Anda di halaman 1dari 32

PERMINTAAN AGREGAT II: MENERAPKAN MODEL IS-LM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro


Dosen Pengampu: Haryatih S.E., M.Si

Disusun oleh:

Andressya Noor Madinah (11220820000148)


Anggita Suci Pangesti (11220820000149)
Ariana Zahra Maulidina (11220820000152)
Atika Nurrohmah (11220820000154)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga Penulis bisa merampungkan makalah dengan judul "
PERMINTAAN AGREGAT II: MENERAPKAN MODEL IS-LM” dengan tepat
waktu. Ada pun tujuan penulisan makalah ini ialah guna memenuhi tugas Ibu
Haryatih S.E., M.Si pada Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan perihal Penerapan Model IS-LM.

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memimpin
seluruh umat keluar dari kebodohan menuju zaman terang benderang. Kita hanya
bisa berharap syafaat di akhirat.

Penulis berterima kasih pada semua pihak yang sudah membantu dalam
pengumpulan materi sehingga makalah ini bisa dirampungkan. Penulis menyadari
bahwa makalah ini sangat jauh dari ideal. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun amat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Ciputat, 01 April 2023

Pemakalah

DAFTAR ISI

Contents

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Fluktuasi Dengan Model IS-LM....................................................................5
2.1.1 Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser Kurva IS dan Mengubah
Ekuilibrium Jangka Pendek..................................................................................5
2.1.2 Bagaimana Kebijakan Moneter Menggeser Kurva LM dan
Mengubah Jangka Pendek....................................................................................7
2.2 Interaksi antara Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal............................9
2.3 Guncangan Pada Model IS-LM...................................................................11
2.4 IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat..................................................12
2.4.1 Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat.........................................12
2.4.2 Model IS-LM dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang....................15
2.5 The Great Depression...................................................................................17
BAB III..................................................................................................................22
STUDI KASUS......................................................................................................22
3.1 Interaksi Antara Kebijakan Moneter dan Fiskal...........................................22
BAB IV PENUTUP...............................................................................................29
4.1 Kesimpulan..................................................................................................29
4.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah permintaan agregat yang dibahas dalam ekonomi makro merupakan


pengukuran ekonomi dari jumlah total permintaan untuk semua barang dan jasa
yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Permintaan agregat dinyatakan
sebagai jumlah total uang yang dipertukarkan untuk barang dan jasa tersebut pada
tingkat harga dan titik waktu tertentu. Model IS-LM dapat membantu pembuat
kebijakan memperkirakan apa yang akan terjadi pada output agregat dan suku
bunga jika mereka memutuskan untuk meningkatkan jumlah uang beredar atau
menaikkan pengeluaran pemerintah. Penerapan model IS-LM ini berawal dari
situasi ekonomi pada masa itu, yaitu depresi besar di Amerika Serikat dan krisis
ekonomi pada umumnya di seluruh dunia. Model ini dibuat untuk memberikan
pemahaman tentang hubungan antara pasar barang dan jasa serta pasar uang
dalam mengatasi masalah pengangguran dan depresi ekonomi. Dengan cara ini,
analisis IS-LM dapat membantu menjawab mengenai pentingnya kegunaan dan
keefektifan kebijakan moneter dan fiskal dalam memengaruhi aktivitas ekonomi.
Selain itu, dapat menunjukkan mengapa ekonom memfokuskan begitu banyak
perhatian pada topik-topik seperti stabilitas fungsi permintaan atas uang dan
apakah permintaan atas uang sangat dipengaruhi oleh suku bunga.
Konsolidasi kebijakan moneter dan fiskal bisa dikatakan saling berhubungan
yang sifatnya cenderung saling melengkapi. Teori ekonomi model IS-LM yang
diunggah Richard Hicks dan Alvin H. Hansen menjadi bukti sahih bagaimana
kedua kebijakan bekerja menentukan keseimbangan pasar barang dan pasar
modal. Jika peran kedua kebijakan mampu berjalan secara harmonis dan efisien
yang sesuai dengan karakter masing-masing, hasilnya akan dapat secara signifikan
mendukung percepatan tahapan pembangunan meskipun tidak selalu berjalan
mulus.
Selain itu, terdapat faktor lain yang saling terkait dan juga mempengaruhi
permintaan agregat, yaitu pendapatan nasional yang akan mempengaruhi tingkat
konsumsi masyarakat dari pendapatan yang mereka miliki. Kedua keyakinan dan
harapan konsumen yang cenderung akan lebih berani untuk membeli barang dan
jasa apabila mereka yakin dengan kondisi ekonomi dan masa depannya. Dan yang
terakhir perubahan demografi yang terkait dengan jumlah penduduk, usia, jenis
kelamin, dan kelompok pendapatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud fluktuasi dengan model IS-LM?


2. Apa saja interaksi kebijakan moneter dan fiskal?

3
3. Bagaimana guncangan pada model IS-LM?
4. Apa pengertian IS-LM sebagai teori permintaan agregat?
5. Apa yang dimaksud The Great Depression?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui fluktuasi dengan model IS-LM


2. Menjelaskan interaksi kebijakan moneter dan fiskal
3. Mengetahui guncangan pada model IS-LM
4. Mengetahui IS-LM sebagai teori permintaan agregat
5. Menjelaskan the Great Depression

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fluktuasi Dengan Model IS-LM

Perpotongan kurva IS dan kurva LM dapat menentukan tingkat


pendapatan nasional. Ketika salah satu dari kurva ini bergeser, ekuilibrium
jangka pendek dari ekonomi akan berubah, dan pendapatan nasional
berfluktuasi. Penjelasan mengenai bagaimana perubahan kebijakan dan
guncangan ekonomi dapat menyebabkan kurva ini bergeser akan di bahas
sebagai berikut.

2.1.1 Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser Kurva IS dan Mengubah


Ekuilibrium Jangka Pendek

Perubahan dalam kebijakan fiskal (pembelian pemerintah dan


pajak) mengubah ekuilibrium jangka pendek perekonomian.
Perubahan dalam kebijakan fiskal memengaruhi pengeluaran yang
direncanakan dan dengan demikian akan menggeser kurva IS. Model
IS-LM menunjukkan bagaimana pergeseran kurva IS ini memengaruhi
pendapatan dan tingkat bunga.

 Perubahan Pembelian Pemerintah


Pengganda pembelian pemerintah (the government-purchases
multiplier) dalam persilangan Keynesian menyatakan bahwa, pada
tingkat bunga berapapun, perubahan dalam kebijakan fiskal ini
dapat menaikkan tingkat pendapatan sebesar G/(1 – MPC).

Gambar 1
5
Seperti yang ditunjukkan Gambar 1, kurva IS bergeser ke kanan.
Ekuilibrium ekonomi bergerak dari titik A ke titik B. Kenaikan
pembelian pemerintah meningkatkan pendapatan dari Y1 ke Y2 dan
tingkat bunga dari r1 ke r2.

