Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas, potensi

struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks meningkat dalam pola

yang dapat diprediksi dan diprediksi. Impian setiap keluarga adalah

memiliki anak. Setiap keluarga juga berharap agar anaknya tumbuh dan

berkembang secara optimal, menjadi kebanggaan tersendiri, dan

bermanfaat bagi tanah air dan bangsanya. Anak adalah orang istimewa

yang mengandalkan orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

(Mochamad Heri et all., 2020).

Retardasi mental adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan orang yang mengalami gangguan mental atau memiliki

masalah mental. Jika dibandingkan dengan anak lain yang seusia, anak

tunagrahita memiliki IQ (intelligence quotient) yang lebih rendah. Anak

tunagrahita menghadapi tantangan dalam perkembangan dan

pertumbuhannya selain masalah intelektualnya. Verbal, fokus rendah, daya

abstraksi rendah, dan sebagainya adalah contoh perkembangan motorik

halus dan kasar (Da’watul Islamiyah & Rahma Widyana, 2015).

Keterampilan motorik kasar dan kemampuan motorik halus adalah

dua jenis keterampilan motorik. Keterampilan motorik kasar terdiri dari

keterampilan motorik dasar, non-lokomotor, dan manipulatif, sedangkan

1
keterampilan motorik halus meliputi kemampuan untuk melakukan

aktivitas yang membutuhkan otot polos (otot kecil), seperti menulis dan

menggambar. (Da’watul Islamiyah & Rahma Widyana, 2015).

Latihan melukis dengan jari dapat membantu anak-anak

mengembangkan keterampilan melukis mereka dengan memungkinkan

mereka mengekspresikan kreativitas mereka, membangun keterampilan

motorik halus, dan membuat mereka senang berpartisipasi dalam

pembelajaran. Menurut Hayati (2018), finger painting adalah latihan

melukis dengan ujung jari untuk mengembangkan imajinasi, kemampuan

motorik halus, dan bakat seni (Kalyna Naomi et all, 2020).

Bermain puzzle, menggunting, menempel gambar, menjahit,

melukis jari, dan bermain dengan lilin mainan atau plastisin adalah

beberapa kegiatan bermain dan belajar yang dapat dilakukan untuk anak-

anak di rentang usia prasekolah untuk memperkuat keterampilan motorik

halus. (Harismanto et all, 2020).

Retardasi mental merupakan masalah global utama, terutama di

negara-negara terbelakang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),

gangguan jiwa berat mempengaruhi 1-3 persen populasi, dengan hampir

3% memiliki IQ di bawah 70. Tentu saja, mereka tidak dapat digunakan

sebagai sumber daya manusia, karena 0,1 persen anak-anak dengan IQ

rendah membutuhkan perawatan, arahan, dan pemantauan seumur hidup.

(Riskayani et al., 2020).

2
Temuan data Riskesdas berdasarkan proporsi anak tunarungu usia

5-17 tahun di provinsi Indonesia tahun 2018 mengungkapkan bahwa 3,3

persen anak usia 5-17 tahun mengalami disabilitas. Sulawesi Tenggara

memiliki 3,4 persen anak tunarungu. Sementara itu, data Indonesia tahun

2018 tentang proporsi anak penyandang disabilitas usia 5-17 tahun

menurut usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal mengungkapkan bahwa

proporsi anak penyandang disabilitas meningkat pada kelompok usia yang

lebih tua, yaitu usia 15-17 tahun. , bahwa jumlah laki-laki lebih banyak

daripada perempuan, dan bahwa jumlah penduduk perkotaan melebihi

jumlah penduduk pedesaan (Kemnekes RI, 2018).

Studi pendahuluan di SLB BF Mandara Kota Kendari menemukan

bahwa 125 anak berkebutuhan khusus aktif di sekolah, dengan 53 anak

tunarungu, 29 anak tunagrahita ringan, 8 anak tunagrahita sedang, 2 anak

tunagrahita berat, 9 anak tunanetra, 16 anak cacat fisik, dan 18 anak autis

di antara 128 anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus lebih

tuli dan terbelakang secara intelektual dibandingkan anak berkebutuhan

khusus lainnya, menurut statistik ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di SLB BF

Mandara diketahui bahwa SLB BF Mandara belum pernah menggunakan

finger painting dan peneliti di SLB BF Mandara mengamati bahwa

motorik halus anak tunagrahita masih belum optimal. Guru juga

menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak tunagrahita adalah dengan belajar sholat setiap hari

3
Jumat. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pada anak tunagrahita dalam rangka meningkatkan kapasitas

motorik halus anak tunagrahita. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul

tentang “Pengaruh Metode Finger Painting Terhadap Kemampuan

Motorik Halus Pada Anak Tunagrahita Di SLB B-F Mandara Kota

Kendari”.

B. Rumusan masalah

Di SLB B-F Mandara Kota Kendari, apakah finger painting

berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana

pengaruh finger painting terhadap kemampuan motorik halus pada anak

tunagrahita di SLB B-F Mandara Kota Kendari.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Di SLB B-F Mandara Kota Kendari, pemahaman peneliti tentang

pengaruh finger painting terhadap kemampuan motorik halus pada

anak tunagrahita dapat ditingkatkan.

2. Manfaat praktisi

a. Bagi responden

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mendidik keterampilan

motorik halus dan memberikan pengalaman langsung dengan

finger painting bagi anak tunagrahita.

4
b. Bagi akademisi

Kajian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk membantu

meningkatkan keterampilan intervensi bagi anak berkebutuhan

khusus.

c. Bagi SLB B-F Mandara Kendari

Lukisan jari dapat digunakan di dalam kelas untuk mendorong

pertumbuhan dan perkembangan anak. Sekolah dapat

membandingkan efektivitas teknik pengajaran tradisional dengan

pengajaran berbasis lukisan jari.

d. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu profesi keperawatan

dalam menyusun rencana keperawatan anak berkebutuhan khusus

khususnya anak tunagrahita, serta mengembangkan program yang

mengacu pada program pemerintah dalam menangani anak

berkebutuhan khusus khususnya anak tunagrahita. sehingga dapat

diterapkan pada asuhan keperawatan komunitas.

5
E. Kebaharuan penelitian

Tabel 1. Kebaharuan penelitian

Nama, tahun Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan

Sinta Yusnisari Pengaruh Paper Penelitian ini Hasil penelitian -Teknik sampling -Metode

& Iding Tarsidi, Quilling terhadap menggunakan ini menunjukkan non probability penelitian pre

2020 peningkatan metode terdapat sampling eksperimental

kemampuan eksperimen peningkatan -Variabel dengan

motorik halus dengan desain one kemampuan independen yaitu menggunakan

anak tunagrahita group pretest motorik halus finger painting pre test and post

sedang posttest. Dengan 6 yang cukup test group

orang subjek signifikan, hal ini design

penelitian. ditunjukkan oleh -Variabel

Pengambilan data hasil perhitungan dependen yaitu

menggunakan tes uji Wilcoxon

6
kinerja. dimana T hitung motorik halus

lebih besar dari T

tabel yaitu T

hitung = 21 dan T

tabel = 3.

Disimpulkan

Paper Quilling

berpengaruh

terhadap

peningkatan

kemampuan

motorik halus

anak tunagrahita

sedang.

