Anda di halaman 1dari 22

Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Soal HOTS Matematika

Siswa SMP ditinjau dari Kemampuan Awal

Asdar1,a), Alimuddin1,b), dan Sukmawati Ali 1,c)

1
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Makassar, 90224

asdar.ahmad@unm.ac.id
a)
b)
alimuddin3112@gmail.com
c)
sukmawatiali200021@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini menyajikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika level
HOTS ditinjau dari kemampuan awal. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP di Kabupaten Wakatobi. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu tes dan wawancara. Instrumen dalam penelitian adalah tes kemampuan awal
matematika, tes HOTS matematika, dan wawancara. Partisipan dalam penelitian sebanyak 3 orang
siswa dengan kategori kemampuan awal tinggi, kemampuan awal sedang, kemampuan awal
rendah. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik siswa kemampuan tinggi di dalam
menyelesaikan masalah di awali dengan mengilustrasikan dalam bentuk gambar, kemudian
mematematisasi dalam bentuk simbol selanjutnya menyelesaikan secara prosedural. Untuk
masalah yang berkaitan dengan penggunaan hubungan antara keliling dan luas dalam
menyelesaikan masalah konteks siswa kemampuan awal tinggi, mampu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali. Sedangkan siswa
kemampuan awal tinggi dan siswa kemampuan awal rendah hanya mampu memahami masalah,
dan merencanakan penyelesaian tetapi tidak lengkap; kemudian dalam penggunaan konsep
pythagoras dan luas persegi panjang dalam menyelesaikan masalah konteks, siswa kemampuan
awal tinggi dan siswa kemampuana awal sedang mampu memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali. Sedangkan siswa kemampuan awal
rendah mampu memahami masalah. Ada kecenderungan ada kaitannya kemampuan awal dengan
kemampuan pemecahan masalah soal HOTS.

Kata kunci: HOTS, Kemampuan Awal, Pemecahan Masalah, Matematika

Abstract. This study presents profile HOTS level mathematical problemsolving abilities in terms
initial abilities. This type research descriptive qualitative research. This research was conducted
one junior high school in Wakatobi Regency. Data analysis techniques used are tests and
interviews. Instrument used research is initial mathematical ability test, mathematics HOTS test,
and interviews. Participants in study were 3 students, category high initial ability, medium initial
ability, low initial ability. The results showed that characteristics KAT students solving problems
began illustrating form pictures, then mathematizing in the form symbols and then completing
procedurally. For problems related to using relationship between circumference and area in
solving contextual problems, KAS students are able to understand problems, plan solutions, solve
problems and re-examine. Meanwhile, KAT students and KAD students are only able to
understand problems, and plan solutions but are not complete; the use of the Pythagorean concept
and area a rectangle in solving context problems, KAT students and KAS students are able
understand the problem, plan solutions, solve problems and re-examine. Meanwhile, KAD
students are only able to understand the problem. There is a tendency that theres relationship
between initial ability and problem-solving ability on HOTS questions.

Key Words: HOTS, Initial Ability, Problem Solving according to Polya.


2
PENDAHULUAN
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal . Pemecahan masalah (Problem
Solving) dan matematika merupakan dua komponen yang tidak terpisahkan. Hal tersebut
terjadi karena pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan aktivitas yang penting
dalam pembelajran matematika (Muliawati, 2016). Polya menggambarkan kemampuan
pemecahan masalah yang harus dibangun siswa meliputi kemampuan siswa memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana, dan
memerika kembali prosedur penyelesaian. Pemecahan masalah memegang peran penting
dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran. Sejalan dengan itu, dalam pemecahan
masalah siswa di dorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan
berpikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan
yang didapat sebelumnya. Akan tetapi fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa masih rendah (Asdar & Djadir, 2017). Dengan mengikuti
keempat langkah tersebut, harapannya siswa akan terbantu dalam memetakan proses
berpikirnya, memandang masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, sehinggga
ia akan mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dengan baik (Safrida et al, 2015).
HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kecakapan berpikir yang lebih
dari sekedar mengingat dan memahami saja, tetapi juga kemampuan untuk
menggabungkan apa yang sudah diingat dan dipahami untuk menganalisa, mengevaluasi,
dan mencipta. (HOT) dalam pembelajaran yaitu; (1) mengerti informasi; mengerti
informasi disini diartikan sebagai proses yang tidak hanya mengetahui dan mengerti suatu
informasi tetapi juga meibatkan kemampuan untuk menganalisis suatu informasi,
menemukan pokok pikiran yang terkandung dalam informasi, membuat hipotesis,
menarik kesimpulan dan menghasilkan suatu solusi yang bermutu; (2) proses berpikir
yang berkualitas. Kemampuan HOT akan mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan
produk yang berkualitas (Alimuddin, 2020). Jadi sesungguhnya, HOTS didefinisikan
sebagai kemampuan yang meibatkan daya pikir kritis kreatif untuk memecahkan suatu
masalah.

Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kemampuan


pemecahan masalah soal HOTS matematika, (Apriyani, 2018; Gaiz & Alfriansyah, 2017;
Julianto, 2020). Hasil penelitian Apriyani (2018) menunjukkan bahwa indikator
menyebutkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dimiliki oleh semua subjek;
indikator membuat rencana penyelesaian masalah dari hal-hal yang diketahui untuk
pemecahan masalah dimiliki oleh semua subjek; indikator melaksanakan pemecahan
masalah melalui rencana yang telah dibuat dimiliki oleh semua subjek; indikator
melakukan pemeriksaan kembali terhadap jawaban yang sudah ada dimiliki oleh semua
subjek. Selain itu, hasil penelitian Gaiz & Alfriansyah (2017) menujukkan bahwa
terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap penyelesaian soal Higher Order
Thinking. Siswa dikategorikan mampu menyelesaikan soal-soal higher order thinking.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menyajikan profil kemampuan pemecahan
masalah matematika level HOTS ditinjau dari kemampuan awal siswa. Siswa yang
dideskripsikan kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematikanya yaitu siswa
kategori kemampuan awal tinggi, kemampuan awal sedang, dan kemampuan awal
rendah. Adapun pemecahan masalah soal HOTS yang diberikan adalah materi teorema
pythagoras.

3
KAJIAN PUSTAKA

Pemecahan masalah atau (problem solving) dalam pembelajaran matematika sangat


penting dimiliki oleh setiap siswa bahkan jantungnya matematika, istilah problem solving
memiliki tiga makna utama, yaitu: a) problem solving sebagai tujuan umum pengajaran
matematika; b) problem solving adalah suatu kegiatan yang aktif yang meliputi metode,
strategi, prosedur dan heuristik untuk menyelesaikan masalah sampai memperoleh
jawabannya; c) problem solving merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika
(Branca, 1980).
TABEL 1. Indikator penentu pemecahan masalah berdasarkan Polya pada soal cerita,
Azizah, (2019).
Tahapan Langkah Langkah Indikator
Polya Penyelesaian Soal
Cerita

Memahami Masalah a. Menentukan apa  Siswa menuliskan apa yang


(Understanding the yang diketahui dari diketahui dalam soal.
Problem) soal cerita  Siswa menuliskan apa yang
b. Menentukan apa ditanyakan dalam soal.
yang ditanyakan
dalam soal cerita
Merencanakan a. Menentukan  Siswa menuliskan
penyelesaian (defising a pemisahan variabel pemisalan variabel yang
plan) b. Membuat model akan dipakai pada
matematika pembuatan model
matematika sesuai dengan
data yang diketahui dan
ditanya.
 Siswa menuliskan model
matematika dengan
menghubungkan antara apa
yang diketahui dengan apa
yang ditanyakan serta yang
disyaratkan sesuai data
yang ada pada masaalah
yang diberikan.
Menyelesaikan masalah a. Menyelesaikan  Siswa menggunakan aturan
(carrying out the plan) model matematika matematika dalam
b. Perhitungan dalam menyelesaikan model
menyelesaikan  Siswa menyelesaikan
model matematika model matematika yang
yang telah dibuat dibuat
c. Menentukan  Siswa melakukan
kesimpulan perhitungan untuk
terhadap menyelesaikan model
penyelesaian matematika yang telah
permasalahan dibuat
 Siswa menuliskan
kesimpulan/ interpretasi
sesuai dengan

4
permasalahan yang
diberikan
Memeriksa/meninjau a. Mengurutkan  Siswa memeriksa kembali
kembali (looking back) langkah-langkah solusi yang diperoleh
penyelesaian dalam menggunakan langkah-
memeriksa kembali langkah yang sistematis
solusi yang mulai dari memahami
diperoleh masalah, membuat model,
b. Melakukan menerapkan model, sampai
perhitungan pada penarikan kesimpulan.
matematika dalam  Siswa melakukan
memeriksa kembali perhitungan yang tepat
solusi yang ketika memeriksa kembali
diperoleh solusi yang diperoleh.
c. Siswa memperoleh  Siswa memperoleh jawaban
jawaban akhir akhir sesuai dengan data
sesuai dengan apa awal yang diberikan
yang ditanyakan
pada masalah yang
diberikan
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah potensi atau keahlian siswa untuk
memahami, menguasai, dan menyelesaikan soal non rutin matematika yang diberikan
dengan cara berfikir tingkat tinggi atau lebih kompleks.

HOTS didefinisikan sebagai kemampuan yang melibatkan daya pikir kritis serta kreatif
untuk memecahkan suatu masalah. HOTS berada pada level menganalisis, mengevaluasi,
hingga mencipta. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS dapat ditingkatkan
dengan memperhatikan indikator-indikator; kemampuan logika, analisis, evaluasi, dan
kreasi.
Contoh kara kerja kognitif menurut Supriano (2019) disajikan dalam Tabel 2
TABEL 2. Contoh Kata Kerja Kognitif disetiap Tingkatan Kognitif

Tingkatan Contoh Kata Kerja Kognitif


Kognitif

C1: Mengingat Menyebutkan, menghafalkan, mengetahui, menuliskan,


memberi label.