Ketika pemerintah meningkatkan pembelian barang dan jasa,


pengeluaran ekonomi yang direncanakan meningkat. Peningkatan
pengeluaran yang direncanakan merangsang produksi barang dan
jasa, yang menyebabkan pendapatan total Y meningkat.

Sekarang pertimbangkan pasar uang, seperti yang dijelaskan


oleh teori preferensi likuiditas. Karena permintaan uang dalam
perekonomian bergantung pada pendapatan, kenaikan pendapatan
total meningkatkan jumlah uang yang diminta pada setiap tingkat
bunga. Akan tetapi, penawaran uang tidak berubah, sehingga
permintaan uang yang lebih tinggi menyebabkan tingkat bunga
ekuilibrium r naik.

Tingkat bunga yang lebih tinggi yang muncul di pasar uang,


pada gilirannya, memiliki konsekuensi di pasar barang. Ketika
tingkat bunga naik, perusahaan mengurangi rencana investasi
mereka. Penurunan investasi ini sebagian mengimbangi efek
ekspansif dari peningkatan belanja pemerintah. Dengan demikian,
peningkatan pendapatan sebagai respons terhadap ekspansi fiskal
lebih kecil dalam model IS-LM daripada dalam persilangan
Keynesian di mana investasi diasumsikan tetap. Kita dapat lihat
pada Gambar 1. Pergeseran horizontal pada kurva IS sama dengan
kenaikan keseimbangan pendapatan pada persilangan Keynesian.
Jumlah ini lebih besar dari kenaikan pendapatan ekuilibrium dalam
model IS-LM. Perbedaannya dijelaskan oleh crowding out investasi
karena tingkat bunga yang lebih tinggi.

 Perubahan Pajak Dalam model IS-LM

Perubahan pajak mempengaruhi perekonomian sama seperti


perubahan belanja pemerintah, kecuali bahwa pajak mempengaruhi
pengeluaran melalui konsumsi. Pengganda pajak dalam persilangan
6
Keynesian memberi tahu kita bahwa perubahan kebijakan ini
menaikkan tingkat pendapatan pada tingkat bunga tertentu dengan
TX MPC/(1-MPC).

Gambar 2

Seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 2, Penurunan pajak


menggeser kurva IS bergeser ke kanan. Ekuilibrium ekonomi
bergerak dari titik A ke titik B. Pendapatan meningkat dari Y 1 ke
Y2 dan tingkat bunga naik dari r1 ke r2. Pemotongan pajak
meningkatkan pendapatan dan tingkat bunga. Sekali lagi, karena
tingkat bunga yang lebih tinggi menekan investasi, peningkatan
pendapatan lebih kecil dalam model IS-LM daripada dalam
persilangan Keynesian.

2.1.2 Bagaimana Kebijakan Moneter Menggeser Kurva LM dan


Mengubah Jangka Pendek

Perubahan jumlah uang beredar dapat mengubah tingkat bunga


yang menyeimbangkan pasar uang untuk tingkat pendapatan tertentu,
dengan demikian, dapat menggeser kurva LM. Model IS-LM
menunjukkan bagaimana pergeseran kurva LM mempengaruhi
pendapatan dan tingkat bunga. Peningkatan M menyebabkan
peningkatan keseimbangan uang riil M/P karena tingkat harga P
adalah tetap dalam jangka pendek.

7
Gambar 3

Teori preferensi likuiditas menunjukkan bahwa untuk setiap


tingkat tertentu pendapatan, peningkatan keseimbangan uang riil
menyebabkan tingkat bunga yang lebih rendah. Oleh karena itu, kurva
LM bergeser ke bawah, seperti pada Gambar 3. Ekuilibrium bergerak
dari titik A ke titik B. Kenaikan jumlah uang beredar menurunkan
tingkat bunga dan menaikkan tingkat pendapatan.

Cadangan meningkatkan pasokan uang, orang memiliki lebih


banyak uang dari pada yang ingin mereka pegang pada tingkat bunga
yang berlaku. Akibatnya, mereka mulai menyimpan uang ekstra ini di
bank atau menggunakannya untuk membeli obligasi. Tingkat bunga r
kemudian turun sampai orang bersedia memegang semua uang ekstra
yang telah diciptakan Fed; ini membawa pasar uang ke keseimbangan
baru. Suku bunga yang lebih rendah, pada gilirannya, berdampak pada
pasar barang. Suku bunga yang lebih rendah merangsang investasi
terencana, yang meningkatkan pengeluaran, produksi, dan pendapatan
terencana Y.

Dengan demikian, model IS-LM menunjukkan bahwa kebijakan


moneter mempengaruhi pendapatan dengan mengubah tingkat suku
bunga. Model IS-LM menunjukkan bagian penting dari mekanisme
transmisi moneter: Peningkatan jumlah uang beredar menurunkan
tingkat bunga, yang merangsang investasi dan dengan demikian
meningkatkan permintaan barang dan jasa.

8
2.2 Interaksi antara Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

Pada saat menganalisis setiap perubahan dalam kebijakan moneter atau


fiskal, ingat bahwa pembuat kebijakan yang mengontrol alat kebijakan ini
mengetahui apa yang dilakukan oleh pembuat kebijakan lainnya. Oleh karena
itu, perubahan dalam satu kebijakan dapat memengaruhi kebijakan lainnya,
dan saling ketergantungan ini dapat mengubah dampak perubahan kebijakan.
Misalnya, Kongres menaikkan pajak. Apa dampak kebijakan ini terhadap
perekonomian? Menurut model IS-LM, jawabannya bergantung pada
bagaimana Fed menanggapi kenaikan pajak tersebut. Berikut menunjukkan
tiga dari banyak hasil yang mungkin, yaitu:

 Panel a, Fed mempertahankan konstanta jumlah uang beredar. Kenaikan


pajak menggeser kurva IS ke kiri. Pendapatan turun (karena pajak yang
lebih tinggi mengurangi pengeluaran konsumen), dan tingkat bunga turun
(karena pendapatan yang lebih rendah mengurangi permintaan uang).
Penurunan pendapatan menunjukkan bahwa kenaikan pajak menyebabkan
resesi.

9
 Panel b, Fed ingin mempertahankan tingkat suku bunga yang konstan.
Dalam hal ini, ketika kenaikan pajak menggeser kurva IS ke kiri, Fed harus
menurunkan jumlah uang beredar untuk mempertahankan tingkat bunga
pada tingkat awalnya. Penurunan jumlah uang beredar ini menggeser
kurva LM ke atas. Tingkat bunga tidak turun, tetapi pendapatan turun
dalam jumlah yang lebih besar daripada jika Fed mempertahankan jumlah
uang beredar konstan. Sedangkan pada panel (a) suku bunga yang lebih
rendah merangsang investasi dan sebagian mengimbangi efek kontraksi
dari kenaikan pajak, pada panel (b) Fed memperdalam resesi dengan
mempertahankan suku bunga tinggi.

 Panel c, Fed ingin mencegah kenaikan pajak dari menurunkan pendapatan.


