Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK/TASAWUF

“ Tasauf Sesat /ajaran tasauf yang menyimpang(aliran dan tokoh-tokoh nya) “

Dosen : Abdul Basit, Lc, MH

Di susun Oleh :

 Hilman muadi
 Nursyamsiah
 Bagus pribadi
 Tuba
 Kholis
 Intan Dewi
 Hanif galih

Program Studi : Hukum Keluarga Islam

Semester Satu (1)

SEKOLAH TINGGI ILMU FIQIH


SYEIKH NAWAWI TENARA
1
Makalah Tasawuf : Tasawuf Sesat

November , 29 , 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah “Studi Tasawuf Tentang Tasawuf Sesat
besrta tokoh dan Aliran-aliran nya “.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Abdul Basit, Lc, MH
selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu tasawuf, dan kepada Beberapa sumber pustaka dan
link Online sebagai sarana mencari bahan referensi, serta tidak lupa kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan studi kritis tentang tasawuf. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan untuk perbaikan kedepannya.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih banyak

Serang, 29 November 2021

Penulis Kelompok (K)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….…….. 4

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….….….. 4

B. Rumusan masalah……………………………………………………….………. 4

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 5

A. Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Tasawuf Sesat / yang Menyimpang

Dari Petunjuk Al-Qur;an dan As-sunnah ……………………………………………….. 5

B. Kritik terhadap Aliran-Aliran dalam Ajaran Tasawuf yang sesat


…………………………… 7

C. Contoh Penyimpangan beserta tokoh-tokoh dan Kesesatan dalam Ajaran


Tasawuf…………………….. 9

D. Latar Belakang Kritik terhadap Tasawuf………………………………….……. 10

BAB III PENUTUP………………………………………………………….………….. 12

A. Kesimpulan……………………………………………………..……………….. 12

B. Kritik dan Saran……………………………………….………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf – yang di kalangan Barat dikenal dengan mistisme Islam- merupakan salah satu
aspek (esoteric) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya
komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Esensi tasawuf
sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan Rasulullah SAW. Tasawuf merupakan hasil
kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti fiqh dan ilmu tauhid.
Sehingga ilmu tasawuf tidak terlepas dari berbagai kritikan dari berbagai golongan yang
menentangnya.

Para penentang ini, menganggap bahwa tasawuf bukan ajaran yang berasal dari Rasulullah
SAW. Dan bukan pula ilmu warisan dari para sahabat. Mereka menganggap bahwa ajaran
tasawuf ini merupakan ajaran sesat dan menyesatkaN. Disini kami akan mencoba membahas
tentang studi kritis terhadap ilmu tasawuf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip-prinsip dasar ajaran tasawuf sesat /yang menyimpang dari
petunjuk al-Qur’an dan as-sunnah ?

2. Bagaimana kritik terhadap aliran-aliran dalam tasawuf ?

3. Apa saja contoh penyimpangan beserta tokoh-tokoh nya dan kesesatan


ajaran tasawuf ?

4. Apa yang menjadi latar belakang kritik terhadap tasawuf yang


Menyimpang?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Tasawuf sesat /yang


menyimpang dari Petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah.

4
2. Mengetahui Kritik terhadap Aliran-Aliran dalam Ajaran Tasawuf yang
menyimpang.

3. Mengetahui Contoh Penyimpangan dan Kesesatan Ajaran Tasawuf.

4. Mengetahui Latar Belakang Kritik terhadap Tasawuf yang tersesat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip – Prinsip Dasar Ajaran Tasawuf sesat /yang Menyimpang dari Petunjuk Al-
Qur’an dan As-sunnah

Para ahli tasawuf memiliki prinsip dasar dan metode khusus dalam memahami dan
menjalankan agama ini. Metode tasawuf yang dikenal masyarakat luas, yang banyak orang
mengira bahwa metode ini merupakan yang paling efektif untuk mencapai hidayah dan
keselamatan.Mereka membangun keyakinan sendiri dengan istilah dan simbol-simbol, dapat
kita simpulkan sebagai berikut.

