PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
Rusmaidah
NIM. 2186233210036
4
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Rencana
pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan menggunakan model
pembelajaran example non examples. Menurut Buehl (Depdiknas, 2017:
219) menyatakan example non examples adalah taktik yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Selain itu melalui model ini
juga dapat memperluas pemahaman konsepnya secara lebih mendalam dan
lebih kompleks.
TABEL 1.1
Rancangan Tindakan Pemecahan Masalah
S P Tingkat Pencapaian Capaian Indikator
Perkembangan Perkembangan
S1 P1 Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan Menganyam
mata dan tangan mata dan tangan dengan kertas
untuk melakukan untuk melakukan dengan
gerakan yang rumit. gerakan yang rumit. anyaman
tunggal.
P2 Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan Menganyam
mata dan tangan mata dan tangan dengan kertas
untuk melakukan untuk melakukan dengan
gerakan yang rumit. gerakan yang rumit. anyaman
ganda.
S2 P1 Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan Menunjukkan
mata dan tangan mata dan tangan perbedaan
untuk melakukan untuk melakukan anyaman yang
gerakan yang rumit. gerakan yang rumit. satu dengan
yang lain.
D. Tujuan Penelitian
PenelitianTindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Aktivitas Guru dalam kegiatan pengembangan motorik halus pada capaian
perkembangan menganyam dengan kertas dengan model pembelajaran
example non examples pada anak kelompok A TK AssalamMartapura.
2. Aktivitas belajar Anak dalam kegiatan pengembangan kognitif pada
Capaian Perkembangan menganyam dengan kertas dengan model example
non examples pada anak kelompok A TK AssalamMartapura.
3. Perkembangan kognitif anak pada capaian perkembangan menganyam
dengan kertas melalui model example non examples anak kelompok A TK
Assalam Martapura.
E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang terhadap
pengembangan teori dan konsep belajar umumnya, serta teori dan konsep
belajar aspek motorik halus khususnya.
2. Praktis
a. Bagi Anak
- Dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus anak pada materi
menganyam dengan kertas lebih cepat dan menyenangkan.
- Menghindari kebosanan anak, karena mereka bertindak lebih aktif.
6
b. Bagi Peneliti
- Membantu peneliti menemukan model pembelajaran yang tepat
untuk pengembangan motorik halus anak.
- Meningkatkan kualitas peneliti sebagai tenaga guru profesional.
c. Bagi Orang Tua
- Dapat mengarahkan anak ke gaya hidup sehat karena aktivitas
fisik yang dilakukan.
- Dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
d. Bagi Sekolah
- Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam rangka
perbaikan pembelajaran.
- Meningkatkan kualitas sekolah.
- Sebagai bahan masukan dalam menentukan alternatif dan
kebijakan yang tepat untuk mendorong aktivitas belajar anak
guna meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Motorik
Elizabeth B Hurlock (2008: 159) menyatakan bahwa perkembangan
motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan
pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas
dibedakan menjadi gerak kasar dan halus.
Menurut Emdang Rini Sukamti (2020:15) bahwa perkembangan
motorik adalah sesuatu proses kemasakan atau gerak yang langsung
melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses pensyarafan yang menjadi
seseorang mampu menggerakkan dan proses persyarafan yang menjadikan
seseorang mampu menggerakan tubuhnya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir
sampai umur lima tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan
keterampilan motorik.
2. Menganyam dengan Kertas
Menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan
untuk menghasilkan aneka benda/barang pakai dan benda seni, yang
dilakukan dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan
bagian – bagian pita anyaman secara bergantian. Menganyam adalah
kegiatan menjalinkan pita atau iratan yang disusun menurut arah dan
motip tertentu. Menganyam diartikan juga suatu teknik menjalinkan lungsi
dengan pakan. Lungsi adalah pita / iratan anyaman yang letaknya tagak
lurus terhadap si penganyam.Pakan adalah pita / iratan yang di susupkan
pada lungsi dan arahnya berlawanan / melintang terhadap lungsi.
Menurut arah sumbu dan jumlah pita/iratan yang disusupkan dapat
dibedakan: anyaman dua sumbu, anyaman tiga sumbu dan anyaman empat
sumbu. Anyaman dua sumbu atau anyaman silang memiliki ciri yaitu
menampilkan jalinan pita/iratan yang saling tegak lurus atau miring.
Misalnya anyaman silang tunggal/enam warek dan anyaman silang
ganda/enam kepang.
3. Model Pembelajaran Example Non Examples
Model pembelajaran merupakan perangkat rencana atau pola yang
dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang
melaksanakn aktivitas-aktivitas pembelajaran. Guru juga mempunyai
otoritas dalam menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun
tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menemukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak (Sardiman, 2018:142-144).
B. Kerangka Berpikir
Model example non examples merupakan salah satu pendekatan group
investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi anak didik dan meningkatkan perolehan hasil
akademik. (Muslimin Ibrahim, 2018:3).Dengan adanya penerapan model
example non examples dan segala kelebihan yang ada di dalamnya, dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam mengkoordinasikan
mata dengan tangan melalui kegiatan menganyam dengan kertas dengan model
example non examples.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka hipotesis penelitian ini
yaitu : “jika digunakan aspek motorik halus anak mengkoordinasikan mata
dengan tangan melalui kegiatan menganyam dengan kertas menggunakan model
pembelajaran Example non Examples maka hasil pengembangan aspek motorik
halus anak meningkat atau berkembang pada kelompok A di TK Assalam
Martapura.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
45
B. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelompok A TK
AssalamMartapura pada semester II tahun ajaran 2023/2024. Adapun jumlah
anak kelompok A berjumlah 15 anak terdiri dari laki-laki 7 anak dan
perempuan 8 anak. Peneliti melakukan PTK pada kelompok A adalah karena
bidang pengembangan aspek motorik halus dalam capaian perkembangan
menganyam dengan kertas masih rendah. Hal ini dikarenakan metode yang
digunakan guru kurang bervariasi sehingga anak kurang tertarik dalam
pembelajaran.
G. Analisis Data
a. Aktivitas guru
Untuk data tentang aktifitas guru dalam pengolahan pembelajaran di
interprestasikan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Guru
Kriteria Penilaian Skor
Sangat Baik 81-100
Baik 61-80
Cukup Baik 41-60
Kurang Baik ≤ 40
b. Aktivitas anak
Aktivitas anak telah berhasil 80% dengan kategori sangat aktif
melaksanakan aspek keberanian, keketepatan, dan mengklasifikasikan
jenis anyaman melalui model Examples Non Examples.
Jumla h skor perole h an
P= ×100 %
Skor maksimal
Sedangkan kriteria aktivitas anak dapat dikelompokkan menjadi
empat yaitu:
Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Anak
Kriteria Persentase
Sangat Aktif 82-100 %
Aktif 63-81 %
Cukup aktif 44-62 %
Kurang aktif 25-43 %
c. Hasil pengembangan
1. Individu
Anak telah berhasil berkembang sesuai harapan dengan mendapat
≥ 3 bintang (***).
Jumlah bintang yang didapat
Rumus N = x 100 %
Jumla h aspek yang diamati
Tabel 3.4 Kriteria Hasil Pengembangan Anak
No Keterangan Lambang
1 Belum Berkembang (BB)
2 Mulai Berkembang (MB)
3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
4 Berkembang Sangat Baik (BSB)
2. Klasikal
Adapun analisis secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah anak yang berkualifikasi BSH dan BSB
Ketuntasan Klasikal= x 100 %
Jumla h seluru h anak
Apabila mencapai 80 % berarti guru berhasil, dan apabila
kurang dari 80 % maka guru belum berhasil.
H. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Aktivitas guru
Jika mencapai keterlaksanaan pada proses pembelajaran melalui
model Examples Non Examples mencapai skor minimal 13-18 dengan
katagori baik.
2. Aktivitas anak
Jika kelas tersebut telah berhasil mencapai persentase 80 % kategori
sangat aktif melaksanakan aspek ketelitian, ketepatan, dan keberanian
dalam mengklasifikasikan jenis anyaman melalui model Examples Non
Examples.
3. Hasil Pengembangan Anak
Tindakan perbaikan dinyatakan berhasil apabila anak
mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama, hal ini
ditunjukkan dengan indikator sekurang-kurangnya mencapai persentase
80 % anak telah mencapai bintang *** (anak yang berkembang sesuai
harapan) atau bintang **** (anak yang berkembang sangat baik)
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada