Anda di halaman 1dari 43

Sanitasi di Industri Pangan

By: Yefta Kristiyan


2. Kontaminasi produk oleh bakteri penghasil toksin atau
kontaminasi bahan kimia oleh karena buruknya sanitasi akan
mengakibatkan keracunan makanan

Akibat Sanitasi yang Buruk

1. Kegagalan Sanitasi
akan mengakibatkan

2. Food Poisoning

3. Terdeteksinya isu
kontaminasi sampai ke
Finish Good tidak sesuai customer/buyer/auditor
standard (ex: standar 3. Excessive Cost
membuat perusahaan
1. Finish Goods Loss mengeluarkan biaya
mikro outspec) sehingga
FG akan direject untuk cost rework
ataupun recall produk

4. Business After look at the effect of bad sanitation, we


Dampak yang lebih besar can conclude that implementing good
akibat sanitasi yang
buruk adalah bisnis sanitation is must
ditutup

2
Definition of Sanitation

Sanitasi merupakan upaya untuk menciptakan dan


mempertahankan kondisi pangan yang sehat dan higienis
yang bebas dari bahaya cemaran biologis, kimia, dan
benda Iain.
Cleaning dan Disinfektan adalah bagian dari system
sanitasi dan bagian yang esensial untuk produksi yang aman
dan mengahasilkan kualitas pangan yang baik

3
Tahap – Tahap Hygiene dan Sanitasi

- "Pre rinse" atau langkah awal


- Pembersihan
- Pembilasan
- Pengecekan visual
- Penggunaan desinfektan
- Pembersihan akhir
- "Drain dry" atau pembilasan kering

4
Cleaning and Disinfection memiliki tujuan yang berbeda

VS
Cleaning removes Disinfection is only
- Soil (e.g. food done after soil have
and mineral been removed in
residues) order to inactivate
- Dust remaining
- Dirt/Waste microorganism

5
Fungsi Cleaning adalah sebagai berikut :

- Mencegah penumpukan kotoran dan tanah yang


menempel di permukaan.
- Membersihkan pengotor makanan dan tempat
persembunyian hama serta mengurangi jumlah
bakteri sehingga meningkatkan tingkat kebersihan.
- Melindungi permukaan dari korosi dan residu
deterjen/desinfektan.
- Mencegah kontaminasi makanan dengan alergen.

6
Mekanisme dari Cleaning

Molekul dari bahan bahan


pembersih menempel pada
permukaan dan kotoran.

Kotoran terlepas dari


permukaan dan
terenkapsulasi dengan
sepenuhnya
Kotoran yang terenkapsulasi
dipisahkan dengan yang lain
dan siap disingkirkan oleh
pembilasan

7
Faktor – factor yang berpengangaruh pada cleaning

Proses Perendaman, penyikatan,


pembersihan pembusaan, penyemprotan, CIP

Jenis dari peralatan Tergantung dari kondisi mesin dan


desain peralatan. Titik kritis berbeda

Umumnya menggunakan alkali atau asam.


Cleanliness Level Bahan pembersih Ada juga menggunakan kombinasi chemical
formulation untuk efektivitas cleanning

Jenis kotoran Plastik Aluminium


Baja
Baja stainless Kaca
stainless

Sulit untk dibersihkan Mudah untuk dibersihkan


Jenis permukaan

8
Jenis pengotoran makanan dan pembersih yang dianjurkan

Jenis Pengotor Makanan Pembersih yang dianjurkan


Karbohidrat: Adonan Tepung, Pasta Deterjen Basa Lemah
Kentang Sayuran
Lemak: Mentega, Minyak, Frosting, Deterjen Basa Lemah
Lemak Binatang, Mentega, kacang
Protein tinggi: Keju, Kasein, Ikan, Chlorinated Alkaline Detergent
Daging Poultry
Mineral: Bayam: Air Keras, Dairy Acid Detergent
Products

9
Jenis pengotor (kotoran) yang berbeda larut pada pH yang berbeda pula

10
Rekomendasi cleaning agent untuk masing masing jenis pengotor

11
Faktor yang berpengaruh terhadap proses cleaning

12
Disinfection adalah langkah yang dilakukan setelah cleaning

Disinfection menginaktif mikroorganisme, jika bahan


pengotor/soils terlebih dahulu dihilangkan melalui proses
cleaning.
Metode menginaktif mikroorganisme oleh desinfektan dibagi
menjadi dua yaitu:

- Physical (pemanasan, uap, dan UV), dan


- Chemical (klorin, etanol dan ozone).

