Anda di halaman 1dari 15

(3.

1 Mengevaluasi konsep, unsur, prinsip, bahan, dan teknik


dalam berkarya seni rupa

3.2 Mengevaluasi karya seni rupa berdasarkan jenis, tema,


fungsi dan nilai estetisnya)

Menganalisis Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan Dan Teknik Berkarya Seni Rupa Dua
Dimensi

 Pengertian analisis Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan Dan Teknik Berkarya Seni Rupa Dua
Diimensi dalam konteks apresiasi adalah pengkajian yang cermat terhadap karya seni rupa untuk
mengetahui keberadaan karya yang sebenarnya. Penelaahan secara mendalam dilakukan dengan
cara menguraikan masalah pokok dengan bagian-bagian karya seni, termasuk hubungan antar
bagian dengan keseluruhan, sehinggga kita memperoleh kesimpulan yang tepat ketika mengkaji
karya seni rupa.

A. Konsep 

Dalam menganalisis Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan Dan Teknik Berkarya Seni Rupa Dua
Dimensi berkaitan dengan aktivitas pengamatan karya seni untuk menemukan sumber inspirasi,
interes seni, interes bentuk, penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti
struktur rupa, komposisi, dan gaya pribadi. 

B. Unsur 

Sementara, ketika Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan Dan Teknik Berkarya Seni Rupa Dua
Dimensi  kita mengkaji kualitas penggunaan garis, warna, ruang, tekstur dan penyajian bentuk
dalam karya seni rupa murni, desain dan kriya. 

C. Prinsip 

Selanjutnya prinsip estetik kita analisis dengan mengkaji aspek: 1) keselarasan (harmony), 2)
kesebandingan (proportion), 3) irama (rythme), 4) keseimbangan (balance), dan 5) penekanan
(emphasis) dalam karya seni rupa. Termasuk kaitannya dengan prinsip estetik yang dianut
perupa, misalnya kita perlu menetapkan apakah perupa menggunakan pendekatan estetika
pramodern, estetika modern, atau estetika posmodern dalam Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan
Dan Teknik Berkarya Seni Rupa Dua Dimensi.

D. Bahan 

Gagasan seni memerlukan penggunaan bahan baku seni tertentu. Setiap bahan memerlukan
pengolahan dan penggunaan alat dan teknik yang sesuai dan serasi. Misalnya patung yang
dipersiapkan sebagai elemen estetik sebuah taman, tidak akan menggunakan bahan kayu dengan
teknik pahat, tetapi menggunakan bahan perunggu dengan teknik cor, karena bahan inilah yang
tahan terhadap perubahan cuaca dalam Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan Dan Teknik Berkarya
Seni Rupa Dua DIimensi. 

E. Teknik 

Analisis teknik adalah tahapan penting dalam penilaian seni, karena informasi tersebut
merupakan bukti proses pembuatan karya seni untuk menafsirkan nilainya.

Menganalisis Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan Dan Teknik Berkarya Seni Rupa Tiga
Dimensi

       Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang mempunyai dimensi panjang, lebar
dan juga tinggi atau lebih mudahnya karya seni yang mempunyai volume dan menempati sebuah
ruang. Tujuan pembuatan karya seni rupa tiga dimensi ini antara lain : karya seni rupa dengan
tujuan religius, magis, simbolis, estetis, dan komersial.
      Contoh karya seni rupa tiga dimensi adalah, seni patung, seni arsitekstur, seni kriya, seni
keramik, dan berbagai jenis produk lainnya. Selain sebagai benda hias, karya seni rupa tiga
dimensi juga berupa benda pakai dan mempunyai nilai praktis sekaligus nilai keindahan.
Misalnya pada sebuah kursi berfungsi sebagai tempat duduk sekaligus sebagai furniter yang
memiliki keindahan baik itu ukiran ataupun pola dengan kain batik.
     Jenis karya seni rupa tiga dimensi bisa dilihat dari fungsi dan juga karya seni itu sendiri. Jika
dilihat dari fungsinya karya seni rupa tiga dimensi mempunyai fungsi pakai atau seni terapan.
Selain itu karya seni rupa tiga dimensi juga memiliki fungsi ekspresi. Karya seni rupa tiga
dimensi ada yang berwujud dalam bentuk pakai dengan fungsi praktis dan dibuat dengan
pertimbangan fungsi serta keindahannya.

     Seni rupa tiga dimensi juga terbagi menjadi dua yaitu seni rupa terapan dan seni rupa murni.
Berikut penjelasannya :
1. Karya seni rupa tiga dimensi murni, merupakan karya seni yang tidak memperlihatkan unsur
kegunaannya namun hanya memperhatikan kreativitas dan ekspresi. Karya seni rupa murni ini
sebagai karya manusia yang dibuat dengan tujuan untuk dinikmati unsur keindahannya saja.
Inilah contoh karya seni rupa tiga dimensi murni :
   a. Seni patung, adalah cabang seni rupa murni dengan bentuk tiga dimensi. Bahan yang
digunakan untuk membuat patung adalah kayu, batu, ataupun logam.
    b. Benda hias, merupakan seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan ataupun hiasan. Jenis
ini lebih memprioritaskan aspek keindahan jika dibandingkan dengan aspek fungsinya. Misalnya
vas bunga, topeng, ataupun benda yang berfungsi sebagai hiasan didalam sebuah ruang.

2. Karya seni rupa tiga dimensi terapan, adalah karya seni yang dibuat untuk tujuan fungsional.
Jadi, karya seni ini bertujuan uuntuk memenuhi kebutuhan fisik dan juga psikis. Karya seni rupa
sebagai benda pakai yang mempunyai fungsi praktis dan dibuat dengan pertimbangan fungsi
serta keindahannya. Misalnya, lemari, kursi, meja, ataupun beberapa jenis perabotan rumah
lainnya.
     Karya seni rupa tiga dimensi mempunyai unsur-unsur khusus seperti garis, warna, bidang dan
juga bentuk. Unsur-unsur rupa ini digunakan untuk memperindah bentuk pada karya seni rupa
tiga dimensi. Karya seni rupa tiga dimensi yang paling mudah dikenal adalah patung. Hingga
kini seni patung terus berkembang menjadi lebih baik dan nilai seni yang dimiliknya cukup
tinggi. Pembuatan yang digunakan dengan media batu, logam ataupun kayu ini memiliki nilai
jual yang cukup tinggi.(http://www.lihatdisini.com)

 
3.3 Mengevaluasi hasil penyelenggaraan pameran karya
seni rupa

Pameran : Tahapan dan Avaluasi Penyelenggaraan Pameran

Tahapan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pameran.

A. Tahapan Penyelenggaraan Pameran 


Hal- hal yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan kegiatan pameran seni rupa dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu, tahapan persiapan penyelenggaraan pameran, tahapan penataan
ruang, dan tahapan pelaksanaan.

Pameran : Tahapan dan Avaluasi Penyelenggaraan Pameran

1. Persiapan penyelenggaraan pameran.


Persiapan yang harus dilakukan dalam kegaitan pemeran seni rupa antara lain adalah sebagai
berikut. 

Publikasi kegiatan baik melalui siaran radio, spanduk, selebaran, udangan, atau yang lainnya.
Melakukan seleksi terhadap karya yang akan dipamerkan.

Menyediakan perlengkapan pameran yang meliputi sketsel, papan panel, meja, label karya, buku
tamu, tanaman hias, sound system, dan lainnya yang dianggap perlu. Menyiapkan ruang
pameran.Menyusun acara pembukaan dan penutupan pameran.
2. Tahapan penataan ruang.
Kegiatan yang harus dikerjakan dalam mempersiapkan penataan ruang adalah sebagai berikut.

 Mendekorasi ruang pameran.


 Memajang karya seni rupa yang akan di pamerkan pada tempat yang sesuai.
 Menempel label karya pada setiap benda seni dengan data yang komplit yang meliputi
nama pembuat/pencipta, asal, judul karya seni, jenis karya seni, bahan yang digunakan,
dan teknik yang digunakan.
 Mengatur alur transportasi pengunjung.
 Memasang meja dan kursi penerima tamu/informasi dan tempat untuk meletakkan buku
pesan dan kesan.
 Memasang lampu sorot di tempat-tempat yang dianggap membutuhkannya.

3. Tahapan Pelaksanaan.
Tahapan ini merupakan tahapan utama atau puncak dari seluruh kegiatan yang meliputi :

 Susunan acara pembukaan.


 Pembawa acara/MC.
 Pengarah acara.
 Penempatan petugas jasa stan.
 Buku tamu dan buku pesan – kesan.
 Penampilan hiburan penyerta.
 Pengasaan dokumentasi.
 Acara penutupan.
 Kepanitiaan pameran.

B. Evaluasi Kegiatan Pameran.


Dalam proses evaluasi kegiatan pameran, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi mulai dari perancangan pameran sampai proses kegaian,
sedangkan evaluasi hasil adalah hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari kegiatan pameran
tersebut.

Evaluasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui berbagai hambatan yang dihadapi
oleh setiap seksi, cara memgatasi persoalan yang ada serta mengetahui keadaan keuangan pada
kegiatan yang dilaksanakan. Hasil evaluasi tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan serupa pada masa yang akan datang.

Selain memiki tujuan di atas, evaluasi juga memiliki manfaat yang diantaranya adalah sebagai
berikut :

 Memberikan umpan balik bagi panitia maupun pihak lain.


 Sebagia tolak ukur atas keberhasilan suatu kegiatan.

Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan pameran dan penyelenggaraan selesai dan pelaksanaan
evaluasinya sebaiknya tidak terlalu lama dari pelansanaan pameran dan pergelaran, bahkan lebih
cepat lebih baik. Namun demikian, hendaknya panitia diberi waktu yang cukup untuk
mempersiapkan laporan tentang hal-hal yang terlah dikerjakan, yang terdiri dari :

 Sistem kerja.

Sistem kerja dimulai dari tahap persiapan sampai tahap akhir/evaluasi dari seluruh rangkaian
kegiatan yang meliputi cara kerja tiap personal, pengorganisasian kerja, kerja sama antarpanitia
maupun antarseksi.

 Pembiayaan.

Berisi tentang lapran pertanggungjawaban bendahara terhadap dana yang masuk dan yang
dikeluarkan. Dalam hal ini perlu dicermati dana-dana yang dikeluarkan tersebut sudah sesuai
dengan rencana anggaran yang ditetapkan.

 Personalia Kepanitiaan.
Berisikan informasi tentang masing-masing anggota panitia mengelola pameran dan
pergeralaran, yang menyangkut tanggungjawab, penguasaan, dan ketepatan antara bidang tugas
dengan keahlian yang dimiliki, Penilaian terhadap figur-figur personalia ini sangat penting pada
kesempatan mendatang.

 Bentuk Pameran.

Pembahasan tentang bentuk pameran adalah evaluasi tentang bentuk pameran yang telah
dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan maksud dan tujuan serta tema yang telah ditetapkan.

 Pelaksanaan Pameran.

Pembahasan mengenai pelaksanaan pameran ini meliputi jalannya acara, banyak penonton/atau
pengunjung, dan banyaknya hasil karya seni yang dipamerkan. Hal tersebut sebagia bahan
perbaikan di masa mendatang.

 Laporan dari Masing-masing Seksi.

Laporan dari masing-masing seksi, yang diwakili oleh koordinator dari masing-masing seksi juga
tidak kalah penting dari bentuk evaluasi lainnya dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengaasi
masalah dalam setiap bidang seksi.

Adapun yang perlu dilaporkan ialah, kedisiplinan masing-masing anggota seksi,


tanggungjawabnya terhadap bidang tugas masing-masing, kendala yang ada dalam melaksanakan
tugas dan cara mengatasinya. Dari laporan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk
pelansanaan kegiatan serupa dimasa mendatang dengan kualitas yang lebih baik.
3.4 Mengevaluasi karya seni rupa berdasarkan tema, jenis,
fungsi tokoh, dan nilai estetisnya.

Pengertian Kritik Seni Rupa

Kritik Seni adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa
dengan memberikan alasan berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. kelebihan
dan kekurangan itu dipergunakan dalam bermacam hal, terutama sebagai bahan untuk
mengetahui kualitas dari sebuah karya

Fungsi Kritik Seni

Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan
pendidikan seni rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani
persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman,
artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya yang disajikan kepada
penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi keduanya.

Jenis Kritik Seni

Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut.
Karena berbagai perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa
macam, seperti pendapat Feldman (1967) yaitu:

1. Kritik Populer (popular criticism)

Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada
umumnya. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan
karya secara umum. Dalam tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan
istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
2. Kritik Jurnalis (journalistic criticism)

Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya
disampaikan secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar.
Kritik ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam.
Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari
sebuah karya seni, karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil
tanggapannya.

3. Kritik Keilmuan (scholarly criticism)

Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan
wawasan, pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi
sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang
sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni rupa atau seni pada umumnya. Kritik yang
disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil
tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para penulis karya
ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri dan institusi seni yang lainnya.

4. Kritik Kependidikan (pedagogical criticism)

Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau


meningkatkan kepekaan artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya
digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni rupa terutama untuk meningkatkan
kualitas karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis kependidikan
biasanya digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan
seni.

Bentuk Kritik Seni

Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda
berdasarkan perbedaan pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik
yang disampaikan oleh Feldman, berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga
beberapa bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik.
Berikut adalah pemaparannya.

1. Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni
rupa sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur
pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada
kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan
sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan
kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

2. Kritik Ekspresivistik

Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan
menanggapi kualitas gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan
oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ekspresivistik umumnya
menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-
objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

3. Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan


kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi.
Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni 
tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul
‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja
berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi keterkaitan antara objek,
isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau
interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan
hanya secara formalistic seperti yang telah dijelaskan diatas.
Tahapan Kritik Seni

Mengelompokan kritik seni beradasrkan tahapannya akan mempermudah proses


menulis kritik. Dengan menggunakan tahapan-tahapan yang teratur kita akan lebih jeli
untuk mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya seni
rupa. Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat
dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:

1. Deskripsi

Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai


unsur terkecil seni rupa, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa
adanya tanpa berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu.
Untuk dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang kritikus harus mengetahui istilah-
istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan
tersebut, maka kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena menarik yang
terdapat pada karya yang dilihatnya. Deskripsi harus menjawab pertanyaan ‘apa yang
kita lihat?’. Berikut adalah beberapa unsur dan prinsip yang dapat diikuti ketika
melakukan analisis formal terhadap karya seni. Berbagai elemen yang merupakan
deskripsi meliputi:

1. Bentuk seni adalah lukisan, patung atau salah satu media seni lain.
2. Medium apa yang digunakan, misal cat, batu, dll, dan teknik (alat yang
digunakan).
3. Ukuran dan skala pekerjaan (hubungan dengan orang, bingkai atau konteks skala
lain).
4. Elemen atau bentuk umum dalam komposisi, termasuk pembangunan struktur
atau lukisan; identifikasi benda.
5. Deskripsi poros apakah vertikal, diagonal, horizontal, dll.
6. Deskripsi garis, termasuk kontur seperti lembut, planar, bergerigi, dll.
7. Deskripsi tentang bagaimana garis menggambarkan bentuk dan ruang (volume);
membedakan antara garis objek dan garis komposisi, mis., tebal, tipis, bervariasi, tidak
beraturan, terputus-putus, tidak jelas, dll.
8. Hubungan antara bentuk, misalnya, besar dan kecil, tumpang tindih, dll.
9. Deskripsi skema warna dan warna; palet.
10. Tekstur permukaan atau komentar lain tentang pelaksanaan pekerjaan.
11. Konteks objek: lokasi asli dan tanggal pembuatan.

2. Analisis formal

Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya
seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini
seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni
rupa atau ilmu penataan komposisi unsur dalam sebuah karya seni. Analisis formal
berarti menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan memutuskan mengapa
seniman menggunakan berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan gagasannya.
Analisis Ini menjawab pertanyaan, “Bagaimana seniman melakukannya?”

Berbagai elemen analisis formal meliputi:

1. Penentuan materi pelajaran melalui penentuan elemen ikonografi, misalnya


peristiwa historis, alegori, mitologi, dll.
2. Pemilihan fitur atau karakteristik yang paling khas baik garis, bentuk, warna,
tekstur, dll.
3. Analisis prinsip-prinsip seni rupa dan desain atau komposisi, misalnya, seimbang,
jomplang, dll. Kesatuan, irama, keselarasan, dll.
4. Pembahasan tentang bagaimana elemen atau sistem struktural berkontribusi
terhadap tampilan gambar atau fungsi.
5. Analisis penggunaan cahaya dan peran warna, misalnya, kontras, bayangan,
dingin, hangat, warna sebagai simbol, dll.
6. Perlakuan terhadap ruang, baik yang nyata maupun yang ilusi (termasuk
penggunaan perspektif), misalnya, kompak, dalam, dangkal, naturalistik, acak, dll.
7. Penggambaran gerakan dan bagaimana pencapaiannya.
8. Efek medium tertentu yang digunakan
9. Persepsi seniman terhadap keseimbangan, proporsi dan skala (hubungan setiap
bagian komposisi secara keseluruhan dan satu sama lain) dan emosi atau ekspresi yang
dihasilkan.
10. Reaksi terhadap objek atau monumen

Untuk dapat melakukan analisis formal, kita harus mengerti mengenai


unsur-unsur terkecil dari karya seni rupa, yaitu: Unsur Unsur Seni Rupa
dan Desain& Prinsip atau Asas Seni Rupa dan Desain
3. Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang
digarap, simbol yang dihadirkan dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran ini
sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan kritikusnya. Semakin
luas wawasan seorang kritikus biasanya semakin kaya interpretasi karya yang
dikritisinya. Interpretasi haru dapat menjawab pertanyaan, ‘Mengapa seniman
menciptakannya dan apa artinya’

Beberapa elemen yang merupakan interpretasi meliputi:

1. Ide utama, keseluruhan arti dari karya.


2. Pernyataan Interpretasi: Dapatkah kita mengungkapkan apa yang kita pikirkan
/tafsirkan tentang karya seni itu dalam satu kalimat?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni itu, untuk mendukung
penafsiran kita.

