Anda di halaman 1dari 15

UPAYA MENINGKATKAN ASPEK MOTORIK HALUS DALAM

MENGKOORDINASIKAN MATA DENGAN TANGAN DENGAN


KEGIATAN MENGANYAM DARI KERTAS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLES PADA
KELOMPOK A TK ASSALAM MARTAPURA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
Rusmaidah
NIM. 2186233210036

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2024
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar. Widodo (2018) perkembangan motorik adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot halus yang yang berkordinasi dengan otak dalam
melakukan sesuatu kegiatan.
Karakteristik mengembangkan kemampuan motorik anak di PAUD ,
melatih gerakan-gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan
mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan
keterampilan tubuh dan cara hidup sehat.
Lebih lanjut dalam menentukan metode untuk mengembangkan
keterampilan motorik anak, guru memperhatikan tempat di luar kegiatan,
apakah di dalam ataukah di luar kelas, keterampilan apa yang hendak di
kembangkan melalui berbagai kegiatan, serta tema dan pola yang di pilih
dalam kegiatan pembelajaran.
Misalnya untuk mengembangkan motorik halus anak yang bertujuan
agar anak dapat berlatih menggerakan pergelangan tangan dengan
menggambar dan mewarnai atau menggunting dan menempel maka guru dapat
memilih kegiatan yang di lakukan di dalam kelas. Namun, guru perlu
menyediakan semua peralatan yang di perlukan setiap anak, seperti kertas,
gunting, pensil warna atau buku–buku untuk pola yang akan di gunting anak,
jumlah peralatan dan bahan di harapkan sesuai dengan jumlah anak sehingga
setiap anak dapat berlatih sendiri.
Metode yang di pergunakan adalah metode kegiatan yang dapat
memacu semua kegiatan motorik yang perlu di kembangkan anak seperti
untuk kegiatan motorik halus anak dapat di berikan aktifitas menggambar,
melipat membentuk, meronce dan sebagainya.Di TK Assalam Martapura
Kabupaten Banjar saya akan meneliti tentang pengembangan motorik anak, di
mana guru merencanakan bentuk evaluasi untuk pengembangan motorik halus
2
anak. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik
halus anak di TK AssalamMartapura Kabupaten Banjar melalui kegiatan
menganyam kertas warna.
Dari kegiatan ini anak berlatih menggerakan pergelangan tangan saat
memegang kertas dan juga agar anak dapat menyalurkan perasaannya dan
menyiptakan keindahan. Pengembangan motorik halus kelompok A pada TK
Assalam Martapura Kabupaten Banjar ditujukan agar dapat mengembangkan
motorik halus pada konsep menganyam dengan kertas. Selama semester II
diharapkan anak mampu mengenal konsep menganyam dengan kertas.
Aktivitas anak kelompok A pada TK Assalam Martapura Kabupaten
Banjar dalam keterampilan menggerakan motorik halus dalam perkembangan
menganyam dari kreativitas anak masih belum terampil dengan ketidak
maksimalan ini penyebabnya dalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan
metode dalam menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan
keterampilan motorik halusnya.
Kenyataan yang dialami di kelompok A TK Assalam Martapura
Kabupaten Banjar untuk perkembang motorik halus pada materi menganyam
dengan kertas dari jumlah 15 anak yang diteliti hanya 3 anak yang mendapat
penilaian berkembang sangar baik (BSB / ), 7 orang anak mendapat
penilaian berkembang sesuai harapan (BSH /) dan 5 orang anak yang lain
hanya mendapat penilaian Mulai berkembang (MB /). Hal ini disebabkan
oleh metode pembelajaran yang kurang menarik, karena masih menggunakan
metode bercakap-cakap dan juga media pembelajaran yang masih kurang
menarik serta media yang disediakan masih terlalu kecil.
Apabila hal ini dibiarkan akan mengakibatkan hasil pengembangan
anak dalam menganyam dengan kertas, masih rendah, serta membawa
dampak yang serius pada anak dan apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut
akan menyebabkan menurunnya mutu sekolah.
Berdasarkan Latar belakang tersebut diatas peneliti mengupayakan
peningkatan hasil belajar melalui tindakan kelas dengan judul "Upaya
meningkatkan aspek motorik halus dalam mengkoordinasikan mata
3
dengan tangan dengan kegiatan menganyam dari kertas melalui Model
Pembelajaran Example Non Examples pada kelompok A TK Assalam
Martapura”.