C2: Memahami Membedakan, menerangkan, mengartikan, merangkum,


mengelompokkan.

C3: Menerapkan Melaksanakan, melakukan, melatih, membiasakan,


membedakan, menyelesaikan, menggunakan.

C4: Menganalisis Memilih, menata, menyeleksi, mendiagnosis, mengedit,


menguraikan.

C5: Mengevaluasi Membuktikan, memisahkan, menguji, mengukur, mengkritik,


memvalidasi, memonitor.

5
C6: Mencipta Membangun, membentuk, membuat, menampilkan,
memperjelas, menemukan, menyusun.

Menurut Lewis dan Smith (1993), keterampilan berpikir tingkat tinggi terjadi
ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi yang sudah tersimpan
dalam ingatannya, selanjutnya menghubungkan informasi tersebut dan
menyampaikannya untuk mencapai tujuan atau jawaban yang dibutuhkan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini didesain dengan penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif,
peneliti bertindak sebagai instrumen utama sehingga dapat beriterkasi langsung dengan
responden untuk dapat mendeskripsikan kemampuan asal siswa dan menyajikan fakta
secara sistematis, lengkap, lebih mendalam sehingga tujuan penelitian ini tercapai.
Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMP di Kab.Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen utama dan instrumen pendukung.
Instrumen utama dari penelitian ini adalah peneliti sendiri atau “partivipan-observer” dan
instrumen pendukung berupa tes kemampuan awal matematika dan tes HOTS (Higher
Order Thinking Skill) Matematika dan pedoman wawancara.
Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan;
mengindentifikasi masalah penelitian; menyiapkan instrumen penelitian dan tahapan
pelaksanaan; menyiapkan instrumen penelitian dan tahapan pelakasanaan yaitu
pemberian tes kemampuan awal materi teorema Pythagoras untuk mengetahui
pemahaman awal siswa; Pemeriksaan hasil tes kemampuan awal matematika siswa,
kemudian dari hasil tes tersebut dipilih 3 subjek yang mewakili setiap kategori
kemampuan awal matematika siswa (kemampuan awal matematika tinggi, kemampuan
awal matematika sedang, kemampuan awal matematika rendah).
Untuk menguji keabsahan data yang sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian maka
peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi teknik yang dimaksudkan adalah
membandingkan data hasil pekerjaan siswa secara tertulis dengan hasil wawancara.
Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) analisis
kemampuan awal matematika siswa yaitu pemberian tes kemampuan awal matematika
terdiri dari 5 soal esai, dan pemeriksaan hasil tes kemampuan awal matematika siswa
menggunakan kunci jawaban yang telah dibuat untuk menentukan setiap kategori
kemampuan awal matematika siswa tinggi, sedang, rendah.; 2) analisis hasil tes HOTS
(Higher Order Thinking Skills) matematika yaitu dengan mendeskripsikan hasil tes siswa
berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika sesuai
kunci jawaban yang dibuat peneliti; 3) Wawancara. Miles & Huberman (2014)
menyebutkan bahwa teknik analisis data penelitian kualitatif meliputi Kondensasi Data
(Data condensation), Penyajian Data (data display), dan Penarikan kesimpulan
(conclusion/verification).

6
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Kemampuan Awal

Deskripsi data kemampuan awal. Yang diukur dalam penelitian ini mencakup materi
teorema pythagoras. Adapun hasil analisis data kemampuan awal, dicantumkan pada
tabel dibawah ini.

TABEL 3. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa kelas VIII E

Kategori Interval Skor Frekuensi %


9
×100 %=28,125 %
Tinggi 80 ≤ x ≤ 100 9 32

12
×100 %=37,50 %
Sedang 60 ≤ x<80 12 32

11
×100 %=34,38 %
Rendah x <60 11 32

Kemudian, untuk menelusuri lebih dalam kemampuan pemecahan masalah yang muncul
peneliti melakukan wawancara dengan subjek.

Penetapan Subjek Penelitian

Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti menggunakan data yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan awal. Berdasarkan data hasil tes kemampuan awal siswa kelas VIII
E SMPN 1 Wangi-Wangi yang berjumlah 32 orang, dipilih 3 orang siswa sebagai subjek
penelitian yang terdiri atas 1 subjek kemampuan awal tinggi, 1 subjek kemampuan awal
sedang, dan 1 subjek kemampuan awal rendah untuk menyelesaikan tes HOTS (Higher
Order Thiniking Skills) matematika materi teorema pythagoras.
TABEL 4. Karakteristik Subjek
Siswa Siswa Siswa
No. Kemampuan Kemampuan Kemampuan
Awal Tinggi Awal Sedang Awal Rendah
1. Nilai Rapor Nilai Rapor Nilai Rapor

Nilai Ulangan Nilai Ulangan Nilai Ulangan


2.
Harian Harian Harian

Hasil Wawancara Hasil Wawancara Hasil Wawancara


3. dengan Guru dengan Guru dengan Guru
Matematika Matematika Matematika

7
Adapun rincian masing-masing subjek yang terpilih, disajikan pada tabel berikut:
TABEL 5. Penetapan Subjek Penelitian
Insial Kemampuan
No. Skor Tes Kode Siswa
Siswa Awal
1. FA Tinggi 30 S1

2. YNA Sedang 25 S2

3. ENM Rendah 10 S3

Ketiga subjek yang telah terpilih kemudian diberikan tes HOTS (Higher Order Thinking
Skills) matematika materi teorema Pythagoras, dimana hasil pekerjaan tersebut akan di
dapati kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan.

Hasil Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Berikut ini adalah paparan dan analisis data wawancara subjek dalam menyelesaikan
masalah jarak tempuh.
Masalah-01. Aplikasi teorema pythagoras dalam menyelesaikan jarak tempuh.
Subjek Kemampuan Awal Tinggi (FA)

M1

M2

M3

M4

GAMBAR 1. Jawaban FA nomor 1

Pada gambar 1, terlihat subjek mampu menganlisis permasalahan dan mengilustrasikan


dalam bentuk gambar (M1). Pada jawaban tersebut, subjek FA mampu menentukan
rencana penyelesaian yang digunakan untuk merepresentasikan masalah ke dalam model
matematika (M2). Subjek dapat mengaitkan rumus dan menentukan langkah penyelesaian
masalah yang tepat (M3). Subjek mampu memperoleh kesimpulan yang tepat (M4).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 1.
Transkrip 1

8
P1-WHM03: “Coba dijelaskan kembali soalnya menggunakan bahasa sendiri”.

S1-WHM13 : “Diketahui dari tempat dan waktu yang sama Eka dan Baim mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan tetap Eka ke arah timur dengan kecepatan tetap 40
km/jam dan Baim mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 30 km/jam ke arah
selatan. Ditanyakan jarak Eka dan Baim setelah 1 jam?”.

P1-WHM19: “Mengapa Adik menggunakan rumus pythagoras untuk menjawab soal


nomor 1?”.

S1-WHM1119: “Di soalnya dikatakan arah Eka ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam,
sedangkan Baim ke selatan dengan kecepatan 30 km/jam saya buat gambar arah
keduanya untuk menentukan arah jarak yang dicari untuk waktu tempuh setelah 1 jam
berbentuk segitiga siku-siku maka saya menggunakan rumus pythagoras untuk mencari
panjang sisi miring, yang diketahui jumlah kuadrat dari sisi yang lainnya atau bisa
dituliskan “c 2=a2+ b2”.

Pada transkrip 1, terlihat bahwa subjek FA dalam memahami masalah mampu


menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan benar, dan menginterpretasikan dalam
bentuk gambar (S1-WHM13); juga dapat menjelaskan dengan detail bagaimana
memahami soal yang diberikan melalui wawancara (S1-WHM1119).
Subjek Kemampuan Awal Sedang (YNA)

M1

M2

M3

M4

GAMBAR 2. Jawaban YNA nomor 1

9
Pada gambar 2, terlihat subjek mampu menganalisis permasalahan dan mengilustrasikan
dalam bentuk gambar (M1). Subjek YNA mampu merepresentasikan masalah ke dalam
model matematika (M2). Pada jawaban tersebut, YNA mampu mengaitkan rumus dan
menentukan langkah penyelesaian masalah yang tepat (M3). Subjek memperoleh
kesimpulan yang tepat (M4).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 2.
Transkrip 2

P1-WHM06 : “Apa maksud gambar segitiga yang anda buat?”.

S2-WHM16 : “Gambar segitiga yang saya buat berdasarkan penjelasan dari soal jadi
gambar arah Eka ke timur dan Baim ke barat, menjadi bentuk segitiga siku-siku”.

Pada transkrip 2, terlihat bahwa subjek YNA dalam memahami masalah mampu
merepresentasikan dalam bentuk gambar (S2-WHM16 ) juga mampu memahami masalah
yaitu dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Subjek Kemampuan Awal Rendah (ENM)

M1

M2

GAMBAR 3. Jawaban ENM nomor 1

Pada gambar 3, terlihat subjek mampu menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan (M1). Namun, subjek ENM tidak mampu menentukan langkah penyelesaian
masalah yang tepat juga memperoleh kesimpulan yang tepat (M2).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 3.
Transkrip 3

P1-WHM02: “Coba sebutkan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal
tersebut?”

S3-WHM12 : “Eka mengendarai ke arah timur 40 km/jam, dan Baim mengendarai ke


arah selatan 30 km/jam”.

10
P1-WHM06: “Sebutkan langkah-langkah yang anda gunakan untuk menyelesaikan soal
nomor 1?”.

S3-WHM16: “Itu, Kak langsung dijumlahkan kecepatan berkendaranya 30 km/jam +40


km/jam =70 km/jam, terus diperoleh hasilnya. Jadi, jarak antara Eka dan Baim adalah
70 km/jam”.

Pada transkrip 3, terlihat bahwa subjek ENM mampu menuliskan informasi yang
diketahui dan ditanyakan dan menggunakan bahasanya sendiri maksud soal melalui
wawancara (S3-WHM12) tetapi tidak tepat dalam memahami masalah (S3-WHM16).
Masalah-02. Aplikasi hubungan keliling dan luas dalam menyelesaikan masalah
konteks.
Subjek Kemampuan Awal Tinggi (FA)

M1

M2

GAMBAR 4. Jawaban FA nomor 2

Pada gambar 4, terlihat subjek mampu menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan juga dapat mengilustrasikan dengan gambar (M1). Namun, subjek kesulitan
menentukan rumus dan langkah penyelesaian masalah untuk melaksanakan prosedur
matematika (M2).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 4.
Transkrip 4

P2-WHM02: “Jadi, apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal?”.

S1-WHM12: “Yang diketahuinya keliling taman berbentuk segitiga = 36 meter. Yang


mana sisi kedua lebih panjang 3 meter dari sisi kedua. Dan sisi ketiga lebih panjang dari
sisi kedua yaitu 3 meter. Yang ditanyakan luas taman yang ditanami bunga”.

P2-WHM011: “Coba jelaskan apa kesulitannya dik, pada soal nomor 2?”.

S1-WHM111: ”Saya tidak mengetahui panjang sisi salah satu luas segitiga sehingga
saya sulit untuk mencari panjang sisi lainnya”.

Pada transkrip 4, terlihat bahwa subjek YNA dalam memahami masalah tidak mampu
mengelolah informasi ke dalam representasi matematis (S1-WHM111). Sehingga subjek
FA belum mampu menyelesaikan permasalahan terkait soal nomor 2.

11
Subjek Kemampuan Awal Sedang (YNA)

M1

M3

M2

M4

GAMBAR 5. Jawaban YNA nomor 2


Pada gambar 5, terlihat subjek mampu menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan (M1). Subjek YNA mampu membuat pemisalan dan mengilustrasikan dengan
gambar(M2). Subjek YNA mampu mematematisasi dan menyelesaikan masalah dengan
tepat (M3) dan memeriksa solusi yang diberikan serta memperoleh kesimpulan yang
tepat(M4).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 2.
Transkrip 5

P1-WHM16: “Jelaskan strategi yang anda gunakan dalam menyusun model


matematikanya?”.

S2-WHM116: “ Di soal kan ditulis yang diketahui keliling dari segitiganya sama dengan
36 meter. Jadi sisinya saya misalkan “x” lalu sisi 1 = x , sisi 2 = x+3, sisi 3 = x+3+3. Di
soal ditanyakan luas yang ditanami bunga?

Sebelum menjawab itu kita cari dulu nilai dari x , saya jumlahkan:

Sisi 1 = x, sisi 2 = x+3, sisi 3 = x +3+3, yang diketahui tadi saya masing-masing sisinya
berapa setelah itu diuraikan untuk menjadi:

K = x+x+3+x+3+3= 36

K= x+x+x+3+3+3= 36

K= 3x +9 = 36

K=3x=36-9

12
K=3x=27

K=x=9

Setelah ditemukan x=9 saya isi sesuaikan dengan yang diketahui tadi

Sisi 1 = 9, sisi 2 = 9+3=12, sisi 3 = 9+3+3 = 15.

Nah, setiap sisi sudah diketahui dan kemudian saya cari luas taman yang ditanami
bunga menggunakan rumus luas segitiga:

1
Luas = ¿ ×a × t
2
1
Luas ¿ ×12 ×9
2
Luas ¿ 6 × 9

Luas = 54 cm2 .

Jadi, luas taman yang ditanami bunga adalah setengah dari luas segitiga
2 2
54 cm :2=27 cm .
P2-WHM17: “Apa kesimpulan yang anda peroleh berdasarkan jawaban anda?”.

S2-WHM117: ““Kan diketahui sisi alasnya sama dengan 9 meter, kemudian tingginya
12 meter, dari sisi yang sudah diketahui panjangnya, tinggal di isi saja sesuai rumus
luas segitiganya. Baru saya dapat hasilnya. Jadi, luas taman yang berbentuk segitiga
sama dengan 27 meter 2“.

Pada transkrip 5, terlihat bahwa subjek YNA dalam memahami masalah mampu
merepresentasikan dalam bentuk gambar, mampu mematematisasi dan membuat model
matematika (S2-WHM116). Kemudian pada tahap memeriksa kembali kebenaran hasil
solusi siswa YNA mampu menuliskan solusi dari permasalahan dengan tepat (S2-
WHM117).

Subjek Kemampuan Awal Rendah (ENM)

M1

M2

13
GAMBAR 6. Jawaban ENM nomor 2
Pada gambar 6, terlihat subjek ENM mampu menuliskan informasi yang diketahui (M1).
Namun, subjek langsung mematematisasi menggunakan operasi ajabar untuk menentukan
solusi dengan keliru dalam menentukan strategi penyelesaian masalah (M2).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 6.
Transkrip 6

P2-WHM01: “Coba sebutkan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal
nomor 2?”.

S3-WHM11: “Diketahui keliling = 36, sisi 1 = 3 +3 =6, sisi 2 = 6+3 = 9, dicari luas
taman yang ditanami bunga”.

P3-WHM02: “Cara apa yang anda gunakan untuk menyelesaikan soal tersebut?”.

S3-WHM12: “Dari yang diketahui di soal, langsung ditambah saja Kak”.

Pada transkrip 6, terlihat bahwa subjek ENM dalam tidak mampu menentukan strategi
pemecahan masalah yang tepat berdasarkan informasi yang disajikan pada soal (S3-
WHM11).

Masalah-03. Aplikasi pythagoras dan luas persegi panjang dalam menyelesaikan


masalah konteks.
Subjek Kemampuan Awal Tinggi (FA)

M1

M2

M3

M4

GAMBAR 7. Jawaban FA nomor 3

14
Pada gambar 7, terlihat subjek FA mampu menganlisis permasalahan dan
mengilustrasikan dalam bentuk gambar dan mampu memfokuskan pertanyaan (M1). Pada
jawaban tersebut, subjek mampu menentukan rencana penyelesaian yang tepat (M2) dan
mampu mengaitkan rumus (M3) dan memeriksa kembali sertamemperoleh informasi
yang tepat (M4).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 7.
Transkrip 7

P3-WHM02: “Coba sebutkan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal
tersebut?”

S1-WHM12: “Diketahui panjang kebun berbentuk persegi panjang dengan panjang 24


meter dan panjang diagonal 30 meter, disekeliling kebun akan dipagari besi dengan
biaya pembuatan dan pemasangan sebesar Rp.150.000. Kemudian ditanyakan biaya
keseluruhan pembuatan dan pemasangan pagar”.
P3-WHM03: “Bagaimana langkah-langkah menyelesaikan soal nomor 3?”.

S1-WHM133 : “Mencari panjang sisi yang belum diketahui menggunakan rumus


pythagoras kemudian dicari kelilingnya menggunakan keliling persegi panjang untuk
menentukan biaya keseluruhan”.

Pada transkrip 7, terlihat bahwa subjek FA menuliskan dengan tepat informasi yang
diketahui dan ditanyakan pada soal terbukti dari hasil wawancara (S1-WHM12); mampu
membuat model matematis dan menggunakan pengaitan rumus yang tepat untuk
menemukan solusi dari permasalahan (S1-WHM133).

Subjek Kemampuan Awal Sedang (YNA)

M1
M1

M2

M3

15
M4

GAMBAR 8. Jawaban YNA nomor 3

Pada gambar 8, terlihat subjek YNA mampu menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan dengan tepat dan mampu memfokuskan pertanyaan (M1). Subjek YNA
mampu merepresentasikan masalah ke dalam model matematika (M2) serta mengaitkan
rumus (M3) dan menemukan solusi yang tepat kemudian menentukan kesimpulan (M4).

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 8.
Transkrip 8

P3-WHM02: “Coba sebutkan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal
tersebut?”

S2-WHM12: “Diketahuinya panjang kebun = 28 meter, panjang diagonal = 30 meter,


biaya pemasangan pagar disekeliling taman = Rp 150.000/meter, lalu ditanyakan biaya
keseluruhan pembuatan dan pemasangan di sekeliling taman tersebut”.

P3-WHM05: “Bagaimana langkah-langkah menyelesaikan soal nomor 3?”.

S2-WHM35: ““Pertama-tama pada gambar persegi panjang pada nilai 30= 2.600.000
dan 24 = 1.940.000. Disitu diterangkan harga pemasangan dari pagar untuk sekeliling
taman Rp. 150.000.000/meter, setiap panjang dan lebar dari persegi panjang
(Panjang=30) dan (lebar=24) saya kalikan dengan biaya Rp.150.000/meter.

150.000.000 dikalikan dengan 30 = 2.600.000

150.000.000 dikalikan dengan 24 = 1.940.000

(Disitu saya ada kesalahan dalam menjumlahkannya) seharusnya saya mengerjakannya

150.000.000 dikalikan dengan 30 = 4.500.000

150.000.000 dikalikan dengan 24 = 3.600.000

P = 2 × p ×l

P = 2 ×4.500 .000+3.600 .000

P=9.000.000+ 3.600.000
P=12.600 .000 ”.

16
Pada transkrip 8, terlihat bahwa subjek YNA menuliskan dengan tepat informasi yang
diketahui dan ditanyakan pada soal terbukti dari hasil wawancara(S2-WHM12);); mampu
membuat model matematis dan menggunakan pengaitan rumus yang tepat untuk
menemukan solusi dari permasalahan (S2-WHM35).

Subjek Kemampuan Awal Rendah (ENM)

M1

GAMBAR 9. Jawaban ENM nomor 3

Pada gambar 9, terlihat subjek ENM mampu menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan (M1). Tetapi tidak dapat menentukan strategi yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan.

Berikut petikan wawancara subjek berdasarkan data yang valid terkait jawaban di atas
mengenai kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika pada transkrip 9.
Transkrip 9

P3-WHM32: “Coba sebutkan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal
tersebut?”.

S3-WHM32 : “Diketahui panjang dari diagonal 30meter dan panjangnya 24 meter.


Ditanyakan biaya keseluruhan pembuatan pagar disekeliling taman”.

Pada transkrip 9, terlihat bahwa subjek ENM tidak mampu merepresentasikan masalah ke
dalam model matematika (S3-WHM32) dan tidak menggunakan strategi penyelesaian
masalah yang tepat sehingga tidak mampu menemukan solusi permasalan yang benar dan
tepat.

KESIMPULAN

Deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematika HOTS disimpulkan sebagai


berikut: Masalah menggunakan konsep pythagoras dalam menyelesaikan masalah jarak
tempuh. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Tinggi, mengawali
menyelesaikan masalah dengan mengilustrasikannya dalam bentuk gambar kemudian
mematimatisasi dalam bentuk simbol selanjutnya menyelesaikan secara prosedural.
Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Sedang, memiliki kemampuan membaca
masalah yang baik dalam menyelesaikan masalah. Subjek mengawali menyelesaikan
masalah dengan mengilustrasikannya dalam bentuk gambar dan mengkoneksi model
matematika kemudian merepsentasikan jawaban akhir dan melakukan pengecekkan
kembali. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Rendah, tidak mampu
menyelesaikan masalah dan merepresentasikan dalam model matematika. Subjek
melakukan operasi aljabar di dalam mencari solusi permasalahan dari informasi yang

17
diketahui di soal. Masalah menggunakan hubungan antara keliling dan luas dalam
menyelesaikan masalah konteks. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Tinggi,
mengawali memahami masalah langsung menjelaskan informasi yang dituliskannya
sebagai jawaban yang tidak lengkap untuk merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah, dan memeriksa kembali. Subjek kesulitan dalam menjelaskan strategi yang akan
ditempuhnya karena tidak memiliki pengetahuan tentang representasi terkait masalah
konteks. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Sedang, mengawali
menyelesaikan masalah yaitu menggunakan kemampuan membaca masalah seperti
membuat pemisalan, merepresentasikan permasalahan ke dalam model matematika, dan
merepresentasi dalam bentuk gambar. Kemudian, menyelesaikan langkah-langkah
pemecahan masalah untuk mendapat solusi yang tepat. Subjek dengan Kemampuan Awal
Matematika Rendah, mengawali menyelesaikan masalah dengan memaparkan langsung
solusi dari permasalahan serta langkah-langkah penyelesaiannya. Masalah menggunakan
konsep pythagoras dan luas persegi panjang dalam menyelesaikan masalah konteks.
Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Tinggi, mengawali menyelesaikan
masalah dengan mengkoneksi rumus-rumus matematis untuk menentukan solusi dari
permasalahan ke dalam model matamatika dan membuat solusi dari permasalahan
kemudian memeriksa kembali solusi. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika
Sedang, mengawali menyelesaikan masalah dengan merepresentasikan gambar dan
menyusun model matematika, lalu mengaitkan penyelesain dengan rumus pythagoras dan
luas persegi untuk menentukan solusi yang tepat dari permasalahan. Subjek dengan
Kemampuan Awal Matematika Rendah, mengawali menyelesaikan masalah dengan
menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, namun tidak mampu
merepsentasikan informasi ke dalam model matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, (2017). Pelatihan Pengembangan Soal-Soal HOTS untuk Meningkatkan


Kompetensi Guru”. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.
1.No. 2.
Akbar, M. (2018). Analisis Kesalahan Pemecahan Masalah Matematika Level Higher
Orgder Thinking Skills Ditinjau dari Gaya Belajar pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 3 Makassar. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar.
Annuuru, T. A. dkk. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Model
Pembelajaran Treffinger. Jurnal Edutcehnologia, III, 136-144.
Apriyani, E. (2018). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau
dari Kemampuan Awal Matematika Dan Perbedaan Gender Siswa Kelas VIII di
SMP Negeri 26 Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Sarjana
Universitas Negeri Makassar.
Ayuningtyas, N. (2013). Proses Penyelesaian Soal Higher Order Thinking Skills Materi
Aljabar Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (1), 48-58.
Arifin, Z, & Retnawati, H. (2015). Analisis Instrumen Pengukur Higher Order Thinking
Skills (HOTS) Matematika Siswa SMA. In Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY.

18
Arifin, Z, & Retnawati, H. (2017). Pengembangan Instrumen Pengukur Higher Order
Thinking Skills (HOTS) Matematika Kelas X Pythgagoras. Jurnal Pendidikan
Matematika, 12(1), 98-108. Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher
Order Thinking Skill in Your Classroom. Virginia: ASDC.
Azizah, R. (2019). Ekspolarasi Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika (Soal
Higher Order Thinking Skills) Ditinjau dari Gaya Belajar. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Program Sarjana Universitas Negeri Makassar.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia V (Online),
(https://kbbi.web.id/kemampuan diakses 11 Oktober 2020).
Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, (2009). D.R.
1956. Taxonomy of educational objectives: The classification of educational
goals. Handbook 1: Cognitive domain. New York: David McKay.
Brookhart, S. M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your classroom.
Alexandria: ASCD.
Caillies, S & Denhiere, G. (2002). The Effect of Prior Knowledge on Understanding
From Text: Evidence from Primed Recognition. European Journal of Cognitive
Psychology. 14 (2), 267-286.
Delyana, H (2015). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VII Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended. Lemma, Vol 2(1), 26-34
Djadir, and A. Asdar. (2017) “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau
dari Kemampuan Awal Matematika dan Perbedaan Gender”. Issues in
Mathematics Education (IMED) 1.1: 7-11
Gais & Afriansyah (2017). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal High
Order Thinking Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematis Siswa Pada Kelas X
di SMAN 1 Garut. (Online) Jurnal “Mosharafa” Vol. 6 No. 2. Garut: STKIP
Garut.
Julianto, M. N. (2020). Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dalam
Menyelesaikan Soal Pecahan Di Tinjau Dari Gender Pada Siswa Kelas VIII MTs
Negeri 2 Bulukumba. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Sarjana
Universitas Negeri Makassar.

Kemdikbud (2018). Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada D., Keterampilan


Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kuhn. D. (2005). Education For Thinking. Cambridge: Harvard University Press.
Kukuh. (2011). Penyusunan Tes Hasil Belajar dan Butir Soal. Samarinda: Kementrian
Pendidikan Nasional Universitas Mulawarman Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Magdalena, W. (2016). Higher Order Thinking Skills (HOTS) Mathematics Untuk
Mendukung Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan. 1(1), 451-
456.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

19
Muliawati, N. E. (2016). Proses Berpikir Lateral Siswa Dalam Memecahkan Masalah,
2(1), 55-68.
NCTM. (2000). Principles and Standarts For School Mathematics.
N. J. Mourtos, N. DeJong Okamoto & J. Rhee. 2004. Defining, teaching, and assessing
problem solving skills. San Jose State University San Jose, California 95192-0087
Polya, G. (1973). How To Solve It (A New Aspect of Mathematical Method). New Jersey:
Priceton University Press.
Ramadhanti, T, F. (2019). Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Pokok Fungsi
Eksponen dan Fungsi Logaritma Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Samarinda Tahun
Ajaran 2019/2020. Skripsi tidak diterbitkan. Samarinda: Program Sarjana
Universitas Negeri Mulawarman.
Ratnaningtyas, Y. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII dalam
menyelesaikan Soal Higher Order Thinking ditinjau dari kemampuan
matematika. MATHEDdunesa, (5)1.
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi Organizational
Behavior.Jakarta: Salemba Empat.
Rukmana, I., & Paloloang, B. (2016). Hubungan Adversity Quotient Dengan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu.
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 3.
Safrida, L.N. Susanto, S., & Kurniati, D. (2015). Analisis Proses Berpikir Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Terbuka Berbasis Polya Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas
IX SMP Negeri 7 Jember. KadikmA, 6(1).
Satriani, S. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa Materi Eksponen dan Logaritma. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, (Online) vol. 8 No. 2 Juli 2020 Hal. 1932008(2)
(http://dx.doi.org/10.31941/delta.v8i2.1006).
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian: Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tisngati, U. (2015). Proses berpikir reflektif mahasiswa dalam pemecahan masalah pada
Materi himpunan ditinjau dari gaya kognitif Berdasarkan langkah polya. Beta:
Jurnal Tadris Matematika, 8(2), 115-124.
Uno, H. B dan Masri K. (2009). Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Utami, R. W.& Wutsqa, D. U.(2017). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika dan Self-Efficacy SiswaSMP Negeri di Kabupaten Ciamis.Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, (online), 4(2),
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm, diakses 20 Oktober 2020).
Widyastuti, R. (2015). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
berdasarkan Teori Polya ditinjau dari Adversity Quotient Tipe Climber. Jurnal
Pendidikan Matematika, (Online), 6(2),
(http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-jabar/article/view/48/42, diakses 22
Oktober 2020).
Yazgan, Y. (2015). Sixth graders and non-routine problems: Which strategies are decisive
for success. Educational Research and Reviews, 10(13).

20
Yohanes, R.S. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Tim Omlimpiade Matematika SMP Negeri 01 Madiun dengan
Menggunakan Model Pemecahan Masalah Polya. In Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika UNY (pp. 143-150).

21
22

Anda mungkin juga menyukai