Anda di halaman 1dari 13

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Kerajaan Buleleng dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
Geografi. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pemangkat,November 2021
Penyusun
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN ..............................................................ii

A. Latar Belakang ......................................................................................


1
B. Rumus Masalah .................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Akulturasi Kebudayaan Lokal Indonesia dengan Budaya Hindu-
Budha.................................... 3
B.  Seni Rupa dan Seni Ukir ........ 4
C. Akulturasi Hindu Budha Dalam Bidang Seni
Rupa....................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...........................................................................................
6
B. Saran ................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA
3

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Budha dan Islam di Indonesia,
masyarakat Indonesia sudah mengenal/memiliki budaya cukup maju. Unsur
kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
yang disebut dengan “local genius” (kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur
kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa).
Masuknya budaha Hindu-Budha dan Islam di Indonesia tidak diterima begitu
saja tapi pengaruh budaya Hindu-Budha dan Islam ke Indonesia telah membawa
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui Akulturasi Kebudayaan Lokal Indonesia dengan Budaya


Hindu-Budha
2. Mengetahui Seni Rupa dan Seni Ukir
3. Mengetahui Akulturasi Hindu Budha Dalam Bidang Seni Rupa
4

BAB II PEMBAHASAN

A. Akulturasi Kebudayaan Lokal Indonesia dengan Budaya Hindu-Budha

Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga


membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Proses akulturasi berlangsung selama transmigran tersebut mengadakan suatu
kontak langsung dengan sistem sosio-budaya lokal. 
            Sedangkan pengertian akulturasi menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), istilah akulturasi diartikan sebagai penyerapan yang terjadi
oleh seorang individu atau sekelompok masyarakat, terhadap beberapa sifat
tertentu dari kebudayaan kelompok lain sebagai akibat dari kontak ataupun dari
interaksi kedua kelompok kebudayaan tersebut.
            Keseluruhan kekuatan akulturatif-komunikasi merupakan pesona
dan sosial, lingkungan komunikasi dan juga merupakan potensi akulturasi yang
mungkin tidak akan berjalan lurus dan juga mulus, melainkan akan bergerak
maju menuju asimilasi secara hipotess merupakan asimilasi yang juga
sempurna.
Masuk dan berkembangnya budaya India ke Indonesia membawa
pengaruh yang sangat besar yang menyebabkan interaksi sehingga
menciptakan berbagai jenis kebudayaan yang merupakan perpaduan antara
budaya India dengan Indonesia diantaranya adalah:
Seni Ukir/Seni Rupa
Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia terbukti dengan
ditemukannya patung Budha berlanggam gandaran di kota bangun dan juga
dapat ditemukan di candi borobudur berupa relief yang menceritakan Budha
Gautama serta direlief ini dilukis rumah panggung, perahu bercadik dan hiasan
burung merpati yang merupakan lukisan asli Indonesia. Selain candi borobudur
di candi lain di Indonesia juga terdapat seni ukir/seni rupa perpaduan antara
budaya India dengan budaya Indonesia.

1. Pengertian Akulturasi Menurut Koentjaraningrat


Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi
yang mengemukakan bahwa pengertian akulturasi adalah proses sosial
yang timbul ketika suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
dengan sedemikian rupa, sehingga unsur dari kebudayaan asing tersebut
5

lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa


menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.
2. Pengertian Akulturasi Menurut Nardy
Menurut Suyono, dalam Rumondor (1995:208) bahwa pengertian
akulturasi adalah pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa
unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa
unsur kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu.

3. Pengertian Akulturasi Menurut Nardy


Menurut Nardy bahwa pengertian akulturasi (acculturation atau
culture contact) adalah proses sosial yang timbul jika suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa,
sehingga unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan sendiri.

4. Pengertian Akulturasi Menurut Hasyim


Menurut Hasyim (2011) yang ikut memberikan definisi mengenai
akulturasi, menjelaskan bahwa pengertian akulturasi adalah
perpaduan antara kedua budaya yang terjadi dalam kehidupan serasi
dan damai.

5. Pengertian Akulturasi Menurut John W. Berry (2005: 698)


Menurut seorang professor, John Berry memberikan definisinya
tentang akulturasi bahwa menurutnya pengertian akulturasi adalah
proses perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat
kontrak antara dua atau lebih kelompok dan anggota masing-masing
kelompok.

6. Pengertian Akulturasi Menurut Dwi Hayudiarto (2005: 37)


Menurut Dwi bahwa pengertian akulturasi bahwa akkulturasi
memiliki berbagai arti di antara para sarjana antropologi akan tetapi
semua sepaham bahwa konsep demikian mengenai proses sosial
yang timbul ketika suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur
6

kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam


kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan kepribadian kebudayaan
hilang.

Seni Rupa dan Seni Ukir


Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan
dalam bidang seni rupa , seni pahat , dan seni ukir . Hal ini dapat
dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahat pada bagian dinding-
dinding candi . Misalnya , relief yang dipahat pada dinding-dinding
pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat
Sang Budha . Di sekitar Sang Budha terdapat lingkungan alam
Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati .
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah .
Hiasan relief kala makara , dasarnya adalah motif bintang dan
tumbuh-tumbuhan . Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa
sebelum Hindu . Binatang-binatang itu dipandang suci , maka sering
diabadikan dengan cara di lukis .
Akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua
kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan
kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat
kebudayaan aslinya.menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah
proses sosial yang terjadi ketika kelompok sosial dengan kebudayaan
tertentu terkena budaya asing yang berbeda. Persyaratan proses
akulturasi adalah senyawa (afinitas) bahwa penerimaan budaya tanpa
rasa kejutan, maka keseragaman (homogenitas) sebagai nilai baru
dicerna karena tingkat dan pola budaya kesamaan.
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni
dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan
rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis,
bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan
acuan estetika.
 Seni Rupa Pada Tradisi Lokal
Secara umum, menurut para ahli, seni rupa pada zaman pra sejarah
Indonesia memiliki tiga corak, yaitu monumental, dongson dan chow
akhir.
Pada corak monumental, terutama yang berkembang di zaman
neolitikum, karya seni rupanya memiliki ciri:
7

1. Bentuk tiga dimensional yang menggambarkan atau


mewujudkan tokoh nenek moyang secara frontal.
2. Banyak memunculkan motif simbilik, seperti tanduk
kerbau, pohon hayat dan kedok.
3. Memiliki irama garis yang bersudut – sudut, sederhana
serta kaku.
 Karya Seni Bangunan

Bangunan yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah


(Mesolitikum) berupa gua-gua yang terdapat di daerah pantai seperti di
pantai-pantai Sulawesi Selatan. Peninggalan yang berupa bukit kerang
diketemukan di daerah Sumatera selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa
sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah
sudah didirikan rumah panggung.

Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai


berkembang dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai
sekarang masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain
bangunan dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal
pula bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan
kepercayaan, seperti :
1. Dolmen (bangunan makam)
2. Punden (bangunan berundak)
3. Menhir (bangunan tugu)
4. Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.
8

 Karya Seni patung

Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal pada
zaman Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan patung
penolak bala. Gaya patungnya disesuaikan dengan bahan baku yang
digunakan, yaitu batu, kayu serta bahan lainnya, selain itu patungnya
juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil peninggalan di
Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki ukuran besar
dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis.
 Seni lukis
Nenek moyang melukis pada dinding goa dimana mereka tinggal. Contoh
di gua leang-leang, lukisan cap-cap tangan diperkirakan berumur 4.000
tahun. Ada tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan,
gambar tangan dengan jari lengkap bermakna sebagai penolak bala,
sementara tangan dengan empat jari saja berarti ungkapan berdukacita.
Gambar itu dibuat dengan cara menempelkan tangan ke dinding gua, lalu
disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Sat pewarna ini mungkin
dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat di sekitar gua (di
batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang
mengatakan dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti
sirih. Selain itu ada lukisan babi hutan yang sedang diujudkan dengan
garis-garis merah, terdapat bekas tonjokan benda tajam di lehernya.
9

Motif yang lain adalah gajah, ular dan kerbau(tetonisme). Hal ini
dianggap oleh nenek moyang kita dapat menimbulkan kekuatan
magis(dynamisme).
Lukisan Babi Hutan – Lukisan Rusa – dan Lukisan Cap Jari yang
terdapat di Gua Leang-leang Maros Sulawesi Selatan
 Seni hias
Pada zaman prasejarah seni hias banyak digunakan sebagai jimat
dan sebagai alat upacara adat. Motif-motifnya diyakini mempunyai
kekuatan magis. Pola hias geometris (garis, titik, bidang ke ilmu ukuran)
adalah pola yang paling banyak digunakan. Pola yang lain adalah tumpal,
meader, pilin berganda, swastika, pola-pola ini dinggap mengandung arti
social, religious dan geografis.