B. Ruang Lingkup Penelitian


1. Penelitian dilakukan pada anak kelompok A TK Assalam Martapura
dengan dua siklus dan tiga kali pertemuan.
2. Aspek yang diamati adalah aspek pengembangan motorik halus dalam
capaian perkembangan mengkoordinasikan mata dengan tangan melalui
kegiatan menganyam dengan kertas.
3. Strategi yang digunakan adalah model Pembelajaran Example Non
Examples.

C. Rumusan Masalah dan Rencana Pemecahannya


1. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah penelitian kelas ini dirumuskan
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah aktivitas guru dalam menerapkan model Example Non
Examples dalam kegiatan menganyam dengan kertas pada anak
Kelompok A TK AssalamMartapura ?
b. Bagaimanakah aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran
pengembangan motorik halus dalam kegiatan menganyam dengan
kertas dengan model pembelajaran example non examples anak
Kelompok A TK AssalamMartapura ?
c. Apakah model pembelajaran Example Non examples dapat
mengembangkan motorik halus anak dalam pembelajaran pada materi
menganyam dengan kertas pada kelompok A TK Assalam Martapura?
2. Rencana Pemecahan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran motorik halus anak
kelompok A TK AssalamMartapura adalah anak belum mampu

4
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Rencana
pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan menggunakan model
pembelajaran example non examples. Menurut Buehl (Depdiknas, 2017:
219) menyatakan example non examples adalah taktik yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Selain itu melalui model ini
juga dapat memperluas pemahaman konsepnya secara lebih mendalam dan
lebih kompleks.
TABEL 1.1
Rancangan Tindakan Pemecahan Masalah
S P Tingkat Pencapaian Capaian Indikator
Perkembangan Perkembangan
S1 P1 Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan Menganyam
mata dan tangan mata dan tangan dengan kertas
untuk melakukan untuk melakukan dengan
gerakan yang rumit. gerakan yang rumit. anyaman
tunggal.
P2 Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan Menganyam
mata dan tangan mata dan tangan dengan kertas
untuk melakukan untuk melakukan dengan
gerakan yang rumit. gerakan yang rumit. anyaman
ganda.
S2 P1 Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan Menunjukkan
mata dan tangan mata dan tangan perbedaan
untuk melakukan untuk melakukan anyaman yang
gerakan yang rumit. gerakan yang rumit. satu dengan
yang lain.

Suprijono (2009: 125) menyebutkan langkah-langkah dalam model


pembelajaran examples non examples sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan dan menjelaskan gambar-gambar sesuai tujuan
pembelajaran.
5
b. Guru membagi kelompok terdiri 2-3 orang.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada anak didik
untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
d. Anak diajak berdiskusi tentang hasil analisa gambar.
e. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi.

D. Tujuan Penelitian
PenelitianTindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Aktivitas Guru dalam kegiatan pengembangan motorik halus pada capaian
perkembangan menganyam dengan kertas dengan model pembelajaran
example non examples pada anak kelompok A TK AssalamMartapura.
2. Aktivitas belajar Anak dalam kegiatan pengembangan kognitif pada
Capaian Perkembangan menganyam dengan kertas dengan model example
non examples pada anak kelompok A TK AssalamMartapura.
3. Perkembangan kognitif anak pada capaian perkembangan menganyam
dengan kertas melalui model example non examples anak kelompok A TK
Assalam Martapura.

E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang terhadap
pengembangan teori dan konsep belajar umumnya, serta teori dan konsep
belajar aspek motorik halus khususnya.
2. Praktis
a. Bagi Anak
- Dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus anak pada materi
menganyam dengan kertas lebih cepat dan menyenangkan.
- Menghindari kebosanan anak, karena mereka bertindak lebih aktif.

6
b. Bagi Peneliti
- Membantu peneliti menemukan model pembelajaran yang tepat
untuk pengembangan motorik halus anak.
- Meningkatkan kualitas peneliti sebagai tenaga guru profesional.
c. Bagi Orang Tua
- Dapat mengarahkan anak ke gaya hidup sehat karena aktivitas
fisik yang dilakukan.
- Dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
d. Bagi Sekolah
- Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam rangka
perbaikan pembelajaran.
- Meningkatkan kualitas sekolah.
- Sebagai bahan masukan dalam menentukan alternatif dan
kebijakan yang tepat untuk mendorong aktivitas belajar anak
guna meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Motorik
Elizabeth B Hurlock (2008: 159) menyatakan bahwa perkembangan
motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan
pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas
dibedakan menjadi gerak kasar dan halus.
Menurut Emdang Rini Sukamti (2020:15) bahwa perkembangan
motorik adalah sesuatu proses kemasakan atau gerak yang langsung
melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses pensyarafan yang menjadi
seseorang mampu menggerakkan dan proses persyarafan yang menjadikan
seseorang mampu menggerakan tubuhnya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir
sampai umur lima tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan
keterampilan motorik.
2. Menganyam dengan Kertas
Menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan
untuk menghasilkan aneka benda/barang pakai dan benda seni, yang
dilakukan dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan
bagian – bagian pita anyaman secara bergantian. Menganyam adalah
kegiatan menjalinkan pita atau iratan yang disusun menurut arah dan
motip tertentu. Menganyam diartikan juga suatu teknik menjalinkan lungsi
dengan pakan. Lungsi adalah pita / iratan anyaman yang letaknya tagak
lurus terhadap si penganyam.Pakan adalah pita / iratan yang di susupkan
pada lungsi dan arahnya berlawanan / melintang terhadap lungsi.
Menurut arah sumbu dan jumlah pita/iratan yang disusupkan dapat
dibedakan: anyaman dua sumbu, anyaman tiga sumbu dan anyaman empat
sumbu. Anyaman dua sumbu atau anyaman silang memiliki ciri yaitu
menampilkan jalinan pita/iratan yang saling tegak lurus atau miring.
Misalnya anyaman silang tunggal/enam warek dan anyaman silang
ganda/enam kepang.
3. Model Pembelajaran Example Non Examples
Model pembelajaran merupakan perangkat rencana atau pola yang
dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang
melaksanakn aktivitas-aktivitas pembelajaran. Guru juga mempunyai
otoritas dalam menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun
tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menemukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak (Sardiman, 2018:142-144).

B. Kerangka Berpikir
Model example non examples merupakan salah satu pendekatan group
investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi anak didik dan meningkatkan perolehan hasil
akademik. (Muslimin Ibrahim, 2018:3).Dengan adanya penerapan model
example non examples dan segala kelebihan yang ada di dalamnya, dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam mengkoordinasikan
mata dengan tangan melalui kegiatan menganyam dengan kertas dengan model
example non examples.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka hipotesis penelitian ini
yaitu : “jika digunakan aspek motorik halus anak mengkoordinasikan mata
dengan tangan melalui kegiatan menganyam dengan kertas menggunakan model
pembelajaran Example non Examples maka hasil pengembangan aspek motorik
halus anak meningkat atau berkembang pada kelompok A di TK Assalam
Martapura.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode tindakan kelas dalam bentuk
pembelajaran yang bersifat reflektif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
dan meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan melaksanakan tugas
dengan proses pengkajian berdaur, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi dan mengevaluasi, (4) refleksi hasil tindakan dari berbagai kegiatan
pembelajaran (Arikunto, 2018:16).
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar anak dapat
meningkat (Anurrahman, 2009:1.1).
Tindakan kelas ini secara garis besar dilakukan melalui tahapan-
tahapan dengan bagan sebagai berikut :
GAMBAR 3.1
Alur Siklus PTK (Arikunto,2018).

Perencanaan
Refleksi SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan

Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan

45
B. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelompok A TK
AssalamMartapura pada semester II tahun ajaran 2023/2024. Adapun jumlah
anak kelompok A berjumlah 15 anak terdiri dari laki-laki 7 anak dan
perempuan 8 anak. Peneliti melakukan PTK pada kelompok A adalah karena
bidang pengembangan aspek motorik halus dalam capaian perkembangan
menganyam dengan kertas masih rendah. Hal ini dikarenakan metode yang
digunakan guru kurang bervariasi sehingga anak kurang tertarik dalam
pembelajaran.

C. Faktor Yang Diteliti


Faktor – faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Faktor Guru
mengamati aktifitas guru dalam upaya mengembangkan kemampuan
motorik halus anak pada materi memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari dengan model pembelajaran example non
examples. Pada kelompok A TK AssalamMartapura yakni mengamati
pelaksanaan tahap-tahap kegiatan guru dalam proses pembelajaran
melalui model Examples Non Examples.
2. Faktor Anak Didik
Mengamati aktifitas anak mengikuti pembelajaran kemampuan
menganalisa gambar dalam pengembangan motorik halus pada materi
menganyam dengan kertas melalui model pembelajaran example non
examples pada hal keberanian maju kedepan, kerjasama dengan temannya,
dan ketepatan menganyam dengan kertas.
3. Faktor Hasil Pengembangan
Yang diamati yaitu hasil pengembangan yang dicapai anak dalam
pengembangan motorik halus pada materi menganyam dengan kertas
melalui model example non examples. TK AssalamMartapura.
E. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Hasil observasi kegiatan guru di kelas.
b. Hasil observasi aktivitas anak
c. Hasil belajar
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak dan guru Kelompok A
TK AssalamMartapura.

F. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi,
dokumentasi anak. Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati
aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran serta untuk mengamati
kemampuan anak. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
kegiatan pembelajaran melalui foto.

G. Analisis Data
a. Aktivitas guru
Untuk data tentang aktifitas guru dalam pengolahan pembelajaran di
interprestasikan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Guru
Kriteria Penilaian Skor
Sangat Baik 81-100
Baik 61-80
Cukup Baik 41-60
Kurang Baik ≤ 40
b. Aktivitas anak
Aktivitas anak telah berhasil 80% dengan kategori sangat aktif
melaksanakan aspek keberanian, keketepatan, dan mengklasifikasikan
jenis anyaman melalui model Examples Non Examples.
Jumla h skor perole h an
P= ×100 %
Skor maksimal
Sedangkan kriteria aktivitas anak dapat dikelompokkan menjadi
empat yaitu:
Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Anak
Kriteria Persentase
Sangat Aktif 82-100 %
Aktif 63-81 %
Cukup aktif 44-62 %
Kurang aktif 25-43 %
c. Hasil pengembangan
1. Individu
Anak telah berhasil berkembang sesuai harapan dengan mendapat
≥ 3 bintang (***).
Jumlah bintang yang didapat
Rumus N = x 100 %
Jumla h aspek yang diamati
Tabel 3.4 Kriteria Hasil Pengembangan Anak
No Keterangan Lambang
1 Belum Berkembang (BB)
2 Mulai Berkembang (MB)
3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
4 Berkembang Sangat Baik (BSB)
2. Klasikal
Adapun analisis secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah anak yang berkualifikasi BSH dan BSB
Ketuntasan Klasikal= x 100 %
Jumla h seluru h anak
Apabila mencapai 80 % berarti guru berhasil, dan apabila
kurang dari 80 % maka guru belum berhasil.

H. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Aktivitas guru
Jika mencapai keterlaksanaan pada proses pembelajaran melalui
model Examples Non Examples mencapai skor minimal 13-18 dengan
katagori baik.
2. Aktivitas anak
Jika kelas tersebut telah berhasil mencapai persentase 80 % kategori
sangat aktif melaksanakan aspek ketelitian, ketepatan, dan keberanian
dalam mengklasifikasikan jenis anyaman melalui model Examples Non
Examples.
3. Hasil Pengembangan Anak
Tindakan perbaikan dinyatakan berhasil apabila anak
mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama, hal ini
ditunjukkan dengan indikator sekurang-kurangnya mencapai persentase
80 % anak telah mencapai bintang *** (anak yang berkembang sesuai
harapan) atau bintang **** (anak yang berkembang sangat baik)
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2009).Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Aisyah. (2018). Motorik halus. blogspot.com/ 2008/11/ melatih motorik halus.

Endang Rini Sukanti. (2017). Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK


UNY.

Elizabeth B. Hurlock. (2008). Perkembangan Anak (Jilid 1 Edisi keenam). Jakarta


: Erlangga.

Poerwanti, Endang & Widodo Nur. (2015). Perkembangan Peserta Didik.


Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada

Suyatno.(2009).Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabaya.Buana Pustaka

Anda mungkin juga menyukai