Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEBANKSENTRALAN

BAB 6 LINKAGE STABILITAS MONETER DAN SISTEM


KEUANGAN

Dosen :

DR. ANWAR, SE., M.Si

Disusun Oleh:

NUR HIDAYAH (1993142033)

ALDI AMARTYA SAPUTRA (1993142083)

NURUL ISMIYAH (1993142088)

RIA BIJEANDRI SYAHRIR (1993142080)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI

MAKASSAR 2021

1
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………….4
C. Tujuan………………………………………………………………………………….……..4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
A. Perilaku Sektor Keuangan Dan Efektivitas Kebijakan Moneter...............................................5
B. Integrasi Kebijakan Moneter Dan Integrasi Makropudensial ………………………………..5
C. Bauran Instrumen Kebijakan ………………………………………………………………...6
D. Implikasi Pada Mandat Kebijakan Bank Seentral…………………………………………….8
BAB III..............................................................................................................................................9
PENUTUP..........................................................................................................................................9
KESIMPULAN..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diskusi mengenai isi stabilitas keuangan menjadi sama penting nya dengan isu stabilitas
moneter sejak awal tahun krisis keuangan global tahun 2008/09.Berdasarkan literatur,terdapat
berbagai definisi terkait stabilitas moneter dan keuangan.Definisi stabilitas keuangan yang
diterima secara luas di kalangan akadenis dan bank sentral,di artikan sebagai suatu kondisi
yang menjamin pencapaiaan stabilitas harga,yaitu harga yang rendah dan stabil (subdued
inflation).Dasar factual ini terletak pada peran penting perubahan harga dalam proses
penyesuaian keputusan oleh pelaku ekonomi.

Sementara itu,hubungan antara stabilitas moneter dan stabilitas keuangan juga perlu
didefinisikan secara jelas.Keduanya bersifat saling melengkapi (complement) ataukah saling
berlawanan satu sama lain (pengganti/substitute),yang berarti terdapat trade-off antara
keduanya.Pandangan konvensional menyatakan bahwa stabilitas moneter mendukung
stabilitas keuangan.

Argumen tersebut konsisten dengan suatu hubungan terbaik,dimana krisis perbankan akan
memicu ketidakstabilan moneter.Dalam hal ini twin crises yang melibatkan system perbankan
dan nilai tukar akan menghasilkan dampak kebijakan moneter yang tidak terduga atau bahkan
terbalik (Goldfajn dan Gupta,2001).

“new environment” hypothesis, bagaimanapun,menunjukkan suatu trade-off yang


didasarkan pada argument bahwa keberhasilan pengendalian inflasi oleh bank sentral dapat
menumbuhkan persepsi pasar yang terlalu optimis dalam memperkirakan perekonomian
kedepan.

Bab ini membahas isu tentang keterkaitan antara stabilitas moneter dan keuangan dari
prespektif kebijakan bank sentral.Setelah bagian pendahuluan ini,bagian kedua akan
menyajikan perilaku sector keuangan dan efektivitas kebijakan moneter,terutama pada
karakteristik sector keuangan yang berpotensi memperburuk ketidakstabilan makroekonomi
dengan mengembangkan fluktuasi output (prosiklikalitas) dan implikasinya pada cara kerja
kebijakan moneter.Bagian ketiga menguraikan pentingnya integrasi kerangka kerja stabilitas
moneter dan system keuangan ,termasuk penerapan kerangka kerja makroprudensial di
beberapa negara.Bagian selanjutnya menjelaskan bauran instrument kebijakan sebagai strategi
utama untuk mengimplementasikan kerangka kerja stabilitas system moneter dan
keuangan,dan memaparkan berbagai variasi tujuan keijakan,serta mengeksplorasi beberapa
aspek teknis dari implementasinya.Bagian terakhir memberikan kesimpulan dan
implikasi,terutama mengenai penyesuaian mandate bank sentral dan konsikuensinya pada
pengelola kebijakan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku sektor keuangan dan efektifitas kebijakan moneter?

2. Bagaimana integrasi kebijakan moneter dan makropudensial?

3. Bagaimana peran kebijakan makropudensial?

4. Bagaimana bauran intrumen kebijakan?

5. Sebutkan dan jelaskan aspek teknis dalam implementasi?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang apa itu linkage stabilitas moneter dan system keuangan!
2. Untuk mengetahui sektor keuangan dan efektivitas kebijakan moneter!
3. Untuk mengetahui integrasi kebijakan moneter dan makropudensial!
4. Untuk mengetahui variasi respon bauran kebijakan!
5. Untuk mengetahui implikasi pada mandat kebijakan Bank Sentral
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perilaku sektor keuangan dan efektivitas kebijakan moneter.