 Seni kriya
a.Gerabah
Banyak ditemukan pada zaman neolithicum. Pembuatan gerabah masih
sederhana dengan pola hiasan anyaman, toheran, garis-garis sejajar dan
lingkaran. Perkembangan selanjutnya, masa perundagian, pola hias
berkembang dari lingkaran memusat menjadi titik dan lengkungan, pola
anyaman, tumpaldan tangga maupun meader.
2.Benda Perunggu
Zaman perunggu berlangsung kurang lebih 500 tahun SM. Teknik
pembuatannya adalah
. Contoh seni kriya logam perunggu:
•Kapak corong/ kapak sepatu
•Kapak corong
• Nekara
Nekara adalah sejenis genderang perunggu tertutup bagian sisi atasnya,
berpinggang tengah dan bertangkai. Nekara dianggap suci dan dipuja
karena merupakan bagian bulan yang jatuh dari langit. Nekara yang
ditemukan di Indonesia tidak semua berasal dari daratan Asia,tetapi ada
pula yang berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan
cetakan nekara yang terbuat dari batu di desa Manuaba, Bali. Dan
cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut. Seni Kriya
10

Lainnya Seni kriya zaman perunggu diantarannya; gelang, biggel, anting-


anting, kalung, cincin dan bejana.
•Seni Bangun Megalithicum Kemunculan seni bangun pada masa itu
dipengaruhi oleh adat pemujaan roh nenek moyang, maka agar dapat
berkomunikasi dengan roh nenek moyang yang dipujanya dibuat
lambang-lambang tertentu seperti gambar, patung, kedok, menhir,
dolmen, sakofah, keranda, punden berundak, kubur batu dan manik-
manik.

C.  Akulturasi Hindu Budha Dalam Bidang Seni Rupa


Ciri Seni Rupa Indonesia yang dipengaruhi oleh Hindu
      1.            Bersifat
Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian
Raja (kultus Raja)
      2.            Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
      3.            Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada
sumber hukum agama (Silfasastra)
      4.            Hasil
akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
Karya Seni Rupa Indonesia Hindu Budha
a.        Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur
yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun
terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu: - Halaman depan
terdapat balai pertemuan - Halaman tengah terdapat balai saji - Halaman
belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
3) Bangunan Puri : Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan bangunan yang terdapat di
komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat
upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.
b.       Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan
Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti:
 Dewa Brahma Wisnu dan Siwa
. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut ke-Dewaan
(laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan
empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu
laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak,
kendaraannya lembu, (nadi) dsb, Dalam agama Budha yang dipatungkan
11

adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap
patung Budha memiliki tanda  tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
 - Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
 - Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c.        Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru
yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa oleh sebab itu Candi selalu
diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif
flora dan fauna serta makhluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
1)Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk
struktur bangunan candi, contohnya:
 - Hiasan mahkota pada atap candi
 - Hiasan menara sudut pada setiap candi
 - Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
 - Hiasan makara, simbar filaster,dll 2)
Hiasan bidang ialah hiasan bersifat 2 dimensional yang terdapat pada
dinding / bidang candi, contohnya :
 - Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana:
sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna - Hiasan pola geometris
 - Hiasan makhluk khayangan
ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana
Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa.
 Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala
yang disebut Banaspati (raja hutan).
Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan
makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau
relung.
Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur
melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal
maupun vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru
(utpala), merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak
dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda.
Beberapa candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut
diambil dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap
daerah memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-
12

objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah


bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan
tiga dimensi.
Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa
Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta
kesan tiga dimensi.
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
Relief candi Roro Jongrang
Yang Mengisahkan Cerita Ramayana
a. Relief candi Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan
perbuatan manusia serta hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha
(Sudhana mencari ilmu).
b. Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan
Kresnayana. Seni patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca
raja pada sebuah candi. Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud
arca dewa.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui budaya lokal yang mendapat pengaruh dari Hindu-
Budha
2. Dapat membandingkan konsep kekuasaan di Kerajaan Hindu-Budha
3. Dapat mendeskripsikan proses percampuran kebudayaan lokal,
Hindu-Budha dalam kehidupan masyarakat Indonesia

B. Saran
Mungkin dari kesimpulan diatas dapat dipetik salah satu yang paling
penting adalah bahwa perlunya kita menjaga warisan budaya kita agar tidak
diakui oleh negara lain karena budaya merupakan identitas dan kekayaan suatu
bangsa.
Karena penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan demi kemajuan
karya tulis kami ini, kami mengharap kritik dan saran. Apabila ada kesalahan
dalam penulisan bahasa, penyusunan makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Abdul, et.al. Sejarah Umum Untuk SMA. Jakarta: Depdikbud, 1981.
Idris, ZH dan Tugiyono. Sejarah Umum Untuk SMA. Jakarta: Penerbit Mutiara Sumber
Widya, 1980.
Kartodirjo, Sartono. Sejarah Nasional, Jakarta: Depdikbud, 1975.
Jamil, A. Sejarah Islam, Semarang: Toha Putera. 1978.

Anda mungkin juga menyukai