Anda di halaman 1dari 13

LESI FURKASI : KLASIFIKASI DAN PENATALAKSANAANYA

LITERATURE REVIEW

Pitu Wulandari
Departemen Periodonsia, Univeristas Sumatera Utara
Korespondensi: puput_seven@yahoo.co.id

Abstrak
Pendahuluan: Daerah furkasi merupakan morfologi anatomi kompleks yang
sulit atau tidak mungkin dibersihkan secara rutin sehingga kontrol plak yang
baik terkadang tidak dapat menjamin daerah tersebut bebas dari plak. Plak
bakteri penyebab penyakit periodontal merupakan etiologi utama dari
kerusakan/lesi furkasi. Tujuan: Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui klasifikasi dan penatalaksanaanya yang tepat dari lesi furkasi.
Tinjauan Pustaka: Lesi furkasi merupakan salah satu tanda klinis yang dapat
membantu penegakkan diagnosis terhadap keparahan penyakit periodontal
sekaligus mengetahui prognosis pada gigi tersebut. Lesi furkasi pada gigi
berakar banyak juga dapat menambah kompleksitas diagnosis dan perawatan
kondisi periodontal pasien. Penatalaksanaan lesi furkasi bertujuan untuk
mencegah kehilangan perlekatan dan destruksi periodontal lebih lanjut serta
memudahkan di dalam perawatan oral higiene. Berbagai penatalaksanaan
yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan pada daerah furkasi antara lain
skeling dan root planing, odontoplasti, osteoplasti, reseksi akar, preparasi
terowongan (tunnel preparation), dan perawatan cangkok tulang.
Kesimpulan: derajat lesi furkasi, tipe anatomi gigi, dan kemampuan dari klinisi
merupakan kunci keberhasilan di dalam penatalaksanaan lesi furkasi.
Kata kunci: Lesi furkasi, periodontal, klasifikasi, penatalaksanaan

Diterima tanggal 1 Juli 2014


Artikel ini dipublikasi pada buku prosiding dan dipresentasikan pada sesi
poster NaSSIP3 yang diadakan oleh IPERI

PENDAHULUAN furkasi membuat daerah tersebut

Lesi furkasi merupakan menjadi sulit atau tidak mungkin

salah satu masalah periodontal untuk dibersihkan secara rutin

yang sulit dan kompleks untuk dengan menggunakan

dirawat, hal ini terjadi karena instrumentasi periodontal.2 Lesi

bentuk anatomi dan morfologi dari furkasi juga menjadi tantangan

daerah furkasi tersebut.1 Bentuk yang besar di dalam perawatan

anatomi dan morfologi daerah periodontal. Perawatan rutin yang

1
dilakukan di rumah tidak dapat Kombinasi masalah periodontal-
menjamin daerah furkasi tersebut endodontik jauh lebih sering pada
bebas dari plak. Kurangnya gigi posterior terutama di gigi molar
keberhasilan di dalam perawatan dibandingkan pada gigi anterior,
lesi furkasi disebabkan karena karena lebih banyak kanal
sulitnya menyingkirkan plak aksesoris dan furkasi berada pada
subgingiva dan kalkulus di daerah gigi molar. Vertucci cit
interadikular yang berada di antara Chandrasekar K menyatakan
ruangan furkasi.2, 3 bahwa 46% dari gigi molar pertama
Penyakit kelainan pulpa dan mandibular memiliki kanal
periodontal bertanggung jawab aksesoris pada daerah furkasi.
terhadap lebih dari 50% kematian Prevalensi dan keparahan
gigi. Pengaruh penyakit periodontal keterlibatan furkasi akan meningkat
pada pulpa pertama kali dijelaskan sejalan dengan bertambahnya usia.
oleh Turner & Drew pada tahun Semua faktor-faktor tersebut dapat
1919. Hubungan antara periodontal dipertimbangkan dalam
dan penyakit pulpa pertama kali menetapkan diagnosis, rencana
dijelaskan oleh Simring dan perawatan dan perawatan pada lesi
Goldberg pada tahun 1964. Sejak furkasi. 3,4
saat itu istilah ' lesi endo-perio ' Faktor etiologi utama yang
telah digunakan untuk menyebabkan lesi furkasi adalah
menggambarkan lesi akibat plak bakteri dan mediator-mediator
inflamasi yang terjadi dalam inflamasi yang terlibat di dalam
berbagai derajat baik pada penyakit periodontal. Meluasnya
periodonsium maupun jaringan kehilangan perlekatan berkaitan
pulpa. Jalur utama hubungan dengan faktor anatomi lokal (seperti
perluasan penyakit dari poket panjang akar gigi, morfologi akar
periodontal ke pulpa adalah melalui dan lain sebagainya) serta faktor-
tubulus dentin, kanal lateral dan faktor anomali lokal (contoh
foramen apikal.4 proyeksi enamel servikal). Faktor-
Gigi dengan pulpa nekrosis faktor lokal tersebut dapat
dapat menjadi faktor risiko dalam mempengaruhi deposisi plak dan
inisiasi penyakit periodontal. prosedur oral higiene sehingga hal
2
ini dapat menyebabkan terjadinya sulit dilakukan. Beberapa teknik
periodontitis lebih lanjut dan perawatan lesi furkasi terdiri dari
kehilangan perlekatan. 3 furcation plasty, teknik tunnel,
Kehilangan perlekatan yang reseksi akar, hemiseksi dan
progresif akibat penyakit regenerasi jaringan serta ekstraksi
periodontal inflamatori dapat gigi. 5,6
meluas pada satu atau lebih daerah Sulitnya mengidentifikasi
furkasi dengan derajat yang lokasi dan perluasan lesi furkasi
bervariasi dan menyebabkan dan banyaknya tantangan di dalam
kehilangan tulang yang ireversibel melakukan perawatan lesi furkasi
pada daerah interadikular. Pada membuat penulis tertarik untuk
kebanyakan pasien, respon plak membahas mengenai klasifikasi
bakteri tanpa terapi menyebabkan dan perawatan yang tepat dari lesi
kehilangan perlekatan progresif. furkasi.
Walaupun tingkat respon dari
individu ke individu bervariasi tetapi TINJAUAN PUSTAKA
faktor anatomis lokal yang Defenisi
mempengaruhi deposisi plak dapat Furkasi merupakan daerah
berpengaruh terhadap dampak yang terletak diantara dua akar
signifikan pada perkembangan sehingga furkasi hanya dimiliki oleh
kehilangan perlekatan.5 gigi berakar ganda.1 Progresifitas
Perawatan lesi furkasi penyakit periodontal menyebabkan
merupakan salah satu perawatan terjadinya kehilangan perlekatan
yang menjadi tantangan di dalam pada gigi yang berakar ganda yaitu
perawatan periodontal saat ini. melibatkan daerah bifurkasi
Rencana perawatan lesi furkasi ataupun trifurkasinya.3
ditentukan berdasarkan klasifikasi Cacat tulang yang terjadi
dan prognosisnya. Hal ini akibat resorpsi patologis dari tulang
disebabkan karena perawatan di daerah bifurkasi dan trifurkasi
dilakukan berdasarkan dapat terjadi diantara akar gigi yang
klasifikasinya. Stabilitas akar gigi, memiliki lesi furkasi. Daerah
kondisi dan bentuk anatomi furkasi anatomi yang kompleks membuat
membuat perawatan lesi furkasi daerah tersebut sulit untuk
3
dibersihkan secara rutin dengan ada tidaknya lesi furkasi dan
menggunakan instrumen keparahan defek furkasi. 5
periodontal. Daerah ini tidak dapat Penentuan klasifikasi lesi
bebas dari plak hanya dengan furkasi dapat dilakukan secara
perawatan kontrol plak sehari-hari klinis dengan bantuan prob.
di rumah. Daerah furkasi ini dikenal Probing dibutuhkan dalam
sebagai lesi furkasi yang terdapat menentukan perluasan keterlibatan
pada gigi berakar ganda. Kondisi furkasi, posisi perlekatan relatif
lesi furkasi ini sering menimbulkan sampai daerah furkasi dan
kehilangan gigi. Frekuensi lesi perluasan serta gambaran dari lesi
furkasi meningkat sejalan dengan furkasi Naber’s. Prob furkasi
usia. Lesi furkasi sering terlihat melengkung dengan ujung yang
pada gigi molar satu dan juga pada tumpul sehingga memudahkan
gigi premolar maksila. 1 akses ke daerah furkasi.3

Klasifikasi Lesi Furkasi


Cara Penentuan Diagnosis
Klasifikasi lesi furkasi dibagi
Posisi dan morfologi daerah
berdasarkan bentuk kerusakan
furkasi mempersulit kemampuan
jaringan periodontal pada daerah
klinisi untuk mengidentifikasi lokasi
interadikular (antara akar).1 Indeks
dan perluasan lesi furkasi.
pada klasifikasi lesi furkasi didasari
Gambaran radiografi dapat menilai
pada pengukuran horizontal
morfologi akar dan posisi
terhadap kehilangan perlekatan di
apikokoronal furkasi tetapi tidak
daerah furkasi, dengan kombinasi
dapat menentukan kehilangan
pengukuran horizontal dan vertikal
perlekatan pada furkasi. Namun,
atau kombinasi gambaran lokal dari
gambaran radiografi dua dimensi
bentuk tulang. Perluasan dan
memberikan informasi yang tidak
gambaran lesi furkasi merupakan
lengkap terutama pada maksila. Hal
faktor-faktor yang dibutuhkan di
ini menunjukkan radiografi saja
dalam diagnosis dan rencana
tidak dapat mendeteksi lesi furkasi
perawatan.3.
dengan akurat. Oleh karena itu
Menurut Glickman
probing pada daerah furkasi
(klasifikasi horizontal), klasifikasi
dibutuhkan untuk mengkonfirmasi
4
lesi furkasi dibagi menjadi 4 Hamp (1975) membagi
tingkat/derajat berdasarkan derajat klasifikasi lesi furkasi atas 3 yaitu
perlekatan jaringan pendukungnya (1) Derajat I: Kehilangan jaringan
yaitu :5,7 (1) Derajat I: Merupakan periodontal horizontal tidak melebihi
lesi furkasi tahap awal. Jenis 1/3 lebar gigi (< 3 mm). (2) Derajat
poketnya adalah poket supraboni. II: Kehilangan jaringan periodontal
Kehilangan tulang tahap awal horizontal melebihi 1/3 lebar gigi (≥
terjadi dengan semakin 3 mm). (3) Derajat III: Kerusakan
meningkatnya kedalaman poket jaringan periodontal secara
namun perubahan secara radiografi horizontal pada daerah furkasi.5
biasanya tidak ditemukan. (2)
Derajat II: Lesi furkasi cul-de-sac
dengan komponen horizontal yang
nyata. Lesi ini mempengaruhi satu
atau lebih daerah furkasi pada gigi
yang sama Radiografi dapat atau
tidak dapat menggambarkan
keterlibatan furkasi. (3) Derajat III:
Tulang tidak melekat pada daerah
furkasi. Furkasi derajat III
menunjukkan tampilan kerusakan
yaitu daerah radiolusen pada sela
gigi. (4) Derajat IV: Furkasi derajat
Gambar 1. A sampai C: (A) probe
IV melibatkan kerusakan tulang
furkasi pada kedalaman 3 (B) probe
pada daerah interdental dan furkasi lebih dari 3 mm tetapi tidak
jaringan lunak yang telah tembus dan (C) probe furkasi
tembus pada dua permukaan fasial
mengalami resesi sampai ke apikal,
dan lingual.5
dengan demikian daerah furkasi
akan tersingkap dan terlihat secara
Menurut Tarnow dan
klinis. Tulang interdental hancur
Fletcher (1984), klasifikasi lesi
dan jaringan lunak menyusut ke
furkasi dibagi berdasarkan
apikal sehingga pembukaan furkasi
komponen vertikal yaitu tergantung
dapat dilihat secara klinis.
5
pada jarak dari dasar kerusakan ke vertikal 1/3 bagian akar. (2)
atap furkasi sehingga klasifikasi lesi Subkelompok B: kerusakan tulang
furkasi dibagi menjadi : (1) Derajat vertikal 2/3 akar (3) Subkelompok
A yaitu destruksi vertikal tulang 1/3 C: kerusakan tulang besar dari 2/3
tinggi interadikular (1-3 mm) (2) akar. 5

Derajat B yaitu destruksi vertikal Menurut Easley dan


tulang 2/3 tinggi interadikular (4-6 Drennan, lesi furkasi dibagi atas 3
mm) (3) Derajat C yaitu destruksi klas yaitu (1) Klas I: keterlibatan
vertikal melewati 1/3 apikal (7 mm awal di mana bagian koronal
atau lebih). 5 sampai furkasi rusak tetapi tidak
ada komponen horizontal yang
Klasifikasi lesi furkasi
terlibat. Pada sistem klasifikasi ini,
menurut Lindhe (klasifikasi
furkasi klas II dan III dibagi menjadi
horizontal) dibagi menjadi (1)
dua subtipe 1 dan 2 berdasarkan
Derajat I : kehilangan tulang
dasar konfigurasi tulang alveolar
interradikular kurang atau sama
pada furkasi. Resorpsi horizontal
dengan 1/3. (2) Derajat II :
sampai ke daerah furkasi adalah
kehilangan tulang interradikular
subtipe 1 dan subtipe 2
besar dari 1/3 tapi belum through
menunjukkan adanya kerusakan
and through.sedangkan (3) Derajat
komponen vertikal yang signifikan.
III : kehilangan tulang interradikular
(2) Klas II: tipe 1. Kehilangan
through and through. 7
perlekatan horizontal dari furkasi
Goldmen dan Cohen (1968)
yang nyata tetapi pola kehilangan
membagi klasifikasi lesi furkasi
tulang biasanya horizontal. Tidak
menjadi 3 yaitu (1) Derajat I
terdapat kehilangan tulang bukal
merupakan lesi awal. (2) Derajat II
atau lingual. Tipe 2. terdapat
merupakan lesi cul-de-sac dan (3)
kehilangan tulang bukal atau lingual
Derajat III merupakan lesi “through
dan kehilangan perlekatan
and though”. 5
komponen vertikal yang nyata. (3)
Berdasarkan komponen
Klas III: Kehilangan perlekatan
vertikal, Eskow dan Kapin membagi
pada furkasi tahap lanjut. Seperti
keterlibatan furkasi menjadi : (1)
pada defek furkasi Klas II, pola
Subkelompok A: kerusakan tulang
kehilangan perlekatan dapat
6
horizontal tipe 1 atau komponen Faktor etiologi utama dari
vertikal tipe 2 pada kedalaman lesi furkasi adalah plak bakteri. Plak
yang bervariasi.5 bakteri adalah mikroorganisme
yang berkoloni dan ditemukan pada
bagian permukaan luar dari gigi dan
menutupi gigi. Plak bakteri secara
umum berada rongga mulut host
dan plak tersebut mendapat nutrisi
dari host. Keberadaan bakteri
endogen menyebabkan
pembentukan asam dalam jumlah
yang sedikit dan meningkatkan
jumlah mikroorganisme eksogen.1
Faktor etiologi pendorong
yang berperan pada terjadinya lesi
furkasi adalah cervical enamel
Gambar 2: A sampai D: Klasifikasi projections (CEPs) yaitu proyeksi
defek Easley dan Drennan:
enamel servikal pada permukaan
(A) tidak ada keterlibatan furkasi, (B)
keterlibatan awal, Klas I (C) klas II tipe akar daerah furkasi, trauma oklusi
1 dan 2, (D) klas III tipe 1 dan 2.5 juga dapat bertindak sebagai
kofaktor predisposisi terjadinya lesi

Etiologi Lesi Furkasi furkasi yang cepat namun hal ini


Tidak ada perbedaan etiologi masih menjadi kontroversi.
dan patologi dasar antara Persentase yang tinggi pada gigi
keterlibatan furkasi dan poket molar dengan pembukaan kanal
periodontal. Namun, gambaran aksesori pada furkasi
anatomis dan morfologis furkasi menyebabkan penyakit pulpa dapat
dan hubungannya dengan struktur menjadi kofaktor awal pada
yang berdekatan memberikan perkembangan keterlibatan furkasi.
masalah spesifik di dalam Kofaktor predisposisi iatrogenik
perawatan gigi yang terlibat. 5 seperti pin, perforasi endodontik
dan tambalan overhanging dapat
memicu pembentukan lesi furkasi
7
oleh terapis. Restorasi overhanging Berbagai Faktor Anatomi yang
menjadi tempat akumulasi plak Mempengaruhi Perawatan Lesi
bakteri sehingga menyebabkan Furkasi
inflamasi periodontal dan Pemeriksaan klinis pasien
kehilangan perlekatan. Jika fraktur oleh klinisi tidak hanya
akar melibatkan trunk molar dan mengidentifikasi lesi furkasi yang
meluas ke furkasi, hal ini dapat terjadi namun juga harus
menyebabkan pembentukan lesi memperhatikan faktor-faktor
furkasi yang cepat. Prognosis untuk anatomi lokal yang dapat
keadaan ini jelek dan biasanya mempengaruhi prognosis dan
menyebabkan kehilangan gigi. 5 keberhasilan perawatan. 3
Faktor-faktor lokal termasuk
Prognosis faktor anatomi gigi yang dapat
mempengaruhi rencana perawatan
Prognosis terhadap gigi yang
adalah: (1) Panjang badan akar
terlibat lesi furkasi dilihat dengan
gigi (Root Trunk Length). Panjang
memeriksa kondisi jaringan
root trunk adalah faktor utama yang
pendukungnya. Stabilitas
mempengaruhi perkembangan
periodontal dapat dievaluasi
keterlibatan furkasi dan
sebagai lanjutan dari level
perawatannya. Jika root trunk
perlekatan klinis dan pengukuran
pendek, maka kehilangan
tulang secara radiografi. Prognosis
perlekatan kecil sebelum furkasi
merupakan bagian yang
terlibat dan jika root trunk panjang,
mempengaruhi rencana perawatan.
maka furkasi akan meluas tetapi
Berbagai faktor berperan dalam hal
instrumentasi menjadi sulit. Root
ini seperti kebiasaan merokok dan
trunk yang pendek memfasilitasi
penyakit diabetes merupakan faktor
prosedur bedah dan lebih mudah
lokal yang dapat mempengaruhi
untuk mempertahankan perawatan
lesi furkasi demikian juga dengan
dibanding root trunk yang panjang.
bentuk servikal enamel yang
3,5 (2) Panjang akar. Panjang akar
protrusi. 1
secara langsung berkaitan dengan
jumlah perlekatan jaringan yang
mendukung gigi. Gigi dengan akar
8
gigi yang panjang atau pendek lainnya yaitu diagnosis awal,
memiliki kehilangan jaringan rencana perawatan, oral higiene
pendukung bersamaan dengan pasien yang baik, teknik perawatan
keterlibatan furkasi. 3 (3) Bentuk dan rencana pemeliharaan
akar. Bentuk akar gigi molar dapat periodontal yang baik. Berdasarkan
menyatu, menyatu parsial, tertutup keparahan lesi furkasi
pada aproksimal atau menyatu. sebagaimana posisi gigi pada
Lekukan dan alur meningkatkan maksila atau mandibula, maka
perforasi akar selama endodontik berbagai metode perawatan dapat
dan fraktur akar vertikal. Konkavitas dilakukan. 5
dijumpai pada akar mesiobukal
Lesi furkasi tahap awal
molar satu maksila dan kedua akar
(derajat I) dapat dirawat dengan
molar satu mandibula. (4) Dimensi
perawatan periodontal konservatif.
interadikular. Zona interadikular
Hal ini disebabkan karena poketnya
yang sempit, menyulitkan prosedur
adalah poket supraboni. Tindakan
bedah dimana akar yang terpisah
skeling, root planing merupakan
secara luas memiliki pilihan
tindakan yang efektif dalam
perawatan dan hemiseksi yang
menjaga oral higiene. (Carranza)
lebih mudah.5 (5) Anatomi Furkasi.
Berbagai tepi restorasi yang
Anatomi furkasi sifatnya sangat
overhanging, groove fasial atau
kompleks. Adanya ridges bifurkasi,
CEPs seharusnya dapat
konkaviti pada puncak akar dan
disingkirkan dengan tindakan
aksesori kanal merupakan
odontoplasti, rekonturing atau
komplikasi tidak hanya dalam
penempatan kembali. Teknik
melakukan tindakan skeling, root
furcationplasty juga dapat dilakukan
planing dan terapi bedah namun
pada lesi furkasi derajat I dan II
juga dalam melakukan perawatan
tahap awal. Hamp, Nyman dan
periodontal sehari-hari.3
Lindhe (1975) menggambarkan
furcationplasty dilakukan dengan
Perawatan Lesi Furkasi
flep mukoperiosteal untuk
Kunci kesuksesan
memperoleh akses ke daerah
perawatan lesi furkasi sama
furkasi dengan kombinasi skeling
dengan masalah periodontal
9
dan penyerutan akar, osteoplasty sintetis atau organik dan
dan odontoplasty untuk penggunaan bone graft dapat
menghilangkan iritan lokal dan digunakan untuk perawatan lesi
untuk membuka furkasi agar tahap ini. 5

memudahkan pasien untuk


Pada lesi furkasi derajat III
membersihkan daerah tersebut.5
dan IV, perawatan non bedah
Lesi furkasi derajat II: Jika biasanya merupakan perawatan
keterlibatan furkasi horizontal yang tidak efektif karena
(derajat II) maka perawatannya kemampuan instrumen dalam
menjadi semakin kompleks. mencapai akses tersebut sangat
Keterlibatan horizontal yang lemah.3 Prosedur tunneling adalah
dangkal tanpa kehilangan tulang proses penghilangan tulang dari
vertikal biasanya memberikan furkasi untuk menghasilkan
respon yang baik jika dilakukan pembukaan tunnel furkasi. Tujuan
bedah flep yang dikombinasi teknik ini adalah untuk membuat
dengan tindakan odontoplasti dan daerah furkasi memiliki akses yang
osteoplasti. Kedalaman furkasi mudah melalui home care oleh
tingkat II memberikan respon pasien.5 Reseksi akar sering
terhadap prosedur flep dengan menjadi pilihan perawatan untuk
odontoplasti dan osteoplasti. Hal ini lesi furkasi derajat II dan III ketika
dapat menurunkan daerah furkasi regenerasi tidak terprediksi. Akar
dan berkaitan dengan kontur dengan kehilangan tulang yang
gingiva dalam memudahkan besar harus dipertimbangkan untuk
penyingkiran plak.3 Jika akses amputasi. Hemiseksi juga dilakukan
subgingiva tidak mungkin diperoleh pada perawatan lesi furkasi derajat
untuk daerah furkasi dengan lesi III. Hemiseksi merupakan prosedur
yang dalam, open flep debridement pemotongan dua akar gigi menjadi
atau flep modifikasi Widman dapat dua bagian. Proses ini disebut juga
dilakukan untuk menghilangkan dengan bikuspidisasi.5
plak dan kalkulus. Regenerasi
Ekstraksi gigi (pada lesi
jaringan terarah dengan
furkasi derajat III dan IV)
menggunakan membrane barrier
merupakan perawatan yang tepat
10
pada beberapa pasien. Hal ini pada palatum sebanyak 97%
merupakan tindakan yang benar (divergen rerata 22º). Sedangkan
pada individu yang tidak dapat pada gigi molar satu mandibula,
melakukan kontrol plak adekuat, konkavitas daerah furkasi
yang memiliki level karies yang ditemukan pada 100% akar mesial
tinggi, tidak konsisten dalam dan 99% akar distal dan konkavitas
menjalankan program perawatan yang paling dalam ditemukan pada
gigi atau adanya masalah sosial akar mesial (konkavitas rerata 0,7
ekonomi yang memberikan mm) dibandingkan akar distal
masalah yang lebih kompleks dan (konkavitas rerata 0,5 mm).5
menghalangi keberhasilan Lesi furkasi sering terjadi
perawatan yang akan dilakukan.3 pada molar pertama maksila dan
mandibula dan hal ini berkaitan
DISKUSI
dengan usia pasien dan lamanya
Istilah lesi furkasi secara
gigi tersebut terpapar dengan plak.
umum merupakan kondisi dimana
Ketika daerah furkasi dapat terlihat,
bifurkasi dan trifurkasi dari gigi
maka risiko kehilangan gigi tersebut
berakar ganda yang terlibat
semakin besar. Molar pertama
penyakit.8 Bower RC cit Bathla S
maksila merupakan gigi yang lebih
melalui penelitiannya terhadap 114
sering terkena dibandingkan
gigi molar satu maksila dan 103
dengan molar pertama mandibula.
mandibula yang dipotong secara
Gigi dengan lesi furkasi seringkali
transversal pada level 2 mm dari
menimbulkan masalah yang buruk
apikal ke bagian akar yang paling
sehingga membutuhkan
apikal menunjukkan bahwa pada
penanganan yang tepat melalui
gigi molar satu maksila ditemukan
penentuan diagnosis, rencana
daerah furkasi akar konkaf pada
perawatan dan prognosis yang
akar mesiobukal sebanyak 94%,
baik. 9
akar distobukal 31% dan akar
palatal 17%. Konkavitas yang Perawatan lesi furkasi
paling dalam pada akar mesiobukal bertujuan untuk memudahkan
(konkavitas rerata 0,3 mm) dan perawatan oral hygiene, mencegah
daerah furkasi akar bukal divergen kehilangan perlekatan lebih lanjut

11
dan menghilangkan lesi furkasi diperlukannya perawatan
sebagai masalah periodonsium.3 endodontik pada gigi tersebut, tidak
diperlukan juga perawatan crown,
Perawatan lesi furkasi
merupakan prosedur bedah dengan
berbeda dari satu derajat dengan
intervensi minimal, mengurangi b
derajat lainnya. Perawatan ini dapat
dan waktu perawatan.10
menjadi masalah klinis yang unik.
Alasan kegagalan perawatan Kinaia et al cit Ertugrul
daerah furkasi adalah kurangnya melalui penelitiannya menunjukkan
akses yang baik untuk bahwa perawatan regenerasi
instrumentasi serta daerah furkasi jaringan dengan menggunakan
memiliki anatomi yang kompleks membran yang resorb lebih baik
yang mengakibatkan persistensinya bila dibandingkan dengan membran
mikroflora yang patogen.4 yang non resorb. Penggunaan
4Perawatan lesi furkasi yang kedua membran ini efektif dalam
dilakukan secara konservatif menurunkan kedalaman probing,
terkadang tidak menghasilkan hasil kehilangan perlekatan dan
yang sama dengan gigi yang meningkatkan pembentukan tulang
berakar tunggal atau gigi molar vertikal dan horizontal dibandingkan
dengan permukaan yang datar. dengan hanya melakukan teknik
Namun gigi dengan lesi furkasi bedah flep.1
akan menunjukkan hasil yang baik
bila dilakukan perawatan Kesimpulan
konservatif. Hal ini dikarenakan Berbagai metode perawatan
perawatan konservatif pada lesi yang telah dikembangkan saat ini
furkasi dapat memberikan harapan memberikan arti adanya harapan
pada pasien untuk melakukan jangka panjang dalam melakukan
kontrol plak dengan baik.2, 8 perawatan gigi yang terlibat furkasi
Masalah furkasi memiliki komplikasi
Penelitian yang dilakukan
yang berat terhadap pencegahan
oleh Vandersall DC dan Detamore
perkembangan karies pada daerah
RJ melalui preparasi tunnel pada
furkasi. Untuk memutuskan
lesi furkasi derajat III menunjukkan
perawatan yang tepat pada gigi
keuntungan antara lain adalah tidak
12
yang memiliki lesi furkasi maka Management. Periodontic
Revisited. India: Jaypee
penting bagi klinisi untuk dapat
Brothers Medical Publisher,
menegakkan diagnosis yang benar, 2011:382-94.
6. Pruthi V, Gelsky S, Mirbod S.
menentukan klasifikasi lesi furkasi
Furcation Therapy with
serta prognosis dari gigi tersebut Bioabsorbable Collagen
Membrane : A Clinical Trial.
agar diperoleh hasil perawatan
Journel de I'Association
yang baik dalam jangka waktu yang dentaire canadienne 2002;68
(10): p 610-11.
panjang.
7. Cohen E. Furcation. Atlas of
Cosmetic and Reconstructive
Periodontal Surgery. Boston:
Daftar Pustaka : BC Decker Inc Hamilton,
2007:197-202.
1. Ertugrul A, H S. Relationship 8. Marius B, Carligeriu L, Adrian
between Furcation Defects M, Papakonstadinu E.
and Periodontal Disease. Treatment of Furcation
Journal of Medicine and Involvement in The
Dentistry 2012;1(19): p. 108- Periodontal Disease. A
12 Clinical Report. Cercetari
2. Ribeiro E, Bittencourt S, Experimentale & Medico-
Sallum E, AWSallum, Chirugicale 2007;Annul
FHNJunior, Casati M. Non XIV.(2-3) : p. 110-12
Surgical Instrumentation 9. Perez A, MJM V. Periodontal
Associated with Povidone Diseases Affecting Tooth
Iodine in the Treatment of Furcation. A Review of the
Intrerproximal Furcation treatments available. Med
Involvement. J Appl Oral Sci Oral Patol Oral Cir Bucal
2010;18 (6): p. 559-604 2009;1(14): p. 554-56
3. Ammons W, GW H. Furcation 10. Vandersall D, Detamore R.
: Involvement and Treatment. The Mandibular Molar Class III
In: Carranza F, ed. Carranza's Furcation Invasion: A Review
Clinical Periodontology. of Treatment Options and a
Missouri: Saunders Elsevier, Case Report of Tunneling. J
2006:991-103. Am Dent Assoc 2002;133: p.
4. Chandrashekar KT CS. 55-60
Hopeless to Hopefull: A
Clinical Study on Management
of Periodontal Abscess with
Grade II Furcation
Involvement – Endodontic and
Periodontal Interdisciplinary
Approach: Case Report. Rev
Clín Pesq Odontol 2010;6(1)
p. 107-112
5. Bathla S. Furcation
Involvement and
13

Anda mungkin juga menyukai