRS lebar, irama ektopik ventrikel, dan disfungsi langsung melakukan punksi pada vena subklavia untuk
ventrikel kiri mendapatkan akses ke ventrikel dan atau atrium kanan.
. Blok AV total pada bayi dengan irama ventrikel kurang Setelah akses didapat dimastl<kanwire dan disusul dengan
dari 50-55 kali per menit atau disertai penyakitjantung peel-away sheath fienis sheath yang dapat disobek).
bawaan dengan irama ventrikel kurang dai70 kali per Setelah lead dimasukkan, peel-away sheath dikeluarkan
merut dengan cara merobeknya.
. Takikardia ventrikel yang berganittg pada pause Penempatan lead untuk ventrikel umumnya adalah di
Qtause-dependent VT) dengan atau tanpa pemanjangan apeks ventrikel kanan. Namun berdasarkan studi terkini
interval QT dan manfaat pacing terbukti efektif. tempat alternatif seperti RVOT, adalah lebih baik karena
aktivasi antara ventrikel kanan dan kiri lebih sinkron. Telah
pula dibuktikan bahwa pemacuan pada apeks ventrikel
Pemacuan pada Keadaan Khusus (spesifik) kanan berdampak buruk secara jangka panjang berupa
. Pemacuan pada kardiomiopati obstruktif hipertrofi, remodeling dan dilatasi ventrikel kiri serta penurunan
indikasi kelas I pada kelainan ini adalah adanya kapasitas fungsional. Pada pacu jantung kamar tunggal,
disfungsi nodus sinus dan blokAV seperti pada keadaan setelah lead berada di posisi yang dimaksud, dilakukan
1658 KARDIOI.]OGI

pengujian parameter berupa threshold, sensing, dan


impedance. Untuk penempatan lead atritm yang
konvensional adalah pada right atrial appendage. Namun
saat ini untuk mencapai sinkronisasi antara atrium kanan
dan kiri dan mengurangi dispersi elektris antara kedua
atrium, posisi lead diletakkan pada right atrial high
septum dan right atrial low septum (pada ostium sinus
koronarius). Gambar 10 merupakan salah satu contoh
pasien penulis yang dipasang PJP kamar ganda (dual
chamber pacemaker).
Selanjutnya lead diflksasi secara baik dan dihubungkan
ke generator. Kulit ditutup lapis demi lapis secara jahitan
berkesinambungan. Antibiotika diberikan sehari sebelum
dan sampai sehari pasca pemasangan. Segera setelah selesai Gambar 10. PJP kamar ganda dengan penempatan lead atrium
dilakukan pemograman dan pengecekan akhir dengan pada appendiks atrium kanan dan lead ventrikel di apeks ventrikel
memakai alat yang disebut programmer. Pemeriksaan rutin kanan. Jenis yang dipakai adalah tiksasi aktif (screw-in lead)
dengan programmer ini diulang kembali tiga bulan kemudian
yang pada ujung terlihat adanya screw (gambar diambil dari
Laboratorium Kateterisasi Divisi Kardiologi Dept llmu Penyakit
untuk mengtbah acute threshold menjadi chronic Dalam FKU|/Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto
threshold dan secara berkala setiap 6 bulan. Mangunkusumo, Jakafia)
Parameter baku untuk atrium dan ventrikel dapat dilihat
pada Tabel 2. pemilihan PJP bergantung pada beberapa hal seperti yang
Komplikasi yang mungkin timbul saat dan setelah terlihat pada Gambar 11.
pemasangan PJP adalah pneumotoraks, hemotoraks, Pada prinsipnya pada blokAV yang disertai oleh aritmia
emboli udara, hematoma, trombosis intravaskular, erosi dan atrial yang kronik maka dipilih pacu jantung kamar tunggal
infeksi. di ventrikel. Sebaliknya bila tidak disertai aritrnia atrial kronik
dan diperlukan adanya keselarasan antara atrium dan
ventrikel (AV synchrony) maka dipilih jenis pacu jantung
PEMILIHAN JENIS PJP kamar ganda. Faktor penentu lainnya adalah kompetensi
kronotropik (chronotropic c ompetence).
Yang menjadi pegangan utama dalampemilihan PJP adalah Pada kelainan atau penyakit nodus sirus (sinus node
jenis kelainan dalam sistem konduksi jantung dan aspek dysfunction) maka faktor penentu pemilihan jenis pacu
sosial ekonomi pasien. Pada kelainan berupa blok AV maka jantung adalah ada tidaknya kelainan konduksi nodus AV.

Desire for Desire for Rate-responsive


rate response antrial pacing ventricular
pacemaker

Rate-responsive Singel-lead atrial


ventricular sensing ventricular
pacemaker pacemaker

Gambar 11 . Pemilihan jenis pacu jantung pada kelainan blok atrioventrikuler (Dikutip dari Gregoratos G, Abraham J, Epstein AE et al. ACC/
AHfuNASPE guideline update for implanttation of cardiac pacemakers and antiarrhythmia devices.Circulation 2002;106:2145-61 )
PACU JANTUNG MENETAP (PERMANETO 16s9

Evidence for impaired AV


conduction or concern over
future development of AV
block

Desire for Desire for


rate response AV syncrony

Desire for
rate response

Gambar 12. Pemilihan pacu jantung pada kelainan nodus sinus. (Dikutip dari Gregoratos G, Abraham J, Epstein AE et
al. ACC/AHA/NASPE guideline update for implanttation of cardiac pacemakers and antiarrhythmia devices.Circulation
2002;106:2145-61 )

TINDAK LANJUT (FOLLOW-U4 PASTEN DENGAN


PACU JANTUNG PERMANEN
l. Parameter implant akut (segera setelah implant sampai
dengan 3 bulan): Tujuan pokok tindak lanjut pada pasien dengan PJP adalah
A. Threshold menilai sistem dan kinerja PJP secara menyeluruh untuk
1. Voltagd < lV, tapi lebih disukai <0,5V
menjamin adanya fungsi pemacuan yang optimal dan
2. Current <1,5 mA
3. lmpedance kira-kira 400-1200 ohm sesuai dan mendeteksi serta mencegah masalah yang
B Senslng berkaitan dengan PJP. Yang lebih penting lagi adalah
'1. Gelombang R: > 5 mV merangkum semua informasi yang diperoleh dari riwayat
2. Gelombang P: > 2 mV
penyakit, pemeriksaan fisis, data kejadian yang tersimpan
ll. Parameter pada saat kronis
A. Threshold
di dalam pacu jantung, dan hasil penilaian yang
1. Voltage, <3 mV kesemuanya diramu dalam satu "resep pacujantung". Pada
2. Current:< 6 mA prinsipnya tindak lanjut dimulai segera setelah implant dan
3. lmpedance sekitar 500 ohm
sampai sepanjang hayat pasien.
B. Senslng
1. Gelombang R: > mV Pada fase akut pasca pemasangan PJP, tindak lanjut
2. Gelombang P:> 1,5 mV, sebaiknya 2,0-3,0 mV awal dilakukan satu minggu setelah prosedur untuk menilai
keadaan luka. Hal penting lain yang harus diinformasikan
ke pasien adalah agar tidak mengangkat sisi tangan yang
Bila kelainan nodus sinus disertai dengan blok AV maka dipasang pacu jantung melebihi bahu dan tidak
diperlukan pacu jantung di ventrikel dan bila diperlukan mengangkat beban berat >5 kg pada selama I bulan. Pasien
keselarasan antara atrium dan venrikel maka dipilih pacu tidak perlu kuatir akan pengaruh alat-alat elektronik di
jantung kamar ganda. Berdasarkan uji klinlkMOSD (Mode rumah. Yang perlu dihindari adalah alat generator besar di
Selection in Sinus-node Dysfucntiorz) didapatkan bahwa pabrik yang dapat menghasilkan gelombang elektro
pada pasien dengan disfungsi nodus sinus yang dipasang magnetik yang besar. Kemudian dilakukan tiga bulan
PJP kamar ganda dibandingkan kamar tungal, kelompok berikutnya dengan tujuan utama untuk mengubah acute
yang mendapatkan PJP kamar ganda mempunyai risiko threshold (nilai amplitude yang diprogram pada saat
kejadian fibrilasi atrial yang lebih rendah, gejala gagal pemasangan dan biasanya lebih tinggi untuk menjamin
jantung berkurang, dan mempunyai kualitas hidup yang adanya capture karena masih adanya edema antara ujung
lebih baik. Pemilihan secara rinci dapat dilihat pada Garnbar lead dan endokardium) ke chronic threshold (ntlai
12. amplitude yang diprogram lebih rendah dari acute
1660 IGRDIOI.OGI

threshold dan minimal dua kali threshold). Tindak lanjut


rutin selanjutnya adalah tiap 6 bulan.
Penilaian dan pemeriksaan rutin yang dikerjakan saat
tindak lanjut adalah menilai sensing dan capture,'
memantau integritas sistem, memantau keadaan baterai'
generator, dan memodifikasi pemrograman sesuai
kebutuhan pasien. Untuk itu setiap pasien datang
dilakukan pengambilan riwayat penyakit, pemeriksaan
EKG 12 sadapan, dan pemeriksaan dengan programmer
untuk menilai parameter yang telah disebutkan di atas.
Dalam memodifikasi semua parameter tersebut maka
keselamatan pasien menjadi prioritas utama.

KEMAJUAN TERKINI DALAM BIDANG PACU


JANTUNG
Gambar 11. Pada CRT terdapat tiga buah lead yang dipasang di
Beberapa tahun belakangan ini bidang pacu jantung atrium kanan (kiri atas) ventrikel kanan (paling bawah), dan sinus
mengalami kemajuan yang pesat dalam hal indikasi. PJP koronarius (kanan atas). Gambar dikutip dari Cardiac
Resynchronization Therapy for heart failure management,
tidak hanya digunakan untuk indikasi yang konvensional Medtronic lnc 2002)
seperti bradikardi tapi dikembangkan pula untuk
pemakaian pada pasien gagal jantung (cadiac
resynchronization therapy) dan untuk pencegahan FA. Indikasi pemakaian CRT menurut pedoman ACC/AHA/
Cardiac Resynchronization Therap (CRT) adalah NASPE (indikasi kelas IIa) untuk pemasangan CRT adalah:
istilah yang dipakai untuk menyelaraskan (sinkronisasi) . pasien gagaljantung kelas funsional III-IV
kontraksi antara dinding ventrikel kiri dengan septum . simptomatik
interventrikel dalam usaha memperbaiki efisiensi ventrikel . tidak membaik dengan obat yang optimal
kiri dan selanjutnya berdampak kepada perbaikan klas . penyebab gagal jantung oleh karena kardiomiopati
fungsional. CRT memiliki 3 buah pacing lead yang iskemia atau idiopatik
masing-masing diletakkan di atrium kanan, ventrikel .. durasi kompleks QRS > 130 ms
kanan, dan sinus koronarius untuk pemacuan pada . fraksi ejeksi <35Vo
dinding ventrikel kiri (Gambar 11). Dengan demikian . dimensi akhir diastolik ventrikel kiri > 55 mm
pemacuan akan menyelaraskan kontraksi antara venrikel Pacu jantung telah dicoba untuk mencegah takiaritmia
kiri dan kanan dan ini memberikan perbaikan hemodinamik atrial termasuk FA. Alasannya berdasarkan pengamatan
berupa penurunan tekanan baji arteri pulmonal dan bahwa denyut atrial prematur atau takikardi atrial muncul
peningkatan curah jantung. pada saat sinus bradikardi, sinus paus e, atau saat laju atrial
Braun MU dan kawan-kawan melldapatkan adanya menurun. Selanjutnya denyut atrial premoture ini
penurunan aktivasi neurohormonal, perbaikan klas mencetuskan FA (focally-initiated AF). Oleh karena itu,
fungsional, dan kapasitas latihan paru jantung pada pasien dengan pacu jantung, sinus bradikardi dar. pause dapal
gagaljantung klas fungsional III-IY fraksi ejeksi <35Vo, dicegah sehingga denyut atrial prematur sebagai pemicu
blok berkas cabang kiri dengan lebar kompleks QRS >150 dapat ditekan. Hasil uji klinis Atrial Dynamic Overdrive
ms yang mendapat CRT selama <24btian Bahkan Cleland Pacing Trial (ADOPT) pemacuan pada atrium dapat
dan kawan-kawan dalam Cardiac Resynchronization and mengurangi beban FA (AF burden). Jadi untuk pasien FA
Heart Failure (CARE-HF) Study mendapatkan adanya paroksismal dengan kecendrungan bradikardi dan FAyang
perbaikan gejala dan kualitas hidup pada pasien gagal dicetuskan oleh denyut atrial prematur maka PJP dengan
jantung yang diberikan CRT. Saat ini CRT kerap kemampuan penekanan FA (AF suppression abilitl,) ada
dikombinasi dengan implanttable cadiov erter defibrilla- tempatnya dalam pilihan terapi.
tor (ICD) karena angka kejadian kematian jantung
mendadak pada pasien gagal jantung cukup tinggi yaitu
sekitar 40Vo dai semua penyebab kematian. Mengingat REFERENSI
mahalnya harga alat ini maka pemakaiannya harus sangat
selektif pada pasien yang memang sangat memerlukan dan Berstein AD, Daubert JC, Fletcher ED, et al. The revised NASPE/
akan mendapatkan manfaat yang maksimal dari alat BPEG generic code for antibradycardia, adaptive-rate, and
tersebut. multisite pacing. PACE 2002:'25:260-4.
PACU JANTUNG MENETAP (PERMANEI9 L66t

Braun MU, Rauwolf T, Zerm T, et al. Long term biventricular Levine PA. Guidelines to the routine evaluation, programming and
resynchronization therapy in advanced heart failure: efTect on fol1ow-up of the patient with an implantted dual-chamber rate-
neurohormones. Heart 2005:91 :60 l-5 modulated pacing system. St Jude Medical Inc 2004
Cleland JG, Daubert JC, Erdman E, et al The effect of cardiac Linde C, Leclercq C, Rex S, et al. Long-term benefits of biventricirlar
resynchronization on rnorbidity and mortality in heart failure pacing in congestive heart failure. Results from the MUSTIC
N Eng J Med 2005;352:62. (multisite stimulation in cardiomyopathy) study. J Am Coll
Cooper JM, Katcher MS, Orlov MY Implanttable devices lbr treat- Cardiol 2002:40: 1 1 1- 1 8.
ment of atrial fibrillation. N Eng J Med; 2002;3216:2062-8. MosesHW Miller BD, Moulton KP, et a1. Practical guide to cardiac
Ellenbogen KA. Cardiac pacing. Blackwell Scientific Publications, pacing. 5'h Ed. Lippincott Williams, 2000.
t992 Reynods DW. Hemodynamics of cardiac pacing In: Ellenbogen
Gregoratos C, Abraham J. Epstein AE et al. ACC/AHA/NASPE guide- KA, Wood MA Cardiac pacing and ICDs. 3'd Ed. Blackwell
line update for implanttation of cardiac pacemakers and Science. 2002
antiarrhythmia devices.Circulation 2002; 106:2145-61. Schoenfeld MH. Fo11ow-up assessments of pacemaker patient. ln:
Hayes Dl, Zipes DP, Cardiac pacemakers and cardioverter- Ellenbogen KA, Wood MA. Cardiac pacing and ICDs. 3'd Ed.
defibrilators In: Zipes DP, Libby P, Bonow RO, et al. Heart Blackwell Science, 2002.
Disease: a textbook of cardiovascular medicine. 7'h Ed. Elsevier Sweeney MO, Hellkamp AS, Ellenbogen KA Adverse effect of ven-
Saunders, 2005. tricular pacing on heart failure and atrial fibrillation among
Jeffrey, K, PeLrsonnet, V. Cardiac pacing, 1960-1985, a quarter cen- patients with normal QRS duration in a clinical trial of pace-
tury of medical and indusLrial innovation Circulation maker therapy for slnus node dysfunction. Circulation
I998:97:1978-91 2003:101:2932-1
IGight BP, Gesrh BJ, Carlson MD, et al Role of permanent pacing Thambo JB, Bordachar P, Garrigue S, et al.Detrimental ventricle
to prevent atrial fibrillation Circuiation 2005;11 l:240-5 remodeling in congenital complete heart block and chronic
Lamas GA. Lee KI, Sweeney MO, Silverman R. Ventricular pacing right ventricle apical pacing. Circulation 2004;1 10:3166-37
or dual chamber pacing fbr sinus node dystinction. N Eng J Med Turner MS, Bleasdale RA, Mumford CE, et al.Left ventricular
2002:346:1854-2. pacing improves haemodynamics variables in patients with heaft
failure with a normal QRS duration. Heart 200.1;90:502-5.
26t
DEMAM REUMATIK DAN
PENYAKIT JANTUNG REUMATIK
Saharman Leman

PENDAHULUAN Spagnuolo, 1962).DR dapat sembuh dengan sendirinya


tanpa pengobatan, tetapi manifestasi akut dapat timbul
kembali berulang-ulang, yang disebut dengan
Latar Belakang kekambuhan (recurrenl). Dan biasanya setelah
Berdasarkan pola etiologi penyakit jantung yang dirawat peradangan kuman SGA, sehingga dapat menyebabkan
di B agian Penyakit Dalam RSUP dr.M.Dj amil Padang tahun DR tersebut berlangsung terus-menerus melebihi 6 bulan.
1973-1977 didapatkan 31,47o pasien Demam Reumatik/ DR yang demikian disebut DR menahun (TarantaA, 1981).
Penyakit Jantung Reumatik (DR/PJR ) pada usia 10-40 Meskipun sendi-sendi merupakan organ yang paling
tahun, dengan mofialitas I2,4Vo (Harif, Saharman Leman, tersering dikenai, tetapi jantung merupakan organ dengan
1978).
kerusakan yang terberat. Sedangkan keterlibatan organ-
Diagnosis kerja terhadap seorang pasien DR/PJR organ lain bersifat jinak dan sementara.("Rheumatic fever
menentukan sekali, apakah benar-benar kita akan lips the joints, but bites the hearts").
membantu pasien meningkatkan kualitas hidup yang baik Kuman SGA adalah kuman yang terbanyak
atau sebaliknya, yang membebani pasien yang berat, baik menimbulkan tonsilofaringitis, di mana juga yang
mental, fisik ataupun sosioekonomi untuk seumur hidup menyebabkan demam reumatik. Hampir semua
bagi pasien ataupun keluarganya. Streptokokus grup A (SGA) adalah beta hemolitik,.(Bisno,
1977 &Bravol9l9).
Batasan Dikatakan bahwa DR dapat ditemukan diseluruh dunia,
DR merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non dan mengenai semua umur, tetapi 907o dari serangan
supuratif yang digolongkan pada kelainan vaskular pertama terdapat pada umur 5-15 tahun, sedangkan yang
kolagen atau kelainan jaringan ikat (Stollermary 1972). terjadi dibawah umur 5 tahun adalah jarang sekali (Taranta
Proses reumatik ini merupakan reaksi peradangan yang dan Markowitz, 1981, Stollerman, 1990.)
dapat mengenai banyak organ tubuh terutama jantung, Yang sangat penting dari penyakit demam reumatik akut
sendi dan sistem saraf pusat. ini adalah dalam hal kemampuannya menyebabkan katup-
Manifestasi klinis penyakit DR ini akibat kuman katup jantung menjadi fibrosis, yang akan menimbulkan
Streptokokus Grup-A (SGA) beta hemolitik pada gangguan hemodinamik dengan penyakit jantung yang
tonsilofaringitis dengan masa laten 1-3 minggu (Morehead, kronis dan berat. Demam reumatik merupakan kelainan
1965). Sedangkan yang dimaksud dengan PJR adalah jantung yang biasanya bukan kelainan bawaan, tetapi yang
kelainan jantung yang terjadi akibat DR, atau kelainan diperdapat. Walaupun angka morbiditas menurun tajam
karditis reumatik (Taranta A dan Markowitz, 1 98 1 ). pada negara yang berkembang tetapi pada negara yang
DR akut adalah sinonim dari DR dengan penekanan sedang berkembang penyakit ini masih merupakan masalah
saat akut, sedangkan yang dimaksud dengan DR inaktif kesehatan yang utama. Kepastian sebab-sebab naik
adalah pasien-pasien dengan DR tanpa ditemui tanda- turunnya insidensi penyakit ini masih belum jelas.
tanda radang, sinonim dengan riwayat DR (TarantaA dan Meskipun demam reumatik ini telah diteliti secara luas

t662
DEMAM REUMATIK DAN PEITYAKIT JAI{TUNG REUM^'ITIK 1663

(ekstensif) tetapi patogenesisnya masih belum jelas tidak memperlihatkan gejala-gejala yang khas (Wood dkk
(Taranta,1916). 1964, Krause 1975, Straser 1978), (Ramelikamp, 1958).
Penyakit Demam Reumatik dapat mengakibatkan gejala (Krause 1975). Sedangkan kekambuhan demam reumatik
sisa (sequele) yang amat penting pada jantung sebagai +3}Vobilaterserang infeksi SGA (Spagnuolo dkk 1971)
akibat berat ringannya karditis selama serangan akut Majeed H.A dkk 1998, menganjurkan carApengobatan
demam reumatik. Dari beberapa penelitian tentang insidens pencegahan sekunder tersebut sbbl. (Penicillin long act-
karditis dan PJR yang menetap adalah akibat kekambuhan ing)
DR tanpa PJR sebelumnya adalah sebagai beiktrt:6-l4Va . Bila DR dengan karditis dan atau PJR (kelainan katup)
Kekambuhan yang terbanyak dan terpenting adalah dilaksanakan pencegahan sekunder tersebut selama 10
akibat perjalanan penyakit demam reumatik itu sendiri. tahun sesudah serangan akut sampai umur 40 tahun
Cukup banyak dilaporkan insidens dari kekambuhan dan kadang-kadang diperlukan selama hidup.
demam reumatik yang yang berlanjut dan mengakibatkan . DR dengan karditis tanpa PJR dilakukan pengobatan
Penyakit Jantung Ruematik. Pencegahan primer DR dapat pencegahan sekunder selama 10 tahun.
diatasi dengan antibiotika Penisilin - V atau benzatin . DR saja tanpa karditis dilakukan pengobatan
penisilin parentral yang adekuat terhadap kuman SGA pencegahan selama 5 tahun sampai umur 21 tahun.
betahemolitikus. Atau dapat juga dengan makrolid lainnya, Secara umlu;rr Committee on Rheumatic Fever tahln
bila biakan hapusan tenggorok merupakan diagnostik 1995 menganjurkan pencegahan sekunder ini sampai umur
untukkuman SGA tersebut (Stollerman, 1955; Siegel, 1961). 2l tahtn dan 5 tahun lagi setelah terjadi serangan ulangan,
Dajani A. dan kawan-kawan 1995 melaporkan bahwa yang dilakukan tiap 4 minggu. Tetapi Lue H.C dkk 1986 dan
pasien DR adalah berisiko tinggi untuk terjadi kekambuhan
1994 pada daerah dengan insidens DR yang tinggi atau
kembali oleh kuman SGA, sehingga diperlukan pasien dengan gejala PJR menganjurkan pencegahan
pencegahan yang berkelanjutan dengan antibiotika sekunder ini tiap 3 minggu.
sebagai pencegahan sekunder terhadap kekambuhan Majeed H.A (1992) melaporkan bahwa selama,12 tahun
tersebut. pencegahan sekunder ini didapatkan kekambuhan DR ini
"American Heart Asscosiation 1988" sebanyak 0.0037o pasien pertahun dibandingkan tanpa
merekomendasikan perlunya dilakukan pencegahan melakukan pencegahan sekunder yaitu sebanyak 0.27o
sekunder yang berkelanjutan dengan protokol seperti pasien pertahun, juga melaporkan bahwa kekambuhan
yang dianjurkan oleh "Irvington House Group" ( U.K and yang dicegah dengan cara diatas ternyata 70Vo pasien
U.S, 1965), tetapi yang sukar adalah menetapkan untuk dengan karditis menghilang bising jantungnya serta
berapa lama pencegahan sekunder ini dilakukan. Walaupun
dengan irama jantung yang normal.
risiko kekambuhan berkurang dengan bertambahnya umur Maka dari itu di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-
dan juga interval kekambuhan makin panjang tetapi Unand/RSUP dr.M.Djamil Padang dilaksanakan suatu
kekambuhan ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Hanya akan program pencegahan sekunder yang dapat mengurangi/
berkurang atau menghilang bila dilakukan pengobatan menghilangkan pe{alanan penyakit Demam Reumatik (DR)
pencegahan sekunder secara teratur untuk waktu yang dan PJR yang cukup dahsyat ini. Protokol tetap yang
cukup lama (Barrent, 1975). dilaksanakan sejak tahun 1978 sampai sekarang adalah
Maka dari itu disamping pencegahan primer perlu sebagai berikut:
dilanjutkan dengan pencegahan sekunder untuk jangka . Untuk pasien <20 tahun, mendapat suntikan Benzatin
waktu tertentu. Karena itu eradikasi untuk pencegahan Penisilin G 1,2 juta unit tiap 4 minggu sampai umur 25
sekunder dengan "Benzatin Penisilin G yang long act- tahun.
ing" satgat diperlukan dalam mencegah terjadinya . Bila umur pasien >20 lahlurr, harus mendapatkan
kelainan hemodinamik pada sirkulasi darah jantung suntikan Benzatin Penisilin G (long-acting) selama 5
(Stollerman, 1955).
tahun.
Seperti diketahui bahwa pencegahan demam reumatik ada . Bila pasien telah selesai dengan protokol I dan 2
2caru: sedangkan terjadi kekambuhan lagi maka akan
. Pencegahan primer: yaitu upaya pencegahan infeksi mendapatkan kembali suntikan Benzatin Penisilin G
Streptokokus beta hemolitikus grup A sehingga dengan dosis I ,2 juta unit tiap 4 minggu.untuk selama 5
tercegah dari penyakit demam reumatik. tahun berikutnya. Bila kasus berat tiap 3 minggu
. Pencegahan sekunder: yaitu upaya mencegah Selama 20 tahun, sejak Agustus 1978 sampai Agustus
menetapnya infeksi Streptokokus beta hemolitikus 1998 di bagian Penyakit Dalam FK-UNAND/RSUP Dr M
grup A pada bekas pasien demam reumatik.
Jamil Padang telah dilakukan analisis kesintasan dari hasil
Program pencegahan primer sangat sukar dilaksanakan program/protokol tetap di atas, dengan hasil kekambuhan
karena sangat banyaknya penduduk yang dicakup dan juga dapat dicegah sebanyak 80,27o dengan p<0,001.
adanya infeksi Streptokokus hemolitik grup A (SGA) yang Kesembuhan yang datang teratur adalah 92,4Vo dengan
t664 IqRDIOI.OGI

odds rasio I1,61 di manap <0,0001 dan RR 1,8l. yang datang


dengan kepatuhan/taat. Sedangkan pengobatan serangan
akut demam reumatik dipergunakan protokol tetap yang
direkomendasikan oleh Taranta A ( 1 970 ) sebagai berikut:
Negara
^"'i#i"" populasr
i':Ji"#
. Ditujukan pada manifestasi klinis yang didapat pada . lnggris & 1 963 1-14 47
serangan akut (Tabel 1). Wales
. , Pencegahan primer ditujukan langsung pada SGA pada * Kuwait 1984-1988 5-14 29
. Saudi Arabia 984 5 - 14
980-1 22
saat serangan akut. * Swedia
1

197'l-1980 0 - 15 0.2
Untuk pengobatan dari bermacam-macam manifestasi - USA 1978 0 - 14 I
* lran 1975 semua umur 59-100
klinis sewaktu pasien datang berobat maka pada fase akut * Cekoslowakia
ini dilakukan pengobatan sebagai berikut (Tabel 1) * Hongkong
1972 1- 15 8.5

* lndonesia
1972 semua umur 23
(Frankish, 197 5;TNanta & Markowitz, 198 1 , Committee on (belum ada laporan)
Rheumatic Fever, I 995). "dikutip dari Majeed HA 1992

sebagai akibat kekurangan kemampuan untuk melakukan


Manifestasi klinis Pengobatan pencegahan sekunderDR dan PJR. TarantaAdan Markowitz
Artralgia Salisilat saja M, 1984 melaporkan bahwa DR adalah penyebab utama
Artritis saja dan/atau Salisilat 100 mg/kgBB/hari selama 2
terjadinya penyakit jantung untuk usia 5-30 tahun. DR dan
karditis tanpa minggu dan diteruskan dengan 75
Kardiomegali mg/Kgbb/hr selama 4-6 minggu PJR adalah penyebab utama kematian penyakit jantung
Karditis dengan Prednison 2 mg/kgbb/hari se lama 2 untuk usia dibawah 45 tahun, juga dilaporkan 25-40%o
kardiomegali atau minggu dan tapering selama 2 penyakit jantung disebabkan oleh PJR untuk semua umur.
Gagal jantung minggu dengan ditambahkan
salisilat 75 mg//kgbb/hari untuk 6
mrnggu

PATOGENESIS

Untuk program pencegahan primer dipergunakan obat Meskipun sampai sekarang ada hal-hal yang belum jelas,
Penisilin V 2 juta Unit/hari selama 10 hari atau Eritromisin tetapi ada penelitian yang mendapatkan bahwa DR yang
40 mg/kg bb ftrari selama l0 hari. mengakibatkan PJR terjadi akibat sensitisasi dari antigen
Streptokokus sesudah 1-4 minggu infeksi Streptokokus
di faring. Lebih kurang 957o pasien menunjukkan
EPIDEMIOLOGI DAN INSIDEN peninggian titer antistreptoksin O (ASTO),
antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase B) yang merupakan
Meskipun individu-individu segala umur dapat diserang dua macam tes yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman
oleh DR akut, tetapi DR ini banyak terdapat pada anak- SGA. (Pattaroyo,1979)
anak dan orang usia muda (5- I 5 tahun) (Rosenthal, 1 968). Faktor-faktor yang diduga terjadinya komplikasi pasca
Ada dua keadaan terpenting dari segi epidemiologik pada Streptokokus ini kemungkinan utama adalah pertama
DR akut ini yaitu kemiskinan dan kepadatan penduduk. Virulensi dan Antigenisitas Streptokokus, dan kedua
Tetapi pada saat wabah DR tahun 1980 diAmerika pasien- besarnya responsi umum dari "host" dan persistensi
pasien anak yang terserang juga pada kelompok ekonomi organisme yang menginfeksi faring (Morehead, 1965).
menengah dan atas. (Majeed, 1984). Setelah perang dunia Risiko untuk kambuh sesudah pernah mendapat serangan
kedua dilaporkan bahwa di Amerika dan Eropah insiden Streptokokus adalah 50-60Vo. Robbins dkk. 1981
DR menurun, tetapi DR masih merupakan masalah mendapatkan tidak adanya predisposisi genetik.
kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Sedangkan Moreheid 1965 mengganggap pada mulanya
(Syed G.A, 1966; Shiokawa, 7917; Padmavati, 1978; faktor predisposisi genetik mungkin penting.
Shrestha, 1979) Penelitian-penelitian lain kebanyakan menyokong
Pada penelitian dibawah ini terlihat insiden DR dan mekanisme autoimunitas atas dasar reaksi antigen antibodi
PJR di Eropah dan Amerika menurun (Pinsky, 1977), terhadap antigen Streptokokus. Salah satu antigen
sedangkan di negara tropis dan sub tropis masih terlihat tersebut adalah protein-M Streptokokus. Pada serum
peningkatan yang agresif, seperli kegawatan karditis dan pasien DR akut dapat ditemukan antibodi dan antigen.
payah jantung yang meningkat. Majeed i992 melaporkan Antibodi yang terbentuk bukan bersifat kekebalan. Dan
insiden DR di beberapa negara tercantum pada Tabel 2. reaksi ini dapat ditemukan pada miokard, otot skelet dan
Ternyata insiden yang tinggi dari karditis adalah pada sel otot polos. Dengan imunofloresensi dapat ditemukan
anak muda dan terjadinya kelainan katup jantung adalah imunoglobulinnya dan komplemen pada sarkolema miokard
DEMAM REUMAIIK DAN PEITYAKIT JANTUNG REUMATIK t665

MORFOLOGI disertai bising mid-diastolik (bising Carey Coombs).


Dengan dua dimensi ekokardiografi dapat mengevaluasi
Lesi yang patognomonik DR adalah Badan Aschoff kelainan anatomi jantung sedangkan dengan Doppler
sebagai diagnostik histopatologik. Sering ditemukan juga dapat menentukan fungsi dari jantung. (Massel, 1958)
pada saat tidak adanya tanda-tanda keaktifan kelainan .Miokarditis dapat bersamaan dengan endokarditis
jantung, dan dapat bertahan lama setelah tanda-tanda sehingga terdapat kardiomegali atau gagal jantung.
gambaran klinis menghilang, atau masih ada keaktifan laten. Perikarditis tak akan berdiri sendiri, biasanya pankarditis.
Badan Aschoff ini umumnya terdapat pada septumfibrosa
intervaskular, dijaringan ikat perivaskular dan didaerah
Chorea
subendotelial. Pada PJR biasanya terkena ketiga lapisan
Chorea ini didapatkan l07o dari DR (Strasseg I 978) yang
endokard miokard dan perikard secara bersamaan atau
dapat merupakan manifestasi klinis sendiri atau bersamaan
sendiri-sendiri atau kombinasi.
dengan karditis. Masa laten infeksi SGA dengan chorea
Pada endokard yang terkena utama adalah katup-katup
cukup lama yaitu 2-6 bulan atau lebih. Lebih sering dikenai
jantung dan 507o mengenai katup mitral. Pada keadaan
pada perempuan pada umur 8-12 tahun. Dan gejala ini
dini DR akut katup-katup yang terkena ini akan merah,
muncul selama 3-4 bulan. Dapat juga ditemukan pada anak
edema dan menebal dengan vegetasi yang disebut sebagai
ini suatu emosi yang labil di mana anak ini suka menyendiri
Vemrceae. Setelah agak tenang katup-katup yang terkena
dan kurang perhatian terhadap lingkungannya sendiri.
menjadi tebal, fibrotik, pendek dan tumpul yang
Gerakan-gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada wajah
menimbulkan stenosis. (Morehead, 1965).
dan angota-anggota gerak tubuh yang biasanya unilat-
eral. Dan gerakan ini menghilang saat tidur.

MANIFESTASI KLINIS
Eritema Marginatum
DR/PJR yang kita kenal sekarang merupakan kumpulan Eritema marginatum ini ditemukan kira-kira1%o daipasien
gejala terpisah-pisah dan kemudian menjadi suatu penyakit DR, dan berlangsung berminggu-minggu dan berbulan,
DR/PJR. Adapun gejala-gejala itu adalah: tidak nyeri dan tidak gatal.

Artritis Nodul Subkutanius


Artritis adalah gejala major yang sering ditemukan pada Besamya kira-kira 0.5-2 cm, bundar, terbatas dan tidak nyeri
DR akut (Majeed H.A 1992). Sendi yang dikenai berpindah- tekan. Demam pada DR tidak khas, dan jarang menjadi
pindah tanpa cacat yang biasanya adalah sendi besar keluhan utama oleh pasien DR ini (Strasser, 1981) Pada
seperti lutut, pergelangan kaki, paha, lengan, panggul, siku penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti-peneliti di
dan bahu. Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri yang berbagai negara, dari manifestasi klinis DR yang dilaporkan
meningkat 12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang. oTeh Committee of Rematic F ev er tahw 1992 dan penelitian
Nyeri ini akan menghilang secara perlahan-lahan. sendiri dapat dilihat seperti Tabel 3.
Radang sendi ini jarang yang menetap lebih dari satu
minggu sehinggaterlihat sembuh sempuma. Proses migrasi
artritis ini membutuhkan waktu 3-6 minggu. Sendi-sendi U PAYA PEMERIKSAAN LABORATORIUM
keciljari tangan dan kakijuga dapat dikenai. Pengobatan
dengan aspirin dapat merupakan diagnosis terapetik pada Pemeriksaan adanya infeksi kuman Streptokokusus Grup
atritis yang sangat bermanfaat. Bila tidak membaik dalam A sangat membantu diagnosis DR yaitu:
24-72 jam, maka diagnosis akan diragukan. . Pada saat sebelum ditemukan infeksi SGA.
. Pada saat ditemukan atau menetapnya proses infeksi
SGA tersebut.
Karditis
Karditis merupakan manifestasi klinis yang penting dengan Untuk menetapkan ada atau pernah adanya infeksi kuman
insidens 40-507o (Majeed H A 1992), atau berlanjut dengan SGA ini dapat dideteksi:
gejala yang lebih berat yaitu gagal jantung. Kadang- . Dengan hapusan tenggorok pada saat akut. Biasanya
kadang karditis itu asimtomatik dan terdeteksi saat adanya kultur SGA negatif pada fase akut itu. Bila positif inipun
nyeri sendi. Karditis ini bisa hanya mengenai endokardium belum pasti membantu diagnosis sebab kemungkinan
saja. Endokarditis terdeteksi saat adanya bising jantung. akibat kekambuhan dari kuman SGA itu atau infeksi
Katup mitrallah yang terbanyak dikenai dan dapat Streptokokus dengan strain yang lain.
bersamaan dengan katup aorta. Katup aorta sendirijarang . Tetapi antibodi Streptokokuslebih menjelaskan adanya
dikenai. Adanya regurgitasi mitral ditemukan dengan bising infeksi Streptokokus dengan adanya kenaikan titer
sistolik yang menjalar ke aksila, dan kadang-kadangjuga ASTO dan anti DNA-se
1666 KARDIOI.OGI

Di Negara Artritis carditis Korei Eritema Nodul


r Marginatum Mortalitas
Subkutan
.S Arabia,1984 80% 60% 7% 0o/o 0% lYo
(30)
. lraq, 19BB (86) 92o/o
A ao/ 1% 0% 0% 0%
. Tunisia, 1982 79% 63% 60/o 64% NI NI
(324)
. Kuwait,1992 (445) B1o/o 44% 10o/o 2% 0.4o/o 0.450/o
. usA, 1962 (275) 76% 42% 8o/o 10k ,o/ 0 36%
. tndia,1974 (102) 66% 34% 20o/o 2% 2% 0.98%
* lndonesia:
- Asikin H 1984 38% 57% 35Yo 1.7Yo 2.2%
- Saharman L 83Yo 94,5Yo 4 4% 1,6Yo 0 11 5o/.
1999
Keterangan: Nl= tidak ada laporan
Data ini dikutip dari Majeed AH untuk negara diluar lndonesia

Terbentuknya antibodi-antibodi ini sangat dipengaruhi


oleh umur dan lingkungan. Titer ASTO positif bila Gejala major: Gejala minor:
besamya 210 Todd pada orang dewasa dan 320 Todd
- Poliatritis - Klinis: - suhu tinggi
pada anak-anak, sedangkan titer pada DNA-se B 120 - Karditis - Sakit sendi (adralgia)
Todd untuk orang dewasa dan240 Todd untuk anak- - Korea - Riwayat pernah menderita DRI/PJR
- Nodul subkutaneus
anak. Dan antibodi ini dapat terdeteksi pada minggu - Lab : "reaksi fase akut"
- Eritema marginatum :
kedua sampai minggu ketiga setelah fase akut DR atau
4-5 minggu setelah infeksi kuman SGA di tenggorokan
(Whitnack F dkk 1985). Untuk inilah pencegahan seB. Terutama pada anakJdewasa muda aloanamnesa pada
sekunder dilakukan tiap 3-5 minggu (Stollerman, 1961). orang tua dan keluarga sangat diperlukan.
Pada fase akut ditemukan lekositosis, laju endapan darah Bila terdapat adanya infeksi Streptokoku,r sebelumnya
yang meningkat, protein C-reactive, mukoprotein se- maka diagnosis DR/PJR didasarkan atas adanya:
rum. Laju endapan darah dan protein C-reactive yang 1. Dua gejala mayor atau
tersering diperiksa dan selalu meningkat atau positif 2. Satu gejala mayor dengan dua gejala minor
saat fase akut dan tidak dipengaruhi oleh obat-obat Sedangkan penyediaan fasilitas pemeriksaan kuman
antireumatik. (Taranta & Moody, 1971) Streptokokus belum meluas maka manifestasi klinis diatas
Anemia yang ringan sering ditemukan adalah anemia harus dijadikan pegangan diagnosis suatu DR/PJR. Tentu
norrnositer normokrom karena infeksi kronis DR. Dengan perlu dibedakan dengan gej ala-gej ala penyakit-penyakit
kortikosteroid anemia dapat diperbaiki.Tidak ada pola yang lain seperti rematoid artritis, pegal-pegal kaki infeksi virus,
khas dari EKG pada DR dengan karditis. Adanya bising kelainan jantung bawaan dan lain-lain.
sistolik dapat dibantu dengan kelainan EKG berupa inter-
val PR yang memanjang atau perubahan patern ST:T yang
tidak spesifik (Wahab, 1980) PERJALANAN PENYAKIT

Manifestasi DR sangat bervariasi. tetapi umumnya muncul


U PAYA-U PAYA DIAG NOSTI K dengan bermacam-macam manifestasi klinis. Dan biasanya
dengan berbagai manifestasi klinis yang sukar ditentukan
Diagnosis DR akut didasarkan pada manifestasi klinis, pada saat pasien datang pertama kali berobat. Masa laten
bukan hanya pada simtom, gejala atau kelainan infeksi Streptokokus dengan munculnya DR akut cukup
laboratorium patognomonis. Pada tahun 1944 Jones singkat bila ada atritis dan eritema marginatum dan akan
menetapkan kriteria diagnosis atas dasar beberapa sifat lebih lama dengan chorea, sedangkan karditis dengan nodul
dan gejala saja. Setelah itu kriteria ini dimodifikasi pada subkutan diantaranya.
tahun 1 955 dan selanjutnya direfisi 1965, 1984 dan terakhir Lamanya DR akut jarang melebihi 3 bulan. Tetapi bila
1992 olehAHA. (Tabel4) ada karditis yang berat biasanya klinis DR akut akan
Ditambah: bukti-bukti adanya suatu infeksi berlangsung 6 bulan atau lebih. (Taranta, 1964;
Streptokokus sebelumnya yaitu hapusan tenggorok yang Majeed, I 992 Gejala karditis akan ditemukan pada tiga bulan
positif atau kenaikan titer tes serologi ASTO dan anti DNA- pertama dari 93% pasien DR akut. (Mc Intosch dkk. 1935,
DEMAM REUMATIK DAIY PEIYYAKIT JANTUNG REUMATIK 1667

Rossentha, 1968) Umumnya serangan DR dibuktikan juga dengan ditemukan


Kadang-kadang karditis dapat juga terjadi pertama kali remato genik str ain St r ept o ko kus g rup A.(S tolletman dkk.,
serangan DR akut pada umur >25 tahun. Bila ringan akan 1990).
sembuh, tetapi bila karditis yang disertai demam dan (Bisno dkk,1911). Studi Framingham (Goetzner dkk,
takikardia sering berlanjut dengan (3) kardiomegali dan 1985) selama 30 tahun dengan penelitian "cohort -control
menetap dan bising-bising katup akan terdengar. Dan (4) study group" dari kasus-kasus PJR terdapat penurunan
dekompensatio kordis dapat terjadi selama karditis masih yang tajam dari kematian pada studi karena serangan yang
aktif. berulang dari PJR yang diobati dengan cara pencegahan
sekunder. Pada PJR angka kehidupan hanya ktrar,g 40Vo
sedangkan pada DR tanpa PJR lebih dari 40%. Di Amerika
PROGNOSIS kelainan klinis DR/PJR akan bertambah baik bila
pencegahan sekunder dilaksanakan seumur hidupnya.
DR tidak akan kambuh bila infeksi Streptokokus diatasi. Karena mereka melaporkan dari Amerika masih ditemukan
Prognosis sangat baik bila karditis sembuh pada saat kasus DR/PJR pada usia tua sehingga menjadi kelompok
permulaan serangan akut DR. Selama 5 tahun pertama penyakit lanjut usia. (Denny dkk, 1950; W.H.O, 1966,1988).
perjalanan penyakit DR dan PJR tidak membaik bila bising Pengalaman kami di B agian Ilmu Penyakit Dalam 1 97 8- I 998
organik katup tidak menghilang, (Feinstein AR dkk, I 964). (20 tahun) didapatkan penurunan insidensi DR/PJR dari
Prognosis memburuk bila gejala karditisnya lebih berat, 3l,4Vo menjadi l2,2Vo dari 1 82 pasien DR/PJR.
dan ternyata DR akut dengan Payahjantung akan sembuh
30Vo pada 5 tahun peftam a dan 40Vo setelah 1 0 tahun. Dari
data penyembuhan ini akan bertambah bila pengobatan UPAYAPENCEGAHAN SEBANGAN ULANG DR
pencegahan sekunder dilakukan secara baik. Ada
penelitian melaporkan bahwa stenosis mitralis sangat Bila seorang pasien DR akut telah sembuh, makamasalah
tergantung pada beratnya karditis, sehingga kerusakan utama adalah pencegahan sekunder. Kita tidak
katup mitral selama 5 tahun pertama sangat mempengaruhi mempersoalkan bagaimanapun ringan atau beratnya
angka kematian DR ini.(It-vington House Group & U.K serangan pertama, namun kerentanan penyakit ini sangat
and U.S 1965).Penelitian selama 10 tahun yang mereka tinggi sehingga serangan berulang-ulang dapat timbul
lakukan menemukan adanya kelompok lain terutama kembali. Kekerapan penyakit ini sudah menurun dalam 25
kelompok perempuan dengan kelainan mitral ringan yang tahun terakhir ini di Amerika dan Eropah. Di mana keadaan
menimbulkan payah jantung yang berat tanpa diketahui ini sebahagian besar disebabkan oleh pencegahan
adanya kekambuhan DR atau infeksi Streptokokus. sekunder yang telah dilaksanakan. Dari penelitian
(Stresser, 1978) "Irvington House" 1954 diketahui bahwa dengan parentral
Penisilin G lah yang paling baik diantara tiga obat
pencegahan yang dicobakan yaitu Sulfadiazin, Oral
penisilin G dan suntikan benzatin penisilin G setiap bulan.
KEKAMBUHAN
(w.H.o,1966)
Serangan perlama DR biasanya terjadi pada daerah wabah
Keunggulan cara ini (Markowitz ,1985) mungkin
disebabkan oleh:
faringitis Streptokokus yaitu sebanyak 3Vo, sedangkan
. Kunjungan sekali sebulan yang mendapatpencegahan
pasien yang pernah mendapat serangan DR akut
sekunder itu dipatuhi dan kesediaan obat lebih terjamin
sebelumnya akan didapatkan l5%o (Tarufiadkk, 1970). Dari
dalam depot obat. (Wannamaker, 195 1)
" I rv in gt o n H o us e St udy" (Wood dkk, 1 964, American Heart
. Absorpsi obat dan otot mungkin lebih lengkap dari pada
Asscosiation" 1988) melaporkan bahwa serangan reumatik
pada tiap infeksi Streptokokus pada anak-anak menurun
di usus.
' Yang terpenting kadar terapetik penisilin cukup untuk
sebnyak 23Vo menjadi 117o selama 1-5 tahun sesudah
serangan pertama DR. Kekambuhan akan berkurang
menghilangkan setiap "intercurrent " Streptokokus
selama satu minggu dari tiap interval 4 minggu.
tergantung pada lamanya serangan terakhir. Faktor yang
mendasar yang menyebabkan meningkatnya serangan Sesuai dengan laporan dari "Intersociaty Commition
reumatik juga tergantung pada gejala sisa dari pada PJR. for Heart Disease Resources" (AHA, 1988) bahwa semua
Studi ini melaporkan PJR dengan kardiomegali 43Vo pasien yang sembuh dari DR akut diberikan suatu
sedangkan PJR tanpa kardiomegali 27 Vo dantanpa kelainan pencegahan sekunder dengan atau tanpa karditis. Sehingga
jantung l)Vo. (Taranta, 1,964). serangan ulang dapat dicegah. Tentang lamanya
Faktor lain yang mempengaruhi kekambuhan ini sangat pencegahan belum ada kata sepakat sampai saat ini.
tergantung pada reaksi imun dengan infeksi Streptokokus Ternyata bahwa kekerapan serangan-serangan berulang
yang dibuktikan dengan meningkatnya titer ASTO. pada usia dewasa, tetapi serangan akut ini masih ditemukan
1668 I(ARDIOI.OGI

pada usia 20 dan 30 tahunan. Tentu tidaklah bijaksana bila . pendidikan orang tua merupakan faktor penting akan
mengandalkan pengobatan infeksi Streptokokus dengan ketaatan melakukan pencegahan ini.
antibiotika saja, sedangkan pencegahan sekunder terus- . keadaan sosioekonomi bagi pasien atau keluarga
menerus dipertahankan untuk waktu yang tidak ditentukan . jarak antara tempat tinggal dan Rumah sakit.
(Taranta, 1981). Dari itu pencegahan sekunder perlu . manifestasi klinis waktu pasien masuk ke Rumah Sakit
disesuaikan dengan lingkungan, cuaca, umur, pekerjaan, juga mempengaruhi ketaatan untuk melakukan
keadaan rumah tangga, dan keadaan jantung itu sendiri pencegahan.
yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya resiko . terhadap semua dokter, tenaga kesehatan dapat
serangan berulang. (Charney, 1968; Bravo, 1979; Brown, mengenal dan melaksanakan pencegahan sekunder ini.
1951; Davies, 1973)

SARAN
UPAYA PENGENDALIAN DB/PJ H/ERADI KASI
Menegakkan diagnosa demam reumatik dan penyakit
Untuk ini perlu dipahami riwayat alamiah penyakit ini, jantung reumatik sebaiknya didasarkan pada kriteria
walaupun ada beberapa aspek patogenesis DR yang belum Jones yang telah dimodifikasi dan dengan
dapat diterangkan seluruhnya (Reyes, 1975). Di mana perlu perlimbangan klinis.
diajukan suatu konsep sehingga pencegahan sekunder Melaksanakan protokol tetap pencegahan sekunder
ini dilaksanakan. Dari cara ini dapat dilakukan interfensi demam reumatik dan penyakit jantung reumatik haruslah
siklus reinfeksi Streptokokus pada pasien dengan atau sesegera mungkin setelah eradikasi kuman S.G.A dengan
pernah menderita DRiPJR. (Committee on Rheumatic penisilin selama 10 hari.
Fever, 1995).Untuk pengendalian dan pelaksanaan Meyakinkan adanya infeksi kuman S.G.A sebelumnya
pencegahan sekunder DR dan atau PJR dilapangan maka diperlukan sarana laboratorium untuk pemeriksaan
diperlukan konsep intervensi siklus reinfeksi Streptokokus titer ASTO dan Anti DNA-se B, dengan kemungkinan
dari tiap pasien yang datang berobat. tidak Saudaramiliki.

REFERENSI

Ad hoc Committee to Revise the Jones criteria (Modified) of the


councill on Rheumatic Fever And Congetudinal Heart Disease
1967 Jones criteria (revised) for qurdence in the diagnosis of
rheumatic fever American Heart Asso-ciation.
Abraharn M.T, Ghersam G: Rheumartic fever. Dalam ParmleyWW,
Chateryee K : Cardiology voJ. 2, Phyladelphia: JB Lrppincoot
Company; I 988.
Albam B, Epstein J.A, Feinstein, A.R et.al : Rheumatic fever in
children and adolescents A long-tern epidemiologic study of
Gambar 1. Skema pencegahan sekunder DR dan/atau PJB
subsequent rophylaxis, streptococcal infections, and clinical
sequelae. Ann. Intern Med 1964; 60(suppl.5), No.2 part II.
American Heart Association, Committee on Rheumatic Fever and
Pencegahan sekunder adalah usaha mencegah Bacterial Endo carditis: Prevention of rheumatic fever.
terjadinya infeksi kuman SGA pada pasien-pasien yang Cieculation 1988; 78: 1082.
pernah DR dan PJR. Pencegahan ini dilakukan dalam Barrent A.L, Ferry E E, Perselin R.M: Acute rheumatic fever in
jangka lama, yang memerlukan kesabaran baik pasien, adults JAMA, 1975: 232.
petugas kesehatan ataupun dokter. Mengingat DR dan Bladd E.F,Jones T.G : Rheumatic fever and Rleumatic heart disease.
PJR menyebabkan cacat seumur hidup pada jantung. Dan A 20 years report on 1000 patients followed since childhood,.
Circulation 1951,4.
cacat tersebut menyebabkan umur harapan hidup akan
Brown E.E, 1951 : Cause of rheumatic fever chronic sinusitis. Arch.
berkurang.
Pediat 68 121.1: 565-76
Untuk menunjang keberhasilan pengendalian atau eradikasi Bisno A.L, Pearce I A, and Stollerman G.H: Streptococcal
DR/PJR yaitu dengan pencegahan sekunder sangatlah infections that fail to cause recurences of rheumatic fever.
tergantung pada: J.Infect. Dis. 1911 ; 136:.278.
. cata pemberian obat
Bravo L.C, et.al: Streptococcal infections and rheumatic recurrences
. insubjects on secondary prophyJaxis. Philipp. J. Intern.
diperlukan keyakinan dan ketaatan pasien untuk Med.l919'. 11: 12
pencegahan sekunder ini secara spontan dan penuh Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis and Kawasaki Dis-
pengertian. ease of AmaericanHeart Association. Guidelines for Diagnosis
DEMAM REUMITTIK DAN PEIYYAIflT JANTUNG REUMATIK t669

of Rheumatic Fever: Jones cliaeia, 1992 Update : JAMA 1992; India. Lancet 7963;2: 1193.
268 :2O69-13. Rosenthal A, Czoniczer G and Massel B.F : Rheumatic fever under
Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis and Kawasaki Dis- three years of age. A Report of ten cases. Pediatrics 1968;
ease of American Heart Association. Treatment of Acute Strep- 4l:612.
tococcal Pharyngitis and Prevention of Rheumatic Fever: Pe- Saharman Leman : Rheumatic fever and rheumatic heart diseases
diatrics 1995; 96:1 58-64. eradication with secondary prophylaxis prevention Benzanthine
Denny F.W, Wannamaker L.W, Brink W.R : Prevention of rheu- penicillin G long acting 1,2 million unit in M.Djamil Hospital
matic fever, Treatment of the proceeding streptococcal infec- Padang, 1978-1998. Abstract l3h Asian Congress of Cardiol-
tion. JAMA 1950; 143 : 151. ogy, Singapore, June 2000, 182-3.
Dajani A.S, : Current status of pharing complication of group A Saharman Leman : Perjalanan Penyakit Demam Reumatik dan
streptococci. Pediatatrics Heart J 1991; l0 :225. Penyakit Jantung Reumatik di Lab./UPF Penyakit Dalam FK-
Feinstein A.R and Spagnuolo M: The clinical pattems of acute rheu- Unand./RSUP dr.M.Djamil Padang. Analisis "survival".Naskah
matic fever : A reappraisal. Medicine 1962; 4l: 219. Lengkap KOPAPDI VIII, Yogjakarta, 1990, 153-60.
Feinstein A.R, Wood H.fl Spagnoulo M, Taranta A, Jones S, Kleinberg Siegel A.C, Johnson E.E, and Stollerman G.H: Controlled studies of
E, and Tursky E,: Rheumatic fever in children and adolescent streptococcal pharyngitis in pediatric population. New Engl. J.
VII, Cardiac changes and sequele. Ann. Intern. Med 1964; 60 Med . 1961; 24 :25 7 -264.
(2) supll. 5. Shrestha N.K, and Padmavati S, : Prevalence of rheumatic heart
Frankish J.D : Management of rheumatic fever. Med. Prog. 1975; disease in Delhi school Children. Indian J Med. Res 1979;69:
Dec.: 21 - 33. 827.
Friemer E.H, and Mc Carty M.C: Rheumatic fever. Sience. Am. Spagnoulo M, Postemcak B,Taranta A: Risk of rheumatic fever
1965; 213 : 67 - 74. recurrence after streptococcal infection. Prospective study in
Gupta R.C , Bahdiwar A.K, Bisno A.L : Detection of Creative pro- clinical and social factors. New Eng. J. Med.1971; 12:641-647.
tein, Streptolysin O, antistreptolysin O antibodies in immune Strasser T. : Recent advances in rheumatic fever control and future
complexis related form sera of patients with acute rheumatic prospects. Bull. WHO 1978; 56 : 887.
fever. Immunol. J 1986; 137:2113. Strasser T. : Community control of rheumatic heart disease in de-
Gordis L, : Effectiveness of comprehensive care programs in pre- veloping countries. WHO Chron. 1980; 34 : 336.
venting rheumatic fever. N. Enggl. J. Med. 1973; 289:331. Strasser ! Dondog N, A1 Kholy A, et.al: The community_control of
Hanafiah A : Diagnosis Demam Reumatik dan Penyakit Jantung rheumatic fever and Rheumatic heart disease: Report of a WHO
Reumatik. Berita Klinik IDAI 1976: Jakarta. International cooperative project. WHO Bull. 1981; 59 : 2.
Hanif, Saharman Leman, Chairul Safri : Pola etiologik Penyakit Stollerman G.H: Rheumatogonic group A streptococci and the re-
Jantung di Bagian Penyakit Dalam RSUP dr.M.Jamil Padang turn of rheumatic feverAdv.Intern. Med. 1990, 35:1.
1913-1977. Naskah Lengkap KOPAPDI IV 1978. Stollermen G.H : Streptococci and Rheumatic Heart Disease. in
Jones T.D: The diagnosis of rheumatic fever J Am. Med.Associa. Devries, RRP, Cohen. I.R, and van Rood J.Ji The Role of Mi-
1944'. 126 : 481. croorganisms in noninfectious disease. London Springer-Verlag
Lue H.C, et. al: The natural history of rheumatic fever and rheu- 1990; pp. 9-20.
matic heart disease in the Orient. Jpn. Heart. I 7979;20 : 237. Stollerman G.H : Connective tissue disease in Barnett H.I, et al. :

Krause R.M : Prevention of streptococcal sequele by penicillin pro- Pediatrics 797 2; 5h ed. New York, Appleton-Century-Crofts.
phylaxis : a resses-sement. J. Infec. Dis. 1975; I3l (5): 592- Taranta A, A. Markowithz M : Rheirmatic Fever. MTB Press Ltd.
601 . 1981.
Markowitz M, : The decline of rheumatic fever, role of medical Taranta A : Rheumatic fever in children and adolescents. A longterm
intervention. J. Pediatr 1985; 106: 545 epidemiologic study of subsequent prophylaxis, streptococcal
Massel B.V, Fyler D.C, and Roy S.B : The clinical picture of rheu- infections, and clinical sequele IV. Relation of the rheumatic
matic fever. Diagnosis Immediate prognosis, course and fever recurrence rate per streptococcal infection to the titers
therapeuic implications. Am.J. Cardiol 1958; 1: 436. of streptococcal antibodies. Ann. Intern. Med. 1964; 60
Majeed H.A, Batnager S, Yousof A.M et.a1 : Acute Rheumatic Fever (suppl.5):47
and the Evaluation of Rheumatic Heart Disease: A Prospective Taranta A, Kleinberg E, Feinstein A.R: et.al: Rheumatic fever in
12 year Follow-up Study. J.Clin.Epidemiol 7992; 45:871-5. children and adolescents. A long-term epidemiologic study of
Majeed H.A, Shaltout A, Yousof A.M : Recurences of Acute rheu- subsequent prophylaxis, streptococcal infections, and chnical
matic Fever. AJDC 1984: 138:541-5. sequelae: VRelation of the rheumatic fever recurrence rate per
Majeed H.A: Acute Rheumatic Fever medicine streptococcal. Them streptococcal infection to pre-existing clinical features of the
Medicine Publishing Company Inter. 1991; 40 (11):100-5. patients. Ann. Intern. Med 1964; 60 (suppl.5): 58.
Morehead : Collagen Diseases and granule matrics Carditis in thema Taranta A, Spagnuolo M, Feinstein A.R : "Chronic" rheumatic fever
Pathology publish. Mebrano-hall Book Co., 1965: 491. Ann Intern. Med. 1962; 56 :367.
Padmavati S, : Rheumatic fever and rheumatic heart disease in de- Taranta A: Rheumatic fever made difficult. A critical review of pha
veloping countries. Bull. WHO 19781, 56 : 543. togenetic theories. Paediatrician 1976; 5 : 74.
Pinsky W.W, Pinsky K.M, and Mc Namara O G : A current view of Taranta A, et.al : Intersociaety Commission for Heart Disease
acute rheumatic fever. Texas Med 1977;73 : 51 55 Resoources.:Prevention of rheumatic fever and rheumatic heart
Pattaroyo M.E, Winchester R, Vejerano A et.al: Association of B- disease. Circulation 1970; 41: A1-15.
cell alloantigen with Susceptibility to rheumatic fever. Nature Taranta A, and Moody M : Diagnosis of streptococcal pharyngitis
1979l,218: 773. and rheumatic fever. Pediatr. Clin. N. Am. 1971; 18 : 125.
Reyes A.L : Management of rheumatic fever in South Asia. Med. Toompkins D, et.al: Long term programs of rheumatic fever pa-
Prog. 1975; 14 Dec. Roy S.B, et. al: Juvenile mitral stenosis in tients receiving regular inramuscuiar benzanthiine penicillin.
L670 KARDIOI.OGI

Circulation 79'72l. 45 : 543. Wood H.F et al: Rheumatic fever in children and adolescents. A
UK and US, Joint Report. The natural history of rheumatic fever long-term epidemiologic study. Ann. Intern. Med. 1964; 60
and rheumatic heart disease: cooperative clinical trial of ACTH, (suppl.5);31.
cortisone and aspirin. Circulation 1961; 32 : 45'7. Whitnack E, and Stollermen G.H: Antistreptococcal antibodies in
United Kingdom and United States Joint Report on Rheumatic Heart the diagnosis of rheumatic fever: In Cohen A.S (eds.): Lab.
Disease: The natural History'of the rheumatic fever and rheu- Diagnostic Procedures in Rheumatic Diseases, 3'd Ed. Boston,
matic heart disease. Ten-year report of a cooperative clinical Little, Brown and Co. 1985: pp. 273-92.
trial of ACTH, corsitone and aspirin. Circulation, 1965; 32: Wood H.F, Simpson R, Feinstein A.R, Taranta A, Tursky E, and
457. Stollerman : Rheumatic Fever in children and adoloscent, a
Walker C.H.M : Rheumatic fever and rheumatic heart disease in long epidemioiogic study of subsequent prophylaxis, strepto
Watson (ed.) Pediatric Cardiology. The C.V Mosby Co. Saint coccal infection and clinical sequele. Description of the inves-
Louis, 1968. tigative techniques and of population studied. Ann. Intem. Med,
W.H.O : Preventive of rheumatic fever. Report of W.H.O Expert. 1964;60 (2) supll. 5.
Committee Geneve, 1966. Wannamaker L.W, Rammelkamp C.H Jr, Denny F.W,
W.H.O : Rheumatic fever and rheumatic heart disease. Report of et.al:Prophylaxis of acute rheumatic fever by treatment of the
W.H.O Study Group, Geneve, 1988. preceding streptococcal infection with various amounts of
depot penicillin Am. J. Med. l95l; 70: 673.
262
STENOSIS MITRAL
Taufik Indrajaya, Ali Ghanie

PENDAHULUAN ETIOLOGI

Stenosis mitral merupakan kasus yang sudah jarang Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat
ditemukan dalam praktek sehari-hari terutama di luar negeri. reaksi yang progresif dari demam reumatik oleh infeksi
Sebagaimana diketahui stenosis mitral paling sering streptokokus. Penyebab lain walaupun jarang dapat juga
disebabkan oleh penyakit jantung reumatik yang stenosis mitral kongenital, deformitas parasut mitral,
menggambarkan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Oleh vegetasi systemic lupus erythematosus (SLE), karsinosis
karena itu di negara maju seperti Amerika, penyakit ini sistemik, deposit amiloid, akibat obat fenfluramin/
sudah jarang ditemukan, walaupun ada kecenderungan phentermin, rhematoid arthritis (RA), serta kalsifikasi
meningkat karena meningkatnya jumlah imigran dengan annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat proses
kasus infeksi streptokokus yang resisten. Sedangkan di degeneratif.
Indonesia walaupun kasus baru juga cenderung menurun, Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi
namun kasus stenosis mitral ini masih banyak kita temukan. aliran darah ke ventrikel kiri seperti Cor triatrium, miksoma
Angka yang pasti tidak diketahui namun dari pola etiologi atrium serta trombus sehingga menyerupai stenosis
penyakit jantung di poliklinik Rumah Sakit Moehammad mitral.
HoesinPalembang selama 5 tahun (1990-1994) didapatkan Dari pasien dengan penyakit jantung katup ini 607o
angka 13.94Vo dengan penyakit jantung katup. dengan riwayat demam reumatik, sisanya menyangkal.
Seperti di luar negeri maka kasus stenosis mitral Selain daripada itv 50Ea pasien dengan karditis reumatik
memang terlihat pada orang-orang dengan umur yang lebih akut tidak berlanjut sebagai penyakitjantung katup secara
tua, dan biasanya dengan penyakit penyerta baik kelainan klinik (Rahimtoola). Pada kasus kami di klinik (data tidak
kardiovaskular atau yang lain sehingga lebih merupakan dipublikasi) juga terlihat beberapa kasus demam reumatik
tantangan. akut yang tidak berlanjut menjadi penyakitjantung katup,
Dengan perkembangan di bidang ekokardiografi diag- walaupun ada di antaranya memberi manifestasi chorea.
nosis stenosis mitral, derajat berat ringannya dan efek Kemungkinan hal ini disebabkan karena pengenalan dini
terhadap hipertensi pulmonal sudah dapat diambil alih, dan terapi antibiotik yang adekuat.
yang sebelumya hanya dapat dilakukan dengan prosedur
invasif kateterisasi.
PATOLOGI

DEFINISI Pada stenosis mitral akibat demam reumatik akan terjadi


proses peradangan (valvulitis) dan pembentukan nodul
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran tipis di sepanjang garis penutupan katup. Proses ini akan
darah dari atrium kiri melal'ui.katup mitral oleh karena menimbulkan fibrosis dan penebalan daun katup,
obstruksi pada level katup mitral. Kelainan struktur mitral kalsifikasi, fusi komisura, fusi serta pemendekan korda atau
ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul kombinasi dari proses tersebut. Keadaan ini akan
gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastol. menimbulkan distorsi dari aparatus mitral yang normal,

t67
L672 I(ARDIOI.OGI

mengecilnya area katup mitral menjadi seperti bentuk mulut PATOFISIOLOG!


lkan ('fish mouth') atau lubang kancing (button hole)
(Gambarl). Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran
Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari 4-6 cm2. Bila area orifisium katup ini berkurang sampai 2
orifisium primer, sedangkan fusi korda mengakibatkan cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri berupa
penyempitan dari orifi sium sekunder. peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang
Pada endokarditis reumatika, daun katup dan khorda normal tetap terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila
akan mengalami sikatrik dan kontraktur bersamaan dengan pembukaan katup berkurang hingga menjadi I cm2. Pada
pemendekan korda sehingga menimbulkan penarikan daun tahap ini, dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25
katup menj adi befiik funne I shap e d. mmHg untuk mempertahankan cardiac output yar,g
Kalsilftasi biasanya terjadi pada usia lanjut dan biasanya normal (Swain,2005).
lebih sering padaperempuan dibanding pria sertalebih sering Gradien transmitral merupakan 'hall mark' stenosis
pada keadaan gagal ginjal kronik. Apakah proses degeneratif mitral selain luasnya area katup mitral, walaupun
tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi masih perlu Rahimtoola berpendapat bahwa gradien dapat terjadi akibat
evaluasi lebih jauh, tetapi biasanya ringan. aliran besar melalui katup normal, atau aliran normal melalui
Proses perubahan patologi sampai terjadinya gejala katup sempit. Sebagai akibatnya kenaikan tekanan atrium
klinis (periode laten) biasanya memakan waktu berlahun- kiri akan diteruskan ke v. pulmonalis dan seterusnya
tahun (10-20 tahun). mengakibatkan kongesti paru serta keluhan sesak
(exertional dyspnea).
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain
berdasarkan gradien transmitral, dapat juga ditentukan
oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara
lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian
opening snap. Berdasarkan luasnya atea katup mitral
derajat stenosis mitral sebagai berikut:
1. Minimal :bllaarea>2.5 cm2
2. Ringan : bila area 1.4-2.5 crfi
3. Sedang : bila area l-1.4 crfi
4. Berat :bilaarea<1.0cm?
5. Reaktif : bila area < 1.0 cnf
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul
bila luas area katup mitral menurun sampai seperdua
Gambar 1. Ekokardiograti 2-D sumbu pendek (kanan) yang normal (<2-2.5 cnf). Hubungan antara gradien dan luasnya
menunjukan bentuk mulut ikan ('frsh mouth') alau lubang kancing area katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat
(button holel; dan sumbu panjang yang menunjukan 'dooming'
pada Tabel 1.
area mitral dan fusi dari korda (Sumber: A. Ghanie. Divisi
Kardiologi. Dept. lnt. Med. FK. UNSRI / RSMH Palembang).

Derajat A2-OS Area Gradien


Stenosis interval
Ringan >'110 msec > 1.5cm2 < 5 mmHg
Sedang 80-1 '10msec cm2
>1 dan < 1.5 5-10 mmHg
Berat < B0 msec < 1 cm2 >'10 mmHg

A2-OS :Waktu antara penutupan katup aorta dan pembukaan


katup mitral

Kalau kita lihat fungsi lama waktu pengisian dan


besarnya pengisian, gejala/simtom akan muncul bila waktu
pengisian menjadi pendek dan aliran transmitral besar,
sehingga terjadi kenaikan tekanan atrium kiri walaupun
area belum terlalu sempit (>1.5 cm2). Pada stenosis mitral
ringan simtom yang muncul biasanya dicetuskan oleh
Gambar 2. Ekokardiografikardiografi transesofageal Potongan faktor yang meningkatkan kecepatan aliran atau curah
4-ruang, menunjukan penebalan daun katup mitral dengan fusi jantung, atau menurunkan periode pengisian diastol, yang
khorda mengakibatkan penyempitan dari orifisium sekunder.
(Sumber : A. Ghanie. Div. Kardiologi. Dept. lnt. Med. FK. UNSRI akan meningkatkan tekanan atrium kiri secara dramatis.
/RSMH Palembang) Beberapa keadaan antara lain: (1) latihan, (2) stres emosi,
STENOSISMITRAL 1673

(3) infeksi, (4) kehamilan, dan (5) fibrilasi atrium dengan juga fatigue. Pada stenosis mitral yang bermakna dapat
respons ventrikel cepat. mengalami sesak pada aktivitas sehari-hari, paroksismal
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan nokturnal dispnea, ortopnea atau edema paru yang tegas.
atrium kiri akan meningkat bersamaan dengan progresi Hal ini akan dicetuskan oleh berbagai keadaan
keluhan. Apabila area mitral <1 cm2 yang berupa stenosis meningkatnya aliran darah melalui mitral atau menurunnya
mitral berat maka akan terjadi limitasi dalam aktifitas. waktu pengisian diastol, termasuk latihan, emosi, infeksi
Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering respirasi, demam, aktivitas seksual, kehamilan serta fibrilasi
terjadi pada stenosis mitral, dengan patofrsiologi yang atrium dengan respons ventrikel cepat.
komplek. Pada awalnya kenaikan tekanan atau hipertensi Fatig juga merupakan keluhan umum pada stenosis
pulmonal terjadi secara pasif akibat kenaikan tekanan mitral. Wood menyatakan bahwa pada kenaikan resistensi
atrium kiri. Demikian pula te{adi perubahan pada vaskular vaskular paru lebih jarang mengalami paroksismal
paru berupa vasokonstriksi akibat bahan neurohumoral nokturnal dispnea atau ortopnea, oleh karena vaskular
seperti endotelin, atau perubahan anatomik yaitu remodel tersebut akan menghalangi (sumbatan) sirkulasi pada
akibat hipertrofi tunika media dan penebalan intima daerah proksimal kapiler paru. Hal ini mencegah kenaikan
(' re ac tiv e hyp e rtens ion' ). Kenaikan resistensi arteriolar dramatis dari tekanan v.pulmonalis tetapi tentunya dalam
paru ini sebenarnya merupakan mekanisme adaptif untuk situasi curah jantung rendah. Oleh karena itu simtom
melindungi paru dari kongesti. Dengan meningkatnya kongesti paru akan digantikan oleh keluhan fatig akibat
hipertensi pulmonal ini akan menyebabkan kenaikan rendahnya curah jantung pada aktifitas dan edema perifer.
tekanan dan volume akhir diastol, regurgitasi trikuspid dan Aritmia atrial berupa frbrilasi atrium juga merupakan
pulmonal sekunder, dan seterusnya sebagai gagal jantung kejadian yang sering terjadi pada stenosis mitral yaitu 30-
kanan dan kongesti sistemik. 4OVo. Kqadianini sering terj adi pada umur yang lebih lanjut
atau distensi atrium yang menyolok akan merubah sifat
elektrofrsiologi dari atrium kiri. Hal ini tidak berhubungan
Perjalanan Penyakit dengan derajat stenosis. Fibrilasi atrium yaftg tidak
Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu
dikontrol akan menimbulkan keluhan sesak atau kongesti
dan penyakit seumur hidup. Merupakan penyakit 'a
yang lebih berat, karena hilangnya peran kontraksi atrium
disease of plateaus' yang pada mulanya hanya ditemui
dalam pengisian ventrikel (ll4 dan isi sekuncup) serta
tanda dari stenosis mitral yang kemudian dengan kurun
memendeknya waktu pengisian diastol. Dan seterusnya
waktu (10-20 th) akan diikuti dengan keluhan, frbrilasi
akan menimbulkan gradien transmitral dan kenaikan
atrium dan akhirnya keluhan disabilitas.
tekanan atriumkiri.
Di luar negeri periode laten bisa berlangsung lebih lama
Kadang-kadang pasien mengeluh terjadi hemoptisis
sampai keluhan muncul, sedangkan dinegara kita
yang menurut Wood dapat te{adi karena: (l) apopleksi
manifestasi muncul lebih awal, hal ini dapat karena tidak
pulmonal akibat rupturnya vena bronkial yang melebar,
atau lambatnya terdeteksi, pengobatala yang kurang
(2) sputum dengan bercak darah pada saat serangan
adekuat pada fase awalnya.
paroksismal nokturnal dispnea,(3) sputum seperti karat
Angka 10 tahun survival pada stenosis mitral yang
(pinkfrothy) oleh karena edema paru yangjelas, (4) infark
tidak diobati b erkisar 5OVo -6OVo,blla tidakdisertai keluhan
paru, (5) bronkitis kronis oleh karena edema mukosa
atau minimal angkameningkat 807o. Dari kelompok ini 607o
bronkus. Di luar negeri keluhan hemoptisis sudah jarang
tidak menunjukkan progresi penyakitnya. Tetapi bila
diketemukan dan biasanya merupakan stadium akhir,
simtom muncul biasanya ada fase plateu selama 5-20 tahun
sedangkan di tndonesia sering ditemukan dan didiagnosa
sampai keluhan itu'benar-benar berat, menimbulkan
secarakeliru sebagai tuberkulosis paru pada awalnya. Nyeri
disabilitas. Pada kelompok pasien dengan kelas III-IV
dada dapat terjadi pada sebagian kecil pasien dan tidak
prognosis jelek di mana angkahidup dalam lOtahtn<l1Vo.
dapat dibedakan dengan anginapektoris. Diyakini hal ini
Apabila timbul fibrilasi atrium prognosisnya kurang
disebabkan oleh karena hipertroh ventrikel kanan dan
balk (25Vo angka harapan hidup 10 th) dibanding pada
jarang bersamaan dengan aterosklerosis koroner.
kelompok irama sinus (46Vo argkaharapan hidup 10 th).
Manifestasi klinis dapat jugaberupa komplikasi steno-
Risiko terjadinya etnboli arterial secara bermakna meningkat
sis mitral, seperti tromboemboli, infektif endokarditis atau
padafrbrilasi atrium.
simtom karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti
disfagia dan suara serak.
Emboli sistemik terjadi pada lOTo-ZOVo pasien dengan
MANIFESTASI KLINIS
stenosis mitral dengan distribusi7l%o serebral, 33Vo peifer
dan 6Vo viseral. Risiko embolisasi tergantung umur dan
Riwayat ada tidaknya hbrilasi atrium,SOVo kejadianemboli terjadi
Kebanyakan pasien dengan stenosis mitral bebas keluhan, pada fibrilasi atrium. Sepertiga dari kejadian emboli terjadi
dan biasanya keluhan utama berupa sesak napas, dapat dalam 3 bulan dari frbrilasi atrium, sedangkan 213 tetladi
1674 IiIRDIOI.OGI

dalam I tahun. Jika embolisasi terjadi pada pasien dengan DIAGNOSIS


irama sinus, harus dipertimbangkan suatu endokarditis
infektif. Kejadian emboli tampaknya tidak tergantung
dengan berat ringannya stenosis, curah jantung, ukuran Pemeriksaan Fisis
atrium kiri serla ada tidaknya gagal jantung. Oleh karena Temuan klasik pada stenosis mitral adalah 'opening snap'
itu kejadian emboli dapat berupa manifestasi awal steno- dan bising diastol kasar ('diastolic rumble') pada daerah
sismitral. Pada kejadian emboli angka rekuren dapat sampai mitral. Tetapi sering pada pemeriksaan rutin sulit bahkan
15-40 kejadian dalam 100 pasien/bulan.
tidak ditemukan rumbel diastol dengan nada rendah, apalagi
Dapat juga terjadi trombus masif dalam atrium kiri bila tidak dilakukan dengan hati-hati. Diluar negeri kasus
'pedunculated ball-valve thrombus' yang dapat stenosis mitral ini jarang yang berat, sehingga gambaran
klasik tidak ditemukan, sedangkan di Indonesia kasus berat
memperberat keluhan obstruksi bahkan dapat terjadi
kematian mendadak (dikatakan jarang, tetapi pada seri kami
masih banyak. Walaupun demikian pada kasus-kasus
cukup banyak) (Gambar 4) Endokarditis infektif jarang ringan harus dicurigai stenosis mitral ini bila teraba dan
terjadi dengan insiden 27o dal.am I tahun (pada kasus tanpa
terdengar S1 yang keras. S1 mengeras oleh karena
operasi).
pengisian yang lama membuat tekanan ventrikel kiri
meningkat dan menutup katup sebelum katup itu kembali
ke posisinya. Di apeks rumbel diastolik ini dapat diraba
sebagai thrill.
Dengan lain perkataan katup mitral ditutup dengan
tekanan yang keras secara mendadak, Pada keadaan di
mana katup mengalami kalsifikasi dan kaku maka
penutupan katup mitral tidak menimbulkan bunyi S I yang
keras. Demikian pula bila terdengar bunyi P2 yang
mengeras sebagai petunjuk hipertensi pulmonal, harus
dicurigai adarrya bising diastol pada mitral.
Beberapa usaha harus dilakukan untuk mendengar
bising diastol antara lain posisi lateral dekubitus, gerakan-
gerakan atau latihan ringan, menahan napas dan
menggunakan bell dengat meletakkan pada dinding dada
tanpa tekanan keras.
Derajat dari bising diastol tidak menggambarkan
beratnya stenosis tetapi waktu atau lamanya bising dapat
Gambar 3. Ekokardiografi 2-D potongan 4 ruang melalui apek,
tampak vegetasi di katup mitral yang bisa menjadi sumber emboli
menggambarkan derajat stenosis. Pada stenosis ringan
(tanda panah). (Sumber : A. Ghanie Div. Kardiologi. Dept. lnt. bising halus dan pendek, sedangkan pada yang berat
Med. FK. UNSHI / RSMH Palembang) holodiastol dan aksentuasi presistolik. Waktu dari A2-OS
juga dapat menggambarkan berat ringannya stenosis, bila
pendek stenosis lebih berat.
Bising diastol pada stenosis mitral dapat menjadi halus
oleh karena obesitas, PPOM, edema paru, atau status curah
jantung yang rendah. Beberapa keadaan yang dapat
menimbulkan bising diastol antara lain aliran besar melalui
trikuspid seperti padaASD, atau aliran besar melalui mitral
seperti pada VSD, atau regurgitasi mitral. Pada AR juga
dapat terjadi bising diastol pada daerah mitral akibat
terhrtupnya katup mitral anterior oleh aliran balik dari aorta
(murmur Austin-Flint). Bising diastol pada MR atau AR
akan menurun intensitasnya bila diberikan amil nitrit karena
menurunnya after load dan berkurangnya derajat
regurgrtasl.

Pemeriksaan Foto Toraks


Gambar 4. Ekokardiograli 2-D, menun.jukan trombus di dinding
Gambaran klasik dari foto toraks adalah pembesaran atrium
posterior atrium kiri dan muara apendiks atrium kiri (Sumber : A.
Ghanie. Div. Kardiologi. Dept. lnt Med. FK. UNSRI / RSMH kiri serla pembesaran arteri pulmonalis. (terdapat hubungan
Palembang) yang bermakna antara besarnya ukuran pembuluh darah
STENOSISMITRAL
L675

dan resistensi vaskular pulmonal).(Gambar 4) Edema Ekokard iograf i Transesofageal


intertisial berupa garis Kerley terdapat pada 307o pasien Merupakan pemeriksaan ekokardiografi dengan
dengan tekanan atrium kiri <20 mmHg, pada TOVo blla menggunakan tranduser endoskop, sehingga jendela
tekanan atrium kiri >20 mmHg. Temuan lain dapat berupa ekokardiografi akan lebih luas, terutama untuk struktur
garis Kerley A serta kalsifikasi pada daerah katup mitral. katup, atrium kiri atau apendiks atrium. Dari data kami
dengan ekokardiografi transesofagus lebih sensitif dalam
deteksi trombus pada atrium kiri atau terutama sekali
Ekokardiograf i Doppler
apendiks atrium kiri (Gambar 6).
Merupakan modalitas pilihan yang paling sensitif dan
spesifik untuk untuk diagnosis stenosis mitral. Sebelum
era ekokardiografikardiografi, kateterisasi jantung
merupakan suatu keharusan dalam diagnosis.
Dengan ekokardiografik dapat dilakukan evaluasi
strukxur dari katup, pliabilitas dari daun katup, ukuran dari
area katup dengan planimetri (' mitral valve area' ),struktur
dari aparatus subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi
ventrikel. (Gambar 1)

Gambar 6. Ekokardiografi transesofageal potongan 4-ruang yang


memperlihatkan spontan eko kontras di atrium kiri yang tidak terlihat
pada TTE. (Sumber : A. Ghanie. Div. Kardiologi. Dept. lnt. Med.
FK. UNSRI / RSMH Palembang)

Selama ini eko transesofageal bukan merupakan


prosedur rutin pada stenosis mitral, namun ada prosedur
valvulotomi balon atau pertimbangan antikoagulan
sebaiknya dilakukan.

Kateterisasi
Gambar 5. Foto polos dada menuniukkan pembesaran segmen
pulmonal dan atrium kiri, sehingga pinggang jantung hilang Seperti disebutkan di atas dulu kateterisasi merupakan
(Sumber : A. Ghanie. Div. Kardiologi. Dept. lnt. Med. FK' UNSRI standar baku untuk diagnosis dan menentukan berat
/ RSMH Palembang) ringan stenosis mitral. Walaupun demikian pada keadaan
tertentu masih dikedakan setelah suatu prosedur eko yang
lengkap. Saat ini kateterisasi dipergunakan secara primer
Sedangkan dengan doppler dapat ditentukan gradien untuk suatu prosedur pengobatan intervensi non bedah
dari mitral, serta ukuran dari area mitral dengal cata yaitu valvulotomi dengan balon.
mengukur' pressure half time' terutama bila struktur katup
sedemikian jelek karena kalsifikasi, sehingga pengukuran
dengan planimetri tidak dimungkinkan. Selain dari pada PENATALAKSANAAN
itu dapat diketahui juga adanya regurgitasi mitral yang
sering menyertai stenosis mitral
Derajat berat ringannya stenosis mitral berdasarkan Pendekatan Klinis Pasien dengan Stenosis
eko doppler ditentukan antara lain oleh gradien Mitral
transmitral, area katup mitral, serta besarnya tekanan Pada setiap pasien stenosis mitral anamnesis dan
pulmonal. pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan. Prosedur
Selain itu dapat juga ditentukan perubahan penunjang EKG foto toraks, ekokardiografi seperti yang
hemodinamik pada latihan atau pemberian beban dengan telah disebutkan diatas harus dilakukan secara lengkap.
dobutamin, sehingga dapat ditentukan derajat stenosis Pada kelompok pasien stenosis mitral yang
pada kelompok pasien yang tidak menunjukkan beratnya asimtomatik, tindakan lanjutan sangat tergantung dengan
stenosis pada saat istirahat. hasil pemeriksaan eko. Sebagai contoh pasien aktif
1676 I(ARDIOI.OGI

asimtomatik dengan area > 1,5 cnf , gradien <5 mmHg, maka antagonis kalsium. Penyekat beta atau anti aritmia juga
tidak perlu dilakukan evaluasi lanjutan, selain pencegahan dapat dipakai untuk mengontrol frekuensi jantung, atau
terhadap kemungkinan endokarditis. Lain halnya bila pada keadaan tertentu untuk mencegah terjadinya fibrilasi
pasien tersebut dengan area mitral <1.5 cm2. atrial paroksismal. Bila perlu pada keadaan tertentu di mana
terdapat gangguan hemodinamik dapat dilakukan
Balon mitral valvuloplasty (lihat skema di bawah ini). kardioversi elektrik, dengan pemberian heparin
intravenous sebelum pada saat ataupun sesudahnya.
Relationship of MVAto cmdient
MVA

Stenosis sedang atau berat


atau MVA <1,5 cm'z

Morfologi katup layak untuk

2 4 6 8 16
Percutaneus Miral Balloning Va lvotomy
(PBMV)

"**' ii"u*, 'o


Gambar 7. Hubungan antara gradien transmitral area mitral (MVA)
pada pasien stenosis
Pemeriksaan tahunan
anamnesis pemeriksaan
fisis, foto toraks,
ekokardiografi
Pendekatan Medis
Prinsip umum. Stenosis mitral merupakan kelainan
mekanik, oleh karena itu obat bersifat suportif atau
simtomatik terhadap gangguan fungsional jantung, atau ToleEnsi atihan buruk
atau PAP >5mmHg
pencegahan terhadap infeksi.
Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan
penisilin, eritromisin, sulfa, sefalosporin untuk demam
reumatik atau pencegahan ekdokarditis sering dipakai.
Pertimbangkan PNrvB
Obat-obat inotropik negatif seperti p-blocker alatr Ca- (singkirkan bekuan atrium kiri,
regurgitasi mitral34l
blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama
sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung
Gambar 8. Algoritme pada pasien stenosis mitral (from Bonow
meningkat seperti pada latihan. Retriksi garam atau R, et al. ACC/AHA Task Force report on guidelines for valvular
pemberian diuretik secara intermiten bermanfaat jika heart disease MVB, penggantian katup mitral; LA atrium kiri,MR,
terdapat bukti adanya kongesti vaskular paru. regurgitasi mitral; PMBV, percutaneous mitral ballon
Pada stenosis mitral dengan irama sinus, digitalis tidak valvotomy. .Terdapat variabilitas pengukuran area katup mitral
dan gradien rata-rata transmitral, dan tekanan pulmonar yang
bermanfaat, kecuali terdapat disfungsi ventrikel baik kiri seharusnya menjadi pertimbangan.
atau kanan. Latihan fisik tidak dianjurkan, kecuali ringan
hanya untuk menjaga kebugaran, karena latihan akan
+ Terdapat kontroversi tentang apakah pasien dengan stenosis
meningkatkan frekuensi jantung dan memperpendek fase mitral berat dan hipertensi pulmonar berat harus menjalani
diastole dan seterusnya akan meningkatkan gradient penggantian katup mitral untuk mencegah gagal ventrikel kanan.
transmitral.
Fibritasi atrium. Prevalensi 3O-407o, akan muncul akibat Pencegahan embolisasi sistemik. Antikoagulan warfarin
hemodinamik yang bermakna karena hilangnya kontribusi sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan fibrilasi
atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel atrium atau irama sinus dengan kecenderungan
yang cepat. pembentukan trombus untuk mencegah fenomena
Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan tromboemboli.
indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau Valvotomi mitral perkutan dengan balon. Pertama kali
STENOSISMITRAL 1677

diperkenalkan oleh Inoue pada tahun 1984 dan pada tahun Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup. Konsep
1994 ditermiasebagai prosedur klinik. Mulanya dilakukan komisurotomi mitral perlama kali diajukan oleh Brunton pada
dengan dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan tahun 1902, dan berhasil pertamakali pada tahun 1920.
perkembangan dalam teknik pembuatan balon, prosedur Sampai dengan tahun 1940 prosedur yang dilakukan adalah
valvotomi cukup memuaskan dengan prosedur 1 balon. komisurotomi bedah tertutup. Tahun 1950 sampai dengan
1960 komisurotomi bedah tertutup dilakukan melalui
transatrial serta transventrikel.
Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara
Stenosis berat sedang
terbuka karena adanya mesin jantung-paru. Dengan cara
MVA <1,5 cm'? ini katup terlihat dengan jelas, pemisahan komisura, atau
korda, otot papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat
dilakukan dengan lebih baik. Juga dapat ditentukan
tindakan yang akan diambil apakah itu reparasi atau
PAP,60 mmHg
PAWP > 30 mmHg
Modologl katup yang
ayak untuk PMBV
penggantian katup mitral dengan protesa. Perlu diingat
Gradien > 15 mHg
bahwa sedapat mungkin diupayakan operasi bersifat
reparasi oleh karena dengan protesa akan timbul risiko
antikoagulasi, trombosis pada katup, infeksi endokarditis,
malfungsi protesa serta kejadian trombo emboli.

Pedimbangkan PIVBV
(slngkirkan bekuan atrium k ri,
regurqitasi mifal 34)
LAMPIRAN
Gambar 9. Algoritme pasien dengan stenosis mitral dengan
simtom klasifikasi ll. (From Bonow R, et al ACC/AHA Task Force Sesuai dengan petuniuk dari 'American College o.f
report on guidelines for valvular heart disease. J Am Coll Cardiol
C a r d i o I ct gy / Ame r i c an H e art A s s o c i at i o n (.ACC/AHA)
(in press). MVA, Area katup mitral; PAP, tekanan sistolik arteri
pulmonar; PAWP, tekanan baji arteri pulmonar; MV, mitral valve. dipakai klasifikasi indikasi diagnosis prosedur terapi.
MVR, penggantian katup mitral; LA, atrium kiri; MR, regurgitasi sebagai berikut:
mitral; PMBV, percutaneous mitral balloon valvotomy. . Klas I : keadaan di mana terdapat bukti atau kesepakatan
umum bahwa prosedur atau pengobatan itu bermanfaat
dan efektif,
. Klas II: keadaan di mana terdapat konflik/perbedaan
pendapat tentang manfaat atau efikasi dari suatu
prosedur atau pengobatan.
. II.a. Bukti atau pendapat lebih kearah bermanfaat
atau efektif
. II.b. Kurang / tidak terdapat bukti adanya manfaat
atau efikasi
. Klas III: keadaan di mana terdapat bukti atau
kesepakatan umum bahwa prosedur atau pengobatan
itu tidak bermanfaat bahkan pada beberapa kasus
berbahaya.

Gambar 10. Algoritme pasien dengan stenosis mitral dengan


simtom klasifikasi lll-lV. (From Bonow R, et al. ACC/AHA Task
Force report on guidelines for valvular head disease J Am Coll
Cardiol (in press). MVA, Area katup mitral; PAP, tekanan sistolik
arteri pulmonar; PAWP, tekanan baji aderi pulmonar; MV, mitral
valve. MVR, penggantian katup mitral; LA, atrium kiri; MR,
regurgitasi mitral; PMBV, percutaneous mitral balloon valvotomy
t678 IqRDIOI.OGI

lndikasi Klas lndikasi Klas


1. Diagnosis stenosis mitral, evaluasi berat 1. Pasien simtomatik klasifikasi NYHA ll-lV,
ringannya (gradient rata-rata, area katup, stenosis mitral sedang atau berat dengan area
tekanan arteri pulmonalis), serta ukuran dan < 1.5 cm2, modologis katup memenuhi syarat
fungsi ventrikel kanan untuk valvotomi balon, ianpa adanya
2 Evaluasi morfologrs katup, guna menentukan thrombus atrium kiri atau regurgitasi mitral
kelayakan tindakan balon katup sedang-berat
J Diagnosis dan evaluasi kelainan katup yang Pasien asimtomatik dengan gradasi sedang- a
menyertai berat (area < 1.5 cm2), morfologis katup
4 Re-evaluasi stenosis mitral dengan perubahan memenuhi syarat dengan hipertensi pulmonal
gejala dan tanda (>50 mmHg pada istirahat, 60 mmHg dengan
latihan), tanpa adanya trombus di atrium kiri
5. Evaluasi respons hemodinamik dari gradient a atau regurgitasi mitral sedang-berat
rata-rata pada latihan, bila terlihat perbedaan
gambaran klinis dengan hemodinamik pada J Pasien dengan klasifikasi NYHA Il-lV, gradasi a
latihan sedang-berat (area <1.5 cm2), katup tidak
Re-evaluasi pasien stenosis sedang-berat p/rabie disertai kalsifikasi dengan risiko tinggi
b
asimtomatik untuk menentukan tekanan arteri operasi, tanpa adanya trombus diatrium kiri
pulmonalis atau regurgitasi mitral sedang dan berat
7. Evaluasi rutin stenosis ringan dan klinis stabil 4 Pasien asimtomatik, gradasi sedang-berat b
(area < 1.5 cm2), morfologi katup memenuhi
syarat untuk valvotomi balon, disertai onset
atrial fibrilasi yang baru, tanpa adanya
trombus diatrium kiri atau regurgitasi mitral
sedang-berat
lndikasi Klas 5 Klasifikasi NYHA lll-lv, gradasi sedang - berat b
(area <1.5 cm2), katup kaku disertai kalsifikasi
Untuk menentukan ada tidaknya trombus dan risiko rendah untuk operasi
atrium kiri pada pasien dengan rencana balon
b. Pasien dengan stenosis mitral ringan
valvotomi atau kardioversi
Evaluasi morfologis katup bila data a
transtorakal kurang optimal
Evaluasi rutin morfologis katup mitral bila data
transtorakal cukup optimal REFERENSI

Bruce, C J., Nishimura, R.A. Newer Advances in the Diagnosis and


Treatment of Mitral Stenosis In Cunent Problems in Cardiology.
Indikasi Klas Mosby lnc.Vol. 23, Number 3. March 1998, p.125-96
Braunwald, E Mitral Stenosis. In Valvular heart disease. In Horrison's
1. Fibritasi atrial paroksismal atau kronik I
Principles of Internal Medicine. Kasper, D.L., Braunwald, E.,
2. Riwayat kejadian emboli sebelumnya I
Fauci, A.S., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L. 16n
3. Stenosis berat dengan dimensi atrium kiri > 55 ilb edition. Vol. II McGraw-hill . 2005. p.1390-92.
mm
Dalen, J.E., Fenster, P.E. Mitral Stenosis. In : Valvular heart disease.
4. Seluruh oasien denqan stenosis mitral ilt
Alpert, J.S., Dalen, J 8., Rahimtoola, S.H. Third edition.
Philadelphia Lippincott Williams & walkins, USA. 2000. p.
7 5-1 12.
Bonow R, et al. ACC/AHA Task Force report on guidelines for
valvular MY mitral valve replacement
lndikasi Klas Ghanie,A Arsip ekokardiografikardiografi, Divisi Kardiologi Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/
1. Pada pasien secara selektif I RS. Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 1987 - 2006.
2. Menentukan gradasi stenosis pada rencana ll a Ghanie, A. Comparative study of transesophageal to transthoracal
balon valvotomi, dimana gambaran klinis in detecting thrombus and spontaneous ekokardiografi contrast
dan eko tidak sesuai
in mitral stenosis. Acta Medica Indonesiana. Vol. XXXIV. No.
3 Evaluasi arteri pulmonal, atrium kiri, ll a 2. edition April - June 2002. p.52-4.
tekanan diastoliK ventrikel kiri jika simtom
Swain,2005. Mitral Stenosis. McNamara et al, eds. eMedicine http/
tidak sesuai dengan 2-D echo dan doppler
/www.eMedicine.com/emerg.topic.3 I 5 htm.
4. Evaluasi respons hemodinamik arteri ll a
pulmonal dan tekanan artrium kiri terhadap
stres bila simtom klinis dan hemodinamik
pada istirahat tidak sesuai
5. Evaluasi hemodinamik katup mitral bila data il
2-D dan doppler sesuai dengan temuan
klinis
263
REGURGITASI MITRAL
Daulat Manurung

PENDAHULUAN pada masing-masing daun katup, yang berfungsi untuk


menopang daun katup mitral dalam berkoaptasi. Setiap
Regurgitasi mitral sama denganmitral regurgitation (INIR) berkas chorda terdiri dari beberapa serabut yang
adalah suatu keadaan di mana terdapat aliran darah balik "Jlerible".
dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri pada saat sistol, akibat Muskulus papillaris. Terdiri dari dua buah,-tempat
tidak dapat menutupnya katup mitral secara sempurna. berpangkalnya kedua chctrdae tendinea, dan berhubungan
Dengan demikian aliran darah saat sistol akan terbtrgi dua, langsung dengan dinding ventrikel kiri. Berfungsi untuk
disamping ke aorta yang seterusnya ke aliran darah menyanggah kedua chordae. " Muskulus papillaris' adalah
sistemik, sebagai fungsi utama, juga akan masuk ke atrium bagian dari endokardium yang menonjol, satu di medial,
kiri. Akan tetapi daya pompa jantung jadi tidak efisien dan satu lagi di dinding lateral.
dengan berbagai tingkat klinisnya, mulai dari yang
Kelainan pada apparatus mitral ini pada keadaan
asimtomatis sampai gagal jantung berat. Dari segi proses
regurgitasi bisa saja hanya satu dari keempat komponen
terjadinya mitral regurgitasi dapat dibagi menjadi mitral
tadi, misalnya pada anulus yang melebar, pada penyakit
regurgitasi yang akut, transient atau bersifat sementara,
jantung degeneratif seperti penyakit jantung koroner,
dan kronik. Sedangkan etiologi regurgitasi mitral sangat
namun bisa saja mengenai dua atau lebih, seperti katup
banyak.
mitral memendek, mengapur dan kelainan pada chordae,
fusi dan memendek seperli pada penyakit jantung rematik.
Pada akut infark, dapat terjadi muskulus papilaris.
STRUKTUR DAN FUNGSIKOMPONEN KATUP MI.
TRAL
ETIOLOGI
Katup mitral terdiri dari empat komponen utama yaitu:
Anulus katup mitral. Terdiri dari bagian yang kaku
Etiologi regurgitasi mitral (MR) sangat banyak, erat
("fixed") yang berhubungan dengan annulus katup aorta.
hubungannya dengan klinisnya MR akut atau MR kronik.
Terdiri dari jaringan fibrosa dan merupakan bagian dari
MR akut secara garis besar ada tiga bentuk:
pangkal katup mitral bagian anterior. . MR primer akut non iskemia yang terdiri dari:
Bagian annulus mitralis yang lain yaitu bagian yang
dinamik, bagian yang terbesar dan tempat pangkal dari
- ruptur korda spontan
daun katup mitral bagian posterior.
- endokarditisinfektif
- degerasi miksomatous dari valvular
Kedua daun katup. Terdiri dari daun katup anterior dan - trauma
posterior. Keduanya asimetris. Celah dari kedua katup ini - hipovolemia pada mitral valve prolapse (MVP)
disebut komisura, bagian antero medial dan postero . MR karena iskemia akut
lateral. MR yang terjadi karena iskemia akut dapat dijelaskan
Chordae tendinea.Terdiideri dua berkas, berpangkal pada sebagai berikut. Akibat adanya iskemia akut, maka akan
muskulus papilaris. Berkas chordae tendinea ini menempel terjadi gangguan fungsi ventrikel kiri, annular geometri

t67
1680 IQIRDIOI.OGI

atau gangguan fungsi muskulus papilaris. Pada infark "slowly progressive", seperti pada penyakit jantung
akut, dapat terjadi ruptur dari muskulus papilaris, satu rematik. Dapat juga terjadi sebagai konsekuensi lesi akut
atau keduanya. Selanjutnya timbul edema paru, syok seperli perforasi katup atau ruptur korda yang tidak pernah
dan kematian. Namun apabila hanya satu muskulus memperlihatkan gejala-gejala akut, namun dapat diadaptasi
papilaris yang ruptur, biasanya walau klinisnya berat, sampai timbul bentuk kronis dari MR. Beberapa jenis
namun kemungkinan masih bisa diatasi. Ruptur etiologi MR kronik terdiri dari hal-hal sebagai berikut (Thbel
muskulus papilaris pada infark akut biasanya timbul 1).
antara hari kedua sampai hari kelima, klinisnya berat,
biasanya perlu tindakan operasi. MR juga bisa timbul
MR karena Reumatik
sebagai kelanjutan dari infark akut, di manaterjadi re-
Biasanya disertai juga dengan stenosis mitral berbagai
modeling miokard, gangguan fungsi muskulus
tingkatan dan fusi dari "commisura" , hanya sekitar l07o
papilaris, dan dilatasi annulus, gangguan koaptasi katup
kasus rematik mitral murni MR tanpa ada stenosis. MR
mitral, selanjutnya timbul MR.
berat karena rheuma yang memerlukan tindakan operasi
. MR akut sekunder pada kardiomiopati.
masih sering ditemukan pada negara-negara yang sedang
Pada kardiomiopati terdapat penebalan dari miokard
berkembang, tetapi sudah jarang di negara-negara yang
yang tidak proporsional dan bisa asimetris, yang
sudah maju. Biasanya lesi rematik dapat berupa retraksi
berakibat kedua muskulus papilaris berobah posisi,
fibrosis pada apparatus valvuler, yang mengakibatkan
akibatnya tidak berfungsi dengan sempurna, koaptasi dari katup mitral tidakberfungsi secara sempurra.
selanjutnya penutupan katup mitral tidak sempurna.
Pada kasus-kasus MR yang mengalami koreksi operasi.
terdapat 3-40Vo karena atas dasar reumatik.

ETIOLOGIDAN MEKANISME MR KRONIK


MR Degeratif
Etiologi MR kronik sangat banyak. MR kronik dapat terjadi Yang paling sering penyebabnya adalah mitral valve
pada penyakitjantung valvular yang berlangsung secara prolapse (MVP), di mana terjadi gerakan abnormal dari

Etiologi Mekanisme Gambaran Ekokardiografi


Pascainflamasi
Rematik Retraksi Penebalan kordal le aflets
Lupus eritematosus Penebalan Gerakan restriksi atau normal
Sistemik
Sindrom antikardiolipin
Pasca radiasi
Degeneratif
Mitral valve prolapse Prolaps /eaflets Prolapsil Fl ail leaflets
ruptur korda idiopatik Ruptur korda Redundant tissue
Sindrom Marfan's Ruptur korda
Sindrom Ehlers-Danios
Traumatik MR
Penyakit Miokardial
lskemik (kronik) Dilatasi anulus Normal /eafleats
Kardiomiopati Tenting of leaflets Penurunan gerakan /eaflets
Penyakit lnfiltratif
Penyakit amiloid Penebalan Penebalan /eaflets
leaflets Penurunan gerakan
Penyakit Hurler's Hilangnya
koaptasi
Encasing disease
Sindrom hipereosinofilik lmobilisasi /eaflefs Penebalan /eaflets dan korda
Fibrosis endomiokardial Penebalan Gerakan restriksi
Penyakit karsinoid leaflets
Lesi egot
Diet-drug lesions

Endokarditis Destructive Perforasi


/eslons Flail leaflets
Kongenital Cleft leaflets Cleft leaflets
Transposed valve Tricuspid valve
MR = Mitral Regurgitation
REGURGNASIMITRAL 1681

daun katup mitral ke dalam atrium kiri saat sistol, diakibatkan Pada keadaan seperti ini, pasien akan memperlihatkan
oleh tidak adekuatnya sokongan ("support") dari korda, gejala-gejala gagal jantung kiri akut, kongesti paru, dan
memanjang atau ruptur, dan terdapat jaringan valvular yang penurunan cardiac output.
berlebihan
Di negara-negara maju, lesi MVP merupakan lesi yang
terbanyak didapatkan, 20-1}Vo dari kasus-kasus MR yang PATOFISIOLOGI MB KRONIK
mendapat tindakan koreksi dengan operasi.
Tidak sempurnanya koaptasi dari kedua daun katup mitral
MR karena Endocarditis lnfective pada fase sistol, menimbulkan ada pintu/celah terbuka
("regurgitant orifice") untuk aliran darah balik ke atrium
" Infective endocarditis" dapat menyebabkan destruksi
dan perforasi dari daun katup.
kiri. Adanya "systolic pressure gradient " antara ventrikel
kiri dan atrium kiri, akan mendorong darah balik ke atrium
kiri. Volume darah yang balik ke atrium kiri disebut
MR karena lskemia atau MR Fungsional "volume regurgitant" , dan presentase regurgitan volume
Timbul sebagai akibat adanya disfungsi muskulus papilaris dibanding dai total ejection ventrikel kiri, disebut sebagai
yang bersifat transient atau permanen akibat adanya fraksi regurgitan. Dengan demikian pada fase sistole, akan
iskemia kronis. Iskemia kronik dan MR fungsional dapat terdapat beban pengisian atrium kiri yang meningkat, dan
juga terjadi akibat dilatasi ventrikel kiri, aneurisma ventrikel, pada fase diastol, beban pengisian ventrikel kirijuga akan
miokardiopati atau miokarditis. meningkat, yang lama kelamaan akan memperburuk
perfo rutance ventrikel kii (" remodeling " ).
Penyebab Lain MR Kronik Pada MR kronis, terjadi dilatasi ventrikel kiri, walau
Masih sangat banyak, walau sangat jarang ditemukan, lebih ringan ketimbang pada regurgitasi aorta (AR), pada
seperti penyakit jaringan lkat ("connective tissue tingkat regurgitasi yang sama. Tekanan volume akhir diastol
disorders" ), seperti sindrom Marfan, sindrom ("end diastolic volume") dan regangan dinding ventrikel
antikardiolipin, sindrom SLE dan lain-lain. ("wall slress ") akan meningkat. Volume akhir sistol akan
meningkat pada MR kronik, meskipun demikian, regangan
akhir sistole dinding ventrikel kiri biasanya masih normal.
PATOFISIOLOGI MR AKUT Selanjutnya massa ventrikel kiri pada MR akan meningkat
sejajar dengan besarnya dilatasi ventrikel kiri.
Pada MR primer akut, atrium kiri dan ventrikel kiri yang Fungsi ventrikel kiri sulit dinilai karena ada perubahan
sebelumnya normal-normal saja, tiba-tiba mendapat beban pada preload dan after load. After load lebih sulit lagi
yang berlebihan ("severe volume overload"). Pada saat dinilai karena ada aliran darah regurgitasi ke atrium kiri,
sistol atrium kiri akan mengalami pengisian yang yang sedikit banyak akan mengurangi tahanan
berlebihan, disamping aliran darah yang biasa dari vena- pengeluaran darah dari ventrikel kiri, padahal pengukuran
vena pulmonalis, juga mendapat aliran darah tambahan after load danregangan akhir dinding ventrikel kiri masih
dari ventrikel kiri akibat regurgitasi tadi. Sebaliknyapada dalam batas norrnal. Bagaimanapun juga, terdapat korelasi
saat diastol, volume darah yang masuk ke ventrikel kiri terbalik antara tekanan akhir dinding ventrikel dengan
akan mengalami peningkatan yang berasal dari atrium kiri fraksi ejeksi pada MR.
yang mengalamivolume overload tadi. Dinding ventrikel Petunjuk yang cukup komplek dengan memakai after
kiri cukup tebal tidak akan sempat berdilatasi, namun akan load seperti regangan akhir sistolik dinding ventrikel kiri
mengakibatkan mekanisme Frank-Starling akan atau elastan maksimum yang disejajarkan dengan volume
berlangsung secara maksimal, yang selanjutnya pasien ventrikel kiri , dapat dipakai sebagai pengukur perubahan
masuk dalam keadaan dekompensasi jantung kiri akut. fungsi ventrikel kiri yang cukup sensitif. Disfungsi
Tekanan atau volume ventrikel kiri yang berlebih ventrikel kiri akibat MR merupakan pertanda prognase
diteruskan ke atrium kiri, selanjutnya ke vena-vena yang tidak baik.
pulmonalis dan timbullah edema paru yang akut. Pada saat Fungsi diastolik pada MR sangat sulit dianalisis akibat
yang bersamaan pada fase sistol di mana ventrikel kiri peningkatan volume pengisian. Relaksasi ventrikel kiri
mengalami volume overload dan tekanan di ventrikel kiri biasanya memanjang dan kekakuan ("stffiess") ventrikel
meningkat, tekanan after load berkwang akibat regurgitasi kiri juga biasanya berkurang akibat bertambahnya
ke atrium kiri yang bisa mencapai 507o dari strok volume diameter rongga ventrikel kiri.
ventrikel kiri. Aliran darah ke aorta (sistemik) akan Pada pasien MR fungsional akibat penyakit jantung
berkurang karena berbagi ke atrium kiri. Akibatnya koroner atau kardiomiopati, kelainan primer terdapat pada
cardiac output akan berkurang walaupun fungsi ventrikel ventrikel kiri, di mana kontraktilitas dinding ventrikel
kiri sebelumnya masih normal atau bahkan diatas normal. sangat berkurang, padahal daun katup mitral itu sendiri
L682 IGRDIOIOGI

masih normal. MR kebanyakan tidak sejajar dengan derajat Pasien dengan MR ringan biasanya asimtomatik. MR
disfungsi ventrikel kiri, tetapi lebih berhubungan dengan berat dapat asimtomatik atau gejala minimal untuk
remodeling ventrikel kiri secara regional. MR fungsional bertahun-tahun. Rasa cepat capai karena cardiac output
agak berbeda dengan MR organik ("valvular"'). Pada MR yang rendah dan sesak napas ringan pada saat beraktivitas,
fungsional, volume regurgitasi biasanya sedikit dan dilatasi biasanya segera hilang apabila aktivitas segera dihentikan.
ventrikel kiri biasanya tidak proporsional dengan derajat Sesak napas berat saat beraktivitas, paroxysmal
MR. Tetapi MR fungsional punya arti klinis yang penting. nocturnal dyspnea atau edema paru bahkan hemoptisis
berhubungan dengan peninggian volume dan tekanan di dapatjuga terjadi. Gejala-gejala berat tersebut dapat dipicu
atrium kiri, dan suatu pertanda penyakit miokardium yang oleh fibrilasi atrial yang baru timbul atau karena
sudah lanjut. MR fungsional sangat efektif diobati dengan peningkatan derajat regurgitasi, atau ruptur korda atau
vasodilator. menurunnya p e rfo rmanc e ventrikel kiri.
Sedangkan periode transisi dari akut menjadi kronik
MR, dapat juga terjadi misalnya dari gejala akut seperti
MANIFESTASI KLINIS edema paru dan gagal jantung dapat mereda secara
progresif akibat perbaikan p e rfo tman c e ventrikel kiri atau
Pasien MR berat akut hampir semuanya simtomatik. Pada akibat pemberian diuretika.
beberapa kasus dapat diperberat oleh adanya ruptur
chordae, umumnya ditandai oleh sesak napas dan rasa
lemas yang berlebihan, yang timbul secara tiba-tiba. PEMERIKSAAN FISIS
Kadang ruptur korda ditandai oleh adanya nyei dada, or-
thopnea, paroxysmal nocturnal dispnea dan rasa capai Tekanan darah biasanya normal. Pada pemeriksaan palpasi,
kadang ditemukan pada MR akut. apeks biasanya terdorong ke lateral/kiri sesuai dengan
Dari anamnesis juga kemungkinan dapat diperoleh pembesaran ventrikel ktti. Thrill pada apeks pertanda
perkiraan etiologi dari MR akut. MR akut akibat iskemia terdapatnya MR berat. Juga bisa terdapat right ventricular
berat, dapat diperkirakan pada kasus dengan syok atau heaving,bisa juga didapatkan pembesaran ventrikel kanan.
gagal jantung kongestif pada pasien dengan infark akut, Bunyi jantung pefiama biasanya bergabung dengan
terutama bila didapatkan adanya murmur sistolik yang baru, murmur. Umumnya normal, namun dapat mengeras pada
walau kadang tidak ditemukan murmur sistolik pada MR MR karena penyakit jantung rematik. Bunyi jantung kedua
akut akibat iskemia, karena dapat terjadi keseimbangan biasanya normal. Bunyi jantung ketiga terdengar terutama
tekanan darah di dalam ventrikel kiri dan atrium kiri, yang pada MR akibat kelainan organik, di mana terjadi
dapat menimbulkan lamanya murrnur memendek sehingga peningkatan volume dan dilatasi ventrikel kiri. Murmur
pada auskultasi sulit dideteksi (Tabet 2). diastolik yang bersifat rumbling pada awal diastolik bisa
juga terdengar akibat adanya peningkatan aliran darah pada
fase diastol, walau tidak disertai oleh adanya stenosis mi-
Akut Kronik tral. Namun perlu diingat bahwa bunyi jantung ketiga dan
murmur diastolik ini biasanya bunyinya bersifat "low
Gejala Hampir selalu Mungkin tak
Palpasi jantung ada, biasanya ditemukan pitch", sulit dideteksi, perlu auskultasi yang hati-hati, lebih
berat Displaced dynamic jelas terdengar pada posisi dekubitus lateral kiri, dan pada
Unremarkable apical impulse
saat ekspirasi.
Sr Soft Soft or normal
Murmur Ealy systolic to Holosystolic
Gallop atrial biasanya terdengar pada MR dengan
Elektrokardiogram holosystolic LVH dan fibrilasi awitan yang masih baru dan pada MR fungsional atau
Normal atrial sering iskemia serta pada irama yang masih sinus.
Foto toraks Jantung normal Enlarged heaft: Pada MR karena MVP dapat terdengar mid systolic
silhouette; normal lung fields
edema paru click yang merupakan petanda MVP, bersamaan dengan
Ekokardiografi Normal LA and Endlarged LA and murrnur sistolik. Hal ini terjadi sebagai akibat peregangan
Terapi LV vasodilators Bedah yang tiba-tiba dai chordae tendinea.
LA = atrium kiri, LV = ventrikel kiri, LVH = VHL = Hipstofi ventrikel kiri Petanda utama dari MR adalah murmur sistolik,
minimal derajat sedang, berupa murmur holosistolik yang
MANIFESTASI KLINIS meliputi bunyi jantung pertama sampai bunyi jantung
kedua. Murmur biasanya bersifat b lowing, tetapi bisa juga
Manefestasi klinis MR kronik, termasuk simtom, bersifat kasar ("harsh") terutama pada MVP. Pada MR
pemeriksaan fisis, perekaman EKG dan perubahan karena penyakit jantung valvular dan MVP dari daun katup
radiologi sangat tergantung dari derajat dan kausa dari anterior, punctum maximum terdengar di apeks, menjalar
MR, dan bagaimana performa atrium dan ventrikel kiri. ke aksila. Sedangkan pada MVP katup posterior arah "jet"
(Tabel3). dari murmur menuju superior dan medial. Akibatnya
REGURGNASIMITRAL 1683

Sindrom MVP MR Organik MR Fungsional


Gejala Nyeri dada Lelah CHF
Pemeriksaan Mid-systolicclick, Loudholosystolic Soft early
fisis dan- murmur sistolik murmur, 53 systolic murmur
perubahan ST-T Fibrilasi atrial Sa, Ss
Gelombang Q,
LBBB
EKG Pectus excavatum Kardiomegali, Kardiomegali,
Foto dada LA enlargement Edema paru
MR, mitral regurgitationi MYP, mitral valve prolapse; CHF , congestive heart
failure; ECG, electrocardiogram; LBBB, left bundle branch block; CXR, chesf
X-ray; LA, left atrium

murnur menjalar ke basis jantung dan sulit dibedakan non-invasive yang sangat akurat dalam medeteksi dan
dengan murnur karena stenosis aorta atau kardiomiopati estimasi dari MR. Atrium kiri biasanya dilatasi, sedangkan
obstruktif. Murmur juga bisa terdengar di punggung. ventrikel kiri cenderung hiperdinamik. Dengan quided M-
Murmur biasanya paralel dengan derajat MR, namun tidak mode diameter, dapat diukur besamya ventrikel kiri, massa
demikian pada MR karena iskemia atau fungsional. ventrikel kiri dan tekanan dinding ventrikel, dan fraksi
ejeksi dapat dikalkulasi atau diestimasi. Volume ventrikel
juga dapat diukur dengan Ekokardiografi dua dimensi (2 D
ELEKTROKARDIOGRAFI E ko ka rdio g r afi c ar di o g rap hy).