Prinsip Interpretasi

Berikut adalah beberapa prinsip interpretasi menurut Terry Barret. Terry Barret adalah
seorang kritikus seni asal Amerika Serikat menyusun beberapa prinsip-prinsip
Interpretasi seni.

1. Karya seni memiliki “ketidakjelasan” dan dibutuhkan interpretasi.


2. Interpretasi adalah argumen persuasif.
3. Beberapa interpretasi lebih baik dari yang lain.
4. Penafsiran seni yang baik lebih banyak menceritakan tentang karya seni itu
sendiri daripada penafsirnya sendiri.
5. Perasaan adalah panduan untuk interpretasi.
6. Ada interpretasi yang berbeda, bersaing, dan kontradiktif terhadap karya seni
yang sama.
7. Interpretasi sering didasarkan pada pandangan dunia.
8. Interpretasi tidak terlalu benar, tapi kurang lebih masuk akal, meyakinkan,
mencerahkan, dan informatif.
9. Interpretasi dapat dinilai berdasarkan koherensi, korespondensi, dan inklusivitas.
10. Sebuah karya seni belum tentu tentang apa yang seniman inginkan.
11. Seorang kritikus seharusnya tidak menjadi juru bicara seniman.
12. Interpretasi harus menyajikan bagian terbaik karya, bukan bagian terlemahnya
13. Objek penafsiran adalah karya seni, bukan seniman.
14. Semua karya seni adalh bagian tentang dunia di mana ia muncul.
15. Semua karya seni adalah bagian dari karya seni lainnya.
16. Tidak ada penafsiran yang lengkap tentang arti sebuah karya seni.
17. Makna sebuah karya seni mungkin berbeda dari kepentingan pemirsa.
Interpretasi pada akhirnya adalah usaha komunal, dan masyarakat pada akhirnya
mungkin akan mengoreksinya lagi.
18. Interpretasi yang baik akan mengundang kita untuk melihat diri kita dan
melanjutkan interpretasi menurut pendapat kita sendiri.

Untuk melengkapi khazanah interpretasi, baca juga: Semiotika –


Komunikasi tanpa Kata, Pengertian Simbol dan Tanda-tanda.

4. Evaluasi atau penilaian

Evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika
dibandingkan dengan apresiasi. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik
untuk menentukan kualitas suatu karya seni  dan biasanya akan dibandingkan dengan
karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait
dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks. Menilai sebuah karya
berarti memberi penilaian dalam kaitannya dengan karya lain dan tentu saja
mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari seni visual; orisinalitasnya. Berikut
ini adalah berbagai elemen penilaian.

1. Apakah itu karya seni yang bagus?


2. Kriteria: Kriteria apa yang menurut kita paling sesuai untuk menilai karya seni ini?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni yang berkaitan dengan
setiap kriteria?
4. Penilaian: Berdasarkan kriteria dan buktinya, apa penilaian kita tentang kualitas
karya seni tersebut?

Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis
2. Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah
3. Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang telah
ada sebelumnya.
4. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang
tertentu yang melatarbelakanginya.

Berpikir Kritis

Sebetulnya kritik sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam
keseharian, kita secara sengaja atau tidak sengaja sering melontarkan kata, kalimat atau
bahasa yang bersifat memberikan tanggapan, komentar, penilaian terhadap suatu karya
apapun.  Sebetulnya hal intu sangat wajar, karena  manusia memiliki empat kemampuan
sebagai kapasitas mental, yaitu :

1. Kemampuan absortif, yaitu kemampuan mengamati


2. Kemampuan retentif, adalah kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Kemampuan reasoning, merupakan kemampuan menganalisis dan
mempertimbangkan
4. Kemampuan kreatif, kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan mengemukakan
gagasan.

Kunci dari kritik adalah kemampuan reasoning dan kreatif,  kita selalu tergugah untuk
melakukan kritik walaupun bukan atas dasar permintaan atau kesengajaan. Kebiasaan
melontarkan kritik kepada karya orang lain merupakan dorongan kritis yang didasari
oleh unsur cipta dan rasa dalam diri seseorang sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai