EKONOMI MAKRO
MANAJEMEN BISNIS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
JULI 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan tugas mandiri ini dapat terselesaikan. Setelah mengikuti rangkaian
pendidikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan, menyusun dan menyerahkan
Laporan Akhir pelaksanaan Tugas Mandiri, Penyusun menyadari bahwa
pelaksanaan Tugas Mandiri sangat menentukan kelulusan bagi peserta, maka
dengan segala keterbatasan dan kekurangan penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin melaksanakan tugas mandiri dan menyusun laporan akhir ini.
Semoga apa yang telah penyusun lakukan selama ini akan memberikan
hasil yang optimal dan memberikan manfaat penyusun dam pembaca. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan tegur dan sapa serta kritik yang bersifat membangun
dan akan di perbaiki di kemudian hari.
Semoga dengan adanya Tugas Mandiri ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
I.1. LATAR BELAKANG................................................................................1
I.2. TUJUAN PENULISAN.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
II.1. PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT..................................3
II.1.1. Fakta utama mengenai fluktuasi ekonomi.........................................3
II.1.2. Fluktuasi ekonomi jangka pendek.....................................................3
II.1.3. Kurva permintaan agregat.................................................................4
II.1.4. Kurva penawaran agregat..................................................................5
II.1.5. Dua penyebab fluktuasi ekonomi......................................................6
II.1.6. Penentu penawaran agregat...............................................................7
II.1.7. Pertanyaan tentang permintaan dan penawaran agregat....................8
II.2. PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP
PERMINTAAN AGREGAT........................................................................8
II.2.1. Kebijakan Moneter Memengaruhi Permintaan Agregat....................8
II.2.2. Teori Preferensi Likuiditas.........................................................9
II.2.3. Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat...........................10
II.2.4. Perubahan jumlah uang yang beredar...............................................11
II.2.5. Peranan Target Suku Bunga dalam Kebijakan Moneter....................12
II.2.6. Kebijakan Fiskal memengaruhi permintaan agregat.........................12
II.2.7. Pertanyaan tentang Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal
Terhadap Permintaan Agregat..........................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
III.1. Kesimpulan Permintaan dan Penawaran Agregat....................................15
III.2. Kesimpulan Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap
Permintaan Agregat.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara
pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan
menggunakan analisis AD-AS.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh
dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut,
kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan
pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama
dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara
tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan
perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor
rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia
internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi
masing – masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap
perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat
makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan
suku bunga sampai tingkat yang terendah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ketika mempelajari perubahan ekonomi dari tahun ke tahun, asumsi netralitas
keuangan sudah tidak sesuai lagi.
B. Model dasar dari fluktuasi ekonomi
Model fluktuasi ekonomi jangka pendek terfokus pada perilaku dua variable.
Variabel pertama adalah hasil perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, seperti
yang diukur oleh PDB riil. Variabel kedua adalah keseluruhan tingkat harga yang
diukur oleh indeks harga konsumen atau deflator PDB.
Kita menganalisis fluktuasi-fluktuasi dalam perekonomian secara
keseluruhan dengan model permintaan dan penawaran agregat (model of
aggregate demand and aggregate supply). Sumbu vertical menunjukkan tingkat
harga keseluruhan dalam perekonomian. Sementara itu, sumbu horizontal adalah
jumlah barang dan jasa keseluruhan. Kurva permintaan agregat menunjukkan
jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah pada setiap tingkat harganya. Kurva penawaran agregat menunjukkan
jumlah barang dan jasa yang diproduksi dan dijual perusahaan pada setiap tingkat
harga tertentu.
4
II.1.4. Kurva Penawaran Agregat
Kurva penawaran agregat menyatakan jumlah keseluruhan barang dan jasa yang
diproduksi oleh perusahaan dan dijual pada tingkat harga tertentu. Kurva
penawaran agregat menggambarkan hubungan yang sangat bergantung pada
periodenya. Pada kondisi jangka panjang, kurva penawaran agregat berbentuk
vertical, sedangkan pada kondisi jangka pendek, kurva penawaran agregat
miring ke atas.
A. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Bentuknya Vertikal
Dalam jangka panjang, jumlah penawaran output bergantung pada jumlah tenaga
kerja, modal, dan sumber daya alam, serta pada teknologi untuk mengubah input
tersebut menjadi output. Penawaran agregat tidak bergantung pada tingkat harga
keseluruhan. Sebagai hasilnya, kurva penawaran agregat jangka panjang
berbentuk vertical pada tingkat output alamiah.
B. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Dapat Bergeser
Posisi kurva penawaran agregat jangka Panjang menunjukkan jumlah barang dan
jasa yang diperkirakan oleh teori ekonomi makro klasik. Tingkat produksi ini
sering di sebut output potensial atau output alamiah karena menunjukkan apa
yang di hasilkan dalam ekonomi ketika pengangguran pada kondisi tingkat
alamiahnya atau normal.
C. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Miring ke Atas
Dalam jangka pendek, turunnya tingkat harga megurangi jumlah penawaran
barang dan jasa. Hubungan positif dapat disebabkan oleh kekakuan upah,
kekakuan harga, atau kesalahan persepsi. Sepanjang waktu, upah, harga, dan
persepsi menyesuaikan diri, jadi hubungan positif ini hanya sementara. Ketika
tingkat harga naik di atas tingkat yang diharapkan, ouput juga meningkat di atas
tingkat alamiahnya. Sementara, ketika harga jatuh di bawah tingkat yang
diharapkan, output turun di bawah tingkat alamiahnya.
a. Teori kekakuan upah
Menurut teori ini, kurva penawaran agregat jangka pendek yang miring ke
atas karena dalam jangka pendek, upah nominal sulit berubah atau “kaku”,
hingga batas tertentu, lambatnya perubahan upah nominal itu terkait kontrak
jangka Panjang (antara pekerja dengan perusahaan) yang menetapkan upah
5
nominal, yang terkadang berjangka waktu hingga tiga tahun. Selain itu,
perubahan yang lambat tersebut mungkin juga terkait dengan norma-norma
social dan pemahaman mengenai keadilan yang memengaruhi penentuan
upah dan tidak berubah drastic dari waktu ke waktu.
b. Teori kekauan harga
Teori kekakuan harga menekankan bahwa harga dari suatu barang atau jasa
tertentu juga lambat menyesuaikan terhadap perubahan kondisi ekonomi.
Kelambatan penyesuaian harga terjadi per bagian karena ada biaya dalam
penyesuaian harga yang di sebut biaya menu. Biaya menu meliputi biaya
pencetakan dan penyaluran katalog serta waktu yang dibutuhkan untuk
mengubah label harga.
c. Teori Kesalahan Persepsi
Menurut teori ini, perubahan-perubahan dalam tingkat harga keseluruhan
terkadang dapat menyesatkan produsen tentang apa yang terjadi dalam
masing-masing pasar tempat di mana mereka menjual hasil produksinya.
Sebagai hasil dari kesalahan persepsi ini, produsen menanggapi perubahan
tingkat harga dan respons ini menuntun pada kurva penawaran agregat jangka
pendek yang miring ke atas.
D. Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Dapat Bergeser
Kurva penawaran agregat jangka pendek menunjukkan jumlah penawaran barang
dan jasa dalam jangka pendek pada tingkat harga tertentu. Kita dapat menganggap
kurva penawaran ini sama dengan kurva penawaran agregat jangka Panjang,
namun dibuat miring ke atas karena adanya kekakuan upah, kekauan harga, dan
kelasahan persepsi.
6
A. Dampak Pergeseran Permintaan Agregat
Penyebabnya dapat jadi adalah krisi kesehatan seperti menjangkitnya flu burung,
ketidakstabilan politik di negara tetangga, jatuhnya pasar saham, atau meletusnya
perang di luar negeri. Karena peristiwa-peristiwa tersebut, banyak orang
kehilangan masa depan dan mengubah rencana mereka. Rumah tangga memotong
pengeluaran mereka dan menunda pembelian besar, sedangkan perusahaan
menunda pembelian peralatan baru.
B. Dampak Pergeseran Penawaran Agregat
Para pembuat kebijakan yang mengontrol kebijakan moneter dan fikal dapat
berusaha mengimbangi beberapa dampak pergeseran pada kurva penawaran
agregat jangka pendek ini dengan menggeser kurva permintaan agregat.
7
jumlah NAIRU Amerika Serikat saat ini ada pada kisarana 5 hingga 6%
angkatan tenaag kerja.
Output potensial adalah target yang berkembang, ketika keadaan ekonomi
berkembang, output potensial juga meningkat, dan kurva penawaraan agregat
bergeser ke kanan. Factor utama yang menentukan pertumbuhan pada output
potensial adalah pertumbuhan pada input dan kemajuan teknologi (SAMUELSON
& NORDHAUD, 2004)
8
3. Pengaruh nilai tukar : Apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan
tingkat suku bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar
negeri dan menyebabkan mata uang domestic mengalami depresiasi relative
dengan mata uang asing. Depresiasi ini membuat barang-barang di dalam
negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang luar negeri
dan akibatnya mendorong belanja ekspor neto.
Ketiga pengaruh ini seharusnya tidak dianggap sebagai teori alternative.
Sebaliknya, ketiganya terjadi secara bersamaan untuk meningkatkan jumlah
permintaan barang dan jasa ketika tingkat harga turun dan untuk menurunkannya
ketika tingkat harga naik.
Meskipun sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang
miring ke bawah, ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-
beda menurut jenis perekonomian. Karena kepemilikan uang (money holdings)
umumnya sebagian kecil dari kekayaan rumah tangga, maka dapat dikatakan
bahwa efek kekayaan adalah yang paling tidak penting dari ketiga pengaruh
tersebut. Selain itu, pengaruh nilai tukar akan lebih besar bagi perekonomian Asia
yang kecil dan terbuka, seperti Singapura, Hong Kong, dan Malaysia, karena
ketiga negara tersebut biasa mengekspor dan mengimpor bagian yang lebih besar
dari PDB mereka daripada negara-negara lain di Asia, termasuk Thailand,
Indonesia dan Filipina.
9
A. Jumlah uang yang beredar
Jumlah uang yang beredar dikendalikan oleh Bank sentral. Bank sentral
biasanya mengubah jumlah uang yang beredar terutama dengan mengubah
jumlah cadangan dalam system perbankan melalui pembelian dan penjualan
obligasi pemerintah dalam operasi pasar terbuka. Apabila bank sentral menjual
obligasi pemerintah, uang yang diterima dari obligasi tersebut ditarik dari
sistem perbankan dan cadangan bank berkurang. Perubahan cadangan bank ini
lantas menimbulkan perubahan kemampuan bank untuk memberikan pinjaman
dan menciptakan uang.
B. Permintaan Uang
Likuiditas segala asset adalah kemudahan asset tersebut diubah menjadi alat
pertukaran dalam perekonomian. Uang merupakan alat pertukaran dalam
perekonomian sehingga sesuai dengan definisinya merupakan asset yang paling
likuid yang tersedia. Likuiditas uang menjelaskan permintaan uang; orang lebih
memilih untuk memilik uang daripada asset lain yang memberikan tingkat hasil
lebih tinggi karena uang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa.
C. Keseimbangan dalam pasar uang
Menurut teori preferensi likuiditas, suku bunga berubah-ubah untuk
menyeimbangkan jumlah uang beredar dan permintaan uang. Ada jenis suku
bunga yang disebut dengan suku bunga keseimbangan yang menyebabkan
jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar.
Apabila suku bunga berada di tingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan
portofolio asset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik
keseimbangannya.
10
sama berlaku untuk kondisi sebaliknya. Tingkat harga yang rendah menurunkan
permintaan uang yang menyebabkan suku bunga menjadi lebih rendah, dan
kemudian meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa. Hasil akhir analisis
ini adalah hubungan negative antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang
dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring ke bawag.
11
terminology jumlah uang yang beredar maupun terminology suku bunga.
Perubahan kebijakan moneter yang bertujuan untuk menurunkan permintaan
agregat dapat dijabarkan, baik sebagai penurunan jumlah uang yang beredar
maupun sebagai kenaikan suku bunga.
12
logika tersebut berlaku terhadap segala peristiwa yang mengubah semua
komponen PDB-konsumsi, investasi, belanja pemerintah, atau ekspor neto.
Penggandaan merupakan konsep penting dalam ekonomi makro karena
memperlihatkan bagaimana perekonomian dapat menggandakan dampak
perubahan belanja. Perubahan awal yang kecil dalam konsumsi, investasi,
belanja pemerintah, atau ekspor neto dapat berdampak besar terhadap
permintaan agregat. Begitu pula dengan produksi barang dan jasa dalam
perekonomian.
D. Efek pembatasan paksa
Efek penggandaan kelihatan menunjukkan bahwa jika pemerintah melakukan
belanja kontrak konstruksi dengan Buildit sebesar $20 miliar, ekspansi
permintaan agregat yang ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar, ekspansi
permintaan agregat yang ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar. Namun,
ada efek lain yang muncul dari arah berlawanan. Meskipun mendorong
permintaan agregat barang dan jasa, kenaikan belanja pemerintah juga
menyebabkan suku bunga naik, sedangkan suku bunga lebih tinggi
menurunkan belanja investasi dan menghambat permintaan agregat. Penurunan
permintaan agregat yang terjadi apabila ekspansi fiscal menaikkan suku bunga
disebut dengan efek pembatasan paksa (crowding-out effect).
E. Perubahan-perubahan dalam perpajakan
Perangkat kebijakan fiscal penting lainnya, selain tingkat belanja pemerintah
adalah tingkat perpajakan. Apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan
perseorangan, misalnya pendapatan bersih rumah tangga pun menjadi
meningkat. Rumah tangga akan menabung sebagian dari pendapatan tambahan
ini, namun mereka juga akan membelanjakan sebagian untuk barang-barang
konsumsi. Karena meningkatkan belanja konsumen, penurunan pajak
menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Serupa dengan hal itu,
kenaikan pajak menekan belanja konsumen dan menggeser kurva permintaan
agregat ke kiri.
Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan oleh perubahan
pajak juga dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan paksa. Ketika
13
pemerintah menurunkan pajak dan mendorong belanja konsumen, penghasilan
dan keuntungan meningkat yang juga mendorong belanja konsumen
14
BAB III
PENUTUP
15
efek kebijakan fiscal terhadap permintaan agregat. Efek pembatasan paksa
cenderung melemahkan perubahan fiscal terhadap permintaan agregat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17