Anda di halaman 1dari 11

ULUMUL QUR.

AN PEMBAHSAN PEMELIHARAAN AL-QUR’AN

Pendahuluan

Alqur’an adalah kitab Allah yang menjadi pedoman bagi manusia pada umumnya. Siapa yang aktif dan
kreatif akan mendapatkan petunjuk alqur’an melalui pengkajian dan pemahaman secara mendalam
terhadap kitab Allah tersebut. Mulai awalnya turun tak satupun kalimat-kalimatnya ayat-ayatnya dan
surat-suratnya mengalami perubahan, baik dalam bentuk perubahan maupun pengurangan.
Keotentikan alqur’an akan tetap terpelihara sampai akhir masa, karena sudah mendapat jaminan dari
yang maha pelihara, Allah SWT.

Upaya pemeliharaan Alqur’an oleh Allah dan umat islam telah berjalan sepanjang sejarah kaum
muslimin sejak zaman nabi Muhammad SAW, dan terus berlanjut hingga kini dan dimasa-masa
mendatang. Sejarah telah membuktikan kebenaran pemeliharaan kesucian alqur’an dari kemumngkinan
ternodanya wahyu Allah SWT, oleh siapa, kapan, dan dimanapun
Pemeliharaan Alqur’an

Pemeliharaan Alqur’an Pada Masa Nabi

Pemeliharaan Alqur’an pada masa Nabi dikenal dengan istilah pengumpulan Alquran (Jam’u Alqur’an)
yang mempunyai dua arti, yaitu:

Pertama: pengumpulan dalam artinya hifzuhu (meghafal dalam dada). Jamma’u alquran artinya
huffazuhu (orang yang menghafalnya dalam hati).

Kedua : pengumpulan dalam arti kitabatuhu kullihi (penulisan quran semuanya) baik dengan
memisahkan ayat-ayat dan surah-surahnya.

Pada masa Nabi, Alqur’an belum dibukukan teksnya karena dua hal, yaitu: belum adanya kehawatiran
terjadi perbedaan diantara sahabat, karena Nabi masih ada sebagai satu-satunya narasumber,
dikhawatirkan adanya teks yang bakal dinaskah oleh teks yang datang kemudian.

Gerakan Menghafal dan Menulis Alqur’an pada Masa Nabi

Penghimpunan Alqur’an dalam arti penghafalannya dan menyemayamkan dalam hati, telah
dikaruniakan Allah SWT kepada Rasulnya yang lebih dulu sebelum kepada orang lain, beliau dikenal
dengan sayyidul-huffadz dan sebagai Awwalul Jumma’, manusia pertama yang menghafal alqur’an.
Qurthubi mengatakan:”tujuh puluh ornag diantara mereka gugur didalam peperangan Bi’ir Ma’unah
sedangkan dimasa Rasulullah sebanyak itu pula yang telah gugur, tujuh puluh nama itupun tidak
disebutkan secara berturut-turut didalam riwayat yang terdapat di dalam Shahih Bukhari.

Penulisaan Alqur’an pada masa Nabi,

setiap wahyu yang turun terlebih dahulu Nabi Muhammad memahami dan menghafalnya, kemudian
disampaikan dan diajarkan kepada para sahabatnya persis seperti apa yang diterimanya wahyu tersebut
ditulis dan dicatat oleh penulis wahyu yang disebut Kuttub al-Wahy yang dibentuk oleh Rasulullah,
terdiri dari sahabat yang telah dapat menulis dan membaca. Para penulis wahyu itu ialah: Abu Bakar al-
Shiddiq, ‘Umar ibn al-Khattab, ‘Usman ibn Affan,’Ali ibn Abi Thalib, ‘Amer ibn al-Ash, Mu’awiyah ibn Abi
Sufyan, Yazid ibn Sufyan, al-Mughirah ibn Syu’ban, Zubair ibn al-‘Awwam, Khalid ibn al-Walid, al-‘Ala al-
Hadharamiy, Muhammad ibn Salamah, Ubay ibn ka’ab, Zaid ibn Tsabit ibn Sais ibn Syammas, Abdullah
bin al-Arqam, Tsabir bin Qiyas, Syurabil bin Hasanah. Mereka menuliskan wahyu yang diterima oleh
Rasulullah pada benda-benda yang lazim dipaki pada masa itu sebagi alat tulis, seperti pelepah korma,
batu, tulang belulang hewan atau kulit-kulit hewan yang telah disamak. Dalam rangka penulisan
Alqur’an ini Rasulullah mengeluarkan suatu peraturan, yaitu bahwa hanya ayat-ayat Alqur’an sajalah
yang boleh dituliskan. Adapun hadist-hadist atau pelajaran-pelajaran lain juga mereka diterima dari
Rasulullah tidak boleh menuliskan dimasa itu.
Sebagaimana sabda rasulullah SAW dalam hadistnya yang berbunyi :

)‫ال تكتبو ا عنى و من كتب عنى غير القر ان فليمحو ه (رواه البخارى ومسلم‬

Artinya : “janganlah kamu menuliskan dariku, dan siapa yang menulis dariku selain Quran hendaklah ia
menghapusnya”.

Rasullullah menggerakan kaum muslimin untuk memberantas buta huruf,antara lain sebagai berikut:

1). Memberikan penghormatan dan penghargaan yang tertinggi pada orang-orang yang telah pandai
menulis dan membaca.

2). Rasulullah menggunakan tenaga para tawanan perang dalam usaha pemberantasan buta huruf

Penulisan Alqur’an dimasa rasulullah dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tadwin Alqur’an, semua Alqur’an itu telah dituliskan dan telah tersusun menurut petunjuk rasul,
walauun surat-suratnya belum tersusun seperti sekarang. Adapun jam’u Alqur’an yaitu pengumpulan
atau penulisan ayat-ayat itu kembali dengan sistem yang lebih teratur dalam satu mushaf yng terdiri
bahan-bahan dan ukuran yang sama.

Kegiatan-kegiatan dalam mentadwinkan Alqur’an dimasa Rasulullah itu menurut yang diterangkan oleh
riwayat-riwayat adalah terjadi dalam periode yang kedua yaitu periode madaniyah.

Faktor Pendorong Gerakan Menghafal dan Menulis Alqur’an di Masa Nabi

Rasulullah adalah hafiz (penghafal) Alqur’an yang pertama dan merupakan contoh paling baik para
sahabat dalam menghafalnya. Menurut M. Quraish Shihab, faktor yang menjadi penunjang
terpeliharannya dan dihafalkannya ayat-ayat Alqur’an, yaitu sebagai berikut:

Masyarakat Arab adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis. Satu-satunya andalan mereka
adalah hafalan

Masyarakat Arab khususnya pada masa Alqur’an dikenal dengan masyarakat sederhana dan bersahaja,
menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup.

Melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang fikiran dan hafalan

Meyakini bahwa ayat-ayat Alqur’an adalah kebahagian dunia dan akhirat.

Alqur’an menganjurkan kepada kaum muslimin untuk memperbanyak membaca dan mempelajari
Alqur’an dan anjuran tersebut mendapat sambutan yang hangat.

Ayat-ayat Alqur’an turun sedikit demi sedikit, hal itu lebih mempermudah perencanaan maknanya dan
proses penghafalannya.

Adapun yang mendorong timbulnya penulisan Alqur’an pada masa Nabi Saw, sebagai berikut:
Karena referensi pengumpulan Alqur’an adalah hafalan dan tulisan

Penyampaian wahyu berdasarkan hafalan para sahabat tidak memadai karena mereka tidak luput
kelupaan dan kematian,, sedangkan tulisan akan kekal dan tidak akan hilang.

Sedangkan penyebab Nabi SAW tidak menghimpun Alqur’an dalam satu tempat adalah sebagai berikut:

Nabi tidak dapat selamanya mengikuti runtutan penurunan wahyu dan penurunan sebagai ayat yang
mengahpus (nasikh) sebagian hukum dan lafaznya

Penerbitan atau sistematis ayat dan surat-surat Alqur’an tidaklah berdasar pada urutan penurunannya,
melainkan berdasarkan kesesuian atau hubungan antar ayat.

Proses Pelaksanaan Penghafalan dan Penulisan Alqur’an

Firman Allah Swt, yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Melalui malaikat jibril dinamakan al-
quran. Agar tidak bercampur antara ayat-ayat alqur’an dengan hadits/sunnah, nabi menyarankan
sahabat agar mereka hanya menulisakan al-quran dan tidak menuliskan hadits, bagi sahabat yang sudah
menulis agar dihapus.

Agar wahyu tetap terpelihara dengan baik, nabi menerapkan beberapa kebijakan sebagai berikut:

Setiap wahyu yang turun dari allah swt,selalu disampaikan kepada sahabat untuk dipahami, diamalkan
seterusnya dihafal. Dalam kitab shahihnya Bukhari mengemukakan tentang tujuh orang hafiz melalui
tiga riwayat mereka adalah:

1). Dari Abdullah bin amr bin ash dikatakan:

“aku telah mendengar Rasulullah berkata:ambillah al-quran dari empat orang:Abdullah bin Mas’ud,
Salim, Muaz, dan Ubay bin Ka’ab”(HR.Bukhari)

2). Dari Qatadah dikatakan:

“aku telah bertanya kepada Anas bin Malik: siapakah orang yang hafal al-quran dimasa rasulullah? Dia
menjawab:’empat orang , semuanya dari anshar:Ubay bin ka’ab, Muaz bin jabl, Zaid bin Tsabit, dan Abi
Zaid,’.aku bertanya kepadanya:siapakah Abu Zaid itu?ia menjawab :’salah seorang
pamanku’”(BR.Bukhari)

3). Diriwayatkan melalui Zaid bin Tsabit, dari anas yang mengatakan:

Rasulullah telah wafat sedang alqur’an belum dikumpulkan kecuali oleh empat orang:Abu darda’Muadz
bin jabal,Zaid bin tsabit dan Abu Zaid”(HR.Bukhari)
Nabi menunjuk beberapa sahabat yang pandai penulis sebagai pencatat wahyu. Pencatat wahyu yang
terkenal seperti Abu bakar, Umar, Ustman dan Ali,Abban dan Khalid (keduanya anak zaid),Khalid bin
Walid, Muawiyah bin Abi sufyan, Zaid bin stabit, Ubay bin Ka’ab.

Disamping dua hal diatas, nabi mengangkat pula beberapa orang sahabat yang pandai baca al-quran
(qurra) untuk mengajarkan al-quran, baik bagi yang baru masuk islam maupun bagi yang sudah lama.

Rasulullah setiap bulan ramadhan, mendengarkan bacaan al-quran secara sempurna dari pembawa
wahyu,yaitu malaikat jibril.

Sebelum rasulullah wafat, beliau sempat mencocokkan hafalan al-quran beberapa sahabat (huffaz)
dengan hafalan beliau (sebagai sayyidu al-huffaz).

Diantara sahabat ada yang sudah menghafal seluruh al-quran pada masa nabi hidup dan ada pula yang
menyempurnakan hafalanya setelah nabi wafat. Diantara para penghafal (huffaz) Alqur’an adalah :

Dari kelompok Muhajirin antara lain:Abu bakar, Umar bin Khattab, Ussman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah dan Sa’ad, Ibnu Mas’ud, Huzaifah, Salim dan Hurairah, Abdullah bin As-said, al-Abadillah
(Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amru bin Ash, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Zubair bin
awwam).

Dari kelompok anshar adalah :Ubadah bin Ash-Shamit, Muadz (Abu Halimah), Mujammi’ bin Jariyah
Fadholah bin Ubaid dan Maslamah bin Mukhallad.

Dari kelompok wanita , adalah :Aisyah, Hafsah, dan Ummu salamah,Ummu waraqah binti Abdillah bin al-
Harits(dijuluki asy-Syahidah).

Selain yang disebut diatas:Mu’az bin Jabar Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Stabit, Abu Said As-Saka, Abu
Darda’,Abu Ayyub,Saad bin Ubaid, Abu Tamim, Abu Musa al-Asy’ari, Qaus bin Abi Sh’sha’ah, Abu
Hurairah dan lain-lain.

Pemeliharaan Alqur’an Pada Masa Abu Bakar

Abu bakar diangkat menjadi khalifah setelah kematian Rasulullah SAW, pekerjan pertama yang ia
lakukan adalah memerangi orang-orang murtad dan menghapuskan fitnah. Ketika terjadinya peristiwa
Yamamah pada tahun ke 12 hijriyah, dan banyak diantara pengahfal yang meniggal dunia hingga
menurut satu pendapat mencapai 500 orang, dan pendapat lain mengatakan 700 orang. Oleh karena itu
Umar telah mengisyaratkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun alqur’an dalam satu tempat, dalam
lembaran-lembaran yang terkumpul dari pada kececeran dalam ujung daun kurma, batu-batu datar,
kulit-kulit dan sebagainya dan pengumpulan alqur’an tersebut dianjurkan oleh kaidah-kaidah agama dan
syari’at.
Hal ini akan mengakibatkan habisnya secara berangsur-angsur orang yang hafal Alqur’an. Kalau ini
benar-benar terjadi kemudian, niscaya tidak akan lagi terpelihara dengan semestinya. Ini disebabkan
karena yang menjadi faktor pertama dimasa itu dalam memelihara Alqur’an ialah hafalan mereka.
Menanggapi usulan Umar untuk mengumpulkan Al-qur’an maka khalifah Abu bakar menuaskan Zait bin
Tsabit untuk mengumpulkan Al-qur’an, yang sudah ditulis tulang-belulang, batu, daun korma. Dan
menyalinnya kembali, serta salinan tersebut dikembalikan kepada khalifah Abu bakar untuk disimpan.
Dikumpulkannya al-Qur’an itu bukan hanya saja dari tulisan-tulisan yang telah ada pada lembaran-
lembaran yang telah ditujukan diatas, bahkan juga didengarkan pula dari mulut orang yang hafal
Alqur’an, kenudian dituliskannya kembali pada lembaran-lembaran yang baru, dengan susunan ayat-
ayatnya tetap seperti yang ditunjukan Rasulullah. Lembaran-lebaran mushaf kemudian diberi nama dan
disimpan sendiri oleh khalifah Abu Bakar kemudian oleh khalifah umar.

Dari sejarah dapat diketahui, bahwa pada pemerintahan Abu Bakar ini, kaum muslimin tiada henti-
hentinya menghadapi perperangan, di mulai dari perperangan redah, kemudain dari huruf alfats (perang
penakhlukan).peperngan ini hampir meminta seluruh dan tenaga kaum muslimin sehingga amat
sedikitlah tenaga pikiran mereka, yang dapat digunakan pemeliharaan Alqur’an, adapun tulisan-tulisan
yang ditulis pada masa Rasulullah belumlah menentramkan kaum muslimin akan terpeliharanya
Alqur’an itu,

Faktor pendorong penulisan Alqu’an pada masa Abu Bakar adalah kekhawatiran hilangnya Alqur’an
akibat kematian sejumlah besar para penghafal dalan peperangan.

Pemeliharaan Alqur’an Pada Masa Usman bin Affan

Hudzaifah mengutarakan kekhawatirannya tentang perbedaan bacaan Alqur’an dikalangan muslimin.


Kepada Usman, Hudzaifah berkata:”Ya Amirul mu’munin, persatukanlah segera umat ini sebelum
mereka berselisih mengenai Kitabullah sebagaimana yang terjadi dikalangan Yahudi dan Nasrani.
Khalifah ‘utsman kemudian mengirim sepucuk surat kepada Hafshah, berisi permintaan agar Hafshah
mengirimkan mushaf yang disimpannya untuk disalin menjadi beberapa naskah. Bersamaan dengan itu
Khalifah ‘Utsman memerintahkan supaya semua catatan tentang ayat-ayat Alqur’an atau mushaf lain
yang bertebaran dikalangan muslimin, segera dibakar.

riwayat Hadits shahih menyebut ada lima masalah penting:

Perbedaan cara membaca Alqur’an itulah yang sesungguhnya menjadi pendorong utama bagi ‘Utsman
untuk memerintahkan penyalinan mushaf Hafshah menjadi beberapa naskah.

Komisi yang bertugas menyalin mushaf terdiri dari emapt orang.

Komisi empat orang tersebut menggunakan mushaf Hafshah sebagai dasar salinan, yang bersandar pada
mushaf asli hasil kondifikasi atas perintah khalifah Abu Bakar.

Alqur’an diturunkan dalam bahasa Arab dialek Quraisy, dialek yang diutamakan bagi penulisan nash al-
Qur’an.
Khalifah ‘Utsman mengirim salinan mushaf hasil kerja komisi empat orang kedaerah-daerah.

Utsman mengadakan penelitian terhadap suhuf yang telah sempurna pengumpulanya pada zaman abu
bakar dan umar. Suhuf yang disimpan hafsah itulah yang mewarnai mushaf pertama yang dijadikan
sebagai pegangan.

Dengan demikian khalifah dapat mengatasi benih-benih perpecahan dikalangan umat dalam masalah
bacaan Alquran. Ada beberapa keistimewaan mushaf ini, diantaranya :

Mushaf ini ditulis berdasarkan riwayat yang mutawatir bukan riwayat ahad.

Mushaf meninggalkan ayat yang dinaskah bacaanya.

Tertib susunaya (ayat dan surat) sesuai dengan tertib ayat dan surat yang dikenal sekarang ini.

Penulisanya berdasarkan cara yang dapat menghimpun segi bacaan yang berbeda-beda dan huruf-
hurufnya sesuai dengan diturunkanya Alquran 7 huruf

Menjauhkan segala sesuatu seperti tafsiran yang bukan Alquran, sebagian orang (sahabat) dalam
mushaf pribadinya.

Menurut ulama, yang paling akhir mengecek al-quran adalah Zaid bin Tsabit. Sehingga khalifah Abu
Bakar dan Usman menunjuknya menjadi panitia pengumpul Alqur’an. Semuanya diambil dari hafalan
didada, yang ditulis dengan huruf.inilah dinamakan pengumpulan utama dari Alqur’an.

Alqur’an itu ada tujuh bahasa di antaranya:

a). Bahasa Quraishy

b). Bahasa Huzaid

c). Bahasa Tsaqif

d). Bahasa Huwazan

e). Bahasa Kinanah

f). Bahasa Tammi

g). Bahasa Yaman

Dari ketujuh bahasa tersebut maka yang di pilih menjadi bahasa dalam penulisan mushaf Ustmani
adalah bahasa Quraishy karena beberapa alasan:

Nabi Muhammad adalah orang Quraishy.

Ayat yang dominan adalah bahasa Quraishy.


Alqur’an di buat dalam:

Bahasa Quraishy

Rasm Ustmani

Mushaf Ustmani

Bacaan Hafsah

Usaha Pemeliharaan Alqur’an Setelah Khalifah yang Empat

Setelah masa khalifah, pemeliharaan Alqur’an terus dilanjutkan dan disempurnakan, dengan cara
memberi syakel dan memberi titik pada tulisan mushaf. Mushaf yang ditulis pada masa usman masih
memakai tulisan khufi, tanpa titik, tanpa syakel, mad, tasdid dan tanda baca lainnya.hal ini karena pada
masa itu belum ada kaedah-kaedah imla’i sebagai pedoman dalam penulisan bahasa arab.

Walaupun rasulullah telah meninggal dunia, namun Alqur’an itu akan tetap terjaga, sebagaimana firman
Allah dalam surat al-hijr : 9

Artinya :“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”.

Beberapa tahun setelah khalifah usman wafat, tulisan mushaf alqur’an itu masih tetap tinggal seperti
sedia kala. Namun, meskipun demikian kaum muslimin yang ada pada masa itu, umumnya terdiri dari
bangsa arab dan tidak terjadi kesukaran dalam membaca atau melafadzkannya.

Tapi setelah bangsa-bangsa yang bukan bangsa arab telah memeluk islam, dan bangsa arab itu sendiri
yang tinggal di bagian kota, sudah mulai rusak bahasanya, maka banyaklah orang yang salah membaca
ejaan-ejaan pada tulisan mushaf itu. Karena adanya kesalahan sebagian kaum muslimin dalam membaca
tulisan-tulisan mushaf itu, maka pemimpin islam merasakan pentingnya menciptakan tanda-tanda
tersebut untuk membedakan bunyi masing-masing huruf guna menghindarkan kesalahan tersebut.

Kemudian dimulailah usaha kearah itu setingkat demi setingkat, sehingga akhirnya sempurnalah tulisan-
tulisan tersebut seperti yang kita baca pada saat sekarang ini.usaha-usaha tersebut adalah :

Pada masa pemulaan pemerintahan daulah bani umayyah seorang pembesar bernama Zaid Ibnu Abihi
meminta kepada Abu Al-aswad Al-Duwali untuk menciptakan syakel sebagai tanda bunyi huruf-huruf.
Menurut suatu riwayat Abu Al-aswad hanya meletakkan syakel itu pada huruf terakhir saja dari masing-
masing perkataan. Langkah selanjutnya yaitu pada masa pemerintahan Abdul Al-malik ibn Marwan, Al-
Hajjaj ibn Yusuf Al-syakafits meminta kepada nashr ibnu ‘asyim supaya ia memberi titik kepada huruf
yang serupa bentuknya. Maka terbentuklah titik-titik berupa garis-garis pendek. Akhirnya datanglah Al-
khalil ibn Ahmad (w.170 hijriah). Ahli nahwu yang mashur mengadakan perubahan-perubahan terhadap
ciptaan abu al-aswad dan nashr, seperti :

Sebagai harkat dipakainya huruf yang menjadi sumber bunyi bagi harkat-harkat itu. Diletakkannya huruf
waw kecil didepan huruf sebagai tanda bunyi dammah, karena waw kecil itu sebagai sumber bunyi (u)
maka diletakkannya ya kecil dibawah huruf sebagai tanda kasrah, maka berubahlah bunyi menjadi (i).
Diletakkannya huruf alif kecil berbaring diatas huruf sebagai tanda fathah, maka bunyinya menjadi (a).

Sebagai titik huruf Al-khalil membuatnya sepertiapa yang dapat dilihat pada saat sekarang ini.

Selain dari itu diciptakan pula tanda lain seperti tanda tasdid, mad, syukun dan lain-lain.

Maka demikianlah para sahabat dan generasi setelahnya dalam memelihara Alqur’an. Begitu banyak
usaha yang mereka lakukan, dan ini patut dihargai.

KESIMPULAN

Pemeliharaan Alqur’an dari awal semenjak turunya sampai sekarang ini dilakukan beberapa cara
yaitunya: pada masa nabi dilakukan dengan cara menghafal. Dan selanjutya pada masa khalifah rasyidin
dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menghafal dan juga menuliskannya. Sehingga puncaknya
pada masa khalifah Ustman, yaitu dengan dibukukan nya Alqur’an dan disebar kebeberapa daerah.

Sehingga dengan atau berkat usaha para sahabat tersebut sampailah Alqur’an seperti yang kit abaca
pada sa’at sekarang ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abresyi, Muhammad. Dasar-Dsar Kependidikan Islam. 1974

Al-Maraghi, Mustofa. Tafsir al-Maraghi. Beirun. 1974

Al-khattan,Manna’ khalil. Studi Ilmu-Ilmu Alqur’an. P.T.Pustaka Litera Antar Nusa.Bogor.1996.

Chalik,chaeredji abd. ’Ulumul Alqur’an. Diadir Media.Jakarta. 2007.

Syuhbah,Muhammad bin Muhammad Abu.Studi ‘ulumul Qur’an. Pustaka Setia.Bandung.1992.


Zaini,Hasan dan Radhiatul Hasnah.’Ulum Alqur’an. STAIN Batusangkar Press. Batusangkar.2011.

Anda mungkin juga menyukai