13
Physical Disinfection

1.Uap: sanitasi menggunakan uap mengalir pada suhu 170°F


(76.7°C) selama 15 menit atau 200°F (93.3°C) selama 5 menit.
Sanitasi dengan uap tidak efektif dan mahal. Penggunaan uap
ini untuk permukaan yang terkontaminasi berat dapat
menyebabkan terbentuknya gumpalan yang keras pada residu
bahan organik dan menghambat penetrasi panas yang
mematikan mikroba.

14
2. Air Panas: sanitasi dengan melakukan peredaman dalam air
yang dipanaskan hingga 80°C atau lebih tinggi. Efek yang
mematikan oleh panas ini diduga disebabkan karena
denaturasi beberapa molekul protein di dalam sel. Akan tetapi
penuangan air panaske dalam wadah bukan merupakan
metode sterilisasi yang dapat diandalkan, karena dengan cara
ini suhu tinggi tidak dapat dipertahankan untuk menjamin
sterilisasi yang cukup. Air panas dapat merupakan cara yang
efektif, nonselektif untuk permukaan yang akan bersentuhan
dengan makanan. Akan tetapi spora-spora mikroba dapat
tetap hidup selama lebih dari 1 jam pada suhu air mendidih.

15
3. UV: Radiasi pada panjang gelombang 2500A dalam bentuk
sinar ultra violet akan menghancurkan mikroorganisme. Cara
ini mempunyai kelemahan dalam pemanfaatannya untuk
pabrik makanan dan fasilitas pelayanan makanan, adalah hal
total efektifitas. Kisaran mematikan mikroorganisme yang
efektif dari sinar ultra violet ini pendek, sehingga membatasi
penggunaanya dalam pengolahan pangan. Waktu kontak yang
digunakan harus lebih dari 2 menit dan hanya mapu
menghancurkan mikroba yang terkena sinar langsung.

16
Chemical Disinfection

- Desinfeksi masih sangat bergantung pada bahan kimia


walaupun panas dan UV sangat efektif
- Spora bakteri masih bertahan terhadap desinfektan
- Bahan kimia wajib digunakan pada dosis aman dan
memperhatikan petunjuk produsen
- Efektivitas desinfektan tergantung pada jenis dan
konsentrasi, lama kontak, suhu dan pH
- Desinfektan bukan untuk membersihkan permukaan kotor
tapi membunuh mikroba

17
Bahan Desinfektan

a. Klorin
Bekerja cepat pada sejumlah mikroorganisme dan harganya
relatif murah. Konsentrasi 100-250 mg klorin/liter. Golongan
desinfektan ini bersifat korosif terhadap bahan logam.
b. Iodospor
Deterjen baik untuk kondisi asam. Daya kerjanya cepat dan
memiliki aktivitas luas terhadap mikroorganisme. Kadar 25-250
mg iodium/L pada pH 4,0. Aktivitasnya hilang jika ada zat organik,
bersifat korosif terhadap logam

18
c. Senyawa Amonium Kuarterner
Seluruh senyawa ini bersifat sebagai deterjen yang baik, tidak berwarna,
relatif tidak korosif terhadap logam, tidak beracun dan terasa pahit. Kadar
pada 200-1.200 mg/L. Konsentrasi yang lebih tinggi diperlukan jika air yang
digunakan berkesadahan tinggi
d. Surfaktan yang Bersifat Amfoter
Desinfektan ini mengandung bahan aktif yang bersifat bakterisidal. Bersifat
racun lemah, relatif nonkorosif, tidak berasa dan berbau dan akan menjadi
tidak aktif jika ada zat organik
e. Asam dan Basa Kuat
Sebagai deterjen sekaligus menghambat aktivitas mikroorganisme

19
Factor yang mempengaruhi efektivitas chemical disinfectant

20
Developing Program Sanitasi

Elemen kunci berikut harus dipertimbangkan ketika mengelola


program sanitasi:
1. Pemilihan metodologi, bahan kimia pembersih, dan peralatan
pembersih
2. Pemilihan supplier bahan kimia yang sesuai
3. Pengaturan jadwal pembersihan
4. Identifikasi dan pelatihan cleaning operator
5. Implementasi sistem pemantauan dan verifikasi

21
Berdasarkan pengalaman di industry pembekuan tuna ataupun di
industry cokelat prosedur sanitasi mesin ataupun alat untuk
produksi adalah sebagai berikut.

Mesin Bandsaw-mesin pemotong tuna beku


Tujuan sanitasi: untuk menjamin mesin produksi bebas dari kontaminasi

Prosedur:

1. Lepaskan kabel listrik mesin dari sumber listrik


2. Lepaskan bagian bagian dari mesin yang dapat dilepaskan dan taruh dalam ember plastik
3. Semprot dengan air hangat 48C – 60C untuk membersihkan bagian daging yang masih menempel
4. Foaming sehingga semua bagian mesin tercover semua
5. Bilas dengan air dan semprot dengan larutan klorin 200 ppm untuk sanitasi.
6. Terakhir bilas kembali dengan air RO dan diamkan hingga kering
7. Pasang kembali alat – alat yang sudah dilepas tadi
8. Untuk bandsaw diwrapping dengan plastik
Prosedur wet cleaning ini (cleaning foam dan sanitasi menggunakan klorin) juga diaplikasikan untuk meja produksi, seta alat alat
produksi yang kontak dengan bahan pangan seperti pisau telenan, dan ember plastik.

Frekuensi sanitasi setiap akhir produksi

22
- Mesin Vaccum: mesin untuk pengemasan vakum produk
- Mesin metal detector: mesin pendeteksi logam.
- Mesin tipping: mesin untuk mencampur produk (Cokelat Industri)
Tujuan sanitasi: menghindari adanya kontaminasi silang dengan produk
Prosedur
1. Lepaskan kabel listrik mesin dari sumber listrik
2. Lepaskan bagian bagian dari mesin yang dapat dilepaskan
3. Siapkan lap yang sudah dibasahi dengan alcohol
4. Pastikan semua bagian bagian yang sudah terlepas dibersihkan dengan alcohol
7. Pasang kembali alat – alat yang sudah dilepas tadi.

Prosedur dry cleaning ini (sanitasi menggunakan alkohol) juga diaplikasikan untuk timbangan digital dan alat alat analisa kimia.
Frekuensi sanitasi: mesin vaccum dan metal setiap kali awal dan akhir proses sedangkan untuk mesin tipping setiap kali change
over produk

23
Contoh Checklist untuk Rencana Sanitasi

Checklist by QC
Banyaknya items masih Cleaning Chemical
Items
bisa berkembang method Used Freq Mon Tue Wed Thu Fri Sat

Meja Foam Klorin - v v v v v v

Timbang - Alkohol - v v v v v v
Pemberian warna an
memudahkan QC untuk
Mesin Foam Klorin - v v v v v v
membedakan jenis
bandsaw
chemical
Metal - Alkohol - v v v v v v
detector

Vaccum - Alkohol - v v v v v v

Area yang dimaksud sudah Telenan Foam Klorin - v v v v v v


termasuk dengan area yang
sulit dijankau untuk sanitasi

Neutral Detergent Acid Detergent Alkali Detergent Alkohol

24
Monitoring efektivitas sanitasi dengan mikrobiologi testing

Untuk menilai efektivitas sanitasi diperlukan uji mikrobiologi.


Uji mikrobiologi bisa dilakukan dengan swab dengan titik point
sama dengan point dilakukan sanitasi, cek cemaran air dengan
mengambil sampel air di beberapa titik poin seperti air untuk
mencuci alat di produksi, air di boiler maupun chiller. Untuk
standar mikrobiologi biasanya digunakan parameter TPC,
Enterobacter, hingga yeast and mold

25
Mengembangkan rencana sanitasi melalui pendekatan SSOP
approach

SSOP adalah bagian pennting dalam


penerapan good sanitation di dalam industri. 8 Kunci SSOP
Sanitation Standard Operating
1. Keamanan Air dan Es
Procedures (SSOP) merupakan pedoman 2. Kondisi dan kebersihan permukaan
persyaratan operasi sanitasi di industri untuk yang kontak langsung dengan bahan
menjamin bahwa prosedur dan proses sanitasi pangan
3. Penceghan kontaminasi silang
dapat secara efisien mengendalikan bahaya 4. Menjaga fasilitas pencuci tangan,
keamanan pangan yang umum dijumpai di sanitasi dan toilet;
lingkungan pengolahan dan operasi serta 5. Perlindungan dari bahan-bahan
menyediakan dasar bagi implementasi HACCP kontaminan;
6. Pelabelan, penyimpanan, dan
yang efektif. penggunaan bahan toksin yang benar;
7. Pengawasan kondisi kesehatan
personil;
8. Pest control

26
8 Kunci SSOP
1. Keamanan air dan Es
Tujuan :
1. Untuk memelihara mutu air di lingkungan pengolahan
2. Menggambarkan manajemen suplai dan mutu air
3. Mencegah kontaminasi suplai air dan es
Perencanaan Monitoring
A. Prosedur :
- Air yang digunakan berasal dari PAM atau air bersih yang sesuai dengan persyaratan air minum.
- Es yang digunakan berasal dari sumber pabrik terdekat atau dibuat sendiri dengan bahan baku sesuai
persyaratan air minum
- Pencucian produk, peralatan, dan pembersihan lingkungan proses menggunakan air yang memenuhi
standar air minum.

27
B. Aktivitas Monitoring
- QC dan Laboran melakukan pengujian fisik, mikrobiologi, dan pengujian kimia air dan es
- Pengujian mikrobiologi laboratorium internal dilakukan 1 minggu sekali, pengujian fisik dilakukan setiap hari oleh
laboratorium internal dan pengujian kimia air oleh laboratorium internal dilakukan 3 bulan sekali
Tindakan Koreksi
- Bila kualitas air tidak sesuai standar maka dilakukan proses filtrasi.
- Bila kapasitas air berkurang maka dilakukan perbaikan system instalasi air.
- Bila kualitas es jelek maka es akan ditolak (jika dari eksternal), atau dilakukan pergantian air (jika dari internal)
Pencatatan
- Laporan hasil pengawasan fisik air dan es.
- Laporan hasil analisa mikrobiologi air dan es
- Laporan hasil analisa kimia air.
Refrensi : A. SNI 4872: 2015
B. Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010

28
2. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan bahan pangan
Tujuan :
1. Menghilangkan kotoran secara efektif
2. Memelihara kondisi hygiene permukaan
3. Mencegah kontaminasi pada produk
Perencanaan Monitoring
A. Prosedur :
- Permukaan yang bersinggungan dengan produk harus steril
- Pembersihan dan pencucian alat alat produksi sebelum dan sesudah produksi
- Pencucian meja, timbangan, dilakukan setiap kali selesai produksi
- Semua keranjang tidak boleh diletakkan langsung di lantai
- Bahan meja kerja terbuat dari stainless steel, rata dan mudah dibersihkan
- Pakaian kerja hanya digunakan diruangan produksi dan diganti setiap hari kerja.

29
B. Aktivitas Monitoring:
- Pengontrolan kebersihan peralatan yang dilakukan menggunakan swab seminggu sekali.
- Pengecekan fisik karyawan sebelum memasuki ruang produksi yang terdiri dari (baju karyawan, sarung tangan, sepatu
boat).
Tindakan Koreksi :
- Bila peralatan yang akan digunakan kotor maka peralatan seentara tidak digunakan.
- Memberi teguran kepada karyawan yang tidak mematuhi peraturan.
Pencatatan :
- Laporan kebersihan karyawan.
- Laporan pengawasan kebersihan dan kesehatan karyawan
- Laporan uji swab test

30
3. Pencegahan Kontaminasi Silang
Tujuan :
1. Mencegah kontaminasi produk dari lingkungan pabrik dan personil
2. Mencegah kontaminasi produk akhir dengan bahan baku
3. Menjelaskan secara jelas antara bahan baku dan produk akhir
Perencanaan Monitoring
A. Prosedur :
- Pembuatan rancangan tata letak (Plan Lay Out)
- Alur proses dibuat linear
- Area bersih dan kotor dipisahkan
- Sistem pengolahan limbah jauh dari sumber air bersih dan pastikan tidak mencemari air bersih
- Melakukan pencucian dan sanitasi perlengkapan dan peralatan sebelum atau sesudah digunakan
- Semua bahan pembersih yang digunakan harus dilakukan secara benar dan disimpan jauh dari area produksi

31
B. Aktivitas Monitoring
- Pengamatan seluruh alur proses.
- Pengecekan peralatan dan perlengkapan karyawan
- Pengecekan peletakan bahan bahan kimia
- Pengujian mikrobiologi pada produk akhir jika diperlukan
- Pengecekan peralatan dan kelengkapan karyawan
Tindakan Korektif
- Perbaikan alur proses produksi
- Bila peralatan bersentuhan dengan benda yang kotor segera dilakukan pencucian
- Pemindahan bahan bahan kimia diarea proses
Pencatatan
- Laporan kebersihan peralatan
- Laporan uji mikrobiologi
- Check list ruang proses

32
4. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet
Tujuan:
1) Memastikan tingkat hygiene karyawan
2) Memastikan karyawan dapat melaksanakan prosedur hygiene dalam mencuci tangan
3) Mencegah kontaminasi produk atau ingredients oleh karyawan
Perencanaan Monitoring
A. Prosedur
- Toilet dilengkapi dengan wastafel, tissue dan sabun cair
- Membiasakan karyawan selalu menjaga kebersihan toilet dan mencuci tangan setelah keluar toilet
- Peralatan yang digunakan dibersihkan dengan menggunakan klorin dengan konsentrasi 150-200 ppm.
- Pakaian kerja dicuci setiap hari dan sepatu karyawan dicuci dengan klorin 150 ppm
- Peralatan disimpan ditempat bersih
- Tidak diperkenankan memakai pakaian kerja kedalam toilet
- Tempat cuci tangan tidak dihidupkan menggunakan tangan namun menggunakan kaki

33
B. Aktivitas Monitoring
- Dilakukan pengecekan kebersihan karyawan dan peralatan kerja
- Dilakukan pengecekan kebersihan fasilitas toilet
Tindakan Korektif
Jika ada toilet atau wastafel yang rusak, maka harus segera diperbaiki
Pencatatan
- Laporan penegecekan kebersihan peralatan kerja dan toilet
- Laporan form kebersihan harian dan toilet

34
5. Perlindungan dari bahan bahan kontaminan
Tujuan:
Untuk menjamin bahwa produk dan bahan kemasan pangan, serta permukaan kontak dengan pangan terproteksi dari
mikroba, bahan kimia dan kontaminan fisik.
Perencanaan Monitoring
A. Prosedur
-operasi sanitasi harus dilaksanakan sesuai prosedur & jadwal
- bahan pengemas hrs dijamin kebersihannya selama penyimpanan & penggunaan-
- Penanganan limbah padat dikemas dlm kontainer/box tertutup
- Pastikan aliran udara dan ventilasi bekerja dgn baik utk mencegah kondensasi
- Hindari buka-tutup pintu ruang pekerjaan suhu lebih tinggi dgn suhu rendah
- Pestisida, desinfektan dan bahan beracun lain diberi label dan disimpan ditempat tertutup, terkunci, pada kondisi kering
dan diluar area produksi, terpisah dari penyimpanan bahan kimia dan bahan pengemas.
- Semua bahan kimia beracun yang digunakan diarea pabrik harus diberi label dengan tujuan untuk menghindari kesalahan
penggunaan
- Disediakan log book sebagai pencatatan barang keluar maupun masuk
- Hanya personil tertentu yang mempunyai akses bahan kimia bercun

35
B. Aktivitas Monitoring
Mengontrol penggunaan, penyimpanan, pelabelan bahan kimia beracun pada gudang dan ruang proses setiap hari oleh petugas
sanitasi.
Tindakan Koreksi
- Jika didapatkan bahan kimia dan beracun tanpa ada informasi dijauhkan sampai ada informasi yang jelas.
- Jika didapatkan bahan kimia pada tempat yang tidak sesuai maka dilakukan penyimpanan pada tempat yang sesuai.
- Jika didapatkan produk yang terkontaminasi bahan kimia beracun harus dimusnahkan
Pencatatan
Laporan penggunaan dan penyimpanan bahan kimia beracun.