Oleh karena itu, ia harus menaikkan jumlah uang beredar dan menggeser
kurva LM ke bawah cukup untuk mengimbangi pergeseran kurva IS.
Dalam hal ini, kenaikan pajak tidak menyebabkan resesi, tetapi
menyebabkan penurunan suku bunga yang besar. Meskipun tingkat

10
pendapatan tidak berubah, kombinasi kenaikan pajak dan ekspansi
moneter mengubah alokasi sumber daya perekonomian.

Dari contoh ini kita dapat melihat bahwa dampak dari perubahan
kebijakan fiskal bergantung pada kebijakan yang diambil oleh Fed, yaitu
apakah mempertahankan jumlah uang beredar, tingkat bunga, atau tingkat
pendapatan konstan. Secara lebih umum, setiap kali menganalisis perubahan
dalam satu kebijakan, kita harus membuat asumsi tentang pengaruhnya
terhadap kebijakan lainnya. Asumsi yang paling tepat tergantung pada kasus
yang dihadapi dan banyak pertimbangan politik yang melatarbelakangi
pembuatan kebijakan ekonomi.

2.3 Guncangan Pada Model IS-LM

Model IS-LM menunjukkan bagaimana pendapatan nasional ditentukan


dalam jangka pendek, kita dapat menggunakan dan model tersebut digunakan
untuk mengkaji bagaimana berbagai gangguan ekonomi yang mempengaruhi
pendapatan. Sejauh ini kita telah melihat bagaimana perubahan kebijakan
fiskal menggeser kurva IS dan bagaimana perubahan kebijakan moneter
menggeser kurva LM. Demikian pula, kita dapat mengelompokkan gangguan
lain ke dalam dua kategori: guncangan pada kurva IS dan guncangan pada
kurva LM.

A. Guncangan kurva IS merupakan perubahan eksogen dalam permintaan


barang dan jasa. Beberapa ekonom, termasuk Keynes, telah menekankan
bahwa perubahan permintaan seperti itu dapat muncul dari semangat
investor dan gelombang optimisme serta pesimisme yang terpenuhi
dengan sendirinya.
Contoh:
 Perusahaan menjadi pesimis tentang masa depan ekonomi dan
pesimisme ini menyebabkan mereka membangun lebih sedikit pabrik
baru. Pengurangan permintaan barang investasi ini menyebabkan
pergeseran kontraktif dalam fungsi investasi: Pada setiap tingkat bunga
yang tingga menyebabkan perusahaan ingin berinvestasi lebih sedikit.
Penurunan investasi tersebut menyebabkan planned expenditure atau
mengurangi pengeluaran yang direncanakan dan berakibat tergesernya

11
kurva IS ke kiri, yaitu mengurangnya pendapatan dan kesempatan kerja.
Penurunan pendapatan ekuilibrium ini sebagian memvalidasi
pesimisme awal perusahaan.
 Guncangan pada kurva IS juga dapat timbul dari perubahan permintaan
barang konsumsi. Misalnya, pemilihan presiden yang populer
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perekonomian dapat
mendorong konsumen untuk menabung lebih sedikit untuk masa depan
dan mengkonsumsi lebih banyak untuk saat ini. Pergeseran fungsi
konsumsi ini dapat meningkatkan juga planned expenditure atau
meningkatkan pengeluaran yang direncanakan dan menggeser kurva IS
ke kanan.
B. Guncangan kurva LM merupakan guncangan yang muncul dari
perubahan permintaan uang secara eksogen. Misalnya, pembatasan baru
pada ketersediaan kartu kredit meningkatkan jumlah uang yang dipilih
orang untuk dipegang. Menurut teori preferensi likuiditas, ketika
permintaan uang meningkat, tingkat bunga yang diperlukan untuk
menyeimbangkan pasar uang lebih tinggi (untuk setiap tingkat pendapatan
dan jumlah uang beredar). Oleh karena itu, peningkatan permintaan uang
menggeser kurva LM ke kiri atas, yang cenderung menaikkan tingkat
bunga dan menekan pendapatan. Hal ini mengindikasikan penurunan
jumlah uang yang tersedia dalam perekonomian pada setiap tingkat suku
bunga. Karena penawaran uang yang lebih rendah, tingkat suku bunga
akan naik lebih lanjut, yang dapat menghambat investasi dan pengeluaran
konsumen.

Ringkasnya, beberapa jenis peristiwa dapat menyebabkan fluktuasi


ekonomi dengan menggeser kurva IS atau kurva LM. Bagaimanapun,
fluktuasi tidak dapat dihindari, sehingga pembuat kebijakan dapat mencoba
menggunakan alat kebijakan moneter dan fiskal untuk mengimbangi
guncangan eksogen. Jika pembuat kebijakan cukup cepat dan terampil,
guncangan pada kurva IS atau LM tidak perlu mengarah pada fluktuasi
pendapatan atau pekerjaan.

2.4 IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat

12
2.4.1 Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat

Kurva permintaan agregat menjelaskan hubungan antara tingkat


harga dan tingkat pendapatan nasional. Dalam bab sebelumnya,
hubungan ini diturunkan dari teori kuantitas uang. Analisis tersebut
menunjukkan bahwa untuk jumlah uang beredar tertentu, tingkat harga
yang lebih tinggi mengimplikasikan tingkat pendapatan yang lebih
rendah. Kenaikan jumlah uang beredar menggeser kurva permintaan
agregat ke kanan, dan penurunan jumlah uang beredar menggeser kurva
permintaan agregat ke kiri.

Sekarang kita menggunakan model IS-LM untuk menunjukkan


mengapa pendapatan nasional turun ketika tingkat harga naik yaitu,
pertama, mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah. Kedua,
apa penyebab kurva permintaan agregat bergeser. Untuk menjelaskan
mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, kami memeriksa
apa yang terjadi dalam model IS-LM ketika tingkat harga berubah. Hal
ini dilakukan pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4

Untuk setiap jumlah uang beredar M, tingkat harga yang lebih tinggi
P mengurangi penawaran keseimbangan uang riil M/P Penawaran yang
lebih rendah dari keseimbangan uang riil menggeser kurva LM ke atas,
yang menaikkan tingkat bunga ekuilibrium dan menurunkan tingkat
13
pendapatan ekuilibrium, seperti yang ditunjukkan pada panel (a). Di sini
tingkat harga naik dari P1 ke P2 dan pendapatan turun dari Y1 ke Y2.
Kurva permintaan agregat pada panel (b) memplot hubungan negatif
antara pendapatan nasional dan tingkat harga. Dengan kata lain, kurva
permintaan agregat menunjukkan kumpulan titik ekuilibrium yang
muncul dalam model IS-LM saat kita memvariasikan tingkat harga dan
melihat apa yang terjadi pada pendapatan.

