Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA KLINIK 2

Pengukuran Elektrolit Kalium, Natrium, Klorida dan Pengukuran


Elektrolit Magnesium

Disusun Oleh :
Lana Fauziah Fadlin P27903119018
Siti Mariam P27903119037
Srikandi Djajaningrat P27903119039
Tiara Kesumaningtyas P27903119043

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES BANTEN
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas izin- Nya
memberikan Kami kesempatan untuk membuat makalah mengenai “Pengukuran
Elektrolit Kalium, Natrium, Klorida dan Pengukuran Elektrolit Magnesium”
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai cara pengkuran Elektrolit Kalium, Natrium, Klorida dan Pengukuran
Elektrolit Magnesium.
Kami menyadari bahwa makalah yang Kami buat belum sempurna. Oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar Kami dapat
membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
Demikian, semoga makalah Kami nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, 15 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 2
A. Latar Belakang................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan............................................................................................... 3
D. Manfaat ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 4
A. Pengukuran Elektrolit pada Natrium, Kalium, Klorida .................... 4
1. Natrium ....................................................................................... 6
2. Kalium ......................................................................................... 7
3. Klorida ........................................................................................ 9
4. Magnesium ..................................................................................10
B. Pemeriksaan Elektrolit pada Natrium, Kalium, Klorida ...................11
C. Pemeriksaan Elektrolit pada Magnesium...........................................13
D. Indikasi Klinis ...................................................................................14
BAB III PENUTUP ......................................................................................16
A. Kesimpulan........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia sebagaimana mahluk hidup yang lain tersusun atas
berbagai sistem organ, puluhan organ, ribuan jaringan, dan jutaan molekul.
Secara fisik, molekul pembentuk tubuh manusia dapat dibedakan menjadi
jenis cairan dan matriks molekul padat. Fungsi cairan dalam tubuh manusia,
antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme;
sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh
lainnya; sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler (Tamsuri,
2009). Dalam tubuh seorang individu yang sehat sekitar 60% dari berat
badannya terdiri dari air dan secara umum dianggap terdapat dalam dua
kompartemen utama; cairan intraseluler dan ekstraseluler. Kompartemen
cairan ekstraseluler dapat dibagi lagi menjadi cairan interstisial dan
intravaskular. Kurang lebih 2/3 dari jumlah air tubuh adalah cairan intraseluler
dan sisanya ekstraseluler: 2/3 dari cairan ekstraseluler adalah cairan inerstisial
dan sisanya cairan intravaskular. Jadi dalam tubuh seorang dewasa normal
dengan berat badan 70 kg mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter, 28
liter adalah cairan intraseluler dan 14 liter cairan ekstraseluler (volume
plasma) dan sisanya adalah cairan ekstravaskular dan cairan interstisial
(Supriyono. 2012).
Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia, karena hampir
semua proses metabolisme dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh elektrolit.
Elektrolit diperlukan untuk memelihara potensial elektrokimiawi membran sel
yang akhirnya dapat mempengaruhi fungsi saraf, otot, serta aktivitas sel
seperti sekresi, kontraksi, dan berbagai proses metabolik lain (Sacher and
Pherson, 2004). Peran elektrolit dalam tubuh manusia sangat penting, sebab
tidak ada proses metabolisme yang tidak bergantung atau tidak terpengaruh

iii
oleh elektrolit. Fungsi elektrolit antara lain mempertahankan tekanan osmotik
dan sebaran (distribusi) air di berbagai ruang (kompartemen) cairan tubuh,
mempertahankan pH dalam keadaan terbaik (optimal), pengaturan (regulasi)
fungsi jantung dan otot-otot lain terbaik (optimal), berperan dalam reaksi
oksidasi-reduksi (transfer ion), dan berperan sebagai kofaktor enzim dalam
proses katalisis (Hardjoeno, 2006).
Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta oleh para klinisi untuk
menilai keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh adalah pemeriksaan Na+,
K+, Cl-. Kalium merupakan analit kimia yang penting karena kelainannya
dapat segera mengancam nyawa, sehingga kesalahan pengukuran dapat
menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi didasarkan pada hasil yang
tidak akurat (Sacher and Pherson, 2004; Wingo, 1997).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Elektrolit Natrium, Kalium, Klorida dan
Magnesium ?
2. Bagaimana cara pengukuran Elektrolit Natrium, Kalium, Klorida dan
Elektrolit Magnesium ?

C. Tujuan
1. Agar Mengetahui tentang Elektrolit Natrium, Kalium, Klorida dan
Magnesium
2. Untuk mengetahui cara pengukuran Elektrolit Natrium, Kalium, Klorida
dan Elektrolit Magnesium..

D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang elektrolit Natrium, Kalium,
Klorida dan Elektrolit Magnesium.
2. Mahasiswa mampu memahami cara pengukuran Elektrolit Natrium,
Kalium, Klorida dan Magneseium.

iv
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengkuran Elektrolit pada Natrium, Kalium, Korida


Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi
partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif
disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan
keduanya disebut sebagai elektronetralitas. Sebagian besar proses
metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi
elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan, Contoh
kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion
antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).
Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan
hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi
beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat
elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl‾), dan
bikarbonat (HCO3‾). Pemeriksaan ke empat elektrolit mayor tersebut dalam
klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit” (Supriyono. 2012). Elektrolit terdapat
pada seluruh cairan tubuh . Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan
sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan
ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion
elektrolit , contohnya NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl‾ (Uliyah,
M. 2006).

 Jenis Elektrolit Darah


Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na+, K+,
Ca2+, Mg2+ dan berupa anion misalnya : Cl-, HCO3‾, HPO4‾, SO4 2‾
dan laktat. Pada cairan ektrasel kation utama adalah Na+ dan anion
utama adalah Cl‾dan HCO3‾, sedangkan pada cairan intrasel kation
utama adalah K+ (Supriyono. 2012).

v
 Pengaturan Keseimbangan
Pengaturan keseimbangan natrium, natrium merupakan kation
dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume
cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada cairan ekstrasel.
Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan
aldosterone. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali di
ginjal dari tubulus renalis. Sementara aldosteron dihasilkan oleh
korteks suprarenal yang berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya
dibantu oleh ADH. Aldosterone juga mengatur keseimbangan jumlah
natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya
bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur
keseimbangan cairan tubuh. Ekskresi natrium dapat dilakukan melalui
ginjal dan sebagai kecil melalui tinja, keringat, dan air mata (Uliyah,
M. 1995).
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan.
Partikel penting dalam kalium ini berfungsi untuk menghantarkan
impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru-paru, dan jaringan
usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan
sebagian lagi melalui tinja dan keringat. Klorida merupakan anion
utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada
cairan ekstrasel dan intrasel . Fungsi klorida biasanya bersatu dengan
natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam
darah. Hipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
klorida dalam darah. Sementara hipokloremia merupakan kelebihan
kadar klorida dalam darah. Kadar klorida yan normal dalam darah
orang dewasa adalah 100-106 mEq/L (Uliyah, M.1995).

vi
1. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya
bisa mencapai 60mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar
10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel 4,8. Lebih dari 90% tekanan
osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium,
khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl‾) dan natrium bikarbonat
(NaHCO3‾) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam
cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari
natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel
(pompa Na+K+) (Feriwati, I. Yasrwir, R.2012).
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara
natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang
berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan
pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat dikulit.
Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq. Fungsi
natrium adalah memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular dan
burhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler
(H.Harjoeno dkk, 2003).
Natrium juga membantu memelihara keseimbangan asam-basa. Nilai
normal natrium serum adalah 135-145 mEq/L. berkurangnya natrium tubuh
(hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-gejala hipovolemia, syok dan
kelainan jantung terkait seperti takikardi. Pada keadaan yang lebih kronis,
hiponatremia menyebakan kelainan susunan syaraf pusat (kebingunan dan
kelainan mental) (H.Harjoeno dkk, 2003).
Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa abnormalitas. Mungkin