Pertam mereka membatasi ibadah hanya pada aspek mahabbah (kecintaan) saja dan
mengesampingkan aspek-aspek lainnya, seperti aspek khauf (rasa takut) dan raja’ (harapan).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “kebanyakan orang yang menyimpang (dari jalan
Allah SWT.), orang-orang yang mengikuti ajaran bid’ah berupa sikap zuhud dan ibadah-
ibadah yang tidak dilandasi ilmu dan tidak sesuai dengan petunjuk dari al-Qur’an dan as-
Sunnah, terjerumus dalam kesesatan, seperti yang terjadi pada orang-orang Nasrani yang
mengaku-ngaku mencintai Allah SWT., tetapi bersamaan dengan itu, mereka menyimpang
dari syariat-Nya dan enggan untuk ber-mujahaddah (bersungguh-sungguh) dalam
menjalankan agama-Nya, dan penyimpangan lainnya.

Kedua, umumnya dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpedoman
pada al-Qur’an dan as-Sunnah, tetapi yang mereka jadikan pedoman adalah bisikan jiwa,
perasaan, dan ajaran yang digariskan oleh pinpinan mereka, berupa thariqat-thariqat bid’ah,
berbagai macam zikir dan wirid yang mereka ciptakan sendiri, dan tidak jarang mengambil
pedoman dari cerita-cerita (yang tidak jelas kebenarannya), mimpi-mimpi, bahkan hadis-hadis
palsu untuk membenarkan ajaran dan keyakinan mereka.

Ketiga, termasuk doktrin ajaran tasawuf adalah keharusan berpegang teguh dan menetapi zikir
dan wirid yang ditentukan dan diciptakan oleh guru-guru thariqat mereka. Adapun zikir yang
tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah mereka namakan dengan “zikirnya orang-orang

5
umum”, kalimat (La Ilaha Illallah), adapun “zikirnya orang-orang khusus” adalah kata tunggal
“Allah” dan “zikirnya orang-orang khusus yang lebih khusus adalah kata “Huwa/Dia.”

Keempat, sikap ghuluw (berlebihan atau ekstrem) orang-orang ahli tasawuf terhadap orang-
orang yang mereka anggap wali dan guru-guru thariqat mereka. Hal ini karena di antara
prinsip akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah adalah berwala (mencintai atau berloyalitas) kepada
orang-orang yang dicintai Allah ‘azza wa jalla dan membenci musuh musuh Allah ‘azza wa
jalla. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

َّ ‫ َوالَّ ِذينَ أَ َمنُوْ ا الَّ ِذينَ يُقِي ُمونَ ال‬,ُ‫إِنَّ َما َولِيُ ُك ُم هللا َو َرسُوْ لُه‬
َ‫صلَوةَ َوي ُْؤتُونَ ال َّزكَوةَ َوهُ ْم َر ِكعُون‬

Artinya:

“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman,


yang mendirikan shalat dan mendirikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).” (QS Al-
Ma’idah : 55)

Kelima, faham tasawuf yang mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla dengan nyanyian,
tarian, tabuhan rebana, dan tepuk tangan, yang semua ini mereka anggap sebagai amalan
ibadah kepada Allah ‘azza wa jalla. Imam Ahmad ketika ditanya (tentang perbuatan ini), ia
menjawab, “Aku tidak menyukainya (karena) perbuatan ini adalah bid’ah”. Menurut mereka,
mendengarkan music dan berdansa merupakan sarana berkomunikasi dengan Allah.[4]
Demikian pula imam-imam besar lainnya tidak menyukai perbuatan ini. Para syekh (ulama)
yang saleh tidak mau menghadiri (menyaksikan) perbuatan ini, seperti Ibrahim bin Adham,
Fudhail bin Iyadh, Ma’ruf Al-Karkhi, Abu Sulaiman Ad-Darani, Ahmad bin Abil Hawari, dan
syekh-syekh lainnya.

Keenam, juga termasuk doktrin ajaran tasawuf adalah apa yang mereka namakan sebagai
suatu keadaan atau tingkatan yang jika seseorang telah mencapainya, dia akan terlepas dari
kewajiban melaksanakan syariat Islam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika ditanya tentang sekelompok orang yang mengatakan
bahwa diri mereka telah terlepas dari kewajiban melaksanakan syariat, ia menjawab, “Tidak
diragukan lagi – menurut pandangan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang
beriman – bahwa ucapan ini termasuk kekufuran yang paling besar, bahkan ucapan ini lebih
buruk daripada ucapan orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka mengimani sebagian
(isi) kitab suci mereka dan mengingkari sebagian lainnya. Mereka itulah orang-orang kafir
yang sebenarnya dan mereka juga membenarkan perintah dan larangan Allah ‘azza wa jalla,
meyakini janji dan ancaman-Nya.”

B. Kritik terhadap Aliran – Aliran dalam Ajaran Tasawuf

Ajaran tasawuf yang ekstrem dibagi menjadi tiga aliran, yaitu:

6
1. Aliran Al-Isyraqi. Aliran ini didominasi oleh ajaran filsafat bersama sifat
zuhud. Ajaran ini sebenarnya ada pada setiap sekte-sekte tasawuf, tetapi ajaran
ini hanya sebatas pada penyimpangan ini dan tidak membawa mereka pada
ajaran Al-hulul (menitisnya Allah ’azza wa jalla ke dalam diri makhluk-Nya)
dan Wihdatul Wujud (bersatunya wujud Allah ’azza wa jalla dengan wujud
makhluk atau Manunggaling Gusti ing Kawulo – Mahasuci Allah dari apa yang
mereka sifatkan).

2. Sekte Al-hulu dan ittihad. Artinya, Allah menduduki seluruh bagian bumi,
baik di lautan, pegunungan bukit-bukit, pepohonan, manusia, hewan dan
sebagainya. Dengan kata lain, makhluk adalah Khaliq itu sendiri. Semua yang
dapat diraba dan dapat dilihat di alam imi merupakan Dzat Allah dan diri-
Nya.Mahasuci Allah dari semua itu.[6] keyakinan ini diserukan oleh beberapa
tokoh ekstrem ahli tasawuf, seperti Hasan bin Manshur Al-Hallaj, sehingga
para ulama memfatwakan kafir orang ini dan mengharuskannya dihukum mati.
Beliau adalah tokh besar dan popular di kalangan ahli tasawuf. Ia meyakini
dualism hakikat ketuhanan dan beranggapan bahwa Al-Ilah (Allah ‘azza wa
jalla) memiliki dua tabiat, yaitu Al-Lahut (unsure atau sifat ketuhanan) dan An-
Nasut (unsure atau sifat kemanusiaan), kemudian Al-Lahut menitis ke dalam
An-Nasut . Roh manusia – menurut Al-Hallaj adalah Al-Lahut ketuhanan yang
sebenarnya dan badan manusia itu adalah An-Nasut. Al-Hallaj pun akhirnya
dibunuh dan disalib pada tahun 309 H.

3. Sekte Wihdatul Wujud, yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada
hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini
merupakan perwujudan atau penampakan Dzat Illahi (Allah ‘azza wa jalla) –
Mahasuci Allah ‘azza wa jalla dari segala keyakinan kotor mereka. Artinya,
bahwa makhluk adalah aspek lahriyah, sedangkan aspek batin dari segala
sesuatu adalah Allah. Dengan demikian dari segi hakikat tidak ada perbedaan
antara khaliq dan makhluk maka itu karena di lihat dengan pandangan panca
indra lahir karena keterbatasan akal dalam menganggap hakikat yang ada pada
Dzatnya dari kesatuan dzatinyah. Yang semua terhimpun pada-Nya.[7] Mereka
yang tersesat lagi bodoh tersebut menisbatkan kebohongan dan kesesatan-
kesesatannya kepada paham sufi yang benar. Hal itu karena sirkulasi kesesatan
mereka dan untuk menyesatkan orang awam.

Tokoh dalam sekte ini adalah Ibnu Arabi Al-Hatimi Ath-Thai yang binasa pada tahun 638 H
dan dimakamkan di Damaskus. Ahli tasawuf memberikan gelar kehormatan yang tinggi
kepadanya, seperti AL-‘Arif Billah (orang yang mengenal Allah ‘azza wa jalla dengan

7
sebenarnya), Al-Quthb Al-Akbar (pemimpin para wali yang paling agung), padahal orang ini
terang-terangan memproklamasikan keyakinan Wihdatul Wujud dan keyakinan-keyakinan
kufur dan rusak lainnya, seperti pujian dia terhadap Fir’aun dan keyakinannya bahwa Fir’aun
mati diatas keimanan, celaan dia terhadap Nabi Harun a.s. yang mengingkari kaumnya yang
menyembah anak sapi – yang semua ini jelas-jelas bertentangan dengan nash al-Qur’an-, dan
keyakinan dia bahwa kafirnya orang-orang Nasrani adalah karena mereka hanya
mengkhususkan Nabi ‘Isa a.s. sebagai Tuhan. Seandainya tidak mengkhususkannya, mereka
tidak dikafirkan. [8] Mereka yang tersesat lagi bodoh tersebut menisbatkan kebohongan dan
kesesatan-kesesatannya kepada paham sufi yang benar. Hal itu karena sirkulasi kesesatan
mereka dan untuk menyesatkan orang awam.

C. Beberapa Contoh Penyimpangan Beserta tokoh-tokoh dan Kesesatan Ajaran


Tasawuf

Berikut akan ditukilkan beberapa ucapan dan keyakinan yang dianggap sesat dan kufur dari
tokoh-tokoh yang sangat diagungkan oleh ahli tasawuf:

1. Ibnu Al-Faridh

Yang meninggal pada tahun 632 H, tokoh besar sufi penganut paham Wihdatul Wujud dan
meyakini bahwa seorang hamba bisa menjadi Tuhan, bahkan – yang lebih kotor lagi – dia
menggambarkan sifat-sifat Tuhannya, seperti sifat-sifat wanita, sampai-sampai dia
menganggap bahwa Tuhannya telah menampakkan diri di hadapan Nabi Adam a.s. dalam
bentuk Hawwa (istri Nabi Adam a.s.).

2. Ibnu Arabi

Dalam kitabnya Fushushul Hikam yang berisi segudang kesesatan dan kekufuran. Dalam
kitab ini ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW. Yang memberikan kitab ini.

3. At-Tilmisani

Seorang tokoh besar Tasawuf, ketika dikatakan padanya bahwa kitab rujukan mereka
Fushushul Hikam bertentangan denagn al-Qur’an, ia bahkan menjawab, “seluruh isi al-
Qur’an adalah kesyirikan, dan sesungguhnya tauhid hanya ada pada ucapan kami.”

4. Abu Yazid Al-Bustami

8
Yang pernah berkata, “aku heran terhadap orang yang telah mengenal Allah, mengapa dia
tetap beribadah kepada-Nya?” (dinukil oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahani dalam kitabnya
Hilyatul Auliya’ 10/37.

5. Abu Hamid Al-Ghazali

Seorang yang termasuk tokoh-tokoh ahli tasawuf yang paling besar dan tenar, di dalam
kitabnya Ihya’ Ulum Ad-Din, beliau berkata, “pandangan terhadap tauhid jenis pertama, yaitu
pandangan tauhid yang murni. Dalam pandangan ini, anda pasti akan dikenalkan bahwa
Dialah yang bersyukur dan disyukuri, dan Dialah yang mencintai dan dicintai adalah
pandangan orang yang meyakini bahwa tidaklah ada di alam semesta ini, melainkan Dia
(Allah ‘azza wa jalla).”

6. Asy-Sya’rani

Seorang tokoh besar tasawuf yang telah menulis sebuah kitab yang berjudul Ath-Thabaqat Al-
Kubra, yang memuat biografi tokoh-tokoh ahli tasawuf dan kisah-kisah (kotor) yang dianggap
oleh ahli tasawuf sebagai tanda kewalian. Di antaranya kisah seorang wali yang bernama
Ibrahim Al-‘Uryan, orang ini apabila naik mimbar dan berceramah selalu dalam keadaan
telanjang bulat. [9]

D. Latar Belakang Kritik terhadap Tasawuf

Ada beberap asumsi mengenai latar belakang lahirnya tasawuf dalam Islam. Asumsi yang
dimaksud di sini adalah pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf itu bersumber dari ajaran
di luar Islam yang masuk ke dalam dan menjadi ajaran Islam.[10] Diantara asumsi tersebut
adalah menganggap bahwa ajaran tasawuf merupakan ajaran sesat dan menyesatkan yang
diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi, dan zuhud
Budha.

Menurut Sayyid Nur bin Sayyid Ali, kritik terhadap tasawuf berlatar belakang insiden jejak
yang terjadi pada permulaan abad ke-4 H, ketika aliran-aliran kebatinan, Syi’ah, Qaramithah,
dan kafir zindik memanfaatkan tarekat-tarekat sufisme. Mereka menyebabkan Islam berada
pada kondisi yang berbahaya, tetapi sesungguhnya tak ada kelemahan bagi orang sufi.
Kejadian itu Ialah Ibnu Saba’, orang berdarah Yahudi memanfaatkan cinta Ahl Al-Bait
sebagai tipu daya. Dia menyebarkan benih fitnah dan perang sipil yang menyebabkan
wafatnya Khalifah Utsman bin Affan r.a. dan gugurnya sekitar 10.000 orang sahabat
dantabi’in sebagai syahid. Peristiwa tersebut tidak ada kelalaian Ahl Al-Bait dan kecintaan
terhadap Ali r.a. Demikian pula, paham tasawuf tidak boleh dicemari dengannya. Tasawuf
tidak ada kaitannya dengan fitnah tersebut.

9
Pada permualaan abad ke-7 H, sekelompok kafir zindik dan ahli-ahli bid’ah menyelinap
masuk kebarisan orang-orangberpaham sufi. Oleh karena itu, mereka menebarkan akidah-
akidah syirik ndan perbuatan-perbuatan bid’ah atas nama agama. Mereka yang tersesat lagi
bodoh tersebut menisbatkan kebohongan dan kesesatan-kesesatannya kepada paham sufi yang
benar. Hal itu karena sirkulasi kesesatan mereka dan untuk menyesatkan orang awam.[11]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf merupakan hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya,


seperti fiqh dan ilmu tauhid. Sehingga ilmu tasawuf tidak terlepas dari berbagai kritikan dari
berbagai golongan yang menentangnya. Mulai dari prinsip – prinsip dasar ajaran tasawuf yang
menyimpang dari petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah sampai aliran-aliran dalam ajaran
tasawuf yang meliputi aliran Al-Isyraqi, sekte Al-hulu dan ittihad serta sekte Wihdatul Wujud
tidak luput dari kritikan. Beberapa ucapan dan keyakinan dianggap sesat dan kufur dari tokoh-
tokoh yang sangat diagungkan oleh ahli tasawuf.

Berdasarkan latar belakang kritik terhadap tasawuf, kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya
ajaran para sufi juga terhadap kritikus. Justru dengan adanya kritikan terhadap tasawuf

10
memberi kita pengajaran untuk meluruskan niat dalam beribadah dan bijak menanggapi ajaran
yang ada.

B. Kritik dan Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis butuhkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini
dapat dimanfaatka sebagai mana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Khan,Wahiduddin. 1989. Kritik Terhadap Ilmu Fiqih, Tasawuf, dan Ilmu Kalam.
Jakarta:Gema Insani Press.

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

11
Asmaran. 2002. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

http://tapsikusuka.blogspot.com/2013/05/studi-kritis-terhadap-aliran-aliran.html?m=1 Diakses
pada 29 November 2021 09.00 WIB

http://rizal12315.blogspot.com/2015/01/studi-kritis-terhadap-tasawuf.html?m=1 Diakses pada


29 November 2021 09.00 WIB

[1] Wahiduddin Khan, Kritik Terhadap Ilmu Fiqih, Tasawuf, dan Ilmu Kalam, (Jakarta:Gema
Insani Press, 1986), hlm 42

[2] Rosihon Anwar, Akhalak Tasawuf, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2010),hlm.322

[3] Ibid, hlm.323-325

[4] Wahiduddin Khan, op cit., hlm 41

[5] Rosihon Anwar, op cit., hlm. 327-329

[6] http://tapsikusuka.blogspot.com/2013/05/studi-kritis-terhadap-aliran-aliran.html?m=1
Diakses pada 29 November 2021

[7] http://rizal12315.blogspot.com/2015/01/studi-kritis-terhadap-tasawuf.html?m=1 Diakses


pada 29 November 2021

[8] Rosihon Anwar, op cit., hlm. 329-331

[9] Rosihon Anwar, op cit., hlm.331-334

[10] Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm 181

[11] http://tapsikusuka.blogspot.com/2013/05/studi-kritis-terhadap-aliran-aliran.html?m=1
Diakses pada 29 November 2021 09.00 WIB

12
13

Anda mungkin juga menyukai