Anda di halaman 1dari 4

BACALAH...

Hidup memang tak selalu indah namun akan selalu ada keindahan dalam
hidup, terkadang harapan dan keinginan tak sesuai dengan kenyataan tapi tak ada
satupun di dunia ini yang diciptakan tanpa pasangan. Begitu pula saat musibah
menimpa pastilah akan ada hikmahnya, dan juga sebuah masalah pasti akan
dibarengi dengan solusi. Bagaikan sebuah film, kehidupan yang kita alami sudah
terskenario dengan baik di dalam kitab Lauhil Mahfudz.

Dan setiap orang mempunyai kisahnya masing-masing dan menjalaninya


dengan cara yang berbeda-beda. Mungkin diantara mereka ada yang hidup dengan
bergelimangan harta, hidupnya dipenuhi dengan kesenangan, sampai mereka yang
hidup serba kekurangan dan mempunyai banyak cobaan. Akan tetapi rencana
Allah tidak pernah salah dan Dialah Yang Maha Mengetahui yang terbaik bagi
hamba-Nya.

Hal itulah yang membuatku tidak pernah putus asa dan tetap semangat
dalam menjalani hari-hariku. Terkadang aku sering membayangkan jika saja
terlahir diantara orang kaya, tapi aku sangat mensyukuri kehidupan yang sedang
kujalani karena bukanlah harta serta kekayaan saja sebagai penentu kebahagiaan
seseorang tetapi bagaimana kita mensyukuri nikmat Allah dengan tidak pernah
mengeluh dan berputus asa.

Hal ini juga yang sedang kualami saat itu, aku duduk termenung di depan
sebuah gedung yang tak terawat. Cat temboknya sudah pudar, pintunya sudah
rusak dimakan terik matahari dan air hujan. Perlahan kubuka pintu, di dalamnya
pengap khas bangunan yang lama tidak ditempati, aroma debu dan lembab
ruangan karena atapnya banyak yang bocor. Lantai kotor oleh tanah dan bekas air
hujan di keramik. Langit-langit banyak yang pecah dan bolong berlumut.

Aku coba masuk lebih dalam lagi, tujuanku adalah menengok halaman
belakang dan kamar mandi. Aku geleng-gelengkan kepalaku, benar-benar seperti
melihat lokasi uji nyali yang ditayangkan salah satu stasiun televisi, seperti
bangunan kuno yang ditumbuhi semak belukar. Terkesan angker bangunan ini,

SW - 1
dan memang cocok untuk lokasi uji nyali karena letaknya juga persis menghadap
kuburan. Tentu anda bertanya-tanya, sebenarnya bangunan apa yang sedang aku
datangi itu bukan?

Aku keluar dan kembali termenung di halaman depan. Kucoba untuk


merunut kembali kenangan masa lalu akan bangunan ini. Ya... ini adalah gedung
taman pendidikan Al-Qur’an (TPA). Di sinilah dahulu aku mengisi masa mudaku
bersama kawan-kawan. Kami semua masih bujang kala itu. Kami membesarkan
TPA yang bernama TPA Nurul Huda ini. Mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dan
ilmu agama yang lainnya kepada murid-murid kami. Tidak hanya sekedar itu,
kami juga mengajak anak-anak didik kami untuk gemar membaca buku. Memang
di salah satu sudut ruangan kami sediakan satu rak dengan banyak koleksi buku
yang bagus-bagus. Manakala anak-anak menunggu jam masuk TPA banyak dari
mereka yang mengisi waktu dengan membuka lembar demi lembar buku yang
ada.

Satu prestasi tertinggi yang pernah diraih TPA ini adalah di bidang lomba
cerdas cermat agama. Setelah melewati seleksi dari tingkat kecamatan dan kota,
TPA Nurul Huda pernah mewakili Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta maju
lomba CCA tingkat nasional di Jakarta meskipun belum menjadi juara.
Kegiatannya? Jangan ditanya lagi, seabrek kegiatan TPA berjalan dengan
cantiknya. Jadi teringat kembali wajah kawan-kawan seperjuangan yang berjibaku
membesarkan TPA dahlu. Gedung TPA ini adalah saksi bisu perjuangan kami
dalam mengajarkan anak-anak kampung ini agar bisa membaca, membaca Al-
Qur’an maupun membaca buku umum.

Aku tersenyum bila mengingat saat itu, tentu saja bumbu kisah kasih dalam
proses perjuangan di TPA tidak bisa lepas dari kehidupan anak muda seusia kami
saat itu. Ada yang kesampaian kisah kasihnya sehingga sekarang menjadi suami
istri dan dikaruniai anak. Ada pula yang harus bertepuk sebelah tangan karena
yang ditaksir tidak berkenan. Ah, dasar anak muda...

SW - 2
Itu tadi peristiwa setahun yang lalu kawan. Saat ini aku sudah menikah dan
dikaruniai seorang anak gadis yang cantik. Kala itu aku hendak merintis kembali
kegiatan TPA. Merenovasi kembali gedung TPA yang sudah bertahun-tahun tidak
ada yang memanfaatkan dan rusak. Ketika diriku berada di jurang keraguan,
antara yakin dengan kemampuanku sendiri untuk merenovasi gedung ini ataukah
tidak. Mengingat estimasi dana yang dibutuhkan ketika kuhitung cukup besar.
Lima puluh juta kawan, sementara kalau aku harus nomboki tentu saja tidak
mungkin karena penghasilanku sendiri belum masuk UMR. Namun di sisi lain
aku juga prihatin jika mengingat kondisi gedung TPA dan anak-anak di kampung
ini yang tidak mempunyai pengalaman mengaji. Bagaimana kondisi mereka
ketika besar nanti, manakala dalam keseharian mereka hanya bermain gadget saja.
Bismillah, pasti ada jalan.

Tin...tin...

Suara klakson motor menyadarkanku dari ketermenunganku, seorang


tetangga lewat dan menyapaku. Saat ini aku kembali duduk-duduk di depan
gedung TPA, melihat hasil kerja bapak-bapak tukang yang merenovasi gedung
itu. Betul kawan, saat ini proses renovasi gedung TPA Nurul Huda sudah mulai,
bahkan sekarang dalam proses finishing. Tidak terasa memang, proses yang pada
awalnya seperti sangat berat tapi ternyata bisa dilalui dan diselesaikan.

Bahkan, kegiatan TPA juga sudah dimulai. Suara anak-anak mengaji,


belajar membaca Al-Qur’an, bermain, bernyanyi dan bersendau gurau dengan
teman-temannya itulah yang membuat diriku kangen. Rasa rindu yang pada
akhirnya terobati dengan suasana semacam itu.

Satu prinsip yang harus dipegang adalah, kalau kita berniat baik dan
dijalankan, insyaallah akan dimudahkan kawan. Mohon doanya kawan, semoga
TPA Nurul Huda bisa menjadi wadah yang akan memberikan fasilitas untuk anak-
anak belajar membaca, sebagaimana yang telah diperintah Allah SWT di dalam
Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat pertama, iqra’; bacalah.

SW - 3
Nama penulis : Subhi Waltono

Instansi : SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta

Alamat : Purbayan, Kotagede, Yogyakarta

Telp. (0274) 373190

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 9 September 1980

Nomor HP : 0856.4322.4664

SW - 4

Anda mungkin juga menyukai