Kurva permintaan agregat bergeser karena kurva permintaan agregat


merangkum hasil dari model IS-LM, peristiwa yang menggeser kurva IS
atau kurva LM (untuk tingkat harga tertentu) menyebabkan kurva
permintaan agregat bergeser. Misalnya, peningkatan jumlah uang beredar
meningkatkan pendapatan dalam model IS-LM untuk setiap tingkat harga
tertentu, dengan demikian menggeser kurva permintaan agregat ke
kanan, seperti yang ditunjukkan pada panel (a) pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5

Demikian pula, peningkatan pembelian pemerintah atau penurunan


pajak meningkatkan pendapatan dalam model IS-LM untuk tingkat harga
tertentu, itu juga menggeser kurva permintaan agregat ke kanan, seperti
14
yang ditunjukkan pada panel (b) dari Gambar 5. Sebaliknya, penurunan
jumlah uang beredar, penurunan belanja pemerintah, atau kenaikan pajak
menurunkan pendapatan dalam model IS-LM dan menggeser kurva
permintaan agregat ke kiri. Apa pun yang mengubah pendapatan dalam
model IS-LM selain perubahan tingkat harga menyebabkan pergeseran
dalam kurva permintaan agregat. Faktor-faktor yang mengubah
permintaan agregat tidak hanya mencakup kebijakan moneter dan fiskal,
tetapi juga guncangan terhadap pasar barang (kurva IS) dan guncangan
terhadap pasar uang (kurva LM).

Ringkasnya, perubahan pendapatan dalam model IS-LM yang


dihasilkan dari perubahan tingkat harga merupakan pergerakan sepanjang
kurva permintaan agregat. Perubahan pendapatan dalam model IS-LM
untuk tingkat harga tertentu menunjukkan pergeseran kurva permintaan
agregat.

2.4.2 Model IS-LM dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Model IS-LM dirancang untuk menjelaskan perekonomian dalam


jangka pendek ketika tingkat harga tetap. Namun, sekarang kita telah
melihat bagaimana perubahan tingkat harga mempengaruhi ekuilibrium
dalam model IS-LM, kita juga dapat menggunakan model tersebut untuk
menggambarkan perekonomian dalam jangka panjang ketika tingkat
harga disesuaikan untuk memastikan bahwa perekonomian berproduksi
pada tingkat alaminya.

15
Gambar 6

 Panel (a) dari Gambar 6 menunjukkan tiga kurva yang diperlukan


untuk memahami keseimbangan jangka pendek dan jangka
panjang, yaitu kurva IS, kurva LM, dan garis vertikal yang
mewakili tingkat output alami Ȳ. LM kurva, seperti biasa,
digambarkan untuk tingkat harga tetap P1. Keseimbangan ekonomi
jangka pendek adalah titik K, di mana kurva IS memotong kurva
LM.
Dalam ekuilibrium jangka pendek ini, pendapatan perekonomian
lebih kecil daripada tingkat alamiahnya.
 Panel (b) dari Gambar 6 menunjukkan situasi yang sama pada
diagram agregat penawaran dan permintaan agregat. Pada tingkat
harga P1, jumlah output yang diminta berada di bawah tingkat
alami. Dengan kata lain, pada tingkat harga yang ada, permintaan
yang tidak mencukupi untuk barang dan jasa untuk menjaga
ekonomi tetap berproduksi pada potensinya.
Dalam dua diagram ini kita dapat memeriksa ekuilibrium jangka
pendek di mana perekonomian menemukan dirinya sendiri dan
ekuilibrium jangka panjang ke arah mana perekonomian ekonomi
menggeliat. Titik K menggambarkan ekuilibrium jangka pendek, karena
mengasumsikan bahwa tingkat harga tertahan di P1. Akhirnya,
permintaan barang dan jasa yang rendah menyebabkan harga turun, dan
ekonomi bergerak kembali ke tingkat alaminya. Ketika tingkat harga
mencapai P2, perekonomian berada pada titik C, ekuilibrium jangka
panjang. Diagram penawaran agregat dan permintaan agregat
menunjukkan bahwa pada titik C, jumlah barang dan jasa yang diminta
sama dengan tingkat output alami. Ekuilibrium jangka panjang ini
dicapai dalam diagram IS-LM dengan pergeseran kurva LM: Penurunan
tingkat harga menaikkan keseimbangan uang riil dan karena itu
menggeser kurva LM ke kanan.

Untuk membuat poin yang sama agak berbeda, kita dapat


menganggap ekonomi dijelaskan oleh tiga persamaan. Dua yang pertama
adalah persamaan IS dan LM:
16
Y = C(Y - T) + I(r) + G IS.

M/P = L(r, Y) LM.

Persamaan IS menggambarkan ekuilibrium di pasar barang, dan


persamaan LM menjelaskan ekuilibrium di pasar uang. Kedua persamaan
ini mengandung tiga variabel endogen: Y, P, dan r. Untuk melengkapi
sistem, kita membutuhkan persamaan ketiga. Pendekatan Keynesian
melengkapi model dengan asumsi harga tetap, sehingga persamaan ketiga
Keynesian adalah

P = P1.

Asumsi ini mengimplikasikan bahwa sisa dua variabel r and Y harus


menyesuaikan untuk memenuhi sisa dua persamaan IS dan LM.
Pendekatan klasik melengkapi model dengan asumsi bahwa keluaran
mencapai tingkat alamiahnya, sehingga persamaan klasik ketiga adalah

Y = Ȳ.

Asumsi ini mengimplikasikan bahwa sisa dua variabel r dan P harus


menyesuaikan untuk memenuhi sisa dua persamaan IS dan LM. Dengan
demikian, pendekatan klasik menetapkan output dan memungkinkan
tingkat harga menyesuaikan untuk memenuhi kondisi ekuilibrium pasar
barang dan uang, sedangkan pendekatan Keynesian menetapkan tingkat
harga dan membiarkan output bergerak untuk memenuhi kondisi
ekuilibrium.

2.5 The Great Depression

A. Pengertian
The Great Depression adalah sebuah kondisi perlambatan
ekonomi yang tajam dan mempengaruhi berbagai bidang. Selain itu
banyak pengangguran, terjadi krisis perbankan, krisis kredit, maka
sektor ekonomi nyaris lumpuh. Kelumpuhan ekonomi yang panjang
dan lama ini akan menyebabkan depresi ekonomi semakin parah.
Depresi ekonomi yang parah inilah yang disebut the Great
Depression.

17
Istilah Great Depression muncul ketika Amerika Serikat
mengalami krisis ekonomi berkepanjangan selama satu dekade yakni
pada tahun 1929-1939. Krisis ekonomi yang menghantam negara
adidaya tersebut justru terjadi di saat perekonomian justru sedang
mengalami perkembangan yang begitu pesat di tahun 1920.
Perkembangan ekonomi yang pesat memicu spekulasi besar-besaran
di pasar saham. Inilah yang kemudian menjadi titik balik terjadinya
Great Depression.
Great Depression di negeri Paman Sam ini diawali dengan
turunnya harga saham pada September 1929. Puncaknya pada 24
Oktober 1929 dilakukan penjualan saham besar-besaran dalam waktu
sehari. Hal ini mengakibatkan indeks saham anjlok pada level yang
mengkhawatirkan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah
Black Tuesday.
Penjualan saham secara masif berakibat pada hilangnya
kepercayaan terhadap pasar saham. Pasca jatuhnya pasar saham, daya
beli menurun, investasi menyusut, dan sektor industri goyah. Efek
domino lainnya jumlah pengangguran merebak bak jamur di musim
hujan. Tak hanya sampai di situ saja. Banyaknya pengangguran jelas
menyebabkan peningkatan jumlah kredit macet, sehingga penyitaan
terhadap aset sebagai agunan kredit pun meningkat. Akibatnya, tuna
wisma merajalela dan kelaparan melanda.
Great Depression meluluh lantakkan sendi-sendi ekonomi rakyat
dan negara, termasuk perbankan. Pada tahun 1930, terjadi rush money
oleh masyarakat yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap
perbankan. Rush money merupakan aksi penarikan simpanan baik
berupa tabungan ataupun deposito secara besar-besaran. Hal ini
mengakibatkan kacaunya aliran kas bank, sehingga bank mengalami
kekurangan kas. Tahun 1933 merupakan puncak dari krisis
perbankan, di mana setengah dari lembaga-lembaga perbankan di
Amerika Serikat dinyatakan bangkrut dan tutup.
Great Depression berimbas pada perekonomian dunia. Tak hanya
menghancurkan negara berkembang, Great Depression juga
memporak-porandakan perekonomian negara industri. Sebab volume
18
perdagangan menurun drastis, demikian pula dengan pendapatan
masyarakat, pajak, dan keuntungan perusahaan.
Dahsyatnya krisis ekonomi pada level Great Depression tak hanya
berdampak pada kota-kota besar yang membangun gedung-gedung
tinggi, tetapi perekonomian di wilayah pedesaan pun tak luput dari
hantamannya. Harga komoditas pertanian anjlok. Bahkan tak sedikit
komoditas pertanian yang membusuk di lahan karena ketiadaan dana
operasional untuk memanennya.
Great Depression merupakan mimpi buruk dalam sejarah
ekonomi Amerika Serikat dan dunia. Sulit untuk bangkit apalagi
keluar dari krisis. Negara adidaya sekelas Amerika Serikat
membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh tahun untuk memulihkan
kondisi perekonomiannya. Program New Deal yang digagas oleh
Franklin D. Roosevelt, presiden Amerika Serikat yang menggantikan
Herbert Hoover.

B. Penyebab Great Depression


Secara umum, beberapa hal yang menyebabkan terjadinya Great
Depression di sebagian besar negara di dunia yaitu:
1. Hancurnya pasar saham Wall Street.
2. Besarnya beban utang rumah tangga dan lembaga keuangan.
3. Menurunnya permintaan konsumen Kegagalan kebijakan stabilisasi
yang dilakukan pemerintah.
4. Kepanikan bank atau bank panic (penarikan tabungan oleh nasabah
secara besar-besaran).
5. Jumlah uang beredar terlalu sedikit.

C. Perbedaan Depresi vs Resesi


Meski sama-sama memberikan dampak buruk terhadap
perekonomian masyarakat dan negara, namun resesi berbeda dengan
depresi. Berikut perbedaannya.
1. Ukuran penurunan PDB (Produk Domestik Bruto)

19
Produk Domestik Bruto dijadikan sebagai ukuran kondisi
ekonomi suatu negara. Jika PDB meningkat atau stabil, artinya
perekonomian negara tersebut tidak mengalami gangguan. Namun,
apabila menurun menandakan adanya suatu masalah. Kondisi
ekonomi suatu negara disebut memasuki masa resesi apabila nilai
PDB mengalami penurunan tidak lebih dari 10%. Jika penurunan
PDB lebih dari 10%, artinya kondisi ekonomi negara masuk dalam
depresi ekonomi.
2. Masa atau jangka waktu krisis
Baik resesi maupun depresi merupakan krisis ekonomi yang
sering kali tidak menguntungkan bagi perkembangan
perekonomian. Ditinjau dari masa atau jangka waktu krisisnya,
resesi berjangka pendek, sedangkan depresi berjangka panjang.
Umumnya, resesi ekonomi ditandai dengan penurunan PDB selama
minimal 6 bulan berturut-turut dan maksimal tidak lebih dari tiga
tahun. Sementara depresi ekonomi, masa krisisnya lebih panjang
minimal tiga tahun.
3. Dampak yang ditimbulkan
Dampak yang ditimbulkan oleh depresi ekonomi cenderung
lebih parah dibandingkan dengan resesi ekonomi. Meski
mengalami kelesuan, namun dampak dari resesi masih bisa
diminimalkan dan upaya untuk keluar dari krisis lebih mudah.
Sebaliknya, dampak dari depresi ekonomi menghantam berbagai
sendi ekonomi, tak hanya level individu dan perusahaan, tetapi
juga negara bahkan perekonomian dunia. Krisis ekonomi yang
berlangsung lebih lama pada depresi ekonomi mengakibatkan
sulitnya untuk bangkit dari keterpurukan.

D. Indikator negara yang memasuki masa Great Depression


Suatu negara dikategorikan telah mulai memasuki masa Great
Depression apabila muncul tanda-tanda seperti berikut:
1. Penurunan tingkat belanja konsumen
Dalam kasus Great Depression yang melanda Amerika Serikat
sebelumnya dimulai dengan resesi ekonomi terlebih dahulu. Dalam
20
kondisi ekonomi yang lesu, tingkat belanja konsumen mengalami
penurunan, sehingga banyak barang yang tidak habis terjual yang
mengakibatkan penumpukan barang. Adanya penumpukan barang
tersebut mendorong para produsen untuk mengurangi volume
produksi dan memperlambat laju produksi.
2. Penjualan saham secara massif
Meski mengalami resesi, harga saham justru mengalami
peningkatan yang signifikan bahkan tak bisa diperkirakan. Hal ini
mendorong investor untuk menjual sahamnya secara masif.
Tindakan ini bukannya semakin memperkuat dan mendongkrak
harga saham, tetapi justru menjadikannya merosot tajam, bahkan
tidak berharga. Akibat lebih lanjut, indeks saham turun drastis
sehingga menimbulkan ketidakpercayaan konsumen.
3. Penurunan produksi barang hingga 50%
Kelesuan ekonomi berdampak pada lambatnya laju produksi
dan bermuara pada penurunan produksi barang hingga 50%. Daya
beli yang rendah, mendorong produsen untuk mengambil strategi
agar bisa tetap survive. Sebab itulah, pemutusan hubungan kerja
menjadi opsi yang mau tidak mau harus dipilih. Akibatnya, tingkat
pengangguran semakin tinggi yang jelas semakin memperparah
rendahnya daya beli masyarakat.
Great Depression merupakan krisis ekonomi pada level yang lebih
parah. Dampaknya tak hanya lingkup perekonomian dalam negeri tetapi
juga dunia. Sebab berimbas pada perdagangan internasional yang
melibatkan banyak negara. Jangka waktu keterpurukannya cenderung
lebih lama, bahkan bisa mencapai puluhan tahun. Namun, bukan tak
mungkin untuk dipulihkan, hanya saja membutuhkan waktu yang cukup
lama.

