PENDAHULUAN
1
2
menjalankan peran MPP diperlukan kerjasama tim yang terdiri atas pasien,
sistem support pasien, para PPA, dan staf lainnya termasuk perwakilan
pembayar.
kombinasi NCM dan CHW menunjukkan penurunan hasil lebih besar pada
HbA1c. Penelitian lain untuk melihat peran MPP, seperti penelitian analisis
retrospektif yang dilakukan oleh Drincic, et al. (2017) pada pasien diabetes di
University of Nebraska Medikal Center, Omaha, Amerika Serikat, diperoleh
hasil readmisi pasien diabetes berkurang secara signifikan dengan
diterapkannya program MPP. Peran dari MPP tidak hanya sebatas koordinasi
antar PPA tetapi sudah meliputi fungsi kendali biaya dengan memfasilitasi
hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang layak (patut) dengan
manajemen sumber daya yang sesuai kemudian menjalankan suatu model
klinis untuk manajemen strategis mutu dan biaya pelayanan, seperti yang
terdapat dalam buku Cesta (2009) yang berjudul ”A Training Toolkit for
Efective Outcome.
Peran MPP di Indonesia sudah terlihat dari penelitian yang dilakukan Hartini
& Sanusi (1999) yang melakukan penelitian terhadap 309 pasien rawat inap
Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang dengan menempatkan dokter umum
sebagai MPP, didapatkan hasil bahwa pasien yang didampingi MPP dibangsal
memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Ini mengindikasikan diperlukan
seorang MPP jika melihat dari persepsi pasien sebagai individu, namun pada
penelitian ini tidak disebutkan kriteria MPP yang diinginkan pasien dan peran
MPP masih sebatas rawat inap, belum memfasilitasi, koordinasi dan advokasi
ke pelayanan di luar rumah sakit.
Peran dan fungsi manajer di rumah sakit menjadi penting dalam perencanaan
implementasi manajemen pelayanan pasien. Gillies (2000) dalam buku
“Manajemen Keperawatan sebagai Suatu Pendekatan Sistem” menyatakan
tugas manager keperawatan yaitu merencanakan, mengatur, mengarahkan dan
mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk
memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien.
Kemampuan manajer keperawatan melakukan telaah dalam perencanaan
implementasi manajemen pelayanan pasien dipengaruhi oleh pengetahuan
(Nonaka & Takeuchi, 1995), kebijakan rumah sakit (Swanburg, 2000),
supervisi (Kelly & Tazbir, 2012), dan perencanaan dalam pencapaian tujuan
(Robbins & Coulter, 2000).
5
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin yang memiliki predikat paripurna
versi KARS sudah merencanakan implementasi manajemen pelayanan pasien
dengan adanya intruksi dari Wakil Direktur Pelayanan kepada Kepala Bidang
Pelayanan Keperawatan (Kabid Yanwat) untuk mempersiapkan implementasi
manajemen pelayanan pasien. Kabid Yanwat bersama dengan Kepala Seksi
Rawat Inap Bidang Keperawatan (Kasi Ranap Bidwat), para Kepala Instalasi
Rawat Inap (Kepala Irna), para Supervisor Instalasi Rawat Inap (Supervisor
Irna) membentuk tim ad hoc dari middle management keperawatan
(Keputusan Direktur RSUD Ulin nomor 188.4/222/Kep-KUM/2015 tentang
Pelayanan Keperawatan) untuk mempersiapkan implementasi manajemen
pelayanan pasien.
Hasil studi pendahuluan bulan Juli 2018 di RSUD Ulin pada wawancara
dengan 1 orang Kepala Irna dan 1 orang Supervisor Irna terkait kesiapan
implentasi manajemen pelayanan pasien, mereka mengatakan bahwa
manajemen pelayanan pasien itu apa, MPP itu siapa, dan apa yang
dikerjakannya. Kasi Ranap Bidwat menjelaskan saat ini belum ada regulasi
yang mengatur MPP di RSUD Ulin dan itu selaras dengan penjelasan Ketua
kelompok kerja (Pokja) ARK dengan alasan belum ada regulasi rumah sakit,
pada SNARS yang sekarang mewajibkan pengimplementasian MPP, dan
survei akreditasi akan dilaksanakan pada bulan November mendatang.
Wawancara dengan Kabid Yanwat juga menjelaskan bahwa sudah ada
instruksi dari Wakil Direktur Pelayanan tentang pengangkatan MPP dari
keperawatan.