Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA KLINIK III

Pemeriksaan Elektrolit

KELOMPOK 2
KELAS : B

LISNA SUSIANA (PO714203191051)


MAGFIRATUL MURADIFAH (PO714203191052)
MAULANA MUHAMMAD SYAFIQ (PO714203191053)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN (D.IV)
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT. atas berkat rahmatNYA dan


karuniaNYAlah sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
Kimia Klinik II. Dengan materi yang berjudul “Pemeriksaan Elektrolit”

Tidak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada bapak/ibu
selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing dari awal pembuatan makalah
sampai selesai. Begitu pula dengan pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini. Kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat memberi manfaat kepada kita semua mengenai informasi tentang
pemeriksaan elektrolit

Dengan demikian, kami ketahui bahwa makalah ini tidak sempurna, maka
dari itu kami harapkan kepada semua pihak untuk memberikan masukan berupa
saran maupun kritikan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang.

Makassar, November 2021

   

TIM PEN ULIS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Elektrolit Darah 3
B. Jenis Elektrolit Darah 3
C. Pemeriksaan Elektrolit Darah 7
D. Regulasi Elektrolit Darah 9
E. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Elektrolit………………………..10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks,
didalamnya terdapat beberapa ‘pembangkit’ lokal seperti jantung, otak dan
ginjal. Untuk bisa mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang akan
mengantarkan ‘perintah’ dari pembangkit ke sel-sel otot. Ion-ion ini disebut
sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit yang ada dalam tubuh, yaitu kation
(elektrolit yang bermuatan positif) dan anion (elektrolit yang bermuatan negatif).
Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan impuls
sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh. (The College of
Emergency Medicine & Doctors.net.uk, 2008).
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion
bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis
yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka
elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut
mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion.
Contoh dari kation adalah natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari anion
adalah klorida (Cl) dan bikarbonat (HCO). Elektrolit- elektrolit yang terdapat
dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na), kalium (K)
kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorida (Cl), bikarbonat (HCO), fosfat (HPO)
dan sulfat (SO) Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (HO)
elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan
baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara
lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke
dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh
dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut
berperan dalam setiap proses metabolisme.

B. Rumusan Masalah
1
1. Apa definisi elektrolit darah ?
2. Apa saja jenis elektrolit darah?
3. pemeriksaan elektrolit darah?
4. Bagaimana regulasi elektrolit darah?
5. Apa akibat kelebihan dan kekurangan elektrolit dalam tubuh?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi elektrolit darah

2. Mengetahui jenis elektrolit darah

3. Mengetahui pemeriksaan elektrolit darah

4. Mengetahui regulasi elektrolit darah

5. Mengetahui akibat kelebihan dan kekurangan elektrolit dalam tubuh

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Elektrolit Darah

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel


bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ion terbagi
nmenjadi anion dan kation tergantung mereka bergerak dalam medan listrik
menuju katode anode yang menunjukan mereka mempunyai muatan positip
dan negatip.(Carl A.Bustes, dkk, 1994)

B. Jenis Elektrolit Darah

Elektrolit darah yang berada didalam cairan tubuh yang berupa


kation misalnya : Na+, K+, Ca+, Anion misalnya : Cl-, HCO3-, HPO-2, SO4-2
dan berupa laktat. Dalam keadaan normal, nilai kadar anion dan kation
seimbang, sehingga serum bersifat netral. Cairan ektrasel kation utama Na+
dan anion utama Cl- dan HCO3-, sedangkan pada cairan intrasel kation
utama K+, karena sebagian besar proses metabolism memerlukan dan
dipengaruhi oleh elektrolit (Siregar P, 2006).

1. Natrium ( Na)

Natrium merupakan salah satu mineral yang banyak terdapat pada


cairan elektrolit ektraselular, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq
perkilogram berat badan yang mempunyai efek menahan air yang
memiliki fungsi untuk mempertahankan cairan dalam tubuh,
mengaktifkan enzim, sebagai konduksi inpuls saraf dan sebagian kecil
(sekitar 10-14 mEq/L) berada didalam intrasel. Berkurangnya natrium
dalam tubuh (hiponatremia) secara akut menimbulkan gejala-gejala
hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti tadikardi.
Keadaan yang lebih kronis, hiponatremia menyebabkan kelainan
susunan syaraf pusat seperti kebingungan dan kelainanmental (Darwis
D, 2008).

Kekurangan natrium dapat mengakibatkan penyakit ginjal yang

3
disertai pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu
kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering
terjadi yaitu pemakaian jangka panjang dieuretik pada pasien yang
membatasi penggunaan garam. Natrium dalam cairan intrasel dan
ekstrasel disebabkan oleh adanya transport aktif dari natrium keluar sel
yang bertukardengan masuknya kalium kedalam sel (pompa Na+ dan
K+), pemasukan natrium yang disebabkan oleh diet melalui epitel
mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui
ginjal atau saluran cerna maupun keringat pada kulit (Singer G.G dan
Braner B.M, 2008).

Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya terjadi akibat


pasien yang lemah ekresi air melebihi ekresi natrium atau kurang
mengkonsumsi air putih dan menjadi dehidrasi. Keadaan ini biasanya
dapat iatasi dengan rehidrasi berupa cairan intravena hipnotik
(Harjoeno, 2007).