Gambaran EKG pada MR tidak ada yang spesifik, namun


fibrilasi atrial sering ditemukan pada MR karena kelainan PENATALAKSANAAN TERAPI
organik.
MR karena iskemia, Q patologis dan LBBB bisa terlihat
Terapi Medikamentosa
sedangkan pada MVP bisa terlihat perubahan segmen
ST-T yang tidak spesifik. Terapi MR akut adalah secepatnya menurunkan volume
Pada keadaan dengan irama sinus, tanda-tanda dilatasi regurgitan, yang seterusnya akan mengurangi hipertensi
atrium kiri (LAH) dan dilatasi atrium kanan (RAH) bisa pulmonal dan tekanan atrial dan meningkatkan strok
ditemukan apabila sudah ada hipertensi pulmonal yang volume. Vasodilator arterial seperti sodium nitroprusid
berat. Tanda-tanda hipertropi ventrikel kiri (LVH) bisa juga merupakan terapi utama untuk tujuan ini. Vasodilator
ditemukan pada MR kronik. arterial dapat mengurangi resistensi valvuler,
meningkatkan aliran pengeluaran ("forward flow") dan
bersamaan dengan ini akan terjadi j uga pengurangan dari

FOTOTORAKS
aliran regurgitasi. Pada saat bersamaan dengan
berkurangnya volume ventrikelkiri dapat membantu
perbaikan kompetensi katup mitral.
Bisa memperlihatkan tanda-tanda pembesaran atrium kiri
Sodium nitroprusid diberikan secara intravena, sangat
dan ventrikel kiri. Juga tanda-tanda hipertensi pulmonal
bermanfaat karcna half life sangat pendek, sehingga mudah
atau edema paru bisa ditemukan pada MR kronik.
dititrasi, apalagi bila diberikan dengan pemasangan Swan-
Sedangkan pada MR akut, biasanya pembesaran jantung
Ganz catheter.
belum jelas, walaupun sudah ada tanda-tanda gagal
jantung kiri. Pada pasien MR berat dengan hipotensi, sebaiknya
pemberian sodium Nitroprusid harus dihindari. Intra
Aortic Balloon Counter Pulsation dapat dipergunakan
untuk memperbaTki mean arterial blood pressure, di mana
EKOKARDIOGRAFI
diharapkan dapat mengurangi afterload dan meningkatkan

Ekokardiografi Doppler saatini merupakan alat diagnostik forward output (pengeluaran darah dari ventrikel kiri).
Pengantian katup mitral baru bisa dipertimbangkan
yang utama pada pemeriksaan pasien dengan MR. Dengan
sesudah hemodinamik stabil.
Eko Doppler, dapat diketahui morfologi lesi katup mitral,
derajat atau beratnya MR. Juga mengetahui beratnya MR.
Juga mengetahui fungsi ventrikel kiri dan atrium kiri. Terapi Medikamentosa pada MR Kronik
Dengan eko bisa diketahui etiologi dari MR. Prevensi terhadap endokarditis infektif pada MR sangat
Color Flow Doppler imaging merupakan pemeriksaan penting. Pasien usia muda dengan MR karena penyakit
1684 Ii{RDIOI.TOGI

jantung rematik harus mendapat profilaksis terhadap perlu penilaian aparatus mitral secara cermat, dan
demam rematik. Untuk pasien dengan AF perlu diberikan perforruance dari ventrikel kiri. Namun kadang saat
digoksin dan atau beta blocker untuk kontrol frekuensi direncanakan rekonstruksi, sesudah dibuka, ternyata harus
detak jantung ("rate control"'). diganti atau di replacement.
Antikoagulan oral harus diberikan pada pasien dengan Penggantian katup mitral, dipastikan apabila dengan
AF. Penyekat beta merupakan obat pilihan utama pada rekonstruksi tidak mungkin dilakukan.
sindrom MVP, di mana sering ditemukan keluhan berdebar Apabila diputuskan :unlrtk replacement, maka pilihan
dan nyeri dada. Diuretika sangat bermanfaat untuk kontrol adalah apakah pakai katup mekanikal di mana ketahanan
gagal jantung, dan untuk kontrol keluhan terutama sesak dariyalye mechanical ini sudah terjamin, namun terdapat
tapas. ACE inhibitor dilaporkan bermanf'aat pada MR risiko tromboemboli dan harus minum antikoagulan
dengan disfungsi ventrikel kiri, memperbaiki sirrvival dan seumur hidup atau katup bioprotese ("biobgic valve") dr
memperbaiki sirntom. Juga MR fungsional sangat mana umur valve sttht diprediksi, namun tidak perlu pakai
bermanfaat dengan ACE inhibitor ini. antikoagulan lama.
Kapan tindakan penggantian katup diakukan masih
Terapi dengan Operasi banyak para ahli yang belum sepaham, namun ada
Ada dua pilihan yaitu rekonstruksi dari katup mitral dan kecenderungan semakin cepat semakin baik, sebelum
penggantian katup mitral (." mitral valv e replac ernent"). terladi disfungsi ventrikel kiri. Disfungsi ventrikel kiri
Ada beberapa pendekatan dengan rekonstruksi biasanya irreversible, walau katupnya sudah diganti.
valvular ini, tergantung dari morphologi lesi dan etiologi Sebagai pegangan, AH A("American Heart Association")
MR, dapat berupa valvular repair misalnya pada MVP, dan ACC ("American College of Cardiologl,") telah
annuloplctsty, memperpendek korda dan sebagainya. menerbitkan guidelines (panduan) tentang management
Sebelum rekonstruksi ataupun sebelum replacement dari MR kronik (Gambar 1).

Regurgitasi mitral
berat kronik

Fraksi ejeksi Katup mitral


ventrikular >0,60 ventrikelkiri<060 dapat direparasi
dan dimensi sistolik dan dimensi
akhir <45mm sistolik akhi >45
Fraksi ejeksi Fraksi ejeksi
<030
Tidak ada fibrilasi atrial Fibrilasi atrial atau
atau hipertensi pulmonal hipertensi pulmonal

Operasi katup mitral


jika teknis memungkinkan Terapi medis
reparasi katup kubis disulam

Gambar 1. Bagan tatalaksana regurgitasi mitral berat kronik Dimodifikasi dari The American College of Cardiology-American Head
Association guidelines.
REGURGTTA$MITRAL 1685

REFERENSI Catherine M Otto. Evaluation and management of chronic mitral


regurgitation. N Engl J Med, 2001; 345 ;74O-5.
ACA/AHA guidelines for the management of patient with valvular Eugene Brauwald. Valvular heart disease. 16 ed. Harrison's
heart disease: a report of the American College of Cardiology/ Principles of Internal Medicine. 2005 Mc Graw-Hill; 1390-5.
American Heart Association Task Force on Practice Quidelines Edited by Kaspen et al.
(Committee on Management of Patient with Valvular Heart J.S. Fleming. Lecture notes on cardiology. (Chapter 7 : Mitral Valve
Disease). J Am. Coll Cardiol 1998:32:1486-588. Disease).
Barry M Massie Thomas M Amidon : Mitral regurgitation in Cur- Sarano ME, Hartzell VS, Abdul Jamil T, Robert LF. Chronic mitral
rent medical diagnosis & teatment 2003. Edited by Tierney regurgitation. 3d Ed. Valvular Heart Disease 2000 by Lippincott
LM, McPhee J/ Hapadakis MA. Lange Medical Books/ McGraw William & Wilkin;l 15-55.
Hill. The Heart. 42'd Ed. Current Medical Diagnosis & Sjahbudin HR, Maurice ES, Hartzel et all. Mitral relurgitation . lOh
Treatment 2003.p. 322-8. ed. 2001; in Hursts the Heart Ed. By Fuster Y et al. Internal
Carabello BA. Acute mitral regurgitation. 3.d Ed. Valvular Heart edition Mc Graw Hill Medical Publish Divisi; 1708-27.
Disease by Lippincott William & Wilkin 2O00;143-55.
264
STENOSIS AORTA
Marulam M. Panggabean

ETIOLOGI STENOSIS AORTA Gerak danjenis katup bikuspid (kongenital) atau trikuspid,
hipertrofi ventrikel kiri, fraksi ejeksi yang menggambarkan
Etiologi stenosis aorta adalah kalsifikasi senilis, variasi fungsi sistolik ventrikel kiri dapat pula dinilai. Kecepatan
kongenital, penyakit jantung rematik. Di negara maju, aliran darah di katup aorla (transvalvular aortic velocity
etiologi terutama oleh kalsifikasi-degeneratif dan seiring disingknt l.) dapat diukur dengan Doppler-Ekokardiograf,r.
dengan prevalensi penyakitjantung koroner dengan faktor Gradien katup aorta dapat dikalkulasi dengan memakai
risiko yang sama, sedang di negarakurang maju didominasi rumus Bemoulli Gradien =4 x V2.
oleh penyakit jantung rematik Treadmill Exercise ksl dulu dianggap kontraindikasi
pada stenosis aorta.sekarang perlu bagi pasien stenosis
aorta asimtomatik dengan velocity rransvalvular antata 3-
DIAGNOSIS STENOSIS AORTA 4 m/detik. Dobutamin stres echo dapat pula dipakai untuk
memastikan beratnya penyakit pada stenosis aorta dengan
Pada tahap asimtomatik, stenosis aorta ditandai oleh mur- gradien transaorta rendah atau fungsi sistolik yang
mur sistolik ejeksi di basis jantung yang menyebar ke leher, menurun.
paling keras di daerah aorta dan apeks. Pada awalnya Kateterisasi jantung dan angiografi koroner diperlukan
karena curah jantung masih baik, murnur ini keras dan oleh ahli bedahjantung bila direncanakan tindakan operasi
kasar puncak mid-sistol dan disertai thrill . Pada katup untuk menilai beratnya stenosis (Gradien katup dan
perkembangannya di mana curah jantung mulai menurun, area katup aorta), menilai anatomi katup, fungsi sistolik
murmur ini menjadi lebih halus dengan puncak di akhir ventrikel kiri dan menilai ada tidaknya penyakitjantung
sistole. Pada stenosis aorta kongenital, murmur ini koroner. Indikasi kateterisasi adalah: pasien dengan 1) AS
biasanya didahului oleh klik sistolik. Perabaan amplitude serla tanda iskemia miokard untuk memastikan keterlibatan
nadi menurun Qtulsus parvus et tardus). Bunyi jantung arteri koronaria, 2) Kelainan multivalvular untuk
kedua melemah atau terdengar hanya satu komponen saja. memastikan kelainan di masing-masing katup, 3) Pasien
Bila disertai regurgitasi aorta akan ditemukan early AS muda asimtomatik dan non-kalsihkasi di mana tindakan
diastolik murmur. Foto toraks dapat normal tahap awal valvotomi balon masih dapat dilakukan, 4) Kecurigaan
karena hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Kalsifikasi aorta obstruksi infra valvular seperti kardiomiopati hipertrofik
dapat terlihat pada flouroskopi. Pada tahap lanjut akan obstruktif.
ditemukan dilatasi posl stenotik aofta asendens, dilatasi
ventrikel kiri, kongesti paru, pembesaran atrium kiri dan
rongga jantung kanan. Elektrokardiografi menunjukkan PERJALANAN PENYAKIT
pembesaran ventrikel kiri. Pada kasus lanjut akan ditemukan
depresi segmen ST dan inversi gelombang T(LV Strain) Stenosis aorta asimtomatik mengalami periode normalyutg
di sandapan I, AVL dan prekordial. Namun beratnya AS laten dan lamanya tergantung etiologi. Pada masa laten ini
tidak bisa disingkirkan walaupun tanpa hipertrofi ventrikel akan terjadi fibrosis dan kalsifikasi katup. Periode laten ini
kiri pada EKG. Ekokardiografi sangat membantu untuk lebih pendek pada stenosis aorta karena aorta bikuspid
menunjukkan penebalan dan kalsifikasi daun katup aorta. serta reumatik dibandingkan dengan sklerotik aorta. Gejala

1686
STENOSISAORTA t687

yang paling sering muncul adalah angina (35Vo), sinkop Trans-valvular velocity lebih dari 4mldetik dianjurkan
(157o) dangagal jantung (50Vo). Begitu gejala muncul, rata- untuk menjalani operasi seperti pasien simtomatik.
rata hanya 25Vo yarlg bertahan hidup 3 tahun. Pasien Transvalyular-velocity kurang dari 3m/detik tetap
dengan angina hanya S}Vobertahan hidup 5 tahun, kecuali diobservasi saja dan dibuat Doppler-ekokardio grafrtiap 6
dilakukan operasi ganti katup. Pasien dengan sinkop hanya (bagi mereka yang disertai penyakitjantung koroner atau
507o yarg bertahan hidup 3 tahun.Pasien dengan gagal kalsifikasi sedang dan berat) atau tiap tahun bila tidak
jantung hanya 50% yangbertahan hidup 2tahtn(2). Risiko ditemukan hal dimuka. Bila transvalvtlar velocity arrtaru
mati mendadak pada pasien asimtomatik h any a sekitar 2Vo 3-4mldetik dianjurkan Treadmil Exercise ksl protokol
sehingga pembedahan harus segera dilakukan pada pasien Bruce dengan pengawasan ketat dilaiukan untuk
stenosis aorta simtomatik. menentukan saat operasi. Bila timbul gejala saat tes,
Pasien asimtomatik akan mengalami mati mendadak tekanan darah turun saat tes atau kemampuan yang sangat
sebesar 0,SVoltahtn. Pasien yang sudah dioperasi akan rendah (digambarkan dengan wakit exercise yang sangat
mengalami re-operasi sebesar l7o pertahun dengan risiko pendek), maka pasien dianjurkan untuk operasi katup
kematian operasi sebesar 17o seperti pada pasien simtomatik.
Gradasi stenosis asimtomatik dapat diukur dengan Karena patogenesis stenosis aorta akibat sklerosis
Doppler dan dapat dipakai sebagai penentu timbulnya aorta dianggap sama seperti aterosklerosis, maka semua
gejala. Hanya 37o pasien dengan Transvalvular velocity tindakan untuk pencegahan aterosklerosis harus diberikan
>4mldetik yang bertahan asimtomatlk daTam 2 untuk mencegah progresivitas stenosis.
tahun.Sedangkan 85Vo pasien asimtomatik dengan
kecepatan <3m/detik dapat tetap hidup tanpa keluhan
dalam 5 tahun.Beratnya kalsifrkasi katup oarta, peningkatan PENATALAKSANAAN
jet velocity yang progresif serta adanya penyakit jantung
koroner mempercepat timbulnya gejala dan memperburuk Aktivitas fisik berat dihindarkan pada pasien AS
prognosls. berat(<0,5cm2/nf walaupn masih asimtomatik. Nitrolliserin
diberikan bila ada angina. Diuretik dan digitalis diberikan
bila ada tanda gagal jantung. Statin dianjurkan untuk
PATOGENESIS mencegah kalsifikasi daun katup aorta.
Operasi dianjurkan bila area katup <1cm2 atau 0.6cm/
Hambatan aliran darah di katup aorta (progressive m2 permukaan tubuh), disfungsi ventrikel kiri (stress test),
pressure overload of left ventricle aklbat stenosis aorta) dilatasi pasca stenostik aorta walaupun asimtomatik.
akan merangsang mekanisme RAA (Renin-Angiotensin- Stenosis aorta karena kalsifikasi biasanya terjadi pada
Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard orang tua yang telah pula mengalami penurunan fungsi
hipertrofi. Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan ginjal, hati dan paru. Evaluasi dari organ-organ ini
meningkatkan tekanan intraventrikel agar dapat melampaui diperlukan sebelum operasi dilakukan.
tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankanwall
s/ress berdasarkan rumus Laplace: Srress= (pressure x
radius): 2x thickness. Namun bila tahanan aorta PROGNOSIS
bertambah, maka hipertrofi akan berkembang menjadi
patologik dengan gejala sinkop, iskemia sub-endokard Survival rate I0 tahun pasien pasca operasi ganti katup
yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal aorta adal ah sekitar 60 7o dan r ata r ata 3 0 Vo kafip artifi si al
miokard (gagal j antun g kongestif). bioprotesis mengalami gangguan setelah 10 tahun dan
memerlukan operasi ulang. Katup metal artifisial harus
dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah trombus
PENATALAKSANAAN dan embolisasi. Sebanyak 307o pasien ini akan mengalami
komplikasi perdarahan ringan-berat akibat dari terapi
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk AS tersebut. Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat
asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop, dilakukan pada pasien anak atau anak muda dengan AS
angina atau gagaljantung segera harus dilakukan operasi kongenital non-kalsifikasi. Pada orang dewasa dengan
katup, tergantung pada kemampuan dokter bedah kalsifikasi, tindakan ini menimbulkan restenosis yang
jantung(repair atau replace). Pasien asimtomatik perlu tinggi.
dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi.
1688 KARDIOI.OGI

REFERENSI

Brauwald E.Valwlar Heart Disease. In Kasper Dl,Braunwald E,Fauchi


AS et.al(editor),Harrison's Principles of Internal Medicine 16
ed.2003.p. 1390-403
Carabello,BA,Is it time to Operate on Asymptomatic Aortic
Stensosis?ACCEl.November 2004,vo1 36,no 11,Disc I
Fuster V, Aortic Valve Sclerosis.The 37s Annual New york
Cardiovascular Symposium:Major Topics in Cardiology
Today,New York Hilton and Towers,New York,December 10-
12,2004
Otto,CM,Aortic Stenosis:even mild disease is significant.Eur J Card
2OO4;25:185-7
Rosenhek R,Klaar U,Schemper M etal,Mild and moderate aortic
stenosis.Eur I Cald 20O4;25:199-205
Stewart WJ and Carabello BA,Aortic Valve Disease.In:Topol
EJ(Editor),Textbook of Cardiovascular Medicine,ed2.
Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; 2OO2.p. 5O9-
16.
265
REGURGITASI AORTA
Saharman Leman

PENDAHULUAN dalun2 macam kelainan artifisial yaitu:


.. Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada:
Abnormalitas katup jantung yang dibahas dalam bab ini - Penyakitkolagen
menyangkut katup aorta, baik segi etiologi, patofisiologis, - Aortitis sifilitika
gambaran klinis serta penatalaksanaannya. Kelainan ini - Diseksi aorta
merupakan penyakit jantung yang masih cukup tinggi . Penyakit katup artifisial.
insidensinya. Beberapajenis pemeriksaan dapat digunakan - Penyakit jantung reumatik
untuk membantu menegakkan diagnosis seperti - Endokarditisbakterialis
fonokardiografi, kateterisasi kardiak, serta angiografi, - Aorta artificial congenital
seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya. - Ventricular septal defect (YSD)
- Rupturffaumatik
- Aortic left ventricular tunnel
EPIDEMIOLOGI .. Genetik
- Sindrommarfan
Karl et al melakukan penelitian terhadap 246pasienyang - Mukopolisakaridosis
menderita regurgitasi aorta yang berat, didapatkan angka
kematian lebih tinggi dari yang diharapkan (10 tahun, 34 +
5Vo,p <O,0OI) dan angka kesakitan meningkat tinggi pada
PATOFISIOLOGI
pasien yang diterapi secara konservatif. Prediksi angka
harapan hidup pasien tergantung dari umur, kelas Dilatasi ventrikel merupakan kompensasi utama pada
fungsional, index c omorb idity, fibilasi atrium, diameter regurgitasi aorta, bertujuan untuk mempertahankan curah
sistolik akhir ventrikel kiri. Dari penelitian prospektif di jantung disertai peninggian tekanan artifisial ventrikel kiri.
Eropa terhadap pasien dengan kelainan katup jantung, Pada saat aktivitas, denyutjantung dan resistensi vaskular
didapatkan bahwa pasien dengan kelainan katup ini masih perifer menurun sehingga curah jantung bisa terpenuhi.
perlu tindakan intervensi yang segera. Jenis kelainan katup
Pada tahap lanjut, tekanan atrium kiri, pulmonary
yang sering didapatkan adalah stenosis aorta 43,lVo dai
wedge pressure, arteri pulmonal, ventrikel kanan dan atrium
1197 pasien, regurgitasi mitral 31,5 Vo dai 877 pasien,
kanan meningkat sedangkan curah jantung menurun
regurgitasi aorta 13,3 Vo dai 369 pasien, stenosis mitral walaupun pada waktu istirahat
12,7 Vo dari 336 pasien. Kelainan degeneratif masih
merupakan penyebab tersering relurgitasi aorta. Dari studi
F ramin gham didapatkan 4, 9Vo angka kejadian regurgitasi
GEJALA KLINIS
aorta dan lOVo dm strong heart study terhadap 250 pasien.

Ada2 macam gambaran klinis regurgitasi yang berbeda


yaitu:
ETIOLOGI
Regurgitasi aorta kronik. Biasanya terjadi akibat proses
Regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi kronik seperti penyakitjantung reumatik, sehingga artifisial

I'to
1690 KARDIOLOGI

Normal aodic valve Ankylosing sponclylitls

oda

Ven to €

Congenitally bicuspid

aph

lnfective endocarditis(aclive or healed)(becuspid)

1' Rarhe i '

l \i,
.r ilr
1

Gambar 1. Diagram bermacam-macam kasus regurgitasi aorta (Braunwald,


2001 )

kardiovaskular sempat melakukan mekanisme kompensasi.


Tapi bila kegagalan ventrikel sudah muncul, timbullah
keluhan sesak napas pada waktu melakukan aktivitas dan
sekali-sekali timbul artificial nocturnal dyspnea. Keluhan
akan semakin memburuk antara 1 -10 tahun berikutnya.
E Volume LV I volume sekuncup J Tekanan J Effective
Angina pektoris muncul pada tahap akhir penyakit akibat stroke volume
rendahnya tekanan artifisiai dan timbulnya hipertrofi
fLVr
I
ventrikel kiri. LVET
Pemeriksaan jasmani menunjukkan nadi, selar dengan
tekanan nadi yang besar dan tekanan artifisial rendah,
I I
JWaktu
gallop dan bising artifisial timbul akibat besarnya curah O2miokard diastolik JSuotai 02
T LVEDP
sekuncup dan regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri. (dispnea) mio'kardial

Bising artifisial lebih keras terdengar di garis sternal kiri +


lskdmia
bawah atau apeks pada kelainan katup artifisial, sedang Miokardial
pada dilatasi pangkal aorta, bising terutama terdengar di +t
garis sternal kanan. Bila ada ruptur daun katup, bising ini Wiaiturd
sangat keras dan musikal. Gambar 2. Patofisiologi regurgitasi aoda sehingga terjadi gagal
Kadang-kadang ditemukan juga bising sistolik dan jantung kiri melalui diastolik regurgitasi. LV : Left Ventricle, LVET:
Left Ventricle Ejection Time, Ao Aortic, LVEDP : Left Ventricle
thrillakibat curah sekuncup meningkat (tidak selalu End Diastolic Pressure (Braunwald, 2001)
merupakan akibat stenosis aorta). Tabrakan antara
regurgitasi aorta yang besar dan aliran darah dari katup
mitral menyebabkan bisirg mid/lare diastolik (bising Elektrokardiografi menunjukkan adanya hipertrofi
Austin Flint). ventrikel kiri dengan strain. Foto dada memperlihatkan
REGURGTIASIAORTA t69t

adanya pembesaran ventrikel kiri, elongasi aorta, dan sehingga dapat memperlambat progresivitas dari disfungsi
pembesaran atrium kiri. Ekokardiografi menunjukkan miokardium.
adanya volume berlebih pada ventrikel kiri dengan dimensi Pengobatan Pembedahan. Hanya pada regurgitasi aorta
ventrikel kiri yang sangat melebar dan gerakan septum akibat diseksi aorta, reparasi katup aorta bisa
dan dinding posterior ventrikel kiri yang hiperkinetik. dipertimbangkan. Sedang pada regurgitasi aorta akibht
Kadang kadang daun katup mitral anterior atau septum penyakit lainnya, katup aorta umumnya harus diganti
interventrikular bergetar hahs (flutt e rin g ). dengan katup artifisial.
Tanda kebocoran perifer yang dapat ditemukan pada Timbulnya keluhan, terutama sesak napas, merupakan
regurgitasi aorta adalah: indikasi operasi. Tapi pasien dengan regurgitasi beratpun
. tekanan nadi yang melebar bisa asimtomatik, padahal ventrikel kiri sudah dilatasi dan
. nadi artifici's hipertrofi sehingga bisa mengakibatkan fibrosis otot
. nadi quincke's jantung apabila dibiarkan. Bila ekokardiografi menunjukkan
. tanda hill's dimensi sistolik ventrikel kiri 55 mm atatfractional short-
. pistol shot sound ening 257a dipertimbangkan untuk tindakan operasi.
. tanda traube's sebelum timbul gagal jantung. Studi jangka panjang
. tanda duroziez's terhadap pasien dengan regurgitasi aorta dengan
. tanda de musset pembedahan memberikan hasil yang baik. Dari 125 pasien
- tanda muller's yang diikuti selama 13 tahun, didapatkan mortality rate
- tanda rosenbach 2,5 7o per pasien setahun. Prediksi yang baik didapatkan
- tanda gerhardt's pada pasien dengan umur muda, index end systolic
- tanda landolfi's angiografi kurang dari 120 ml/m2 sebelum operasi, dan
Regurgitasi aorta akut. Berbeda dengan regurgitasi kronik, dimensi end diastolic berkurang pasca operasi lebih dari
regurgitasi akut biasanya timbul secara mendadak dan 20Vo.Dari data yang ada ternyata hasil akhir pembedahan
banyak, sehingga belum sempat terjadi mekanisme pada perempuan dengan mengganti katup aorta lebih jelek
kompensasi yang sempurna. Gejala sesak napas yang berat dibandingkan pria. Sebagai contoh dari suatu studi
akibat tekanan vena pulmonal yang meningkat secara tiba- terhadap 5 I perempuan dan 198 pria, didapatkan tindakan
tiba. Dengan semakin beratnya gagal jantung peninggian
tekanan artifrsial ventrikel kiri menyamai tekanan artifisial
aorta, sehingga bising artifisial makin melemah. Hal ini akan
menyrlitkan diagnosis. Pemeriksaan elektrokardiografi dan European Society of
foto rontgen bisa normal karena belum cukup waktu untuk lndication ACC-AHA Cardiology
C/ass* Guidelines*
terjadinya dilatasi dan hipertrofi, tetapi pada ekokardiografi Guidelines
terlihat kelebihan volume ventrikel kiri (ventricular Simtom NYHA kelas lll Left ventricular
volume overload), penutupan artifisiai katup mitral dan atau lV diastolic diameter >
Simtom NYHA kelas ll 70 mm
kadang kadang endokarditis bakterialis dapat diagnosis dengan dilatasi Left ventricular
dengan katup vegetasi. ventrikel kiri progresif, systolic diameter > 55
fraksi ejeksi menurun mm
atau penurunan atau> 25 mmlm'of
toleransi latihan angina body-surface area
PENATALAKSANAAN CCS kelas ll Ascending aottic
Operasi diindikasikan dilatation
untuk katup lain atau >55mm
Pengobatan medikamentosa. Digitalis harus diberikan pada by pass koroner.
regurgitasi berat dan dilatasi jantung walaupun asimtomatik. Simtom NYHA kelas ll
terbatas (llA)
Regurgitasi aorta karena penyakit jantung reumatik harus
Dilatasi ventrikel kiri Peningkatan cepat
mendapat pencegahan sekunder dengan antibiotik. Juga
asimtomatik > 75 mm left ventricular
terhadap kemungkinan endokarditis bakterialis bila ada -saat
diastol dan > diameters, Bicuspid
tindakan khusus. 35mm saat sistol (lla) aoftic valve atau
Mortalitas operasi pada regurgitasi aorta akibat Fraksi ejeksi < 25% Marfan syndrome
(ilb) dengan diameter
sindrom Marfan cukup tinggi (107o). Beberapa pusat Dilatasi ventrikel aorta > 50 mm
penelitian menganjurkan penggunaan propranolol pada asimtomatik 70 - 75
dilatasi aorta akibat sindrom Marfan untuk mengurangi mm saat diastol dan
50-55 mm saat sistol
pulsasi aorta yang begitu kuat.Pengobatan dengan (il b)
vasodilator seperti nifedipine, felodipine, dan ACE Asimtomatik,
inhibitor dapat mempengaruhi ukuran dan fungsi dari penurunan fraksi ejeksi
denqan latihan (llb)
ventrikel kiri dan mengurangi beban di ventrikel kiri,
1692 KARDIOI.OGI

bedah lebih sering terhadap perempuan dengan gejala yang REFERENSI


berat, tetapi proporsi kematian setelah tindakan bedah pada
perempuan dan pria adalah sama. Braunwald E (ed). Heart Disease A Textbook of Cardiovascular
Secara umum rekomendasi untuk tindakan pengobatan Medicine. Philadelphia: WB Saunders Company; 1980.p. 1121-
47.
dan pembedahan adalah pasien dengan pembesaran
Braunwald E. Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medi-
ventrikel l<ln GV end diastolic dimention besar dari 65
cine. Philadelphia : WB Saunders Company; 1980 p. I153-5
mm) dan normal fungsi sistolik, dapat diterapi dengan Braunwald E. Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medi-
vasodilator, dan nifedipin merupakan pilihan yang baik. cine. Philadelphia : WB Saunders Company; 2001.p. 1671-89
Pembedahan dilakukan terhadap pasien dengan Bernard Lung et al, A Prospective survey of patients with valvular
pembesaran ventrikel kiri yang progresif, dimensi diastolik heart disease in Europe : The Euro Heart Survey on Valvular
akhir lebih dari 70 mm,.dimensi sistolik 5 0 mm dan EF 50%. Heart Disease. Euro Heart J 2003:24: 1237-43
David Daniel, Chin C Chen and Joel Morganroth. Ekokardiografi
Pasien dengan disfungsi ventrikel kiri yang simtomatis,
cardiography in the diagnosis and quantification of valvular
harus dilakukan penggantian katup setelah periode
heart disease. In : Nobel 0 Fowler (ed), Non Invasive Diagnostic
pengobatan intensif dengan digitalis, diuretik, dan Methods in Cardiology, Philadelphia : FA Davis. Company;
vasodilator untuk mencegah timbulnya gejala gagaT 1983.p. 67 115.
lantung. Emmanouillidies, George C and Barry G Baylen Pulmonary
stenosis in moss. In: Heart Disease in Infants, Children and
Adolescents, 1983: 214.
Fuster Valentine, Robert 0 Braudenburg, Emillio R Giuliani and Dwight

@
C Mc Goon. Clinical approach and management of acquired
valvular heart disease In : Robert 0. Brandenburt I Ed, Office
60
Cardiology. Philadelphia: FA Davis Company; 1980p. 125-59.
Joseph S A. Valrular heart decease in manual of cardiovascular
dragnosis and rherapl. ljttle broun and company. fourth
edition.1996:228-36
Karl S D MD, Mortality and Morbidity of Aortic Regurgitation in
Clinical Practice, Circulation. 1999; 99:1851-7
&. Maurice Enriquez. S, MD. Aortic Regurgitation in N Engl J Med.
2004:351: 1539-46
Panggabean, Marulam M dan kawan kawan : Penyakit jantung
D
kongenital pada orang dewasa, KOPAPDI V: Jakarta, 1984 (in
Press).
Gambar 3. Perubahan hemodinamik pada regurgitasi aorta. Quinones Miguel A, Davis A. Mokotoff, Sorya Nouri, William Win-
A.Normal. B.Regurgitasi aorta akut. C.Regurgitasi aorta kronik ters and Rochard R Miller Non invasive quanrification of left
D.Regurgitasi aorta kronik dalam Dekompensasi. E Segera
ventricular wall stress Validation of method and application to
sesudah replacement katup aorta (Kutip Braunwald, 2001)
assessment of chronic pressure overload. Am J Cardiol. 1980:
.15: 782-90,
Wilcox W Dean Indication for surgery for aortic valve disease in
children In : J. Willis Hurst (ed), Clicinal Essay on The Heart,
Vol. 1, New York Graw Hill Book Company, 1983:249-69
William H G, course and management of chronic aortic regurgita-
tion in up to date, www.up to date Com, 2002,10 : (800) 998
6314. (181) 237 - 4'788.

Gambar 4. Perbaikan katup aorta pada pasien dengan regurgitasi


aorta berat (Kutip Braunwald, 2001)
266
KELAINAN KATUP PULMONAL
Bambang Irawan M

PENDAHULUAN malformasi jantung ini 10 kali lebih banyak dari bayi yang
dilahirkan hidup dan banyak lagi kasus-kasus abortus
Berbagai faktor sangat berpengaruh terhadap kelainan spontan disertai dengan kelainan kromosom hal tersebut
katupjantung, di antaranya faktor genetik, infeksi, trauma mengakibatkan insidens yang tercatat masih lebih kecil
dan faktor yang lain. Kelainan katup bisa berupa stenosis dibandingkan dengan hal yang sesungguhnya.
(katup membuka tidak sempurna) ataupun regurgitasi Data studi baik secara klinis maupun secara
(katup menutup tidak sempurna). Kelainan katup pulmonal histopatologis dari 2310 kasus dengan malformasi jantung
relatif jarang terdapat dan bisa merupakan kelainan yang saat lahir didapatkan stenosis pulmonalis terdapat pada
baik kongenital ataupun didapat. Dengan pemeriksaan bayi 6,9Vo. Kalalu persoalan ini telah diketahui dan ditanggulangi
saat lahir secara rutin, kelainan ini sudah dapat didiagnosis secara awal, baik angka kematian maupun kesakitan akan
secara dini dan biasanya sudah dilakukan tindakan operatif sangat menurun. Beberapa kelainan kongenital
untuk koreksi. Walaupun demikian masih ada beberapa menunjukkan kecenderungan perbedaan jenis kelamin.
kasus kongenital yang masih luput dari diagnosis dan baru Patent ductus arteriosus dan atrial septal defect leblh
ditemukan setelah dewasa. banyak diderita oleh perempuan, sementara stenosis aorta,
Kelainan katup pulmonal akibat jantung reumatik koarlasio aorta, tetralogi Fallot dan transposisi arteri besar
sangatjarang terdapat dan kalau terjadi biasanya disertai lebih banyak pada pria.
dengan kelainan katup-katup yang lain seperti katup aorta Sementara itu stenosis pulmonal reumatik relatif sangat
dan mitral. Kelainan katup pulmonal biasanya masih bisa jarang dan kalaupun terdapat, biasanya dengan karditis
ditoleransi oleh pasien tanpa keluhan yang nyata. Namun reumatik yang berat dan mengenai keempatkatup jantung.
demikian, kelainan ini bisa pula mengakibatkan gagal Regurgitasi pulmonal biasanya terjadi oleh karena
jantung dan bahkan kematian pada pasien. Oleh karena disfungsi katup akibat hipertensi pulmonal. Hipertensi
itu diagnosis awal dan pengawasan pada mereka yang pulmonal itu sendiri dapat terjadi akibat penyakit reumatik
terdiagnosis sangat penting dalam pengelolaan kelainan katup mitral (pada auskultasi terdengar bising Graham
katup pulmonal ini. Steel),peryakitparu obstruksi kronik (PPOK) dan lainnya.

INSIDENS ETIOLOGI

Walaupun banyak kelainan dapat mengakibatkan steno- Stenosis pulmonalis dapat disebabkan oleh kelainan
sis katup pulmonal secara didapat, namun kelainan ini lebih kongenital maupun didapat. Kelainan didapat di antaranya
sering disebabkan kelainan sejak lahir atau kongenital. disebabkan oleh reumatik jantung, tuberkulosis, malig-
Yang disebut kelainan kongenital adalah abnormalitas dari nant circinoid tumor endocardiris, miksoma dan sarkoma.
struktur kardiovaskular atau fungsinya y ang terdapat sej ak Kelainan sejak lahir merupakan kelainan yang paling
lahir, walaupun baru diketemukan dikemudian hari. banyak pada stenosis pulmonalis.
Insidens yang sesungguhnya kelainan kardiovaskular Kelainan sejak lahir di antaranya:
kongenital sangat sulit dideteksi, pada"Stillborn " kejadian . Tak terbentuknya katup pulmonal. Kelainan ini bisa

169
t694 KARDIOI.OGI

merupakan kelainan tersendiri, akan tetapi lebih sering keduanya. Obstruksi infundibular atau jalan keluar
disertai dengan defek septum ventrikel dan sumbatan ventrikel kanan disebabkan oleh jaringan fibrosa yang
jalan keluar ventrikel kanan. Di sini regurgitasi pulmonal seakan mengikat atau oleh hipertrofi otot. Secara normal,
dapat pula terjadi. area lubang katup pulmonal pada saat lahir sebesar 0,5 cm
. Atresia pulmonal dengan septum ventrikel yang intak. dan akan ikut membesar seiring dengan pertumbuhan
Disini katup pulmonal tidak sempurna dan hanyaberupa badan.
jaringan fibrosa, ruang ventrikel kanan biasanya kecil Sebagai akibat stenosis pulmonal baik derajat ringan,
sedangkan dindingnya hipertrofi. Pada kelainan ini sedang maupun berat, terjadi perbedaan tekanan fase
selalu ada komunikasi atrium kanan dan kiri sehingga sistolik antara ruang ventrikel kanan dan atleria pulmonalis.
kalau terjadi aliran balik dari atrium kanan ke kiri akan Pada stenosis pulmonal, puncak perbedaan tekanan sistolik
terjadi sianosis. bisa mencapai 150 sampai 240 mmHg atau bisa lebih tinggi
. Stenosis pulmonal dengan septum ventrikel yang intak. lagi walaupun jarang.
Kelainan ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan Gangguan hemodinamik bisanya baru terjadi kalau
dua kelainan di atas. Pada bentuk yang ringan obstruksi katup pulmonal sudah mencapar60To atau lebih.
merupakan fusi sebagian, dua atau ketiga daun katup. Stenosis pulmonal ringan yang disertai aliran darah yang
Pada kasus yang berat komisura hampir tak terbentuk tinggi dapat mengakibatkan perbedaan tekanan yang
dan dengan katup membentuk diafragma berbentuk nyata, sebaliknya pada stenosis yang berat dengan aliran
kubah dengan lubang kecil di tengah. darah yang rendah akibat gagaljantung perbedaan tekanan
. Defek septum ventrikel dengan obstruksi jalan keluar yang dihasilkan dapat rendah.
ventrikel kanan. Defek septum ventrikel dapat Pasien dengan perbedaan tekanan puncak pada saat
mengalami komplikasi obstruksi jalan keluar ventrikel istirahat kurang dari 50 mmHg termasuk stenosis ringan,
kanan baik di tingkat sub valvular maupun valvular. antara 50 sampai dengan 100 mmHg termasuk stenosis
Kadang-kadang didapatkan hipertrofi krista sedang dan di atas 100 mmHg termasuk stenosis berat.
supraventrikularis atau stenosis pulmonal. Pada stenosis pulmonal berat, ventrikel kanan mengalami
. Tetralogi Fallot. Di sini defek septum ventrikel biasanya gagal jantung sehingga isi semenit turun walaupun pada
terletak di bawah krista supraventrikularis. Sumbatan saat istirahat. Keadaan ini diikuti dengan kenaikan baik
jalan keluar ventrikel kanan biasanya disebabkan oleh tekanan akhir diastolik ventrikel kanan dan tekanan rata
sempitnya infundibulum disertai dengan hipertrofi otot. rata atrium kanan. Sebaliknya pada pasien dengan steno-
Sebagai tambahan mungkin didapatkan stenosis katup sis ringan sampai sedang tekanan sistolis ventrikel kanan
pulmonal, hipoplasi annulus pulmonalis atau kontriksi bisa tidak berubah dengan pertumbuhan anak sampai
pada tempat arteria pulmonalis kanan atau kiri berlahun-tahun. Ini menunjukkan lubang daun katup ikut
berpangkal. membesar dengan pertumbuhan anak. Tekanan atrium
. Transposisi arteri besar yang sempurna. Aorta kanan yang tinggi dapat menimbulkan gejala dan tanda
berpangkal pada ventrikel kanan sedangkan arteria bendungan vena sistemik dan pada saat yang sama akan
pulmonalis berpangkal pada ventrikel kiri. Kelainan ini mengakibatkan foramen oval terbuka dan terjadi aliran
dapat disertai dengan malformasi jantung yang lain darah shunting dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini
misalnya stenosis pulmonal, koartasio aorta dan adanya akan mengakibatkan unsaturation arteri dan sianosis. Pada
hanya satu ventrikel. stenosis pulmonal berat sianosis dapat pula terjadi tanpa
Regurgitasi pulmonal biasanya disebabkan oleh dilatasi adanyapintasan tersebut. Hal ini disebabkan aliran darah
cincin katup sebagai akibat hiperlensi pulmonal, (oleh sebab
perifer menurun akibat rendahnya isi semenit. Dalam hal
apapun), atau dilatasi arteria pulmonal, baik idiopatik atau ini saturasi arteria normal. Pada saat yang sama terjadi
akibat kelainan jaringan ikat seperli pada sindrom Marfan, fibrosis endokardium ventrikel kanan dan mengakibatkan
gagal jantung kanan dan kenaikan tekanan diastolik.
yang kedua sebagai akibat endokarditis infeksi dan yang
paling jarang adalah iatrogenic dan dapat juga akibat Regurgitasi pulmonal sering sekali terjadi akibat
tindakan operatif dari stenosis pulmonal ataupun tetralogi disfungsi valvular yang sekunder pada pasien dengan
Fallot. Hal lain yang bisa juga mengakibatkan regurgitasi hipertensi pulmonal kronik akibat stenosis mitral rematik
pulmonal antara lain sindrom karsinoid, akibat tindakan [dengan bisin g Graham Steel),penyakit jantung pulmonal
kateterisasi jantung, lues dan trauma dada. dan sebab lain hipertensi pulmonal. Regurgitasi pulmonal
fungsional ini dipikirkan terjadi akibat dilatasi cincin katup
pulmonal. Walaupun jaratg, regurgitasi pulmonal dapat
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI pula terjadi pada kelainan kongenital tersendiri,
endokarditis infeksiosa yang mengenai katup pulmonal
Stenosis pulmonal dengan septum ventrikel intak bisa dan penyakit jantung reumatik. Pada regurgitasi katup
disebabkan oleh stenosis valvular. infundibular atau pulmonal sangat berat, tekanan arteri pulmonalis dan
KELAIITT,AN KITruP PULMONAL 1695

ventrikel kanan pada akhir fase diastolik sama atau ventrikel kiri dan kanan kira-kira sama. Kalau tahanan jalan
mendekati sama. Regurgitasi pulmonal akibat kelainan keluar ventrikel kanan tidak terlalu berat, aliran pulmonal
kongenital [primer] biasanya tanpa disertai hipertensi bisa dua kali dari aliran sistemik dan saturasi arterial
pulmonal menimbulkan bising diastolik dengan nada normal lacyanotic tetralogi Fallotl. Sebaliknya kalau
rendah dan sifatnya cres c endo-dec re sc endo. Sebaliknya tahananjalan keluar ventrikel kanan berat, aliran pulmonal
pada pasien regurgitasi pulmonal sekunder [dengan akan sangat turun dan terjadi pintasan dari kanan ke kiri
hipertensi pulmonall sifat bising diastolik yang terjadi dengan unsaturation arterial dan sianosis walaupun dalam
mempunyai nada tinggi, meniup dan decrescendo.Pada keadaan istirahat. Adanya lubang yang besar pada
pasien yang mr;,da, isolated pulmonary regurgitation ir'i septum ventrikel dapat menyebabkan tekanan sistolik
biasanya masih bisa ditoleransi dengan baik tanpa ventrikel kanan tidak bisa melebihi ventrikel kiri. Hal ini
hipertensi pulmonal. melindungi ventrikel kanan terhadap kerja yang berat dan
oleh karenanya gagaTjantung jarang terdapat pada masa
kanak-kanak. Pada tetralogi Fallot sering terjadi sianosis
Klasif ikasi
atau sianosis menjadi lebih berat kalau anak menangis.
Stenosis pulmonal dapat dibedakan menurut penyebabnya,
kongenital atau didapat. Menurut obstruksi jalan ke luar
Hal ini disebabkan oleh kombinasi manuver Valsalva,
menahan napas dan perangsangan simpatis.
ventrikel kanan, bisa vahular atau subvalvular. Pada mereka
yang disebabkan kelainan kongenital bisa stenosis pulmonal
Pasien dewasa dengan stenosis pulmonal ringan
sampai sedang biasanya tidak mempunyai keluhan, pasien
tersendiri dengan septum ventrikel yang utuh stenosis
pulmonal dengan defek septum ventrikel misalnya pada ditemukan karena ada bising sistolik pada pemeriksaan
fisis biasa. Bahkan pasien dengan stenosis pulmonal berat
tetralogi Fallot. Juga bisa dibedakan mereka yang dengan
pun kadang tanpa keluhan. Kalau ada keluhan biasanya
shunting afrim kanan ke atrium kiri sehingga menimbulkan
berupa dyspnoe d'effort, rasa lelah yang berlebihan. Kedua
sianosis dan unsaturation arterial atau yang tanpa
keluhan ini sehubungan dengan kenaikan isi sekuncup
shunting yang walaupun bisa terjadi sianosis kalau terjadi
yang tidak adekuat pada saat olah raga. Tak ada keluhan
gagal jantung saturasinya tetap normal. Atas dasar
ortopnea karena tekanan vena pulmonal normal pada
perbedaan puncak tekanan sistolik antara ventrikel kanan
stenosis pulmonal.
dan arteri pulmonalis bisa dibedakan menjadi derajat ringan
Gagal jantung kanan bisa terjadi pada stenosis yang
pada mereka yang dengan perbedaan tekanan sistolik kurang
berat. Sinkop bisa terjadi akan tetapi kematian mendadak
dari 50 mmHg, derajat sedang pada mereka yang dengan
perbedaan tekanan sistolik antara 50 sampai dengan 100 [seperti pada stenosis aorta] tidak terjadi. Nyeri dada
menyerupai angina pektoris dapat terjadi pada stenosis
mmHg dan derajdberatpada mereka yang dengan perbedaan
pulmonal yang berat. Tanda fisis pada stenosis pulmonal
tekanan sistolik lebih dari 100 mmHg. Pada regurgitaasi
pulmonal dapat dibedakan akibat kelainan primer, biasanya
di antaranya terdapat habitus sindrom Noonan berupa
badan yang pendek dengan dada seperti perisai dan leher
tanpa hipertensi pulmonal, atau akibat kelainan sekunder,
yaitu adanya hiperlensi pulmonal oleh sebab apapun.
berselaput. Terdapat sianosis pada pasien stenosis
pulmonal berat dan defek septum atrial atau patent
foramen ovale.Prlsasikarotis bisa normal atau volumenya
MAN!FESTASI KLINIS sedikit menurut dengan pulsasi vena jugularis. Teraba
getaran [t/zrill] sistolik pada spasium interkostal ke 3 atau
Penyakitjantung kongenital dengan akibat obstruksi atau 4 linea para sternalis kiri. Teraba impuls ventrikel kanan di
stenosis dan regurgitasi katup jantung umumnya gejalanya para sternal. Stara ejection , bising sistolik bersifat ejeksi.
sama dengan penyakit jantung valvular yang didapat. Suara jantung kedua yang pecah dengan lemahnya
Walaupun demikian pada kelainan jantung kongenital ada komponen pulmonal.
beberapa tanda khas yang perlu diperhatikan. Pada Regurgitasi pulmonal biasanya dapat ditoleransi pasien
kebanyakan remaja dengan stenosis pulmonal kongenital dan jarang terlihat dengan gagal jantung kanan atas dasar
yang nyata, isi sekuncup pada saat istirahat tetap normal, regurgitasi pulmonal saja. Keluhan lelah dan tanda gagal
akan tetapi kenaikan isi semenit pada saat olah raga jantung kanan ringan kadang terdapat pada pasien ini.
mengalami gangguan, sedangkan pada anak-anak toleransi Bising diastolik yang meniup atau kasar terdengar di
terhadap olah raga cukup baik. Pada tetralogi Fallot ldefek stenrum bagian kiri atas. Bising pada regurgitasi pulmonal
septum ventrikel dan stenosis pulmonall baik tidaknya ini terdengar lebih keras saat inspirasi. Dan kalau bising ini
toleransi pasien ini tergantung pada besarnya defek terjadi akibat hipertensi pulmonal, disebut bising Graham
septum ventrikel dan rasio antara tahanan aliran darah Stell. Bising ini terdengar dengan nada tinggi mirip dengan
yang masuk aorta dan tahanan darah yang lewat stenosis bising regurgitasi aorta, sedangkan bising regurgitasi
pulmonal. Pada kebanyakan anak dan dewasa, lubang pada pulmonal organik terdengar dengan nada rendah dan kasar.
septum ventrikel biasanya cukup besar dan tekanan Bising diastolik ini disertai dengan bising sistolik. Denyutan
t696 KARDIOI-OGI

ventrikel kanan terasa sepanjang dada sebelah kiri. Ada atas dasar pemeriksaan fisis disertai dengan
bunyi sistolik click detgan suara dua yang pecah secara pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiografi,
fisiologis. radiologis dan ekokardiografi. Kriteria untuk membuat
diagnosis, pada stenosis pulmonal baik dengan ataupun
tanpa keluhan terdengar bising sistolik ejeksi sepanjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG sternum bagian kiri dan sering disertai dengan ejection
clickpadafase awal sistolik. Pembesaran ventrikel kanan
Dengan pemeriksaan elektrokardiogram, stenosis dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisis [pulsasi
pulmonal yang ringan biasanya normal, sedang pada jantung di parasternal kiril, pemeriksaan elektro-
yang berat terdapat gambaran hipertrofi atrium dan kardiografi, foto rontgen dada dan ekokardiografi.
ventrikel kanan. Beratnya stenosis pulmonal Diagnosa regurgitasi pulmonal ditegakkan atas dasar
berhubungan dengan rasio antara gelombang R/S di V1. pemeriksaan fisis, elektrokardiografi foto dada,
Makin berat kelainan makin tinggi gelombang R di V1. ekokardiografi dan terutama dengan pemeriksaan
Ada deviasi aksis jantung ke kanan pada rekaman angiografi pulmonal di mana didapatkan aliran balik cairan
elektrokardiogram. Sedangkan pada regurgitasi pulmonal, kontras dari arteri pulmonalis ke ventrikel kanan pada fase
gambaran elektrokardiogram bisa normal atau adanya diastolik.
gambaran hipertrofi ventrikel kanan.
Pemeriksaan radiologis, pada stenosis pulmonal
gambaran vaskularisasi paru perifer normal, arteri KOMPLIKASI
pulmonalis tampak membesar akibat dilatasi pasca steno-
sis. Gambaran pembesaran ventrikel kanan tampak pada Pada stenosis pulmonalis yang berat bisa terjadi gagal
stenosis pulmonal sedang sampai berat. Walaupun jarang jantung kanan. Demikian juga infark miokard kanan dapat
pada stenosis pulmonal bisa tampak klasifikasi katup terjadi pada stenosis pulmonal berat dengan pembesaran
pulmonal. Sedangkan pada regurgitasi pulmonal gambaran ventrikel kanan. Walaupun jarang, endokarditis dapat
radiologis bisa normal atau tampak gambaran pembesaran terjadi sebagai komplikasi stenosis pulmonal. Sedangkan
ventrikel kanan dan pembesaran arteria pulmonalis. komplikasi regurgitasi pulmonal selain gagal jantung, bisa
Pemeriksaan fungsi paru, pada stenosis pulmonal juga mengakibatkan terjadinya endokarditis walaupun
dewasa sering abnormal dengan penurunan volume, jalan jarang.
udara dan kapasitas difusi paru yang sangat mungkin
disebabkan ketidaksempurnaan perkembangan paru pada
masa kanak-kanak. PENGOBATAN
Pemeriksaan ekokardiografi pada stenosis pulmonal
berat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kanan. Pada Stenosis pulmonal yang ringan sampai sedang dapat
pemeriksaan langsung di katup pulmonal terlihat kenaikan dikelola tanpa tindakan operasi. Pada pasien yang
gelombang katup atrial [a]. membutuhkan tindakan operasi ataupun pencabutan gigi
Pemeriksaan radioisotop dengan radioangiografi pada dianjurkan pemberian antibiotik profilaksis. Untuk
stenosis pulmonal berguna untuk melihat tidak adanya stenosis pulmonal tanpa keluhan oleh sebagian ahli
pintasan dari kiri ke kanan. dianjurkan pengobatan konservatif saja, tanpa tindakan
Pemeriksaan kateterisasi dan angiografi pada stenosis valvulotomi, sedangkan sebagian ahli yang lain
pulmonal dapat mengukur adanya perbedaan tekanan menganj urkan valvulotomi.
sistolik melalui katup pulmonal. Ukuran lubang katup Pada stenosis pulmonal berat dengan gagal jantung
pulmonal yang mengalami stenosis dapat ditentukan kanan, semua menganjurkan tindakan valvulotomi. Pada
dengan kateterisasi jantung sekalian mengukur perbedaan keadaan di mana pasien menolak operasi atau kondisi
tekanan katup pulmonal saat sistolik dan isi semenit. Tak pasien tidak memungkinkan untuk operasi, dianjurkan
ada shunt dari kiri ke kanan, sedangkan dari kanan ke kiri pemberian digitalis. Pemberian diuretika secara hati-hati
kadang ada walaupun hanya kecil pada pasien dengan defek dapat pula dicoba, akan tetapi dapat menurunkan isi
septum atrial atau patent foramen ovale. Pada regurgitasi sekuncup menit sehingga menimbulkan kelelahan yang
pulmonal, dengan angiografi bisa terlihat adanya aliran berat.
kembali kontras ke ventrikel kanan pada fase diastolik. Pengelolaan regurgitasi pulmonal biasanya terbatas
pada pemberian profilaksis antibiotik pada tindakan
dental atau operasi. Gagal jantung sangat jarung terjadi
DIAGNOSIS pada regurgitasi pulmonal sehingga tidak banyak
pengalaman tindakan pengobatan ataupun operasi pada
Biasanya diagnosis stenosis pulmonal dapat ditegakkan kasus tersebut.
KEIJ\III,AN KAiruP PULMOII,AL t697

REFERENSI DePace NL, Nestico Pfl Iskandrian AS, Morganroth J. Acute severe
pulmonic valve regurgitation: Pathophysiology, diagnosis and
Altrichter PM, Olson LJ, Edwards WD, et al. Surgical pathology of treatment. Am Heart J. 1984;108;567.
the pulmonary valve: a study of 116 cases spanning 15 years. Fontana RS, Edwards JE.Congenital cardiac disease: a review of 357
Mayo Clin Proc 1989;64; 1352. cases studied Pathologically. Philadelphia: WB Saunders; 1962.
Brickner ME, Hillis LD, Lange RA.Congenital heart disease in adults. Gerlis LM: Covert congenital cardiovascular malformations
N Engl J Med. 2000;342:256-63. discovered in an autopsy series of nearly 5000 cases. Cardiovasc
Balk H: Congenital malformations of the heart.and great lessels: Pathol. 1996:,5;ll
synopsis of pathology, embryology and natural history. Balti- Hoffman JIE: Congenital heart disease. Pediatn Clin North Am.
more-Munich: Urban & Schwarzenberg;1977. 31;45,1990.
Brayshaw JR, Perloff JK.Congenital pulmonary insufficiency com- kirshenbaum HD: Pulmonary valve disease. In: Dalen JE ard Alpert
plicating idiopathic dilatation of the pulmonary artery. Am J JS eds. Valvular heart disease. 2nd ed. Boston: Little,
Cardiol. 1962l.10:282. Brown;1987.p.403-3 8.
Cassling RS, Rogler WC, McManus BM.Isolated pulmonic valve Samanek M.Boy : Girl ratio in children bom with different forms of
infective endocarditis. a diagnostically elusive entity. Am Hean cardiac malformation: A population-based stttdy. Pediatr Cardiol.
"I 1985;109;558. 1994:'15;53.
Balaguer JM, Byrne JG, Cohn LH. Orthotopic pulmonic valve O Toole JD, Wurtzbacher JJ, Weearner NE, Jain AC.Pulmonary
replacement with a pulmonary homograft as an interposition valve injury and insufficiency during pulmonary-artery
graft. J Card Surg.7996;711,417. catheterization. N EngI J Med. 1979;301;1167.
267
PENYAKIT KATUP TRIKUSPID
AliGhanie

PENDAHULUAN
Anatomis katuP abnormal
i peran . Penyakit jantung reumatik
sirkuit . Bukan reumatik :
dari
-
Endokarditis infektif
an -
Anomali Ebstein's
) tidak -
Prolaps
istensi Yang -
Kongeni
-
Karsinoi
difus; (3) -
lnfark m PaPilaris
stensi Yang -
Trauma
aliran darah -
Kelainan jaringan ikat (sindrom Marfan)
-
Artritis reumatoid
pulmonal. -
Radiasi, dengan akibat gagal jantung
Tekanan darah aneri pulmonalis adalah 2218 mmHg, -
Fibrosis endomiokard
Anatomis katuP normal
dengan tekanan rata-rata 13 mmHg. Kalau kita lihat tekanan Kenaikan tekanan sistolik ventrikel kanan oleh berbagai
rata-rata atrium kiri sebesar 7 mmHg, maka perbedaan sebab (dilatasi anulus)
tekanan 6 mmHg saja sudah cukup untuk mengalirkan Lain - lain
. Kawat pacu jantung (jarang)
darah ke paru-paru. . HiPertiroidisme
Daun katup trikuspid yang merupakan bagian dari . Endokarditis Loeffler
sirkuit tekanan rendah, akan mengakibatkan toleransi . Aneurisma sinus valsava
terhadap beban tekanan akan sangat kurang' Selain itu
daun katup trikuspid tidak setebal katup mitral, demikian
dengan katup jantung lain. Biasanya bila penyebabnya
pula anulus fibrosisnya tidak sekuat katup mitral' Oleh
p"ryut ltiut tung reumatik, selain regurgitasi disertai pula
t*"nu itu sangat mudah melebar pada keadaan kenaikan
dengan stenosis.
beban atau sftes.

Hemodinamik
REGUBGITASI TRIKUSPID Pada
akan
Etiologi dan Patologi dan v
Regurgitasi trikuspid adalah suatu keadaan kembalinya mendekati tekanan ventrikel kanan sesuai dengan kenaikan
sebagian darah ke atrium kanan pada saat sistolik' Keadaan tekanan ventrikel kanan, yaitu sesuai dengan kenaikan
ini dapat terjadi primer akibat kelainan organik katup, gurgitasi trikusPid.
deraj at re

ataupun sekunder karena hipertensi pulmonal, perubahan Tekanan sistolik arteri pulmonalis dan ventrikel kanan
dapat regurgitasi
fungsi maupun geometri ventrikel berupa dilatasi ventrikel
kanan maupun anulus trikuspid- (Tabel 1) prime 4OmmHg'
lebih ngkan bila
Penyakit jantung reumatik, dapat mengenai katup
trikuspid secara langsung walupun lebih sering disertai tekanan lebih dari 40 mmHg.

1698
PEIYYAKIT KAruP TRIKUSPID 1699

Curah jantung biasanya sangat menurun, dan saat Elektrokardiogram


sistolik tekanan atrium tidak akan menunj u,kkan x descent, Biasanya tidak spesifik, dapat berupa blok cabang bundle
tetapi gelombang yang mencolok dari c-v dan y descent kanan, tanda pembesaran atrium dan ventrikel kanan, dan
yang cepat (padavenous wave). sering juga terjadi fibrilasi atrium.

Manifestasi Klinis Ekokardiograf i


Riwayat. Regurgitasi trikuspid tanpa hipertensi pulmonal Pulsed color doppler echocardiography, merupakan
biasanya tidak memberikan keluhan dan dapat ditoleransi sarana yang mempunyai akurasi, sensitivitas dan
dengan baik. Rasio perempuan terhadap pria adalah2:. l, spesifisitas yang tinggi dalam menentukan adanya
dengan rata-rata umur 40 tahun. Oleh karena lebih sering regurgitasi trikuspid. Di sini dapat dilihat morfologi katup
bersamaan dengan stenosis mitral, maka gejala stenosis mitral, sehingga dapat diketahui berbagai penyebab yang
mitral biasanya lebih dominan. Riwayat sesak napas pada mendasari regurgitasi trikuspid ini. Demikian pula dapat
latihan yang progresif, mudah lelah danjuga batuk darah. dilakukan pemeriksaan semikuantitatif terhadap tekanan
Bila keadaan lebih berat akan timbul keluhan bengkak ventrikel kanan maupun arteri pulmonalis.
tungkai, perut membesar, maka kelelahat/fatig dan
anoreksia merupakan keluhan yang paling mencolok.
Adanya asites dan hepatomegali akan menimbulkan
keluhan kurang enak pada perut kanan atas dan timbul
pulsasi pada leher akibat pulsasi regurgitasi vena. Pada
keadaan ini justru pasien dapat tidur berbaring dengan
rala.
Pemeriksaan fisis. Pada inspeksi selalu terlihat adanya
gambaran penurunan berat badan, kakeksia, sianosis dan
ikterus. Biasanya selalu dijumpai pelebaran vena jugularis,
garnbaran gelombang x dan xr yang normal akan menghilang,
sedangkan y descent akan menjadi nyata, terutama pada
inspirasi. Akan terlihat juga impuls ventrikel kanan yang
mencolok. Pada saat sistolik juga dapat teraba impuls atrium
kanan pada garis sternal kiri bawah. Biasanya pada fase Gambar 1. Pemeriksaan eko 2 dimensi pada penderita mitral
awal dapat teraba pulsasi sistolik pada permukaan hati, stenosis, yang juga disertai trikuspid stenosis
namun pada keadaan sirosis kongestif pulsasi menghilang
karena hati menjadi tegang dan keras. Selain itu terlihat
juga asites dan edema.
Pada auskultasi dapat terdengar 53 dari ventrikel kanan
yang terdengar lebih keras pada inspirasi, dan bila disertai
hipertensi pulmonal suara P2 akan mengeras. Bising
pansistolik dengan nada tinggi terdengar paling keras di
sela iga 4 garis parasternal kiri dan dapat pula sampai ke
subxifoid. Bila regurgitasi ringan, bising sistolik pendek,
tetapi bila ventrikel kanan sangat besar bising dapat sampai
ke apeks dan sulit dibedakan dengan regurgitasi mitral.
Perlu diingat bahwa derajat bising pada regurgitasi
trikuspid akan meningkat pada inspir asi (Riv ero - C ant ello's
slgrz). Adanya kenaikan aliran melalui katup trikuspid dapat
menimbulkan bising diastolik pada daerah parasternal kiri.
Gambar 2. Eko 2 dimensi pada penderita DSA sekundum yang
disertai trikuspid regurgitasi (warna biru)
Gambaran Radiologis
Adanya kardiomegali yang mencolok akibat pembesaran
ventrikel kanan. Kadang-kadang akibat tingginya tekanan Kateterisasi
ventrikel kanan yang akan berlangsung lama dapat terjadi Dengan kateterisasi berupa ventrikulografi ventrikel kanm
kalsifikasi pada anulus trikuspidalis. Dapat terjadi dapat diketahui adanya regurgitasi, namun adanya kateter
gambaran hipertensi pulmonal, dan pada fluoroskopi pada katup dapat juga menimbulkan regurgitasi positif
terlihat pulsasi sistolik pada atrium kanan. palsu
1700 IGRDIOI.OGI

Pengobatan
Konservatif. Ditujukan terutama bila terdapat tanda-tanda
kegagalan fungsi jantung berupa istirahat, pemakaian
diuretik dan digitalis.
Pembedahan. Tanpa suatu tanda hipertensi pulmonal
biasanya tidak diperlukan suatu tindakan pembedahan.
Tetapi pada keadaan tertentu dapat dilakukan tindakan
anuloplasti dan pada yang lebih berat dilakukan
penggantian katup dengan prostesis.

STENOSIS TRIKUSPID

Gambar 3. Eko 2 dimensi pada penderita DSA sekundum dengan Stenosis trikuspid terisolasi merupakan kelainan katup
trikuspid stenosis dan mitral stenosis (tanda panah)
yang relatifjarang ditemukan, dan paling sering merupakan
penyakit jantung reumatik yang menyertai kelainan katup
mitral atau aorta. Pada autopsi ditemukan 15 persen
stenosis trikuspid pada pasien penyakit jantung reumatik,
dan hanya 5 persen yang memberi arti klinis. Kejadian
stenosis trikuspid lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan pria, dengan umur 20-60 tahun'

Etiologi dan Patologi


Stenosis trikuspid selalu disebabkan oleh penyakit jantung
reumatik. Keadaan lain walaupun jarang, yang dapat
menimbulkan obstruksi terhadap pengosongan atrium
kanan adalah atresia trikuspid, tumor affium kanan, sindrom
karsinoid dan vegetasi pada daun katup.
Perubahan anatomik yang paling sering ditemukan
sebagaimana stenosis mitral berupa fusi dan pemendekan
korda tendinea dan fusi pinggiran katup, sehingga terjadi
Gambar 4. Eko 2 dimensi pada penderita dengan DSA sekundum bentukan diafragma dengan celah yang terfiksasi.
(tanda panah) yang disertai dengan gangguan koaptasi katup Sebagaimana pada katup mitral, selain stenosis sering
trikuspid
te{adi juga regurgitasi. Atrium kanan akan melebar dengan
dinding yang tebal.

Patof isiologi
Gambaran hemodinamik ditentukan oleh besarnya
pressure gradient antara atrium dan ventrikel kanan' yang
akan meningkat pada saat latihan atau inspirasi, dan
menurun pada saat istirahat atau ekspirasi. Hal ini
disebabkan perubahan besarnya volume pada latihan dan
pernapasan. Pada keadaan normal pressure gradient rttt
hanya 1 mmHg. Bilameningkat sampai 2 mmHg sudah dapat
menunjukkan suatu stenosis trikuspid, sedangkan 5 mmHg
merupakan gambaran stenosis berat dengan tanda
kongesti sistemik.

Manifestasi Klinis
Rendahnya curah jantung akan menimbulkan keluhan
Gambar 5. Pemeriksaan doppler eko berwarna pada DSA mudah lelah, dan adanya kongesti sistemik dan
sekundum menunjukkan regurgitasi trikuspid (warna biru) dan hepatomegali menimbulkan keluhan tidak enak pada perut,
doppler menunjukkan dengan tekanan yang tinggi perut membesar dan bengkak umum. Beberapa pasien
PEIYYAKIT KIIruP TRIKUSPID t70t

mengeluh denyut pada leher akibat besarnya gelombang Pemeriksaan lnvasif


' a' padavena jugularis. Dengan kateterisasi dapat ditenttkan gradient
transvalvular antara atrium dan ventrikel kanan, sehingga
Pemeriksaan Fisik dapat ditentukan gradasi stenosis guna tindakan
Oleh karena sering menyertai kelainan katup lain, maka selanjutnya.
stenosis trikuspid ini tidak terdiagnosis, kecuali memang
sengaja dicari. Suatu stenosis berat akan menimbulkan Pengobatan
bendungan hati yang berat sehingga terjadi sirosis, ikterus, Pengobatan konservatif ditujukan untuk mengurangi
malnutrisi yang berat, edema dan asites yang berat bahkan kongesti sistemik yang merupakan kondisi yang dominan,
splenomegali. Vena jugularis akan melebar dengan dalam hal ini dibutuhkan diuretik atau restriksi konsumsi
gelombang '.a' yang besar, sedangkan gelombang 'v'tidak garam, Keadaan ini dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi
jelas dan y descent menjadi lambat. Dapat ditemukan hati yang sangat dibutuhkan pada saat operasi. Selain itu
pulsasi presistolik yang jelas pada permukaan hati yang pemakaian antibiotik juga penting pada keadaan tertentu
membesar. untuk mencegah terjadinya endokarditis infektif.
Pada auskultasi dapat terdengar opening snap pada
daerah garis sternal kiri sampai pada daerah xifoideus, Tindakan Operasi
terutama presistolik. Bising ini akan menjadi lebih keras Tindakan operatif dapat berupa komisurotomi, tetapi bila
pada inspirasi, dan melemah pada ekspirasi dan manuver disertai regurgitasi dapatjuga dilakukan anuloplasti secara
valsava karena menurunnya aliran darah melalui trikuspid. bersamaan. Penggantian katup dilakukan bila kelainan
katup lanjut yang disertai regurgitasi berat yang tidak
dikoreksi dengan anuloplasti.
Pemeriksaan Non lnvasif
Adanya gambaran pembesaran atrium kanan pada EKG
berupa gelombang p yang tinggi dan tajam pada sandapan
II, demikian pula pada V 1 . tidak adanya hipertrofi ventrikel REFERENSI
kanan pada pasien yang dicurigai sebagai stenosis mitral,
sangat mungkin disertai dengan stenosis trikuspid. Braunwald E Valvular heart disease. In : Heart Disease a Textbook
Pada pemeriksaan foto dada didapatkan pembesaran of Cardiovascular Medicine third edition 1988.
Feigenbaum H Ekokardiograficardiograhy fisth edition 1994
atrium kanan dan vena kava superior tanpa pembesaran
Ockene IS. Tricuspid valve disease In : Valvular Heart Disease ed-
arteri pulmonalis. Lain halnya dengan stenosis mitral, pada ited by Dalen JE and Alpert JS, Little, Brown and Company,
stenosis trikuspid tidak didapatkan tanda bendungan paru Boston, 1981.
Ekokardiografi menunjukkan penebalan daun katup Rackle CE. Tricuspid and pulmonary valve disease. In : Hurst's The
trikuspid dengan gambaran dooming dan adanya Heart eight edition 1994.
gradient transvalvular pada pemeriksaan dopler.
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan yan g l00Vo sensitif
dan907o spesifik.
268
ENDOKARDITIS
Idrus Alwi

PENDAHULUAN operasi dikerjakan sebelum terapi antibiotik lengkap selesai.


Akhir-akhir ini direkomendasikan menyebut EI aktif jika
Endokarditis infektif (EI) adalah infeksi mikroba pada diagnosis ditetapkan <2 bulan sebelum operasi
permukaan endotel jantung. Infeksi biasanya paling Status diagnosis: definite, suspected dan possible (hhat
banyak mengenai katup jantung, namun dapat juga terjadi kriteria Duke pada Thbel2)
pada lokasi defek septal, atau korda tendinea atau
Patogenesis: endokarditis pada katup asli (native valve
endokardium mural.
endocarditis), endokarditis katup prostetlk ( prostethetic
Lesi yang khas berupa vegetasi, yaitu massa yang tediri
valye endocarditis) dan endokarditis pada penyalahguna
platelet, fibrin, mikroorganisme dan sel-sel inflamasi,
narkoba intravena (intravenous drug abuse).
dengan ukuran yang bervariasi. Banyakjenis bakteri dan
jamur, mycobacteria, rickettsiae, chlamydiae dan Lokasi anatomis: EI pada sisi kanan jantung (right sided
mikoplasma menjadi penyebab EI, namun streptococci. endocarditis) dan EI pada sisi kiri jantung (left sided
staphylococci, enterococci dan cocobacilli gram negatif endocarditis)
yang berkembang lambat (fastidious) merupakan penyebab Mikrobiologi: jika organisme penyebab dapat diidentihkasi.
tersering. Jika tidak ditemukan secara mikrobiologi disebut EI
Terminologi akut dan subakut sering dipakai untuk mikrobiologi negatif.
menggambarkan EI. EI akut menunjukkan toksisitas yang
nyata dan berkembang dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu, mengakibatkan destruksi katup jantung EPIDEMIOLOGI
dan infeksi metastatik, dan penyebabnya khas yaitu
Staphylococcus eureus. Sebaliknya, EI subakut Insidens di negara maju berkisar antara 5,9 sampai 11,6
berkembang dalam beberapa minggu sampai beberapa episode per 100.000 populasi. EI biasanya lebih sering
bulan dengan penyebabnya biasanya Streptococcus terjadi pada pria dibandingkan perempuan dengan rasio
viridans, enterococci, staphylococci koagulase negatif 1 ,6 sampai 2,5. Sekitar 36 -7 5 7o pasien dengan EI katup asli
atau coccobacilli gram negatif. (native valve endocarditis) mempunyai faktor
predisposisi; penyakit jantung reumatik, penyakit jantung
kongenital, prolaps katup mitral, penyakit jantung
KLASIFIKASI DAN TERMINOLOGI degeneratif, hipertrofi septal asimetrik atau penyalahguna
NARKOBA intravena (PNIV). Sekitar 7-257o kasus
Berbeda dengan klasifikasi lama yang membedakan akut, melibatkan katup prostetik. Faktor predisposisi tidak dapat
subakut dan kronik, klasifikasi baru merujuk kepada: diidentifikasi pada 25 sampai 47 7o pasien.
Aktivitas penyakit dan rekurensi: membedakan aktif dan Epidemiologi endokarditis infektif selama 50 tahun
,sembuh terutama penting untuk pasien yang menjalani terakhir ini telah banyak berubah. Kalau dulu sebagian
operasi. EI aktif jika kultur darah positif dan demam ada besar pasien endokarditis infektif mempunyai penyakit
pada saat operasi, atau kultur positif saat operasi atau dasar penyakit jantung reumatik, penyakit jantung
morfologi inflamasi aktif ditemukan intraoperatif, atau kongenital atau sifilis sebagai penyebab kelainan

1702
ENDOKARDITIS L703

endokard, namun dengan meningkatnya intervensi medis, adalah sisi kanan jantung. Di samping kerusakan mekanis
surgikal dan yang terpenting adalah meningkatnya angka secara langsung, faktor lain yang juga berperan adalah
PNIV, maka kejadian endokarditis infektif karena penyebab diluent (pelarut) yang dipakai dapat menyebabkan
di atas semakin meningkat. vasospasme, kerusakan intima, dan pembentukan trombus.
Di Amerika Serikat hampir 25Vo pasienEl adalah PNIV. Selain itu obat adiktif sendiri dapat menyebabkan
Walaupun insidens EI belum diketahui secara pasti, kerusakan endotel. Pada PNIV kuman dapat berasal dari
diperkirakan kejadian EI pada PNIV berkisar anrara 7 ,5-20 kulit yang tak steril maupun jarum yang tak steril/spuit
kasus per 1000 PNIV pertahun. EI memberikan risiko tinggi yang terkontaminasi kuman dan berfungsi sebagai
terhadap morbiditas dan mor-talitas. Risiko EI pada PNIV 2- reservoir pada penggunaan berikutnya. Oleh karena
5 7, perpasien perlahun, beberapa kali lebih tinggi dan pasien Staphylococcus aureus merupakan kuman flora kulit nor-
penyakit jantung reumatik atau katup prostetik. Meskipun mal, maka kuman ini merupakan kuman penyebab tersering,
mortalitas EI pada PNTV yang terutama melibatkan sisi kanan berki sar antar a 50 -607o .
jantung tidak setinggi EI pada sisi kiri jantung, namun
komplikasi kardiopulmonar, neurologis, ginjal, mata, abdo-
men dan ekstremitas dapat mengakibatkan morbiditas yang RESPONS IMUN PADA ENDOKARDITIS
bermakna. Mortalitas EI pada PNIV berki sar antaral -757o .

Patogenesis Vegetasi Jantung


Penelitian terhadap peran respons imun pejamu (host),
PATOGENESIS dalam proteksi terhadap endokarditis menunjukkan hasil
yang beragam. Pada beberapa kasus, imuni sasi aktif dapat
Mekanisme terjadinya EI pada pasien dengan katup nor-
mencegah terjadinya endokarditis, tanpa memicu laju
mal belum diketahui dengan pasti. Mikrotrombi steril yang
klirens bakteri dalam sirkulasi. Diduga terdapat mekanisme
menempel pada endokardium yang rusak diduga yang berhubungan dengan penghambatan perlekatan
merupakan nodus primer untuk adhesi bakteri. Faktor
bakteri terhadap vegetasi. Perkembangan endokarditis,
hemodinamik (stres mekanik) dan proses imunologis tergantung pada keseimbangan antara kemampuan
mempunyai peran penting pada kerusakan endokard.
organisme untuk melekat pada vegetasi dan menolak
Adanya kerusakan endotel, selanjutnya akan respons peJamu.
mengakibatkan deposisi fibrin dan agregasi trombosit,
sehingga akan terbentuk lesi nonbacterial thrombotic
endoc ardial (NBTE). Jika terjadi infeksi mikroorganisme, Kompleks lmun
yang masuk dalam sirkulasi melalui infeksi fokal atau Penelitian nekropsi menunjukkan adanya glomerulonefritis
trauma, maka endokarditis non bakterial akan menjadi pada sejumlah besar kasus endokarditis pada manusia,
endokarditis infektif. Faktor-faktor yang terdapat pada dan pada penelitian imunofluoresens, ditemukan lesi khas
bakteri seperti dekstran, ikatan fibronektin dan asam yang merupakan deposisi kompleks imun. Deposisi
teichoic berpengaruh terhadap perlekatan bakteri dengan kompleks imun juga ditemukan pada organ lain seperti limpa
matriks fibrin-trombosit pada katup yang rusak. Tahapan dan kulit. Pemeriksaan yang mendeteksi adanya kompleks
patogenesis endokarditis dapat dilihat pada Tabel 1. imun dalam sirkulasi, menunjukkan korelasi antara
konsentrasi kompleks imun dalam sirkulasi dengan
lamanya penyakit, manifestasi di luar katup dan rendahnya
kadar komplemen dalam darah. Kadar kompleks imun dalam
Kerusakan endotel katup
Pembentukan trombus fl brintrombosit sirkulasi, juga menurun sebagai respons terhadap terapi.
Perlekatan bakteri pada plak trombus- trombosit Antibodi spesifik terhadap kuman penyebab infeksi dan
Prollferasi bakteri lokal dengan penyebaran hematogen
dinding sel bakteri sudah dapat diidentifikasi pada
Frontera JA dan Gradon JD kompleks imun tersebut. Dalam keadaan normal kompleks
antigen-antibodi ini akan larut dan difagositosis. Pada
endokarditis, terdapat faktor yang menghambat larutnya
Patogenesis El pada PNIV kompleks ini, sehingga mengalami deposisi dalam jaringan.
Beberapa teori mengemukakan adanya kerusakan endotel Bukti menunjukkan, faktor rheumatoid yang terdeteksi
(endotheLial injury), karena bombardir secara terus pada 507o kasus endokarditis, menutupi reseptor untuk
menerus oleh partikel yang terdapat pada materi yang fagositosis dan akan menghambat klirens kompleks imun.
diinjeksikan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya Hal ini dapat menjelaskan
granulasi talk subendotel pada katup trikuspid pasien El mengalami bakteremia yang
yang diautopsi. Karena materi yang diinjeksikan secara antibodi IgG spesifik yang cukup tinggi, kadar komplemen
intravena, katup jantung yang pertama menyaring partikel yang cukup dan neutrofil yang masih berfungsi.
t704 I(ARDIOI.OGI

Antibodi Terhadap Protein Miokard purulenta. Pada katup bioprotese, elemen yang bergerak
Gambaran klinis lain pada endokarditis yang menarik berasal dari jaringan, mungkin menjadi lokasi infeksi dan
perhatian adalah adanya disfungsi miokard yang lebih perforasi katup serta vegetasi. Abses cincin juga dapat
berat daripada lesi katup yang ada, bahkan tanpa adanya ditemukan.
destruksi katup yang bermakna. Maisch melaporkan
terdapat respons antibodi poliklonal pada endokarditis
yang terdiri dari antibodi antisarkolema dan antibodi PATOFISIOLOGI
antimiolema. Antibodi antimiolema bersifat sitolitik
terhadap sel jantung in vitro jika terdapat komplemen. Manifestasi klinis EI merupakan akibat dari beberapa
Aktivitas sitolitik serum pada beberapa pasien, hanya ada mekanisme antara lain:
jika ditemukan antibodi antimiolema dan berhubungan .. Efek destruksi lokal akrbat infeksi intrakardiak. Koloni
dengan titer antibodi antimiolema. kuman pada katup j antung dan j aringan sekitamya dapat
mengakibatkan kerusakan dan kebocoran katup,
Aktivitas Limfosit terbentuk abses atau perluasan vegetasi ke perivalvular.
Analisis fungsi leukosit pada endokarditis menunjukkan
. Adanya vegetasi fragmen septik yang terlepas, dapat
peningkatan jumlah monosit dan granulosit, namun mengakibatkan terjadinya tromboemboli, mulai dari
terdapat penurunan jumlah dan aktivitas selT helper, sel emboli paru (vegetasi katup trikuspid) atau sampai ke
T suppressor dan natural killer cells selama infeksi. Pada otak (vegetasi sisi kiri), yang merupakan emboli septik.
beberapa penelitian, aktivitas selT suppresso4 sebagian
. Vegetasi akan melepas bakteri secara terus menerus ke
mengalami perbaikan setelah terapi. Hal ini memperkuat dalam sirkulasi (bakteremia kontinus), yang
dugaan bahwa faktor predisposisi endokarditis, merupakan mengakibatkan gejala konstitusional seperli demam,
hasil penurunan fungsi limfosit pada pasien, daripada malaise. tak nafsu makan. penurunan berat badan dan
disfungsi limfosit murni akibat infeksi (risiko EI meningkat lainlain.
pada individu dengan supresi imun).
. Respons antibodi humoral dan selular terhadap infeksi
mikroorganisme dengan kerusakan jaringan akibat
kompleks imun atau interaksi komplemen-antibodi
Mekanisme lnflamasi dan Sitokin dengan antigen yang menetap dalam jaringan.
Terdapat peningkatan ekspresi interleukin-8 pada Manifestasi klinis EI dapatberupa; petekie, Osler's node,
makrofag, di dalam endokard yang mengalami inflamasi, artritis, glomerulonefritis dan faktor reumatoid positif.
pada pasien dengan endokarditis karena S. aureus.
S elanj utnya asam lip o t e i c ho i c, y ang berasal dari dinding

sel bakteri gram positif dan diketahui mempunyai efek MANIFESTASI KLIN!S
stimulasi sangat penting terhadap makrofag, merupakan
perangsang produksi sitokin yang kuat. Interleukin-6, Demam merupakan gejala dan tanda yang paling sering
suatu sitokin yang terlibat dalam stimulasi sel B dan ditemukan pada EI. Demam mungkin tak ditemukan atau
produksi antibodi serta pelepasan protein fase akut, minimal pada pasien usia lanjut atau pada gagal jantung
didapatkan meningkat pada endokarditis karena kongestif, debilitas berat, gagal ginjal kronik dan jarang
streptokokus dan Q fever. Aktivitas proinflamasi rumour pada EI katup asli yang disebabkan stafilokokus koagulase
necrosis factor (TNF), yang menginduksi respons fase negatif.
akut mungkin berperan pada manifestasi sistemik EI. Murmur jantung ditemukan pada 80-857o pasien EI
katup asli, dan sering tidak terdengar pada EI katup asli.
Pembesaran limpa ditemukan pada I5 -507o pasien dan lebih
PATOLOGI ENDOKARDITIS sering pada EI subakut.
Ptekie, merupakan manifestasi perifer tersering, dapat
Patologi EI katup asli dapat lokal (kardiak) mencakup val- ditemukan pada konjungtiva palpebra, mukosa palatal dan
vular dan perivalvular atau distal (non kardiak) karena bukal, ekstremitas dan tidak spesifik pada EI. Splinter atat
perlekatan vegetasi septik dengan emboli, infeksi subungual hemorrhages merupakan gambaran merah
metastatik dan septikemia. Vegetasi biasanya melekat pada gelap, linier atau jarang berrpaflame-shaped streakpada
aspek atrial katup atrioventrikular dan sisi ventrikular katup dasar kuku ataujari, biasanya pada bagian proksimal. Osler
semilunar, predominan pada garis penutupan katup. nodes biasanya berupa nodul subkutan kecil yang nyeri
Patologi intrakardiak pada EI katup prostetik berbeda yang terdapat padajari ataujarang padajari lebih proksimal
bermakna dengan EI katup asli. Jika katup mekanik terlibat, dan menetap dalam beberapa jam atau hari, dan tak
lokasi infeksi adalah perivalvular dan komplikasi yang patognomonis untuk EI. Lesi Janeway berupa eritema kecil
biasa adalah periprosthetic leaks dan dehiscence, abses atau makula hemoragis yang tak nyeri pada tapak tangan
cincin dan fistula, disrupsi sistem konduksi dan perikarditis atau kaki dan merupakan akibat emboli septik. Roth spots,
ENDOKARDITIS 1705

perdarahan retina oval dengan pusat yang pucat jarang Pemeriksaan fisis yang cukup penting adalah
ditemukan pada EI. ditemukannya murmur yang merupakan petunjuk lokasi
Gejala muskuloskletal sering ditemukan berupa artr-algia keterlib atan katup ( 8 0- 8 5 7o). P ada EI dengan keterlibatan
dan mialgia, jarang artritis dan nyeri bagian belakang yang katup trilmspid murmur ditemukan pada 30-50% kasus pada
promlnen. presentasi awal. Murmur yang khas adalah blowing
Emboli sistemik merupakan sequellae klinis tersering holosistolik pada garis sternal kiri bawah dan terdengar
EI, dapat terjadi sampai 407o pasien dan kejadiannya lebih jelas pada saat inspirasi (Rivello-Carvallo maneu-
cenderung menurun selama terapi antibiotik yang efektif. ver). Sedangkan EI pada katup jantung kiri, murmur
Gejala dan tanda neurologis terjadi pada 30-407o pasien EI ditemukan pada lebih dari 9}To.TandaBl pada pemeriksaan
dan dikaitkan dengan peningkatan mortalitas. Strok fisis yang lain adalah kelainan kulit antara lain fenomena
emboli merupakan manifestasi klinis tersering. Manifestasi emboli, splenomegali, clubbing, petekie, Osler" s node dm.
klinis lain yaitu perdarahan intrakranial yang berasal dari Tesi laneway, lesi retina/Roth spots.
ruptur aneurisma mikotik, rdptur arteri karena arteritis Diagnosis EI perlu diwaspadai pada PNIV yang disertar
septik, kejang dan ensefalopati. gejala demam. Marantz el al, mendapatkan diagnosis EI
padal3To pasien PNIV yang menderita demam yang datang
ke Instalasi Gawat Darurat. Kecermatan dalam menentukan
ENDOKARDITIS PADA PENYALAHGUNA NAR KOBA diagnosis secara cepat, sangat membantu dalam
rNTRA VENA (PNrV) penatalaksanaan pasien secara optimal, sehingga terapi
terhadap EI dan komplikasinya dapat dilakukan sedini
Pada pasien PNIV, lokasi keterlibatan katup pada EI mungkin.
biasanya paling sering mengenai sisi kananjantung. sesuai
dengan patogenesis penyakit yang dikaitkan dengan Kultur Darah
infeksi dari kulit, kemudian melalui suntikan intravena akan Kultur darah yang positif merupakan kriteria diagnostik
dibawa mengikuti aliran darah vena menuju sisi kanan utama dan memberikan petunjuk sensitivitas antimikroba.
jantung. Penelitian di Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Beberapa peneliti merekomendasikan kultur darah diambil
Penyakit Dalam FKUURSUPN CM mendapatkan vegetasi pada saat suhu tubuh tinggi. Dianjurkan pengambilan
hanya pada katup trikuspid pada 80,8% kasus, vegetasi darah kultur 3 kali, sekurang kurangnya dengan interval
hanya pada katup mitral atau hanya pada katup aorta 1 jam, dan tidak melalui jalur infus. Pemeriksaan kultur
masing -mas in g seb esar 7,7 7o dan ve getasi c ampuran pada darah terdiri atas satu botol untuk kuman aerob dan satu
katup mitral dan aorla 3,87o. botol untuk kuman anaerob dan diencerkan sekurang-
Endokarditis infektif pada PNfV memberikan gambaran kurangnya 1:5 dalam brothmedia. Minimal jumlah darah
klinis, mikrobiologi dan prognosis yang berbeda daripada yang diambil 5 ml, lebih baik l0 ml pada orang dewasa.
EI non PNIV. Diperkirakan lebih daril6To kasus kasus EI Jika kondisi pasien tidak akut, terapi antibiotika dapat
pada PNIV terjadi pada sisi kananjantung, dibandingkan ditunda 2-4hati.
haryag%o pada non PNIV, dan melibatkan katup trikuspid
pada 40-697o kasus. Stafilokokus merupakan kuman
penyebab tersering EI pada PNIV. Peran Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi sangat berguna dalam
menegakkan diagnosis terutama jika kultur darah negatif.
DIAGNOSIS Demikian juga pada diagnosis bakteremia persisten di mana
sumber infeksi belum dapat diketahui. Deteksi
Diagnosis EI ditegakkan berdasarkan anamnesis yang ekokardiografi transtorakal (TTE) pada pasien yang
cermat, pemeriksaan fisis yang teliti, pemeriksaan dicurigai EI sekitar 50Vo.Padakatup asli sekitar 20% TTE
laboratorium antara lain: kultur darah dan pemeriksaan memperlihatkan kualitas suboptimal. Hanya25Vo vegetasi
penunj ang ekokardiografi. Investigasi diagnosis harus <5 mm dapat diidentifikasi, persentase meningkat sampai
dilakukan jikapasien demam disertai satu atau lebih gejala 70Vo padavegetasi >6 mm. Jika bukti klinis EI ditemukan,
kardinal; ada predisposisi lesi jantung atau pola ekokardiografi transesofageal (TEE) meningkatkan
lingkungan, bakteremia, fenomena emboli dan bukti sensitivitas kriteria Duke untuk diagnosis pasti EI.
proses endokard aktif, serta pasien dengan katup Sensitivitas TEE dilaporkan 88-1007o dan spesifisitas 91-
prostetik. 100Vo. Pada kasus yang dictrrigai terdapat komplikasi,
Pada anamnesis, keluhan yang paling sering ditemukan seperti pasien dengan katup prostetik dan kondisi tertentu
adalah demam (80-85%). Keluhan lain dapat berupa seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), atau
menggigil, sesak napas, batuk, nyeri dada, mual, muntah, terdapat deformitas pada dinding dada, ekokardiografi
penurunan berat badan dan nyeri otot atau sendi. transesofageal lebih terpilih daripada transtorakal.
1706 KARDIOI,OGI

Kriteria Mayor
Kriteria Endokarditis lnfektif 1 Kultur darah positif untuk El
Mengingat manifestasi klinis EI yang cukup beragam, A Mikroorganisme khas konsisten untuk El dari 2 kultur darah
terpisah seperti tertulis di bawah ini :
maka diperlukan suatu strategi diagnosis yang sensitif (i) Streptococci viridans, Streptococcus bovls atau grup
untuk mendeteksi penyakit dan spesifik untuk HACEK, atau
(ii) Community acquired Staphylococcus aureus alau
menyingkirkan penyakit lain. Durack et al, dari Universi- enterococci, tanpa ada fokus primer, atau
tas Duke mengajukan kriteria, yang terdiri dari berbagai B Mikroorganisme konsisten dengan El dari kultur darah
positif persisten di definisikan sebagai :
aspek baik secara klinis maupun histopatologis, dengan (i) > 2 kultur dari sampel darah yang diambil terpisah
mempeftimbangkan dan memasukkan hal-hal yang tersebut > 12.jam, atau
(ii) Semua dari 3 atau mayoritasdariZ4 kulturdarah
di atas. Kriteria Duke ini dapat dilihat pada Tabel2 dan 3. terpisah ( dengan sampel awal dan akhir diambil
terpisah>1jam)
2 Bukti keterlibatan endokardial
A Ekokardiogram positif untuk El didefinisikan sebagai
(i) Massa intrakardiak oscillating pada katup atau struktur
yang menyokong, di jalur aliran jet regurgitasi
El Definite atau pada material yang di implantasrkan tanpa ada
Kriteria Patologis alternatif anatomi yang dapat menerangkan, atau
Mikroorganisme : ditemukan dengan kultur atau histologi (ii) Abses, atau
dalam vegetasi, dalam vegetasi yang mengalami emboli, (iii) Tonjolan baru pada katup prostetik atau
atau dalam suatu abses intrakardiak,
Lesi patologis : vegetasi atau terdapat abses intrakardiak,
B Regurgitasi valvular yang baru terjadi (memburuk atau
berubah dari murmur yang ada sebelumnya tidak cukup
yang dikonfirmasi dengan histologis yang menunjukkan
endokarditis infektif Kriteria Minor
Kriteria Klinis, menggunakan definisi spesifik (lihat pada tabel '1 Predisposisi : predisposisi kondisi jantung atau pengguna obat
2) intravena
Dua kriteria mayor, atau 2 Demam: suhu > 38 C
Satu mayor dan 3 kriteria minor, atau 3 Fenomena vaskular: emboli arteri besar, infark pulmonal septik,
Lima kriteria minor aneurisma mikotik, perdarahan intrakranial, perdarahan
El Possible konjungtiva dan lesi Janeway
Temuan konsisten dengan El, turun dari kriteria definite 4 Fenomena lmunologis : glomerulonefritis, Os/er's nodes, Roth
Spots, dan faktor rheumatoid
tetapi tidak memenuhi kriteria rejected. 5. Bukti mikrobiologi : kultur darah positif tetapi tidak memenuhi
El Rejected kriteria mayor seperti tertulis di atas atau bukti serologis infeksi
Diagnosis alternatif tidak memenuhi manifestasi endokarditis aktif oleh mikroorganisme konsisten dengan EI
atau 6 Temuan ekokardiografi : konsisten dengan El tetapi tidak
Resolusi manifestasi endokarditis dengan terapi antibiotika memenuhi kriteria seperti tertulis di atas,
selama<4hari, Atau
Tidak ditemukan bukti patologis El pada saat operasi atau
autopsi, setelah terapi antibiotika selama < 4 hari
Durack, dkk tetap harus mempertimbangkan judgement klinis.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kriteria Duke ini
juga mempunyai keterbatasan, khususnya pada pasien
PNIV yang sudah mendapat terapi antibiotika sering
Kdteria Duke ini terbukti mempunyai sensitivitas yang ditemukan kultur darah yang negatif, kemungkinan lain
lebih tinggi dan lebih efektif dalam menegakkan diagnosis adalah teknis pengambilan kultur darah yang salah,
klinis dibandingkan kriteria von Reyn. Kedua kriteria di sehingga diagnosis EI definite sulit ditegakkan.
atas pada mulanya berkembang untuk riset klinis dan Kriteria Duke hanya merupakan petunjuk klinis untuk
epidemiologis. Karena EI merupakan penyakit yang diagnosis EI tentunya tidak harus menggantikan
heterogen dengan presentasi klinis yang sangat beragam, judgementklinis.
penggunaan kriteria seperti di atas saja tidaklah cukup.
Penilaian klinis tetap penting pada evaluasi pasien yang
dicurigai EI. Dokter dapat secara tepat dan bijak PENATALAKSANAAN
memutuskan untuk mengobati atau tidak pasien, tanpa
melihat apakah dapat memenuhi atau gagal memenuhi Penatalaksanaan kasus EI biasanya berdasarkan terapi
kriteria definite ata:u possible berdasarkan skema Duke. empiris, sementara menunggu hasil kultur. Pemilihan
Dalam praktek di lapangan kita sering mendapatkan antibiotika pada terapi empiris ini dengan melihat kondisi
kriteria yang tak memenuhi definite. Misalnya hanya pasien dalam keadaan akut atau subakut. Faktor lain yang
ditemukan adanya riwayat PNIV ( 1 kriteria minor), demam juga perlu dipertimbangkan adalah riwayat penggunaan
>38" C ( 1 krrteria minor) dan vegetasi di katup jantung ( 1 antibiotika sebelumnya, infeksi di organ lain dan resistensi
kriteria mayor). Berdasarkan kriteria Duke, maka pasien di obat. Seyogyanya antibiotika yang diberikan pada terapi
atas hanya memenuhi kriteria possible. Namun empiris berdasarkan pola kuman serta resistensi obat pada
pertimbangan diagnosis klinis EI dan penatalaksanaannya daerah tefientu yang evidence based.
ENDOKARDMS 1707

Pada keadaan EI akut, antibiotika yang dipilih haruslah


yang mempunyai spektrum luas yang dapat mencakup S.
aureusl Streptokokus dan basil gram negatif. Sedangkan American Heart Association ( AHA ) (2005)
pada keadaan EI subakut regimen terapi yang dipilih harus Katup Asli I Native Valve I
dapat membasmi streptokokus termasuk E. .faecalis. Arnpicillin-sulbaklam 12 grl24 iam dalam 4 4-6 minggu
Terapi empiris ini biasanya hanya diperlukan beberapa dosis terbagi
+ gentamisin sulfat 3 mg/kg/24 jam lV dalam 4-6 minggu
hari sambil .menunggu hasil tes sensitivitas yang akan 3 dosis terbagi atau
menentukan modi likasi terapi. vankomisin 30 mglkgl24 jam lv/lM dalam 2 4-6 minggu
Untuk memudahkan dalam penatalaksanaan EI, telah dosis terbagi
+ gentamisin sulfat 3 mg/kg/24 jam lV/lM 4-6 minggu
dikeluarkan beberapa guidelines (pedoman) yaitu: dalam 3 dosis terbagi
American Heart Association (AHA) dan European + siprofloksasin 1000 mgl24 jam per oral 4-6 minggu
Society of Cardiolog), (ESC). Rekomendasi yang atau 800 mgl24 jam lV dalam 2 dosis terbagi

dianjurkan kedua pedoman ini pada prinsipnya hampir Katup Prostetik ( < 1 tahun )
sama. Penelitian menunjukkan bahwa terapi kombinasi Vankomisin 30 mg/kg/24 jam dalam 2 dosis 6 minggu
terbagi
penisilin ditambah aminoglikosida membasmi kuman lebih + gentamisin sulfat 3 mg/kg/24 jam lV/lM 2 minggu
cepat daripada penisilin saja. dalam 3 dosis terbagi
Regimen terapi yang pernah diteliti antara lain: + sefepim 6 grl24 jam lV dalam 3 dosis 6 minggu
terbagi
seftriakson I x2 gram IV selama 4 minggu, diberikan pada
+ rifampisin 900 mg/24 jam peroral/lV dalam 6 minggu
kasus EI karena Streptococcus. Pemberian regimen ini 3 dosis terbagi
cukup efektif dan aman, praktis karena pemberiannya satu
European Society of Cardiology ( ESC )
kali dalam sehari, dan dapat diberikan sebagai terapi rawat (2004)
jalan.
Katup Asli ( Native Valve I
Beberapa penelitian lain juga melaporkan efektivitas Vankomisin 15 mg/kg lV tiaP '12 jam 4-6 minggu
regimen terapi oral: siprofloksasin 2 x 750 mg dan rifampisin + gentamisin 1 mg/kg lV tiap 8 jam 2 minggu
2 x 300 mg selama 4 minggu dan dapat diberikan pada Katup Prostetik
pasien rawatjalan Vankomisin 15 mg/kg lV tiap 12 jam 4-6 minggu
+ rifampisin 300-450 mg per oral tiap 8 jam 4-6 minggu
Regimen terapi vankomisin merupakan terapi pilihan + gentamisin 1 mg/kg lV tiap B jam 2 minggu
pada kasus EI dengan methicillin resistant Staphylococ-
cus oureus (MRSA), walaupun demikian respons klinis
yang lambat masih cukup sering ditemukan.
Infeksi HIV sering ditemukan pada pasien EI yang KOMPLIKASI
di sebabkan PNIY sekitar'7 5 Vo . P enatalaksanaanny a pada
prinsipnya sama, terapi antibiotika diberikan secara Komplikasi EI dapat terjadi pada setiap organ, sesuai
maksimal dan tidak boleh,dengan regimen terapi jangka dengan patofisiologi terjadinya manifestasi klinis (lihat
pendek. patofisiologi):
. Jantung: katup jantung: regurgitasi, gagal jantung.
abses
. Paru : emboli paru, pneumonia, pneumotoraks, empiema
TERAPISURGIKAL
dan abses.
Intervensi surgikal dianjurkan pada beberapa keadaan ' Ginjzrl: glomerulonelrifis

antara lain:
. Otak: perdarahan subaraknoid, strok emboli, infark
. Vegetasi menetap setelah emboli sistemik: vegetasi pada
serebral
katup mitral anterior, terutama dengan ukuran >10 mm
atau ukuran vegetasi meningkat setelah terapi
antimikroba 4 minggu. PENCEGAHAN ENDOKARDITIS INFEKTIF
. Regurgitasi aorla atau mitral akut dengan tanda-tanda
gagal ventrikel Beberapa kondisi jantung dikaitkan dengan risiko
. Gagal jantung kongestif yang tidak responsif terhadap endokarditis lebih besar dari populasi norunal. Kondisi ini
terapi medis dikelompokkan pada 3 kategori; risiko tinggi, risiko sedang
. Perforasi atau ruptur katup dan risiko rendah./tanpa risiko (Tabel 8).
. Ekstensi perivalvular: abses- besar atau ekstensi abses Kondisi non kardiak yang meningkatkan risiko El adalah
walaupun terapi antimikroba adekuat penyalahguna narkoba intravena (PNIV) yang
. Bakteriemia menetap setelah pemberian terapi medis dikalkulasikan 12 x lebih tinggi daripada non PNIV. Kondisi
yang adekuat. lain yang menjadi predisposisi EI adalah hiperkoagulasi,
1708 KARDIOITOGI

Regimen Dosis dan Cara


Lama Kekuatan
Minggu Rekomendasi
H ig h ly Pen i ci I li n-Susceptib/e
Aqueous crystalline 12-18 juta Ul24 jam lV secara kontinyus A
Penicillin G sodium atau dalam 4 atau 6 dosis terbagi sama
Atau
Ceftriaxone sodium 2 grl24 jam lV/lM dalam 1 dosis A
Aqueous crystalline 12-18 jula Ul24 jam lV secara kontinyus B
Penicillin G sodium atau dalam 6 dosis terbagi sama
Atau
Ceftriaxone sodium 2 grl24 jam lV/lM dalam 1 dosis 2 B
Ditambah
Gentamisin sulfat 3 mg/kg per 24 jam lV/lM dalam 1 dosis atau dalam 3 dosis terbagi sama 2
Vankomisin 30 mg/kg per 24 jam lV dalam 2 dosis terbagi tidak lebih dari 2 grl24 jam 4 B
Rel atively Re si stant to Pe n ic i I I i n
Aqueous crystalline 24 jula Ul24 jdm lV secara kontinyus
Penicillin G sodium atau dalam 4 atau 6 dosis terbagi sama
Atau
Ceftriaxone sodium 2grl24 jam lV/lM dalam 1 dosis 4 B
Ditambah
Gentamisin sulfat 3 mg/kg pet 24 jarn lV/lM dalam '1 dosis atau dalam 3 dosis terbagi sama 2
Vankomisin 30 mg/kg pet 24 jam lV dalam 2 dosis terbagi tidak lebih dari 2 grl24 jam 4 B

Regimen uosls dan Gara


Lama Kekuatan
Regimen Dosis dan Cara Minggu Rekomendasi
Oxaci I Ii n- s u scepti ble stra i n s Oxac i I I i n- s u sceptibl e strai n s
Nafcillin atau 12 grl24 jam lY b Nafcillin 12 grl24 jam lV >6
oxacillin dalam 4-6 dosis mrnggu atau dalam 6 dosis
terbagi sama oxacillin terbagi sama
Ditambah Ditambah
Tambahan 3 mg/kg per 24 3-5 hari Rifampin 900 mg per 24 jam >6
opsional jam lV/lM dalam lV/Per oral dalam
Gentamisin 2 atau3dosis 3 dosis terbagi
sulfat terbagi sama sama
Ditambah
Untuk pasien alergi penisilin Gentamisin 3 mg/kg per 24
jam lV/lM dalam2
Cefazolin 6 grl24 jam lV t) B
atau 3 dosis
dalam 3 dosis mrnggu terbagi sama
terbagi sama
Ox a c i I i n-resi sta nt stra i ns
Ditambah
Tambahan 3 mg/kg per 24 3-5 hari Vankomisin 30 mg/kg per 24 >6 B
opsional jam lV/lM dalam jam lV dalam 2
Gentamisin 2atau3dosis dosis terbagi
sulfat terbagi sama sama
Ditambah
Oxac i li n -resista nt strai n s Rifampin 900 mg per 24 jam
lV/Peroral dalam
Vankomisin 30 mg/kg per 24 6 3 dosis terbagi
jam lV dalam 2 m nggu sama
dosis terbagi Ditambah
sama Gentamisin 3 mg/kg per 24
jam lV/lM dalam2
atau 3 dosis
penyakit kolon inflamasi, lupus eritematosus sistemik, terbagi sama

pengobatan steroid, diabetes melitus, luka bakar,


pemakaian respirator, status gizi buruk dan hemodialisis.
Target primer pencegahan pada prosedur yang dan gastrointestinal sering mendahului berkembangnya
melibatkan rongga mulut, saluran pernapasan atau endokarditis enterokokkal sehingga target kumannya
esofagus adalah Streptococcus viridans, yang merupakan adalah enterokokkus. Jika dilakukan insisi dat drainage
penyebab sering katup asli dan katup jantung prostetik kulit dan jaringan lunak yang terifeksi, profilaksis
onset akhir-. Prosedur yang melibatkan traktus genitourinari difokuskan pada S.aureus.
ENDOKARDIfiS 1709

Risiko Sangat
Risiko Tinggi
Relatif
Risiko Sedang Rendah atau Tak Sett ng Regimen
Ada
Regimen standar Amoksisilin 3 gram per oral '1 jam
Katup jantung Prolaps katup Prolaps katup mitral sebelum prosedur, kemudian 1,5
prostetik mitral dengan tanpa regurgitasi atau gram 6 jam setelah dosis inisial
regurgitasi atau penebalan katup
Pasien allergi penisilin Eritromisisn etilsuksinat 800 mg,
penebalan katup
/ amoksisilin atau eritromisisn stearat 1 gram,
Endokarditis Stenosis mitral Regurgitasi katup peroral2 jam sebelum prosedur,
infektif trivial pada kemudian setengah dosis 6 jam
sebelumnya ekokardiografi tanpa seteiah dosis inisiai
abnormalitas
Pasien tak bisa Ampisilin 2 gram lM atau lV 30
struktural
mendapat terapi oral menit sebelum prosedur, kemudian
Penyakit jantung Penyakit katup Defek septum atrial ampisilin 1 gram lM atau lV, atau
kongenital trikuspid (sekundum) amoksisilin 1,5 gram per oral 6 jam
sianotik setelah dosis rnisial
Duktus Stenosis Plak arterisklerotik Pasien alergr penisilin / Klindamisin 300 mg lV 30 menit
arteriosus paten pulmonal amoksisilin / sebelum prosedur, kemudian 150
(PDA) Ampisilin tak bisa mg 6 jam setelah dosis inisial
Regurgitasi Hipertrofi septal Penyakit arteri koroner mendapat terapi oral
aorta asimetris sebelumnya Pasien dianggap Gunakan regimen standar untuk
Stenosis aorta Katup aorta Pacu jantung, sebagai risrko sangat prosedur genitourinari dan
bikuspid atau defibrilator implant Tinggi dan bukan gastrointestinal
sklerosis aorta kandidat untuk
kalsifikasi regimen standar
dengan Pasien dianggap risiko Gunakan regimen untuk pasien
gangguan sangat tinggi alergi yang menjalani prosedur
hemodinamik Alergi genitourinari dan gastrointestinal
minimal pen isilin/amoksilin/
Regurgitasi Penyakit Lesi intrakardiak yang ampisilin
mitral valvular dioperasi dengan
generatif pada tanpa/ minimal
usia lanjut abnormalitas
hemodinamik, pasca
operasi > 6 bulan
(ASD. VSD, PDA,
stenosis pulmonal )
Stenosrs mitral Lesi intrakardiak Operasi graft pintas Settrng Antibiotik Regimen
dan regurgitasi yang dioperasi koroner sebelumya
Pasien risiko Ampisilin plus Ampisilin 2 gram lV/lM
dengan tanpa / gentamrsin plus gentamisin 1,5
tinggi
minimal
mg/kg dalam 30 menit
abnormalitas prosedur, ulangi ampisilin
hemodinamik
1 gram lV/lM atau
pasca operasr
diberikan amoksisilin 1 gr
< 6 bulan
peroral 6 jam kemudian
Defek septum Penyakit Kawasaki
Pasien risiko Vankomisin Vankomisin 1 gram lV
ventrikular sebelumnya atau
tinggi, plus diinfus dalam 1-2 jam dan
(VSD) demam reumatik
Allergi penislin gentamisin selesai dalam 30 mentt
tanpa disfungsi
prosedur plus gentamisin
valvular
1,5 mg/kg lM/lV Tidak
Koartasio aorta direkomendasikan dosis
Lesi intakardiak kedua.
yang sudah Pasien risiko Amoksisilin Amoksisilin 2 gram
dioperasi sedang atau ampisilin peroral 1 jam sebelum
dengan prosedur atau ampisilin 2
abnormalitas gram lM/lV 30 menit
hemodinamik sebelum prosedur
alau device Pasien alergi Vankomisin Vankomisin 1 gram lV
prostetik penisilin, dinfus dalam 1-2 jam dan
Shunt pulmonal risiko sedang selesai dalam 30 rnenit
sistemik yang prosedur
dioperasi
17t0 KARDIOLOGI

Prosedur di mana pencegahan endokarditis infektif Durack DT. Infective and non-infective endocarditis. In : Schlant
direkomendasikan dapat dilihat pada tabel 9,10. Prosedur RC, Alexander RW, O'Rourke RA, Robert R, Sonnenblick EH.
The Heart 8 th Eds. New York , Mc Graw Hill Inc. 1994 p 1681-
dianjurkan pada semua pasien dengan semua risiko yang
709.
menjzLlani prosedur gigi yang menyebabkan perdarahan,
Francioii P, Etienne J. Hoigne R, Thys JP, Gerber A. Treatment of
namun ekstraksi merupakan risiko yang paling kuat streptococcal endoc:rditis with a single daily dose of ceftriaxone
terjadinya EI. Profilalsis tidak rutin direkomendasikarr pada and outpatient Lieatment feasibility. JAMA 1992:261 :264-7.
prosedur endoskopi dengan atau tanpa biopsi, karena Horstkotte D, Follath F, Cutschik E, et al. Guidelines on preven-
kejadian EI jarang dilaporkan. Profilaksis tidak tion. diagnosi-s and treatment of infective endocarditis The
direkomendasikan secara rutin pada kateterjsasi jantung Task Force on Inlective Endocarditis of the European Society
of Cardiology. Eur Heart J 2004100:1-37
atau TEE.
Heldman AW, Hartert TY Ray SC, Daoud EG Kowalski TE, Pompili
EJ et al. Oral antibiotic treatment of right sided staphylococcal
endocarditis in injection drug users : plospective randomized
REFERENSI cornparison with parenterzrI therapy. Am J Mcd 1996;l0l:68-
16.
Alwi I, Rahman AM, Mad-iid A, Ismail D, Harutr S, Suryadipradja
Heeht SR, Berger M Right sided endocarditis in intravenous drug
users Ann lntern NIed 1992:117:560-6.
RM. Endokarditis inleksi pada penyalahgunaan obat intraveu;t:
Habib G Derumeaux G Avierinos JF, Casalta JP, jamal F. Volot F et
spektrum ekokardiografi pada 26 kasus Nlakalah Bebas Oral
al. Value and limitations of the Duke criteria for the di.rgnosis of
KOPAPDI XI. Surabaya. 2000
infective endocarditis. J Am Coll Cardiol 1999;33:2023-9
Iladdour LM, Wilson WR, Bayer AS, er al [nfective endocarditis
Karchmer AW. Infective endocarditis ln : Braunwald's Heart Dis-
Diagnosis. antirnicrobial therapy. and nrarragement of
ease. A Textbook of Cardivascular Medicine 7 th Eds. Philadel-
conlplications. A Statement for Heaithcare Prolessionals From
phia, Elsevier Saunders. 2005.p. t633--58
tLre Committee on Rheumatic Fever, Endocuditis, and Kawasaki
Levine DP Fromm BS, Reddy BR Slow response to vancomycin or
Disease, Council on Cardiovascular Disease in the \bung, and
vancomycin plus rifampin in neth jcillin-resistant Staphl lo-
the Councils on Clinical Cardiology, Stroke tnd Cardiovascular
coccus aure[rs endocarCitis, Ann lntern \4ed l99l;115:674-80
Surgery and Anesthesia, American EIeart Association.
Mathew J. Addai T Anau A. Morrobel A, Maheshwari P, Freels S
Circulation 2005: I I I :e39:l-e.133
Clinical featnres, site of involvement, bacteriologic findings,
Bayer AS, Bolger AN. Tauberr KA. Wilson W, Steckclberg J.
and outcome ol infective endocarditis in intravenous drug users
Karchmel AW et al AHA Scientific Statement Diagnosis and
Arch Intern Med 1995;15-5:1641-8.
managernent of inf-ective endocarditis and its cornplications
Nalass RG Weinstein MP, Bartels J, Gocke DJ. Infective endocardi-
Circulation 1998 ;98:2936-48.
tis in intravenous drug users : a comparison of human inrmttno-
Brown M, Gdffin GE Immune responses in endocarditis. Editorial
deliciency virus tipe-l negative and positive patients J Infect
Heart 1998l.19:l-2.
Charnbers HE. Korzenioski OM, Sande MA. Staphylococcus aureus
Dis 1990:162:967-70.
Ribera E. N4ilo JM, Cortes E, Cruceta A. Melce J, Marco F et al
endocarditis: clinical manitestations in addicts and nonaddicts
Influence of human irnmunodeticiency virus-1 infection and
N{edicine 1983;62:170-1.
degree of immunosuppression in the clinical characteristics and
Cheitlein MD, Alpert JS, Armstrong WF, Aungemma CP, Beller GA,
outcome of infectire endocarditis in intlavenous drug users.
Biermzln FZ et al. ACC/AI{A Guidelines for the Clinical
Arch Intern Med 1998;158:2043-9.
Application of Ekokaldiograficardiography. A report of [he
Roberts R, Slovis CM. Endocarditis in intravenous drug abusers.
American College of Cardiology/American Heart Assoeiarion
Emergency Med Clin North Am. 1990;8:665-81.
Task Force on Practice GuideUnes (Comrnittee on Clinical Ap-
Shanson DC. New guidelines for the antibiotic treatment of strepto-
pLcation of Ekokardiograficardiography). Circulation
coccal, enterococcal and staphylococcal endocarditis J Anti-
1997:95:1 686-'7 44.
microbial Chemotherapy 19981,42:292-6
Durack DT, Lukes AS, Bright DK. New criteria for diagnosis of infec-
Wilson WR, Karchmer A1il, Dajani AS, Taubert KA. Bayer A. Kaye
tive endocarditis: utilization of spesific ekokardiograficardiographic
findings. Am J Med 199196:200-9
D et al. Antibiotic treatment of adult with infective endocardi-
tis due to streptococci, enterococci, sraphylococci, and HACEK
Dwolkin RJ, Lee 81, Sande MA, Chambers HF. Treatment of right
microorganisms. JAMA 1995:.21 4:1706-13.
sidcd Staphyloccus aurcus endocarditis in intravenous drug users
wiLh ciprofloxacin and rifampicin. Lancet 1989:107i-3
269
MIOKARDITIS
Idrus Alwi, Lukman H. Makmun

PENDAHULUAN penelitian miokarditis pada hewan oleh virus kardi<ltropik.