21
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Interaksi Antara Kebijakan Moneter dan Fiskal

Analisis Kebijakan Dengan Model Makroekonometrika

Model IS-LM menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan fiskal


mempengaruhi tingkat pendapatan ekuilibrium. Namun, prediksi model
bersifat kualitatif, bukan kuantitatif. Model IS-LM menunjukkan bahwa
kenaikan belanja pemerintah menaikkan PDB dan kenaikan pajak
menurunkan PDB. Tetapi ketika para ekonom menganalisis proposal
kebijakan tertentu, mereka perlu mengetahui tidak hanya arah dampaknya,
tetapi juga ukurannya. Misalnya, jika Kongres menaikkan pajak sebesar $100
miliar dan jika kebijakan moneter tidak diubah, berapa penurunan PDB?
Untuk menjawab pertanyaan ini, para ekonom perlu melampaui representasi
grafis dari model IS-LM.

Model ekonomi makroekonometrik memberikan satu cara untuk


mengevaluasi proposal kebijakan. Model makroekonometrik adalah model
yang menggambarkan ekonomi secara kuantitatif, bukan hanya secara
kualitatif. Banyak dari model ini pada dasarnya adalah versi yang lebih rumit
dan lebih realistis dari model IS-L.M kami. Ekonom yang membangun model
makroekonometrik menggunakan data historis untuk mengestimasi parameter
seperti kecenderungan mengkonsumsi marjinal, sensitivitas investasi terhadap
tingkat bunga, dan sensitivitas permintaan uang terhadap tingkat bunga.

22
Setelah model dibangun, para ekonom dapat mensimulasikan efek dari
kebijakan alternatif dengan bantuan komputer.

Tabel 11-1 menunjukkan pengganda kebijakan fiskal yang tersirat oleh salah
satu model makroekonometrik yang banyak digunakan, model Data
Resources Incorporated (DRI), dinamai sesuai perusahaan peramalan
ekonomi yang mengembangkannya. Pengganda diberikan untuk dua asumsi
tentang bagaimana Fed mungkin menanggapi perubahan kebijakan fiskal.

Salah satu asumsi tentang kebijakan moneter adalah bahwa Fed


mempertahankan tingkat bunga nominal konstan. Artinya, ketika kebijakan
fiskal menggeser kurva IS ke kanan atau ke kiri, Fed menyesuaikan jumlah
uang beredar untuk menggeser kurva LM ke arah yang sama. Karena tidak
ada crowding out dari investasi karena perubahan tingkat bunga, pengganda
kebijakan fiskal serupa dengan persilangan Keynesian. Model DRI
menunjukkan bahwa, dalam hal ini, pengganda pembelian pemerintah adalah
1,93, dan pengganda pajak adalah -1,19. Artinya, peningkatan belanja
pemerintah sebesar $100 miliar meningkatkan PDB sebesar $193 miliar, dan
kenaikan pajak sebesar $100 miliar menurunkan PDB sebesar $119 miliar.

Asumsi kedua tentang kebijakan moneter adalah bahwa Fed menjaga jumlah
uang beredar konstan sehingga kurva LM tidak bergeser. Dalam hal ini,
tingkat bunga naik, dan investasi terdesak, sehingga penggandanya jauh lebih
kecil. Pengganda pembelian pemerintah hanya 0,60, dan pengganda pajak
hanya -0,26.

Artinya, peningkatan belanja pemerintah sebesar $100 miliar meningkatkan


PDB sebesar $60 miliar, dan kenaikan pajak sebesar $100 miliar menurunkan
PDB sebesar $26 miliar.

Tabel 11-1 menunjukkan bahwa pengganda kebijakan fiskal sangat berbeda


berdasarkan dua asumsi tentang kebijakan moneter. Dampak dari setiap
perubahan kebijakan fiskal sangat bergantung pada bagaimana Fed
merespons perubahan itu.

3.2 Guncangan pada Model IS-LM

Resesi AS tahun 2001


23
Pada tahun 2001, ekonomi AS mengalami perlambatan nyata dalam kegiatan
ekonomi. Tingkat pengangguran meningkat dari 3,9 persen pada bulan
September 2000 menjadi 4,9 persen pada bulan Agustus 2001, dan kemudian
menjadi 6,3 persen pada bulan Juni 2003. Dalam banyak hal, perlambatan
tersebut terlihat seperti resesi tipikal yang didorong oleh penurunan
permintaan agregat.

Tiga kejutan penting menjelaskan peristiwa ini. Yang pertama adalah


penurunan di pasar saham. Selama tahun 1990-an, pasar saham mengalami
ledakan bersejarah, karena investor menjadi optimis tentang prospek
teknologi informasi baru. Beberapa ekonom memandang optimisme itu
berlebihan pada saat itu, dan setelah dipikir-pikir ternyata memang demikian.
Ketika optimisme memudar, rata-rata harga saham turun sekitar 25 persen
dari Agustus 2000 hingga Agustus 2001. Jatuhnya pasar mengurangi
kekayaan rumah tangga dan juga belanja konsumen. Selain itu, penurunan
persepsi profitabilitas teknologi baru menyebabkan penurunan belanja
investasi. Dalam bahasa model IS-LM, kurva IS bergeser ke kiri.

Kejutan kedua adalah serangan teroris di New York City dan Washington,
D.C., pada 11 September 2001. Seminggu setelah serangan itu, pasar saham
jatuh lagi 12 persen, yang pada saat itu merupakan kerugian mingguan
terbesar. sejak Depresi Hebat tahun 1930-an. Selain itu, serangan tersebut
meningkatkan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Ketidakpastian dapat mengurangi pengeluaran karena rumah tangga dan
perusahaan menunda beberapa rencana mereka sampai ketidakpastian
teratasi. Dengan demikian, serangan teroris menggeser kurva IS lebih jauh ke
kiri.

Kejutan ketiga adalah serangkaian skandal akuntansi di beberapa perusahaan


paling terkemuka di negara itu, termasuk Enron dan WorldCom. Hasil dari
skandal-skandal ini adalah kebangkrutan beberapa perusahaan yang secara
curang menyatakan diri mereka lebih menguntungkan daripada yang
sebenarnya, hukuman pidana bagi para eksekutif yang bertanggung jawab
atas penipuan tersebut, dan undang-undang baru yang ditujukan untuk
mengatur standar akuntansi perusahaan secara lebih menyeluruh. Peristiwa ini

24
semakin menekan harga saham dan mengecilkan investasi bisnis pergeseran
ke kiri ketiga dalam kurva IS.

Pembuat kebijakan fiskal dan moneter menanggapi peristiwa ini dengan


cepat. Kongres meloloskan pemotongan pajak besar-besaran pada tahun
2001, termasuk potongan pajak langsung, dan pemotongan pajak besar kedua
pada tahun 2003. Salah satu tujuan dari pemotongan pajak ini adalah untuk
merangsang belanja konsumen. (Lihat Studi Kasus tentang pemotongan pajak
di Bab 10.) Selain itu, setelah serangan teroris, Kongres meningkatkan
pengeluaran pemerintah dengan mengalokasikan dana untuk membantu
pemulihan New York dan menyelamatkan industri penerbangan yang sedang
sakit. Langkah-langkah fiskal ini menggeser kurva IS ke kanan.

Pada saat yang sama, Federal Reserve mengejar kebijakan moneter ekspansif,
menggeser kurva LM ke kanan. Pertumbuhan uang dipercepat, dan suku
bunga turun. Suku bunga surat utang negara tiga bulan turun dari 6,4 persen
pada November 2000 menjadi 3,3 persen pada Agustus 2001, tepat sebelum
serangan teroris, Setelah serangan dan skandal perusahaan menghantam
ekonomi, The Fed meningkatkan stimulus moneternya, dan tagihan Treasury
tingkat turun menjadi 0,9 persen pada Juli 2003 - tingkat terendah dalam
beberapa dekade.

Kebijakan moneter dan fiskal ekspansif memiliki efek yang diharapkan.


Pertumbuhan ekonomi meningkat pada paruh kedua tahun 2003 dan kuat
sepanjang tahun 2004. Pada bulan Juli 2005, tingkat pengangguran kembali
turun menjadi 5,0 persen, dan tetap pada atau di bawah tingkat tersebut
selama beberapa tahun berikutnya. 2008, bagaimanapun, ketika ekonomi
mengalami resesi lagi. Penyebab resesi 2008 diperiksa dalam studi kasus lain
di bab ini.

3.3 Depresi Hebat

Krisis Keuangan dan Krisis Ekonomi Tahun 2008 dan 2009

Pada tahun 2008 ekonomi AS mengalami krisis keuangan. Beberapa


perkembangan selama ini mengingatkan pada peristiwa selama tahun 1930-

25
an, menyebabkan banyak pengamat khawatir akan penurunan yang parah
dalam kegiatan ekonomi dan peningkatan pengangguran yang substansial.

Kisah krisis 2008 dimulai beberapa tahun sebelumnya dengan ledakan besar
di pasar perumahan. Boom memiliki beberapa sumber. Sebagian, itu dipicu
oleh suku bunga rendah. Seperti yang kita lihat dalam studi kasus sebelumnya
di bab ini, Federal Reserve menurunkan suku bunga ke tingkat yang rendah
secara historis setelah resesi tahun 2001. Suku bunga yang rendah membantu
pemulihan ekonomi, tetapi dengan membuatnya lebih murah untuk
mendapatkan hipotek dan membeli rumah, mereka juga berkontribusi
terhadap kenaikan harga rumah.

Selain itu, perkembangan di pasar hipotek mempermudah peminjam


subprime-para peminjam dengan risiko gagal bayar yang lebih tinggi
berdasarkan pendapatan dan riwayat kredit mereka untuk mendapatkan
hipotek untuk membeli rumah. Salah satu perkembangan ini adalah
sekuritisasi, proses di mana lembaga keuangan (pencetus hipotek)
memberikan pinjaman dan kemudian menggabungkannya menjadi berbagai
"sekuritas berbasis hipotek". Sekuritas yang didukung hipotek ini kemudian
dijual ke institusi lain (bank atau perusahaan asuransi), yang mungkin tidak
sepenuhnya menghargai risiko yang mereka ambil. Beberapa ekonom
menyalahkan peraturan yang tidak memadai untuk pinjaman berisiko tinggi
ini. Yang lain percaya masalahnya bukan karena peraturan yang terlalu
sedikit tetapi jenisnya yang salah: beberapa kebijakan pemerintah mendorong
pinjaman berisiko tinggi ini agar tujuan kepemilikan rumah lebih dapat
dicapai oleh keluarga berpenghasilan rendah. Bersama-sama, kekuatan ini
mendorong permintaan perumahan dan harga perumahan. Dari tahun 1995
hingga 2006, harga rumah rata-rata di Amerika Serikat meningkat lebih dari
dua kali lipat.

Namun, harga perumahan yang tinggi terbukti tidak berkelanjutan. Dari tahun
2006 hingga 2008, harga rumah secara nasional turun sekitar 20 persen.
Fluktuasi harga seperti itu seharusnya tidak menjadi masalah dalam ekonomi
pasar. Lagi pula, pergerakan harga adalah cara penanda menyeimbangkan
penawaran dan permintaan. Selain itu, harga rumah pada tahun 2008

26
hanyalah kembali ke tingkat yang berlaku pada tahun 2004. Namun, dalam
hal ini, penurunan harga menyebabkan serangkaian dampak yang bermasalah.

Dampak pertama adalah peningkatan substansial dalam gagal bayar hipotek


dan penyitaan rumah. Selama ledakan perumahan, banyak pemilik rumah
membeli rumah mereka dengan sebagian besar uang pinjaman dan uang muka
yang minimal. Ketika harga rumah menurun, para pemilik rumah ini berada
di bawah air: mereka berutang lebih banyak pada hipotek mereka daripada
nilai rumah mereka. Banyak dari pemilik rumah ini berhenti membayar
pinjaman mereka. Bank yang melayani hipotek menanggapi wanprestasi
dengan mengambil rumah dalam prosedur penyitaan dan kemudian
menjualnya. Tujuan bank adalah untuk mendapatkan kembali apa pun yang
mereka bisa. Namun, peningkatan jumlah rumah yang dijual memperburuk
spiral penurunan harga rumah.

Dampak kedua adalah kerugian besar di berbagai lembaga keuangan yang


memiliki sekuritas berbasis hipotek. Intinya, dengan meminjam dalam jumlah
besar untuk membeli hipotek berisiko tinggi, perusahaan-perusahaan ini
bertaruh bahwa harga rumah akan terus meningkat; ketika taruhan ini menjadi
buruk, mereka menemukan diri mereka pada atau mendekati titik
kebangkrutan. Bahkan bank yang sehat berhenti mempercayai satu sama lain
dan menghindari pinjaman antar bank, karena sulit untuk membedakan
institusi mana yang akan gulung tikar selanjutnya. Karena kerugian besar di
lembaga keuangan ini dan meluasnya rasa takut dan ketidakpercayaan,
kemampuan sistem keuangan untuk memberikan pinjaman bahkan kepada
pelanggan yang layak kredit terganggu.

Dampak ketiga adalah peningkatan substansial dalam volatilitas pasar saham.


