Pemeriksaan Elektrolit
KELOMPOK 2
KELAS : B
Tidak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada bapak/ibu
selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing dari awal pembuatan makalah
sampai selesai. Begitu pula dengan pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini. Kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat memberi manfaat kepada kita semua mengenai informasi tentang
pemeriksaan elektrolit
Dengan demikian, kami ketahui bahwa makalah ini tidak sempurna, maka
dari itu kami harapkan kepada semua pihak untuk memberikan masukan berupa
saran maupun kritikan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Elektrolit Darah 3
B. Jenis Elektrolit Darah 3
C. Pemeriksaan Elektrolit Darah 7
D. Regulasi Elektrolit Darah 9
E. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Elektrolit………………………..10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks,
didalamnya terdapat beberapa ‘pembangkit’ lokal seperti jantung, otak dan
ginjal. Untuk bisa mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang akan
mengantarkan ‘perintah’ dari pembangkit ke sel-sel otot. Ion-ion ini disebut
sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit yang ada dalam tubuh, yaitu kation
(elektrolit yang bermuatan positif) dan anion (elektrolit yang bermuatan negatif).
Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan impuls
sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh. (The College of
Emergency Medicine & Doctors.net.uk, 2008).
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion
bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis
yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka
elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut
mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion.
Contoh dari kation adalah natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari anion
adalah klorida (Cl) dan bikarbonat (HCO). Elektrolit- elektrolit yang terdapat
dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na), kalium (K)
kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorida (Cl), bikarbonat (HCO), fosfat (HPO)
dan sulfat (SO) Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (HO)
elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan
baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara
lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke
dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh
dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut
berperan dalam setiap proses metabolisme.
B. Rumusan Masalah
1
1. Apa definisi elektrolit darah ?
2. Apa saja jenis elektrolit darah?
3. pemeriksaan elektrolit darah?
4. Bagaimana regulasi elektrolit darah?
5. Apa akibat kelebihan dan kekurangan elektrolit dalam tubuh?
C. Tujuan Penulisan
BAB II
2
PEMBAHASAN
1. Natrium ( Na)
3
disertai pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu
kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering
terjadi yaitu pemakaian jangka panjang dieuretik pada pasien yang
membatasi penggunaan garam. Natrium dalam cairan intrasel dan
ekstrasel disebabkan oleh adanya transport aktif dari natrium keluar sel
yang bertukardengan masuknya kalium kedalam sel (pompa Na+ dan
K+), pemasukan natrium yang disebabkan oleh diet melalui epitel
mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui
ginjal atau saluran cerna maupun keringat pada kulit (Singer G.G dan
Braner B.M, 2008).
2. Kalium (K)
3. Klorida ( Cl )
5
dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq/
klorida perhari,dan ekresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq
perhari (Kultt J.S, 2006).
Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang
berlebihan dapat menyebabkan alkalosis yang berlebihan dapat
menimbulkan hiperkloremia dengan asidosis metabolik, penggunaan
obat yang dapat meninggikan kadar klorida atau menurunkan kadar
klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sbelum
pemeriksaan kadar klorida. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi
pada nephitis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrassi. Kadar rendah
ditemukan pada gangguan fungsi gastrointernal dan ginjal (Harjoeno,
2007).
Gangguan keseimbangan pada klorida penyebab hipoklorinemia
terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab
hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi tetapi
pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak
disertai defisit natrium.
4. Kalsium ( Ca)
Kalsium merupakan elektolit yang berada pada serum dan
berperan dalam membentuk keseimbangan elektrolit, pencegahan
tetani, dan dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya gangguan pada
paratiroid dan tiroid.
Kalsium atau disebut juga zat kapur adalah zat mineral yang
mempunyai fungsi dalam membentuk tulang dan gigi serta memiliki
peran dalam vitalitas otot pada tubuh, Bersama-sama dengan posfor
berguna untuk memperkuat tulang kontraksi otot dan mengatur detak
jantung.
5. Magnesium ( Mg)
Magnesium merupakan elektrolit ion + (kation), berada pada
cairan ekstra seluler dan sel menempati urutan terbanyak kedua,
dieksresi melalui ginjal dan feses, nerpengaruh pada peningkatan K, Ca
6
dan protein yang berperan untukn aktivasi neuromuskular dan enzim
pada metabolisme hidrat arang dan protein. Penurunan kadar Mg
biasanya diikuti juga oleh penurunan ion lain.
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di CIS. Fungsi
magnesium yang utama adalah melenturkan pembuluh darah dan
membantu menghilangkan timbunan lemak yang terjadi pada dinding
sebelah dalam dari pembuluh darah. Juga berfungsi sebagai zat yang
membentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan
haemoglobin
⮚ Pra Analitik
a. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan sampel
1. Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit
2. Pisahkan serum/ plasma dari endapan
3. Serum/ plasma siap digunakan untuk pemeriksaan
c. Stabilitas spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8° C
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
● Spoit
● Fotometer
● Centrifuge
● Mikropipet
● Blue tip dan yellow tip
7
● Tabung reaksi
● Rak tabung reaksi
Bahan:
● Sampel serum
● RGT
● STD
● BUF
● Kapas Alkohol
⮚ Analitik
a. Metode : CPC ( Cresolphtalein Complexone)
b. Prinsip : Ion kalsium bereaksi dengan kompleks o
kresolphtalein dalam media basa membentuk kompleks berwarna
ungu. Absorbansi kompleks ini sebanding dengan konsentrasi
kalsium dalam sampel.
c. Cara Kerja
1. Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Terlebih dahulu membuat reagen kerja dengan perbandingan RGT
dan BUF 1:1. Mencampur 1.500 µl RGT dan 1.500 µl BUF,
dihomogenkan dalam tabung lalu diinkubas 30 menit.
3. Kemudian memipet reagen kerja 1000 µl ke dalam tabung
blanko, sampel dan standar
4. Menambahkan 20 µl sampel ke dalam tabung sampel,
dihomogenkan
5. Menambahkan 20 µl standar ke dalam tabung standar lalu
dihomogenkan
6. Kemudian diperiksa pada alat fotometer
⮚ Pasca Analitik
Nilai normal
Serum /plasma : 8,1-10,4 mg/dl
8
Ginjal berfungsi mempertahankan atau mensekresikan air dan elektrolit
untuk menjaga volume, kadar dan pH cairan tubuh tetap dalam keadaan
normal. Aktifitas ginjal dalam homeostasis sebagian dipengaruhi oleh
hormon ADH, yang diproduksi oleh hipofisis, dan aldosteron yang dihasilkan
oleh korteks kelenjar anak ginjal. Tekanan hidrostatik yang terjadi secara
normal karena adanya denyut jantung berfungsi mendorong cairan,
sedangkan tekanan osmotik koloid merupakan kekuatan penarik yang berasal
darai kadar protein yang berada dalam plasma darah. Kadar protein plasma
ini harus dipertahankan dan tang berperan dalam hal ini adalah permeabilitas
kapiler yang bersifat sebagi membran semi permiabel. Faktor lain yang
terlibat dalam proses homeostasis yaitu Na+, yang berfungsi menarik air. Air
akan tertarik ke tempat dimana konsentrasi natrium lebih tinggi. Dalam
siestem homeostasis yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kapiler
selular, kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru.
Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan
tubug. Total cairan tubuh dan konsentrasi V sangat ditentukan oleh apa yang
disimpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam
menjalankan fungsinya. (Sudarto PringgoUtomo, dkk, 2002).
1. Hiperkalemia
9
2. Hipokalemi
10
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak
1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang
ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada gagal ginjal.
Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan
sirosis hati, dimana volume darah meningkat. Pada keadaan tersebut,
kenaikan volume darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun
jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif maka elektrolit
tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut
mempunyai muatan negatuf maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion.
B. Saran
Selaku penulis kami menyadari masih banyak yang salah/keliru dalam
penulisan makalah ini oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan
untuk perbaikan dari makalah ini agar kedepannya menjadi jauh lebih baik.
Sekian dan terima kasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, D. dkk. 2008. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dalam Gangguan
Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi,
Diagnosis dan Tatalaksana. Edisi ke-2. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 29 : 114
Ganong W.F. 2005. Review of medical physiology. 22nd ed. Singapore : Mc Graw
Hill. p. 192-201. Ganong W.F. 2005. Review of medical physiology. 22nd ed.
Singapore : Mc Graw Hill. p. 192-201.
Hardjoeno, H. dan Fitriani. 2007. Substansi dan Cairan Tubuh. Makasar : Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin.
Siregar P. 2006 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 1. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI:
Jakarta.
12
13