Garis waktu penelitian eksperimental miokarditis viral dapat
Miokarditis merupakan penyakit ffiamasi pada miokard, yang dilihat pada gambar 1. Setelah masuk tubuh melalui saluran
bisa disebabkan karena infeksi maupun non infeksi. cerna (enterovirus) atau melalui saluran napas (adenovi-
Patofisologi miokarditis belum sepenuhnya dimengerti. rus dan enterovirus), virus kadiotropik ini akan mengikat
Miokarditis primer diduga karena infeksi virus akut atau coxsackie odenoviral receptor (CAR), untuk
respons autoimun pasca infeksi viral. Miokarditis sekunder penggabungan genom virus ke dalam miosit.
adalah inflamasi miokard yang disebabkan patogen spesifik. Pada fase akut miokarditis viral (hari 0-3), tikus yang
Patogen ini mencakup bakteri, spiroseta, riketsia, jamur. diinjeksi dengan virus koksaki menunjukkan bukti
protozoa, obat, bahan kimia, obat fisika dan penyakit inflamasi sitotoksisitas virus langsung, dengan nekrosis miokard
lain seperti lupus eritematosus sistemik. Etiologi miokarditis tanpa infiltrasi sel inflamasi. Makrofag yang teraktivasi
karena infeksi yang terbanyak adalah infeksi viral, terutama mulai mengekspresikan interleukin (IL)-1u, IL-2, TNF-ct
enterovirus koksaki B. dan interferon gamma (IFN-o).
Pada sebagian besar pasien, miokarditis tak dapat Pada fase subakut (hari 4-14) terd"apat infiltrasi sel.natu-
diduga karena disfungsi jantung bersifat subklinis, ral killer (sel NK) yang memproduksi neutraLizing anti-
asimtomatik dan sembuh sendiri (self limited). Oleh karena body dan sel patogen yang dimediasi imun. Gelombang
miokarditis biasanya asimtomatik, maka data epidemiologi pertama infiltrasi sel terutama terdiri dari sel NK yang
yang ada berasal dari penelitian pasca mortem. Pada mempunyai 2 peran penting yaitu menghambat replikasi
pemeriksaan pasca mofiem miokarditis ditemukan sekitar virus (protektif) dan melepaskan perforin dan granzymes
1-9Vo, sehingga diduga miokarditis adalah penyebab utama yang membentuk lesi inti sirkular pada permukaan membran
kematian mendadak. sel yang terinfeksi virus (menimbulkan kerusakan miosit).
Sitokin merupakan mediator utama aktivasi imun. Kadar
n-),IL-Z danll--6 meningkat pada pasien miokarditis akut,
MIOKABDITIS VIRAL seperli juga TNF-cr dan ekspresi protein. Nitrik oksida yang
bermanfaat mempertahankan tonus vaskular, mungkin
mempunyai efek buruk pada miokarditis akut dan berperan
Patogenesis pada progresivitas kerusakan miosit.
Infeksi oleh virus kardiotropik merupakan hipotesis awal Pada fase kronik (hari 15-90) terjadi eliminasi virus dan
bahwa infeksi viral dapat menimbulkan kerusakan miokard. kerusakan miokardial yang terus berlanjut. Jantung tikus
Beberapa peneliti melaporkan bahwa disfungsi miokard yang terinfeksi mengalami hipertrofi dan fibrosis miokard
membaik setelah eradikasi penyebab infeksi dan menduga menetap. Sel inflamasi tak tampak lagi. Mekanisme yang
bahwapatogenesis miokarditis mungkin disebabkan 2 fase melibatkan transisi stadium ini menjadi kardiomiopati
berbeda kerusakan sel miokard; pertama akibat infeksi dilatasi belum sepenuhnya dipahami (Gambar I ).
virus langsung dan kedua akibat respons imun pejamu. Apoptosis atau kematian sel terprogram, mungkin
Pengertian respons imun spesifik yang mengakibatkan merupakan mekanisme patogenesis ketiga yang
kerusakan miokard sebagian besar berasal dari model mengakibatkan miokarditis menjadi kardiomiopati dilatasi'

tTrt
t7t2 I(ARDIOLOGI

Miokarditis akut Miokarditis subakut Miokarditis kronis

lnfeks
VITUS

sis

___N
r- \ Infiltrasi
ag sel mononuklear
I

*
Ekspresi Sel Natural Limfoslt T
killer ik
lo
t"
Perforin
Nitrit oksida ng
- interferon-y antibodies

0
Pembersihan virus

Gambar 1. Perjalanan waktu miokarditis viral eksperimental (Adaptasi dari Kawai)

Manifestasi Klinis Kadang-kadang pasien mengalami sindrom klinis yang


Manifestasi klinis miokarditis bervariasi, mulai dari serupa dengan infark miokard akut, dengan nyeri dada
asimptomatlk (sel,f-limited disease) sampai syok iskemia dan elevasi segmen ST pada EKG. Disfungsi pada
kardiogenik. Keterlibatan jantung biasanya muncul 7 ventrikel kiri mungkin muncul pada kurang dari setengah
sampai 10 han setelah penyakit sistemik. Gejala paling jelas pasien dan cenderung bersifat difus. Pada autopsi, arteri
yang menunjukkan miokarditis adalah sindrom infeksi vi- koroner biasanya masih paten, meskipun arteritis koroner
ral dengan demam, nyeri otot, nyeri sendi, dan malaise. viral pemah dilaporkan. Vasopasme koroner juga pernah
Sebagian besar pasien tidak mempunyai keluhan dihubungkan dengan miokarditis akut.
kardiovaskular yang spesifik namun mungkin memiliki Pasien mungkin mengalami sinkop atau palpitasi
kelainan segmen ST dan gelombang T pada dengan blok atrioventrikular (AV) atau aritmia ventrikular.
elektrokardiogram (EKG). Nyeri dada ditemukan sampai Blok AV lengkap umurri dijumpai, dan sebagian pasien
dengan 35 persen pasien dan mungkin berupa iskemia mengalami serangan Stokes-Adams. Blok jantung lengkap
yang khas, atau pada umumnya perikardial. Nyeri dada umumnya bersifat sementara dan jarang membutuhkan alat
biasanya menunjukkan perikarditis yang terkait, namun bantu jantung permanen. Pada evaluasi selama 20 tahun
terkadang dikarenakan adanya iskemia miokard. terhadap kematian mendadak pada anggota-anggola Air
Kardiomiopati dilatasi akut pada miokarditis limfositik F orc e baru, tercatat 20 persen yang mengalami miokarditis
dapat menyebabkan gagal jantung ringan, sedang, atau saat diautopsi. Pada beberapa pasien dengan aritmia
gagaljantung berat. Sebagian besar pasien dengan gejala ventrikel refrakter, biopsi endomiokardial atau autopsi
ringan mengalami tahap penyembuhan spontan fungsi menunjukkan adanya miokarditis. Penyakit tromboemboli
ventrikular dan normalisasi pada ukuran jantung. Pasien sistemik juga terkait dengan miokarditis.
dengan gagal jantung New York Heart Association Kecenderungan famrlial pada miokarditis dapat terjadi.
(NYHA) kelas III atau IV umumnya memiliki derajat Pada beberapa laporan, terdeteksi adanya defek sel
pelebaran ventrikular dan disfungsi ventrikel yang lebih supresor, menjadi predisposisi perkembangan ke arah
besar. Meskipun sebagian sembuh dengan spontan, miokarditis aktif. Pasien dengan kardiomiopati peripartum
diperkirakan bahwa separuh akan dihadapkan dengan memiliki frekuensi miokarditis yang lebih tinggi pada biopsi
gejala sisa disfungsi miokarditis dan seperempatnya akan endomiokardial. Perubahan-perubahan imunoregulasi
meninggal atau membutuhkan transplantasi jantung. pada saat kehamilan dan setelahnya mungkin
Pasien dengan miokarditis berat seringkali diserlai dengan meningkatkan miokarditis viral, dan pajanan terhadap
kolaps sirkulasi dan tanda-tanda disfungsi organ. Pasien antigen trofoblastik mungkin akan menyebabkan
seringkali mengalami demam, disfungsi miokard global kerusakan miokard yang dimediasi imun.
berat, dan peningkatan minimal dimensi ventrikular kiri dan
dimensi pada akhir diastolik. Dibutuhkan support sirkulasi Diagnosis
mekanik sebagai jembatan untuk transplantasi jantung atau Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya
penyembuhan. sindrom seperti flu atau mungkin asimtomatik. Pemeriksaan
MIOKARDITIS 1713

Elektrokardiograf i
lnfeksi EKG hampir selalu abnormal pada pasien miokarditis. EKG
Virus paling sering menunjukkan sinus takikardia. Lebih khas
Coxsackievirus, echovirus, HlV, virus Epstein-Barr,
influenza, cytomegalovirus, adenovirus, hepatitis (A dan
adalah perubahan gelombang ST-T. Dapat ditemukan
B), mumps, poliovirus, rabies, respiratory syncitial virus, perlambatan interval QTc, voltase rendah (low voltage),
rubella, vaccin ia, varicella zostet, a rbov i ru s dan bahkan pola infark miokard akut. Aritmia jantung
Bakteri seringkali ditemukan, termasuk blok jantung total,
Co ryn e bacte ri u m d i p hte ri ae, St re ptococ c u s pyog e n e s,
Staphylococcus aureus, Haemophilus pneumoniae, takikardia ventrikular dan aritmia supraventrikular
S a I mon e I I a spp., /Velsserla g o norrh oe ae, Le ptospi ra, terutama dengan adanya gagal jantung kongestif atau
Borrelia burgdorferi, Treponema pallidum, Brucella, inflamasi perikard.
Myobacterium tubercolosis, Actinomyces, Chlamydia
spp., Coxiella burnetti, Mycoplasma pneumoniae,
Rlcketfsla spp
Folo Rontgen Dada
Jamur
Candida spp , Aspergillus spp., Hlstoplasma,
Rasio kardiotorasik biasanya normal, terutama pada fase
s, C rypto cocc u s, Cocc i d ioi d i o myce s
Bl a sto myce awal penyakit sebelum terjadi kardiomiopati. Fungsi
Parasit ventrikel kiri yang menurun progresif dapat
Trypanosoma cruzii, Toxoplasma, Schistosoma, Trichina mengakibatkan kardiomegali. Dapat ditemukan
Noninfeksi manifestasi gagal jantung kongestif seperti sefalisasi atau
Obat-obatan yang menyebabkan reaksi edema paru.
h ipersensitivitas
Antibiotik: sulfonamida, penisillin, kloramfenikol,
amfoterisin B, tetrasiklin, streptomisin Ekokardiograf i
Antituberkulosis: isoniazid, para-aminosalicylic acid
Antikonvulsan: penindion, fenitoin, karbamazepin Ekokardiografi dapat menunjukkan disfungsi sistolik
Anti-inflamasi: indometasin, fenilbutazon ventrikel kiri pada pasien dengan dimensi ventrikel kiri
Diuretik: asetazolamid, klortalidon, hidroklorotiazid, yang berukuran normal. Kelainan gerakan dinding seg-
spironolakton
Lain-lain: amitriptilin, metildopa, sulfonilurea mental mungkin ditemukan. Ketebalan dinding jantung
Obat-obatan yang tidak menyebabkan reaksi mungkin bertambah, terutama saat permulaan penyakit,
h iperse n s it ivita s saatinflamasi sedang hebat. Trombus ventrikel terdeteksi
Kokain, siklofosfamid, litium, interferon alpha
Penyebab selain obat-obatan
sekitar l5 persen. Gambaran ekokardiografi pada
Radiasi, gianl miokarditis aktif dapat meniru restriktif, hipertropik, atau
cells, myocarditis
kardi omiopati dilatasi.

laboratorium dapat menunjukkan leukositosis, eosinofilia, Biopsi Endomiokardial


laju endap darah yang meningkat atau peningkatan MB Karena tidak adekuatnya pemeriksaan non invasif dalam
band of creatine phosphokinase (CKMB). Peningkatan menetapkan diagnosis miokarditis, diagnosis histologis
CKMB ditemukan pada kurang lebih 10 persen pasien, dianggap perlu untuk memastikan diagnosis. Biopsi
namun pemeriksaan troponin lebih sensitif untuk endomiokardial merupakan tes yang penting untuk
mendeteksi kerusakan miokard pada kecurigaan miokarditis. membuktikan diagnosis tersebut. Spesimen miokard
Dapat dijumpai peningkatan titer virus kardiotrofik. ventrikel kanan bisa didapatkan dengan mengakses vena
Dibutuhkan peningkatan empat kali lipat pada titer IgG jugularis interna kanan atau vena,femoralis. Biopsi
setelah lebih dari 4-6 minggu untuk mendokumentasikan intravaskular dari ventrikel kiri jarang dilakukan
infeksi akut. Peningkatan titer antibodi IgM mungkin dikarenakan angka kematian yang lebih tinggi. Bioptom
menunjukkan infeksi akut secara lebih spesifik ventrikular kanan yang tepat diletakkan di bawah
dibandingkan peningkatan pada titer antibodi IgG. fluoroskopi atau ekokardiografi untuk mengambil sampel
Sayangnya, peningkatan pada titer antibodi hanya septum interventrikel. Karena miokarditis dapat terjadi
menangkap respons infeksi virus yang masih baru dan setempat, maka sampel diambilminimal empat sampai enam
tidak menunjukkan keberadaan miokarditis aktif. Dilaporkan fragmen. Dengan menggunakan bioptom Stanford, sampel-
kelainan pada hitung limfosit T and B, namun tidak sampel pada umumnya memiliki diameter maksimal 2 sampai
konsisten dan tidak dapat digunakan sebagai penentu 3 mm dan berat basah 5 mg. Sampel-sampel tersebut
diagnostik. Tiga hal kiinis yaitu infeksi viral sebelumnya, diproses, ditempel pada parafin, diletakkan dan.diwarnai
perikarditis, dan kelainan laboratorium terkait yang dengan hematocylin-eosin dan trichrome. Beberapa
digunakan untuk mendiagnosis miokarditis karena peneliti melakukan biopsi endomiokardial pada pasien
coxsackie B dijumpai pada kurang dari 10 persen kasus dengan gagal jantung kongestif yang tak jelas dan/atau
yang terbukti secara histologis. aritmia venrikular.
1714 I(ARDIOLOGI

Kriteria Histologis Miokarditls


Persentase pasien dengan hasii biopsi yang diinterpletasi
sebagai miokarditis bervariasi Iuas. Hal ini pada dasarnya
karena acianya perbedaan hriteria diagnosis untuk
miokariiti s aktil' vang ,Jigunaltnn oleh peneliti.
Ketidakpastian kriteria biopsi endomiokardial ini
r-nenyebabkan adanya pertemlian bagi patololi jantLrng
tuntuk mencapai kesepakatan umuln ciefinisi patologis
miokarditis, yang sekarang dikenal sebagai kriteria Dailas.
Kriteria ini membagi hasil biopsi menjadi miokarditis,
rriiokarditis borderline. atau tidak ada miokarditis.
Miokarditi s akti f
di defin i sil<an sebagai in-til trat i nfl am asi
pada miokarci ciengan nekrosis dan atau ciegenelasi miosit,
tidak khas acianya kerusakan iskenria yang terkait dengan
PJK. N{iokardttis horderllne digunakan jika infiltrat
inflarnasi terlalu ringan ataLl saat kerusakan rriosit tidak
tampalt. Frekuensi rniokarditis aktif yang tinggi dikonfirmasi
dengan pengu!angai.r biopsi pada pasien yang sampel
histoiogis ter-daliulunya n'renunjukkan miokardit!s
horde rlin e .

Meskipun kritcria Dalias menyamakan deskripsi sampel


biopsi, garnbaran histopatologis sendiri mungkin tidak
cukup Lrntuk mengidentifikasi keberadaan miokarditis aktif.
Skema klasifikasi alternatif sudah dianj urkan. tennasuk satu
yang menggabungkan kriteria histopatologis dan klinis.
N{iokarditis terbagi rnenjadi empat sub-grup fulminan Gambar 2. Gambaran Histopatologis Miokardium Normal
(kuat), akut, kronik aktif-, dan kronik persisten, Penggunaan (A,X100), Miokarditis Borderline (8,X100,C,X350), Miokarditis
Aktif (D,X100,E,X300), Menurut Kriteria Dallas (Dikutip dari Feldman
petanda inflamasi imunohistologis, seperli histocontpttt - AM, et al N Engl J Med 2000;1388-98)
ibilittt leukocyte antigenr (HLAs) pada miosit atau
pendeteksian terhadap autoantibodi, mungkin membantu
biopsi negatif, kemungkinan tidak terdeteksinya inflamasi
diagnosis.
dapat terjadi. Proses penggarnbaran antimiosin dapat
Biopsi endomiokardial harus dilaksanakan secepat inendeteksi kerusakan miosit tanpa membutuhkan
mungkin untuk memaksimalkan hasil diagnosis. Resotrusi
etiologi, dan penyebab kerusakan otot jantung non
miokarditis aktif dapat dijumpai dalam waktu 4 hari dari
inflamasi. Pada pasien muda dapat terjadi scan positif
biopsi awal, dengan penyembuhan progresif dalarn u'aktu palsu. Kegunaan skintigrafi dalam mendiagnosis
beberapa minggu pada biopsi serial. Perkembangan
miokarditis terbatas oleh rendahnya spesifisitas dan
miokarditis aktif menjadi kardiomiopati dilatasi didapatkan pajanan terhadap radiasi.
saat biopsi serial dilakukan.
Perubahan jaringan sehubungan dengan miokarditis
mungkin bisa diidentifikasi dengan menggunakan nktg-
Studi Noninvasif netic resonance intaging (MRI). Hasil-hasil awal
Meskipun skin ti grafi etium 9 9 m- py r o p ho s p hat e Lelah
te c hn menunjukkan infl amasi miokard mungkin menyebabkan
terbukti berguna dalam mendeteksi miokarditis pada model intensitas sinyal dinding miokard abnormal. Penggunaan
murin, namun tidak ef'ektif dalam mendiagnosis miokarditis T2-,,veighted imoges untuk memvisualkan edema jaringan
pada manusia. Proses penggambaran dengan gallium 67, telah dilaporkan dalam beberapa laporan kasus pasien
radioisotop infkunnat b n-avld, cukup menj anj ikau se bagai dengan miokarditis aktif. Baru-baruini, contrast medium-
metode skrining untuk miokarditis aktif, dengan spesitisitas enhanced MRI telah digunakan untuk mendeteksi
dan sensitivitas sebesar 83 persen dan niiai prediksi negatif perubahan miokardial pada miokarditis. Obat kontras dalam
sebesar 98 persen pada miokarditis yang terbukti dengan proses pencitraan MRI yai::u gadopentetate dimeglumine
biopsi. Scan dengan Indium lll - labeled antimyosin berkumpul pada lesi-lesi inflarnasi. Bahan tersebut bersifat
ttntibodl, dapat digunakan untuk mendeteksi nekrosis pada ruang ekstraseiular jaringan
hidrofilik yang berkumpul
miosit. Penggunaan teknik ini pada pasien miokarditis yang mengandung air. Gadolinium meningkatkan sinyal
menunjukkan sensitivitas 83 persen, spesifisitas 53 persen. Tl+veighted images. Pada sejumlah 19 pasien dengan
dan nilai prediksi negatif scan nonnal sebesar 92 persen. dugaan miokarditis secara klinis dan 18 subyek normal
Pada pasien-pasien yang antibodi antimiosin positif dan melalui contrast-enhanced MRI, menunjukkan
MIOKARDITIS 1715

peningkatan global relatif lebih tinggi pada pasien lmunosupresif


dibandingkan dengan kontrol. MRI kontras dan Keberhasilan terapi imunosupresan pada miokarditis viral
pemrosesan gambar ekokardiografi digital dapat aktif mengarah ke Myocarditis Treatment TriaL y ang besar.
rnemvisualkan area inflamasi dan berapa besar inflamasi Dalam studi ini, 11 I pasien dengan miokarditis yang
tersebut, dan juga terbukti berguna sebagai teknik dalam terbukti dengan biopsi dan dengan fraksi ejeksi ventrikel
diagnosis dan pemantauan aktivitas penyakit. l<ti < 457o diacak untuk menerima terapi konvensional saja
Meskipun teknik-teknik noninvasif cukup menjanjikan, atau terapi imunosupresan dengan prednison yang
biopsi endomrokardial tetap menjadi standar baku dalam dikombinasikan den gan azatioprin atau si klosporin. Titik
diagnosis. akhir primer penelitian tersebut adalah perubahan pada
fraksi ejeksi setelah 28 minggu. Untuk semua pasien, rata-
rata peningkatan fraksi ejeksi di atas keadaan awal adalah
Penatalaksanaan
9 persen.
Perawatan suportif merupakan terapi lini pertama pada
Studi yang lebih baru mengamati penggunaan terapi
pasien miokarditis akut. Pada pasien dengan gejala gagal
imunosupresif pada pasien-pasien dengan kardiomiopati
jantung, terapi mencakup diuretik untuk menurunkan
dilatasi dan bukti imunohistokimia inflamasi. Delapan puluh
tekanan pengisian ventrikel; inhibitor angiotensin-
empat pasien dengan kardiomiopati dilatasi setidaknya 6
converting enzyme untuk menurunkan resistensi
bulan yang telah mengalami peningkatan ekspresi HLA
vaskular; penyekat betajika kondisi klinis sudah stabil,
pada spesimen biopsi endomiokardial diacak untuk
dan antagonis aldosteron. Karena digoksin telah terbukti
menerima terapi gagal jantung standar atau yang
dapat meningkatkan ekspresi sitokin inflamasi dan
dikombinasikan dengan prednison dan azatioprin. Setelah
mortalitas pada model murin miokarditis viral, maka obat
pemantauan selama 2 tahun, tidak ada perbedaan pada
tersebut harus digunakan secara hati-hati dan dalam dosis
titik akhir primer gabungan kematian, transplantasi, atau
rendah.
perawatan ulang di rumah sakit. Pasien yang dirawat
Pada pasien dengan keluhan hebat, seperti kolaps
dengan terapi imunosupresif mengalami peningkatan fraksi
hemodinamik, perawatan suportif mencakup terapi
ejeksi bermakna pada bulan ke-3 dan ke-24.
inotropik intravena dan alat support sirkulasi mekanis yang
dapat digunakan untuk menjembatani pasien yang akan
dilakukan transplantasi jantung. Adanya antmia atrial atau lmunoglobulin lntravena
ventrikular dapat diberikan antiaritmia yang tepat atau Intravenous immune globulin (IVIG) dosis tinggi memiliki
mungkin implantasi defi brilator. sekaligus efek modulasi imun dan antivirus. Pemberian
IVIG untuk anak-anak dengan kardiomiopati onset baru
dan untuk perempuan dengan kardiomiopati peripallum
Antiinflamasi terkait dengan peningkatan signifikan pada fungsi
Diterimanya hipotesis immune - me diate d inj ury telah ventrikular. Sayangnya, saat IVIG diuji pada penelitian
mendorong penelitian untuk membuktikan apakah terapi
prospektifyang dikontrol dengan plasebo pada62 pasien
dengan kardiomiopati dilatasi onset baru dan fraksi ejeksi
anti-inflamasi dapat memberikan keuntungan klinis
<40Vo, hasilnya mengecewakan. Meskipun fraksi ejeksi
tambahan pada pasien dengan kardiomiopati dilatasi
inflamasi yang dirawat dengan regimen gagal jantung meningkat 16 persen dalam I tahun pada kelompok yang
konvensional. Parillo mempelajari 102 pasien dengan mendapat IVIG, peningkatan ini pada dasarnya sama
kardiomiopati dilatasi dan mengklasifikasikannya sebagai dengan mereka yang menggunakan plasebo. Maka tidak
"reaktif ', dengan bukti endomiokardial atau laboratorium ada keuntungan pemberian obat imunomodulator.

inflamasi yang berlanjut, atau "nonreaktif." Titik akhir Secara keseluruhan, penelitian yang ada tidak
primer studi tersebut adalah peningkatan pada fraksi ejeksi mendukung penggunaan rutin terapi imunosupresif pada
ventrikel kiri sebesar atau lebih besar dari 5 persen. Pada miokarditis. Data kini menunjukkan bahwa sub-grup
pemantauan setelah 3 bulan, 67 persen pasien reaktifyang dengan miokarditis berlanjut mungkin dengan
menerima prednison mencapai titik akhir ini, dibandingkan imunosupresi, meskipun belum ada metodologi serupa
dengan hanya 28 persen pada kelompok kontrol reaktif. untuk mengidentifikasi mereka.
Setelah 9 bulan pemantauan, peningkatan fraksi ejeksi
ventrikel kiri yang disebabkan oleh prednison sudah tidak Antivirus
ditemukan. Pasien-pasien nonreaktif tidak mengalami Penggunaan terapi antivirus kini sedang dipertimbangkan
peningkatan dengan prednison. Meskipun didapat hasil- dr European Study of Epidemiology and Treatment of
hasil negatif tersebut, para pengamat menyimpulkan bahwa Cardiac Inflammato ry D is eas €, Pasien-pasien dengan
terapi prednison dapat memberikan peningkatan yang titer enteroviral positif diacak dengan terapi interferon alfa
cukup dalam titik akhir klinis, tapi hanya pada subpopulasi atau plasebo, sementara miokarditis sitomegalovirus
reaktif tertentu. (CMV) mendapat terapi immunoglobin intravena atau
17t6 I(ARDIOLOGI

plasebo" Titik akhir primer ( primary end poinf) penelitian perawatan lanjutan yang hati-hati untuk pasien-pasien ini
ini adalah peningkatan fraksi ejeksi sebesar atau lebih diindikasikan untuk mendeteksi perkembangan awal
besar dari 5 persen. di sfungsi ventrikel kiri. Tatalaksana gagal jantung secara
konvensional dapat meringankan gejala-gejala yang
Prognosis berhubungan dengan jantung.
Sekitzr sepertiga karditis klinis yang sembuh akan memiliki
beberapa kelainan jantung, mulai dari perubahan ringan Sitomegalovirus
pada EKG sampai gagal jantung. Kurang lebih 40 pef,sen CMV mungkin akan mengarah ke miokarditis dalam populasi
dari seluruh pasien akan senlbuh total. Pada saat ini tidak pada umumnya, tapi umumnya miokarditis adalah self-lim-
ada kriteria klinis yang dapat memprediksi dengan tepat ited dar tak memiliki gejala. Pada resipien transplantasi
siapa yang akan sembuh, meskipun sebagian besar pasien jantung, miokarditis CMV mungkrn menjadi penyakityang
dengan penurunan ringan fraksi ejeksi ventrikel kiri dan lebih serius, yang akan menyebabkan disfungsi jantung.
gagal jantung NYHA kelas I atau II sembuh secara total. Perawatan untuk miokarditis CMV adalah ganciclovir
Anehnya, pasien-pasien dengan miokarditis berat memiliki intravena, yang secara efektif menyingkirkan virus tersebut.
kesembuhan jangka panjang yang sangat baik. tak Infeksi CMV dini berhubungan dengan perkembangan ai-
terpengaruh oleh pengalaman kolaps sirkulasi sebelumnya. lograft penyakitjantung koroner, yang menladi penyebab
Dalam sebuah studi, kemampuan bertahan jangka panjang utama kematian setahun setelah transplantasi jantung.
tanpa transplantasi adalah 93 persen, jika dibandingkan Infeksi fibroblas subintimal atau sel-sel endotel akan
derrgan 45 persen untuk mereka yang memiliki miokarditis menyebabkan kerusakan imunologis yang mengarah ke
akut. kondisi yang fatal.
Prognosis miokarditis tergantung pada bahan
klinis berlanjut, rata-
kaus atifnya, namun j ika gagal j antung
rata angka kematian 5 tahun adalah sekitar 50 sampai 60 NONVIRUS
persen. Inflamasi kronis, persistensi virus, atau keduanya
mungkin mempengaruhi perkembangan penyakit dan prog- Penyakit Chagas'
nosis. Terapi di masa mendatang perlu mengidentifikasi American tripanosomiasis, atau penyakit Chagas' ,

faktor predominan target perawatan dan diharapkan merupakan penyebab paling umum gagal jantung kongestif
meningkatkan ketahanan hidup. di dunia. Kondisi ini disebabkan oleh gigitan reduviid bug,
yang diikuti dengan infeksi oleh Trypanosoma cruzi, dan
Hu man I mm u nodeticiency Vi rus endemis pada daerah pedesaan di Amerika Selatan dan
Human immunodeficiency virus (HIV) dikenal luas sebagai Tengah.
penyebab kardiomiopati dilatasi. Etiologi kardiomiopati
mungkin berasal dari infeksi sel-sel miokardial oleh HIV Patogenesis
atau koinfeksi dengan virus-virus kardiotropik lainnya, Patogenesis kardiomiopati kagasik kronik masih
respons autoimun pasca viral atau keracunanjantung oleh kontroversial karena parasit tersebutjarang muncul pada
obat-obat terlarang atau terapi obat. Barbaro et al. miokardium. Seperti pada model kardiomiopati maka cedera
mempelajan perkembangan kardiomiopati dilatasi pada 952 jantung dianggap melalui mediasi proses imunologis.
pasien HlV-positif tanpa gejala. Pasien-pasien dengan Respons kekebalan selular dan humoral keduanya sudah
c atatarr pen g gunaan ob at-obatan terl aran g, penyakit diimplikasikan pada cedera miokardial. Biopsi miokardial
jantung yang lebih awal, penatalaksanaan sebelumnya menunjukkan, infiltrat inflamasi pada penyakit Chagas'
dengan obat-obatan antiretroviral atau imunomodulator, kronis sebagian besar terdiri dari sel-sel CDS+ T. Hal ini
atau fraksi ejeksi <50 persen dikeluarkan dari studi menunjukkan bahwa ada beberapa tingkatan depresi
prospektif. Dalam 60 bulan perawatan lanjutan, 8 persen imunologis pada induk, sehubungan aktivasi sel-sel Z
pasien mengalami kardiomiopati, dengan rata-rata angka helper dkenal sebagai mekanisme perlahanan paling efektif
kejadian pertahun 16 kasus per 1000 pasien. Faktor yang terhadap parasit. Beberapa peneliti mengusulkan ekspresi
memungkinkan perkembangan kardiomi opati adalah C D4 terbatas sel-sel CD4+ T selama infeksi T. cruzi akut
cell count di bawah 400/mL. Infeksi koeksisten dengan mungkin berhubungan dengan mekanisme toleransi yang
coxsackievirus grup B, CMY dan virus Epstein-Barr dapat disebabkan oleh parasit tersebut. Bukti hal ini dapat dilihat
dideteksi pada sebagian kecil pasien. Penelitian lainnya pada penelitian yang menunjukkan penambahan IL-1
menunjukkan lama penyakit dan penggunaan obat-obatan invitro mengembalikan fungsi sel T helper, sehingga
terlarang sebagai faktor yang berperan dalam diduga terdapat defek makrofag dalam proses ini. Lebih
perkembangan penyakit. lanjutnya, Il,-2 dan reseptor IL-2 tidak ditemukan atau
Karena gejala-gejala gagal jantung dan HIV bisa jadi hanya ada sedikit dalam infiltrat inflamasi, membuktikan
sangat mirip (misalnya kelelahan, wasting, dll) mungkin peran subset T-helper yang tidak besar pada penyakit ini.
MIOKARDITIS 1717

Manifestasi Klinis Penatalaksanaan


Penyakit parasit ini memiliki fase akut, di mana penyebaran Perawatan untuk penyakit Chagas' kronis adalah
hematogenous parasit tersebut akan menginvasi jaringan simtomatik dan termasuk alat pacu jantung untuk blok
dan sistem organ. Invasi tersebut diikuti dengan reaksi j antun g total, imp lantt ab I e car di ov e rt e r-d efi b ri llat o r
inflamasi hebat dengan sel-sel mononuklir dan manifestasi (ICD) untuk aritmia ventrikel rekuren, dan terapi standar
klinis demam, berkeringat, mialgia, miokarditis, untuk gagal jantung kongestif seperti pada bentuk
hepatosplenomegali, dan case fatality rate sekitar 5 persen. miokarditis lainnya. Obat antiparasit seperti Nifurtimoks
Sebagian besar pasien sembuh dari fase akut dan dan benzimidazol menghilangkan parasitemia selama fase
memasuki fase laten tanpa gejala, namun 20 sampai 30 akut dan biasanya menyembuhkan. Obat tersebut harus
persen akan menjadi kronis sampai dengan 20 tahun sejak dipertimbangkan jika penyakit tersebut belum pernah
infeksi peftama. dirawat sebelumnya dan mungkin dapat dipergunakan
Tahap kronis adalah hasil penghancuran jaringan sebagai profilaksis jika kemungkinan besar penyakit
yang bertahap. Saluran cerna dan jantung merupakan muncul kembali, misalnya mengikuti terapi imunosupresif.
lokasi keterlibatan yang tersering, dengan penyebab Peran terapi imunosupresif untuk miokarditis chagas masih
kematian utama adal ah gagal jantung. Di dalam kontroversial, dan transplantasi jantung efektif untuk
abdomen, penghancuran pleksu s mi enterik menyebabkan penyakit jantung refrakter tahap akhir.
pembentukan megaesofagus dan megakolon. Pada Lyme Carditis. Penyakit Lyme disebabkan oleh infeksi
jantung, miofibril dan serat-serat Purkirye digantikan oleh spiroseta Borrelia burgdorferi, dikenali dengan gigitan
jaringan fibrosa, yang akan menyebabkan kardiomegali, kutu. Gejala awal yang menyertai pasien-pasien dengan
gagal jantung kongestif, blok jantung, dan aritmia. penyakit ini yang berlanjut ke keterlibatanjantung seringkali
Penemuan-penemuan mikroskopis menunj ukkan adanya adalah blok jantung total. Disfungsi ventrikel kiri dapat
librosis luas, tapi seringkali ada infiltrat selular kronik dijumpai tapi jarang. Biopsi endomiokardial mungkin
yang terdiri dari limfosit, sel-sel plasma, dan makrofag, menunjukkan miokarditis aktif. Spirosetes jarang ditemukan
dan ditemukan parasit-parasit pada sekitar seperempat pada biopsi. Pemberian korlikosteroid sangat me'li1bantu
paslen. mengatasi Lr-me carditis sebagai tambahan terapi tetrasiklin.

Diagnosis Penyebab lnfeksi Kardiomiopati Lainnya


Diagnosis penyakit akut tergantung pada ada-tidaknya Di antara sekian banyak etiologi infeksi lainnya adalah
tripomastigotes dalam darah individu.yang terinfeksi. Toxoplasma gondii, yang dapat disembuhkan dengan
Pada infeksi yang kronis, diagnosis langsung kurang pirimetamin dan sulfadiazin dan paling sering muncul pada
berguna karena tripomastigotes yang beredar dalam pejamu dengan defisiensi imun. Leptospirosis adalah
sirkulasi darah lebih sedikit. Xenodiagnosis (di mana penyebab umum lainnya pada kasus miokarditis fatal. Lima
pasien digigit dengan reduviid bugs yang puluh persen kasus memiliki perubahan gelombang ST dan
dikembangkan di laboratorium, lalu parasit itu akan TpadaEKG.
diidentifikasi dalam pencernaan serangga tersebut)
adalah tes yang pahng berguna, yang akan mendeteksi
adanya infeksi pada sekitar separuh pasien. Tes fiksasi Karditis Reumatik
komplemen (tes Machado-Guerreiro) juga memiliki Salah satu jenis miokarditis yang menurun secara
sensitivitas dan spesifisitas untuk mengidentifikasi mendadak kejadiannya pada setengah akhir dari abad dua
penyakit Chagas' kronis. Tes laboratorium lainnya, puluh adalah karditis reumatik. Tersedianya antibiotik dan
tergantung pada tes serologi positif (seperti indirect perubahan-perubahan pada virulensi dan serotip
immtrn o.fl uo re s c e nt ant ib o dy, en z.y me - I inke d immun o - Streptokokkus grup A mungkin menjelaskan penurunan
sorbent assa), , dan tes hemaglutinasi) bersamaan kejadian penyakit saat ini.
dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang cocok Demam reumatik akut dapat terjadi pada anak kecil dan
dengan penyakit Chagas'. remaja. Penyakit tersebut umumnya merupakan kelanjutan
Biopsi endomiokardial mungkin menunjukkan dari faringitis karena streptokokkus grup A. Karditis
miokarditi f meng gunakan kriteria Dallas. Penilaian
s akti reumatik bisa disebabkan oleh efek langsung beberapa
noninvasif umumnya menunjukkan kelainan gerakan produk streptokokkus versus mekanisme kekebalan. Strep-
dinding segmental, khususnya aneurisma apikal. tokokkus grup A memiliki komponen struktur yang mirip
Penemuan pada EKG termasuk blok jantung lengkap, blok dengan struktur jaringan manusia. Antibodi terhadap
atrioventrikular, atau blok cabang berkas kanan, dengan streptokokkus bereaksi silang dengan glikoprotein katup
atau tanpa blok fasikular pada 1 1 persen individu yang jantung. Serum pasien demam reumatik mengandung
terinf-eksi. Aritmia ventrikular mungkin memerlukan obat- autoantibodi untuk miosin dan sarkolema. Nodul ini dapat
obatan antiaritmia. bertahan bertahun-tahun setelah sebuah serangan akut.
1718 I(ARDIOI.OGI

Makrofag yang mengandung miosin pernah diidentifikasi alergi terhadap macam-macam obat (Tabel 1). Metildopa,
dalam nodul tersebut. penisilin, sulfanomida, tetrasiklin, dan obat-obat
Diagnosis klinis dibuat menggunakan kriteria Jones. antituberkulosis adalah obat-obatan yang paling sering
Manifestasi utama adalah karditis, poliartritis, korea, eritema terkait dengan hal ini. Penyakit tersebut mempunyai ciri
marginatum, nodul subkutan, dan bukti infeksi sfreptokokkal adanya eosinofilia perifer dan penyusupan eosinofil ke
yang akan muncul (misalnya kultur tenggorok positif, dalam miokardium, multinucleated giant cells. dan
riwayat demam, peninggian titer antistreptolisin). Kriteria leukosi t. Penatalaksanaan dengan menghentikan bahan-
minornya adalah penemuan nonspesifik misalnya demam, bahan penyebab dan menggunakan kortikosteroid.
artralgia, demam reumatik sebelumnya atau penyakit Sayangnya, kondisi ini seringkali tidak disadari dan
jantung reumatik. Peninggian laju endap darah atau C- manifestasi pertama dari keterlibatan jantung adalah
reactive protein, dan interval PR memanjang. Diagnosis kematian mendadak disebabkan oleh aritmia.
dibuat berdasarkan adanya dua kriteria mayor atau satu
kriteria mayor dan dua kriteria minor. G ia nt-ce I I M yocard iti s
Dua pertiga pasien yang mengalami faringitis, akan Giant-cell mlocarditis sangat jarang namun merupakan
diikuti dengan gejala-gejala demam reumatik dalam I bentuk miokarditis yang agresif miokarditis, umumnya
sampai 5 minggu, dengan rata-rata presentasi 18,6 hari. progresif dan tidak respons terhadap terapi medis.
Karditis berat yang mengakibatkan kematian dapat terjadi, Penyakit ini paling umum terjadi pada remaja, dengan usia
namun jarang. Gagal jantung kongestif ditemukan hanya rata-rata saat onset 42 (dan berkisar antara l6 sampai 69
sebanyak 5 sampai 10 persen kasus. Biasanya karditis tahun). Hubungan dengan kelainan-kelainan autoimun
tersebut ringan, dengan efek predominannya adalah lainnya dilaporkan pada kurang lebih 20 persen kasus.
jaringan parut pada katup jantung. Demam dan murmur
Diagnosis dibuat berdasarkan biopsi endomiokardial.
jantung, menggambarkan valvulitis akut. Keterlibatan
Nekrosis multifokal atau luas dengan infiltrat inflamasi
katup mitral tiga kali lebih sering daripada katup aorta; campuran temasuk limfosit dan histiosit dibutuhkan untuk
karena itu murmur pada katup mitral lebih sering dijumpai. diagnosis histologis. Eosinofil seringkali ditemukan,
Regurgitasi mitral adalah penemuan yang paling sering. seperti halnya multinucleated giant cells sebagai ganti
Murmur midsistolik pada apeks terkadang dapat didengar, granuloma. ImmunophenoD)ping infiltrat selular
disebut murm ur Carey Coombs dan keberadaanya hampir menunjukkan populasi limfosit terdiri dari T-heLper atalu
selalu memastikan adanya valvulitis mitral. pada beberapa kasus sel-sel T-supressor.
Tidak ada penemuan EKG yang khas, meskipun inter"val Manifestasi klinis biasanya berupa gagal jantung
PR memanjang dan perubahan gelombang ST-T nonspesifik
kongestif progresif dan seringkali berhubungan dengan
seringkali dijumpai. Bi opsi endomiokardial menunjukkan aritmia ventrikular refrakter. Angka harapan hidup buruk.
ttodul Aschoff dan juga infiltrat interstisial selular difus Laporan kasus dari the Giant Cell Mvocarditis Registry
termasuk limfosit, sel polimorfonuklear, histiosit, dan menunjukkan bahwa penatalaksanaan dengan regimen
eosinofil. Tes laboratorium yang menunjukkan demam imunosupresif tertentu, bukan hanya steroid, dapat
reumatik termasuk antibodi antistreptolysin O (ASTO) dan memperpanj ang kemungkinan bertahan tanpa transplantasi
anti-DNAase B, peninggian LED, dan peningkatan C-reac- sampai beberapa bulan. Beberapa pasien mungkin
tive protein. Manifestasi di luar jantung umumnya muncul membutuhkarr support sirkulasi mekanis sebelum
sebagai poliarlritis migrasi pada sendi besar. transplantasi. Transplantasi jantung merupakan pilihan
Aspirin dan penisilin merupakan terapi terperlting. penatalaksanaan yang terbaik meskipun ada kemungkinan
Kortikosteroid juga dapat meredakan gejala. Perbaikan rekuren pada jantung yang ditransplantasi. Giant cells
katup rnitral selama karditis akut berkaitan dengan risiko dapat dideteksi pada pengamatan biopsi rutin sampai
kematian yang lebih tinggi dan harus dilakukan hanya saat dengan 9 tahun setelah transplantasi.
gagal jantung refrakter terhadap terapi antiinflamasi
optimal. Begitu demam reumatik didiagnosis, diperlukan
antibiotik profi laksis untuk mencegah kekambuhan penyakit
REFERENSI
dengan memberikan injeksi benzatin penisilin G 1,2 juta
unit intramuskular sekali sebulan sampai usia 21 tahun. Aretz HT, Billingham ME. Edrviuds WD, et al Myocarditis: a histo-
patlrologic definition zrnd classification. Am J Car-diovasc Pathol
1987: l:3-14
NONINFEKSI Anandasabapathy S, Frishman WH lnnovative drug treatments tbr
viral and autoimmune myocarditis J Clin Pharmacol
1 998:3 8:295 - 3 08.

H ipersensitivitas Baughman KL, Wynne J. Myocarditis ln : Zipes et al. Braunwald's


Miokarditis hipersensitivitas adalah sebuah contoh fase Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine. 7 th ed'
awal miokarditis eosinofilik dan dianggap karena reaksi Philadelphia. Elsevier Saundets 2005.p 169'7 -1 11.
MIOI(ARDITIS L719

Bowles NE, Richardson PJ, Olsen EGJ, Archard LC Detection of Kawai C From rnyocarditis to cardiomyopathy: mechirnisms of
Coxsackie-B-virus-specific RNA sequences in myocardial bi- inflammalion and cell death: learnir-e from the past for the
opsy samples from patients with myocarditis and dilated cardi- future. Circulation I 999:99: l09l -l 00-
omyopathy. Lancet 1986; l:1120-3 Knowlton KU, Badorff C. The imrnune system in viral myocarditis:
Barbaro G, Di Lorenzo G Grisorio B. Barbarini G Incidence of maintaining the balance. Circ Res 1999;85:-559-61.
dilated cardiomyopathy and detection of HIV in myocardial Liu P, Martino T, Opavskl, MA, Penninger J. Viral myocarditis:
cells of HlVpositive patients. N Engl J Med 1998;339:1093-9 balance between viral infection and immune response. Can J
Bozkurt B, Villaneuva FS. Holubkov R, et al. Intravenous immune Cardiol I 996r 1 2:935-13.
globulin in the therapy of peripartum cardiomyopathy. J Am Lauer B, Niederau C, Kuhl U, et al. Cardiac troponin T in patients
Coll Cardiol 1999:34:111 -30 with clinically suspected myocarditis. I Am Coll Cardiol
Burke AP, Saenger J, Mullick F, Virmani R. Hypersensitivity nryo- 1997;30:1354-9
cardiris. Arch Pathol Lab Med 1991:115:'764-9. Lieback E, Hardouin I, N{eyer R. Bellach J, Hetzer R Clinical value
Caforio AL, McKenna WJ. Recognition and optimum management of ekokardiograficardiographic tissue characterization in the
of nryocarditis Drugs 1996;52:51l5-25. diagnosis of nryocarditis Eur Heart I 1996l.1'7:135-42.
Caforio ALP, Goldman JH, Baig MK, et al. Cardiac autoantibodies in Lie JT. Myocarditis and endomyocardial biopsy in unexplained heart
dilated cardiomyopathy become undetectable wilh disease pro- failure: a diagnosis in search of a disease. Ann Intern Med
gression. Heart 1997 ;17 :62-7 I 988;l 09:525-8
Caforio ALP Keeling PJ, Zachara E, et al. Evidence from family Mason JW O'Connell JB. Herskowitz A. et al. A clinical trial of
studies for autoimmunity in dilated cardiomyopathy. Lancet immunosuppressive therapy lor myocarditis. N Engl J Med
1991:.344:173-1 . 1995t333:269-7 5 .
Cooper LT Jr, Berry GJ, Shabetai R. Idiopathic giant-cell myocardi- Mason JW. Techniques for right and left ventricular endomyocardial
tis-natural history and treatment. N Engl J Med 1997;336:1860- biopsy. Am J Cardiol 1978;41:887-92.
6. McNamara DM. Rosenblum WD, Janosko KM, et al. Intravenous
Dec GW Jr, Palacios IF, Fallon JT, et al. Active myocarditis in the immune globulin in the therapy of myocarditis and acute cardi-
spectrum of acute dilated cardiomyopathies: clinical features, omyopathy Circulation 1997 ;95:247 6-8.
histologic correlates, and clinical outcome. N Engl J Med McCarthy RE III, Boehmer JP, Hruban RH, et al. Long-term out-
1985:3 I 2:885-90 come of fulminant myocarditis a-" compared witl acute
Drory ! Turetz Y Hiss Y, et al Sudden unexpected death in persons (nonl'ulminant) myocarditis N Engl J Med 2000;342:690-5.
less than 40 years of age. Am J Cardiol 1991:68:1388-92 McNamara DM, Starling RC, Dec GW et al. Intervention in myo-
Davies MJ, Ward DE How can m_v- ocarditis be diagnosed and should carditis and acute cardiomyopathy with immune globulin: re-
it be treated? Br Heart J 1992:68:316-7. sults from the randomized plzrcebo controlled IMAC trial. Cir-
Feldman AM, McNamara D Myocarditis. N Engl J Med culation 1999;100:Suppl I: I-21. abstract.
2000:343:1388-98. Midei MG DeN,lent SH, Feldman AM, Hutchins CM, Baughman KL.
Fenoglio JJ Jr, Ursell PC, Kellogg CF. Drusin RE, Weiss MB Diag- Peripartum myocarditis and cardiomyopathy Circulation
nosis and classification of myocarditis by endomyocardial bi- 1990:81: 922-8.
opsy. N Engl J Med 1983;308:12-8. McCormack JG Bowler SD, Donnelly JE. Steadman C. Successful
Fairweather D, Lawson CM, Chapman AJ, et al. Wild isolates of treatment of severe cytomegalovirus infection with ganciclovir
murine cytomegalovirus induce myocarditis and antibodies that in an immunocompetent host. Clin Infect Dis 1998;26:1007-
cross-react with virus and cardiac myosin. Immr.rnology 8.
1998t94:263-'7 0. Maisch B, Hufnagel G Schonian U, Hengstenberg C. The European
Fenoglio JJ Jr, McAllister HA Jr, Mullick FG Dmg related myocardi: Stud), of Epidemiology and Treatment of Cardiac Inflamma-
tis. I. Hypersensitivity myocarditis. Hum Pathol 1981;12:900- tory Disease (ESETCID). Eur Heart J 1995116:173-5
7. Pinney SP Mancini DM. Myocarditis in : Fuster et al The Heart.
Gore I, Saphir O Myocarditis: a classification of 1402 cases Am 11 th ed. New York, McGraw-Hill 2004.p.1949-71
Heart I 1941 ;34:821 -30. Panillo JE, Cunnion RE, Epstein SE, et al. A prospective, random-
Higuchi ML, Reis MM, Aiello VD, et al. Association of an increase in ized, controlled trial of prednisone for dilated cardiomyopathy.
CD8+ T cells with the presence of Trypanosoma crazf antigens in N Engl J Med 1989;321:1061-8.
chronic, human, chagasic myocardit'is. Am J Trop Med Hyg Singal PK, Iliskovic N Doxorubicin-induced cardiomyopathy N
1991:,56:185-9 . Engl J Med 1998;339:900--5
Heart Failure Society of America (HFSA) practice guidelines: HFSA Smith SC, Ladenson JH, Mason JW, Jalfe AS. Elevations of cardiac
guidelines for management of patients with heart failure caused troponin I associated with myocarditis: experimental and clini-
by left ventricular systolic dysfunction pharmacologic ap- cal correlates. Circulation 1997 :95:163-8.
proaches. J Card Fail 1999;5:357-82. [Erratum, J Card Fail Tomioka N, Kishimoto C, Matsumori A, Kawai C EfTects of pled-
200O;6:7 4.) nisolone on acute viral rnyocarditis in mice J Am Cotl Cardiol
Huber SA. Autoimmunity in myocarditis: relevance of animal mod- I 986:7:868-72.
els. Clin Immunol Immunopathol 1997 ;83:93-102.
270
KARDIOMIOPATI
Sally Aman Nasution

PEI!DAHULUAN penyakit eosinofi lik endomiokardium dan fibrosis


endomiokardium, (2). Tipe sekunder, apabila ditemukan
Kelornpok penyakit ini beberapa kali mengalami perubahan penyakit miokardium dengan penyebab yang dapat
dalam hal klasifikasi kelainannya. Bila dilihat dari definisi diketahur, termasuk bila berhubungan dengan penyakit
dapat disebutkan bahwa kardiomiopati merupakan suatu yang melibatkan sistem organ lain. Sedangkan bila
kelompok penyakit yang langsung mengenai ototjantung klasifikasi berdasarkan klinis dan patofisiologr, maka
atau miokard itu sendiri. Kelompok penyakit ini tergolong kardiomiopati dibagi menjadi dilatasi, restriktif dan
khusu*s karena kelainan yang ditimbulkannya bukan terjadi hipetrofik.
akibat penyakit perikardiunl, hipertensi, koroner, kelainan Perbedaan kelainan yang ditemukan antara ketiga
kongenital atau kelainan katup. Walaupun untuk klasifikasi kardiomiopati tersebut dapat dilihat secara
menegakkan diagnosis perlu rnenyingkirkan faktor-taktor skematis pada Gambar 1.
etiologi terseblrt, gambaran dari kardiomiopati itu sendiri
sangat khusus baik secara klinis maupun hemodinamik.
Dengan meningkatnya kewaspadaan terhadap kondisi
penyakit ini serta teknik dan prosedur diagnostik yang
semal<in canggih saat ini kardiomiopati diketahui sebagai
penyebab nrorbiditas dan mortalitas yang bermakna.
Akhir-akhir ini, insidens kardiomiopati sernakin
meningkat frekuensinya. Dengan bertambah majunya
teknik diagnostik, ternyata kardiomiopati idiopatik
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang
utama. Di beberapa negara, penyakit ini bahkan merupakan ilatasi
Normal Kardiomiopati d
penyebab kematian sampai sebesar 307o atau lebih dari
pada semua kematian akibat penyakit jantung.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk membuat
klasitlkasi yang tepat dari penyakit ini. Klasifikasi yang
saat ini telah dikenal luas adalah pembagian yang dibuat
oleh kerjasama antara World Health Organization (WHO)
dan International Societl and Federation of'CardioLogl:
( ISFC).Pada klasifikasi ini kardiomiopati diklasifikasikan

berdasarkan gambaran patofisiologi yang dominan.


Bila kardiomiopati diklasifikasikan berdasarkan etiologi Kardiomiopati hipertropik Kardiomiopati restriktif
maka dikenal dua bentuk dasar, yaitu (l). Tipe primer,
apabila terdapat penyakit pada otot jantung dengan Gambar 1. Perbandingan antara tiga klasifikasi kardiomiopati
penyebab yang tidak diketahui. Termasuk di dalamnya Ao, Aorla; LA, Left Atrium; LV, Left Ventricle (Dari BF Waller :J
adalah idiopatik kardion-riopati. familial kardiomiopati, Am Soc Ekokardiograficardiogra 1:4, 1998)

7720
TQ{RDIOMIOPATI t72I

KARDIOMTOPAT| DILATASI (DtLATED genetik heterogen tetapi kebanyakan transmisinya secara


cARDTOMYOPATHY/DCM autosomal dominan, walaupun dapat pula secara autoso-
mal resesif dan x-linked inheritance. Sampai saat ini belum
Merupakan jenis kardiomiopati yang paling banyak diketahui bagaimana menentukan seseorang akan memiliki
ditemukan. Dengan deskripsi kelainan yang ditemukan: predisposisi kardiomiopati dilatasi apabila tidak diketahui
dilatasi ventrikel kanan dan atau ventrikel kiri, disfungsi riwayat kejadian penyakit ini dalam keluarganya. Hal yang
kontraktilitas pada salah satu atau kedua ventrikel, aritmia, cukup menjanjikan adalah melalui teknik molekular genetik
emboli dan seringkali disertai gejala gagal jantung untuk identifikasi petanda kerentanan pada pembawa sifat
kongestif. Satu dari tiga kasus gagal jantung kongestif yang asimptomatik sebelum timbul gejala klinis yang jelas
terjadi pada kardiomiopati dilatasi, dan yang lainnya dari kardiomiopati dilatasi tersebut. Sebagai contoh salah
merupakan konsekuensi dari penyakit j antung koroner. satu petanda yang menjanjikan adalah pemeriksaan enzim
Dulu kelainan ini sering disebut dengan kardiomiopati konversi angiotensin genotip DD yang berhubungan
kongestif, tetapi saat ini terminologi yang dipergunakan dengan kejadian klinis pasien kardiomiopati dilatasi. Pada
adalah kardiomiopati dilatasi karena pada saat awal keadaan jantung yang lemah, walaupun tidak terdapat
abnormalitas yang ditemukan adalah pembesaran ventrikel riwayat keluarga ditemukan variasi dari perubahan gen dan
dan disfungsi kontraktilitas sistolik, dengan tanda dan ekspresi protein pada beberapa plotein kontraktilitas.
gejala gagal jantung kongestif yang timbul kemudian. Displasia ventrikel kanan (Right Ventricular Dyspla-
Apabila hanya ditemukan disfungsi kontraktilitas dengan sla) merupakan kardiomiopati familial yang menarik karena
dilatasi mirumal ventrikel kiri, maka varian dari kardiomiopati ditandai dengan dinding ventrikel kanan yang digantikan
dilatasi ini digolongkan ke dalam kelompok kardiomiopati secara progresif menjadi jaringan adiposa. Seringkali
yang tidak dapat diklasifikasikan (menurut klasifikasi berhubungan dengan kejadian aritmia ventrikel, gejala ldinis
WHO/ISFC). Sebaliknya, pada atlit sehat sering ditemukan. sangat bervariasi, tetapi kejadian kematian mendadak akibat
Klasifikasi penyakit ini dapat mengenai segala usia, kelainan ini selalu merupakan ancaman yang dapat terjadi
tetapi kebanyakan mengenai usia pertengahan dan lebih sewaktu-waktu. Sehingga penggunaan modalitas terapi
sering ditemukan pada pria dibandingkan perempuan. sepefii ablasi kateter dan fokus-fokus aritmia atau bahkan
Insidens kejadian dilaporkan 5-8 kasus per 100.000 populasi implantasi alat defibrilator kardioversi kemungkinan
pertahun dan kejadian ini terus meningkat jumlahnya. dibutuhkan.
Kejadian pada pria dan kulit hitam dikatakan tiga kali lebih
sering dibandingkan populasi kulit putih dan perempuan. Gejala Klinis
Dan angka kelangsungan hidup pada kufit hitam dan pria Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif,
lebih buruk dibandingkan kulit putih dan perempuan. yang timbul secara bertahap pada sebagian besar pasien.
Beberapa pasien mengalami dilatasi ventrikel kiri dalam
Etiologi beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun sebelum
timbul gejala. Pada beberapa kasus sering ditemukan gejala
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui pasti, tetapi
nyeri dada yang tidak khas, sedangkan nyeri dada yang
kemungkinan besar kelainan ini merupakan hasil akhir dari
tipikal kardiak tidak lazim ditemukan. Bila terdapat keluhan
kerusakan miokard akibat produksi berbagai macam toksin,
nyeri dada yang tipikal, dipikirkan kemungkinan terdapat
zat metabolit atau infeksi. Kerusakan akibat infeksi viral
penyakit jantung iskemia secara bersamaan. Akibat dari
akut pada miokard yang akhirnya mengakibatkan terjadi
aritmia dan emboli sistemik kejadian sinkop cukup sering
kardiomiopati dilatasi ini terjadi melalui mekanisme
ditemukan. Pada penyakit yang telah lanjut dapat pula
imunologis. Hal ini banyak ditemukan pada populasi pria
ditemukan keluhan nyeri dada akibat sekunder dari emboli
usia perlengahan, terutama yang berasal dari AmerikaAfrika
paru dan nyeri abdomen akibat hepatomegali kongestif.
dibandingkan yang berkulit putih. Prevalensinya semakin
Keluhan seringkali timbul secara gradual, bahkan
lama makin meningkat.
sebagian besar awalnya asimptomatik walaupun telah
Pada kardiomiopati dilatasi yang disebabkan oleh
terjadi dilatasi ventrikel kiri selama berbulan-bulan bahkan
penggunaan alkohol, kehamilan, penyakit tiroid,
bertahun-tahun. Dilatasi ini kadangkala diketahui bila telah
penggunaan kokain dan keadaan takikardia kronik yang
timbul gejala atau secara kebetulan bila dilakukan
tidak terkontrol, dikatakan kardiomiopati tersebut bersifat
pemeriksaan radiologi dada yang rutin.
reversibel. Obesitas akan menin gkatkan risiko terj adinya
gagal jantung, sebagaimanajuga gejala sleep apnea.
Kira-L,tra 20-407o pasien memiliki kelainan yang bersifat Pemeriksaan Fisis
familial akibat dari mutasi genetik. Kelainan tersebut dapat Pembesaranjantung dengan derajat yang bervariasi dapat
terjadi pada sitoskeletal gen (seperti gen distrofin dan ditemukan, begitu pula dengan gejala-gejala yang
desmin), kontraktilitas dan membran sel (seperti gen lamin menyokong diagnosis gagal jantung kongestif. Pada
A/C) dan protein-protein lainnya. Penyakit ini bersifat penyakit yang lanjut dapat ditemukan tekanan nadi yang
t722 I(ARDIOI-OGI

sempit akibat gangguan pada isi sekuncup. Pulsus tersebut sesuai definisi tidak diketahui sehingga
alternans dapat terjadi bila terdapat gagal ventrikel kiri pengobatan khusus tidak dapat dilakukan. Pengobatan
yang berat. Tekanan darah dapat nonnal atau rendah. Jenis ditujukan sesuai gambaran klinis yang timbul, di mana
pernapasan C heyne - Stokes menunjukkan prognosis yang sebagian besar timbul gejala gagal jantung kongestif.
buruk. Peningkatan tekanan vena jugularis bila ierdapat Sehingga pengobatan standar untuk gagal jantung
gagal jantung kanan. Bunyi jantung ketiga dan keempat kongestif tersebut yang diberikan, seperti diuretika untuk
dapat pula terdengar, serta dapat ditemukan regurgitasi mengurangi gejala, ACE Inhibito4 dan penghambat beta.
mitral ataupun trikuspid. Hati akan membesar dan seringkali Digoksin merupakan pilihan pengobatan lini kedua, di mana
teraba pulsasi, edema perifer serta asites akan timbul pada dosis optimal yang akan dicapai adalah bila kadar dalam
gagal jantung kanan yang lanjut. serum mencapai 0,5-0,8 ng/ml.
Pada pemeriksaan fisis jantung dapat ditemukan tanda- Pengobatan farmakologis bertujuan untuk modifikasi
tanda sebagai berikut: secara langsung akibat dari aktivasi yang lama sistem
. prekordiumbergeserke arahkiri adrenergik dan renin angiotensin. Sedangkan pengobatan
. impuls pada ventrikel kanan non-farmakologis seperti pengaturan diet, latihan fisik dan
. impuls apikal bergeser ke lateral yang menunjukkan pengobatan farmakologis seperti yang telah disebutkan
kiri
dil atasi ventrikel di atas berlujuan untuk membantu mengontrol gejala yang
. gelombang presistolik pada palpasi, serta pada mungkin timbul. Latihan fisik yang teratur sesuai dengan
auskultasi terdengar presistolik gallop (S4) toleransi masing-masing individu akan meningkatkan
. split pada bunyr jantung kedua kapasitas latihan dengan memperbaiki disfungsi endotel
. gallop ventrikular (S3) terdengar bila terjadi dan meningkatkan aliran darah di otot-otot skeletal.
dekompensasi jantung Kematian seringkali terjadi akibat gagal jantung kongestif
atau bradi-takiaritmia. Risiko terjadi emboli sistemik juga
harus dipertimbangkan untuk pemberian antikoagulan.
Pemeriksaan Penuniang
Sedangkan modalitas pengobatan yang terbukti dapat
Pada pemeriksaan radiologi dada akan terlihat pembesaran
memperpanjang usia harapan hidup dengan menurunkan
jantung akibat dilatasi ventrikel kiri, walaupun seringkali
hampir 507o mortalitas akibat gagal jantung pada waktu-
terjadi pembesaran pada seluruh ruang jantung. Pada
lapangan paru akan terlihat gambaran hipertensi pulmonal
waktu terakhir ini adalah: transplantasi jantung dan
pengobatan farmakologis spesifik seperti vasodilator
serta edema alveolar dan interstitial.
hidralazin ditambah nitrat, ACE Inhibitor (enalapril),
Elektrokarcliografi akan menunjukkan gambaran sinus
penghambat beta (karvedilol dan metoprolol) serta
takikardia atau fibrilasi atrial, aritmia ventrikel, abnortnalitas
penghambat aldosteron (spironolakton). Angiotensin II
atrium kiri, abnormalitas segmen ST yang tidak spesifik
Receptor Blocker dapat diberikan pada pasien dengan
dan kadang-kadang tampak gambaran gangguan konduksi
intoleransi terhadap golongan ACE inhibitor.
intraventrikular dan low voltage.
Golongan calcium antagonist trdak dianjurkan untuk
Sedangkan dari pemeriksaan ekokardiografi dan
dikombinasi pemberiannya dengan pengobatan standar
ventrikulografi radionuklir menunjukkan dilatasi ventrikel
seperti di atas, dan bukan merupakan pengobatan lini
dan sedikit penebalan dinding jantung atau bahkan nor-
pertama. Kemungkinan terdapatnya hubungan antara
mal atau menipis, gangguan fungsi sistolik dengan
kardiomiopati dilatasi dengan abnormalitas sirkulasi
penurunan fraksi ejeksi. Dapat pula ditemukan peningkatan
mikrovaskular, gangguan pada kanal kalsium merupakan
kadar brain natriuretic peptide dalam sirkulasi akan
alasan pertimbangan pemberian golongan obat ini sebagai
membantu diagnostik pasien dengan gejala sesak napas
salah satu pilihan pengobatan. Secara umum penggunaan
yang tidak jelas etiologinya.
obat-obat golongan ini dapat ditoleransi dengan baik,
Pemeriksaan kateterisasi jantung dan angiografi
walaupun efek depresi miokardium yang merupakan efek
koroner seringkali dibutuhkan untuk dapat menyingkirkan
samping penting yang harus dipertimbangkan dalam
penyakit jantung iskemia. Pada angiografi akan terlihat
pilihan pengobatan.
dilatasi, hipokinetik difus dari ventrikel kiri dan regurgitasi
mitral dalam derajat yang bervarrasr.
Modalitas pemeriksaan lain seperti biopsi Prognosis
endomiokardial transvena tidak diperlukan untuk Secara umum prognosis penyakit inijelek. Beberapa variasi
kardiomiopati dilatasi yang familial atau idiopatik. Tetapi klinis yang dapat menjadi prediktor pasien kardiomiopati
pemeriksaan dibutuhkan untuk di agnostik kardiomiopati dilatasi yang mempunyai risiko kematian tinggi antara lain:
s;llunder seperti amiloidosis dan miokarditis akut. terdapatnya gallop protodiastolik (S3), aritmia ventrikel,
usia lanjut dan kegagalan stimulasi inotropik terhadap
Pengobatan ventrikel yang telah mengalanri miopati tersebut. Walaupun
Karena penyebab dari kardiomiopati dilatasi idiopatik akurasi dan gambaran pada masing-masing individu akan
KARDIOMIOPATI 1723

berbeda dalam menentukan prognosis tersebut. tetapi berumur muda. Denyut jantung teratur. Bising sistolik
dikatakan bahwa semakin besar ventrikel yang disertai dihubungkan dengan aliran turbulensi pada jalur keluar
disfungsi yang semakin berat berhubungan erat dengan ventrikel kiri. Bising sistolik dapat berubah-ubah, bisa
prognosis yang semakin buruk. Khususnya bila terdapat hilang atau mengurang bila pasien berubah posisi dari
dilatasi ventrikel kanan disertai gangguan fungsinya. Uji berdiri lalu menjongkok atau dengan melakukan olah raga
latih kardiopulmonal juga berguna sebagai gambaran isometrik.
prognostik. Keterbatasan yang bermakna dari kapasitas Pada pemeriksaan fisis akan ditemukan pembesaran
latihan yang digambarkan dengan penurunan ambilan jantung ringan. Pada apeks teraba getaranjantung sistolik
oksigen sistemik maksimal merupakan prediktor mortalitas dan kuat angkat. Bunyi jantung ke-4 biasanya terdengar.
dan dipergunakan sebagai indikator dan pertimbangan Terdengar bising sistolik yang mengeras pada tindakan
untuk transplantasi jantung. valsava.

Pemeriksaan Penuniang
KARDIOMIOPATI HIPERTROFIK Pada foto rontgen dada terlihat pembesaranjantung ringan
sampai sedang, terutama pembesaran atrium kiri. Pada
Kardiomiopati hipertrofik macam/bentuk, yaitu
ada 2 :

. pemeriksaan elektrokardiografi ditemukan hipertrofi


Hipertrofi yang simetris atau konsentris
. ventrikel kiri, kelainan segmen ST dan gelombang T,
Hipertrofi septal simetris
gelombang Q yang abnormal dan aritmia atrial dan
- Dengan left venticular outflow tract obstruction
ventrikular. Pada pemeriksaan ekokardiografi Ten Cate
atau disebut j :uga idiopathic hype rtopic subaortic
menemukan tiga jenis hipertrofi ventrikel kiri yaitu:
stenosis (IHSS), ata:u hypertrophis obstructive car-
. Hipertrofi septalsaja(4la/o)
diomyopathy (HOCM).
. Hipertrofi septal disertai hipertrofi dindinglateru), (53c/o)
- Tanda left ventricular outflow tract obstruction.
. Hipertrofi apikal distal (67o) (septum dan dinding lat-
Kardiomiopati hiperlrofik adalah hipertrofi ventrikel eral, kedua-duanya).
tanpa penyakit jantung atau sistemik lain yang dapat
radionuklir akan ditemukan ventrikel
Pada pen rc, Lslan
menyebabkan hipertrofi ventrikel ini. Perubahan
,

kiri mengecil atau normal. Fungsi sistolik menguat dan


makroskopik ini dapat ditemukan pada daerah septum,
hipertroh septal asimetrik.
interventrikularis. Hipertrofi asimetris pada septum ini, bisa
Dengan pemeriksaan pencitraan nucLear magnetic
ditemukan di daerah distal katup aorta, di daerah apeks.
resonance (M.R.I.) berbagai jenis hipertrofi apikal ventrikel
Hipertroh yang simetris tidak senng ditemukan.
kiri dapat dibedakan. Pada sadapanjantung akan ditemukan
Kardiomiopati hipertrofik di daerah apikal biasanya
c omplionc e v entricular outflow tract ob s truction.
disertai dengan kelainan EKG, gelombang T negatif yang
dalam.
Pengobatan
Etiologi Pengobatan yang utama adalah menggunakan penghambat
Etiologi kelainan ini tidak diketahui. Di duga disebabkan beta adrenergik, yag efeknya di samping mengurangi
katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil, peninggian obstruksi jalan pengosongan ventrikel kiri, juga
kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan untuk mencegah gangguan irama yang sering
konduksi atrioventrikular dan kelainan kolagen. menyebabkan kematian mendadak. Akhir-akhir ini
Penyakit ini dapat ditemukan pada kedua jenis kelamin dilaporkan adanya khasiat yang baik golongan antagonis
dalam frekuensi yang sama, sertl dapat menyerang semua kalsium seperti verapamil.
umur. Gangguan irama sering terjadi dan menyebabkan Obat-obat lain tidak dianjurkan untuk diberikan, karena
berdebar-debar, pusing sampai sinkop. Tekanan darah dapat memperburuk keadaan penyakit. Operasi miomektomi
sistolik dapat pula menurun, banyak kasus kardiomiopati juga dilakukan pada keadaan tertentu.
hipertrofik tidak bergej alalasimtomatis.
Orang tua dengan kardiomiopati hipertrofik sering Prognosis
mengeluh sesak napas akibat gagal jantung dan angina Prognosis penyakit ini ternyata sekarang ini cukup jinak.
pektoris yang mengganggu disertai fibrilasi atrium. Pada Angka mortalitas hanya 17o per tahun, dibanding
kasus-kasus yang sudah lanjut, malah bisa terdapat penelitian sebelumnya yang 2-4 x lebih tinggi. Ada beberapa
pengerasan/kekakuan katup mitral, sehingga dapat pasien yang keadaannya stabil atau malah membaik dalam
memberikan gejala-gejala stenosis atau regurgitasi mitral. jangka waktu 10 tahun. Sebagian besar pasien akan
bertambah berat penyakitnya, pasien mengalami gagal
Pemeriksaan Fisis jantung kongestif; kardiomiopati hipertrofi ini berubah
Pasien kardiomiopati hipertrofik biasanya fisisnya baik, menjadi kardiomiopati kongestif sekali pun sudah
t724 KARDIOI.OGI

dilakukan mimektomi. Kematian mendadak sering terjadi Pemeriksaan Penunjang


pada orang muda. Pada pemeriksaan elektrokardiografi ditemukan low volt-
ag e. Terlihat juga gangguan konduksi intra-ventrikular dan
gangguan konduksi atrio-ventrikular. Pada pemeriksaan
KARDIOMIOPATI RESTRIKTIF ekokardiografi tampak dinding ventrikel kiri menebal serta
penambahan massa di dalam ventrikel. Ruangan ventrikel
Kardiomiopati restriktif merupakan kelainan yang amat normal atau mengecil dan fungsi sistolik yang masih nor-
jarang dan sebabnya pun tidak diketahui. Tanda khas ma1. Pada pemeriksaan radionuklir terlihat adanya infiltrasi
untuk kardiomiopati ini adalah adanya gangguan pada pada otot jantung. Ventrikel kiri notmal atau mengecil, dan
fungsi diastolik, dinding ventrikel sangat kaku dan fungsi sistolik yang normal. Pada sadapan jantung
menghalangi pengisian ventrikel. ditemukan complience ventrikel kiri mengurang dan
Pada pemeriksaan patologi-anatomis ditemukan adanya peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan.
fibrosis, hipertrofi atau infiltrasi pada otot-otot jantung
yang menyebabkan gangguan fungsi diastolik tersebut.
Diagnosis Banding
Perikarditis konstriktif adalah penyakit j antung yang secara
Etiologi klinis dan hemodinamik sukar dibedakan dengan
Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati restriktif
kardiomiopati restriktif. Kedua kelainan ini perlu dibedakan
sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatosis, karena implikasi pengobatan dan prognosisnya berbeda.
deposisi glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia,
fibroelastosis. dan lain-lain.
Pengobatan
Pengobatan pada umumnya sukar diberikan, karena
Gejala Klinis panyakit ini tidak efisien untuk diobati dan lagi pula
Pasien merasa lemah, sesak napas. Ditemukan tanda-tanda
bergantung pada penyakit yang menyertainya. Obat-obat
gagal jantung sebelah kanan. Juga ditemukan tanda-tanda
anti-aritmia diberikan bila ada gangguan irama. Umumnya
serta gejala penyakit sistemik seperti amiloidosis, aritmia dapat menyebabkan kematian mendadak.
hemokromatosis.
Pemasangan alat pacu jantung untuk gangguan konduksi
yang berat dapat diberikan.
Pemeriksaan Fisis Dengan ekokardiografi transesofagus dapat dibedakan
Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya pembesaran antara kardiomiopati restriktif dan perikarditis konstriktif
jantung sedang. Terdengar bunyi jantung ke-3 atau ke-4 secara jelas dengan mengevaluasi perubahan aliran vena
dan adanya regurgitasi mitral atau trikuspid. pulmonalis pada pernapasan.

Kardiomiopati Perikarditis
Restriktif Konstriktif
. Tekanan permulaan Di atas 0 di bawah 0
diastolik di dalam
ventrikel kanan
. Tekanan akhir diastolik berbeda Sama
di dalam ventrikel kiri
dan kanan
. Hipertensi pulmonal ada tidak ada
. Ekokardiografi Dinding dinding
ventrikel kiri ventrikel
menebal serta normal serta
massanya ber pergerakan
tambah septum yang
paradoksal
27t
PERIKARDITIS
Marulam M. Panggabean

PENDAHULUAN penumnan volume akhir diastolik sehingga curah jantung


sekuncup dan semenit berkurang. Kompensasinya adalah
Perikardium terdiri dari perikardium viseralis yang melekat takikardia, tetapi pada tahap berat atau kritis akan
ke miokardium dan bagian luar yaitu perikardium parietalis meyebabkan gangguan sirkulasi dengan penurunan
yang terdiri dari jaringan elastik dan kolagen serta villi- tekanan darah serta gangguan perfusi organ dengan
villi penghasil cairan perikard dan membungkus rongga segala akibatnya yang disebut sebagai tamponadjantung.
perikard. Rongga perikard normal berisi 15-50 ml cairan Bila reaksi radang ini berlanjut terus, perikard mengalami
perikard yang mengandung elektrolit, protein dan cairan hbrosis, j aringan pirut luas, penebalan, kalsifikasi dan j uga
limfe dan berfungsi sebagai lubrikan terisi eksudat,yang akan menghambat proses diastolik
Spektrum penyakit perikard mencakup defek kongenital, ventrikel, mengurangi isi sekuncup dan semenit serta
perikarditis, neoplasma dan kista. Etiologi terdiri dari mengakibatkan kongesti sistemik (perikarditis konstriktifa)
perikarditis infeksi, perkarditis pada penyakit autoimun
sistemik, sindrom pasca infark miokard atau perikarditis
Perikarditis Akut
konik
Perkarditis akut adalah perdangan primer maupun sekuder
Perikarditis adalah peradangan perikard parietalis,
perkardium parietalis/viseralis atau keduanya. Etiologi
viseralis atau keduanya. Respons perikard terhadap
bervariasi luas dari virus, bakteri, tuberkulosis,
peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah
jamur,uremia, neoplasia, autoimun, trauma, infark jantung
(efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa,
sampai ke idiopatik.
pembentukan granuloma atau kalsifikasi. Itulah sebabnya
Keluhan paling sering adalah sakit/nyeri dada yang
manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang
tajam, retrosternal atau sebelah kiri. Bertambah sakit bila
tidak khas sampai yang khas
bernapas, batuk atau menelan. Keluhan lainnya rasa sulit
bernapas karena nyeri pleuritik di atas atau karena efusi
Klasif ikasi Perikarditis perikard.
Variasi klinis perikarditis sangat luas mulai dari efusi Pemeriksaan jasmani didapatkan friction rub
perikard tanpa tanda tamponad, tamponad jantung, presistolik, sistolik atau diastolik. Bila efusi banyak atau
perikarditis akut, dan perikarditis konstriktif. cepat terjadi,akan didapatkan tanda tamponad.
Elektrokardiografi menunjukkan elevasi segmen ST.
Gelombang T umumnya ke atas, tetapi bila ada miokarditis
PATOGENESIS akan ke bawah (inversi)
Foto jantung normal atau membesar (bila ada efusi
Salah satu reaksi radang pada perikarditis akut adalah perikard). Foto paru dapat normal atau menunjukkan
penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikard patologi (misalnya bila penyebabnya tumor paru, TBC,
yang disebut sebagai efusi perikard. Efek hemodinamik dan lainJain).
efusi perikard ditentukan oleh jumlah dan kecepatan Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan : leukosit,
pembentukan cairan perikard. Efusi yang banyak atau ureum, kreatinin, etzim jantung, mikrobiologis
timbul cepat akan menghambat pengisian ventrikel, parasitologis, serologis, virologis, patologis dan

172
1726 I(ARDIOI.OGI

imunologis untuk mencari penyebab peradangan dari voltage) dan electrical alternans.
sediaan darah, cairan perikad ataujaringan biopsi perikard. Ekokardiografi menunjukkan efusi perikard moderat
Ekokradiografi diharapkan untuk: atau berat (echo free spase di ruang depan jantung di
1. Menunjukkan efusi perikard, perkiraan jumlah dan bawah sternum dan dinding belakang jantung), swinging
lokasinya. heart detgan kompressi diastolik vena cava, atrium kanan
2. Menilai kontraktilitas ventrikel kiri (akan teganggu bila atau ventrikel kanan.
adamiokarditis) Kateterisasi menununjukkan peninggian tekanan atrium
3. Membedakan perikarditis dengan infark jantung. kanan dengan gelombang X yang prominen serta
gelombang Y yang berkurang atau menghilang. Tampak
pula kesamaan tekanan diastolik keempat ruang jantung
(atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel
PENATALAKSANAAN
kiri). Pulsus alternans tampak pula lebih jelas.
Semua penderita perikarditis akut harus dirawat untuk Tamponad jantung merupakan keadaan darurat dan
menilai/observasi timbulnya tamponad (1 dalam l0 harus diatasi dengan pungsi perikard. Etiologi harus dicari
perikarditis akut) dan membedakannya dengan infark seperti pada perikarditis lainnya dan diobati sesuai
jantung akut. Ekokardiografi diperlukan untuk mengira penyebabnya.
banyaknya efusi perikard.
OAINS (obat anti inflamasi nonsteroid) dipakai sebagai Perikarditis Konstriktif Kronik
dasar pengobatan medikamentosa (mengurangi rasa sakit Peradangan kronik perikard menyebabkan penebalan,
dan anti-infl amasi). Korlikosetroid (prednisolon oral 60mg/ fibrosis, fusi viseral dan parietal perikard yang mengurangi
hari) diperlukan bila sakitnya tidak teratasi dengan rongga perikard.
OAINS.Pungsi perikard dilakukan untuk tindakan Etiologi mulai dari idiopatik, pasca perikardiotomi,
diagnostik. Bila timbul tamponad, maka pungsi perikard tuberkulosis, radiasi, keganasan, bekas perikarditis
dilakukan sebagai tindakan terapi. Perikarditis rekurens purulen,lain lain seperti uremia, reumatoid artritis, lupus
(non-bakteriaVvirus yang dibuktikan dengan PCR) dapat eritematosus sistemik, dan obat.
diobati dengan kolkisin 1 mg-2mg/hari Penderita tampak seperti mengalami gagal jantung
kronik. Keluhan disebabkan oleh penurunan curahjantung
seperti lelah, takikardia dan bengkak. Pemeriksaan jasmani
TAMPONAD menunjukkan tanda gagal jantung kanan seperti tekanan
vena jugularis meninggi dengan tanda kusmaule
Tamponad terjadi bila jumlah efusi perikard menyebabkan (peninggian tekanan V. jugularis saat inspirasi),
hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan pembesaran hati, asites, dan edema tungkai.
diastolik ventrikel). Penyebab tersering adalah neoplasma, Foto toraks menunjukkan perkapuran pada setengah
idiopatik dan uremia. Perdarahan intraperikard juga dapat pasien (terutama pada etiologi TBC). Elektrokrdiografi
terjadi akibat dari kateterisasi j antung intervensi koroner, menunjukkan voltase rendah (low voltage) atal
pemasangan pacu jantung,tuberkulosis, dan penggunaan gelombang T yang datar (generalized T wave flatteing).
antikoagulan. Ekokardiografi menunjukkan penebalan perikard, ada
Keadaan umum penderita tampak buruk/berat. Tekanan tidaknya cairan perikard dan gerak septum interventrikel
darah turun, peninggian tekanan vena jugularis -; tanda yang abnormal.
kusmaule (penurunan tekanan V jugularis pada saat Ekokardiografi Doppler menunjukkan variasi aliran
inspirasi), takikardia, nadi lemah dengan tekanan nadi kecil, darah yang besar saat diastolik melalui katup mitral dengan
bunyi jantung yang lemah, serta napas yang cepat. gambaran konstriktif.
Pelebaran area pekak prekordial, pulsus paradoksus Bila tersedia CT scanl}4Rl akan tampakpenebalan dan
(penurunan tekanan sistolik >1Omg pada inspirasi). kalsifikasi perikardium. Bila dilakukan kateterisasi jantung
Pulsus paradoksus terjadi karena pembesaran ventrikel maka akan ditemukan kesamaan tekanan akhir diastolik
kanan akibat inspirasi, menekan septum dan rongga dari keempat ruang jantung dengan gelombang Y yang
ventrikel kiri, hingga mengurangi volume ventrikel kiri dan dominan
menurunkan curah jantung sekuncup. Penatalaksaan dapat dimulai dengan diuretik untuk
Foto toraks menunjukkan paru yang relatif bersih mengurangi gejala sesak dan retensi cairan. Reseksi
kecuali bila penyebabnya tumor paru/radang paru, perikard (perikardiektomi) merupakan terapi kausal dan
bayangan jantung yang besar bentuk kendi (bila cairan umumnya akan memperbaiki keluhan dan memperbaiki
>250m1) dengan pulsasi yang sangat minimal pada prognosis. Bila penyebabnya radiasi atau miokard yang
flouroskopi. telah mengalami fibrosis atau atrofi, maka prognosisnya
EKG menuniukkan pengurangan voltase QRS (lou, sangat buruk.
PERII(ARDITIS 1727

REFERENSI

Grub NR and Newby DE. Pericardial Disease,Churchil's Pocketbook


of Cardiology, London: Chuchil Livingstone; 20O0.p. 172-77
Guidelines on Diagnosis and Management of Pericardial Diseases.
Executive Summary. The Task Force of the European Society
of Cardiology Eur Heart J 2004;25:585-610
Artom G,Koren-Morag N, Spodik DH et al,Pretreatment with
corticosteroids attenuates the efficacy of colchicines in pre-
venting recurrent pericarditis:a multi-centre all-case analysis.
Eur Heart J,2O05 ;26:7 23-27
Braunwald E, Pericardial disease.In Kasper DL, Braunwald E, Fauchi
AS et.al (editor), Harrison's Principles of Internal Medicine 16
ed,.2003.p.1474-20
272
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL
HanafiB. Trisnohadi

Di Amerika Serikat setiap tahun I juta pasien dirawat di . Timbul keluhan walaupun telah dapat terapi yang
rumah sakit karena angina pektoris tak stabil; di mana 6 standar.
sampai 8 persen kemudian mendapat serangan infark . Masih timbul serangan angina walaupun telah diberikan
jantung yang tak fatal atau meninggal dalam satu tahun pengobatan yang maksimum, dengan penyekat beta,
setelah diagnosis ditegakkan. nitrat dan antagonis kalsium.
Yang dimasukkan ke dalam angina tak stabil yaitu: 1. Menurut pedoman American College of Cardiology
pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, di (ACC) dan America Heart Association (AHA) perbedaan
mana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih angina tak stabil dan infark tanpa elevasi segmen ST
dari 3 kali per hari. 2. pasien dengan angina yang makin (NSTEMI=non ST elevation myocardial infarction) ialah
bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan apakah iskemia yang timbul cukup berat sehingga dapat
angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, menimbukan kerusakan pada miokardium, sehhgga adanya
sedangkan faktor presipitasi makin ringan. 3. pasien petanda kerusakan miokardium dapat diperiks a' Diagnosi s
dengan serangan angina pada waktu istirahat. angina tak stabil bila pasien mempunyai keluhan iskemia
Pada tahun 1989 Braunwald menganjurkan dibuat sedangkan tak ada kenaikan troponin maupun CK-MB,
klasifikasi supaya ada keseragaman. Klasifikasi dengan ataupun tanpa perubahan ECG untuk iskemia,
berdasarkan beratnya serangan angina dan keadaan klinik. seperti adanya depresi segmen ST ataupun elevasi yang
Beratnya angina: sebentar atau adanya gelombang T yang negatif. Karena
. Kelas I. Angina yang berat untuk pertama kali, atau kenaikan enzim biasanya dalam waktu 12 jam, maka pada
makin bertambah beratnya nyeri dada. tahap awal serangan, angina tak stabil seringkali tak bisa
. Kelas II. Angina pada waktu istirahat dan terjadinya dibedakan dari NSTEMI.
' subakut dalam I bulan, tapi tak ada serangan angina
dalam waktu 48 jam terakhir.
. Kelas III. Adanya serangan angina waktu istirahat dan PATOGENESIS
terjadinya secara akut baik sekali atau lebih, dalam waktu
48jamteraktir.
Ruptur Plak
Keadaan klinis: Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting
. Kelas A. Angina tak stabil sekunder, karena adanya angina pektoris tak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi
anemia, infeksi lain atau febris. subtotal atau total dari pembuluh koroner yang sebelumnya
. Kelas B. Angina tak stabil yang primer, tak ada faktor mempunyai penyempitan yang minimal. Dua pertiga dari
ekstrakardiak. pembuluh yang mengalami ruptur sebelumnya mempunyai
. Kelas C. Angina yang timbul setelah serangan infark penyempitan 5O7o at-at kurang, dan pada 97Vo pasiert
jantung. dengan angina tak stabil mempunyai penyempitan kurang
Intensitas pengobatan: dari 7OVo. Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang
. Tak ada pengobatan atau hanya mendapat pengobatan mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan frbrotik
minimal (fibrotic cap).PTakyang tidak stabil terdiri dari inti yang

1728
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL 1729

banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat dan
makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang keluhan iskemia.
berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu
dari timbunan lemak. Kadang-kadang keretakan timbul pada
dinding plak yang paling lemah karena adanya enzim pro- GAMBARAN KLINIS ANGINA TAK STABIL
tease yang dihasilkan makrofag dan secara enzimatik
melemahkan dinding plak (fibrous cap). Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan kali atau keluhan angina yang bertambah dari biasa. Nyeri
agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih
trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah 700Vo lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul
akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai
bila trombus tidak menyumbat l007o, dan hanya keluhan sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-
menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tak kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan jasmani
stabil. seringkali tidak ada yang khas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Trombosis dan Agregasi Trombosit
Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan
salah satu dasar terjadinya angina tak stabil. Terjadinya Elektrokardiograf i (E KG)
trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis
interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag maupun stratifikasi risiko pasien angina tak stabil. Adanya
dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan terpenting dalam depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan
pembentukan trombus yang kaya trombosit, sedangkan sel adanya iskemia akut. Gelombang T negatif juga salah satu
otot polos dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak tanda iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST
berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak dan T yang nonspesifik seperti depresi segmen ST kurang
tak stabil. Setelah berhubungan dengan darah, faktor dari 0.5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm,
janngan berinteraksi dengan faktor VIIa untuk memulai tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena
kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan hal lain. Pada angina tak stabil 4Vo rnernp\n\ai EKG nor-
trombin dan fibrin. mal, dan pada NSTEMI 1 -67o EKG juga normal.
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi
agregasi platelet dan platelet melepaskan isi granulasi
Uji Latih
sehingga memicu agregasi yang lebih luas, vasokonstriksi
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan
dan pembentukan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi
menunjukkan tanda risiko tinggi perlu pemeiksaan exer-
ikut berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan cise test dengan alat treadmill. Bila hasilnya negatif maka
koagulasi dan berperan dalam memulai trombosis yang prognosis baik. Sedangkan bila hasilnya positif, lebihlebih
intermiten, pada angina tak stabil.
bila didapatkan depresi segmen ST yang dalam, dianjurkan
untuk dilakukan pemeriksaan angiografi koroner, untuk
Vasospasme menilai keadaan pembuluh koronernya apakah perlu
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting tindakan revaskularisasi (PCI atau CABG) karena risiko
pada angina tak stabil. Diperkirakan adanya disfungsi terjadinya komplikasi kardiovaskular dalam waktu
endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh mendatang cukup besar.
platelet berperan dalam perubahan dalam tonus pembuluh
darah dan menyebabkan spasme. Spasme yang terlokalisir
Ekokardiograf i
seperti pada angina Printzmetal juga dapat menyebabkan
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk
angina tak stabil. Adanya spasme seringkali terjadi pada
diagnosis angina tak stabil secara langsung. Tetapi bila
plak yang tak stabil, dan mempunyai peran dalam tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya
pembentukan trombus.
insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan dinding
regional jantung, menandakan prognosis kurang baik.
Erosi pada Plak tanpa Ruptur Ekokardiografi stres juga dapat membantu menegakkan
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena adanya iskemia miokardium.
terjadinya proliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai
reaksi terhadap kerusakan endotel; adanya perubahan Pemeriksaan Laboratorium
bentuk dan lesi karena berlambahnya sel otot polos dapat Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB
1730 I(ARDIOI.OGI

telah diterima sebagai petanda paling penting dalam beta dapat menurunkan risiko infark sebesar l37o . (P<0,04) .

diagnosis SKA. Men:urrtt European Society of Semua pasien dengan angina tak stabil harus diberi
Cardiology (ESC) danACC dianggap ada mionekrosis bila penyekat beta kecuali ada kontraindikasi. Berbagai macam
troponin T atauI positif dalam 24 jam. Troponin tetap beta-bloker seperti propranolol, metoprolol, atenolol, telah
positif sampai 2 minggu. Risiko kematian berlambah dengan diteliti pada pasien dengan angina tak stabil, yang
ti ngkat kenai kan troponin. menunjukkan efektivitas yang serupa.
CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga Kontra indikasi pemberian penyekat beta antara lain
diketemukan di otot skeletal, tapi berguna untuk pasien dengan asma bronkial, pasien dengan
diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam beberapa bradiaritmia.
jam dan kembali normal dalam 48 jam.
Kenaikan CRP dalam SKA berhubungan dengan Antagonis Kalsium
mortalitas jangka panjang. Marker yang lain seperli amioid Antagonis kalsium dibagi dalam 2 golongan besar:
A, interleukin-6 belum secara rutin dipakai dalam golongan dihidropiridin seperti nifedipin dan golongan
diagnosis SKA. nondihidropiridin seperti diltiazem dan verapamil. Kedua
golongan dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan
menurunkan tekanan darah.
PENATALAKSANAAN
Golongan dihidropiridin mempunyai efek vasodilatasi
lebih kuat dan penghambatan nodus sinus maupun
Tindakan Umum nodus AV lebih sedikit, dan efek inotropik negatif juga
Pasien perlu perawatan di rumah sakit, sebaiknya di unit lebih kecil.
intensif koroner, pasien perlu diistirahatkan (bed rest), Meta analisis studi pada pasien dengan angina tak
diberi penenang dan oksigen; Pemberian morfin atau stabil yang mendapat antagonis kalsium, menunjukkan
petidin perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada tak ada pengurangan angka kematian dan infark. Pada
walaupun sudah mendapat nitrogliserin. pasien yang sebelumnya tidak mendapat antagonis
pemberian nifedipin menaikkan infark dan angina yang
rekuren sebesar 16%o, sedatgkan kombinasi nifedipin dan
Terapi Medikamentosa metoprolol dapat mengurangi kematian dan infark sebesar
207o, tapi kedua studi secara statistik tak bermakna.
Kenaikan mortalitas mungkin karena pemberian nifedipin
OBAT ANTI ISKEMIA
menyebabkan takikardia dan kenaikan kebutuhan
oksigen.
Nitrat Verapamil dan diltiazem dapat memperbuki survival
Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan mengurangi infark pada pasien dengan sindrom
dan arteriol perifer, dengan efek mengurangipreload dan koroner akut dan fraksi ejeksi normal. Denyutjantung yang
afterload sehingga dapat mengurangi wall s/ress dan berkurang, pengurangan afterload memberikan
kebutuhan oksigen (oxygen demand). Nitrat juga keuntungan pada golon gan nondihidropiridin.pada pasien
menambah oksigen suplai dengan vasodilatasi pembuluh SKA dengan faal jantung normal. Pemakaian antagonis
koroner dan memperbaiki aliran darah kolateral. Dalam kalsium biasanya pada pasien yang ada kontraindikasi
keadaan akut nitrogliserin atau isosorbid dinitrat dengan antagonis atau telah diberi penyekat beta tapi
diberikan secara sublingual atau melalui infus intravena; keluhan angina masih refrakter.
yang ada di Indonesia terutama isosorbid dinitrat, yang
dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-4 mg
per jam. Karena adanya toleransi terhadap nitrat, dosis OBAT ANTIAGREGASI TROMBOSIT
dapat dinaikkan dari waktu ke waktu. Bila keluhan sudah
terkendali infus dapat diganti isosorbid dinitrat Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam
per oral. pengobatan angina tak stabil maupun infark tanpa elevasi
ST segmen. Tiga golongan obat anti platelet seperti aspi-
rin, tienopiridin dan inhibitor GP IIb/IIIa telah terbukti
Penyekat Beta
bernanfaat.
Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen
miokardium melalui efek penurunan denyut jantung dan
daya kontraksi miokardium. Data-data menunjukkan Aspirin
penyekat beta dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas Banyak studi telah membuktikan bahwa aspirin dapat
pasien dengan infark miokard, Meta analisis dari 4700 mengurangi kematian jantung dan mengurangi infark fatal
pasien dengan angina tak stabil menunjukkan penyekat maupun non fatal dari 5IVo sampai 72Vo pada pasien
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL 173l

dengan angina tak stabil. Oleh karena itu aspirin dianjurkan angina tak stabil dan NSTEMI yang direncanakan untuk
untuk diberikan seumur hidup dengan dosis awal 160 mg tindakan invasif dini di mana PCI direncanakan dalam 12
per hari dan dosis selanjutnya 80 sampai 325 mg per hari. Jam.

Tiklopidin
Tiklopidin suatu derivat tienopiridin merupakan obat lini OBAT ANTITROMBIN
kedua dalam pengobatan angina tak stabil bila pasien tidak
tahan aspirin. Studi dengan tiklopidin dibandingkan U nf racti o nated Hepari n
plasebo pada angina tak stabil ternyata menunjukkan Heparin ialah suatu glikosaminoglikan yang terdiri dari
bahwa kematian dan infark non fatal berkurang 46,3Vo. pelbagai rantai polisakarida yang berbeda panjangnya
Dalam pemberian tiklopidin harus diperhatikan efek dengan aktivitas antikoagulan yang berbeda-beda.
samping granulositopenia, di mana insidennya 2,4Vo. Antitrombin III, bila terikat dengan heparin, akan bekerja
Dengan adanya klopidogrel yang lebih aman pemakaian menghambat trombin dan faktor Xa. Heparin juga juga
tiklopidin mulai ditinggalkan. mengikat protein plasma yang lain, sel darah dan sel
endotel, yang akan mempengaruhi bioavailibilitas.
Klopidogrel Kelemahan lain heparin adalah efek terhadap trombus
Klopidogrel juga merupakan derivat tienopiridin, yang yang kaya trombosit dan heparin dapat dirusak oleh
dapat menghambat agregasi platelet. Efek samping lebih platelet faktor 4.
kecil dari tiklopidin dan belum ada laporan adanya neutro- Metaanalisis dari 6 penelitian menunjukkan bahwa
penia. Klopidogreljuga terbukti dapat mengurangi strok, pemberian heparin bersama aspirin dapat mengurangi
infark dan kematian kardiovaskular. Klopidogrel dianjurkan risiko sebesar 33Vo dlbandingkan dengan aspirin
untuk diberikan pada pasien yang tak tahan aspirin. Tapi saJ a.

dalam pedoman ACC/AHA klopidogrel juga diaryurkan Karena adanya ikatan protein yang lain dan
untuk diberikan bersama aspirin paling sedikit 1 bulan perubahan bioavailabilitas yang berubah-ubah maka
sampai 9 bulan. Dosis klopidogrel dimulai 300 mg per hari pada pemberian selalu perlu pemeriksaan laboratorium
dan selanjutnya 75 mg per hari. untuk memastikan dosis pemberian cukup efektif . Acti-
vated partial thromboplastin time(APTT) harus 1.5-2.5
kali kontrol dan dilakukan pemantauan tiap 6 jam.setelah
lnhibitor Glikoprotein llb/llla pemberian. Pemeriksaan trombosit juga perlu untuk
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP IIb/IIIa pada
mendeteksi adanya kemungkinan heparin induced throm-
platelet ialah ikatan terakhir pada proses agregasi platelet.
bocytopenia (HIT).
Karena inhibitor GP IIb/IIIa menduduki reseptor tadi maka
ikatan platelet dengan fibrinogen dapat dihalangi dan
agregasi platelet tidak terjadi. Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
Pada saat in ada 3 macam obat golongan ini yang Low molecular Weight Heparin (LMWH) dibuat dengan
telah disetujui untuk pemakaian dalam klinik yaitu: melakukan depolimerisasi rantai polisakarida heparin.
absiksimab, suatu antibodi monoklonal ; eptifibatid, suatu Kebanyakan mengandung sakarida kurang dari 18 dan
siklik heptapeptid; dan tirofiban, suatu nonpeptid hanya bekerja pada faktor Xa, sedangkan heparin
mimetik. Obat-obat ini telah dipakai untuk pengobatan menghambat faktorXa dan ffombin. Dibandingkan dengan
angina tak stabil maupun untuk obat tambahan dalam unfractionated heparin, LMWH mempunyai ikatan
tindakan PCI terutama pada kasus-kasus angina tak stabil. terhadap protein plasma kurang, bioavailabilitas lebih
Suatu metaanalisis dari 12,296 pasien didapatkan besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor 4, lebih besar
pengurangan mortalitas dan infark miokard secara relatif pelepasan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan
sebesar 34Vo selama24 jam terapi medikamentosa tanpa kejadian trombositopenia lebih sedikrt.
revaskularisasi. (2.5Vo vs 3,57o; p = 0,001). Keuntungan Low molecular weight heparin (LMWH) yang ada di
lebih nyata pada pasien risiko tinggi, dan lebih tampak Indonesia ialah dalteparin, nadroparin, enoksaparin dan
pada pasien dengan PCI karena strategi invasif dini. fondaparinux.
Penelitian pada pasien SKA tanpa elevasi segmen ST Dalteparin sama efektifnya dengan heparin sedang
dan mendapat tindakan PCI, kematian dan infark miokard penelitian dengan enoksaparin menunjukkan berkurangnya
dalam 30 hari berkurang dari 3O-70Vo. Tirofiban dan mortalitas atau infark sebesar 20Vo pada pasien yang
eptifibatid harus diberikan bersama aspirin dan heparin mendapat enoksaparin dibandingkan heparin.
pada pasien dengan iskemia terus menerus atau pasien Keuntungan pemberian LMWH karena cara pemberian
risiko tinggi dan pasien yang direncanakan untuk mudah yaitu dapat disuntikkan secara subkutan dan tidak
tindakan PCI. Abciximab disetujui untuk pasien dengan membutuhkan pemeriksaan laboratorium.
t732 KARDIOLOGI

DIRECT TH ROM BIN IN HI BITORS Pasien yang termasuk risiko rendah antara lain pasien
yang tidak mempunyai angina sebelumnya, dan sudah
Direct trombin inhibitor secara teoritis mempunyai tidak ada serangan angina, sebelumnya tidak memakai obat
kelebihan karena bekerja langsung mencegah anti angina dan ECG normal atau tak ada perubahan dari
pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma sebelumnya; enzim jantung tidak meningkat termasuk
protein maupun platelet faktor 4. Activated partial troponin dan biasanya usia masih rnuda. Risiko sedang
thromboplastin time dapat dipakai untuk memonitor bila ada angina yang baru dan makin berat, didapatkan
aktivitas antikoagulasi, tetapi biasanya tidak perlu. angina pada waktu istirahat, tak ada perubahan segmen
Hirudin dapat menurunkan angka kematian dan infark ST, dan enzim jantung tidak meningkat. Risiko tinggi bila
miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah. pasien mempunyai angina waktu istirahat. angina
Bivalirudin juga menunjukkan efektivitas yang sama berlangsung lama atau angina pasca infark; sebelumnya
dengan efek samping perdarahan kurang dari heparin. sudah mendapat terapi yang intensif, usia lanjut,
Bivalirudin telah disetujui untuk menggantikan heparin didapatkan perubahan segmen ST yang baru, didapatkan
pada pasien angina tak stabil yang menjalani PCI. Hirudin kenaikan troponin, dan ada keadaan hemodinamik tidak
maupun bivalirudin dapat menggantikan heparin bila ada stabil.
efek samping trombositopenia akibat heparin (HIT). Bilamanifestasi iskemia datang kembali secara spontan
atau pada waktu pemeriksaan, maka pasien sebaiknya
dilakukan angiografi. Bila pasien tetap stabil dan termasuk
TINDAKAN REVASKULARISASI PEMBULUH risiko rendah maka terapi medikamentosa sudah cukup.
KORONER Hanya pasien dengan risiko tinggi yang membutuhkan
tindakan invasif segera, dengan kemungkinan tindakan
Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada revaskularisasi.
pasien dengan iskemia berat, dan refrakter dengan terapi
medikamentosa.
Pada pasien dengan penyempitan di left main atat REFERENSI
penyempitan pada 3 pembuluh darah, bila disertai faal
ventrikel kiri yang kurang tindakan operasi bypass (CABG) Graves E. National Hospital Discharge Survey. Annual survey 1996
dapat memperbaiki harapan hidup, kualitas hidup dan Series 13, no. 4. Washington, D.C.: National Center for Health
tati stics. 1 99 8
mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit. Pada S

Braunwald E. Unstable angina. A classitlcation. Circulation 1989;


tindakan bedah darurat mortalitas dan morbiditas lebih
80:410
buruk dari pada bedah elektif. Little WC, Constantinescu M, Applegate RJ, et al. Can coronary
Pada pasien dengan faal jantung yang masih baik angiographypredict the site of a subsequent myocardial infarc-
dengan penyempitan pada satu pembuluh darah atau 2 tion in pattents with mild-to-moderate coronary artery dis-
pembuluh darah atau bila ada kontra-indikasi tindakan ease? Circulation 1988;78:l 157-66,
pembedahan PCI merupakan pilihan utama. Fishbein MC, Siegel RJ. How big are coronary atherosclerotic plaques

Pada angina tak stabil apa perlu tindakan invasif dini that rupture? Circulation 1996;94:2662-6.
Ambrose JA, Winters SL, Arora RR, et al. Angiographic evolution
atau konservatif tergantung dari stratifikasi risiko pasien;
of coronary artery morphology in unstable angina J Am Coll
pada risiko tinggi, seperti angina terus-menerus, adanya Car diol 7986ti 4'7 2 -8.:

depresi segmen ST, kadar troponin yang meningkat, faal Ambrose JA, Tannenbaum MA, Alexopoulos D, et al Anglographic
ventrikel kiri yang buruk, adanya gangguan irama jantung progression of coronary artery disease and the development of
yang maligna seperti takikardia ventrikel, perlu tindakan myocardial infarction. J Am Coll Cardiol 1988;12:56-62
invasif dini.2,55.s6,57 Richardson PD, Davies MJ, Bom GVR. Influence of plaque configu-
ration and stress distribution on fissuring of coronary athero-
sclerotic plaques. Lancet 1989;2:941-4.
Fuster Y Lewis A Conner Memorial Lecture: mechanisms leading
STRATIFIKASI RISIKO to myocardial infarction: insights from studies of vascular biol-
ogy. Circulation 1994;90:2126-46 lErratum, Circulation
Delapan puluh persen pasien dengan angina tak stabil 1995:91:256
dapat distabilkan dalam 48 jam setelah diberi terapi V Acute coronary syndromes: unstable angina
Th6roux P, Fuster
medikamentosa secara agresif. Pasien-pasien ini kemudian and non-Q-wave myocardial infarction Circulation
7998:9'7 :1195-206.
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dengan treadmill
Cheng GC, Loree HM, Kamm RD, Fishbein MC, Lee RT, Distribu-
test atal;. ekokardiografi untuk menentukan apakah pasien
tion of circumferential stress in ruptured and stable atheroscle-
cukup dengan terapi medikamentosa atau pasien rotic lesions:a structural analysis with histopathological corre-
membutuhkan pemeriksaan angiografi dan selanjutnya lation. Circulation 1993:,87 :11'7 9-81 .

tindakan revaskularisasi. Ferndndez-Ortiz A, Badim6n JJ, Falk E, et al. Characterization of


AIIGINA PEI(TORIS TAK STABIL t733

the relative thrombogenicity of atherosclerotic plaque compo- Pettijohn TL, Doyle T, Spiekerman AM, Watson LE, Riggs
nents: implicationsfor consequences of plaque rupture. J Am MW,Lawrence ME. Usefulness of positive troponin-T and nega-
Coll Cardiol 1994:23:1562-9. tive creatine kinase levels in identifying high-risk patients with
Moreno PR, Bernardi VH, Lopez-Cudllar J, et al. unstable angina pectoris Am J Cardiol 1997;80:510-1.
Macrophages,smooth muscle cells, and tissue factor in unstable Lindahl B, Venge P, Wallentin L. Relation between troponin T and
angina: implications for cell-mediated thrombogenicity in acute the risk of subsequent cardiac events in unstable coronary ar-
coronary syndromes. Circulation 1996;94:3090-7. tery disease.Circulation 1996;93:165 l-1
Wilcox JN, Smith KM, Schwartz SM, Gordon D. Localization of Antman EM, Sacks DB, Rifai N, McCabe CH, Cannon CP, Braunwald
tissue factor in the normal vessel wall and in the atherosclerotic E. Time to positivity of a rapid bedside assay for cardiac-spe-
plaque. ProcNatl Sci U S A 1989;86:2839-43. cific troponin T predicts prognosis in acute coronary syndromes:
Patrono C. Renda G Platelet activation and inhibition in unstable a Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMf) I I A substudy.
coronary syndromes. Am J Cardiol 1997;80:17E-208. J Am Coli Cardiol 1998131:326-30.
Cermak J, Key NS, Bach RR, Balla J, Jacob HS, Vercellotti GM. C- Karlberg KE, Saldeen I Wallin R, et al. Intravenous nitroglycerin
reactive protein induces human peripheral blood monocytes to reduces ischaemia in unstable angina pectoris: a double-blind
syntbesize tissue factor. Blood 1993;82:513-20. placebo-controlled study. J Intern l;{ed 19981, 243:25.
Ridker PM, Glynn RJ, Hennekens CH. C-reactive protein adds to Curfman, GD, Heinsimes, JA, Lozner, EC, Fung, HL. Intravenous
the predictive value of total and HDL cholesterol in determin- nitroglycerin in the treatment of spontaneous angina pectoris:
ing risk of first myocardial infarction. Circulation 19981'9'7:2007- A prospective randomized trial. Circulation '1983l. 67:276.
tl Horowitz, JD Role of nitrates in unstable angina pectoris. Am J
Ridker PM, Cushman M, Stampfer MJ, Tracy RP, Hennekens Cardiol 1992: 70:648.
CH.Plasma concentration of C-reactive protein and risk of Yusuf S, Wittes J, Friedman L. Overview of results of randomized
developing peripheral clinical trials in heart disease. II. Unstable angina, heart failure,
Cannon CP, McCabe CH, Stone PH, et al. Circadian variation in the primary prevention with aspirin, and risk factor modification.
onset of unstable angina and non-Q-wave acute myocardial in- JAMA 1988:260:2259-63.
farction (theTIMI Registry and TIMI IIIB). Am J Cardiol Ferrari R. Prognosis of patients with unstable angina or acute myo-
1997;79 253-B cardial inlarction treated with calcium channel antagonists. Am
Alpert JS. Coronary vasomotion, coronary thrombosis, myocardial J Cardiol 1996:17 :22D-25D.
infarction and the camel's back. J Am Coll Cardiol 1985:5:617- Held PH, Yusuf S, Furberg CD. Calcium channel blockers in acute
8. myocardial infarction and unstable angina: an overview BMJ
Meredith IT, Yeung AC, Weidinger FF, et al. Role of impaired 1989:299: 1 181 -92
endothelium-dependent vasodilation in ischemic manifestations Thdroux P, Taeymans Y, Morissette D, Bosch X, Pelletier GB,
ofcoronary artery disease. Circulation 1993;87:Suppl V:V-56- Waters DD. A randomized study comparing propranolol and
v-66. diltiazem in the treatment of unstable angina. J Am Coll Cardiol
Wieczorek I, Haynes WG Webb DJ, Ludlam CA, Fox KAA. Raised 1985:,5:1 )1 -22
plasma endothelin in unstable angina and non-Q wave myocar- Lewis HD Jr, Davis JW Archibald DG et al. Protective effects of
dial infarction: relation to cardiovascular outcome. Br Heart J aspirin against acute myocardial infarction and death in men
1994:72:436-41. with unstableangina: results of a Veterans Administration
Watanabe ! Suzuki N, Shimamoto N, Fujino M, Imada A. Contribu- cooperative study. N Engl JMed 1983;309:396-403.
tion of endogenous endothelin to the extension of myocardial Cairns JA, Gent M, Singer J, et al. Aspirin, sulfinpyrazone, or both
infarct size in rats Circ Res 1991169:370-7 in unstable angina: results of a Canadian multicenter trial. N
Ross R. The pathogenesis of atherosclerosis - an update N Engl J Engl J Med 1985;313:1369-75.
Med 1986:314:488-500. Antiplatelet Trialists' Collaboration. Collaborative overview of
Nobuyoshi M, Tanaka M, Nosaka H, et al. Progression of coronary I. Prevention of death,
randomised trials ofiantiplatelet therapy.
atherosclerosis: is coronary spasm related to progression? J Am myocardial infarction,and stroke by prolonged antiplatelet
Coll Cardiol 1991;l 8:904-10 therapy in various categories of patients. BMJ 1994;308:81-
Farb A, Burke AP, Tang AL, et al. Coronary plaque erosion 106. [Erratum, BMJ 1994;308: 1540.]
withoutrupture into a lipid core: a frequent cause of coronary Balsano F, Rizzon B Violi F, et al. Antiplatelet treatment with
thrombosis in sudden coronary death. Circulation 1996;,93:1354- ticlopidine in unstable angina: a controlled multicenter clinical
63. trial. Circulation 1990',82:17 -26.
Flugelman MY, Virmani R, Correa R, et al Smooth muscle cell CAPRIE Steering Committee. A randomised, blinded, trial of
abundance and fibroblast growth factors in coronary lesions of clopidogrel versus aspirin in patients at risk of ischaemic events
patients with nonfatal unstable angina: a clue to the mechanism (CAPRIE). Lancet 1996;348:1329 -39.
of transformation from the stable to the unstable clinical state. The CAPTURE Investigators. Randomised placebo-controlled trial
Circulation 1 993 ;88:2493-500. of abciximab before and during coronary intervention in
Cannon CP, McCabe CH, Stone PH, et al. The electrocardiogram refractory unstable angina. The CAPTURE study. Lancet 1997;
predicts one-year outcome of patients with unstable angina and 349: 1429-35
non-Q wave myocardial infarction: results of the TIMI III Platelet Receptor Inhibition in Ischemic Syndromes Management
Registry ECG Ancillary Study. J Am Coll Cardiol 1997;30:133- in Pateints Limited by Unstable Signs and Symptoms (PRISM-
40. PLUS ) Study Investigators. Inhibition of the platelet
Savonitto S, Ardissino D, Granger CB, et al. Prognostic value of the glycoprotein IIb/IIIa receptor with tirofiban in unstable angina
admission electrocardiogram in acute coronary syndromes. and non Q wave myocardial infarction. N Engl J Med 1998;
JAMA 1999:28r:701-lf. 338:1488-97.
t734 IGRDIOI.OGI

The PURSUIT Trial Investigators. Inhibition of platelet glycopro- molecular-weight heparin w.ith unfractionated heparin for un-
tein IIb/IIIa with eptifibatide in patients with acute coronary stable coronary artery disease. N Engl J Med 19971'331:447-52.
syndromes. N Engl J Med 1998; 339:436-43 Antman EM, McCabe CH, Gurflnkel EP, et al. Enoxaparin prevents
Boersma E, Akkerhuis KM, Theroux P, et al. Platelet glycoprotein death and cardiac ischemic events in unstable angina/non-Q-
Iib/IIIa receptor inhibition in non ST elevation acute coronary wave myocardial infarction: results of the Thrombolysis in
syndromes: early benefit during medical therapy only, with ad- Myocardial Infarction (TIMI) IIB trial. Circulation
ditional protection during percutaneous coronary intervention. 19991100:1593-601.
Circulation 1999 ; 100:2045-2048 Organisation to Assess Strategies for Ischemic Syndromes (OASIS-
The PARAGON Investigators. An international, randomized, 2) Investigators. Effects of recombinant hirudin (lepirudin) com-
controlled trial of lamifiban (a platelet glycoprotein IIb/IIIa pared with heparin on death, myocardial infarction, refractory
inhibitor), heparin, or both in unstable angina. Circulation angina, and revascularisation procedures in patients with acute
199897:2386-95. myocardial ischaemia without ST elevation: a randomised trial.
Oler A, Whooley MA, Oler J, Grady D. Adding heparin to aspirin Lancet I 999:353:429-38.
reduces the incidence of myocardial infarction and death in Luchi RJ, Scoft SM, Deupree RH, Principal Investigators and Their
patients with unstable angina: a meta-rnalysis. JAMA Associates of Veterans Administration Cooperative Study No.
1996l'27 6:811-5. 28. Comparison of medical and surgical treatment for unstable
Klein LW, Wahid F, VandenBerg BJ, Parrillo JE, Calvin JE. Com- angina pectoris: results of a Veterans Administration coopera-
parison of heparin therapy for < or = 48 hours to > 48 hours in tive study. N Engl J Med 1987;316:977-84
unstable angina pectoris. Am J Cardiol 19911.79:259-63. Braunwald E, Mark DB, Jones RH, et al Unstable angina: diagnosis
Warkentin TE, Levine MN, Hirsh J, et al. Heparin-induced and management. Clinical practice guideline. No. 10. Rockville,
thrombocytopenia in patients treated with 1ow-molecular-weight Md.: Department of Health and Human Services, 1994. (AHCPR
heparin or unfractionated heparin. N Engl J Med 1995.332:1330- publication no.94-0602 )
5. Braunwald E, Antman EM, Heasky JW, et a1. ACC/AHA Guideline
Cohen M, Demers C, Gurfinkel Eq et al. A comparison of low Update for the Management of Patients with Unstable Angina
and Non ST segment Elevation Myocardial Infarction 2002,
Summary Article: A report of the American College of
Cardiology/ American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines ( Committee on the Management of
Patients With Unstable Angina) Circuiation 2002:106:1893-
900 the stable to the unstable clinical state. Circulation
1 993:8 8 :2493 -5 00.
273
ANGINA PEKTORIS STABIL
A. Muin Rahman

Angina pektoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karena Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh "Canadian
iskemia miokardium. Biasanya mempunyai karakteristik Cardiovascular Society" sebagi berikut:
tertentu: . Klas I. Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun.
. Lokasinya biasanya di dada, substernal atau sedikit di naik tangga 7-2 lantai dan lain-lain tak menimbulkan
kirinya, dengan penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada latihan yang
sampai dengan lengan dan jari-jari bagian ulnar, berat, berjalan cepat serta terburu-buru waktu kerja atau
punggung/pundak kiri. bepergian.
. Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul . Klas IL Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya
seperti rasa tertindih/berat di dada, rasa desakan yang AP timbul bila melakukan aktivitas lebih berat dari
kuat dari dalam atau dari bawah diafragma. seperti biasanya, seperti jalan kaki 2 blok, naik tangga lebih
diremas-remas atau dada mau pecah dan biasanya pada dari 1 lantai atau terburu-buru, berjalan menanjak atar-i
keadaan yang berat disertai keringat dingin dan sesak melawan angin dan lain-lain.
napas serta perasaan takut mati. Biasanya bukanlah . Klas III. Aktivitas sehari-hari nyata terbatas. AP timbul
nyeri yang tajam, seperti rasa ditusuk-tusuk/diiris bila berjalan 1-2 blok, naik tangga 1 lantai dengan
sembilu, dan bukan pula mules. Tidak jarang pasien kecepatan yang biasa.
mengatakan bahwa ia hanya merasa tidak enak di . Klas IV APbisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir
dadanya. semua aktivitas dapat menimbulkan angina, termasuk
Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan mandi, menyapu dan lain-lain.
istirahat; tapi tak berhubungan dengan gerakan Nyeri dada ada yang mempunyai ciri-ciri iskemik
pernapasan atau gerakan dada ke kiri dan kekanan. miokardium yang lengkap, sehingga tak meragukan lagi
Nyeri juga dapat dipresipitasi oleh stres fisik ataupun untuk diagnosis, disebut sebagai nyeri dada (angina)
emosional. tipikal; sedangkan nyeri yang meragukan tidak mempunyai
. Kuantitas: Nyeri yang pertama sekali timbul biasanya ciri yang lengkap dan perlu dilakukan pendekatan yang
agak nyata, dari beberape menit sampai kurang dari20 hati-hati, disebut angina atipik. Nyeri dada lainnya yang
menit. Bila lebih dari 20 menit dan berat maka harus suflah jelas berasal dari luar jantung disebut nyeri non
dipertimbangkan sebagai angina tak stabil (unstable kardiak.
angina pectorls = UAP) sehingga dimasukkan ke dalam Untuk membantu menentukan nyeri tipikal atau bukan
sindrom koroner akut="acute coronatl syndrome" = maka baiknya anamnesis dilengkapi dengan mencoba
ACS, yang memerlukan perawatan khusus. Nyeri dapat menemukan adanya faktor risiko baik pada pasien atau
dihilangkan dengan nitrogliserin sublingual dalam keluarganya seperti kebiasaan makan/kolesterol, DM,
hitungan detik sampai beberapa menit. Nyeri tidak terus- hipertensi, rokok, penyakit vaskular lain seperti strok dan
menerus, tapi hilang timbul dengan intensitas yang penyakit vaskular perifer, obesitas, kurangnya latihan dan
makin bertambah atau makin berkurang sampai lain-1ain.
terkontrol. Nyeri yang berlangsung terus-menerus Pada AP stabil, nyeri dada yang tadinya agak berat,
sepanjang hari, bahkan sampai berhari-hari biasanya sekalipun tidak termasuk UAP, berangsur-angsur turun
bukanlah nyeri angina pektoris. kuantitas dan intensitasnya dengan atau tanpa

t73
1736 T(ARDIOII)GI

pengobatan, kemudian menetap (misalnya beberapa hari hanya positif pada 507o pasien. Kelainan EKG 12 leads
sekali, atau baru timbul pada beban/stres yang tertentu yang khas adalah perubahan ST-T yang sesuai dengan
atau lebih berat dari sehari-harinya). iskemia miokardium. Akan tetapi perubahan-perubahan lain
Pada sebagian pasien lagi nyeri dadanya bahkan ke arah faktor risiko seperti LVH dan adanya Q abnormal
berkurang terus sampai akhirnya menghilang, yaitu amat berarti untuk diagnostik. Gambaran EKG lainnya tidak
menjadi asimtomatik, walaupun sebetulnya adanya iskemia khas seperti aritmia, BBB, bi atau trifasikular blok, dan
tetap dapat terlihat misalnya pada EKG istirahatnya, sebaginya. EKG istirahat waktu sedang nyeri dada dapat
keadaan yang disebut sebagai "silent iskhemia" menambah kemungkinan ditemukannya kelainan yang
sedangkan pasien-pasien lainnya lagi yang telah menjadi sesuai dengan iskemia sampai 507o lagi, walaupun EKG
asimtomatik, EKG istirahatnya normal pula, dan iskemia istirahat masih normal. Depresi ST-T I mm atau lebih
baru terlihat pada stres tes. merupakan pertanda iskemia yang spesifik, sedangkan
perubahan-perubahan lainnya seperti takikardia, BBB, blok
fasikular dan lain-lain, apalagi yang kembali normal pada
PEMERIKSAAN FISIS waktu nyeri hilang sesuai pula untuk iskemia.

Tak ada hal-hal yang khusus/spesifik pada pemeriksaan


Foto Toraks
fisik. Sering pemeriksaan fisis normal pada kebanyakan Pemeriksaan ini dapat melihat misalnya adanya kalsifikasi
pasien. Mungkin pemeriksaan fisis yang dilakukan waktu
koroner ataupun katup jantung, tanda-tanda lain, misalnya
nyeri dada dapat menemukan adanya aritmia, gallop pasien menderita juga gagal jantung, penyakit jantung
bahkan murmur, split 52 paradoksal, ronki basah dibagian
katup, perikarditis, dan anurisma dissekan, serta pasien-
basal paru, yang menghilang lagi pada waktu nyeri sudah
pasien yang cenderung nyeri dada karena kelainan paru-
berhenti. Penemuan adanya tanda-tanda aterosklerosis paru.
umumnya seperti sklerosis A. Carotis,aneurisma
abdominal, nadi dorsum paedis/tibialis posterior tidak
teraba, penyakit valvular karena sklerosis, adanya EKG Waktu Aktivitas/Latihan
hipertensi, LVH, xantoma, kelainan fundus mata dan lain- Penting sekali dilakukan pada pasien-pasien yang amat
lain, tentu amat membantu. dicurigai, termasuk kelainan EKG seperti BBB dan depresi
ST ringan. Begitu pula pada pasien-pasien dengan angina
vasospastik; sedangkan pada pasien-pasien dengan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM kemungkinan iskemianya rendah, LVH, minum obat
digoksin, dengan depresi ST kurang dari 1 mm boleh saja
Beberapa pemeriksaan lab diperlukan disini: hemoglobin, dikerjakan, meskipun sebenarnya tak terlalu perlu. Kontra
hematokrit, trombosit dan pemeriksaan terhadap faktor indikasi: IMA kurang dari 2 hari, aritmia berat dengan
risiko koroner seperti gula darah, profil lipid, dan penanda hemodinamik terganggu, gagal jantung manifes, emboli
inflamasi akut bila diperlukan, yaitu bila nyeri dada cukup paru dan infark paru, perikarditis dan miokarditis akut,
berat dan lama, seperti enzim CK/CKMB, CRP/hs CRP, diseksi aorta. Kontra indikasi relatif: stenosis LM,
troponin. Bila nyeri dada tidak mirip suatu UAP maka tidak stenosis aorta sedang atau obstrukst "outflow" lainnya,
semuanya pemeriksaan-pemeriksaan ini diperlukan. elektrolit abnormal, hipertensi sistolik >200 dan diastolik
>100 mm Hg, bradi atau takiaritmia, kardiomiopatia
hipertrofik, UAP (kecuali yang berisiko rendah dan sudah
DIAGNOST!K bebas nyeri), dan gangguan fisik yang menyulitkan
melakukan tes ini. Treadmill exercise tesr memiliki
Pedoman yang disusun oleh AHA telah cukup lengkap sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 687o
untuk melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan yang +l-16 Vo danll% +l-117o. Tes ini ternyata sensitivitasnya
efektif dan efisien pasien PJK, sehingga ia dipakai sebagai lebih rendah dari s/ress testlainnya.
dasar penyusunan pedoman-pedoman yang diusulkan
berikut ini. Ekokardiograf i
Untuk memastikan bahwa memang ada iskemia Pemeriksaan ini bermanfaat sekali pada pasien dengan
miokardium sebagai penyebab nyeri dada maka diperlukan
murmur sistolik untuk memperlihatkan ada tidaknya
beberapa pemeriksaan:
stenosis aorta yang signifikan atau kardiomiopati
hipertrofik. Selain itu dapat pula menentukan luasnya
EKG Waktu lstirahat iskemia bila dilakukan waktu nyeri dada sedang
Dikerjakan bila belum dapat dipastikan bahwa nyeri dada berlangsung. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk
adalah non kardiak. Bila angina tidak tipikal, maka EKG ini menganalisis fungsi miokardium segmental bila hal ini telah
ANGINAPEKTORIS STABIL t737

terjadi pada pasien AP stabil kronik atau bila telah pernah karakteristik klinisnya tergolon g risiko tinggi.
infark jantung sebelumnya, walaupun hal ini tidak dapat Pemeriksaan ini diperlukan juga bagi pasien-pasien
memperlihatkan iskemia yang baru terjadi. Bila yang diketahui mempunyai disfungsi ventrikel kiri (EF
ekokardiografi dilakukan dalam waktu sampai 30 menit dan kurang dari 457a) walaupun dengan angina klas I-II dan
serangan angina, mungkin sekali masih dapat pemeriksaan non invasif tidak menunjukkan risiko tinggi,
memperlihatkan adanya segmen miokardium yang serta pasien-pasien yang tidak dapat ditentukan status
mengalami disfungsi karena iskemia akut. Segmen ini akan koronernya dengan pemeriksaan non invasif.
pulih lagi setelah hilangnya iskemia akut. Kuantitas iskemia Keterbatasan angiografi koroner misalnya adalah
dapat diperlihatkan dengan sistem skor. Bila daerah bahwa ia tak dapat menentukan perubahan fungsi
disfungsi iskemik itu sukar terlihat, maka sensitivitas dapat miokardium berdasarkan stenosis koroner yang ada dan
ditambah dengan memakai alat eko yang menggunakan insensitif dalam menentukan adanya trombus. Lagipula ia
harmonic imaging atau dapat dipakai juga eko kontras juga tak dapat menunjukkan plak sklerosis yang akan
memakai gelembung-gelembung mikro (micro bubbles) menyebabkan berkembangnya menjadi UAP, yang
yang terjadi waktu injeksi IV larutan kontras. Pada saat tergantung pada isi dan kapsul plak tersebut. Tidakjarang
terjadi iskemia dapat timbul MR, yang dapat diperlihatkan plak yang demikian biasanya hanyalah menunjukkan
pula dengan eko doppler. stenosis 50Vo. Dengan tambahan beratnya disfungsi LV,
angiografi koroner bermanfaat sekali untuk stratifikasi
prognostik, yang berkorelasi dengan jumlah pembuluh
Stress lmaging, dengan Ekokardiograf i atau
darah yang mengalami stenosis, yaitu l, 2, 3 pembuluh
Radionuklir
atau LM. Surviv al 1 2 th untuk pasien dg 0,1,2,3 pembuluh
Pemeriksaan stres ekokardiografi ini bermanfaat dikerj akan
adalah masing-masing 9 I Vo, I 4Vo, 59 Vo dan 407o, sedan gkan
pada pasien yang dicurigai menderitaAPS sedangkan EKG
LV fungsi sistolis dengan EF 50-1007o,35-497o dan<35o/o
istirahatnya menunjukkan ST depresi I mm atau lebih atau
berturut-turut adalah I 37o, 547o dan 2lVo.
memperlihatkan adanya sindrom WPW. Kedua tes ini
bergunajuga pada pasien pre revaskularisasi atau pasien-
pasien dengan pacu jantung atau LBBB. Ekokardiografi
stres dengan memakai obat-obatan bermanfaat sekali Mortalitas <1%lth 1-3%lth >3%/rh
dilakukan pada pasien-pasien yang tak dapat melakukan Disfungsi LV Tidak ada %
EF 35-49 EF < 35%
stres dengan latihan ataupun yang akan dilakukan (angio)
revaskularisasi (dengan PCI atau CABG).Tes-tes ini kurang TMT/Sfress low risk lntermediate High risk
fesf
bermanfaat bila dikerjakan pada pasien-pasien yang sudah
hampir pasti atau sama sekali belum jelas menderita iskemia
Disfungsi LV Tidak ada dosis tinggi mencapai
None/terbatas < 35o/o
miokardium. Pemeriksaan-pemeriksaan stres tes ini dapat Defek pefusi Normal moderat besar
diterapkan juga bagi pasien-pasien asimtomatik, terutama pd stres
pada pasien-pasien asimtomatik yang berisiko tinggi. Stres Eko Normal iskemia multipel/
Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan stres terbatas besar

ekokardiografi berkisar pada 60-857o, sedangkan


pemeriksaan den gan radionuklir kira-kira berkisar antara
80-907o. Selain untuk diagnostik, tes-tes ini dapat Dengan Pemeriksaan-pemeriksaan Noninvasif
dimanfaatkan juga untuk stratifikasi prognostik serta dan lnvasif Didapat Klasifikasi Pasien Menjadi
evaluasi pasien-pasien yang telah dilakukan Pasien-pasien yang asimtomatik diberlakukan menyerupai
revaskularisasi dengan PCI atau CABG. Sampai dengan APS juga, hanya dengan skala yang lebih nngan; misalnya
dilakukannya pemeriksaan noninvasif ini dapatlah bila EKG istirahatnya normal, tidak memerlukan stres eko
digolongkan pasien-pasien ke dalam risiko ringan, sedang lagi, apalagi adanya PJK sudah dibuktikan sebelumnya.
dan tinggi. Apabila ia termasuk high risk pada pemeriksaan-
pemeriksaaan non invasif, maka pemeriksaan invasif
Angiografi Koroner mungkin diperlukan juga.
Pemeriksaan ini diperlukan pada pasien-pasien yang tetap
pada APS klas III-IV meskipun telah mendapat terapi yang
cukup, atau pasien-pasien dengan risiko tinggi tanpa PENATALAKSANAAN
mempertimbangkan beratnya angina. serta pasien-pasien
yang pulih dari serangan aritmia ventrikel yang berat sampai Tujuan pengobatan terutama adalah mencegah kematian
cardiac arrest, yang telah berhasil diatasi. Begitu pula dan terjadinya seranganjantung (infark). Sedangkan yang
perlunya pemeriksaan ini pada pasien-pasien yang Iainnya adalah mengontrol serangan angina sehingga
mengalami gagal jantung dan pasien-pasien yang memperbaiki kualitas hidup.
1738 I(ARDIOI.OGI

Pengobatan terdiri dari farmakologis dan non itu barulah menghilangkan simtom dan perbaikan kualitas
farmakologis seperti penurunan BB dan lainlain, termasuk hidup
terapi reperfusi dengan cara intervensi atau bedah pintas Maka diantara obat-obatan ini yang berguna untuk
(cABG). mengurangi angka kematian dan serangan jantung adalah
Bila ada 2 cara terapi yang sama effcL.tif rnengontrol aspirin, penurunan kolesterol darah terutama dengan
angina, maka yang dipilih adalah terapi yang terbukti lebih statin, penyekat beta dan ACE inhibitors. Obat-obatan
efektif mengurangi serangan jantung dan mencegah lainnya berguna untuk mengurangi angina dan merperbaiki
kematian. Pada stenosis LM misalnya, bedah pintas kualitas hidup.
koroner lebih dipilih karena lebih efektif mencegah
kematian.
Memang kebanyakan terapi farmakologis adalah untuk NON FARMAKOLOGIS
segera mengontrol angina dan memperbaiki kualitas hidup,
tetapi belakangan telah terbukti adanya terapi farmakologis Di samping pemberian oksigen dan istirahat pada waktu
yang mencegah serangan jantung dan kematian juga, datangnya serangan angina misalnya, maka hal-hal yang
misalnya statin sebagai obat penurun lemak darah. telah disebut di atas seperti perubahan lfe sryLe (termasuk
berhenti merokok dan lain-lain), penurunan BB,
penyesuaian diet, olahraga teratur dar.r lain-lain, merupakan
FARMAKOLOGIS terapi non farmakologis yang dianjurkan.
Semuanya ini, termasuk pula perlunya pemakaian obat
. Aspirin. secara terus menerus sesuai yang disarankan dokter dan
. Penyekat beta. mengontrol faktor risiko, serta bila perlu mengikutsertakan
. Angiotensin converting eLLZ))me, terutama bila disertai keluarganya dalam pengobatan pasien, dapat dimasukkan
hipertensi atau disfungsi LV. juga ke dalam pendidikan (educ'crtions).
. Pemakaian obat-obatan untuk penurunan LDL pada
pasien-pasien dengan LDL >130 mg/dl (target <l00mg/
dl). REPERFUSI MIOKARDIUM
. Nitrogliserin semprot/sublingual untuk mengontrol
anglna. Reperfusi miokardium dapat dilakukan dengan herbagai
. Antagonis kalsium atau nitrat jangka panjang dan cara, seperti intervensi koroner dengan balon dan
kombinasinya untuk tambahan beta bloker apabila ada pemakaian s/enr sampai operasi CABG. Terapi ini pun
kontra indikasi penyekat beta, atau efek samping tak haruslah mengutamakan tujuan penurunan mortalitas serta
dapat ditolerir atau gagal. mengurangi serangan jantung akut, bukan hanya untuk
" Klopidogrel untuk pengganti aspirin yang mengurangi simtom dan memperbaiki kualitas hidup.
terkontraindikasi mutlak. Misalnya pasien APS/asimtomatik dengan kelainan l-2
. Antagonis Ca nondihidropiridin long acting sebagai pembuluh koroner, haruslah diberikan terapi farmakologis
pengganti penyekat beta untuk terapi permulaan. yang intensif dulu sebelum dikatakan bahwa terapi yang
. Terapi terhadap faktorrisiko. diberikan telah gagal; sedangkan pasien dengan kelainan
Penurunan kolesterol LDL pada pasien yang jelas pembuluh LeJt Main (LM) sebaiknya langsung dilakukan
menderita PJK atau amat dicurigai menderita PJK reperfusi karena memang terbukti menurunkan mortalitas.
dengan LDL antara 100- 129 mg/dl, dengan target LDL Keadaan-keadaan yan g memerlukan reperfusi miokardi um
adalah di bawah 100 mg/dl . Ada beberapa pilihan terapi padaAPS:
untuk ini, yaitu: . Coronary artety bypass graft (CABG) pada stenosis
- Gaya hidup atau dengan obat-obatan. LM.
- Penurunan BB dan peningkatan latihan pada . Coronury ctrtert bltpass graft pada lesi 3 pembuluh
sindrom me[abolik. terutama bila ada disfungsi LV.
- Pengobatan terhadap peninggian lipid Iainnya atau . Coronary ctrtery bv-pass gra.fi pada pasien lesi 2
faktor lisiko nonlipid lainnya; pemakaian asam pembuluh dan proksimal LAD dan disfungsi LV atau
nikotinat atau asam fibrat untuk peninggian terdapat iskemia pada tes non invasif.
trigliserid atau HDL yang rendah. . Percutaneous corowtry intervention pada pasien-
- Penurunar-r BB pada obesitas meskipun pasien tidak pasien dengan lesi 2 pembuluh dan proksimal LAD
menderita hipertensi, dislipidemia ataupun DM. yang anatomis baik untLrk PCI, apalagi bila LV fungsi
Sudah disebutkan di atas bahwa dalam terapi APS normal dan tidak diobati untuk DM.
ataupun PJK asimtomatik, maka tujuan yang utama adalah . Percutaneous coronaty intervention atau CABG pada
pencegahan seran gan j antun g (infaLk) dan kemati an ; setel ah pasien-pasien dengan lesi 1 atau 2 pembuluh, tanpa
ANGINA PEKTORIS STABIL 1739

proksimal LAD yang bermakna, tetapi terdapat"viable" mula diperiksa 4-8 minggu, lalu tiap 4-6 bulan.
miokardium cukup luas atau pada tes noninvasif Dalam penatalaksanna lanjutan (follow zp) pasien-
termasuk risiko tinggi. pasien APS/asimtomatik mungkin diperlukan lagi tes-tes
, Coronary artery bypass graft pada pasien-pasien noninvasif, seperti direkomendasikan sebagai berikut:
LAD, yang
dengan lesi 1-2 pembuluh tanpa proksimal 1. Foto toraks bila terdapat tanda-tanda CHF yang baru
pulih dari aritmia ventrikel yangberat/cardiac arrest. atau pemburukannya.
. Percutaneous coronary intervention atau CABG pada 2. Penilaian kembali fungsi sistolis LV ataupun analisa seg-
pasien yang sebelumnya sudah reperfusi PCI tapi mental LV dengan cara eko ataupun radionuklir pada
mengalami restenosi s, sedangkan terdapat miokardium pasien-pasien dengan CHF yang baru timbul maupun
"viable" luas ataupun pada tes noninvasif termasuk perburukannya ataupun timbulnya tanda-tanda infark
high risk jantung.
. Percutaneous corondry intentention atau CABG pada 3. Ekokardiografi pada pasien-pasien dengan tanda-tanda
pasien-pasien yang tak berhasil baik dengan terapi kelainan katup yang baru atau perburukan kel. Katup
konservatif, sedangkan reperfusi dapat dikerjakan yang ada,
dengan risiko cukup baik Uji treadmill pada pasien-pasien yang belum dilakukan
. Reperfusi transmiokardial secara operatif dengan revaskularisasi, yang menunjukkan perubahan-perubahan
menggunakan laser klinis yang cukup berarti dan mampu melakukan stres tes
Terapi lain yang dapat dipertimbangkan pula pada dengan exercise, sedangkan pada yang tak mampu
pasien-pasien APS atau asimtomatik PJK adalah: melakukan ex ercise test diTakukan pemeriksaan radionukliq
. Pemberian hormon pengganti pada pasien perempuan dan tak menunjukkan perubahan-perubahan EKG seperti
posmenopos, bila tak ada KI. WPW, electrical pacing rhythme dan ST depresi lebih dari
. Penurunan BB pada obesitas, sekalipun tak ada 1 mm pada EKG istirahat.
hipertensi, DM dan hiperlipiemia.
. Terapi asam folat pada pasien dengan peninggian
homosistein. REFERENSI
. Suplemen vit E dan C.
. Identifikasi adanya depresi dan pengobatannya yang Chatterjee K. Recognition and management of patients with stable
adekuat. angina pectoris. In: Goldman L, Brqunwald E, eds. Primary
Cardiology. Philadelphia: WB Saunders, 1998:234-56.
Levine HJ. Difficult problems in the diagnosis of chest pain. Am
Heart J 1980;100: 108-18.
PENATALAKSANAAN LANJ UTAN Diamond GA. A clinically relevant classification of chest
discomfortUetterl. J Am Coll Cardiol 1983;l:574-5.
Belum tersedia pedoman yang jelas mengenai evaluasi Wise CM, Semble EL, Dalton CB. Musculoskeletal chest wall
lanjutan pasien-pasien APS dan asimtomatik PJK yang syndromes in patients with noncardiac chest pain: a study of
telah berhasil distabilkan dengan pengobatan atau/ 100 patients. Arch Phys Med Rehabil 1992;73 147-9.

dilakukan terapi revaskularisasi. Beberapa pedoman yang


Campeau L. Grading of angina pectoris Iletter]. Circulation
1976l'54 522-3.
tersusun berikut ini merupakan hasil pengalaman, namun
Alonso J, Permanyer-Miralda G, Cascant P, Brotons C, Prieto L,
dapat dipakai untuk pegangan. Soler-Soler J. Measuring functional status of chronic coronary
Yang lebih dulu perlu dievaluasi antara lain adalah patients. Reliability, validity and responsiveness to clinical
bagaimana keluhan-keluhan AP nya, apakah bertambah change of the reduced version of the Duke Activity Status Index
Iagi atau tetap stabil, apakah timbul tanda-tanda disfungsi (DASI). Eur Heart I 1997;18 414-9.
LV yang baru, apakah terapi yang ada dapat ditolerir Wexler L, Brundage B, Crouse J, et al. Coronary artery calcifica-
tion: pathophysiology, epide miology, imaging methods, and
dengan baik dan bagaimana kontrol faktor risikonya serta
clinical implications. A statement for health prof'essionals tiom
adanya komorbid baru yang memerlukan terapi tapi the American Heart Association Writing Group. Circulation
mengganggu stabilitas AP nya. 1996:94 l 17 5-92.
Setelah anamnesis yang teliti mengenai perubahan dan Califf RM, Armstrong PW, Carver JR, D'Agostino RB, Strauss WE,
perkembangan simtom, maka pemeriksaan harus dilakukan Stratification of patients into high, medium and low risk
dengan hati-hati pula mengeani adanya tanda-tanda gagal subgroups for purposes of risk factor management. J Am Coll
jantung, aritmia, perubahan-perubahan pada pembuluh Cardiol 1996127: 1007- 19.
Peels CH, Visser CA, Kupper AJ, Visser FC, Roos JP Usefulness of
darah tepi lainnya, perubahan-perubahan pada jantung
two-dimensional cardiography for immediare detection of myo-
dan lain-lain.
cardial iskhaemia in the emergency room. Am J Cardiol
Pemeriksaan laboratorium terutama ditujukan pada 1990;65:687-91.
faktor risiko, seperti gula darah dan glikosilat Hb pada Roger VL, Pellikka PA, Oh JK, Miller FA, Seward JB, Tajik AJ.
DM, profil lipid, fungsi ginjal,dan lain-lain. Profil lipid mula- Stress echocardiography. Part I. Exercise cardiography:
1740 IqRDIOI.OGI

techniques,implementation, clinical applications, and correla- major ischemic events by exercise thallium-201 single-photon
tions. Mayo Clin Proc 1995;70:5-15. emission computed tomography. J Am Coll Cardiol 1995;26:879-
Marwick TH Use of stress ekokardiograficardiography for the prog- 86.
nostic assessment of patients with stable chronic coronary ar- Hachamovitch R, Berman DS, Shaw LJ, et al. Incremental prognos-
tery disease. Eur Heart J 1997;18(Suppl D):D97-101. tic value of myocardial perfusion SPECT for the prediction of
Chuah SC, Pellikka PA, Roger VL, McCully RB, Seward JB. Role of cardiac death: differential stratification for risk of cardiac death
dobutamine stress ekokardiograficardiography in predicting and myocardial infarction [published erratum appears in Circu-
outcome in 860 patients with known or suspected coronary lation 1998;98: 1201. Circulation 1998:'97 :533-43.
artery disease. Circulation 1998;97 :117 4-80. Geleijnse ML, Elhendy A, van Domburg RT, et al. Prognostic value
Severi S, Picano E, Michelassi C, et al. Diagnostic and prognostic of dobutamine-atropine stress technetium-99m sestamibi per-
value of dipylidamole cardiography in patients with suspected fusion scintigraphy in patients with chest pain. J Am Coll Cardiol
coronary artery disease. Comparison with exercise electrocar- 1996:'28:441 -54.
diography. Circulation 1994;89: 1 160-73 Stratmann HG, Tamesis BR, Younis LT, Wittry MD, Miller DD
Berman DS, Hachamovitch R. Risk assessment in patients with Prognostic value of dipyridamole technetium-99m sestamibi
stable coronary artery disease: incremental value of nuclear myocardial tomography in patients with stable chest pain who
imaging. J Nucl Cardiol 1996;3:54l-9. are unable to exercise. Am J Cardiol 1994;13:647-52.
McTavish D, Faulds D, Goa KL. Ticlopidine. An updated review of Margolis JR, Chen JT, Kong Y, Peter RH, Behar VS, Kisslo JA The
its pharmacology and therapeutic use in platelet-dependent dis- diagnostic and prognostic significance of coronary artery calci-
orders. Drugs I 990;40:238-59. fication: report of 800 cases. Radiology 1980;137:609-16.
Hirsh J, Dalen JE, Fuster Y Harker LB, Patrono C, Roth G. Aspirin Pryor DB, Shaw L, Mccants CB, et al. Value of the history and
and other platelet-active drugs. The relationship among dose, physical examinations in identifying patients at increased risk
effectiveness, and side effects. Chest 1995;108:2475-57S for coronary artery disease. Ann Intern Med 1993;118:81-90.
Antiplatelet Trialists Collaboration. Collaborative overview of Chaitman BR, Bourassa MG, Davis K, et al. Angiographic preva-
randomised trials of antiplatelet therapy, l: prevention of death, lence of high-risk coronary artery disease in patient subsets
myocardial infarction and stroke by prolonged antiplatelet (CASS). Circulation 1981 t64:360-l
therapy in various categories of patients BMJ 1995;308:81- Evans AT Sensitivity and specificity of the history and physical
I 06. examination for coronary artery disease [letter; comment].
Hansson L, Lindholm LH, Niskanen L, et al Effect of angiotensin- Ann Intern Med 1994;120:344-5.
converting-enzyme inhibition compared with conventional Lonn EM,Yusuf S, Jha P, et al. Emerging role of angiotensin-con-
therapy on cardiovascular trorbidity and mortality in hy verting enzyme inhibitors in cardiac and vascular protection.
pertension: the Captopril Prevention Project (CAPPP) ran- Circulation 1994l'90:2056-69.
domized trial. Lancet 1999:353:61 I -6. Miranda CP, Lehmann KC1 Froelicher VF. Correlation between rest-
Pitt B, Waters D, Brown WV, et al. Aggressive lipidJowering therapy ing ST segment depression. exercise testing. coronary angiog-
compared with angioplasty in stable coronary artery raphy, and long-term prognosis. Am Heart J 199l;122:1617'
disease.Atorvastatin versus Revascularization Treatment In- 28.
vestigators. N Engl J Med 1999;341:70-6. Aronow WS. Correlation of ischemic ST-segment depression on the
Serruys PW, Unger F, Sousa JE, et al. Comparison of coronary resting electrocardiogram with new cardiac events in 1,106 pa-
artery bypass surgery and stenting for the treatment of tients over 62 years of age. Am J Cardiol 19891.64:232-3.
multivessel disease. N Engl J Med 2001:'344:1117-21. Diamond GA. Staniloff HM, Forrester JS, Pollock BH, Swan
Mosca L, Collins P, Herrington DM, et al Hornrone replacement HJ.Computer-assisted diagnosis in the noninvasive evaluation
therapy and cardiovascular disease: a statement for healthcare of ptients with suspected coronary disease. J Am Coll Cardiol
profes.rionals from the American Heart Association Citculation I 983: 1 :444-55.
20011104:499-503. Morise AP, Diamond GA. Comparison of the sensitivity and speci-
Heart Protection Study Collaborative Group. MRC/BHF Heart ficity of exercise electrocardiography in biased and unbiased
Protection Study of antioxidant vitamin supplementation in populations of men and women Am Heart J 1995;130:741-7.
20536 high-risk individuals: a randomised placebo-controlled trial. Taylor HA, Deumite NJ, Chaitman BR, Davis KB, Killip T, Rogers
Lancet 1002:360:22-33. WJ. Asymptomatic left mai.n coronary artery disease in the
Marie YP, Danchin N, Durand JF, et al. Long-term prediction of Coronary Artery Surgery Study (CASS) registry. Circulation
1989:19:l17 I -9.
274
INEARK MIOI(ARD AKUT DENGAT.I ELEVASI ST
Idrus Alwi

PENDAHULUAN PATOFISIOLOGI

Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu Infark mikard akut dengan elevasi ST (STEMD umumnya
diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 307o dengan setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah
lebih dari separuh kematian terjadr sebelum pasien ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang
mencapai Rumah Sakit. Walaupun laju mortalitas berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI
menurun sebesar 30Vo dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu.
di antara 25 pasien yang tetap hidup pada STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara
perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah cepat pada lokasi injuri vaskular, di mana injuri ini
IMA. dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi,
Infark miokard akut dengan elevasi ST (SZ dan akumulasi lipid.
elevation myocardial infarction = STEMI) merupakan Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan
terdiri dari angina pektoris tak stabil, IMA tanpa jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis.
elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST (Gambar 1 sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang
dan 2). mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis
menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur
jika mempunyaifibrous cap yarrg tipis dan inti kaya lipid
(lipid rich core).Pada STEMI gambaran patologis klasik
terdiri dari fb rin rich red trombus,yang dipercaya menjadi
Angina pektoris tidak stabil{$ lnfark miokard
dasar sehingga STEMI memberikan respons terhadap
Spektrum
terapi trombolitik.
mioslt .1,0 g ,1,0S ,10s ,259
Nekrosis
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis
Petanda: Tn & CK-l\,4B tdk terdeteksi Tn1+/CK-MB menrngkat (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi
EKG: ST J atau STlsementara ST1 atau STJ atau inversi T
dapat berkembang menjadi glombang O
trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan
atau norma
melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang
Risiko kematiani 5 B%
poten). Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan
konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Seteiah
mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai
Fungsi ventrike kir:i
Disfungsi tak t Dlsfungsi sistolik, di atasi LV afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein
NT Pro BN ngkat
adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand
(vWF) dan fibrinogen, di mana keduanya adalah molekui
Gambar 1. Bentang sindrom koroner akut mulai dari angina multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda
pektoris tak stabil tanpa nekrosis miokard yang terdeteksi sampai
secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan
infark miokard ekstensif (Dikutip dari Fox Heart 2004;90:698-
706) agregasl.

t741
1742 I(ARDIOITOGI

Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga


disebabkan'oleh oklusi arteri koroner )/ang disebabkan
oleh emboli koroner. abnormalitas kongenital, spasme
koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.

hterue.s iarm:[olog !

\ ";il

Gambar 3. Pembentukan trombus dan intervensi farmakologis


dalam kaskade koagulasi (Dikutip dari: Brouwer, et al. Heart
2004;90:581-8)
Gambar 2 Patogenesis Sindrom koroner akut (Dikutip dari
Antman, et al) lnteraksi agregasi trombosit (fibrinogen, glikoprotein llblllla) dan
aktivasi kaskade koagulasi menghasilkan trombin yang menginduksi
pembentukan bekuan yang kaya fibrin. Fibrin akan berikatan dengan
Gambar 2 menunjukkan kronologis interaksi antara pasien dan
faktorXlll yang meningkatkan kekuatan bekuan (c/of). Antikoagulan
dokter sepanjang progresi pembentukan plak, onset dan
oral menghambat produksi faktor koagulasi, obat lain menghambat
komplikasi STEMI dengan relevansi tatalaksana pada masing-
aksi faktor pembekuan yang teraktivasi Target fibrinolisis adalah
masing tahap Potongan longitudinal arteri menggambarkan timeline
degradasi fibrin, melalui plasmin. FDP,s fibrin degradation prod-
pi'oses aterogenesis dari arteri no!'mal (1 ); (2) Lesi inisiasi dan
ucts; LMWH, low molecular weight heparin; OAC, oral
akumulasi lipid ekstraselular dalam intima; (3) evolusi stadium
anticoagulans; PT, prothrombin (ll),;T, Thrombin (lla); UFH,
fibrofatty, (4) lesi progresi dengan ekspresi prokoagulan dan
unfractionated heparin; vWF, von Willebrand factor.
lemahnya fibrous cap Sindrom koroner akut berkembang jika
plak vulnerabel dan risiko tinggi mengalami disrupsi pada fibrous
cap. (5) ciisrupsi plak adalah rangsangan terhadap trombogenesis.
Resorpsi trombus dilanlutkan dengan akumulasi kolagen dan
pertumbuhan sel otot polos (6) Selanjutnya disrupsi plak
vulnerabel atau plak risiko tinggi mengakibatkan pasien mengalami
nyeri iskemia akibat penurunan aliran arteri koroner epikardial
yang terlibat Heduksi aliran dapat menyebabkan oklusi trombus
total (bawah kanan) atau oklusi trombus subtotal (bawah kiri)
Pasien dengan nyeri iskemia dapat berupa elevasi ST atau tanpa
elevasi segmen ST pada EKG. Pasien dengan elevasi ST sebagian
besar berkembang menjadi infark miokard gelombang Q, sebagian
kecil berkembang menjadi infark miokard gelombang nonQ. Pasien
tanpa elevasi segmen ST dapat mengalami angina pektoris tak
stabil atau infark miokard akut tanpa elevasi ST. Sebagian besar
pasien dengan NSTEMI berkembang menladi infark miokard non
Q, dan sebagian kecil menjadi infark miokard gelombang Q Dx =
diagnosis; NQI\ll, non-O-wave myocardial infarction; QwMl = Q-
wave myacardia! infarction; CK-IVB = MB isoenzyme of creatine Gambar 4. Gambar potong lintang afteri koroner pada pasien
kinase dengan ateroma ekstensif (Dikutip dari: Fox Heart. 2004;90:698-
706)
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan rissr.re
factor pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X
diaktivasi. mengakibatkan konversi protrombin menjadi
trombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi DIAGNOSIS
fibnn. Pembentukan trombus pada kaskade koagulasi dapat
dilihat pada Gambar 3. Arteri koroner yang terlibat Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan
(culprit) kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus anamn-esis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG
yang terdiri agregat trombosit dan fibrin. adanya elevasi ST >2mm. minimal pada 2 sandapan
INFARK MIOKAR.D AKUT DENGAN ELEVASI ST L743

prekordial yang berdampingan atau > 1mm pada 2 sandapan Diagnosis banding nyeri dada STEIVII ant-ara lain
ekstremitas. Perneriksaan enzim jantung, terutama perikarditis akut, emboii paru, diseksi aorta akul,
troponin T yang meningkat, lnemperkuat diagnosis, namun kostokondritis.dan gangguan gastrointestinai. Nyeri dada
keputusan memberikan terapi revaskularisasi tak perlu tidak selalu ditemukan pada STEN{I. In miokard akuf
menunggu hasil pemeriksaan enzim, mengingat dalam dengan elevasi ST (STEMD tempa nyeri lebih sering dijumpai
tatalaksana IMA, prinsip utama penatalaksanaan adalah pada diabetes melitus dan usia lan-iut
time is muscle.

PEMERIKSAAN FISIS
ANAMNESIS
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu (gelisah). Seringkali ekstrernitas pucat disertai keringat
dilakukan anarnnesis secara cermat apakah nyeri dadanya dingin. Kombinasi nyeri dada substernai >30 menit dan
berasal dari jantung atau dari luarjantung. Jika dicurigai banyak keringat dicurigai kuiit adanya STEMI. Sekitar
nyeri dada yang berasal dari jantung perlu dibedakan seperempat pasien infark an reli or me mp un y ai mani f-estas i
apakah nyerinya berasal dari koroner atau bukan. Perlu hiperakti vitas s araf simp atis (ta.krkardia cian /atau h j poten si.1
dianarnnesis pula apakah ada riwayat infark ntiokard dan hampir setengah pasien inlark inferior nienunjukkan
sebelurnnya serta iaktot--faktor risiko antara lain hipefiensi, hiperaktivitas parasirnpatis (bradikardia dan/atau
diabetes melitus. dislipidemra. merokok, stres serta riwayat hipotensi)
sakit jantun-u koroner pada keluarga. Tanda lisis Jain pada dislungsi ventrikr-rlal adalah Srl
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus dan 53 gallop, penurunan intensitas bunyi jiintung
sebelum terjadi STENII, seperti aktivitas fisik berat, stres pertama dan split paradoksikal buni,i jantung kedua. Dapat
emosi atau penyakit medis atau beclah. Walaupun STEMI ditemukan murmur midsistolik atau iate sistolik apikal yang
bisa terjadi sepiurjang hari atau malam, variasi sirkadian bersifat sementara karena disfungsi aparatus katup mitral
dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa jam setelah dan pericardiaL Jriction ruD. Peningkatan suhu sampai
bangun tidur. 380C dapat dijumpai dtriam nringgu peftama pusca STEMI.

NYERI DADA ELEKTROKABDIOGRAM

Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pacla
dipastikan secara cepat dan tepat apakah pasien menderita
semua pasien dengan nyeri dada atali keiuhan yang
IMA atau trdak. Diagnosis yang terlambat atau yang salah, dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus dilakukan segera
dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi
dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD. Pcmerik-saan EKG
yang berat.
di IGD merupakan landasan dalam menentukan keputusan
Nyeri dada tipikal (an-eina) merupakan gejala kardinal
terapi karena bukti kuat menunjukkan ganrbaran ele,,'asi
pasien IMA. Seorang dokter harus mampu mengenal nyeri
segmen ST dapat mengidentilikasi pasien yang benlanfaai
dada angina dan mampu membedakan dengan nyeri dada
untuk dilakukan terapi reperfusi. Jika pemeriksaan EKC
lainnya, karena gejala ini merupakan petanda awal dalam
awal tidak diagnostik untuk STEMI tetapr pasien lcrap
pengelolaan pasien IMA.
simtomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG se-
Silat nyeri dada angina sebagai berikut: rial dengan intervai 5-10 rnenit atau pemantauan EKG i2
. Lokasi: substernal, retrosternal, dan prekordial. sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk
. Sjf'at nyeri: rasa sakit. seperli ditekan, rasa terbakar, mende[eksi potensi perkembangan elevasi segmen S'I.
ditindih benda berat, seperli ditusuk, rasa diperas, dan Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG sisi kanan harus
dipelintir. diambil untuk mendeteksi kemungkinan infark pada
. Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapatjuga ke ieher, ventrikel kanan.
rahang bawah, gigr, punggrrng/interskapula, perut, dan Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elcvasi
dapatjuga ke lengan kauan. segmen ST mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada
. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat EKG yang akhimya didiagnosis infnrk miokard gelombang
nrtrat. Q. sebagian kecil menetap menjadi infark miokard
. Faktor pencetus: latihtm fisik, stres emosi, udara dingin, gelombang non Q. Jika obstruksi trombus tidak total.
dan sesudah makan. obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak
. Gejala yang menyefiai: mual. muntah, sulit bernapas, kolateral, biasanya tidak diternukan elevasi segmen ST.
keringat dingin, cemas dan lemas. Pasien tersebut biasanya mengalami angina pektoris tak
t744 I(ARDIOI.OGI

stabil atau non STEMI. Pada sebagian pasien tanpa elevasi dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan sebagai
ST berkembang tanpa menunjukkan gelombang Q disebut petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai
infark non Q. Sebelumnya istilah infark miokard transmu- kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan inijuga akan
ral digunakan jika EKG menuniukkan gelombang Q atau diikuti peningkatan CKMB. Pada pasien dengan elevasi
hilangnya gelombang R dan infark miokard non transmu- ST dan gejala IMA, terapi reperfusi diberikan segera
ral jika EKG hanya menunjukkan perubahan sementara mungkin dan tidak tergantung pada pemeriksaan biomarker.
segmen ST dan gelombang T, namun ternyata tidak selalu Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas
ada korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi infark normal menunjukkan ada nekrosis j antung (infark m i okard).
(mural/transmural) sehingga terminologi IMA gelombang . CKMB: meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard
Q dan non Q menggantikan IMA mural/nontransmural. dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali
Pada gambar 5 dapat dilihat EKG yang menyebabkan normal dalam 2-4hai. Operasi jantung, miokarditis dan
STEMI anterior ekstensif kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB.
. cTn: ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini
meningkat setelah 2 jamblla ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih
dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I
setelah 5- l0 hari.
Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:
. Mioglobin: dapat dideteksi satu jam setelah infark dan
mencapai puncak dalam 4-8 j am.
I . Creatinin kinase (CK): Meningkat setelah 3-8 jam bila
ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-36
jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
. Lttctic dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24-48
jam bila ada infark miokard, mencapai puncak 3-6 hari
dan kembali normal dalam 8- 14 hari.
Gambar 5. EKG menunjukkan STEMI anterior ekstensif. Garis horizontal menunjukkal upper reference limit
(URL) biomarker jantung pada laboratorium kimia klinis.
URL adalah nilai yang mempresentasikan 99th percentile
LABORATORIUM kelompok kontrol tanpa STEMI.
Reaksi non spesifik terhadap injuri miokard adalah
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian leukositosis polimorfonuklear yang dapat terjadi dalam
dalam tatalaksana pasien STEMI namun tidak boleh beberapa jam setelah onset nyei dan menetap selama 3-7
menghambat implementasi terapi repefusi. hari. Leukosit dapat mencapai 1 2.000- 1 5.000/u1.

PETANDA (B'OMAR KEH) KERUSAKAN JANTUNG PENATALAKSANAAN

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatinine kinase Tatalaksana IMA dengan elevasi ST saat ini mengacu pada
(CK)MB dan cardiac specific troponin (cTn)T atau cTn I data-data dari evidence based berdasarkan penelitian

Berat Rentang Rerata Waktu


Waktu Kembali ke
Biomarker Molekul, waktu untuk Elevasi Puncak
Rentang Normal
Da meningkat (Non reperfusi)
Sering Digunakan di Praktek Klinik
CK-MB 86 OOO 3-12 jam 24 jam 48-72 jam
cTnl 23 500 3-12 jam 24 jam 5-1 0 hari
cTnT 33 000 3-12 jam 12 jam-2 hari 5-'14 hari

Jarang Digunakan di Praktek Klinik


Myoglobin 17 800 1-4iam 6-7 jam 24 hari
CK-MB tissue isoform 86 000 2-6 iam '18 jam Tak diketahui
CK-MM tlssue lsoform BO 000 1-6 jam 12 jam 38 jam

Da = Daltons; CK-MB = MB isoenzyme of creatine klnase; cTnl = cardiac troponin l; cTnf = cardiac
troponin I CK-Ml\l = MM isoenzyme of creatine klnase (Modifikasi dari Adams et al. Circulation
1993;88:750)
INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ELEVASI ST t745

Keterlambatan terbanyak yang terjadi pada


penanganan pasien biasanya bukan selama transportasi
ke Rumah sakit, namun karena lama waktu mulai on,rer nyeri
dada sampai keputusan pasien untttk meminta pertolongan.
50 -_- Card ac ropon n no repedut o.
Hal ini bisa ditanggulangi dengan cara edukasi kepada
J
t
t^^
""'"-" Cardiac koponrn repetrusion
masyarakat oleh tenaga profesional kesehatan mengenai
CK-MB no repe{ls on
I
I ------- CK-MB -reperfusion pentingnya tatalaksana dini.
o -
; 10 n olitik pra hospital hanya bis a dikerj akan
Pemberian fibri
Io
jika
ada paramedis di ambulans yang sudah terlatih untuk
=5
E
2
menginterpretasi EKG dan tatalaksana STEMI dan kendali
komando medis online yang bertanggungjawab pada
pemberian terapi. Di Indonesia saat ini pemberian trombolitik
1B prahospital ini belum bisa dilakukan.
URL =991h ?oU e of
Days After onset of STEMI Reference Conto Group

Gambar 6. Biomarker jantung pada infark miokard akut dengan Panel A: Pasien dibawa oleh EMS setelah memanggil 9- I -
elevasi ST (STEMI) 1 : Reperfusi pada pasien STEMI dapat dilakukan dengan

terapi farmakologis (fibrinolisis) atau pendekatan kateter


(PCI primer). Implementasi strategi ini berryariasi tergantung
randomizecl clinical trial yang terus berkembang ataupun cara transpoftasi pasien dan kemampuan penerimaan rumah
konsensus dari para ahli sesuai pedoman (guideline). sakit. Sasaran adalah waktu iskemia total 120 menit. Waktu
Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat. transport ke rumah sakit bervariasi dari kasus ke kasus
menghilangkan nyeri dada, penilaian dan implementasi lainnya. tetapi sasaran waktu iskemia total adalah 120 menit.
strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, pemberian Terdapat 3 kemungkinan:
antitrombotik dan terapi antiplatelet, pemberian obat 1) Jika EMS mempunyai kemampuan memberikan
penunjang dan tatalaksana komplikasi IMA. Terdapat fibrinolitik dan pasien memenuhi syarat terapi.
beberapa pedoman (guicleline) dalam tatalaksana IMA fibrinolisis pra rumah sakit dapat dimulai dalam 30 menit
dengan elevasi ST yaitu dari ACC/AHA tahun 2009 dan sejak EMS tiba.
ESC tahun 2008. Walaupun demikian perlu disesuaikan 2) Jika EMS tidak mampu memberikan f,rbrinolisis sebelum
dengan kondisr sarana/fasilitas di tempat masing-masing ke rumah sakit dan pasien dibawa ke rumah sakit yang
senter dan kemampuan ahli yang ada (khususnya di bidang tak tersedia sarana PCI, hospitcl door to needle time
kardiologi intervensi). harus dalam 30 menit untuk pasien yang mempunyai
indikasi trbrinolitik.
3) JikaEMS tidak mampu memberikan fibrinolisis sebelum
TATALAKSANA AWAL ke rumah sakit dan pasien dibawa ke rumah sakit dengan
sarana PCI, hospital door-to-balloon time harus dalam
waktu 90menit.
Talaksana Pra Rumah Sakit
Prognosis STEMI sebagian besar tergantung adanya 2 Tatalaksana di Ruang Emergensi
kelompok komplikasi umum yaitu :komplikasi elektrikal Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang dicurigai
(aritmia) dan komplikasi mekanik (p ump fai I u r e).
STEMI mencakup: mengurangi/menghilangkan nyeri dada,
Sebagian besar kematian di luar Rumah Sakit pada
identifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi
STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak, reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruangan
yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onsef yang tepat di rumah sakit dan menghindari pemulangan
gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada jam pefiama.
cepat pasien dengan STEML
Sehingga elemen utama tatalaksana pra hospital pada
pasien yang dicurigai STEMI antara lain:
. Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari TATALAKSANA UMUM
pertolongan medis
. Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat
melakukan tindakan resusilasi Oksigen
. Transportasi pasien ke Rumah Sakit yang mempunyai Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan
fasilitas ICCU/ICU serta staf medis dokter dan perawat saturasi oksigen afieri <90Vo. Pada semua pasien STEMI
yang terlatih. tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam
. Melakukan terapi reperfusi pertama.
1746 ISRDIOLOGI

Nitrogliserin (NTG) penyekat beta IY selain nitrat mungkin efektif. Regimen


Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5
dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung
dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada, >60 menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg,
NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard interval PR <0,24 detik dan ronki tidak lebih dari I 0 cm dari
dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir
oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg
yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri tiap 6 jam selama 48 jam, dan diianjutkan I 00 mg tiap 12
dada terus berlangsung dapat diberikan NTG intravena. Jam.
NTG intravena juga diberikan untuk mengendalikan
hipertensi atau edema paru.
Terapi Reperfusi
Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner,
tekanan darah sistolik <90 mmHg atau pasien yang
meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan
dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior
mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang
pada EKG JVP meningkat, paru bersih dan hipotensi).
menjadi pump .failure atau takiaritmia ventrikular yang
Nitrat juga harus dihindari pada pasien yang menggunakan
maligna.
phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24 jam
Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah
sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi njtrat.
door-to-needle (atau medical contact-to-needle) ti.me
untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30
Mengurangi/Menghilangkan Nyeri Dada nrenit atau door-to-balloon (atau medical
Mengurangi/menghilangkan nyeri dada sangat penting. contact-to-balloon) time untuk PCI dapat dicapai dalam
karena nyeri dikaitkan dengan aktivasi simpatis yang 90menit. (GambarT)
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban
Jantung.
SELEKSI STRATEGI REPERFUSI
Morf in
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan Beberapa hal harus dipertimbangkan dalam seleksi jenis
merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada terapi reperfusi antara lain:
pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan
dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis Waktu Onset Gejala
total 20 mg. Efek samping yang perlu diwaspadai pada Waktu onset gejala untuk terapi fibrinolitik merupakan
pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar prediktor penting luas infark dan ourc'ome pasien.
melalui penurunan simpatis, sehingga terj adi pooling vena Efektivitas obat I'rbrinolisi s dalam menghancurkan trombus
yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arleri. sangat tergaotung dengan waktu. Terapi fibrinolisis yang
Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai diberikan daiam 2 jamperleuna (terutama dalam jam pertama)
dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan terkadang menghentikan infark miokard dan secara
IV dengan NaCl 0,97o. Morfin juga dapat menyebabkan dramatis menurunkan angka kematian.
efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau blok Sebaliknya, kemampuan memperbaiki arteri yang
jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark mengalami infark menjadi paten, kurang banyak tergantung
posterior. E1'ek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian pada lama gejala pasien yang menjalani PCL Beberapa
atropin 0,5 mg IV. laporan menunjukkan tidak ada pengaruh keterlambatan
waktu terhadap laju mortalitas jika PCI dikerjakan setelah
Aspirin 2 sampai 3 jam setelah gejala.
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang The Task Force on the Management of Acute
dicurigai STEMI dan efektif pada spektrum sindrom Myocardial InJarction oJ the European Society of
koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit Cardiology dan ACC/AHA merekomendasikan target
yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A'2 dicapai medical contact-to-baLkton atau door-to-balloort time
dengan absorpsi aspirin bukkal dengan dosis 160-32-5 mg dalam waktu 90 menit.
di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral
dengan dosis 75- I 62 mg.
Risiko STEMI
Beberapa model telah dikembangkan yang membantu
Penyekat Beta dokter dalam menilai risiko mortalitas pada pasien STEMI.
Jika morfin tidzk berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian Jika estimasi mortalitas dengan fibrinolisis sangat tinggi,
INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ELEVASI ST 1747

Panel A

EMS on-scene
- Encourage 12-lead ECGs
- Consider prehospital fibrinolytic if
capable and EMS{o-needle within 30 min

Goalsl

EMS on
I SCENC
F- *_A F-----
EMS Transport
Ey9--t,g1:!gd, EMS-to-Balloon within 90 min

5 min after 1 min Within Prehospitalfibrinolysis: Patient selftrasport: Hospital Door-to-Baloon within 90 min
symptom onset 8 min EMS-to-Needle within 30 min

Total ischemic time: Within 120 min-


*Gold Hour= First 60 minutes

Gambar 7. Pilihan transportasi pasien dengan STEMI dan terapi reperfusi awal (Dikutip dari: Antman , et al)

seperti pada pasien renjatan kardiogenik, bukti kiinis Langkah 2: Tentukan apakah fibrinolisis atau strategi
menunjukkan strategi PCI lebih baik. invasiflebih disukai
Jika presentasi kurang dari 3 jam dan tidak ada
keteriambatan untuk strarategi invasif, tidak ada prelerensi
Bisiko Perdarahan
untuk strategi lain.
Pemilihan terapi reperfusi juga melibarkan lisiko
perdarahan pada pasien. r-ika terapi reperfusi bersama-sama Fibrinolisis umumnya lebih disukai jika:
tersedia PCI dan fibrinolisis), semakin tinggi risiko . Presentasi awal <3 jam atau kurang dari onset gejala
perdarahan derrgan terapi fibrinolisis, semakin kuat dan keterlambatan ke strategi invasif.
keputusan untuk memilih PCI. Jika PCI tak tersedia, manfaat . Strategi invasif bukan merupakan pilihan
terapj reperfusi farmakologis harus mempertimbangkan . Laboratorium kateterisasi belumtersedia
manfaat dan risiko. . Kesulitan akses vaskular
. Tidak ada akses ke laboratorium PCI yang mampu.
Waktu yang Dibutuhkan untuk Transport ke
. Terlambat untuk strategi invasif:
Laboratorium PCI - Transport jauh
Adanya fasilitas kardioiogi intervensi merupakan - (D oo r-to - ba.lloon'l( door-to -nee dle') time leblh dari
I jam.
penentu utama apakah PCI dapat dikerjakan. Untuk
fasilitas yang dapat mengerjakan PCI, penelitian - Medical contact-to-balloon atatt door-to-ballon
rime lebih dari 90 menit.
menunjukkan PCI lebih superior dari reperfusi
farmakologis . Jlka composite end pointkematian, infark Strategi invasif umumnya lebih disukai jika:
miokard rekuren non fatal atau strok dianalisis. . LaboratoriumPCl yang mampu tersedia dengan backup
superioritas PCI terutama dalam hal penurunan laju infark surgical Medical contact-to-balloon. alatt door-to-
miokard non fatal berulang. balloon rirrc <90 menit
- (Door-to-baLLoon)-(door-to-needle') time <1 jam.
Langkah-langkah Penilaian dal am Memilih Terapi Reperfirsi . Risiko tinggi STEMI
pada Pasien STEMI.
- Syokkardiogenik
Langkah 1: Nilai waktu dan risiko
. Waktu sejak onser gejala - Klas Killip lebih atau sama dengan 3
. Kontraindikasi fibrinolisis, termasuk meningkatnya
. RisikoSTEMI
risiko perdarahan dan pergarahan intrakranial.
. Risiko fibrinolisis . Presentasi terlambat
. Waktu yang dibutuhkan untuk transportasi ke - Onset gelala >3 jam yang lalu
laboratorium PCI yang mampu. . Diagnosis STEMI tidak yakin.
t748 I(ARDIOLOGI

Panel B kualitatif sederhana disebut thrombolysis in myocardial


inJ'arction (TIMI ) grading system'.
. Grade 0 menunjukkan oklusi total(.compLete occLusion)
pada arteri yang terkena infark.
. Grade 1 menunjukkan penetrasi sebagian materi kontras
melewati titik obstruksi tetapi tanpa perfusi vaskular-
distal.
Late Hosp Care
. Grade 2 menunjukkan perfusi pembuluh yang
& pencegahan mengalami infark ke bagian distal tetapi dengan aliran
sekunder yang melambat dibandingkan aliran arteri normal.
Receiving . Cracle 3 menunjukkan perfusi penuh pembuluh yang
mengalami inf'ark dengan aliran normal
Target terapi reperlusi adalah aliran TIMI grade 3, karena
perfusi penuh pada arteri koroner yang terkena infark
menunjukkan hasil yang lebih baik dalam mernbatasi luasnya
Gambar 8. Strategi terapi reperfusi pada STEMI (Dikutip dari: infark, memperlahankan fungsi ventnkel kui dan menurunktrn
Antman, et al)
laj u mortalitas jangka pendek dan jangka panjang'
Terapi fibrinolitik dapat menurunkan risiko relatif
PERCIITANEOUS CORONARY INTERVENTION kematian di rumah sakit sampai 50clc jika diberikan dalam
(Pcr) jam pertama onset geJala STEMI, dan manfaat ini
dipertahankan sampai 10 tahun. Setiap hitungan menit dan
Intervensi koroner perkutan, biasanyn angioplasti dan/ataLL pasien 1,ang mendapat terapi dalam 1-3 jam onset gelala
stentitlg tanpa didahului fibrinolisis disebut PCI primer. akan rnendapat nranfaat yang terbaik. \\'alaupun Iaju
PCI ini ef'ektif dalam mengembalikan perfusi pada STEMI mortalitas lebih tinggi jika dibandingkan terapi dalam 1-3
jika dilakukan dalam beberapa jam perlama inlhrk miokark jam, kontraindikasi terapi fibrinolitik pada STEMI dapat
akut. PCI primer lebih efektif dari fibrinolisis dalam clilihat pada tabel 3, terapi rnasih tetap bermanfaat pada
membuka arteri koroner yang tersumbat dan dikaitkan banyak pasien 3-6jam setelah onsel infark, dan beberapa
dengan outcome klinis jangka pendek dan jangka panjang manfaattampaknyamasih ada sampai 12 jam, temteulajika
yang lebih baik. Dibandingkan trombolisrs, PCI prirner lebih nyeri ilada masih ada dan segmen ST masih tetap elevasi
dipilih jika terdapat syok kardiogenik (terutama pasien <75 pada sandapan EKC yang belum menunjukkan gel omban g
tahun), risiko perdarahan meningkat, atau gejala sudah Q yang baru. Jika dibandingkan dengan PCI pada STEMI
ada sekurang-kurangnya 2 atau 3 jam jika bekuan darah (PCI primer). fibrinolisis secara tlmuln lnerupakan sn'ategi
lebih matur dan kurang mudah hancur dengan obat repelfusi yan-u lebih disukai pada pasien pada jam pertama
fibrinolisis. Namun demikian PCI lebih mahal dalarn hal ge;ala. jika perhatian terhadap masalah logistik seperti
personil dan fasilitas, dan aplikasinya terbatas berdasarkan transportasi pasien ke pusat PCI yang baik, atau ada
antisipasi keterlambatan sekurang-kurangnya 1 jam antara
tersedianya sarana, hanya di beberapa Rumah Sakit.
waktu trombolisis dapat dimulai dibandingkan
implementasi PCI.
REPERFUSI FARMAKOLOGIS Tisswe pla,sminogen activator (tPA) dan aktivator
plasminogen spesifik tibrin lain seperti rPA dan TNK lebih
efektif daripada streptokinase dalan-r mengembalikan
Fibrinolisis perfusi penuh, aliran koroner TIMI grade 3 dan
Jika tidak ada kon[raindikasi, terapi fibrino]isis idealnya memperbaiki survival sedikit lebih baik.
diberikan dalam 30 menit sejak masuk (doo r-to-needle time
< 30 menit). Tujuan utama fibrinolisis adalah restorasi cepat
patensi arteri koroner. Terdapat beberapa macam obat OBAT FIBBINOLITIK
fibrinolitik antara lain: tissue plasminogen actfuator (tPA).
streptokinase, tenekteplase (TNK) dan reteplase (rPA).
Semua obat ini bekerja dengan cara memicu konversi Streptokinase (SK)
plasminogen menjadi plasmin, yang selanjutnya melisiskan Merupakan fibrinolitik non spesifik tibrin. Pasien yang
trombus fibrin. Terdapat 2 kelompok yaitu: golongan pernah terpajan dengan SK tidak boleh diberikan pejanan
spesifik fibrin seperti tPA dan non spesifik fibrin seperti selanjutnya karena terbentr-Lknya antibodi. Reaksi alergi
streptokinase. tidak jarang ditemukan. Manfaat mencakup harganya yang
Jika dinilai secara angiografi, aliran di dalam arteri murah dan insidens perdarahan intrakranial yang rendah,
koroner yang terlibat (culprit) digambarkan dengan skala manfaat pertama diperli hatkan pada' G I S S I - I t r hl.
INFARK MIOKARD AKUT DENGAT{ ELEVASI ST t749

Streptokinase Reteplase Tenecteplase


t|$li* (r-PA) (TNK-PA )
T%(menit) 15-25 4-8 1 1-14 17-20
Alergenik ya Tidak Tidak Tidak
Spesifik fibrin + + ++
Resisten PAt-1 +
Bolus Tidak Tidak Dobel Satu
Dosis 1,5 juta unit 15 mg bolus, '10 U bolus, berdasarkan BB
lebih dari 30- dilan jutkan dua kali, <60k9 30mg
60 menit dengan 0,75 interval 30 60-69 kg 35 mg
mg/kg (max 50 menit 70-79 kg 40 mg
mg) lebih dari 80-89 kg 45 mg
30 menit, >90k9 50mg
dilanjutkan 0,5
mg/ kg (maks
35 mg) lebih
dari 1 jam

fissue P I a s m i n oge n Act i v ator (tPA, altep lase) onset gejala <12 jam dan EKG 12 sandapan konsisten
Global Use of Strategies to Open Coronaty Arteries-l dengan infark miokard posterior.
(GUSTO- 1) trial menunj ukkan penurunan mortalitas 30 hari 2. Jika tidak terdapat kontraindikasi, dipertimbangkan
sebesar l5Vo pada pasien yang mendapat tPA pemberian terapi fibrinolitik pada pasien dengan gejala
dibandingkan SK. Namun tPA harganya lebih mahal STEMI mulai dari <l2jam sampu24 lwnyangmengalami
daripada SK dan risiko perdarahan intrakranial sedikit lebih gejala iskemiayarrg terus berlanjut dan elevasi ST 0,1
tinggi. mV pada sekurang-kurangnya 2 sandapan prekordial
yang berdampingan atau sekurang-kurangnya 2
sandapan ekstremitas.
Reteplase (Retavase)
INJECT trial mentnjukkan efikasi dan keamanan Trombolitik dianggap berhasil jika terdapat resolusi
sebanding SK dan sebanding tPA pada GUSTO III tial, nyeri dada dan penurunan elevasi ST >507o dalam9} menit
dengan dosis bolus lebih mudah karena waktu paruh yang pemberian trombolitik. Trombolitik tidak menunjukkan hasil
lebih panjang. pada graft vena, sehinggajikapasien pasca CABG datang
dengan IMA, cara reperfusi yang lebih disukai adalah
percutaneous c oronary inte rvention (PCI)
Tenekteplase (TNKase)
Keuntungannya mencakup memperbaiki spesifisitas fibrin
dan resistensi tinggi tehadap plasminogen activator
TATALAKSANA DI RUMAH SAKIT
inhibitor (PAI-l). Laporan awal dari TIMI l0 B
menunjukkan tenekteplase mempunyai laju TIMI 3 ,flow
dan komplikasi perdarahan yang sama dibandingkan tccu
dengan tPA. Aktivitas. Pasien harus istirahatdalam 12 jampertama.
Diet. Karena risiko muntah dan aspirasi segera setelah infark
lndikasi Terapi Fibrinolitik miokard, pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan
mulut dalam 4-12 jampertama. Diet mencakuplemak<307o
Klas I kalori total dan kandungan kolesterol <300 mg/hari. Menu
1. Jika tidak ada kontraindikasi, terapi fibrinolitik harus harus diperkaya dengan makanan yang kaya serat, kalium,
dilakukan pada pasien STEMI dengan onset gejala <12 magnesium dan rendah natrium.
j am dan elevasi ST >0, I mV pada sekurang-kurangnya Bowels. Istirahat di tempat tidur dan efek penggunaan
2 sandapan prekordial atau sekurang-kurangnya 2 narkotik untuk menghilangkan nyeri sering megakibatkan
sandapan ekstremitas. konstipasi. Dianjurkan penggunaan kursi komod di samping
2. Jika tidak ada kontraindikasi, terapi fibrinolitik harus tempat tidur, diet tinggi serat dan penggunaan pencahar
diberikan pada pasien STEMI dengan onset gejala <12 ringan secara rutin seperti dioctyl sodium sulfosuksinat
jam dan LBBB baru atau diduga baru. (200mg/hari).
Sedasi. Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk
Klas ll a mempertahankan periode inaktivitas dengan penenang.
l. Jika tidak terdapat kontraindikasi, dipertimbangkan Diazepam5 mg, oksazepam l5-30 mg, atarlorazepaml,S-2
pemberian terapi fibrinolitik pada pasien STEMI dengan mg, diberikan 3 atau 4 kali sehari biasanya efektif.
1750 KARDIOI.OGI

menjalani PCI. Penelitian ADMIRAL membandingkan


Kontraindikasi absolut abciximab dan stenting dengan plasebo dan stenting.
. Setiap riwayat perdarahan intraserebral Hasilnya menunjukkan penurunan kematian, reinfark atau
. Terdapat lesi vaskular serebral struktural (malformasi AV) revaskularisasi segera pada 20 hari dan 6 bulan pada
. Terdapat neoplasma intrakranial ganas (primer atau
metastasis) kelompok abciximab dan stent.
. Strok iskemik dalam 3 bulan kecuali strok iskemik akut Obat antitrombin standar yang digunakan dalam praktek
dalam 3 jam
. klinis adalah unfractionated heparin. Pemberian UFH IV
Dicurigai diseksi aorta
. Perdarahan aktif atau diatesis berdarah ( kecuali mens ) segera sebagai tambahan terapi regimen aspirin dan obat
. Trauma muka atau kepala tertutup yang bermakna dalam trombolitik spesifik fibrin relatif (tPA, rPA atau TNK),
3 bulan
membantu trombolisis dan memantapkan dan
Kontraindikasi relatif mempertahankan patensi arteri yang terkait infark. Dosis
. Riwayat hipertensi kronik berat, tak terkendali yang direkomendasikan adalah bolus 60 Uikg (maksimum
. Hipedensi berat tak terkendali saat masuk (TDS > 180
4000 U) dilanjutkan infus inisial 12 Ulkg perjam (maksimum
mgHG atau TDD > 1 '10 mmHG)
. Riwayat strok iskemik sebelumnya > 3 bulan, demensia, 1000 U/jam). A ctivated partial thromboplasti.n time selama
atau diketahui patologi intrakranial yang tidak termasuk terapi pemeliharaan harus mencapai 1,5 -2 kali.
kontraindikasi
. Resusitasi jantung paru traumatik atau lama (> '10 menit)
Antikoagulan alternatif pada pasien STEMI adalah
atau operasi besar (< 3 minggu) low-molecular-weight heparin (LMWH). Pada penelitian
. Perdarahan internal baru (dalam2-4 minggu) ASSENT-3 enoksaparin dengan tenekteplase dosis penuh
. Pungsi vaskular yang tak terkompresi
. Untuk streptase/anisreplase: riwayat penggunaan > 5 hari memperbaiki mortalitas, reinfark di Rumah Sakit dan iskemia
sebelumnya atau reaksi alergi sebelumnya terhadap obat refrakter di Rumah Sakit.
tnl Pasien dengan infark anterior, disfungsi ventrikel kiri
. Kehamilan
. Ulkus peptikum aktif berat, gagal jantung kongestif, riwayat emboli, trombus
. Penggunaan antikoagulan baru: makin tinggi INR makin mural pada ekokardiografi 2 dimensi atau fibrilasi atrial
tinggi risiko perdarahan merupakan risiko tinggi tromboemboli paru sistemik. Pada
TDS = tekanan darah sistolik TDD = tekanan darah diastolik keadaan ini harus mendapat terapi antitrombin kadar
terapeutik penuh (UFH atau LMWH) selama dirawat,
dilanjutkan terapi warfarin sekurang-kurangnya 3 bulan.
Pada penelitian OASIS-6, faondaparinux dosis rendah,
TERAPI FARMAKOLOGIS suatu obat anti-Xa tak langsung, lebih superior
dibandingkan dengan plasebo atau heparin dalam
mencegah kematian dan reinforce pada 5436 pasien yang
Antitrombotik mendapat terapi fibrinolitik. Pada subset pasien yang
Penggunaan terapi antiplatelet dan antitrombin selama fase menjalani PCI, fondaparinux dikaitkan dengan insiden
awal STEMI berdasarkan bukti klinis dan laboratoris bahwa kematian atau infark berulang dalam 30 hari lebih tinggi
trombosis mempunyai peran penting dalam patogenesis. (l7o) yang tidak bermakna. Hal ini dikaitkan dengan
Tujuan primer pengobatan adalah untuk memantapkan dan terjadinya trombosis kateter, sehingga perlu diberikan
mempertahankan patensi arteri koroner yang terkait infark. tambahan bolus heparin intra vena, untuk mencegah
Tujuan sekunder adalah menurunkan tendensi pasien trombosis kateter
menjadi trombosis. Aspirin merupakan antiplatelet standar Pada pasca STEMI dengan onset <12 jam yang tidak
pada STEMI. Manfaat antiplatelet terutama aspirin pada diberikan terapi reperfusi, atau pasien STEMI dengan on-
STEMI dapat dilihat pada Antiplatelets Trialists' Collabo- set > l2 jam aspirin, klopidogren dan obat anti trombin
ration. Data daihampir 20.000 pasien dengan infark miokard (heparin, enoksapirin atau fondaparinux) harus diberikan
yang berasal dari 15 randomised trial diklmptlkan dan sesegera mungkin.,
menunjukkan penurunan relatif laju mortalitas sebesw 27 Vo,
dai l4,2%o pada kelompok kontrol dibandingkan 10,4Vo pada
pasien yang mendapat antiplatelet. Pada penelitian ISIS-2 Penyekat Beta
pemberian aspirin menurunkan moftalitas vaskular sebesar Manfaat penyekat beta pada pasien STEMI dapat dibagi
23Vo daninfark nonfatal sebesar 49Vo. menjadi: yang terjadi segerajika obat diberikan secara akut
Klopidogrel harus diberikan segera mungkin pada dan yang diberikan dalam jangka panjang jika obat
semua pasien STEMI yang mengalami PCI. Pada pasien diberikan untuk pencegahan sekunder setelah infark.
yang mengalami PCI dianjurkan dosing loading 600 mg. Pemberian penyekat beta akut IV memperbaiki
Sedangkan yang tidak menjalani PCI dosis loading 300 mg keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard,
dilanjutkan dosis pemulihan 75 mg/hari. mengurangi nyeri, mengurangi luasnya infark dan
Inhibitor glikoprotein menunjukkan manfaat untuk menurunkan risiko kejadian aritmia ventrikel yang serius.
mencegah komplikasi trombosis pada pasien STEMI yang Terapi penyekat beta pasca STEMI bermanfaat untuk
INFARK MIOI(ARD AKUT DENGAN ELEVASI ST L75t

sebagian besar pasien termasuk yang mendapat terapi in- nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis
hibitor ACE. Kecuali pada pasien dengan kontraindikasi lebih buruk. Progresivitas dilataii dan konsekuensi
(pasien dengan gagaljantung atau fungsi sistolik ventrikel klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor ACE dan
kiri sangat menurun, blok jantung, hipotensi orlostatik atau vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi <40Vo,
riwayat asma). tanpa melihat ada tidaknya gagaljantung, inhibitor ACE
harus diberikan.
lnhibitor ACE
Inhibitor ACE menurunkan mortalitas pasca STEMI dan Gangguan Hemodinamik
manfaat terhadap mortalitas bertambah dengan Gagal pemompaan (pump failure) mertpakan penyebab
penambahan aspirin dan penyekat beta. Penelitian SAVE, utama kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasan
AIRE dan TRACE menunjukkan manfaat inhibitor ACE nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan
yang jelas. Manfaat maksimal tampak pada pasien dengan dengan tingkat gagal pompa dan morlalitas, baik pada awal
risiko tinggi (pasien usia lanjut atau infark anterior. riwayat (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda klinis yang
infark sebelumnya, dan/atau fungsi ventrikel kiri menurun tersering dijumpai adalah ronki basah di paru dan bunyi
global), namun bukti menunjukkan manfaat jangka pendek jantung 53 dan 54 gallop. Pada pemeriksaan rontgen sering
terjadi jika inhibitor ACE diberikan pada semua pasien dijumpai kongesti paru.
dengan hemodinamik stabil pada STEMI pasien dengan
tekanan darah sistolik >100 mmHg). Mekanisme yang
melibatkan penurunan remodeling ventrikel pasca infark TATALAKSANA EDEMA PARU AKUT
dengan penurunan risiko gagal jantung. Kejadian infark
berulang juga lebih rendah pada pasien yang mendapat . Terapi 02 untukmempertahankan saturasi oksigen >90%.
inhibitor ACE menahun pasca infark. . Morfin sulfat: diberikan 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat
Inhibitor ACE harus diberikan dalam 24 jam pertama diulang tiap 5-10 menit sampai dosis total 20m9.
pasien STEMI. Pemberian inhibitorACE harus dilanjutkan . InhibitorACE, mulai dengan titrasi inhibitorACE jangka
tanpa batas pada pasien dengan bukti klinis gagal jantung, pendek dengan dosis awal rendah (6,25 mg captopril)
pada pasien dengan pemeriksaan intoging menunjukkan diberikan pada pasien edema paru kecuali tekanan darah
penurunan fungsi ventrikel kiri secara global atau terdapat sistolik <100mmHg atau >30 mmHg dibawahbaseline.
abnormalitas gerakan dinding global, atau pasien Pasien dengan edema paru dan tekanan darah rendah
hipenensif. Penelitian klinis dalam tatalaksana pasien gagal sering membutuhkan support sirkulasi dengan
jantung termasuk data dari penelitian klinis pada pasien inotropik dan vasopressor dan/atau intra-aortic bal-
STEMI menunjukkan bahwa angiotensin receptor loon counterpulsation untuk menghilangkan edema
blockers (ARB) mungkin bermanfaat pada pasien dengan paru dan mempertahankan perfusi adekuat.
fungsi ventrikel kiri menurun atau gagaljantung klinis yang . Nitrogliserin sublingual atau intravena.'Nitrogliserin
tak toleran terhadap inhibitor ACE. diberikan per oral 0,4-0,6 mg tiap 5- 10 menit, kemudian
intravena l0-2Oug/menit kecuali tekanan darah sistolik
<100 mmHg atau >30 mmHg di bawah baseline.Pasten
KOMPLIKASI STEMI dengan edema paru dan tekanan darah rendah sering
membutuhkan support sirkulasi dengan inotropik dan
Disfungsi Ventrikular vqsopressor dan/atau intra-aortic ballonon counter-
Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubahan serial pulsation untuk menghilangkan edema paru dan
dalam bentuk, ukuran dan ketebalan pada segmen yang mempertahankan perfusi adekuat.
mengalami infark dan non infark, Proses ini disebut . Diuretik: furosemid 40-80 mg bolus intravena, dapat
remodeling ventrikular dan umumnya mendahului diulang atau dosis diringkatkan setelah 4 jam, atau
berkembangnya gagaljantung secara klinis dalam hitungan dilanjutkan dengan drip kontinyu sampai mencapai
bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark produksi urin I mUkgBB/jam.
ventrikel kiri mengalami dilatasi. Secara akut, hasil ini
. Penyekat beta harus diberikan sebelum pulang untuk
berasal dari ekspansi infark al; slippage serat otot, disrupsi pencegahan sekunder. Pada pasien yang tetap mengalami
sel miokardial normal dan hilangnya jaringan dalamzona gagal jantung selama perawatan, dosis kecil dapat
nekrotik. Selanjutnya terjadi pula pemanjangan segmen dimulai, dengan titrasi bertahap pada saat rawat jalan.
noninfark, mengakibatkan penipisan yang disproporsional
. Antagonis aldosteron jangka panjang harus diberikan
dan elongasi zona infark. Pembesaran ruangjantung secara pada pasien STEMI tanpa disfungsi ginjal bermakna
keseluruhan yang terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark, (kreatinin harus <2,5 mg/dl pada pria dan < 2 mgldl
dengan dilatasi terbesar pasca infark pada apeks ventrikel pada perempuan) atau hiperkalemia (K harus < 5 mEq/
kiri yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang liter) yang sudah mendapat inhibitor ACE dosis terapi.
1752 KARDIOI.OGI

mempunyai fraksi ejeksi ventrikel kiri <40Vo dan Tatalaksana lnfark Ventrikel Kanan
mengalami gagal jantung simtomatik atau diabetes. . Pertahankan preloadventrikel kanan:
. Ekokardiografi harus dilakukan dengan segera untuk . Loading volume (infus NaCl 0,9 Vo): I -2 liter cairan jam
memperkirakan fungsi ventrikel kiri dan ventrikel kanan I selanjutnya 200 ml/jam (target tekanan atrium kanan
dan menyingkirkan komplikasi mekanis. >10mmHg(13,6cmH20).
. Hindari penggunaan nitrat dan diuretik
. Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardia harus
SYOK KARDIOGENIK dikoreksi.
. Pacu jantung sekuensialA-V pada blokjantung derajat
Hanya l0% pasien syok kardiogenik ditemukan pada saat tinggi simtomatik yang tidak respons dengan atropin.
masuk, sedangkan 9O7o terjadi selama perawatan. Biasanya . Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat
pasien yang berkembang menjadi syok kardiogenik setelah loading volume
mempunyai penyakit arteri koroner multivesel. . Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan
disfungsi ventrikel kiri.
. Pompa balon intra-aortik
Tatalaksana Syok Kardiogenik .
. Vasodilatorarteri(nitropruspid,hidralazin)
Terapi 02. .
. PenghambatACE
Jika tekanan darah sistolik < 7OmmHg dan terdapat . Reperfusi
tanda syok diberikan norepinefrin. .
. Obattrombolitik
Jika tekanan darah sistolik <90mmHg dan terdapat tanda . Percutaneous coronary intervention (PCI) primer
syok diberikan dopamin dosis 5- l5 ug/kgBB/menit. .
. Coronary artery bypass graft (CABG) (pada pasien
Jika tekanan darah <90 mmHG namun tidak terdapat
tertentu dengan penyakit multivesel)
tanda syok diberikan dobutamin dosis 2-20 uglkgBB/
merut.
. Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau
CAB G direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan
ARITMIA PASCA STEMI
elevasi ST atau LBBB yang mengalami syok dalam 36
jam IMA dan ideal untuk revaskularisasi yang dapat Insidens aritmia pasca infark lebih tinggi pada pasien
segera setelah onset gejala. Mekanisme aritmia terkait
dikerjakan dalam l8 jam syok, kecuali jika terdapat
infark mencakup ketidakseimbangan sistem saraf autonom,
kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif.
. gangguan elektrolit, iskemia dan perlambatan konduksi di
Terapi trombolitik diberikan pada pasien STEMI dengan
zona iskemia miokard.
syok kardiogenik yang tak ideal untuk terapi invasif
dan tidak mempunyai kontraindikasi trombolisis.
. Intra aortic ballon pump (IABP) direkomendasikan
pasien STEMI dengan syok kardiogenik yang tidak EKSTRASISTOL VENTRIKEL
membaik dengan segera dengan terapi farmakologis,
Depolarisasi prematur ventrikel sporadis yang tidak sering,
bila sarana tersedia
dapat terjadi pada hampir semua pasien STEMI dan tidak
memerlukan terapi. Obat penyekat beta efektif dalam
mencegah aktivitas ektopik ventrikel pada pasien STEMI
INFARKVENTRIKEL KANAN
dan pencegahan fibrilasi ventrikel, dan harus diberikan
rutin kecuali terdapat kontraindikasi. Hipokalemia dan
Sekitar sepertiga pasien dengan infark inferoposterior
hipomagnesimia merupakan faktor risiko fibrilasi ventrikel
menunjukkan sekurang-kurangnya nekrosis ventrikel
pada pasien STEMI, konsentrasi kalium serum diupayakan
kanan derajat ringan. Jarang pasien dengan infark terbatas
mencapai 4,5 mmol/liter dan magnesium 2,0 mmol,/liter.
primer pada ventrikel kanan. Infark ventrikel kanan secara
klinis meyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat
(distensi vena jugularis, tanda Kussmaul's, hepatomegali)
dengan atau tanpa hipotensi. Elevasi segmen ST pada TAKIKARDIA DAN FIBRILASI VENTRIKEL
sandapan EKG sisi kanan, terutama sandapan V4R, sering
Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan fibrilasi
dijumpai dalam 24 jam pertama pasien infark ventrikel
kanan. Terapi terdiri dari ekspansi volume untuk ventrikular dapat terjadi tanpa tanda bahaya aritmia
sebelumnya.
mempertahankan preload ventrikel kanan yang adekuat
dan upaya untuk meningkatkan tampilan dengan reduksi
Pulmonary Capillary Wedge (PCW) dan tekanan arteri Ta kikardia Ventri kel (ve ntri cul a r tachyca rd ia = YTI
pulmonalis. . Thkikardiaventrikel (VT) polimorFftyang menetap (lebih
INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ELEVASI ST t753

dari 30 detik atau menyebabkan kolaps hemodinamik) dengan disfungsi ventrikel kiri berat dan gagal
harus diterapi dengan DC shock unsynchoronized Jantung.
menggunakan energi awal 200 J; jika gagal harus - Fibrilasi atial sustained dan fluter atrial pada pasien
diberikan shockkedta 200-300 J, danjika perlt shock ongoing iskemia tetapi tanpa gangguan
ketiga 360 J. hemodinamik diberikan terapi dengan satu atau lebih
. Takikardia ventrikel (VT) monomorfik, menetap yang obat berikut:
diikuti dengan angina, edema paru atau hipotensi - Penyekat beta lebih disukai, kecuali ada
(tekanan darah <90 mmHg) harus diterapi dengan DC kontraindikasi
shock synchoronized energi awal 100 J. Energi dapat - DiltiazematauverapamillV
ditingkatkan jika dosis awal gagal. - Kardioversr synchronized dengan shock 200 J
. Takikardiaventrikel (VT) monomorfftyang tidak disertai untuk fibrilasi atrial dan 50 J untuk fluter,
angina, edema paru atau hipotensi (tekanan darah <90 didahului anestesi umum singkat atau sedasi
mmHg) diterapi dengan salah satu regimen berikut: jika memungkinkan.
- Lidokain: bolus I -1,5 mgikg. Bolus tambahan 0,5- - Fibrilasi atrial atau fliter sustained tanpa gangguan
0,75 mg/kg tiap 5-10 menit sampai dosis loading hemodinamik atau iskemia, diindikasikan rate
total maksimal 3 mg/kg. Kemudian loading control. Pasien dengan fibrilasi atrial atau fluter
dilanjutkan dengan infus 2-4 mg/menit (30-50 ug/ sustained harus diberikan antikoagulan.
kg/menit).
- Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit,
dilanjutkan dosis pemeliharaan I mg/kg/jam. Aritmia Supraventrikular
- Amiodaron: l50mginfus selama 10-20menitatau 5 Takikardia supraventrikalar reentrant diberikan terapi
mUkgBB 20-60 menit, dilanjutkan infus retap 1 mg/ menurut urutan berikut:
menit selama 6 jam dan kemudian infus pemeliharaan
. Massage sinus karotis
0,5 mg/menit.
. Adenosin IV 6 mg dalam l-2 detik; jika tak respons
- Kardioversi elektrik syrz choronized dimulai dosis 50 setelah l-2 menit dapat diberikan l2 mg IV; diulang 12
J (anestesi sebelumnya). mg jika diperlukan.
. Penyekat beta IV dengan metoprolol 2,5-5 mgtiap2-5
menit sampai dosis total 15 mg lebih dari 10-15 menit
Fibrilasi Ventrikel atau atenolol 2,5-5 mg lebih dari menit sampai dosis
. Fibnlasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless total 10 mg dalam 10-15 menit.
diberikan terapi DC shock unsynchoronized dengan . Diltiazem IV 20 mg (0,25 mg/kg) lebih dari menit
energi awal200 J jika tak berhasil harus diberikan sftock
dilanjutkan infus I 0 mg/jam
kedua 200 sampai 300 J danjika perh shockketiga 360 . Digoksin IV, mungkin ada perlambatan sekurang-
J (Klas I).
kurangnya l jam sebelum efek farmakologis muncul (8-
. Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless 15 mcg/kg (0,6-l mg pada pasien dengan berat badan
yang refrakter terhadap syok elektrik diberikan terapi
70 kg).
amiodaron 300 mg atau 5 mg/kg, IV bolus dilanjutkan
pengulangan shock unsynchoronized. (Klas IIa)
Asistol Ventrikel
Resusitasi segera mencakup kompresi dada, atropin,
Fibrilasi Atrium vasopresin, epinefrin dan pacu antung sementara harus
Fibrilasi atrial sustained dan fluter atrial pada pasien diberikan pada asistol ventrikel
dengan gangguan hemodinamik atau ongoing iskemia
harus diterapi dengan I atau lebih cara berikut:
. Kardioversi synchronized dengan shock 200 J untuk Bradiaritmia dan Blok
fibrilasi atrial dan 50 J untuk fluter atrial. didahului Bradikardia sinus simtomatik, sinus pauses >3 detik atau
dengan anestesi umum singkat atau sedasi jika bradikardia dengan frekuensi jantung <40 kali/menit
memungkinkan. disertai hipotensi dan tanda gangguan hemodinamik
. Fibrilasi atrial yang tak respons terhadap kardioversi sistemik diberikan terapi atropin 0,5-l mg. Jika bradikardia
elektrik atau berulang setelah periode ritme sinus, menetap dan dosis atropin sudah mencapai 2 mg, harus
dianjurkan penggunaan terapi antiaritmia yang diberikan pacu jantung transkutaneus atau transvenous.
ditujukan untuk penurunkan respons ventrikel. Satu
atau lebih obat farmakologi berikut dapat dipakai :

- Amiodaron IV KOMPLIKASI MEKANIK


- Digoksin IV untuk pengendalian laju respons
ventrikel (rate control) terutama untuk pasien ' Ruptur muskulus papilaris, ruptur septum ventrikel,
L754 KARDIOLTOGI

ruptur dinding ventrikel.


Penatalaksanaan : operasi
Skor
Faktor Risiko (Bobot) Risiko/Mortalitas
30 hari (%)
PERIKARDITIS
Usia 65-74 tahun (2 poin) 0 (0,8)
. Aspirin (160-325 mg/hari): merupakan pengobatan Usia > 75 tahun (3 poin) ' 1 (1,6)
Diabetes mellitus/hipertensi atau angina 2 (2,2)
terpilih. (1 poin)
. Indometasin,ibuprofen Tekanan darah sistolik < 100mm Hg 3 (4,4)
. Korlikosteroid. (3 poin)
, Frekuensi jantung > 100 mm Hg (2 poin) 4 (7,3)
Klasifikasi Killip ll-lV (2 poin) 5 (12,4)
Berat < 67 kg (1 poin) 6 (16,1)
PROGNOSIS Elevasi ST anterior atau LBBB (1 poin) 7 (23,4)
Waktu ke reperfusi > 4 jam (1 poin) 8 (26,8)
Skor risiko = total poin (0-14) >8 (35,9)
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis
pasca IMA:
Klasifikasi Killip berdasarkan pemeriksaan fisis bedside
sederhana; 33 gallop, kongesti paru dan syok kardiogenik REFERENSI
Klasifikasi Forrester berdasarkan monitoring Van de Werf, Bax.J, Betriu.A, et al. Management of acute
hemodinamik indeks jantung dan pulmonary capillary myocardial infrction in patients presenting with persistent ST-
wedge pressure (PCWP) segment elevation. Eur Heart I 2008;29:2909-45
TIMI risk score adalah sistem prognostik paling akhir yang Antman EM, Anbe DT, Armstrong PW et al. ACC/AHA Guidelines
menggabungkan anamnesis sederhana dan pemeriksaan for the Management of Patients Wirh ST--Elevation
Myocardial lnfarction A Report of the American College of
fisis yang dinilai pada pasien STEMI yang mendapat terapi
Cardiology/American Heart Association Task Force on
trombolitik. Practice Guidelines (Committee to Revise the 1999 Guidelines
for the Management of Patients With Acute Myocardial
Infarction) Circularion 2004;l 10:588-636
Antman E, Braunwald E. ST elevation myocardial infarction:
Mortalitas management In: Braunwald E, Zipes DP, Libby P, eds. Heart
Klas Definisi ("/"1
Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 7th ed. Phila-
I Tak ada tanda gagal jantung kongestif 6 delphia, Pa: WB Saunders12005:1167-226.
il + 53 dan/atau ronki basah 17 Rogels WJ, Canto JG Lambrew CT. et al. Temporal trends in the
ilt edema paru 30-40
treatment of over 1.5 million patients with myocardial infarc-
IV syok kardiogenik 60-80
tion in the US from 1990 through 1999: the National Registry
of Myocardial Infarction 1, 2 and 3. J Am Coll Cardiol.
2000;36:2056-63.
Wiviott SD, Morrow DA, Giugliano RP, et al. Performance of
thethrombolysis in myocardial infarction risk index for early
lndeks Kardiak
Klas
(L/min/m'z) ,l?,T!, Mortaritas (%) acute coronarysyndrome in the National Registry of Myocar-
dial Infarction: a simple risk index predicts mortality in both
> 2,2 < 18 J
I
ST and non-ST elevation myocardial infarction J Am Coll
il > 2,2 >18 I Cardiol 2003 ;4 I :365A-366A.
ilt < 2,2 < 18 23
IV < 2,2 > 18 51 National Cholesterol Education Program. Third Report of the Expert
Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
PCWPr pulmonary capillary wedge pressure
Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel IIl. NIH publication
No. 02-5125. Bethesda, Md: National Heart, Lung, and Blood
INEARK MIOKARD AKUT DENGAI{ ELEVASI ST t755

Institute, 2002. Guidelines, Related Toois, and Patient Informa- multicentre trial: PRAGUE-2. Eur Heart J.2003;24:94-104
tion, available at: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/cholesterol/ Lincoff AM, Califf RM, Van de Werf P, et al, for the Global Use of
index.htm. Accessed April 12, 2003. Strategies To Open Coronary Arteries (GUSTO) Investigators.
Eisenberg MJ, Topol EJ. Prehospital administration of aspirin in Mortality at 1 year with combination platelet glycoprotein IIb/
patients with unstable angina and acute myocardial infarction. IIIa inhibition and reduced-dose fibrinolytic therapy vs con-
Arch Intern Med. 1996;1 56: 1506-10. ventional fibrinolytic therapy for acute myocardial infarction:
Fibrinolytic Therapy Trialists' (FTT) Collaborative Group. Indica- GUSTO V randomized trial. JAMA. 2002;288:2130-5
tions for fibrinolytic therapy in suspected acute myocardial Widimsky P, Groch L, Zel(zko M, et al. Multicentre randomized
infarction: collaborative overview of early mortality and major trial comparing transport to primary angioplasty vs immediate
morbidity results from all randomized trials of more than 1000 thrombolysis vs combined strategy for patients with acute
patients. Lanc et. 1994;343 :3 1 l-22. myocardial infarction presenting to a community hospital with-
Gruppo Italiano per lo Studio della Streptochinasi nell'Infarto out a catheterization laboratory: the PRAGUE study. Eur Heart
Miocardico (GISSI). Effectiveness of intravenous thrombolytic J. 2000:21:823-31 .

treatment in acute myocardial infarction. Lancet. 1986;l:39'l- Grines CL, Browne Kfl Marco J, et al, for the Primary Angioplasty
402. in Myocardial Infarction Study Group. A comparison of
The American Heart Association in collaboration with the Interna- immediate angioplasty with thrombolytic therapy for acute
tional Liaison Committee on Resuscitation. Guidelines 2000 for myocardial infarction. N Engl J Med. 1993;328:673-9.
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Schcimig A, Kastrati A, Dirschinger J, et al, for the Stent versus
Care: Part 7: the era of reperfusion: section 1: acute coronary Thrombolysis for Occluded Coronary Arteries in Patients with
syndromes (acute myocardial infarction). Circulation. Acute Myocardial Infarction Study Investigators Coronary
2000; 1 02(suppl I ),1l1 2-I-203. stenting plus platelet glycoprotein IIb/llIa blockade compared
Antithrombotic Trialists' Collaboration. Collaborative meta-analysis with tissue plasminogen activator in acute myocardial
of randomized trials of antiplatelet therapy for prevention of infarction. N EngL J Med. 2000;143:385-91.
death, myocardial infarction, and stroke in high risk patients. Andersen HR, Nielsen Tl Rasmussen K, et al. tbr the DANAMI-2
8MJ.2002;324:11-86. Investigators. Thrombolytic therapy vs plimzu'y percutaneous
De Luca G, Suryapranata H, Zijlstra F, et al, for the ZWOLLE coronary intervention for myocaldial inl'arction in patients
Myocardial Infarction Study Group. Symptom-onset-to-balloon presenting to hospitals wirhour on-site cardiirc sufgery: a
time and mortality in patients with acute myocardial infarction randomized controlled trial. JAMA. 2002;281 1943-51.
treated by primary angioplasty. J Am Coll Cardiol 2003 42:991- Andersen HR, Nielsen TT, Rasmussen K, et al, for the DANAMI-2
7. Investigators. A comparison of coronary angioplasty with
Boersma E, Mercado N. Poldermans D. er al Acure myocardial fibrinolytic therapy in acute myocardial infarction. N Engl J Med
infarction. Lancet 2003.36I:847-58 2003;349: '733-42.
De Luca G, Suryapranata H, Ottervanger JP, et al Time de)ay to Hochman JS, Sleeper LA, Webb JG et al, for the Should We
treatment and mortality in primary angioplasty for acute Emergently Revascularize Occluded Coronaries for Cardiogenic
myocardiaI infarction: every minute of delay counts. Shock (SHOCK) Investigators. Early revascularization in acute
Ci r c ulatio n. 2004:109 :1223-5. myocardial infarction complicated by cardiogenic shock N Engl
The Task Force on the Management of Acute Myocardial J Mecl. 1999:341: 625-34.
Infarction of the European Society of Cardiology. Keeley EC, Boura JA, Grines CL. Primary angioplasty versus
Management of acute myocardial infarction in patients intravenous thrombolytic therapy for acute myocardial
presenting with ST-segment elevation. Eur Heart J.2003;24:28- infarction: a quantitative review of 23 randomised trials.
66 Lancet. 2003:.361 :1 3-20.
Morrow DA, Antman EM, Charlesworth A, et al TIMI risk score Berger PB, Ellis SG Holmes DR, et al. Relationship between deJay in
for ST-elevation myocardial infarction: a convenient, bedside, performing direct coronary angioplasty and early clinical
clinical score for risk assessment at presentation: an intrave- outcome ln patients with acute myocardial infarction: results
nous nPA for treatment of infarcting myocardium early Il trial from the Global Use of Strategies To Open Occluded Arteries in
substudy. Circulation. 2000;102 2031-7 . Acute Coronary Syndromes (GUSTO-IIb) triaL. Circulation.
Lee KL, Woodlief LH, Topol EJ, et al, for the GUSTO-I 1 999: I 00: I 4-20.
Investigators Predictors of 30-day mortality in the era of Juliard JM, Feldman LJ, Golmard JL, et al. Relation of mortality of
reperfusion for acute myocardial infarction: results from an primary angioplasty during acute myocardial infarction to
international trial of 41,021 patients. Circulation. door-to- Thrombolysis In Myocardial Infarction (TIMI) time.
I995:9I:I659-68. Am J CardioL. 2003:91: 1401-5.
Bonnefoy E, Lapostolle F, Leizorovicz A, et al., for the Suryapranata H, Ottervanger JP, Nibbering E, et al. Long term
Comparison of Angioplasty and Prehospital Thrombolysis in outcome and cost-effectiveness of stenting versus balloon
Acute Myocardial Infarction study group Primary angioplasty angioplasty for acute myocardial infarction. Heart.
versus prehospital fibrinolysis in acute myocardial infarction: a 2001:85:661 -1 1

randomised stldy. Lancet. 2002;360:825-9. Stone GW, Grines CL, Cox DA, et a1, for the Controlled Abciximab
Steg PG, Bonnefoy E, Chabaud S, et al. Impact of time to treatment and Device Investigation to Lower Late Angioplasty Compli-
on mortality after prehospital fibrinolysis or primary cations (CADILLAC) Invesrigators. Comparison of angioplasty
angioplasty: data from the CAPTIM randomized clinical trial. with stenting, with or without abciximab, in acute myocardial
Circulation. 2003 ; 1 08:285 1-6 infarction. N Engl J Med. 2002;346:957-66.
Widimsky P, Budesinsky T, Vorac D, et al. Long distance transport The TIMI Research Group. Immediate vs delayed catheterization
for primary angioplasty vs immediate thrombolysis in acute and angioplasty following thrombolytic therapy for acute
myocardial infarction: final results of the randomized national A restits JAMA 1988;260:2849-
myocardial infarction: TIMI II
t756 KARDIOI.OGI

58. the Use of Antiplatelet Agents in Patients With


Hochman JS, Sleeper LA, White HD, et al, for the SHOCK Atherosclerotic Cardiovascular Disease of the European
Investigators: Should We Emergently Revascularize Occluded Society of Cardiology. Eur Heart J.200425:166-81
Coronaries for Cardiogenic Shock: one-year survival following Levine GN, Kern MJ, Berger PB, et al, for the American Heart
early revascularization for cardiogenic shock. JAMA. Association Diagnostic and Interventional Catheterization
2001 285:190-2. Committee and Council on Clinical Cardiology. Management
Dzavik Y Sleeper LA, Cocke TP, et al, for the SHOCK Investiga- of patients undergoing percutaneous coronary revascularization.
tors. Early revascularization is associated with improved Ann Intern Med. 2003:139:123-36.
survival in elderly patients with acute myocardial infarction Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP)
complicated by cardiogenic shock: a report from the SHOCK Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High
Trial Registry. Eur Heart J.2003;24:828-37 Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) final
Montalescot G, Barragan P, Wittenberg O, et al, for the ADMIRAL report. C ircuLation. 2002;106:3143-421.
(Abciximab before Direct Angioplasty and Stenting in Pitt B, Zannad F, Remme WJ, et al, for the Randomized Aldactone
Myocardial Infarction Regarding Acute and Long-Term Evaluation Study Investigators. The effect of spironolactone
Follow-up). lnvestigators. Platelet glycoprotein IIb/IIIa on morbidity and mortality in patients with severe heart
inhibition with coronary stenting for acute myocardial failure. N Engl J Med. 1999;341:'709-11 .
infarction. N Engl J Med. 2001;344:1895-903. Pfeffer MA, McMurray JJ, Velazquez EJ, et al, for the Valsartao in
Braunwald E, Antman E, Beasley J, et al. ACC/AHA 2002 guideline Acute Myocardial Inlarction Trial Investigators Valsartan,
updatefor the management of patients with unstable angina and captopril, or both in myocardial infarclion complicated by heart
non-ST-segment elevation myocardial infarction: summary failure, left ventricular dysfunction, or both. N Engl J Med.
article: a report of the American College of Cardiology/ 2003;349:1893-1906.
American Heart Association Task Force on Practice Guidelines Yusuf S, Zhao F, Mehta SR, et al, ibr the Clopidogrel in Unstable
(Committee on the Management of Patients With Unstable Angina to Prevent Recurrent Events Trial Investigators Ef-
Angina). J Am Coll Cardiol.20O2;40:1366. fects of clopidogrel in addition to aspirin in patients with acute
Gupta M, Chang WC, Van de Werf F, et al, for the ASSENT II coronary syndromes without ST-segment elevation N Engl J
Investigators. International differences in in-hospital Med 2001:345:494-502.
revascularization and outcomes following acute myocardial Brouwer MA, van den Bergh PJ, Aengevaeren WR, et al. Aspirin
infarction: a multilevel analysis of patients in ASSENT-2. Ear plus coumarin versus aspirin alone in the prevention of
Heart J. 2001',24:1640-50. reocclusion after fibrinolysis for acute myocardial infarction:
Gibson CM, Karha J, Murphy SA, et al, for the TIMI Study Group. results of the Antithrombotics in the Prevention of Reocclusion
Early and long-term clinical outcomes associated with In Coronary Thrombolysis (APRICOT)-2 Trial. Circulation.
reinfarction following fibrinolytic administration in the 2002: 1 06:65 9-65 .
thrombolysis in myocardial infarction trials. J Am Coll Cardiol. Yusuf S, Sleight P, Pogue J, et al, for the Heart Outcomes Preven-
2003 42:1 -16. tion Evaluation Study Investigators. Effects of an

ISIS-2 (Second International Study of Infarct Survival) Collabora- angiotensin-convertingenzyme inhibitor, ramipril, on
tive Croup. Randomised trial of intravenous streptokinase, oral cardiovascular events in high-risk patients. N Engl J Med
aspirin, both, or neither among 17,187 cases of suspected acute 2000t342:145-53 .

myocardial infarction : ISIS -2. Lanc et. 1 98 8 ;2: 349-60. Fox KM, for the EURopean trial On reduction of cardiac events
Bertrand ME, Rupprecht HJ, Urban R et al. Double-blind study of with Perindopril in stable coronary Artery disease Investiga-
the safety of clopidogrel with and without a loading dose in tors. Efficacy of perindopril in reduction of cardiovascular events
combination with aspirin compared with ticlopidine in among patients with stable coronary artery disease: randomised,
combination with aspirin after coronary stenting : the Clopidogrel double-blind, placebocontrolled. multicentre trial (the EUROPA
Aspirin Stent International Cooperative Study (CLASSICS). strdy). Lancer. 2003 ;362: 7 82-8.
C i r c ulat i o n 2O00 tl 02:624-9. Granger CB, McMurray JJ, Yusuf S, et al, for the CHARM Investiga-
Mehta SR, Yusul S, Peters RJ, et al, for the Clopidogrel in Unstable tors and Committees. Eff'ects of candesartan in patients with
angina to prevent Recurrent Events trial (CURE) Investiga- chronic heart failure and reduced left-ventricular systolic
tors. Effects of pretreatment with clopidogrel and aspirin function intolerant to angiotensin- converting-enzyme inhibi-
followed by long-term therapy in patients undergoing tors: the CHARM-Alternative trial. Lancet. 2003;362:112-6'
percutaneous coronary intervention: the PCI-CURE study. McMurray JJ, Ostergren J, Swedberg K, et al, for the CHARM
Lancet. 2001:358:527 -33. Investigators and Committees. Effects of candesartan in
Steinhubl SR, Berger PB, Mann JT III, et al, for the CREDO patients with chronic heart failure and reduced left-ventricular
(Clopidogrel for the Reduction of Events During Observation) systolic function taking angiotensin-converting-enzyme
Investigators. Early and sustained dual oral antiplatelet therapy inhibitors: the CHARM-Added trial. Lancet. 2003:362:767-
following percutaneous coronary intervention: a randomized 71.
controlled trial. JAMA. 2O02; 288:241 I-20. Yusuf S, Pfeffer MA, Swedberg K, et al, for the CHARM Investiga-
Patrono C, Bachmann F, Baigent C, et al. Expert consensus tors and Committees. Effects of candesartan in patients with
document on the use of antip'latelet agents: The J45k Force on chronic heart failure and preserved left-ventricular ejection
fraction: the CHARMPreserved fiial. Lancet. 2003 ;362:'7 7 1 -
81.
Seventh report of the Joint National Committee on the
Prevention. Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC 7): resetting the hypertension sails'
Hy pe rtension. 2003:.41:1 178 -9.
275
INFARK MIOI(ARD AKUT TANPA ELEVASI ST
Sjaharuddin Harun, Idrus Alwi

PENDAHULUAN oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis


akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosis akut
Angina pektoris tak stabil (unstable angina = UA) dan pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang
infark miokard akut tanpa elevasi ST (non ST elevation tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai
myocardial infarction = NSTEMI) diketahui merupakan inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rqndah,
suatu kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi dan fibrous cap yangtipis dan konsentrasi faktorjaringan yang
gambaran klinis sehingga pada prinsipnya tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai
penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak
NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat
UA menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan
peningkatan biomarker j antung. adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri sitokin proinflamasi seperti TNF cr, dan IL-6. Selanjutnya
dada, yang menjadi salah satu gejala yang paling sering IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati.
didapatkan pada pasien yang datang ke IGD, diperkirakan
5,3 juta kunjungan/tahun. Kira-kira l/3 darinya disebabkan
oleh UA/NSTEMI, dan merupakan penyebab tersering EVALUASIKLINIS
kunjungan ke rumah sakit pada penyakit jantung. Angka
kunjungan RS untuk pasien UA/NSTEMI semakin Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala
meningkat, sementara angka infark miokard dengan elevasi di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti
ST (STEMD menurun. diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat
Penatalaksanaan UA/ NSTEMI telah disusun dalam atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering
pedoman (guidelines) oleh American College of ditemukan pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran
Cardiology (ACC) dan American Heart Association klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala
(AHA). Guidelines untuk tatalaksana UA./N-STEMI juga dengan onset baru angina berat/terakselerasi memiliki prog-
dibuat oleh European Society of Cardiology dan memiliki nosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri
kemiripan den gan g uide lines Am erika. Perlu diingat bahwa pada waktu istirahat. Walaupun gejala khas rasa tidak
prinsip penatalaksanaan sangat tergantung kepada sarana./ enak di dada iskemia pada NSTEMI telah diketahui dengan
prasarana yang tersedia di tempat pelayanan masing- baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaforesis,
masing khususnya untuk tindakan intervensi koroner. sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau
leherjuga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada
pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
PATOFISIOLOGI

Non ST elevation myocardial Infarction (NSTEMI) dapat EKG


disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat Gambaran elektrokardiogram (EKG), secara spesihk berupa

t75
1758 I(ARDIOI.OGI

deviasi segmen ST merupakan hal penting yang dengan skor risiko 0- I , sampai 4l7o dengan skor risiko 6-7.
menentukan risiko pada pasien. Pada Thrombolysis in Skor risiko ini berasal dari analisis pasien-pasien pada
Mltocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi segmen penelitian TIMI l18 dan telah divalidasi pada empat
ST baru sebanyak 0,05 mV merupakan prediktor oLttcome penelitian tambahan dan satu registry. Dengan
yang buruk. Kaul et al. menunjukkan peningkatan risiko meningkatnya skor risiko, telah diobservasi manfaat yang
outcome yang buruk meningkat secara progresif dengan lebih besar secara progresif pada terapi dengan LMWH
memberatnya depresi segmen ST, dan baik depresi segmen versus UFH, detgan Platelet GP IIb/IIIa receptor blocker
ST maupun perubahan troponin T keduanya memberikan tirofiban versus plasebo, dan strategi invasif versus
tambahan informasi prognosis pasien-pasien dengan konservatif.
NSTEIVII. Pada pasien untuk semua level skor risiko TIMI,
penggunaan klopidogrel menunjukkan penu;runan outc ome
yang buruk relatif sama. Skor risiko juga efektif dalam
BIOMARKER KEBUSAKAN MIOKARD memprediksi olttcome yang buruk pada pasien setelah
pulang.
Troponin T atau troponin I merupakan petanda nekrosis
miokard yang lebih disukai, karena lebih spesifik daripada
enzim jantung tradisonal seperti CK dan CKMB. Pada SERUM KREATININ
pasien dengan lMA, peningkatan awal troponin pada
darah perifer setelah 3-4 jamdan dapat menetap sampai 2 Terdapat banyak bukti yang menunjukkan disfungsi ginjal
minggu. Pada gambar- I dapat dilihat kinetik biomarker berhubungan dengan peningkatan risiko outcome yang
jantung seperti mioglobin, CKMB dan troponin. buruk. Beberapa penelitian seperti Platelet Receptor
Inhibition in Ischemic S),ndrome Managemenl in Patients
Limited by Unstable Sign and Syntptom (PRISM-PLUS),
STRATIFIKASI RISIKO Treat Angina with Aggrastctt and Detennine Cost of
Therapy with Invasive or Conservative Strategy
Penilaian klinis dan EKG keduanya merupakan parameter (TACTICS)-TIMI 18, dan Global Use Stategies to Open
utama dalam pengenalan dan penilaian risiko NSTEMI. Occluded Coronary Arteries (GUSTO) IV-ACS,
Jika ditemukan risiko tinggi, maka keadaan ini memerlukan kesemuanya menunjukkan pasien-pasien dengan kadar
terapi awal yang segera. Penatalaksanaan sebaiknya terkait klirens kreatinin yang lebih rendah memiliki gambar-an risiko
dengan faktor rjsikonya (Garnbar l). Terdapat beberapa tinggi yang lebih besar dan outcome yang kurang baik.
pendekatan untuk stratifikasi risiko pada NSTEML Walaupun strategi invasif banyak bermanfaat pada pasien
dengan disfungsi ginjal, namun mempunyai risiko
perdarahan yang lebih banyak. Karena "molekul kecil''
50 inhibitor GP IIb/IIIadan LMWH diekskresikan lewat ginjal,
.r..rtr..t. penglepasan awal dari mioglobin
=o, atau CK-MB isoform terapi ini seharusnya diberikan dengan perhatian khusus
20
o pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Walaupun
o Troponin, setelah IMA klasik kardiak
o.
10 disfungsi ginjal dapat mengganggu kiirens troponin.
-g
.E
---- - CK-IVB setelah lM namun tetap merupakan prediktor keluaran yang benilai
5
= - Troponin kardiak setelah mikro infark
pada pasien tersebut.
E - -
o
(E
2
.=
,9
E 1
PETANDA BTOLOGTS (BTOMARKEB IIULTIPEL
= UNTUK PENILAIAN RISIKO
= 2345678
Jumlah hari setelah onset IMA Newby et al. mendemonstra-sikan bahwa strategi bedside
Gambar 1. Kinetik berbagai petanda biokimia jantung menggunakan mioglobin, creatinin kinase-MB dan
troponin I menunjukkan stratifikasi risiko yang lebih akurat
dibandingkan j i ka menggunakan petanda tunggal berbasis
SKOR RISIKO TIMI laboratorium. Sabatine et al. mempertimbangkan 3 faktor
patofisiologi yang terjadi pada UAAJSTEMI yaitu :
Skor risiko merupakan suatu metoda sederhana untuk . Ketidakstabilan plak dan nekrosis otot yang terjadi
stratifikasi risiko, dan angka faktor risiko. Insidens out- akrbat mikroembol isasi,
come yatrg buruk (kematian, (re) infark miokard, atau . Inflamasi vaskular.
iskemia berat rekuren) pada 14 hari berkisar antara 5Eo . Kerusakan ventrikel kiri.
INFARK MIOKARD AKUT TANPA ELEVASI ST 1759

Masing-masing dapat dinilai secara independen TERAPI ANTIISKEMIA


berdasarkan penilaian terhadap petanda-petanda seperti
cardiac-spesific Iroponin, C-reactive protein dan brain Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada
natrittret ic p eptide, berturut-turut. Pada peneli tian TAC- berulang, dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan
TICS-TIMI 18, di mana risiko relatif, mortalitas 30 hari penyekat beta. Terapi anti iskemia terdiri dari nitrogliserin
pasien-pasien dengan biomarker 0, l, 2, dan 3 semakin sub lingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena, dan
meningkat berkali lipat 1;2,I;5,1; dan 13,0 berturut-turut. penyekat beta oral (pada keadaan tertentu dapat diberikan
Pendekatan dengan berbagai petanda laboratorium ini intravena). Antagonis kalsium nondihidropiridin diberikan
sebaiknya tidak digunakan sendiri-sendiri tapi seharusnya pada pasien dengan iskemia refrakter atau yang tidak
dapat memperjelas penemuan klinis. toleran dengan obat penyekat beta.

PENATALAKSANAAN Usia > 65 tahun


> 3 faktor risiko PJK
Stenosis sebelumnya > 50 %
Pasien NSTEMI harus istirahat di tempat tidur dengan Deviasi ST
> 2 kejadian angina < 24 jam
pemantauan EKG untuk deviasi segmen ST dan irama
Aspirin dalam 7 hari terakhir
jantung. Empat komponen utama terapi harus Peningkatan petanda jantung
dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu :
.. Terapi antiiskemia,
. Terapi antiplatelet/antikoagulan, NITRAT
. Terapi invasif (kateterisasi dini/revaskularisasi),
. Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah Nitrat pertama kali harus diberikan sublingual atalu sPrcty
perawatan RS. bukal jika pasien mengalami nyeri dada iskemia. Jika nyeri

lskemia berulang dan/atau


perubahan segmen ST atau
inversi gelombang T dalam atau
petanda kardiak yang positif

AsPirin
Penyekat reseptor beta
Nitrat
Regimen antitrombin
Penghambat GP llb/llla
Monitoring (ritme cjan iskemia)

Angiografi dalam

Braunwald et al. Circulation 2002;106:1893-900

Gambar 2. Jalur iskemia akut


1760 I(ARDIOI.OGI

menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3 kali dengan TERAPI ANTIPLATELET


interval 5 menit, direkomendasikan pemberian nitrogliserin
intravena (mulai 5-10 ug/menit). Laju infus dapat
ditingkatkan l0 ug/menit tiap 3-5 menit sampai keluhan Aspirin
menghilang atau tekanan darah sistolik < 100 mmHg. Peran penting aspirin adalah menghambat
Setelah nyeri dada hilang dapat digantikan dengan nitral siklooksigenase-1 yang telah dibuktikan dari penelitian
oral atau dapat menggantikan nitrogliserin intravena jika klinis multipel dan beberapa meta-analisis, sehingga
pasien sudah bebas nyeri selama 12-24 jam. Kontraindikasi aspirin menjadi tulang punggung dalam penatalaksanaan
absolut adalah hipotensi atau penggunaan sildenafil atau UAA{STEMI. Sindrom "resistensi aspirin" dapat terjadi
obat sekelasnya dalam 24 jam sebeiumnya. pada pemberian aspiran. Sindrom ini dideskripsikan dengan
bervariasi sebagai kegagalan relatif untuk menghambat
(inhibisi) agregasi platelet dan/atau kegagalan untuk
PENYEKATBETA memperpanjang waktu perdarahan, atau perkembangan
kejadian klinis sepanjang terapi aspirin. Pasien-pasien
Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi dengan resistensi aspirin mempunyai risiko tinggi kejadian
jantung 50-60 kali/menit. Antagonis kalsium yang rekuren. Walaupun penelitian prospektif secara acak belum
mengurangi frekuensi jantung seperti verapamil atau pernah dilaporkan pada pasien-pasien ini, adalah logis
diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri untuk memberikan terapi klopidogrel, walaupun aspirin
dada persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis sebaiknya juga tidak dihentikan. Alexander et al.
penuh dan penyekat beta dan pada pasien dengan mendemonstrasikan tingginya kejadian (event rate) dan
kontraindikasi penyekat beta. Jika nyeri dada menetap efek terapi yang besar dengan eptifibatide pada pasien
walaupun dengan pemberian nitrogliserin intravena, morfin sindrom koroner akut meskipun sebelumnya diterapi
sulfat dengan dosis 1-5 mg dapat diberikan tiap 5-30 menit asplnn.
sampai dosis total 20 mg.

Klopidogrel
Thienopyridine ini memblok reseptor adenosine
Aktivitas diphospate P2Y,rpada permukaan platelet dan dengan
Dosis Umum
Obat selektivitas Agonis demikian menginhibisi aktivasi platelet. Penggunaannya
parsial untuk Angina
pada UA/NSTEMI terutama berdasarkan penelitian
Propranolol Tidak Tidak 20-80 mg 2 kali
sehari Clopidogrel in Unstable Angina to Prevent Recurrent
Metoprolol Beta l Tidak 50-200 mg 2 kali Ischemic Events (CURE) dan Clopidogrel for the
sehari Reduction of Events During Observation (CREDO).
Atenolol Betal Tidak 50-200 mg/hari Dilakukan randomisasi terhadap 12.562 pasien dengan
Nadolol Tidak Tidak 40-80 mg/hari UA/NSETMI (semuanya mendapat terapi aspirin)
Timolol Tidak Tidak 10 mg 2 kali sehari
Asebutolol Beta l Ya 200-600 mg 2 kali ditambahkan klopidogrel (dosis awal 300 mg dilanjutkan
sehari dengan 75 mg/hari) atau plasebo. Setelah di pantau rata-
Betaksolol Betal Tidak 10-20 mg/hari
rata 9 bulan, hard end point primer (kematian
Bisoprolol Betal Tidak 10 mg/hari
Esmolol Betal Tidak 50-300 mcg / kg/ kardiovaskular, infark miokard dan strok) menurun secara
(intravena) menit bermakna yaifi207o yaitu I 1,5 Vo padakelompok plasebo
Labetalol. Tidak Ya 200-600 mg 2 kali
menjadi 9,3 7o pada kelompok klopidogrel. Penurunan
sehari
Pindolol Tidak Ya 2 5-7.5 mg 3 kali kejadian iskemia rekuren mulai terlihat dalam 6 jam
sehari randomisasi. Efek bermanfaat ditemukan untuk semua
*Labetalol adalah kombinasi penyekat alfa dan beta
subkelompok, termasuk kelompok tanpa deviasi segmen
Gibbons, et al J Am Coll Cardiol 1999;33:2092-'197 ST atau pelepasan troponin dan kelompok yang memiliki
skor risiko TIMI rendah.
Keuntungan terbesar adalah penurunan kejadian
TERAPIANTITROMBOTIK infark miokard, walaupun kecenderungan kematian dan
strok tidak bermakna secara statistik. Namun, klopidogrel
Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai peran dikaitkan dengan peningkatan perdarahan mayor (3,77o
utama dalam patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai versus 2,7Vo) dar' minor, sejalan dengan kecenderungan
dari agregasi platelet dan pembentlkan thrombin- peningkatan perdarahan yang mengancam nyawa (lfe-
activated fibrin befianggtng jawab atas perkembangan threatening bleeding). Perdarahan yang berlebihan
klot. Oleh karena itu, terapi antiplatelet dan anti trombin banyak ditemukan pada pasien dengan aspirin dosis
menjadi komponen kunci dalam perawatan. tinggi atau pada mereka yang menjalani CABG selama 5
INFARK MIOKARD AKUT TANPA ELEVASI ST L76l

hari penghentian klopidogrel. Telah dibuktikan Antagonis GP llb/llla


peningkatan risiko perdarahan pada pemakaian kombinasi Terdapat bukti kuat pada penelitian multipel bahwa
aspirin dan klopidogrel pada pasien-pasien yang antagonis GP IIa/IIIb mengurangi insidens kematian atau
menjalaniCABG. infark miokard pada pasien UA/NSTEMI yang menjalani
Pada sub studi pengamatan penelitian CURE yang PCI dan penggunaannya pada keadaan ini diindikasikan
melibatkan 2.658 pasien yang menjalani PCI, dengan secarajelas. Padapenelitian GUSTO IV-ACS yang didesain
median 10 hari setelah randomisasi (PA-CURE study), khusus untuk menguji manfaat abciximab pada pasien
kebanyakan pasien mendap at thienopy r idine y ang selama UAA{STEMI di mana PCI tidak dianjurkan, tidak didapat
4 minggu setelah menjalani prosedur. menunjukkan adanya manfaat, termasuk end point sekunder, misalnya
penatalaksanaan dengan klopidogrel dikaitkan dengan kematian dalam 48 jam. Antagonis GP IIb/IIIa eptifibatid
risiko relatif 30 7o lebih rendah terhadap kematian atau tirofiban manfaatnya masih kurang jelas. Suatu analisis
kardiovaskular, infark miokard atau revaskularisasi selama retrospektif penelitian PRISM-PLUS menunjukkan bahwa
30 hari (6,47o vs 4,5Vo). Manfaat klopidogrel telah diteliti tirofiban mengurangi insidens outcome yang buruk pada
selama 8 bulan pada penelitian tersamar (klopidogrel atau pasien risiko tinggi (skor risiko TIMI > 4) yang tidak
plasebo) dengan kesimpulan yang ditentukan I bulan menjalaniPCL
setelah PCI. Keuntungan pengobatan sebelumnya dan Meta-analisis terhadap antagonis GP IIb/IIIa dari 6
pemantauan terapi jangka panjang dengan klopidogrel juga penelitian besar yang melibatkan 3l .402 pasien UA/
diamati padapenelitian CREDO, pada sekitar 2.116 pasien, NSTEMI yang tidak dijadwalkan menjalani PCI
55Vo pasiet dengan UA/NSTEMI yang hendak menjalani menunjukkan penurunan yang bermakna (-97o relatif , -l7o
PCI. absolut), pada rasio odd untuk gabungan endpoint
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, maka kematian atau infark miokard pada kelompok antagonis
klopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini pertama GP IIb/IIIa, sedangkan perdarahan meningkat secara
(first-line drug) pada UA/NSTEMI dan ditambahkan bermakna dat', 1,4 Vo pada kelompok plasebo menjadi 2,4
aspirin pada pasien dengan UA/NSTEMI, kecuali mereka Vo pada kelompok antagonis GP IIb/IIIa. Dalam analisis
dengan risiko tinggi perdarahan dan pasien yang tambahan ditemukan bahwa 5.841 dai3l .402 (19 %o) pasien
memerlukan CABG segera. Klopidogrel sebaiknya sebenamya menjalani revaskularisasi dini (dalam waktu 5
diberikan pada pasien dengan UA/NSTEMI pada pasien- hari) dan pengamatan manfaat antagonis GP IIb/IIIa
pasren: misalnya, pengurangan kematian atau infark miokard
. Yang direncanakan untuk mendapat pendekatan non sebagian besar terbatas ke dalam sub grup ini (-2lVo).
invasif dini. Penemuan ini termasuk dan diperkuat oleh analisis
. Yang diketahui tidak merupakan kandidat operasi terperinci penelitian PURSUIT di Amerika Serikat. Pada
koroner segera berdasarkan pengetahuan sebelumnya penelitian itu strategi invasifdini cukup sering digunakan.
tentang anatomi koroner/ memiliki kontraindikasi untuk Guideline ACC/AHA menetapkan pasien-pasien risiko
operasl, tinggi terutama pasien dengan troponin-positif yang
. Kateterisasi ditunda/ditangguhkan selama > 24-36 jam. menjalani angiografi, mungkin sebaiknya mendapatkan
antagonis GP IIb/IIIa. Dua agen molekul kecil, eptifibatid
Pada Pasien-pasien yang direncanakan untuk dan tirofiban, mungkin dimulu " up s tr e am" mis alnya I atau
kateterisasi diagnostik dalam 24-36 jam presentasi, menj adi 2 hari sebelumnya dan dilanjutkan selama menjalani
alasan untuk tidak memberikan klopidogrel sampai dengan prosedur. Salah satu dari 3 antagonis GPIIb/IIIayatgada
temuan angiogram koroner meniadakan kebutuhan operasi dapat dimulai secepatnya sebelum atau selama menjalani
bypass segera. Dosis awal klopidogrel dapat diberikan di prosedur. Berdasarkan temuan GUSTO -I\'/ ACS, abciximab
laboratorium kateterisasi sebelum PCI atau dimulai tidak diindikasikan pada pasien-pasien yang tidak
secepatnya setelah kateterisasi. Klopidogrel (seperti aspi- direncanakan menjalani PCI. Tak ada satupun antagonis
rin) adalah inhibitor fungsi platelet yang ireversibel, maka GP IIb/IIIa terlihat efektif atau diindikasikan secara rutin
direkomendasikan juga agar obat ini dihentikan selama 5 untuk penatalaksanaan pasien risiko rendah, pasien-pasien
atau lebih disukai 7 hari sebelum operasi elektif, termasuk dengan troponin-negatif yang tidak menjalani angiografi
CABG dini.
Risiko perdarahan berlebihan dapat ditoleransi pada Berdasarkan pengamatan pada penelitian PCI-CURE
pasien yang belum dilakukan angiografi, dan dapat dan CREDO, klopidogrel tidak terlihat menambah risiko
mencegah kejadian iskemia selama periode menunggu. perdarahan terhadap antagonis GP IIb/IIIa. Efikasi
Pandangan ini didukung oleh pengamatan pada penelitian thienopyridine dan antagonis GP IIb/IIIa tampaknya perlu
CREDO bahwa terapi sebelumnya >6 hari sebelum PCI ditambahkan dan terapi platelet tripel (aspirin, klopidogrel
cenderung memperkuat manfaat obatnya dan kombinasi dan antagonis GP IIb/IIIa) diindikasikan pada pasien risiko
klopidogrel dan inhibitor GP IIb/trIa tampaknya menambah tinggi yang direncanakan untuk menjalani PCI dan tidak
manfaat tanpa meningkatkan risiko perdarahan. mempunyai risiko perdarahan berlebihan.
1762 IGRDIOI.OGI

TERAPI ANTIKOAGULAN Holter selanjutnya menurun hampir separuhnya pada


kelompok enoxaparin.

UFH (U nfa ra cti onated Hepari n)


Manfaat UFH jika ditambah aspirin telah dibuktikan dalam STRATEGI INVASIF DINI VS KONSERVATIF DINI
tujuh penelitian acak dan kombinasi UFH dan aspirin telah
digunakan dalam tatalaksana UA/NSTEMI untuk lebih dari Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membandingkan
15 tahun. Penelitian sebelumnya menunjukkan keuntungan strategi invasif dini (arteriografi koroner dini dilanjutkan
klopidogrel dan inhibitor GP IIb/IIIa. Namun demikian dengan revaskularisasi sebagaimana diindikasikan sesuai
terdapat banyak kerugian UFH, termasuk di dalamnya temuan arteriografi) dengan strategi konservatif dini
ikatan yang non spesifik dan menyebabkan inaktivasi (kateterisasi dan jika diindikasikan revaskularisasi, hanya
platelet, endotel vaskular, fibrin, platelet faktor 4 dan pada yang mengalami kegagalan terhadap terapi oral/obat-
sejumlah protein sirkulasi. Produksi antibodi antiheparin obatan). Lima penelitian besar telah dilakukan secara
mungkin berhubungan dengan heparin-induced prospektifdan acak; dua di antaranya dilakukan sebelum
thrombocytopenia. Ikatan ini menimbulkan efek stenting rutin digunakan. Penelitian TIMI IIIB
antikoagulan yang tak menentu, memerlukan monitor lebih menunjukkan tidak ada perbedaan bermakn a outcome pada
sering terhadap activated partial thromboplastin time kedua strategi ini, walaupun analisis retrospektif
(aPTT), pengaturan dosis dan membutuhkan infus mengidentifikasi faktor-faktor risiko tinggi yang dapat
intravena kontinyu. digunakan untuk memprediksi kegagalan strategi
konservatif dan superioritas strategi invasif. Penelitian dini
LMWH (Low Molecular Weight Heparin) lainnya, The Veterans Affairs Non Q-Wave Infarction Strat-
Akhir-akhir ini perhatian lebih difokuskan pada LMWH, egies in Hospital (VANQWISH), menunjukkan kematian
dan kerugian-kerugian pada penggunaan UFH sebagian lebih banyak sejalan dengan kematian atau infark miokard
besar dapat diatasi. Pentingnya pemantauan efek dengan strategi invasif.
antikoagulan tidak diperlukan dan kejadian
trombositopenia yang diinduksi heparin berkurang.
LMWH adalah inhibitor utama pada sirkulasi trombin dan
juga pada faktor X a sehingga obat ini mempengaruhi tidak Terapi Antiplatelet
hanya kinerja trombin dalam sirkulasi (efek anti faktor IIa- Aspirin Dosis awal 160-325 mg formula nonenterik
dilajutkan 75-'160 mg/hari formula enterik
nya), seperti juga UFH, tapi juga mengurangi pembentukan
atau nonenterik
trombin (efek anti faktor X a-nya). Keuntungan praktis Klopidogrel Dosis /oadlng 300 mg dilajutkan 75 mg/hari
LMWH lainnya adalah absorbsi yang cepat dan dapat (Plavix)
diprediksi setelah pemberian subkutan. Dua penelitian acak Terapi Antiplatelet lntravena
tersamar ganda, Efficacy and Safety of Subcutaneous Abciximab 0,25 mg/kg bolus dilanlutkan infus 0,125lkg
Enoxap ar in in N on- Q-Wav e C o ro nary Evenrs (ES SENCE)
(Reopro) per menit (maksimum 10 ug/menit) untuk 12-
24 )am
dan TIMI 1 1B, yang melibatkan 7.081 pasien menunjukkan Eptifibatid 'lB0 ug/kg bolus dilanjutkan infus 2 ug/kg
keuntungan enoxaparin di atas UFH secara bermakna, dan (lntegrilin) permenit untuk 72-96 jam

suatu meta-analisis menunjukkan pengurangan kematian


Tirofiban 0,4 ug/kg permenit untuk 30 menit
(Aggrastat) dilanjutkan infus 0,1 ug/kg permenit untuk
atau infark miokard secara bermakna. 48-96 jam
Karena ditemukan kesulitan untuk menentukan level Heparin
antikoagulan, maka perlu dipikirkan dosis LMWH yang Dalteparin 120 lU/kg SC tiap 12 jam (maksimum 10.000
sesuai untuk pasien-pasien yang menjalani PCI dan (Fragmin) lU 2 kali sehari )
Enoksaparin 1 mg/kg SC tiap 12 jam; dosis awal boleh
keamanan LMWH pada pasien yang mendapat terapi in- (Lovenox) didahului bolus 30 mg intravena
hibitor GP IIb/IIIa. Pada penelitian yang membandingkan Heparin Bolus 60-70 U/kg (maksimum 5000 U) lV
enoxaparin dengan UFH pada 746 pasien UA/NSTEMI (UFH) dilanjutkan infus 12-15 U/kg perjam
(maksimum awal 1000 U/jam) dititrasi
yang mendapat aspirin dan eptifibatid yaitu penelitian sampai aPTT 1,5-2,5 kali kontrol
Integrilin and Enoxaparin Randomized Assessment of
Acute Coronary Syndrome Treatment (INTERACT),
didapatkan outcome utama perdarahan mayor yang Terdapat tiga penelitian sejalan dengan "era stent",
dikaitkan non CABG, lebih rendah secara bermakna pada dan semua penelitian itu menunjukkan superioritas strategi
kelompok enoxaparin dibandingkan dengan kelompok UFH invasif. Penelitian Fragmin and Fast Revascularization
( 1, 8 7o Vs 4,6 7o), w alaupun in siden relatif perdarahan mi- during Instability in Coronary Artery Disease (FRISC) II
nor adalah sebaliknya. Juga angka kematian atau infark menunjukkan penurunan yang bermakna mortalitas total
miokard non fatal pada 30 hari dan iskemia pada monitor dan kematian atau infark miokard dalam I tahun pada pasien
INFARK MIOKARD AKUT TANPA ELEVASI ST 1763

yang mendapat strategi invasif. Pasien-pasien pada


kelompok invasif (invasive arm) pada penelitian ini telah
diterapi di RS dengan regimen intensif yang termasuk di
dalamnya LMWH untuk rata-rata 6 hari sebelum Dike uarkan dari
Protokol
kateterisasi.
Pada penelitian TACTICS-TIMI 18, semna pasien
mendapatkan tidak hanya aspirin dan UFH tapi juga
"up-front" misalnya pemberian inhibitor tirofiban GP IIb/
IIIa segera. Berlawanan dengan FRISC II, kateterisasi
jantung pada kelompok invasif dilakukan relatif dini,
1 oT 2 vesse Dlsease
2 Vessel Disease dengan
misalnya rata-tata22 jam setelah randomisasi. Kematian Keter batan LAD proksimal
atau infark pada 6 bulan menurun secara bermakna dari
237o rnenjadi 9,57c pada kelompok konservatif dan
menjadi 7,3Vo pada kelompok invasif. Keuntungan
terbatas hanya untuk pasien dengan risiko tinggi dan
sedang, yang didefinisikan sebagai skor risiko TIMI 3, PCI atau CABG

semua peninggian troponin T (> 0,01 mg/ml) atau deviasi


segment ST. Pada pasien tanpa gambaran risiko ini
outcome dengan kedua strategi adalah sama. Lamanya
perawatan di RS juga menurun dengan strategi invasif
dan keseluruhan biaya penggunaan kedua strategi ini
sama.
Gambar 3. Strategi revaskularisasi pada NSTEMI/UAP
Penelitian Randomized Intenention Trial o.f Unstable
Anginct (RITA)3 dilakukan pada pasien UA/NSTEMI, dan
semua telah di terapi aspirin dan enoxaparin. Pada pasien-
pasien yang masuk untuk kelompok invasif, dilakukan
angiografi koroner rata-rata 2 hari setelah randoriisasi.
lndikasi Klas I (/evel of evidence: Al
Setelah 4 bulan, terdapat reduksi 347c end point ?rinler - Angina rekuren saat istirahaU aktivitas tingkat rendah
kematian, (re) infark atau angina refrakter (dari l1.5Vc, walaupun mendapat terapi
menjadi 9,6a/o') dengan strategi invasif. dan waktu l2 bularr - Peninggian troponin I atau T
terdapat perbedaan bermakna. Hord end point kematian
- Depresi segmen ST baru
- Angina/iskemia rekuren baru dengan gejala gagal jantung
atau (re) infark sebagaimana telah didefinisikan oleh Eu- kongestif, ronki, regurgitasi mitral
ropean Society of Cardiologylkriteria ACC, juga - Tes stres positif
menunjukkan penurunan bermakna sebesar 2lo/o dalam
- Fraksi ejeksi kurang dari 40%
1
- Penurunan tekanan darah
tahun dengan strategi invasif. - Takikardia ventrikel sustained
Pada kondisi tidak ditemukan kontraindikasi spesifik, - PCI < 6 bulan, CABG sebelumnya
strategi invasif saat ini direkomendasikan pada pasien UA/
NSTEMI dengan risiko tinggi/sedang. Pasien itu sebaiknya
mendapatkan aspirin dan heparin atau mungkin TATAI-AKSA\ lA PREDISCHAPGEDAN PENCEGAHAN
enoksaparin. Sebagaimana disebutkan di atas, klopidogrel SEKUNDER
sebaiknya dimulai segera, jika kateterisasi diundur >24 -
36 jam, dan angiogram awal menyingkirkan indikasi untuk Tatalaksana terhadap faktor risiko antara lain mencapai
CABG segera. berat badan yang optimal, nasihat diet, rnenghentikan
merokok, olahraga, pengontrolan hipertensi dan
tatalaksana intensif diabetes melitus dan deteksi adanya
PERAWATAN UNTUK PASIEN RISIKO RENDAH diabetes yang tidak dikenali sebelumnya.
Terdapat satu penelitian besar double-blind, placebo-
Tes stres noninvasif sebaiknya dilakukan pada pasien c:ontrolled, The MyocLcrdial Ischemia Reduction with
risiko rendah, dan pasien yang hasil tesnya menunjukkan Aggressire Chole.sterol Lovuerin g (MIRACL), yang
gambaran risiko tinggi sebaiknya segera menjalani menunjukkan manfaat penggunaan statin secara dini.
arteriografi koroner dan berdasarkan temuan anatomis, Pasien-pasien UA/NSTEMI sebaiknya diterapi,
revaskularisasi dapat dilakukan. Arteriografi koroner dapat sestai National Cholesterol Education Program (NCEP
dipilih pada pasien-pasien dengan tes positif tapi tanpa III), dan konsentrasi kolesterol LDL sebaiknya tereduksi
temuan risiko tinggi. hingga kurang dari 100mg/dl.
1764 KARDIOI.OGI

of Patients with Unstabie Angina) J Am Col1 Cardiol.


2000l,36:91 0-1062
Obat antiiskemik
Braunwald E, Antman EM, Beasiey JW, et al. ACC/AHA guideline
dan KlaslLevel of
Antitrombotik/
Kerja Obat
Evidence update for the management of patients with unstable angina
Antiplatelet and non-ST-segment elevation myocardial infarction-2002:
Summary article. Circulation. 20021 106: 1893-900.
Aspirin Antiplatelet A
Bertrand ME, Simoons ML, Fox KAA, et al Management of acute
Klopidogrel. atau Antiplatelet
coronary syndromes in patients presenting without persistent
tiklodipin Jika kontraindikasi
Aspirin A ST-segment elevation. Task Force of the European Society of
Penyekat beta Anti-iskemik A Cardiology. Eur Heart J. 2002; 23: I 809-40.
lnhibitor ACE Fraksi ejeksi < 40 Braunwald E. Application of current guidelines to the management
atau ofunstable angina and non-ST elevation myocardial infarction
Gagal jantung l/A lla/A
Circulatio.n.2003 ; 108(suppl III):III-28-III-37.
kongestif
Fraksi ejeksi > 40
Scirica BM, Cannon CP, McCabe CH, et al. Prognosis in the
Nitrat Antianginal IC Thrombolysis in Myocardial Ischemia III Registry according to
untuk gejala iskemik the Braunwald unstable angina pectoris classification. Am J
Antagonis kalsium Antiangina I Cardiol 2002; 90: 821-6.
(antagonis Untuk gejala Cannon CP, McCabe CH, Stone PH, et al., for the TIMI III Registry
dihidropiridin kerja iskemik (harus
ECG Ancillary Study Investigators The electrocardiogram
singkat harus dihindari)
dihindari) jika penyekat predicts one-year outcome of patients with unstable angina and
beta tidak non-Q wave myocardial infarction: Results of the TIMI III
berhasil (/evel Registry ECG Ancillary Study. J Am Col1 Cardiol. 7997; 30:
of evidence: B\ t33-40.
atau
kontraindikasi
Kaul P, Newby LK, Fu Y et al. Troponin T and quantitative ST-
atau
segment depression offer complementary prognostic
menyebabkan information in the risk stratification of acute coronary
efek samping syndrome patients. J Am Col1 Cardiol. 2003; 41: 371-80.
yang tak dapat Boersma E, Pieper KS, Steyerberg EW, et al. Predictors of outcome
diterima (/evel in patients with acute coronary syndromes without persistent
of evidence: C)
ST segment elevation: Results from an international trial of
Warfarin intensitas Antitrombotik ilb/B
9461 patients. The PURSUIT investigators. Circulation. 2000;
rendah dengan
Atau tanpa aspirin l0l: 2557-67.
Dipiridamol Antiplatelet nA Antman EM, Cohen M, Bernink PJLM, et al. The TIMI risk score
Klas / Level of for unstable angina/non-ST elevation MI: A method for
Obat Faktor Risiko prognostication and therapeutic decision making. JAMA. 2000;
Evidence
284: 835-42.
lnhibitor HMG-CoA Kolesterol LDL >130 lA
reduktase mg/dL Morrow DA. Antman EM, Snapinn S, et al. An integrated clinical
lnhibitor HMG-CoA Kolesterol LDL 100- lla/B approach to predicting the benefit of tirofiban in non-ST
reduktase '130 mg/dL elevation acute coronary syndromes: Application of the TIMI
Gemfibrozil Kolesterol HDL <40 lla/B Risk Score for UA/NSTEMI in PRISM-PLUS. Eur Heart J. 2002:
mg/d 23: 223-9.
Niasin Kolesterol HDL <40 lla/B
Cannon CP, Weintraub WS, Demopoulos LA, et al. Comparison of
mg/dL
Niasin atau Trigliserida >200 lla/B early invasive and conservative strategies in patients with
gemfibrozil mg/dL unstable coronary syndromes treated with the glycoprotein IIb/
Folat Homosistein ilb/c IIIa inhibitor tirofiban. N Engl J Med. 2001; 344:1819-87.
meningkat Budaj A, Yusuf S, Mehta SR, et al. Benefit of clopidogrel in patients
Antidepresan Pengobatan depresi ilb/c with acute coronary syndromes without ST-segment elevation
Terapi hipertensi Tekanan darah t/A
>135/85 mm Hg in various risk groups. Circulation. 2002;106: 1622-6.
HRT (inisiasi)f Kondisi ilt/B Scirica BM, Cannon CP, Antman EM, et al. Validation of the
pascamenopause Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMI) Risk score for
HRT (lanjutan)t Kondisi IIA/C unstable angina and non-ST-elevation myocardial infarction in
pascamenopause the TIMI III registry. Am J Cardiol. 2002; 90: 303-5
James SK, Lindahl B, Siegbahn A, et al. N-terminal pro-brain
natriuretic peptide and other risk markers for the separate
prediction of mortality and subsequent myocardial infarction in
REFERENSI patients with unstable coronary artery disease: A global utiliza-
tion of strategies to open occluded arteries (GUSTO)-N substudy.
Braunwald E, Antman EM, Beasley JW et al. ACC/AHA guidelines Circulation. 2003; 108: 215-81.
for the management of patients with unstable angina non-ST Jan:uzzi JL, Cannon CP, DiBattiste PM, et al. Effects of renal insuf-
segment elevation myocardial infarction: A report of the Ameri- ficiency on early invasive management in patients with acute
can College of Cardiology/American Heart Association Task coronary syndromes (The TACTICS-TIMI l8 Trial). Am J

Force on Practice Guidelines (Committee on the Management Cardiol. 2002; 90: 1246-9.
INFARK MIOKARD AKUT TANPA ELEVASI ST 1765

Aviles RJ, Askari AT, Lindahl B, et al. Troponin T levels in patients myocardial infarction: TIMI llB ESSENCE meta-analysis
with acute coronary syndro.mes, with or without renal Circulation. 1999; 100: 1602-8.
dysfunction N Engt J Med. 2002; 346:2047-52. Kereiakes DJ, Mbntalescot G Antman EM, et al. Low-molecular-
Sabatine MS, Morrow DA, del-ernos J, et al. Multimarker approach weight heparin therapy for non-ST-elevation acute coron:try
to risk stratification in non-ST elevation acute coronary syndromes and during percutaneous cororary intervention: An
syndromes: Simultaneous assessment of rroponin I, C-reactive expert consensus. Am Heart J.2002; 144: 615-24.
protein, and B-type natriuretic peptide. Circulation. 2002;105: Goodman SG, Fitchett D, Armstrong PW, et al. Randomized
r 760-3. evaluation of the safety and efficacy of enoxaparin versus
Morrow DA, Braunwald E. Future of biomarkers in acute coronary unlractionated heparin in high-risk patients with non-ST-seg
syndlomes: Moving toward a multimarker strateg)/. ment elevation acute coronarysyndromes receiving the
Ci rculation. 2003; 1 08: 250-2. glycoprotein IIb/IIIa inhibitor eptifibatide. Circulation. 2003;
Antithrombotic Trialists' Collaboration. Collaborative meta-analysis l0i:238-44.
of randomised trials of antiplatelet therapy for prevention of The SYNERCI' Executive Committee. Superior yield of the new
death, myocardial infarction, and stroke in high risk patients. strategy of enoxaparin, revascularization and glycoprotein IIb/
BMJ 2U02: 124: 7l-86. IIla inhibitors. Am Heart 1.20O2;143:952-60.
Yusuf S, Zhao F, Mehta SR, et al Effects of clopidogrel in addition TIMI ltl Study Group. Effects of tissue plasminogen activator and
to aspirin in patients with acute coronary syndromes without a comparison of early invasive and conseNative strategies in
ST-segment elevation. N Engl J NIed 2001; 345: 491-502. unstable angina an<i non-Q-wave myocardial infarction: Results
Yrrsuf S, Mehta SR. Zhao F, et al Early and late effects of clopidogrel of the TIMI IIIB trial. Citculation. 1994; 89: 1545-56.
in patients with acute coronary syndromes. Circulation. 2003; Solomor DI{, Stone PH, Glynn RI, et aI. Use of risk stratificaiion to
t01: 966-12. identify paiients with unstabie angina likeliest to benefit from
Hongo RH. Ley J, Dick SE, Yee RR. The effect of clopidogrel in an invasive versus conservative management strategy. J Am
cornbination with aspirin when given before coronary artery Coll Cardiol. 2001: 38: 969-16.
bypass grafting. J Arn Coll Cardiol. 2002,40:231 7. Boden WE, O'Roueke RA, Crawford IVIH, et al. Outcomes in
Mehta SR, Yusuf S, Peters RJ, et al Effects of pretreatment with patienls with acute non-Q-wave myocardial infarction randomly
clopidogrel and aspirin followed by long-term thelapy in assigned to an invasive as compared with a conservative
patients undergoing percutaneous coronary intervention: The managemeDt stralegy. Veterans Affairs NoU-Q-Wave
PCI-CURE study. Lancet. 2001; 358: 521-33. Infarction Strategies in Hospital (VANQWISH) Trial
Steinhubl SR, Bcrger PD, Mann JT III, et al . for the CREDO Inves- Investigators. N Engl J Med. 1998; 338: 1185-92
tigators. Early and sustained dual oral antiplatelet therapy fol- Wallentin L, Lagerqvist B, Husted S, et al. Outcome at 1 year atter
lowing percutaneous coronary interventiol: A randomized con- an invasive compared with a non-invasive strategy in unstable
trolled trial JAIr{A. 2002; 288: 24ll-20. coronary artery disease: The FRISC II invasive randomized
Simoons ML. Effect of glycoprotein IIb/IIIa receptor blocker trial. Lancet. 2000: 356: 9 i6.
abciximab on outcome in patients with acute coronary syn- Mahoney EM,, Jurtovitz CT, Chu H, et al. Cost and cost-effective-
dromes without early coronary revascularization: The GUSTO nsss of an early invasive vs conservative strategy for the
IV-ACS raudomized trial Lancet. 2001: 357: 1915-24. treatment of unstable angina aud non-ST-segment elevation
Boersma E, Harrington RA, Moliterno DJ, et al Platelet myocardial infarction. JAMA. 2002; 288: 1905-1 .
glycoprotein IIb/IIIa inhibitors in acllte coronary syndromes: A Fox KAA, Poole-Wilson PA, Henderson RA, et al. Interventional
meta-analysis of all rnajor randomised clinical trials. Lancet. vefsus conservative treatment for patients with unstable angina
2002; 359: I 89-98. or non-ST-elel'ation myocardial infarction: The British Heart
LincofT AM. Harrington RA, Califf RM, et al. Management of Foundation RITA 3 randomised trial. Lancet. 2002: 360:143
patients with acute coronary syndromes in the United States by 51
platelet glycoprotein IIb/llla inhibition: Insights from the The Joint European Society of Cardiology/American College of
Platelet G)ycoprotein IIb/IIla in Unstable Angina Receptor Cardiology Committee. Myocardial infarction redefined: A
Suppression Using Integrilin (PURSUIT) trial. Circuiation 2000; consensus document of the Joint European Society of Cardiol-
102:1093-100. ogy/American College of Cardiology Committee for the
Wong GC, Giugliano RP, Antman EM Use of low-molecular-weight Redefinition of Myocardial Infarction. Eur Heart J.2000;,21:
heparins in themanagement of acute coronary artety t 502-t3.
syndiomes and percutaneous coronary intervention JAM.\. Stone PH, Thompson B, Anderson HV, et al., for the TIMI III
2003:289:331-42. Registry Study Gloup. Influence of race, sex and age on
Cohen M, Demers C, Gurfinkel EB et al., for the Efficacy and management of unstable angina and non-Q-wave myocardial
Safety of Subcutaneous Enoxaparin in Non-Q-Wave Coronary infarction The TIMI III Registry JAMA. 1996; 275: l\O4-
Events Study Croup A comparison of low-molecular-weight 12.
heparin with unfractionated heparirr tbr unstable coronary ar- Hochman JS, McCabe CH, Stone PH, et aI., for the TIMI Investiga-
tery disease. N Engl J Med. 1997; 337 147-52. tors. Outcome and profile of women and men preserrling witlr
Antman EM, McCabe CH. Gurfinkel EP, et a1., for the TIMI lIB acute coronary syndromes: A reporl from TIMI IIIB J Am Coll
Investigators. Enoxaparin prevents death and cardiac ischemic Cardiol. 199'7 ; 30: 141-8.
events in unstable angina/non-Q-wave myocardial infarction: The PURSUIT Trial Investigators lnhibition of platelet
Results of the Thrombolysis in Myocardial Int'arction (TIMI) glycoprotein Ilb/llla with eptifibatide in patients with acute
l1B Trial. Circulation. 1999; 100: 1593-601. coronary syndrome N Engl J lvled. 1998; 339: 436-43.
Antmao EM, Cohen NI, Radtey f), et a[ Assessrnent of the Aronow HD, TopoJ EJ, Roe NlT, et al. Effect of lipid-lowering
treatment effcct of enoxaparin for unstable angina/non-Q wave therapy on early mortality aftcr acute coronary syndromes: An
t766 KARDIOTPGI

observational study. Lancet. 2001 351: 1063-8.


Newby LK, Kristinsson A, Bhapkar MY et aI. Early statin initiation
and outcomes in patients with acute coronary syndromes. JAMA.
2002; 281; 3087-95.
Schwartz GG Olsson AG Ezekowitz MD, et al. Effects of atorvastatin
on early recurrent ischemic events in acute coronary syndromes:
The MIRACL study, a randomized controlled trial. JAMA. 2001;
285: 171 1-8.
Cannon CP, McCabe CH, Belder R, et al. Pravastatin or atorvastatin
evaluation and infection therapy (PROVE IT) - TIMI 22 trial:
Rationale and design Am J Cardiol. 2002; 89: 860-1
Executive summary of the Third Report of the National
Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on
Detection. Evaluation and Treatment of High Blood
III). JAMA. 200i;
Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel
285: 2486-91.
Heart Protection Study Collaborative Group. MRC/BHF Heart
Protection Study of cholesterol lowering with simvastatin in
20,536 high-risk individuals: A randomized placebo-controlled
triai. Lancet. 2002:360: 1-22.
276
ANTITROMBOTIK DAN TROMBOLITIK
PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER
Iwang Gumiwang, Ika Prasetya W, Dasnan Ismail

PENDAHULUAN (lesi stenotik). Karena terjadi suatu trauma (faktor


pencetus) pada plak maka plak mengalami erosi/ruptur dan
Melalui bukti berbagai studi autopsi, pembedahan dan menjadi tak stabil yang kemudian akan diikuti oleh respons
angiografi, konsep tromboemboli pada lesi stenotik (plak koagulasi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (ertrinsic path-
ateroskierotik) merupakan dasar pada mayoritas kejadian way') dar aktivasi trombosit sehingga sebagai hasil akhir
penyakitjantung koroner (PJK) dengan berbagai tingkatan terbentuklah trombus.
klinis. Dalam rangka penanggulangan masalah lesi stenotik Hal tersebut di atas merupakan dasar dari
dan trombosis ini, upaya dapat dibedakan sebagai usaha patofisiologi sindrom koroner akut (SKA). Bentuk klinis
preventif (primer atau sekunder) dan usaha terapeutik pada SKA adalah serangan angina tak stabil (unstable angina'),
seluruh tingkatan klinis PJK. Sebagai contoh misalnya IMA gelombang non-Q, dan IMA gelombang Q. Paham
penanggulangan fase akut sindrom koroner, maka yang dianut saat ini adalah bahwa ketiga bentuk SKA
manajemen terapi yang logis adalah melisiskan trombus, tersebut mempunyai patofisiologi yang sama dengan
"membereskan" r,askular yang stenotik, dan mencegah perbedaan terletak pada bentuk trombosis yang
berulangnya kedua gangguan utama tersebut di masa menyertainya. Angina tidak stabil ditandai oleh
datang. Obat antitrombus (-antitrombotik) berperan sangat terbentuknya trombus mural, IMA gelombang non-Q oleh
penting. Obat antitrombotik terdiri atas golongan obat trombus inkomplet/nonoklusif sedangkan pada kasus
trombolitik (misalnya streptokinase, urokinase), golongan IMA gelombang Q terjadi tromboemboli dengan trombus
antikoagulan (misalnya heparin, low molecular weight komplet/oklusif pada plak aterosklerotik yang mengalami
heparin, kurnarin, warfarin), antitrombin direk (misalnya erosi/ruptur tersebut. Terbentuknya trombus ini
hirudin, bivalirudin), dan golongan antiagregasi trombosit menyebabkan iskemia dan hipoksemia kardiak dengan
(selanjutnya disebut antiplatelet) misalnya aspirin, segala konsekuensinya. Tugas antitrombotik trombolitik
tiklopidin, klopidogrel, dan penghambat GPIIb/IIIa. adalah sebagai aktivator plasminogen untuk menjadi
plasmin yang akan melisiskan fibrin menjadifibrin deg-
radation product.
PERAN ANTITROMBOTIK PADA PJK Antikoagulan mempunyai peran mencegah aktivasi
koagulasi misalnya heparin membentuk kompleks dengan
Konsep patofisiologi trombosis arteri perlu selalu antitrombin III yang menghambat aktivasi faktor IIa, Xa,
mempertimbangkan tiga faktor yaitu abnormalitas dinding dan IXa.
vaskular termasuk endotel, masalah hemoreologi, dan Antiplatelet mempunyai peran inaktivasi trombosit
masalah aliran yang melambat (trias Virchow) selain faktor- dengan berbagai cara, misalnya aspirin dosis rendah
laktor lain yang belum diketahui pasti. bekerja menghambat aktivitas siklooksigenase (COX-1)
Pada PJK patogenesis didahului oleh terbentuknya plak dalam siklus prostaglandin sehingga terbentuknya
ateroskeloris. Plak yang semakin berkembang dan tumbuh prostasiklin lebih tinggi yang bersifat menghambat agregasi
menyebabkan diameter lumen arteri koronaria menyempit dan bersifat vasodilator pula.

t76
t768 I&IRDIOIJOGI

Dalam artikel ini akan dibahas ringkasan peran obat Antikoagulan Oral
antikoagulan dan antiplatelet pada berbagai tingkat klinis Warfarin merupakan obat jenis ini yang paling banyak
PJK yaitu untuk upaya pencegahan primer terhadap dipakai di Amerika. Obat ini terprlih karena mula kerja dan
morbiditas PJK (primary prevention), angina tak stabil, lama kerja yang mudah diprediksi. Obat ini bekerja
infark miokard akut (IMA), angioplasti koroner' dan mengganggu konversi siklik vitamin K sehingga akan
pascabedah pintas. menginaktivasi prokoagulan yang tergantung dengan
vitamin K (faktorII, VII, fx, danX).

FARMAKOLOGI Antiplatelet
Dalam proses trombogenesis ada tiga mekanisme yang
Antikoagulan berkaitan dengan agregasi trombosit yaitu pertama
Beberapa aspek farmakologis antikoagulan telah aktivasi trombosit menyebabkan dinding menjadi siap,
diterangkan pada tulisan terdahulu. Secara ringkas obat kedua adalah produksi dan sekresi ADP dan serotonin,
antikoagulan dibedakan menjadi yang diberikan dan ketiga terbentuknya tromboksan 42' Obat
parenteral dan oral. Antikoagulan parenteral yang antiplatelet saat ini ditujukan untuk mempengaruhi
dianggap standar adalah heparin (unJractinated heparin) mekanisme tersebut agar trombosit tidak beragregasi satu
yang dapat diberikan secara intravena atau subkutan. sama lain.
Heparin masih direkomendasikan untuk beberapa keadaan Sampai tulisan ini dibuat, obat antiplatelet yang telah
klinis PJK, meski perlu pemantauan ketat untuk rnenilai dipasarkan dan dipertimbangkan untuk direkomendasi-
efektivitasnya kan adalah aspirin sebagai obat standar, kemudian
Dalam lima tahun terakhir, telah dipasarkan heparin tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol, sulfinpirazon' dan
baru yang dikenal dengan Low Molecular Weight terbaru adalah golongan GPIIb/IIIa (abciksrmab,
Heparin (LMWH) yang lebih superior karena lebih stabil, tirofiban, eptifibatid). Aspirin menghambat
cara pemberian mudah (hanya subkutan), tidak memerlukan
pembentukan tromboksan A2. Tiklopidin dan
monitoring APTT, tetapi lebih mahal dibandingkan klopidogrel mempunyai struktur yang mirip, berasal dari
heparin standar. golongan tienopiridin dengan efek yang juga sama-sama
menghambat reseptor ADP. Ef'ek samping tiklopidin yang
dilakporkan adalah terjadinya neutropenia. Penghambat
Antitrombin Direk GPIIa/IIIb menahan proses bridging yang merupakan
Obat pada golongan ini yang telah banyak diteliti adalah jalur terakhir (final pathwatt) antar trombosit.
bivalirudin selain Hirudin yang telah ada sebelumnya' Hiru- Mekanisme kerja dipiridamol belum jelas benar, mungkin
din sendiri adalah polipeptida 65-asarn amino yang berasal memblok ambilan adenosin. Sulfinpirazoir mungkin
dari lendir pacet atau lintah namun saat ini di buat dari bekerja mirip seperti aspirin.
bahan rekombinan berasal dari ragi. Hirudin adalah
penghambat spesifik pada trombin. Proses yang
pengahambatan ini berlangsung perlahan namun terkadang Trombolitik
ireversibel. Trombolitik bekerja dengan merubah proenzim plasmino-
Antitrombin direk lain adalah Argatroban dan gen menjadi enzim plamin aktif melalui pelepasan ikatan
Melagatran. Argatroban diberikan 2 mg/kg per menit dalam peptida arginin-valin. Plasmin dapat melisiskan bekuan fi-
continuous infusion. Evaluasi dengan memperhatikan brin dan merupakan suatu serum protease nonspesifik yang
aPTT dan tidak melebihi dosis i0 mg/kg per menit. mampu merusak plasminogen dari faktor V dan VIII, juga
Melagatran sendiri dapat diberikan subkutan dan ada dapat berlindak sebagai penghambat agregasi trombosit
preparat oral namun harus mendapatkan prodrug yang pada stenosis arlerial. Aksi plasmin dapat dinetralisir oleh
memperbaiki bioavailabilitasnya dengan penambahan penghambat plasma dalam pembuluh seperti.
H316195 (ximelagatrair). Obat ini dianjurkan pada DVT. a-antiplasmin.
Jenis lain antitrombin yang bekerja langsung pada Pencarian obat antitrombotik baru masih terus
penghambat faktor Xa sehingga menghambat clilakukan. Saat ini strategi pemikiran dalam rangka
pembentukan trombin adalah Fondaparinux yang memiliki pencarian obat antitrombotik tersebut ditujukan sebagai
waktu paruh pendek. Hasil rekombinan pentasakarida he- berikut.
parin dan bukan berasal dari hewan jni baru . Menghambat reaksi trombosit
direkomendasikan untuk mencegah DVT pasca operasi - Menghambat adhesi
ortopedi.. - Menghambatrekruitmen
Pemberian antitrombin direk ini dilakukan bila terjadi
- Memblok agregasi
trombositopenia akibat penggunaan heparin.
. Menghambat koagulasi
ANTITROMBOTIK DAhI TROMBOLITIK PADA PJK t769

- Mencegah terbentuknya trombin lnfark Miokard Akut


- Mencegah aktivasi trombin Antikoagulan dan trombolitik
. Meningkatkan aktivitas antikoagulan natural/sendiri
- Modulasi alur protein C Direkomendasikan pada seluruh pasien IMA mendapat
. Meningkatkan fibrinolisis endogen terapi antikoagulan. Fada kasus yang mendapat terapi
- Memblok penghambat aktivator plasminogen tipe tromtrolitik:
I (plasminogen activator inhibitor type l) 1. R.IPA atau altepiase harus mendapat heparin:
- Menghambat prokarboksipeptidase B Bolus 75UlKgBB iv lalu dosis pemeliharaan 1000-1200
U/jam sanpai 48 jarn dengan sasaran APTT 1,5-2 x
normal.
REKOMENDASI APLIKASI KLINIS ANTI. Pada kasus dengan risiko tinggi trombus sistemik, dosis
TROMBOTIK DAN TROMBOLITIK PADA PJK pemeliharaan diteruskan > 48 jam untuk selanjutnya
diper-timbangkan antikoagtLlan oral jangka panjang.
2. Streptokinase atau APSAC
Pencegahan Primer (Primary Prevention) Heparin IV hanya diberikan pada kasus dengan risikc.r
. Pemberian rutin aspirin pada kasus usia < 50 tahun, tak tinggi terhadap trombosis vena atau sistemik seperli
pernah ada riwayat IMA, strok, TIA tidak IMA anterior, CHF, riwayat emboli sebelumnya, dan AF.
direkomendasikan. Pemberian hepiuin bilaAPTT setelah < 2 x kontrol.
" Padakasus seperti di atas tetapi mempunyai risiko yang Setelah lewat48jam diberikan subkutan 2 x sehari untuk
meningkat terh adap coronary events misalnya memiliki sasaran APTT 1,5-2 x kontrol dan dilanjutkan
satu faktor risiko utama (merokok, diabetes, hipertensi. antikoaguian oral.
dislipidemia) direkomendasikan aspirin 80-325 mglhxi.
Bila terdapat trombositopenia disebabkan heparin pada
Bila tak bisa dengan aspirin, dapat diberikan warfarin penerima streptokirrase atau alteplase, maka dapat diberikan
untuk sasaran INR 1,5.
hirudin IV (lepirudin 0,1 mg/kg bolus dilanjutkan dengan
0,1-5 mg/jam infus).
Angina Stabil (Stable Angina) Pemberian fibrinolisis direkomendasikan dengan
Direkomendasikan semua kasus ini, mendapat aspirin 160- gambaran:
325 mglhai seumur hidup. . Gejala iskemia jelas IMA dengan segmen ST meningkat
atau LBBB pada EKG sefia kurang dari l2 jam kejadian
diberikan terapi fibrinolisis intravena (perhatikan
Angina Tidak Stabil (Unstable Anginal
kontraindikasi pemberian).
Antiplatelet . Gejalajelas IMA selama 12-24 jam dengan segmen ST
. Aspirin diberikan sesegera mungkin dengan dosis 160- meningkat atau LBBB pada EKG dapat diberikan terapi
325mg. fibrinolisis.
. Bila tak tahan dengan aspirin dapat diberikan tiklopidin . Terdapatriwayatperdarahanintrakranial, strok setahun
2 x 250 mg/hari atau klopidogrel 75 mg/hari (50- 100 terakhir atau perdarahan aktif maka terapi fibrinolitik
mg)' tidak boleh diberikan
. Pasien yang mempunyai kontraindikasi terhadap aspi-
Setiap pasien yang rnendapatkan terapi fibrinolisis
rin, tiklopidin, dan klopidogrel dianjurkan sejak arval sebaiknya dibenkan pula aspirin 160-325 mg saat tiba di
diberikan heparin dilanjutkan warfarin untuk beberapa rumah sakit maupun pada perawatan selanjutnya. Semua
bulan. pasien yang akan menerima terapi fibnnolisis seharusnya
. Sulfinpirazontidakdianjurkan. mendapatkan terapi tersebut paling lambat 30 menit seteiah
Antikoagulan tiba di rurnah sakit.
. Heparin direkomendasikan pada semua pasien dengan Jenis obat fibrinolisis piiihan disesuaikan dengan
dosis bolus 75 U/kgBB IV, dilanjutkan pemeliharaan 1 250 waktu sebagai berikut:
U/jarn dengan sasaran APTT 1,5-2 x kontrol selama . Gejala muncul kurang dari 1 2 jam diberikan streptoki-
minimal 48 jam atau sampai keadaan stabiymendapat terapi nase (atau reteplase), anistreplase atau alteplase.
definitif. . Gejala muncul kurang dari 6 jam diberikan alteplase .
. Bila ada alergi terhadap streptokinase diberikan
Altematif Lain
alteplase, tenekteplase atau reteplase.
. LMWH (enoxiparin, dalteparin) dapat menggantikan
heparin. Pada kasus yang tidak mendapat terapi trombolitik:
. Penghambat GIIb/IIIa direkomendasikan terutama pada . Heparin diberikan pada kasus yang berisiko tinggi.
UAP yang resisten dengan terapi standar atau pasien . Diberikan bolus 75 U/KgBB IV lalu dosis pemeliharaan
disiapkan untuk an gioplasti l00Gl2fi)U/jam.
1770 I(ARDIOLOGI

. Antikoagulan oral hingga 3 bulan, kecuali pada AF . Penghambat GIIb/IIIa (abciximab. eptifibatid. atau
diberikan selamanya. tirofiban) direkomendasikan pada semua kandidat PTCA
Di atas dari kasus-kasus tersebut pada semua IMA terutama yang berisiko tinggi. Tidak diberikan rutin
dianjurkan heparin loyv dose subkutan 2 x 7500 U per hari karena alasan mahal.
sampai berobat jalan.
. Pada kasus angioplasti primer, abciximab
direkomendasikan.
Antiplatelet . Heparin diberikan untuk target ACT (activated c'lot-
. Aspirin diberikan sesegera mungkin dengan dosis 160- ting time) 300- 350 detik. Dosis heparin diberikan bolus
325 mg. 70- 1 50 U/kg dan s he ath dicabut bi Ia ACT < I 5 0 detik.
. Aspirin diteruskan meski pasien mendapat terapi . Bila penghambat GIIb/IIIa diberikan, dosis heparin
tromboUtik dan atau heparin. diturunkan 70 U/KgBB.
. Bila pasien tkan mendapat antikoagulan oral aspirin . Heparin pascatindakan tidak diberikan secara rutin.
dihentikan sementara.
. Disarankan aspirin tidak diberikan bersamaan dengan Kasus yang dipasang .stenr
lvafarin kecuali pada kasus risiko emboli sangat tinggi
. Aspirin diteruskan pascatindakan 1 60-325mg.
atau kasus yang gagal bila hanya diberi salah satunya.
. Dipiridamoltidaklagi direkomendasikan.
. Aspirin jangkapanjang lebih diutamakan dibandingkan
. klopidogrel dengan dosis muatan 300 mg dilanjutkan
wafi-arin karena ef'ektif, aman, dan murah. dengan 75 mglhari atau tiklopidin 2x 250 mg/hari, mulai
. Pada kasus yang risiko trombosis dapat dipilih 24 jam sebelum PTCA atau tiklopidin 250-500 mg/hari

memberikan antikoagulan oral hingga 1-3 bulan yang diberikan paling tidak selama 14 hari dan hingga 30 hari
selanj utnya di sambung dengan aspirin.
pada kasus risiko tinggi terhadap .r/erzr trombosis.
. Pasien yang tak tahan dengan aspirin direkomendasikan LMWH dapat diberikan sebagai tambahan.
dengan klopidogrel.
. Warfarin tak direkomendasikan.
. Sulfinpirazon, tidak dianjurkan pada pasca-IMA.
. PenghambatGllb/Illadirekomendasikan.
. Dipiridamol secara sendiri atau bersama aspirin tidak
dianjurkan pada pasca-IMA. Coronary Artery Bypass Graff (CABG)
PascaCABG
Pasca-lMA Risiko Tinggi . Aspirin 325 mgflrari, dimulai 6 jam pascaoperasi sarnpai
. Pasca-IMA risiko tinggi, yaitu kasus dengan usia > 75 selama setahun untuk rtenurunkan risiko terjaclinva
tahun, gagal jantung klinis, gangguan fungsi sistolik penutupan vena safena graft.
(LVEF < 4OVo), riw ayat emboli kiri atau kanan, ri w ayat . Aspirin tidak direkomendasikan dibelikan > l2 bulan
strok dan TIA, pasca-IMA anterior luas, dan atrial untuk tujuan mempertahankan grafl potency,. meskipun
trbrilasi. aspirin disarankan tetap dipakai seumur hidup pada
. Antikoagulan oral jangka panjang, menurunkan risft pasien CAD.
rtfiio 687o dibandingkan dengan kontrol)) dengan . Bila tak bisa menerima aspirin, dapat diberikan tiklopidin
target INR 2,5 (rentang 2,0-3,0). 2 x 250 mg/hNidimulai 48 jant pascaoperasi.
. Aspirin dosis rendah, menurunkan risk rcttio 217o . Pada CABG dengan arteri mamaria interna, aspirin
dibandingkan dengan kontrol. hanya optional.
. Pada kasus risiko tinggi ini antikoagulan oral lebih
direkomendasikan dibandingkan dengan aspirin.
REFERENSI
Percutaneous Tranluminal Coronary
Angioplasty (PTCA) DeWood MA, Spores J, Notske R. et al Prevalence of total
coronary occlusion during the early hours of transmurli
Waktu tindakan dan pascatindakan: myocardial infarction. N Engl J Med 1980; 303:897 902
. Sebelum tindakan aspirin 80-325 mg diberikan minimal Fatk E. Unstable angina with fatal outcome: dynamic coronar-v
2 jam sebelumnya. thrombosis Ieading to infalction andior sudden death: autopsy
. Aspirin jangka panjang (.long term aspirin) 160-325 mg evidence of recurrent mural thrombosis with peripheral
per hari untuk selamanya kecuali ada penyulit. embolization culminating in total vascular occlusion
. Dipiridamol tak diberikan rutin.
Circulation 1985: 7l :699-708.
Fifth ACCP consensus conference on antithromboLic therapy. Chest
. Untuk pasien yang tak bisa mendapat aspirin, diberikan 1998: 1 1 z1(suppl)
klopidogrel dengan dosis muatan 300 mg dilanjutkan Braunwald E. Unslable angina An eriologic approach tcr
dengan 75 mgfliari atau tiklopidin 2x25}mglhari, mulai management (editorial). Circulation 1998;98:2219-22.
24 jam sebelum PTCA bila tidak ditemukan kontra Ambrose JA, Dangas G. Unstable angina current concepts of patho-
indikasi genesis and treat-ment Arch Intern Med 2000;160:25-37
AI{TTTROMBOTIK DAN TROMBC'LITIK PADA PJK l77l

Gumiwang G Antikoagulan pada penyakit jantung koroner. kapan


diberikan dan bagaimana pemantauannya?. httpill
w ww.interna.fk.ui. ac.id/
Antman EM, Fox KM for the intemational cardiology forum. Guide-
lines for the diagno-sis and management of unstable angina and
non-Q-wave myocardial infarction: proposed revisions. Am
Heart J 2000;139:461-'/ 5.
Ryan TJ. 1999 Update ACC/AIIA guidelines for the management of
patients with acute myocardial infarction. A report of the Ameri-
can College of Cardiology/American Heart Association Task
Force on Practice Guidelines (Committee on Management of
Acute Myocardial Infarction). Circulation 1999;100: 1016-30.
Frishman WH et aI. Antiplatelet and antithrombotic drugs Dalam
Frishman WH et al editor. Cardivascular pharmacotherapeutics
manual. Edisi 2. New York. McGraw-Hi11.2004
277
EDEMA PARU AKUT
Sjaharuddin Harun, Sally Aman Nasution

PENDAHULUAN
Q,''-,n,, = Krl(Pi,-Pi",) - 5r (ll,-ll
Edema paru akut (EPA) adalah akumulasi cairan di paru- ",)l
paru yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat di manal
disebabkan oleh tekanan intravaskular yang tinggi (edema Q = Kecepatan transudasi dari pembuluh darah ke ruang
paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas interstitial.
membran kapiler (edema paru non kardiak) yang P,, = Tekanan hidrostatik intravaskular.
men gakibatkan terj adiny a eks travasasi cairan secara cepat. P = Tekanan hidrostatik interstisial.
",
Pada sebagian besar edema paru secara klinis mempunyai ll,, - Tekanan osmotik koloid intravaskular.
kedua aspek tersebut di atas, sebab sangat sulit terjadi 1sk.r, osmotik koloid interstisial
ll ., =
gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan 6r = Koeffisien refleksi protein.
fekanan pada mikrosirkulasi atau sebaliknya. Walaupun q = Konduktans hidraulik.
demikian penting sekali untuk menetapkan faktor mana
yang dominan dari kedua mekanisme tersebut sebagai
Sistem Limfatik
pedoman pengobatan.
Siste.m pembuluh ini dipersiapkan untuk menerima
EPA adalah suatu keadaan gawat darurat dengan
larutan, koloid dan cairan balik dari pembuluh darah.
tingkat mortalitas yang masih tinggi. Berikut ini akan
Akibat tekanan yang lebih negatif di daerah interstisial
dibahas mengenai mekanisme, klasifikasi dan aspekklinis
peribronkial dan perivaskular dan dengan peningkatan
EPA, sedangkan penatalaksanaan lebih difokuskan pada
kemampuan dari interstisium nonalveolar ini, cairan lebih
EPAkardiak.
sering meningkat jumlahnya di tempat ini ketika
kemampuan memompa dari saluran limfatik tersebut
berlebihan. Bila kapasitas dzri saluran limfe terlampaui
MEKANISME dalam hal jumlah cairan maka akan terjadi edema.
Diperkirakan pada pasien dengan berat 70 kg dalam
Terdapat dua mekanisme terjadinya edema paru:
keadaan istirahat kapasitas sistem limfe kira-kira2O ml/
jam. Pada percobaan didapatkan kapasitas sistem limfe
Membran Kapiler Alveoli bisa mencapai 20O ml/jam pada orang dewasa dengan
Edema paru terjadijika terdapat pelpindahan cairan dari ukuran rata-rata. Jika terjadi peningkatan tekanan arium
darah ke ruang interstisial atau ke alveoli yang melebihi kiri yang kronik, sistem limfe akan mengalami hipertrofi
jumlah pengembalian cairan ke dalam pembuluh darah dan dan mempunyai kemampuan untuk mentransportasi filtrat
aliran cairan ke sistem pembuluh limfe. Dalam keadaan kapiler dalim jumlah yang lebih besar sehingga dapat
nomal terjadi pertukaran cairan, koloid dan solute dai mencegah terjadinya edema. Sehingga sebagai
pembuluh darah ke ruang interstitial. Studi eksperimental konsekuensi terjadinya edema interstitial, saluran
membuktikan bahwa hukum Starling dapat diterapkan pada napas yang kecil dan pembuluh darah akan
sirkulasi paru sama dengan sirkulasi sistemik. terkompresi.

1772
EDEMAPARUAKUT 1773

KLASIFIKASI Immunologi : pnemonitis hipersensitif


Shock-lung pada trauma non toraks.
Klasifikasi edema paru berdasarkan mekanisme pencetus Pankreatiti s hemoragik akut.

Ketidakseimbangan " Starling Force" lnsufisiensi Sistem Limfe


Peningkatan tekanan v ena pulmonafis. Edema paru akan . Pasca transplantasi paru.
terjadi hanya apabila tekanan kapiler pulmonal meningkat . Karsinomatosis,limfangitis
sampai melebihi tekanan osmotik koloid plasma, yang . Limfangitis fibrotik (silikosis)
biasanya berkisar 28 mmHg pada manusia. Sedangkan nilai
normal dari tekanan vena pulmonalis adalah antara 8-72
Tidak Diketahuiatau Belum Jelas Mekanisme nya
mmHg, yang merupakan batas aman dari mulai terjadinya
. High altitude pulmonary edema.
edema paru tersebut. Etiologi dari keadaan ini antara lain :
. Edemaparu neurogenik.
(l) Tanpa gagal ventrikel kiri (mis : stenosis mitral), (2) . Over dosis obat narkotik
Sekunder akibat gagal ventrikel kiri, (3) Peningkatan
. Emboli paru.
tekanan kapiler pam sekunder akibat peningkatan tekanan
. Eklampsia
arterial paru (sehingga disebut edema paru overperfusi).
. Pasca kardioversi.
Penurunan tekanan onkotik plasma. Hipoalbuminemia . Pasca anastesi
saja tidak menimbulkan edema paru, diperlukan juga . Pasca operasi pintas jantung paru
peningkatan tekanan kapiler paru. Peningkatan tekanan
yang sedikit saja pada hipoalbuminemia akan menimbulkan
edema paru. Hipoalbuminemia dapat menyebabkan
EDEMAPARU KARDIOGENIK
perubahan konduktivitas cairan rongga interstitial,
sehingga cairan dapat berpindah dengan lebih mudah di
Secara patofisiologi edema paru kardiogenik .ditandai
antara sistem kapiler dan limfatik.
dengan transudasi cairan dengan kandungan protein yang
P eruingkatan ne gativitas dari tekanan inters tis ial. Edema rendah ke paru, akibat terjadinya peningkatan tekanan di
paru dapat terjadi akibat perpindahan yang cepat dari udara atrium kiri dan sebagian kapiler paru. Transudasi ini terjadi
pleural. Keadaan yang sering menjadi etiologi adalah : (l). tanpa perubahan pada permeabilitas atau integritas dari
Perpindahan yang cepat pa{a pengobatan pneumotoraks membran alveoli-kapiler, dan hasil akhir yang terjadi adalah
dengan tekanan negatif yang besar. Keadaan ini disebut penurunan kemampuan difusi, hipoksemia dan sesak
'edema paru re-ekspansi'. Edema biasanya terjadi unilat- nafas.
eral dan seringkali ditemukan dari gambaran radiologis Seringkali keadaan ini berlangsung dengan derajat
dengan penemuan klinis yang minimal. Jarang sekali kasus yang berbeda-beda. Dikatakan pada stage I distensi dan
yang menjadikan 'edema paru re-ekspansi' ini berat dan keterlibatan pembuluh darah kecil di paru akibat
membutuhkan tatalaksana yang cepat dan ekstensif. (2). peningkatan tekanan di atrium kiri dapat memperbaiki
Tekanan negatif pleura yang besar akibat obstruksi jalan pertukaran udara di paru dan meningkatkan kemampuan
nafas akut dan peningkatan volume ekspirasi akhir difusi dari gas karbon monoksida. Pada keadaan ini akan
(misalnya pada asma bronkial). terjadi sesak nafas saat melakukan aktivitas fisik, dan
disertai ronki inspirasi akibat terbukanya saluran
Gangguan Permeabilitas Membran Kapiler pernafasan yang tertutup.
Alveoli: (ARDS = Adult Respiratory Disfress Apabila keadaan berlanjut hingga derajat berikutnya
Syndrome) atal stage 2, edema interstitial diakibatkan peningkatan
Keadaan ini merupakan akibat langsung dari kerusakan cairan pada daerah interstitial yang longgar dengan
pembatas antara kapiler dan alveolar. Cukup banyak jaringan perivaskular dari pembuluh darah besar, hal ini
kondisi medis maupun surgikal tertentu yang akan mengakibatkan hilangnya gambaran paru yang nor-
berhubungan dengan edema paru akibat kerusakan mal secara radiografik dari petanda vaskular paru, hilangnya
pembatas ini daripada akibat ketidakseimbangan Starling demarkasi dari bayangan hilus paru dan penebalan septa
Force. interlobular (garis Kerley B). Pada derajat ini akan terjadi
. Pneumonia (bakteri, virus, parasit) kompetisi untuk memperebutkan tempat antara pembuluh
. Terisap toksin (NO, asap). darah, saluran nafas dan peningkatan jumlah cairan di
. Bisa ular, endotoksin dalam sirkulasi daerah interstisium yang longgar tersebut, dan akan terjadi
. Aspirasi asam lambung. pengisian di lumen saluran nafas yang kecil yang
. Pneumonitis akut akibat radiasi menimbulkan refl eks bronkokonstriksi. Ketidakseimbangan
. Zat vasoaktif endogen (histamin, kinin) antara ventilasi dan perfusi akan mengakibatkan terjadinya
. Disseminated intravascular coagulation hipoksemia yang berhubungan dengan ventilasi yang
L774 KARDIOI.OGI

EPK EPNK
Anamnesis
Acute cardiac event (+) Jarang
Penyakit dasar I B-C,
il, tv
Penemuan Klinis
Perifer Dingin (low flow Hangat (high flow state)
slate) Nadi kuat
53 gallop / kardiomegali (+) (,
JVP Meningkat Tak meningkai
Ronki Basah Kering
Tanda penyakit dasar

Laboratorium
EKG lskemia / infark Biasanya normal
Foto toraks Disiribusi perihiler Distribusi perifer
Enzim kardiak Bisa meningkat Biasanya normal
PCWP > lB mmHg. < 18 mmHg.
Shunt intra pulmoner Sedikit Hebat
Protein cairan edema <05 >o.7
JVP: jugular venous pressure
PCWP: Pulmonary Capilory wedge pressure

semakin memburuk. Pada keadaan infark miokard akut yang ditimbulkan adalah keadaan hipoksia berat.
misalnya, beratnya hipoksernia berhubungan dengan Bersamaan dengan hal tersebut terjadi juga rasa takut
tingkat peningkatan tekanan baji kapiler paru. Sehingga pada pasien karena kesulitan bernafas, yang berakibat
seringkali ditemukan manifestasi klinis takipnu. peningkatan denyut jantung dan tekanar darah sehingga
Pada proses yang terus berlanjut, atau meningkat mengurangi kemampuan pengisian dari ventrikel kiri.
menjadi stage 3 edema paru tersebut, proses pertukaran Dengan peningkatan rasa tidak nyaman dan usaha
gas sudah menjadi abnormal, dengan hipoksemia yang bernapas yang harus kuat akan menambah beban pada
berat dan seringkali bahkan menjadi hipokapnea. Alveolar jantung sehingga fungsi kardiak akan semakin menurun,
yang sudah terisi cairan ini terjadi akibat sebagian besar dan diperberat oleh keadaan hipoksia. Bila kejadian ini
saluran nafas yang besar terisi cairan berbusa dan tidak diatasi dengan segera, tingkat mortalitas edema paru
mengandung darah, yang seringkali dibatukkan keluar oleh akut kardiogenik masih tinggi.
si pasien. Secara keseluruhan kapasitas vital dan volume
paru semakin berkurang di bawah normal. Terjadi pirai dari Manifestasi Klinis
kanan ke kiri pada intrapulmonar akibat perfusi dari alveoli Anamnesis. Edema paru akut kardiak berbeda dari
yang telah terisi oleh cairan. Walaupun hipokapnea yang ortopnea dan paroksismal nokturnal dispnea, karena
terjadi pada awalnya, tetapi apabila keadaan semakin kejadiannya yang sangat cepat dan terjadinl,a hipertensi
memburuk maka dapat terjadi hiperkapnea dengan asidosis pada kapiler paru secara ekstrim. Keadaan ini merupakan
respiratorik akut apalagi bila pasien sebelumnya telah pengalaman yang menakutkan bagi pasien karena mereka
menderita penyakit paru obstruktif kronik. Dalam hal ini merasakan ketakutan, batuk-batuk dan seperti seorang
terapi morfin, yang diketahui memiliki efek depresi pada yang akan tenggelam. Pasien biasanya dalam posisi duduk
pernafasan, bila akan dipergunakan harus dengan agar dapat mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan
pemantauan yang ketat. lebih baik saat respirasi, atau sedikit membungkuk ke depan,
sesak hebat, mungkin disertai sianosis, sering berkeringat
Diagnosis dan Etiologi dingin, batuk dengan sputum yang berwarna kemerahan
Edema paru kardiogenik akut merupakan gejala yang Qtink frothy sputum).
dramatik kejadian gagal jantung kiri yang akut. Hal ini dapat Pemeriksaan fisis. Dapat ditemukan frekuensi nafas yang
diakibatkan oleh gangguan padaj alur keluar di atrium kiri, meningkat, dilatasi alae nasi, akan terlihat retraksi inspirasi
peningkatan volume yang berlebihan di ventrikel kiri, pada sela interkostal dan fossa supraklavikula yang
disfungsi diastolik atau sistolik dari ventrikel kiri atau menunjukkan tekanan negatif intrapleural yang besar
obstruksi pada jalur keluar dari ventrikel kiri. Peningkatan dibutuhkan pada saat inspirasi. Pemeriksaan pada paru akan
tekanan di atrium kiri dan tekanan baji paru mengawali terdengar ronki basah kasar setengah lapangan paru atau
terjadinya edema paru kardiogenik tersebut. Akibat akhir lebih, sering disertai wheezing. Pemeriksaan jantung dapat
EDEMAPARUAKUT 1775

ditemukan protodiastolik gallop, bunyi jantung II pulmonal maka perlu dilakukan intubasi endotrakheal , suction dan
mengeras, dan tekanan darah dapat meningkat. penggunaan ventilator.
Radiologis. Pada foto toraks menunjukkan hilus yang Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin
melebar dan densitas meningkat disertai tanda bendungan diberikan peroral 0,4 - 0,6 mg tiap 5 - 10 menit . Jika tekanan
paru, akibat edema interstisial atau alveolar. darah sistolik cukup baik (> 95 mmHg). Nitrogliserin
Lab o r at o r i um. Kelainan pemeriksaan I aboratorium se su ai intravena dapat diberikan dimulai dengan dosis 0.3 - 0.5
dengan penyakit dasar. f,Iji diagnostik yang dapat mglkgBB. Jika nitrogliserin tidak memberi hasil yang
dipergunakan untuk membedakan dengan penyakit lain memuaskan, maka dapat diberikan nitroprusid.
misalnya asma bronkial adalah pemeriksaan kadar BNP Morfin Sulfat. Diberikan 3 - 5 mg i.v., dapat diulangi tiap
(brain natriuretic peptide) plasma. Pemeriksaan ini dapat 15 menit. Sampai total dosis I 5 mg biasa cukup efektif.
dilakukan dengan cepat dan dapat menyingkirkan Diuretik i.v. Diberikzm furosemid 40-80 mg i.v. bolus, dapat
penyebab dyspneu lain seperti asma bronkial akut. Pada diulangi atau dosis ditingkatkan setelah 4 jam, atau
kadar BNP plasma yang menengah atau sedang dan dilanjutkan dengan drip kontinyu sampai dicapai produksi
gambaran radiologis yang tidak spesifik, harus dipikirkan urine l mVkgBB/jam.
penyebab lain yang dapat mengakibatkan terjadinya gagal
Obat untuk Menstabilkan Klinis Hemodinamik
jantung tersebut, misalnya restriksi pada aliran darah di . Nitroprusid i.v.: dimulai dosis 0,1 mglkg BB/menit.
katup mitral yang harus dievaluasi dengan pemeriksaan
diberikan pada pasien yang tidak memperlihatkan
penunjang lain seperti ekokardiografi.
respons yang baik dengan terapi nitrat atau pada pasien
EKG. Pemeriksaan EKG bisa normal atau seringkali dengan regugitasi mitral, regurgitasi aorta, hipertensi
didapatkan tanda-tanda iskemia atau infark pada infarks berat. Dosis dinaikkan sampai didapat perbaikan klinis
miokard akut dengan edema paru. Pasien dengan krisis dan hemodinamik, atau sampai tekanan darah sistolik
hipertensi gambaran elektrokardiografi biasanya 85-90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai
menunjukkan gambaran hipertrofi ventrikel kiri. Pasien tekanan darah yang normal atau selarna dapat
dengan edema paru kardiogenik tetapi yang non-iskemik dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ
biasanya menunjukkan gambaran gelombang T negatif vital.
yang lebar dengan QT memanjang yang khas, dimana akan . Dopamin 2 - 5 pg &g BB/menit : atau dobutamin2 - 10
membaik dalam 24 jam setelah klinis stabil dan menghilang mg kgBB I menit. osis dapat ditingkatkan sesu ai respon
dalam 1 minggu. Penyebab dari keadaan non-iskemik ini klinis, dan kedua otiat ini bila diperlukan dapat diberikan
belum diketahui tetapi ada beberapa keadaan yang bersama-sama.
dikatakan dapat menjadi penyebab, antara lain : iskemia . Digitalisasi bila ada fibrilasi atrium (AF) atau
sub-endokardial yang berhubungan dengan peningkatan kardiomegali.
tekanan pada dinding, peningkatan akut dari tonus simpatis
kardiak atau peningkatan elektrikal akibat perubahan
Obat trombolitik ; atau revaskularisasi (urgent PTCA,
CABG) padapasien infark miokard akut.
metabolik atau katekol amin.
Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat,
asidosis atau tidak berhasil dengan terapi oksigen.
Penatalaksanaan
Terapi terhadap artimia atau gangguan konduksi.
Penatalaksanaan terutama untuk edema paru akut
kardiogenik. Terapi EPA harus segera dimulai setelah Koreksi defrnitif misalnya penggantian katup atatt repair
pada regurgitasi mitral berat bila ada indikasi dan keadaan
diagnosis ditegakkan meskipun pemeriksaan untuk
rnelengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisis masih klinis mengizinkan.
berlangsung. Pasien diletakkan pada posisi setengah
duduk atau duduk, harus segera diberi oksigen,
nitrogliserin, diuretik i.v., morfin sulfat, obat untuk PROGNOSIS
menstabilkan hemodinamik, trombolitik dan revaskularisasi,
intubasi dan ventilator, terapi aritmia dan gangguan Hingga saat ini mortalitas akibat edema paru akut termasuk
konduksi. serta koreksi definitif kelainan anatomi. yang disebabkan kelainan kardiak masih tinggi. Setelah
Terapi oksigen. Oksigen (40-507o) diberikan sampai dengan mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat pasien
8 L/menit, untuk mempertahankan PaOr.kalau perlu dengan dapat membaik dengan cepat dan kembali pada keadaan
masker. Jika kondisi pasien makin memburuk, timbul seperti sebelum serangan. Kebanyakan dari mereka yang
sianosis, makin sesak, takipneu, ronki bertambah, PaO, selamat mengatakan sangat kelelahan pada saat serangan
tidak bisa dipertahankan > 60 mmHg dengan terapi O, tersebut. Diantara beberapa gejala edema paru ini terdapat
konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO, hipoventilasi, tanda dan gejala gagal jantung.
atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat, Prognosis jangka panjang dari edema paru akut ini
1776 I(ARDIOI.OGI

sangat tergantung dari penyakit yang mendasarinya, Gandhi SK, Powers JC, Nomeir AM et al. The pathogenesis of acute
misalnya infark miokard akut serta keadaan komorbiditas pulmonary edema associated with hypertension N Engl J Med
yang menyertai seperti diabetes melitus atau penyakit ginjal 2001: 344: 1.7.
Hunt SA, Baker DW, Chin MH et a1. ACC/AHA guidelines for the
terminal. Sedangkan prediktor dari kematian di rumah sakit
evaluation and management of chronic heart failure in the adult:
antara lain adalah : diabetes, disfungsi ventrikel kiri, Executive Summary. A report of the American College of
hipotensi atau syok dan kebutuhan akan ventilasi mekanik. Cardiology/American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines (Committee to Revise the 1995 Guidelines
for the Evaluation and Management of Heart Failure)
REFERENSI Circulation 200I: 104: 2996.
Kawanishi DT, Rahimtoola S.H. Acute Pulmanary Edema in Hurst
J.W. Current Therapy in : Cardiovascular Disease, 3'd ed
ACC/AHA Task Force Report : Guidelines for the Evaluation and Philadelphia: B.C. Decker Inc; 1991.p. 3-7.
Management of Heart Failure. Circulati-oo 1995 ;92:27 64-21 84. PittB, Zarnad F, Remme WJ et a1. The effect of spironolactone on
Braundwauld E, Colucci WS and Grossman W : Clinical Aspect of morbidity and mortality in patients with severe heart failure N
Heart Failure : Pulmonary Edema in : Braundwauld E : Heart Engl J Med 1999; 347: 109-17.
Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine, 7'h ed. Schlant RC, Sonnenblick EH : Phatophysiology of Heart Failure ln:
Philadelphia : WB Saunders Company; 2005.p. 539-68. Schlant RC, Alexander RW : The Heart Arteries and Veins 8h ed,
Goldberger E, Wheat MV : Treatment of Cardiac Emergency: New York: McGraw-Hill, Inc; 1994.p. 515-55.
Cardiopulmonary Emergencies 5'h ed, St Louis: The CV Mosby Schuller D, Lynch JP, Fine D. Protocol-guided diuretic manage-
Companyi 1990 p. 194 210. ment: Comparison of furosemide by continuous infusion and
Galloway JM, Fenster PE : Acute Pulmonary Edema in : Green HL, intermittent bolus. Critical Care Med 1991l,25:1969-'75.
Johnson WP, Maricic MJ : Decision Making in Medicine. St
Louis: Mosby Year Book Inc; 1993.p. 70-71.
278
PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI
Marulam M. Panggabean

PENDAHULUAN sistolik)
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris,infark
Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar jantung dll) dapat terjadi karena kombinasi akselerasi
antara 5-l}Vo sedangkan tercatat pada tahun 1 978 proporsi proses aterosklerosis (lihat patogenesis aterosklerosis atau
penyakit jantung hipertensi sekitar 14,37o dan meningkat penyakit jantung koroner) dengan peningkatan kebutuhan
menjadi sekitar 39Vo pada tahun 1985 sebagai penyebab oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia iniokard
penyakit jantung di Indonesia. dan gangguan fungsi endotel merupakan faktor utama
Sejumlah 85-90Vo hipertensi tidak diketahui kerusakan miosit pada hipertensi.
penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer
Evaluasi pasien hipertensi atau penyakitjantung hipertensi
(hipertensi esensial atau Idiopatik). Hanya sebagian kecil
ditujukan untuk:
hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi . meneliti kemungkinan hiperlensi sekunder,
sekunder).Tidak ada data akurat mengenai prevalensi . menetapkan keadaan pra pengobatan,
hiperlensi sekunder dan sangat tergantung di mana angka . menetapkan faktor faktor yang mempengaruhi
itu diteliti. Diperkirakan terdapatseT<ltar 6Ea pasien hipertensi
pengobatan atau faktor yang akan berubah karena
sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar
pengobatan,
35Vo.Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 . menetapkan kerusakan organ target, dan
mekanisme yaitu gangguan sekresi hormon dan gangguan . menetapkan faktor risiko PJK lainnya.
fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini karena
komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung
hipertensi). Juga dapat menyebabkan strok, gagal ginjal,
KELUHAN DAN GEJALA
atau gangguan retina mata.

Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya


PATOGEN ESIS PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Bila simtomatik,
maka biasanya disebabkan oleh
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi 1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar
jantung menghadapi tekanan darah tinggi ditambah debar,rasa melayang (dizzy') dan impoten
dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh penebalan 2. Penyakit jantung/hipertensi vasksular seperti cepat
konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi capek, sesak napas,sakit dada (iskemia miokard atau
diastolik akan mulai terganggu akibat dari gangguan diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi vaskular lainnya adalah epistaksis,
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina,
dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme Frank- transient serebral ischemic.
Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel 3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder:
sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi polidipsia, poliuria, dan kelemahan otot pada
gangguan kontraksi miokard (penurunan /gangguan fungsi aldosteronisme primer, peningkatan BB dengan emosi

t777
1778 KARDIOI-OGI

yang labil pada sindrom Cushing. Feokromositorna . Trigliserida, HDL dan kolesterol LDL
dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, . Kalsium dan fosfor
palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri . Foto toraks
Qtostural dizztrt). . Ekokardiografl dilakukan karena dapat menemukan HVK
lebih dini dan lebih spesilft (spesifisitas sekitar 95-10070).
Indikasi ekokardiografi pada pasien hipertensi adalah:
PEMERIKSAAN FISIS - Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
- Hipertensi dengan kelainan katup
Pemeriksaan fisis dimulai dengan menilai keadan umum: - Hipertensi pada anak atau remaja
memperhatikan keadaan khusus seperti: Cushing, - Hipertensi saat aktivitas,tetapi normal saat istirahat
feokromasitoma, perkembangan tidak proporsionalnya - Hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas
tubuh atas dibanding bawah yang sering ditemukan pada sebabnya (gangguan fungsi diastolik atau sistolik)
pada koarktasio aorta"Pengukuran tekanan darah di tangan . Ekokardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai
kiri dan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan fungsi diastolik (gangguan fungsi relaksasi ventrikel
klasifikasi Keith-Wagener-Barker sangat berguna untuk kiri, pseudo-normal atau tipe restriktif).
menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi arterikarotis
nntuk menilai stenosis atau oklusi.
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran PENATALAKSANAAN
jantung ditujukan untuk menilai HVK dan tanda-tanda
gagal jantung. Impuls apeks yang prominen. Bunyi jantung Penatalaksanaan Llmum hipertensi mengacu kepada
52 yang meningkat akibat kerasnya penutupan katup aofta. tuntunan umLrm (JNC VII 2003, ESHiESC 2003).
Kadang ditemukan murmur diastolik akibat regurgitasi Pengelolaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat
aorta. Bunyi 54 (gallop atrial atau presistolik) dapat bermanfaat.
ditemukan akibat dari peninggian tekanan atrium kiri. Pasien hipertensi pasca infarkjantung sangat mendapat
Sedangkan bunyi S3 (gallop vetrikel atau protodiastolik) manfaat pengobatan dengan penyekat beta , penghambat
ditemukan bila tekanan akhir diastolik ventrikel kiri ACE atau antialdosteron
meningkat akibat dari dilatasi ventrikel kiri.Bila S3 dan 54 Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi
ditemukan bersama disebut .swmmatittn gallop. Paru perlu mendapat manfaat dengan pengobatan diuretik, penyekat
diperhatikan apakah ada suara napas tambahan seperti beta dan penghambat kalsium.
ronki basah atau ronki kering/mengi. Pemeriksaan perut Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel
ditujukan untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan diuretik,
limpa, ginjal dan asites. Auskultasi bising sekitar kiri kanan penghambat, ACE/ARB, peny'ekat beta dan antagonis
umbilikus (.renal artery stenosis). Arteri radialis, Arteri aldosteron.
femoralis dan arteri dorsalis pedia harus diraba.Tekanan Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka
darah di betis harus diukur minimal sekali pada hipertensi prinsip pengobatannya sama dengan pengobatan gagal
umur muda (kurang dari 30 tahun). jantung yang lain yaitu diuretik, penghambat ACE/ARB,
penghambat beta, dan penghambat aldosteron.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
REFERENSI
Pemeriksaan laboratorium awal meliputi:
. Urinalisis:protein,leukosit,eritrosit, dan silinder Boedi-Darmojo et al,6'h Asean Congress of Cardiology,Jakarta,l986
. Hemoglobin/hematokrit
Chobanian AV,Bakris GL,BIack HR et al The seventh report of the
joint natiolral committee on prevention,detection,evaluation
. Elektrolitdarah:Kalium and tratment of high blood pressure:the JNC 7 report.JAMA.
. Ureum/kreatinin 2003:,289:2560-12
. Gula darah puasa Fisher NDL, Williams GH.Hipertensive vascular disease.In: Kasper
. Kolesterol total DL,Braunwald E,Fauchi AS, et.al.editors.Harrison's principles
. Elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20- of internal medicine. 16 ed 2003 :1463-81
507o (kurang sensitit) tetapi masih menjadi metode Guidelines Committee 2003 European Society of Hypertension-
European Society of Cardiology guidelines for the managetrent
standar.
of arterial hypertension.J Hypertens. 2003;21:101 1.
Apabila keuangan tidak menjadi kendala,maka diperlukan Panggabean MM.Diagnosis dan penatalaksanaan penyakit jantung
pula pemeriksaan: Alwi l, Fahrial Syam A, et al.Prosiding
hipertensi. In:Bawazir LA,
. TSH simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular 23
Februari-25 Februari 2001.Jakarta:Pusat Informasi dan
. Leukosit darah Penerbitan Bagian I.PDalam FKUI.
279
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
PADA DEWASA
AliGhanle

PENDAHULUAN Di Amerika penyakit jantung kongenital baik yang


dikoreksi maupun yang tidak diperkirakan meningkat 5 %
perlahun. Insiden penyakitjantung kongenital diperkirikan
Def inisi sebesar 0.8 %, di mana 85 7a di antarcnya bertahan hidup
Penyakit jantung kongenital merupakan kelainan struktur
sampai dewasa muda.
atau fungsi dari sistem kardiovaskular yang ditemukan
Pada dasarnya kelainan jantung kongenital
pada saat lahir, walaupun dapat ditemukan di kemudian
dikelompokkan atas dua kelompok besar yaitu kelompok
hari.
tanpa sianosis, dan yang disertai sianosis.
Kelompok sianosis secara rinci lebih banyak
lnsiden dibicarakan dalam kardiologi anak, sebagian di antaranya
Kejadian yang sebenarnya dari kelainan kardiovaskular dilakukan tindakan reparasi, sebagian lagi hanya paliasi.
sulit ditentukan secara akurat, oleh karena ada beberapa Sedangkan sernbuh pada beberapa kasus masihjauh dari
hal yang tidak terdeteksi pada saat kelahiran, misalnya memuaskan, sehingga tetap menjadi pasien sesudah suatu
stenosis aorta bikuspidalis dan prolaps katup mitral, tindakan, karena sebagian tindakan bersifat bukan kuratif.
padahal keduanya merupakan kelainan paling sering Sementara itu kelainan kongenital yang mencakup katup
ditemukan. Demikian pula beberapa kelainan lain seperti dibicarakan pada bab penyakit jantung katup.
sindrom Marfan dan anomali Ebstein. Cakupan dalam buku ajar ini hanya kelompok non-
Frekuensi relatif kejadian malformasi jantung pada sianosis sebelum tindakan intervensi yang bertahan
persalinan sampai dewasa, antara lain defek septum atrium (DSA),
. Defek septurn ventrikel 30.5 Va defek septum ventrikel (DSV), duktus afteriosus persisten
. Defek septum atrium 9.8 Vo (DAP), koarktasio aorta (KA), tetralogi Fallot (TF), serta
. Duktus arteriosus persisten 9.7 Vo transposisi pembuluh darah besar (TPB)
. Stenosis pulmonal 6.9 7o
. Koarktasio aorta 6.87o
Etiologi
. Stenosis aorta 6.7 Vo Sulit ditentukan, terjadi akibat interaksi genetik yang multi
. Tetralogi Fallot 5.8 Vo faktorial dan sistem lingkungan, sehingga sulit untuk
. Transposisi pembuluh darahbesar 4.2Vo
ditentukan satu penyebab yang spesifik.
. Trunkus arleriosus persisten 2.2Vo
. Atresia trikuspid 1.3 Vo

Dalam 20-30 tahun terjadi kemajuan pesat dalam DEFEK SEPTUM ATRIUM (DSA)
diagnosis dan pengobatan penyakit jantung kongenital
pada anak-anak. Sebagai akibatnya anak-anak dengan
penyakit jantung kongenital bertahan hidup sampai Definisi dan Morfologi
dewasa. Defek septum atrium merupakan keadaan di mana terjadi

t77
1780 I(ARDIOLOGI

defek pada bagian septum antar atrium sehingga terjadi


komunikasi langsung antara atrium kiri dan kanan.
Septum atrium yang sesungguhnya adalah dalam lingkaran
fosa ovalis.
Menurut lokasi defek DSA dikelompokkan menjadi :
. Defek septum atrium (DSA) sekundum, defek terjadi
pada fosa ovalis, meskipun sesungguhnya fosa ovalis
merupakan septumprimum. (Gambar 1)

Gambar 4. Defek septum primum

Fisiologi/Hemod inami k
Akibat yang timbul karena adanya defek septum atrium
sangat tergantung dari besar dan lamanya pirau serta
resistensi vaskular paru. Ukuran defek sendiri tidak banyak
berperan dalam menentukan besaran dan arah pirau.
Sebagaimana diketahui tidak terdapat gradien antara atrium
kiri dan kanan, aliran darah akan tergantung dengan
Gambar 1. Defek septum atrium besarnya resistensi. Oleh karena ventrikel kanan lebih tipis
Gambar 2. Jantung normal
sekundum danlebih akomodatif, arah aliran dari atriumkiri dan atrium
kanan akan menuju ventrikel kanan. Terjadi beban volume
berlebihan pada atrium dan ventrikel kanan, sementara
Pada keadaan tertentu di mana defek cukup besar dapat
volume di atrium dan ventrikel kiri tetap atau menurun.
keluar dari lingkaran fosa ovalis. Umumnya defek
Terjadi perubahan konfigurasi diastol di ventrikel kiri,
bersifat tunggal tetapi pada keadaan tertentu dapat
karena septum ventrikel akan mencembung ke arah kiri
terjadi beberapa fenestrasi kecil, dan sering disertai
dengan aneurisma fosa ovalis.
. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus Manifestasi dan Pemeriksaan Fisis
superior, defek terjadi dekat muara vena kava superior, Defek septum atrium sekundum lebih sering terjadi pada
sehingga terjadi koneksi biatrial. (Gambar 3) Sering perempuan dengan rasio 2 : I antara perempuan dan pria,
vena pulmonalis dari paru-paru kanan juga mengalami sedangkan pada tipe sinus venosus rasio 1 : 1.
anomali, di mana vena tersebut bermuara ke vena kava Defek septum atrium (DSA) sering tidak terdeteksi
superior dekat muaranya di atrium. Dapat juga terjadi sampai dewasa karena biasanya asimtomatik, dan tidak
defek sinus venosus tipe vena kava inferior, dengan memberikan gambaran diagnosis fisik yang khas. Lebih
lokasi di bawah foramen ovale dan bergabung dengan sering ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
dasar vena kava inferior. rutin foto toraks (gambar 7,8,9,10,11) atau ekokardiografi.
Walaupun angka kekerapan hidup tidak seperti
normal, cukup banyak yang bertahan hidup sampai usia
lanjut. Oleh karena itu DSA tipe sekundum merupakan
kelainanjantung kongenital yang paling sering ditemukan
pada dewasa.
Sesak napas dan rasa capek paling sering merupakan
keluhan awal, demikian pula infeksi napas yang berulang.
Pasien dapat sesak pada saat aktivitas, dan berdebar-
debar akibat takiaritmia atrium. Pada pemeriksaan fisis
dapat ditemukan pulsasi ventrikel kanan pada daerah para
sternal kanan, wide fixed splitting bunyi jantung kedua
walaupun tidak selalu ada, bising sistolik tipe ejeksi pada
Gambar 3. Defek septum atrium sinus venosus
daerah pulmonal pada garis sternal kiri atas, bising mid
diastolik pada daerah trikuspid, dapat menyebar ke apeks.
Defek septum atrium primum, merupakan bagian dari Bunyi jantung kedua mengeras di daerah pulmonal, oleh
defek septum atrioventrikular dan pada bagian atas karena kenaikan tekanan pulmonal, dan perlu diingat
berbatas dengan fosa ovalis sedangkan bagian bawah bahwa bising-bising yang terjadi pada DSA merupakan
dengan katup atrioventrikular. (Gambar 4.) bising fungsional akibat adanya beban volume yang besar
PENYAXIT JANTUNG KONGENITAL PADA DHWASA 1781

pada jantung kanan. Sianosis jarang ditemukan, kecuali


bila defek besar atau com.mon. atriurn. defek sinr-rs
koronarius, kelainan vaskular paru, stenosis pulmonai .

atau bila disefiai anomali Ebstein.

Elektrokardiograf i
Elektrokardiografi menunjukkan aksis ke kanan. blok
bundel kanan, hipertrofi ventrikel kanan, interval PR
memanjang, aksis gelombang P abnormal, aksis ke kanan
secara ekstrim biasanya akibat defek ostium primum.
(Gambar 5 dan 6)

. :"]-.,'-';,- ' Gambar 8. Foto rontgen dada pada pemeriksaan rutin, rasio
jantung-toraks membesar, segmen pulmonal menonjol, dan afteri
pulmonal kanan juga melebar dan tappered Pemeriksaan
ekokardiografi menunjukkan suatu DSA sekundum

Gambar 5. Elektrokardiogram seorang perempuan 17 tahun,


menderita DSA ll yang menunjukan gambaran incomplete RBBB

Gambar 6. Elektrokardiogram seorang perempuan 33 tahun,


menderita DSA ll yang menunjukan gambaran complete RBBB

Gambar 9. Foto rontgen dada atas indikasi kelainan paru , terlihat


fibrosis pada kedua lapangan paru, segmen pulmonal terlihat
Foto Rontgen Dada membesar, walaupun pinggang jantung juga terlihat rnenghilang,
" Pada foto lateral terlihat daerah retrostemal terisi, Lkibat tetapi akibat tarikan fibrosis pada daerah hilus. Ekokardiografi
pembesaran ventrikel kan an. menuniukkan DSA sekundum
" Dilatasi atriumkanan
. Segmen pulmonai menonjol, corakan vaskular paru
promlnen

Gambar 10. Foto rontgen dada seseorang yang memang ciiketahui


Gambar 7. Pada tolo rontgen dada secara kebetulan ditemukan sebagai penderita DSA sekundum berat tanpa tindakan, setelah
adanya pembesaran segmen pulmonal, dan pada pemeriksaan 7 tahun terlihat kardiomegali dengan segmen pulmonal dan arteri
ekokardiografi terbukli sebagai DSA sekundum pulmonalis kanan yang sangat menonjol
1782 KARDIOI]OGI

Gambar 1 1 . Foto ro ntgen dada seoran g laki-laki, 49 tahun, dengan Gambar 14. Ekokardiografi 2-D transtorakal menunjukan adanya
keluhan sesak napas, splitting bunyi kedua, menunjukkan rasio defek septum atrium dan ventrikel (sinus venosus, defek
lantung- thorak membesar dengan segmen pulmonal yang atriovenlrikulo septum)
menonjol, terbukti sebagai DSA ll pada pemeriksaan ekokardiografi
pulmonal menonjol dan pembesaran aderi pulmonalis kanan

Ekokardiograf i

' Dengan menggunakan ekokardiografi transtorakal


(ETT) dan doppler berwama dapat ditentukan lokasi
det-ek septum. arah pirau, ukuran atrium dan ventrikel
kanan, keterlibatan katup mitral rnisalnya prolaps yang
memang sering terjadi pada DSA (gambar l2 s/d 18)
. Ekokardiografi tr-ansesofageal (ETE) sangat bemanfaat
bila, dengan cara ini dapat dilakukan pengukuran besar
defek secara presisi, sehingga dapat membantu dalam
tindakan penutupan DSA perkutan,juga keiainan yang
menyerlai (gambar. 15, 1 6, 17, I 8)
Gambar 15. Eko transesofageal menunjukkan defek septum
primum dan adanya delek septum ventrikel (tanda panah)

Gambar 12. Ekokardiograti 2-D seorang laki-laki 49 th


menunjukkan defek atrium sekundum dengan pirau dari atrium kiri
ke kanan (secara kebetulan dicurigai dari foto rontgen dada pada
gambar .10 sebagai DSA).

Gambar 16. Seorang laki-laki 63 tahun diketahui menderita DSA


sekundum, menolak tindakan penutupan defek. Setelah beberapa
tahun teriadi kenaikan tekanan hiperlensi pulmonal sedemikian
(sindrom Eisenmenger) Pada pemeriksaan ekokardiografi 2-D
transtorakal, terlihat defek septum namun pada ekokardiografi
Gambar 13. Ekokardiografi warna 2-D yang diambil pada tahun warna tidak jelas terlihat arah pirau. Pada pemeriksaan
1998 menun1ukkan defek septum sekundum dengan pirau dari ekokardrografi transesofageal terlihat defek cukup besar dengan
atrium kiri ke airium kanan (warna merah) Foto terakhir pada pirau dua arah (warna biru berupa pirau dari atrium kanan ke
tahun 2005 menun.lukkan adanya hiperlensi pulmonal yang berat atrium kiri dan merah berupa pirau dari atrium kiri kekanan, tanda
(gambar 9) panah)
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL PADA DEWASA 1783

indikasi penutupan DSA :


. Pembesaran jantung pada foto toraks, dilatasi ventrikel
kanan, kenaikan tekanan arteri pulmonalis 50olo atau
kurang dari tekanan aofia, tanpa mempertimbangkan
keluhan. Prognosis penutupan DSA akan sangat baik
dibanding dengan pengobatan medikamentosa. Pada
kelompok umur 40 tahun ke atas harus dipertimbangkan
terjadinya aritmia atrial, apalagi bila sebelumnya telah
ditemui adanya gangguan irama. Pada keiompok ini perlu
diperlimbangkan ablasi perkutan atau ablasi operatif
pada saat penutupan DSA.
. Adanya riwayat iskemiktransient atau strok pada DSA
atau foramen ovale persisten
Gambar 17. Pemeriksaan eko transesofageal menunjukkan Operasi merupakan kontraindikasi bila terjadi kenaikan
kelainan berupa stenosis katup trikuspid, dan stenosis katup
pulmonal yang menyertai kelainan DSA sekundum
resistensi vaskular paru 7-B unit, atau ukuran defek kurang
dari 8 mm tanpa adanya keluhan dan pembesaran jantung
kanan.
Tindakan penutupan dapat dilakukan dengan operasi
terutama Llntuk defek yang sangat besar lebih dari 40 mm,
atau tipe DSA selain tipe sekundum.
Sedangkan untuk DS,A sekundum dengan ukuran defek
lebih kecil dari 40 rnm harus dipertimbangkan penutupan
dengan kateter dengan menggunakan aruplatz.er septal
occluder. Masih dibutuhkan evaluasi jangka panjang
untuk menentukan kejadian aritmia dan komplikasi
tromboemboli.

Pemantauan Pasca Penutupan DSA


. Pada anak-anak tidak bermasalah, dan tidak memerlukan
Gambar 1 8. Pemeriksaan eko transesofageal menunjukkan defek
pemantauan
septum atrium sekundum dan adanya stenosis tricuspid.
. Pada dewasa atau umur yang lebih lanjut perlu evaluasi

Kateterisasi Jantung periodik, terutama bila pada saat operasi telah ada
Pemeriksaan ini diperlukan guna kenaikan tekanan arteri pulmonal, gangguan ir-ama atatt
. Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium disfungsi ventrikel
kanart
. Profilaksis untuk endokarditis diperlukan pada DSA
. Mengukur rasio besarxya aliran pulrnonal dan sistemik prirnum, regurgitasi katup, juga dianjurkan pemakaian
(Qp/Qs) antibiotik selama 6 bulan pada kelompok yang menjalani
. Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonalis penutupan perkutan.
. Evaluasi anomali aliran vena pulmonalis
' Angiografi koroner selektif pada kelompok umur yang
Iebih tua, seLrelum tindakan operasi penutupan DSA. DEFEK SEPTUM VENTRIKEL (DSV)
Magnetic Resonunce Imaging
. Sebagai tambahan dalam menentukan adanyadan lokasi Definisi dan Morfologi
DSA Merupakan kelainan jantung di mana terjadi def"ek sekat
. Evaluasi anomali aliran vena. bilabelum bisa dibuktikan antarventrikel pada berbagai lokasi. (Gambar 18)
dengan modalitas lain Merupakan kelainan kongenital yang tersering
. Dapat juga dipakai untuk estimasi Qp/Qs sesudah kelainan aorla bikuspidalis, sekitar 20 Vc (1.5 --2.5
dalam 1000 persalinan, tidak ada perbedaan kejadian antara
Penatalaksanaan laki-laki dan perempuan)
Pada dewasa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor ICasifikasi def'ek septum ventrikel ditentukan oleh lokasi
tennasukkeluhan. umur, ukuran dan anatomi defek, adanl,a defek relatif pada empat komponen lokasi septum.
kelainan yang menyertai. tekanan arteri pulmonal serta (ekokardiografi gambar 1 9,20)
lcsistcnsi r askrrlar paru. . Perimembranous, merupakan tipe yang paling sering
t784 I(ARDIOLOGI

(80Ea), menggambarkan defisiensi dari membran Ukuran dan besarnya aliran melalui defek merupakan
septum langsung di bawah katup aorta (Gambar 19). faktor yang penting dalam menentukan akibat fisiologls
Muskular, di mana defek dibatasi oleh daerah otot (5 - serta tambahan klasifikasi DSV.
207o). (gan:/l,ar 20) Ekokardiografi dapat dipakai untuk mengukur besarnya
Double comnitted subarterial ve.ntricuLar septal defek dan menghitung perbandingan besar defek terhadap
defect. sebagian dari batas defek dibentuk oleh temsan ukuran annulus aorta.
jaringan ikat katup aorta dan pulmonal (67o). . Pada DSV kecil ('nruladie de Roger'), ukuran def-ek
lebih kecil dari 1i3 anulus aorta, terjadi gradien yang
signifikan antara ventrikel kiri dan kanan (>54 mmHg).
Defek seperti ini disebut restriktif, dengan berbagai
variasi aliran dari kiri ke kanan, tekanan sistol ventrikel
kanan dan resistensi pulmonal normal.(gambar
ekokardiografi 20)
. Defek septum ventrikel moderat dengan restriksi,
gradien berkisar 36 mmHg, besar defek sekitarr,/z anulus
aorta. Awalnl,a derajat aliran dari kiri ke kanan bersifat
sedang berat. Resistensi vaskular paru dapat meningkat,
tekanan sistolik ventrikel kanan dapat meningkat
walaupun tridak melampaui tekanan sistemik. Ukuran
Gambar 19. Defek septum ventrikel atrium dan ventrikel kiri dapat membesar akibat
befiambahnya beban volume.
. Pada DSV besar non restriktif, tekanan sistol ventrikel
kiri dan kanan sama. Seba-eian besar pasien akau
mengalami perubahan vaskular paru yang menetap
dalarn waktu satu atau dua tahun kehidupan. Dengan
waktu terjadi penurunan aliran dari kiri ke kanan.
bahkan terjadi aliran dari kanan ke kiri, yang kita kenal
sebagai fi si ologi Eisenmenger. (gambar ekokardio grafi
le)

Gambaran Klinis
Tergantung ukuran defek dan umur saat ditemukan, pada
Gambar 20. Eko transesofageal seorang perempuan 40 tahun DSV kecil terdengar bising pansistolik. Def'ek kecil bersifat
dengan bising sistolik tipe ejeksi menunjukkan t DSV besar
perimembran dengan arah pirau dari aoek ventrikel kiri (warna benigna, dan dapat rnenutup spontan tergantung tipenya.
merah) menuju ventrikel kanan (warna biru) dan biasanya tidak mengganggu pertumbuhan.
Pada DSV besar dapat disertai sesak napas dan
gangguan pertumbuhan oleh karena meningkatny'a aliran
pulmonal

Pemeriksaan f isis
Oksimetri, saturasi oksigen normal, kecuali bila ada
kompleks Eisenmenger.

Elektrokardiograf i

Biasanya dapat ditemukan gelombang melebar P pada


atrium kiri yang mer-nbesar. atau gelombang Q dalam dan R
Gambar 21. Eko transesofageal penderita dengan DSV pada
pars membranous tinggi pada daerah lateral. Adany'a gelonrbang R. tinggi di
Vl dan perubahan aksis kekanan menuniukkan hipertrofi
ventrikel kanan dan hipcrtensi pLrlmonal.
Fisiologi
Pada DSV terjadi aliran darah dari ventrikel kiri menuju Foto Rontgen dada
ventrikel kanan, terjadi percampuran darah arteri dan vena Bisa normal pada DSV kecil, bisa.iuga terjadi pembesaran
tanpa sranosls. segmen pulmonal dengan kardiomegali.
PENYAKII' JANTUNG KONGENITAL PADA DEWASA 1785

Ekokardiograf i t-etal. tetap paten sampai lahir, pertama kaii ditemukan oleh
Dapat menentukan lokasi defek, ukuran def'ek, arah dan Calen (l:ri AD)
gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan .iln Lokasi uruala duktus terletak lebih kc kiri percabanqan
pulntonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, arteri pulmonaiis, sedangkan ujung aorta dnktus terletak
keterlibatan katup aorta atau trikuspid serta kelainan lain paila bagiarr bar,vah aorta setinggi arteri subklavia kiri.
(tihat Gambar 19,20) Bcntuk duktus incngecil pada lokasi arteri pulmonal,
sehingga berbentuk kerucut karena penLrtupan dimulai dari
daeral-r puhnonal. (Garnbar 21)
Magnetic Resonance lmaging
[{e niodiriarr.iik (akibat fisiologrs) tergantung dari
NXen'rberikan gambaran yang lebih baik tetularna DSV
bebcrapa faktor. ukuran dari komunikasi tersebtrt,
dcngan lokasi apikal yang sulit dilihat dc'iigan
resistensi penibuiuh darah paru, clera.jat prematuritas, dan
ekokardiografi. Juga dapat dilakukan besarnya curah
jantung. besaran pirau, dan evaluasi kelainan yang kcmampuan fungsional ventrikel kiri yang mengalarni
beban voiume.
rrrenyeltai seperti pada aorta asendens dan arkus aorta.
Bila duktrLs kecil, resistensi vaskular paru notmal.
Terdapat gradien tckanan aniara aorta dan arleri puhnonal is
Kateterisasi sepanjang siklus kardiak. dan bertanggung .iawab
lvleneniukan tekanan selta resistensi arteri pulmonulis, Aliran tidak besar
terhactap aliran riarah aorto-pultlonal.
rcvcrsibilitas resistensi dengan menggunakan oksiget. dan gangguan herrodinamik tidak signitikan.
ritrii: oksid. plostaglandin atau acienosin. Bila duktus besar tetapi restriktif, aliran pulrnonai
Ei,aluasi al irar r intrakardiak. kei ai nan valls nrcnyeri.rl :aeningkat, sehingga terjadi beban voiuue pada ventrikei
seperli r.cgur,eitasi aorta, nrenyingkirkan DSV rnultipei , scrta kiri. tetapi lesistensi pulmonal tetap normal. Atrium kid
evaluasi koroner pada usia yang lebih ianjur. dan ventrikel kiri akan membesar, tetapi tanpa disertai
hiperrrofi irentrikel kanan. Bila duktus tidak restriktif.
Penatalaksanaan tekanan aorta akan diteruskan langsung ke tlunkus
TLrj uan nl'a untuk nrencegah timbu I n,v- a kel ai nan vaskui ai^
pulmor.ral. sehingga terjadi hipertensi pulmonal dengan
perLl )'ang pel'rranen. rrenrpertairankan lungsi rttriutl dan konsekuensi beban tel<anan pada ventrikel kanan
ventrikel kiri. scrta nrence-uah kejadian endokarditis ini'e ktif Gradasi dari DAP dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Delek kecil biasanya diseltai rlirill pada saris sterral


. Silent, berupa DAP kecil yang biasanya ditemukan
kiri scla iga keenrpat.
Bisrn-u bersitat holosistolik. tetapi secara kebetulan pada saat ekokardiografi, tidak
dapat juga pendek. terdengar bising.
. Kecil, terdengar bising bersifat ejeksi panjang, atau
kontinu, tidak ditemui pembahan hemoditramik, pulsasi
Perjalanan Penyakit perifer normal. tanpa perubahan ukuran atrium dan
Defek septurn ventlikel dapat menutup dengan ventrikel kiri, juga tanpa diserlai hipertensi pulmonal.
bertambahnya usia. kecuali det-ek sub aorlik, sub puhnonik, . Moderat, tekanan nadi besar seperli pada regurgitasi
atau dcfck tipe kanal. aota. bising kontinu, ditemukan pembesarall atrium dan
Dcfek septunr ini dapat menutup secara sporltan pada ventrikel kiri, dan hiperlensi pulmonal yang biasanya
25 - 40 Vo saat urnul pasien 2 tahun. 90 92, pada saat umur masih reversibel
I0 tahun. . Besar, biasanya pada dewasa disettai dengan
Pada pasien yang tidak dioperasi, prognosis baik bila Eisenmenger, bising kontinu tidak diternukan. Akan
terjadi penutupan spontan DSV demikian pula DSV kecil terjadi sianosis setempat akibat saturasi oksigen
yang asimtomatik. Dengan angka kekerapan hidup 25 tahun
dibagian bawah tubuh lebih rendah dibanding lengan
sebesar 95.9 9/o. Sedangkan pada DSV non-restriktif apalagi kanan, dan pada kaki dapat terjadi jari tabuh.
disertai kornplek Eisenrnenger prognosis jelek, dengan
angka kekerapan hidup 25 tahun 4l .1 %
Pada pasien yang dioperasi tanpa hipertensi pulmonai ilEmal (.|#Mi 13F*,nl

nien.rpunyai angka kekerapan hidup yang normal.

Dt,KTUS ARTERTOSUS pEBSTSTEN (DAP)

Definisi dan Morfologi


Merupakan suatu kelainan di mana vasktrlar yang
rnenghubungkan arteri pulmonal dan aorta pacla tase Gambar 22. Duktus Afteriosus Persislen (DAP)
L786 I(ARDIOLOGI

PEMERIKSAAN PADA NAT]F ATAU RESIDUAL


DAP

Penreriksaan Fisis
. Tekanan nadi yang besar rnenunjLrkkan DAP yang
signifikan
. Adanya hiperdinarnik ventrikel kanan, terabanya suara
kedua menurrjukkan hiperlensi puhron:rl. Bising kontinu
pada garis sternai kiri atas, menyebar ke belakang. Ada
kalanya bising belsifat ejeksi panjang bukan kontinu.
Pada DAP besar dan komptrek Eisennrenger, tidak
ditemukan bising kontinu, tetap tanda-tanda hiperrensi
pulmona.l. sianosis tubuh bagian bawah dan jari tabuh
pada tungkai

ElektrokardioEram
Dapat ditemukan gelombang P yan g melebar, komplek QRS
yang tinggi akibat beban tekanan pada atrium dan ventrikel
kiri. Hipertrofi ventrikel kanan dapat terlihat akil-.at
hipertensi pulmonal.
Gambar 23. Foto (A) menunjukkan ekokardiografi 2-D tanpa
warna dengan potongan sumbu pendek setinggi aoda, terlihat
Foto Rontgen hubungan antara aoda dan a.pulmonalis kiri Sedangkan foto (B)
Adanya dilatasi arteri pulmonal, meningkatnya corakan menunlukkan arah aliran (merah) dari aorta dengan velositi pada
doppler yang kontinyu pada fase sistol dan diastol
vaskular, dilatasi atrium kiri, menunjukkan adanya aliran
dari kiri ke kanan yang signifikan.
Dapat terlihal- adanya kalsifikasi pada posisi antero-
KOARKTASTO AORTA (r(A)
posterior dan lateral pada pasien yang lebih tua.

Ekokard iograf i (Gambar 23)


Definisi dan Morfologi
Merupakan stenosis atau penyempitan lokal atau segmen
Dapat diukur ukuran dari DAP, pada dewasa biasanya
hipoplastik yang panjan-u. Pertama kali ditemukan oleh
sukar dan kurang tepat. Dapat ditentukan ukuran atrium
Morgagni pada tahun 1760 pada autopsi dari seorang rahib,
dan ventrikel kiri sebagai petanda aliran dari kiri ke kanan
kemudian dijelaskan secara rinci patoanatominya oleh Jor-
yang signifikan. Juga dapat diukur tekanan arteri
dan (1 827) dan Reynaud ( 1 828).
pulmonalis, adanya gradien lebih dari 64 mmHg pada
Pada dewasa lokasi tersering KA ditemukan pada
daerah DAP menunjukkaan tidak adanya hipertensi
pertemuan arkus aorta dan aorta desenden, segera
pulmonal
sesudah muara dari arteri subklavia kiri. Pada keadaan
tertentu, tetapi jarang dapat juga ditemukan pada acrta
Kateterisasi abdominalis.
Dilakukan apabila ada keragu-raguan dalam penentuan Koarktasio Aorla dapat berupa kelainan tersendiri (KA
tekanan pulmonal dan kemungkinan reversibilitas dari simple), tanpa kelainan jantung lain. Dapat berupa KA
tekanan pulmonal, dengan menggunakan tes oklusi balon. kompleks yang disertai kelainan intra kardiak seperti katup
aorta bukuspid, defek septum ventrikel, kelainan katup
mitral, serta ekstra kardiak berupa aneurisma sirkulus dari
Penatalaksanaan
Willisi atau sindrom Turner.
Penutupan DAP, dianjurkan dengan alasan hemodinamik,
mencegah endarteritis, dan mencegah terjadinya hipertensi
pulmonal. Manifestasi Klinis
. Intervensi dengan kateter, merupakan pilihan dalam Sangat tergantung pada derajat KA dan adanya kelainan
penutupan DAP, terutama bila terdapat kalsifikasi pada kardiovaskular penyerta. Pada pasien yang tidak diobati,
duktus, karena akan meningkatkan risiko pada operasi. 60Vo KA berat tanpa penyerta dan 90Vo yang disertai
. Operasi dianjurkan pada DAP yang besar, atau terdapat kelainan jantung penyerta, akan meninggal pada tahun-
distorsi seperti aneurisma. tahun pertama kehidupan. Walaupun ekspektasi umur rata-
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL PADA DEWASA L787

rata KA adalah 35 tahun, ada yang bertahan hidup sampai Ekokardiograf i


umurlanjut. Tidak terlalu rnudah untuk mendeteksi isthmus aorta.
Pasien yang bertahan hidup sampai dewasa tanpa pengambilan sudut dari supra sternai dapat membantu.
diobati biasanya mempunyai kelainan KA pasca duktal Dengan ekokardiografikardiografi dapat di [i hat kelainan
yang ringan, umumnya asimtornatik dalam waktu lama. akibat koarktasio atau adanya kelainan intra kradiak yang
Sering tidak ditemukan tekanan darah yang tinggi . menyertai.
oleh karena itu diagnosis baru ditegakkan sesudah urnur
dewasa.
Magnetic Resonance lmaging (MRt) dan
Masalah yang mungkin timbul nantinya dapat berupa
Computed Tomography
dan mungkin sebagai penyebab kematian adalah gagal Dapatmernborikan gambaratl selurtth aofta. dan merupakan
jantung kiri (287o), perdarahan intrakranial (127o),
pemeriksaan piiihan non invasif untuk KA, Dengan N{RI
endokarditis bakterialis (18 7o), ruptur atau diseksi dan CT dapat ditentukan lokasi dan derajat penyempitan
aorta (2la/o), dan penyakit jantung koroner yang lebih aorta.
awal.

Kateterisasi
Gejala Merupakan baku emas untuk evaluasi anatomi KA sertii
Pasien dewasa biasanya hipertensi, dan dapat ditemukan
pembuluh supraaortik, dapat ditentukan gradien tekatran
bising, walaupun pada dewasa sering asimtomatik. yang menggambarkan derajat KA, lungsi ventrikel kiri, dan
Gejala yang khas akibat tekanan darah tinggi pada status afieri koronet.
badan bagian atas dapat berupa sakit kepala, perdarahan
hidung, melayang, tinitus, tungkai dingin. angina
abdomen, kelelahan tungkai pada latihan bahkan Penatalaksanaan
perdarahan intrakranial. Klaudikasio tungkai dapat Tindakan operatif, dengan tujuan menghilangkan
menggambarkan KA abdominalis. stenosis dan regangan pada dinding aorta; serta
mempertahankan patensi dari aorta. Reparasi segera
sesudah diagnosis pada usia muda mempunyai risiko yang
Pemeriksaan Fisis
Tekanan darah sistolik lebih tinggi pada lengan dibanding
lebih kecil dibanding usia yang lebih lanjut. Sesudah 30 -
40 tahun mortalitas intra-operatif tinggi akibat akibat
tungkai, tetapi tekanan diastolik sama, oleh karena itu adanya proses degenerasi pada dinding aorta.
tekanan nadi di lengan akan besar. Pulsasi arteri femoralis
Tindakan intervensi berupa angioplasti dengan atau
lemah dan terlambat dibanding arteri radialis. Dapat teraba
tanpa implanltasi stent merupakan pengobatan alternatif
thrlll sistolik pada pada daerah suprasternal. Bila disertai baik pada anak-anak maupun dewasa.
aorta bikuspid, dapat terdengar bising sistolik tipe ejeksi,
Pada kondisi rekoarktasio, terdapat kesepakan bahwa
dan suara kedua mengeras. Bising sistolik kasar tipe ejeksi
pilihan lebih kepada tindakan angioplasti baik dengan atau
dapat terdengar sepanjang garis sternal kiri dan belakang,
tatpa stent .
terutama didaerah koarktasio. Adanya kolateral dapat
menimbulkan bising kontinyu.
TETBALOGI FALLOT (TF\
Elektrokardiograf i
Dapat memberikan gambaran berbagai derajat beban
Def inisi/Morfologi
tekanan pada atrium dan ventrikel kiri, secara fungsional
Pertama kali dijelaskan oleh Nicholas Steno (1673), dan
akibat hipertensi, berupa hipertrofi atrium dan ventrikel
pada tahun 1888 Etienne-Louis Arlhur Fallot menjelaskan
kiri.
hubungan klinis dengan perubahan patologis. Secara
anatomis malformasi terdiri dari stenosis katup pulmonal
Foto Rontgen Oada (umumnya stenosis subinfundibular), defek septum
Ukuran jantung pada radiografi toraks bisa normal, dilatasi ventrikel, deviasi katup aorta ke kanan sehingga kedua
aorta asenden, kinking atau gambaran double contour ventrikel bermuara ke aofia (overriding aorta), hipertrofi
di daerah aorta desenden, sehingga terlihat gambaran ventrikel kanan. Defek septum ventrikel, defek biasanya
seperti angka tiga dibawah aortic knob ('figure 3' sign), tunggal, besar dan bersifat non restriktif, 80% bersifat
serta pelebaran bayanganjaringan lunak arteri subklavia perimembran. Stenosis pulmonal, pada sebagian besar
kili. kasus stenosis subinfundibular, katup biasanya abnormal,
Rib notching dari daerah posteroinferior kosta ketiga walaupun biasanya bukan sebagai penyebab utama
dan keempat, terjadi akibat kolateral arleri sela iga,jarang obstruksi. Dapat juga terjadi atresia dari infundibulum atau
terlihat sebelum umur 50 tahun. katup, serta hipoplasia dari arteri pulmonal. Aorta
1788 I(ARDIOISGI

ove[iding, derajat override aorta terhadap ventrikel kanan Penatalaksanaan


bervariasi dari 5 - 95Vo. Alr-h karena itu Tetralogi Fallot Operasi reparasi biasanya dilakukan pada masa anak-anak,
bisa sebagai double outLet ventrlkel kanan bila lebih dari namun dapat saja ditemukan TF pada dewasa muda tanpa
50 7o muaru aorta berada di ventrikel kanan. Hal ini penting tindakan operatif sebelumnya. Bila ditemukan pada dewasa
saat tindakan koreksi di mana diperlukan penutup yang operasi masih dianjurkan karena hasilnya bila dibandingkan
lebih besar. Lesi yang menyertai, penting diketahui karena dengan operasi pada rnasa anak-anak sama baiknya.
rnempunyai nilai pada saat tindakan koreksi bedah. Dapat Bentuk operasi adalah penutupan DSV dan
berupa DSA, DSV tipe muskular, defek septum menghilangkan obstruksi pulmonal. Upaya menghilangkan
atrioventrikular anomali arteri koroner. obstruksi ini dapat melalui valvulotomi pulmonal, reseksi
otot infundibulum pada muara pulmonal, implanttasi katup
Gambaran (lini= pulmonal balk homograJi atau bioprotese katup babi, atau
operasi pintas ekstra kardiak antara ventrikel kanan dan
Perubahan fisiologis yang terjadi tergantung dua variabel.
arteri pulmonalis dan dapat pula dilakukan angioplasti pada
derajat obstruksi pulmonal, dan resistensi vaskular
sistemik. Sebagian besar pasien dengan TF akan arteri pulmonalis sentral.
mengalami gangguan pertumbuhan, kadang terjadi Sedangkan terapi medikamentosa, mencakup
sirkulasi kolateral ke paru sehingga pemakaian antibiotika untuk mencegah endokarditis,
dapat
penghambat beta untuk menurunkan frekuensi denyut
mempertahankan perturnbuhan. Sianosis yang terjadi
jantung sehingga dapat menghindari spell, dan bila
simetris, akibat pirau dari ventrikel kanan ke kiri melaiui
defek besar yang non-restriktif. Hipertrofi ventrikel l<anan
diperlukan dapat dilakukan flebotomi.
biasanya tidak terlalu berat, lain hainya pada hipoplasi
arteri pulmonal, sehingga tidak sampai terjadi obliterasi
TRANSPOSISI PEMBULUH DARAH BESAR
rongga ventrikel kanan. Sehingga masih dimungkinkan
(rPB)
tindakan reparasi Bila obstruksi pulmonal tidak terlalu berat
maka derajat sianosispun ringan. dikenal sebagai
acyanotic Fttllot atat pink tetralogy, dan kadang-kadang Def inisi
ditemui pada dewasa muda. Kelainan ini pertama kali dijelaskan oleh Baillie pada tahun
1797, dan kemudian oleh Fan-e pada tahun 1814. Biasanya
Cepat Lelah 50 a/o disertai oleh kelainan kongenital lain . Defek septum
Hypoxic spells, merupakan hal penting berupa paroksismal ventrikel paling sering menyerlai TPB, disusul obstruksi
hiperpnea, hipoksia, anoksia, biru atau serangan sinkop. muara aorta dan koartasio aorta.
Riwayat jongkok pada keadaan tertentu, akan
menur-unkan aliran darah balik yang kurang kandungan Anatomis
oksigennya, meningkatkan resistensi sisternik sehingga Dikenal ada dua macam TPB,
aliran darah ke paru akdn besar, saturasi oksigen akan L Transposisi pembuluh darah besar lengkap
meningkat. Merupakan kondisi anatomi di mana aorta keluar dari
Adanya gelombang pada dinding dada pada bagian ventrikel kanan. dan arteri pulmonal keluar dari ventrikel
bawah sternum akibat gerakan hiperdinamik ventrikel kiri, hubungan ini disebut sebagai ventriculo-arteriol
kanan yang mengalami hipertrofi. Suara jantung I normal, discordance. Sementara hubungan antara atrium dan
bising sistolik akibat aliran darah melalui daerah stenosis ventrikel normal yang kita kenai sebagar atrioventricu-
bukan melalui defek septum, terdengar di sela iga II, III lar concordance. Oleh karena itu transposisi ini dikenal
garis stemal kiri. sebagai transposisi lengkap dan secara fisiologis tak
Bunyi jantung II keras dan tunggal bukan karena terkoreksi
komponen pulmonal tetapi aorta yang biasanya melebar, 2. Transposisi pernbuluh darah besar terkoreksi, di sini
pada keadaan ini dapat terdengar bising ejeksi sistolik . terjadi atrio ventricular dan yentricwloarterial
Dapat terdengar bising kontinu yang berasal dari discordance.
kolateral aortopulmonal. merupakan tanda penting dari Posisi ventrikel terbalik, ventrikel yang secara
atresia pulmonal. morfologis ventrikel kanan berada dikiri, sebaliknya
Elektrokardiogram, menunjukkan gelombaug P tajam ventrikel yang morfologis ventrikel kin berada di kanan.
dengan amplitudo yang normal, dapat disertai dengan
hipertrofi ventrikel kanan.
Foto Rontgen toraks menunjukkan ukuranjantung bisa Gambaran Klinis / Diagnosis
normal, paru oligemik, aofia asenden prominen, segmen Transposisi pembuluh darah besar komplit jarang bertahan
pulmonal cekung, apek terangkat keatas memberikan sampai dewasa kecuali bila disertai DSV atau DSA.
gambaran seperti sepatu trot. Sedangkan TPB terkoreksi bisa bertahan sampai dewasa
PET,TYAKIT JANTUNG KONGENIIAL PADA DEVYASA L789

namun biasanya mengalami gagal jantung kiri akibat


kegagalan venffikel yang secara morfologis merupakan
ventrikel kanan. Klinis ditemukan sianosis, gambaran
radiologis berupa meningkatnya corakan vaskular paru,
dan identifik asi ve nt ric ulo art e r i al di s c o r dan c e den gan
ekokardiografi

REFERENSI

Gatzoulis,MA. Tetralogy of fallot. In: Gatzoulis, MA., Webb, GD.,


Daubeney, PEF, editors. Diagnosis and management of adult
congenital heart disease. 2003; p.315.
Hornung, T. Transposition of the great arteries, In: Gatzoulis, MA.,
Webb, GD., Daubeney, PEfl editors Diagnosis and management
of adult congenital heart disease. 2003; p349.
Prasad S. Ventricular septal defect. In: Gatzoulis, MA., Webb, GD.,
Daubeney,PEF, editors. Diagnosis and management of adult
congenital heart disease. 2003; p.I7l.
Perloff, JK. The clinical recognition of congenital heart disease.
Clinical recognition of congenital heart disease. 3'd edition.
1987.
Shineboume, WA., Ho, SY. Atrioventricular septal defect: complete
and partial (ostium primum atrial septal defect). In: Gatzoulis,
MA., Webb, GD., Daubeney, PEF, editors. Diagnosis and
management of adult congenital heart disease. 2003: p.l'/9.
280
PENYAKIT JANTUNG PADA. USIA LANJUT
Lukman H. Makmun

PENDAHULUAN dari proses aterosklerosis awal, yang dipicu dengan adanya


berbagai faktor risiko baik yang konvensional maupun
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut (usila) adalah te4adi yang novel (baru). Pada usia lanjut perempuan dengan
proses menua, di mana secara struktur anatomi maupun menurunnya kadar estrogen, prevalensi PJK meningkat,
fungsional terjadi kemunduran, yaitu terjadi proses menyamai prevalensi pada pria. PJK ini sangat sering
degenerasi. Pada usila berusia 80-90 tahun terjadi penurunan didapatkan pada populasi usia lanjut, karena progresivitas
fungsi pada banyak organ dan sistem, sehingga yang tersisa proses aterosklerosis akibat proses menua. Di Indonesia,
adalah sebagai berikut: kecepatan konduksi saraf tinggal menurut WHO-Community study of the elderly di Jawa
85Vo, Basal metabolic rate menjadi 807o, Volume cairan Tengah tahun 1990 angka morbiditas karena penyakit
tubuh juga menjadiS}Vo, sehingga mudah terjadi dehidrasi kardiovaskular pada usia lanjut menduduki tempat kedua
bila ada infeksi, indeks kardiak menurun, thggal 70Vo, setelah rematisme. Manifestasi klinis antara pasien PJK
sehingga mudah terjadi sesak bila beraktivitas kapasitas usia lanjut dan pasien usia dewasa muda berbeda, sehingga
vital paru pun menurun, menjadi 68Vo, vital capacity PJK pada usia lanjut kadang-kadang tidak atau salah
maksimum menjadi 40Vo, glomerular filtration rate torur, terdiagnosis. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh adanya
menj adi 61 Vo, renal plasma flow tinggal: 40
- 41 Vo penyakit penyerta (superimposed). Selain itu pada pasien
Pada sistem kardiovaskular, proses menua usila, karena sudah menurunnya aktivitas fisik, keluhan
menyebabkan'. basal heart rale menurun, respons terhadap sakit dada yang biasanya terpicu oleh aktivitas fisik, tidak
stres menurun, LY compliance menufl)n: karena terjadi akan terasa. Karena itu keluhan sesak napas (dyspnea)
hipertrofi, senile amyloidosis, pada katup terjadi sklerosis akan lebih banyak terasa daripada nyeri dada sebagai
dan kalsifikasi yang menyebabkan disfungsi katup, AV keluhan utama, baik pada kasus angina pektoris ataupun
node dan sistem konduksi fibrosis, komplains pembuluh pada infark miokard. Hal ini mungkin karena sudah terjadi
darah perifer menurun, sehitgga afterloadmetingkat, dan perubahan pada miokard dan kelenturan perikard (compli-
terj adi proses aterosklerotik. ance) karena proses menua sehingga terjadi gangguan
Pada penyakit jantung koroner (PJK) yaitu IMA (infark fungsi diastolik ventrikel. Di samping itu dengan adanya
miokard akut) pada usila hanya 507o memberikan gejala penyakit penyerta seperti emfisem paru akan lebih
nyeri dada. Perbedaan yang terjadi pada pasien usia lanjut memperkuat timbulnya keluhan sesak napas dibanding
ini adalah karena perubahan fisiologis, ataupun terkena nyeri dada sendiri. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan
suatu penyakit penyerta lain, sehingga akibat ataupun kelainan khusus. Kelainan seperti gallop 54 ataupun bising
efeknya akan berbedajuga. Penyakitjantung yang sering sistolik sering didapatjuga pada pasien usila tidak dengan
terdapat pada usia lanjut adalah : penyakitjantung koroner, kelainan jantung akibat proses menua. Pemeriksaan
aritmia, gagal jantung di samping hipertensi. penunjang test treadmill dapat dipergunakan pada pasien
dengan dugaan PJK, tetapi perlu diperhatikan
keterbatasannya, misal pengaruh obat antara lain digitalis
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) ataupun kemampuan durasi latihan. Pemeriksaan cardiac
imaging dengan thallium scanning dapat menolong, bila
Natural history sama seperti dengan pasien muda. Dimulai hasil tes treadmill negatif, sedangkan pasien tersebut

t790
PENYAXIT JANTUNG PADA USIA LANJUT 1791

sangat dicurigai menderita PJK. Pemeriksaan angiografi dapat lebih mudah menimbulkan pendarahan sehingga
koroner bukan merupakan kontra indikasi untuk dilakukan perlu lebih ketat pengawasannya dan juga efek lidokain
pada pasien usila, tetapi tetap dengan memperhitungkan terhadap susunan saraf pusat yang dapat menurunkan
cosl and benefit setiap tindakan. kesadaran.
Pengobatan pada iskemia kronik. Sebenamya sama seperti
pada usia muda. Semua faktor risiko yang dapat dimodifikasi Aritmia
harus diatasi. Penyakit-penyakit seperti anemia, hipertensi Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih
dan gagaljantung sering didapat pada usila, sehingga harus sering didapat dan dapat berpengaruh terhadap
diperhatikan, begitu juga dengan kepatuhan minum obat. hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan darah turun
Farmaka yang diberikan sama seperti pada pederita muda, banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat
tetapi harus diperhatikan adalah mencegah polifarmasi, juga menyebabkan angina, gagaljantung. Perlu diperiksa
interaksi obat, efek samping dan pengaturan dosis obat faktor presipitasi seperti kadar elektrolit darah, efek digi-
mengingat daya metabolisme dan daya sekresi obat sudah talis, hipertiroidisme, anemia, emboli paru dan gagal
menurun untuk mencegah intoksikasi, yang kesemuanya jantung. Pengobatan dengan anti aritmia tergantung dari
ini karena sudah terjadi proses menua pada semua organ. beratnya simtom dengan memperhatikan kekhususan pada
Seandainya dengan pengobatan konservatif tidak usila seperti efek samping, dosis dan juga mengobati
memberikan hasil yang memuaskan, PTCA Qtercutaneous penyakit dasamya, serta mengatasi faktor presipitasinya.
trans coronary angioplasty) dapat dipertimbangkan. Lebih Bradiaritmia sering didapat pada usila, meskipun tak
lanjut tindakan operusi By-pa,ss arteri koroner (CABG) pada ada penyakit jantungnya. Hal ini berkaitan dengan
usila juga masih dapat dipertimbangkan dengan lebih hati- perubahan pada sinus node, hipercensitif refleks sinus
hati mengingat angka mortalitas, morbiditas akan lebih caroticus atau pengaruh obat seperti digitalis, penyekat
tinggi. beta, antagonis kalsium dan obat anti hipertensi lain.
Pada infark miokard akut (IMA). Kemungkinan komplikasi Pengobatan tergantung simtom yang timbul, dan.dapat
yang perlu diperhatikan adalah edema paru, gagal jantung diberikan sulfas atropin, isoproterenol. Bila berat, dapat
kongestif, ruptur ventrikel . Meningkatnya insidens ini dipertimbangkan untuk pemasangan pace maker baik
belum diketahui dengan pasti patofisiologinya, ada sementara maupun perrnanen.
kemungkinan karena sudah berkurangnya fungsi miokard
yang masih sehat, kerusakan miokard sebelumnya, turunnya
respons terhadap katekolamin, efek hipertensi atau luasnya REFERENSI
infark. Perubahan karena proses menua terjadi perubahan
pada tebal dinding ventrikel, impendans di perifer
Cardiovascular Disease in the Elderly. Editor: Aronow WS, Fleg
meningkat, muatan kolagen berkurang, ataupun sudah JL.New York. Marcel Dekker Inc. 8d.3. 2004
adanya proses inflamasi miokard yang kesemuanya ini Weisfeldt ML, Lakatta EG, Gerstenblith G. Aging and cardiac
mempengaruhi kerja miokard sendiri. Pengobatanjuga tidak disease. In: Braunwald E, editor : Heart Disease. A textbook of
berbeda dengan pasien dewasa muda. Perlu diperhatikan cardiovascular medicine. Philadelphia. WB Saunders co. 1998.
efek samping dari obat tertentu, misal pemberian heparin Ed.3. p. 1650-60.
28t
MANIFESTASI KLINIS JANTUNG
PADA PENYAKIT SISTEMIK
Idrus Alwi

DIABETES MELITUS kemungkinan karena disfungsi sistem saraf autonom


menyeluruh. Pemantauan EKG holter menunjukkan sampai
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama 907o episode iskemia tidak dikeluhkan (silent) pada pasien
kematian pada DM, diperkirakan dua pertiga dari semua diabetes dengan penyakit jantung koroner; presentasi
kematian. Tiga perempat dari penyebab kematian ini karena iskemia mungkin berupa sesak saat aktivitas atau episodik,
penyakitjantung koroner ( PJK ). Penelitian menunjukkan edema paru, aritmia, blok jantung, atau sinkop.
pasien DM tipe2tanpaiwayat infark miokard mempunyai Karena penyakit jantung koroner lebih sering
risiko terjadinya infark sama dengan pasien non DM yang ditemukan pada pasien dengan diabetes melitus dan
mempunyai infark miokard sebelumnya sehingga DM saat seringkali tidak berhubungan dengan gejala-gejala an-
ini dianggap sebagai coronary risk equivalent. gina yang khas, maka threshold diagnosis harus rendah,
terutama jika penyakit sudah berlangsung lama dan
terdapat faktor risiko terkait untuk penyakit
PENYAKIT JANTUNG KORONER jantung koroner (misalnya hipertensi, merokok,
hiperlipidemia).
Angka kejadian aterosklerosis pada pembuluh darah besar
dan infark miokard meningkat pada pasien diabetes
melitus tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus juga merupakan KARDIOMIOPATI
faktor risiko independen untuk penyakitjantung koroner
dan angka kejadian penyakit jantung koroner Penelitian epidemiologi, autopsi, penelitian hewan dan klinis
berhubungan dengan lama menderita diabetes. DM tipe menduga adanya penyakit jantung diabetik atau
2 meningkatkan risiko terjadinya PJK sebanyak 2 kali lebih kardiomiopati diabetik sebagai e ntity YJinis yang berbeda
besar. Diabetes melitus dikaitkan dengan peningkatan yang tidak berhubungan dengan hipertensi dan penyakit
risiko kematian karena PJK pada pria maupun perempuan jantung koroner.
dan peningkatan mortalitas pasca infark miokard akut. Pasien diabetes melitus mungkin mengalami difungsi
Pada pasien diabetes melitus, infark miokard tidak hanya miokardial berupa kardiomiopati restriktif tanpa adanya
terjadi lebih sering namun juga cenderung lebih berat penyakit jantung koroner, dengan relaksasi abnormal
dan cenderung mengakibatkan komplikasi seperti gagal miokard, dan dibuktikan secara klinis dengan tekanan
jantung, syok, dan kematian. Pada pasca infark miokard pengisian ventrikel kiri yang meningkat.
akut, fatalitas pasien DM lebih tinggi daripada pasien Mekanisme yang mendasari terjadinya kardiomiopati
non DM. Pasien DM dengan angina pektoris tak stabil diabetik adalah multifaktorial antara lain gangguan
rnenunjukkan mortalitas 2 kali lebih besar dibandingkan metabolik berupa deplesi glucose transporter 4,
kelompoknon-DM. peningkatan asam lemak bebas, perubahan metabolisme
Pasien diabetes melitus mungkin tidak mempunyai energi miokard, defisiensi karnitin dan perubahan
respons nyeri terhadap adanya iskemia miokard, homeostasis kalsium; fibrosis miokard dikaitkan dengan

1792
MANIFE,STASI KLINIS JANTUNG PADA PEITYAKIT SISTEMIK t793

peningkatan angiotensin II, IGF-I, dan sitokin inflamasi; pengendalian gula darah. Pengobatan lain yang mungkin
penyakit pembuluh kecil (mikroangiopati, penurunan efektif dalam mencegah atau menghambat kardiomiopati
cadangan aliran koroner dan disfungsi endotel), resistensi diabetik antara lain : inhibitor angiotensin conyerting en-
insulin (hiperinsulinemia dan penurunan sensitivitas 4;me (ACE ) dan antagonis reseptor angiotensin. Obat
insulin) dan neuropati autonom jantung (denervasi dan lain yang menunjukkan manfaat pada penelitian hewan
perubahan kadar katekolamin miokardial). antara lain antagonis kalsium, terapi penurun lipid,
Manifestasi klinis kardiomiopati diabetik awalnya antioksidan dan obat insulin sensitizer
berupa disfungsi diastolik, mulai dari disfungsi diastolik
ringan sampai berat dan berlanjut menjadi disfungsi
sistolik. Prevalensi disfungsi diastolik pada pasien DM OBESITAS
tipe 2 dengan menggunakan ekokardiografi Doppler
dilaporkan cukup tinggi. Prevalensi disfungsi diastolik Penelitian klinis dan epidemiologi menunjukkan obesitas
pada pasien DM tipe2 yang terkendali sebesar 607o. mempunyai hubungan kuat dengan semua faktor lisiko
Penelitian pada pasien DM tipe2 tanpa kelainan kardiovaskular. Obesitas berat, terutama jika terjadi pada
kardiovaskular (hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri, distribusi tubuh bagian atas, berhubungan dengan
penyakit jantung koroner dan penyakit jantung valvu- peningkatan angka kesakitan dan kematian kardiovaskular.
lar) mendapatkan prevalensi disfungsi diastolik 13,37o. Meskipun obesitas itu sendiri tidak dianggap sebuah
Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara penyakit, namun jelas terdapat peningkatan prevalensi
mikroalbuminuria dengan disfungsi sistolik dan diastol ik. hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakitjantung koroner
Penelitian lain dengan menyingkirkan penyakit aterosklerotik pada pasien-pasien yang obes.
kardiovaskular menunjukkan tidak ada hubungan antara Jaringan adiposa merupakan sumber beberapa molekul
mikroalbumi nuria dengan difungsi diastolik. yang potensial patogenik seperti : kelebihan asam lemak
Secara histologis, pasien-pasien ini memiliki fibrosis nonesterifikasi, sitokin (.tumor ne cro sis factor- a'), resistin,
interstisial dengan jumlah kolagen, glikoprotein, adiponektin, leptin dan PAI- 1. Kadar CRP yang tiriggi juga
trigliserida, dan kolesterol yang meningkat pada ditemukan pada obesitas yang menunjukkan kondisi
interstisium miokard. Pada beberapa kasus ditemukan proinflamasi. Mekanisme yang mendasari hubungan antara
penebalan intima, deposisi hialin, dan perubahan inflamasi obesitas abdominal (sebagian obesitas viseral) dan
pada arleri-arteri intramural kecil. sindrom metabolik belum sepenuhnya diketahui dan
Insidens gagal j antung yang tinggi dan prognosis yang tampaknya kompleks. Diduga jaringan adiposa obes
buruk pada pasien DM, selain karena faktor hipertensi dan melepas kelebihan asam lemak dan sitokin yang
penyakit jantung koroner, dikaitkan juga dengan adanya menginduksi resistensi insulin.
kardiomiopati diabetik. Gagal jantung dapat terjadi pada Pasien mempunyai abnormalitas sistem
pasien DM tanpa adanya koeksistensi dengan hipertensi kardiovaskular yang berbeda, dengan ciri peningkatan
dan atau stenosis arteri koroner yang bermakna. Pasien volume darah total and sentral, curahjantung dan tekanan
diabetes melitus memrliki risiko lebih besar mengalami gagal pengisian ventrikel kiri. Tekanan pengisian ventrikel kiri
jantung klinis, bahkan setelah koreksi penyakit jantung seringkali berada di batas atas normal dan meningkat
koroner, hipertensi, dan kegemukan, dan mungkin secara berlebihan dengan latihan. Sebagai has17 oyerload
kardiomiopati diabetik memberi kontribusi pada angka volume kronik, dapat terjadi hipertropi jantung eksentrik
kesakitan dan angka kematian kardiovaskular yang dengan dilatasi dan fungsi ventrikel yang abnormal.
meningkat pada pasien DM. Ada beberapa bukti Secara patologis, terdapat hipertrofi ventrikel kiri dan
menunjukkan terapi insulin memperbaiki disfungsi pada beberapa kasus, hipertrofi ventrikel kanan dan
miokardial. dilatasi jantung menyeluruh, yang bukan hanya karena
Mengingat prevalensi kardiomiopati diabetik diketahui infiltrasi lemak pada miokardium. Meskipun pasien-pasien
cukup tinggi pada pasien DM tipe 2 yatg asimtomatik, ini mungkin mengalami kongesti paru, edema perifer dan
maka untuk mencegah progresivitas menjadi gagal jantung intoleransi latihan, kesadaran terhadap temuan-temuan
perlu ditegakkan diagnosis secara dini. Deteksi dini ini mungkin tidak dipikirkan pada sebagian besar pasien
kardiomiopati diabetik dapat dilakukan dengan obes.
pemeriksaan ekokardiografi Doppler baik untuk melihat Penurunan berat badan merupakan terapi yang paling
disfungsi diastolik dengan berbagai stadiumnya yaitu; efektif dan menghasilkan pengurangan volume darah dan
abnormalitas relaksasi (disfungsi diastolik ringan), kembalinya curah jantung menjadi normal. Namun,
pseudonormal (disfungsi diastolik sedang), gangguan penurunan berat badan secara mendadak mungkin
restriksi (disfungsi diastolik berat), maupun disfungsi berbahaya, karena pernah dilaporkan aritmiajantung dan
sistolik. kematian mendadak dikarenakan ketidakseimbangan
Penatalaksanaan kardiomiopati diabetik adalah dengan elektrolit.
t794 I(ARDIOLOGI

r#t Diabetes, dislipidemia


h i pertens i

neu
93 Perubahan lipoendokrin
'l leptln, inflamasi, stres oksidatil
E

Remodel ng Remode ng
atnum LV

OL
!o
OC
6;
oE
tIo
!

1 Tahanan perifer
._ Kekakuan pembuiuh
Viskositas plasma

Disfungsi sistolik LV dan diastolik asimtomatis

caqal jantung kongestif

Gambar 1. Mekanisme disfungsi jantung pada obesitas

MALNUTRISI DAN DEFISIENSI VITAMIN tiamin, meskipun hipovitaminosis ini mungkin juga muncul
dengan keberadaan protein dan asupan kalori yang cukup,
Pada pasien di mana asupan protein,kalori, atau keduanya terutama di Timur, di mana nasi yang kekurangan tiamin
sangat kurang, jantungnya mungkin menjadi kecil, pucat, menjadi komponen makanan utama. Di negara-negara
dan lemah dengan atrofi miofibril dan edema interstisial. Barat, penggunaan tepung yang luas yang diperkaya
Tekanan sistolik dan curah jantungnya rendah, dan dengan tiamin menghambat adan.va kekurangan tiamin
tekanan nadi sempit. Edema generalisata sering dijumpai terutama pada pecandu alkohol dan food faddist.
dan disebabkan karena kombinasi beberapa faktor, Pengukuran thiamine -p1, ropho.s phate e.ffe c t (TPPE) secar a
termasuk penurunan tekanan onkotik serum dan disfungsi biokimia dapat menghitung cadangan tiamin. TPPE yang
miokardial. Keadaan malnutrisi berat, pada kasus meningkat, merupakan indikasi kekurangan tiamin,
kekurangan kalori disebut mctrastnus dan pada kasus ditemukan pada 20 sampai 907o pasien dengan gagal
kekurangan protein yang relatif disebut kwashiorkor, jantung kronis. Kekurangan tersebut nampaknya
sangat sering dijumpai di negata-negara yang kurang disebabkan oleh asupan makanan yang dikurangi dan
berkembang. Namun penyakit jantung nutrisional yang peningkatan ekskresi tiamin urin yang dinduksi obat.
bermakna mungkin juga terjadi di negara-negara maju. Pemberian tiamin akut pada pasien-pasien ini akan
terutama pada pasien dengan penyakit kronis seperti meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel kiri dan pembuangan
AIDS, pada pasien dengan anoreksia nervosa, dan pada garam dan air.
pasien dengan gagal jantung berat di mana terdapat Secaraklinis, biasanya terdapat bukti malnutrisi umttm,
hipoperlusi gastrointestinal dan kongesti vena yang neuropati perifer, glossitis, dan anemia. Sindrom
mungkin mengarah kepada anoreksia dan malabsorpsi. kardiovaskular khas adalah gagal jantung dengan
Operasi jantung terbuka mempunyai risiko yang lebih besar peningkatan curah jantung, takikardia, dan seringkali
pada pasien kekurangan gizi, dan pasien mungkin tekanan pengisian bagian kiri dan kananjantung meninggi.
bermanfaat dengan pemberian hiperalimentasi praoperatif. Penyebab utama keadaan jantung high-outpwt ini adalah
depresi vasomotor, mekanisme yang tepat belum diketahui
namun mengarah pada penurunan resistensi vaskular
DEFTSTENST TIAMTN ( BEBr-BERr ) sistemik. Pemeriksaan jantung menunjukkan tekanan nadi
melebar, takikardia, bunyi jantung ketiga (gaLlop) dan,
Pada banyak kasus, malnutrisi diikuti dengan kekurangan seringkali terdengar murmur sistolik apikal.
MANIFESTASI KLINIS JANTUNG PADA PENYAKIT SISTEMIK t795

EKG mungkin menunjukkan voltase yang menurun, hiperdinamik, tekanan nadi melebar, peningkatan pada
interval QT yang memanjang, dan kelainan-kelainan intensitas bunyi jantung pertama dan komponen pulmonik
gelombang T. Pemeriksaan foto Rontgen dada umumnya pada bunyi jantung kedua, dan bunyi jantung ketiga.
menunjukkan jantung membesar dengan tanda-tanda gagal Peningkatan angka kejadian prolaps katup mitral
jantung kongestif. Respons pada tiamin seringkali diamati, berhubungan dengan hipertiroidisme, dan pada beberapa
dengan peningkatan resistensi vaskular sistemik., kasus mungkin ada murmur mid sistolik yang terdengan
penurunan curah jantung, hilangnya kongesti paru, dan paling jelas pada left sternal border dengan atau tanpa
penurunan dimensi jantung yang sering terjadi dalaml2 systolic ejection click. Means-Lerman scratch adalah
sampai 48 jam. Meskipun respons pada pemberian suara sistolik yang kasar, terdengar pada ruang interkostal
digitalis dan diuretik mungkin buruk sebelum terapi tiamin, kedua kiri selama ekspirasi; karena pergesekan perikardium
obat tersebut mungkin penting setelah diberikan tiamin, hiperdinamik pada pleura.
karena ventrikel kiri mungkin tidak mampu mengatasi Pasien lanjut dengan hipertiroidisme, yang disebut apa-
beban kerja yang meningkat yang dikarenakan kembalinya thetic hyperthyroidism, mungkin muncul hanya berupa
tonus vaskular. manifestasi kardiovaskular tirotoksikosis, seperti fibrilasi
atrial, yang mungkin resisten terhadap terapi sampai
hipertiroidisme dapat terkendali. Angina pektoris dan gagal
DEFISIENSI VITAMIN B., B,r, DAN FOLAT jantung kongestif jarang terjadi kecuali ada penyakit
jantung yang tersembunyi, dan pada banyak kasus gejala-
Vitamin-vitamin ini merupakan kof'aktor pembantu dalam gejala akan hilang dengan pengobatan hipertiroidisme.
metabolisme homosistein yang mungkin memberikan
kontribusi dalam sebagian besar kasus
hiperhomosisteinemia pada populasi umum. HIPOTIROIDISME
Hiperhomosisteinemia dihubungkan dengan
meningkatnya risiko aterosklerosis. Namun, keuntungan Manifestasi kardiak hipotiroidisme termasuk penurunan
klinis menormalkan peninggian kadar homosistein masih curah jantung, volume sekuncup (stroke volume),frekuensi
belum terbukti. jantung, tekanan darah, dan tekanan nadi. Pada sekitar
sepertiga pasien terdapat efusi perikardial yang jarang
menimbulkan tamponad. Permeabelitas kapiler yang
PENYAKITTIROID meningkat menyebabkan efusi perikard dan pleura. Tanda-
tanda klinis Iainnya mencakup kardiomegali, bradikardia,
Hormon tiroid memberikan pengaruh yang besar pada denyut nadi melemah dan bunyi jantung menjauh.
sistem kardiovaskular dengan sejumlah mekanisme Meskipun tanda-tanda dan gejala miksedema mungkin
langsung atau tidak I angsung. Efek kardiovaskular penting mengarah ke diagnosis gagal jantung kongestif, tanpa
pada hipo- dan hipertiroidi sme. Hormon tiroid adanya penyakit jantung lainnya, kegagalan miokard jarang
menyebabkan peningkatan pada metabolisme dan dijumpai. EKG umumnya menunjukkan sinus bradikardia
konsumsi oksigen seluruh tubuh yang secara tidak dan voltase rendah dan mungkin menunjukkan interval
langsung memberikan beban kerja tambahan pada jantung. QT memanjang, penurunan voltase gelombang P, waktu
Selain itu, meskipun mekanisme yang jelas belum konduksi AV memanjang. gangguan-gangguan konduksi
didefinisikan, hormon tiroid memberikan efek langsung intraventrikular dan kelainan gelombang ST-T non-
inotropik, kronotropik, dan dromotropik yang mirip dengan spesifik. FoIo rontgen dada mungkin menunjukkan
apa yang terlihat dengan stimulasi adrenergik (misalnya kardiomegali, seringkali dengan konfigurasi "water bott le",
takikardia, peningkatan curah jantung). Hormon tiroid efusi pleura, dan, pada beberapa kasus, terdapat gagal
meningkatkan sintesis miosin dan Na+, K+-AIPase, seperti jantung kongestif. Secara patologis, jantungnya pucat,
halnya dengan densjtas reseptor miokardial u-adrenergik. dilatasi, dan flabby, seringkali dengan pembengkakan
miofibri l, hilangnya, dan fibrosi s interstisial.
Pasien hipotiroidisme seringkali mengalami
HIPERTIROIDISME peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, dan penyakit
aterosklerosis arteri koroner berat. Sebelum pengobatan
Manifestasi kardiovaskular hipertiroidisme termasuk dengan hormon tiroid, pasien hipotiroidisme seringkali
berdebar, hipertensi sistolik, lelah atau, pada pasien-pasien tidak mengalami angina pektoris, kemungkinan karena
dengan penyakit jantung tersembunyi, angina atau gagal kebutuhan metabolik yang rendah. Angina dan infark
jantung. Takikardia sinus ditemukan pada sekitar 40% miokard mungkin terjadi selama permulaan penggantian
pasien dan fibrilasi atrial pada sekitar l57o pasiet. hormon tiroid, terutama pada pasien-pasien berusia lanjur
Penemuan-penemuan lainnya termasuk prekordium dengan penyakitjantung yang tersembunyi. Oleh karena
t796 I(ARDIOLOGI

i.tu, penggantian harus dilaksanakan dengan hati-hati, mungkin disebabkan oleh curah jantung yang tinggi,
dimulai dengan dosis rendah yang ditingkatkan secara disfungsi diastolik yang disebabkan oleh hipertrofi
berkala. ventrikel (dengan peningkatan pada ukuran atau ketebalan
dinding ruang ventrikel kiri), atau disfungsi sistolik
giobal. Hipertensi muncul pada sarnpai sepertiga pasien
KARSINOID GANAS dengan ciri supresi aksis renin aldosteron dan peningkatan
pada jumlah sodium tubuh dan volume plasma. Penyakit
Tumor-tumor ini terdiri dari sejumlah amin vasoaktif jantung muncul pada sekitar sepertiga pasien akromegali,
(mrsalnya serotonin), kinin, indol, dan bahan-bahan lain dan berhubungan dengan penggandaan risiko kematian
yang dipercaya men gakibatk an diare, fl ushin g, dan tekanan karena penyakit j antung.
darah yang labil. Lesi kardiak, karena karsinoid gastrointes- Manifestasi kardiovaskular pada penlraftit sistemik lain
tinal, hampir hanya ditemukan pada sisi kanan jantung seperti penyakit kolagen akan dibahas dalam bab
dan hanya muncul saat ada metastasis ke hati, tersendiri.
menunjukkan bahwa substansi yang mengakibatkan lesi
tersebut diinaktivasi oleh jalur yang melalui hati dan paru-
paru. Lesi-lesi yang serupa muncul pada sisi kirijantung REFERENSI
saat terdapat shunt kanat ke kiri atau ketika terdapat
tumor pada paru-paru. Lesi-lesi ini berupalibrous plaques Lee WL, Cheung ANI, Cape D. Zinman B [mpact of diabetes on
pada endotelium ruangjantung, katup, dan pembnluh besar coronary artery diserse in women and men A meta-analysis of
jantung. Plak-plak ini, yang mengakibatkan distorsi pada prospective studies Diabetes Care 2000r 23 962-8.
katup-katup jantung, terdiri dari sel-sei otot halus yang Goldberg RB Ctrdiovascular disease in diabetic patients. Med Clin
tertanam pada stroma dari mukopolisakarida asam dan North Am 2000; 84:81-93
Colucci WS, Price DT Cardiac tumors, cardiac manifeslations of
kolagen dan kemungkinan disebabkan oleh pen-vembuhan
systemic diseases, and traumatic cardiac injury In: Kasper et al.
luka endolel. Harrison's Principles of Internal Medicine- 16 th EC New York,
Gejala klinisnya seringkali berupa regurgitasi trikuspid, Nf ccrau' FIil 1.200-5.p. 1420-5,
stenosis pulmonal, atau keduanya. Pada beberapa kasus Haf{ner S\'I, Lehto S, Ronnemaa T, Pyorala K. Laakso M,
keadaan jantung high-output mungkin terjadi, Nlortality from coronary heart disease in subjects with Lype 2
kemungkinan akibat penurunan resistensi vaskular diabetes and nondiabetic subjects with rnd rvithout prior
sistemik yang disebabkan oleh substansi vasoaktif yang myocardial infarction. N Engl J NIed 1998: 339 229-31.
James RW Diabetes and other coronary heart disease risk
dilepaskan oleh tumor. Progresi lesi-lesi kardiak tampaknya
equivalents Curr Opin Lipidol 2001; 12:425-31.
tidak terpengaruh oleh antagonis serotonin, dan, pada llaffncr SM. Cororary hearl disease rn patients with diabetes N
pasien yang memiliki gejala berat, diindikasikan Engl J Med 2000; 342:1040-2
penggantian katup. Spasrne arteri koroner, kemungkinan Cho E. Rimrn EB, Stampfer MJ, \\illet WC, FIu FB. The impact of
disebabkan oleh substansi vasoaktif dalam sirkulasi, diaberes mellitus and prior-nryocardial infarction on mortaiity
mungkin ditemukan pada pasien sindrom karsinoid. from all causes and from coronary hcarr disease in rnen. J Arn
Coll Cardiol 2002: 40:954-60.
Hu FB, Stampt'er MJ, Solomon CG Liu S, Willet WC, Speizer FE, et
al. The impaci of diabetes mellitus ou rnortality from a1l causes
FEOKBOMOSITOMA and coronary heart dise;rse in wornen 20 years oI follow rip
Arch Intern Med 20011 161:1711 23.
Selain menyebabkan hipertensi labil atau menetap, kadar Mukamal KJ, Nesto RW, Cohen I\{C, Nluller JE, l\,{aclure N{. Sheruood
katekolamin dalam sirkulasi yang tinggi yang disebabkan JB, et al Impact of diabetes on lcrng-[enn survival atier acute
oleh peokromositoma juga mungkin menyebabkeur kerusakan myocardial infarction Diabetes Care 2C101: 21 1122-1
miokard langsung. Nekrosis miokard fokal dan jnfiltrasi sel Miettinen H, Lehto S. Salon:ra V. et a1 Impact o1 rliabetes on
inflanrasi ditemukan pada sekitar 507o pasien yang mortality after the lirst rn)'ocardial infarction Diabctr:s Care
1998:21:69-15
meninggal karena peokromositoma dan mungkin berperan
Fava S, Azzopardi J, Agius-MlLsc21t [-]: Oritcorne of unstablL- rn!lnl rn
dalam gagal ventrikel kin yang bermakna dan edema paru. patients with diabcies mellitus Diab l\{ed 1997: l4:2()9-13
Selain itu, hipertensi menyebabkan hiperlrofi ventrikel krri. Nichols GA. Gullior CNT, Koro CF, Ephross SA. Brown JB The
Fungsi ventrikel kiri dan gagal jantung kongestif rnungkin incidence of congcstive heart failure in tlpe dizrbctcs An
menghilang setelah pengangkatan tumor. update. Diabetes Care 2004;27: I 879-84
NHLBI Working GroLrp on Cellular and Molecular Mechanisni of
Diabetic Cardiomyopathy 1998
Bloomgarden ZT. Cardiovascular disease and diabetes. Diabetes Care
AKROMEGALI 2003l.26:230-'7.
Bell DSH Heart failure. The frequent, forgotten, and often fatal
Efek hormon pertumbuhan yang berlebihan pada fungsi complication of diabetes Diabetes Care 2003;26:2433-4I
jantung mengakibatkan gagal jantung kongestif yang Mizushige K, Yao L. Noma T, Kiyomoto H, Yu Y, Hosomi N,
MANIFESTASI KLINIS JAI\TTUNG PADA PENIYAKIT SISTEMIK 1197

Ohmori K. Matsuo H. Alteration in lefl ventricular diastolic Grundy SM, Howard B, Smith S, Eckek R, Redberg R, Bonorv Ro"
filling and accumuiation of rnyocardizLl collagen at insulin- Diabetes and cardiovascrLlar disease. Executive sutnmary
resistant prediabetic stage of type II diabetic rat model Conference Proceeding for Healhcare Professionals from a
Circulation 2000: 101 : 899-907 Special Writing Group of the
Alwi I Deteksi djnj dan tatalaksana kardiomiopati diabetik. In: Alwi American Heart Association. Circulation 2002: !05:2231 -9
I, Widjaya lP, Nasution SA Prosrding Simposium Pendekatan Feuvray D Dial-.etic cardiomyopathy. Arch Mal Coeur 2004; 97:261-
Holistik Penyakit Kardiovaskular lV. Jakarta: Pusat Informasi 5.
dan Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI Young ME, McNulty P, Taegtmeyer H, Adaptation ard maladaptior.r
2005.p.128-38 of the heart in diabetes: Part II. Potentral mechanisms.
Bertoni AG, Tsai A, Kasper EK, Brancati FL. Diabetes and Circulation 2002; 105: 1 86 I -70.
idiopathic cardiomiopathy. A nationu,ide case-control study Diamant M, Lamb HJ, Groeneveld Y et al. Diastolic dysfunction is
Diabetes Carc 2003 ;26:21 9 1, - 5. tussociated with altered m),ocardial metabolism in asymptomatic
Belt DSH. Diabetic cardiomiopathy. Diabetes Care 2003:,26:2949- normotensive patients with well-controlled type 2 diabetes
51 mellitus- J Am Coli Cardiol 2003; 42:328-35.
Francis GS. Diabetic cardiomyopathy: fact or fiction? Heart 200 l; Mottram PNI, Marwick TH Assesment of diastolic function: what
85:24'7 -8. the general cardiologist needs to know. Heart 2005;91:681-95
Feln FS, Sonnenblick EH. Diabetic cardiomyopathy Cardiovasc Drugs Nesto RW'. Diabetes and heafi disease. Braunwald's Heart Disease A
Ther 1994; 8:6-5-73 Textbook of Cardiovascular Medicine. 7 th Eds. In: Zipes. Libby.
Porier P, Bogaty P, Garneau C, Marois L, Dumesnil JG. Diastolic Bonow, Braunwald Eds Phiiadelphia, Elsevier Saunders. 2005
dysfunction in normotensive mcn with well-controlled tlpe 2 p 1355-66.
diabetes. Diabetes Care 2001 ; 24:5-10 The Heart Outcomes Prevention Evaluation Study Jnvestigators.
Nugroho BS, Rahman AM, Suryad:ipradja RM, Waspadji S. Diastolic Effects of an angiotensin-converting-enzyme inhibitor, ramiprtl
dysfunction in t1'pe diabetes mellitus without cardiovascular on cardiovascular events in high-risk patients N Engl J Med
abnormality, Acta Med Indones 2003; 35:131--5. 2000;342:145-60
AIwi I, Harun S, Soehardjono et al. Left ventricular diastolic Alwi I. Sindrom metabolik sebagzri faktor risiko penyakit jantung
dysfunction in type 2 diabetes rrellitus patients without koroner In:Setiati S, Alwi I, Simadibrata M et a1 Eds Proceed-
cardiovascular disease: the association wrth microalbuminuria ing Simposium Curent Diagnosis and Treatment in- Internal
Med J Indones 200511 .1: I 69-72 Medicine 2004. Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan
Fang ZY, Prins JB, Marwick TH Diabetic cardiomyopathy: Departernen Penyakit Dalam FKUL 2004.p.213-24
evidence, mechanism, and therapeutic implications Endocrine Grundy SM Obesity, metabolic syndrome and cardiovascular
Reviews 2004; 25(1):543-6i . disease J Clin Endocrinol & Metab. 2004; 89(6):2595-600.
282
PENYAKIT JANTUNG TIROID
Dono Antono, Yahya Kisyanto

PENDAHULUAN Perrnrlxlrn Ler nopere5i\ I a rc:ist<r.t


Jaringan er sisteoiik

Hormon tiroid mempunyai banyak efek pada proses Penunuran pengisisar


\b[unc amen
metabolik di semua jaringan, terutama di jantung yang EliL!i
paling sensitif terhadap perubahannya. Gangguan fungsi
tI
kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek yang dramatik Penjtgkatan reab!orbsi
Natr ium renal
terhadap sistem kardiovaskular, sering kali menyerupai
penyakit jantung primer. Pengaruh hormon tiroid pada tI
Peningkatan Yolurne
jantung digolongkan menjadi 3 kategori, efek terhadap l)arah

jantung langsung, efek hormon tiroid pada sistem saraf rincL,r'arr kard:ak Pening"atan lotr opik
P, --
simpatis dan efek sekunder terhadap perubahan nJrl.ur dan kr orotropik kardiak

hemodinamik.
Gambar 1. Efek hormon tiroid terhadap hemodinamik
kardiovaskular

EFEK HOBMON TIBOID TERHADAP SISTEM


KARDIOVASKULAR nukleus T3 dan bukan T4, pada jaringan berespons
terhadap hormon tiroid, terutama jantung.
Hormon tiroid sangat mempengaruhi sistem kardiovaskular Efek hormon tiroid terhadap sel nuklear, terutama
dengan beberapa mekanisme baik secara langsung ataupun dijembatani melalui perubahan penampilan gen yang
tak langsung. Pada keadaan hipotiroid maupun hipertiroid responsif. Proses ini dimulai dengan difusi dari T4 and T3
sangat mempengaruhi kardiovaskular. Hormon tiroid melintasi membran plasma karena mudah larut dalam lemak.
meningkatkan metabolisme tubuh total dan konsumsi Dalam sitoplasma, T4 dirubah menjadi T 3 oleh
oksigen yang secara tidak langsung meningkatkan beban 5- monodelodinase, konsentrasinya bervariasi dari j arin gan
kerja jantung. Mekanisme secara pasti belum diketahui, ke jaringan, merupakan hubungan yang tidak langsung
hormon tiroid menyebabkan efek inotropik, kronotropik, respons jaringan terhadap hormon tiroid. Kemudian T 3
dan dromotropik, yang mirip dengan efek stimulasi sirkulasi dan T3 yang baru disintesis melalui membran
adrenergik (takikardia, peningkatan kardiak output). nukleus untuk berikatan dengan reseptor hormon tiroid
Hormon tiroid meningk4tkan sintesis myosin dan Na*, K*- spesifik (THRs). THR merupakan bagian dari protein
AIPase, mirip seperti pada reseptor p- adrenergik miokard. superfamili reseptor nuklear, termasuk protein yang bekerja
Efek hemodinamik hipotiroid berlawanan dengan seperli reseptor untuk steroid , vitamin D dan asam retinoik.
hipertiroid, dengan manifestasi klinis yang lebih kurang
jelas.
Tiroid mensekresi 2 macam hormon biologis aktif yaitu HIPERTIBOIDISME
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Banyak penelitian
yang mendukung hipotesis bahwa T3 adalah mediator akhir Hipertiroid merupakan keadaan klinis akibat dari produksi
dan T4 adalah prohormonal, terutama karena reseptor T" , T, atau keduanya. Penyebab terbanyak adalah struma

1798
PENYAKIT JANTUNG TIROID I799

difus toksik (penyakit Grave). Etiologrnya belum diketahui


, kelebihan produksi T., dan T,, diduga karena IgG Efek Langsung Hormon Efek Seperti Adrenergik
autoantibodi berikatan dengan reseptor tirotropin pada Tiroid Beta
kelenjar tiroid. Penyebab terbanyak kedua hipertiroid Denyut jantung saat istirahat Denyut jantung saat istirahat
adalah struma nodosa toxic. suatu keadaan di mana daerah >90 x/ menit (90%) > 90 x/ menit (90%)
Palpitasi (85%) Palpitasi (85%)
yang terlokalisir pada kelenjar dan otonomi.
Fibrilasi atrial (10%) Dyspnea d'etforl (80%).
Hiper-tiroidrelatif lebih sering mengenai4- 8 kali pada Edema pedis (30%) Peningkatan tekanan nadi
perempuan di6anding pria, dengan insiden terbanyak pada Peningkatan konsumsi (hipertensi sistolik )
dekade ke tiga atau ke empat. Gejala yang sering ditemukan
oksigen (metabolisme lmpuls apikal aktif
basal) Suara jantung kesatu keras
adalah kelelahan, hiperaktif, insomnia, kepanasan, palpitasi, Penurunan berat badan dan komponen suara jantung
sesak napas, nafsu makan meningkat, berat badan turun, Miopati otot skeletal kedua
Peningkatan bone turnove r Murmur midsistolik, biasanya
nokturia, diare, oli go menorrhoea, kelemahan otot, tremor,
(pada keadaan steoporosis di basal.
emosi labil, denyut jantung meningkat, hipertensi sistolik, atau hiperkalsemia) Suara jantung ketiga.
hipertermia, kulit lembab dan hangat, kelopak mata turun, Kulit pucat (kadang-kadang)
Rambut halus dan rapuh. Means-Lerman scractch
dan refleks halus. Serum T* meningkat dan serum TSH
Kuku keras dan rapuh (jarang)
rendah. Oligimenorrhoea atau Tremor
Manifestasi klinis kardiovaskular hiperliroidisme adalah amenorrhea Refleks halus,
palpitasi biasanya merupakan salah satu keluhan awal Diare/ sering BAB Perspirasi meningkat
lntoleransi panas
pasien untuk pergi berobat ke dokter. Di samping itu dapat lnsomnia
berupa hipertensi sistolik, kelelahan, atau dengan dasar Ansietas
penyakit jantung yang sudah ada, angina atau gagal Lid lag
jantung. Sinus takikardi dijumpai pada 40 7o pasien dan
15 7o denganfibrilasi atrial pada pasien hipertiroid. Dapat
dijumpai gambaran hiperdinamik pada prekordial.
peningkatan tekanan nadi, intensitas suara jantung
peftama, suara jantung ke dua komponen pulmonal. suara
jantung ketiga meningkat. Hipertiroid meningkatkan
insidensi prolaps katup mitral, dan beberapa kasus dapat
didengar mid sistolik mur-mur yang baik terdengar pada
batas sternal kiri dengan atau tanpa sistolik klik ejeksi.
Means-Lermarr scratch adalah suara gesekan sistolik
yang terdengar pada sela iga ke dua kiri selama ekspirasi.
Ini merupakan hasil dari gesekan perikardium dengan Pen uruna n
LVESV
Peningkatan
jantung yang hiperdinamik terhadap pleura. Index kardiak resistensi
vaskular sistemik
dan strok volume, rasio ejeksi sistolik rata-rata, velositi
dan exten.t o.f wall shortening, dan aliran darah koroner
semuanya meningkat. Waktu ejeksi sistolik dan preejeksi
singkat. Tekanan nadi meningkat dan resistensi vaskular
sistemik menurun. Perubahan penampilan ventrikel kiri Gambar 2. Efek hipertiroidisme pada sistem kardiovaskular.
dirangsang oleh peningkatan hormon tiroid sekunder
terjadi peningkatan kontraktilitas dan denyut jantung Keterangan : LVESV = Left ventricle end systolic volume,
akibat peningkatan metabolisme j aringan perifer. LVEDV = Left ventricLe end diastolic volume.
Pada pasien usia lanjut dengan hipertiroid, yang
disebut hipertiroid apatetik, pada tirotoksikosis dapat
hanya terlihat manifestasi kardiovaskulamya saj a, antara pembesaran jantung. Pada pasien dengan sinus ritme,
lain atrial fibrilasi, mungkin resisten terhadap terdpi sampai manifestasi klinis takikardi secara umum sebanding dengan
hipertiroidnya terkohtrol. Angina pektoris dan gagal beratnya penyakit. Sinus takikardia terjadi pada 40 Vo
jantung kongesti jarang terjadi kecuali berhubungan pasien dengan hipertiroid dan lebih sering timbul pada
dengan dasar penyakit jantungnya sendiri dan banyak kelompok usia muda dan sering timbul pada malam hari.
kasus gejala berkurang setelah terapi hipertiroidnya Sepuluh sampai 15 Vo dapatterjadi fibrilasi atrial persisten.
teratasi. Terjadi pemendekan waktu konduksi AV dan periode
Gambaran foto dada dan elektrokardiografi dapat terjadi refrakter fungsional yang menyebabkan peningkatan
perubahan , walaupun tidak spesifik pada hipertiroid. Pada frekuensi pada sistem konduksi AV membangkitkan impuls
foto sinar X ventrikel kiri, aorta, arleri pulmonalis biasanya atrial cepat. Kekacauan konduksi intraatrial, ditandai
tidak berubah, hanya pada beberapa kasus dapat terjadi dengan pemanjangan atau pelebaran gelombang P dan
1800 I(ARDIOI.OGI

pemanjangan interval PR walaupun tanpa terapi dengan Pada krisis tiroid, propanolol intravena dapat diberikan 1

digitalis, terlihat 15 dan 5 7o padapasiendengan hipertiroid. mg/menit, dengan catatan fungsi sistolik ventrikel kiri
Walaupun sangat jarang, dapat juga terjadi blok jantung normal. Diagnosis hipertiroid dipastikan dengan
derajat 2 atar3. Penyebab gangguan konduksi AV belum rendahnya kadar TSH dengan akibat peningkatan hormon
diketahui. Tirotoksikosis terselubung dapat merupakan tiroid darah. Pada usia lanjut dengan hipertiroid apathetik,
penyebab atrial fibrilasi kronik atau paroksismal. manifestasi kardiovaskular lebih menonjol, khususnya
Pada suatu studi yang luas ditemukan bahwa kurang fibrilasi atrium dan atau gagal jantung kongesti. Terapi
dari l7o kasus serangan baru fibrilasi atrial disebabkan terhadap hipertiroid adalah operasi pengangkatan kelenjar
oleh hipertiroid. Pada suatu studi didapatkan l37o dari tiroid atau radiasi dengan yodium radioaktif.
pasien dengan fibrilasi atrium ditemukan bukti biokimia Pada penyakitjantung tirotoksik, tirotoksikosis dengan
hipertiroid, walaupun gejala klinis tidak jelas. Pada suatu fibrilasi atrial, langkah pertama harus dibuat sedapat
studi lain 610 pasien hiperliroid, fibrilasi atrial merupakan mungkin menjadi eutiroid, di mana secara umum masih
faktor resiko utama terjadinya emboli. Nakazawa dapat mengurangi fibrilasi atrial. Pada umumnya
melaporkan I1.345 pasien dengan hipertiroid 288 kasus antikoagulan diperlukan untuk mencegah terjadinya
disertai fibrilasi atrium,6 kasus mengalami emboli sistemik, tromboemboli, apalagi disertai dengan gagal jantung.
4 diantaranya mengalami gagal jantung, 5 orang Terapi hipertiroid kadang-kadang dapat mengembalikan
diantaranya berusia lebih dari 50 tahun. Hipertiroid ke ritme sinus. Hal ini dibuktikan dari suatu sttdi627o dari
subklinis ditandai dengan konsentrasi serum tirotropin 163 pasien setelah 8 sampai 10 minggu dalam keadaan
yang rendah (< 0.1 mUfliter) dan konsentrasi hormon tiroid eutiroid kembali spontan ke irama sinus. Jika fibrilasi atrial
yang normal pada usia 60 tahun atau lebih, ada belum teratasi, perlu dilakukan kardioversi setelah 16
kemungkinan 3 kali lipat menjadi fibrilasi atrial dalam 10 minggu telah menjadi eutiroid. Perlindungan antikoagulan
tahun. terus diberikan sampai 4 minggu setelah konversi.
Angina pektoris dan gagal jantung dapat timbul pada
pasien dengan hipertiroid. Hal ini sejak lama diasumsikan
karena penyakit jantung yang mendasarinya. Akhir-akhir HIPOTIROIDISME
ini dilaporkan gagal jantung kongesti dapat terjadi pada
percobaan binatang yang diberikan T.. Gagal jantung Diagnosis hipotiroid ditandai dengan peningkatan serum
kongesti dapat timbul pada anak dengan tirotoksikosis TSH. Hipotiroid merupakan akibat dari penurunan sekresi
tanpa penyakit jantung yang mendasarinya. Angina To dan T.,, kasus tersering disebabkan karena destruksi
pektoris pernah dilaporkan terjadi pada pasien hipertiroid dari kelenjar tiroid itu sendiri. Biasanya disebabkan karena
dengan hasil corangiografi normal. Kemungkinan sekunder proses inflamasi. Penyebab utama di Amerika adalah
tiroid menyebabkan spasme arteri koroner. Ebisawa tiroiditis Hashimoto. Penyebab yang lebih jarang adalah
melaporkan kasus kardiomiopati pada pasien tirotoksikosis sekunder karena penurunan sekresi TSH disebabkan
kemungkinan akan terus menetap. Empat kasus seperti ini karena penyakit kelenjar hipofise atau hipothalamus. Pada
terjadi peningkatan LVEDV (lefi ventricel end diastolic hipotiroid sekunder keluhan dan gejala klinis berhubungan
volume) dan penurunan fraksi ejeksi, walaupun telah dengan defisiensi hormon hipofise yang lain juga bisa
diterapi hipertiroidnya selama 13 - l5 tahun. Biopsi mrokard muncul. Insiden hipotiroid puncaknya pada usia antara 30
menunjukkan tidak ada kelainan mikroskopik yang spesifik. - 60 tahun, dua kali lebih sering pada perempuan dari pada
Pada sepertiga kasus hiperliroid ditemukan prolaps katup laki-laki. Keluhan dan gejala yang tersering adalah
mitral. gangguan toleransi dingin, kulit kering, lemah, gangguan
mengingat, perubahan kepribadian, sesak napas,
konstipasi, suara parau, menorrhagia dan bentuk lain
TERAPI gangguan menstruasi, dan bisa terjadi gagal jantung.
Manifestasi jantung hipotiroid adalah penurunan
Pasien hipertiroid dengan penyakit kardiovaskular kardiak output, volume sekuncup, denyutjantung, tekanan
biasanya resisten terhadgp terapi. Telah banyak dilaporkan darah dan tekanan nadi. Sepeftiga pasien terjadi efusi
gagal jantung dan aritmia resisten terhadap dosis perikard, tetapi jarang terjadi tamponad. Peningkatan
konvensional golongan glikosida. Terapi dasar efek permeabilitas kapiler menyebabkan efusi pleura dan
hipertiroid berupa takikardi adalah obat golongan perikard. Gejala klinis yang lain adalah kardiomegali,
penghambat adrenergik beta, walaupun keadaan dilatasi jantung, bradikardia, tekanan nadi arteri lemah,
hipermetabolik belum teratasi. Bersama-sama dengan obat- hipotensi, edema nonpitting pada wajah dan perifer, dan
obat anti tiroid atau radioiodin sebelum tindakan operasi. suara jantung jauh. Myxedema (edema non pitting)
Penyekat beta mengontrol takikardi, palpitasi, tremor. berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
kecemasan, dan mengurangi aliran darah ke kelenjar tiroid. dan karena kebocoran protein ke ruangan interstitial.
PENYAKIT JAIYTUNG TIROID 1801

Kelainan ini menyebabkan efusi perikard. Efusi dapat hati, dimulai dari dosis rendah biasanya hanya25 7o dari
menghilang dengan terapi pengganti tiroid. Dilaporkan dosis yang dianjurkan dan ditingkatkan berlahap dengan
myxedema dapat menyebabkan syok kardiogenik interval 6 sampai 8 minggu.
walaupun jarang terjadi, dan respons perbaikan setelah Kadar katekolamin tidak menurun pada hipotiroid.
mendapat terapi pengganti tiroid. Walaupun tanda dan Demikian juga kepekaan kemampuan kerja jantung
gejala myxedema disangka bagian dari diagnosis gagal terhadap rangsangan saraf simpatis atau respons dari
jantung kongesti, dan tidak ada penyakitjantung lain, gagal adenilsiklase jantung ke norepineprin. Jumlah total reseptor
jantung jarang terjadi. Tekanan pengisian jantung kiri dan beta miokard menurun. Pada hipotiroid eksperimen
kanan biasanya dalam batas normal, meningkat karena kontraktilitas yang dirangsang oleh isoproterenol,
adanya efusi perikard. Ventrikular isovolumetrik re laxation akumulasi siklik adenosin monofosfat, kalsium pada
time memanjang dan normal setelah pemberian terapi T,,. partikel retikulum sarkoplasmik miokard menurun pada
Pada percobaan yang dibuat keadaan hipotiroid pada otot jantung tikus hipotiroid. Data klinis untuk kardiomiopati
jantung kucing, didapatkan hasil penurunan kontraktilitas dilatasi idiopatik yang disebabkan hipotiroid sedikit, pada
yang ditandai dengan penurunan kurva velositi miokard penelitian tersebut tidak ditemukan bukti klinis atau
paksa, penurunan kemampuan denyut jantung dan biokimia yang menandakan hipotiroid maupun hipertiroid.
pemanjangan respons kontraktilitas. Pasien dengan hipotiroid mempunyai risiko
peningkatan kejadian aterosklerosis karena terjadi
perubahan metabolisme lipid hiperkoleterolemia dan
hipertrigliserida. Hal ini berhubungan dengan kejadian
penyakit jantung koroner yang timbul dini. Pengobatan
hipotiroid akan memperbaiki pola metabolisme lipid menladi
normal. Sebagai contoh Arem dan Patsch melaporkan
penurunan kadar LDL (low density lipoprotein) sebanyak
227o setel.ah terapi tiroid selama 4 bulan. HDL (high
density lipoproterin) tidak berubah. Data yang
mendukung hubungan hipotiroid dengan aterosklerosis
telah dilaporkan dari beberapa sumber, pasien dengan
myxedema akan meningkat dua kali lipat dibandingkan
dengan yang berhubungan dengan kontrol umur danjenis
Gambar 3. Eiek hipotiroid pada sistem kardiovaskular kelamin. Infark miokard dan angina pektoris relatifjarang
terjadi pada pasien dengan hipotiroid. Hal ini disebabkan
karena rendahnya metabolisme miokard pada hipotiroid.
Gambaran elektrokardiografi umumnya berupa sinus
Terapi gagaljantung kongesti pada pasien myxedema
bradikardia dan low voltage. Dapat terjadi pemanjangan
biasanya sulit, karena ada efek lain akibat pemberian
interval Q! penurunan voltase gelombang P, pemanjangan
waktu konduksi AV gangguan konduksi intraventrikel hormon tiroid dan glikosida jantung. Pasien dengan an-
gina pektoris yang berat dan myxedema yang belum diterapi
dapat berupa aritmia ventricular reentrant, incomplete
akan mendapat dilema dalam penatalaksanaannya. Ha1 ini
complete right bundle branch block dan abnormalitas
ata:.l
gelombang S - ST tak spesifik. Foto dada dapat ditemukan disebabkan karena angina dapat dieksaserbasi oleh
kardiomegali, sering dengan bentukbotol air, efusi pleura, pemberian hormon tiroid itu sendiri. Penggunaan beta
dan beberapa kasus dilaporkan gagal jantung kongesti bloker untuk angina akan menyebabkan bradikardia yang
dan kelainan primer miokard yang dicurigai kardiomiopati.
berat. Angiografi koroner dapat ditemukan kelainan
Patologi dapat ditemukan jantung pucat , dilatasi, lembek, penyakit jantung koroner yang berat. Biasanya dosis
sering ditemukan pembengkakkan miofibrilar, dan fibrosis hormon tiroid diberikan minimal sampai dengan dilakukan
interstisial. revaskularisasi. Setelah berhasil dilakukan revaskularisasi,
Pasien dengan hipotiroid sering ditemukan peningkatan
pemberian dosis hormon tiroid dapat diberikan dosis
kadar kolesterol (an trigliserida, dan penyakit maksimal tanpa disertai keluhan angina berulang.
atherosklerotik arteri koroner yang berat. Sebelum diterapi
dengan hormone tiroid, pasien dengan hipotiroid sering
kali tidak ada gejala angina pektoris, kemungkinan karena AMIODARON DANT!ROID
kebutuhan metabolik rendah tergantung dari kondisi
masing-masing. Angina dan infark miokard dapat timbul - Penggunaan amiodaron secara luas untuk aritmia jantung,
selama pemberian hormon tiroid , khususnya pada pasien saat ini merupakan salah satu penyebab utama kelainan
usia lanjut dengan dasar penyakit jantung. Untuk itu tiroid pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
pemberian terapi hormon harus dilakukan dengan hati- Amiodaron mempunyai struktur yang mirip dengan T,, dan
1802 I(ARDIOI]OGI

T., dan juga banyak mengandung yodium. Amiodaron Pada daerah-daerah dengan defisiensi iodin sering
menurunkan konversi perifer To ke T, , jadi akan terjadi hipertiroidisme yang dipengaruhi oleh amiodaron.
meningkatkan kadar T., sirkulasi dan menurunkan T., Pasien-pasien memperlihatkan gejala-gejala khas
sirkulasi. Sejak hal ini terjadi kelenjar hipofise akan hipertiroidisme seperti penurunan berat badan, gangguan
meningkatkan sementara kadar TSH pada awal terapi, dan toleransi panas, dan tremor. Dapat juga timbul aritmia
biasanya akan kembali normal kembali setelah 3 bulan jantung yang berulang. Diagnosis ditegakkan
terapi. Perubahan tes laboratorium ini sering terjadi dan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan tes fungsi
tidak selalu berhubungan dengan manifestasi klinis tiroid dengan gambaran TSH yang rendah dan
disfungsi tiroid. peningkatan kadar T,, dapat terlihat pada saat fase awal
Di Amerika dan Inggris, hipotiroid merupakan terapi amiodaron, tanpa gejala. Pada fase awal terapi
manifestasi klinis tersering dari disfungsi tiroid akibat dengan amiodaron kadar T, menurun. Pada saat
amiodaron. Insidennya mencapai l37o dari pasien. hipertiroidisme kadar T., meningkat. Ada 2 mekanisme
Mekanisrrrenya belum jelas, diduga berhubungan dengan amiodaron menyebabkan hipertiroidisme. Tipe I
efek sejumlah besar yodium pada saat menghambat (hipervaskular) terlihat pada kelenjar tiroid yang tidak
pelepasan hormon tiroid dan sintesisnya tumpang tindih normal dan disebabkan karena iodin merangsang
dengan penyakit autoimun tiroid. Selain itu juga diduga peningkatan sistesis hormon tiroid pada pasien dengan
amiodaron itu sendiri dapat menyebabkan gangguan struma nodosa atau penyakif Graves yang lanjut. Tipe II
autoimun tiroid dengan mempengaruhi fungsi sel T. (hipovaskular) terlihat pada kelenjar tiroid yang normal.
Gejalanya sama dengan hipotiroidisme, diagnosisnya Penyebabnya adalah sekunder karena proses destruksi
dipastikan dengan peningkatan kadar TSH. Sekelompok tiroid oleh iodin atau oleh amiodaron itu sendiri. Pada
pasien fungsi tiroid akan menjadi normal beberapa bulan kasus selanjutnya amiodaron dapat merangsang
setelah terapi amiodaron, kelompok lain akan menjadi terbentuknya antibodi reseptor tirotropin. Untuk
hipotiroidisme permanen. membedakan kedua tipe ini dapat menggunakan color

Skrining pasien dalam terapi amiodaron

TSH03s-43mU/L
TSH <0 35 mU/L (Ftrendah N;FT4 tinggi TSH >4.3 mU/L

TSH <0 03 mU/L TSH <0 03-0.35


mu/L

Ulang TSH Trial Tp bulan


tiap 6 minggu,dan
tiap 3 bulan

Gambar 4. Algoritma untuk mengevaluasi status tiroid pada pasien yang memakai amiodaron
PEIYYAKIT JANTUNG TIROID 1803

flow doppler sonografi. REFERENSI


Kadar serum interleukin-6 meningkat pada tipe II.
Pasien dengan tipe II responsnya sangat baik dengan Cooper DS. Subclinical Hypothyroidism. N Engl J Med 2001;345;4:
pemberian glukokortikoid. 260-5
Colucci WS, Prize DT. Cardiac Tumors, Cardiac Manifestastions of
Penghentian terapi dengan amiodaron dapat
Systemic Diseases, and Traumatic Cardiac Injury. In Harrison et
mengurangi keadaan hipertiroidisme, walaupun kembali al (ed) : Principles of Intemal Medicine, l6'h ed . New York ,
normal dapat memakan waktu beberapa bulan. Bilamana McGraw-Hill. 2005. 1423.
terapi amiodaron tidak dapat dihentikan, modalitas Fuster V et al. Guideline For The Management of Patient With
pengobatan lain harus diberikan. Dua modalitas utama Atrial Fibrilation. JACC. 2001; 38: 1266 I - ixx.
adalah pemberian obat thionamide dan operasi. Forfar JC, Feek CM, Miller HC, Toft AD. Atrial Fibrillation isolated
suppression of the Pituitary-thyroid axis : respons to specific
Propiltihiourasil atau methmazol mungkin dapat berhasil,
antithyroid therapy. Int J Cardiol 1981;1:43-8
tetapi tidak pada semua kasus. Jika medikamentosa gagal,
Klein I, Ojamaa K. Thyroid Hormone and the Cardiovascular
mungkin tiroidektomi dapat menjadi pilihan. Terapi iodin System. N Engl J Med. 2001;344;7: 501-11.
radioaktif tidak dianj urkan. Karena sering terj adi gangguan Ladenson PW, Singer PA, Ain KB, et al. American Thyroid
fungsi tiroid selama pemakaian terapi amiodaron, dianjurkan Association Guidelines for Detection of Thyroid Dysfunction
untuk pengawasan rutin tes fungsi tiroid. Arch Inter Med 20001160:1573-5.
Seely EW, Williams GH The Heart in Endocrine Disorder. In
Braunwald (ed) : Heart Disease Textbook of Cardiovascular
Disease. 6thed Philadelphia, WB Saunders Company, 2001,2154-
60
Toft AD. Subclinical Hyperthyroidism. N Engl J Med. 2001;345;7:
512-1 6.
Weetman AP. Graves Disease. N Engl J Med 2000;343;11: 1236 -
48.
283
PENYAKIT JANTUNG PADA
PENYAKIT JARINGAN II(AT
Idrus Alwi

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK diduga berperan penting pada patogenesis berbagai


bentuk serositis (seperti pieuritis dan perikarditis),
Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit miokarditis dan endokarditis pada LES. Hal ini didukung
autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan berdasarkan pengamatan sebagai berikut:
manifestasi klinis yang sangat bervariasi. Komplikasi pada . terdapat kompleks imun, ANA, antibodi anti dsDNA
jantung merupakan salah satu manifestasi klinis LES yang dan sel LES yang khas pada cairan perikard pasien LES.
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Mortalitas karena . ditemukan depositkompleks imun padapembuluh darah
kelainan kardiovaskular menempati urutan ketiga setelah perikard pada penelitian imunopatologi j anngan j antung
infeksi dan gagal ginjal. Salah satu laporan menunjukkan pada kasus LES fatal yang diautopsi serta IgG IgM dan
mortalitas karena perikarditis/miokarditis pada pasien LES C3 pada arteriol perikard pasien LES yang mengalami
sebesar 15%. perikarditis konstriktif .

Kelainan kardiovaskular sering dijumpai pada . konsentrasi komplemen hemolitik cairan perikard pasien
penelitian klinis dan post mortem pada pasien LES. LES menurun dan ditemukan komplemen spesifik C1q,
Gambaran patologis adalah pankarditis yang melibatkan C4, dan C3 pada cairan perikard. Terdapat aktivasi
perikard, miokard, endokard, katup jantung, dan pembuluh komplemen jalur klasik (melalui IgM) dan altematif
darah. Perikarditis (efusi perikard) merupakan kelainan (melalui IgA) in vivo pada cairan perikard pasien LES.
jantung yang paling sering ditemukan yaitu 2l-547o, . ditemukan deposit imunoglobulin granular dan
kelainan valvular 28-4 4Vo, dankelair,art miokard 5 -2OVo. komponen komplemen pada dinding pembuluh darah
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup miokard.
pasien LES dan teknik diagnostik, penyakitjantung pada . lesi endokarditis Libman-Sacks mengandung
LES menjadi lebih sering ditemukan. Dengan menggunakan imunoglobulin dan komplemen.
ekokardiografi 2-D, Doppler, dan ekokardiografi
transesofageal prevalensi kelainan jantung pada LES Spektrum Kelainan Jantung pada LES
cukup tinggi di mana sebagian besar kasus secara klinis Penelitian ekokardiografi pasien LES yang dilakukan di
tidaktampak. Divisi Kardiologi Departemen Penyakit Dalam
Faktor yang diduga'berhubungan dengan kelainan menunjukkan efusi perikard ditemukan pada 13 pasien
jantung pada pasien LES antara lain aktivitas penyakit, (36,117o), masing-masing 3 pasien (8,337o) dengan efusi
lama penyakit, lama penggunaan steroid dan antibodi perikard sedang dan berat dan 8 pasien (21,78Vo) dengan
antikardiolipin. efusi perikard ringan. Hanya pasien dengan efusi perikard
berat menunjukkan gambaran EKG low voltage tu'pa gejala
Patof isiologi klinis perikarditis. Spektrum kelainan jantung yang
Patofisiologi komplikasi pada organ pada pasien LES belum didapatkan pada pemeriksaan ekokardiografi 36 pasien LES
jelas. Diduga terdapat deposit kompleks imun pada organ dapat dilihat pada Tabel 1.
disertai dengan aktivasi komplemen. Faktor imunologis Penelitian mengenai hubungan aktivitas penyakit LES

1804
PENYAKIT JANTUNG PADA PEITYAKIT JARINGAN IKITT 1805

dengan kejadian efusi perikard menunjukkan efusi perikard Angka kejadian tamponad jantung pada LES
lebih sering ditemukan pada LES aktif dibandingkan LES dilaporkan kurang dari l}Vo.Padapenelitian terhadap 395
yang tidak aktif. pasien LES, ditemukan kejadian perikarditis pada 75 pasien
Pada gambar 1 dapat dilihat efusi perikard masif pada (197o), dengan episode tamponadjantung pada l0 pasien
LES dengan pemeriksaan ekokardiografi. (137o daikasus perikarditis,2,5To dari seluruh kasus LES).
Laporan penelitian lain secara retrospektif terhadap 88
pasien LES selama enam tahun didapatkan kejadian
perikarditis pada 29,5Vo pasien, di mana perikarditis
merupakan manifestasi pertama pada 9 pasien (10,2o/o).
Kelainan Jantung n ^,
"/o LES LES Tak Dua dari sembilan pasien perikarditis tersebut (2,3Vo dari
Aktif Akrif seluruh kasus LES) mengalami tamponad sebagai
Efusi perikard '13 36,1 1 11 2 manifestasi pertama penyakit.
- Ringan 10 27,78 82
- Sedang 2 5,56 20
- Berat 1 z,t o 10 Manifestasi Klinis
Pembesaran ruang Gambaran klinis perikarditis lupus biasanya khas, dengan
jantung
- Dilatasi atrium kiri 2 5,56 2 0 keluhan nyeri substernal atau perikardial yang diperberat
- Dilatasi ventrikel kiri 2 5,56 1 1
oleh gerakan napas dan batuk yang berkurang bila
Hipertrofi ventrikel kiri J 8,33 2 1 membongkok ke depan. Dapat terdengar suara gesekan
Disfungsi sistolik ventrikel ( 13,88 5 0
perikard (pericardial friction rub). Terdapat hubungan
kiri
Disfungsi diastolik 2 5,56 2 0 yang bermakna antara keluhan nyeri dada dengan
ventrikel kiri p e ricardial friction rub dan efusi perikard. Suaru friction
Hipokinetik global 3 8,33 J 0
rub yang khas ditemukan hanya pada 5Vo dari 520 kasus
Hipokinetik segmental 2 5,56 2 0
LES. Keluhan-keluhan ini bisa berat dan menetap atau
Kelainan valvular
- Prolaps katup mitral 3 8,33 hanya ringan dan sesaat. Keluhan dapat menghilang dalam
beberapa jam atau minggu dan sering berulang dalam
lsmail dkk
periode beberapa tahun. Namun demikian, perikarditis
mungkin ditemukan dalam keadaan tanpa nyeri dan secara
klinis tanpa gejala. Pada keadaan tamponad dapat
ditemukan pulsus paradoks, tekanan vena juguleris (JVP)
meningkat, hipotensi dan pembesaran hati, selain gejala
dan tanda perikarditis lain. Salah satu laporan
menunjukkan nyeri dada, sesak napas, dan pericardial
rub ditemtkan masing-mas ing pada 407o pasien tamponad.
Sedangkan pulsus paradoks hanya ditemukan pada satu
di antara empat kasus tamponad yang diperiksa.

Elektrokardiograf i (EKG)
Perubahan elektrokardiografi (EKG) dapat mengkonfirmasi
diagnosis klinis perikarditis akut pada pasien LES.
Gambar 1. Elusi perikard berat pada pemeriksaan ekokardiografi Perubahan EKG pada perikarditis terjadi dalam beberapa
(Parasternal Long Axis View)
jam atau beberapa hari setelah awitan nyeri dada. Gambaran
EKG yang khas pada fase akut yaitu ditemukannya
gelombang T yang tinggi dan elevasi ST yang konkaf.
Perikarditis dan Efusi Perikard pada LES
Pada keadaan di mana terdapat efusi perikard dapat
Keterlibatan perikard pada LES pertama kali dilaporkan oleh
ditemukan penurunan voltage QRS (low voltage) dan
Keefer dan Felty, pad'a 1924 dan merupakan kelainan
jantung yang paling sering ditemukan. Perikarditis yang gelombang T datar. Jika terdapat gambaran electrical
alternans, mungkin ditemukan efusi perikard masif dan
tampak secara klinis dilaporkan berkisar antara23-307o.
tamponad jantung.
Data dari beberapa penelitian mendapatkan keterlibatan
perikard secara klinis, ekokardiografis, dan histopatologis
masing-masin g29%o ,31% , dan 66Vo . Foto Toraks
Pada beberapa penelitian baik dengan atau tanpa Pada perikarditis akut yang disertai adanya efusi perikard
kontrol menunjukkan prevalensi efusi perikard berkisar dapat terlihat kardiomegali dan perubahan konfigurasi
antara2l-54Vo. silhoutte janttng. Gambaran pembesaran ^silhoutte ini baru
1806 I(ARDIOI.OGI

terjadi jika cairan yang terkumpul dalam ruang perikard sering ditemukan.
sekurang-kurangnya 250 ml.
Diagnosis
Laboratorium Diagnosis perikarditis akut ditentukan bila ditemukan nyeri
Perikarditis umumnya terjadi selama periode aktif penyakit dada yang khas dan/atau suara gesekan perikard dan
sehingga biasanya ditemukan tanda aktivitas penyakit perubahan EKG yang khas. Diagnosis efusi perikardjuga
pada pemeriksaan darah antara lain kadar komplemen dapat ditegakkanjika pada pemeriksaan ekokardiografi M
rendah, anti dsDNA meningkat, dapat ditemukan sel LE, mode ditemukan pemisahan epikard dan perikard, baik pada
dan kadar LED meningkat. fase sistolik maupun diastolik. Selain itu, pada pemeriksaan
ekokardiografi 2-D tampak gambaran daerah bebas eko
posterior di antara dinding ventrikel kiri.
Ekokardiograf i
Diagnosis tamponad ditentukan bila pada pemeriksaan
Diagnosis efusi perikard ditegakkan berdasarkan adanya
ekokardiografi ditemukan kolaps atrium kanan dan kolaps
gambaran area bebas eko (ekokardiografi free space) di
diastolik ventrikel kanan, yang menunjukkan spesifisitas
antara gambaran eko epikard dan perikard posterior.
IOOVo pada pasien tamponad yang dikonfirmasi dengan
Adanya efusi perikard dapat diperiksa pada parasternal
kateterisasi. Ini merupakan teknik diagnostik non-invasif
long axis, short axis, dan apical four chamber view.
terbaik untuk diagnosis tamponad.
Pemeriksaan dilakukan pada tingkat muskulus papilaris
Untuk menentukan etiologi efusi perikard pada pasien
atau apeks ventrikel kiri. Dengan pemeriksaan
LES dilakukan analisis cairan perikard, pemeriksaanANA
ekokardiografi 2-D, perkiraan jumlah cairan lebih akurat,
anti dsDNA, komplemen, dan sel LE pada cairan perikard.
identifikasi struktur jantung lebih jelas, dan efusi
Untuk menyingkirkan kemungkinan perikard septik,
berkantong (pocket) dapat dideteksi lebih baik.
dilakukan pemeriksaan kultur cairan peri kard.
Karena risiko komplikasi pada tindakan
perikardiosentesis cukup besar, diagnosis etiologi
PERIKARDIOSENTESIS
ditegakkan secara klinis. Bila pasien LES dalam keadaan
aktif, maka efusi perikard pada LES secara klinis dianggap
Perikardiosentesis diagnostik hanya dilakukan pada
sebagai bagian dari serositis LE. Tetapijika efusi perikard
keadaan di mana dipikirkan perikarditis purulenta.
merupakan satu-satunya manifestasi aktivitas r-ES dan
terdapat kecurigaan perikarditis septik dapat dilakukan
Analisis Cairan Perikard perikardiosentesis diagnostik.
Cairan perikard pada LES berwarna kekuning-kuningan
sampai kemerahan, eksudatif, dan jumlah sel leukosit tinggi,
Penatalaksanaan
dengan dominasi sel PMN. Sel LE yang khas mungkin
Penatalaksanaan perikarditis lupus terutama tergantung
ditemukan pada sedimen sel yang disentrifugasi, yang
pada beratnya kondisi perikarditis dan memperhatikan
menyokong diagnosis LES sebagai penyebab perikarditis.
aktivitas penyakit LES di luarjantung. Pasien perikarditis
Analisis cairan perikard pada l0 episode tamponad
simtomatik akut harus dirawat di rumah sakit karena
menunjukkan volume cairan bervariasi antara 300- 1400 ml.
perkembangan efusi ke arah tamponad jantung tidak dapat
Cairan efusi khas eksudat dengan kadar protein tata-rata
diprediksi. Pasien perlu istirahat sampai nyeri dada dan
4,8meldl(2,7-4,D.
demam hilang karena aktivitas akan memperburuk gejala.
Secara keseluruhan, analisis cairan perikard
Pasien LES dengan gejala ringan dan dengan efusi
menunjukkan leukositosis dengan neutrofil > 90Vo. Hasil
perikard ringan atau tanpa efusi perikard dapat diterapi
analisis ini menyerupai gambaran analisis perikard
dengan salisilat 1 gram setiap 4jam sampai tercapai kadar
perikarditis bakterial, yang dapat ditemukan juga pada
terapi 20-30 mg/hari. Atau dapat juga diberikan obat
pasien LES yang mendapat terapi steroid. Beberapa laporan
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lain seperti indometasin
lain menunjukkan penurunan aktivitas komplemen dan
100-150 mg/ hari. Jika tidak ada respons, dapat ditambahkan
ANAmeningkat.
antimalaria hidroksiklorokuin sulfat 200 mg sehari (5 -7 mgl
kgBBftrari), klorokuin fosfat 250 mg/hari, atau kuinakrin
Gambaran Histopatologi hidroklorida 100 mg/hari. Bila perlu, dapat diberikan
Gambaran patologi perikard pada pasien LES dipengaruhi prednison 2,5-10 mglhari. Pada keadaan yang lebih berat,
oleh terapi steroid. Pada penelitian autopsi terhadap 28 dapat diberikan prednison 20-40 mg/hari. Efusi perikard
pasien LES didapatkan bahwa sebelum masa terapi ste- masif diberikan terapi prednison dosis tinggi 60-100 mg/
roid, kasus-kasus autopsi menunjukkan perikarditis hari. Pada pasien yang sangat kritis, steroid dosis tinggi
fibrinosa difus atau fokal. Dengan penggunaan steroid (1 g metil prednisolon intravena) yang diberikan secara
yang luas untuk pengobatan, perikarditis fibrosa lebih parenteral, dapat mengurangi gejala dengan cepat dan
PEhTYAKIT JAI\TTUNG PADA PENYAKIT JARINGAN II(AT 1807

mengurangi tingkat efusi secara bertahap. Gambaran Histopatologi


Abnormalitas patologis bervariasi sesuai beratnya
miokarditis, biasanya terdiri atas fokus kecil sel plasma
MIOKARDITIS DAN ABNORMALITAS MIOKABD interstisial dan infiltrasi limfosit dan jarang terjadi
inflamasi interstisial difus. Dapat ditemukan juga
Pada evaluasi klinis pasien LES, prevalensi miokarditis perubahan fibrinoid dan hematoxyllin bodies. Pada
dilaporkan berkisar antara 8-257o. Pada penelitian pasien yang mendapat terapi steroid sering ditemukan
prospektif manifestasi kardiovaskular pada 100 pasien LES, fibrosis miokard.
kejadian miokarditis didaparkar I 47o.
Diagnosis
Manifestasi Klinis Diagnosis miokarditis LES sering sulit ditegakkan secara
Manifestasi klinis miokarditis pada LES sama dengan klinis karena faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
miokarditis yang berasal dari infeksi viral atau beberapa gagal jantung kongestif mungkin ditemukan seperti ane-
penyebab lain. Tanda paling awal adalah takikardia yang mia, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi sistemik,
tak sesuai dengan demam. Pasien dapat mengalami sesak penyakit valvular atau retensi garam dan air yang berasal
atau berdebar. Pada pemeriksaan tisis, sering ditandai titik dari penyakit ginjal atau penggunaan kortikosteroid
impuls maksimal pada linea aksilaris anterior, dapat sistemik.
ditemukan juga murmur! irama gallop dan/atau manifestasi Diagnosis klinis miokarditis LES ditegakkan
gagal jantung kongestif. Pada pemeriksaan EKG dapat berdasarkan kombinasi keadaan sebagai berikut
ditemukan takikardia sinus atau aritmia ventrikular. l. Takikardia saat istirahat yang tak sesuai dengan suhu
Pemeriksaan fbto toraks dapat terlihat jantung membesar tubuh
secara difus. 2. Perubahan ST-T nonspesifik pada pemeriksaan EKG
3. Sa[u atau lebih keadaan berikut: kardiomegali pada
pemeriksaan rontgen dada tanpa adanya efusi perikard,
irama derap (gallop), gagal jantung kongestif, aritmia
ventrikular dan peningkatan kadar enzim CKMB
-NSAID
- + klorokurn
Bila perlu Penatalaksanaan
- Prednison 2,5 - 10 mg/hari
Pasien LES dengan miokarditis akut diterapi dengan
prednison sekurang-kurangnya 1 mg/kgBB/hari. Obat
sitotoksik seperti azatioprin dan siklofosfamid juga pernah
- Prednison 20-40 mgliari digunakan pada beberapa pasien.

- Prednison dosis tinggi 60-100 mg/hari ENDOKARDITIS DAN PENYAKIT JANTUNG


VALVULAR
- Perikardiosentesis

Endokarditis pertama kali dilaporkan oleh Libman dan


- Prednison intra perikard
Sacks pada tahw 1924, jauh sebelum hubungannya
dengan LES diketahui. Lesi endokarditis ini secara
Tamponade patologis berbeda dengan endokarditis karena etiologi lain,
Prednison dosis tinggi dan dipercayai karakteristik untuk LES, yaitu berupa
Perikardiosentesis vegetasi verrucous,non-bakterial, 3-4 mm pada katup dan/
atau permukaan endokard mural. Vegetasi ini dapat tunggal
Jendela perikard atau berkelompok berupa kluster seperti mulberry. Katup
yang sering terkena adalah katup mitral.
Vegetasi Libman Sacks ditemukan 35-65% pada
Gambar 2. Algoritme penatalaksanaan elusi perikard pada LES
penelitian autopsi awal pasien LES, namun tidak
ditemukan gejala secara klinis (sllenr) dan pengaruhnya
Biopsi Endomiokardial terhadap hemodinamik kecil. Penelitian post mortem
Biopsi endomiokardial telah digunakan untuk diagnosis selanjutnya menunjukkan kejadian dan ukuran vegetasi
miokarditis LES pada sejumlah kecil pasien LES. Tindakan menjadi lebih kecil. Penyakit jantung valvular pada
ini tidak hanya menunjang diagnostik tetapi juga beberapa penelitian dilaporkan berhubungan dengan
menentukan perluasan miokarditis pada LES. anti bodi antiposfolipid.
1808 KARDIOI.OGI

Ekokardiograf i (morning stffiess), arfialgia atau arlritis terutama pada


Dengan pemeriksaan ekokardiografi, penebalan katup metakarpopalangeal atau sendi interpalang proksimal,
mitral y ang didlga v e r rucae dilaporkan p ada 3 - 47o kasts, nodul reumatoid, faktor reumatoid IgM atau IgG serum
namun vegetasi biasanya terlalu kecil untuk dideteksi. dan erosi artikular pada pemeriksaan foto rontgen.
Penelitian dengan menggunakan ekokardiografi Penyebab kematian tersering adalah komplikasi
transesofageal (TEE) pada69 pasien LES yang dilakukan artikular dan ekstraartikular seperti subluksasi
pemantauan selama 57 bulan menunjukkan abnormalitas atlantoaksial, sinovitis krikoaritenoid, sepsis, komplikasi
valvular sering ditemukan, baik pada saat awal dan tindak jantung paru dan vaskulitis difus.
lanjut masing-masing 617o dat53Vo. Abtormalitas katup Penyakit kardiovaskular reumatoid disebabkan karena
tersebut antara lain: inflamasi imun nonspesifik, vaskulitis atau deposisi
granulomatous pada perikardium, miokardium, katup
Faseawal Tindaklanjut
jantung, arteri koroner, aorta atau sistem konduksi. Penyakit
. Penebalan katup 5lVo 52Vo
jantung reumatoid secara klinis ditemukan pada sepertiga
. Vegetasi 437o 34Vo
. Regurgitasi valvular pasien, dibandingkan sampai 807o pada pemeriksaan
257o 287o
autopsi. Penyakit jantung reumatoid dapat berupa
. Stenosis 4Vo 3Vo
perikarditis, miokarditis, penyakit jantung valvular,
Pada penelitian tersebut, penyakit j antung valvular tidak gangguan konduksi, arteritis koroner, artitis atau kor
berhubungan dengan lama penyakit, aktivitas penyakit, pulmonal.
beratnya lupus atau pengobatan yang diberikan. Penelitian kohort prospektif yang membandingkan
insidens infark miokard dan bencana serebrovaskular antara
Gambaran Hispatologi RA menunjukkan pasien RA mempunyai
pasien RA dan non
Secara mikroskopis vegetasi terdiri atas proliferasi dan insiden bencana vaskular dan mortalitas lebih tinggi.
degenerasi sel, fibrin, jaringan fibrosa, dan jarang Aterosklerosis juga menunjukkan laju akselerasi pada RA.
hematoxyllin bodies. Terdapat pula deposit imunoglobulin Terdapat korelasi yang kuat antara adanya petanda biokimia
dan komplemen sepanjang dinding yerrucae, yarrg inflamasi dan plak aterosklerosis karotis pada RA.
menyokong dugaan adanya kompleks imun dalam sirkulasi Prediktor penyakit kardiovaskular secara klinis
yang berperan dalam pertumbuhan dan proliferasi vegetasi mencakup jenis kelamin laki-laki, usia lanjut, awitan
yerrucous Libman-Sacks. penyakit, hipertensi, terapi kortikosteroid dini, penyakit
yang lama, manifestasi ekstraartikular yang aktif,
poliartikular erosif dan penyakit nodular, vaskulitis sistemik
Diagnosis
dan kadar faktor reumatoid serum yang tinggi. Pasien yang
Sebelum ditemukan ekokardiografi, sulit menegakkan
mengalami bencana kardiovaskular mempunyai LED yang
diagnosis klinis. Pemeriksaan fisis dan ekokardiografi
tinggi, kadar haptoglobin, kadar faktor von Willebrand dan
dapat menduga adanya yerrucae, tetapi tidak diagnostik.
plasminogen activator inhibitor yang lebih tinggi
Murmur dapat disebabkan demam, takikardia, hipertensi
dibandingkan pasien tanpa penyakit kardiovaskular. Hal
atau anemia. Diagnosis endokarditis Libman-Sacks primer
ini menunjukkan bahwa proses inflamasi dan protrombotik
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan autopsi.
mengakibatkan penyakit kardiovaskular.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan endokarditis dan abnormalitas valvular PERIKARDITIS
pada LES, tergantung pada aktivitas LES secara
keseluruhan. Pada pasien lupus yang stabil, penyakit val- Keterlibatan jantung jarang pada RA, namun terjadi dalam
vular yang baru didiagnosis, tidak merefleksikan berbagai bentuk. Perikarditis fibrofibrinous non spesifik
peningkatan aktivitas atau beratnya penyakit, sehingga difus terjadi pada sekitar 50 7o pasien RA, biasanya secara
mungkrn tidak memerlukan modifikasi terapi antiinfl amasi. kTinis silent dan tertutupi oleh pleuritis atau nyeri sendi.
Pada keadaan di mana ditemukan stenosis berat atau Penyakit perikard cenderung benigna, namun efusi berat
regurgitasi berat yang biasanya mengenai katup mitral, dapat terjadi dan memerlukan tindakan perikardiosentesis,
dilakukan tindakan operatif penggatian katup. dan konstriksi perikarditis konstriktif jarang memerlukan
tindakan perikardiektomi. Perikarditis konstriktif terjadi
pada 4 dari 4l pasien RA yang kasusnya dipantau selama
REUMATOID ARTRITIS periode 10 tahun.
Prevalensi perikarditis ditemukan lebih tinggi pada
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronik yang pasien dengan penyakit aktif yang dirawat. Terdapat
dimediasi imun dengan ciri kekakuan pada pagi hari hubungan kuat antara perikarditis dan faktor reumatoid
PENYAKIT JANTUNG PADA PENWAKIT JARINGAN IKAT 1809

IgM atau Ig G yang positif, penyakit nodular reumatoid PENYAKIT JANTUNG VALVULAR REU MATOID
dan LED > 55 mrr/jam.
Perikarditis reumatoid terjadi melalui 3 mekanisme: Penyakit jantung valwlar reumatoid diakibatkal oleh proses
proses inflamasi imun nonspesifik, vaskulitis dan jarang inflamasi akut nonspesifik, kronik atau rekuren, vaskulitis
penyakit nodular atau granulomatous. atau deposisi granulomata pada katup. Proses inflamasi ini
terdiri dari infrltrasi sel plasma, histiosit, limfosit dan eusinofil
Manifestasi Klinis yang mengakibatkan fibrosis, penebalan dan retraksi katup.
Perikarditis reumatoid umumnya tanpa komplikasi dan Granulomata katup yang merupakan nodul reumatoid,
sangat sering dengan tanda nyeri pleuritik, fibrilasi atrial ditemukan pada katup, cincin katup, puncak musculus
atau fluter. Sepertiga pasien asimtomatik. Pada pemeriksaan papilans dan endokardium atrial atau ventrikular. Katup
fisis dapat didengar pericardial rub. Tamponad dan jantung yang sering terlibat adalah katup mitral dan aorta.
perikarditis konstriktif jarang dijumpai, biasanya pada Granulomata tersering dijumpai pada basal melekatnya kah-rp,
pasien dewasayarrg aktif dan berat yang lama dan pasien biasanya fokal dan biasanya tidak mengakibatkan disfungsi
dengan keterlibatan ekstrartikular. Keluhan lain seperti katup. Penyakit katup reumatoid terjadi pada pasien dengan
dispnu, ortopnu, edema, distensi vena jugularis, ronki, penyakit reumatoid yang sudah lama dan berat dengan
pulsus paradoksus, tanda Kusmaull dan distensi vena penyakit nodular dan poliartikular erosif, vaskulitis sistemik
hepatojugular sering dijumpai jika terjadi kompresi jantung. dan kadar faktor reumatoid yang tinggi.
Penyakit katup mitral atau aorta reumatoid biasanya
ringan dan asimtomatik, akut atau kronikjarang berkembang
Pemeriksaan Penuniang menjadi berat. Valvulitis akut dan berat atau ruptur
EKG sering menunjukkan perubahan gelombang T dan ganulumata katup yang mengakibatkan regurgitasi berat
segmen ST nonspesifik, demikian juga elevasi segmen ST dan gagal jantung jarang dijumpai. Aortitis yang
difus yang klasik. Pada efusi perikard yang banyak dapat menyebabkan dilatasi aorta (aortic root) dan regurgitasi
ditemukan low voltage atatt electrical alternans. aorta juga jarang ditemukan. Regurgitasi aorta reuinatoid
Pemeriksaan foto rontgen dada biasanya normal, Iebih berkembang cepat jika dibandingkan dengan
Kardiomegali ditemukan pada pasien dengan efusi perikard penyebab lain.
yang berat. Kalsifikasi perikard jarang dr.lumpai.
Pemeriksaan ekokardiografi merupakan teknik
diagnostik yang sangat penting yang kelainan tersering
Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisis penyakit jantung reumatoid
dijumpai adalah efusi perikard dan penebalan perikard.
mungkin tak tampak kelainan karena sebagian besar kasus
Kompresi diastolik ventrikel kanan dan atrium kanan dapat
ringan. Pada kasus yang jarang berupa regurgitasi mitral
ditemukan pada efusi perikard berat yang menunjukkan
atau aorta akut atau kronik, dapat ditemukan auskultasi
adanya tamponad. Tidak dijumpai abnormalitas perikard
yang klasik dan tanda-tanda yang berhubungan dengan
pada pemeriksaan ekokardiografi tidak menyingkirkan
kegagalan ventrikel dapat ditemukan.
adanya perikarditis pada pasien dengan gejala khas atau
pericardial rub.
Pemeriksaan laboratorium sering menunjukkan LED Diagnosis
meningkat > 55 mm/jam. Cairan perikard eksudatif dan Pemeriksaan EKG dan foto rontgen dada mempunyai nilai
serosanguineus dan kadar protein dan LDH yang tinggi, diagnostik yang terbatas. Pada kasus penyakit katup berat
tapi kadar glukosa rendah dan dapat mengandung faktor dapat menunjukkan pembesaran ruang jantung.
reumatoid. Hitung jenis sel biasanya > 2000, dengan Ekokardiografi transtorakal dengan Dopler berwama
neutrofil predominan. Pada biopsi perikard dapat merupakan pemeriksaan tersering yang digunakan untuk
ditemukan deposit granular IgG, IgM, C3 dan Clq pada mendeteksi dan menilai beratnya penyakit katup reumatoid.
interstisium dan dinding pembuluh darah perikard. Katup mitral dan aorta yang tersering terlibat dapat
menunjukkan penebalan nodular lokal atau difus, dengan
atau tanpa kalsifikasi. Pada pemeriksaan ekokardiografi
Penatalaksanaan
transesofageal, regurgitasi mitral atau aorta pada semua
Pada perikarditis reumatoid ringan tanpa komplikasi
derajat ditemukan masing-masing pada 80 Vo dan 33 7o
dianjurkan istirahat di tempat tidur dan pemberian
pasien. Nodul katup reumatoid biasanya berukuran kecil
antiinflamasi non steroid. Pada kasus yang berat dan tak
< 0,5 cm2, berbentuk oval yang homogen, biasanya tunggal.
respons dengan terapi OAINS dapat diberikan
steroid. Pada efusi perikard masif atau tamponad dilakukan
perikardiosentesis atau perikardiotomi. Pada perikarditis Penatalaksanaan
konstriktif dilakukan perikardiektomi. Penggunaan steroid Tak ada terapi antiinflamasi khusus pada penyakit katup
intraperikard saat perikardiosentesis masih kontroversial. reumatoid. Penggunaan steroid dan imunosupresif lain
1810 KARDIOI.OGI

pada beberapa kasus valvulitis berat akut ,menunjukkan jika ada keluhan din pemantauan jantung sekurang-
perbaikan yang nyata. Penggantian katup mitral atalu aorta kurangnya 48-12 jam. Pada beberapa kasus berat steroid
berhasil dilakukan pada regurgitasi berat akut atau kronik. oral atau IV dosis tinggi menunjukkan manfaat.

MIOKARDITIS REUMATOID PENYAKIT JANTUNG KORONER REUMATOID

Miokarditis reumatoid ditemukan sebanyak 307o pada Prevalensi PJK pada pasien RA pada penelitian post
pasien post mortemnamsnjarang pada laporan klinis dan mortem sekitar 20Vo. Terdapat 2 tipe etiologi:
ekokardiografi. Biasanya lebih sering dijumpai pada pasien 1. Yang tersering adalah aterosklerosis koroner yang
RA aktif dan penyakit ekstraartikular, faktor reumatoid mungkin diakselerasi steroid dan episod arteritis
positif yang tinggi, ANA, dan vaskulitis sistemik. koroner berulang.
Miokarditis reumatoid dapat berasal dari proses autoimun, 2. Yang jarang karena arteritis koroner sendiri
vaskulitis, atau deposisi granulomata, jarang karena Pasien arteritis koroner biasanya mempunyai nodul
infiltrasi amiloid. Kecuali granulomata, miokarditis reumatoid, vaskulitis, penyakit reumatoid progresif cepat,
reumatoid sukar dibedakan pada pemeriksaan titer faktor reumatoid yang tinggi dan peningkatan
histopatologi dari eosinofilik, toksik atau infeksi. mortalitas kardiovaskular.

Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis miokarditis reumatoid adalah sama Sebagian besar pasien artritis reumatoid dengan PJK
dengan miokarditis karena sebab lain. Yang sangat sering asimtomatik. Penyakit koroner aterosklerotik dapat
ringan, asimtomatik dan tak dikenali secara klinis. Jika bergejala angina pektoris stabil kronik, angina pektoris
simtomatik, gejala nonspesifik seperti lelah, sesak, palpitasi tak stabil atau infark miokard akut, di mana arteritis koroner
dan nyeri dada dapat ditemukan. Nyeri dada biasanya lebih sering muncul sebagai angina pektoris tak stabil dan
pleuritik, dan mungkin menggambarkan adanya jarang sebagai infark miokard akut.
mioperikarditis. Miokarditis akut berat dengan disfungsi Pada pemeriksaan fisis selama sindrom iskemia akut
ventrikel kiri dengan manifestasi gagal jantung kongestif dapat ditemukan takikardia, bunyi jantung ketiga atau
atau aritmia atrial / ventrikularjarang dijumpai. keempat dan ronki basah pada paru jika terdapat gagal
Pada pemeriksaan fisis sering dijumpai demam dan jantung kiri.
takikardia sinus. Bunyi jantung I dan II normal, bunyi
jantung III dan IV jarang terdengar. Murmur sistolik
Diagnosis
fungsional dapat terdengar. Jika terdapat mioperikarditis,
Pada pemeriksaan EKG dapat ditemukan gelombang Q
dapat ditemukan pericardial rub.
yang menunjukkan infark miokard sebelumnya, elevasi
atau depresi segmen ST menunjukkan kerusakan iskemia
Diagnosis subendokard atau epikard, atau inversi gelombang T yang
Pada pemeriksaan EKG biasanya menunjukkan menunjukkan iskemia.
abnormalitas gelombang T dan segmen ST non spesifik. Pemeriksaan ekokardiografi selama iskemia berat dapat
Dapat ditemukan juga gangguan konduksi atrioventrikular menunjukkan abnormalitas gerakan dinding atau jariangan
dan ektopi atrial atau ventrikular. parut miokard jika terdapat infark miokard sebelumnya.
Ekokardiografi dapat menunjukkan abnormalitas Juga dapat ditentukan ada tidaknya serta beratnya
gerakan dinding segmental atau disfungsi kontraksi disfungsi ventrikel kiri.
ventrikel kiri difus dan dilatasi ruang jantung pada kasus Pemeriksaan laboratorium CKMB, troponin, dan LDH
miokarditis fokal berat atau difus. Namun pada sebagian dapat meningkat jika terjadi nekrosis miokard. Angiografi
besar pasien miokarditis nngan, pemeriksaan ekokardiografi koroner dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan tinggi
tidak menunjukkan kelainan . Scanning radionuklid dengan adanya PJK atau pemeriksaan treadmill yang dicurigai
indium 111, galium 6J atau technitium 99 dapar PJK. Diagnosis arleritis koroner dicurigai jika teradapat
menunjukkan uptake miokardial fokal atau difus yang lesi stenosis multipel pada arteri koroner epikardial.
menunjukkan inflamasi miokard, nekrosis atau keduanya.
Pemeriksaan laboratorium pada kasus berat, Penatalaksanaan
menunjukkan peningkatan ringan CKMB atau LDH.
Jika terdapat kecurigaan arteritis koroner simtomatik dan
berat dapat diberikan terapi steroid dosis tinggi dan
Penatalaksanaan siklofosfamid sebagai tambahan dengan heparin, aspirin.
Pasien perlu istihat di tempat tidur, diberikan analgesik nitrat, penyekat beta atau antagonis kalsium. Tak ada data
PENYAI(T JANTUNG PADA PEI\IYAKIT JARINGAN IKAT 1811

penggunaan PCI pada arteritis koroner reumatoid. Diagnosis


Aterosklerosi s koroner si mtomatik dapat diberikan terapi Pada pemeriksaan EKG dapat ditemukan pembesaran
medis atau revaskularisasi koroner. atrium dan ventrikel kanan dan blok cabang berkas.
Pemeriksaan ekokardiografi dapat menunjukkan
pembesaran atrium dan ventrikel kanan, hipertrofi atau
Gangguan Konduksi
disfungsi, regurgitasi trikuspid dan bukti tekanan sistolik
Prevalensi gangguan konduksi atrioventrikular atau
arteri pulmonal yang tinggi.
intraventrikular pada pasien artritis reumatoid mungkin tak
Biopsi paru terbuka dan lavage bronkoalveolar
berbeda dengan populasi umum. Mekanismenya antara
merupakan metoda yang dikerjakan jika vaskulitis paru
lain inflamasi akut pada nodus AV atau berkas His, vaskulitis
berat atau bronkolitis obliterans dicurigai sebagai
pada arteriol yang mensuplai jalur konduksi, deposisi
penyebab hipertensi pulmonal.
granulomata pada sistem konduksi dan infiltrasi amiloid.

Penatalaksanaan
Manifestasi Klinis
Penalatalaksanaan hipertensi pulmonal karena vaskulitis
Rerata usia pasien dengan gangguan konduksi biasanya
pulmonal adalah imunosupresan atau steroid, namun
> 60 tahun, dan sebagian besar mempunyai gambaran
prognosis buruk dan sebagian besar pasien meninggal
penyakit berat dengan penyakit nodular yang
dalam satu tahun sejak diagnosis.
rnembutuhkan terapi steroid. Gangguan konduksi biasanya
ringan dan asimtomatik dan didiagnosis secara kebetulan
pada pemeriksaan EKG. Pada kasus yang jarang di mana
terdapat blok AV derajat tinggi dapat ditemukan keluhan SKLERODERMA
pusing, lelah, prasinkop atau sinkop. Walaupun jarang,
Skleroderma atau sklerosis sistemik adalah penyakit
blok AV total mungkin asimtomatik karenas penyakit sendi
sistemik dengan ciri akumulasi jaringan ikat berlebihan,
berat mernbatasi aktivitas pasien. Blok AV selintas dan
kembali normal setelah terapi antiinflamasi jarang dijumpai.
fibrosis dan perubahan degeneratif pada kulit, otot
skeletal, sinovium, pembuluh darah, saluran cerna, ginjal,
paru dan jantung.
Diagnosis Penyakit paru terutama hipertensi pulmonal dan
Metode diagnosis terbaik adalah pemeriksaan EKG rutin, penyakit ginjal merupakan penyebab utama mortalitas,
pemantauan EKG 24 jam (Holter) atau keduanya. diikuti penyakitjantung, dengan suruival kumulatif hanya
20 7o dalam 7 tahun. Penyebab kematian karena jantung
yang utama adalah penyakit jantung iskemia, kemudian
Penatalaksanaan
gagal jantung refrakter, kematian mendadak dan
Penatalaksanaan blok AV derajat tinggi simtomatik atau
perikarditis. Penyakit jantung skleroderma manifestasinya
blok intraventrikular terdiri dari pacu jantung sementara
predominan sebagai PJK, miokarditis dan hipertensi
dan steroid dosis tinggi. Pasien yang tak responsif harus
pulmonal dengan atau tanpa kor pulmonal. Perikarditis,
mendapatkan pacu jantung permanen.
gangguan konduksi dan aritmia jarang dijumpai. Penyakit
jantung skleroderma yang nyata secara klinis dilaporkan
kurang dari seperempat pasien, kejadiannya meningkat
HIPERTENSI PULMONAL REUMATOID sampai 80 7o padapemeriksaan autopsi. Penyakitjantung
skleroderma umumnya kurang sering dan kurang berat pada
Penyebab hipertensi pulmonal denian tekanan vena tipe limited (terbatas) dibandingkan tipe difus.
pulmonal normal mencakup hiperviskositas serum,
fibrosis interstisial, bronkiolitis obliteratif dan vaskulitis
pulmonal. Prevalensinya masih belum jelas. tetapi
PENYAKIT JANTUNG KORONER
rendah.

Walaupun arteri koroner epikardial biasanya normal, arteri


Manifestasi Klinis koroner intramural dan arteriol sering menunjukkan
Sesak merupakan manifestasi yang biasa dijumpai pada penyempitan. fibrosis, nekrosis fibrinoid dan hipetrofi in-
hipertensi pulmonal dan kor pulmonal. Hipertensi pulmonal tima. Kerusakan endotel yang dimediasi imun, stimulasi
sedang yang tak berhubungan dengan kor pulmonal dapat fibroblas, deposisi kolagen dan peningkatan produksi
asimtomatik. platelet derived growthfactor dapat menurunkan respons
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan heaving endotel terhadap trombosis, inflamasi dan vasodilatasi.
parasternal, bunyi jantun g II split, regurgitasi trikuspid, Selanjutnya degranulasi sel mast melepas zat vasoaktif
gallop 53 sisi kanan dan jarang hepatomegali dan edema. seperti histamin, prostaglandin D2 dan leukotrien C4 dan
t8t2 I(ARDIOI,OGI

D3 yang dapat menyebabkan vasospasme. Hampir semua pasien skleroderma dengan penyakit kutaneus difus,
pasien dengan bukti PJK intramiokardial mempunyai antibodi antiSclT0 dan usia > 60 tahun.
fenomena Raynaud's perifer. Miokarditis secara klinis jarang dijumpai, namun pada
penelitian post mortem menunjukkan prevalensi yang
Manifestasi Klinis tinggi. Fibrosis miokardial difus atau fokal dan nekrosis
Nyeri dadajarang ditemukan;jika ada, dikaitkan lebih sering
pita kontraksi (contraction-band) sering ditemukan.
dengan perikarditis atau refluks esofageal daripada iskemia
miokard. Sebagian besar pasien, bahkan dengan defek Manifestasi Klinis
pada pencitraan perfusi miokard yang dinduksi latihan atau Penyakit fibrosis miokardial difus atau fokal dapat
istirahat adalah asimtomatik. Walaupun vasospasme mengakibatkan disfungsi diastolik atau sistolik ventrikel
koroner intramiokardial dapat ditemukan, vasospasme kiri yang bermakna, aritmia dan gangguan konduksi. Pasien
berat arteri koroner epikardial yang menyebabkan infark dengan miopati skletal dan dengan miokarditis lebih sering
miokard transmural jarang dilaporkan. mengalami gagal jantung klinis yang sering intraktabel.
Gejala yang muncul perlahan seperti dispnu, ortopnu dan
Diagnosis edema perifer merupakan gejala yang paling sering
Pemeriksaan tes treadmill merupakan metode dengan ditemukan. Gejala akut gagal jantung dan mati mendadak
jarang dijumpai.
sensitivitas terbatas karena prevalensi PJK epikardial pada
Pada pemeriksaan fisis dapat menunjukkan kardiomegali,
pasien skleroderma rendah.
gallop 53 atau 54, murrnur sistolik, penurunan intensitas
Pada pemeriksaan radionuklid, abnormalitas perfusi
multisegmental yang dinduksi latihan atau istirahat sering bunyijantung, ronki paru dan edema perifer.
ditemukan. Keadaan ini sering kembali normal atau membaik
dengan nifedipin atau dipiridamol yang menunjukkan epi- Diagnosis
sode vasospasme berulang yang meyebabkan iskemia Jika terdapat bukti miokarditis secara klinis atau
miokard atau fibrosis. laboratorium, penapisan diagnosis keterlibatan j antung
Pada pemeriksan ekokardiografi infark miokard trans- yang asimtomatik harus dilakukan.
mural yang khas biasanya tidak ditemukan. Pasien biasanya Pada pemeriksaan EKG dapat ditemukan pola infark
menunjukkan disfungsi diastolik atau sistolik global. septal pada beberapa pasien, berhubungan dengan
Jarang dijumpai infark miokard transmural karena abnormalitas perfusi thalium anteroseptal atau septal,
vasospasme koroner epikardial. walaupun arteri koroner epikardial normal. Keadaan ini
Angiografi koroner biasanya menunjukkan arteri diduga menunj ukkan fibrosis septal.
koroner epikardial normal, aliran yang lambat menunjukkan Pada pemeriksaan ekokardiografi sebagian besar pasien
resistensi koroner intramiokardial yang meninggi dan menunjukkan fungsi sistolik ventrikel kiri yang masih baik.
penurunan aliran darah sinus koronarius menunjukkan Dapat dijumpai abnormalitas gerakan dinding ventrikel kiri
cadangan aliran koroner abnormal. regional atau global dan jarang abnormalitas gerakan
dinding ventrikel kanan dan lebih sering tampak pada
pasien dengan penyakitjantung secara klinis.
Penatalaksanaan
Walaupun antagonis kalsium seperti nifedipin dan Biopsi endomiokardial merupakan pemeriksaan
pemeriksaan yang jarag, digunakan untuk diagnosis
nikardipin jelas menunjukkan perbaikan jangka pendek
penyakit miokardial skleroderma, namun pola keterlibatan
dalam jumlah dan beratnya defek perfusi, manfaat jangka
yang heterogen dan nonspesifik membatasi sensitivitas
panjang belum diketahui. Kaptopril menunjukkan manfaat
dan spesilisitas teknik ini.
yang sama.

Penatalaksanaan
MIOKARDITIS Jika ditemukan disfungsi sistolik ventrikel kiri asimtomatik,
terapi bersifat nonspesifik dan terdiri dari diuretik, digi-
Terdapat 2 tipe penyakit miokardial skleroderma. Yang talis dan vasodilator. Penggunaan metilprednisolon
tersering karena iskemia intramiokardial berulang yang intravena pada miokarditis inflamasi akut masih
mengakibatkan fibrosis; yang kedua jarang di mana kontroversial.
patogenesisnya tak diketahui adalah miokarditis inflamasi Adanya gallop 53 menunjukkan disfungsi sistolik
akut. Pasien skleroderma dengan miopati skeletal aktif ventrikel kiri dan meningkatkan risiko kematian lebih dari
mempunyai prevalensi penyakit niokardial sampai21 7o, 50OVo. Pasien dengan gagal jantung mempunyai laju
dibandingkan hanya l0 7o pada pasien tanpa miopati mortalitas lOOTo dalam 7 tahun, dengan angka tertinggi
perifer. Penyakit miokardialjuga lebih sering dan berat pada (82 Eo) terjadi dalam tahun pertama diagnosis.
PENYAKIT JANTUNG PADA PENYAKIT JARINGAN IKAT r813

GANGGUAN KONDUKSI DAN ARITMIA Manifestasi Klinis


Bukti klinis pada penyakit perikard ditemukan 5-15 Vo pasien
Defek konduksi terjadi sampai 20Vo pasien skleroderma. dan lebih sering pada pasien dengan tipe kutaneus
Prevalensi tertinggi pada ditemukan pada pasien terbatas. Manifestasi klinis tersering adalah efusi perikard
miokarditis atau defek perfusi miokardial. Penggantian fi- kronik dengan sesak, ortopnu dan edema; dan jarang
brosa pada nodus SA dan AY cabang berkas dan tampak sebagai perikarditis akut dengan demam, nyeri dada
miokardium tampak pada pemeriksaanp ost mortem pasien pleuritik, dispnu dan pericardial rub. Tamponadjantung
dengan gangguan konduksi. atau perikarditis konstriktif kronik j arang dijumpai.

Manifestasi Klinis Diagnosis


Aritmia sering dijumpai dan dikaitkan dengan miokarditis Ekokardiografi sering menunjukkan efusi perikard ringan
aktif. Kontraksi ventrikel dan atrial prematur, takikardia asimtomatik dan penebalan dan dapat mengkonfirmasi
supraventrikular dan takikardia ventrikular non sustained tamponad jantung yang dicurigai secara klinis.
juga sering dijumpai. Aritmia ventrikular dan
supraventrikular lebih sering terjadi pada pasien dengan
Penatalaksanaan
penyakit kutaneus difus daripada pasien dengan tipe
Perikarditis simtomatik atau efusi perikard bermakna dapat
terbatas. Palpitasi terjadi pada 50 % pasien. Sinkop dapat
diterapi dengan obat antiinflamasi nonsteroid. Jika
terjadi dan dikaitkan dengan blok AV derajat tinggi atau
aritmia ventrikular; j arang merupakan manifestasi pertama
dicurigai tamponad, perikardiosentesis atau
perikardiektomi biasanya bermanfaat. Steroid tidak efektif
skleroderma. Sinkop dapat juga terjadi pada pasien
pada pasien efusi perikard kronik yang berat.
hipertensi pulmonal berat. Sekitar 40-70 % kematian jantung
pada pasien skleroderma yang mempunyai miopati skel-
etal aktif dan miokarditis mungkin tiba-tiba dan terkait
dengan aritmia ventrikular.
PENYAKIT JANTUNG VALVULAR

Prevalensi sebenarnya tak diketahui, danjarang dijumpai


Diagnosis secara klinis. Prevalensi pada penelitian post mortem
Mayoritas pasien mempunyai EKG normal, yang dilaporkan sampai 18 Vo. P adapemeriksaan ekokardiografi,
mempunyai prediksi tinggi fungsi ventrikel kiri normal. frekuensi regurgitasi mitral pada pasien skleroderma
Adanya blok cabang berkas kiri dan kanan atau bifasikular dilaporkan 67 Vo dibandingkan hanya 15 7o padakeTompok
umumnya berhubungan dengan disfungsi sistolik kontrol. Dapat dijumpai penebalan nonspesifik pada katup
ventrikel kiri saat istirahat atau yang diinduksi latihan. mitral dan aofta tanpa disertai regurgitasi bermakna.
Terdapat peningkatan frekuensi aritmia atrial dan vetrikular
atau abnormalitas konduksi pada pemeriksaan EKG dan
berhubungan dengan disfungsi ventrikel kiri. PENYAKIT JANTUNG SKLERODERMA SEKUNDER

Penatalaksanaan Penyebab sekunder penyakit jantung skleroderma


Pacu jantung diindikasikan pada gangguan konduksi dikaitkan dengan hipertensi sistemik dan pulmonal.
derajat tinggi yang simtomatik dan terapi anriarirmia Fibrosis paru dapat terjadi sampai 80 7o dan hipertensi
diberikan pada aritmia simtomatik. Belum diketahui apakah pulmonal dengan kor pulmonal sampai 40-5OVo pasien.
supresi aritmia menurunkan risiko mati mendadak pada Hipertensi pulmonal sekunder karena vaskulopati infl amasi
pasien skleroderma. atau vasospasme pulmonal jarang terjadi dan lebih sering
dikaitkan dengan tipe kutaneus terbatas (limited cutaneus)
dan sindrom overlap. Hipertensi pulmonal dikaitkan
PER!KARDIT!S dengan 50 Vo mortalitas dalam 8 tahun. Oksigen, antagonis
kalsium dan inhibitor ACE menunjukkan manfaat jangka
Patogenesis penyakit perikardial skleroderma tak diketahui panjang. Hipertensi dan penyakit jantung hipertensi
dan biasanya secara klinis silent. Perikarditis akut biasanya dikaitkan dengan penyakit renovaskular.
simtomatik jarang dijumpai, kontras dengan prevalensi Prognosis dikaitkan dengan beratnya penyakit jantung.
penyakit perikard yang tinggi pada pemeriksaan post
mortem. Perikarditis fibrinosa, perikarditis fibrosa kronik,
adhesi perikardial dan efusi perikardial adalah tipe SPOND!LITIS ANK!LOSING
patologis yang dijumpai. Penyakit perikardial lebih sering
terjadi pada pasien dengan bentuk kutaneus terbatas. Spondilitis ankilosing merupakan penyakit inflamasi yang
1814 I(ARDIOI.OGI

asalnya tak diketahui yang melibatkan predominan pada anterior. Regurgitasi katup yang tampak pada hampir 50 Vo
vertebra dan sendi sakroiliaka. Manifestasinya sebagai pasien adalah sedang pada sepertiga kasus. Penyakit aorta
nyeri pinggang bawah dan hambatan gerakan bagian dan katup dikaitkan dengan lama penyakit spondilitis
belakang dan pengembangan dada. Jarang melibatkan ankilosing tapi tidak terhadap aktivitas penyakit, berat
sendi perifer dan organ ekstrartikular seperti jantung. penyakit dan terapi.
Manifestasi kardiovaskular umumnya mengikuti
sindrom artritis setelah l0-20 tahun, kadang-kadang
Penatalaksanaan
mendahulai artritis. Manifestasi kardiovaskular terpenting
Belum ada data mengenai peran terapi medis dengan
adalah aortitis dengan alau tanpa regurgitasi aorta.
antiinf'lamasi spesifik seperli kortikosteroid. Terapi dengan
gangguan konduksi, regurgitasi mitral, disfungsi
diuretik dan vasodilator dapat digunakan pada regurgitasi
miokardial dan penyakit perikard. Prevalensi penyakit
aorta yang bermakna. Profilaksis antibiotik pada
kardiovaskular secara klinis bervariasi luas. Prevalensinya
endokarditis infektif diindikasikan pada penyakit katup
lebih tinggi pada pasien dengan lama penyakit >20 tahun,
aorta dengan regurgitasi.
pasien dengan usia >50 tahun dan keterlibatan artikular
perifer.

GANGGUAN KONDUKSI
AORTITIS DAN BEGUBGITASI AOBTA
Gangguan konduksi merupakan penyakit jantung terkait
Patogenesis aortitis belum diketahui. Meningkatnya spondilitis ankilosing kedua tersering ditemukan dan
aktivitas agregasi trombosit dan plate let- deriv e d g rorvth pato-eenesisnya belum diketahui. Gangguan konduksi
dapat merupakan akibat proses fibrosis subaortik yang
factor dipercayai sebagai faktor yang berperan pada
patogenesis. Proses inflamasi juga dimediasi oleh sel meluas ke septum basilar. mengakibatkan destruksi atau
plasma dan limfosit. disfungsi nodus atrioventrikular, bagian proksimal berkas
His, cabang berkas dan fasikel.

Manifestasi Klinis
Manifestasi penyakit jantung yang terkait spondilitis Manifestasi Klinis
ankilosing tersering adalah aortitis proksimal dengan atau Prevalensi gangguan konduksi bervariasi sangat luas,
tanpa regurgitasi. Penyakit katup mitral yang terkait juga sekurang-kurangnya 20 7o. Blok atrioventrikular (derajat
sering dijumpai. Aortitis dan regurgitasi aorta umumnya satu, derajat dua dan jarang derajat tiga) tersering
ringan sampai sedang, secara klinis silent dan kronik. ditemukan, diikuti disfungsi nodus sinus (aritmia sinus,
Jarang te{adi regurgitasi aorta berat berasal dari aortitis blok sinoatrial, henti sinus, dan sicft siias st'ndronte) dan
kronik atau akut berat atau valvulitis atau komplikasi blok fasikular dan cabang berkas.
endokarditis infektif. Penyakit katup aorta silent secara Pasien dengan gangguan konduksi umumnya
klinis dengan atau tanpa regurgitasi aorta dapat terjadi asimtomatik dan dapat dideteksi sebelum manifestasi
pada seperliga pasien sebelum manifestasi penyakit sendi. secara klinis pada kurang dari seperlima pasien. Prevalensi

Walaupun penyakit aofta dan regurgitasi katup dapat penyakit aorta dan regurgitasi katup tinggi pada gangguan
ditemukan pada pemeriksaan ekokardiografi pada 60 7o konduksi. Jarang terjadi, gangguan konduksi berat yang
pasien, karena biasanya ringan sampai sedang, hanya berhubungan dengan gejala pusing, prasinkop atau sinkop
sedikit yang terdeteksi secara klinis. dan membutuhkan pacu jantung mendahului diagnosis
spondilitis ankilosing.
Pada pemeriksaan fisis bradiaritmia berat dapat secara
Diagnosis klinis dideteksi jika pasien simtomatik. Gangguan konduksi
Pada pemeriksaan foto rontgen dada siluet jantung dan umumnya insidental dideteksi dengan EKG.
pembuluh darah besar biasanya normal. Jika terdapat
penyakit aorta berat atau regurgitasi aorta, aorta asenden
Diagnosis
dapat menunjukkan dilatasi atau elongasi dan pembesaran
EKG mencakup pemantauan ambulatori 21 jam, dapat
atrium dan ventrikel kiri dapat ditemukan.
secara mudah mendeteksi adanya gangguan konduksi.
Pada pemeriksaan ekokardiografi transesofageal,
penebalan aorta, peningkatan kekakuan dan dilatasi
didapatkan masing-masin g 60 Vo, 60 Vo dan 25 7o pasien. Penatalaksanaan
Penebalan katup aorta pada 40 70 pasien,manifestasi Terapi antiinflamasi tidak menunjukkan manfaat pada
predominan sebagai nodularitas katup aorta. Penebalan pasien dengan gangguan konduksi. Pacu jantung dapat
katup mitral yang tampak pada 30 Vo pasien, manifestasi dilakukan dengan sukses dengan indikasi terbanyak
predominan sebagai penebalan basal katup mitral adalah blokjantung total dan sick sinus syndrome.
PENYAKIT JANTUNG PADA PETTTYAKIT JARINGAN IKAT 1815

PENYAKIT KATUP MITRAL terbanyak pada permukaan ekstensor, terutama punggung


tangan dan jari. Penyebab utama mortalitas adalah
Prevalensi penyakitkatup mrtral sekitar 307r, namun secara keganasan, sepsis dan penyakit kardiovaskular. Indikator
umum tak bermakna dan sering tak diketahui. Penyakit prognosis yang buruk mencakup usia >45 tahun, penyakit
katup mitral umumnya asimtomatik dan sering secara kardiopulmoner dan lesi nekrotik kutaneus.
insidentil dideteksi dengan ekokardiografi. Patogenesisnya
dikaitkan dengan perluasan fibrosis aorta sampai bagian
basilar subaortik dari katup mitral anterior, mengaibatkan
Manifestasi Klinis
Penyakit jantung yang terkait polimiositis /dermatomiositis
subaortic bump.Regwgitasi mitral berasal dari mobilitas
tidak jarang dijumpai dan manifestasinya predominan
katup anterior yang menurun yang disebabkan subaortic
sebagai aritmia atau gangguan konduksi dan miokarditis.
bump basllr atau jarang akibat dilatasi ventrikel karena
Kardiomiopati dilatasi, perikarditis, vaskulitis koroner,
regurgitasi aorta. Kecuali profilaksis antibiotik untuk
hipertensi pulmonal dengan kor pulmonal, prolaps katup
pencegahan endokarditis infektif pada pasien dengan
mitral dan sindrom jantung hiperkinetik pernah dilaporkan.
regurgitasi mitral, tak ada terapi lain yang
Penyakit jantung yang nyata secara klinis jarang
direkomendasikan.
dibandingkan pada penemuan post mortem. Penyakit
jantung klinis lebih sering ditemukan pada polimiositis dan
sindrom overlap daripada dermatomiositis. Adanya
PENYAKIT MIOKARD, PENYAKIT PERIKARD DAN penyakit jantung tidak berhubungan dengan usia, aktivitas
ENDOKARDITIS BAKTERIALIS , berat atau lamanya penyakit dan tak berbeda antara pria
dan perempuan.
Penyakit miokard primer jarang dijumpai. Patogenesisnya
belum diketahui, diduga karena peningkatanjaringan ikat
interstisial miokardial yang difus dan serat retikulum. ARITMIA DAN GANGGUAN KONDUKSI
Manifestasinya dapat berupa disfungsi sistolik dan dilatasi
ventrikel kiri sampai seperlima pasien. Fungsi diastolik Abnormalitas gelombang T dan segmen ST non spesifik
ventrikel kiri abnormal dengan pemerikasaan ditemukan pada separuh pasien. Gangguan lain mencakup
ekokardiografi Doppler dan ventrikulografi radionuklid blok cabang berkas kanan, blok fasikular anterior kiri, blok
dilaporkan sebanyak 50 7o pasien. Disfungsi diastolik tidak bifasikular, perlambatan konduksi intraventrikular
terkait dengan usia, lama penyakit atau aktivitas penyakit. nonspesifik, bok cabang berkas kiri, blok AV derajat satu
Disfungsi miokard sekunder terkait dengan overloadyol- dan blok AV derajat tinggi. Gangguan konduksi jarang
ume kronik pada regurgitasi mitral dan aorta. Dapat berkembang menjadi lebih berat, meskipun pada beberapa
didengar bunyijantung ketiga dan keempat dan ronki paru kasus memerlukan pacu jantung permanen.
jika terdapat disfungsi sistolik atau diastolik ventrikel kiri Aritmia yang tersering ditemukan adalah komplek atrial
yang bermakna. Ekokardiografi merupakan metode dan ventrikel prematur. Takiaritmia supraventrikular dan
diagnostik terbaik untuk melihat disfungsi ventrikel kiri takikardia ventrikular jarang terjadi. Miokarditis aktif atau
primer atau sekunder. Tak ada terapi spesifik untuk degenerasi miokardial dan fibrosis yang meluas ke
penyakit miokardial pnmer. sinoatrial, nodus AV dan cabang berkas menjelaskan
Prevalensi penyakit perikardial tak diketahui, dan jarang adanya aritmia dan abnormalitas konduksi.
ditemukan pada spondilitis ankilosing. Patogenesisnya
belum diketahui dengan pasti. Umumnya asimtomatik dan
tak ada gangguan hepodinamik bermakna. Biasanya MIOKARDITIS
secara insidental terdeteksi pada pemeriksaan
ekokardiografi berupa penebalan perikard atau efusi Pada penelitian, miokarditis ditemukan pada separuh
perikard ringan. Tak ada terapi spesifik. pasien, dengan manifestasi sama sebagai miokarditis aktif
atau fibrosis miokardial fokal. Sekitar 10-207o mengalami
kardiomiopati dilatasi. Terdapat korelasi kuat antara
POLI MIOSITIS/DERMATOM IOS!T!S miokarditis dan miositis aktif. Miokarditis dapat
bermanifestasi secara klinis sebagai gagal jantung
Polimiositis atau dermatomiositis adalah miopati infl amasi kongestif atau kardiomiopati dilatasi.
kronik, didapat yang penyebabnya tak diketahui dengan
manifestasi klinis kelelahan otot proksimal yang simetri
pada ekstremitas, tulang belakang dan leher. ARTERITIS KORONER
Dermatomiositis berbeda dengan polimiositis dengan
adanya rash pada muka, leher, dada dan ekstremitas, Prevalensi klinis tak diketahui. Salah satu penelitian posr
1816 KARDIOI.OGI

mortem menunjukkan adanya arteritis koroner pada30 Vo Manifestasi klinis penyakit jantung primer, hipertensi
pasien, manifestasi sebagai vaskulitis aktif dengan pulmonal dan kor pulmonal yang terkait MCTD tidak
proliferasi intima atau nekrosis medial dengan kalsifikasi. berbeda dengan penyakitjaringan ikat lain.

Diagnosis
PENYAKIT JANTUNG VALVULAR Metode yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit
jantung yang terkait MCTD sama dengan penyakit jaringan
Prevalensi prolaps katup mitral dilaporkan lebih dari ikat lain.
separuh pasien. Tidak ada penyakit katup spesifik
ditemukan. Penyebab prolaps katup mitral belum dapat
ditentukan. Penatalaksanaan
Data yang ada masih sedikit dalam hal penatalaksanaan
penyakit jantung yang terkait MCTD. Perikarditis
umunmya memberikan respons baik dengan kofiikosteroid.
PERIKARDITIS
Nifedipin 30 mg/hari menunjukkan penurunan resistensi
Perikarditis akut tanpa komplikasi dengan efusi perikard vaskular pulmonal akut dan menetap pada pasien hipertensi
ringan sampai sedang pernah dilaporkan. Perikarditis akut pulmonal.
dengan tamponad dan perikarditis konstriktif kronis jarang
drjumpai. Perikarditis melibatkan <20Vo pasien dewasa dan
sedikit lebih sering dari anak-anak. Ekokardiografi REFERENSI
menunjukkan prevalensi efusi perikard biasanya sedikit pada
25 Vo pasien dewasa dan sampai 50 Vo pada anak-an ak. Abdurahman N, Alwi I. Hakim L, Ismail D, Soelistijo H. Association
of disease activity and pericardial effusion on systemic lupus
erythemathosus patients. Med J Univ Indones 1998;7:89-93.
Alwi I, Hakim L, Abdurahman N. Perikarditis dan efusi perikard
HIPERTENS! PULMONAL, KOR PULMONAL DAN pada pasien lupus eritematosus sistemik Medika 199816:386-
SINDROM JANTUNG H!PEBKINETIK 95.
Ansari A, Larson PH, Bates HD. Cardiovascular manifestations of
Dapat ditemukan hipertensi pulmonal sekunder sampai systemic lupus erythematosus Prog Cardiovasc Dis
penyakit paru interstisial dan vaskulopati paru primer yang 1985:27:421-34
memyebabkan kor pulmonal. Badui E, Garcia-Rubi D, Robles E. Cardiovascular manifestations in
systemic iupus erythematosus Prospestive study of 100
patients. Prog Cardiovasc Dis 1985;27:421 -34.
Bahl VK, Vasan RS, Aradhye, Malaviya AN Prevalence of cardiac
MtxED CO N N ECTTV E TTSSU E DTSEASE (MCTD) abnormalities early in the course of systemic lupus eryt
Am J Cardiol 1991;68: 1540-1.
hematosus.
Pasien dengan MCTD adalah pasien dengan manifestasi Boumpas DT, Austin II HA, Fessler BJ et al. Systemic lupus
klinis LES, artritis reumatoid, skleroderma dan polimiositis. erythematosus: emerging concepts. Renal, neuropsychiatric,
cardiovascular, pulmonary, and hematologic disease. Ann
Keterlibatan jantung primer pada MCTD jarang dijumpai
Intern Med 1995:122(Pt 1):940-50.
dibandingkan penyakit jaringan ikat lain. in systemic lupus
Cervera R, Font J, Pare C, et al. Cardiac diseases
erythematosus: prospective study of 70 patients Ann Rheum
Manifestasi Klinis Dis 1992:51:156-9.
Cohen MG Li EK Mortality in systemic lupus erythematosus:
Peny akit perikardial dengan manifestasi perikarditis, efusi
active disease is the most important factor. Aust NZ J Med
perikard ringan atau penebalan perikard merupakan yang 1992t22:5-8.
tersering ditemukan. Perikarditis lebih sering pada anak- Crozier IG, Li E, Milne MJ, Nicholls MG. Cardiac involvement in
anak, melibatkan hampir separuh pasien. Pada kasus yang systemic lupus erythematosus detected by echocardiography
jarang, perikarditis dapat merupakan presentasi awal Am J Cardiol 1990:65:1145-8.
penyakit. Dapat ditemukan penebalan vetucous dan Cujec B, Sibley 3, Haga M. Cardiac abnormalities in patients with
regurgitasi katup mitral dan tidak dapat dibedakan dengan systemic lupus erythematosus. Can J Cardiol 1991;7(8):343-9.
Doherty III NE, Feldmdn G, Maurer G, Siegel U. Ekokardiografi
LES. Aritmia supraventrikular dan ventrikular dan
findings in systemic lupus erythematosus Am J Cardiol
gangguan konduksi jarang ditemukan. Walaupun 1988;6 1:1 1 44.
hiperplasia intima pada arteri koroner, perivaskular dan Doherty NE, Siegel RJ. Cardiovascular manifestations of systemic
infiltrasi leukositik miokardial dilaporkan pada pemeriksaan lupus erythematosus. Am Heart J 1985:1257-65.
po stmortem, arleritis koroner klinis atau miokarditis j arang Ehrenfeld M, Asman A, Shpilberg O. Pericarditis in SLE: a
dijumpai. retrospective analysis [abstract]. Lupus Avis International Jour-
nal; Jerusalem, Israell 1995 March 26-31; 1995.
PENYAKIT JANTUNG PADA PENYAKIT JARINGAN IKAT 1817

Enomoto K, Kaji Y Mayumi T, et al. Frequency of valvular regur- Lolli C, Foscoli M, Giofre R, Tarquinii M, Pasquali S, Toschi GP
gitation by color Doppier echocardiography in systemic lupus Cardiac anomalies in systemic lupus erythematosus: their
erythematosus Am J Cardiol \991 61:209-17. prevalence and relation to duration, disease activity and the
Galve E, Candell Riera J, Pigrau C, et al. Prevalence, morphologic presence of antiphospholipid antibodies. G Ital Cardiol
types, and evolution of cardiac valvular disease in systemic 1993;23(11):1 125-34.
lupus erythematosus. N Engl J Med 1988;319:817-23 Lorell BH, Bri,Lunwald E. Pericardial disease In: Braunwald, editor
Gleason CB, Stoddard MF, Wagner SG, Longaker RA, Pierangeli, Heart disease: a textbook of cardiovascular medicine 4th ed.
Harris EN A comparison of cardiac valvular involvement in Philadelphia: WB Saunders Co.; 1992. p.1465-1516.
the primary antiphospholipid syndrome versus anticardiolipin- Mandell BF. Cardiovascular involvement in systemic lupus
negative systemic lupus erythen'ratosus. Am Heart J erythematosus. Semin Arthritis Rheum I 987;17'.126-41.
1993:125:1 123-9. Nihoyannopoulos P, Gomez PM, Jostn J, Loizou S, Walport MJ,
Hojnik M, George J, Ziporen L, Shoenfeld Y Heart valve Oakley CM. Cardiac abnormalities in systemic lupus
involvement (Libman-Sacks endocarditis) in the erythematosus. Circulation 1990181:369-75.
antiphosphoJipid syndrome. Circulation 1996;93:7519-81. Ong ML, Veerapen K, Chambers JB, Lim MN, Manisavagar M,
Ismail D, Alwi I, Hakim L, Soelistijo H, Abdurahman N. Cambaran Wang F Cardiac abnormalitles in systemic lupus erytbemato-
ekokardiografi pasien lupus eritematosus sistemik Maj Kedokt sus: prevalence and relationship to disease activity Int J Cardiol
Indon 1999:49:350-3. 1992:34(l):69 -1 4 .

Jouhikainen ! Pohjola SS, Stephanssou E. Lupus anticoagulant and Qiusmorio FP. Systemic corticosteroid therapy in systemic lupus
cardiac manifestations in systemic erythematosus Lupus erythematosus In: Wallace DJ, Hahn BH, Qiusmorio FP,
1994;3(3): t6T -72. Klienberg JR, editors Dubois' Lupus Erythematosus. 4rh ed
Kahl LE. The spectrum of pericardial tamponade in systemic lupus Philadelphia: Lea & Febiger; 1993. p 574-8.
erythematosus. Report of ten patients. Arthritis-Rheum Quismorio Jr. FP cardiac abnormalities in systemic lupus erythema-
1992l.35:1343-9. tosus. In: Wallace DJ, Hahn BH, editors. Dubois' Lupus Erythe-
KlinkhofT AV, Thompson CR, Reid GD, Tomlinson CW. M-mode matosus. 4th ed. Philadelphia: Lea & Febiger; 1993. p.332-42
and two dimensional echocardiography abnormalities in Roldan CA, Shively BK, Lau CC, Gurule Fr, Smith FA, Crzrwford
sy s temic 1up us erythematos us. JAMA 198 5 :253 :321 3 -l MH. Systemic Jupus erythematosus valve disease by
Khamashta MA, Cervera R, Asherson RA, et al. Association of transesophageal echocardiography and the role of
antibodies against phospholipids with heart valve disease in antiphospholipid antibodies J Am Coll Cardiol 199220l.1121-
systemic lupus erythematosus Lancet 1990;335:15211-4 31.
Leung WH, Wong KL, Lau CP. Wong CK, Cheng CH. Cardiac Roldan CA, Shively BK, Crawfbrd MH, An echocardiography study
abnormalities in svstemic lupus erythematosus: a prospective of valvular heart disease associated with systemic lupus erythe-
M-mode cross sectional and Doppler ekokardiografi study Int J matosus N Engl J Med 1996;335:1424-30
Cardiol I 990;21 (.3):267 -1 5 Steven MB. Systemic lupus erythematosus and the cat'di.ovascular
Levine JS, Branch DW, Raugh J. The antiphospholipid syndrome. N system: the heart In: Lahita RG editor Systemic lupus Erythe-
Engl J Med 2002;346:152-63. rratosus 2nd ed New York: Churchill Livingstone; 1992. p.707-
Leung WH, Wong KL. Lau CP, Wong CK, Liu HW Associarion 11 .

between antiphospholipid antibodies and cardiac abnormalities Ward MM, Pyum E, Studenski S. Causes of death in systemic lupus
in patients with systemic lupus erythematosus, Am J Med erythematosus Arthritis Rheum 1995;38:149-9
1990;89:41 1-9
284
TUMOR JANTUNG
Idrus Alwi

TUMOR PRIMER yang dapat disembuhkan dengan operasi, penting halnya


diagnosis ditegakkan secara dini bila ada kecurigaan.
Tumor jantung primer jarang dijumpai. Insidennya antara
0,0017-0,19 Vo pada pasien yang diautopsi. Kurang lebih
Manifestasi Klinis
tiga perenlpatnya jinak secara histologis, dan sisanya.
Tumor jantung mungkin muncul dengan berbagai jenis
yang hampir dalam seluruh kasus merupakan sarkoma,
manifestasi kardiak dan nonkardiak. Lokasi dan ukuran
adalah tumor ganas. Hampir separuh tumor jantung jinak
tumor merupakan penentu utama gejala-gejala dan tanda-
adalah miksoma dan mayoritas sisanya adalah lipoma,
tanda khusus. Sebagian besar muncul dalam manifestasi
fibroelastoma papiler dan rabdomioma.
penyakit jantung yang lebih umum, seperli nyeri dada,
Sebelum tahun 1951, diagnosis tumor intrakardiak
sinkop, gagal jantung, murrnur, aritmia, gangguan konduksi,
dibuat hanya saat pemeriks aarr post mortem. Pada saat itu
dan efusi perikard dengan atau tanpa tamponad.
diagnosis tumor atrium kiri dikonfirmasi dengan
pemeriksaan angiokardiografi. Penemuan ekokardiografi
memungkinkan diagnosis tumor jantung antemortem.
MIKSOMA
Metode pencitraan diagnostik tambahan mencakup
computed tomography (CT) dan nuclear magnetic
Miksoma adalah tipe tumor jantung primer yang paling
resonance imaging (MRD.
sering dijumpai pada seluruh kelompok usia, terhitung
Karena seluruh tumor jantung memiliki potensi
sepertiga sampai setengah kasus pada pemeriksaan posf-
komplikasi yang mengancam jiwa, dan sekarang banyak
mortem dan sekitar tiga perempat tumor ditangani dengan
operasi. Dapat muncul di segala usia, paling sering pada
dekade ketiga sampai keenam, dengan predileksi pada
perempuan.
Tpe Jumlah
Miksoma biasanya muncul sporadis, namun sebagian
Jinak (Benigna) 199 EO

- Miksoma 114 JJ,Z berhubungan dengan transmisi dominan autosomal atau


- Rabdomioma 20 5,8 merupakan bagian dari sindrom yang melibatkan
- Fibroma 20 5,8
sekelompok kelainan termasuk lentigines ata:u pigmented
- Hemangioma 17
- Nodal atrioventrikular 10 ,o nevi,penyakit korteks adrenal nodular primer dengan atau
- Sel granular 4 1,2 tanpa sindrom Cushing's, fibroadenoma mammae
- Lipoma 2 0,6
miksomatosa, tumor testikular, dan/atau adenoma pituitari
- Paraganglioma 2 0,6
- Hamartoma miositik 2 0,6 dengan gigantisme atau akromegali. Pasien-pasien dengan
- Kardiomiopati histiositoid 2 0,6 kompleks Carney memiliki pigmentasi kulit yang tidak
- Pseudotumor inflamasi 2 0,6
- Tumor jinak larn 4 1,2
merata, miksomas, overaktivitas endokrin, dan
Ganas (Maligna) 144 42
schwannomas yang disebabkan oleh mutasi gen
- Sarkoma 137 39,9 encoding protein kinase A tipe I-d regulatory submit.
- Limfoma 7 2,1 Berbagai penemuan tertentu dirujuk sebagai sindrom
IVAME (nevi, atrial myxoma, myxoid neurofibroma, and

1818
TUMORJANTUNG 1819

ephelides) atau sindrom 1"4 MB (lentigines, atrial myxomq Pemeriksaan Penunjang


and blue nevi). Kurang lebih 7% miksoma jantung Ekokardiografi transtorakal atau transesofageal berguna
berhubungan atau merupakan bagian dari sindrom dalam menentukan diagnosis miksoma jantung dan
miksoma dengan sekelompok kelainan yang digambarkan memungkinkan penentuan tempat menempelnya tumor dan
di atas. ukuran tumor, yang merupakan pertimbangan penting
Secara patologis, miksoma adalah neoplasma yang dalam perencanaan eksisi bedah. Computed tomography
berasal dari endokardial. Miksoma mempunyai struktur (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) khusus
gelatin yang terdiri dari sel-sel miksoma yang terletak pada mungkin memberikan informasi penting sehubungan
stroma yang kaya akan glikosaminoglikan. Umumnya dengan ukuran, bentuk, komposisi, dan karakteristik
polipoid, sering pedunculated pada .fibrovascular stalk permukaan tumor. Karena miksoma mungkin familial,
dan memiliki diameter berkisar antara 1-15 cm, sebagian penapisan dengan ekokardiografi pada keturunan
besar 5-6 cm. Sebagian besar soliter dan terletak pada generasi pertama penting, khususnya jika pasien masih
atrium, khususnya bagian kiri, di mana mereka muncul dari muda dan memiliki tumor berganda atau terdapat sindrom
septum interatrial kurang lebih dari/oss a oyalis. Kebalikan miksoma. Meskipun kateterisasi jantung dan angiografi
dari tumor-tumor sporadis, tumor familial atau tumor sebelumnya telah dipraktekkan secara rutin sebelum
sindrom miksoma cenderung muncul pada individu yang operasi, kateterisasi ruang di mana tumor tersebut berasal
lebih muda, multipel atau ventrikular, dan memiliki membawa risiko emboli tumor. Kateterisasi tidak lagi
kekambuhan yang lebih sering pasca operatif, mungkin dianggap pentingjika ada informasi noninvasifyang cukup
menunjukkan asal yang multisentrik. Miksoma jantung dan tidak difikirkan penyakit-penyakit jantung lain
biasanya berkembang di atrium. Sekitar J 5Vo berasal dari (misalnya penyakit jantung koroner).
atrium kiri dan 7 5 -207o di atrium kanan.
Penatalaksanaan
Manifestasi Klinis Penatalaksanaan terpilih pada miksoma adalah operasi, dan
Manifestasi klinis miksoma ditentukan oleh lokasi, ukuran biasanya kuratif. Jika diagnosis sudah ditegakkan..operasi
dan mobilitas. Miksoma umumnya muncul dengan tanda- harus segera dikerjakan, karena kemungkinan komplikasi
tanda dan gejala yang obstruktif, embolik. atau emboli atau mati mendadak. Pada sebagian besar kasus,
konstitusional. Manifestasi klinis yang paiing umum miksoma jantung dapat dibuang dengan mudah karena
menunjukkan penyakit katup mitral seperti stenosis karena pedunculated.
prolaps tumor ke dalam orifisium mitral, atau regurgitasi
karena trauma valvular yang disebabkan tumor. Miksoma
ventrikular mungkin menyebabkan penyumbatan aliran ke
ltar (outflow) yang mirip dengan stenosis subaorlik atau
subpulmonik. Gejala-gejala dan tanda-tanda miksoma
mungkin karena on,\et mer.dadak atau posisional yang pada
dasarnya, merefleksikan perubahan dalam posisi tumor
karena gaya gravitasi. Penemuan auskultasi, disebut "/r.r-
mor plop", merupakan suara rendah yang khusus yang
mungkin terdengar selama diastol awal atau mid-diastol
dan dianggap karena berhentinya tumor secara mendadak
begitu tumor menabrak dinding ventrikular. Karena
sebagian miksoma berlokasi di atrium kiri, emboli sistemik
sering ditemukan. Miksoma juga mungkin muncul sebagai Reynen N Engl J [.4ed 1995;333:1610-7

emboli perifer atau emboli paru.


Gambar 1. Ekokardiograf i mode M dan 2-D menunjukkan miksoma
Gejala dan tanda-tanda konstitusional termasuk demam, atrium kiri
turunnya berat badan, kakeksia, malaise,mialgia, artralgia,
rasiz, hipergammaglobulinemia, Karena sebagian miksoma
berlokasi di atrium kiri, emboli sistemik sering ditemukan. TUMOR JINAK LAINNYA
Anemia umumnya normokrom atau hipokrom, namun Lipoma jantung meskipun relatif sering, biasanya
anemia hemolitik mungkin juga ditemukan karena destruksi merupakan penemuan insidental pada pemeriksaan
mekanik eritrosit oleh tumor. Tanda lain yang lebih jarang po.\tmartem. Tumor ini mungkin tumbuh sampai sebesar
seperli leukositosis, trombositopeni a, sianosis, clwbbin g 15 cm dan mungkin muncul dengan gejala karena
dan fenomena Raynaud's. Miksoma seringkali salah interferensi mekanik dengan fungsi jantung, aritmia, atau
didiagnosis sebagai endokarditis, penyakit vaskular gangguan konduksi, atau sebagai abnormalitas siluet
kolagen, atau tumor nonkardiak. jantung pada periksaan foto rontgen dada.
t820 I(ARDIOI,.OGI

Fibroelastoma papiler, relatif merupakan penemuan Ieukemia dan limfoma. Dalam jumlah yang absolut, lokasi
sering pada katup-katup jantung ata:u adjacent endothe- asal utama yang paling sering pada metastasis jantung
lium pada postmortem,namun jarang menyebabkan gejala- adalah karsinoma payudara dan paru-paru, merefleksikan
gejala klinis. Terkadang, perkembangannya mungkin angka kejadian kanker ini yang tinggi. Metastasis jantung
menyebabkan interf'erensi mekanik dengan fungsi katup. hampir selalu muncul pada penyakit primer yang menyebar,
Rabdomioma dan fibroma, merupakan tumor-tumor dan seringkali penyakit primer atau penyakit metastasis
yang paling sering muncul pada bayi dan anak-anak, pal- muncul di suatu tempat di rongga dada. Metastasis
ing sering muncul pada ventrikel dan karena itu jantung terkadang merupakan manifestasi awal tumor di
menunjukkan tanda-tanda dan gejala obstruksi mekanik suatu tempat dalam tubuh.
yang mungkin mirip dengan stenosis valvular, gagal Metastasis jantung mencapai jantung dari aliran darah,
jantung kongestif, kardiomiopati hipertrofik atau restriktif, limfa, atau invasi langsung. Umumnya metastasis ini adalah
dan konstriksi perikard. Rabdomioma mungkin merupakan nodul-nodul kecil dan padat. Infiltrasi difus juga mungkin
pertumbuhan hamartomatous; multipel pada 90% kasus; terjadi, terutama pada sarkoma atau neoplasma
dan mungkin berhubungan dengan tuberous sclerosis, hematologis. Perikardium seringkali terlibat, diikuti dengan
adenoma sebaseum, dan tumor ginjal jinak pada kurang keterlibatan miokard dari ruang jantung, dan, j arang dengan
lebih30Vo pasien. Adanya kalsifikasi tumor kardiak sangat keterlibatan endokardium atau katup-katup jantung.
menyokong adanya fibroma, meskipun miksoma dan Metastasis jantung menyebabkan manifestasi klinis
sarkoma juga mungkin mengalami kalsifikasi. hanya sekitar 107o dan jarang merupakan penyebab
Hemangioma dan mesotelioma umumnya adalah tumor kematian. Pada sebagian besar keadaan metastasis
yang kecil, paling sering lokasinya intramiokardial, dan bukanlah penyebab gambaran klinis yang nampak namun
mungkin menyebabkan gangguan konduksi muncul sebagai neoplasma ganas yang dikenal
atrioventrikular dan bahkan kematian mendadak karena sebelumnya. Meskipun metastasis jantung mungkin
kecenderungan muncul pada regio nodus AV. muncul delgan sebagian besar tanda-tanda dan gejala
Tumor jinak lain yang muncul dari jantung termasuk non-spesifik, yang paling umum adalah sesak, tanda=tanda
[eratoma chemodectoma, neurilemom& mioblastoma sel perikarditis akut, tamponad jantung, peningkatan siluet
granular, dan kista bronkogenik. jantung mendadak pada pemeriksaan foto rontgen dada,
takiaritmia ektopik atau blok AV yang baru, dan gagal
jantung kongestif. Seperti tumor jantung primer lainnya,
SABKOMA presentasi klinisnya terkait dengan lokasi dan ukuran tu-
mor dibandingkan dengan tipe histologis. Banyak tanda-
Hampir semua keganasan jantung primer adalah sarkoma, tanda dan gejala-gejala juga muncul bersama rniokarditis,
yang mungkin terdiri dari beberapa tipe histologis. perikarditis, atau kardiomiopati yang diakibatkan
Umumnya, tumor-tumor ini dicinkan dengan memburuknya radioterapi atru kemoterupi.
keadaan dengan cepat yang mengarah ke kematian pasien Penemuan elektrokardiografi tidak spesifik. Pada foto
dalam beberapa minggu atau bulan mulai dari presentasi rontgen dada siluet jantung paling sering normal namun
awal karena gangguan hemodinamik, invasi lokal, atau mungkin menunjukkan efusi perikard atau kontur yang
metastasis jauh. Sarkoma umumnya melibatkan sisi kanan aneh. Ekokardiografi berguna untuk diagnosis efusi perikard
jantung, dan karena pertumbuhan yang sangat cepat, dan visualisasi metastasis yang lebih besar. Computed
invasi ke ruang perikardial dan penyumbatanjantung atau tomography (CT), MRI, dan penggambaran radionttclide
vena kava sering dijumpai. Sarkoma juga mungkin muncul dengan galium atau talium mungkin memberikan informasi
pada bagian kiri jantung dan mungkin disalahartikan anatomis yang berguna. Angiografi dapat menggambarkan
sebagai miksoma. lesi-lesi yang jelas, dan perikardiosentesis memungkinkan
diagnosis sitologis spesifik.

TUMOR METASTASIS PADA JANTUNG


REFERENSI
Tumor metastatis pada jantung jauh lebih sering
Blondeau P. Primary cardiac tumors -French studies ol -533 cases.
dibandingkan dengan tumor primer, dan rata-rata
Thorac Cardiovasc Surg 1990:38:Supp1 2:192-5.
kejadiannya kemungkinan meningkat karena harapan Cotucci WS, Price DT, Cardiac tumors, cardiac manifestations of
hidup pasien dengan berbagai bentuk neoplasma ganas systemic diseases, and traumatic cardiac injury. In: Kasper DL,
diperpanjang dengan terapi yang lebih efektif. Meskipun Braunwald E, Fauci AS, et al. Eds Hatrison's Principles of
metastasis jantung muncul pada I sampai 20Vo dari seluruh Internal Medicine l6 rh Ed. 2005.p.1420-5.
tipe tumor, rata-rata kej adianny a relatif tinggi terutama pada Di.o T, Cantelmo NL, Haudenschild CC, Watkins MT. Atrial myxoma
melanoma ganas dan, dalam skala yang lebih kecil, pada with remote metastasis: case report and review of the literature.
Surgery 1,992;1 1 l:352-6.
TUMORJAI\TUNG t82t

Lane GE, Kapples EJ, Thompson RC, Grinton SF, Finck SJ.
Quiescent left atrial myxoma. Am Heart I 7994;127:1629-31.
Lie JT. The identity and histogenesis of cardiac myxomas: a
controversy put to rest. Arch Pathol Lab Med 1989;113:724-
6.
Pochis WT, Wingo MW, Cinquegrani MP, Sagar KB.
Echocardiographic demonstration of rapid growth of a left atrial
myxoma. Am Heart I 7997;122:7181-4.
Reynen K. Cardiac myxomas. N Engl J Med 1995;333:1610-'7.
Sharma SC, Kulkarni A, Bhargava Y Modak A, Lashkare DV.
Myxoma of tricuspid valve. J Thorac Cardiovasc Surg
l99l;101:938-40.
Wada A, Kanda T, Hayashi R, Imai S, Suzuki I Murata K Cardiac
myxoma metastasized to the brain: potential role of
endogenous interleukin-6. Cardiology 1993;83:208-17.
Wrisley D, Rosenberg J, Giambartolomei A, Levy I, Turiello C,
Antonini T Left ventricular myxoma discovered incidentally
by echocardiography Am Heart J 1991 121:1554-5.
285
KEHAMILAN PADA PENYAKIT JANTUNG
Sally Aman Nasution, Ryan Ranitya

PENDAHULUAN kehamilan sangat membantu penatalaksanaan pasien


dengan penyakit jantung tersebut. Beberapa penyakit
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis jantung yang sering ditemukan pada perempuan hamil baik
yang membutuhkan penyesuaian sistem kardiovaskular, yang sebelumnya telah diketahui menderita penyakit
karena perubahan ini merupakan kejadian yang dramatis jantung maupun yang baru terdiagnosis saat hamil antara
dan reversibel pada hemodinamik kardiovaskular. Jantung lain: penyakit jantung bawaan maupun yang didapat,
yang normal akan dapat beradaptasi dengan perubahan penyakit jantung koroner, kardiomiopati, endokarditis
yang mendadak ini, tetapi pada jantung yang sakit infektif dan aritmia. Sedangkan hal lain yang tidak boleh
kehamilan dapat mengakibatkan perburukan pada kelainan dilupakan apabila menghadapi pasien hamil dengan
atau gangguan yang ada. Masa kehamilan, persalinan, penyakit jantung adalah pemilihan obat-obatan
melahirkan maupun masa pasca melahirkan merupakan kardiovaskular termasuk antikoagulan.
periode yang erat hubungannya dengan perubahan
sirkulasi kardiovaskular.
Perubahan hemodinamik yang perlu mendapat PEBUBAHAN HEMODINAMIK SELAMA KEHAMILAN
perhatian pada seorang perempuan hamil yang telah atau
baru diketahui menderita masalah kardiovaskular adalah: Selama kehamilan sampai saat setelah melahirkan akan
denyut jantung, tekanan darah sistolik, tekanan darah terjadi perubahan fisiologis hemodinamik. Perubahan ini
diastolik, isi sekuncup, curah j antung, resistensi vaskular akan dimulai pada awal minggu ke-5 sampai minggu ke-S
sistemik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri jantung. dan mencapai puncaknya pada akhir trimester kedua
Cukup banyak perempuan dengan kelainan jantung kehamilan. Pada masa-masa ini perubahan hemodinamik
bawaan maupun yang didapat, mampu melalui masa-masa tersebut dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis
reproduksi dengan baik. Para dokter yang mengetahui dan pada jantung yang telah sakit sebelumnya. Atau dapat
merawatnya mempunyai peran penting untuk mewaspadai pula terjadi bahwa diagnosis kelainan atau penyakitjantung
kesulitan-kesulitan yang kemungkinan besar dapat mereka baru diketahui saat kehamilan terjadi.
hadapi selama kehamilan tersebut.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit
jantung merupakan komplikasi pada I-47o peremplan hamil VOLUME DARAH
tanpa kelainan atau gangguan kardiovaskular
sebelumnya.4 Bila memungkinkan perempuan yang Perubahan hormonal saat kehamilan yaitu aktivasi
diketahui memiliki kelainan atau gangguan kardiovaskular estrogen oleh system renin aldosteron, di mana terjadi
terlebih dahulu berkonsultasi kepada ahlinya mengenai relaksasi otot polos yang drikuti pembentukan plasenta
segala hal termasuk risiko kehamilan terhadap dirinya dan dan sirkulasi fetus, dan retensi air serta natrium akan
janin yang dikandungnya. Hal ini juga berhubungan meningkatkan volume darah + 4}Voyangdimulai pada awal
dengan konsultasi perkawinan, kehamilan, persalinan, minggu kelima dari kehamilan tersebut. Peningkatan ini
kontrasepsi dan bila diperlukan konsultasi genetika. akan mencapai 50Vo sampai akhir masa kehamilan.
Pengetahuan yang baik mengenai fisiologi normal pada Peningkatan volume darah tersebut akan lebih besar pada

1822
KEHAMILAI\ PADA PENYAKIT JANTUNG t823

kehamilan ganda dibandingkan kehamilan dengan janin pingsan relatifjarang ditemukan pada kehamilan, sehingga
tunggal. harus dilakukan evaluasi kardiak.
Pada kehamilan normal peningkatan volume darah Pertambahan volume plasma total akan mengakibatkan
tersebut dapat mencap ai 20-100Vo dengan rata-rata 507o, terjadinya peningkatan tekanan venajugularis dan edema
hal ini berarti terdapat 1200-1600 mL volume darah lebih tungkai bawah pada > 807o perempuan dengan kehamilan
banyak dibandingkan dalam keadaan tidak hamil. normal. Perkembangan ukuran uterus sesuai bertambahnya
Peningkatan volume ini lebih besar dibandingkan masa kehamilan akan mengakibatkan pergerakan diafragma
peningkatan massa sel darah merah, sehingga terjadi lebih ke atas sehingga menurunkan volume paru. Elevasi
penurunan konsentrasi hemoglobin. Mekanisme ini yang diafragma dan volume darah yang bertambah juga
mendasari terjadinya anemia pada kehamilan. menyebabkan bergesernya letak impuls ventrikel kearah
lateral pada inspeksi dan palpasi prekordium. Peningkatan
isi sekuncup menyebabkan mengerasnya suara saat
CURAHJANTUNG penutupan katup di aorta dan pulmonal, sehingga akan
terdengar murmtr early systolic yangfiingsional di daerah
Selama kehamilan curah jantung akan mengalami pulmonal.
peningkatan 30-50Vo dibandingkan sebelumnya dan Secara umum, murmur diastolic dan irama gallop tidak
mencapai puncaknya pada minggu ke-24 kehamilan atau normal ditemukan selama kehamilan. Apabila ditemukan
akhir trimester kedua, kemudian menetap atau bahkan kelainan tersebut harus dipikirkan adanya abnormalitas
mengalami penurunan sampai saat melahirkan. kardiak secara struktur maupun fungsional yang
Beberapa penyebab perubahan pada curahjantung ini mendasarinya. Pada sekitar 157o perempuan, murmur
adalah: diastolik fisiologis sering ditemukan di batas sternalis kiri.
1. Peningkalat preload akibat bertambahnya volume Murmurini terjadi akibat meningkatnya aliran darah melalui
darah afieri mamaria intema, di mana aliran tersebut menuju
2. Penurunan afterload aklbat menurunnya resistensi payudara yang dipersiapkan selama kehamilan. Murmur
vaskular sistemik akan menetap pada saat laktasi. Tekanan nadi yang
3. Peningkatan denyut jantung ibu saat istirahat sampai meningkat sering ditemukan selama kehamilan, dapat pula
10-20 kali permenit. menimbulkan Quinke's slgn pada dasar kuku perifer, dan
Peningkatan curah jantung ini terutama dicapai dengan sering membingungkan antara aliran mamaria dan
peningkatan isi sekuncup. Apabila terjadi kegagalan untuk regurgitasi aorta. Pemeriksaan penunjang seperti
mencapai keadaan ini akan terlihat dengan terjadinya ekokardiografi kemungkinan dibutuhkan untuk
takikardia pada saat istirahat, hal ini menunjukkan membedakan proses lisiologis dengan patologis tersebut.
rendahnya kemampuan dalam pengisian ventrikel kiri.
Pemeriksaan Penuniang
. Elektrokardiografi : terdapat beberapa gambaran EKG
ISISEKUNCUP pada perempuan dengan kehamilan normal, di
antaranya: Deviasi axis QRS, gelombang Q, kecil dan
Isi sekuncup akan meningkat 20-307o selama trimester inversi gelombang P pada lead III (menghilang saat
pertama dan kedua di mana hal ini akan meningkatkan curah
inspirasi), perubahan pada segmen ST dan gelombang
jantung. Kemudian akan menurun pada trimester ketiga
T, sinus takikardia yang terus menerus, insidensi yang
akibat kompresi pada vena cava akibat uterus kehamilan. tinggi terjadinya aritmia, peningkatan rasio R/S pada
Efek langsung kehamilan pada kontraktilitas jantung masih lead V2 dan V1
kontroversial. . Radiografi Dada: Beberapa perubahan yang dapat
ditemukan selamakehamilan normal, di antaranya :Batas
kiri atas jantung yang mendatar, posisi jantung lebih
EVALUASI KABDIOVASKULAR SELAMA mendatar,.corakan paru yang meningkat, efusi pleura
KEHAMILAN
minimal pada awal periode post pafium
. Ekokardiografi Doppler: Gambaran ekokardiografi dan
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Doppler pada kehamilan normal, antara lain : Peningkatan
Evaluasi kardiak pada pasien hamil seringkali sukar karena minimal dari dimensi ventrikel kiri saat sistolik dan
sulit membedakan antara proses fisiologis dengan diastolik (bila pasien diperiksa dalam posisi lateral),
patologis. Kebanyakan perempuan hamil mengalami gejala fungsi sistolik ventrikel kiri yang tidak berubah atau
palpitasi, bengkak, sesak napas saat beraktivitas, atau lelah sedikit mengalami perbaikan, peningkatan ukuran yang
walaupun tanpa diketahui menderita penyakit jantung. moderate dari atrium kanan, ventrikel kanan dan atrium
Beberapa gejala seperti nyeri dada saat aktivitas atau kiri, dilatasi progresif dari annulus katup-katup
t824 KARDIOI.OGI

pulmonar, trikuspid dan mitral, regurgitasi fungsional pada saat konseling sebelum terjadinya kehamilan.
dari pulmonar, trikuspid dan mitral, efusi perikardial Pada studi kohort lain, di antara 64 perempuan dengan
minimal penyakit katup jantung, kebanyakan efek buruk pada ibu,
UjiLatih seperti gagal jantung dan aritmia, terjadi pada pasien
Radiasi dengan klinis bermakna stenosis mitral atau stenosis aorta
MRI ( luas katup < 1,5 cm2 ).
Kateteri sasi Arteri Pulmonal
Kateterisasi Jantung
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL

PENYAKIT KATUP JANTUNG DENGAN KEHAMILAN Pasien dengan Risiko Tinggi


Penyakit katup jantung pada perempuan usia muda paling Semua pasien yang mengalami gangguan kapasitas
banyak disebabkan oleh penyakit jantung reumatik, fungsional jantung sesuai NYHA klas III atau IV selama
kelainan congenital atau riwayat endokarditis sebelumnya. kehamilan merupakan risiko tinggi, tanpa tergantung
Kelainan ini dapat meningkatkan risiko ibu dan janin apapun penyebabnya. Beberapa keadaan yang merupakan
sehubungan dengan kehamilan. Risiko ibu dan janin kehamilan dengan risiko tinggi adalah pasien dengan
tersebut berbeda-beda tergantung dari jenis dan berat kelainan:
kelainan katupjantung yang diderita si ibu, dan hasil akhir . Hipefiensi Pulmonal : Penyakit vaskular pulmonal berat
dari gangguan kapasitas fungsional, fungsi ventrikel kiri apakah dengan (sindrom Eisenmenger) atau tanpa defek
dan tekanan pulmonal.
septal telah dikenal mempunyai risiko yang sangat tinggi
Beberapa lesi katup spesifik yang sering ditemukan terhadap kematian maternal(30-50Vo). Hal ini terutama
adalah : stenosis mitral, regurgitasi mitral, stenosis aorta, disebabkan oleh peningkatan resistensi vascular paru
regurgitasi aorta dan katup jantung protesa. akibat trombosis pulmonal atau nekrosis fibrinoid yang
Walaupun prevalensi klinis kejadian penyakit jantung berkembang dengan cepat pada saat menjelang
pada perempuan hamil cukup rendah (.t < l7o'), tetapi hal
kelahiran dan setelah melahirkan, dan dapat
ini dapat meningkatkan risiko morbiditas maupun mengakibatkan kematian walaupun pada pasien dengan
mortalitas pada ibu, janin dan neonatus yang akan keluhan minimal sebelumnya. Pada sindrom
dilahirkan. Hal-hal buruk terhadap ibu yang tidak Eisenmenger, pintas dari kanan ke kiri yang meningkat
diinginkan antara lain : edema paru, bradiaritmia yang selama kehamilan akibat vasodilatasi sistemik dan
menetap atau takiaritmia yang membutuhkan terapi, strok, beban berlebih di ventrikel kanan dengan meningkatnya
henti jantung bahkan sampai kematian), dapatterjadi l37o kejadian sianosis serta penurunan aliran darah di
di antara kehamilan aterm. Kejadian tersebut lebih sering pulmonal.
mengenai perempuan dengan keadaan: fungsi sistolik . Obstruksi berat LVOT (left ventricular outJlow tract) :
ventrikel yang menurun (Fraksi Ejeksi < 407o),
kiri resistensi pada jalur keluar dari jantung (terutamaAorta)
obstruksi jantung kiri (stenosis aorta dengan luas area tidak akan mampu mengakomodasi peningkatan curah
katup < I ,5 cm2 atau stenosis mitral dengan luas area katup jantung akibat meningkatnya volume plasma. Hal ini
< 2,0 cm2), riwayat gangguan kardiovaskular (gagal dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung, dengan
jantung, transient ischemic attack, atau strok) atau peningkatan tekanan di ventrikel kiri dan pembuluh
penurunan kapasitas fungsional yang bermanifestasi kapiler paru, curah jantung menurun dan bendungan di
NYHA klas II atau di atasnya. paru.
Prediktor komplikasi neonatus seperti kelahiran . Penyakit jantung sianotik : dari seluruh kematian
prematur, IUGR (intrauterine growth retardation), maternal akibat penyakit jantung sianotjk ini
sindrom distres pernapasan, perdarahan intraventrikular diperkirakan + 27o detgatkomplikasi risrko tinggi (30%)
dan kematian. Petunjuk lain mengenai kemungkinan seperti endokarditis infektif, aritmia dan gagaljantung
terdapatnya efek buruk pada neonatus adalah: kongestif. Prognosis padajanin juga tidak terlalu baik
penggunaan obat antikoagulan selama kehamilan, dengan risiko tinggi terjadinya abortus spontan (.507o),
merokok saat hamil dan kehamilan ganda. Dikatakan kelahiran premature (30-50Vo) dan bayi dengan berat
bahwa mortalitas janrn 4Vo di antara perempuan hamil badan kurang akibat hipoksemia pada ibu yang
dengan satu atau lebih factor risiko, dibandingkan dengan menghambat perlumbuhan dan perkembagan j aninnya.
27odi antaraperempuan hamil tanpa factor risiko. Risiko
pada janin ini juga lebih besar pada perempuan yang
berusia lebih dari 35 tahun atau lebih muda dari 20 tahun, Penatalaksanaan Pasien dengan Risiko Tinggi
dibandingkan dengan perempuan pada usia tersebut Pada pasien yang termasuk dalam risiko tinggi, tidak
tanpa faktor risiko. Perkiraan risiko ini dapat dipergunakan dianjurkan untuk hamil. Tetapi bila kehamilan telah terjadi,
KEHAMILAN PADA PENYAKIT JANTUNG 182s

sangat dianjurkan untuk dilakukan terminasi mengingat kongenital perlu dilakukan evaluasi kardiak terhadap
risiko terhadap ibu yang masih tinggi (mortalitas 8-35%o, janinnya. Evaluasi ini menjadi sangat penting karena pada
morbiditas 50Vo). Dar. perlu diingat tindakan terminasi janin tersebut mempunyai risiko l-2%o urfiik menderita
kehamilan pun mengandung risiko tinggi terhadap ibu penyakit jantung congenital.
karena akan terjadi vasodilatasi dan depresi dari
kontraktilitas miokard akibat tindakan pembiusan.
Pembatasan aktivitas fisik dan tirah baring di tempat
Waktu dan Cara Melahirkan
Pada sebagian besar pasien, diindikasikan untuk
tidur sangat dianjurkan apabila timbul gejala-gejala.
melahirkan secara spontan dengan mempergunakan
Pemberian oksigen apabila terjadi hipoksemia. Pasien
pembiusan epidural sehingga dapat menghindari stres
dengan risiko tinggi tersebut dianjurkan untuk dirawat di
karena nyeri selama proses persalinan. Pasien dengan
rumah sakit mulai dari akhir trimester kedua dan diberikan
risiko tinggi, sebaiknya dilakukan operasi Caesar yang
LMWH (low molecularweight heparln) subkutan sebagai
terencana, hal ini bertujuan agar keadaan hemodinamik
pencegahan terjadinya tromboemboli terutama pada pasien
dapat dijaga tetap stabil.
sianotik.
Walaupun curah jantung meningkat baik pada
Pada kasus stenosis aorta, sangat penting untuk
pembiusan umum maupun epidural, tetapi peningkatannya
dilakukan pemantauan tekanan sistemik dan
masih di bawah(307o) kenaikan selama kelahiran spontan
elektrokardiografi, dan apabila terjadi perubahan
(50%). Apabila pasien harus dilakukan operasi jantung,
merupakan indikasi timbul atau memburuknya beban di
maka tindakan operasi Caesar dapat dilakukan segera
ventrikel kiri. Tindakan valvotomi dengan balon dapat
sebelumnya. Selama proses persalinan harus dilakukan
dipertimbangkan pada kasus yang berat bila keadaan katup
pemantauan keadaan hemodinamik dan analisis gas darah.
masih dapat dimanipulasi, misalnya tidak terlalu kaku.
Pasien hamil dengan penyakit jantung congenital
Prosedur ini menjadi kontraindikasi apabila keadaan katup
sebaiknya ditangani oleh tim dari berbagai disiplin ilmu,
sudah mengalami kalsifikasi atau terjadi regurgitasi yang
seperti ahlijantung, ahli bedahjantung, ahli anestesi, ahU
berat. Apabila memungkinkan tindakan ini paling baik kebidanan, ahli neonatology, untuk meminimalisasi risiko
dilakukan pada trimester kedua kehamilan di mana
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
embriogenesis telah sempurna dan mencegah efek negatif
dari kontras ionic terhadap kelenjar tiroid janin bila
dilakukan pada akhir kehamilan.
Penyakit jantung sianotik yang berat, membutuhkan PENYAKIT KATUP JANTUNG YANG DIDAPAT
pemantauan saturasi oksigen yang ketat. Kadar hematokrit
Penyakit katup jantung reumatik merupakan masalah utama
dan hemoglobin tidak dapat menjadi indicator yang sesuai
di masyarakat terutama di Negara berkembang. Walaupun
untuk keadaan hipoksemia oleh karena terjadi hemodilusi
pada kehamilan. Bila terjadi hipoksemia berat pada ibu,
di Negara Barat prevalensi demam reumatik sudah
menurun, tetapi penyakit jantung reumatik masih dapat
dianjurkan untuk segera dilakukan terminasi kehamilan dan
ditemukan, terutama di kalangan kaum imigran. Masalah
diharapkan dapat mengurangi beberapa pintas yang terjadi
dan akan memperbaiki oksigenisasi.
lain yang sering menimbulkan kesulitan dalam
penanganannya terutama apabila perempuan tersebut
hamil adalah seseorang dengan protesa katup jantung,
Pasien dengan Risiko Rendah berkaitan dengan pemberian antikoagulan yang harus
Pasien dengan pintas yang kecil atau menengah tanpa dikonsumsi seumur hidup.
hipertensi pulmonal atau regurgitasi katup ringan dan
sedang biasanya akan mendapatkan keuntungan dari
menurunnya resistensi vascular sistemik yang terjadi
Penyakit Katup Regurgitasi
Regurgitasi mitral atau aorta berat pada perempuan usia
selama kehamilan. Pasien dengan obstruksi LYOT (left
muda biasanya disebabkan penyakit jantung reumatik.
ventricular outflow tract) ringan atau sedang biasanya
juga dapat mentoleransi kehamilan dengan baik. Perempuan dengan prolaps katup mitral mempunyai
prognosis yang baik bila hamil, kecuali bila terdapat
Pada beberapa kasus gradien tekanan akan meningkat
regurgitasi berat. Peningkatan volume darah dan curah
sesuai dengan peningkatan isi sekuncup. Walaupun
jantung akan meningkatkan beban volume, demikian pula
biasanya pada obstruksi RVOT (right ventricular outflow
tract) yang berat seperti stenosis pulmonal juga dapat halnya pada katup yang mengalami regurgitasi. Tetapi
penurunan resistensi vascular sistemik akan mengurangi
mentoleransi kehamilan dengan baik dan sedikit sekali
fraksi regurgitasi tersebut sehingga akan terjadi mekanisme
yang membutuhkan tindakan intervensi selama kehamilan.
kompensasi.
Pada regurgitasi katup aorta pemendekan diastolik
Evaluasi Fetus akibat takikardia akan menurunkan volume regurgitan. Hal
Pada setiap perempuan hamil dengan penyakit jantung ini dapat menjelaskan mengapa kehamilan seringkali dapat
1826 I(ARDIOI.OGI

ditoleransi dengan baik bahkan pada keadaan regurgitasi pada kadar terapi mid-interval APTT atau anti faktor
yang cukup berat. Gangguan toleransi hemodinamik Xa)
kadangkala terjadi pada kasus regurgitasi akut tanpa Akhir Trimester Pertama Kehamilan :

disertai dilatasi ventrikel kiri. . Terapi warfarin, minggu 12-36 kehamilan


Gagal jantung progresif pada pasien dengan regurgitasi
Minggu ke-36 Kehamilan :
dapat saja terjadi, terutama pada trimester ketiga. Bila terjadi . Warfarin dihentikan
gagaljantung, dibutuhkan diuretic dan vasodilator untuk . Ganti dengan heparin (titrasi dosis sampai kadar terapi
menurunkan after load walaupun tekanan darah pasien
APTT atau anti faktor Xa)
tersebut rendah. Vasodilator yang dapat dipergunakan
pada kehamilan seperti golongan nitrat dan calcium Persalinan :
channel blocker dihidropiridin. Golongan angiotensin
. Mulai kemtrali terapi heparin 4-6 jam setelahmelahirkan
receptor antagonist dan ACE Inhibitor merupakan bila tidak terdapat kontraindikasi
kontraindikasi untuk diberikan, sedangkan pada pemberian
. Berikan terapi warfarin pada malam hari setelah
golongan hidralazine terutama pada trimester pertama dan melahirkan bila tidak terdapat kontraindikasi
kedua, sering terjadi efek withdrawal. Pembedahan Apabila persalinan dimulai saat perempuan sedang
sebaiknya dihindari selama kehamilan karena mengandung mendapatkan terapi warfarin, antikoagulan ditunda
risiko terhadap janin dan tindakan ini hanya sementara dan dianjurkan persalinan dilakukan melalui
dipertimbangkan apabila terdapat gagal jantung yang operasl sesar.
refrakter, walaupun hal ini jarang ditemukan pada kelainan
katup regurgitasi. Perbaikan katup mitral dapat
dipertimbangkan apabila memungkinkan untuk dilakukan, PENYAKIT JANTUNG KORONER
tetapi perbaikan katup aortajarang yang berhasil (kecuali
pada Sindrom Marfan). Walaupun kemungkinan terjadinya penyakit arteri koroner
pada perempuan hamil dapat meningkat karena semakin
Penyakit Katup Stenotik tinggi usia perempuan hamil dan fertilisasi, tetapi angka
Peningkatan jumlah curah jantung akan melalui katup yang
kejadian infark miokard masih dapat dikatakan jarang di
mengalami stenotik, sehingga menimbulkan peningkatan antara perempuan usia reproduksi, bahkan kejadian pada
periode peripartum.
tajam dari gradient transvalvular. Hal ini akan menyebabkan
toleransi terhadap kehamilan menjadi buruk pada pasien Dari beberapa factor-faktor risiko yang terdapat
bersamaan, dikatakan bahwa kadar kolesterol total, kadar
dengan stenosis katup mitral maupun aorta yang berat.
kolesterol LDL dan kadar trigliserida akan meningkat secara
Kejadian perburukan fungsional seringkali terjadi selama
trimester kedua kehamilan. bermakna selama kehamilan. Dan sebagai prediktor paling
kuat untuk terjadinya infark miokard dikatakan adalah
kombinasi antara perokok berat atau hipertensi dengan
Kehamilan pada Perempuan dengan Protese penggunaan kontrasepsi oral. Demikian pula perempuan
Katup Jantung dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir
Beberapa hal yang direkomendasikan harus dilakukan rendah atau kelahiran preterm dapat meningkatkan risiko
untuk evaluasi dan tatalaksana pada perempuan usia penyakit arleri koroner.
reproduksi dengan protesa katup jantung mekanik yang Infark miokard pada kehamilan dilaporkan terjadi pada
mendapatkan terapi antikoagulan adalah : usia antara 16-45 tahun. Insidens tertinggi terjadi pada
Sebelum Konsepsi : trimester ketiga dan pada perempuan dengan usia lebih
. Evaluasi klinis mengenai status fungsional jantung dan dari 33 tahun. Drkatakan pula bahwa kejadian infark miokard
riwayat gangguan kardiak yang pernah dialami tersebut lebih sering terjadi pada multigravida dengan
. Pemeriksaan ekokardiografi untuk evaluasi fungsi lokasi infark yang tersering di dinding anterolateral.
ventrikel, katup dan tekanan pulmonal Kebanyakan kematian matemal terjadi saat terjadinya infark
. Diskusikan dengan pasien risiko yang berhubungan atau dalam waktu 2 minggu.
dengan kehamilan Penatalaksanaan infark miokard selama kehamilan
. Diskusikan dengan pasien risiko dan manfaat yang sebaiknya mempertimbangkan keselamatan ibu dan janin.
berhubungan dengan terapi antikoagulan Beberapa obat-obatan seperti morfin sulfat sebagai
. Rencana mengenai pernikahan dan kehamilan antinyeri tidak menyebabkan defek kongenital. Tetapi
Masa Konsepsi karena obat tersebut melewati sawar plasenta, sehingga
. Terapi antikoagulan oral diganti menjadi suntikan sejak dapat menyebabkan terjadinya depresi pernapasan pada
saat diketahui telah terjadi kehamilan sampai minggu neonatus bila diberikan sebelum persalinan. Sedangkan
ke-12 (dosis heparin disesuaikan dengan titrasi sampai laporan pada pemberian trombolitik selama kehamilan
KEHAMILAI{ PADA PET,WAKIT JAI{TUNG L82t

dikatakan tidak mempunyai efek teratogenik tetapi dari yang diperkirakan selama ini, tetapi tidak satupun yang
hasil terapi beberapa kasus ditemukan kejadian perdarahan dapat menjelaskan dengan pasti.
pada ibu, terutama bila pemberian dilakukan pada saat Beberapa keadaan yang diperkirakan dapat menjadi
persalinan. Sehingga dengan pertimbangan beberapa hal penyebab ataupun mekanisme terjadinya kardiomiopati
tersebut, pilihan terbaik pada saat kehamilan adalah dengan peripartum, adalah:
pemberian obat golongan penghambat beta. Sedangkan l. Miokarditis : Melvin dkkpernah membuktikan adanya
pemberian golongan aspirin dosis tinggi masih miokarditis dari biopsy endomiokardial pada pasien
diperdebatkan karena dapat menyebabkan perdarahan dengan kardiomiopati peripartum. Dikatakan bahwa
pada neonatus dan ibu. Penggunaan aspirin dosis rendah hipotesis menurunnya system imunitas selama hamil,
dikatakan aman selama kehamilan. dapat meningkatkan replikasi virus dan kemungkinan
Untuk penatalaksanaan difokuskan untuk mengurangi untuk terjadinya miokarditis akan meningkat.
stres kardiovaskular selama kehamilan dan periode 2. Infeksi viral yang bersifat kardiotropik
peripartum. Terminasi kehamilan dianjurkan pada pasien 3. Chimerism
yang mengalami iskemia berat atau gagal jantung pada 4. Apoptosis dan inflamasi
awal kehamilan. 5. Respon abnormal hemodinamik pada kehamilan :
perubahan hemodinamik selama kehamilan dengan
meningkatnya volume darah dan curah jantung serta
KARD!OMIOPATI menuri:rnnya afierload , sehitgga respons dari ventrikel
kiri untuk penyesuaian menyebabkan terjadinya
A. Kardiomiopati Peripartum hipertrofi sesaat .
6. Faktor-faktor penyebab lain: efek tokolisis yang lama,
Epidemiologi. Kejadian gagal jantung pada kehamilan telah
kardiomiopati dilatasi idiopatik, abnormalitas dari
dikenal sejak pertengahan abad ke-19, tetapi istilah relaxine, dehsiensi selenium dll.
kardiomiopati disebut-sebut mulai sekitar tahun I 930-an.
Pada tahun 197 1 , Demakis dan kawan-kawan menemukan
Wanita yang berisiko. Sedangkan faktor-faktor risiko yang
pada27 pasien yang pada masa nifas menunjukkan gejala dapat menyebabkan seorang wanita mengalami
kardiomiopati peripartum, di antaranya adalah:
kardiomegali, gambaran elektrokardiograh yang abnormal
dan gagal jantung kongestif, kemudian disebut sebagai
a. Multiparitas
kardiomiopati peripartum.
b. Usia maternal yang lanjut (walaupun penyakit ini dapat
mengenai semua usia, insidensi akan meningkat pada
Kesepakatan dari European Society of Cardiology
wanita berusia > 30 tahun)
menetapkan definisi dari kardiomiopati periparlum tersebut
sebagai salah satu bentuk kardiomiopati dilatasi dengan
c. Kehamilanmultifetal
tanda-tanda gagal jantung pada bulan terakhir kehamilan
d. Pre-eklampsia
atau dalam 5 bulan pasca melahirkan.
e. Hipertensi Gestasional
Pasien dengan kardiomiopati peripartum biasanya
f. RasAfrikaAmerika
bermanifestasi gagal jantung dengan retensi cairan, aritmia Manifestasi klinis. Keadaan kardiorniopati peripartum
atau tromboemboli. melibatkan disfungsi sistolik dari ventrikel kiri pada seorang
Pasien dengan gagal jantung ditatalaksana dengan wanita hamil yang tidak memiliki riw ay at penyakit j an tung.
terapi standar gagal jantung dan evaluasi berkala fungsi Diagnosis ini hanya dapat dibuat apabila penyebab lain
ventrikel. Terapi antikoagulan kadang-kadang diperlukan dari kardiomiopati tidak ditemukan.
karena risiko tromboemboli tinggi. Biasanya kondisi Kriteria diagnostik dari kardiomiopati periparnrm adalah
jantung akan membaik dalam satu atau beberapa tahun (semua harus ditemukan) adalah:
tapi ada pula yang mengalami perburukan. 1. Kriteriaklasfk:
Kardiomiopati peripartum ini relatifjarang tetapi dapat - Gagal jantung yang terjadi pada bulan terakhir
pengancam jiwa. Di Negara maju seperti Amerika Serikat kehamilan atau dalam 5 bulan setelah melahirkan
saja, diketahui diperkirakan terdapat pada I dari setiap - Tidak ditemukan penyebab lain dari gagal jantung
2.289 kelahiran hidup. Dan keadaan ini lebih sering - Tidak diketahui adanya penyakitjantung sebelum
mengenai w anita Afrika Amerika. Angka kej adian pastinya bulan terakhir kehamilan tersebut
sendiri sangat bervariasi, angka terlinggi dapat ditemukan 2. Kriteriatambahan:
di Haiti, dengan kejadian 1 dari 300 kelahiran hidup, yang - Gambaran ekokardiografi yang menunjukkan :

mana 10 kali lebih tinggi dari Amerika Serikat. disfungsi sistolik ventrikel kiri
dengan fraction
shortening yang menurun atau nilai fraksi ejeksi
Etiologi. Kardiomiopati peripartum ini merupakan salah
yang Juga menurun.
satu bentuk dari penyakit miokardial primer idiopatik yang
berhubungan dengan kehamilan. Meskipun beberapa Gejala dari gagal jantung seperti sesak nafas, sakit
kemungkinan mekanisme etiologi dan penyakit tersebut kepala, edema tungkai dan orthopnea dapat ditemukan
1828 IGRDIOI.OGI

bahkan pada kehamrlan yang normal. Sehingga seringkali - Antikoagulan: karena kejadian tromboembolisme
seorang wanita dengan kardiomiopati peripartum akan meningkat pada kasus-kasus kardiomiopati
menganggap hal tersebut sebagai keadaan normal pada peripartum akibat: a. dilatasi dimensi ruang-ruang
kehamilan. jantung, b. gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri
Keadaan lain yang seringkali ditemukan adalah : dan c. seringkali diserlai fibrilasi atrial. Sehingga
. Edema pulmonal: dikatakan sebagian besar, bahkan ada pemberian antikoagulan sangat dianjurkan, yang
yang mengatakan seluruh pasien menunjukkan gejala dilanjutkan sampai fungsi sistolik ventrikel kiri
edema pulmonal. Gejala klinis sebenarnya menyerupai kembalinormal.
gagal jantung pada umumnya, tetapi lebih bervariasi.
. Transplantasi Jantung: pasien dengan gagal jantung
Pada periode antepartum didiagnosis sekitar 1 7% kasus, yang berat bahkan terminal dan telah mendapatkan terapi
sedangkan pada periode post partum didiagnosis medikamentosa yang maksimal, tetapi tidak
sekitar 837o kasus. Fungsi sistolik ventrikel kiri rata- menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna,
rata kembali normal pada sekitar 517o kasus yang hidup. seharusnya dilakukan transplantasi jantung untuk
. Tromboembolisme: dapat ditemukan pada keadaan ini. kelangsungan hidupnya dan memperbaiki kualitas hidup
. Aritmia: pada beberapa kasus malah dapat mereka.
menyebabkan terj adinya kematian mendadak.
. Ventricular assist device: dibutuhkan sebagai terapi
. Pre-eklampsia: seharusnya dapat disingkirkan pada awal antara sebelum dilakukan transplantasi kardiak
diagnosis, karena tatalaksana akan berbeda.
. Implantable Cardioverter Defibrillator (CD) : dilakukan
. Penegakan diagnosis yang terlambat akan bila pada pasien ditemukan aritmia ventrikel yang
menyebabkan tingkat morbiditas penyakit yang simtomatik
meningkat bahkan mengakibatkan kematian.
. Obat-obat baru:

Pemeriksaan Penunjang
- Pentoksifilin
. Pemeriksaan ekokardiografi : sangat membantu dalam - Immunoglobulinlntravena

membuat diagnosis awal, dan sebaiknya selalu dilakukan


- Terapi imunosupresif

pada kecurigaan kardiomiopati periparlum


- Bromocriptine
. Cardiac MRI (Magnetic Resonance Imaging):
- Obat-obat lain yang dapat dipergunakan :

Antagonis kalsium, monoclonal antibodies, inter-


merupakan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis
dan dapat menjelaskan mekanisme terjadinya feron beta, terapi aferesis, statin
kardiomiopati peripartum tersebut. Pada pemeriksaan Prognosis. Beberapa faktor yang diketahui mempunyai
ini dapat dilakukan pengukuran kontraksi miokard pengaruh terhadap prognosis pasien kardiomiopati
secara global dan segmental. periparlum adalah:
. Kadar Troponin T : kadar yang tinggi pada2 mtnggu
Penatalaksanaan
post partum dapat menggambarkan fraksi ejeksi ventrikel
. Tatalaksanaselamakehamilan:
kiri pada6 bulan.
- dapat menyebabkan defek pada janin, walaupun . Durasikompleks QRS padarekamanelektrokardiograh:
obat-obat tersebut merupakan terapi standar pada
dapat menjadi predictor kematian mendadak, yaitu pada
gagal jantung umumnya. Efek teratogenik umumnya
durasi QRS yang memanjang > 120ms.
timbul pada trimester kedua dan ketiga. . Dimensi ruang jantung dan nilai fraksi ejeksi
- Digoksin
- Beta blockers Risiko relaps. Pada beberapa studi terbukti bahwa,
- Loop diuretic walaupun seorang wanita yang mengalami kardiomiopati
- Hydralazrne dan nitrat : obat-obatan yang dapat periparlum, risiko untuk mengalami hal yang sama pada
menurunkan ay'e rload. Cukup aman untuk diberikan kehamilan berikutnya tetap ada walaupun terjadi pemulihan
selamakehamilan sempuma dari fungsi ventrikel kiri. Bahkan pada studi di
. Tatalaksana post pafium Haiti yang melibatkan 99 pasien kardiomiopati peripartum,
- ACE dan ARB dapat diberikan post parlum, dosis 15 dari mereka menjalani kehamilan berikutnya, 8 dari 15

diberikan dengan target setengah dari dosis tersebut kembali mengalami gagal jantung yang lebih berat
antihipertensi daripada sebelumnya, dan disfungsi sistolik yang menetap.
- Diuretika
. Spironolakton atau digoksin B. Kardiomiopati Dilatasi
- Beta blockers'. direkomendasikan untuk Kardiomiopati dilatasi jarang ditemukan pada saat
kardiomiopati peripartum, dikatakan dapat sebelumkehamilan. Pada kebanyakan kasus, gejala
memperbaiki gejala klinis, fraksi ejeksi dan angka ditemukan pada trimester pertama atau kedua kehamilan.
kelangsungan hidup. Pilihan beta blockers yang Pasien dengan kardiomiopati dilatasi harus dianjurkan
dianjurkan: carvedilol dan metoprolol. untuk tidak hamil karena risiko tinggi. Bila kehamilan
KEI{AMILAN PADA PEITYAKIT JANTUNG t829

berlangsung, disarankan terminasi bila pada pemeriksaan E. PENYAKIT PERIKARDIUM


ekokardiografi fraksi e.jeksi < 50 7o dan dimensi ventrikel
melebihi normal. Pada trimester ketiga dapat ditemukan peningkatan cairan
Bila pasien menolak terminasi, harus dilakukan perikard dan dilaporkan pada40o/o wanitahamil. Biasanya
pengawasan ketat fungsi ventrikel. Disarankan untuk hal ini tidak menimbulkan gejala dan disebabkan retensi
perawatan rumah sakit lebihdini karena obat-obatan gagal cairan dan penambahan berat badan yang biasa terjadi
jantung seperti ACE inhibitor pada kehamilan tidak dapat pada kehamilan. Tidak diketahui hubungan yang jelas
diberikan sehingga pilihan terapi yang aman bagi janin antara kehamilan dengan kelainan perikard. Penyakit
sangat ferbatas. autoimun seperti Lupus Eritematosus sistemik (SLE) lebih
sering ditemukan sebagai penyebab efusi perikard pada
C. Kardiomiopati Hipertrofik kehamilan. Pada efusi perikard ringan dapat diatasi dengan
Pasien dengan kardiomiopati hpertrofik biasanya diuretik sedangkan untuk efusi perikard yang lebih berat
mentoleransi kehamilan karena ventrikel jantung diperlukan pungsi atau bahkan perikardiektomi.
beradaptasi sec ara fisiologis. Kem ati an biasanya j aran g
terjadi. Terapi penyekat beta harus dilanjutkan dan dosis
kecil dieretik dapat mengurangi gejala. Pasien tanpa riwayat REFERENSI
keluarga kardiomiopati hipertrofi k atau kernatian mendadak
biasanya mempunyai risiko rendah dan dapat melanjutkan Avila WS, Grinberg M, Snitcowsky R, Faccioli R, Da Luz PL, Bellotti
kehamilan. Pasien dengan fungsi diastolik yang buruk G, Pileggi F. Maternal and fetal outcomes in pPregnant women
with Eisenmenger's syndrome. Eur Heart I 1995;16 (4):460-4.
diszLrankan untuk prawatan rumah sakit.Kongesti pulmonal
Baugman KL The Heart and Pregnancy. In: Textbook of
biasanya muncul pada trimester 3 dan pasien sebaiknya
Cardiovascular Medicine. Topol EJ (ed). Lippincott Williams
direncanakan untuk dirarvat sebelum persalinan. and Wilkins, 2nd ed,2002 : 733-51.
Bonow RO, Carabello B, De Leon AC Jr, Edmunds LH Jr, Fedderly
D. Endokarditis BJ, Freed MD, Gaasch WH, McKay CR, Nishimura RA, O'Gara
lnfektif
PT, O'Rourke RA, Rahimtoola SH. ACC/AHA guidelines for
Endokarditis infektif biasanya jarang pada kehamilan tapi
the management of
dapat menimbulkan kesulitan dalam tatalaksanya. Pemilihan
patients with valvular heart disease : a report of the American
antibiotik harus hati-hati tanpa membahayakan janin tapi College of Cardiology/American Heart Association Task Force
tetap bermanfaat bagi ibu. Antibiotik profilaksis haru on Practice Guidelines (Committee on Management of Patients
diberikan untuk pencegahan bakteremia. Insidens with Valvular Heart
bakteremia pada persalinan normal 0-5%. Pasien dengan Disease). J Am Coll Cardiol 1998; 32: 1486-588.
katup protese atau riwayat endokarditis sebelumnyajuga Cellarier G Laurent P, Bonal J. Jego C, Talard P, Bouchiat C. Low
molecular weight heparin : a guide to their optimum use in
diindikasikan antibiotik profilaksis yang diberikan sebelum
pregnancy. Drugs 2000; 62 (9): 463-7'7.
persalinan atau tindakan operatif.
Chan WS, Anand S, Ginsberg JS. Anticoagulation of pregnant women
with mechanical heart valves : a systematic review of the
E. Aritmia literature. Arch Intern Med 2000; 160: 191-6.
Elkayam U. Pregnancy and cardiovascular disease. In : Braunwald's
Kecenderungan untuk terjadinya aritmia pada kehamilan
Heart Disease. A Textbook of Caldiovascular Medicine. Zipes
sebagian disebabkan oleh aktivasi humoral neuroendokrin
DP, Libby P, Bonow RO, Braunwald E (eds). Elsevier Saunders,
akibat gagal jantung. Irama ektopik atau aritmia menjadi Philadelphia,Tth ed, 2005 : 1965-71.
lebih sering ditemukan pada kehamilan. Aritmia dapat Felker MG, Baughman KL. Approach to the pregnant patient with
merupakan manifestasi dari kardiomiopati peripartum. Pada heart disease. In : Kelley's Textbook of Intemal Medicine. Humes
pasien dengan gangguan hemodinamik dapat ditemukan HD (ed). Lippincott Williams and Wilkins, 4th ed; 2000 : 406-
berbagai macam garnbaran aritmia seperti fibrilasi atrial, 15
Elkayam UR. Pregnancy through a prostbetic heart valve. J Am
takikardia supraventrikular (SVT), atau bahkan takikardia
Coll Cardiol 1999'. 33: 1642-5.
ventiikel (VT). Obat antiaritmia bisanya dapat melewati
Elkayam UR. Anticoagulation in pregnant women with prosthetic
sawar plasenta. Aritmia dengan gangguan hemodinamik heart valves : a double jeopardy. J Am Coll Cafitol 19961'27:
harus dilakukan kardioversi elektrik. Pemberian penyekat t7 04-6.
beta adalah pilihan pertama untuk profilaksis. Amiodaron Elkayam UR, Tumala P, Rao K, Akhter MW, Karaalp IS, Wani OR,
dapat menyebabkan hipotiroidism pada janin. Hanreed A. Gviazda I, Shotan A. Maternal and fetal outcomes of
Bila terapi farmakologis tetap gagal rnaka pemasangan subsequent pregnancies in women with peripartum
cardiomyopathy. N Engl J Med 2001; 344: 1567-71.
ICD dapat dipertimbangkan. Pemasangan ICD bukan
Martinez-rios MA, Tovar S, I-una J, Eid-Lidt G Percutaneous
kontraindikasi untuk kehamilan berikutnya. Alat pacu
Mitral Commissurotomy. Cardiol Review 1991;1: lA8-16.
jantung untuk bradikardia simtomatik dapat di pasang Oakley C et a1. Expert Consensus Docurnent on Management of
dengan tuntunan ekokardiografi pada usia kehamilan Cardiovascular Diseases During Pregnancy. Eur Heart J 2003;
berapa pun. 24:761-81
1830 IGRDIOI.OGI

Presbitero P, Somervile J, Stone S, Aruta E, Spiegelhalter D, Rabajoli


F. Pregnancy in cyanotic congenital heart disease : Outcome of
mother and fetus. Circulatior 1994'89 (6):2673-6.
Siu SC et al. Prospective multicenter study of pregnancy outcomes
in women with heart disease. Circulation 2001; 704: 515-21.
Teerlink JR, Foster E. Valvular heart disease in pregnancy. Cardiol
Clin 1998: 76:573-95.
Vitale N, De Feo M, De Santo LS, Pollice A, Tedesco N, Cotmfo M.
Dose-dependent fetal complications of warfarin in pregnant
women with mechanical heart valve prostheses. Heart 1999;
82: 23-6.
Wames CA. Congenital heart disease and pregnancy. In : Cardiac
Problems in Pregnancy, Elkayam U, Gleicher N (eds). John
Wiley and associates, New York, 1998.
Oakley C. Peripartum cardiomyopathy, other heart muscle
disorders and pericardial diseases. In: Oakley C, Warnes C
(eds). Heart disease in Pregnancy. 2007. 2rt edition. Blackwell
Publishing company. 186-200.
286
PENYAKIT AR.TERI PERIFER
Dono Antono, Dasnan Ismail

KELAINAN PADA ARTEBI PERIFER arleri, tempat yang turbulensirya meningkat, kerusakan
tunika intima. Pembuluh darah distal lebih sering terjadi
Yang dimaksud dengan penyakit arteri perifer adalah semua pada pasien usia lanjut dan diabetes melitus.
penyakit yang terjadi pada pembuluh darah setelah ke luar
dari jantung dan aortailiaka. Jadi penyakit arteri perif'er
meliputi ke empat ekstremitas, arteri karotis, arteri renalis, GEJALA KLINIS
arleri mesenterika dan semua percabangan setelah ke luar
dari aortoiliaka. Kurang dari 50 7o pasien dengan penyakit arteri perifer
Penyakit arteri perifer dapat mengenai arteri besar, bergejala, mulai dari cara berjalan yang lambat atau berat,
sedang maupun kecil, antara lain tromboangitis bahkan sering kali tidak terdiagnosis karena gejala tidak
obliterans, penyakit Buerger's, fibromuskular displasia, khas. Gejala kJinis tersering adalah klaudikasio inteimiten
oklusi arteri akut, penyakit Raynaud, arteritis Takayasu, pada tungkai yang ditandai dengan rasa pegal, nyeri, kram
.frostbite dan lain lain otot, atau rasa lelah otot. Biasanya timbul sewaktu
Penyebab terbanyak penyakit oklusi arteri pada usia melakukan aktivitas dan berkurang setelah istirahat
di atas 40 tahun adalah aterosklerosis. Insiden tertinggi beberapa saat. Lokasi klaudikasio terjadi pada distal dari
timbul pada dekade ke enam dan tujuh. Prevalensi penyakit tempat lesi penyempitan atau sumbatan. Pada penyakit
aterosklerosis perifer meningkat pada kasus diabetes mel- aortoiliaka (sindrom Leriche) memberikan gejala rasa tak
litus, hiperkolesterolemia, hipertensi, hiper homo nyaman pada daerah bokong, pinggang, dan paha.
sisteinemia dan perokok. Klaudikasio pada daerah betis timbul pada pasien dengan
penyakit pada pembuluh darah daerah femoral dan
poplitea. Keluhan lebih sering terjadi pada tungkai bawah
PATOLOGI dibandingkan tungkai atas. Insiden tertinggi penyakit ateri
obstruktif sering terjadi pada tungkai bawah, sering kali
Mekanisme terjadinya atherosklerosis sama seperti yang menjadi berat sehingga timbul iskemia kritis tungkai bawah
terjadi pada arteri koronaria. Lesi segmental yang (critical limb ischemia). Dengan gejala klinis nyeri pada
menyebabkan stenosis atau oklusi biasanya terjadi pada saat istirahat dan dingin pada kaki. Sering kali gejala
pembuluh darah berukuran besar atau sedang. Pada lesi tersebut muncul malam hari ketika sedang tidur dan
tersebut terjadi plak aterosklerotik dengan penumpukan membaik setelah posisi dirubah. Jika iskemia berat nyeri
kalsium, penipisan tunika media, destruksi otot dan serat dapat menetap walaupun sedang istirahat. Kira-kira257c
elastis di sana-sini, fragmentasi lamina elastika interna, kasus iskemia akut disebabkan oleh emboli. Sumber
dan dapat terjadi trombus yang terdiri dari trombosit dan emboli biasanya dapat diketahui. Emboli paradoksikal
fibrin. Lokasi yang terkena terutama pada aorta merupakan salah satu penyebab yang tidak dapat terlihat
abdominal dan arteri lliaka (307o dari pasien yang dengan cara angiografi disebabkan karena lesi ulseratif
simtomatik), arteri femoralis dan poplitea (80 - gOEa), yang kecil atau karena defek septum atrial. Penyebab
termasuk arleri tibialis dan peroneal (40 - 50Vo). Proses terbanyak kedua penyakit arteri iskemia akut adalah
atherosklerosis lebih seling terjadi pada percabangan trombus.

1831
1832 I(ARDIOI.CIGI

Pemeriksaan tisis yang terpenting pada penyakit arteri Emboli yang berasal dari jantung menyumbat
perifer adalah penurunan atau hilangnya perabaan nadi percabangan arteri besar, sehingga diameter lumen di
pada distal obstruksi, terdengar bruit pada daerah arteri bagian distal mengecil mendadak. Biasanya diameter arteri
yang menyempit dan atrofi otot. Jika lebih berat dapat tersebut lebih dari 5 mm. Ateroemboli yang berasal dari
terjadi bulu rontok, kuku menebal, kulit rnenjadi licin dan debris dzri lesi ateromatous proksimal arteri, biasanya lebih
mengkilap, suhu kulit menurun, pucat atau sianosis kecil dan menyumbat pembuluh darah diameter kurang dari
merupakan penernuan fisik .vang tersering. Kemudian 5 rnm. Berdasarkan ukuran arteri yang tersumbat dapat
dapat terjadi gangren dan ulkus. Jika tungkai diangkat/ diketahui asal emboli, berasal darijantung atau dari aofta
elevasi dau dilipat, pada daerah betis dan telapak kaki, atau dari arteri iliaka komunis. Sebagai contoh emboli yang
akan menjadi pucat. Secara klinis penyakit arteri perifer menyangkut pada arteri femoralis biasanya berasal dari
dibagi rnenjadi : jantung. Emboli yang menyebabkan infark pada daerah
1. Insufisiensi arteri akut. tumit biasanya berasal dari daerah distal aorta atau arteri
2. lnsufisiensi arleri kronik. iliakakomunis.
Embolus yang menyangkut pada arteti akan
membentuk trombus yang menyumbat aliran darah, distal
INSUFISIENSI ARTERI AKUT dari sumbatan menjadi spasme. Terbentuk bekuan darah
pada proksimal sumbatan. Hal ini terjadi tergantung dari
Iskemia arterial akut disebabkan oleh emboli atau adekuat atau tidaknya kolateral. Pada bagian distal yang
trombosis akut mengikuti obstruksi parsial kronik. spasme dalam 8.iam akan terbentuk bekuan darah menjalar
Emboli dapat berasal dari jantung atau bukan jantung. ke bawah menyumbat seluruh kolateral yang ada,
Penyebab oklusi arteriai akut yang disebabkan karena memperburuk iskemia, akhirnya kulit menjadi biru, kaku
jantung adalah fibrilasi atrium, penyakit jantung katup dan licin.
(penyakit jantung reumatik atau endokarditis), infark Otot skeletal dan sarafperifer dapat bertahan dalam 8

miokard (dengan atau tanpa aneurism ventrikei), katup jam iskemia tanpa kerusakan permanen. Kulit dapat
jantung prostetik yang tidak minum antikoagulan, bertahan dengan iskemia berat selama 24 jam. Kerusakan
miksooma pada atrium kiri, emboli paradoksik, jaringan tergantung dari sirkulasi kolateral yang adekuat,
kardiomiopati kongestif, kardiomiopati hipertropik, keadaan fungsi jantung, viskositas darah, kadar oksigen
kalsifikasi auulus katup mitral, prolaps katup mitral. darah, menjalarnyabekuan darah sampai ke mikrovaskular,
Emboli yang berasal dari pembuluh darah afieri perifer dan efektivitas dan ketepatan pengobatan. Jika iskemia
adalah lesi ulkus ateroskerosis, aneurisma (aorta, iliaka, pada otot berkembang menjadi nekrosis, otot menjadi
femoral, poplitea. subclavia. aksilaris), komplikasi pzralisis, mengeras dan konsistensi kaku. Pada sarafperifer
kateterisasi arteri. Penyebab lain adalah trombosis ptda terjadi penurunan fungsi dan menjadi anestesia. Kulit
arteri pada segmen aterosklerosis yang menjepit, menjadi sianosis, pucat dengan ditekan, dan terjadi
perdarahan di dalam plak. penyalahgunaan obat. gangren.
Reperfusi pada daerah ekstremitas yang iskemia, harus
diikuti dengan evaluasi organ Iain pada seluruh tubuh
karena metabolisme anaerob menghasilkan asam , sel mati
Emboli mengeluarkan kalium dan mioglobin, pembentukan
Fibrilasi atrium mikrotrombus pada area yang stasis dan asidosis. Terjadi
Penyakit katup lantung (penyakit jantung rematik atau akumulasi produk inflamasi, prokoagulan dan agregasi
endokarditis)
lnfark miokard (dengan atau tanpa aneurisma ventrikel) trombosit. Dengan adanya reperfusi faktor-faktor toksik
Katup jantung prosthetik tersebut akan masuk ke sirkulasi sistemik dan dapat terjadi
Miksoma atrium kiri kegagalan fungsi organ seperti paru, ginjal, jantung dan
Enrbolus paradoksik
Kardiomiopati kongestif status mental pasien. Tetapi hal tersebut tergantung dari
Kardiomiopati hiperlropik derajat nekrosis, cepat atau lambatnya revaskularisasi yang
Kalsifikasi annulus katup mitral adekuat dan kondisi dasar organ-organ tersebut.
Perifer
Lesi ulkus arteriosklerosis
Manifestasi klinis insufisiensi arterial akut disebabkan
Aneurisma (Aorta, iliaka, femoralis, poplitea, subclavia, karena emboli kardiak dapat mengenai tempat lain, antara
axillaris) lain iskemia ekstremitas atas, iskemia serebral dan iskemia
Kornplikasi kateterisasi atrial
Trombosis
viseral. Prinsip terapi iskemia ekstremitas atas sama
Aterosklerosis pada segmen penyempitan (dengan atau dengan iskemia ekstremitas bawah. Kolateral biasanya
tanpa gangguan aliran) lebih baik dibandingkan ekstremitas bawah. Dengan terapi
Perdarahan intraplak
heparin dosis tinggi sering kali efektif. Emboli serebral
Penyalahgunaan obat
merupakan 20 - 3A7o penyebab infark serebral. Insiden
PENYAKIT ARTERI PERIFER 1833

Sinval Doppler
Lemah
Kategori Deskripsi/ Prognosis Sensorik Vena
Otot
Viable tidak terancam segera normai tak ada auCible Audible
Terancam
Marginal dapat diselamatkan jk ujung jari tak ada lnaudible audible
diobati segera kaki (sering)
minimal
segera dapat diselamatkan jk lnaudible Audible
revaskularisasi cito (selalu)
lreversibel kematianjaringan anestesia Paralisis inaudible inaudible
umum, kerusakan saraf (rigor)
permanen
Ket : SVS/ISCVS '. Society for Vascular Surgery I lnternational Society for Cardiovascular Surgery

strok meningkat 5 kali lipat jika ada fibrilasi atrial. Iskemia berwarna putih merupakan tanda yang khas spasme
viseral akut sering mengenai arteri mesenterika superior. pembuluh darah dan masih ada arteriola yang mengaliri.
tersumbat oleh embolus atau trombosis. Mortalitas Bercak-bercak sianosis yang tidak memudar dengan
mencapai 807o dan terapi biasanya reseksi dibanding penekanan menandakan trombosis pada kapiler
revaskularisasi, subkutikular dan terjadi nekrosis kulit.
Dari pemeriksaan fisis dicari kelainan jantung yang
dapat menyebabkan sumber emboli. Tanda-tanda iskernia
INSUFISIENSI ARTERI KRONIK kronik pada ekstremitas bawah adalah kuku yang
hipertrofi, atrofi kulit, dan bulu kaki rontok. Tanda dari
Manifestasi klinis yang paling sering adalah klaudikasio, insufisiensi arteri akut biasanya perubahan terirperatur
dengan deflnisi serangan nyeri otot dan kelemahan karena yang mencolok pada distal obstruksi. Ketidak mampuan
iskemia berulang. Klaudikasio biasanya timbul setelah telapak kaki untuk bergerak dorsifleksi dan plantar{leksi
aktivitas fisik dan berkurang atau menghilang setelah menandakan aliran darah ke daerah betis terganggu dan
istirahat beberapa saat. Timbulnya nyeri berhubungan terjadi ancaman nekrosis dari otot tersebut. Jika betis
dengan aliran darah yang tidak adekuat. Klaudikasio menjadi mengeras, otot spasme dibandingkan dengan
intermiten adalah tanda insufisiensi arteri. Penumpukan asaln ' sebelahnya yang normal, menandakan nekrosis lanjut
laktat dan metabolisme lain pada otot yang iskemia pada otot. Parastesia dan anestesia menandakan keadaan
menyebabkan nyeri kram pada otot. Lokasi yang paling iskemi pada saraf. Kulit seperti berlilin, kulit menjadi putih
sering terkena adalah daerah betis, tetapi bisa juga pada
daerah paha jika terjadi obstruksi pada arteri iliaka ekstema
atau arteri femoralis komunis, atau pada daerah bokong
karena ada penyempitan pada aorta atau arteri iliaka komunis. Evaluasi Jantung Evaluasi Vaskular
Gejala klaudikasio atipikal bisa muncul yaitu berupa nyeri lnfark miokard Anarnnesis Transient lschemic
pada telapak kaki atau rasa terbakar. Gejala tersebut sering attack
Aritmia - sinkop Amaurosis fugax
kali membingungkan klinisi dalam mendiagnosis.
Angina Klaudikasi
Palpitasi lmpotensi
Medikarnentosa Angina intestinal
DIAGNOSIS Gagal jantung Riwayat operasi
kongestif
Operasi ganti katup
iantuno
Geiala Klinis lnsufisiensi Arteri Akut Pemeriksaan
Ditandai dengan perubahan suhu yang mencolok pada Fisis
distal ektremitas yang tersumbat. Jika telapak kaki masih Nadi dan irama Tidak ada pulsasi
dapat bergerak dorsofleksi dan plantarfleksi menandakan Murmur dan gallop Aneurisma pembuluh
darah
otot-otot masih hidup. Jika telapak kaki tak dapat bergerak
Tekanan darah Bruit
menandakan adanya ancaman nekrosis paling tidak pada Kardiomegali Iskemia akut
beberapa bagian otot. Timbulnya kekakuan pada otot, Edema tungkai lskemia kronik
Peningkatan Dehidrasi
mengeras, dibanding sisi yang normal menandakan otot
tekanan vena
nekrosis luas. Parastesi dan anestesi pada ekstremitas jugularis
menandakan iskemia pada persarafan. I4raor ( berlilin ), kulit
1834 IqRDIOI.OGI

Pemeriksaan anggota tubuh (dibandiirgkan dengan Derajat Kategori Klinis Kriteria objektif
sebelahnya), antara lain : Asimtomatik treadmilll sfress test
. Bulu rontok normal
. Pertumbuhan kuku terganggu klaudikasio treadmill komplit,
. Kulit kering, licin, atrofi nngan tekanan ankle
. Rubor setelahnya < 50
o Kaki menjadi pucat setelah diangkat elevasi setinggi 60 mmHg
derajat selama 1 menit, (warna kembali normal dalam Tapi > 25 mmHg
lebih rendah dari
10 15 detik Jika kembali normal dalam waktu lebih
- brachial
dari 40 detik, menandakan iskemik berat)
. Ulkus pada jaringan iskemik. (terkelupas, nyeri, klaudikasio antara kategori 1 dan
perdarahan sedikit), gangren. sedang
o Tidak ada atau mengecil pulsasi a. Femoralis atau a.
dorsalis pedis (terutama Setelah jalan-jalan) klaudikasio Treadmill tak selesai
. Bruit arterial berat dan tekanan engkel
. Pemeriksaan tambahan dengan palpasi dan auskultasi
setelahnya
< 50 mmHg
untuk mencari kelainan aorta (aneurisma atau bruit)
nyeri iskemik tekanan engkel saat
saat istirahat istirahat < 60 mmHg;
nadi engkel dan
metatarsal datar atau
sangat lemah
lskemia akut
Ekstremitas pucat pada posisi istirahat. kematian tekanan engkel saat
Perubahan temperatur dengan garis batas yang sangat jaringan minor, istirahat < 40 mmHg;
jelas ulkus tak nadi engkel dan
Nyeri dan parastesia sembuh, metatarsal datar atau
gangren sangat lemah
Sensasi menurun
Sianotik dengan batas tegas dan jika ditekan menjadi dengan iskemi
pedal difus.
pucat.
Sianotik dengan batas tegas dan jika ditekan tidak pucat. kematian
Parese sampai paralisis Janngan
Muskulus spastik dan keras. menjalar
ke atas
lskemia kronik
transmetatarsal,
Muskulatur atrofi
fungsi kaki tak
Bulu kaki rontok
dapat
Kuku hipertrofi dan pertumbuhan lambat diselamatkan
Nadi lemah
Temperatur
Vena superfisial menciut
Pengisian kapiler lambat Pemeriksaan ultrasonograh Doppler dengan menghitung
Pucat lebih lama dengan elevasi
Rubor ankle brachial index (ABI) sangat berguna untuk
mengetahui adanya penyakit arteri perifer. Sering kali PAP
tidak ada keluhan klasik klaudikasio. Hal tersebut bisa terjadi
karena penyempitan terbentuk perlahan-lahan dan sudah
Derajat Gejala terbentuk kolateral dan untuk mengetahuinya diperlukan
pemeriksaan sistem vaskular perifer, pengukuran tekanan
I Asimtomatik
lla Klaudikasio intermiten darah segmental (pada setiap ekstremitas), diperiksa
ilb Tak ada nyeri, klaudikasio jika jalan > 200 m ultrasonografi Doppler vaskular dan diperiksa.ABI pada
ill Nyeri istirahat dan nokturnal.
setiap pasien yang berisiko PAP Selain itu juga dapat
IV Nekrosis, gangren
diperiksa rekaman volume nadi secara digital, oximetri
transkutan, tes stres dengan mengguankan
treadmill, dan tes hiperemia reaktif. Jika pada pemeriksaan
merupakan tanda dari spasme dan dapat dilihat ada tersebut ditemukan tanda PAD, aliran atau volume darah
arteriola yang mengalir ke kulit. Sianosis pada kulit yang akan berkurang ke kaki, sehingga gambaran velocity
tidak berubah warna jika ditekan menandakan trombosis Doppler merrjadi mendatar, pada ultrasonograh duplex dapat
kapiler pada daerah subkutis dan terjadi nekrosis kulit. ditemukan lesi penyempitan pada arleri atau grafi bypass.
Tekanan arteri dapat direkam di sepanjang tungkai
dengan memakai manset spygmomanometrik dan
PEMERIKSAAN NONINVASIF menggumakan alat Doppler untuk auskultasi atau merekam
aliran darah. Normal tekanan sistolik di semua ekstremitas
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisis, untuk sama. Tekanan pada pergelangan kaki sedikit lebih tinggi
mendiagnosis PAD diperlukan pemeriksaan objektif. dibandingkan tangan. Jika terjadi stenosis yang signifikan,
PENYAKIT ARTERI PERIFER
1835

bahan sintetis yang berventilasi. Hindari penggunaan


bebat elastik karena mengurangi aliran darah ke kulit.
Pengobatan terhadap semua faktor yang dapat
menyebabkan aterosklerosis harus diberikan, berhenti
merokok, merubah gaya hidup, mengontrol hipertensi
tetapi jangan sampai terjadi hipotensi.

LATIHAN FISIS

Latihan fisik (exer,sise), merupakan pengobatan yang


paling efektif. Hal tersebut telah dibuktikan pada lebih dari
20 penelitian. Latihan fisik meningkatkan jarak tempuh
sampai terjadinya gejala klaudikasio. Setiap latihan fisik
berupa jalan kaki kira-kira selama 30 sampai 45 menif atau
sampai terasa hampir mendekat nyeri maksimal. Program
ini dilakukan selama 6 - 12 bulan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan aliran darah kolateral, perbaikan fungsi
Gambar 1. Pengukuran Ankle - Brachial /ndex (ABl). Tekanan vasodilator endotel, respons inflamasi, metabolisme
darah sistolik diukur dengan manometer air raksa atau USG
mukuloskeletal dan oksigenasi jaringan lebih baik dengan
Doppler pada setiap lengan dan arteri dorsalis pedis (DP) dan
posterior tibial (PT) pada setiap engkel. perbaikan viskositas darah.

tekanan darah sistolik di kaki akan menurun. Jika


dibandingkan rasio tekanan arteri pergelangan kaki dan Hematokrit, PT, APTT, trombosit.
Elektrolit, ureum, kreatinin, gula darah
tangan, yang populer dengan nama ankle: brachial Analisa urine, tes untuk mioglobin.
index (ABl),pada keadaan normal ABI > 1 . dengan kelainan CPK dengan isoenzim
PAD ABI < 1, dan dengan iskemia berat ABI < 0,4. Foto dada
Tes treadmill dapat menilai kemampuan fungsional Elektroka rdiog rafi
2 D ekokardiografi
secara objektif. Penurunan rasio anklebrachial segera Duplex ultrasonografi
setelah latihan mendukung untuk diagnosis untuk PAD, Tes stres dengan treadmill
tentunya diserlai dengan keluhan klinis yang sebanding. Arteriogram
Magnetic resonance angiograPhY
Pemeriksaan laboratorium dievaluasi kondisi hidrasi,
kadar oksigen darah, fungsi ginjal, fungsi jantung dan
kerusakan otot. Diperiksa foto toraks untuk melihat
kardiomegali, hematokrit untuk melihat polisitemia, analisa TERAPI FARMAKOLOGIS
urine untuk melihat protein dan pigmen untuk melihat
mioglobin di urine. Kreatinin fosfokinase untuk menilai Terapi farmakologis , dapat diberikan aspirin, klopidogrel,
nekrosis otot. Elektrokardiograh untuk menilai aritmia atau pentoksifilin, cilostazol, dan tiklopidin. Obat-obat tersebut
kemungkinan infark lama. Ekokardiografi 2 dimensi untuk dalam penelitian dapat memperbaiki jarak berjalan dan
menilai ukuran ruang jantung, fraksi ejeksi, kelainan katup, mengurangi penyempitan.
evaluasi gerak dinding ventrikel, mencari trombus atau tu- Mengelola faktor risiko, menghilangkan kebiasaan
mor, defek septum atrial. Ultrasonografi abdomen untuk merokok, mengatasi diabetes melitus, hiperlipidemia,
mencari aneurisma aorta abdominal. Arteriografi dapat hipertensi, hiperhomosisteinemia dengan baik.
mengetahui dengan jelas tempat sumbatan dan
penyempltan.
INSUFISIENSI ARTERI AKUT

TERAPI Obat terpilih adalah heparin, sebab bekerja cepat dan cepat
dimetabolisme. Dosis 100 - 200 unit / kilogram berat badem
Macam-macam terapi terdiri dari terapi suportif, bolus, diikuti 15 - 30 unit / kilogram berat badan / jam , jika
farmakologis, intervensi non operasi, dan operasi. Terapi perlu 300 unit/ kilogram berat badan bolus, diikuti 60 - 70
suportif meliputi perawatan kaki dengan menjaga tetap unit / kilograrn berat badan / jam dengan infus kontinu'
bersih dan lembab dengan memberikan krem pelembab. Dengan pemantauan APTT 1,5 - 2,5 kontrol atau waktu
Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pas dan dari pembekuan darah. Penggunaan dosis tinggi dengan tujuan
1836 KARDIOI.OGI

supaya distal penyumbatan pada daerah iskemia dan perempuan dan biasanya mengenai arteri renalis dan
kolateral tidak terjadi pembekuan darah yang meluas. karotis, tetapi dapat juga terjadi pada arleri ekstremitas
Jika iskemia baru terjadi 4 sampai 6 jam dan masih vital seperti arteri iliaka dan subklavia. Kelainan histologi terjadi
yang ditandai dengan nyeri, paralisis atau parastesia, displasia pada tunika intima, media dan periadventitia. Tipe
merupakan indikasi untuk tindakan intervensi yang terbanyak adalah tipe media displasia yang khas
revaskularisasi. Jika iskemi lebih dari 8 jam tidak dilakukan ditandai dengan atau tanpa fibrosis pada membran elastika.
revaskularisasi karena sudah terjadi nekrosis otot. Hal ini Secara angiografi ditandai dengan gambaran seperti
tergantung dari kolateral arteri distal dari obstruksi. benang karena penebalan lapisan fibromuskular. Jika
Intervensi revaskularisasi dapat dilakukan dengan cara: mengenai arteri ekstremitas gejalanya dapat menyerupai
. Operasi. seperti aterosklerosis, termasuk klaudikasio dan nyeri pada
. Angioplasti transluminal perkutan. saat istirahat. Jika gejalanya berat dan iskemia tungkai
. Trombolitik. mengancam, terapi dapat dengan perkutaneus transluminal
Operasi dilakukan dengan teknik embolektomi dengan angioplasti atau operasi.
balon Fogarty dengan anestesi lokal atau regional. Untuk
penyakit aortoiliaka dan femoral-poplitea ditentukan oleh
lokasi dan lamanya sumbatan dan kondisi pasien. Operasi Perdarahan
tersebut dengan byp as s aortobif emoral lryp a.ss, axillofemoral Trombosis
bypas s, femoraT-femoral fop as s dan aortoiliak endarterektomi. Emboli rekuren
Emboli paru
Keberhasilan operasi ditentukan dari yang diperoleh pada M kroem bo i a c ute re s p i ratorT dlsfress sy n d ro m e.
i I

angiograh dan saat operasi. Paling sedikit 24 jam pefiama Edema ekstremitas
setelah operasi harus dirawat di ruang rawat intensif agar Gagal ginjal akut
Disfungsi jantung - infark miokard, aritmia
sirkulasi distal, waspada terhadap gangguan paru, janrung lnfark mesenterik.
dan ginjal dapat diawasi. Jika ditemukan tanda-tanda
retrombosis dan emboli berulang harus dilakukan operasi
segera. Heparin diberikan sampai 48 - 72 jarn dengan dosis
tinggi yang direkomendasikan, kemudian dosis diturunkan TROMBOANGITIS OBLITERANS
sesuai kondisi pasien selama 7 hari dan dilanjutkan dengan
antikoagulan oral atau heparin dosis rendah suntik subkutan. Penyakitini disebut juga penyakit Buerger's, yang
Jika masih vital setelah lebih dari 48 jam sejak gejala merupakan kelainan vaskular berupa inflamasi dan
timbul, diperlakukan sebagai penyakit obstruksi kronik penyumbatan. Yang mengenai pembuluh darah ukuran
berat. Hal ini karena ekstremitas survive karena terbentuk sedang dan kecil dan juga vena distal pada ekstremitas
aliran kolateral. Diberikan antikoagulan oral warfarin atau atas dan bawah. Dapat juga mengenai pembuluh darah
heparin suntik subkutan jangka panjang. otak, viseral dan koroner. Lebih sering terjadi pada laki-
Alternatif lain selain operasi dan konservatif adalah laki di bawah umur 40 tahun. Prevalensinya lebih tinggi
terapi trombolitik dengan kateter arterial selektif perkutan pada orang asia dan eropa timur. Penyebabnya belum
pada trombus yang menyumbat. Ini akan mengurangi diketahui , tetapi berhubungan dengan kebiasaan merokok.
komplikasi perdarahan dibandingkan diberikan intra vena. Pada tahap awal lekosit polimorfonuklear menginfiltrasi
Dapat diberikan tissue plasminogen activator dosis rendah dinding pembuluh darah arteri dan vena. Lapisan elastika
atau streptokinase dosis rendah intra arteri 5000 - 10.000 interna terkena dan terbentuk trombus pada lumen
IU/ jam selama l2 - 48 jam dengan monitor efek terapi baik pembuluh darah. Pada tahap lanjut neutrophil akan
secara klinis atau serial arteriografi. Dapatjuga diberikan digantikan oleh sel mononuklir, fibroblast dan sel giant.
urokinase 240.000IU/jam selama4jam, diikuti 120.000 ru/ Ditandai dengan adanya fibrosis perivaskular dan
jam sampai maksimum 48 jam, atau rekombinan tPAdiinfus I rekanalisasi
mg/jam atau 0,05 mg/kg per jam. Dilanjutkan antikoagulan
intravena heparin dan diikuti warfarin per oral.
Terapi angioplasti transluminal perkutan segera DIAGNOSIS
mengikuti terapi trombolitik intra arteri al,pemasangan stent
dan aterektomi, memberikan hasil yang baik terhadap Gambaran klinis tromboangitis obliterans sering kali berupa
patensi arteri yang tersumbat. trias klaudikasiooo yang melibatkan ekstremitas, fenomena
Raynaud, dan tromboplebitis vena superfisial yang
berpindah-pindah. Klaudikasiooo biasanya terjadi pada
FIBROMUSKULAR DISPLASIA betis dan kaki atau pada lengan bawah dan taugan, karena
memang terutama mengenai pembuluh darah daerah
Kelainan ini mengakibatkan hiperplasi pada arteri distal. Kelainan yang ditemukan dapat berupa iskemi
berukuran sedang dan kecil. Lebih sering terjadi pada digital yang berat, perubahan kuku, ulkus yang nyeri dan
PENYAKIT ARTERI PERIFER 1837

TERAPI
Obat Dosis
Tidak ada pengobatan yang spesifik, kecuali berhenti
Aspirin 81 -325 Direkomendasi oleh Ame rican
mg/hari College Of Chest Physicians merokok. Prognosis memburuk jika tidak berhenti merokok.
untuk PAP Operasi pintas arteri dari pembuluh darah yang lebih besar
Klopidogrel 75 mg/hari Efek samping lebih ringan mungkin ada gunanya pada keadaan terlentu. Demikian
po dibandingkan Aspirin pada
juga dengan debridemen lokal , tergantung dari gejala dan
CAPRIE trial, resiko TTP
lebih sedikit dibanding beratnya iskemia. Antibiotika mungkin berguna,
tiklopidin antikoagulan dan glukokortikoid tidak ada gunanya. Jika
Pentoxifylline 1,2 grlhari Efek terhadap kemampuan semua usaha gagal, pilihan terakhir adalah amputasi.
po berjalan lebih kecil
Cilostazol 100 mg 2 Hati-hati pada pasien gagal
x/hari jantung; dosis dikurangi 50
mg2xl harijika minum obat VASKULITIS
calsium channel blockersi
menyebabkan diare dan
gangguan lambung Vaskulitis adalah proses klinikopatologi yang ditandai
Tiklopidin 500 mq/hari Harus diawasi risiko TTP dengan peradangan dan kerusakan pembuluh darah.
Terapi Vaskulitis dapat disebabkan karena kelainan primer dari
Dosis
eksperimen suatu penyakit atau merupakan komponen sekunder dari
Nafridrofuryl 600 mg/hari Antagonis serotonin; penyakit primer. Vaskulitis dapat mengenai satu organ,
meningkatkan jarak tempuh seperti kulit atau dapat melibatkan beberapa sistem organ.
berjalan pada beberapa
penelitian, pemakaian masih
Vaskulitis umumnya lebih sering terjadi pada penyakit-
kontroversi; digunakan di penyakit rematik yang kemudian mengenai sistem
Eropa kardiovaskular. Gambaran utama sindrom vaskulitis dapat
Propionyl 2 grlhari bukti tidak signifikan dibagi menjadi sindrom vaskukitis primer atau sekunder.
levocarnitine
Penyakit-penyakit yang dapat menyerupai vaskulitis
Prostaglandin 120 Hasil tidak menetap pada
(beraprost, mcg/hari po penelitian terakhir sitemik adalah sepsis, khususnya endokarditis. Keracunan
iloprost atau 60 obat, koagulopati/angiopati trombotik (sindrom antibodi
prostaglandin mcg/hari antifosfolipid dan thrombotic thrombositopenic purpura),
Er) parenteral
ekstrak ginko Efektif, tetapi metodologi
keganasan, miksoma kardiak, sarkoidosis, sindrom
biloba penelitian dipertanyakan. Goodpasture, amiyloidosis, migren dan emboli multifokal
Gene- Hasil menjanjikan dari aneurisma pembuluh darah besar.
induced Diagnosis pasti tergantung dari lesi vaskulitis yang
Angiogenesis
dengan timbul dengan biopsi pada lokasi kulit yang abnormal. Jika
Endothelial kelainan vaskulitis mengenai organ-organ visceral atau
grovvth pembuluh darah besar, yang terbaik adalah angiografi.
Factor
Oksigen Mahal, hasil equivocal
hiperbarik
ARTERITISTAKAYASU

Arteritis Takayasu (AT) adalah vaskulitis pada pembuluh


darah besar yang penyebabnya idiopatik dan terjadi pada
gangren dapat timbul pada ujung jari atau tumit. usia muda. Dapat mengenai aorta dan cabang-cabang
Pada pemeriksaan klinis nadi arteri brakialis dan utamanya. Secara histologis AT khas berupa infiltrasi
poplitea normal, tetapi nadi dapat berkurang atau hilang lekosit mononuklir dan sel raksasa (Giant cell). Lebih
pada arteri radialis, ulnaris dan tibialis. Pemeriksaan sering mengenai perempuan , l0 kali dibanding laki-laki.
ultrasoncigrafi dulplex dan arteriografi sangat membantu Kematian biasanya karena stenosis arteri dan iskemi
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran perubahan lesi organ. Terjadi aneurisma khususnya pada pembuluh darah
segmental pembuluh darah dari yang normal bertahap aorta yang dapat terjadi regurgitasi aorta. Penyebab
menjadi halus pada pembuluh darah distal merupakan kematian tersering karena hiperlensi atau jantung, ginjal
gambaran yang khas, dan terdapat pembuluh darah dan mengenai sistem pembuluh darah otak.
kolateral disamping pembuluh darah yang tersumbat. Pada Gejala dari abnormalnya pembuluh darah besar adalah
pembuluh darah proksimal biasanya tidak ditemukan hipeftensi, khususnya bila dijumpai pada usia muda harus
arterosklerosis. Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan diperiksa secara teliti pada nadi dan tekanan darah seluruh
biopsi eksisi dan pemeriksaan histopatologi. ektremitas dan dicari apakah ada bruit pada pembuluh
1838 KARDIOLOGI

Penatalaksanaan Penyakit Arteri Perifer

Evaluasi : hemoglobin, serum kreatinin,


Merokok, profil lipid, hipertensi,
Hemostasis, kadar homosistein, LDL

Diabetes, (A'p.7 %), berhenti merokok,


hipertensi, LDL kolesterol < 100 mg/dl,
terapi antitrombosit

Duplex scanning,
lokalisasi hemodinamik,
MRA, angiografi

Gambar 2. Algoritme evaluasi dan penatalaksanaan pasien dengan penyakit arteri perifer

darah. Tanda jika penyakit tersebut masih aktif adalah remisi. Stenosis arteri subklavia sering terjadi dengan
perburukkan iskemia pada ekstremitas atau pada organ insiden mencapai 90o/o dari kasus. Jika pembuluh darah
viseral, malaise, mialgia, arlralgia, keringat malam, dan aorta terlibat dapat teryadi insufisiensi katup, angina dan
demam. Pada darah dapat dijumpai peningkatan laju endap gagal jantung pada 20% kasus. Penatalaksanaantya
darah. Diagnosis dapat dengan pemeriksaan angiografi dengan operasi reparasi atau ganti katup aorta.
atau dengan teknik MRI (magnetic resonance imaging).
Sekuele pada jantung biasanya karena pengobatan yang
tidak adekuat dari hipertensi, regurgitasi aorta, dan SINDROM KOMPRESI TORAKS OUTLET
arteritis yang mengenai pembuluh darah koroner.
Gejala ini merupakan akibat kompresi dari pembungkus
neurovaskular (arteri,vena dan saraf) padajalan keluar dari
thrak melalui leher dan bahu. Pada iga servikal, kelainan
Sindrom Vaskulitis Primer Sindrom Vaskulitis Sekunder otot skalenus antikus proksimal dari klavikula dan iga
Granulomatosis Wegenels Drug induced vasculitis pefiama, atau insersi abnormal dari otot pektoralis minor
Sindrom Churg-Strauss Serum sickness dapat menekan arteri subklavia dan pleksus brakialis sesuai
Poliarteritis nodosa Vaskulitis yang berhubungan
dengan jalur dari thorak ke tangan. Gejala yang timbul dapat
dengan
Poliangiitis mikroskopik penyakit primer berupa nyeri bahu dan tangan, kelemahan, parastesia,
Giant cell afteritis lnfeksi klaudikasio, fenomena Raynaud, dan dapat juga terjadi
Arteritis Takayasu Keganasan kematianjaringan karena iskemia dan gangren. Pemeriksaan
Purpura Henoch- Schonlein Penyakit reumatik
Vaskulitis cutaneus idiopatik fisik biasanya normal, sehingga diperlukan pemeriksaan
Cryoglobulinemia esensial provokasi. Pada keadaan tertentu dapat ditemukan
campuran penurunan atau hilangnya denyut nadi sampai terjadi
Sindrom Behcet't
Sindrom Cogan iskemia dan sianosis jari-jari. Dapat ditemukan nyeri tekan
Penyakit Kawasaki pada fossa supraklavikula. Gejala dapat timbul dengan
menggerakan abduksi tangan 900 dan rotasi ekstemal bahu.
Pemeriksaan yang lain dengan cara manuver scalene. yaitu
Kira-kira 60% pasien dengan AT respons terhadap ekstensi leher dan rotasi kepala ke daerah yang sakit,
terapi kortikosteroid prednison I mglkglhari, dan gerakan kostoklavikular (rotasi posterior bahu) dan
penatalaksanaan temuan kelainan pembuluh darah pada gerakan hiperabduksi (menaikkan tangan 1800), akan
angiografi. Jika tidak respons dengan kortikosteroid dapat menyebabkan bruit pada arteri subklavia dan hilangnya
diberikan siklofosfamid 2 mgkg atau dapat diberikan meth- nadi tangan. Pemeriksaan foto dada dapat melihat
otrexate sampai dosis 20 mg per minggu. Kira-kira 407lo keberadaan iga servikal. Bila pleksus brakialis terkena
terapi dengan obat sitotoksik dan kortikosteroid dapat elektromiografi dapat menunj ukan kelainan.
PEI{YAKIT ARTERI PERIFER 1839

Penatalaksanaan lebih sering konservatif, hanya dengan bahan hemostatik seperti gelatin spon atau silikon,
dianjurkan menghindari posisi tertentu yang dapat digunakan untuk mengerutkan fistula. Fistula arteriovena
menimbulkan gejala. Latihan rotasi melingkar pada daerah yang didapat biasanya mudah untuk diobati dengan cara
bahu dapat mengurangi gejala. Jika gejalanya berat dapat operasi eksisi pada fistula. Kadang-kadang diperlukan graft
dengan tindakan operasi mengangkat iga ke satu atau autogenik atau sintetis untuk menyambung arteri dan
reseksi otot antikus skalenus. vena.

FISTULA ARTERIVENA FENOMENARAYNAUD

Hubungan abnormal antara arteri dan vena, tanpa melalui Fenomena Raynaud ditandai dengan episode iskemia akral
pembuluh kapiler dapat disebabkan karenakongenital atau dengan manifestasi klinis pucat, sianosis, dan rubor pada
didapat. Fistula arteriovena kongenital merupakan jari-jari tangan dan kaki setelah terpapar dengan dingin
pembuluh darah embrionik persisten yang gagal dan penghangatan. Stres emosi juga dapat mempresipitasi
berdiferensiasi menjadi arteri dan vena. Kelainan seperti fenomena Raynaud. Perubahan warna biasanya mudah
ini dapat ditemukan pada bayi yang sering disebut tanda terlihat padajari tangan dan kaki. Yang khas adalah satu
lahir. Dapat timbul pada seluruh organ tubuh dan sering atau lebih jari tampak putih sewaktu terkena udara dingin
timbul pada ekstremitas. Fistula arterivena didapat , seperti atau menyentuh benda dingin. Pucat menandakan fase
pada akses pembuluh darah (cimino ) pada pasien iskemia dari fenomena tersebut, akibat spasma arteri jari.
hemodialisis, pada luka tembak atau luka tusuk , komplikasi Selama fase iskemi kapiler dan venula dilatasi, dan sianosis
kateterisasi artei, atat diseksi pada operasi. Kasus yang akibat dari darah yang miskin oksigen. Rasa dingin, baal
lebih jarang adalah rupturnya aneurisma arteri ke vena dan semutan jari-jari biasanya timbul bersamaan pada
menjadi fistula arterivena. Gambaran klinis tergantung dari keadaan pucat dan sianosis. Dengan penghangatan
lokasi dan ukuran dari fistula. Sering kali terdapat masa mengurangi spasme pembuluh darah dan aliran darah akan
yang berdenyutjika diraba dan dapat ditemukan thrill dan meningkat dengan dramatis ke arteriola dan kapiler yang
bruit terasa pada saat sistolik dan diastolik pada fistula. dilatasi. Hiperemia reaktif ini memperlihatkan wama merah
Pada fistula yang sudah berlangsung lama, manifestasi terang pada jari-jari. Pada waktu fase hiperemia biasanya
klinisnya seperti insufisiensi vena kronik, yaitu edema timbul nyeri yang berdenyut. Respons warna trifasik ini
perifer, varises vena yang besar dan tourtous , dan merupakan tanda yang khas dari fenomena Raynaud.
pigmentasi stasis muncul karena tekanan vena yang tinggi. Kadang-kadang beberapa pasien hanya timbul pucat dan
Iskemi dapat timbul pada distal ekstremitas. Suhu kulit sianosis, atau sianosis saja.
pada fistula arteriovena lebih tinggi.

PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Episode iskemia digital karena rangsangan dingin adalah
Diagnosis lebih sering didapatkan dari pemeriksaan fisik. sekunder dari reaksi vasokonstriksi refleks simpatis. Teori
Kompresi pada fistula arteriovena yang besar dapat ini didukung oleh obat penyekat adrenergik ajika diberikan
menyebabkan reflex memperlambat denyut jantung, yang akan menurunkan frekuensi simpatis dan beratnya
disebut tanda Nicoladoni-Branham. Arteriografi dapat fenomena Raynaud pada beberapa pasien. Fenomena
membuktikan diagnosis dan menentukan besarnya fistula Raynaud dibagi menjadi dua kategori, yaitu idiopatik yang
arteriovena. disebut penyakit Raynaud dan sekunder yang
berhubungan dengan penyakit lain atau penyebab yang
dapat menyebabkan vasospasme.
TERAPI

Penatalaksanaan fistula arteriovena dapat dengan operasi. PENYAKITRAYNAUD


radioterapi, atau embolisasi. Fistula arteriovena kongenital
sulit untuk diobati karena banyak dan saling berhubungan Istilah ini digunakan jika penyebab sekunder fenomena
satu sama lain, sering kali terbentuk satu yang baru setelah Raynaud sudah disingkirkan. Lebih dari 50 7o pasien
dilakukan ligasi. Terapi terbaik adalah konsevatif dengan dengan fenomena Raynaud adalah penyakit Raynaud.
memberikan perban elastis . Untuk mengempiskan fistula Mengenai lima kali lebih banyak pada perempuan
arteriovena dapat dengan cara embolisasi, dengan bahan dibanding dengan laki-laki. Timbul pada umur 20 - 40
dari tubuh sendiri, contohnya seperli lemak dan otot, atau tahun. Jari tangan lebih sering terkena dibandingjari kaki.
1840 KARDIOI.OGI

Awalnya hanya mengenai satu sampai dua ruas jari, oklusi akut pembuluh arteri besar atau sedang karena
kemudian dapat menjalar menjadi satu jari, bahkan dapat trombus atau emboli. Jika emboli berupa debris dapat
seluruh jari. Walaupun jarang, daun telinga dan ujung menyebabkan distal iskemia dari jari-jari. Dapat timbul juga
hidung dapat terkena. Fenomena Raynaud sering timbul pada hipertensi pulmonal primer.
pada pasien dengan sakit kepala karena migren atau varian
angina. Kelainan ini berhubungan dengan spasme
pembuluh darah. AKROSIANOSIS
Pada pemeriksaan fisik biasanya normal tak ditemukan
kelainan nadi radial, tlnar dan pedis. Pada waktu serangan, Pada keadaan ini terjadi vasokonstriksi arteri dilatasi
jari tangan dan kaki menjadi dingin. Pada 10 7o kasus dapat sekunder kapiler dan venula dan mengakibatkan sianosis
timbul penebalan dan pemadatan jaringan subkutan jari- persisten pada tangan, dan kadang-kadang pada kaki.
jari, yang disebut sklerodaktili. Pemeriksaan angiografi Sianosis terjadi jika terpapar dengan udara dingin.
untuk diagnostik tidak dianjurkan. Pada umumnya pasien Perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dan timbul
dengan penyakit Raynaud klinisnya ringan. Kurang dari pada usia kurang dari 30 tahun. Umumnya tanpa gejala,
lEo pasier, kehilangan j arinya. tapi karena ada perubahan warna jari- jari menjadi sianosis
pasien pergi memeriksakan diri. Pada pemeriksaan klinis
biasanya nadi normal, ditemukan sianosis perifer dan
telapak tangan menjadi lembab. Kelainan ini harus
Primer atau fenomena Raynaud idiopatik:
dibedakan dengan fenomena Raynaud karena persisten
Penyakit Raynaud
dan perubahan warna mulai dari proksimal jari-jari. Tidak
Fenomena Raynaud sekunder
. Penyakit vaskular kolagen: skleroderma, sistemik lupus ditemukan sianosis sentral dan penurunan saturasi O,
eritematosus, artritis reumatoid, dermatomiositis, arteri. Dianjurkan untuk memakai baju hangat dan
polimiositis menghindari udara dingin. Terapi farmakologis tidak perlu
. Penyakit arterial oklusi: aterosclerosis ekstremitas,
diberikan.
tromboangitis obliterans, oklusi arterial akut, sindrom
thoracic outlet
. Hipertensi pulmonal
. Gangguan neurologist: penyakitdiscus intervedebralis,
siringomielia, tumor medulla spinalis, strok, poliomielitis, LIVEDO RETIKULARIS
sindrom tunnel carpal.
. Kelainan darah: cold agglutinin, kriglobulinemia, Pada lokasi tertentu pada ekstremitas timbul gambaran
kriofibrinogenemia gangguan mieloproliferatif,
bercak jarring-j aring berwama kemerahan sampai kebiruan.
m akrog lobu lin em ia
o Trauma: luka vibrasi, sindrom hammer hand, syok Bercak tersebut bertambah jika terkena udara dingin.
elektrik, sengatan dingin, mengetik, main piano. Penyebabnya idiopatik, laki-laki dan perempuan
. Obalobatan: derivat ergot, metisergid, reseptor penyekat insidennya sama, lebih sering timbul pada umur dekade ke
B - adrenergik, bleomisin, vinblastin, cisplatin.
3. Biasanya takbergejala, sering dikeluhkan karena alasan
kosmetik. Livedo retikularis dapat timbul setelah
ateroemboli, jarang timbul ulkus. Dianjurkan menghindari
udara dingin. Terapi farmakologis tak diperlukan.
PENYEBAB SEKUNDER FENOMENA RAYNAUD

Fenomena Raynaud timbul pada 80 - 90 Eo pasier, dengan REFERENSI


skleroderma dan yang bergej ala30 Vo. Kelainan pembuluh
darah jari-jari pada kasus ini akan menyebabkan timbulnya Beckman JA, Creager MA, Libby P Diabetes and atherosclerosis,
fenomena Raynaud. Dapat terjadi ulkus di ujung jari-jari epidemiology, pathophysiology, and management. JAMA
karena iskemia dan dapat terjadi gangren dan auto 2002;287 2570 - 81.
Creager MA, Dzau VJ. Vascular diseases of extremities, In Harrison's
amputasi. Kira-kira 20 7o pas\en dengan SLE (sistemik
principles of internal medicine. 16'h ed. Kasper DL et al (ed) ;
lupus eritematosus) terdapat fenomena Raynaud. Kadang- NY: McGraw-Hill; 2005.p.1486-94.
kadang dapat terjadi iskemiajari-jari persisten dan dapat CreagerMA, Libby P Peripheral arterial diseases, In Heart Disease
terjadi ulkus dan gangren. Fenomena Raynaud dapat a Textbook of Cardiovascular Medicine. 6'h ed. Braunwald,
timbul pada dermatomiositis, polimiositis, dan arthritis Zipes, Libby (ed); WB Saunders Company; 2001.p. 1457-78
rematoid. Gaylis H. Diagnosis and treatment of peripheral arterial disease.
Athrosklerosis pada ekstremitas sering menjadi JAMA 2002; 28'l; 313 - 16.
Gey DC, Lesho EP, Manngold J. Management of peripheral arterial
penyebab terjadinya fenomena Raynaud pada laki-laki
disease. American Family Physician 20o4;Feb;l-12.
diatas umur lebih dari 50 tahun. Tromboangitis obliterans Holcroft JW. Blaisdell FW. Acute arterial insuffisiency In : Vascular
jarang terjadi fenomena Raynaud, pada usia muda dapat Surgery Principles and Practice, 2'd ed, Veith FJ et al (ed). NY,
terjadi terutama jika perokok. Dapat juga karena mengikuti McGraw-Hill, 1994; 381-87.
PEITYAKIT ARTERI PERIFER 1841

Hiatt WR. Medical treatment of peripheral arterial disease and Rosenfield K, Vale PR, Isner JM, Disease of peripheral vessels, In
claudication. N Engl J Med.2}0l;344;1608-21. Textbook of cardiovascular medicine. 2"d ed. Topol EJ et al
Jackson MR. Clagett P, Antithrombotic therapy in peripheral (ed); Philadelphia: Lippincott Williams R Wilkins; 2002.p.2109-
arterial occlusive disease. CHEST 2007; ll9;283 - 99. 5t.
Mandell BF, Hoffman GS. Rheumatic diseases and the cardiovascu- Sneller MC, Langford CA, Fauci AS. The vasculitis syndrome. In
lar system, In Heart Disease a Textbook of Cardiovascular Harrison's principles of internal medicine. 16n ed. Kasper DL
Medicine. 6h ed. Braunwald, Zipes, Libby (ed); WB Saunders et al (ed). NY: McGraw-Hill; 2005 .p.20O2 - lO.
Company; 2001.p 2199 - 208.
Ouriel K. Detection of peripheral arterial disease in primary care.
JAMA 20011 286: 1380 - 1.
287
KOR PULMONAL KRONIK
Sjaharuddin Harun, Ika Prasetya Wflaya

PENDAHULUAN dinding dada; (4) Penyakit yang mengenai aliran udara


paru, alveoli, termasuk PPOK. Penyakit paru lain adalah
Kor pulmonal adalah hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan penyakit paru interstisial dan gangguan pernapasan saat
akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit tidur.
parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak
berhubungan dengan kelainan jantung kiri. Istilah
hipertrofi yang bermakna patologis menurut Weitzenblum PATOF!SIOLOGI
sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi
ventrikel kanan. Untuk menetapkan adanya kor pulmonal Penyakit paru kronis akan mengakibatkan: (1)
secara klinis pada pasien gagal napas diperlukan tanda berkurangnya "vascular bed'paru, dapat disebabkan oleh
pada pemeriksaan fisis yakni edema. Hipertensi pulmonal semakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang
"sine qua non" dengan kor pulmonal maka definisi kor mengembang atau kerusakan part; (2) asidosis dan
pulmonal yang terbaik adalah: hipertensi pulmonal yang hiperkapnia; (3) hipoksia alveolar, yang akan merangsang
disebabkan penyakit yang mengenai struktur dan atau vasokonstriksi pembuluh paru; (4) polisitemia dan
pembuluh darah paru; hipertensi pulmonal menghasilkan hiperviskositas darah. Keempat kelainan ini akan
pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi dan atau dilatasi) menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal (perjalanan
dan berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi gagal lambat). Dalam jangka panjang akan mengakibatkan
jantung kanan. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan dan kemudian akan
merupakan penyebab utama insufisiensi respirasi kronik berlanjut menjadi gagal jantung kanan.
dan kor pulmonal, diperkirakan 80 - 907o kasus.
Kor pulmonal akut adalah peregangan atau
pembebanan akibat hipertensi pulmonal akut, sering GEJALA KLINIS
disebabkan oleh emboli paru masif, sedangkan kor
pulmonal kronis adalah hipertrofi dan dilatasi ventrikel Tingkat klinis kor pulmonal dimulai PPOK kemudian
kanan akibat hipertensi pulmonal yang berhubungan PPOK dengan hipertensi pulmonal dan akhirnya menjadi
dengan penyakit paru obstruktif atau restriktif. Pada PPOK dengan hipertensi pulmonal serta gagal jantung
PPOK, progresivitas hipertensi pulmonal berlangsung kanan.
lambat.

DIAGNOSIS
ETIOLOGI
Diagnosis kor pulmonal pada PPOK ditegakkan dengan
Etiologi kor pulmonal dapat digolongkan dalam 4 kelompok: menemukan tanda PPOK; asidosis dan hiperkapnia,
(1) Penyakit pembuluh darah p*o; (2) Tekanan darah pada hipoksia, polisitemia dan hiperviskositas darah; hipertensi
arteri pulmonal oleh tumor mediastinum, aneurisma, pulmonal, hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan dan gagal
granuloma atau fibrosis; (3) Penyakit neuro muskular dan jantung kanan.

t842
KORPULMONALKRONIK 1843

PPOK volume paru turun mendadak akibat reseksi paru demikian


pula pada restriksi paru ketika pembuluh darah mengalami
Adanya PPOK dapat diduga / ditegakkan dengan kompresi dan berubah bentuk. Afterload meningkat pada
pemeriksaan klinis (anamnesis dan pemeriksaan jasmani), ventrikel kanan juga dapat ditimbulkan pada
laboratorium, foto torak, tes faal paru. vasokonstriksi paru dengan hipoksia atau asidosis.
Perubahan hemodinamik kor pulmonal pada PPOK dari
normal menjadi hipertensi pulmonal, kor pulmonal, dan
ASIDOSIS, HIPERKAPNIA, HtPOKS|A, POLt- akhirnya menjadi kor pulmonal yang diikuti dengan gagal
SITEMIA DAN HIPERVISKOSITAS DARAH Jantung.

Kelainan ini dapat dikenal terutama dengan pemeriksaan


laboratorium dan pemeriksaan klinis. TATALAKSANA

Tujuan pengobatan kor pulmonal pada PPOK ditinjau dari


HIPERTENSI PULMONAL aspek jantung sama dengan pengobatan kor pulmonal
pada umumnya untuk: (1) Mengoptimalkan efisiensi
Tanda hipertensi pulmonal bisa didapatkan dari pertukaran gas; (2) Menurunkan hipertensi pulmonal; (3)
pemeriksaan klinis, elektrokardiografi dengan P pulmonal Meningkatkan kelangsungan hidup; (4) Pengobatan
dengan deviasi aksis ke kanan dan hipertrofi ventrikel penyakit dasar dan komplikasinya.
kanan, foto toraks terdapat pelebaran daerah cabang paru Pengobatan kor pulmonal dari aspekjantung bertujuan
di hilus, ekokardiografi dengan ditemukan hipertrofi untuk menurunkan hipertensi pulmonal, pengobatan gagal
ventrikel kanan (RV) dan kateterisasi jantung. jantung kanan dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Untuk tujuan tersebut pengobatan yang dapat
dilaksanakan diawali dengan menghentikan merokok serta
HIPERTROFI DAN DILATASI VENTRIKEL KANAN tatalaksana lanjut adalah sebagai berikut:

Dengan pemeriksaan foto toraks, elektrokardiografi (EKG),


ekokardiografi,, Radionuc lide v enticulo graphy, thalium TERAPIOKSIGEN
Imaging: CT scan danmagnetic resonance imaging (tr4F.I)
Mekanisme bagaimana terapi oksigen dapat meningkatkan
kelangsungan hidup belum diketahui. Ditemukan 2
GAGALJANTUNG KANAN hipotesis: (1) Terapi oksigen mengurangi vasokonstriksi
dan menurunkan resistensi vaskular paru yang kemudian
Ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, biasanya dengan meningkatkan isi sekuncup ventrikel kanan; (2) Terapi
adanya peningkatan tekanan venajugularis, hepatomegali, oksigen meningkatkan kadar oksigen arteri dan
asites maupun edema tungkai. meningkatkan hantaran oksigen ke jantung, otak dan or-
gan vital lain.
Pemakaian oksigen secarakontinyu selama 12 jarn(Na-
PERJALANAN PENYAKIT HIPERTENSI PULMONAL tional Institute of HealthlNlH, Amerika); 15 jam (British
PADA PPOK Medical Research Council / MRC dan24jam (NIH)
meningkatkan kelangsungan hidup dibandingkan dengan
Curah jantung dari ventrikel kanan seperti pula di kiri pasien tanpa terapi oksigen.
disesuaikan dengur p reloa$ kontraktilitas dan aft e rlo ad. Indikasi terapi oksigen (di rumah) adalah: (a) PaO2 < 55
Meski dinding ventrikel kanan tipis, namun masih dapat mmHg atau SaO2 <88%o; (b) PaO2 55-59 mmHg disertai
memenuhi kebutuhan saat terjadi aliran balik vena yang salah satu dari: (b.1.) Edema disebabkan gagal jantung
meningkat mendadak (seperti saat menarik napas). kanan; (b.2) P pulmonal pada EKG; (b.3) Ertrositosis
Peningkatutafi erloadakatmenyebabkanpembesaran hematokrit> 567o).
ventrikel kanan yang berlebihan. Hal ini terjadi karena
tahanan di pembuluh darah paru sebagai akibat gangguan
di pembuluh sendiri maupun akibat kerusakan parenkim VASOD!LATOR
paru. Peningkatan afterload ventrikel kanan dapat terjadi
karena hiperinflasi paru akibat PPOK, sebagai akibat Vasodilator (nitrat, hidralazin, antagonis kalsium, agonis
kompresi kapiler alveolar dan pemanjangan pembuluh alfa adrenergik, inhibitor ACE, dan postaglandin sampai
darah dalam paru. Peningkatan ini juga dapat terjadi ketika saat ini belum direkomendasikan pemakaiannya secara
t844 IqRDIOI.OGI

rutin. Rubin menemukan pedoman untuk menggunakan Di samping terapi di atas pasien kor pulmonal pada
vasodilator bila didapatkan 4 respons hemodinamik PPOK harus mendapat terapi standar untuk PPOK,
sebagai berikut: (a) resistensi vaskular paru diturunkan komplikasi dan penyakit penyerta.
minimal 20Vo; (b) curah jantung meningkatkan atau tidak
berubah; (c) tekanan arteri pulmonal menurunkan atau
tidak berubah; (d) tekanan darah sistemik tidak berubah PENUTUP
secara signifikan. Kemudian harus dievaluasi setelah 4 atau
5 bulan untuk menilai apakah keuntungan hemodinamik di Terapi optimal kor pulmonal karena PPOK harus di mulai
atas masih menetap atau tidak. Pemakaian sildenafil untuk dengan terapi optimal PPOK untuk mencegah atau
melebarkan pembuluh darah paru pada Primary memperlambat timbulnya hipertensi pulmonal. Terapi
Pulmonary Hypertensior, sedang ditunggu hasil tambahan baru diberikan bila timbul tanda-tanda gagal
penelitian untuk kor pulmonal lengkap. jantung kanan.

DIGITALIS REFERENSI

Digitalis hanya digunakan pada pasien kor pulmonal bila Benisty Jacques I. Pulmonary hypertension. Circulation
disertai gagal jantung kiri. Digitalis tidak terbukti 2002;106:192-4
meningkatkan fungsi ventrikel kanan pada pasien kor Braunwald E, Hearl failure and cor pulmonale, dalam Kasper DL et
pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri normal, hanya pada al (editor) Harrison's Principles Internal Medicine, edisi 16,
New York, McGraw-Hill, 2005.p.: 1311-89.
pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri yang
Lenfant C, Khaltaev N, Global Strategy for the Dignosis,
menurunkan digoksin bisa meningkatkan fungsi ventrikel Management, and Prevention of Chronic Obstructive
kanan. Di samping itu pengobatan dengan digitalis Pulmonary Disease: NHLBI / WHO Workshop. National
menunjukkan peningkatkan terjadinya komplikasi aritmia. Institutes of Healt and National Heart, Lung and Blood
Institute, Publication Number 2701 April 2001.
Macnee. W, Pathophysiology of cor pulmonale in chronic
obstructive pulmonary disease: bagian pertama ke Am J. Respir
DIURETIKA
Crit Care med 1994: 833-52
Macnee. W, Pathophysiology of cor pulmonale in chronic
Diuretika diberikan Uita aaa gagal jantung kanan. obstructive pulmonary disease: part two. Am J. Respir Crit Care
Pemberian diuretika yang berlebihan dapat menimbulkan Med 1994; 150:1158-68
alkolosis metabolik yang bisa memicu peningkatan Matthay RA, Niederman MS and Weiderman HP. Cardiovascular-
hiperkapnia. Di samping itu dengan terapi diuretik dapat pulmonary disease with special reference to the pathogenesis
and management of cor pulmonale. Med Clin North Am. 1990;
terjadi kekurangan cairan yang mengakibatkan preload
74: 571-618
ventrikel kanan dan curah jantung menurun.
MC Laughin W, Rich S. cor pulmonale dalam Braunwald E., editor.
Heart Disease: A text book of cardiovascular medicine. 6h ed
Philadelphia; WB Saunders, 20O1.p.1936-54.
FLEBOTOMI Restrepo Clara I, Tapson Victor F. Pulmonary hipertension and cor
pulmonale in Topol Eric J, eds. Text book of Cardiovascular
Tindakan flebotomi pada pasien kor pulmonal dengan Medicine 2'd ed Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
hematokrit yang tinggi untuk menurunkan hematokrit 2002:649-65.
sampai dengan nllai 59Vo hanya merupakan terapi Rich S et al, Pulmonary hypertension, dalam Braunwald E, Heart
Disease: A Text book of Cardiovascular Medicine. edisi ke-7.
tambahan pada pasien kor pulmonal dengan gagaljantung
Philadelphia, Elsevier Saunders, 2005. p. 1807-42.
kanan akut.
Weitzenblum E. Chronic cor pulmonale Heart 2003; 89:225-30.

ANTIKOAGULAN

Pemberian antikoagulan pada kor pulmonal didasarkan


atas kemungkinan terjadinya tromboemboli akibat
pembesaran dan disfungsi ventrikel kanan dan adanya
laktor imobilisasi pada pasien.
2ffi8
HIPERTENSI PUt ONAR PRIMER
Muhammad Diah, Ali Ghanie

PENDAHULUAN diameter antara 40 sampai 100 mm dan arteriol. Evolusi


vaskular pada PPI I ini tcrgantung proglesivitas penipisan
Hipertensi pulmonal primer (HPP) atau idiopatik adalah arteri pulmon&lis. yilno Secara gradual meningkatkan
suatu penyakit yangjarang didapat namun progresif oleh re,sistensi pulmonal yang pada akhirnya menyebabkan
karena peningkatan resistensi vaskular pulmonal, yang stctin dan gagal ventrikel kanan.
menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh
karena peni ngkatan afterl oud ventrikel kan an. HPP sering
didapatkan pada usia muda dan Lrsia pertengahan. lebih .l= :
sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan
2 ; 1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta
penduduk. dengan meart surtit:ctl dari awitan penl,akit
sampai timbulnya gejala sekitar 2-3 tahun. X
Kriteria diagnosis untuk hiperlensi pulmonal merujuk
pada National Institute of Health (NIH); bila tekanan
sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau mean
tekanan arteri pulmonalis lebih besar dari 25 mmHg pada
saat istirahat atau lebih 30 mnrHg pada aktivitas, dan tidak
Gambar 1. Karakteristik patologi pada hipertensi pulmonal
didapatkan adanya kelainan valvular pada.iantung kiri,
penyakit miokardium, penyakit jantung kongenital, dan Kiri Muskulus arteri pulmonaris pada pasien HPP: hipertrofi media (panah
tidak adanya kelainan paru, penyakit jaringan ikat atau putrh) dan penyepitan lurnen oleh karena proliferasi intima (panah hitam)
dan prolilerasi adventisia (X)
penyakit tromboemboli kronik, sehinga HPP juga disebut
sebagai unexp I aine d pulmo nata hyp e rte nsi o tt. Kiri Lesi plexiform yang karakteristik, obsiruksi muskulus papillaris (panah)

PATOLOGI Pada stadium awal HPP, peningkatan tekanan arteri


pulmonalis menyetrabkan peningkatan kerja ventrikel
Arteri pulmonal normal merupakan suatu struktur com- kanan, dan terjadi trombotik arteriopati pulmonal.
plai.nt dengan sedikit serat otot. yang mernungkinkan Karakteristik trombotik arteriopati pulmonal ini adalah
fingsi pulntonar\ yasc:ular bed sebagai sirkuit yang lov, trombus irtsitu pada muscularis arteri dari vaskulatur
pre,tsure dar high.flow. Ganrbaran patalogi vaskular pada pulmonal. Pada stadium lanjut, di mana tekanan pulmonal
HPP tidak patognolxonis untuk kelainan ini, karena meningkat secara terlrs nlenerus dan progresif, lesi
menyerupai garnbaran arteriopati pada hi pertensi pulmonal berkembang menjadi bentuk arteriopati fleksogenik
dari berbagai macarn sebab, kelainan vaskular di sini pulmonal yang ditzindai dengan hipertrofi media, fibrosis
termasuk hiperplasia otot polos vaskular, hiperpiasia laminaris intima konsentrik, yang menggantikan struktur
intima, dan trombosis insitu. Kelainan yang terjadi pada endotelial pulmonal normal (Gambar 1). Secara patologis
HPP ini mengenai ateri-arteri pulmonalis kecil dengan HPP dapat di kelompokkan secara 3 sub-tipe:

184
t846 I(ARDIOI.OGI

Primary Arteriopati Fleksogenik (30-60% dari Etiologi dan Patogenesis


HPP) Penyebab HPP belum diketahui dengan pasti. Beberapa
Secara patologis lesi fleksogenik adalah disorganisasi konsep patogenesis mempertimbangkan kepekaan
kapiler pulmonal. Beberapa keadaan lesi mengandung inidividu dan rangsangan pemicu sebagai faktor pemula
proleferasi nronoklonal sel-sel endotelial. Lesi fleksiform terhadap kerusakan dan perbaikan vaskular pulmonal.
merupakan suatu bentuk hipertensi pulmonal berat, Hanya sebagian kecil kelompok dengan risiko tinggi
dengan insiden l-2ljuta penduduk perbandingan pria dan (seperti obat penekan nafsu makan dan pasien HIV- 1) yang
perempuan 1,7:l dan usia saat diagnostik tipe ini antara menjadi hipertensi pulmonal. Kejadian HPP dalam satu
20-50 tahun. Kelainan ini tampaknya mempunyai komponen keluarga menunjukkan kepekaan genetik. Bentuk kelainan
genetik, dimanalTo kasus adalah tamilial. bawanan adalah autosomal dominan dengan rasio
perempuan dan pria 2 banding l. Meskipun melibatkan
gen dalam HPP familial belum dapat diidentifikasi,
Tromboembolik Arteriopati (45-50% dari HPP)
kemungkinan lokasi pada tangan panjang (long arm) dari
Secara patologis subtipe ini ditandai dengan fibrosis
kromosom 2 (q3I ). Lokasi ini mengandung 7 juta base dan
eksentrik tunika intinra dan gambaran rekanalisasi
suatu pendekatan telah dicoba untuk mengidentifikasi gen
trombosis insitu fiaringan dan septum dalam lumen
potensial dengan vasoaktif, proliferatif atau aktivitas
arterial). Subtipe tromboembolik hipertensi pulmonal
trombotik, namun tidak didapatkan kandidat gen sampai
terdapat 2 bentuk: bentuk makrotromboembolik, yang
saat 1n1.
biasanya didapatkan pada tipe hipertensi pulmonal
Stimulus yang dapat merangsang HPP adalah: bahan-
skunder dan berisi gumpalan besar di tengah lumen, dan
bahan yang dapat dicerna, seperti oabat penekan nafsu
kedua bentuk mikrotromboembolik dengan trombus
makan, ekstrak monokrotalie, bahan pelarut inhaler,
didistal yang menyumbat pembuluh-pembuluh darah kecil.
metamfelamin, kokain, L-tryptophan; inf'eksi, terutama HIV-
Bentuk makro biasa biasanya respons terhadap
I ; and penyakit inflamasi (seperti HPP yang dihubungkan
tromboenarterektomi. Sementara bentuk mikro
dengan penyakit tiroid autoimun dan antinuclear anti-Ku
berhubungan dengan trombosis insitu dan secara klinis
antibod,tt. Walaupun bentuk rangsangan berbeda, namun
tumpang tindih dengan arteriopati fleksognik primer.
bentuk kerusakan dan perbaikannya sama.
Vasokonstriksi dan hipertrofi media terjadi pada awal
Oklusif Vena Pulmonal HPP. Keadaan ini adalah sekunder terhadap kerusakan sel
Bentuk yang jarang didapat, disebabkan oleh penipisan endotelial, yang dapat menyebabkan berkurangnya
tunika intima vena pulmonal produksi endothelium-derived vasodilator atau
HPP secara patologis dapat digradasikan dalam 6 poin meningkatkan vasokonstriktor. (Gambar 3).
berdasarkan severitas penyakit: dimulai dari hipertropi
medial (grade 1) sampai dan di grade 6 nekrosis arteritis.
namun tidak ada korelasi antara gradasi patologis dengan
tekanan pulmonalis. Rasio ketebalan tunika media dan
intima terhadap total cross-sectional area dihubungkan
lpelepasan : TB, PGl, ET-1
dengan respons terhadap vasodilator, semenara arlropati ,Pelepasan: NO, Kerusakan sal K*

fleksogenik dihubungkan dengan survival time yang


pendek. (Gambar2)

Tpelepasan : PDGF, VEGF, TGF-8

P tma
Gambar 3. Patog6nesis hipertensi pulmonal
Pasien dengan predisposisi genetik, kerusakan endotel dapat
menimbulkan siklus ganas perkembangan hipeftensi pulmonal.
Pedama: kerusakan endotel menyebabkan imbalans mediatot
vasoaktif vasokonstriksi. Kemudian terjadi pelepasan growth fac-
toryang menyebabkan penipisan diding pembuluh darah (remod-
Campurannormal Arteritis eling). Hal ini merangsang fibrinolisis dan gangguan koagulasi
dan abnormal
yang mempresipitasi trombosis insitu TB=tromboxan,
PQ=prostaglandin, ET= endothelin, NO=nitric oxide,
Gambar 2. Lesi vaskular pada hipertensi pulmonal primer Lesi PDGF=platelet-derived growth factor, VEGF=vascular endothe-
fleksiform, merupakan petanda histologi hiperlensi pulmonal primer lial growth factor, TGF=transforming growth factor
HIPERTENSI PULMONAR PRIMER 1847

Penelitian imunohistokimia, menunjukkan ekspresi en-


dothelial NO synthetase (eNOS;NOS IID menurun pada
arteri pulmonalis pasien dengan HPP, dan sekesi metabolit . Hipertensi arteri pulmonal
prostakiklin melalui urin juga rendah. Kosentrasi endotelin . ldiopatik atau prrmer
. Familial
1 (suatu vasokonstriktor pulmonal poten) darah meningkat . Hipertensi yang berhubungan dengan:
baik pada hipertensi pulmonal primer ataupun sekunder, . Penyakit kolagen pada pembuluh darah
yang pada pengecatan dengan imunohistokimia . Shunt kongenital sistemik ke pulmonal
. Hipertensi portal
memperlihatkan peningkatan ekspresi endotelin pada arteri . lnfeksi HIV
pulmonalis pada pasien ini. . Toksin dan obatobatan
Mediator vasoaktif sirkulasi lain juga berperan pada . Penyakit lain (kelainan tiroid, kelainan penyimpanan
glikogen, penyakit Gaucher, hemoragik
HPP. Kadar plasma serotonin meningkat pada pasien
telangiektasis herediter, hemoglobinopati, kelainan
dengan HPP, dan tetap meningkat setelah transplantasi mieloproliferatif, splenektomi
jantung. Obat penekan nafsu makan: fenfluramin dan . Yang berhubungan dengan kederlibatan vena atau
kapiler
deksfenfluramin yang menghambat reuptake seretonin, . Penyakit oklusi vena pulmonal
dapat mencetuskan HPP pada individu yang peka melalui . Hemangiomatosiskapilerpulmonal
peningkatan kosentrasi platelet-deriv ed s e rotonin (slatu . Hipedensi pulmonal dengan penyakit jantung kiri
vasokonstriktor pulmonal, yang merangsang pertumbuhan
. Penyakit atrium atau ventrikel kiri jantung
. Penyakit katup jantung kiri
vaskular). . Hipedensi pulmonal yang dihubungkan dengan penyakit
Kerusakan saluran ion pada sel otot polos arteri paru adan atau hipoksia
pulmonal juga dapat menambah vasokonstriksi. Kalsium . Penyakit paru obstruksi kronik
. Penyakit jaringan paru
intra selular berperan penting dalam regulator kontraksi . Gangguan napas saat tidus
dan dan proliferasi otot polos vaskular, dan kanal kalium . Kelainan hipoventilasi alveolar
yang menentukan konsentrasi kalsium bebas sitoplasma . Tinggal lama di tempat yang tinggi
. Perkembanganabnormal
mungkin terganggu pada pasien dengan hipertensi . Hipertensi pulmonal oleh karena penyakit emboli d"an
pulmonalprimer. trombotik kronik
Vasokonstriksi diikuti oleh proliferasi dan fibrosis , Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis proksimal
. Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis distal
intima, trombosis insitu, dan perubahan plexogenik. . Emboli pulmonal non trombotik (tumor, parasit, benda
Peningkatan ekspresi vascular endothelial growth factor asing)
(VEGF), suatu mitogen sel endothelial spesifik yang ' Lain-lain
Sarcoidosis, histiositosis-X, limfangiomatosis, penekanan
dihasilkan oleh makrofag dan otot polos vaskular. suatu pembuluh darah paru (adenopati, tumor, fibrosis
mitogen spesifik sel endotelial yang dihasilkan oleh mediasiinitis)
makrofag dan sel otot polos, berperan dalam remodeling
vaskular.

Klasifikasi Klinik dan Fungsional Hipertensi


Pulmonal Kelas I Pasien dengan hipertensi pulmonal tanpa
Selama beberapa tahun hipertensi pulmonal keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari
diklasifikasikan sebagai hipertensi pulmonal primer Kelas ll Pasien dengan hipertensi pulmonal, dengan
(idiopatik) dan hipertensi pulmonal sekunder. Pada tahun sedikit keterbatasan dalam melakukan aktivitas
2043, pada Word Symposium III mengenai hipertensi sehari-hari
pulmonal di Venice, dilakukan revisi klasifikasi klinik, di Kelas lll Pasien dengan hipertensi pulmonal, yang bila
melakukan aktivitas ringan akan merasakan sesak
mana hipertensi pulmonal di kelompokkan dalam 5 dan rasa lelah yang hilan bila istirahat
kelompok, dan hipertensi pulmonal primer atau hipertensi Kelas lV Pasien dengan hipedensi pulmonal, yang tidak
mampu melakukan aktifitas apapun (aktivitas
pulmonal idiopatik dimasukkan dalam kelompok hipertensi
ringan akan merasakan sesak), dengan tanda dan
arteri pulmonal. (Tabel 1). gejala gagal jantung kanan
WHO juga mengusulkan klasifikasi fungsional
hipertensi pulmonal dengan memodifikasi klasifikasi
fungsional dari New York Heart Association (NYHA) sepesifik. Gejala-gejala tersebut sering sulit dibedakan
system (Tabel 2). dengan HPP sekunder atau oleh karena kelainanjantung.
kesulitan utama adalah gejala umumnya berkembang
secara gradual. Gejala yang paling sering adalah : dispnu
GAMBARAN KLINIS saat aktivitas, fatique dan sinkop, refleksi ketidak mampuan
menaikkan curah jantung selama aktivitas. Angina tipikal
Hipertensi pulmonal sering tidak menuniukkan gejala yang juga dapat terjadi meskipun arteri koroner normal, tetapi
1848 KARDIOLOGI

nyeri dada disebabkan oleh karena stretchirtg arteri tersebut termasuk pembesaran atrium dan ventrikel kanan,
pulmonal atau iskemia ventrikel kanan. dan septum yang cernbung atau rata. Adanl,a efusi
Hemoptisis oleh karena pecahnya pembuluh darah paru perikard menunjukkan beratnya penyakit dan prognosis
yang mengalami distensi jarang terjadi, namun hemoptisis yang kurang baik.
pada pasien dengan HPP suatu keadaan yang berbahaya.
Fenomena Raynaud's terjadi kira-kira 2Vo datt pasien Elektrokardiograf i
dengan'HPP tetapi sering terjadi pada hiperlensi pulmonal
Elektrokardiograrn (EKG) juga harus dilakukan pada pasien
yang berhubungan dengan penyakitjaringan ikat. Gejala-
yang dicurigai HPP, meskipun tidak spesifik untuk HPP.
gejala yang lebih spesifik dapat oleh karena penyakit yang
Gambaran tipikal pada EKG berupa.r/ruln ventrikel kanan.
nrendasari hipertensi pulmonal.
hipertrofi ventrikel kanan dan pergeseran aksis ke kanan
Pada pemeriksaan fisik relatif tidak sensitif untuk dapat nrenrbantu menegakkan diagnosis hipertensi
menegakkan diagnosis hipenensi pulmonal primer, namun pulmonal (Gambar -<)
dapat rnembantu meniadakan berbagai penyebab lain dari
hipertensi pulmonal (hipertensi pulmonal sekunder).
Pemeriksaan auskultasi paru pasien HPP umumnya bersih.
Bila ditemukan w,heezing dan ronki, kemungkinan kelainan
oleh karena penyakit paru yang lain seperti: asma bronkial,
bronkitis atau fibrosis. Ronki basah seperti pada gagal
jantung kongestif menunjukkan penyakit jantung kiri,
bukan hipertensi arteri pulmonal. Bunyi jantung II pada
claerah pulmonal kadang dapat ditemui padahampir 90%
pasien dengan hipertensi pulmonal, pada stadiunt lanjut
di mana telah terjadi gagaljantung kanan. gejala dan tanda
seperti gallop ventrikel kanan (S4 kanan), distensi vena
jugularis. pembesaran hapar at.au lirnpa, asites atau edema
perifer dapat ditemui (Tabel3).

Gambar 4. Foto toraks pasien dengan hipertensi pulmonal


memperlihatkan pelebaran arleri pulmonal sentral bilateral
Gejala
Dispnu saat aktivitas Distensi vena jugularis
Fatique lrnpuls ventrikel kanan dorninan
Sinkop Komponen katup paru menguat (P2)
Nyeri dada angina 53 jantung kanan
Hemoptisis Murmur trikuspid
Fenomena Raynaud's Hepatomegali
Edema oerifer

TES DIAGNOSIS

Ekokardiograf i
Pada pasien yang secaraklinis dicurigai hiperlensi pulmonal,
untuk diagnosis sebaiknya dilakukan ekokardiograli.
Ekokardiografi tidak hanya membantu menetapkan
Gambar 5. Gambaran EKG pasien hipertensi pulmonal
diagnosis, namun juga dapat menilai etiologi dan menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan hiperlrofi ventrikel kanan
prognosis. Ekokardiografi dapat mendeteksi kelaian katup,
disfungsi ventrikel kiri, shuirljantung. Untuk menilai tekanan
sistolik ventrikel kanan dengan ekokardiografi harus ada Radiologi
regurgitasi trikuspid (TR). (Gambar 4) Gambnran has palenkirr-r paru pada hipertensi pulrnonal
Bila pada pasien dengan hipertensi pulmona.l tidak ada primer bersih. Foto toraks dapat membantu diagnosis, iltau
regurgitasi trikuspid untuk menilai tekanan ventrikel kanan nrernbantu nrenentukan penyakit paru lain 1,ang mendasari
secara kuantitatif, dapat dipakai nilai kualitatif pada hipertensi pr-rlmonal (membedakarn hipertensi primer
pemeriksaan ekokardiografi dapat mernbantu mene-qakkan dengan hipertensi sekunder'). Gatnbaran khas ltrto thoraks
diagnosis hipertensi pulmonai. Tanda-tanda kualitatif pada hipertensi pulmonal diternukan pen.rbesaran hilar,
HIPERTENSI PULMONAR PRIMER 1849

bayangan arteri pulmonalis dan pada foto toraks lateral aktivitas yang berlebihan. Penggunaan digoksin saat ini
terdapat pembesaran ventrikel kanan (Gambar 4). masih kontroversial, karena belum ada data terhadap
keuntungan atau kerugian penggunaan digoksin pada
Pemeriksaan Angiografi hipertensi pulrnonal. Penggunaan diretika untuk
Kateterisasi jantung merupakan baku emas untuk rnengLrrangi sesak dan edema pada pereifer, dapat
bermanfaat untuk rnengurargi kelebihan cairan terutama
diagnosis hipertensi ateri pulmonal. Kateterisasi
membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain
bila ada regurgitasi trikuspid. Saat ini banyak penelitian
untuk pengobatan hipertensi pulmonal telah dilakukan;
seperti penyakit jantung kiri dan memberikan informasi
golon gan vasodilator. prostanoid, nitric oxi de, pen ghambat
penting untuk dr,rgaan prognostik pada pasien dengan
hipertensi pulmonal. Tes vasodilator dengan obat kerja
fosfodiesterase, antagonis reseptor endotelin dan
antikoagulan
singkat (seperti: adenosin. inhalasi nitric oxide ataLr
epoprostenol) dapat di Iakukan selama kateteri sasi. respons
vasodilati positif bila didapatkan penurunan tekanan arteri a. Terapi Vasodilator
pulmonalis dan resistensi vaskular paru sedikitnya 2O7o Penggunaan penghambat kalsium telah banyak diteliti dan
dari tekanan awal. digunakan sebagai terapi pada hipertensi pulmonal,
Konsensus European Societl, o.f Card.iology, perbaikan terjadi pada klra-kira25-307c kasus terutama pada
mendefinisikan respons vasodilatasi akut positif bila terjadi pasien yang tes vasodilator akut positif, pada kelompok
penurunan "ntean" tekanan arted pulrnonalis paling sedikit ini dapat dipenimbangkan penggunaannya dalam jangka
l0 mmHg sampai < 40 rnmHg dengan peningkatan cunah iarna, dan penggunaan golongan otrat ini pada pasien
jantLrng atau tidak ada perubahan pada curirlr .lantung hipertensi putrrnonal sebaiknya dibatasi terutama pada
dibandingkan dengan nilai seperti sebelupdilakukan tes. pasien dengan gagal jantung kanan.
Pasien dengan hipertensi alteri pulmonal yang berespons Nifedipin 120-240 mg/hari atau diltiazem 540-900 mg/
positif dengan vasodilator akut pada pemeriksaan hari merupakan obat yang sering digunakan, sementara
kateterisasi , survivalnya akan meningkat dengan verapamil memperlihatkan efek inotropik negatif. Namun
pengobatan blokade saluran kalsium jangka lama. Dengan obat-obat tersebut menyebabkan efek samping yang
kateterisasi jantung juga dapat memberikan intormasi bermakna, seperti hipotensi yang mengancamhidup pasien
mengenai saturasi oksigen pada vena sentral, artrium dan dengan compromised fungsi ventrikel kanan yang berat,
ventrikel kanan, dan arteri pulmonal yang berguna dalam untuk ini diperlukan monitoring ketat terhadap
menilai prognosti k hipertensi pulmonal. hemodinamik pasien.
Vasodilator lain yang telah dievaluasi adalah peranan
angiotensin converting enz))me pada patofisiologi
hipertensi pulmonal, namun enzim ini tidak bermanfaat
secara signifikan, di samping belum ada studi yang luas
yang telah dilakukan.

b.'Prostanoid
Epoprostenol. Epoprostenol IV perlama kali disetujui oleh
FDA untuk terapai hipertensi pulmonal pada tahun 1995.
Pemakaian epopostrenol jangka panjang memperbaiki
hemodinamik, toleransi latihan, klas fungsional NYHA, dan
survival rcfie penderiahipertensi pulmonal. Namun karena
waktu paruh singkat diperlukan bentuk infus IV yang
konstau melalui kateter dengan portabl.e pump,
penggunaannya rumit sehingga diperlukan rujukan ke
Gambar 6. Gambaran ekokardiografi pasien hipertensi pulmonal
rumah sakit atau klinik yang canggih. Karena rumitnya
pemakaian epoprostenol, dikembangkan, produk
prostasiklin yang lain. dan yang saat ini juga sudh diakui
TATALAKSANA HIPERTENSI PULMONAL PRIMER oleh FDA sebagai obat untuk hipertensi pulmonal adalah:
treprostinil dan inhalasi iloprost.
Medikamentosa Treprostinil. Treprostinii memiliki waktu paruh yang lebih
Resisten vaskular pulmonal secara dramatis meningkat laura dan dapat digunakan subkutan. Pada penelitian povital
pada saat latihan atau aktivitas pada pasien hipertensi. dengan treprostinil dengan 470 pasien selama 12 minggu
dan pasien sebaiknya harus memperhatikan dan membatasi (randomized placebo controlled trictl), pada 587o
18s0 KARDIOI-OGI

hiperlensi pulmon al primer, 27 7o lipertensi pulmonal dengan Efek inhalasi NO pada pasien hipertensi pulmonal
pen yakit j aringan
ikat, dan 25 Vo hipertensi pulmonal dengan primer memperlihat perbaikan dalam parameter
penyakit jantung kongenital, dan dengan keparahan hemodinamik, efek jangka panjang belum diteliti namun
penyakir: NYHA II (127o) NYHA tII(8t%) dan NyHA IV beberapa pasien tampak menunjukkan manfaat dengan
(1Vo). Didapatkan perbaikan indek hemodinamik dan terapi tersebut untuk jangka lama.
kapasitas latihan yang diukur dengan katetarisasi dan
latihan berjalan 6 menit. Tidak ada pengaruh treprostinil d. Penghambat Fosfodiesterase
pada kelompok penyakit jantung bawaan, mungkin kerena Mekanisme yang memodulasi cyclic guanosine 3'-5'
singkatnya penelitian. Treprostinil subkutan juga monophosphate (:GMP) didalam otot polos berperan
menyebabkan rasa nyeri pada tempat suntukan yang juga dalam meregulasi tonus, pertumbuhan dan struktur
membatasi penggunan obat ini pada pasien terlentu. vaskular. E,fek vasodilator NO tergantung pada
kemampuannya meningkatkan isi cGMP di dalam otot
Iloprost inhalasi. Iloprost adalah prostasiklin dengan
polos vaskular. Sekali diproduksi NO langsung
bentuk kimia stabil yang tersedia dalam bentuk intravena,
mengaktifkan soluble guanylate cyclase yang
oral, dan aerosol, dengan waktu paruh 20 sampai 25 menit.
meningkatkan produksi cGMP, kemudian cGMP
Bentuk inhalasi dalam pengobatan hipertensi pulmonal
mengaktilkan cGMP kinase, membuka kanal potasium dan
adalah konsep yang baik praktis dalam pengunaan klinik.
menyebabkan vasorelaksasi. Efek cGMP intraselular
Pada idiopatik hipertensi pulmonal iloprost inhalasi
bertahan singkat, menyebabkan degradasi cepat cGMP
memberikan efek vasodilatasi yang lebih efektif
oleh fosfodiesterase.
dibandingkan dengan inhalasi NO . Untuk penggunaan
jangka panjang karena waktu paruh pendek dapat Fosfodiesterase merupakan famili enzim yang
menghidrolisa cyclic nwcleotide, cyclic adenosine mono-
digunakan 6 sampai 9 kali inhalasi per hari.
phosphate (cAMP) dan cGMP, dan membatasi sifat sinyal
Penelitian terbuka selama 3 bulan pada 19 pasien
intraseluler mereka dengan menghasilkan produk inaktif (5 '-
dengan berbagai bentuk hipertensi pulmonal, dengan
adeno sine monophosphate dan 5' - guano sine monopln s -
inhalasi iloprost dengan dosis 50-200 prg 6 sampai l2
phate). Sedangkan penghambatan cAMP spesific phos-
inhalasi per hari, memperbaiki klas fungsional, kapasitas
phodiesterase (type 3) berperan dalam pengobatan asma
latihan dan hemodinamik paru. Pada penelitian lain selama
(mis : teofilin) dan disfungsi miokardial (mis : milrinon dan
I tahun juga penelitian terbuka tanpa kelompok kontrol,
amrinon), obat-obat yang secara spesifik menghambat
pada24 pasien dengan dosis 100 - 150 pg 6 sampai 8 kali
cAMP-spesific phosphodiesterase memTllki efek yang lemah
inhalasi perhari memberikan hasil yang sama. Dan secara
terhadap sirkulasi pulmonal. Sebaliknya obat-obat yang
umum pengobatan ditoleransi dengan baik kecuali pada
menghambat secara selektif cGMP-spesifik fosfodiesterase
beberapa pasien mengalami batuk ringan, sakit kepala
(p ho spho di e s t e ras e typ e 5 inhibito r) meningkatkan respons
ringan dan nyeri rahang.
vaskular terhadap NO inhalasi dan endogen pada hipertensi
Penelitian randomized, double-blfud, placebo-con-
pulmonal. Fosfodiesterase tipe 5 mempengaruhi paru dengan
trolled Europeanmulticenter, dengan dosis iloprost 2.5
kuat dan phosphodiesterase type 5 gene expression dan
pg atau 5 pg 6 sampai 9 kali perhari (dosis maksim 45 pg/
aktivitasnya meningkat pada hipertensi pulmonal kronik.
hari; dosis median ,30 pg/hari). terhadap 203 pasien dengan
hipertensi pulmonal primer (50,5Eo), hipertensi pulmonal
Beberapa fosfodiesterase type 5 inhibitor, termasuk
dipiridamol, zaprinast, dan lainnya, menyebabkan
dengan tromboemboli kronik (337o) dan hipertensi
vasodilatasi pulmonal kuat pada paru hewan percobaan
pulmonal dengan penyakit jaringan lkat (137o) dengan
yang menderita hipertensi pulmonal akut dan kronik.
NHYAII 59Vo dar NYHAIV 4lVo , didapatkan perbaikan
kapasitas latihan (waktu berjalan 6 menit meningkat 36 m Dipiridamol. Dipiridamol dapat menurunkan resistensi
pada kelompok iloprost), perbaikan klas NYHA, perbaikan
yaskular paru, vasokontriksi pulmonal hipoksik,
klinis dan kualitas hidup yang bermakna pada kelompok menurunkan hipertensi pulmonal dan meningkatkan atau
ilopros dibanding kelompok plasebo. memperpanjang efek inhalasi NO pada anak dengan
Secara umllm pengobatan dengan iloprost ditoleransi hipertensi pulmonal. Beberapa pasien yang gagal
dengan baik kecuali pada beberapa pasien mengalami batuk merespons NO inhalasi membaik dengan terapi kombinasi
ringan, flushing, sakit kepala dan nyeri rahang dan NO inhalasi + dipiridamol. Ini menunjukkan bahwaphos-
berlangsung singkat dan ringan. phodiesterase type 5 inhibitor merupakan strategi klinis
yang efektif dalam mengobati hipertensi arteri pulmonal,
tetapi masih terbatas karena potensi dan selektivitasnya
c. Nitrik Oksid masih kurang dan efek samping sistemiknya besar.
Merupakan suatu vasodilator pulmonal selektif, diberikan
secara inhalasi dengan waktu paruh singkat, hal ini Sildenafi l. Sildenafil merupakan pho sphodie steras e type
bermanfaat sebagai screening vasodilator pada 5 inhibitor yang potensial dan sangat spesifik. Studi klinis
pengobatan hipertensi pulmonal. yang meneliti efekhemodinamik akut sildenaf,rl dan perannya
HIPERTENSI PULMONAR PRIMER 1851

pada pengobatan jangka panjang pada pasien hipefiensi dengan hipertensi arteri pulmonal didapatkan peningkatan
arteri pulmonal oleh Michelakis dkk, pada 13 pasien endotelin-l dan produknya dalam plasma, dan kadar ini
didapatkan penurunan mean tekanan arteri pulmonal dan berhubungan dengan severitas penyakit.
resistensi vaskular pulmonal, dengan peningkatan cardiac Reseptor endotelin telah diidentifikasi mempunyai 2
index. Dtbardngkan dengan NO inhalasi, sildenafil memiliki bentuk isoform: ETo dan ET, Aktivasi reseptor ETo
efek yang sama dalam mereduksi mean tekanan arteri menyebabkan vasokonstriksi dan proliferasi otot polos
pulmonalis, berbeda dengan NO, sildenafil juga memiliki vaskular, sebaliknya aktivasi reseptor ETu menyebabkan
efekhemodinamik. vasodilatasi dan pelepasan NO. Ini menimbulkan
Bila dikombinasikan dengan NO, sildenafil kontroversi apakah lebih baik diblok keduanya ETo dan
meningkatkan dan memperpanjang efek NO inhalasi. ETu atau hanya terhadap ETo saja. Namun bosentan oral
Sildenafil dengan NO inhalasi menurunkan tekanan arteri suatu antagonis nonpeptida terhadap dua subtipe
pulmonari dan meningkatkan cardiac index, dan endotelin (ETo and ETB) aktif, dapat mencegah dan
menurunkan resistensi vaskular pulmonal lebih besar dari memperbaiki perkembangan hipertensi pulmonal, remod-
pada satu obat masing-masing. Sildenafil mencegah e/irzg vaskular paru hipertrofi ventrikel kanan, yang tidak
vasoconstriksi pulmonal yang berulang setelah gagal terikat dengan mekanisme yang mencetuskannya.
dengan inhalasi NO. Bosentan. Penelitian pertama randomized, do uble -blind,
Pada penelitian vasore activ ity, sildenafil dikombinasikan placebo - controlled, mslrisenter dengan bosentan dosis 62,5
dengan inhalasi NO, efek terpisah dan kombinasi dari mg 2 kali sehari selama 4 minggu pertarna, dilanjutkan sampai
sildenafil dan iloprost dilaporkan penurunan lebih besar dosis 1 25 mg 2 kali sehari. Pasien pada penelitian ini adalah
mean tekanan arteri pulmonari. Iloprost aerosol hipertensi pulmonal berat idiopatik, atau hipertensi pulmonal
menyebabkan penurunan mencolok pada mean tekanan dengan skleroderma dengan NYHAklas Itr atau fV, meskipun
arteri pulmonal dan resistensi vaskular paru daripada telah diobati sebelumnya vasodil ator, antikoagulan, diuretik,
sildenafil, tetapi terapi kombinasi menyebabkan penurunan glikosida jantung, atau suplemen oksigen. Pada penelitian
lebih besar dan lebih lama dari pada preparat tunggal. ini memperlihatkan bosentan memperbaiki c ardia?. index,
Bharani dkk mengobati l0 pasien dengan sildenafil dan hemodinamik kardiopulmonal dan klas fungsional,
10 pasien dengan plasebo selama 2 minggu. Setelah 2 menurunkan resistensi vaskular pulmonal, m ean tekanan ute i
minggu pengobatan, pasien mengalami perbaikan pulmonalis, pulmonary capillary wedge pressure, datmean
bermakna pada tes berjalan 6 menit dan indeks dispnea, tekanan atrium kanan. Selama 12 minggu tidak didapatkan
dengan penurunan tekanan arteri pulmoanal sistolik secara efek samping yang bermakna, namun didapatkan kenaikan
ekokardiografik. Pada penelitian lain 29 pasien diterapi aminotransferase hati yang asimtomatik pada 2 pasien dan
dengan sildenafil (25-100 mg) selama 5-20 bulan, normal kembali tanpa perubahan dosis. Jadi sebaiknya
didapatlkan perbaikan klas fungsional NYHA, tes berjalan sebelum terapi dengan bosentan dimulai dilakukan
6 menit dan dispnea index dan menurunnya tekanan sistolik pemeriksaan fungsi hati. Banyak penelitia lain juga
arteri pulmonalis. menunjukkan hasil yang sama.
Banyak penelitian menunjukkan efektivitas terapi
Sitaxentan. Penelitian dengan sitaxentan dengan dosis 100
dengan sildenafil pada penatalaksanaan jangka panjang
pasien dengan hipertensi arteri pulmonal kronik. Terapi
mg - 300 mg oral 3 kali sehari pada pasien dengan hipertensi
arleri pulmonal fungsional klas NYHA II, m, IV selama 12
sildenafil dilaporkan dapat menurunkan mean tekanan arleri
minggu memperbaiki klas fungsional, kapasitas latihan
pulmonalis l5Vo dan resistensi vaskular pulmonal 30% ,
(memperjarak jalan pada uji 6 menit jalan), menurunkan
meningkatkan kardiak index 17 Vo dan meningkatkan jarak
resistensi vaskular paru secara bermakna, memperbaiki
berjalan 6 menit. Tak ada efek samping yang berarti yang
cardiax index, dan memperbaiki hemodinamik. Insiden
dilaporkan, hanya sakit kepala, kongesti nasal, nausea,
abnormalitas fungsi hati selama l2 minggu pengobatan
dan gangguan penglihatan ringan
hanya didapatkan l07o pada pengunaan dosis 300 mg di
mana didapatkan peningkatan aminotransferase 3 kali lipat
e. Antagonis Reseptor Endotelin dari normal dan dilaporkan hepatitis fatal dapat terjadi pada
Pada penelitian terakhir menunjukan antagonist reseptor pengunaan sitaxsentan dengan dosis yang lebih tinggi.
endotelin (ERAs) efektif dalam mengobati hipertensi Gangguan laboratorium lain yang sering terjadi adalah
pulmonal. Antagonist reseptor endotelin (ERAs) tampaknya peningkatan INR atau waktu protrombin (dihubungkan
berperan dalam pengobatan karena meningkatnya bukti dengan efek sitaxentan teehdapad inhibisi enzyme CYP2C9
peranan endotelin-1 dalam patogenik pada hipertnsi P450, sustu enzim hepar yang berperan dalam metabolisme
pulmonal. Endotelin- 1 adalah suatu vasokonstriktor poten warfarin).
dan mitogen otot polos yang berperan dalam meningkatkan Efek samping yang sering didapatakan pada
tonus vaskular dan hipertrofi vaskular paru yang pengobatan dengan sitaxentan adalah sakit kepala, edema
dihubungkan dengan hipertensi pulmonal. Pada pasien perifer, nausea, kongesti nasal, dan dizziness
1852 KARDIOI.OGI

Ambrisentan. Ambrisentan suatu antagonis endotheiin ke mempunyai suatu kapasitas yang besar dalam perbaikan
tiga, saat ini masih dalarn fase III penelitian klinik dengan keadaan disfungsi yang berat sekalipun, afterload
hipertensi arleri pulmonal. Antagonis ETo-selektif ini sedikit membaik oleh karena membaiknya keadaan abnormal
berbeda secara biokimia. pembuluh darah paru.
Antikoagulan. Pemakaian antikoaguian direkomendasikan Transplantasi tunggal paru dilakukan pada pasien
pada pen gobatan hiperlensi puimon al sehubungan den gan parenkim paru, kecuali mereka dengan penyakit suppuratif
meningkatnya risiko trombosis insitu. Suatu uji klinik seperti fibrosis kistik, di mana pada kasus tersebut
nonrandomisasi prospektif memperlihatkan peingkatan transplantasi bilateral lebih dianjurkan. Sebagian besar
ketahanan hidup penederita hipertensi pulmonal yang pusat-pusat pelayanan lebih menyukai melakukan
mendapatkan terapi antikoagulan, obat antikoagulan y,ang tindakan transplantasi paru bilateral pada pasien dengan
dianjurkan pada hipertensi pulmonal adalah u,arfarin, hipertensi pulmonal primer karena hasilnya lebih baik.
meskipun heparin memperlihatkan efek inhibisi pada Terdapatnya penurunan fungsi ventrikel kanan yang
proleferasi otot polos vaskular pada binatang percobaan. sangat mencolok bukan suatu kontraindikasi untuk
dilukukan transplantasi paru tunggal ataupun bilateral oleh
karena fungsi ventrikel kanan akan segera membaik setelah
TERAPT TNTERVENST (BEDAH) dilakukan transplantasi. Bentuk ventrikel kanan juga
terlihat menjadi normal setelah dilakukan transplantasi
tunggal paru ataupun transplantasi bilateral.
Atrial Septosotomi Kemampuan hidup tahun pertarna bagi pasien rata-rata
tslade ballon. atrial septosroruy dilakukan pada pasien mendekati 80Vo pada pasien dengan transplantasi paru.
dengan tekanan RV yang berat dan yohune overload yang Bronkiolitis obliterasi (kronik rejeksi) merupakan kornplikasi
refrakter dengan terapai medikamentioasa yang maksimal. jangka panjang bagi pasien yang mendapat transplantasi.
Tujuan atau goal prosedur ini adalah dekompresi over- Terdapat kekambuhan dari gangguan primer paru-paru
load jantungkanan dan perb aikan output sistemik ventrikel pada pasien transplantasi dapat terjadi pada beberapa
kiri. Terdapat perbaikan fungsi latihan dan tanda disfungsi keadaan akan tetapi belum pernah dilaporkan pada pasien
jantung kanan berat seperti asites dan sinkop. Septastomi dengan hipertensi pulmonal primer.
atrial harus dilakukan di fasilitas yang memadai dan
operator yang berpengalaman.
REFERENSI
Th rom boena rte recto my pu I monary
pilihan pengobatan pada
T hrombo endarte re ctomy menj adi Badesch DB, Abman SH, Ahearn, GS at al. Medical therapy for
pasien hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan pulmonary arterial hypertension ACCP Evidence-Based Clini-
cal Plactice Guidelines, Chest. 2004;126:355-625
penyakit tromboembolik kronik. Pulmonary t hrornbo endar-
Fuster V Alexander RW O'Rourke RA. The Heart, l0s ed, McGraw-
terectomy dilakukan rnelalui medjan stemotomi pada car-
Hill. New York 2001: 1616- 21.
diopulmonary bypass. Secara keseluruhan angka kematian Gaine SP, Rubin LJ. Primary pulmonary hypertension Lancet 1998:
terus membaik dan hingga kini kurang dari 5Vo. Respons 352:119-25
terhadap terapi tersebut cukup mengesankan dengan Hofmann LV. Lee DS Gupta A, Arepally A, Sood S. Safety and
perbaikan yang dramatis pada disfungsi ventrikel kanan. hemodynamic effects of pulmonary angiography in patients
with puhronary hypertension: i0-year single-center expeil-
ence, Arn J Roentgenol 2004; 183(3):779-85
Transplantasi Paru Hofmann LY Pulmonary angiography in patients with pulmonary
Transplantasi paru dan transplantasi jantung-paru hypertension. Am J Roentgenol 2004; 183(3):779-85
digunakan sebagai terapi bedah pada pasien dengan Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS. Harrison's principles of internal
penyakit perenkim paru dan gangguan pembuluh darah medicine, l6'h ed, McGraw-Hill, New York. 2005: 1403-6.
Kerstein D, Levy PS, F{su DT, at al, Blade balloon atdal septostomy
paru. Pasien dipertimbangkan untuk transplantasi jika
in patients with severe primary pulmonarl' hypertension. Clr-
berada pada kelas NYHA III atau kelas IV.
culati on. 1 995:91 :2028-35
Pasien hipertensi pulmonal prirner atau hipertensi arteri Kothari SS, Yusuf A, Juneja R, Yadav R, Nalk N. Graded balloon
pulmonal yang disebabkan penyakit scleroderma hams atrial septostomy in severe pulruonary hypertension. Indian
menjalani terapi prostasiklin yang diberikan secara infus Heart J 2002: 54: 164 9
yang terus-menerus sebelum dilakukan tindakan Lee SH, Channick RN. Endothelin antagonism in pulmonary arte-
transplantasi paru karena obat tersebut telah menunjukkan rial Hypertension Semin Respir Crit Care NIed.
2005;26(.4):402-8
keberhasilan (efektivitas) pada keadaan tersebut. Baik
Rich S. MD, Rubin L, Walker AM, at al. Atorexigens and pulmonary
transplantasi paru bilateral atau single, dan juga hypertension in the United States, CHEST. 2000;117(3):870-4
transplantasi j antung paru, pemilihan prosedur dilakukan Rubin LJ. Primary pulmonarl, hypertension N Engl J Med t997;336:
dengan melihat kemampuan organ. Ventrikel kanan l1l-17.
289
PENYAKIT JANTUNG DAN
OPERASI NON JANTUNG
Sjaharuddin Harun, Abdul Majid

PENDAHULUAN Obat anestesi opiat pada dosis tinggi dihubungkan


dengan ventilasi pasca-bedah, penurunan denyut jantung
Tindakan operasi nonjantung cukup sering dilakukan pada dan tekanan darah (TD). Suksinilkolin menyebabkan
pasien yang menderita penyakit jantung ataupun pasien takikardia ataupun bradikardia, tetapi lebih sering timbul
dengan risiko penyakitjantung. Komplikasi kardiovaskular respons bradikardia (sinus bradikardia berat, ritme nodal
dapat terjadi pada perioperatif, yaitu infark miokard non dan bahkan asistol).
fatal, angina tidak stabil, iskemia miokard, gagal jantung Obat anestesi inhalasi (halotan, enfuran, isofluran) dapat
kongestif (congestive heart failure/CHF), disritmia, menyebabkan depresi kontraksi miokard, mergvangi after-
kematian mendadak karena jantung dan hipertensi. Pada load. Obat-obat baru seperti desfluramin dan sevofluran
pasien yang mempunyai penyakit kardiovaskular kejadian belum terbukti keamanannya terhadap sistem kardiovaskular.
tersebut lebih tinggi dibandingkan orang sehat, misalnya Anestesi spinal/epidural dapat menyebabkan hipotensi
insidens penyakit jantung koroner (PJK) meningkat lebih dan bradikardia. Belum ada satu pun teknik maupun obat-
kurang tiga kali lipat dibandingkan orang sehat. Oleh obat anestesi yang benar-benar dapat melindungijantung.
karena itu penilaian risiko kardiovaskular penting dilakukan Oleh karena itu pilihan anestesi dan pemantauan
pada pasien yang menjalani operasi non jantung. intraoperatif diserahkan pada tim anestesi.
Dalam melaksanakan evaluasi kardiologi prabedah
perlu diperhatikan jenis penyakit jantung yang diderita
pasien, kapasitas fungsional pasien, jenis operasi yang EVALUASI KLINIS PRABEDAH
akan dilakukan, dan penyakit penyerta yang dapat
memperberat risiko kardiovaskular. Dalam mengevaluasi pasien yang dicurigai atau telah
terbukti mempunyai kelainan kardiovaskular, perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
HUBUNGAN PENYAKlT KARDIOVASKULAR
DENGAN ANESTESI DAN PEMBEDAHAN Pada Tindakan Bedah Emergensi
Pada tindakan bedah emergensi (pada kasus yang dapat
Tindakan pembedahan maupun pascabedah dapat menyebabkan kematian bila operasi ditunda), misal:
mengakibatkan beban iskemia dan dapat mengancam aneurisma aorta robek, perforasi usus, pendarahan yang
pasien, baik yang diduga ataupun yang tidak diduga mengancam jiwa, ileus, dan lain-lain, dan dapat
mempunyai penyakit kardiovaskular. Pada pembedahan menyebabkan kematian bila operasi ditunda, evaluasi
dapat terjadi perdarahan yang tidak terduga, asidosis, prabedah dilakukan secara cepat untuk menilai tanda-tanda
gangguan ventilasi, hiperkapnia, resistensi sistemik vital kardiovaskular, status hidrasi/volume intravaskular
menurun, kontraksi dan konduktivitas jantung menurun, dan EKG. Pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukart setelah
aritmia, dan hipotensi (dengan atau tanpa perdarahan). pembedahan. Usaha yang harus dilakukan adalah untuk
Hal itu akan mengganggu fungsi jantung. memperbaiki kondisi pasien semaksimal mungkin.

185
1854 KARDIOI.OGI

Pada Tindakan Bedah yang Non Emergensi Nonexercise (Pharmacologic) S/ress Testing.
Evaluasi prabedah harus dilakukan seoptimal mungkin, Pemeriksaan ini untuk menentukan risiko jantung pada
sehingga dari hasil evaluasi akan dapat ditentukan apakah bedah non jantung, terutama pada pasien yang tidak dapat
tindakan bedah dapat dilakukan, ditunda atau dibatalkan. melakukan exercise ECG stress testing,kelainan pada EKG
Eval uasi prabedah meliputi: istirahat (l eft v entricular hyp ertrophy ll,YH, left bundl e
. Jenis penyakit kardiovaskular, kapasitas fungsional, branch block /LBBB). Jenis pemeriksaan yaitu :
faktor yang mempengaruhi kemampuan jantung dan dypiridamole-thallium dan dobutamine s/ress
risiko operasi. echocardiography.
- Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisis, dan EKG Monitor EKGAmbulatoar. Pemeriksaan ini terutama untuk
(elektrokardiografi). pasien dengan risiko tinggi yang mungkin diperlukan
- Pemeriksaan penunjang: laboratorium, foto dada, tindakan intervensi sebelum bedah non jantung. Pasien
pemeriksaan noninvasif, dan invasif sesuai indikasi. dengan sinkop yang tidak diketahui penyebabnya, nyeri
OihatIV) dada, palpitasi, dan lain-lain.
- Tetapkan kapasitas fungsional pasien (dengan
Ekokardiografi. Dengan ekokardiografi dapat diketahui
anamnesis/exercis e stress test).
penyebab dari gagal jantung dan fungsi ventrikel kiri.
- Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kemampuan
Penilaian ejection fraction (EF) ventrikel kiri penting
jantung dan risiko operasi, seperti : demam,
dilakukan oleh karena adanya hubungan yang positif antara
hematokrit <30Vo, gangguan elektrolit, hipoksia,
penurunan EF prabedah dan mortalitas-morbiditas
hiperkardia, hipervolemia, merokok, DM (diabetes
pascabedah. Risiko komplikasi terbesar pada pasien dengan
melitus), kelainan paru, gangguan fungsi ginjal,
EF<357o.
kelainan hati, dan lain-lain.
Rekomendasi ACC/AHA untuk penilaian fungsi sistolik
. Jenis operasi yang akan dilakukan: operasi besar,
ventrikel kiri sebelum tindakan operasi nonjantung adalah:
sedang atau kecil. . Pemeriksaan eko disepakati dilakukan pada pasien CIIF
. Risikojantung perioperatif ditentukan dari hasil analisis
yang baru atau kontrol yangjelek.
dan pemeriksaan di atas. . Untuk pasien dengan riwayat CHF, sesak yang
penyebabnya tidak diketahui masih terdapat perbedaan
pendapat.
EVALUASI PRAOPERATIF LANJUTAN . Sedangkan untuk pemeriksaan rutin penilaian fungsi
ventrikel kiri tidak diindikasikan untuk pasien tanpa
Rekomendasi untuk melakukan evaluasi praoperatif riwayatCIIF.
lanjutan melihat pada keadaan dan kondisi pasien.

Pemeriksaan invasif
Pemeriksaan Noninvasif Secara umum dapat dikatakan bahwa indikasi angiografi
Pemeriksaan noninvasif dilakukan untuk menetapkan koroner prabedah adalah sama seperti pasien non operasi
diagnosis ataupun memperkirakan prognosis ataupun (Tabel 1)
memperkirakan prognosis terutama pada pasien dengan
risiko tinggi danlatat yang mempunyai kapasitas
fungsional yang buruk.

Berbagai jenis pemeriksaan antara lain : Kelas I (kondisi di mana telah terbukti memberikan manfaat
dan sudah merupakan kesepakatan): Pasien dengan dugaan
Exercise stress testing. Untuk mendeteksi iskemia miokard
atau terbukti PJK
dan menentukan kapasitas fungsional. Pemeriksaan ini . risiko tinggi (hasil tes non invasif)
tidak dianjurkan untuk dikerjakan secara rutin sebelum . angina pektoris yang tidak respons dengan pengobatan
operasi. Untuk prediksi kelainan kardiovaskular medis adekuat
. angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris)
perioperatif, penggunaan Exercise ECG stress testing terutama pada bedah non kardiak risiko sedang dan tinggi
(rekomendasi ACC/AHA) yang telah disepakati adalah . pada pasien yang akan dilakukan tindakan bedah non
sebagai berikut: kardiak risiko tinggi di mana tes non invasif tidak diagnostik
pada pasien risiko tinggi
. Membantu untuk diagnosis PJK pada laki-laki
dengan nyeri dada atipikal.
. Menentukan kapasitas fungsional dan membantu
dalam menentukan prognosis pasien PJK. PENENTUAN RIS!KO JANTUNG PERIOPERATIF
. Evaluasi prognosis dan kapasitas fungsional pasien
dengan PJK segera setelah infark miokard tanpa Untuk memprediksi risiko perioperatif dapat digunakan
komplikasi. berbagai cara antara lain:
PEITYAKIT JANTUNG DAN OPERASI NON JANTUNG 1855

. Indeks risiko jantung multifaktorial Goldman, Detsky Kapasitas Fungsiona!


dan Larsen melahrkan modifrkasi kriteria Goldman (lihat Kapasitas fungsional merupakan prediktor dalam penilaian
lampiran 1). risiko jantung. Pengukuran kapasitas fungsional bisa
. AHAiACC joint task force on guidelines for dengan exercise test ataupun dapat ditaksir dari aktivitas
perioperatif cardioyaskular evaluation for non- sehari-hari (secara anamnesis, lihat Tabel 3). Kapasitas
cardiac surgery 2002. fungsional dinyatakan dalam metabolik ekuivalen (MET).
Risiko jantung perioperatif menurut AHA/ACC guide - Klasif,ftasi kapasitas fungsional: 4 METs: buruk; 4-7 METs:
lines, diterrtukan oleh : petanda klinis, kapasitas fungsional, sedang; > 7 METs: baik. Pada pasien yang tidak dapat
dan risiko pembedahan spesifik. mencapai 4 MET, risiko jantung perioperatif menjadi
meningkat. Hal ini penting untuk evaluasi risiko jantung
secara keseluruhan dan perencanaan pemeriksaan prabedah.
Petanda klinis
Data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan
EKG sudah dapat mengestimasi risiko jantung. Pada
Tabel 2 dapat dilihat prediktor klinik yang dapat 1 METs
meningkatkan risiko IMA, CHF dan kematian berdasarkan Apakah dapat mengurus diri sendiri? Makan,
berpakaian, ke toilet? Brjalan dari rumah? Berjalan 'l
analisis multivarian dari berbagai penelitian. Dari tabel
atau 2 blok pada jalan dalar 3,2-4,8 km/jam. Dapat
dapat dilihat 3 kategori prediktor yaitu : mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan
debu atau mencuci oirino
Prediktor mayor; bila ada, perlu penanganan yang intensif
4 METs
dan operasi dapat ditunda atau dibatalkan, kecuali dalam
Naik 1 trap anak tangga atau jalan mendaki? Jalan
keadaan emergensi. datar 6,4 kmljam? Lari jarak pendek? Mengerjakan
Prediktor intermediate : dapat meningkatkan risiko pekerjaan berat seperti menyikat lantai,
mengangkaUmenggeser perabot yang berat?
perioperatifdan perlu penilaian keadaan status pasien yang Mengikuti aktivitas seperti golf, bowling, menar[,'tenis
terakhir. qanda, melemoar base ball atau bola kaki?
> 10 METs
Prediktor minor.' pertanda yang telah dikenal untuk
Olahraga renang, tenis tunggal, bola kaki, bola basket
penyakit kardiovaskular dan belum terbukti meningkatkan atau main ski?
risiko perioperatif.

Risiko Pembedahan Spesifik


Jenis operasi yang akan dilakukan dapat mempengaruhi/
menambah risiko bagi pasien yang menderita kelainan
Mayor Jantung.
. sindrom koroner tak stabil Operasi emergensi mempunyai risiko jantung 2-5 kali
o IMA baru (>7 hari dan <30 hari) dan adanya risiko dibanding operasi elektif. Stratifikasi risiko dari berbagai
iskemik secara simtom klinis ataupun pemeriksaan
non invasif
jenis tindakan bedah non jantung dapat dilihat pada
o Unstable angina atau angina pektoris berat Thbel4.
(Canadian C/ass /// atau lV)
. gagal jantung kongestif stadium dekompensasi
. aritmia signifikan
o blok AV derajat tinggi
o aritmia ventrikular simtomatik yang didasari kelainan
jantung Tinggi (risiko kardiak > 5%)
operasi emergensi, major terutama pada usia tua
o aritmia supraventrikular yang tidak terkontrol aorta dan vaskular major lainnya
o penyakit katup yang berat vaskular perifer
lntermediate tindakan bedah yang lama dan terjadi pergeseran
. angina pektoris ringan (Canadian C/ass I alau ll) cairan dan/atau darah hilang yang banyak
. riwayat infark miokard atau gelombang e-patologis Sedang (risiko kardiak < 5%)
. gagal jantung stadium kompensasi carotid end arterectomy
. diabetes melitus kepala dan leher
intra peritoneal dan intratorak
Minor ortopedi
. usia lanjut prostat
. EKG abnormal (LVH, LBBB, ST-T abnormal) Rendah (risiko kardiak < 1%)
. Ritme bukan sinus (misal fibrilasi atrial) prosedur endoskopi
. Kapasitas fungsional rendah (misal tidak sanggup naik preosedur superficial
satu trap anak tangga dengan beban) katarak
. Riwayat strok payudara
. Hipertensi sistemik yang tidak terkontrol
1856 I(ARDIOI.OGI

ALGORITME EVALUASI KARDIOVASKULAR Algoritme lll


PRABEDAH Langkah 6. Pasien dengan risiko prediktor klinis interme-
diate dan kapasitas fungsional baik atau sedang,
Algoritma evaluasi kardiovaskular yang akan dibicarakan kemungkinan terjadinya kematian atau infark miokard
di bawah ini, diambil dariThe AHNACC joint taskforce adalah kecil bila dilakukan operasi (risiko sedang).
on Guidelines for Perioperatiye Cardiovascular Evalu- Sebaliknya pemeriksaan noninvasif dipertimbangkan pada
ation for Noncardiac Surgery 2002. Pada algoritma ini pasien dengan kapasitas fungsional buruk atau sedang
ditekankan pentingnya untuk mengidentifikasi prediktor tetapi risiko operasi lebih tinggi dan terutama untuk pasien
klinis risiko perioperatif, terutama untuk pasien yang yang mempunyai dua atau lebih prediktor klirns intermedi-
tampaknya mempunyai kelainan koroner yang lanjut ate.
ataupun kelainanan jantung lainnya. Tujuannya adalah
untuk mengenal pasien dengan kelainan koroner
tersembunyi ataupun yangjelas dan melakukan cara untuk Algoritme lV
mengurangi risiko jantung perioperatif maupun risiko Langkah 7. Operasi non jantung umumnya aman pada
jangka panjang. Dengan demikian pemeriksaan- pasien tanpa risiko prediktor klinis mayor atau intermedi-
pemeriksaan yang dilakukan benar-benar rasional ate dan kapasitas fungsional baik atau sedang (4 METs
sehingga dapat menekan biaya. atau lebih). Pemeriksaan lanjut dipertimbangkan pada pasien
Pada gambar dapat dilihat pasien-pasien mana yang dengan kapasitas fungsional buruk yang akan dilakukan
perlu dilakukan pemeriksaan kardiovaskular. Perlu tindakan operasi tinggi, terutama bila didapati beberapa
dipertimbangkan berbagai interaksi variabel sehingga risiko prediktor klinis minor dan pasien yang akan
diberikan bobot yang sesuai. mengalami operasi vaskular.
Langkah 8. Hasil pemeriksaan noninvasif akan menentukan
Algoritme I
penatalaksanaan prabedah selanjutnya. Penatalaks.anan
antara lain adalah pengobatan intensif atau pertimbangan
Langkah 1. Tentukan apakah tindakan bedah nonjantung
kateterisasi jantung (algoritma III dan IV).
ini sifatnya elektif, urgensi atau emergensi. Pada operasi
emergensi tidak dapat dilakukan evaluasi jantung
prabedah mengingat waktu yang mendesak. Bagi pasien
yang sebelumnya tidak pernah mengalami pemeriksaan PENGOBATAN RISIKO KARDIOVASKULAR
kardiovaskular, dilakukan stratifikasi risiko pasca operasi. PRABEDAH
Langkah 2. Pada operasi elektif, pasien yang telah . Penyakitjantungkoroner(PJK)
dilakukan revakularisasi koroner dalam 5 tahun yang lalu
. Gagal jantung kongestif (CHF)
dan secara klinis tetap stabil tanpa serangan ulang keluhan
. Aritmia dan gangguan konduksi
maupun tanda iskemia, pemeriksaan lanjut biasanya tidak
. Penyakitkatupjantung
diperlukan.
. Pasien dengan pacu jantung
Langkah 3. Pasien yang telah dilakukan evaluasi koroner . Pencegahar/pengobatan tromboemboli vena
2 tahun terakhir, dan penilaian risiko koroner hasilnya baik, . Pencegahanendokarditisbakterial
biasanya tidak perlu tes ulang. Pemeriksaan ulang . Hipertensi
dilakukan bila ada keluhan iskemia koroner yang baru.
Bila evaluasi koroner belum pernah dilakukan atau hasilnya
buruk, maka evaluasi selanjutnya tergantung kepada
prediktor klinis. RIWAYAT JANTUNG KORON ER

Menghadapi pasien dengan PJK (dengan diagnosis klinis


Algoritma l! angina, riwayat infark miokard, atau angiografi koroner
Langkah 4. Pasien dengan prediktor klinis mayor (CHF positif) sikap yang diambil sebagai berikut:
dekompensasi, aritmia simtomatik dan/atau penyakit katup 1. PJK tidak diketahui, status fungsional jantung baik
jantung yang berat) maka biasanya operasi dapat ditunda (kelas I atau awal kelas II - dapat menaiki satu trap anak
atau dibatalkan sampai keadaan ini dapat diidentifikasi dan tangga membawa beban 1 5 sampai 30 kg tanpa simtom
diobati. Bila tidak stabil, maka dapat dipertimbangkan jantung).
rev akularisasi koroner. . prosedur diagnosis khusus prabedah tidak
Langkah 5. Untuk pasien dengan prediktor klinis dilakukan
intermediate dan minor, maka tentukan kapasitas fungsional
. pengobatan khusus tidak diperlukan
pasien. Pemeriksaan noninvasif lanjutan dilakukan dengan 2. Pasien PJK stabil, status fungsional baik (kelas I atau
melihat kapasitas fungsional dan risiko bedah spesifik. kelas II). Prosedur diagnosis khusus prabedah tidak
PENYAKIT JANTUNG DAN OPERASI NON JANTUNG 1857

Argoritma
Stratifikasi pasca

@ operasi dan
pengurangan
faktor risiko

@ Revaskularisasi
koroner dalam
5 tahun?
Keluhan atau
tanda kambuh kem

Angiogram koroner
atau tes stress
terakhir

Argoritma ll

Prediktor klinis mayor Prediktor klinis intermediate


(Tahap a) |

Operasi non-kardiak Pertimbangan Lanjut algoritma Lanjut algoritma


ditunda atau dibatalkan angiografi koroner ilt tv
I

t
I
t
I

Tatalaksana medis dan Pengawasan selanjutnya. Prediktor klinis major:


modifikasi faktor risiko atas dasar hasil temuan dan - Sindrom koroner koroner tidak stabil
pengobatan - CHF dekompensasi
- Aritmia signifikan
- Penyakit katup jantung

Gambar 1. Algoritme tahapan evaluasi kardiologi prabedah

dilakukan. Pengobatan konservatif obat untuk jantung dada), dan pertimbangan tes non invasif ulang
diteruskan pada masa perioperatif. (bila tes negatif: pengobatan konservatif; bila
Rekomendasi: tes positif: lanjut ke b dan c.
. EKGharipertamapascaoperatifdan pada saatkeluar - Pemantauan intensif perioperatif untuk kontrol
dari rumah sakit tekanan darah dan denyut jantung atau
. Teliti apakah terjadi IMA bila ada hal yang - Angiografi koroner dan revaskularisasi sesuai
mencurigakan. indikasi.
Pasien PJKjelas, status fungsional tidakjelas. Prosedur 4. Pasien IMA + tindakan operasi emergensi. Sikap :
diagnosis khusus prabedah: monitor iskemia - Kerjasama tim dengan ahli anestesi dan ahli bedah
ambulatoar, ekokardiografi, s/ress echocardio graphy, untuk meminimalkan risiko. Hindari hal-hal yang
exercise thallium testing, dan dypiridamol dapat meningkatkan kebutuhan O, maupun masalah
thalium. Rekomendasi: ritmejantung.
. bila tes negatif; pengobatan konservatif - Monitor hemodinamik secara menyeluruh. Obat anti
. bila tes positif: pengobatan medis agresif. iskemia diteruskan baik sebelum, sewaktu atau
- Obat PJK prabedah diberikan, cari faktor risiko sesudah operasi.
non PJK (antara lain usia 70 tahun, DM, CHF, - Pemantauan ritme secara teliti dan segera obati bila
aritmia ventrikular/ atrial yang penting, penyakit ada aritmia. Pasien dengan gangguan sistem
vaskular atau tindakan bedah abdomen dan konduksi yang dapat berlanjut menjadi blokjantung
1858 Ii{RDIOI.OGI

komplit dilakukan pemasangan pacu jantung Kelas I: penyekat beta digunakan untuk kontrol keluhan
sementara (TPM). an-gina ataupun pasien den-9an aritmia simtomatik dan
Riwayat infark miokard atau gelombang Q patologis, hipertensi.
termasuk predrktor intermediate.IMA baru (7 hari dan Kelas II: pada penilaian prabedah diidentifikasi
kurang dari 30 hari), termasuk prediktol mayor dan hipcrtensi yang tidak diobati. adanya PJK. atau faktor
tindakan bedah ditunda. Pembagian interval infark mayol PJK.
miokard 3 atau 6 bulan tidak digunakan lagi. Pada IMA Berbagai ienis penyekat beta seperti metoptolol,
bila tes stres tidak menunjukkan risiko miokardium labctalol. atenolol. bennanfaat dalam mengurangi
residu, kemungkinan untuk timbtrlnya reinfark pada kejadian iskemia perioperatif. Pada satu studi, pemberian
pembedahan non jantung adalah rendah. Dianjurkan atenolol pada 200 pasien dapat mengurangi angka
tindakan pembedahan dilakukan ,1-6 ming-eu pasca morteilitas dan komplikasi kardiovaskular perioperatif
IMA. pada pasien dengan PJK ataupun mempunyai risiko
6. Indikasi revaskularisasi prabedah. untuk P.lK (sekurang-kurangnya dua dari lima kriteria:
. Bedah pintas koroner (CABG) r,rsia > 65 tahun, hipertensi, perokok, serum kolesterol
Pasien dengan operasi elektif yang mempunyai >2210 mg/dl dan DM) yang dilakukan operasi non
risiko tinggi dan akan dilakukan tindakan operirsi Jantullg.
non jantung risiko tinggi dan intermecliate, m'aka
CABG dilakukan sebelum tindakan bedah.
Indikasi untuk CABG (sesuai rekomendasi,4CO GAGAL JANTUNG KONGESTIF
AHA task force)
- lefi rnain stenosis dan miokard cukLrp baik Pasien -ra-ual .jantung yang harus dilakukan opelasi non
- three vessel CAD dengan disfungsi ventrikel jantun-u menrpunyai pro-unosis yan-e burr-rk. Pasien dengan
kiri ga-9al jantun-u kon-uestif yang harus dilakukan operasi
- ttro vessel disease termasuk obstruksi berat emergensi mempunyai risiko tinggi morbiditas dan
dari le.ft cLrtericLl clescending orter\ proxin.al mortalitas tanpa memandang etiologi gagal jantung. Risiko
- iskemia koroner intractuble walaupun yang ter.jadi adalah jantung, edema paru, aritmia dan
-ea-gal
pengobatan medis sudah maksimal. kematian. Risiko komplikasi menin-ekat bila NYHA
. Intervensi koroner perkutan (PCI) berlambah buruk. Pada CHF NYHA IY kentatian mencapai
Indikasi PCI padaprabedah sesuai dengan guitlelites ACCI
70ck.
AHA untuk PCI. Kapan sebaiknya dilakLrkan tindakan
Gagal jantung harus diobati secara adekuat sebelum
bedah pasca- PCI?
- Belum ada ketentuan berapa lama jarak antara
dilakukan tindakan operasi, sebaiknya setelah kondisi
pasca-PCl dengan bedah nonkardiak.
pasien stabil palin-s sedikit satu ntin,ggu sebelum
pernbedahan dan diupayakan agarjangan terjadi intoksikasi
- Dianjurkan tindakan bedah ditunda sekurang-
digitalis dan hipokalemia akibat diuretika.
kurangnya I minggu pasca angioplasti balon.
untuk memungkinkan penyembuhan luka
pembuluh darah. Persiapan Prabedah
- Pascapemasangan stenkoroner, tindakan bedah . cari penyebab gagal jantung
ditunda sekurang-kurangnya 2 minggu dan . atasi faktor predisposisi yang dapat mencetuskan gagal
sebaiknya 4-6 minggu agar pengobatan anti jantung seperti demam. anemia. gangguan elektrolit,
trombosit optimal dan terjadi reendotelisasi stert. gangguan asam-basa. hipoksia, hiperkarbia,
- Bagi pasien pasca-PCl 6 bulan sampai 5 tahun hipovolemia, hipertensi dan aritmia jantung.
dan asimtomatis dan aktif, diharapkan masih . Penggunaan obat-obatan
mendapat perlindungan terhadap komplikasi - diuretik: pemberian diuretik yang agresif dapat
iskemia perioperatif, mengingat pasca-PCl lebih menyebabkan hipovolemia dan pengaruh anestesi
dari 6 bulan jarang terjadi restenosis. (general dan spinal) dapat mengakibatkan hipotensi
Penggunaan obat perioperatif intraoperatif. Dosi s di uretik (fu rosemid) disesuaikan
Penyekat beta, antagoni s kalsi um tidak perl u dihentikan berdasarkan status klinis dan fungsi ginjal. Diuretik
prabedah. Regimen pengobatan yang agresif yaitu biasanya tidak diberikan pada pagi hari operasi dan
penggunaan penyekat beta dan nitrat dapat mengurangi penilaian klinis dilakukan pascaoperasi.
kejadian iskemia pada pasien dengan iskemia - Digitalis (digoksin)
perioperatif asimtomatik. ACC/AHA merekomendasi kan - Pasien gagnl jantung yang telah mendapat
pengobatan perioperatif dengan penyekat beta sebagai digoksin diteruskan pemberiannya. Biasanya
berikut: digoksin tidak diberikan pada pagi hari operasi
PENYAKIT JAIYTUNG DAN OPERASI NON JANTUNG 1859

untuk mengurangi risiko toksisitas. ARITMIA DAN GANGGUAN KONDUKSI


Bila digitalis diperlukan pada pasien gagal
jantung prabedah, diberikan digitalisasi Aritmia dan gangguan konduksi jantung selalu dijunpai
beberapa hari sebel um operasi. Profr I aksis digi - pada masa perioperatif ferutama pada pasien usia tua.
talis tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan Adanya aritmia supraventrikular maupun ventrikular harus
aritmia pasca operatif. dicari penyakit yang mendasarinya yaitu penyakit
Vasodilator: penggunaan ACE (.cLngioten.sin kardiopulmonal, intoksikasi obat, ataupun kelainan
conve rting enzyme) inhibitor diteruskan sampai metabolik. Pada pasien dengan gangguan hemodinamik
pada hari operasi dan selanjutnya. Bila dan/ataupun aritmia simtomatik diperlukan pemantauan
diperlukan dapat diberi nitroprussid i.v., EKG ambulatoar ataupun studi elektrofisiologi jantung
hidralazin i.v. dengan penggunaan obat-obat yang munculnya kembali

Argoritma lll

Prediktor klinis mayor Prediktor klinis intermediate Prediktor klinis(-)/minor

Sedang atau baik


Kapasitas (< 4 METs) (> 4 METs)
fungsional

Risiko Risiko operasi Risiko operasi Risiko operasi


operasr tinggi sedang rendah

Risiko rendah Stratifikasi risiko


pasca bedah dan
Risiko tinggi

Prediktor klinis intermediate:


-Angina pektoris ringan
-Riwayat infark miokard
-CHF kompensasi
dasar temuan dan hasil pengo -DM

Argoritma lV

Prediktor klinis

/:--:-------f.
I lahaD / I
Kapasitas
fungsional > 4 METs)

Stratifikasi risiko
pasca bedah dan
mengurangi faktor risiko
Prediktor klinis minor:
Pertimbangkan angiografi koroner - Usia lanjut
- EKG abnormal
Pemeriksaan invasif
- Ritme selain sinus
Pengawasan selanjutnya atas - Kapasitas fungsional rendah
dasar temuan dan hasil pengobatan - Riwayat strok
- Hipertensi tak terkontrol

Gambar 2. Lanjutan tahapan evaluasi kardiologi prabedah


1860 KARDIOLOGI

aritmia. Pengobatan aritmia sama dengan pasien yang tidak pada masa perioperatif.
mengalami operrsi non jantung. . Pasien regurgitasi aorta sensitif terhadap bradikardia
(interval diastolik ber-tambah dan meni ngkatkan vol ume
regurgitasi).
Aritmia Supraventrikular . Pengobatan : perlu pemantauan status volume pasien.
Bila simtom (+)/gangguan hemodinamik, dilakukan
obat untuk mengurangi c{ier locrd seperti: penghambat
kardioversi secara elektris atau farmakologis. Bila
ACE (ACE inhibintr),penghambat saluran kalsium atau
kardioversi tidak memungkinkan, beri obat oral atar'l
nitrogliserin dan hi dralazin.
digitalis intravena, penyekat beta, atau penghambat
saluran kalsium. Pasien fibrilasi atrial disertai CHF pilihan
adalah digitalis atau amiodaron. Bila pasien fibrilasi atrial Stenosis Mitral
memakai antikoagulan maka antikoagulan dihentikan Pasien dengan stenosis rnitral ringan atau sedang :
beberapa hari sebelum operasi. Bila waktu mendesak dan . Kontrol denyut jantung selatrna masa perioperatif kar-ena
pasien harusnya tidak memakai antikoagulan, maka efek peningkatan denyut jantung men-uakibatkan masa
warfarin dapat diatasi dengan vitamin K parenteral atau diastol menjadi lebih singkat pada siklus jantung. Hal
plasma beku segar (.fresh frozen pLasma). ini mengakibatkan timbulnya kongesti pulmonal yang
dipresipitasi oleh takikardia (kebalikan dari regurgitasi
aorta yang sensitif terhadap bradikardia).
Aritmia Ventrikular . Hindari obat yang meningkatkan denyutjantung.
. ekstrasistol ventrikular, VES kompJeks, atau takikardi
Pasien dengar.r stenosis mitral berat dan opetusi non
ventrikular Qrcn sustained) biasanya tidak memerlukan
jantung risiko tinggi dilakukan percutoneous hullon
pengobatan, kecuali bila ditemukan iskemia miokard dan
rnit rctl vcrlt' ulotorttt', surgi caL conltl1is Ltrotolnl' atau
disfungsi ventrikel kiri.
penggantian katup nritr-ai.
. TakikeLrdia ventrikular simtomatik ataupun menetap harus
mendapat terapi prabedah dengan lidokain i.v. atau
amiodaron (terutamabila disertai CIIF) atau prokainamid. Regurgitasi Mitral
Berbagai penyebab regurgitasi mitral (MR) antara lain
disfungsi muskulus papilaris, prolaps katup mitral (MVP)'
Gangguan Konduksi
. penyakit jantung iskemia, penyakit jantung kongenital,
Pasien dengan intraventrictLlctr conduction deLal'
(IVCD) segera EKG dan jika tanpa simtom atau bukti endokarditis dan lain-lain. Pasien regurgitasi mitral dapat
menyebabkan t,olwne overlc,ud dan kongesti pulmonal
blok jantung lanjut secara elektris, tampaknya tidak
secara signifikan.
berisiko untuk berlanjut menjadi blok jantung yang
komplit pada masa perioperatif. Pasien dengan IVCD, Pengobatan:
blok bifasikular (right bwtdle branch block dengan . Regurgitasi mitral: untuk mengutangi after load,
Left anterior atat posterior hemiblctck), atau left bundle diberikan diuretika sebelum operasi. Bila perlu pasien
branch block, dengan atau tanpa first degree dirawat di unit intensif (ICU) untuk pemantauan tekanan
antriov entricular block tidak memerlukan implantasi arteri pulmonalis dengan menggunakan kateter.
temporat) pace maker bila tidak ada sinkop atau blok . Pasien dengan katup prostesis, diperlukan profilaksis
atrioventrikular lanjut. antibiotika (lihat lampiran 3) dan penyesuaian terapi
. Bila timbul blok konduksi derajat tinggi, diatasi dengan antikoagulan.
pemasangan pacu Jantung sementara.

PASIEN DENGAN PACU JANTUNG


PENYAKIT KATUP JANTUNG
Pacu Jantung Permanen
Hal-hal yang perlu dievaluasi, yaitu:
Stenosis Aorta . Pada prabedah diteliti apakah alat pacu berfungsi
Stenosis aorta berat mempunyai risiko sangat tinggi sehingga
dengan baik.
tindakan bedah efektif haruslah ditunda atau dibatalkan. . Bila pada pembedahan digunakan alat kauter elektris,
Pengobatan dilakukan dengan penggantian katup aorta atau
alat kauter diletakkan sejauh mungkin dari alat pacu
percutaneous bqllon aortic valvuloplasty. (untuk mengurangi gangguan elektromagnetik). Harus
tersedia magnit di kamar bedah untuk merubah alat pacu
Regurgitasi Aorta dari demand menjadi fixed rate.Kautetisasi juga dapat
. Pasien-pasien dengan regurgitasi aorta signifikan mengganggu monitor EKG. Sebaiknya kauterisasi tidak
mempunyai kecenderungan terjadi volume overload dilakukan secara kontinu.
PENYAKIT JANTUNG DAN OPERASI NON JANTUNG 1861

Pacu Jantung Sementara HIPERTENSI


Indikasi pemasangan pacLr jantung temporer profilaksis
prabedah: Hipertensi (HT) tanpa disertai penyakit koroner atau
. Bradikardia simtomatik pada kondisi berikut : sick si- disfungsi miokard yang nyata, tidak menambah risiko
nus svndronre. tibrilasi atau fluter atrial dengan blok AV kardiovaskular yang berarti pada bedah non jantung.
derajat tinggi, dan blok AV total. Demikian juga HT tanpa kornplikasi, walaupun disertai
. Takikardia simtomatik: takikardia ventrikul ar intc-rmi ten h ipertrofi ventrikel kiri (LVH), dapat mentol erir pembedahan

dan fibri lasi ventrikular i ntermiten. tanpa meningkatkan mortalitas yang nyata bila tidak ada
. Malfungsi pacu jantung permanen tanda-tanda PJK, CHF dan bila fungsi ginjal normal.
. Sinkop sinus karotis Namun di sisi lain dilaporkan bahwa adanya tiwayat
hipertensi prabedah dapat meningkatkan mortalitas
perioperatif dan pemberian obat anti HT dapat mengurangi
PENCEGAHAN TROMBOEMBOLI
risiko. Pasien hipertensi pada prabedah cenderun-e
mempunyai fluktuasi tekanan darah yang signilikan pada
intraoperatif dan mengalami iskemia miokard.
Tindakan operasi dapat merupakan predisposisi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien dengan riwayat
tirnbulnya deep vein thrombosis (DVT) pada ekstremitas
hipertensi:
bawah dan emboli paru (PE) sekunder. Dari berbagai hasil
penelitian di Eropa dan USA, dilaporkan bahwa insiden
. Tindakan bedah tidak perlu ditunda atau dibatalkan
pada pasien deugan hipertensi ringan atau sedang
DVT berkisar l-25Vo pada pasien usia di atas 40 tahun
tanpa komplikasi.
yang dilakukan operasi abdomen mayor. Pencegahan DVT
sesudah operasi dapat mengurangi angka kejadian
. Obat anti hiperlensi yang digunakan pasien sebelumnya
dapar diteruskan pada perioperatif.
sebesar 19-867o.
Prabedah direncanakan pada pasien-pasien yang
. Tekanan darah dipertahankan mendekati nilai tekanan
kemungkinar.r dapat terjadi risiko tromboemboli pasca
darah prabedah untuk mengurangi risiko iskemia
miokard.
bedah. antara lain imobilitas lanra. usia tua. paralisis.
riwayat tromboemboli vena. proses ke-qanasan.
. Bedah elektifpada hipertensi berat (tekanan darah >1 80/

operasi mayor (terutama abdomen. pelvis, ekstremitas


ll0): kontrol tekanan darah sebelum pembedahan
(efektivitas regimen pengobatan dapat dicapai dalam
bawah). obesitas, vena varikosa. CHF, infark miokard,
beberapa hari s/d beberapa minggu). Bedah urgensi
strok, fraktur pelvis. pinggul atau kaki, gangguan
pada hipertensi berat: obati dengan anti hipertensi kerja
koagulasi dan penggunaan dosis tinggi estrogen.
Pencegahan DVT didukung antara lain dengan kompresi
cepat (dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
misalnya penyekat beta intravena.
stoking elastis, heparin subkutan dosis rendah, kompresi
pneumatik intermiten. dan heparin berat molekul
. Perhatian khusus untuk pasien hipertensi dengan
tindakan bedah vaskular karena pada keadaan ini selalu
rendah.
terjadi hipertensi pasca operasi.
. Hindari penghentian obat penyekat beta dan klonidin
secara tiba-tiba (karena rebound phenomena).
PENCEGAHAN ENDOKARDITIS INFEKTIF . Pengobatan : pada umumnya sama dengan hipertensi
pada nonbedah; pilihan pertama lebih diutamakan
Pasien dengan kelainan katup ataupun katup jantung penyekat beta kardioselektif.
buatan perlu diberikan profilaksis antibiotika bila dilakukan
tindakan operasi.
Antibiotika y ang dianj urkan : KESIMPULAN
. Standar: Amoksisilin 2,0 gr oral l jam sebelum tindakan
. Bila oral tidak bisa : Ampisilin 2,0 gr IM atau IV Risiko jantung perioperatif pada pasien jantung yang
. Alergi penisilin: Klindamisin atau 600 mg oral 1 jam mengalami operasi nonjantung berhubungan dengan
sebelum tindakan. kelainan jantung, kapasitas fungsional pasien, penyakit
. Sepaleksin atau sefadroksil ata:u 2,0 gr oral 1 jam penyerta, jenis operasi dan jenis anestesi.
sebelum tindakan. Dalam upaya mengurangi risiko jantung perioperatif
. Azitromisin atau klaritromisin 500 mg oral l jam sebelum ini diperlukan evaluasi yang tepat oleh dokter klinisi
tindakan. (spesialis penyakit dalam/jantung) untuk menetapkan jenis
. Alergi penisilin: Klindamisin atau 600 mg IV 30 menit kelainan jantung, kapasitas fungsional, prevensi dan
sebelum tindakan pengobatan yang diperlukan prabedah.
. dan tidak bisa oral : Sefazolin I ,0 gr IM 30 menit sebelum Informasi yang diberikan oleh dokter klinisi dapat
tindakan digunakan/diperlukan oleh spesialis anestesi dan spesialis
1862 I(ARDIOI.OGI

Lampiran 1

Faktor Risiko Poin lnterprestasi


Goldman dkk Klas I : 0-5 poin = risiko rendah
Usia > 70 tahun 5 Klas ll :6-'12 poin = risiko sedang
.13-25 poin
IMA dalam 6 bulan terakhir 10 Klas lll :
Gallop 53 atau distensi vena jugular 11
Stenosis aoda J Risiko
lrama selain sinus atau kompleks atriol prematur pada EKG 7 tinggi
terakhir praoperatif
Kompleks ventrikel prematur 5/menit ditemukan pada 7 Klas lV : > 26 poin
setiap saat sebelum operasi
PO2 < 60 atau PaOz > 50 mmHg; K* < 3 atau HCO3 < 20 3
mEq/L; BUN > 50 atau CR > 3 mg/dl; AST abnormal, tanda
penyakit hati kronis,
-atau-
Operasi intraperitoneal, intra toraks, atau aofta.
Operasi darurat
Detsky dkk < 15 poin = risiko rendah
IMA dalam 6 bulan terakhir 10 > 15 poin = risiko tinggi
E
lma > 6 bulan
Angina Canadian Cardiovaskular Society
Klas lll 10
Klas lV 20
Angina tidak stabil dalam 6 bulan terakhir 10
Edema paru alveolar dalam '1 minggu
10
Ever 5
Dicurigai stenosis aorta kritis 20
A
lrama selain sinus atau sinus dengan kompleks atrial premature
pada EKG terakhir praoperatif
Kompleks ventrikel premature pada saat sebelum operasi t
Status medis umum buruk
Usia > 70 tahun A

Operasi darurat 5
10
Larsen dkk < 15 poin = risiko rendah
Gagal jantung kongestif 5-8 poin = risiko sedang
Kongesti paru persisten 12 > 8 poin = risiko tinggi
Riwayat edema paru B
Riwayat gagal jantung 4
Penyakit jantung iskemi 11
IMA dala 3 bulan terakhir
lnfark lama atau angina pektoris J
c
Diabetes melitus
Kreatinin serum > 1,6 mg/dl 2
Operasi darurat J
Prosedur bedah mayor 6
Operasi aorta
Operasi intraperitoneal atau intraleura lain 2

Key : AST = aspartate aminotransferase; BUN = blood urea nitrogen; Cr = creatinine;


ECG = electrocardiogram; K+ = potassium; Ml = myocardial infarction;
PAC = premature atrial contraction; PVC = premature ventricular contraction
PENYAKIT JANTUNG DAN OPERASI NON JANTUNG 1863

bedah dalam melaksanakan tindakan operasi. Kerjasanru Medical Consultation The internist on surgical, Obstelric and
yang harmonis dan professional antara spesialis klinis Psychiatric Services 3 d ed. Williams & Wilkins, 19981 149-70.
dengan spesialis anestesi serta spesialis bedah sangat Foxwell M, Meyerson M: Cardiovascular assessmenl and
management. In: Wolfsthal'S a Lange Clinical Manual's
diperlukan pasien untuk mencapai hasil yang optimal.
Medical Perioper-ative Management 89/90, 1989: 84-90
Froehlich JB, Karavite D, Erdrurlr N, et al: ImpJementation of ACC/
AHA guidelines fbr preoperative cardiac risk assessment before
REFERENSI aortic surgery: Lrplications fbr resource utilization. J Am Coll
Cardiol. 1991l. 29: 392 (abstract.l
ACC/AHA Task Force On Pracrice Ciuidelines: Guidelines for Goldman L: Generrl anesthesia and non-cardiztc surgery in patients
perioperative cardiovaskulal evaluation for non crrdiac with heart disease in Braunwald's Heart Disease. A textbook of
surgery Circulation. 2002; 105: l2-57. cardiovaskular medicine, 7'| ed, 2005t 2021-2038.
ACC/AHA task ftrrce report: _uuidelines fbr coronary angio-traphy Joint National Committee on Detection. Evaluarion and
Circulation I999: 99: 23,1-5--57 Treatment of High Blood Pressure The sixth report of the
ACC/AHA task force report: guidelines lor thc clinical tpplication Joint National Committee on Detection. Evaluation and Treat-
of echocardiography. 2003- ment of high hlood pressure (JNC VI). Arch lntern Med 1997;
ACC/AHA task fbrce report: guidelines fbr inrplantaLion of carcliac t51
pacemakers and antiarrytlrmia deviccs JACC l99l: liil: l-13. Kaplan NM: Clinical Hypertension, 8'h edition. 2002: 311 .

AHA Scientific statemcn[: Prcvention ol baliLerial endocarditis. Magallanes M: Cardiac concerns. In : Perioperative pocket manual
recommendations by the American Heart Asstrcintion. 2005, 3'd edition.
Circulation 1997; 96: 358-66 Mangano DT, Layug EL, Wallace A, Tareo I: Efl-ects of atenolol on
Barrels C. Bechtel M. Hossmann V. Horsch S: Cardiac ri\ strxtitlex- mortality and cardiovaskular morbidity after non-cardiac sur-
tion fbr high risk vaskular surgery. Circulation. 1997: 9-5: 2.i73- gery. The nrulticenter study of perioperatif ischemic research
15. group. N Engl J Med 1996; 335: 1'713-20.
Clagett GP, Anderson FA, Levine MN. et al: PreYention o1'rcnous Mangano DT: Perioperative cardiac morbidity. Anestesiology, 1990;
thromboembolism. Chest 1992'. 107: 4. 391S-402S 72: I 53-84
Eagle KA, Rihal CS. Michel MC, et al: Cardi:rc risk of nott curcliac Palda AV, Detsky AS: Clinical guidelines part lI, pelioperntive
surgery influence of coronary disease and tvpe ol rurgerr in assessme[t and management of risk from coronary artery
3368 operations Circulation. 1997: 96: lE8l-7 disease. Ann lntern Med, 1997; 121: 313-28
Falcone RA, Ziegelstein RC: Cardiovaskular disease dnd hvperten- Smith WT, Kelly RA, Stevenson, Braunwald E: Management of
sion in: Richards JG. Grecorv MC Eds Karrmerer and Gross' heart lailure in Braunwald's heart disease. A Teaxtbook ol
Cardior rrculrr Medicine. 7r crlition. 2005.

Anda mungkin juga menyukai