Bagian sebelumnya telah menjelaskan pentingnya system keuangan dalam mekanisme


transmisi kebijakan moneter,dimana tersirat perlunya bank sentral untuk lebih
memahami hubungan antara sektor keuangan dan kebijakan moneter .Isu ini semakin
jelas,terutama sejak krisis keuangan global 2008/09.Krisis memberikan pelajaran
penting bahwa sektor keuangan memaminkan peran penting dalam stabilitas makro
karena perilakunya yang memicu prosiklikalitas yang berlebihan.Akibat sifat yang
prosiklikal,sektor keuangan berpotensi memperburuk ketidakstabilan makroekonomi
dengan memperkuat fluktuasi output. Karakteristik prosiklikal dari sektor keuangan
secara inheren disebabkan oleh sejumlah factor.Pertama,adanya asimetri informasi
dipasar keuangan memicu akselelator keuangan.Dengan karakter pasar seperti ini,Ketika
ekonomi berada dalam masa kontraksioner dan nilai koleral rendah,bahkan pada
perusahaan yang rehat dengan proyek yang menguntungkan pun akan kesulitan untuk
mengakses kredit.Sebaliknya,Ketika kondisi ekonomi membaik dan nilai kolateral
meningkat,perusahaan yang sama akan mendapatkan Kembali aksesnya ke
bank,sehingga akan merangsang perekonomian.Meskipun akselelator keuangan adalah
suatu mekanisme utama di balik terjadinya prosiklikalitas,respon yang tidak proposional
dari pelaku pasar dalam memahami risiko juga berkontribusi terhadap memperburuknya
masalah prosiklikalitas (Borio et al.2001).

Prosiklikalitas bukan hanya hasil interaksi antara siklus bisnis dan siklus
keuangan,tetapi juga dipengaruhi oleh siklus pengambilan risiko (risk taking)
(Nijathawon,2009).Interaksi ketiganya biasanya dapat dijelaskan dalam konteks siklus
boom-bust.Awalnya,Ketika ekonomi bergerak salama fase ekspanasi,yang ditandai
dengan stabilitas makroekonomi dan peningkatan pertumbuhan,investor optimis saat
menilai perekonomian.Hal ini akan mengarah pada perilaku risk taking,yang pada
akhirnya akan mendorong peningkatan permintaan kredit dan harga asset.

B. Integrasi kebijakan moneter dan makroprudensial


a.) Peran kebijakan makroprudensial

Tidak ada stabilitas makro ekonomi tanpa stabilitas keuangan dalam perspektif
kebijakan tersebut, untuk memperkuat kerangka stabilitas moneter dan system
keuangan, Bank sentral harus lebih fleksibel dan kreatif dalam menanggapi
ketidakpastian yang muncul dalam ekonomi dan berfikir di luar persepsi publik.
Fleksibilitas semacam itu tridak hanya terkait dengan preferensi penyesuaian
untuk mengendalikan inflasi dan mengelola makro ekonomi di satu sisi, dan
peran stabilitas system keuangan di sisi lain, tetapi juga penting untuk mengatasi
potensi konflik atau “trade off”antara penargetan stabilitas moneter dan
stabilitas system keuangan itru sendiri. Dalam hubungan ini, fleksibelitas
kebijakan dapat dicapai melalui instrument tambahan (yaitu instrumen
makroprudensial).

Secara konseptual, kebijakan makroprudensual adalah instrument regulasi


prudensial yang ditujukan untuk mendorong system keuangan secara
kesulurahan, bukan Kesehatan Lembaga keuangan secara individu.

b.) Integrasi kebijakan moneter dan makroprudensial

Ubtuk memperkuat kerangka stabilitas moneter dan stabilitas system keuangan


diperlukan integrasi atau sinergi kebijakan moneter dan makroprudensial yang
tepat sebagaimana diketaghui tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga
stabilitas harga. Untuk mencapai tujuan tersebut bank sentral biasanya
menggunakan suku bunga kebijakan sebagai instrument utama.

C. Bauran instrument kebijakan

a.) Tujuan bauran

Bauran instrument didasari oleh beberapa pertimbangan atau tujuan sebagai berikut
(Balino and Zamaloa,1997). Pertama untuk menjamin pencapaian tujuan
pengendalian moneter dalam mengatasi gejolak yang menggangu permintaan dan
penawaran reserve bank-bank. Kedua untuk melakukan penyesuaian dan adaptasi
instrument dan prosedur operasi sejalan dengan kendala kelembagaan yang
memengaruhi bekerjanya suatu instrument. Ketiga untuk mencapai tujuan-tujuan
kebijakan lain yang dianggap penting dan sekaligus mendorong bekerjanya
mekanisme transmisi kebijakan moneter. Keempat, untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan kebijakan ekonimi makro, terutama tipe rezim moneter dan
nilai tukar.

b.) Variasi respon bauran kebijakan

Penigkatan kadar peran kebijakan moneter, yang tidak hanya terkait dengan
stabilitas moneter, namun juga memperhitungkan stabilitas system keuangan.
Contohnya adalah bagaimana kebijakan moneter diperlukan (atau tidak) dalam
merespon perkembangan harga asset di pasar keuangan yang mendorong potensi
ketidakseimbangan.