2. Kalium (K)

Kalium merupakan kation utama dalam sel dan kebutuhan tubuh


yang berada di dalam cairan intrasel yang berfungsi memelihara
keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasikan aktifitas otot, enzim
dan keseimbangan asam basa. Nilai normal kalium adalah 2,3-5
mEq/L. Hiperklemia dapat terjadi pada kerusakan ginjal seperti pada
cedera mekanis yang berat. Selain itu, pasien gagal ginjal dan
gangguan ekresi kalium dapat mengalami kelebihan melalui makanan
tidak dibatasi (fischbach,2009).

Kalium dalam tubuh merupakan cerminan keseimbangan kaliu


yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna
tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan
normal mengkonsumsi 60-100 mEq/L kalium perhari (hampir sama
dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi oleh glomerulus, sebagian
besar (70-80%) direabsorbsi secara aktif maupun pasif di tubulus
4
proksimal dan direabsorbsi bersama natrium dan klorida di lengkung
henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal
kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90% (Ganong W.F, 2005).

Gangguan keseimbangan elektrolit terdapat pada pemeriksaan


kalium walaupun kurang kompleks disbanding natrium tetapi lebih
berbahaya, karena kalium merupakan analit terpenting apabila terjadi
kesalahan pemeriksaan dapat menimbulkan akibat kefatalan dalam
pemberian obat berdasarkan hasil yang tidak akurat (Sacher RA, 2004).

Gambaran klinis kelainan kalium merupakan gangguan yang paling


mengancam nyawa dibandingkan yang lain. Gejala berkaitan dengan
sistem syaraf dan otot jantung, rangka dan polos. Semua jaringan ini
menggunakan kalium untuk mengatur ekstabilitas selnya. Hiperkimia
menyebabkan perubahan elektro kardiogram yang akan
menggambarkan efek yang sangat besar dari kelebihan kalium pada
jantung, baik yang hipokalemia maupun hiperkalemia menyebabkan
kelemahan otot dan hilangnya reflex tendon dalam gangguan motilits
saluran cerna dan kelainan mental. Akibat yang mematikan adalah
paralis otot pernafasan dan henti jantung, karena pemeriksaan klinis
saja tidak dapat mendiagnosis dengan pasti adanya hipokalemia,
pengobatan harus didasarkan pada pengukuran kalium serum yang
akurat (fischbach,2009).

3. Klorida ( Cl )

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel.


Pemeriksaan kosentrassi klorida dalam plasma berguna sebagai
diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam basa. Kosentrasi
klorida lebih tinggi dibandingkan anak-anak atau dewasa. Nilai
normal klorida adalah 98-108 mEq/L. Keseimbangan antara
klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium orang

5
dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq/
klorida perhari,dan ekresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq
perhari (Kultt J.S, 2006).
Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang
berlebihan dapat menyebabkan alkalosis yang berlebihan dapat
menimbulkan hiperkloremia dengan asidosis metabolik, penggunaan
obat yang dapat meninggikan kadar klorida atau menurunkan kadar
klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sbelum
pemeriksaan kadar klorida. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi
pada nephitis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrassi. Kadar rendah
ditemukan pada gangguan fungsi gastrointernal dan ginjal (Harjoeno,
2007).
Gangguan keseimbangan pada klorida penyebab hipoklorinemia
terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab
hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi tetapi
pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak
disertai defisit natrium.
4. Kalsium ( Ca)
Kalsium merupakan elektolit yang berada pada serum dan
berperan dalam membentuk keseimbangan elektrolit, pencegahan
tetani, dan dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya gangguan pada
paratiroid dan tiroid.
Kalsium atau disebut juga zat kapur adalah zat mineral yang
mempunyai fungsi dalam membentuk tulang dan gigi serta memiliki
peran dalam vitalitas otot pada tubuh, Bersama-sama dengan posfor
berguna untuk memperkuat tulang kontraksi otot dan mengatur detak
jantung.
5. Magnesium ( Mg)
Magnesium merupakan elektrolit ion + (kation), berada pada
cairan ekstra seluler dan sel menempati urutan terbanyak kedua,
dieksresi melalui ginjal dan feses, nerpengaruh pada peningkatan K, Ca

6
dan protein yang berperan untukn aktivasi neuromuskular dan enzim
pada metabolisme hidrat arang dan protein. Penurunan kadar Mg
biasanya diikuti juga oleh penurunan ion lain.
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di CIS. Fungsi
magnesium yang utama adalah melenturkan pembuluh darah dan
membantu menghilangkan timbunan lemak yang terjadi pada dinding
sebelah dalam dari pembuluh darah. Juga berfungsi sebagai zat yang
membentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan
haemoglobin

C. Pemeriksaan Elektrolit Darah


Telah disebutkan tadi beberapa pemeriksaan elektrolit, berikut ini salah
satu contoh prosedur kerja pemeriksaan elektrolit yaitu Kalsium ( Ca )

⮚ Pra Analitik
a. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan sampel
1. Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit
2. Pisahkan serum/ plasma dari endapan
3. Serum/ plasma siap digunakan untuk pemeriksaan
c. Stabilitas spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8° C
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
● Spoit
● Fotometer
● Centrifuge
● Mikropipet
● Blue tip dan yellow tip

7
● Tabung reaksi
● Rak tabung reaksi
Bahan:
● Sampel serum
● RGT
● STD
● BUF
● Kapas Alkohol
⮚ Analitik
a. Metode : CPC ( Cresolphtalein Complexone)
b. Prinsip : Ion kalsium bereaksi dengan kompleks o
kresolphtalein dalam media basa membentuk kompleks berwarna
ungu. Absorbansi kompleks ini sebanding dengan konsentrasi
kalsium dalam sampel.
c. Cara Kerja
1. Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Terlebih dahulu membuat reagen kerja dengan perbandingan RGT
dan BUF 1:1. Mencampur 1.500  µl RGT dan 1.500  µl BUF,
dihomogenkan dalam tabung lalu diinkubas 30 menit.
3. Kemudian memipet reagen kerja 1000  µl ke dalam tabung
blanko, sampel dan standar
4. Menambahkan 20  µl sampel ke dalam tabung sampel,
dihomogenkan
5. Menambahkan 20  µl standar ke dalam tabung standar lalu
dihomogenkan
6. Kemudian diperiksa pada alat fotometer
⮚ Pasca Analitik
Nilai normal
Serum /plasma : 8,1-10,4 mg/dl

D. Regulasi Elektrolit Darah

8
Ginjal berfungsi mempertahankan atau mensekresikan air dan elektrolit
untuk menjaga volume, kadar dan pH cairan tubuh tetap dalam keadaan
normal. Aktifitas ginjal dalam homeostasis sebagian dipengaruhi oleh
hormon ADH, yang diproduksi oleh hipofisis, dan aldosteron yang dihasilkan
oleh korteks kelenjar anak ginjal. Tekanan hidrostatik yang terjadi secara
normal karena adanya denyut jantung berfungsi mendorong cairan,
sedangkan tekanan osmotik koloid merupakan kekuatan penarik yang berasal
darai kadar protein yang berada dalam plasma darah. Kadar protein plasma
ini harus dipertahankan dan tang berperan dalam hal ini adalah permeabilitas
kapiler yang bersifat sebagi membran semi permiabel. Faktor lain yang
terlibat dalam proses homeostasis yaitu Na+, yang berfungsi menarik air. Air
akan tertarik ke tempat dimana konsentrasi natrium lebih tinggi. Dalam
siestem homeostasis yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kapiler
selular, kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru.
Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan
tubug. Total cairan tubuh dan konsentrasi V sangat ditentukan oleh apa yang
disimpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam
menjalankan fungsinya. (Sudarto PringgoUtomo, dkk, 2002).

E. Akibat Kelebihan atau Kekurangan Elektrolit dalam Tubuh

1. Hiperkalemia

Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu


keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah.
Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya
daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah
yang lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik
jantung. Bila konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung
menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.

9
2. Hipokalemi

Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu


keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah.
Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya
daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah
yang lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik
jantung. Bila konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung
menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.
3. Hipernatremia

Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu


keadaan dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
Pada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air dibandingkan
dengan jumlah natrium. Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat
secara tidak normal jika kehilangan cairan melampaui kehilangan
natrium, yang biasanya terjadi jika minum terlalu sedikit air. Konsentrasi
natrium darah yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa
seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya dia haus, atau dia
haus tetapi tidak dapat memperoleh air yang cukup untuk minum.
4. Hiponatremia
Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah
konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah. Konsentrasi
natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu
banyaknya air dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang
yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang kadang
terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat di
rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena. Jumlah
cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk membuang
kelebihannya.

10
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak
1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang
ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada gagal ginjal.
Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan
sirosis hati, dimana volume darah meningkat. Pada keadaan tersebut,
kenaikan volume darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun
jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif maka elektrolit
tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut
mempunyai muatan negatuf maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion.
B. Saran
Selaku penulis kami menyadari masih banyak yang salah/keliru dalam
penulisan makalah ini oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan
untuk perbaikan dari makalah ini agar kedepannya menjadi jauh lebih baik.
Sekian dan terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Carl A. Burtis,Ashwood Edward R. Teetz, 1994, Texbook of Clinical Chemisrtry,


Edisi II

Darwis, D. dkk. 2008. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dalam Gangguan
Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi,
Diagnosis dan Tatalaksana. Edisi ke-2. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 29 : 114

Ganong W.F. 2005. Review of medical physiology. 22nd ed. Singapore : Mc Graw
Hill. p. 192-201. Ganong W.F. 2005. Review of medical physiology. 22nd ed.
Singapore : Mc Graw Hill. p. 192-201.

Hardjoeno, H. dan Fitriani. 2007. Substansi dan Cairan Tubuh. Makasar : Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin.

Sacher, RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil PemeriksaanLaboratorium. Penerbit Buku


Kedokteran ECG, Jakarta.

Siregar P. 2006 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 1. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI:
Jakarta.

12
13

Anda mungkin juga menyukai