Banyak perusahaan mengandalkan sistem keuangan untuk mendapatkan
sumber daya yang mereka butuhkan untuk ekspansi bisnis atau untuk
membantu mereka mengelola arus kas jangka pendek mereka. Dengan sistem
keuangan yang kurang mampu melakukan operasi normalnya, profitabilitas
banyak perusahaan dipertanyakan. Karena sulit untuk mengetahui seberapa
buruk hal-hal yang akan terjadi, volatilitas pasar saham mencapai tingkat
yang tidak terlihat sejak tahun 1930-an.

27
Volatilitas yang lebih tinggi, pada gilirannya, menyebabkan dampak keempat:
penurunan kepercayaan konsumen. Di tengah segala ketidakpastian, rumah
tangga mulai menunda rencana pengeluaran. Pengeluaran untuk barang tahan
lama, khususnya, anjlok. Akibat dari semua peristiwa ini, perekonomian
mengalami pergeseran kontraksi yang besar pada kurva IS.

Pemerintah AS menanggapi dengan penuh semangat saat krisis terjadi.


Pertama, The Fed memangkas target suku bunga dana federal dari 5,25 persen
pada September 2007 menjadi sekitar nol pada Desember 2008. Kedua,
dalam langkah yang bahkan lebih tidak biasa pada Oktober 2008, Kongres
mengalokasikan $700 miliar untuk digunakan Departemen Keuangan untuk
menyelamatkan sistem keuangan. Sebagian besar dana ini digunakan untuk
suntikan modal ke bank. Artinya, Departemen Keuangan memasukkan dana
ke dalam sistem perbankan, yang dapat digunakan bank untuk memberikan
pinjaman; sebagai ganti dana ini, pemerintah AS menjadi pemilik sebagian
dari bank-bank ini, setidaknya untuk sementara. Tujuan penyelamatan (atau
"bailout", demikian kadang-kadang disebut) adalah membendung krisis
keuangan di Wall Street dan mencegahnya menyebabkan depresi di setiap
jalan lain di Amerika. Terakhir, seperti dibahas di Bab 10, ketika Barack
Obama menjadi presiden pada Januari 2009, salah satu proposal pertamanya
adalah peningkatan besar dalam belanja pemerintah untuk meningkatkan
permintaan agregat.

28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Fluktuasi dalam model IS-LM merujuk pada fluktuasi dalam output


dan tingkat suku bunga dalam perekonomian. Fluktuasi tersebut dapat terjadi
dari perubahan dalam permintaan agregat yang bersumber dari pengeluaran
pemerintah dan konsumen, serta investasi. Ketika terjadi fluktuasi, kurva IS
dan kurva LM akan mengalami perubahan. Kurva IS akan bergeser ke kanan
apabila mengalami peningkatan permintaan agregat, menunjukkan bahwa
output akan meningkat pada setiap tingkat suku bunga. Dan kurva LM akan
bergeser ke kiri, menunjukkan bahwa suku bunga akan naik pada setiap
tingkat output. Sebaliknya, jika terjadi penurunan permintaan agregat, maka
kurva IS akan bergeser ke kiri, menunjukkan bahwa output akan menurun
pada setiap tingkat suku bunga. Dan kurva LM akan bergeser ke kanan,
menunjukkan bahwa suku bunga akan turun pada setiap tingkat output.
Dalam model IS-LM ini, perubahan dalam kebijakan fiskal
memengaruhi pengeluaran yang direncanakan. Sedangkan perubahan dalam
kebijakan moneter memengaruhi pendapatan dengan mengubah tingkat suku
bunga. Oleh karena itu, perubahan dalam satu kebijakan dapat memengaruhi
kebijakan lainnya dan ketergantungannya dapat mengubah dampak perubahan
kebijakan.
Guncangan pada model IS-LM biasa disebabkan oleh perubahan tiba-
tiba dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian, seperti krisis
keuangan, perubahan dalam kebijakan moneter atau fiskal, atau perubahan
dalam tingkat suku bunga global. Ketika terjadi guncangan pada
perekonomian, dapat mempengaruhi pergeseran kurva yang tidak terduga
mengakibatkan sulitnya memprediksi perubahan perubahan dalam output dan
tingkat suku bunga. Selain itu, guncangan tersebut juga dapat menyebabkan
model IS-LM menjadi tidak akurat dalam menganalisis perekonomian.

29
Pada dasarnya model IS-LM dapat dianggap sebagai teori permintaan
agregat dalam perekonomian karena adanya kerangka konseptual yang
digunakan untuk memahami hubungan antara permintaan agregat dan output
dalam perekonomian. Dengan kombinasi kurva IS dan kurva LM, dapat
digunakan untuk memahami bagaimana permintaan agregat mempengaruhi
output dan tingkat suku bunga dalam perekonomian. Selain itu, dapat
digunakan untuk menganalisis dampak kebijakan moneter dan fiskal terhadap
perekonomian.
The Great Depression adalah sebuah kondisi perlambatan ekonomi
yang tajam dan mempengaruhi berbagai bidang yang disebabkan oleh
hancurnya pasar saham Wall Street, besarnya beban utang rumah tangga dan
lembaga keuangan, menurunnya permintaan konsumen Kegagalan kebijakan
stabilisasi yang dilakukan pemerintah, kepanikan bank atau bank panic
(penarikan tabungan oleh nasabah secara besar-besaran) dan jumlah uang
beredar terlalu sedikit.
4.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini, disarankan dapat mengetahui dan


memahami hubungan perekonomian antara uang dan suku bunga yang
menjadi hubungan pada teori permintaan agregat. Dapat meninjau pada
konsep dasar dari model IS-LM, termasuk pada interaksi kurva IS dan kurva
LM. Diharapkan pula dapat mendeskripsikan dan mendapat gambaran dalam
kondisi perekonomian, terutama fluktuasi permintaan agregat yang
mempengaruhi output dan tingkat suku bunga dalam perekonomian.
Selain itu, diharapkan dapat mengetahui pengaruh dari perubahan
dalam faktor perekonomian seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan
fluktuasi pasar global terhadap permintaan agregat dalam model IS-LM.
Diharapkan pula dapat menambah wawasan mengenai keterbatasan dan
kelemahan model IS-LM dalam menganalisis permintaan agregat.

30
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. (2000). Ekonomi Makro. Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE.

Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer and Richard Startz. (1998).


Macroeconomics. Seventh Edition. New York: McGraw Hill, International
Edition.

Mankiw, N. G. (2005). MACROECONOMICS. New York: eigth Edition. Harvard


University.

Mankiw, N., Quah, E., & Wilson, P. (2017). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta:
Salemba Empat.

Sukirno, S. (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Muhdar. (2018). Perekonomian Nasional Dan Internasional Dalam Kerangka


Agregat Demand Dan Supply (Perspektif Teori). Jurnal Ekonomi Islam,
Vol. 14 No. 2.

Ningsih Lestari. (2023). The Great Depression, Krisis Ekonomi Terparah dalam
Sejarah.Sumber:https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/08/2000000
79/the-great-depression-krisis-ekonomi-terparah-dalam sejarah?
page=all.Diakses tanggal 1 April 2003.
31

Anda mungkin juga menyukai