Anda di halaman 1dari 24

MODEL ANALISIS IS-LM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


pada Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam

Dosen pengampu:
Samsul, S.A.B., MA.

Disusun Oleh: Kelompok 6

MIRNAWATI (90500120100)
ARDINA RASTI (90500120106)
IRHAMNI (90500120091)
MUHAMMAD MUFTHIH TSANI (90500120128)

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah hingga makalah ilmiah yang berjudul “Analisis
Model IS-LM dalam Perspektif Islam” ini dapat saya selesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan mampu
menyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ilmiah ini saya buat untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Ekonomi Makro Islam.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Samsul, S.A.B., MA.


selaku dosen Ekonomi Makro Islam program studi Perbankan Syariah. Yang telah
memberikan arahan dalam menyusun makalah ilmiah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Saya menyadari
bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Terima Kasih.

Wassalamu’alakum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Gowa, 26 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian Pasar Barang dan Pasar Uang dalam Model IS-LM .................... 3
B. Keseimbangan Pasar Barang dan Kurva IS................................................... 3
C. Keseimbangan Pasar Barang dan Kurva LM ................................................ 6
D. Keseimbangan Kurva IS-LM ....................................................................... 8
E. Dampak Kebijakan pada Keseimbangan IS-LM ........................................... 9
F. Pasar Barang dalam Perspektif Islam .......................................................... 11
G. Permintaan Uang pada Perspektif Islam ..................................................... 11
H. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang pada Keseimbangan
Perekonomian Islam ................................................................................. 14
I. Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Islam ..................................................... 15
J. Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam ................................................. 16
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 19
A. Kesimpulan ............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perekonomian tentunya kita tidak asing lagi dengan istilah


uang, barang dan pasar. Ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama
lain. Uang adalah alat perantaraan untuk melancarkan kegiatan tukar
menukar dan perdagangan. 1 Dalam ekonomi pembagian pasar dibagi
menjadi dua yaitu pasar barang dan pasar uang.

Idealnya kajian mengenai pasar barang dan pasar uang ini bisa
masuk menjadi bagian kajian makroekonomi yang Islami. Namun, ada
hal-hal yang menjadikannya tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-
nilai Islam. Sehingga disinilah bahasan mengenai konsep IS-LM
dalam konvensional dan mengakomodir sejumlah pemikiran yang
mencoba membawa kajian tentang pasar uang dan pasar barang ini
dalam sebuah analisis yang Islami akan dibahas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pasar barang dan pasar uang dalam model IS-LM?
2. Bagaimana keseimbangan pasar barang dan kurva IS?
3. Bagaimana keseimbangan pasar uang dan kurva LM?
4. Bagaimana keseimbangan kurva IS-LM?
5. Bagaimana dampak kebijakan pada keseimbangan IS-LM?
6. Bagaimana pasar barang dalam perspektif Islam?
7. Bagaimana permintaan uang pada perspektif Islam?
8. Bagaimana keseimbangan pasar barang dan pasar uang dalam
perekonomian Islam?
9. Bagaimana Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Islam?

1
Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), cet.23, hlm
167

1
10. Bagaimana Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pengertian pasar barang dan pasar uang dalam model

IS-LM.

2. Mendeskripsikan keseimbangan pasar barang dan kurva IS.

3. Mendeskripsikan keseimbangan pasar uang dan kurva LM.

4. Mendeskripsikan keseimbangan kurva IS-LM.

5. Mendeskripsikan dampak kebijakan pada keseimbangan IS-LM.

6. Mendeskripsikan pasar barang dalam perspektif Islam.

7. Mendeskripsikan permintaan uang pada perspektif Islam.

8. Mendeskripsikan keseimbangan pasar barang dan pasar uang dalam

perekonomian Islam.

9. Mendeskripsikan kebijakan fiskal dalam perspektif Islam.

10. Mendeskripsikan kebijakan moneter dalam perspektif Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Barang dan Pasar Uang dalam Model IS-LM

IS-LM terdiri dari IS dan LM. IS adalah Invesment Saving yang berarti
pasar barang sedangkan LM adalah Liquidity Money yang berarti pasar uang.
Model IS-LM menjelaskan interaksi antara dua pasar, yaitu pasar barang dan
pasar uang. 2

Di kedua pasar ini peranan tingkat suku bangsa sangat penting karena
akan memengaruhi komponen terutama variabel konsumsi dan investasi.
Perubahan-perubahan indikator makro di kedua pasar yang terbentuk akan
memengaruhi komposisi pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi
suatu negara.

B. Keseimbangan Pasar Barang dan Kurva IS

Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu.3

Sebagai pasar, maka terdapat penawaran dan pemintaan begitupula


pada pasar barang. Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari
semua permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang
menjadi penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam
negeri.

Jika permintaan total dari barang dan jasa dalam suatu negara
diasumsikan penjumlahan dari konsumsi, investasi dan pengeluaran
pemerintah, maka rumusnya adalah sebagai berikut:

Z=C+1+G

2
Erni Umi Hasanah dan Danang Sunyoto, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, (Yogyakarta: CAPS, 2014),
hlm.135
3
Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2009), cet.2, hlm.122

3
Dari persamaan sebelumnya, didapatkan bahwa besaran konsumsi
ditentukan oleh besaran disposable income yang dalam hal ini adalah total
pendapatan dikurangi dengan pajak, sehingga persamaan menjadi:

Z = C (Y - T) + I + G

Secara dengan pendekatan matematis, pendekatan grafis juga dapat


digunakan untuk menggambarkan ekuilibrium di pasar barang.

Gambar 1 : Keseimbangan pasar barang

Dari keseimbangan di pasar barang ini dapat diturunkan kurva


IS. Pada bagian ini, IS bukan lagi sesuatu yang autonomous melainkan
dipengaruhi oleh tingkat bunga dan pendapatan. Jika, diasumsikan
terjadi kenaikan tingkat bunga, maka hal ini akan berpengaruh terhadap
besaran investasi.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, kenaikan tingkat bunga akan
mengakibatkan turunnya investasi dan akibatnya akan mengakibatkan
turunnya output nasional. Pergeseran nilai output, Y yang lebih besar
dibandingkan dengan berkurangnya nilai investasi, dikarenakan adanya
faktor multiplier efek.
Turunnya output, dikarenakan turunnya suku bunga, dapat
digambarkan dalam suatu kurva, yang disebut dengan kurva IS. Proses

4
penurunan kurva IS dari keseimbangan di pasar barang ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Jika suku bunga mengalami kenaikan yang akan berdampak pada
turunya total permintaan terhadap barang dan jasa. Yang disebabkan
turunya investasi, selain itu kenaikan tingkat suku bunga akhirnya
berdampak pada penurunan Y sebagai akibat turunya tingkat investasi.
jika terjadi perubahan pajak (T) yang akan mengakibatkan perubahan
konsumsi, ataupun perubahan dalam pengeluaran pemerintah maka
kurva IS akan bergeser ke kiri maupun kanan.

Gambar 2 : Pergeseran kurva IS

Pergeseran kurva IS terjadi disaat apabila pajak (T) naik maka


output mengalami penurunan. Hal ini karena naiknya pajak
mengakibatkan Yd menurun. sehingga berakibat konsumsi masyarakat
pun mengalami penurunan. Turunya pendapatan ini akan diperlihatkan
oleh bergesernya kurva IS ke kiri. Sehingga jika pajak meningkat maka
kurva IS bergeser ke kiri bawah. Sebaliknya jika pajak diturunkan
berdampak pada konsumsi masyarakat meningkat, dan kurva IS akan
bergeser ke kanan atas.
Pergeseran kurva juga akan terjadi jika terjadi perubahan G. Jika
pengeluaran pemerintah atau G meningkat, maka kurva IS akan bergeser
ke kanan atas. Turunnya G akan mengakibatkan kurva IS bergeser ke

5
kiri bawah.

C. Keseimbangan Pasar Uang dan Kurva LM

Pasar uang merupakan suatu tempat dimana terjadi transaksi


keuangan.4 Sama halnya dengan pasar lainnya, keseimbangan akan tercapai
pada saat jumlah permintaan uang di pasar sama dengan jumlah
penawarannya. Dalam sistem ekonomi di luar ekonomi islam permintaan
uang dipengaruhi oleh tingkat bunga sedangkan penawarannya merupakan
otoritas dari bank sentral, sehingga bentuk kurva penawarannya menjadi
inelastis sempurna.
Besarnya permintaan uang dipengaruhi oleh pendapatan nominal dan
suku bunga. Secara matematis hubungan ini akan dapat ditulis sebagai
berikut:
M = $YL(i)

Berdasarkan hubungan ini dinyatakan bahwa kenaikan pendapatan


akan meningkatkan permintaan uang nominal, sedangkan kenaikan suku
bunga akan menurunkan permintaan uang. Jika hubungan dalam bentuk
nominal ini akan di rubah dalam bentuk riil, maka

M/P = YL(i)

Dari persamaan ini diketahui bahwa permintaan uang riil akan


dipengaruhi oleh pendapat rill dan tingkat bunga. Perbedaan antara uang
nominal dan uang riil akan terlihat dari daya belinya. Uang nominal hanya
menyatakan jumlah uang yang tertera di uang fiat, sedangkan uang riil
mengukur uang dari daya belinya.
Hubungan antara permintaan dan penawaran uang secara grafis
adalah sebagai berikut :

4
Ibid., hlm.127

6
Gambar 3 : Permintaan dan Penawaran Uang
Perhatikan keseimbangan lama ada pada titik A dengan jumlah
uang beredar M, dan suku bunga i. sedangkan ekuilibrium yang baru
ada pada kombinasi jumlah keseimbangan sebesar M, dengan suku
bunga i. Suku bunga yang baru atau i’ lebih tinggi dibandingkan dengan
suku bunga yang lama atau i.
Dari kejadian ini, kita dapat melihat hubungan yang lebih
spesifik bahwa ketika jumlah uang beredar tetap, kenaikan pendapatan,
maka akan mengakibatkan suku bunga meningkat.
Jika hubungan antara suku bunga dengan pendapatan ini
digambarkan secara lebih khusus, maka akan kita temukan pada kurva
LM. Proses penurunan keseimbangan pada pasar uang (LM) terjadi
apabila pendapatan naik maka akan menyebabkan money demand
meningkat yang berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga dan
menyebabkan kurva LM bergeser ke sebelah kanan atas.

Gambar 4 : Pergeseran kurva LM

7
Kebijakan moneter dengan menambah atau mengurangi jumlah
uang beredar akan mengakibatkan pergeseran kurva LM. Jika bank
sentral menambah jumlah uang beredar, maka kurva LM akan bergeser
ke bawah, sebaliknya jika jumlah uang beredar dikurangi, maka kurva
LM akan bergeser ke kiri atas.

D. Keseimbangan Kurva IS-LM

Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa kurva IS,


merupakan kurva yang menghubungkan antara i dan Y pada saat pasar
barang dalam kondisi ekuilibrium. Sedangkan kurva LM, merupakan kurva
yang menghubungkan antara Y dan i pada saat pasar uang dalam kondisi
ekuilibrium. Jika kurva IS dan kurva LM bertemu pada satu titik maka titik
(i, Y), maka titik tersebut menggambarkan sekaligus keseimbangan yang
terjadi di pasar barang maupun pasar uang.

Gambar 5 : keseimbangan pasar barang dan pasar uang

Keseimbangan IS-LM, merupakan keseimbangan dalam


perekonomian. Pada gambar diatas keseimbangan terjadi pada titik A,
yaitu pada tingkat pendapatan sebesar Y, dan tingkat bunga sebesar io.
Dalam keseimbangan ini diasumsikan pasar uang dan pasar barang
dalam kondisi ekuilibrium.

8
E. Dampak Kebijakan pada Keseimbangan IS-LM

Jika pemerintah menetapkan kebijakan fiskal (T, G) maka perubahan


ini hanya akan mengakibatkan perubahan di kurva IS, sedangkan kurva LM
relatif tetap. Sedangkan jika bank sentral menerapkan kebijakan moneter,
maka hal ini hanya akan memengaruhi kurva LM, sedangkan kurva IS tetap.
Jika pemerintah menerapkan kebijakan campuran, yaitu kebijakan fiskal dan
moneter maka akan terjadi pergeseran kurva IS maupun kurva LM.