Kebijakan moneter memerlukan instrument tambahan untuk mendukungnya dalam


mengendalikan kenaikan harga asset di pasar keuangan.

c.) Aspek teknis dalam implementasi

Dalam implementasi bauran instrument kebijakan,terdapat beberapa aspek yang


perlu di pertimbangkan agar bauran instrument kebijakan optimal,diantaranya : (i)
Sinyal yang perlu direspons,(ii) Karakteristik respons,(iii) Timing implementasi dan
prosiklikalitas, (iv) Efektivitas dan kalibrasi langkah kebijakan, (v)Komunikasi.

i. Sinya yang perlu di respons

Dalam presspektif kebijakan fourward looking,respons kebijakan harus


di arahkan untuk mengantisipasi sinyal potensi gangguan pada
keseimbangan makroekonomi kedepan.

ii. Karakteristik respons

Dalam merumuskan respons suatu kebijakan makroprudensial,salah satu


isu yang penting adalah respons akan menggunakan sebuah aturan atau
diskresi (rules vs discretion).

iii. Timing implementasi dan prosiklikalitas

Timing penerapan kebijakan selama siklus ekonomi penting untuk


diperhatikan.Hal ini antara lain karena suatu peraturan makroprudensial
seringkali bersifat prosiklikal.Sejumlah isu lain yang berkaitan dengan
penerapan karangka makroprudensial yang bersifat countercyclical.

Pertama, terkait dengan berapa bobot yang diberikan pada upaya


menstabilkan siklus ekonomi (misalnya GDP), dibandingkan dengan
upaya untuk mengelola siklus sektor keuangan (misalnya kredit dan
harga asset).

Kedua, terkait dengan siapa yang harus menilai siklus (sektor public
atrau swasta)? Sebagaimana diketahui, siklus ekonomi bersifat
unobservable, dan metode untuk memperkirakannya banyak berkaitan
dengan ketidakpastian sehingga memungkinkan munculnya keragaman
pendapat.

Ketiga, terkait dengan ketepatan watu Tindakan. Keterlambatan


Tindakan dapat berimplikasi pada Tindakan yang lebih bersifat
prosiklikal daripada countercyclical.

iv. Efektivitas dan kalibrasi Langkah kebijakan

Efektivitas bekerjanya suatu instrument kebijakan akan memengaruhi


kalibrasi pilihan Langkah kebijakan yang dianggap sesuai.

v. Komunikasi kebijakan

Komunikasi dalam konteks integrasi kebijakan moneter dan


makroprudensial merupakan hal yang sangat krusial,namun sekaligus
sebuah tantangan yang tidak ringan.

D . Implikasi pada mandate kebijakan bank sentral

a.) Penyesuaian mandate dan kensekuensinya pada tata Kelola kebijakan


Dalam merumuskan strategi kebijakan pascakrisis bank sentral harus
semakin memperkuat fungsi stabilitas sistem keuangan untuk
memastikan perekonomian dan sistem keuangan berada dalam kondisi
yang stabil baik dari sisi makroekonomi maupun sektor keuangan
Terdapat beberapa alasan yang mendasari komplikasi pada tata
kelola kebijakan bank sentral (Crockett, 2010). Pertama, belum adanya
pemahaman terhadap tujuan stabilitas keuangan yang tegas (unik) dan
terkuantifikasi, sebagaimana yang dipahami pada tujuan stabilitas harga.
Selain itu, belum terdapat tolok ukur bagaimana menilai keberhasilan
bank sentral dalam memenuhi tanggung jawab untuk menjaga stabilitas
keuangan. Kedua, tanggung jawab untuk menjaga stabilitas sistem
keuangan pada dasarnya bersifat multidimensi. Cakupan tanggung
jawab mulai dari pengawasan prudensial, penetapan kebijakan untuk
mencegah risiko sistemik, sampai dukungan likuiditas pada pasar
keuangan maupun individu lembaga keuangan. Dalam kaitan ini, belum
ada kejelasan model tata kelola yang mengakomodir perbedaan
karakteristik dari masing masing langkah tersebut. Ketiga, keputusan
terkait dengan stabilitas sistem keuangan cenderung sensitif secara
politis, dibandingkan dengan stabilitas moneter. Hal ini menyebabkan
terjadinya kesulitan dalam menyelaraskan kepentingan untuk menjaga
independensi dengan respons pada lingkungan politik yang ada. Dalam
hal ini, tantangan terberat yang dihadapi oleh bank sentral dalam upaya
untuk menjaga independensi adalah bagaimana tindakan yang dilakukan
oleh bank sentral, terutama pada area yang di luar mandat bank sentral,
pada akhirnya mendapatkan pengesahan (legitimasi) dari Pemerintah
atau parlemen.

