Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MANDIRI

EKONOMI MAKRO

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT


DAN
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP
PERMINTAAN AGREGAT

Nama : Helcho Guswa Lyanzha


NPM : 170910350
Dosen : Heryenzus, S.Kom., M.Si.
Mata Kuliah : Ekonomi Makro

MANAJEMEN BISNIS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
JULI 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan tugas mandiri ini dapat terselesaikan. Setelah mengikuti rangkaian
pendidikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan, menyusun dan menyerahkan
Laporan Akhir pelaksanaan Tugas Mandiri, Penyusun menyadari bahwa
pelaksanaan Tugas Mandiri sangat menentukan kelulusan bagi peserta, maka
dengan segala keterbatasan dan kekurangan penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin melaksanakan tugas mandiri dan menyusun laporan akhir ini.
Semoga apa yang telah penyusun lakukan selama ini akan memberikan
hasil yang optimal dan memberikan manfaat penyusun dam pembaca. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan tegur dan sapa serta kritik yang bersifat membangun
dan akan di perbaiki di kemudian hari.
Semoga dengan adanya Tugas Mandiri ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Batam, 19 Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
I.1. LATAR BELAKANG................................................................................1
I.2. TUJUAN PENULISAN.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
II.1. PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT..................................3
II.1.1. Fakta utama mengenai fluktuasi ekonomi.........................................3
II.1.2. Fluktuasi ekonomi jangka pendek.....................................................3
II.1.3. Kurva permintaan agregat.................................................................4
II.1.4. Kurva penawaran agregat..................................................................5
II.1.5. Dua penyebab fluktuasi ekonomi......................................................6
II.1.6. Penentu penawaran agregat...............................................................7
II.1.7. Pertanyaan tentang permintaan dan penawaran agregat....................8
II.2. PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP
PERMINTAAN AGREGAT........................................................................8
II.2.1. Kebijakan Moneter Memengaruhi Permintaan Agregat....................8
II.2.2. Teori Preferensi Likuiditas.........................................................9
II.2.3. Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat...........................10
II.2.4. Perubahan jumlah uang yang beredar...............................................11
II.2.5. Peranan Target Suku Bunga dalam Kebijakan Moneter....................12
II.2.6. Kebijakan Fiskal memengaruhi permintaan agregat.........................12
II.2.7. Pertanyaan tentang Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal
Terhadap Permintaan Agregat..........................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
III.1. Kesimpulan Permintaan dan Penawaran Agregat....................................15
III.2. Kesimpulan Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap
Permintaan Agregat.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan analisis
keseimbangan makroekonomi yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi perubahan
harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang sangat
menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi
Negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai negara dalam tahun
1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi yang serius dalam
keadaan pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan kesadaran bahwa analisis
yang ada belum dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai peristiwa-
peristiwa yang mungkin berlaku dalam perekonomian.
Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model penentuan
keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang menunjukkan
bagaimana perubahan harga-harga akan mempengaruhi pertumbuhan, fluktuasi
kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja. Analisis ini memberikan gambaran yang
lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena bukan saja dapat memberi
gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas tingkat pengeluaran dalam
suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan implikasi perubahan harga ke atas
penawaran agregat yaitu jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan dan
ditawarkan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada
sifat analisisnya ini yaitu yang memperhatikan segi permintaan dan segi
penawaran, analisis keseimbangan makroekonomi ini lebih dikenal sebagai model
permintaan – penawaran agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis
AD-AS.
Pemikiran makroekonomi modern tidak dapat sepenuhnya menerima
pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh golongan Klasik maupun Keynes.
Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja penuh selalu
tercapai dalam ekonomi adalah terlalu rigid. Sebaliknya keyakinan Keynes bahwa
pengangguran yang serius selalu berlaku dalam perekonomian, juga tidak
sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan Keynesian Baru bertujuan untuk

1
memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara
pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan
menggunakan analisis AD-AS.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh
dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut,
kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan
pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama
dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara
tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan
perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor
rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia
internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi
masing – masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap
perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat
makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan
suku bunga sampai tingkat yang terendah.

I.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuiah Ekonomi Moneter sebagai
tugas akhir semester.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menentukan kurva permintaan dan
penawaran agregat.
3. Untuk mengetahui analisis AD-AS menurut pendekatan Klasik dan
pendekatan Keynes yang sederhana.
4. Agar lebih memahami definisi dari kebijakan fiskal
5. Agar lebih memahami tentang kebijakan moneter
6. Serta mempermudah pembaca memahami hubungan kebijakan fiskal dan
moneter

2
BAB II
PEMBAHASAN

II. BAB 33 Permintaan dan Penawaran Agregat


II.1.1. Fakta Utama Mengenai Fluktuasi Ekonomi
Fluktuasi-fluktuasi jangka pendek dalam kegiatan perekonomian selalu
terjadi di setiap negara dan selalu ada dalam sejarah. Berikut fakta utama
mengenai fluktuasi ekonomi :
1. Fakta 1 : Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat
diprediksikan
Fluktuasi dalam perekonomian sering kali disebut siklus bisnis. Ketika PDB
riil tumbuh dengan cepat maka usaha lancar. Selama periode perluasan
ekonomi, perusahaan mendapatkan bahwa daya beli konsumen tinggi dan
keuntungannya pun meningkat. Di sisi lain, ketika PDB riil turun selama masa
resesi, bisnis di rundung berbagai masalah. Pada resesi ini, kebanyakan
perusahaan mengalami penurunan penjualan dan keutungan.
2. Fakta 2 : Kebanyakan besaran ekonomi makro berfluktuasi bersama-sama
PDB riil adalah variable yang sering digunakan untuk memantau perubahan
jangka pendek yang terjadi dalam perekonomian karena hal ini merupakan alat
ukur kegiatan perekonomian yang komprehensif. PDB riil mengukur semua
nilai akhir barang dan jasa yang diproduksi pada periode waktu tertentu.
3. Fakta 3 : Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik
Perubahan-perubahan pada output perekonomian dalam bentuk barang dan jasa
erat kaitannya dengan perubahan dalam utilitasi angkatan kerjanya.

II.1.2. Menjelaskan Fluktuasi Ekonomi Jangka Pendek


A. Bagaimana fluktuasi jangka pendek berbeda dari fluktuasi jangka panjang
Sebagian besar ekonom percaya bahwa teori klasik menjelaskan dunia dalam
jangka panjang, tetapi tidak dalam jangka pendek. Setelah melewati suatu peiode
yang berlangsung selama beberapa tahun, perubahan-perubahan dalam jumlah
uang yang beredar memengaruhi harga dan variable nominal lain, tetapi tidak
memengaruhi PDB riil, pengangguran, atau variable riil lainnya. Akan tetapi,

3
ketika mempelajari perubahan ekonomi dari tahun ke tahun, asumsi netralitas
keuangan sudah tidak sesuai lagi.
B. Model dasar dari fluktuasi ekonomi
Model fluktuasi ekonomi jangka pendek terfokus pada perilaku dua variable.
Variabel pertama adalah hasil perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, seperti
yang diukur oleh PDB riil. Variabel kedua adalah keseluruhan tingkat harga yang
diukur oleh indeks harga konsumen atau deflator PDB.
Kita menganalisis fluktuasi-fluktuasi dalam perekonomian secara
keseluruhan dengan model permintaan dan penawaran agregat (model of
aggregate demand and aggregate supply). Sumbu vertical menunjukkan tingkat
harga keseluruhan dalam perekonomian. Sementara itu, sumbu horizontal adalah
jumlah barang dan jasa keseluruhan. Kurva permintaan agregat menunjukkan
jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah pada setiap tingkat harganya. Kurva penawaran agregat menunjukkan
jumlah barang dan jasa yang diproduksi dan dijual perusahaan pada setiap tingkat
harga tertentu.

II.1.3. Kurva Permintaan Agregat


Kurva permintaan agregat menjelaskan jumlah permintaan seluruh barang
dan jasa dalam suatu perekonomian pada setiap tingkat harga.
A. Kurva Permintaan Agregat Miring ke Bawah
Setiap bagian dari keempat komponen berkontribusi terhadap permintaan
agregat barang dan jasa. Sekarang, kita asumsikan bahwa pemerintah
membelanjakan yang dibutuhkannya melalui kebijakan. Sementara itu, ketiga
komponen belanja yang lain, yakni konsumsi, investasi, dan ekspor neto
tergantung pada kondisi-kondisi perekonomian dan, khususnya tingkat harga.
B. Kurva Permintaan Agregat Dapat Bergeser
Bentuk kurva permintaan agregat yang miring ke bawah menunjukkan
bahwa penurunan tingkat harga akan meningkatkan keseluruhan jumlah
permintaan barang dan jasa.