1. Kebijakan Fiskal
Perubahan pengeluaran pemerintah dapat ditinjau dari dua
perspektif, yaitu peningkatan pengeluaran pemerintah atau penurunan
pengeluaran pemerintah, tetapi kedua-duanya berdampak pada
pergeseran kurva keseimbangan pasar barang (IS), jika pengeluaran
pemerintah mengalami kenaikan maka kurva IS bergeser ke atas,
berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga begitu juga income naik
begitu juga sebaliknya. Selain pengeluaran pemerintah (G), kebijakan
fiskal dapat pula berupa perubahan kebijakan perpajakan. Jika
penerimaan dari sektor pajak menurun maka kurva IS bergeser ke atas
seperti terlihat pada gambar 6(1).

Gambar 6 : Dampak perubahan penerimaan pajak terhadap


keseimbangan IS-LM

9
Akibat bergesernya kurva IS ke IS’ berdampak pada kenaikan
tingkat suku bunga dari i menjadi i’ begitu juga income naik dari Y
menjadi Y’ dengan asumsi kurva LM tetap. Sebaliknya jika pemerintah
menaikkan pajak berdampak pada bergesernya kurva IS ke bawah.

2. Kebijakan moneter

Kebijakan moneter biasanya terikat dengan kebijakan jumlah


uang beredar atau money supply yang dilakukan oleh otoritas moneter
yang dalam hal ini bank sentral. Adanya kebijakan dalam bidang
moneter berdampak pada pergeseran kurva LM.
Jika jumlah uang beredar meningkat maka akan menyebabkan
bergesernya kurva LM kebawah, bergesernya kurva ini berdampak pada
penurunan tingkat suku bunga dan meningkatnya output. Begitupun
sebaliknya, jika jumlah uang beredar berkurang maka kurva LM akan
bergeser ke atas dan berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga dan
menurunkan output.
Tabel 1
Dampak kebijakan Fiskal dan moneter terhadap IS dan LM
Dampak kebijakan Fiskal dan moneter terhadap IS dan LM

Pergeseran Pergeseran Suku


Output
IS LM Bunga
Pajak Naik
Kiri bawah Tetap Turun Turun
Pajak Turun
Kanan atas Tetap Naik Naik
Belanja Pemerintah
Naik Kanan atas Tetap Naik Naik

Belanja Pemerintah
Kiri bawah Tetap Turun Turun
Turun
Uang Beredar
Tetap Turun Naik Turun
Bertambah
Uang Beredar
Tetap Naik Turun Naik
Menurun

10
F. Pasar Barang dalam Perspektif Islam

Kalau kita telaah pasar barang dalam pemikiran konvensional,


komponen-komponen penyusunannya antara lain adalah konsumsi (C),
investasi (I), dan pengeluaran pemerintah (G). Jika secara matematis
hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Kurva IS: Y = C (Y-T), I (Y,i) dan G

Ada satu hal yang menjadi ciri dari pasar barang dalam sistem ekonomi
kovensional adalah kehadiran instrumen suku bunga yang menjadi faktor
penentu besaran investasi di masyarakat. Hal ini tentunya akan bertentangan
dengan konsep perekonomian dalam Islam yang mengharamkan suku bunga
karena suku bunga sama dengan riba.
Dalam Islam, suku bunga diganti dengan ekonomi bagi hasil, sehinggga
insentif dalam melakukan investasi adalah besaran bagi hasil. Besaran bagi
hasil yang menjadi daya tarik bagi investor untuk melakukan investasi
adalah share dari keuntungan yang dibagi kepada investor dan kepada
pengelola.
Terkait dengan keuntungan, besarnya keuntungan ini akan diukur
dengan menggunakan besaran standar upah minimum. Untuk mendapatakn
suatu tingkat keuntungan tertentu akan sangat dipengaruhi oleh besaran
modal yang digunakan dalam berinvestasi.
Secara umum, kondisi ini hanya dapat terjadi pada kondisi dimana
modal yang tersedia tidak dalam bentuk bunga, melainkan dalam
bentuk bagi hasil, mudarabah, ataupun musyarakah.

