Khotbah Natal 18 01 22
Khotbah Natal 18 01 22
Peristiwa Natal/ kelahiran Yesus adalah upaya Tuhan Allah untuk menunjukkan pada
manusia bahwa proses menuju kemesiasan itu juga harus melalui sebuah proses
perjuangan yang alamiah seperti yang umumnya terjadi pada manusia, yakni proses
dari lahir sampai mati. Maka Natal adalah sebuah awal/ start perjuangan untuk
membuktikan kemesiasan. Di mana puncak kemesiasan itu sendiri baru terwujud pada
saat kebangkitan. Proses alamiah ini sekaligus menunjukkan kekuasaan Allah dalam
proses penyelamatan dunia. Allah hendak menunjukkan pada manusia bahwa
keselamatan yang agung itu tidak serta merta ada, tetapi mengikuti proses alamiah,
dengan demikian manusia tidak hanya menerima keselamatan, tetapi manusia terhisap
pada proses perjuangan untuk mencapai keselamatan. Inilah puncak mahakarya Allah.
Dia justru tidak menunjukkan karya penyelamatan itu dengan hal yang spektakuler tetapi
melalui proses alamiah kristiani: lahir-mati-bangkit.
Tanda-tanda mesianik telah melekat sejak awal Yesus dilahirkan. Lukas menuturkannya
dengan baik dalam bacaan kita. Sang Bayi itu dilahirkan di tengah situasi bangsa yang
berada di bawah penjajahan Romawi (ay. 1-3), Dia dilahirkan di kota Daud (Betlehem),
sebab Mesias haruslah dari keturunan Daud (ay. 4-5), kabar kelahiran-Nya diberitakan
oleh malaikat (ay. 9-12), dan Allah sendiri berkenan hadir itu sebabnya para malaikat
bernyanyi (ay. 13-14). Ini semua adalah permulaan pemenuhan harapan mesianis.
Bahwa penerima berita kelahiran Yesus pertama kali adalah para gembala
menunjukkan keberpihakan Allah pada yang tertindas, miskin, lemah, dan tak berdaya.
Bagi merekalah Allah hadir melalui Sang Bayi yang penuh daya itu. Untuk menunjukkan
kepada umat bahwa Allah ada bersama-sama dengan mereka melalui proses hidup
yang penuh perjuangan.
Refleksi
Maka jelaslah peran kehadiran Yesus bagi dunia. Selain sebagai Kristus Sang
Juruselamat, Tuhan Yesus adalah “role model” bagi umat-Nya. Dia dengan keseluruhan
hidup dan karya-Nya, ialah tokoh yang patut diteladani. Melalui kehidupan-Nya sebagai
manusia dari lahir-mati-bangkit, Ia meneladankan bagaimana keselamatan itu Ia
perjuangkan.
Maka sekarang, bagi kita yang merayakan Natal di tahun ini, jadikanlah Natal kali ini
sebagai start atau titik awal bagi kita untuk memulai sebuah perjuangan hidup yang
baru, yakni dengan betul-betul berusaha meniru cara hidup Kristus, melalui proses yang
alamiah, di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sukacita adalah warna khas Hari Raya Natal. Hal ini sungguh beralasan karena ”seorang Putra
telah dianugerahkan kepada kita” (Yes. 9:5), ”hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu
Kristus Tuhan...” (Luk. 2:11), Seluruh bumi bergembira dan bersorak-sorai karena melihat
Perayaan Natal mengajak kita untuk menciptakan damai sejahtera dan mengupayakan agar damai
ini menjadi milik setiap orang yang berkehendak baik. Dewasa ini, damai sejahtera dirusak oleh
dosa-dosa atau kuasa kegelapan dan kejahatan (budaya kematian), yang berwujud nyata dalam
asasi manusia, korupsi, dsb. Hidup penuh damai sejahtera dalam lingkup hidup bermasyarakat
terus dibayangi, dibahayakan dan diancam oleh wujud-wujud kuasa kegelapan itu.
Natal mengajarkan kita untuk menemukan sumber kedamaian yang sejati ialah Yesus Kristus,
yang lahir sebagai damai sejahtera, sukacita dan tanda kasih Allah bagi seluruh umat
manusia.Amin