vii
terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam atau penyakit ginjal
lain yang mengganggu kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Suatu
gangguan yang sering adalah pemakaian jangka panjang diuretik pada pasien
yang juga membatasi makan garam (H.Harjoeno dkk, 2003).
Natrium juga dapat keluar dari permukan tubuh, misalnya melalui saluran
cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit
(berkeringat pada kulit normal, pengeluaran melalui luka bakar).
Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan pemberian larutan salin
intravena dengan hati-hati agar tidak terjadi beban cairan pada pasien yang
mungkin mengalami penurunan kemampuan mengeksresi urin (H.Harjoeno
dkk, 2003). Retensi natrium terjadi pada penyakit ginjal dan jantung, tetapi
biasanya juga terjadi retensi air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar
natrium. Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya timbul akibat dari
pasien yang lemah, yang kurang minum dan menjadi dihidrasi. Keadaan ini
biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi berupa cairan intervena hipotonik
(H.Harjoeno dkk, 2003).

2. Kalium
Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel,
meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium
merupakan kation utama dalam sel. Niali normal kalium serum adalah 3,5-5,3
mEq/L. Hiperkalemia dapat terjadi pada kerusakan ginjal seperti pada cedera
mekanis yang berat. Selain itu, pasien dengan gagal ginjal dan gangguan
eksresi kalium dapat mengalami kelebihan melalui makanan tidak dibatasi.
Gambaran klinis kelainan kalium dapat merupakan gangguan paling
mengancam nyawa dibandingkan yang lain. Gejala berkaitan dengan sistem
saraf dan otot jantung, rangka dan polos (David W. Marten, dkk. 2010).
Hiperkelamia menyebabkan perubahan elektro kardiogram yang akan
menimbulkan efek yang sangat besar dari kelebihan kalium pada jantung.
Baik hipoklemia maupun hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot dan

viii
hilangnya refleks tendon dalam gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan
mental. Akibat yang mematikan adalah paralisis otot pernafasan dan henti
jantung, karena pemeriksaan klinis saja tidak dapat mendiagnosis dengan pasti
adanya hypokalemia atau hiperkalemia, pengobatan harus didasarkan pada
pengukuran kalium serum yang akurat (David W. Marten, dkk, 1990).
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium
ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlahkonsentrasi kalium pada orang
dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah
kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin (Feriwati, I.Yasrwir, R.
2012).
Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki
dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada
anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial
dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium
cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif
(transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Jumlah kalium
dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan keluar.
Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq
kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium)
(Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/Ldisebut sebagai hipokalemia
dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.
Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung
melambat. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia
jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung
(Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).

ix
3. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah
klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan.
Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan
intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-
anak dan dewasa. Keseimbangan Gibbs- Donnan mengakibatkan kadar
klorida dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida
dapat menembus membran sel secara pasif (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).
Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan intrasel
disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan dalam membran
sel. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida
yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan
jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium.
Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 100-200 mEq
klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari.
Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida
mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rata-rata
40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat
mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal
(Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).
Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri
dan keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Nilai normal klorida serum
adalah 100 sampai 108 mEq/L. Kadar klorida menurun misalnya sekresi
cairan lambung yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik,
sedang retensi klorida atau makan dengan garam berlebihan dapat
menimbulkan hiperkloremia dengan asidosis metabolik, penggunaan obat

x
yang dapat meninggikan kadar klorida atau menurunkan kadar klorida seperti
thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sebelum pemeriksaan kadar
klorida. Klorida jarang diperiksa tersendiri tetapi biasanya bersama-sama
dengan elektrolit lain. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi pada nephritis,
obstruksi kelenjar prostat dan dehidrasi. Kadar rendah ditemukan pada
gangguan fungsi gastrointetinal dan ginjal. (H. Harjoeno, dkk, 2003).
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan.
Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada
alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai
defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang
berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik
kronik dengan kompensasi ginjal. Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan
melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari klorida.
Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia.
Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal,
gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama
dan kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status
adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis
respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi pertanda pada gangguan
tubulus ginjal yang luas (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).