7
Anggi Meningkatkan Metode penelitian Hasil yang -Teknik sampling -Variabel

Wulandari et kreativitas anak yang yang didapatkan bahwa non probability indepeden yaitu

all, 2020 melalui teknik digunakan dalam melalui teknik sampling finger painting

finger painting di penelitian ini finger painting -Metode

KB AL Jannati adalah penelitian dapat Penelitian pre

Gampong Jawa tindakan kelas mengembangkan eksperimental

Kota Banda Aceh dengan jenis kreativitas anak, dengan

deskripsi dimana adanya menggunakan pre

peningkatan test and post test

group desain

-Variabel

dependen yaitu

motorik halus

Valentina Pengaruh penelitian ini Ada pengaruh -Teknik sampling -Variabel

8
Yosefa. 2021 keterampilan menggunakan keterampilan non probability dependen yaitu

Meronce terhadap metode Single keterampilan sampling motorik halus

motorik halus Subject Research meronce terhadap -Metode

anak tunagrahita (SSR) desain A-B motorik halus Penelitian pre

ringan kelas III di anak tunagrahita eksperimental

SDLB Bhakti ringan kelas III di dengan

Luhur Cabang SDLB Bhakti menggunakan pre

Jember Luhur Cabang test and post test

Jember group desain

-Variabel

independen yaitu

finger painting

Lilis Metode bermain Penelitian ini Hasil penelitian -Teknik sampling -Metode

Maghfuroh, puzzle menggunakan ini menunjukkan probability penelitian pre

9
2018 berpengaruh pada one-group pra-test ada pengaruh sampling eksperimental

perkembangan design tanpa metode bermain -Variabel dengan

motorik halus control dan puzzle terhadap independen yaitu menggunakan

anak usia analisis motorik halus finger painting pre test post test

prasekolah menggunakan uji diketahui p sign = dan variabel group design

Wilcoxon Sign 0,001 dimana nilai dependen yaitu

Rank Test dengan signifikan p < motorik halus

tingkat 0,05

kepercayaan 95%

dan α : 5%

Rizki Wahyuni Meningkatkan Teknik Hasil penelitian -Teknik sampling -Variabel

& Erdiyanti, kemampuan pengumpulan data menunjukkan non probability independen

2020 motorik halus yang digunakan bahwa finger sampling yaitu finger

anak melalui adalah observasi, painting -Metode painting dan

10
finger painting dokumentasi dan menggunakan Penelitian pre variabel

menggunakan penilaian. tepung singkong eksperimental dependen yaitu

tepung singkong Sedangkan model dapat dengan motorik halus

yang dipilih untuk meningkatkan menggunakan pre

melakukan yaitu motorik halus test and post test

siklus model anak kelas B Kb group desain

Kemmis dan Mc Nur’ain Mola

Taggart yang Selatan

memiliki empat Kabupaten

tahapan yakni Wakatobi

perencanaan,

tindakan,

observasi dan

refleksi

11
Selia Dwi Pengaruh kegiatan Penelitian Hasil penelitian -Teknik sampling -Variabel

Kurnia, 2015 painting dan menggunakan yang diperoleh non probability dependen yaitu

keterampilan penelitian adalah : hasil sampling motorik halus

motorik halus eksperimen kreativitas anak -Metode

terhadap dengan desain usia dini dalam Penelitian pre

kreativitas anak treatment by level seni lukis pada eksperimental

usia dini dalam 2x2. Teknik kelompok anak dengan

seni lukis pengumpulan yang diberi menggunakan pre

sampel teknik kegiatan finger test and post test

multistage painting lebih group desain

sampling tinggi -Variabel

dibandingkan independen yaitu

teknik analisis finger painting

data

12
menggunakan

ANAVA dua jalur

Novia Dwi Pengaruh terapi Desain penelitian Hasil penelitian -Teknik sampling -Variabel

Astuti, 2020 bermain lego ini menggunakan menunjukkan non probability dependen yaitu

sederhana pra-eksperiment terdapat pengaruh sampling motorik halus

terhadap dengan terapi bermain -Variabel

perkembangan menggunakan lego sederhana independen yaitu

motorik halus pendekatan pre terhadap finger painting

pada anak test and post test perkembangan

tunagrahita di design dengan motorik halus

TKLB Wijata jumlah sampel pada anak

Bhakti Tuban sebanyak 15 tunagrahita di

responden dengan TKLB Wiyata

teknik Cluster Bhakti Tuban

13
sampling dengan p value

0.005

menggunakan

analisis dengan uji

Wilcoxon

Rubayyi Nadila Meningkatkan Metode penelitian Hasil analisis data -Teknik sampling -Variabel

& Jon Efendi, keterampilan yang digunakan menunjukkan non probability dependen yaitu

2020 motorik halus adalah Single level perubahan sampling motorik halus

melalui kegiatan Subject Researc yang positif. -Metode

menggunting pada (SSR) dengan Artinya Penelitian pre

anak tunagrahita desain A-B-A. keterampilan eksperimental

pengumpulan data motorik halus dengan

pada penelitian ini anak meningkat menggunakan pre

menggunakan melalui kegiatan test and post test

14
instrumen test menggunting group desain

perbuatan dan -Variabel

data dianalisis independen yaitu

dengan visual dan finger painting

grafik (Visual

Analisis Grafik

Data)

Mochamad Heri Terapi okupasi Metode penelitian Hasil analisis -Teknik sampling -Variabel

et all, 2020 memasang tali ini adalah univariat non probability dependen yaitu

sepatu terhadap penelitian intervensi dari 41 sampling motorik halus

motorik halus kuantitatif dengan responden -Variabel

pada anak desain penelitian sebelum diberikan independen yaitu

tunagrahita pra eksperimen terapi okupasi finger painting

sedang pre-post test one perkembangan

15
group design motorik halus

adalah 1,20 dan

setelah diberikan

terapi okupasi

perkembangan

motorik halus saat

pre test adalah

1,41. Hasil analisa

data dengan uji

Wilcoxon di

dapatkan nilai

0,003 atau p<α

(0,05)

Harismanto et Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian -Teknik sampling -Metode

16
all, 2020 intervensi finger menggunakan sebelum non probability Penelitian pre

painting terhadap penelitian Quasi intervensi bermain sampling eksperimental

peningkatan Eksperimen finger painting, -Alat pewarna dengan

perkembangan dengan rancangan kategori yang di buat menggunakan

motorik halus penelitian one perkembangan dengan bahan pre test and post

anak prasekolah group pretest and motorik halus tepung kanji dan test group

posttest design. anak sebagian pewarna makanan desain

Teknik sampling besar pada -Variabel

purposive kategori suspect independen

sampling. Alat sebanyak 12 yaitu finger

pewarna yang (46,2%) anak, dan painting dan

digunakan yaitu normal sebanyak variabel

cet air dan pallet 9 (34,6%) anak. dependen yaitu

cat. Setelah diberikan motorik halus

17
intervensi

diketahui sebagian

besar kategori

perkembangan

motorik halus

anak adalah

normal sebanyak

23 (88,5%). Hasil

uji Wilcoxon

didaapatkan p

value 0,000

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Konsep Tunagrahita

a. Pengertian tunagrahita

Retardasi mental didefinisikan oleh American Association

on Mental Deficiency (AAMD) sebagai penyakit yang ditandai

dengan fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (yaitu, IQ

kurang dari 84 pada tes) yang bermanifestasi sebelum usia 16

tahun. (Rafael Lisinus & Pastiria .S, 2020). “Keterbelakangan

mental mental berhubungan langsung dengan masalah

perkembangan kemampuan intelektual yang buruk dan merupakan

suatu kondisi,” tulis Rochyadi dan Alimin (2005:11). Hal ini

didukung oleh pernyataan Krik bahwa "Keterbelakangan Mental

bukanlah penyakit tetapi suatu kondisi." Dari pernyataan di atas,

jelaslah bahwa keterbelakangan mental adalah penyakit medis

yang tidak dapat disembuhkan. (Rafael Lisinus & Pastiria. S,

2020).

Retardasi mental atau yang sering disebut dengan retardasi

mental adalah suatu gangguan dimana seseorang mengalami

penurunan kecerdasan sejak lahir (sejak lahir atau sejak kecil).

Dalam kebanyakan kasus, ada kekurangan pertumbuhan mental

19
total. Namun, gejala yang paling umum adalah keterbelakangan

intelektual. Oligophrenia (oligo = kurang atau kurang dan fren =

jiwa) atau keterbelakangan mental adalah istilah yang digunakan

untuk menggambarkan gangguan jiwa. (Da’watul Islamiyah &

Rahma Widyana, 2015).

Retardasi mental adalah istilah yang dapat digunakan untuk

menggambarkan orang-orang yang mengalami keterbelakangan

mental, yang sering disebut dengan disabilitas mental. IQ

(intelligence quotient) yang rendah jika dibandingkan dengan

anak-anak lainnya merupakan salah satu ciri khas anak

tunagrahita. Karena kecerdasannya rendah, anak tunagrahita lebih

sulit membedakan yang baik dan yang buruk. Anak tunagrahita

menghadapi tantangan dalam perkembangan dan pertumbuhannya

selain masalah intelektualnya. Seperti dalam perkembangan

motorik halus dan kasar, verbal, fokus rendah, daya abstraksi

terbatas, dan sebagainya. Akibatnya, anak-anak cacat mental lebih

sulit memahami apa yang dilakukan anak-anak lain. (Da’watul

Islamiyah & Rahma Widyana, 2015).

b. Karakteristik tunagrahita

Anak tunagrahita adalah mereka yang tidak mampu

melakukan kegiatan akademik, kurang inisiatif, kekanak-kanakan,

sering melamun atau hiperaktif, dan tidak mampu beradaptasi

dengan lingkungan sosialnya. Anak tunagrahita memiliki bentuk

20
kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, mulut yang sering

terbuka, keluarnya air liur atau keluarnya cairan dari mulut, mata

sipit, dan badan yang agak bungkuk. Keadaan emosi anak-anak

sedang berubah-ubah, dan mereka sering ditemukan melamun

atau menatap kosong. Selain itu, karena IQ mereka yang rendah,

anak-anak memiliki daya ingat yang buruk dan tidak peduli

dengan lingkungan sekitar. Anak-anak juga memiliki koordinasi

gerakan yang buruk, yang seringkali tidak terkendali, sehingga

lebih sulit bagi mereka untuk memenuhi tuntutan mereka.

(Mutaqqin, 2012).

c. Klasifikasi tunagrahita

Klasifikasi tunagrahita menurut AAMD (Rafael Lisinus &

Pastiria. S, 2020), sebagai berikut :

1) Tunagrahita Ringan (bisa didik)

IQ mereka berkisar dari 50 hingga 70, dan mereka memiliki

potensi untuk berkembang di bidang pembelajaran akademik,

penyesuaian sosial, dan bakat kerja, serta beradaptasi dengan

lingkungan yang lebih besar, mandiri dalam masyarakat, dan

melakukan semi-terampil. dan pekerjaan sederhana.

2) Tunagrahita sedang (mampu latih)

Kisaran tingkat kecerdasan IQ adalah 30-50. dapat memperoleh

keterampilan sekolah untuk tujuan praktis, dapat membantu diri

sendiri, dapat menyesuaikan diri secara sosial dalam konteks

21
langsung, dan dapat melakukan pekerjaan rutin yang

memerlukan pengawasan.

3) Tunagrahita berat serta sangat berat (mampu rawat)

IQ mereka yang kurang dari 30 membuat mereka hampir tidak

mungkin diajari untuk merawat diri mereka sendiri. Namun,

beberapa orang dapat diajari untuk menjaga diri mereka sendiri,

berkomunikasi dengan jelas, dan beradaptasi dengan lingkungan

yang terbatas.

Klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan tipe-tipe klinis/fisik

(Rafael Lisinus & Pastiria. S, 2020), sebagai berikut :

1) Down syndrome (Mongolisme) adalah kelainan kromosom

yang disebabkan oleh kerusakan kromosom.

2) Crettin (cebol) menderita hipotiroidisme.

3) Cairan otak yang berlebihan menyebabkan hidrosefalus.

d. Faktor-faktor penyebab tunagrahita

Berikut ini adalah variabel-variabel yang menyebabkan

keterbelakangan mental pada anak (Sandra, 2010) :

1) Biologis

a) Genetik / kelainan kromosom

Retardasi mental diduga disebabkan oleh faktor keturunan.

Keterbelakangan mental lebih mungkin diturunkan kepada

anak-anak mereka jika orang tua mereka memiliki riwayat

itu. Perkawinan sedarah juga akan meningkatkan

22
kemungkinan memiliki anak dengan gangguan fisik dan

mental. Kelainan kromosom adalah penyebab lain

keterbelakangan mental yang dapat didiagnosis. Anak-

anak dengan keterbelakangan mental memiliki 47

kromosom, dengan kromosom 21 yang ditambahkan untuk

membuat jumlah kromosom 21 menjadi tiga. Trisomi

adalah suatu kondisi di mana jumlah kromosom 21

bertambah menjadi tiga. Trisomi juga ditemukan pada

anak-anak sindrom Down.

b) Pre-natal

Anak tunagrahita mengembangkan kondisi sebagai akibat

dari masalah kesehatan yang muncul sebelum bayi lahir,

seperti hidrosefalus. Apalagi, saat ibu memeriksakan

kandungannya, mereka sering terkena radiasi atau rontgen.

c) Peri-natal

Kelancaran proses persalinan ditentukan oleh posisi janin

dalam kandungan ibu. Jika kepala janin diposisikan lebih

rendah, durasi trauma kepala pada janin selama kelahiran

berkurang. Trauma pada tengkorak janin saat lahir dapat

memanjang jika janin berada dalam posisi sungsang atau

melintang. Sistem saraf pusat terletak di kepala, sehingga

jika kepala janin mengalami syok akan berdampak negatif.

Kemampuan kecerdasan adalah salah satunya.

23
d) Pasca-natal

Menurut Sandra (2010), salah satu penyebab

keterbelakangan mental adalah bayi baru lahir yang lahir

terlalu dini, atau prematur. Bayi lahir prematur dalam

keadaan yang tidak biasa, dengan usia lahir dan berat

badan di bawah normal 2,5 kilogram. Gangguan ini

memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan

gangguan mental.

e) Gangguan metabolisme dan gizi

Perkembangan individu, khususnya pembentukan sel-sel

otak, dipengaruhi oleh metabolisme dan nutrisi. Individu

dapat mengembangkan penyakit fisik dan mental sebagai

akibat dari kegagalan metabolisme dan ketidakmampuan

untuk memenuhi kebutuhan diet. Fenilketonuria (berkaitan

dengan kelainan metabolisme asam amino) adalah

kelainan akibat kegagalan metabolisme dan nutrisi dengan

gejala yang tampak berupa: Gargoilisme (kerusakan

metabolisme sakarida yang merupakan tempat

penyimpanan asam mukopolisakarida di hati, limpa kecil,

dan otak) dengan gejala antara lain tinggi badan tidak

normal, kerangka tubuh tidak proporsional, telapak tangan

lebar dan pendek, sendi kaku, lidah lebar dan menonjol,

dan keterbelakangan mental; kretinisme (keadaan

24
hipohidroidisme kronis yang terjadi selama masa bayi atau

remaja) dengan gejala

2) Psikososial

Variabel sosial budaya adalah penyebab lain dari gangguan

mental. Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh

sosiokultural. Jika lingkungan sosial budaya tidak mendukung

tumbuh kembang anak, maka akan berdampak negatif.

Adanya masalah interaksi sosial yang menyulitkan seseorang

untuk berintegrasi ke dalam masyarakat. Selain itu, kurangnya

pendidikan yang mendorong perkembangan mental,

menyebabkan mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan

situasi.

2. Finger Painting

a. Pengertian Finger Painting

Finger painting adalah metode melukis dengan ujung jari

saja, tanpa menggunakan instrumen apapun. Bentuk kegiatan ini

dilakukan dengan mengaplikasikan campuran warna pada area

sketsa dengan seluruh jari tangan, telapak tangan, dan pergelangan

tangan. (Irma Zuhria & Siti Mahmudah, 2018).

Menurut Salim, finger painting (melukis dengan jari)

adalah salah satu teknik melukis yang dapat dilakukan anak-anak

untuk mengekspresikan imajinasinya melalui karya seni yang

dibuat dengan ujung jari, dan kegiatan ini dapat membantu mereka

25
mengembangkan keterampilan motorik halus dan kreativitas. harta

anak (Nina Astria et all, 2015).

b. Tujuan Finger Painting

Finger painting bertujuan untuk membantu anak

mengembangkan kemampuan mengekspresikan nilai estetika

(perasaan keindahan) melalui karya kreatif menggambar,

meningkatkan kepekaan jari dan tangan, melatih motorik halus

anak yang melibatkan gerakan otot tangan/jari dan kematangan

saraf, koordinasi mata dengan tangan , berlatih mengenali konsep

warna primer (merah, kuning, biru) dan menggabungkannya, dan

berlatih mengenali konsep warna primer (merah, kuning, biru) dan

menggabungkannya. (agus Wardhono & Yuyun Istiana, 2018).

c. Manfaat finger painting

Lukisan jari menawarkan banyak keuntungan, terutama dalam

hal pengembangan keterampilan dan perkembangan fisik dan

psikologis anak-anak. Berikut ini adalah beberapa keunggulan seni

lukis jari (agus Wardhono & Yuyun Istiana, 2018) :

1) Meningkatkan kemampuan motorik halus Anda.

2) Menjelaskan konsep warna primer (merah, kuning dan

biru).

3) Perkenalkan ide menggabungkan warna primer untuk

menciptakan warna sekunder dan tersier.

4) Memperkenalkan pesona estetika warna.

26
5) Mengembangkan imajinasi dan daya cipta anak.

d. Kelebihan dan kekekurangan Finger Painting

Setiap kegiatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Kegiatan finger painting, menurut Sumanto,

menawarkan kelebihan dan kekurangan dari segi eksekusi, antara

lain (Natalia, 2016) :

1) Kelebihan finger painting

Kegiatan finger painting ini memiliki manfaat untuk

mentransmisikan sensasi ke jari-jari, memungkinkan mereka

merasakan kontrol gerakan jari dan menghasilkan konsep

gerakan untuk membentuk huruf. Selain itu, kegiatan finger

painting dapat membantu anak-anak belajar tentang warna dan

meningkatkan kemampuan artistik mereka.

2) Kekurangan finger painting

Selain manfaat finger painting, ada juga kekurangannya, seperti

bermain jorok bisa membuat anak-anak merasa jijik dan geli

karena cat pewarna yang digunakan menempel di ujung jari

anak.

3. Kemampuan motorik halus

a. Pengertian motorik halus

Kontrol motorik halus pada anak mengacu pada

kemampuan untuk mengatur gerakan tubuh melalui tindakan

terkoordinasi yang melibatkan sistem saraf, otot, dan otak. Gerakan

27
motorik halus, menurut Sujiono, adalah gerakan yang hanya

membutuhkan otot-otot kecil di tubuh dan mirip dengan

keterampilan dalam menggunakan gerakan jari dan pergelangan

tangan secara tepat. Menyikat gigi, membuka dan menutup

resleting celana, menyisir rambut, mengikat tali sepatu,

mengancingkan baju, mencuci tangan, dan makan dengan sendok

atau tangan merupakan tindakan motorik halus yang dapat

dilakukan pada anak usia dini (Khadijah & Nur Amelia, 2020).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motorik halus

Endang mengklaim bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan motorik anak sehingga

menimbulkan perbedaan individu antar individu, antara lain

(Khadijah & Nur Amelia, 2020) :

1) Karakteristik genetik dasar (faktor keturunan).

2) Aktivitas janin dalam kandungan

3) Kondisi prenatal yang menguntungkan, terutama kesehatan

dan gizi ibu.

4) Jika otak mengalami kerusakan selama proses kelahiran,

perkembangan motorik akan melambat.

5) Keadaan pascakelahiran, seperti faktor lingkungan yang

dapat memperlambat atau mempercepat perkembangan

motorik.

28
c. Tujuan serta fungsi perkembangan motorik halus

Adapun tujuan dan fungsi perkembangan motorik halus anak

menurut Sumantri 2005 dalam (Desi Ristiani & Badroeni, 2017),

adalah :

1) Kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan

gerakan kedua tangan dapat dikembangkan oleh anak.

2) Anak dapat menggunakan gerakan jari untuk

menggerakkan bagian tubuh yang bersangkutan, seperti

menulis, membuat sketsa, dan memegang benda.

3) Anak mampu mengkoordinasikan gerakan mata dan

tangan.

4) Dalam latihan motorik halus, anak dapat mengontrol

emosinya.

d. Tahap pembelajaran motorik

Peserta didik harus menempuh tahapan belajar motorik berikut

ini, menurut Rahyubi (2012):

1) Tahap Formasi

Tahap penciptaan terjadi ketika seseorang menerima

rangsangan pada perangkat reseptornya sebagai masukan

memori. Menerima dan memproses data, proses kontrol dan

pengambilan keputusan, dan kinerja keterampilan motorik

adalah semua langkah dari proses pembelajaran. Tahap input

tahap ini dimulai dengan seseorang menerima informasi

29
mengenai bentuk dan pola keterampilan gerak yang akan

dilakukannya. Siswa melakukan prosedur pengolahan

informasi setelah menerima informasi. Identifikasi stimulus,

pemilihan respons, dan pemrograman respons semuanya akan

digunakan untuk menganalisis data. Ketika semua tahapan

proses pemrosesan informasi selesai, pola pola motorik

diproduksi dalam sistem memori, yang pada akhirnya akan

menjadi respons kinetik. Reaksi kinetik sangat bergantung pada

potensi kemampuan gerak seseorang.

Pada level ini, seseorang masih membuat banyak kesalahan

dan bergerak perlahan. Gerakan pendidikan masih belum

efisien, tidak teratur, dan tidak konsisten. Modifikasi pola pikir

yang konsisten dapat membantu memperbaiki pola ini.

2) Tahap Latihan

Seseorang berusaha menyampaikan pola gerakan yang telah

terekam dalam memori pada tingkat ini. Bakat gerakan ini

pertama kali diekspresikan dengan tingkat koordinasi yang

buruk, tetapi saat pengulangan selesai, keterampilan menjadi

lebih efektif. Peserta didik akan dapat menyesuaikan diri

dengan pembelajaran motorik guru atau membimbing dan

mengekspresikan gerakan melalui koordinasi otak dan organ

motorik.

30
Frekuensi pengulangan dapat meningkatkan kualitas pola

motilitas yang terbentuk dalam sistem memori dengan

memperkuat hubungan antara reseptor dan efektor. Akibatnya,

dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi, pola gerakan

akan membekas dalam ingatan seseorang dan gerakan otomatis

akan berkembang. Kurangnya intensitas dalam pengulangan

mungkin menjadi sumber hubungan sistem saraf yang kurang

bertahan lama antara dendrit dan akson, yang berfungsi sebagai

penghubung antara reseptor dan efektor. Dapat diasumsikan

bahwa kinerja keterampilan efektif jika tautan reseptor dan

efektor efektif.

3) Tahap otonomi

Ini adalah tahap terakhir, di mana siswa harus menguasai

gerakan dengan benar. Kondisi ini menunjukkan sinkronisasi

yang baik antara sistem saraf dan otot, memungkinkan gerakan

otomatis. Pembelajaran dapat berlangsung tanpa siswa harus

mempertimbangkan urutan yang harus diikuti, tetapi kemajuan

dapat dilacak untuk meningkatkan kualitas dan fleksibilitas.

Sistem saraf pusat tidak lagi mengoordinasikan gerakan

otomatis dalam mekanisme; sebagai gantinya, saluran singkat

dalam sistem saraf otonom digunakan.

31
B. Kajian Empiris

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini telah

dilakukan oleh:

1. Sinta Yusnisari dan Iding Tarsidi, Pengaruh Paper Quilling terhadap

motorik halus anak tunagrahita sedang. Pendekatan eksperimental

digunakan dalam pekerjaan ini, dengan desain pretest-posttest satu

kelompok. Menggunakan total enam subjek penelitian. Tes kinerja

digunakan untuk mengambil data. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kemampuan motorik halus mengalami peningkatan yang

signifikan, dibuktikan dengan perhitungan uji Wilcoxon yang

menunjukkan bahwa T hitung lebih besar dari T tabel yaitu T hitung =

21 dan T tabel = 3. Paper Quilling meningkatkan motorik halus anak

keterampilan, menurut temuan. Retardasi mental dengan tingkat

keparahan sedang.

2. Anggi Wulandari et all, 2020. Meningkatkan kreativitas anak melalui

teknik finger painting di KB Al Jannati Gampong Jawa Kota Banda

Aceh. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dengan jenis deskripsi. Hasil yang didapatkan

bahwa melalui teknik finger painting dapat mengembangkan

kreativitas anak, dimanan adanya peningkatan.

3. Valentina Yosefa. 2021. Pengaruh keterampilan Meronce terhadap

motorik halus anak tunagrahita ringan kelas III di SDLB Bhakti Luhur

Cabang Jember, penelitian ini menggunakan metode Single Subject

32
Research (SSR) desain A-B. Ada pengaruh keterampilan keterampilan

meronce terhadap motorik halus anak tunagrahita ringan kelas III di

SDLB Bhakti Luhur Cabang Jember.

4. Lilis Maghfuroh, 2018. Metode bermain puzzle berpengaruh pada

perkembangan motorik halus anak usia prasekolah. Penelitian ini

menggunakan one-group pra-test design tanpa control dan analisis

statistik menggunakan Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat

kepercayaan 95% dan α : 5%, Hasil penelitian ini menunjukkan ada

pengaruh metode bermain puzzle terhadap motorik halus diketahui p

sign = 0,001 dimana nilai signifikan p < 0,05.

5. Rizki Wahyuni & Erdiyanti, 2020. Meningkatkan kemampuan motorik

halus anak melalui finger painting menggunakan tepung singkong.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

dokumentasi dan penilaian. Sedangkan model yang dipilih untuk

melakukan tindakan yaitu siklus model Kemmis dan Mc Taggart yang

memiliki empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa finger painting

menggunakan tepung singkong dapat meningkatkan motorik halus

anak kelas B Kb Nur’ain Mola Selatan Kabupaten Wakatobi.

6. Selia Dwi Kurnia, 2015. Pengaruh kegiatan painting dan keterampilan

motorik halus terhadap kretivitas anak usia dini dalam seni lukis.

Penelitian menggunakan penelitian eksperimen dengan desain

treatment by level 2x2. Teknik pengumpulan sampel teknik multistage

33
sampling. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur, Hasil

penelitian yang diperoleh adalah : hasil kreativitas anak usia dini

dalam seni lukis pada kelompok anak yang diberi kegiatan finger

painting lebih tinggi dibandingkan kelompok anak yang diberi

kegiatan brush painting.

7. Novia Dwi Astuti, 2020. Di TKLB Wijata Bhakti Tuban, peneliti

melihat dampak terapi bermain Lego sederhana terhadap

perkembangan motorik halus pada anak gangguan jiwa. Penelitian ini

menggunakan metode pre-experimental design dengan pendekatan pre-

test and post-test design, dengan jumlah sampel sebanyak 15

responden yang diambil menggunakan teknik Cluster Sampling.

Analisis uji Wilcoxon mengungkapkan bahwa terapi bermain Lego

sederhana berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan motorik

halus pada anak tunagrahita di TKLB Wiyata Bhakti Tuban, dengan p

value 0,005.

8. Rubayyi Nadila & Jon Efendi, 2020. Meningkatkan keterampilan

motorik halus melalui kegiatan menggunting pada anak tunagrahita.

Metode penelitian yang digunakan adalah single Subject Researc

(SSR) dengan desain A-B-A. pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan instrument test perbuatan dan data dianalisis dengan

visual dan grafik (Visual Analisis Grafik Data), Hasil analisis data

menunjukkan level perubahan yang positif. Artinya keterampilan

motorik halus anak meningkat melalui kegiatan menggunting.

34
9. Mochamad Heri et all, 2020. Terapi Okupasi untuk Anak

Berkebutuhan Intelektual Sedang Memasang Tali Sepatu pada Motorik

Halus Ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pra-

eksperimental dan uji pra-pasca satu kelompok. Analisis univariat

intervensi dari 41 responden mengungkapkan bahwa mereka 1,20

sebelum menerima terapi okupasi untuk pengembangan motorik halus

dan 1,41 setelah menerima terapi okupasi untuk pengembangan

motorik halus selama pre-test. Uji Wilcoxon menghasilkan nilai 0,003

atau p 0,003 dalam analisis data (0,05).

10. Harismanto et all, 2020. Dampak intervensi finger painting terhadap

perkembangan motorik halus anak prasekolah. Penelitian Quasi

Eksperimental dengan desain penelitian one-group pretest and posttest

digunakan dalam penelitian ini. Teknik sampling purposive sampling.

Alat pewarna yang digunakan yaitu cet air dan pallet cat. Berdasarkan

hasil penelitian, sebelum dilakukan intervensi finger painting kategori

perkembangan motorik halus anak sebagian besar berada pada kategori

tersangka, dengan 12 (46,2%) anak dalam kategori tersangka dan 9

(34,6%) anak dalam kategori tersangka. kategori biasa. Setelah

dilakukan intervensi diketahui mayoritas kategori perkembangan

motorik halus anak sebanyak 23 persen normal (88,5 persen). Uji

Wilcoxon menghasilkan nilai p 0,000.

35
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Keterampilan motorik kasar dan kemampuan motorik halus adalah

dua jenis keterampilan motorik. Aktivitas motorik kasar meliputi gerak

dasar lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif dan dilakukan dengan

otot-otot besar. Keterampilan motorik halus mengacu pada kemampuan

anak untuk bergerak dengan memanfaatkan otot-otot halus (otot-otot

kecil), seperti menulis, menggambar, dan aktivitas lainnya. Stimulasi terus

menerus meningkatkan sel-sel otak untuk membuat hubungan antara

sinapsis, yang berperan dalam kemampuan proses belajar dan kecerdasan

anak. Pemberian stimulasi pada anak sejak dini akan membantu mereka

meningkatkan kemampuan motoriknya. Perkembangan motorik halus anak

menumbuhkan rasa percaya diri anak untuk melaksanakan kegiatan dan

meningkatkan rasa ingin tahu anak pada suatu kegiatan.

Finger painting (melukis dengan jari) adalah salah satu teknik

melukis dengan meletakkan cat di atas kertas dengan jari yang dapat

dilakukan anak-anak untuk mengekspresikan imajinasi mereka melalui

karya seni yang dilakukan dengan jari-jari mereka. Kegiatan ini dapat

membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus dan

kreativitas.

36
B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian “Di SLB B-F Mandara Kota Kendari,

Pengaruh Finger Painting Terhadap Keterampilan Motorik Halus Pada

Anak Tunagrahita”.

Gambar 1. Kerangka Konseptual untuk Penelitian

Variabel yang tidak dikontrol Variabel yang bergantung

Kemampuan motorik
Finger Painting
halus

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan antar variabel

C. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat (Sandu Siyoto, 2015). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Finger Painting.

2. Variabel terikat (variabel dependen) adalah variabel yang di pengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sandu Siyoto,

2015). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kemampuan

motorik halus pada anak tunagrahita.

37
D. Definisi operasional dan kriteria objektif

1. Finger painting

Finger painting (melukis dengan jari) merupakan salah satu teknik

melukis yang dapat dilakukan anak-anak untuk mengekspresikan

imajinasinya melalui lukisan yang dihasilkan dengan ujung jarinya.

Kegiatan ini dapat membantu anak-anak mengembangkan

keterampilan motorik halus dan kreativitas.

Pre-test dilakukan di sekolah selama 5 hari, selama itu 5 responden

mengikuti kegiatan pre-test dengan mewarnai gambar pola yang telah

peneliti berikan, setelah itu dilakukan intervensi finger painting di

rumah masing-masing responden selama 22 hari, selama 2 responden

diberikan intervensi finger painting oleh peneliti menyiapkan alat dan

bahan, dan responden mulai menggambar menggunakan jari mereka

sesuai dengan penelitian. Kertas, celemek, dan cat warna yang dibuat

dari pati dan pewarna makanan digunakan sebagai media.

2. Tunagrahita

Anak tunagrahita memiliki IQ (intelligence quotient) 84 atau lebih

rendah, di bawah rata-rata nasional. Keterbelakangan mental ringan

(mampu terdidik) didefinisikan memiliki tingkat kecerdasan IQ antara

50 dan 70, keterbelakangan mental sedang (kemampuan untuk

melatih) didefinisikan memiliki tingkat kecerdasan IQ antara 30 dan

50, dan keterbelakangan mental berat ( mampu merawat) didefinisikan

sebagai memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Skor IQ kurang dari

38
30. Anak-anak dalam penelitian ini memiliki cacat intelektual ringan

hingga sedang.

3. Kemampuan motorik halus

Kontrol motorik halus pada anak mengacu pada kemampuan untuk

mengatur gerakan tubuh melalui tindakan terkoordinasi yang

melibatkan sistem saraf, otot, dan otak. Pemberian terapi finger

painting pada anak tunagrahita merupakan salah satu teknik untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus. Lembar observasi

digunakan sebagai bagian dari peralatan penelitian, dan kategori

dikategorikan menggunakan skala ordinal. Anak yang dapat

mengerjakan sesuatu secara mandiri tanpa bantuan mendapat nilai 3,

anak yang dapat mengerjakan sesuatu dengan bantuan mendapat nilai

2, dan anak yang tidak dapat melakukan apa-apa mendapat nilai 1.

Nilai yang paling tinggi adalah 54, sedangkan nilai yang paling rendah

adalah 18. Menurut Ngalim Purwanto (2006), sistem penilaian yang

digunakan adalah sebagai berikut:

R
NP= X 100
SM

39
Keterangan :

NP : nilai yang dicari

R : skor yang di dapatkan siswa

SM : skor maksimal semua item tes

Skor Presentase Kategori


42-54 77,78% - 100% Baik
30-41 55,56% - 75,93% Cukup
18-29 33,33% - 53,7% Hampir Tidak
Cukup

E. Hipotesis penelitian

Ho : Di SLB B-F Mandara Kota Kendari, finger painting memiliki

pengaruh yang kecil terhadap kemampuan motorik halus anak-

anak tunagrahita.

Ha : Finger painting berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus

pada anak tunagrahita di SLB B-F Mandara Kota Kendari.

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah pre-experimental, dengan desain pre-test

dan post-test group design. Pre-test and post-test group design merupakan

metode penelitian yang melibatkan observasi awal (pre-test) dan

memungkinkan peneliti untuk menilai perubahan yang terjadi setelah

eksperimen selesai (post test) (Notoatmodji, 2002).

Pengukuran pre-test adalah pengukuran yang dilakukan sebelum

eksperimen (X1). Pre-test dalam penelitian ini menggunakan finger

painting untuk menilai kemampuan motorik halus anak tunagrahita

sebelum dilakukan terapi (P). Perlakuan terdiri dari intervensi finger-

painting. Peneliti menilai kembali kemampuan motorik halus anak

tunagrahita (X2) setelah dilakukan intervensi yang disebut dengan post

test. Perbedaan antara X1 dan X2 adalah bahwa X2-X1 dianggap sebagai

perlakuan atau efek eksperimen (dampak) (Arikunto, 2006).

X1 P X2

Gambar 2. Pola penelitian Pre Eksperimental pre test and post test group design

41
Keterangan :

X1 : pre test

P : perlakuan

X2 : post test (Notoatmodji, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian bertempat di SLB B-F Mandara Kota Kendari.

2. Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung mulai 1 Juni 2021 hingga 8 Juli 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi secara keseluruhan merupakan subjek penelitian atau

penyelidikan (Notoadmodjo, 2010). Populasi anak-anak dengan

gangguan mental digunakan dalam penelitian ini di SLB B-F Mandara

Kota Kendari yang berjumlah 29 siswa.

2. Sampel

Sampel diambil dari sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mencerminkan seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010).

Ukuran sampel mengacu pada jumlah orang yang termasuk dalam

sampel. Rumus Yamane digunakan untuk menghitung ukuran sampel

(Riduwan, 2015) :

N
n=
1+ N ( d 2 )

Keterangan :

42
n = Besarnya sampel

N = Jumlah populasi

d2 =
Tingkat kepercayaan/ketetapan (10%)

sehingga,

29
n= 2
1+29 (0,01 )

29
n=
1+29 (0,01)

29
n=
1+0,29

29
n=
1,29

n=22 , 480 di bulatkan menjadi 23 siswa

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 23

orang, dimana Peneliti menggunakan non-probability sampling sebagai

teknik sampel. Pengambilan sampel non-probabilitas adalah strategi yang

tidak memberikan semua anggota populasi kesempatan yang sama untuk

dipilih sebagai sampel. Purposive sampling adalah metode non-probability

sampling yang digunakan. Purposive sampling adalah ketika peneliti

memilih kriteria sampel yang ingin dia gunakan (Sugiyono, 2010).

a. Kriteria sampel

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah persyaratan yang harus dipenuhi

oleh setiap anggota populasi untuk dapat diambil dan dijadikan

43
sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Berikut ini adalah

kriteria inklusi penelitian:

a) Retardasi mental, ringan sampai sedang.

b) Telah memberikan persetujuannya untuk dijadikan sampel.

Guru pendamping bertugas mengisi formulir persetujuan.

b. Kriteria Eksklusi

Anggota masyarakat dengan penyakit yang mengganggu,

kondisi yang mengganggu kemampuan implementasi, dan

penolakan untuk terlibat merupakan alasan pengecualian (Setiadi,

2007). Berikut ini adalah kriteria eksklusi penelitian:

a) Anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental berat

b) Siswa yang menolak untuk berpartisipasi sebagai tanggapan

D. Pengumpulan Data

1. Jenis dan sumber data

Sumber data primer dan sumber data sekunder digunakan dalam

penelitian ini (Setiadi, 2007).

a) Data primer adalah informasi yang dikumpulkan langsung dari

masyarakat, seperti hasil wawancara dan kuesioner yang diisi oleh

peneliti. Hasil lembar observasi merupakan sumber data utama

untuk penelitian ini (check list).

b) Data sekunder adalah informasi yang dikumpulkan dari organisasi.

SLB B-F Mandara Kota Kendari. Data sekunder yang diperoleh

44
adalah klasifikasi anak tunagrahita, jumlah dan daftar nama siswa

SLB B-F Mandara Kota Kendari.

2. Teknik pengumpulan data

Peneliti membagikan lembar persetujuan secara langsung kepada

guru SLB BF Mandara, dan setelah peneliti selesai membagikan

lembar persetujuan, peneliti menjelaskan tujuan peneliti, dan jika guru

mengerti, peneliti menanyakan apakah mereka setuju jika siswa

menjadi responden , dan jika guru setuju, guru menandatangani

formulir persetujuan.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan sehubungan dengan

pandemi Covid-19 dan proses penularan seperti saat ini, peneliti akan

tetap mengikuti protokol kesehatan pemerintah antara lain menjaga

jarak satu meter dan memakai alat pelindung diri (APD). ) (masker dan

hand sanitizer).

Jika selama penelitian ditemukan bahwa sekolah tidak

diperbolehkan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara

normal, maka peneliti akan melakukan penelitian dari pintu ke pintu.

Langkah yang akan dilakukan peneliti adalah menanyakan lokasi

rumah responden dan nomor telepon orang tua responden melalui

guru, kemudian guru juga membuat surat pengantar untuk melakukan

penelitian di rumah.

Setelah mendapatkan nomor telepon orang tua responden, peneliti

menghubungi masing-masing orang tua responden dan meminta izin

45
untuk melakukan penelitian. Peneliti menyiapkan kontrak waktu untuk

melakukan penelitian jika orang tua setuju dan responden bersedia

untuk berpartisipasi.

E. Pengelolaan, Analisa dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Editing adalah proses meneliti daftar pertanyaan yang telah diisi

oleh responden. Kelengkapan jawaban, keterbacaan teks, dan

relevansi tanggapan dari responden semuanya dapat diperiksa

sebagai bagian dari daftar pertanyaan ini. Hasil pengamatan

masing-masing responden dianalisis oleh peneliti. Peneliti telah

memeriksa kelengkapan data baik umum maupun khusus dengan

mengoreksi setiap titik data dari masing-masing variabel.

b. Coding

Lukisan jari digunakan untuk mengkode berbagai keterampilan

motorik halus. Karena datanya ordinal, maka digunakan

pengkodean dalam penelitian ini. Coding merupakan variabel

keterampilan motorik halus dalam penelitian ini; (baik=3),

(cukup=2), dan (kurang=1).

c. Processing/entry

Data yang diolah adalah data umum berupa karakteristik responden

dan nilai kemampuan melukis anak tunagrahita dengan metode

46
finger painting sebelum dan sesudah intervensi. Data observasi

pre-test dan post-test digunakan untuk menilai data spesifik.

d. Cleaning

Pada setiap variabel, peneliti melakukan pengecekan ulang

terhadap data yang benar-benar dibutuhkan dan menghapus data

yang tidak diperlukan. Informasi yang dikumpulkan oleh peneliti

tidak dibuang atau dihapus. Data peneliti adalah data yang

digunakan dan diolah untuk dianalisis.

2. Analisa data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisis dan

menyajikan data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui

gambaran karakteristik sampel penelitian dalam bentuk nilai rata-

rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum

(Ghozali, 2013).

b. Analisis Bivariat

Pengaruh variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti

ditentukan dengan menggunakan analisis bivariat. Analisis data

statistik non-parametrik digunakan dalam penelitian ini. Statistik

non parametrik adalah uji statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan skala normal dan ordinal ketika salah

satu asumsi kenormalan tidak dapat dipenuhi karena jumlah sampel

47
yang sedikit. Statistik non parametrik juga digunakan untuk

menguji data dengan skala normal dan ordinal.

Karena jumlah sampel yang akan dianalisis adalah 50,

maka uji normalitas Shapiro Wilk diterapkan dalam strategi

penelitian ini (23 responden). Jika nilai p lebih besar dari 0,05

maka data berdistribusi normal, namun jika nilai p lebih kecil dari

0,05 maka distribusi data tidak normal (Dahlan, 2014). Jika data

terdistribusi normal, Uji t Sampel Berpasangan digunakan; namun

jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Wilcoxon

Sign Rank Test dalam analisis bivariat (Nuryadi et al, 2017).

F. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan penelitian (Informed consent)

Tujuan penelitian, protokol, dan pengumpulan data semuanya telah

dijelaskan secara rinci kepada subjek penelitian. Responden diberikan

persetujuan penelitian sehingga mereka mengetahui tujuan dan sasaran

penelitian, serta konsekuensi potensial dari pengumpulan data. Jika

responden setuju untuk diteliti, peneliti harus menandatangani formulir

persetujuan; jika responden tidak setuju, peneliti harus menghormati

hak responden. Peneliti menguraikan tujuan dan sasaran penelitian,

dan menawarkan instruktur dokumen persetujuan untuk diselesaikan

atas nama anak cacat mental.

2. Kerahasiaan (confidentiality)

48
Setiap informasi yang dikumpulkan dari responden tidak akan

dilaporkan dengan cara apapun, menurut peneliti. Peneliti menjaga

kerahasiaan responden dengan tidak menunjukkan informasi apapun

mengenai identitas responden, seperti nama atau alamat. Sebagai

pengganti identitas responden, peneliti memberikan kode berupa

inisial.

3. Berkeadilan (justice)

Peneliti menegakkan supremasi hukum dengan melindungi hak dan

kewajiban baik peneliti maupun responden. Tanggung jawab peneliti

adalah melaksanakan proses penelitian secara adil dan merata bagi

seluruh responden. Peneliti berhak memperoleh hasil yang sesuai

dengan tujuan penelitian. Merupakan tanggung jawab responden untuk

mengikuti jalur penelitian yang telah ditetapkan. Responden berhak

atas perlakuan dan manfaat yang sama tanpa memandang ras, agama,

jenis kelamin, atau faktor lainnya.

49
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Mandara Kota Kendari, SLB B-F, didirikan pada tahun 1990. JL.

Antero Hamra Ex. Distrik Bende adalah lokasi SLB Mandara. Kota

Baruga Kendari. Dengan luas tanah 400 m3, SLB B-F Mandara Kota

Kendari berperingkat A.

Berikut ini adalah batas wilayah SLB B-F Mandara Kota Kendari :

a. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk.

b. Sebelah timur berbatasan dengan tempat tinggal penduduk.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk.

d. Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga

2. Visi dan Misi

a. Visi

“Dengan optimalisasi sumberdaya yang ada kami siap menciptakan

tamatan yang mampu mandiri dan bersaing di era global”

b. Misi

Berdasarkan Visi di atas, maka Misi SLB B-F Mandara dapat

dimaksudkan sebagai berikut :

1) Memperluas kesempatan dan pemerataan pendidikan bagi

anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran.

50
2) Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan khusus dan

pendidikan layanan khusus.

3) Menyiapkan tamatan menjadi warga negara yang memiliki

keimanan yang baik, berbudaya produktif dan kreatif.

4) Menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

5) Meningkatkan kepedulian dan memperluas jejaring tentang

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

51
3. Ketenagaan

Tabel 2. Distribusi Ketenagaan Pengajar di Sekolah Luar Biasa


(SLB) B-F Mandara Kota Kendari
No Jabatan Jenis Kelamin Status
Pria Wanita PNS Honor Wiyata Kontrak
Bakti

1 Kepala Sekolah 1 - 1 - - -
2 Wakil Kepala Sekolah - - - - - -
3 Gurus Kelas 4 5 - 9 - -
4 Guru Bid. Studi 4 8 4 8 - -
5 Guru Keterampilan - - - - - -
6 TU - - - - - -
7 Pramu Kantor - - - - - -
8 Pramu Tamu - - - - - -
9 Keamanan - - - - - -
10 Pengasuh - - - - - -
11 Terapis - - - - - -
12 Asisten - - - - - -
Total 9 13 5 17 - -

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakter responden meliputi klasifikasi tunagrahita, jenis kelamin

dan umur responden. Setiap karakteristik responden dibuat dalam tabel

dengan tahapan pembuatan tabel sebagai berikut :

a. Klasifikasi Tunagrahita

Distribusi responden. Atribut masing-masing responden

dicatat dalam tabel, yang dibangun dalam tahapan berikut :

52
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Klasifikasi Tunagrahita di
SLB B-F Mandara Kota Kendari
No Klasifikasi N %
1 Ringan 15 65,2
2 Sedang 8 34,8
Jumlah 23 100
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 23 responden, terbanyak adalah

tunagrahita ringan yaitu sebanyak 15 responden (65,2%) dan yang

terkecil adalah tunagrahita sedang yaitu sebanyak 8 responden

(34,8%).

b. Jenis Kelamin

Distribusi responden menurut jenis kelamin, terlihat pada

tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di SLB


B-F Mandara Kota Kendari
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 12 52,2
2 Perempuan 11 47,8
Jumlah 23 100
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 23 responden, terbanyak

adalah jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 responden

(52,2%) dan yang terkecil adalah jenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 11 responden (47,8%).

53
c. Umur

Tabel berikut menunjukkan distribusi usia responden:

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Umur di SLB B-F


Mandara Kota Kendari
No Umur N %
1 7-9 15 65,2
2 10-12 8 34,8
Jumlah 23 100
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 23 responden, terbanyak

adalah 7-9 tahun yaitu sebanyak 15 responden (65,2%) dan yang

terkecil adalah umur 10-12 tahun yaitu sebanyak 8 responden

(34,8%).

2. Analisis Univariat

a. Sebelum perlakuan

Distribusi skor Sebelum terapi, keterampilan motorik halus

pada anak tunagrahita yaitu :

Tabel 6. Distribusi Sebelum Perawatan, Kemampuan Motorik


Halus pada Anak Tunagrahita di SLB B-F Mandara
Kota Kendari
N Kategori Kemampuan Motorik Halus N %
o
1 Kurang 2 8,7
2 Cukup 19 82,6
3 Baik 2 8,7
Total 23 100
Sumber : Data primer, 2021

54
Tabel 6 menunjukkan bahwa kemapuan motorik halus

sebelum di berikan perlakuan (pretest) menunjukkan bahwa

kategori kurang yaitu sebanyak 2 responden (8,7%) , kategori

cukup yaitu sebanyak 19 responden (82,6%) dan kategori baik

yaitu sebanyak 2 responden (8,7%).

b. Sesudah perlakuan

Tabel 7. Distribusi Kemampuan Motorik Halus Pada Anak


Tunagrahita Sesudah di Berikan Perlakuan di SLB
B-F Mandara Kota Kendari
N Kategori Kemampuan Motorik Halus n %
o
1 Kurang 0 0
2 Cukup 2 8,7
3 Baik 21 9,3
Total 23 100
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 7 menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus

sesudah diberikan perlakuan (posttest) menunjukkan bahwa

kategori kurang sebanyak 0 (0%), kategori cukup yaitu sebanyak 2

responden (8,7%) dan kategori baik yaitu sebanyak 21 responden

(91,3%).

3. Analisis Bivariat

a. Uji Normalitas data

Tabel 8. Distribusi Hasil Uji Normalitas Data


No Variabel Penelitian P value Α
1 Sebelum perlakuan 0,064 0,05
2 Sesudah perlakuan 0,006 0,05

55
Sumber : Data primer, 2021
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil

normalitas data menggunakan uji Shapiro Wilk dikarenakan

jumlah sampel yang kurang dari 50 (Dahlan, 2014). Pada variabel

sebelum perlakuan menunjukkan bahwa nilai p value (0,064) > α

(0,05), artinya data berdistribusi normal; variabel sesudah

perlakuan menunjukkan bahwa niali p value (0,006) < α (0,05),

artinya data berdistribusi tidak normal. Sehingga uji bivarat yang di

gunakan adalah uji Wilcoxon Sign Rank Test.

b. Di SLB B-F Mandara Kota Kendari, pengaruh finger painting

terhadap motorik halus pada anak tunagrahita.

Tabel 9. Distribusi Pengaruh Finger Painting Terhadap


Kemampuan Motorik Halus Pada Anak
Tunagrahita di SLB B-F Mandara Kota Kendari
(Nilai Rank)
n Minimum Maximu Mean Std.
m Deviation
Pre test 23 28 50 37.65 4.773
Post test 23 40 54 49.39 4.649
Valid N 23
(listwise)
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai mean atau nilai rata-rata

dari hasil pre test adalah 37,65 sedangkan nilai mean atau rata-rata

dari hasil post test adalah 49,39.

n Mean Sum of
Rank Ranks

56
Negative Rank 0ᵃ .00 .00
Positive Rank 22ᵇ 11.50 253.00
Sesudah – Ties 1ᶜ
Sebelum Total 23
Tabel diatas menunjukkan bahwa negative rank/sampel

dengan nilai sesudah (post test) lebih rendah dari nilai sebelum (pre

test) adalah 0 sampel, positive rank/sampel dengan nilai sesudah

(post test) lebih tinggi dari nilai sebelum (pre test) adalah 22

sampel, dan ties dengan nilai sesudah (post test) sama besarnya

dengan nilai sebelum (pre test) sebanyak 1 sampel.

Tabel 10. Distribusi Pengaruh Finger Painting Terhadap


Kemampuan Motorik Halus Pada Anak
Tunagrahita di SLB B-F Mandara Kota Kendari
(Test Statistics)
Sesudah – Sebelum
Z -4.138ᵃ
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sumber Data primer, 2021

Tabel 10 menunjukkan berdasarkan hasil dari perhitungan

Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -

4,138 dengan p value (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,000 dimana

kurang dari batas kritis penelitian 0,05 (p<0,05) sehingga

keputusan hipotesis adalah Ho di tolak dan Ha di terima berarti ada

pengaruh finger painting terhadap kemampuan motorik halus pada

anak tunagrahita di SLB B-F Mandara Kota Kendari.

C. Pembahasan

57
Tabel 6 menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus sebelum

perlakuan (pretest) menunjukkan bahwa kelompok buruk memiliki 2

responden (8,7%), kategori cukup memiliki 19 responden (82,6%), dan

kategori baik memiliki 2 responden (8,7%). (8,7 persen). Ini menunjukkan

perlunya mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak-anak

dengan gangguan mental.

Kemudian pada tabel 7 keterampilan motorik halus setelah perlakuan

(posttest) menunjukkan masih dalam kategori cukup yaitu sebanyak 2

responden (8,7%) dengan usia 8 tahun karena kemampuan menggerakkan

jari masih sangat kaku, dan peran orang tua masih sangat kurang di

karenakan orang tua sibuk dan juga kurang pengetahuan. Terdapat 21

responden dengan kategori baik (91,3 persen). Hal ini menunjukkan

bahwa kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita mengalami

peningkatan.

Pemberian intervensi motorik halus dengan pendekatan finger painting

yang memudahkan anak melakukan latihan untuk mengembangkan

kemampuan motorik halusnya menyebabkan peningkatan kemampuan

motorik halus pada anak tunagrahita. Saat peneliti menggunakan metode

finger painting untuk memberikan intervensi motorik halus, 21 responden

memiliki kategori baik, artinya anak mampu menghilangkan cat dari

wadah dengan tangan kanan dan kirinya tanpa bantuan peneliti.

Selanjutnya, anak dapat menggunakan jari tangan kanan dan jari tangan

kiri untuk mengoleskan cat air pada kertas; mampu menggerakkan ujung

58
jari tangan kanan dan tangan kiri ke depan dan ke belakang dengan

bantuan peneliti; mampu menyatukan kelima jari tangan kanan dan jari

tangan kiri sehingga menyatu; dan anak itu melihat ketika kedua tangan

disambungkan. Semua hal tersebut membaik pada anak tunagrahita setelah

mereka mendapatkan intervensi motorik halus menggunakan pendekatan

finger painting, yang memungkinkan mereka untuk melakukannya secara

mandiri hanya dengan dukungan verbal dan tanpa keterlibatan peneliti.

Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan Irma Zuhria (2018)

yang menemukan bahwa finger painting dapat membantu anak

tunagrahita sedang meningkatkan keterampilan motorik halusnya. Hal

ini dapat ditunjukkan dengan kemampuan anak-anak yang agak

mengalami gangguan jiwa untuk melakukan kegiatan melukis dengan

jari; fitur yang dievaluasi adalah memegang barang, mendorong

telapak tangan, memutar jari, dan memutar telapak tangan.

Tabel 9 menunjukkan bahwa rank/sampel negatif dengan nilai

setelah (post test) lebih rendah dari nilai sebelum (pre test) adalah 0

sampel, rank/sampel positif dengan nilai setelah (post test) lebih tinggi

dari nilai sebelumnya (pre test) test) sebanyak 22 sampel, dan

hubungan dengan nilai setelah (post test) sama dengan nilai sebelum

(pre test) adalah 1 sampel. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

metode finger painting untuk memberikan intervensi motorik halus

merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan keterampilan

motorik halus.

59
Nilai Z yang diperoleh dari analisis Wilcoxon Signed Rank Test

adalah -4.138, dengan nilai p (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,000,

yang lebih kecil dari batas kritis penelitian 0,05 (p0,05), menunjukkan

bahwa keputusan hipotesis Ho ditolak dan keputusan hipotesis Ha

diterima yang menunjukkan bahwa metode finger painting

berpengaruh terhadap motorik halus anak tunagrahita di SLB BF

Mandara Kota Kendari.

Temuan penelitian ini sependapat dengan Kurniawati & Anisa

(2018) yang menemukan bahwa uji Wilcoxon digunakan pada tahap

uji analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum

melakukan finger painting, kemampuan motorik halus siswa masih

rendah, jari-jari tampak kaku, dan koordinasi tangan kurang baik,

dibuktikan dengan nilai rata-rata pretest kelas 45,2 dalam kategori

kurang, dan setelah itu finger painting, keterampilan motorik halus

siswa meningkat, dibuktikan dengan nilai rata-rata posttest kelas 80,6

dalam kategori sangat baik. Berdasarkan temuan analisis data di atas,

dapat dinyatakan bahwa perlakuan finger painting memiliki dampak

yang cukup besar terhadap siswa tunagrahita selama proses

pembelajaran. Finger painting berpengaruh besar terhadap kemampuan

motorik halus anak tunagrahita kelas V SDLB Kemala Bhayangkari

Trenggalek.

D. Keterbatasan Penelitian

60
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekurangan

dalam penelitian ini yang menyebabkan hasil penelitian sebelumnya

menjadi kurang ideal atau sempurna. Berikut ini adalah beberapa

kekurangan penelitian:

1. Keterbatasan waktu dan tempat

Peneliti membatasi waktu karena melakukan penelitian di rumah,

sehingga perlu dibatasi jadwal aktivitasnya. Misalnya, responden yang

dianalisis hanya dua anak per hari, sehingga intervensi hanya

dilakukan dua kali untuk setiap anak.

2. Kontrak waktu

Selama penelitian, peneliti menemui beberapa kendala, seperti ketika

peneliti mengadakan kontrak ketika orang tua responden tidak ada di

rumah sehingga intervensi menjadi tertunda.

61
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pendekatan finger painting memiliki pengaruh yang besar terhadap

kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita di SLB B-F Mandara,

Kota Kendari, demikian menurut temuan penelitian. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai Z sebesar -4.138 dan nilai p (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar

0,000 yang lebih kecil dari batas kritis penelitian sebesar 0,05 (p0,05),

yang menunjukkan bahwa keputusan hipotesis adalah Ho adalah ditolak

dan Ha diterima, artinya metode finger painting berpengaruh terhadap

motorik halus anak tunagrahita di SLB BF Mandara Kota Kendari.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa metode finger

painting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak

tunagrahita, oleh karena itu disarankan kepada :

a. SLB B-F Mandara Kota Kendari

Peneliti menyarankan agar guru memanfaatkan finger painting

sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan motorik halus

62
pada anak tunagrahita karena dapat membantu mereka

mengembangkan keterampilan motorik halusnya sekaligus

meningkatkan kreativitasnya.

b. Masyarakat

Temuan penelitian ini, menurut peneliti, dapat digunakan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara meningkatkan

kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita.

c. Peneliti selanjutnya

Menurut para peneliti, studi yang lebih lama pada anak-anak yang

mengalami gangguan mental harus dilakukan di sekolah-sekolah untuk

meningkatkan upaya penelitian.

63
64

Anda mungkin juga menyukai