G. Permintaan Uang dalam Perspektif Islam

Permintaan uang dalam suatu sistem perekonomian yang Islami akan


dipengaruhi oleh motif seorang muslim dalam memegang uang. Menurut
Metwally ada dua motif utama seorang muslim dalam memegang uang,

11
yaitu : motivasi transaksi dan motivasi berjaga-jaga.5
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi sebagaimana yang
dikemukakan Keynes, tidak akan ada dalam suatu sistem perekonomian
yang Islami. Permintaan uang dalam ekonomi Islam menurut Metwally juga
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

Motivasi berjaga-jaga, meskipun dibenarkan namun tidak berlebihan,


untuk berjaga-jaga hanya dibenarkan dengan jumlah yang terbatas.
Terbatasnya jumlah uang untuk berjaga-jaga ini tidak terlepas dari
kepercayaan seorang muslim akan janji Allah di al-Qur’an bahwa Allah
akan menjamin rezeki mereka.

Selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya, permintaan uang


dalam sistem ekonomi Islam juga tergantung kepada ekspetasi return dari
financial aset. Ekspetasi return yang tinggi dari financial aset menyebabkan
uang menjadi kurang bermanfaat jika uang hanya dipegang dan tidak
diinvestasikan.

Meski demikian, adanya rasa tanggung jawab seorang muslim dalam


membantu sesama muslim lainnya, maka motif memegang uang sering kali
dilandasi sikap untuk dapat memberikan pinjaman qardhul hasan kepada
orang lain sebagai upaya untuk membantu mereka yang membutuhkan dana
pinjaman jangka pendek. Dengan jumlah uang tunai yang lebih banyak,
maka seorang muslim idealnya akan dapat memberikan lebih banyak
pinjaman kebaikan kepada sesamanya. Permintaan uang yang di dedikasikan
untuk pinjaman kebaikan ini selanjutnya disebut dengan motif altruistic.

Kegiatan dasar untuk memegang uang pada saat return rendah dan
dorongan untuk investasi pada saat return tinggi. Dengan kondisi ini, maka
motif memegang uang untuk tujuan altruistic akan lebih besar pada saat
return investasi dari aset finansial rendah daripada saat ekspektasi return

5
Wicaksono, J. W. (2019). Relevansi Model IS-LM Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang dalam
Islam, hlm. 29

12
investasi tinggi. Fahim Khan menambahkan bahwa dalam Islam terdapat
suatu institusi pengendali dari permintaan uang yang spekulative yaitu zakat.
Dengan adanya zakat maka akan memperkuat motif memegang uang untuk
motif altruistic.

Hubungan antara permintaan uang dengan sikap altruistic oleh


Fahim Khan dijelaskan bahwa permintaan uang real dipengaruhi oleh
peningkatan pendapat real dan penurunan tingkat ekspektasi return dan
financial aset. Maka keseimbangan di pasar uang secara matematis adalah
sebagai berikut:6
𝑀
kY − h′ a =
𝑃

Keseimbangan di pasar uang ini dibangun berdasarkan asumsi


jumlah uang beredar dan tingkat harga yang tetap, sehingga jumlah uang riil
yang beredar pun tetap. Hubungan antara a dan y, jika a atau bagi hasil
dengan tingkat pendapatan terdapat suatu hubungan yang positif. Secara
grafis, hubungan positif antara a dan y akan di gambarkan pada suatu
dengan kurva LAM. Seperti gambar

Gambar 7 : Hubungan antara a dan Y di dalam pasar uang dalam sistem


ekonomi Islam

6
Wicaksono, J. W. (2019). Relevansi Model IS-LM Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang dalam
Islam, hlm. 29

13
Meskipun antara kurva LM dengan kurva LAM memiliki slope
yang sama, dan menggambarkan sisi yang sama, yaitu moneter, namun
menurut Khan, terdapat perbedaan mendasar diantara kedua kurva ini.
Kurva LM yang menggambarkan hubungan antara tingkat bunga (i) dan
pendapat (Y) pada saat pasar uang dalam kesetimbangan. Kurva ini
dibangun berdasarkan motif spekulasi dalam permintaan uang, akibat
dari perubahan yang terjadi pada suku bunga. Sedangkan kurva LAM
dibangun dari permintaan uang yang berlandaskan motif untuk
mendapatkan profit dari investasi dengan mempertimbangkan sikap
altruistic.

H. Keseimbangan Antara Pasar Barang dan Pasar Uang dalam


Perekonomian Islam

Keseimbangan antara pasar barang dan pasar uang dalam


perekonomian Islam menurut Khan, secara grafis direpsentasikan dengan
terjadinya perpotongan antara kurva IS, yang menggambarkan
keseimbangan di pasar barang dengan kurva LAM, keseimbangan di pasar
uang. Perpotongan antara kedua kurva ini menunjukkan tingkat bagi hasil,
atau rasio profit sharing dengan pendapatan nasional. Bedanya dengan
keseimbangan kurva IS-LM konvensiomal adalah keberadaannya yang
menggantikan suku bunga (i). ilustrasi keseimbangan ini dalam analisis
grafis adalah sebagai berikut:

Gambar 8 : Keseimbangan IS-LAM

14
Berdasarkan gambar diatas, keseimbangan pasar barang dan
pasar uang terjadi pada saat pendapatan nasional, berada di posisi Yo
dan rasio profit sharing sebesar ao. hal ini memberikan dampak negatif
terhadap minat pelaku bisnis untuk berinvestasi. Sementara kurva LAM,
di pengaruhi besaran A. jika nilai a rendah, maka orang akan lebih
senang memegang uang dalam bentuk tunai dan memanfaatkannya
dalam kegiatan yang sifatnya altruistic. Sebaliknya, jika a besar, maka
masyarakat akan melakukan investasi yang lebih besar dalam sejumlah
aset-aset finansial.

I. Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Islam

Dalam negara Islam, kebijaksanaan fiskal merupakan salah satu


perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang dijelaskan Imam Al-Ghazali
termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan,
kehidupan, intelektualitas, kejayaan, dan kepemilikan.

Pada masa kenabian dan kekhalifahan setelahnya, kaum muslimin cukup


berpengalaman dalam menerapkan beberapa instrument sebagai kebijakan
fiskal, yang diselenggarakan pada lembaga baitulmaal (national treasury).
Dari berbagai macam instrumen, pajak diterapkan atas individu (jizyah dan
pajak khusus muslim), tanah kharaj, dan ushur (cukai) atas barang impor
dari negara yang mengenakan cukai terhadap pedagang kaum muslimin,
sehingga tidak memberikan beban ekonomi yang berat bagi masyarakat.
Semisal krisis ekonomi yang menyebabkan warga negara jatuh miskin
otomatis mereka tidak dikenai beban pajak baik jizyah maupun pajak atas
orang Islam, sebaliknya mereka akan disantuni negara dengan biaya yang
diambil dari orang-orang muslim yang kaya.

Aspek politik dari kebijakan fiskal yang dilakukan oleh khalifah adalah
dalam rangka mengurusi dan melayani umat. Allah SWT mengingatkan kita
tentang betapa sangat urgennya masalah distribusi harta ini dalam Firman-
Nya yaitu QS. Al-Hasyr ayat 7:

15
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

Juga dalam Hadis Nabi shallallahu’alaihi wasallam: “ Jika pada suatu


kampong terdapat seseorang yang kelaparan, maka Allah berlepas diri
dari merek. “Dalam kesempatan lain” Tidak beriman pada-Ku, tidak
beriman pada-Ku, orang yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara
ia tahu tetangganya kelaparan.” (Hadis Qudsi).

Sejarah Islam mencatat bagaimana perkembangan peran


kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam mulai dari zaman awal
Islam sampai kepada puncak kejayaan Islam pada zaman pertengahan.
Setelah zaman pertengahan, seiring dengan kemunduran dalam
pemerintahan Islam sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan digantikan
dengan kebijakan fiskal lainnya dari sistem ekonomi yang sekarang kita
kenal dengan nama sistem ekonomi konvensional.

J. Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam

Dalam perekonomian Islam, sektor perbankan tidak mengenal


instrument suku bunga. Sistem keuangan Islam menerapkan sistem

16
pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing) ,
bukan kepada tingkat bunga yang telah menetapkan tingkat keuntungan di
muka. Jadi, dalam sistem keuaangan Islam, hasil dari investasi dan
pembiayaan yang dilakukan bank di sektor riil yang menentukan besar
kecilnya pembagian keuntungan di sektor moneter. Sehingga kita bias
menyimpulkan bahwa kondisi sektor moneter merupakan cerminan kondisi
sektor riil.

Sistem keuangan Islam sesungguhnya merupakan pelengkap dan


penyempurna sistem ekonomi Islam yang berdasarkan kepada produksi dan
perdagangan, atau dikenal dengan istilah sektor riil. Kegiatan yang tinggi
dalam bidang produksi dan perdagangan akan mempertinggi jumlah uang
beredar, sedangkan kegiatan ekonomi yang lesu akan berakibat rendahnya
perputaran dan jumlah uang beredar. Dalam perekonomian Islam,
keseimbangan antara aktivis ekonomi rill dengan tinggi rendahnya jumlah
uang senantiasa dijaga. Salah satu instrumen untuk menjaga adalah sistem
perbankan Islami.

Salah satu sebab terjadinya peredaran uang yang terlalu tinggi adalah
terjadinya defisit anggaran yang ditutup dengan pinjaman. Karena itu agar
kebijakan moneter dan fiskal untuk mewujudkan tujuan-tujuan nasional.
Diperlukan suatu kebijakan anggaran yang tidak inflasioner dan realistis di
negara-negara muslim. Suatu pemerintahan muslim yang sungguh-sungguh
berkomitmen pada pencapaian sasaran, haruslah mampu melaksanakan satu
kebijakan anggaran yang konsisten dengan sasarannya. Ini penting bagi
suatu pemerintahan muslim, karena pasar uang di negara muslim relatif
terbelakang saat ini, dan kebijakan moneter tidak dapat berperan efektif
dalam meredam peredaran uang. Namun itu bukan berarti defisit anggaran
tidak dimungkinkan.

Menekan defisit anggaran bukanlah pekerjaan gampang. Di antara


penyebabnya adalah:

17
1) Sulitnya pemerintah meningkatkan pembiayaan yang memadai
melalui perpanjakan dan sumber-sumber pemasukan noninflasioner
lainnya untuk memenuhi pengeluaran produktif dan penting lainnya.
2) Kurangnya kesediaan pemerintah untuk mereduksi secara substansial
pengeluaran negara yang mubazir dan tidak produktif.

Suatu pemerintahan muslim haruslah berani menghapus kedua


sumber defisit anggaran itu agar lebih efektif dalam menjalankan
kebijakan moneternya.
Sesungguhnya, menghapus pengeluaran yang tidak produktif dan
mubazir, merupakan kewajiban muslim. Bagi pemerintah itu menjadi
satu keniscayaan, karena mereka menggunakan sumber daya yang
disediakan oleh rakyat sebagai satu amanah. Sumber-sumber
daya itu harus dimanfaatkan secara efesien dan efektif, dibarengi
dengan perasaan tanggung jawab kepada Allah. Rasulullah SAW
bersabda, “Siapa saja yang sudah diberi aman oleh rakyat tetapi tidak
melaksanakannya dengan jujur, tidak akan mencium bau surga”.
Setelah semua pengeluaran yang tidak perlu bisa dihilangkan,
neraca pengeluaran pemerintah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
 pengeluaran rutin;
 pengeluaran proyek; dan
 pengeluaran darurat.7

7
Wicaksono, J. W. (2019). Relevansi Model IS-LM Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang dalam
Islam, hlm. 29

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

IS-LM terdiri dari IS dan LM. IS adalah Invesment Saving yang


berarti pasar barang sedangkan LM adalah Liquidity Money yang berarti pasar
uang. Model IS-LM menjelaskan interaksi antara dua pasar, yaitu pasar barang
dan pasar uang.

Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu Negara dan dalam jangka waktu tertentu. Jika permintaan
total dari barang dan jasa dalam suatu Negara diasumsikan penjumlahan dari
konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah, maka rumusnya adalah
sebagai berikut :

Z=C+1+G

Pasar uang merupakan suatu tempat dimana terjadi transaksi keuangan.


Besarnya permintaan uang dipengaruhi oleh pendapatan nominal dan suku
bunga. Secara matematis hubungan ini akan dapat ditulis sebagai berikut:

M = $YL(i)

Jika kurva IS dan kurva LM bertemu pada satu titik maka titik, maka
titik tersebut menggambarkan sekaligus keseimbangan yang terjadi di pasar
barang maupun pasar uang. Keseimbangan IS-LM, merupakan keseimbangan
dalam perekonomian.

Jika pemerintah menetapkan kebijakan fiskal maka perubahan ini hanya


akan mengakibatkan perubahan di kurva IS, sedangkan kurva LM relatif tetap.
Sedangkan jika bank sentral menerapkan kebijakan moneter, maka hal ini hanya
akan memengaruhi kurva LM, sedangkan kurva IS tetap. Jika pemerintah
menerapkan kebijakan campuran, yaitu kebijakan fiskal dan moneter maka akan

19
terjadi pergeseran kurva IS maupun kurva LM.

Pasar barang dalam pemikiran konvensional terdiri atas komponen-


komponen penyusunannya antara lain adalah konsumsi (C), investasi (I), dan
pengeluaran pemerintah (G). Jika secara matematis hubungan ini dapat
dituliskan sebagai berikut:

Kurva IS: Y = C (Y-T), I (Y, i) dan G

Permintaan uang dalam suatu sistem perekonomian yang Islami akan


dipengaruhi oleh motif seorang muslim dalam memegang uang. Menurut
Metwally ada dua motif utama seorang muslim dalam memegang uang, yaitu:
motivasi transaksi dan motivasi berjaga-jaga.

Keseimbangan di pasar uang secara matematis adalah sebagai berikut:

Keseimbangan antara pasar barang dan pasar uang dalam perekonomian Islam
menurut Khan, secara grafis direpsentasikan dengan terjadinya perpotongan
antara kurva IS, yang menggambarkan keseimbangan di pasar barang dengan
kurva LAM, keseimbangan di pasar uang.

Dalam negara Islam, kebijaksanaan fiskal merupakan salah saru


perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang dijelaskan Imam Al-Ghazali
termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan,
kehidupan, intelektualitas, kejayaan, dan kepemilikan.

Dalam sistem keuaangan Islam, hasil dari investasi dan pembiayaan


yang dilakukan bank di sektor riil yang menentukan besar kecilnya pembagian
keuntungan di sektor moneter. Sehingga kita bias menyimpulkan bahwa kondisi
sektor moneter merupakan cerminan kondisi sektor riil.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. H., Effendi, B., Rohmawati, I., & Khazani, A. N. (2021). Ekonomi
Makro Islam. Penerbit NEM.
Dwihapsari, R., Kurniaputri, M. R., & Huda, N. (2021). Analisis Efektivitas
Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Konvensional dan Syariah Terhadap
Inflasi di Indonesia Tahun 2013-2020. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(2),
980-993.
Faisal, A. F. INVESTMENT SAVING–LIQUIDITY PREFERENCE OF MONEY
(IS-LM) BALANCE IN ISLAMIC ECONOMICS.
Huda, Nurul, dkk. 2009. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis. Jakarta:
Kencana.
Musyaffafi, U. M. (2018). ANALISIS MODEL KESTABILAN SIKLUS BISNIS
INVESTMENT SAVING–LIQUIDITY MONEY (IS-LM) DENGAN
METODE RUNGE-KUTTA ORDE LIMA DAN EXTENDED RUNGE-
KUTTA (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Samsul, S. (2019). Analisis Pemanfaatan harta dalam Konsumsi Masyarakat
Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam. Al-Azhar Journal of Islamic
Economics, 1(2), 110-130.
Syahbudi, M. (2018). Ekonomi makro persfektif islam.
Saputra, A. A., & Multifiah, M. (2013). PRAKTIK BANK THITHIL DAN
IMPLIKASINYA MENURUT PANDANGAN MASYARAKAT
MUSLIM WILAYAH PERKAMPUNGAN BETHEK KOTA MALANG.
IQTISHODUNA.
Sukirno, Sadono. 2015. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Wicaksono, J. W. (2019). Relevansi Model IS-LM Keseimbangan Pasar Barang
dan Pasar Uang dalam Islam. Dinar: Jurnal Prodi Ekonomi Syariah, 3(1),
1-29.

21

Anda mungkin juga menyukai