4
II.1.4. Kurva Penawaran Agregat
Kurva penawaran agregat menyatakan jumlah keseluruhan barang dan jasa yang
diproduksi oleh perusahaan dan dijual pada tingkat harga tertentu. Kurva
penawaran agregat menggambarkan hubungan yang sangat bergantung pada
periodenya. Pada kondisi jangka panjang, kurva penawaran agregat berbentuk
vertical, sedangkan pada kondisi jangka pendek, kurva penawaran agregat
miring ke atas.
A. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Bentuknya Vertikal
Dalam jangka panjang, jumlah penawaran output bergantung pada jumlah tenaga
kerja, modal, dan sumber daya alam, serta pada teknologi untuk mengubah input
tersebut menjadi output. Penawaran agregat tidak bergantung pada tingkat harga
keseluruhan. Sebagai hasilnya, kurva penawaran agregat jangka panjang
berbentuk vertical pada tingkat output alamiah.
B. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Dapat Bergeser
Posisi kurva penawaran agregat jangka Panjang menunjukkan jumlah barang dan
jasa yang diperkirakan oleh teori ekonomi makro klasik. Tingkat produksi ini
sering di sebut output potensial atau output alamiah karena menunjukkan apa
yang di hasilkan dalam ekonomi ketika pengangguran pada kondisi tingkat
alamiahnya atau normal.
C. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Miring ke Atas
Dalam jangka pendek, turunnya tingkat harga megurangi jumlah penawaran
barang dan jasa. Hubungan positif dapat disebabkan oleh kekakuan upah,
kekakuan harga, atau kesalahan persepsi. Sepanjang waktu, upah, harga, dan
persepsi menyesuaikan diri, jadi hubungan positif ini hanya sementara. Ketika
tingkat harga naik di atas tingkat yang diharapkan, ouput juga meningkat di atas
tingkat alamiahnya. Sementara, ketika harga jatuh di bawah tingkat yang
diharapkan, output turun di bawah tingkat alamiahnya.
a. Teori kekakuan upah
Menurut teori ini, kurva penawaran agregat jangka pendek yang miring ke
atas karena dalam jangka pendek, upah nominal sulit berubah atau “kaku”,
hingga batas tertentu, lambatnya perubahan upah nominal itu terkait kontrak
jangka Panjang (antara pekerja dengan perusahaan) yang menetapkan upah

5
nominal, yang terkadang berjangka waktu hingga tiga tahun. Selain itu,
perubahan yang lambat tersebut mungkin juga terkait dengan norma-norma
social dan pemahaman mengenai keadilan yang memengaruhi penentuan
upah dan tidak berubah drastic dari waktu ke waktu.
b. Teori kekauan harga
Teori kekakuan harga menekankan bahwa harga dari suatu barang atau jasa
tertentu juga lambat menyesuaikan terhadap perubahan kondisi ekonomi.
Kelambatan penyesuaian harga terjadi per bagian karena ada biaya dalam
penyesuaian harga yang di sebut biaya menu. Biaya menu meliputi biaya
pencetakan dan penyaluran katalog serta waktu yang dibutuhkan untuk
mengubah label harga.
c. Teori Kesalahan Persepsi
Menurut teori ini, perubahan-perubahan dalam tingkat harga keseluruhan
terkadang dapat menyesatkan produsen tentang apa yang terjadi dalam
masing-masing pasar tempat di mana mereka menjual hasil produksinya.
Sebagai hasil dari kesalahan persepsi ini, produsen menanggapi perubahan
tingkat harga dan respons ini menuntun pada kurva penawaran agregat jangka
pendek yang miring ke atas.
D. Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Dapat Bergeser
Kurva penawaran agregat jangka pendek menunjukkan jumlah penawaran barang
dan jasa dalam jangka pendek pada tingkat harga tertentu. Kita dapat menganggap
kurva penawaran ini sama dengan kurva penawaran agregat jangka Panjang,
namun dibuat miring ke atas karena adanya kekakuan upah, kekauan harga, dan
kelasahan persepsi.

II.1.5. Dua Penyebab Fluktuasi Ekonomi


Ketika suatu perekonomian berada pada keseimbangan jangka panjangnya, upah,
harga dan persepsi harus disesuaikan sehingga persimpangan permintaan agregat
dengan penawaran agregat jangka pendek akan sama dengan persimpangan
permintaan agregat dengan penawaran agregat jangka Panjang.

6
A. Dampak Pergeseran Permintaan Agregat
Penyebabnya dapat jadi adalah krisi kesehatan seperti menjangkitnya flu burung,
ketidakstabilan politik di negara tetangga, jatuhnya pasar saham, atau meletusnya
perang di luar negeri. Karena peristiwa-peristiwa tersebut, banyak orang
kehilangan masa depan dan mengubah rencana mereka. Rumah tangga memotong
pengeluaran mereka dan menunda pembelian besar, sedangkan perusahaan
menunda pembelian peralatan baru.
B. Dampak Pergeseran Penawaran Agregat
Para pembuat kebijakan yang mengontrol kebijakan moneter dan fikal dapat
berusaha mengimbangi beberapa dampak pergeseran pada kurva penawaran
agregat jangka pendek ini dengan menggeser kurva permintaan agregat.

II.1.6. Penentu Penawaran Agregat


Penawaran agregat pada dasarnya tergantung pada dua bidang kekuatan
yang berbeda: output yang potensial dan biaya input.
A. Output Potensial
Konsep utama untuk memahami penawaran agregat adalah output potensial atau
potensial GDP. Output potensial adalah hasil maksimum yang bias dipertahankan,
diproduksi tanpa memicu kenaikan inflasi.
Selama periode jangka Panjang, penawaran agregat bergantung terutama
pada output potensial. Sebab itu, AS jangka Panjang yang di tentukan oleh factor
yang sama memengaruhi pertumbuhan ekonomi jankgka Panjang : Jumlah dan
kualitas tenaga kerja yang tersedia, kuantitas mesin dan barang modal lain yang
digunakan oleh pekerja, dan tingkat teknologi. Oleh karenaitu, Analisa tren
pertumbuhan jangka Panjang memperhatikan pertumbuhan ouput potensial dan
penentuan penawaran agregat.
Untuk tujuan kuantitatif, ahli makroekonomi menggunakan secara umum
definisi output potensial sebaagi berikut :
GDP potensial adalah tingkat tertinggi output nasional yang bias
dipertahankan. Kita mengukur GDP potensial sebagai output yang akan
diproduksi pada tingkat yang menentukan tingginya angka pengangguran yang
disebut nonaccelerating inflation rate of unemployment (NAIRU). Perkiraan

7
jumlah NAIRU Amerika Serikat saat ini ada pada kisarana 5 hingga 6%
angkatan tenaag kerja.
Output potensial adalah target yang berkembang, ketika keadaan ekonomi
berkembang, output potensial juga meningkat, dan kurva penawaraan agregat
bergeser ke kanan. Factor utama yang menentukan pertumbuhan pada output
potensial adalah pertumbuhan pada input dan kemajuan teknologi (SAMUELSON
& NORDHAUD, 2004)

II.1.7. Pertanyaan Tentang Permintaan Dan Penawaran Agregat


1. Apa yang dimaksud dengan PDB riil?
2. Apakah asumsi-asumsi teori ekonomi makro klasik sesuai dengan kondisi dunia
nyata?
3. Apa yang bias dapatkan dari Kurva Penawaran Agregat?
4. Mengapa turunnya tingkat harga meningkatkan jumlah permintaan barang dan
jasa?
5. Jelaskan yang dimaksud dengan Teori Kekakuan upah?
6. Apa saja yang menentukan jumlah penawaran barang dan jasa dalam jangka
panjang?

II.2. BAB 34 Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal Terhadap Permintaan


Agregat
II.2.1. Kebijakan Moneter Memengaruhi Permintaan Agregat
Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah permintaan barang dan
jasa dalam perekonomian untuk sembarang tingkat harga. Kemiringan kurva
permintaan agregat bergerak menurun karena tiga alas an sebagai berikut :
1. Pengaruh kekayaan : Tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil
uang yang di pegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih
tinggi ini mendorong belanja konsumen.
2. Pengaruh suku bunga : Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku
bunga karena orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang
mereka pegang, sedangkan suku bunga yang lebih rendah mendorong
pengeluaran untuk investasi.