b.)Mandat pelaksanaan kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial

Dalam melaksanakan fungsinya untuk mencapai dan memelihara stabilitas sistem


keuangan, bank sentral akan memerlukan instrumen pendukung berupa pengawasan
makroprudensial dan pengawasan mikroprudensial. Pengawasan makroprudensial merupakan
proses pengelolaan kesehatan sistem keuangan secara menyeluruh yang dilaksanakan melalui
serangkaian analisis keterkaitan kegiatan di sektor keuangan, kondisi pasar keuangan dan
perilaku sektor keuangan. Proses pengelolaan ini dilaksanakan dengan perancangan arsitektur
dan respons kebijakan terhadap kondisi sistem keuangan yang sedang berlangsung. Sementara
itu, pengawasan mikroprudensial merupakan proses pengelolaan kesehatan institusi keuangan
secara individual yang dilakukan melalui penerapan pengawasan dan regulasi yang diharapkan
secara agregat mampu menciptakan kesinambungan dan stabilitas pada sistem keuangan serta
memberikan perlindungan kepada konsumen.

c. ) Kejelasan mandate dalam penanganan krisis


Salah satu hal yang menarik dalam proses penanganan krisis ialah bahwa meluasnya
peran dan inisiatif yang dilakukan berbagai bank sentral dalam melakukan resolusi atau
menyelamatkan sistem keuangan domestiknya, telah memunculkan dimensi politik yang juga
tidak kalah menarik untuk diperdebatkan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Setiap pengambil kebijakan memiliki definisi yang berbeda mengenai stabilitas sistem
keuangan. Namun pada umumnya definisi tersebut merujuk pada kondisi di mana sistem
keuangan berfungsi secara baik di dalam perekonomian dan menunjukkan ketahanan
terhadap berbagai gejolak yang mungkin terjadi. Peran sektor keuangan sangat menentukan
stabilitas makroekonomi mengingat perilakunya yang cenderung menciptakan
prosiklikalitas yang berlebihan. Prosiklikalitas adalah perilaku sistem keuangan yang
mendorong perekonomian tumbuh lebih cepat ketika ekspansi dan memperlemah
perekonomian ketika siklus kontraksi. Perilaku prosiklikal pada sistem keuangan
meningkatkan ketidakstabilan makroekonomi dengan menciptakan kondisi output yang
fluktuatif. Perilaku prosiklikalitas sektor keuangan secara inheren dapat muncul karena
beberapa faktor, seperti informasi asimetris dan siklus perilaku terhadap risiko.

Kebijakan makroprudensial merupakan kebijakan yang menggunakan instrument yang


berpegang pada prinsip kehati-hatian sebagai instrument utamanya untuk membatasi risiko
sistemik atau risiko sistem keuangan secara luas. Di sisi lain, kebijakan mikroprudensial
bertujuan untuk membatasi risiko pada individual institusi keuangan tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap makroekonomi. Dengan demikian, ruang lingkup pendekatan
makroprudensial adalah sistem keuangan secara keseluruhan, sementara mikroprudensial
hanya focus pada institusi keuangan secara individual.

Sejak tahun 2003 Bank Indonesia mulai berperan aktif dalam mendorong terciptanya
stabilitas sistem keuangan di Indonesia, antara lain melalui penyusunan blueprint stabilitas
sistem keuangan Indonesia. Bank Indonesia dan Pemerintah secara bersama-sama
mengelola
kebijakan makroekonomi melalui kementerian-kementerian terkait, kebijakan fiscal dari
Kementerian keuangan secara tidak langsung dapat memengaruhi kondisi stabilitas sistem
keuangan, sehingga Kementerian keuangan memiliki kontribusi dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan. peran OJK terletak pada perlindungan konsumen sistem keuangan. OJK
melakukan pengawasan mikroprudensial terhadap semua institusi keuangan untuk
memastikan institusi dapat menjaga kelangsungan usahanya. Peran LPS membantu
meningkatkan kepercayaan masyarakat pada perbankan nasional karena adanya garansi
pengembalian simpanan jika terjadi kegagalan bank.
DAFTAR PUSTAKA

M. Juhro, Solikin. (2020). Pengantar Kebanksentralan Teori dan Kebijakan. Depok: Bank
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai