Anda di halaman 1dari 50

PUTUSAN

Nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Agama Rembang yang memeriksa dan mengadili perkara
tertentu pada tingkat pertama dalam sidang Majelis Hakim telah menjatuhkan
putusan sebagai berikut dalam perkara Cerai Gugat antara:

PENGGUGAT, umur 22 tahun, agama Islam, pendidikan SLTP, pekerjaan


xxxxxxxx xxxxxx xxxxxx, tempat kediaman di RT. 06, RW. 01,
Desa Karaskepoh, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang,
dalam hal ini memberikan kuasa kepada Darmawan Budiharto,
S.H. dan Achmad Badrus Shomad, S.H. tanggal 12 November
2021, Advokat pada Kantor Darmawan Budiharto, S.H. &
Assosiates beralamat di Ruko Kencana Center A-3 Jl. Pemuda
Km. 3 Rembang (59251), dan telah didaftar di kepaniteraan
Pengadilan Agama Rembang dengan Nomor register
603/KUASA/XI/2021/PA.Rbg tanggal 26 November 2021,
sebagai Penggugat;

melawan

TERGUGAT, umur 34 tahun, agama Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan


Bengkel Las, tempat kediaman di RT. 10, RW. 02, Desa
Ketanggi, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, sebagai
Tergugat;

 Pengadilan Agama tersebut;


 Telah membaca dan mempelajari berkas perkara;
 Telah mendengar keterangan Penggugat;
 Telah memeriksa alat-alat bukti Penggugat;

DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 26


November 2021 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Rembang

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 1 dari 50


pada hari itu juga dengan register perkara nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg,
mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah sebagai suami isteri yang sah
yang telah melangsungkan pernikahan tanggal 11 Juni 2019 dihadapan
Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Pancur
Kabupaten Rembang sebagaimana bukti pada Kutipan Akta Nikah Nomor:
0099/009/VI/2019 sesuai dengan Surat Keterangan Menikah Nomor:
263/Kua.11.17.06/PW.01/XI/2021 tertanggal 23 Nopember 2021, pada saat
itu Penggugat berstatus Perawan dan Tergugat berstatus Jejaka;
2. Bahwa selama dalam ikatan pernikahan kurang lebih 2 tahun 5 bulan,
Penggugat dan Tergugat tinggal bersama di rumah orang tua Penggugat
selama sehari, kemudian keduanya bertempat tinggal bersama di rumah
orang tua Tergugat selama 1 tahun 6 bulan, selama tinggal bersama
tersebut Penggugat dengan Tergugat telah melakukan hubungan layaknya
suami istri (ba'da dukhul) dan telah dikaruniai seorang anak perempuan
bernama Afania Eka Aprilia binti Eko Marwanto, lahir di Rembang 01 April
2020 (umur 1 tahun 7 bulan);
3. Bahwa semula rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat berjalan
cukup harmonis dan bahagia namun sejak pertengahan bulan Nopember
2020 terjadi pertengkaran dan perselisihan yang penyebabnya pada saat
itu Penggugat meminta izin agar diantar oleh Tergugat beberapa hari
berkunjung ke rumah orang tua Penggugat dengan maksud ikut membantu
saudara Penggugat yang sedang ada acara hajatan dan pada saat itu
Tergugat tidak keberatan dan memberi izin Penggugat berkunjung dan
menginap beberapa hari di rumah orang tua Penggugat, namun sebelum
acara hajatan digelar Tergugat melalui pesan singkat (WhatsApp) meminta
Penggugat untuk pulang bersama keluarga Tergugat dan permintaan itu
ditolak oleh Penggugat sebelum Tergugat menjemput Penggugat sendiri
sehingga hal tersebut mengakibatkan antara Penggugat dan Tergugat
terjadi pertengkaran dan perselisihan, dan mulai saat itu hubungan
Penggugat dengan Tergugat tidak harmonis lagi;
4. Bahwa kemudian pada bulan Desember 2020 antara Penggugat dan
Tergugat terjadi puncak pertengkaran dan perselisihan di rumah orang tua
Penggugat dengan permasalahan Tergugat datang dan marah-marah
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 2 dari 50
mengajak pulang Penggugat dan hal tersebut mengakibatkan terjadi
pertengkaran dan perselisihan, setelah kejadian tersebut antara Penggugat
dan Tergugat telah pisah tempat tinggal hingga sekarang;
5. Bahwa sejak bulan Desember 2020 antara Penggugat dan Tergugat
telah terjadi pisah tempat tinggal hingga sekarang selama kurang lebih
selama 11 bulan, dan selama pisah tempat tinggal tersebut Penggugat dan
Tergugat beberapa kali berkomunikasi namun sehanya sebatas mengenai
anak saja, serta seringkali komunikasi tersebut berujung pada
pertengkaran. Oleh karenanya antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak
ada hubungan baik lahir maupun batin serta rumah tangga keduanya sudah
tidak ada harapan hidup rukun kembali serta Penggugat sudah tidak
mencintai Tergugat lagi;
6. Bahwa Penggugat adalah ibu kandung dari anak yang bernama Afania
Eka Aprilia Binti Eko Marwanto, lahir di Rembang 01 April 2020 (umur 1
tahun 7 bulan), dan Penggugat sangat sayang dan sangat mencintai kedua
anak tersebut sehingga Penggugat ingin sekali marawat, mengasuh, serta
mendidik dengan sebaik-baiknya demi masa depan anak tersebut karena
anak tersebut belum mumayyiz/belum berumur 12 tahun sehingga
Penggugat mohon agar anak tersebut ditetapkan berada dalam
pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat;
7. Bahwa selama 11 bulan terjadi pisah tempat tinggal tersebut Tergugat
melalaikan kewajibannya tidak pernah memberikan nafkah kepada
Penggugat maupun nafkah kepada anak Penggugat dan Tergugat;
8. Bahwa selama pisah tempat tinggal tersebut ada beberapa dokumen
penting milik Penggugat yang dikuasai Tergugat diantara Buku Nikah untuk
isteri (milik Penggugat) dan Akta Kelahiran anak atas nama Afania Eka
Aprilia Binti Eko Marwanto, lahir di Rembang 01 April 2020 (umur 1 tahun 7
bulan):
9. Bahwa untuk menjamin pemenuhan hak-hak perempuan dan anak pasca
perceraian, maka jika terjadi perceraian Penggugat mohon agar Tergugat
dihukum untuk membayar berupa:
a. Mut'ah berupa sejumlah uang Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
b. Nafkah Iddah selama 3 bulan sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta
rupiah);
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 3 dari 50
c. Nafkah lampau/madliyah selama 11 bulan sebesar Rp. 11.000.000,00
(sebelas juta rupiah);
d. Nafkah lowong anak selama 11 bulan sebesar Rp. 11.000.000,00
(sebelas juta rupiah) yang harus dibayarkan oleh Tergugat kepada
Penggugat sebelum Tergugat mengambil Akta Cerai;
10. Bahwa untuk menjamin terpenuhinya tuntutan Penggugat mengenai nafkah
iddah, mut'ah, nafkah lowong anak, dan nafkah madliyah, Penggugat
mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini memerintahkan
Panitera Pengadilan Agama Rembang untuk menahan Akta Cerai atas
nama Tergugat sampai dengan Tergugat memenuhi tuntutan Penggugat;
11. Bahwa Tergugat pernah mengajukan permohonan cerai talak terhadap
Penggugat pada tanggal 22 Januari 2021 dengan Nomor Register:
116/Pdt.G/2021/PA.Rbg kemudian Penggugat melakukan Rekonpensi/
Gugatan Balik dan telah diputus pada tanggal 07 April 2021 yang amar
putusannya berbunyi sebagai berikut:
MENGADILI
DALAM KONPENSI
1. Mengabulkan permohonan Penggugat;
2. Memberi ijin kepada Penggugat untuk menjatuhkan talak satu raj'I terhadap
Penggugat di depan sidang Pengadilan Agama setelah putusan berkekuatan
hukum tetap;
DALAM REKONPENSI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi;
2. Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar kepada Penggugat
Rekonpensi berupa:
a. Nafkah Iddah selama 3 bulan sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
b. Mut'ah berupa uang sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
c. Nafkah lampau/madliyah selama 2 bulan sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua
juta rupiah);
3. Menetapkan Penggugat Rekonpensi/Tergugat sebagai pemegang hak asuh
anak yang bernama Fania Eka Aprilia, lahir 01 April 2020 dengan memberi
akses kepada Tergugat Rekonpensi/Penggugat untuk menjenguk, mengajak
jalan-jalan dan memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi anak yang
semuanya demi kepentingan terbaik bagi anak tersebut;
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 4 dari 50
4. Menghukum Tergugat Rekonpensi/Penggugat untuk membayar kepada
Penggugat Rekonpensi/Tergugat nafkah seorang anak yang bernama Fania
Eka Aprilia, lahir 01 April 2020 setiap bulan minimal sebesar Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah) dengan penambahan 10% setiap tahunnya;
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI
Membebankan kepada Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi untuk
membayar biaya perkara yang hingga kini diperhitungkan sebesar Rp.
295.000,00 (dua ratus sembilan puluh lima ribu rupiah);
12. Bahwa berdasarkan uraian panjang lebar diatas, maka terbuktilah bahwa
antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran yang terus menerus serta tidak mungkin dirukunkan lagi,
sehingga oleh karenanya telah memenuhi unsure-unsur Pasal 39 ayat (2)
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum
Islam;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon
kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Rembang cq. Majelis Hakim yang
memeriksa perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut:
Primair:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
2. Menjatuhkan talak satu ba'in shughro Tergugat (EKO MARWANTO Bin
SUMARI) terhadap Penggugat (DWI LINA FEBRIANI Binti MASHUDI);
3. Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat sebelum
Tergugat mengambil Akta Cerai, berupa:
a. Mut'ah berupa uang sejumlah Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
b. Nafkah iddah selama 3 bulan sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta
rupiah);
c. Nafkah lampau/madliyah selama 11 bulan sebesar Rp. 11.000.000,00
(sebelas juta rupiah);
d. Nafkah lowong anak selama 11 bulan sebesar Rp. 11.000.000,00
(sebelas juta rupiah);
4. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Rembang untuk menahan
Akta Cerai atas nama Tergugat sampai dengan Tergugat memenuhi isi
dictum angka 3 (tiga) diatas;
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 5 dari 50
5. Menetapkan Penggugat sebagai pemegang hak asuh anak atas anak
bernama Afania Eka Aprilia, lahir di Rembang tanggal 01 April 2020 dengan
tetap memberikan hak akses kepada Tergugat untuk mengunjungi anak
tersebut;
6. Menghukum Tergugat untuk memberikan nafkah pemeliharaan
(hadlonah) anak sebagaimana tersebut pada dictum angka 5 (lima) diatas
berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap bulan yang
diberikan melalui Penggugat terhitung sejak amar putusan dijatuhkan sampai
anak tersebut dewasa/mandiri dengan kenaikan sebesar 10 (sepuluh)
sampai dengan 20 (dua puluh) persen (%) setiap tahunnya diluar biaya
pendidkan dan biaya kesehatan;
7. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat menurut hukum;  
SUBSIDAIR:
Apabila Pengadilan Agama Rembang berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya.
Bahwa pada hari-hari sidang yang telah ditetapkan, Penggugat diwakili
Kuasanya datang di persidangan, sedangkan Tergugat tidak pernah datang
menghadap dan tidak pula menyuruh orang lain untuk menghadap sebagai
wakil atau kuasanya yang sah, meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut
sebagaimana relaas panggilan Tergugat tanggal 29 November 2021, tanggal 8
Desember 2021, tanggal 15 Desember 2021 dan tanggal 22 Desember 2021
dan tidak ternyata ketidakhadirannya tersebut disebabkan oleh suatu halangan
yang sah, maka perkara ini diperiksa tanpa hadirnya Tergugat;
Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara aquo, Tergugat tidak
pernah hadir di persidangan, maka terhadap perkara aquo tidak dilakukan
upaya mediasi dan persidangan dilanjutkan dalam sidang tertutup untuk umum
selanjutnya dibacakan gugatan Penggugat dan Penggugat tetap pada dalil
gugatannya;
Bahwa oleh karena Tergugat atau kuasanya yang sah tidak pernah hadir
di persidangan, maka jawaban Tergugat atas gugatan Penggugat tidak dapat
didengarkan;
Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat mengajukan
alat bukti surat dan saksi-saksi sebagai berikut;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 6 dari 50


1. Bukti Surat.

 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk NIK 3317114502990003 atas nama Dwi


Lina Febriani yang aslinya dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten
Rembang pada tanggal 27-02-2020, nazegellen dan telah nyata sesuai
dengan aslinya, bukti P.1;
 Fotokopi Surat Keterangan Menikah nomor 263/Kua.11.17.06/PW.01/
XI/2021 nama TERGUGAT dengan PENGGUGAT, yang aslinya
dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Pancur
Kabupaten Rembang tanggal 23 November 2021, nazegellen dan telah
nyata sesuai dengan aslinya, bukti P.2;
 Fotokopi Akta Nikah nomor 0099/009/VI/2019 atas nama Eko Marwanto
bin Sumari dengan Dwi Lina Febriani, nazegellen, fotokopi tidak
ditunjukkan aslinya tetapi dibubuhi legalisir dan diketahui oleh Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan Pancur dengan menyatakan bahwa
fotokopi sesuai aslinya, bukti P.3
 Fotokopi Akta Kelahiran NIK 3317104104200002 atas nama Afania Eka
Aprilia, yang aslinya dikeluarkan oleh Pejabat Pencatatan SIpil Rembang
tanggal 29 Juli 2020, nazegellen dan telah nyata sesuai dengan aslinya,
bukti P.4;
 Fotokopi Salinan Putusan, nomor 116/Pdt.G/2021/PA.Rbg tanggal 7 April
2021 atas nama Eko Marwanto bin Sumari melawan Dwi Lina Febriani
binti Mashudi yang aslinya dikeluarkan oleh Panitera Pengadilan Agama
Rembang, nazegellen dan telah nyata sesuai dengan Salinan putusan
aslinya, bukti P.5;
 Fotokopi Surat Keterangan nomor 27/12/2021/572 atas nama Dwi Lina
Febriani, aslinya dikeluarkan oleh Kasi Pemerintahan atas nama Kepala
Desa Ketanggi Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, nazegellen
dan telah nyata sesuai dengan aslinya, bukti P.6;

2. Bukti Saksi.
Saksi Pertama;
SAKSI 1, umur 57 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan xxxxx,
bertempat tinggal di Rt 10, Rw 02, Desa Karas Kepoh, Kecamatan
Pancur, Kabupaten Rembang;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 7 dari 50


dibawah sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai
berikut:
 Bahwa saksi adalah ayah kandung Penggugat Penggugat dan kenal
dengan Tergugat sejak Penggugat dengan Tergugat menikah;
 Penggugat dengan Tergugat menikah pada tanggal 11 Juni 2019 di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang;
 Bahwa setelah pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat
bertempat tinggal tinggal bersama di rumah orang tua Penggugat;
 Bahwa selama pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat telah
hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri;
 Bahwa Penggugat dan Tergugat sudah dikaruniai 1 (satu) anak bernama
Afania Eka Aprilia, lahir di Rembang 01 April 2020;
 Bahwa pada bulan Nopember 2020 antara Penggugat dan Tergugat mulai
terjadi perselisihan;
 Bahwa Saksi pernah menyaksikan Penggugat dan Tergugat bertengkar;
 Penyebab perselisihan karena Tergugat tidak member izin Penggugat
untuk menginap di rumah orangtua Penggugat, padahal ada saudara
Penggugat yang hajatan;
 Bahwa Tergugat pernah menjemput Penggugat, namun Penggugat tetap
tidak mau pulang ke rumah Tergugat;
 Bahwa Penggugat tidak mau pulang karena sebelumnya berselisih ketika
Penggugat disuruh pulang padahal hajatan belum selesai;
 Bahwa Tidak ada pekerjaan khusus untuk Penggugat dalam acara
pernikahan saudaranya, hanya kumpul keluarga dan orangtua Penggugat
dan menghadiri hajatan tersebut;
 Bahwa tidak ada perselisihan sebelum Penggugat diantar oleh Tergugat
untuk menghadiri hajatan keluarganya tersebut;
 Bahwa sejak bulan Desember 2020 antara Penggugat dan Tergugat telah
pisah tempat tinggal hingga perkara ini diajukan;
 Saksi dan keluarga sudah berupaya menasehati Penggugat agat bersabar
dan rukun kembali dengan Tergugat, tapi upaya tersebut tidak berhasil
merukunkannya;
 Bahwa Tergugat memiliki bengkel las dengan lima orang karyawan;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 8 dari 50


 Bahwa Penghasilan Tergugat sekitar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah);
 Bahwa Saksi mengetahui penghasilan Tergugat ketika masih rukun saksi
pernah bertanya tentang penghasilannya dari usaha bengkel las;
 Bahwa sekarang anak Penggugat dan Tergugat dalam pemeliharaan
Penggugat;
 Bahwa Penggugat tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan norma susila, agama dan hukum;
 Bahwa selama pisah Tergugat setiap bulannya mengirim uang, 2 (dua)
dus susu masing-masing 750 gram dan 2 (dua) dus popok meskipun
kadang terlambat;
 Bahwa Tergugat mengirimkan uang sekitar 60 ribu kadang antara Rp.
28.000,00 (dua puluh delapan ribu rupiah) sampai dengan Rp38.000,-
(tiga puluh delapan ribu rupiah) setiap bulannya;
 Saksi tidak tahu gaji pegawai Tergugat;
 Sekarang usaha Tergugat sama dengan ketika masih bersama
Penggugat;
 Bahwa selama berpisah Tergugat tidak pernah memberi nafkah untuk
Penggugat dan hanya memberi dua kotak susu ukuran 750 gram dan dua
dus popok untuk anak Penggugat dan Tergugat setiap bulan.
 Bahwa dua kotak susu ukuran 750 gram dan dua dus popok tersebut
hanya cukup untuk dua minggu.
 Bahwa keterangan yang Saksi sampaikan berdasarkan pengetahuan
sendiri;
 Tidak ada hal lain yang disampaikan saksi di persidangan;

Saksi Kedua;

Selamet Faidin bin Tumiran, umur 27 tahun, agama Islam, pendidikan


SLTP, pekerjaan xxxxxx, bertempat tinggal di Rt 10, Rw 02, Desa
Karas Kepoh, Kecamatan Pancur ,Kabupaten Rembang;
dibawah sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai
berikut:
 Bahwa saksi adalah tetangga Penggugat dan kenal dengan Tergugat
sejak Penggugat dengan Tergugat menikah;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 9 dari 50


 Penggugat dengan Tergugat menikah pada tanggal 11 Juni 2019 di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang;
 Bahwa setelah pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat
bertempat tinggal tinggal bersama di rumah orang tua Penggugat;
 Bahwa selama pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat telah
hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan sudah dikaruniai 1
(satu) anak bernama Afania Eka Aprilia yang saat ini berumur 1 tahun 7
bulan;
 Bahwa sejak Nopember 2020 antara Penggugat dan Tergugat mulai
terjadi perselisihan;
 Bahwa Saksi pernah melihat Penggugat dan Tergugat dalam keadaan
berselisih;
 Penyebab perselisihan karena Tergugat meminta agar Penggugat pulang
ke rumah Tergugat, sebelumnya Penggugat meminta izin agar diantar oleh
Tergugat beberapa hari berkunjung ke rumah orang tua Penggugat
dengan maksud ikut membantu saudara Penggugat yang sedang ada
acara hajatan dan pada saat itu Tergugat tidak keberatan dan memberi
izin Penggugat berkunjung dan menginap beberapa hari di rumah orang
tua Penggugat, namun sebelum acara hajatan digelar Tergugat melalui
pesan singkat (WhatsApp) meminta Penggugat untuk pulang bersama
keluarga Tergugat dan permintaan itu ditolak oleh Penggugat sebelum
Tergugat menjemput sendiri Penggugat;
 Bahwa Tergugat pernah menjemput Penggugat, namun Penggugat tetap
tidak mau pulang ke rumah Tergugat;
 Bahwa Penggugat tidak mau pulang karena sebelumnya berselisih ketika
Penggugat disuruh pulang padahal hajatan belum selesai;
 Bahwa Tidak ada pekerjaan khusus untuk Penggugat dalam acara
pernikahan saudaranya, hanya kumpul keluarga dan orangtua Penggugat
dan menghadiri hajatan tersebut;
 Bahwa sejak bulan Desember 2020 antara Penggugat dan Tergugat telah
pisah tempat tinggal hingga perkara ini diajukan;
 Saksi dan keluarga sudah berupaya menasihati Penggugat agat bersabar
dan rukun kembali dengan Tergugat, tapi upaya tersebut tidak berhasil
merukunkannya;
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 10 dari 50
 Bahwa Tergugat memiliki bengkel las dengan beberapa orang karyawan;
 Bahwa Penghasilan Tergugat dari bengkel las tersebut sekitar Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) setiap bulan;
 Bahwa Saksi mengetahui penghasilan Tergugat tersebut karena saksi
pernah bertanya kepada Tergugat;
 Bahwa sekarang anak Penggugat dan Tergugat dalam pemeliharaan
Penggugat;
 Bahwa Penggugat merawat anak Penggugat dan Tergugat dengan baik;
 Bahwa Penggugat tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan norma susila, agama dan hukum;
 Bahwa Penggugat bekerja di pabrik sepatu, dan anaknya dititipkan
kepada orangtua Penggugat ketika Penggugat sedang bekerja;
 Bahwa saksi tidak tahu tentang nafkah selama pisah;
 Saksi tidak tahu gaji pegawai Tergugat;
 Bahwa selama berpisah Tergugat tidak pernah memberi nafkah untuk
Penggugat dan hanya memberi dua kotak susu ukuran 750 gram dan dua
dus popok untuk anak Penggugat dan Tergugat setiap bulan.
 Bahwa dua kotak susu ukuran 750 gram dan dua dus popok tersebut
hanya cukup untuk dua minggu.
 Bahwa keterangan yang Saksi sampaikan berdasarkan pengetahuan
sendiri;
 Tidak ada hal lain yang disampaikan saksi di persidangan;
Bahwa atas keterangan para saksi tersebut, Penggugat menyatakan
menerima dan membenarkan, sedangkan Tergugat tidak dapat didengarkan
tanggapannya;
Bahwa selanjutnya Penggugat menyatakan tidak akan mengajukan
apapun lagi dan mohon putusan;
Bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, ditunjuk segala sesuatu
yang tercantum dalam berita acara persidangan perkara ini sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari isi putusan ini;
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah
sebagaimana telah diuraikan di dalam bagian duduk perkara;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 11 dari 50


Menimbang, bahwa Majelis Hakim terlebih dahulu mempertimbangkan
kompetensi absolut, kompetensi relatif, dan kedudukan hukum para pihak
dalam perkara ini;
Menimbang, oleh karena perkara ini menyangkut sengketa di bidang
perkawinan yang dicatatkan di Kantor Urusan Agama antara orang-orang yang
beragama Islam, maka berdasarkan Pasal 49 huruf (a) penjelasan angka 9
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, menjadi
kewenangan absolut Peradilan Agama;
Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya mendalilkan bahwa
Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan perkawinan secara Islam pada
tanggal 11 Juni 2019, di hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan
Agama Pancur Kabupaten Rembang (vide P.2 & P.3), oleh karena itu
berdasarkan asas personalitas keislaman, Penggugat merupakan orang yang
berkepentingan dalam perkara ini (persona standy in Yudicio) sehingga memiliki
legal standing dalam perkara aquo.
Menimbang, oleh karena perkara ini menyangkut sengketa di bidang
perkawinan yang dicatatkan di Kantor Urusan Agama antara orang-orang yang
beragama Islam, maka berdasarkan Pasal 49 huruf (a) penjelasan angka 9
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, menjadi
kewenangan absolut Peradilan Agama;
Menimbang, bahwa berdasarkan gugatan Penggugat, Penggugat
bertempat tinggal di alamat sebagaimana yang tercantum di dalam gugatan
tersebut yang berada di wilayah hukum Pengadilan Agama Rembang (Vide P.1)
dan oleh karena itu berdasarkan Pasal 73 ayat (1) Undang Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan
perubahan pertama Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan ke
dua dengan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009 juncto Pasal 132 Kompilasi
Hukum Islam (KHI), maka pemeriksaan perkara ini menjadi wewenang relatif
Pengadilan Agama Rembang.
Menimbang, bahwa Penggugat telah dipanggil secara elektronik ke alamat
elektronik Kuasa Penggugat, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 16
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2019 Tentang Administrasi Perkara
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 12 dari 50
dan Persidangan Secara Elektronik, pemanggilan tersebut telah dilaksanakan
secara sah. Terhadap panggilan tersebut, Penggugat didampingi kuasa
hukumnya telah datang menghadap ke persidangan.
Menimbang, bahwa pemanggilan Tergugat telah sesuai ketentuan Pasal
121 H.I.R. juncto Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
Terhadap panggilan tersebut, Tergugat tidak hadir di persidangan dan tidak pula
mengutus orang lain untuk hadir sebagai wakil/kuasanya yang sah dan
ketidakhadiran Tergugat tersebut tidak disebabkan oleh suatu halangan yang
sah menurut hukum;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim memandang perlu mempertimbangkan
keabsahan surat kuasa khusus yang diberikan oleh Penggugat kepada
Darmawan Budiharto, S.H. dan Achmad Badrus Shomad, S.H. yang berprofesi
sebagai Advokat. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kuasa hukum
Penggugat mempunyai hak untuk mewakili kepentingan hukum Penggugat di
dalam persidangan;
Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Penggugat telah melampirkan kelengkapan
surat antara lain:
1. Surat Kuasa Khusus tertanggal 12 November 2021 yang terdaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Agama Rembang, Nomor
603/KUASA/XI/2021/PA.Rbg tanggal 26 November 2021.
2. Fotokopi Kartu Tanda Pengenal Advokat atas nama Darmawan Budiharto,
S.H. dan Achmad Badrus Shomad, S.H.
3. Fotokopi Berita Acara Pengambilan Sumpah dari Pengadilan Tinggi Jawa
Tengah atas nama Darmawan Budiharto, S.H. dan Achmad Badrus Shomad,
S.H.
Menimbang, bahwa setiap orang yang beperkara dapat menunjuk kuasa
hukum yang bertindak sebagai kuasa atau wakilnya untuk hadir dan beracara di
muka persidangan mewakili pihak-pihak yang beperkara tersebut dengan
membuat surat kuasa khusus yang sesuai dengan ketentuan hukum yang ada;
Menimbang, bahwa tentang keabsahan surat kuasa maka yang dijadikan
landasan dalam menilai keabsahannya adalah Surat Edaran Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1959 dan Surat Edaran Mahkamah Agung
Republik Indonesia nomor 6 Tahun 1994 yang mengatur tentang unsur-unsur
yang harus ada dalam surat kuasa khusus yaitu menyebut secara jelas dan
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 13 dari 50
spesifik surat kuasa untuk berperan di pengadilan, menyebut kompetensi relatif,
menyebut identitas dan kedudukan para pihak dan menyebut secara ringkas
dan konkret pokok yang diperkarakan. Semua unsur ini bersifat kumulatif. Jika
tidak terpenuhi salah satu syarat akan mengakibatkan surat kuasa tidak sah;
Menimbang, bahwa disamping itu, surat kuasa harus memenuhi ketentuan
Pasal 3 ayat (2) huruf (a) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Bea
Meterai. Hal mana dalam ketentuan tersebut ditegaskan bahwa Bea Meterai
dikenakan atas dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan
mengenai suatu kejadian yang bersifat perdata yang meliputisurat perjanjian,
surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta
rangkapnya;
Menimbang, bahwa tentang keabsahan penerima kuasa yang dalam surat
kuasa tersebut berprofesi sebagai Advokat, maka yang perlu dijadikan landasan
dalam menilai keabsahannya adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat;
Menimbang, bahwa di antara persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa
berprofesi sebagai advokat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang
menegaskan bahwa sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib
bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memperhatikan dan
mempelajari syarat dan ketentuan hukum yang harus dipenuhi dalam peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan keabsahan surat kuasa dan
keabsahan advokat di atas serta dikaitkan dengan surat kuasa khusus yang
diberikan oleh Penggugat, maka Majelis Hakim dapat memberikan penilaian
sebagai berikut:
1. Menimbang, bahwa Surat Kuasa Khusus Penggugat telah memenuhi syarat
dan ketentuan keabsahan surat kuasa khusus sebagaimana ditegaskan
dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1959, Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
1994 dan Surat Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
KMA/032/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman
Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Tahun 2014 halaman 71
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 14 dari 50
angka 3), serta Pasal 7 Ayat (5) dan Ayat (9) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai;
2. Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Penggugat yang bernama Darmawan
Budiharto, S.H. dan Achmad Badrus Shomad, S.H. telah memenuhi
ketentuan Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat. Oleh karenanya Kuasa Hukum Darmawan Budiharto, SH
dinyatakan dapat mewakili Penggugat di persidangan;
3. Menimbang bahwa Majelis Hakim telah berusaha memberikan nasihat
kepada Penggugat pada setiap persidangan secara maksimal agar
Penggugat bersabar dan rukun kembali dengan Tergugat, namun tidak
berhasil, karenanya ketentuan Pasal 130 HIR jo. Pasal 82 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 telah terpenuhi;
Menimbang bahwa menurut Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor 1
Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, mediasi mengharuskan
kehadiran kedua pihak yang berperkara, oleh karena Tergugat tidak pernah
hadir di persidangan, maka mediasi tidak dapat dilaksanakan;
Menimbang bahwa oleh karena Tergugat tidak hadir di persidangan tanpa
alasan yang sah, dan tidak pula mengutus orang lain untuk menghadap ke
persidangan sebagai wakil dan atau kuasanya meskipun telah dipanggil secara
resmi dan patut sebagaimana ketentuan Pasal 125 HIR jo. Pasal 26 Peraturan
Pemerinah Nomor 9 Tahun 1975, maka Tergugat harus dinyatakan tidak hadir
dan gugatan Penggugat dapat diputus dengan verstek (tanpa hadirnya
Tergugat);
Menimbang bahwa ketentuan tersebut diatas relevan dengan Hadits Nabi
dalam Kitab Hadits Mu’inul Hukkam halaman 96:

Artinya: Dari Al Hasan, sesungguhnya Nabi SAW., telah bersabda:


“barangsiapa yang dipanggil oleh Hakim Islam untuk menghadap di
persidangan, sedangkan ia tidak memenuhi panggilan itu, maka ia
termasuk orang yang dhalim dan gugurlah haknya”;
Menimbang, bahwa dalil-dalil gugatan Penggugat merupakan rangkaian
dalil yang isinya bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 15 dari 50


harmonis karena sering berselisih dan bertengkar bahkan sudah pisah tempat
tinggal. Atas dasar itu, Penggugat mohon untuk dijatuhkan talak satu bain sugra
Tergugat terhadap Penggugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan rangkaian dalil gugatan Penggugat
tersebut dan keterangan Penggugat di persidangan, Majelis Hakim
berpendapat bahwa gugatan Penggugat didasarkan pada ketentuan Pasal 19
huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam, yaitu adanya perselisihan dan pertengkaran terus
menerus antara suami isteri dan tidak ada harapan lagi untuk kembali rukun;
Menimbang, bahwa karena Tergugat tidak pernah hadir di ruang sidang
setelah dipanggil dengan resmi dan patut maka Majelis Hakim berpendapat
alasan pokok yang didalilkan Penggugat tersebut dianggap tidak disangkal oleh
Tergugat;
Menimbang, bahwa meskipun Tergugat tidak pernah hadir, namun karena
perkara ini menyangkut bidang perkawinan yang menggunakan hukum acara
khusus sebagaimana maksud Pasal 54 dan Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989, maka Majelis Hakim tetap membebankan kepada
Penggugat untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya;
Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-
dalil gugatannya, Penggugat mengajukan bukti surat berupa P.1 sampai
dengan P.6 yang akan dipertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa bukti P.1, P.2, P.3, P.4 dan P.5 merupakan akta
autentik dengan nilai kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat (volledig
en bindende bewijskracht), sesuai dengan aslinya dan bermeterai cukup, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 165 H.I.R. juncto Pasal 2 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai juncto Pasal 2 Ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea
Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea
Materai, oleh karena itu secara formil bukti tersebut dapat diterima sebagai alat
bukti;
Menimbang, bahwa bukti P.6 merupakan Surat yang diterbitkan oleh
Kepala Desa yang menerangkan Penghasilan Tergugat, menurut Majelis
Hakim, Kepala Desa tidak memiliki kewenangan menerbitkan surat dimaksud.
Sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 165 H.I.R. yang menyebutkan bahwa “
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 16 dari 50
Akta otentik, yaitu suatu surat yang dibuat menurut ketentuan undang-undang
oleh atau di hadapan pejabat umum yang berkuasa untuk membuat surat itu,
memberikan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan
sekalian orang yang mendapat hak daripadanya, tentang segala hal yang
tersebut di dalam surat itu, dan juga tentang yang tercantum dalam surat itu
sebagai pemberitahuan saja; tetapi yang tersebut kemudian itu hanya sekedar
diberitahukan itu langsung berhubung dengan pokok yang disebutkan dalam
akta tersebut“, P.6 bukanlah akta yang sah dan tidak memiliki kekuatan
pembuktian, oleh karenanya harus dikesampingkan.
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1. ternyata identitas Penggugat
yang tertera dalam dokumen kependudukan sesuai dengan permohonan
Penggugat. Dengan demikian Penggugat merupakan persona standi in yudicio,
sehingga memiliki kewenangan dalam perkara ini;
Menimbang, bahwa bukti P.2 berupa Surat Keterangan Menikah dan
bukti P.3 berupa fotokopi Akta Nikah yang telah mendapat legalisir, kedua bukti
tersebut berisi peristiwa penting tentang Pencatatan Pernikahan bagi penduduk
yang beragama Islam, dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yaitu Kantor
Urusan Agama Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, sesuai dengan Pasal
2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana
telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
juncto Pasal 5 KHI (Kompilasi Hukum Islam) juncto pasal 8 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,
sehingga telah terbukti bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah terikat
dalam perkawinan yang sah.
Menimbang, bahwa P.3 merupakan akta nikah yang membuktikan
keabsahan pernikahan Penggugat dan Tergugat, oleh karena itu telah sesuai
dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, menyatakan bahwa
untuk membuktikan suatu pernikahan, harus berdasarkan Akta Nikah.
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.4 harus dinyatakan terbukti
bahwa Afania Eka Aprilia, lahir pada tanggal 01 April 2020 di Rembang adalah
anak Penggugat dan Tergugat.

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 17 dari 50


Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.5 berupa fotokopi salinan
putusan, sehingga harus dinyatakan terbukti bahwa pernah ada putusan
pengadilan tentang cerai talak yang diajukan Tergugat dengan mengizinkan
Tergugat untuk menjatuhkan talak satu raj’i kepada Penggugat serta tentang
hak-hak akibat talak Penggugat, nafkah lampau, hak asuh anak dan nafkah
anak.
Menimbang, bahwa Penggugat juga menghadirkan saksi dari pihak
keluarga atau orang dekat Penggugat sebagaimana ketentuan Pasal 22
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 134 Kompilasi Hukum
Islam. Saksi tersebut telah memberikan keterangan secara terpisah di bawah
sumpah yang pada pokoknya sebagaimana dikemukakan dalam duduk perkara
di atas;
Menimbang, bahwa dalam menilai kekuatan
kesaksian, Majelis Hakim berpedoman pada ketentuan Pasal 170, 171 dan 172
HIR, bahwa suatu kesaksian harus disertai alasan mengenai pengetahuan
saksi. Di samping itu, memperhatikan secara khusus kesesuaian saksi satu
dengan yang lain, persamaan kesaksian-kesaksian itu dengan hal-hal yang
dapat ditemukan mengenai perkara yang bersangkutan dalam pemeriksaan
serta alasan-alasan yang dikemukakan saksi sehingga ia dapat
mengemukakan hal-hal seperti itu;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat gugatan, keterangan Penggugat
serta bukti-bukti yang diajukan Penggugat di persidangan (bukti surat dan 2
orang saksi), Majelis Hakim telah menemukan fakta-fakta hukum yang telah
dikonstatir sebagai berikut:
 Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri sah, menikah pada 11
Juni 2019;
 Bahwa Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 1 (satu) yang bernama
Afania Eka Afania, saat ini Afania Eka Afania tersebut diasuh dan dirawat
Penggugat;
 Bahwa sejak pertengahan bulan Nopember 2020 tidak harmonis lagi
karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran;
 Bahwa penyebab perselisihan dan pertengkaran Penggugat dan Tergugat
adalah Penggugat meminta izin agar diantar oleh Tergugat beberapa hari
berkunjung ke rumah orang tua Penggugat dengan maksud ikut
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 18 dari 50
membantu saudara Penggugat yang sedang ada acara hajatan dan pada
saat itu Tergugat tidak keberatan dan memberi izin Penggugat berkunjung
dan menginap beberapa hari di rumah orang tua Penggugat, namun
sebelum acara hajatan digelar Tergugat melalui pesan singkat (WhatsApp)
meminta Penggugat untuk pulang bersama keluarga Tergugat dan
permintaan itu ditolak oleh Penggugat sebelum Tergugat menjemput
Penggugat sendiri;
 Bahwa Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah sejak Desember 2020
dan sampai saat ini tidak lagi pernah kumpul bersama dan sudah tidak
saling memperdulikan lagi;
 Bahwa upaya untuk mendamaikan Penggugat dan Tergugat sudah
dilakukan pihak keluarga, akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil;
 Bahwa Tergugat berpenghasilan 10.000.000,00 setiap bulan dengan
bekerja sebagai pemilik Bengkel Las;
 Bahwa Penggugat mengasuh Afania Eka Afania dengan baik dan penuh
kasih sayang;
 Bahwa Penggugat tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan norma susila, agama dan hukum;
 Bahwa Afania Eka Afania tumbuh dan berkembang secara normal;
 Bahwa Tergugat sehat jasmani dan rohani serta tidak memiliki
tanggungan;
 Bahwa selama berpisah Tergugat tidak pernah memberi nafkah untuk
Penggugat dan hanya memberi dua kotak susu ukuran 750 gram dan dua
dus popok untuk anak Penggugat dan Tergugat setiap bulan.
 Bahwa dua kotak susu ukuran 750 gram dan dua dus popok tersebut
hanya cukup untuk dua minggu.
Menimbang, bahwa terhadap fakta hukum yang telah diuraikan di atas,
maka Majelis Hakim memandang perlu menganalisis dan mempertimbangkan
berdasarkan penalaran hukum dengan berpijak pada argumentasi yuridis dalam
rangkaian pertimbangan hukum berikut ini:
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan tentang Perkawinan menyebutkan perkawinan
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 19 dari 50
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria sebagai suami dengan seorang
wanita sebagai isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian
pula dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, perkawinan bertujuan
untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan tersebut maka Majelis Hakim
berpendapat bahwa sejatinya tujuan suatu perkawinan dapat terwujud apabila
pasangan suami isteri sama-sama memiliki tekad kuat menjalankan peran
kewajibannya menegakkan rumah tangga atas landasan sikap saling mencintai,
menyayangi, menghormati, dan saling memedulikan satu sama lain. Jika salah
satu pihak abai atau melalaikan kewajibannya terhadap pihak lain, maka
perkawinan akan kehilangan tujuan luhurnya, sehingga unsur ketenangan
(sakinah), cinta kasih (mawaddah), dan sayang (rahmah) yang seharusnya ada
dan menjadi pilar pokok dalam rumah tangga tidak lagi dirasakan oleh
pasangan suami isteri;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang menyatakan antara
Penggugat dan Tergugat sudah pisah tempat tinggal sejak Desember 2020 dan
sudah tidak saling mengunjungi maupun jalan bersama lagi seperti kebiasaan
sebelumnya, tidak ada kemauan dari Penggugat untuk hidup bersama lagi
dengan Tergugat, tidak ada komunikasi yang terjalin dengan baik layaknya
suami isteri karena saling abai, upaya perdamaian dan penasihatan telah
dilakukan pihak keluarga dan Majelis hakim di persidangan, maka hal itu sudah
menunjukkan bahwa di antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing sebagai suami isteri dan
telah pula menunjukkan adanya perselisihan dan pertengkaran yang sulit untuk
didamaikan;
Menimbang, bahwa oleh karena antara Penggugat dan Tergugat telah
terjadi perselisihan dan pertengkaran, maka hal itu sudah menunjukkan bahwa
rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak mencapai tujuan
luhurnya. Sehingga unsur ikatan batin berupa ketenangan (sakinah), cinta kasih
(mawaddah), dan sayang (rahmah) di antara suami isteri telah hilang dan
upaya membangun rumah tangga ideal sebagaimana yang diharapkan sulit
terwujud;
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 20 dari 50
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan hukum perkawinan, suami
isteri diperintahkan agar hidup bersatu pada tempat kediaman bersama, dan
tidak dibenarkan untuk hidup berpisah tempat tinggal kecuali atas alasan yang
sah menurut hukum. Semua itu tidak lain bertujuan agar pasangan suami isteri
bisa menjalankan tugas dan kewajibannya secara maksimal;
Menimbang, bahwa hidup bersama merupakan salah satu tolok ukur
rumah tangga bahagia harmonis sekaligus sebagai salah satu tanda keutuhan
suami isteri. Oleh karena itu, fakta hukum tentang adanya pisah tempat tinggal
di antara Penggugat dengan Tergugat tanpa alasan yang sah menurut hukum,
merupakan bentuk penyimpangan dari konsep dasar dibangunnya lembaga
perkawinan yang jauh dari suasana utuh dalam kebahagiaan;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dan analisis atas fakta
hukum di atas, maka petitum gugatan Penggugat Nomor 1 dan 2 dapat
dipertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa apabila dikaji secara mendalam tujuan syariah
(maqasid syariah), khususnya mengenai hukum munakahat, dapat disimpulkan
bahwa pada hakikatnya hukum asal (dasar) perceraian adalah dilarang dan
dibenci, kecuali berdasarkan alasan yang sangat darurat;
Menimbang, bahwa mengenai formulasi rumusan alasan darurat sebagai
alasan perceraian, dalam syariat tidak ditentukan secara terinci dan limitatif,
akan tetapi dapat ditemukan melalui hasil ijtihad atau pemahaman fikih atau
peraturan perundang-undangan;
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 39 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tentang Perkawinan yaitu
untuk melakukan suatu perceraian harus ada cukup alasan dimana suami isteri
tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri dan pengadilan telah
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Selanjutnya
dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal
116 huruf (f) Kompilasi Hukum lslam menegaskan salah satu alasan perceraian
yaitu adanya perselisihan dan pertengkaran terus menerus antara suami isteri
dan tidak ada harapan lagi untuk kembali rukun;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 21 dari 50


Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal-pasal tersebut, terdapat
beberapa unsur yang harus dipenuhi terjadinya perceraian yaitu:
 Adanya alasan terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang terus
menerus;
 Perselisihan dan pertengkaran menyebabkan suami isteri sudah tidak ada
harapan untuk kembali rukun;
 Pengadilan telah berupaya mendamaikan suami isteri tapi tidak berhasil;
Menimbang, bahwa unsur-unsur tersebut akan dipertimbangkan satu
persatu yang dihubungkan dengan fakta-fakta hukum yang terjadi dalam rumah
tangga Penggugat dengan Tergugat, sehingga oleh Majelis Hakim dipandang
telah memenuhi unsur-unsur terjadinya suatu perceraian;
1. Adanya alasan terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang terus
menerus;
Menimbang, bahwa dengan adanya perselisihan dan pertengkaran yang
terjadi secara terus menerus dalam rumahtangga Penggugat dan Tergugat
yang disebabkan oleh Penggugat meminta izin agar diantar oleh Tergugat
beberapa hari berkunjung ke rumah orang tua Penggugat dengan maksud ikut
membantu saudara Penggugat yang sedang ada acara hajatan dan pada saat
itu Tergugat tidak keberatan dan memberi izin Penggugat berkunjung dan
menginap beberapa hari di rumah orang tua Penggugat, namun sebelum acara
hajatan digelar Tergugat melalui pesan singkat (WhatsApp) meminta Penggugat
untuk pulang bersama keluarga Tergugat dan permintaan itu ditolak oleh
Penggugat sebelum Tergugat menjemput Penggugat sendiri sebagaimana yang
terungkap pada fakta hukum tersebut di atas, maka Majelis Hakim menilai
bahwa telah terdapat disharmoni dalam rumah tangga Penggugat dan
Tergugat;
Menimbang bahwa Majelis Hakim berpendapat disharmoni sebuah
perkawinan dalam hukum Islam disebut juga azzawwaj al-maksuroh atau dalam
hukum lainnya disebut broken marriage, yang dalam permasalahan keluarga,
landasannya bukan semata-mata adanya pertengkaran fisik (phsysical cruelty),
akan tetapi termasuk juga kekejaman mental (mental cruelty) yang
menyebabkan tidak terpenuhinya hak dan kewajiban suami isteri sehingga
meskipun tidak terjadi kekerasan fisik maupun penganiayaan, akan tetapi telah

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 22 dari 50


secara nyata terjadi dan berlangsung kekejaman mental atau penelantaran
terhadap salah satu pihak, maka sudah dianggap terjadi broken marriage;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut maka Majelis
Hakim berpendapat unsur pertama telah terpenuhi dalam perkara ini;
2. Perselisihan dan pertengkaran menyebabkan suami isteri sudah tidak
ada harapan untuk kembali rukun;
Menimbang, bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran yang terjadi
antara Penggugat dengan Tergugat adalah telah terjadi pisah tempat tinggal
dan selama pisah tersebut, Penggugat dan Tergugat sudah tidak saling
mempedulikan antara satu dengan yang lain lain;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim menilai tindakan Tergugat yang sudah
tidak mempedulikan dan menghiraukan Penggugat adalah sesuatu yang tidak
wajar dalam sebuah keluarga yang rukun dan harmonis, karenanya Majelis
Hakim berpendapat rumah tangga keduanya sudah tidak ada harapan untuk
dirukunkan kembali;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut maka Majelis
Hakim berpendapat unsur kedua telah terpenuhi dalam perkara ini;
3. Pengadilan telah berupaya mendamaikan suami isteri tapi tidak
berhasil;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berupaya untuk memberikan
nasihat kepada Penggugat agar rukun kembali dengan Tergugat pada setiap
persidangan sesuai ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975, begitupula keluarga dekat Penggugat telah berupaya mendamaikan dan
menasihati Penggugat dan Tergugat, namun upaya tersebut tidak berhasil;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut maka Majelis
Hakim berpendapat unsur ketiga telah terpenuhi dalam perkara ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dan analisis atas fakta
hukum di atas dapat diketahui bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat
sudah hancur berantakan, jika dipertahankan akan menimbulkan kesusahan
dan kesengsaraan yang terus menerus, hati Penggugat akan selalu diselimuti
kesedihan, rumah bagaikan penjara kehidupan yang tidak jelas batas akhirnya,
tiada bertambahnya hari selain bertambahnya kehancuran hati dan pahitnya
penderitaan, dan kondisi kehidupan yang demikian bisa menimbulkan mudarat
lahir dan batin;
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 23 dari 50
Menimbang, bahwa menutup pintu yang menyebabkan kesengsaraan dan
penderitaan, merupakan alternatif pemecahan masalah guna menghilangkan
kemafsadatan;
Menimbang, bahwa tujuan inti hukum Islam dapat dirumuskan dengan

kalimat (mencapai maslahat dan menolak mafsadat)


mengandung pengertian tujuan disyariatkannya hukum termasuk di dalamnya
hukum perkawinan, adalah untuk kemaslahatan dalam arti untuk kebaikan,
keselamatan dan kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat;
Menimbang, bahwa oleh karena itu dalam rangka mewujudkan tujuan
tersebut, karena mudarat yang ditanggung lebih besar daripada maslahat yang
diperoleh, maka memutuskan ikatan perkawinan akan diperoleh maslahat bagi
kedua belah pihak daripada mempertahankan perkawinan;
Menimbang bahwa relevan dengan perkara ini, dapat diambil sebuah
tuntunan dari Hadits Nabi Muhammad SAW., yang diriwayatkan oleh Imam
Malik menegaskan:

Artinya: “Tidak boleh memudaratkan dan dimudaratkan, barangsiapa yang


memudaratkan maka Allah akan memudaratkannya dan siapa saja
yang menyusahkan maka Allah akan menyusahkannya”;
Menimbang bahwa bertolak dari hadis tersebut dan dihubungkan dengan
kasus ini, maka seorang suami tidak boleh memberi mudarat kepada isterinya
begitu juga sebaliknya, seorang isteri tidak boleh memberi mudarat kepada
suaminya, karena perbuatan yang demikian dilarang oleh syariat;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim menilai tindakan Tergugat seperti
terurai dalam unsur kedua diatas merupakan bentuk kekerasan dalam rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf (d) dan Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga, karenanya harus segera dihentikan;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Majelis Hakim sependapat dan
mengambil alih pendapat pakar hukum Islam Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqhu
as Sunnah, Juz II, halaman 249:

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 24 dari 50


Artinya: “Jika isteri menggugat cerai karena suaminya memudlorotkan terhadap
isteri (misal: memukul, mencaci maki, berkata kasar, melakukan
perbuatan yang munkar, seperti berjudi dan lain-lainnya sehingga
menggoyahkan keutuhan rumah tangga, maka dibolehkan bagi
isterinya tersebut utnuk meminta cerai kepada hakim dan bila
madlorot tersebut telah terbukti, sedangkan perdamaianpun tidak
tercapai, maka hakim menetapkan jatuh talak satu ba’in”.
Menimbang, bahwa berdasarkan keadaan senyatanya sebagaimana
terurai dalam fakta di atas yang juga merupakan fakta hukum di persidangan
yang menyebutkan bahwa sejak Desember 2020 Penggugat dan Tergugat telah
berpisah tempat tinggal, maka patutlah dinilai bahwa rumah tangga Penggugat
dan Tergugat telah pecah, sehingga tujuan perkawinan untuk membentuk
rumah tangga yang bahagia dan kekal sebagaimana dimaksud Pasal 1
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan atau rumah tangga yang
sakinah mawaddah dan rahmah sebagaimana dikehendaki dalam Al-Qur’an
Surat Ar-Rum ayat (21) jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI), tidak dapat
diwujudkan dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat, karenanya
perkawinan yang demikian tidak dapat dipertahankan lagi dan lebih maslahah
diakhiri dengan perceraian agar masing-masing pihak dapat dengan leluasa
menentukan masa depannya sendiri. Hal demikian juga sejalan dengan kaidah
hukum yang terkandung dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 237K/AG/1998 tanggal 17 Maret 1999 yang menyebutkan
“bahwa sepasang suami isteri yang telah cekcok satu sama lain, hidup
berpisah dan tidak dalam satu tempat kediaman bersama lagi, dan salah satu
pihak tidak berniat untuk meneruskan kehidupan bersama dengan pihak
lainnya, dipandang sebagai suatu fakta yang telah mencukupi dan sesuai
dengan alasan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan”.

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 25 dari 50


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di
atas maka Majelis Hakim berkesimpulan dalil-dalil perceraian Penggugat telah
terbukti dan telah memenuhi alasan perceraian sebagaimana yang ditentukan
dalam Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tentang Perkawinan jo.
Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116
huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yakni antara suami isteri terjadi perselisihan
dan pertengkaran yang terus menerus yang sudah tidak ada harapan untuk
hidup rukun lagi sebagai suami isteri;
Menimbang, bahwa oleh karena itu gugatan Penggugat petitum Nomor 1
dapat dikabulkan dengan verstek;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dikabulkan maka
petitum gugatan Nomor 2 yang mohon untuk dijatuhkan talak satu bain sughra
Tergugat terhadap Penggugat dapat dikabulkan;

TENTANG KUMULASI

Menimbang, bahwa Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun


1989 tentang Peradilan Agama sebagimana yang telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006, Jis. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
menyebutkan bahwa “Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah
istri, dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan
gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh
kekuatan hukum tetap”. Oleh karena itu gugatan cerai Penggugat yang
dikumulasi dengan gugatan akibat cerai, hak hadhanah, nafkah hadhanah,
nafkah lampau Penggugat dan nafkah lampau anak Penggugat dan Tergugat,
telah memenuhi ketentuan tersebut, sehingga gugatan Penggugat tersebut
akan dipertimbangkan lebih lanjut.
Menimbang, bahwa oleh karena kumulasi gugatan yang diajukan
Penggugat berupa tuntutan pembayaran, maka menurut Majelis Hakim,
sebelum mempertimbangkan masing-masing gugatan tersebut, Majelis Hakim

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 26 dari 50


terlebih dahulu akan mempertimbangkan penghasilan Tergugat, sehingga
Majelis Hakim dapat menilai berapa kemampuan Tergugat untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan Penggugat.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang menyebutkan bahwa
penghasilan Tergugat berkisar sejumlah 10.000.000,00 setiap bulan sebagai
pemiliki Bengkel Las dengan lima orang karyawan, Tergugat berbadan sehat
dan tidak memiliki riwayat penyakit berat serta tidak memiliki tanggungan selain
anak, oleh karenya Majelis Hakim menilai Tergugat memiliki kemampuan untuk
dihukum membayar sebagaimana tuntutan dalam gugatan Penggugat dengan
jumlah tertentu.
Menimbang, bahwa agar pertimbangan ini sistematis, maka Majelis
Hakim akan menjawab petita Penggugat satu persatu yang akan
dipertimbangkan sebagai berikut:

1. AKIBAT TALAK

Menimbang, bahwa pemenuhan kewajiban suami terhadap hak-


hak istri akibat percerai dapat diajukan dalam perkara cerai gugat atau istri
yang mengajukan gugatan cerai terhadap suami. Hal tersebut sesaui dengan
penegasan Mahkamah Agung dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3
Tahun 2018 Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar
Mahkamah Agung Tahun 2018 Sebagai Pedoman dan Pelaksanaan Tugas Bagi
Pengadilan juga menegaskan bahwa “Mengakomodir Perma Nomor 3 tahun
2017 Tentang Pedoman Mengadili Perempuan Berhadapan Dengan Hukum,
maka istri dalam perkara cerai gugat dapat diberi mut’ah dan nafkah iddah
sepanjang tidak terbukti nusyuz”. Dan berdasarkan hasil pemeriksaan, Majelis
Hakim tidak menemukan fakta yang menunjukkan bahwa Penggugat sebagai
seorang istri yang nusyuz.

a. Tentang Nafkah Iddah

Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap


Tergugat berupa nafkah selama masa iddah sejumlah Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah), terhadap gugatan tersebut, karena ketidakhadirannya, jawaban
Tergugat tidak dapat didengar.

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 27 dari 50


Menimbang, bahwa dalam perkara nafkah iddah, Majelis Hakim perlu
mengemukakan ketentuan Pasal 41 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa: “Pengadilan dapat
mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan
dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas isteri”. Demikian pula
menurut Pasal 149 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa:
“Perkawinan yang putus karena talak, maka bekas suami wajib memberikan
nafkah, maskan dan kiswah selama dalam masa iddah yang layak kepada
bekas isterinya kecuali isterinya nusyuz”.
Menimbang, bahwa dalam Yurisprudensi Mahkamah Nomor 137
K/AG/2007 tanggal 6 Februari 2008 terdapat juga Kaidah hukum yang
mempertegas bahwa dalam perkara Cerai Gugat Majelis Hakim dapat
menghukum suami untuk membayar nafkah iddah kepada Penggugat yang
berbunyi sebagai berikut: “Meskipun gugatan perceraian yang diajukan oleh
isteri akan tetapi tidak terbukti isteri telah berbuat nusyuz, maka secara ex
officio suami dapat dihukum untuk memberikan nafkah iddah kepada bekas
isterinya dengan alasan bekas isteri harus menjalani masa iddah yang
tujuannya antara lain untuk istibra’ yang juga menyangkut kepentingan suami”.
Menimbang, bahwa di dalam persidangan, tidak terungkap penyebab
perselisihan Penggugat dan Tergugat karena kedurhakaan Penggugat kepada
Tergugat, oleh karenanya Majelis Hakim menilai bahwa Penggugat bukanlah
isteri yang nusyuz.
Menimbang, bahwa dalam masalah ini Majelis Hakim memandang perlu
mengetengahkan pendapat pakar hukum Islam dalam kitab al-Muhazzab Juz II
halaman 176 dan mengambil alih sebagai pendapat dalam pertimbangan ini,
yang berbunyi sebagai berikut:

‫إذاطلق إمرأته بعدالدخول طالقا رجعيا وجب لهاالسكنى والنفقة في العدة‬


Artinya: “Apabila suami menceraikan isteri sesudah dukhul dengan talak raj’iy
maka isteri mendapat tempat tinggal dan nafkah selama masa iddah”.
Menimbang, bahwa untuk menilai tingkat kelayakan nafkah,
Majelis Hakim berpedoman pada data terakhir yang dirilis oleh Badan Pusat

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 28 dari 50


Statistik (BPS) Kabupaten Rembang melalui websitenya pada 2017 yang
menyebutkan bahwa rata-rata pengeluaran untuk makanan dan non-makanan
perkapita sebulan penduduk Kabupaten Rembang adalah sejumlah
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas dan
sesuai dengan kemampuan, komponen kebutuhan hidup dan dikaitkan dengan
standar kebutuhan hidup layak bagi Penggugat yang tinggal di Kabupaten
Rembang, Jawa Barat, serta dengan tetap mengacu pada kepatutan serta
ketentuan Pasal 39 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 juncto
Pasal 153 ayat 2 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam, Majelis Hakim menilai
bahwa tuntutan Penggugat dengan menghukum Tergugat untuk membayar
kepada Penggugat berupa nafkah selama masa iddah berupa uang sejumlah
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) adalah tuntutan yang wajar, sehingga patut
dikabulkan.

b. Tentang Mut’ah

Menimbang, bahwa Penggugat juga mengajukan tuntutan pembayaran


mut’ah berupa uang sejumlah Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) kepada
Tergugat dan terhadap tuntutan tersebut, karena ketidakhadirannya, jawaban
Tergugat tidak dapat didengar.
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 41 huruf (c) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa:
“Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas isteri”,
demikian pula menurut Pasal 149 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, bahwa:
“perkawinan yang putus karena talak, maka bekas suami wajib memberikan
mut’ah yang layak kepada bekas isterinya kecuali isterinya qabla dukhul”. Hal
ini sesuai pula dengan Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat
241:

..‫وللمطلقات متاع باملعروف‬

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 29 dari 50


Artinya: “Dan bagi wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh
suaminya) mut'ah menurut yang ma'ruf”.
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Majelis Hakim juga memandang
perlu mengetengahkan dalil syara’ dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 40,
yang berbunyi sebagai berikut:

…‫فمتعوهن وسرحوهن سراحا جميال‬


Artinya: “Senangkanlah olehmu hati mereka dengan pemberian dan
lepaskanlah mereka secara baik”.
Menimbang, bahwa pada dasarnya menurut pendapat Majelis hakim,
mut’ah merupakan sebuah penghargaan atas pengabdian isteri selama hidup
berumah tangga, sehingga sebenarnya, berapapun jumlahnya tidak akan dapat
mengimbangi nilai pengabdian Penggugat, baik sebagai istri yang selalu
melayani suami baik lahir maupun batin.
Menimbang, bahwa namun demikian berdasarkan ketentuan Pasal 160
Kompilasi Hukum Islam, besaran jumlah mut’ah disesuaikan dengan kepatutan
dan kemampuan suami (Tergugat) dan bukan semata-mata berdasarkan
kehendak sepihak istri (Penggugat).
Menimbang, bahwa dengan pertimbangan di atas gugatan
Penggugat tentang mut’ah dengan tetap mengacu kepada kepatutan dan
kemampuan penghasilan yang telah dipertimbangkan di atas dan merujuk
ketentuan Pasal 149 huruf (a) Pasal 158 huruf (b) dan Pasal 160 Kompilasi
Hukum Islam, Majelis Hakim dapat dikabulkan dengan menghukum Tergugat
untuk membayar mut’ah kepada Penggugat berupa uang sejumlah
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

2. HAK ASUH / HAK HADHANAH ANAK

Menimbang, bahwa melalui gugatannya, Penggugat juga meminta agar


Penggugat ditetapkan sebagai pemegang hak hadhanah/asuh 1 (satu) orang
anak Penggugat dan Tergugat yang bernama Afania Eka Aprilia binti Eko
Marwanto, lahir di Rembang 01 April 2020 (umur 1 tahun 7 bulan). Terhadap
gugatan Penggugat tersebut, karena ketidakhadirannya, maka jawaban
Tergugat tidak diketahui. Atas tuntutan tersebut, Majelis Hakim akan memberi
pertimbangan sebagai berikut:

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 30 dari 50


Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 45 Ayat 1 Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 9 Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Jo. Pasal 26 Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menyebutkan
bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh,
memelihara, mendidik, dan melindungi anak serta menumbuhkembangkan
anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 41 huruf (a) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan tentang Perkawinan ditentukan bahwa “baik
ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya,
semata-mata berdasarkan kepentingan anak. Bilamana terjadi perselisihan
mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya”.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim perlu mengemukakan doktrin hukum
sebagaimana termuat dalam Kitab Kifayatul Akhyar Juz II halaman 93, yang
diambil alih oleh Majelis Hakim untuk pertimbangan, yaitu:
ّ
‫ يــا رس ــول هللا ّإن ابــنى هــذا كـان‬:‫ وقـالت‬ ‫ّأن رسـول هللا صلى هللا عليه وسلم أتتـه إمراءة‬
ّ ‫بطـنى لـه وعـاء ولثـديي لــه سـقــاء وحجــرى لــه خـواء وإن أبــاه طلقـنى وأ اد أن ينزعـه‬
. ‫منى‬ ‫ر‬
‫أنت أح ّـق به مـالم تنـكحى‬
ِ :‫فقـال لهـا رسـول هللا ص‬
Artinya: Bahwasannya Rasulullah saw telah didatangi oleh seorang wanita dan
berkata (wanita): “Ya Rasulullah sesungguhnya anak saya ini perut
sayalah yang mengandungnya dan air susu sayalah yang diminumnya
serta pangkuan sayalah tempat penjagaannya, sedang ayahnya telah
menceraikan saya dan ia bermaksud untuk memisahkan anakku dari
padaku”, Maka sabda Rasulullah saw padanya: “Engkau lebih berhak
terhadap anakmu selama engkau belum kawin.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim juga perlu mengemukakan doktrin
hukum sebagaimana termuat dalam Kitab I’anatut Thalibin IV halaman 101-102,
yang diambil alih oleh Majelis Hakim untuk pertimbangan, yaitu:

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 31 dari 50


‫تتزوج بآخـر واملم ّـيز أن‬
ّ ‫واألولى بالحـضـانة وهـي تربيـة من ال يستقل إلى التمـيز أم‬
‫افتـرق أبـواه من النـكاح كان عنـد اخـتيـار منـهمـا‬
Artinya: Yang diutamakan mengurus anak yang belum mumayyiz ialah ibunya
yang janda dan kalau sudah mumayyiz dan ibu bapaknya telah bercerai,
maka dia boleh tinggal dipihak mana yang ia sukai.
Menimbang, bahwa dalam psikologi hukum, kebutuhan pemeliharaan
anak dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertama: legal custady, yakni
kebutuhan pemeliharaan anak seutuhnya menurut hukum yang meliputi
kebutuhan biaya penghidupan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan hukum
pada umumnya yang hal ini menjadi tanggung jawab bersama ayah dan ibunya,
namun demikian pada umumnya kebutuhan ini lebih dominan diperoleh dari
ayahnya. Dan kedua: fisical custady, yakni kebutuhan pemeliharaan anak
secara fisik karena belum mampu merawat dirinya sendiri baik secara jasmani
maupun rohani seperti kebutuhan menyusu pada ibu, mandi, memakai pakaian,
merawat diri sendiri, memelihara kesehatan, pelayanan makan dan minum,
belajar berkomunikasi, teman bermain dan belajar, kebutuhan tumbuh kembang
anak dan lain sebagainya, yang hal ini pada umumnya lebih dominan diperoleh
dari ibunya.
Menimbang, bahwa dalam persidangan tidak terbukti selama dalam
asuhan Penggugat, anak Penggugat dan Tergugat ditemukan adanya hal-hal
yang menjadi penghalang atau terhambatnya kepentingan hak-hak anak
tersebut untuk memenuhi hajat hidupnya.
Menimbang, bahwa tidak terbukti jika Penggugat adalah orang yang
terhalang untuk menjadi pemegang hak asus anak.
Menimbang, bahwa dalam persidangan terlihat bahwa Penggugat adalah
orang yang mampu dan cakap untuk mengasuh dan merawat anak-anaknya,
tidak memiliki cacat fisik maupun mental.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa demi memelihara
kemaslahatan anak dan menjaga mental serta psikologis anak serta demi
kepastian hukum, maka alasan Penggugat untuk ditetapkan sebagai pemegang
hak pemeliharaan dan pengasuhan atas 1 (satu) anak Penggugat dan Tergugat

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 32 dari 50


yang bernama Afania Eka Aprilia binti Eko Marwanto, lahir pada tanggal 01 April
2020, di Rembang, telah cukup, oleh karenya patut dikabulkan.
Menimbang, bahwa dalam pemeliharaan dan pengasuhan tersebut,
Penggugat sebagai pemegang hak asuh (hadhonah), sama sekali tidak boleh
menghalangi atau mempersulit akses Tergugat (ayahnya) untuk menemui,
mengajak jalan-jalan, atau menghubungi melalui telepon dan alat komunikasi
lainnya, memberikan biaya hidup yang dapat menyenangkan anak serta bentuk
kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mencurahkan kasih sayang ayah kepada
anaknya. Dan apabila terjadi kelalaian dalam pelaksanaan hak asuh oleh
Penggugat sehingga dapat membuat anak menjadi menderita lahir atau bathin
yang dapat dipandang menelantarkan anak, terhambat tumbuhkembang mental
dan jasmaninya, mangabaikan kewajibannya sebagai pemegang hak asuh
dapat dikategorikan sebagai kekerasan terhadap anak, yang dapat menjadi
alasan untuk mencabut kembali hak asuh yang diberikan kepadanya, sebagai
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (2) UU. Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak.
Menimbang, bahwa berdasarkan butir keempat Surat Edaran Mahkamah
Agung R.I. Nomor 1 tahun 2017 tanggal 19 Desember 2017 yang menyebutkan
bahwa “amar penetapan hak asuh anak harus mencantumkan kewajiban
pemegang hak asuh anak memberi akses kepada orangtua yang tidak
memegang hak asuh untuk bertemu dengan anaknya”…, maka dalam diktum
amar putusan perkara a quo akan mencantumkan ketentuan tersebut.

3. TENTANG NAFKAH ANAK

Menimbang, bahwa dalam gugatannya, Penggugat juga menuntut agar


Tergugat dihukum untuk membayar nafkah untuk 1 (satu) anak Penggugat dan
Tergugat yang bernama Afania Eka Aprilia, lahir di Rembang 01 April 2020, atas
tuntutan tersebut, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa dalam persidangan terungkap fakta bahwa
Penggugat dan Tergugat memiliki 1 (satu) anak yang bernama Afania Eka
Aprilia, lahir pada tanggal 01 April 2020 di Rembang dan masih memerlukan
biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Anak tersebut berada dalam
pengasuhan Penggugat, terhadap fakta tersebut, Majelis Hakim akan memberi
pertimbangan sebagai berikut:

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 33 dari 50


Menimbang, bahwa dalam pandangan Islam kewajiban pemenuhan
kebutuhan hidup anak dibebankan kepada ayah kandungnya sebagaimana
firman Allah dan hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
 Al Quran Surat At-Talaq 65: 6 berfirman:
َ ‫وه َّن ُأ ُج‬
‫ور ُه َّن‬ َ ‫َفإ ْن َأ ْر‬
ُ ‫ض ْع َن َل ُك ْم َف ُآت‬
ِ
Artinya: “Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu
maka berikanlah kepada mereka upahnya”.
Dalam ayat di atas, Allah mewajibkan seorang ayah untuk memberi upah
kepada istrinya atas pemberian ASI (air susu ibu) kepada anaknya. Karena
menafkahi anak itu kewajiban ayah.
 Al Quran Surat Al-Baqarah ayat 233:
ْ َ ‫َو َع َلى امْل َ ْو ُل َ ُ ْ ُ َّ َ ْ َ ُ َّ مْل‬
ِ ‫ود له ِرزق ُهن و ِكسوت ُهن ِبا ع ُر‬
‫وف‬ ِ
Artinya: “Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka
dengan cara yang patut (ma'ruf)”.
Ayat ini menegaskan siapa yang berkewajiban menjamin terpenuhinya
kebutuhan hidup anak berupa nafkah dan pakaian.
 Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukahri dan Muslim Rasulullah berkata
pada Hindun binti 'Utbah:

‫خذي ما يكفيك وولدك باملعروف‬


Artinya: Ambillah secukupnya untukmu dan anakmu dengan cara yang baik.
Sebab hadits ini diturunkan adalah disaat suami Hindun binti 'Utbah adalah
seorang yang pelit. Ketika hal itu dilaporkan pada Nabi, maka Nabi
membolehkan mengambil harta suaminya secara diam-diam secukupnya
untuk kebutuhan istri dan anak.
 Nabi bersabda dalam hadits riwayat Abu Daud:
ً
‫كفى باملرء إثما أن يضيع من يقوت‬
Artinya: “Hukumnya berdosa orang yang menyia-nyiakan orang-orang yang
wajib dinafkahi”.
Hadits ini ditujukan kepada suami yang akan pergi meninggalkan keluarga
tanpa menjamin ketersediaannya nafkah keluarga khususnya anak.

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 34 dari 50


Menimbang, bahwa Allah SWT mewajibkan kepada suami yang
merupakan ayah dari anaknya sebagai penanggungjawab terhadap nafkah
anak sesuai kemampuannya. Seorang lelaki (ayah anak) dilarang membuat
sengsara mantan istri yang telah melahirkan anaknya, karena harus “banting
tulang” bekerja untuk menafkahi anak-anaknya. Menurut Majelis Hakim
“khithab” terhadap kalimat laa tudaarra waalidatun biwaladihaa dalam al Qur’an
Surah al Baqarah ayat 233, bukan hanya ditujukan kepada setiap laki-laki yang
menjadi ayah dari anak yang dilahirkan oleh istrinya atau bekas istrinya, akan
tetapi juga ditujukan kepada Para Hakim yang sedang mengadili perkara
perceraian kedua orang tua anak tersebut yang harus memberi perlindungan
kepada anak-anak korban perceraian.
Menimbang, bahwa pertimbangan Majelis Hakim di atas juga sejalan
dengan pendapat pakar hukum Islam yang relevan dengan perkara a quo
dalam kitab al-Umm halaman 78 yang menyebutkan bahwa:

‫إن على االب أن يقوم بالتى في صالح صغار ولد من رضاع ونفقة وكسوة وخادمة‬
Artinya: “Diwajibkan atas ayah menjamin kemaslahatan anaknya yang masih
kecil baik dari segi penyusuannya, nafkahnya, pakaiannya serta
perawatannya”.
Menimbang, bahwa selain norma dan doktrin agama di atas, hukum
positif juga mengatur tentang jaminan terpenuhinya hak-hak anak akibat
perceraian. Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 28 ayat 2 menyebutkan
bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Hak dalam ketentuan tersebut menurut Majelis menjadi kewajiban orangtua
khususnya ayah dalam pemenuhannya. Dalam mengimplementasikan
ketentuan di atas, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan Pasal 41 ayat (1 dan 2) menegaskan bahwa akibat putusnya
perkawinan karena perceraian ialah: (a) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban
memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan
kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-
anak, Pengadilan memberi keputusan. Dan (b) Bapak yang bertanggung jawab

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 35 dari 50


atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu,
bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memberi kewajiban tersebut
pengadilan dapat menentukan bahwa ikut memikul biaya tersebut. Demikian
juga Pasal 149 huruf (d) Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi
Hukum Islam, menegaskan bahwa: “Bilamana perkawinan putus karena talak,
maka bekas suami wajib memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya
yang belum mencapai umur 21 tahun.
Menimbang, bahwa secara substansi Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, mewajibkan kepada orangtua
untuk menjamin kebutuhan anak.
Menimbang, bahwa Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak dalam Pasal 26 ayat (1), merinci bentuk kewajiban dan tanggungjawab
orangtua terhadap anaknya sebagai berikut:
- Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak.
- Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya.
- Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak, dan
- Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada
Anak.
Menimbang, bahwa pada hakikatnya anak tidak sekedar untuk dimiliki,
akan tetapi anak juga merupakan amanah dari Allah SWT, sehingga perlu
dibesarkan, dirawat dan diasuh dengan sebaik-baiknya baik dari segi
kebutuhan hidup, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan agamanya.
Pemeliharaan anak sejatinya harus bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi
anak itu sendiri, bukan untuk kepentingan pemeliharanya, hal ini sesuai dengan
maqosid syar’iyah yakni hifdzu al-din (menjaga agama) dan hifdzu al-nafs
(menjaga jiwa) dari anak tersebut.
Menimbang, bahwa sangat mengusik rasa keadilan, membiarkan
seorang ibu sebagai seorang wanita yang notabene dipersepsikan memiliki
kemampuan yang lebih lemah dari laki-laki, untuk menaggung sendiri urusan
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 36 dari 50
rumah tangga yang sama sekali tidak dapat dipandang ringan, ditambah lagi
dengan kewajiban memenuhi biaya pemeliharaan anak berupa makan, minum,
pakaian, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan lain-lain. Pada saat yang
bersamaan, ayah sebagai seorang laki-laki yang memiliki kompetensi dan
kemampuan lebih dari kaum wanita yang sangat potensial memiliki kemampuan
secara finansial dan moril untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya, tidak
dibebani kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya sebagaimana
yang disebut di atas.
Menimbang, bahwa Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2017
tentang Pedoman Mengadili Perempuan Berhadapan Dengan Hukum memiliki
cita-cita untuk menjaga harkat dan martabat kaum wanita dalam menegakkan
keadilan pada proses peradilan. Keadilan dimaksud adalah Keadilan gender
sebagaimana yang disebut pada Pasal 1 ayat (6) adalah suatu proses untuk
menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan. Sedang proses adalah langkah-
langkah atau prosedur atau hukum acara untuk menegakkan norma-norma
hukum dan keadilan di pengadilan. Adalah bertentangan dengan nilai-nilai
keadilan, jika membiarkan seorang ibu merawat dan mengasuh serta sekaligus
menanggung seluruh beban kebutuhan hidup anak-anaknya, sementara sang
ayah yang memiliki potensi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
anaknya tersebut, tidak diberikan beban seimbang atau bahkan lebih dari
beban yang ditanggung ibu untuk menanggung kebutuhan hidup anak-anaknya.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dengan
memperhatikan kemampuan Tergugat yang memiliki bengkel las dengan
penghasilan sejumlah 10.000.000,00 setiap bulannya sebagaimana telah
dipertimbangan di atas. Pemohon memiliki fisik yang sehat dan sempurna, juga
tidak memiliki tanggungan serta memiliki potensi untuk mendapat penghasilan
tambahan. Oleh karena itu, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa dengan tetap
mengacu pada prinsif keadilan, kepatutan, kemanfaatan hukum dan kepastian
hukum secara ex officio patut menghukum Pemohon untuk membayar nafkah 1
(satu) orang anak Penggugat dan Tergugat kepada Penggugat yang masih
memerlukan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup selama berada dalam
asuhan dan perawatan Penggugat.
Menimbang, bahwa dalam menentukan besaran jumlah beban yang
dihukumkan kepada Pemohon, Majelis Hakim tidak semata-mata berdasarkan
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 37 dari 50
pada kebutuhan anak saja, namun juga berdasarkan ketentuan Pasal 156 huruf
(d) (Kompilasi Hukum Islam), yakni berdasarkan kemampuan Pemohon dan
potensi Pemohon sebagai laki-laki serta juga mengacu pada standar kebutuhan
hidup layak bagi anak Penggugat dan Tergugat yang saat ini masih berusia
satu tahun.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dan sesuai
penghasilan yang telah dipertimbangkan di atas demikian juga dengan potensi
yang dimiliki Tergugat sebagai seorang laki-laki yang memungkinkan dirinya
untuk dapat mencari penghasilan tambahan lainnya disamping penghasilan
yang selama ini ia dapat, maka Majelis Hakim menilai gugatan Penggugat
menghukup Tergugat untuk membayar nafkah 1 (satu) orang anak Penggugat
dan Tergugat yang bernama Afania Eka Aprilia, lahir pada tanggal 01 April 2020
melalui Penggugat minimal sejumlah Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap
bulan di luar biaya pendidikan dan kesehatan, terhitung sejak putusan ini
berkekuatan hukum tetap sampai anak tersebut dewasa dan mandiri (berumur
21 tahun atau sudah menikah) dengan penambahan 10 (sepuluh) persen pada
tahun-tahun berikutnya, patut dikabulkan.
Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor
4 Tahun 2016 Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah
Agung Tahun 2016 Sebagai Pedoman pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan

menyatakan bahwa “Pengadilan Agama secara ex officio dapat menetapkan


nafkah anak kepada ayahnya apabila secara nyata anak tersebut berada dalam
asuhan ibunya, sebagaimana hal tersebut diatur dalam Pasal 156 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam”. Oleh karenanya, kesimpulan Majelis Hakim dengan
menghukum Pemohon untuk membayar nafkah anak Penggugat dan Tergugat
melalui Penggugat telah sesuai dengan ketentuan ini.
Menimbang, bahwa dengan bertambahnya usia Afania Eka Aprilia, maka
akan bertambah pula kebutuhan makan dan minum, pendididikan, kesehatan,
rekreasinya dan lain-lain dalam setiap tahunnya. Disamping itu, sudah
merupakan fakta umum (notoir feiten) yang tidak perlu dibuktikan lagi bahwa
tingkat Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK), dari tahun ke tahun selalu
mengalami trend peningkatan, sebagai contoh, sebagaimana data yang dirilis
oleh bank Indonesia melalui laman web resminya dengan alamat

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 38 dari 50


https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx, menyebutkan bahwa
tingkat inflasi Oktober 2020 tercatat pada level 1,44 % (satu koma empat puluh
empat persen), hal ini menunjukkan bahwa harga rata-rata dari barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh rumah tangga, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan
lainnya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Oleh karena itu
berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Hakim menilai bahwa patut
menambah hukuman Pemohon untuk membayar kepada Penggugat nafkah
Afania Eka Aprilia, menjadi 10 % (sepuluh) persen dari Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah) dalam setiap tahun pada tahun-tahun berikutnya, terhitung putusan
ini berkekuatan hukum tetap, sehingga sejak satu tahun setelah putusan ini
berkekuatan hukum tetap, Tergugat berkewajiban membayar nafkah untuk
Afania Eka Aprilia melalui Penggugat minimal sejumlah 1 (satu) ditambah
kenaikan sepuluh persen sejumlah Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah),
sehingga menjadi Rp1.100.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah) setiap bulan,
dan demikian seterusnya terjadi peningkatan pada tahun-tahun berikutnya
sampai Afania Eka Aprilia dewasa atau mandiri.
Menimbang, bahwa ketentuan di atas juga sesuai dengan Hasil
Rumusan Hukum Rapat Pleno Kamar Agama Mahkamah Agung Republik
Indonesia tahun 2014 yang menyebutkan bahwa “Pembebanan nafkah anak
hendaknya diikuti dengan penambahan 10 % sampai dengan 20 % pertahun
dari jumlah yang ditentukan, di luar biaya pendidikan dan kesehatan”.
Menimbang, bahwa pembebanan kepada Tergugat ini berlaku jika Afania
Eka Aprilia berada dalam pengasuhan dan perawatan Penggugat. Namun jika
Afania Eka Aprilia berada dalam pengasuhan dan perawatan Tergugat, maka
ketentuan tersebut tidak berlaku.
Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim nafkah lampau anak
yang tidak dibayar tidak mutlak bersifat lil intifa’ (untuk memperoleh atau
mengambil manfaat) sebagaimana kaidah yang terdapat dalam Putusan
Mahkamah Agung Nomor 608 K/AG/2003 tanggal 23 Maret 2005. Akan tetapi
dalam kondisi dan kasus tertentu, nafkah lampau anak yang tidak dibayar bisa
saja bersifat li tamlik (untuk penguasaan atau pemilikan). Dalam kasus dan
kondisi ayah yang tidak mampu memenuhi nafkah anak disebabkan oleh
kesehatan, cacat fisik dan mental serta sebab yang dapat diterima akal sehat
lainnya, maka sifat li intifa’ pada nafkah anak yang tidak dibayar dapat
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 39 dari 50
diterapkan. Namun lain halnya, jika ayah memiliki kemampuan, tidak ada sebab
apapun yang dapat diterima oleh akal sehat, namun ia lalai memenuhi
kewajibannya untuk memberi nafkah anak, maka menurut Majelis Hakim sifat li
tamlik dalam kewajiban memberi nafkah anak harus diterapkan. Sehingga bagi
ayah yang lalai menunaikan kewajibannya memberi nafkah untuk anaknya akan
menjadi hutang kepada orang yang salama ini mengasuh, merawat dan
mengeluarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya yang harus
dibayar.
Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung
Nomor 2 Tahun 2019, tanggal 27 November 2019 Tentang Pemberlakuan
Rumusan Hasil rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2019 Sebagai
Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan menyatakan bahwa “Nafkah
lampau (nafkah madliyah) anak yang dilalaikan oleh ayahnya dapat diajukan
gugatan oleh ibunya atau orang yang secara nyata mengasuh anak tersebut”.
Menurut Majelis Hakim, ketentuan tersebut juga mempertegas ketentuan
bahwa nafkah anak yang dilalaikan ayah berdasarkan putusan pengadilan juga
akan menjadi hutang bagi ayah anak tersebut yang harus ditunaikan kepada
ibunya atau orang yang secara nyata mengasuh anak tersebut.
Menimbang, bahwa argumentasi lain yang menjadikan kewajiban
seorang ayah untuk memberikan nafkah kepada anak hasil perkawinannya
sebagai hutang jika tidak ditunaikan oleh sang ayah adalah setelah adanya
putusan pengadilan terhadap penghukuman kepada ayah untuk memberikan
nafkah kepada anak atau anak-anaknya melalui ibu atau orang lain yang
mengasuhnya, hal tersebut sejalan dengan oleh Wahbah Zukhaily dalam
bukunya Al-Fiqhu l-Islãm wa-Adillatuhu, Jilid VII, Hlm. 829 yang berbunyi
‫ ال تصير نفقة الولد رينا الولد اال بفرض قاضي او اذنه في اقتراض بسبب غيبة‬:‫وقال الشافعية‬
‫او امتناع عن االنفاق‬
Artinya:” Pendapat kalangan Syafi‟iyah: kewajiban nafkah terhadap anak itu
yang dilalaikan orang tuanya (ayah atau bapak) tidak menjadi hutang bagi
orang tuanya anak tersebut, kecuali dengan adanya perintah atau izin
(putusan) hakim yang memerintahkan kepada orang tuanya tersebut untuk
menanggung nafkah anaknya tersebut, dengan sebab orang tua anak tersebut
telah melalaikannya atau tidak bersedia memberikan nafkah wajib tersebut.”

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 40 dari 50


Dengan demikian, hukuman untuk membayar nafkah kepada anak Penggugat
dan Tergugat melalui Penggugat yang dijatuhkan Majelis Hakim kepada
Penggugat merupakan pengecualian yang dapat dijadikan dasar untuk
menetapkan bahwa nafkah yang tidak ditunaikan Tergugat akan menjadi hutang
bagi Tergugat.
Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata
menyatakan: ”Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur,
baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-
perikatan debitur itu”. Kata “Jaminan”, dalam ketentuan di atas, jika merujuk
pada Kamus Bahasa Indonesia bermakna: tanggungan atas pinjaman yang
diterima; agunan; atau: eks janji seseorang untuk menanggung utang atau
kewajiban pihak lain, apabila utang atau kewajiban tersebut tidak terpenuhi.
Ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata tersebut diatur dalam Bab XIX tentang
Piutang dengan hak mendahulukan, artinya, Pasal tersebut mengatur tentang
piutang dengan hak didahulukan pada umumnya yang menjadi kewajiban orang
yang berhutang (debitur) guna memenuhi hak pemilik piutang (kreditur) yang
didahului dengan dibuatnya suatu akad atau perjanjian hutang piutang antara
debitur dan kreditur bermakna: tanggungan atas pinjaman yang diterima;
agunan; atau: eks janji seseorang untuk menanggung utang atau kewajiban
pihak lain, apabila utang atau kewajiban tersebut tidak terpenuhi.
Menimbang, bahwa dalam litererasi Islam, akad nikah (perkawinan)
disebut juga sebagai suatu perjanjian, bahkan disebut sebagai suatu perjanjian
yang sangat kuat (mitsaqanghalizha), sehingga segala hak dan kewajiban yang
melekat pada akad perkawinan juga melekat terhadap akibat dari akad
perkawinan tersebut. Oleh karenanya anak yang merupakan akibat dari
perkawinan tersebut, melekat padanya hak dan kewajiban dari yang
menyebabkan anak tersebut terlahir yakni orantuanya. Dengan demikian,
nafkah anak yang merupakan hak baginya dan sekaligus kewajiban bagi
orangtuanya dalam hal ini ayah jika dikaitkan dengan Ketentuan Pasal 1131
KUH Perdata di atas, bisa menjadi hutang bagi ayahnya yang jika tidak
ditunaikan dan untuk menjamin pemenuhan hutang tersebut, semua harta milik
Tergugat baik yang ada atau yang akan ada dapat dijadikan jaminan atas
kelalaian pembayaran nafkah anak-anak tersebut kepada Penggugat.

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 41 dari 50


Menimbang, bahwa anak merupakan orang yang berada dalam lingkup
rumah tangga yang perlu dirawat dan dipelihara oleh orang yang menjadi
penanggung baginya yang dalam konteks ini, jika dikaitkan dengan ketentuan
Pasal 41 huruf (b) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana
telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Pasal 156 huruf (d), adalah bapak. Bapak sebagai penanggungjawab anak
dilarang menelantarkan anaknya, sebagaimana ketentuan Pasal 76 B Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang
menyebutkan “Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melibatkan,
menyuruh melibatkan Anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran”.
Tidak memberi nafkah kepada anak, sementara bapak memiliki kemampuan
untuk itu, maka hal itu termasuk dalam katagori penelantaran dan bagi
pelanggarnya ada sanksi pidana, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 77 B
undang-undang yang sama disebutkan bahwa “Setiap Orang yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 B, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”.

4. TENTANG NAFKAH TERHUTANG TERGUGAT KEPADA


PENGGUGAT

Menimbang, bahwa dalam gugatannya, Penggugat menyatakan bahwa


selama sebelas bulan berpisah, Tergugat tidak pernah memberi nafkah untuk
Penggugat, sehingga Penggugat menuntut agar Tergugat dihukum untuk
membayar nafkah terhutang sejumlah Rp1.000.000,00 dikali sebelas bulan
sehingga menjadi Rp 11.000.000,00. Atas tuntutan tersebut, karena ketidak
hadirannya, sikap Tergugat tidak dapat diketahui.
Menimbang, bahwa fakta persidangan menyebutkan bahwa sejak
berpisah selama sebelas bulan, Tergugat tidak pernah memberi nafkah
untuk Penggugat, seingga Penggugat harus bekerja sebagai buruh pabrik
sepatu untuk memenuhi kebutuhan hidup, atas fakta tersebut Majelis hakim
memberi pertimbangan sebagai berikut:

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 42 dari 50


Menimbang, bahwa ikatan perkawinan melahirkan hak dan kewajiban.
Salah satu hak dan kewajiban yang lahir dari ikatan perkawinan adalah nafkah.
Suami sebagai kepala rumahtangga memiliki kewajiban menanggung semua
nafkah atas istri dan anggota keluarga lainnya secara layak yang mencakup
makan, minum, pendidikan, kesehatan, sandang, papan dan rekreasi.
Ketentuan tersebut sesuai dengan dengan firman Allah SWT dalam QS.Al-
Baqarah 228 sebagai berikut:
ْ َ ‫َ َ َّ مْل‬ َّ ْ َّ َ َ
ِ ‫ول ُهن ِمث ُل ال ِذي عل ْي ِهن ِبا ع ُر‬
 ۚ‫وف‬
‘’Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
dengan cara yang ma’ruf.’’ (QS.Al-Baqarah 228).
Menimbang, bahwa dalam menafsirkan QS. al-Baqarah 228 tersebut,
Ibnu Katsir menyatakan bahwa,’’maksudnya, para istri mempunyai hak diberi
nafkah oleh suaminya yang seimbang dengan hak suami yang diberikan oleh
istrinya, maka hendaklah masing-masing menunaikan kewajibannya dengan
cara yang makruf, dan hal itu mencakup kewajiban suami memberi nafkah
istrinya, sebagaimana hak-hak lainnya .’’  (Tafsir al-Qur’anil Adhim 1/272).
Menimbang, bahwa tentang kewajiban suami memenuhi nafkah kepada
istri dapat dilihat juga dari sabda Rasulullah yang berbunyi:

ْ َ ‫َ َ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ َّ َ ْ َ ُ َّ مْل‬
ِ ‫ول ُهن عليك ْم ِرزق ُهن و ِكسوت ُهن ِبا ع ُر‬
 ‫وف‬
‘’Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang
diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).’’ (HR. Muslim 2137).
Menimbang, bahwa Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa Suami wajib melindungi
isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga
sesuai dengan kemampuannya.
Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 80 ayat (4) dan (5)
Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa “suami berkewajiban
memberikan nafkah kepada istrinya sesuai kemampuannya dan kewajiban
tersebut tetap berlaku sampai terjadinya perceraian terkecuali bila istri
dalam keadaan nusyuz. Jika kewajiban tidak dilaksanakan akan menjadi

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 43 dari 50


utang bagi suami dan dapat dituntut oleh istri”. Dan jika suami lalai dalam
menunaikan nafkah kepada istri, maka sebagai mana ketentuan Pasal 77
ayat (5) aturan yang sama, istri dapat mengajukan gugatan kepada
Pengadilan Agama.
Menimbang, bahwa dalam perkara a quo sebagaimana telah
dipertimbangkan di atas dan fakta-fakta di persidangan, Majelis Hakim
menilai, bahwa tidak ada fakta atau bahkan indikasi jika Penggugat sebagai
seorang istri yang nusyuz. Oleh karena itu, berdasarkan Pasal 80 ayat (7)
Kompilasi Hukum Islam, tidak ada halangan bagi Penggugat untuk
mendapatkan nafkah madhiyah;
Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim, kewajiban nafkah suami
kepada istrinya yang belum ditunaikan atau belum dibayarkan akan menjadi
hutang suami atau mantan suami sampai dibayarkan kepada istri atau
mantan istri, hal ini senada dengan pendapat Sayyid Abu Bakar Muhammad
Syatha ad Dimyathi, dalam kitabnya I’anatut Thalibin Juz IV halaman 85 dan
mengambil alih sebagai pendapat Majelis Hakim, yang menyebutkan
bahwa:
‫فالنفقة أو الكسوة لجميع ما مضى من تلك املدة دين لها عليه ألنها استحق ذلك فى ذمته‬
Artinya: “Nafkah dan pakaian yang telah lewat dari batas waktunya menjadi
hutang suami kepada isterinya yang harus ditanggung/dilunasi”;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang menyatakan bahwa
sejak berpisah selama sebelas bulan, Tergugattidak pernah memberi nafkah
kepada Penggugat, maka menurut Majelis Hakim, Tergugatmemiliki hutang
nafkah yang belum terbayar kepada Penggugat;
Menimbang, bahwa dalam perspektif hukum perkawinan di
Indonesia, Majelis Hakim menilai bahwa kewajiban suami untuk menunaikan
nafkah kepada istri, tidak akan gugur dengan alasan kedua pasangan telah
berpisah tempat tinggal. Hutang nafkah suami atas istri hanya gugur karena
alasan istri telah nusyuz. Oleh karena itu, kealfaan Tergugat membayar
nafkah kepada Penggugat adalah sebuah kelalaian yang harus
dipertanggungjawabkan;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 44 dari 50


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,
Majelis Hakim berpendapat tuntutan Penggugat telah beralasan, oleh karena itu
patut dikabulkan.
5. TENTANG NAFKAH TERHUTANG TERGUGAT KEPADA SATU
ORANG ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT.
Menimbang, bahwa Penggugat mendalilkan bahwa selama sebelas
bulan, Tergugat tidak pernah member nafkah untuk anak Penggugat dan
Tergugat yang bernama Afania Eka Aprilia, oleh karena itu Penggugat menuntut
agar Tergugat dihukum untuk membayar nafkah terhutang tergugata atas anak
Penggugat dan Tergugat sejumlah Rp11.000.000,00 kepada Penggugat. Atas
tuntutan tersebut, karena ketidakhadirannya, maka jawaban Tergugat tidak
dapat didengar.
Menimbang, bahwa dalam persidangan, ditemukan fakta bahwa selama
berpisah, anak Penggugat dan Tergugat yang bernama Afania Eka Aprilia
dalam pengasuhan dan pemeliharaan Tergugat dan setiap bulan Tergugat
memberi dua kotak susu ukuran 750 gram dan dua dus popok untuk anak
Penggugat dan Tergugat, namun pemberian tersebut hanya cukup untuk dua
minggu. Atas fakta tersebut, Majelis akan mempertimbangkan pada bagian
selanjutnya dan mutatis mutandis dalil yang telah dimuat dalam pertimbangan
nafkah anak dan nafkah terhutang Tergugat atas Penggugat di atas, tidak perlu
dimuat lagi pada bagian ini.
Menimbang, bahwa Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2019, tanggal 27 November 2019 Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil rapat
Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2019 Sebagai Pedoman Pelaksanaan
Tugas Bagi Pengadilan menyatakan bahwa “Nafkah lampau (nafkah madliyah)
anak yang dilalaikan oleh ayahnya dapat diajukan gugatan oleh ibunya atau
orang yang secara nyata mengasuh anak tersebut”.
Menimbang, bahwa pada bagian sebelumnya, Majelis Hakim telah
menetapkan nafkah yang layak untuk anak Penggugat dan Tergugat minimal
sejumlah Rp1.000.000,00 setiap bulan. Dan berdasarkan fakta persidangan,
setiap bulan dalam kurun sebelas bulan, Tergugat tetap memberi dua kotak
susu dan dua dus, meski hanya cukup untuk dua minggu. Menurut Majelis
Hakim, dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat tidak pernah memberi

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 45 dari 50


nafkah kepada anak Penggugat dan Tergugat selama sebelas bulan adalah
tidak tepat, dengan demikian tuntutannya dengan nilai sejumlah
Rp1.000.000,00 pun juga menjadi tidak berdasar, sebab Tergugat hanya
berhutang nafkah anak Penggugat dan Tergugat kepada Penggugat selama
dua minggu dari setiap bulan dalam kurun waktu sebelas bulan.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis
Hakim menilai, patut menghukum Tergugat untuk membayar nafkah terhutang
anak Penggugat dan Tergugat kepada Penggugat sejumlah Rp5.500.000,00
(lima juta lima ratus ribu rupiah).
Menimbang, bahwa mengenai permintaan Penggugat agar
memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Rembang untuk menahan akta
cerai Tergugat sampai Tergugat memenuhi isi putusan tentang mutáh, nafkah
selama masa iddah dan nafkah terhutang Penggugat dan anak Penggugat dan
Tergugat, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa penyelesaian perkara akibat perceraian sangat
berbeda dengan penyelesaian eksekusi pada perkara umumnya yang secara
kongkrit diatur dan relatif bisa dilakukan baik secara sukarela maupun secara
paksa setelah putusan perkara tersebut berkekuatan hukum tetap atau inkracht
van gewijsde. Maka agar putusan ini tidak menjadi sebuah putusan yang semu
dan ilusi atau non executable, Mejelis Hakim memandang perlu secara khusus
untuk mempertimbangkan teknis penyelesaian perkara akibat talak sebagai
berikut:
Menimbang, bahwa jika dipahami secara filosofi lahirnya Undang-
undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah
menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama salah satu tujuannya adalah
untuk menjamin hak-hak wanita dan sekaligus menuntut ditunaikannya
kewajiban laki-laki dalam konteks lembaga perkawinan dan lebih spesifik lagi
adalah dalam penunaian beban laki-laki atau dalam hal ini kewajiban suami
terhadap pembayaran akibat talak.
Menimbang, bahwa Mahkamah Agung melalui Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2017 Tentang Pedoman Mengadili Perkara
Perempuan Berhadapan Dengan Hukum memiliki kehendak untuk menjamin
Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 46 dari 50
hak-hak perempuan yang sedang berperkara di pengadilan. Hak-hak ini
dimaksud juga adalah hak dengan mudah untuk mendapatkan hak-hak istri
terhadap beban suami dalam hal pembayaran akibat talak. Norma ini juga
disepakati dalam Rapat Pleno Kamar Agama Mahkamah Agung yang kemudian
dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2019, yang menegaskan
bahwa “Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3
tahun 2017 Tentang Pedoman Mengadili Perempuan Berhadapan Dengan
Hukum, untuk memberikan perlindungan bagi hak-hak perempuan pasca
perceraian, maka amar pembayaran kewajiban suami terhadap istri pasca
perceraian dalam perkara Cerai Gugat dapat menambahkan kalimat sebagai
berikut “yang dibayar sebelum Tergugat mengambil akta cerai”, dengan
ketentuan amar tersebut dinarasikan dalam posita dan petitum gugatan.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dan untuk
menjamin terlaksananya hak-hak Penggugat sebagaimana yang akan
ditentukan dalam dictum amar putusan ini dengan baik, maka tuntutan
Penggugat agar Majelis Hakim memerintahkan Panitera Pengadilan Agama
Rembang untuk menahan akta cerai Tergugat sampai Tergugat memenuhi isi
putusan tentang mutáh, nafkah selama masa iddah dan nafkah terhutang
Penggugat dan anak Penggugat dan Tergugat kepada Penggugat, patut
dikabulkan.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas
gugatan Penggugat telah diterima dan dikabulkan untuk sebagian, maka
Majelis Hakim menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya;
Menimbang, bahwa tentang petitum Penggugat mengenai biaya
perkara, Majelis Hakim berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 89 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 serta Pasal 91A Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 sebagai
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama jo. Agama jo. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun
2019 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di
Bawahnya, maka semua biaya yang timbul akibat perkara ini dibebankan
kepada Penggugat;

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 47 dari 50


Mengingat segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta hukum syara' yang berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI
1. Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara
resmi dan patut untuk menghadap sidang tidak hadir;
2. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian dengan verstek;
3.
Menjatuhkan talak satu ba'in shughro Tergugat (TERGUGAT) terhadap
Penggugat (PENGGUGAT);
4. Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat sebelum
Tergugat mengambil Akta Cerai, berupa:
a. Mut'ah berbentuk uang sejumlah Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
b. Nafkah selama masa iddah sejumlah Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
c. Nafkah lampau/madliyah Penggugat selama 11 (sebelas) bulan sejumlah
Rp11.000.000,00 (sebelas juta rupiah);
d. Nafkah lampau/madliyah anak Pengugat dan Tergugat sejumlah
Rp5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah);
5. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Rembang untuk menahan
Akta Cerai Tergugat sampai dengan Tergugat memenuhi isi dictum angka 4
(empat) amar putusan ini;
6. Menetapkan Penggugat sebagai pemegang hak asuh/hadhanah atas anak
Penguggat dan Tergugat yang bernama Afania Eka Aprilia, lahir pada
tanggal 01 April 2020, di Rembang, dengan tetap memberikan hak akses
kepada Tergugat untuk mengunjungi anak tersebut;
7. Menghukum Tergugat untuk memberi nafkah pemeliharaan (hadlonah)
anak sebagaimana tersebut pada dictum angka 6 (enam) amar putusan ini,
berupa uang sejumlah Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap bulan di luar
biaya pendidkan dan kesehatan yang diberikan melalui Penggugat terhitung
sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap sampai anak tersebut

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 48 dari 50


dewasa/mandiri dengan kenaikan sebesar 10 (sepuluh) persen setiap tahun
pada tahun-tahun berikutnya;
8. Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya;
9. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara
sejumlah Rp635.000,00 (enam ratus tiga puluh lima ribu rupiah);
Demikian Putusan ini dijatuhkan di Pengadilan Agama Rembang dalam
Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim pada hari Selasa, tanggal 11 Januari
2022 Miladiyah, bertepatan dengan tanggal 08 Jumadilakhir 1443 Hijriyah, oleh
kami Ikin, S.Ag. sebagai Ketua Majelis, Muzakir, S.H.I. dan Gunawan, S.H.I.
masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan pada hari
itu juga dalam sidang terbuka untuk umum, oleh Ikin, S.Ag. sebagai Ketua
Majelis, didampingi Hakim-Hakim Anggota, dibantu oleh Musrini Mindarwati,
S.H., M.H. sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri Kuasa Penggugat tanpa
hadirnya Tergugat.
Ketua Majelis

td.
Ikin, S.Ag.
Hakim Anggota Hakim Anggota

Ttd. Ttd.
Muzakir, S.H.I. Gunawan, S.H.I.
Panitera Pengganti

Ttd.
Musrini Mindarwati, SH.MH

Rincian Biaya Perkara:


A. PNBP
1. Pendaftar Rp 30.000,00
an
2. Pemanggil Rp 20.00000
an
3. Pemberita Rp 10.000,00
huan Isi
Putusan
4. Redaksi Rp 10.000,00
B. Administrasi / Rp 75.000,00

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 49 dari 50


ATK
C. Pemanggilan Rp 400.000,00
D. Pemberitahua Rp 80.000,00
n Isi Putusan
E. Meterai Rp 10.000,00
Jumlah Rp 635.000,00
(enam ratus tiga puluh lima ribu rupiah)

Putusan nomor 1099/Pdt.G/2021/PA.Rbg Halaman 50 dari 50

Anda mungkin juga menyukai