8
3. Pengaruh nilai tukar : Apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan
tingkat suku bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar
negeri dan menyebabkan mata uang domestic mengalami depresiasi relative
dengan mata uang asing. Depresiasi ini membuat barang-barang di dalam
negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang luar negeri
dan akibatnya mendorong belanja ekspor neto.
Ketiga pengaruh ini seharusnya tidak dianggap sebagai teori alternative.
Sebaliknya, ketiganya terjadi secara bersamaan untuk meningkatkan jumlah
permintaan barang dan jasa ketika tingkat harga turun dan untuk menurunkannya
ketika tingkat harga naik.
Meskipun sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang
miring ke bawah, ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-
beda menurut jenis perekonomian. Karena kepemilikan uang (money holdings)
umumnya sebagian kecil dari kekayaan rumah tangga, maka dapat dikatakan
bahwa efek kekayaan adalah yang paling tidak penting dari ketiga pengaruh
tersebut. Selain itu, pengaruh nilai tukar akan lebih besar bagi perekonomian Asia
yang kecil dan terbuka, seperti Singapura, Hong Kong, dan Malaysia, karena
ketiga negara tersebut biasa mengekspor dan mengimpor bagian yang lebih besar
dari PDB mereka daripada negara-negara lain di Asia, termasuk Thailand,
Indonesia dan Filipina.

II.2.2. Teori Preferensi Likuiditas


Dalam buku klasiknya yang berjudul The General Theory of Employment,
Interest and Money, John Maynard Keynes mengajukan teori preferensi likuiditas
untuk menjelaskan factor-faktor yang menentukan suku bunga dalam
perekonomian. Teori tersebut, pada dasarnya tidak lebih dari penerapan
penawaran dan permintaan. Menurut Keynes, suku bunga berubah untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang umum dilaporkan dan suku
bunga riil adalah suku bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi.
Apabila suku bunga nominal naik atau turun, suku bunga riil yang diinginkan oleh
orang juga naik atau turun.

9
A. Jumlah uang yang beredar
Jumlah uang yang beredar dikendalikan oleh Bank sentral. Bank sentral
biasanya mengubah jumlah uang yang beredar terutama dengan mengubah
jumlah cadangan dalam system perbankan melalui pembelian dan penjualan
obligasi pemerintah dalam operasi pasar terbuka. Apabila bank sentral menjual
obligasi pemerintah, uang yang diterima dari obligasi tersebut ditarik dari
sistem perbankan dan cadangan bank berkurang. Perubahan cadangan bank ini
lantas menimbulkan perubahan kemampuan bank untuk memberikan pinjaman
dan menciptakan uang.
B. Permintaan Uang
Likuiditas segala asset adalah kemudahan asset tersebut diubah menjadi alat
pertukaran dalam perekonomian. Uang merupakan alat pertukaran dalam
perekonomian sehingga sesuai dengan definisinya merupakan asset yang paling
likuid yang tersedia. Likuiditas uang menjelaskan permintaan uang; orang lebih
memilih untuk memilik uang daripada asset lain yang memberikan tingkat hasil
lebih tinggi karena uang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa.
C. Keseimbangan dalam pasar uang
Menurut teori preferensi likuiditas, suku bunga berubah-ubah untuk
menyeimbangkan jumlah uang beredar dan permintaan uang. Ada jenis suku
bunga yang disebut dengan suku bunga keseimbangan yang menyebabkan
jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar.
Apabila suku bunga berada di tingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan
portofolio asset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik
keseimbangannya.

II.2.3. Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat


Kenaikan suku bunga tidak hanya memengaruhi pasar uang, tetapi
juga jumlah permintaan barang dan jasa. Analisis pengaruh suku bunga dapat
dirangkum nejadi tiga langkah. Pertama, Tingkat harga yang lebih tinggi
menaikkan permintaan uang. Kedua, permintaan uang yang lebih tinggi
menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi. Ketiga, suku bunga yang lebih
tinggi mengurangi jumlah permintaan barang dan jasa. Tentu saja, logika yang

10
sama berlaku untuk kondisi sebaliknya. Tingkat harga yang rendah menurunkan
permintaan uang yang menyebabkan suku bunga menjadi lebih rendah, dan
kemudian meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa. Hasil akhir analisis
ini adalah hubungan negative antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang
dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring ke bawag.

II.2.4. Perubahan Jumlah Uang yang Beredar


Setiap jumlah permintaan barang dan jasa berubah pada tingkat harga
tertentu, kurva permintaan agregat pun bergeser. Satu variabel penting yang
menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan moneter. Apabila bank
sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga turun dan jumlah
permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan
kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, apabila bank sentral
menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan
barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu turun, yang menyebabkan kurva
permintaan agregat bergeser ke kiri.

II.2.5. Peranan Target Suku Bunga dalam Kebijakan Moneter


Apabila bank sentral membeli obligasi pemerintah dalam operasi pasar
terbuka, bank sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar dan memperluas
penawaran agregat. Apabila bank sentral menjual obligasi pemerintah dalam
operasi pasar terbuka, bank sentral menurunkan jumlah uang yang beredar dan
mempersempit penawaran agregat.
Pembahasan tentang kebijakan bank sentral sering kali memilih untuk
memberlakukan suku bunga daripada jumlah uang yang beredar, sebagai
perangkat kebijakan bank sentral. Cara lain bagi bank sentral untuk melakukan
kebijakan moneter adalah dengan menargetkan suku bunga pinjaman jangka
pendek bagi bank-bank daripada menargetkan jumlah uang yang beredar,
sebagiannya karena jumlah uang yang beredar sulit diukur dengan cukup tepat.
Keputusan bank sentral untuk menargetkan suku bunga pada dasarnya tidak
mengubah analisis kita terhadap kebijakan moneter. Teori preferensi likuiditas
memberi satu prinsip penting: Kebijakan moneter dapat dijelaskan, baik dalam

11
terminology jumlah uang yang beredar maupun terminology suku bunga.
Perubahan kebijakan moneter yang bertujuan untuk menurunkan permintaan
agregat dapat dijabarkan, baik sebagai penurunan jumlah uang yang beredar
maupun sebagai kenaikan suku bunga.

II.2.6. Kebijakan Fiskal memengaruhi permintaan agregat


Pemerintah dapat memengaruhi perilaku ekonomi tidak hanya melalui
kebijakan moneter, tetapi juga melalui kebijakan fiscal. Kebijakan fiscal merujuk
pada pilihan-pilihan pemerintah mengenai tingkat pembelanjaan atau pajak negara
secara keseluruhan.
A. Perubahan-perubahan dalam pembelanjaan negara
Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah
mengubah kurva permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja
perusahaan atau rumah tangga. Sebaliknya, ketika mengubah belanja barang
dan jasanya sendiri, pemerintah mengubah kurva permintaan agregat secara
langsung.
B. Efek penggandaan
Ketika pemerintah membeli barang dari Buildit senilai $20 miliar, pembelian
ini memiliki konsekuensi. Dampak langsung dari kenaikan permintaan
pemerintah adalah bertambahnya pekerjaan dan keuntungan Buildit.
Kemudian, ketika para pekerja melihat upah lebih tinggi dan pemilik
perusahaan melihat keuntungan lebih tinggi, mereka merespons kenaikan
pendapatan ini dengan meningkatkan belanja konsumen mereka sendiri.
Akibatnya, belanja pemerintah dari Buildit meningkatkan permintaan terhadap
produk banyak perusahaan lain dalam perekonomian. Karena setiap dolar yang
dibelanjakan oleh negara dapat meningkatkan permintaan agregat barang dan
jasa sebesar lebih dari satu dolar, belanja pemerintah dikatakan menimbulak
efek penggandaan (multiplier effect) terhadap permintaan agregat.
C. Penerapan lain dari efek penggandaan
Akibat efek penggandaan, satu dolar belanja pemerintah dapat menghasilkan
lebih dari satu dolar permintaan agregat. Namun, dasar pemikiran dari efek
penggandaan ini tidak terbatas pada perubahan belanja pemerintah. Sebaliknya,

12
logika tersebut berlaku terhadap segala peristiwa yang mengubah semua
komponen PDB-konsumsi, investasi, belanja pemerintah, atau ekspor neto.
Penggandaan merupakan konsep penting dalam ekonomi makro karena
memperlihatkan bagaimana perekonomian dapat menggandakan dampak
perubahan belanja. Perubahan awal yang kecil dalam konsumsi, investasi,
belanja pemerintah, atau ekspor neto dapat berdampak besar terhadap
permintaan agregat. Begitu pula dengan produksi barang dan jasa dalam
perekonomian.
D. Efek pembatasan paksa
Efek penggandaan kelihatan menunjukkan bahwa jika pemerintah melakukan
belanja kontrak konstruksi dengan Buildit sebesar $20 miliar, ekspansi
permintaan agregat yang ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar, ekspansi
permintaan agregat yang ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar. Namun,
ada efek lain yang muncul dari arah berlawanan. Meskipun mendorong
permintaan agregat barang dan jasa, kenaikan belanja pemerintah juga
menyebabkan suku bunga naik, sedangkan suku bunga lebih tinggi
menurunkan belanja investasi dan menghambat permintaan agregat. Penurunan
permintaan agregat yang terjadi apabila ekspansi fiscal menaikkan suku bunga
disebut dengan efek pembatasan paksa (crowding-out effect).
E. Perubahan-perubahan dalam perpajakan
Perangkat kebijakan fiscal penting lainnya, selain tingkat belanja pemerintah
adalah tingkat perpajakan. Apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan
perseorangan, misalnya pendapatan bersih rumah tangga pun menjadi
meningkat. Rumah tangga akan menabung sebagian dari pendapatan tambahan
ini, namun mereka juga akan membelanjakan sebagian untuk barang-barang
konsumsi. Karena meningkatkan belanja konsumen, penurunan pajak
menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Serupa dengan hal itu,
kenaikan pajak menekan belanja konsumen dan menggeser kurva permintaan
agregat ke kiri.
Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan oleh perubahan
pajak juga dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan paksa. Ketika

13
pemerintah menurunkan pajak dan mendorong belanja konsumen, penghasilan
dan keuntungan meningkat yang juga mendorong belanja konsumen

II.2.7. Pertanyaan tentang Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal


Terhadap Permintaan Agregat
1. Apa yang dimaksud suku bunga nominal?
2. Apa yang dimaksud suku bunga riil?
3. Jelaskan yang dimaksud likuiditas segala asset?
4. Jelaskan tiga langkah analisis pengaruh suku bunga?
5. Bagaiman bank sentral memengaruhi perekonomian?
6. Apa yang dimaksud dengan efek penggandaan?

14
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan Permintaan Dan Penawaran Agregat


Setiap masyarakat mengalami fluktuasi ekonomi jangka pendek ditengah-
tengah kecenderungan jangka Panjang. Fluktuasi ini tidaklah beraturan dan
hamper tidaklah beraturan dan hamper tidak dapat diperkirakan. Ketika resesi
benar-benar terjadi, PDB riil dan ukuran-ukuran lain dari penghasilan, belanja,
dan produksi jatuh, sedangkan pengangguran naik.
Para ekonom menganalisis fluktuasi ekonomi jangka pendek dengan
menggunakan model permintaan dan penawaran agregat. Menurut model ini, hasil
barang dan jasa serta tingkat harga keseluruhan menyesuaikan dengan permintaan
dan penawaran agregat.
Kurva penawaran agregat jangka Panjang berbentuk vertical. Dalam
jangka Panjang, jumlah penawaran barang dan jasa bergantung pada tenaga kerja,
modal, sumber daya alam, dan teknologi yang ada dalam perekonomian, tetapi
tidak pada tingkat harga keseluruhan.

III.2. Kesimpulan Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal Terhadap Permintaan


Agregat
Dalam mengembangkan teori fluktuasi ekonomi jangka pendek, Keynes
mengusulkan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan factor-faktor penetu
suku bunga. Menurut teori ini, suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan
penawaran dan permintaan uang.
Kenaikan tingkat harga meningkatkan permintaan uang dan menaikkan
suku bunga yang menyeimbangkan pasar uang. Karena suku bunga merupakan
biaya pinjaman, suku bunga yang lebih tinggi menurunkan investasi dan juga
jumlah permintaan barang dan jasa.
Apabila pemerintah mengubah jumlah belanja pemerintah atau pajak,
pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan dapat lebih besar, dapat pula
lebih kecil daripada perubahan fiscal. Efek penggandaan cenderung menguatkan

15
efek kebijakan fiscal terhadap permintaan agregat. Efek pembatasan paksa
cenderung melemahkan perubahan fiscal terhadap permintaan agregat.

16
DAFTAR PUSTAKA

N.Gregory Mankiw, Euston Quah, Peter Wilson, Pengantar Ekonomi Makro,


Jakarta, salemba empat, 2014.
SAMUELSON, P. A., & NORDHAUD, W. D. (2004). Ilmu Ekonomi Makro.pdf.
(M. Sumaryati, Ed.). New York: PT. Media Global Edukasi.

17

Anda mungkin juga menyukai