BAHAN SANITAISER, SANITASI ALAT, DAN RUANG PENGOLAHAN
MAKANAN
3.1. Bahan Pembersih
Proses pembersihan dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa makanan, sumber gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme, dan menghilangkan sebagian besar populasi mikroorganisme pencucian dan pembersihan. Pada prinsipnya pemilihan bahan pembersih yang akan digunakan sangan tergantung pada beberapa faktor yaitu : 1. Jenis dan jumlah cemaran yang akan dibersihkan 2. Sifat bahan permukaan yang akan dibersihkan, misalnya aluminium, baja tahan karat, karet, plastik atau kayu 3. Sifat fisik senyawa bahan pembersih 4. Metode pembersihan yang tersedia 5. Biaya Bahan pembersih yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : ekonomis, tidak beracun, tidak korosif, tidak mengumpal dan tidak berbau, nudah diukur, stabil selama penyimpanan dan mudah larut dengan sempurna. Bahan pembersih yang sering digunakan dalam proses pembersihan antara lain pembersih alkali, pembersih asam, sabun, dan deterjen. Pembersih alkali kuat memiliki daya bersih dan kelarutan yang tinggi, namun sangat korosif dan menyebabkan kerusakan kulit dan mengikis logam. Pembersih asam memiliki efektifitas yang lebih rendah daripada pembersih alkali, terutama bila digunakan untuk membersihkan cemaran yang mengandung lemak, minyak atau protein. Sabun adalah garam natrium (sodium) dari asam organic, yang sifatnya tidak menyebabkan iritasi pada kulit, sehingga banyak dimanfaatkan untuk pencucian tangan. Deterjen merupakan pembersih mirip sabun, tetapi diperkaya dengan bahan-bahan yang dapat meningkatkan daya bersihnya. Deterjen memiliki beberapa fungsi antara lain : a. Mendispersi atau memecah kotoran dan mensuspensikannya ke dalam larutan b. Melarutkan padatan dan mengemulsi cemaran minyak, sehingga mudah dihilangkan c. Mensuspensikan kotoran yang tidak larut ke dalam larutan dan mencegah kotoran menempel kembali pada permukaan d. Beberapa deterjen mampu melunakkan air, sehingga efektifitas air sebagai pelarut meningkat.
3.2. Sistem Pembersihan
Pada dasarnya system pembersihan meliputi kegiatan-kegiatan penghilangan cemaran atau kotoran kasar, pembersihan residu cemaran dengan deterjen atau bahan pembersih lainnya, pembilasan untuk menghilangkan cemaran dan deterjen. System pembersihan dapat dilakukan dengan pembersihan manual, pembersihan dengan busa, pembersihan ultrasonic, dan pembersihan dengan gel. 3.3. Bahan Sanitaiser Pemilihan bahan sanitaiser yang akan digunakan biasanya ditentukan oleh faktor-faktor : metode sanitasi yang dipilih (manual atau mekanis), sifat atau tipe bahan yang akan disanitasi, karakter spesifik bahan sanitaiser yang diinginkan. Bahan sanitaiser dibedakan menjadi 2, yaitu sanitaiser non kimiawi dan sanitaiser kimiawi. Sanitaiser non kimiawi dapat mematikan mikroorganisme melalui aktifitas fisik dari energy yang dimilikinya, contohnya uap, air panas, radiasi. Sanitaiser kimia atau sering disebut desinfektan, yaitu senyawa kimia yang memiliki kemampuan untuk membunuh mikroorganisme. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan desinfektan, karena berpengaruh terhadap efektifitas. Fdaktor tersebut antara lain waktu kontak, suhu, konsentrasi, pH, kebersihan alat, dan ada tidaknya bahan pengganggu. Terdapat 4 macam desinfektan yang lazim digunakan dalam proses pengolahan pangan yang dibedakan menurut komponen utama yang dikandungnya, yaitu desinfektan berbahan dasar klorin, desinfektan berbahan dasar iodine, senyawa ammonium kuartener (Quats) dan surfaktan anionik asam. 3.4. Sanitasi peralatan Pengolah Makanan Peralatan dapur harus segera dibersihkan dan disanitasi/didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara, maupun penyajian. Pencucian dan sanitasi peralatan dapur dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis dengan menggunakan mesin. 3.5. Sanitasi Ruang Pengolahan Makanan Ruang pengolahan makanan atau dapur juga berperan penting dalam menentukan berhasil tidaknya upaya sanitasi makanan secara keseluruhan. Ada dua hal menentukan dalam menciptakan dapur yang sanitaiser, yaitu konstruksi dapur dan tata letak. Konstruksi bangunan dapur meliputi dinding, lantai, langit-langit, ventilasi, dan pencahayaan, serta konstruksi bangunan yang anti tikus. Langit-langit dan dinding dapur sebaiknya dibuat dari bahan-bahan yang tidak menyerap partikel dan mudah dicuci. Ventilasi yang baik didisain untuk dapat mengeluarkan asap, uap, kondensasi, kelebihan panas, dan bau dari ruangan. Pencahayaan yang memadai sangat penting untuk menjamin bahwa semua peralatan yang digunakan di dapur dan di ruang penyejian dalam keadaan bersih. Tata letak peralatan dapur yang baik harus memenuhi 2 tuntutan, yaitu memungkinkan dilakukannya pekerjaan pengolahan makanan secara runtut dan efisien, dan terhindarnya kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah. Peralatan kotor, dan limbah pengolahan. Sanitasi dapur dapat diupayakan dengan pembersihan secara rutin, diikuti aplikasi sanitaiser apabila diperlukan. Lantai harus disapu dan dipel setiap hari dengan cairan sanitaiser.
Gunakan sikat atau spons yang lembut untuk membersihkan permukaan luar dan dalam perangkat. Lakukan penyikatan lembut untuk menghilangkan kotoran yang menempel