4. Magnesium
Magnesium merupakan elektrolit ion + (kation), berada pada cairan
ekstra seluler dan sel menempati urutan terbanyak kedua, dieksresi melalui
ginjal dan feses, nerpengaruh pada peningkatan K, Ca dan protein yang
berperan untukn aktivasi neuromuskular dan enzim pada metabolisme hidrat
arang dan protein. Penurunan kadar Mg biasanya diikuti juga oleh penurunan
ion lain.

xi
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di CIS. Fungsi
magnesium yang utama adalah melenturkan pembuluh darahdan membantu
menghilangkan timbunan lemak yang terjadi pada dinding sebelah dalam
dari pembuluh darah. Juga berfungsi sebagai zat yang membentuk sel
darah merah berupa zat pengikat oksigen dan haemoglobin. Fungsi
magnesium antara lain pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein serta
sintesis ATP mitokondria. Sekitar 300 enzim diaktivasi oleh magnesium,
termasuk glikolisis, metabolisme oksidatif, serta transpor transmembran
kalium dan kalsium.

Penurunan magnesium terdapat apada malnutrisi protein, malabsorbsi,


sirosis hati, alkoholime, hipoparatiroid,, hipoaldosteron, hipokalemia, diare
kronis, reseksi usus, dehidrasi dan karena penggunaan abat diuretik, kalsium
glukomnas, ampoterisin B, neomicin, dan insulin. Peningkatan magnesium
dalam darah terdapat pada penderita dehidrasi berat, gangguan ginjal,
leukemia limpasitik dan mielosistik, DM awal, obat antasid terutama Mg
dan Laksansia Mg. Makanan sumber Mg: ikan laut, daging, sayuran hijau,
biji-bijian dan kacang-kacangan

B. Pemeriksaan Elektrolit pada Natrium, Klorida, Kalium. Dengan Metode


ISE ( Ion Selective Electrode)
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan metode
elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE) adalah yang paling sering
digunakan. Data dari College of American Pathologists (CAP) pada 5400
laboratorium yang memeriksa natrium dan kalium, lebih dari 99%
menggunakan metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik,
koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai
program pemantapan mutu yang baik. ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan
ISE indirek. ISE direk memeriksa secara langsung pada sampel plasma,
Serum dan darah utuh. Metode inilah yang umumnya digunakan pada
laboratorium gawat darurat. Metode ISE indirek yang diberkembang lebih

xii
dulu dalam sejarah teknologi ISE, yaitu memeriksa sampel yang sudah
diencerkan (Feriwati, I. Yasrwir,
R. 2012).
Prinsip pengukuran : Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE
untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang
tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran
ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel. Membran
merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga
menyebabkan perubahan potensial membran. (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).

a) Tahap Pra Analitik.


1. Siapkan alat dan bahan :
Alat : syringe, centrifuge, tabung tutup merah atau hijau,
Easylite, Mikropipet, Cuvvet, Blue tip/ Yellow Tip.
Bahan : serum dan Solution Pack Na/K/Cl.
2. Dibersihkan kulit pasien dengan menggunakan alkohol. Diambil 5
ml darah pada masing-masing pasien dengan menggunakan jarum
suntik.
3. Dimasukkan kedalam tabung reaksi. Diberi penomoran pada
masing-masing tabung reaksi.
b) Tahap Analitik
1. Dimasukkan darah yang diambil tadi kedalam sentrifugator.
2. Disentrifuse darah selama 3 menit dengan kecepatan 4000 rpm
sampai terpisah antara serum, buffycoat (sel darah putih), dan
plasma pada sampel tersebut.
3. Dipipet serum dengan menggunakan pipet automatik kedalam cup
serum.
4. Dihidupkan alat elektrolit analizer. Dipilih jenis elektrolit yang
akan dianalisa. Misalnya kadar ion Natrium, Kalium dan Klorida.
5. Ditekan tombol power sampai muncul dilayar kotak barcode.

xiii
6. Dimasukkan barcode atau nomor cup serum.
7. Ditekan lagi tombol power dan tunggu sampai jarum hisap keluar
dari alat.
8. Dimasukkan jarum hisap kedalam cup serum dan tunggu hingga
jarum hisap menyedot serum dalam cup selama ± 2 detik.
9. Ditekan lagi tombol power agar jarum hisap masuk kembali
kedalam alat.
10. Jarum akan melakukan analisa kadar elektrolit dalam serum
selama ± 30 detik.
11. Dilayar monitor akan keluar hasil analisa.
12. Dicatat hasil pemeriksaan kadar elektrolit serum.

c) Tahap Pasca Analitik


Nilai Normal : Nilai Kritis :
1. Natrium (Na+) : 135 – 145 mEq/L 1. <120 atau >160 mEq/L
2. Kalium (K+) : 3,5 – 5,3 mEq/L 2. <2,5 atau >6,5mEq/L (dewasa)
<2,5 atau >8 mEq/L ( anak-anak )
3. Klorida (Cl‾) : 100 – 106 mEq/L 3. <70 atau >120 mEq/L.

C. Pemeriksaan Elektrolit pada Magnesium


a) Pra Analitik
o Alat dan Bahan: Tabung reaksi, mikropipet, tip biru atau kuning,
fotometer, sentrifuge, serum pasien, Xylidyl Blue.
o Untuk pasien tidak ada persiapan khusus.
b) Analitik
o Prinsip:
Magnesium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi dengan
Xylidyl Blue dalam suasana alkalis membentuk kompleks
berwarna ungu. Rekasi spesifik untuk magnesium karena dengan
penambahan EDTA kalsium membentuk kompleks ion kalsium
EDTA .

xiv
o Cara Kerja:

c) Pasca Analitik
Nilai normal: 1,8-2,5 mg/dL

D. Indikasi Klinis
Indikasi Natrium Kalium Klorida Magnesium

xv
Hipernatremia Hiperkalemia Kadar Klorida tinggi Hipermagnesemia
(Kadar Natrium tinggi) (Kadar Kalium tinggi) 1. Dehidrasi (Kadar magnesium tinggi)
1. Dehidrasi 1. Aritmia Jantung 2. Asidosis 1. Dehidrasi berat
2. Jantung Kronis 2. Gangguan ginjal metabolik 2. Gangguan ginjal
3. Penggunaan 3. Oliguri, anuria 3. Gangguan 3. Diabetik asidosis
obat kortison, 4. Asidosis ginjal 4. Leukimia limpasitik
antibiotik, metabolik 4. Obat amonium 5. Mielositik
laksania, dan 5. Penggunaan obat Chlorid (OBH) Hipomagnesemia
obat batuk sefalosporin, 5. Penggunaan (Kadar Magnesium rendah)
Kadar Natrium Rendah heparin, epinefrin obat kortison 1. Diare
1. Muntah dan histamin. dan 2. Hemodialisis
2. Gagal ginjal Hypokalemia asetazolamid 3. Sindrom malabsorbsi
3. Luka bakar (Kadar Kalium rendah) Kadar Klorida rendah 4. Pankreatitis akut
Klinis
4. Penggunaan 1. Dehidrasi 1. Muntah
obat diuretik. 2. Malnutrisi 2. luka bakar
3. Diet ketat, trauma 3. Gagal jantung
4. Luka bakar kronis
5. Alkalosis 4. Oliguri, anuria
metabolik 5. Asidosis
6. Penggunaan obat respiratorik
kortison, insulin, 6. Alkalosis
diuretik dan metabolik
aspirin. 7. Penggunaan
obat Thiazid,
diuretik dan
bikarbonat

xvi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel
yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation
dan ion bermuatan negatif disebut anion. Sebagian besar proses metabolisme
memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh
dapat berupa kation misalnya Na+, K+, Ca2+, Mg2+ dan berupa anion
misalnya : Cl-. Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan
metode elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE) dan pemeriksaan
kadar magnesium dengan metode Xylidyl Blue.

xvii
DAFTAR PUSTAKA
 https://media.neliti.com/media/publications/68037-ID-gambaran-kadar-
magnesium-serum-pada-oran.pdf
 https://pdfcoffee.com/makalah-pemeriksaan-laboratorium-elektrolit-pdf-free.html
 https://www.scribd.com/presentation/408416141/Pemeriksaan-elektrolit
 http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4444/142401036.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

xviii

Anda mungkin juga menyukai