36
6. Pelabelan, penyimpanan dan penggunaan senyawa toksik
Tujuan :
Untuk menjamin bahwa pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan toksin adalah benar untuk melindungi
produk dari kontaminasi
Perancanaan Monitoring
A. Prosedur
- Bahan pengemas harus disimpan dalam ruang terpisah
- Bahan kimia (beracun) diletakkan diruangan terpisah
- Hanya personil tertentu yang mempunyai akses ke tempat penyimpanan bahan pengemas
- Penggunaanya harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

37
B. Aktivitas Monitoring
- Pemantauan, penggunaan, penyimpanan dan pelabelan bahan pengemas maupun bahan kimia yang terdapat digudang
dilakukan setiap hari.
Tindakan koreksi
- Jika ditemukan bahan pengemas dan bahan kimia pada tempat yang tidak sesuai, maka disimpan pada tempatnya.
- Jika diketahui kesalahan dalam pelabelan maka dipisahkan dan dilakukan relabel.
Pencatatan
- Laporan penerimaan bahan pengemas dan bahan kimia.
- Laporan penggunaan dan penyimpanan bahan pengemas dan bahan kimia

38
7. Pengawasan kondisi kesehatan personil
Tujuan :
Mengelola personil yang mempunyai tanda-tanda penyakit, luka atau kondisi lain yang dapat
menjadi sumber kontaminasi
Perancangan monitoring
A. Prosedur
- Pemeriksaan kondisi karyawan seacara berkala setiap 1 tahun sekali
- Karyawan yang sakit dilarang masuk keruang produksi.
- Mengelola personil yg mempunyai tanda-tanda penyakit, luka atau kondisi lain yg dpt menjadi
sumber kontaminasi
- Pakaian kerja dibedakan berdasarkan bagian unit kerja
- Pemasangan papan peringatan mengenai aturan internal yang berkaitan dengan sanitasi.

39
B. Aktivitas Monitoring
- Pengecekan surat kesehatan personil saat penerimaan oleh personalia
- Pengecekan tanda-tanda penyakit (diare, demam, muntah, penyakit kuning, radang tenggorokan, luka kulit, bisul dan dark
urine) setiap hari oleh QC
- Pemeriksaan visual karyawan sebelum dan sesudah memasuki ruang produksi
- Pengecekan kesehatan karyawan secara berkala 1 tahun sekali.
Tindakan korektif
- Tidak menerima karyawan yg tdk dilengkapi surat kesehatan
- Karyawan yang sakit tidak boleh masuk keruang produksi.
- Jika terjadi kecelakaan dengan karyawan saat produksi berlangsung maka harus segera ditangani
- Dilakukan teguran terhadap karyawan yang melanggar aturan internal tentang perilaku karyawan.
Pencatatan
- Laporan medis karyawan
- Laporan pengawasan kebersihan dan kesehatan pekerja

40
8. Pengendalian Hama
Tujuan:
1. Pencegahan masuknya binatang pengganggu (pest)
2. Mengendalikan lingkungan sumber pest
3.Pemusnahan dan pembasmian pest
Perencanaan Monitoring
A. Prosedur
- Buang dengan segera limbah/sampah jangan sampai menumpuk
- Barang yang tidak digunakan disingkirkan dari ruang pengolahan
- Ventilasi dipasang screen dan saluran air pembuangan dipasang pengaman
- Pemasangan plastik curtain dan insect killer untuk mencegah masuknya serangga pada setiap pintu
- Penyemprotan lalat dengan insectisida dua kali dalam seminggu
- Pemasangan penutup dan penyaring disemua saluran pembuangan yang berhubungan dengan ruang produksi untuk
mencegah masuknya hewan pengerat
- Pemasangan jebakan dan racun tikus pada tempat yang memungkinkan di luar area proses

41
B. Aktivitas Monitoring
- Cek akses masuk: pintu, jendela, ventilasi , saluran air pembuangan setiap hari oleh QC
- Cek insect lamp setiap hari oleh QC
- Setiap hari dilakukan pengecekan fisik keberadaan serangga dan binatang pengerat pada insect killer dan saluran
pembuangan pada ruang proses produksi serta pada alat penangkap diluar ruangan unit produksi
Tindakan korektif
- Jika ditemukan binatang mati maka binatang tersebut dimusnahkan dan dikubur duitempat khusus
- Jika ditemukan serangga mati maka dimusnahkan dan dibuang ketempat sampah
Pencatatan
- Peta pemasangan perangkap tikus dan insect killer
- Laporan pengawasan binatang pengganggu
- Laporan pembasmi serangga

42
THANK YOU
I am eager to receive your
feedback
Best Regards,
Yefta Kristiyan
43

Anda mungkin juga menyukai