1
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Makassar, 90224
asdar.ahmad@unm.ac.id
a)
b)
alimuddin3112@gmail.com
c)
sukmawatiali200021@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini menyajikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika level
HOTS (Higher Order Thinking Skill) ditinjau dari kemampuan awal Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 1 Wangi-Wangi.
Partisipan dalam penelitian sebanyak 3 orang siswa kategori kemampuan awal tinggi, kemampuan
awal sedang, kemampuan awal rendah. Pengumpulan data dianalisis secara kualitatif dengan
menggunakan tes kemampuan awal matematika, tes HOTS matematika dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik siswa KAT di dalam menyelesaikan masalah di
awali dengan mengilustrasikan dalam bentuk gambar, kemudian mematematisasi dalam bentuk
simbol selanjutnya menyelesaikan secara prosedural. Untuk masalah yang berkaitan dengan
penggunaan hubungan antara keliling dan luas dalam menyelesaikan masalah konteks siswa KAS,
mampu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa
kembali. Sedangkan siswa KAT dan siswa KAD hanya mampu memahami masalah, dan
merencanakan penyelesaian tetapi tidak lengkap; kemudian dalam penggunaan konsep pythagoras
dan luas persegi panjang dalam menyelesaikan masalah konteks, siswa KAT dan siswa KAS
mampu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa
kembali. Sedangkan siswa KAD hanya mampu memahami masalah. Ada kecenderungan ada
kaitannya kemampuan awal dengan kemampuan pemecahan masalah soal HOTS.
Abstract. This study presents profile of mathematical problem solving at HOTS level (Higher-
Level Thinking Skills) terms of initial abilities. This type of research is a qualitative descriptive
study. This research was conducted in class VIII of SMP Negeri 1 Wangi-Wangi. Participants in
study were 3 students category of high initial ability, medium initial ability, low initial ability.
Data collection was analyzed qualitatively by using a pre-test of mathematics, mathematics HOTS
test, and interview guidelines. The results showed characteristics of KAT students in solving
problems at the beginning by illustrating in the form of pictures, then mathematizing in the final
form of procedural completion. For problems related to using the relationship between
circumference and area in solving contextual problems, KAS students are able to understand
problems, plan solutions, solve problems and re-examine. Meanwhile, KAT students and KAD
students are only able to understand problems, and plan solutions but are not complete; then in
the use of pythagoras and rectangular areas in solving context problems, KAT and KAS students
are able to understand problems, plan solutions, solve problems and re-examine. Meanwhile,
KAD students are only able to understand the problem. It is possible to find initial capabilities
with troubleshooting about HOTS.
2
Pemecahan masalah (Problem Solving) dan matematika merupakan dua komponen yang
tidak terpisahkan. Hal tersebut terjadi karena pemecahan masalah (Problem Solving)
merupakan aktivitas yang penting dalam pembelajran matematika (Muliawati, 2016).
Sejalan dengan National Council of Teaching Mathematics (2000) dan kurikulum 2013
yang menetapkan pemecahan masalah menjadi salah satu standar proses dan kompetensi
yang harus dimiliki siswa. Berdasarkan hal tersebut, berarti kemampuan memecahkan
masalah merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dikembangkan dan harus
dimiliki oleh siswa.
Salah satu langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah tahapan yang
disusun oleh Polya (1997), yaitu (1) memahami masalah; (2) membuat rencana
pemecahan masalah; (3) menyelesaikan rencana masalah; (4) memeriksa kembali hasil
yang diperoleh. Langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah yang dikemukakan
Polya cukup sederhana, aktivitas-aktivitas pada setiap langkah cukup jelas dan langkah-
langkah tersebut telah lazim digunakan dalam memecahkan masalah matematika. Dengan
mengikuti keempat langkah tersebut, harapannya siswa akan terbantu dalam memetakan
proses berpikirnya, memandang masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya,
sehinggga ia akan mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dengan baik (Safrida et
al, 2015).
Pencapaian kompetensi dalam kurikulum 2013 pada kegiatan belajar matematika materi
teorema Pythagoras sudah menerapkan soal-soal yang berbasis HOTS khususnya di
SMPN 1 Wangi-Wangi masih bermasalah, untuk penerapan dan analisis soalnya masih
banyak siswa yang belum menyelesaikan dengan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa belum mampu melakukan pemecahan masalah soal HOTS.
Berdasarkan uraian di atas maka, dalam penelitian ini diperoleh judul “Kemampuan
Pemecahan Masalah Soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) Matematika Ditinjau dari
Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Tahun Ajaran
20202021”.
KAJIAN PUSTAKA
3
bahwa pemecahan masalah memaikan peran penting, karena semua kegiatan kreatif
matematika menuntut tindakan pemecahan masalah. (Mourtos dkk. 2004), terdapat
beberapa enam aspek yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana ketermpilan
pemecahan masalah peserta didik, yaitu: 1) Menentukan masalah ialah mendefinisikan
masalah, menjelaskan permasalahan, menentukan kebutuhan data dan informasi yang
harus diketahui sebelum digunakan untuk mendefinisikan masalah sehingga menjadi
lebih detail, dan mempersiapkan kriteria untuk menentukan hasil pembahasan dari
masalah yang dihadapi; 2) Mengeksplorasi masalah ialah menentukan objek yang
berhubungan dengan masalah, memeriksa masalah yang terkait dengan asumsi, dan
menyatakan hipotesis yang terkait dengan masalah; 3) Merencanakan solusi ialah peserta
didik mengembangkan rencana untuk memecahkan masalah, memetakan sub-materi yang
terkait dengan masalah, memilih teori prinsip dan pendekatan yang sesuai dengan
masalah, dan menentukan informasi untuk menemukan solusi; 4) Melaksanakan rencana
ialah pada tahap ini peserta didik menerapkan rencana yang telah ditetapkan; 5)
Memeriksa solusi ialah mengevaluasi solusi yang digunakan untuk memecahkan
masalah; dan 6) Mengevaluasi ialah pada langkah ini, solusi diperiksa, asumsi yang
terkait dengan solusi dibuat, memperkirakan hasil yang diperoleh ketika
mengimplementasikan solusi dan mengkomunikasikan solusi yang telah dibuat.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah matematika
adalah potensi atau keahlian siswa untuk memahami, menguasai, dan menyelesaikan soal
non rutin matematika yang diberikan dengan cara berfikir tingkat tinggi atau lebih
kompleks. Polya (1973), mengungkapkan empat langkah pemecahan masalah sebagai
berikut:
1.Memahami Masalah (Understanding the problem)
Sebagai tahap awal dari pemecahan masalah agar siswa dapat dengan mudah
mencari penyelesaian masalah yang ada dengan cara menentukan dan mencari apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakakan dari soal, dan mampu memahami
apakah keterangan yang diberikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan.
Indikator yang ingin diketahui oleh peneliti yaitu apakah siswa mampu
menuliskan/menyebutkan informasi-informasi yang diberikan dari pertanyaan
yang diajukan.
2. Merencanakan Penyelesaian Masalah (Devising a plan)
Yaitu mampu menyusun model matematika, meliputi kemampuan merumuskan
masalah situasi sehari-hari dalam matematika, serta menentukan alternatif
pemecahan masalah. Indikator yang ingin diketahui oleh peneliti yaitu apakah
siswa memiliki rencana pemecahan masalah dengan membuat model matematika
dan memilih suatu strategi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
3. Melaksanakan Rencana Penyelesaian (Carrying out the plan)
Yaitu mampu memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah, mampu
memunculkan alternatif cara pemecahan masalah serta pengetahuan sebelumnya
yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemecahan masalah. Indikator
yang ingin diketahui oleh peneliti yaitu apakah siswa mampu menyelesaikan
masalah dengan strategi yang ia gunakan dengan hasil yang benar.
4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil (Looking back)
Yaitu mampu mengidentifikasi kesalahan perhitungan, penggunaan rumus, memeriksa
kecocokkan antara yang telah ditemukan dengan apa yang ditanyakan, dan dapat
membuat kesimpulan yang tepat. Pada tahap ini siswa harus dapat memeriksa kembali
4
hasil yang telah diperolehnya, dengan teliti apakah jawabannya sudah benar dan sesuai
dengan apa yang ditanyakan pada masalah atau belum. Indikator yang ingin diketahui
oleh peneliti yaitu apakah siswa mampu memeriksa kebenaran hasil atau jawaban (dalam
Widyastuti, 2015).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS merupakan kecakapan berpikir yang lebih
dari sekedar mengingat dan memahami saja, tetapi juga kemampuan untuk
menggabungkan apa yang sudah diingat dan dipahami untuk menganalisa, mengevaluasi
dan bahkan mencipta.
HOTS didefinisikan sebagai kemampuan yang melibatkan daya pikir kritis serta kreatif
untuk memecahkan suatu masalah. Seseorang dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi
harus mampu menganalisis, menghubungkan, mengurai serta memaknai permasalahan
untuk memperoleh solusi atau ide baru. HOTS sendiri merupakan bagian dari ranah
kognitif yang dalam Taksonomi Bloom revisi. HOTS berada pada level menganalisis,
mengevaluasi, hingga mencipta. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS
dapat ditingkatkan dengan memperhatikan indikator-indikator; kemampuan logika,
analisis, evaluasi, dan kreasi.
Teorema Pythagoras menyatakan bahwa pada suatu segitiga siku-siku, luas persegi pada
sisi miring sama dengan jumlah luas persegi pada sisi-sisi lainnya. Teorema tersebut
membantu manusia dalam banyak bidang. Pada bidang arsitektur, teorema ini digunakan
untuk merencanakan konstruksi bangunan. Misalnya menghitung panjang rangka kuda-
kuda yang berbentuk segitiga siku-siku.
METODE PENELITIAN
5
terdiri dari 5 soal esai, dan pemeriksaan hasil tes kemampuan awal matematika siswa
menggunakan kunci jawaban yang telah dibuat untuk menentukan setiap kategori
kemampuan awal matematika siswa tinggi, sedang, rendah.; 2) analisis hasil tes HOTS
(Higher Order Thinking Skills) matematika yaitu dengan mendeskripsikan hasil tes siswa
berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika sesuai
kunci jawaban yang dibuat peneliti; 3) Wawancara. Miles & Huberman (2014)
menyebutkan bahwa teknik analisis data penelitian kualitatif meliputi Kondensasi Data
(Data condensation), Penyajian Data (data display), dan Penarikan kesimpulan
(conclusion/verification).
Deskripsi data kemampuan awal. Yang diukur dalam penelitian ini mencakup materi
teorema pythagoras. Adapun hasil analisis data kemampuan awal, dicantumkan pada
tabel dibawah ini.
12
×100 %=37,50 %
Sedang 60 ≤ x<80 12 32
11
×100 %=34,38 %
Rendah x <60 11 32
Kemudian, untuk menelusuri lebih dalam kemampuan pemecahan masalah yang muncul
peneliti melakukan wawancara dengan subjek.
Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti menggunakan data yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan awal. Berdasarkan data hasil tes kemampuan awal siswa kelas VIII
E SMPN 1 Wangi-Wangi yang berjumlah 32 orang, dipilih 3 orang siswa sebagai subjek
penelitian yang terdiri atas 1 subjek kemampuan awal tinggi, 1 subjek kemampuan awal
sedang, dan 1 subjek kemampuan awal rendah untuk menyelesaikan tes HOTS (Higher
Order Thiniking Skills) matematika materi teorema pythagoras.
TABEL 2. Karakteristik Subjek
Siswa Siswa Siswa
No. Kemampuan Kemampuan Kemampuan
Awal Tinggi Awal Sedang Awal Rendah
1. Nilai Rapor Nilai Rapor Nilai Rapor
6
Harian Harian Harian
Adapun rincian masing-masing subjek yang terpilih, disajikan pada tabel berikut:
TABEL 3. Penetapan Subjek Penelitian
Insial Kemampuan
No. Skor Tes Kode Siswa
Siswa Awal
1. FA Tinggi 30 S1
2. YNA Sedang 25 S2
3. ENM Rendah 10 S3
Ketiga subjek yang telah terpilih kemudian diberikan tes HOTS (Higher Order Thinking
Skills) matematika materi teorema Pythagoras, dimana hasil pekerjaan tersebut akan di
dapati kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan.
Berikut ini adalah paparan dan analisis data wawancara subjek dalam menyelesaikan
masalah jarak tempuh.
Masalah-01. Aplikasi teorema pythagoras dalam menyelesaikan jarak tempuh.
Berdasarkan validasi data kemampuan pemecahan masalah soal HOTS matematika
ditinjau dari kemampuan awal disimpulkan data yang valid sebagai berikut:
Dalam memahami masalah siswa kemampuan awal tinggi (FA) dan siswa kemampuan
awal sedang (YNA) mampu menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan benar,
dan menginterpretasikan dalam bentuk gambar. Mereka juga dapat menjelaskan dengan
detail bagaimana memahami soal yang diberikan melalui wawancara (S1-WHM13); (S2-
WHM12); dan (S2-WHM16) terlihat bahwa FA dan YNA mampu memahami soal nomor
1. Sedang siswa kemampuan awal rendah (ENM) mampu menuliskan informasi yang
diketahui dan 9ditanyakan dan menggunakan bahasanya sendiri maksud soal melalui
wawancara (S1-WHM12) tetapi tidak tepat dalam memahami masalah. Sedangkan pada
tahapan merencanakan penyelesaian masalah siswa FA mampu mematimatisasi dalam
bentuk simbol (S1-WHM113) dan siswa YNA menuliskan dengan tepat yang diketahui
dan ditanyakan dan mengilustrasikan dalam bentuk gambar (S2-WHM13) sedangkan
siswa ENM menginterpretasikan ide matematis menggunakan operasi aljabar (S3-
WHM16). Pada tahapan menyelesaikan masalah siswa FA menggunakan rumus dan
langkah-langkah penyelesaian yang tepat (S1-WHM1119), siswa YNA mampu
mengaitkan permasalahan dengan rumus pythagoras (S2-WHM116), sedangkan siswa
ENM tidak mampu menuliskan penyelesaian masalah. Pada tahapan memeriksa kembali
masalah siswa FA dan siswa YNA mampu menginterpretasikan jawaban akhir dan
melakukan pengecekkan kembali (S1-WHM1121); (S2-WHM116).
Transkrip 1
P1-WHM03: “Coba dijelaskan kembali menggunakan bahasa sendiri tanpa melihat
soalnya”.
7
S1-WHM13 : “Diketahui dari tempat dan waktu yang sama Eka dan Baim mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan tetap Eka ke arah timur dengan kecepatan tetap 40
km/jam dan Baim mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 30 km/jam ke arah
selatan. Ditanyakan jarak Eka dan Baim setelah 1 jam?”.
P1-WHM02: “Coba sebutkan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari
soal tersebut?”
P1-WHM013: “Coba bagaimana anda mengetahui bahwa rumus yang anda gunakan
sudah tepat?”.
S1-WHM113 : “Dimisalkan terlebih dahulu c sebagai sisi miring atau jarak perjalanan
yang ditempuh Eka dan Baim setelah satu jam. Jadi, untuk mencari nilai c dimisalkan a
= 40 cm pangkat 2 dan b = 30 cm pangkat 2 hasilnya 2500, kemudian 2500 diakarkan
hasilnya = 50 km. Jadi, jarak Eka dan Baim setelah 1 jam adalah 50 km”.
S1-WHM1119: “Di soalnya dikatakan arah Eka ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam,
sedangkan Baim ke selatan dengan kecepatan 30 km/jam saya buat gambar arah
keduanya untuk menentukan arah jarak yang dicari untuk waktu tempuh setelah 1 jam
berbentuk segitiga siku-siku maka saya menggunakan rumus pythagoras untuk mencari
panjang sisi miring, yang diketahui jumlah kuadrat dari sisi yang lainnya atau bisa
dituliskan “c 2=a2+ b2”.
S1-WHM1121: “Karena segitinya siku-siku dan kecepatannya tetap maka sisi-sisi yang
sudah diketahui nilainya langsung saya simpulkan diketahui tripel pythagoras yang ada
disoal 30,40, 50 di dapat 3, 4, 5 di dapat dari dimisalkan kecepatan tetap itu dikalikan
10”.
S2-WHM16 : “Gambar segitiga yang saya buat berdasarkan penjelasan dari soal
jadi gambar arah Eka ke timur dan Baim ke barat, menjadi bentuk segitiga siku-
siku”.
S2-WHM13 : ”Biar jadi pemandu arah Eka dan Baim disoalnya dikatakan Eka ke arah
timur dan Baim ke arah Barat”.
8
P1-WHM16: “Bagaimana cara anda membuktikan bahwa jawaban yang dituliskan
sudah benar?”.
S2-WHM116: “Arah mereka membentuk segitiga siku-siku kalau sudah di dapat jarak
Eka dan Baim setelah satu jam saya cocokkan hasilnya sama dengan jumlah dari
kuadrat sisi miringnya. 50 pangkat dua sama dengan 2500 sama hasilnya dengan 30
pangkat dua ditambah 40 pangkat P1-WHM06 : “Apa maksudnya anda membuat
gambar segitiga?”.
hasilnya sama dengan 2500 berarti 30, 40, 50 sudah benar, Kak”.
Menuliskan dengan tepat P2-WHM01: “Apa saja yang diketahui dari soal
yang diketahui dan nomor 2?”.
ditanyakan dan
S1-WHM11 : “Tidak lengkap saya jawab nomor 2,
merepsentasikannya dengan
9
gambar. Kak. Hanya menuliskan yang diketahui keliling
kebun dan ditanyakan luas taman yang ditanami
bunga”.
Berdasarkan (tabel 13.), validasi data memahami masalah disimpulkan bahwa data
yang valid:
10
rumus matematika. S1-WHM110 : “Tidak tahu, Kak”.
P2-WHM011: “Coba jelaskan apa kesulitannya dik, pada soal
nomor 2?”.
Berdasarkan (tabel 14.), validasi data memahami masalah disimpulkan bahwa data
yang valid:
11
maksudnya taman kak, keliling taman
berbentuk segitiga sama dengan 36 meter. Sisi
kedua lebih panjang 3 meter dari sisi pertama.
Dan sisi ketiga lebih panjang 3 meter dari sisi
kedua. Ditanyakan setengah dari luas taman
akan ditanami amarilis. Berapa luas taman
yang akan ditanami amarilis?”.
Berdasarkan (tabel 15.), validasi data memahami masalah disimpulkan bahwa data
yang valid:
YNA mampu menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dan membuat pemisalan
dalam bentuk simbolis matematis (Gambar 13.), YNA menjelaskan dengan benar
proses yang digunakan untuk menuliskan rumus sesuai dengan maksud
permintaan soal (S1-WHM12).
2) Kategori Data : Merencanakan pemecahan masalah
a) Data Tertulis (Hasil Pekerjaan)
a) b)
Membuat pemisalan dan P2-WHM03: “Cara apa yang anda gunakan untuk
mengilustrasikan dengan menyelesaikan soal tersebut?”.
gambar.
S2-WHM13:“Menggunakan pemisalan, Kak”.
12
buat?”.
YNA mampu menuliskan pemisalan dan menentukan konsep, ide atau definisi
yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan juga
menngilustrasikan dengan gambar. Selanjutnya, YNA menyelesaikan soal
dengan cara membuat pemisalan dan menjelaskan kembali soal tersebut
menggunakan bahasanya sendiri dengan jelas dan benar pada hasil
wawancara (S2-WHM15).
3) Kategori Data: Menyelesaikan prosedur penyelesaian
a) Data Tertulis (Hasil Pekerjaan)
a) b)
13
Sisi 1 = x, sisi 2 = x+3, sisi 3 = x +3+3, yang
diketahui tadi saya masing-masing sisinya berapa
setelah itu diuraikan untuk menjadi:
K = x+x+3+x+3+3= 36
K= x+x+x+3+3+3= 36
K= 3x +9 = 36
K=3x=36-9
K=3x=27
K=x=9
1
Luas = ¿ ×a × t
2
1
Luas ¿ ×12 ×9
2
Luas ¿ 6 × 9
Luas = 54 cm 2 .
Dilihat dari hasil pekerjaan YNA (gambar 15.), mampu melakukan tahapan
memeriksa kembali pekerjaannya dengan cara mematematisasi dan membuat
model matematika kemudian menggunakan langkah-langkah penyelesaian
yang tepat untuk memeriksa kembali solusi dari permasalahan.
4) Kategori Data: Memeriksa kembali kebenaran hasil solusi
a) Data Tertulis (Hasil Pekerjaan)
14
TABEL 18. Validasi Data Memeriksa Kembali (YNA)
Data Tertulis Data Wawancara
YNA mampu menuliskan solusi dari permasalahan hal tersebut ditunjukkan pada
lembar jawabannya (gambar 16.). Subjek mampu menentukan tahapan-tahapan
yang harus dilalui untuk memperoleh jawaban akhir. YNA memperoleh jawaban
yang benar dan mampu memeriksa kembali solusi yang diberikan.
c. Paparan data subjek berkemampuan awal rendah (ENM)
1) Kategori Data: Memahami masalah
a) Data Tertulis (Hasil Pekerjaan)
a) b)
GAMBAR 17. Jawaban ENM pada soal nomor 2 indikator memahami masalah
Berdasarkan (tabel 19.), validasi data memahami masalah disimpulkan bahwa data
yang valid:
15
GAMBAR 18. Jawaban ENM pada soal nomor 2 indikator menyelesaikan
masalah
TABEL 20. Validasi Data Merencanakan Pemecahan Masalah (ENM)
Data Tertulis Data Wawancara
Tidak mampu mengubah P3-WHM02: “Cara apa yang anda gunakan untuk
informasi yang diketahui menyelesaikan soal tersebut?”.
dan ditanyakan dari soal
S3-WHM12: “Dari yang diketahui di soal, langsung
ke dalam model
ditambah saja Kak”.
matematika.
P2-WHM03: “ Mengapa anda menggunakan
langkah-langkah tersebut”.
ENM tidak mampu merepsentasi informasi yang ada di soal dan mengubahnya ke
dalam model matematika yang tepat. Terlihat pada (gambar 18.), subjek tidak
membuat rencana penyelesaian masalah tetapi langsung menyelesaikan
permasalahan dengan menjumlahkan informasi yang diketahui dalam soal sebagai
jawaban akhir.
16
Gambar dibawah ini adalah denah sebuah kebun berbentuk persegi
panjang dengan panjang 24meter dan panjang diagonal 30meter. Di sekeliling
kebun akan dipagari besi dengan biaya pembuatan dan pemasangan sebesar Rp
150.000, -/ meter. Tentukan biaya keseluruhan pembuatan dan pemasangan
pagar disekeliling taman tersebut.
a) b)
GAMBAR 19. Jawaban FA pada soal nomor 3 indikator memahami masalah
Berdasarkan (tabel 21.) validasi data memahami masalah disimpulkan bahwa data
yang valid:
Subjek mampu menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan tepat terlihat
pada (gambar 19.), dan menggunakan bahasa sendiri untuk menjelaskan informasi
yang diketahui dan ditanyakan pada wawancara (S1-WHM12).
2) Kategori Data: Merencanakan Penyelesaian Masalah
a) Data Tertulis: (Hasil Pekerjaan)
17
a) b)
GAMBAR 20. Jawaban FA pada soal nomor 3 indikator merencanakan
penyelesaian masalah
Subjek mampu membuat model matematika dan menuliskan rumus yang tepat.
Terlihat dari (gambar 20.), bahwa FA mengaitkan rumus pythagoras dan keliling
persegi panjang kemudian menyesuaikan dengan yang ditanyakan pada soal
dijelaskan pada wawancara (S1-WHM133).
3) Kategori Data: Melaksanakan Rencana Penyelesaian
a) Data Tertulis (Hasil Pekerjaan)
a) b)
GAMBAR 21. Jawaban FA pada soal nomor 3 indikator Melaksanakan
Penyelesaian Masalah
18
menyelesaikan S1-WHM35: “Dari soalnya Kak, lebar kebun diketahui = 24
permasalahan. meter dan tingginya = 18 meter. Kemudian saya gunakan
rumus keliling persegi panjang. Keliling = 2 (p+l) atau
2(24+18) Jadi kelilingnya = 84 meter . Keliling persegi
panjang dikali dengan harga per meternya untuk membuat
pagar”.
a) b)
GAMBAR 22. Jawaban FA pada soal nomor 3 indikator Memeriksa Kembali
Berdasarkan (tabel 24.), validasi data memeriksa kembali disimpulkan bahwa data yang
valid:
19
Subjek mampu menuliskan jawaban akhir dan memeriksa kembali solusi terlihat
pada (gambar 22.). FA menjelaskan bagaimana cara memeriksa kembali jawaban
yang dikerjakannya (S1-WHM33), sehingga yakin dengan jawaban yang
diperolehnya.
Berdasarkan (tabel 24.), validasi data memahami masalah disimpulkan bahwa data
yang valid:
YNA mampu menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan lengkap dan
benar (gambar 23.). Dari hasil wawancara YNA menjelaskan informasi yang
diketahui dan ditanyakan di soal (S2-WHM12), sehingga ia mampu memahami
masalah pada soal nomor 3.
20
a) b)
c)
GAMBAR 24. Jawaban YNA pada soal nomor 3 indikator Merencanakan Penyelesaian
Masalah
TABEL 26. Validasi Data Merencanakan Penyelesaian Masalah (YNA)
21
P = 2 × p ×l
P=9.000.000+ 3.600.000
P=12.600 .000 ”.
Berdasarkan (tabel 26.), validasi data Merencanakan Pemecahan Masalah disimpulkan
bahwa data yang valid:
a) b)
c)
22
S2-WHM36 : “Bisa, Kak. Dimisalkan b untuk sisi yang
belum diketahui nilai sisinya”.
YNA mampu mengaitkan rumus yang digunakan sesuai dengan pemisalan yang
di buat terlihat pada lembar pekerjaan (gambar 25.). YNA menjelaskan secara
lisan (S2-WHM37) langkah-langkah penyelesaian soalnya dengan tepat.
4) Kategori Data: Memeriksa Kembali
a) Data Tertulis (Hasil Pekerjaan)
GAMBAR 26. Jawaban YNA pada soal nomor 3 indikator Memeriksa Kembali
Berdasarkan (tabel 28.), validasi data memeriksa kembali disimpulkan bahwa data
yang valid:
YNA mampu menuliskan solusi yang tepat dari permasalahan dan menjelaskan
kembali solusi dari permasalahan sesuai (S2-WHM39).
23
GAMBAR 27. Jawaban YNA pada soal nomor 3 indikator Memahami
Masalah
im setelah 1 jam?”.
P3-WHM033 : “Coba jelaskan langkah penyelesaian
yang dituliskan?”.
Berdasarkan (tabel 29.), validasi data memahami masalah disimpulkan bahwa data
yang valid:
ENM mampu menuliskan yang diketahui dan ditanyakan tetapi tidak mampu
merepresentasikan informasi ke dalam model matematika terlihat dari hasil
pekerjaan (gambar 27.), lalu menjelaskan langkah-langkah penyelesaian
masalah untuk menentukan solusi dari permasalahan (S3-WHM32).
KESIMPULAN
24
masalah yang baik dalam menyelesaikan masalah. Subjek mengawali menyelesaikan
masalah dengan mengilustrasikannya dalam bentuk gambar dan mengkoneksi model
matematika kemudian merepsentasikan jawaban akhir dan melakukan pengecekkan
kembali. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Rendah, tidak mampu
menyelesaikan masalah dan merepresentasikan dalam model matematika. Subjek
melakukan operasi aljabar di dalam mencari solusi permasalahan dari informasi yang
diketahui di soal. Masalah menggunakan hubungan antara keliling dan luas dalam
menyelesaikan masalah konteks. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Tinggi,
mengawali memahami masalah langsung menjelaskan informasi yang dituliskannya
sebagai jawaban yang tidak lengkap untuk merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah, dan memeriksa kembali. Subjek kesulitan dalam menjelaskan strategi yang akan
ditempuhnya karena tidak memiliki pengetahuan tentang representasi terkait masalah
konteks. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Sedang, mengawali
menyelesaikan masalah yaitu menggunakan kemampuan membaca masalah seperti
membuat pemisalan, merepresentasikan permasalahan ke dalam model matematika, dan
merepresentasi dalam bentuk gambar. Kemudian, menyelesaikan langkah-langkah
pemecahan masalah untuk mendapat solusi yang tepat. Subjek dengan Kemampuan Awal
Matematika Rendah, mengawali menyelesaikan masalah dengan memaparkan langsung
solusi dari permasalahan serta langkah-langkah penyelesaiannya. Masalah menggunakan
konsep pythagoras dan luas persegi panjang dalam menyelesaikan masalah konteks.
Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika Tinggi, mengawali menyelesaikan
masalah dengan mengkoneksi rumus-rumus matematis untuk menentukan solusi dari
permasalahan ke dalam model matamatika dan membuat solusi dari permasalahan
kemudian memeriksa kembali solusi. Subjek dengan Kemampuan Awal Matematika
Sedang, mengawali menyelesaikan masalah dengan merepresentasikan gambar dan
menyusun model matematika, lalu mengaitkan penyelesain dengan rumus pythagoras dan
luas persegi untuk menentukan solusi yang tepat dari permasalahan. Subjek dengan
Kemampuan Awal Matematika Rendah, mengawali menyelesaikan masalah dengan
menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, namun tidak mampu
merepsentasikan informasi ke dalam model matematika.
DAFTAR PUSTAKA
25
Ayuningtyas, N. (2013). Proses Penyelesaian Soal Higher Order Thinking Skills Materi
Aljabar Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (1), 48-58.
Arifin, Z, & Retnawati, H. (2015). Analisis Instrumen Pengukur Higher Order Thinking
Skills (HOTS) Matematika Siswa SMA. In Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY.
Arifin, Z, & Retnawati, H. (2017). Pengembangan Instrumen Pengukur Higher Order
Thinking Skills (HOTS) Matematika Kelas X Pythgagoras. Jurnal Pendidikan
Matematika, 12(1), 98-108. Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher
Order Thinking Skill in Your Classroom. Virginia: ASDC.
Azizah, R. (2019). Ekspolarasi Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika (Soal
Higher Order Thinking Skills) Ditinjau dari Gaya Belajar. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Program Sarjana Universitas Negeri Makassar.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia V (Online),
(https://kbbi.web.id/kemampuan diakses 11 Oktober 2020).
Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, (2009). D.R.
1956. Taxonomy of educational objectives: The classification of educational
goals. Handbook 1: Cognitive domain. New York: David McKay.
Brookhart, S. M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your classroom.
Alexandria: ASCD.
Caillies, S & Denhiere, G. (2002). The Effect of Prior Knowledge on Understanding
From Text: Evidence from Primed Recognition. European Journal of Cognitive
Psychology. 14 (2), 267-286.
Delyana, H (2015). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VII Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended. Lemma, Vol 2(1), 26-34
Djadir, and A. Asdar. (2017) “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau
dari Kemampuan Awal Matematika dan Perbedaan Gender”. Issues in
Mathematics Education (IMED) 1.1: 7-11
Gais & Afriansyah (2017). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal High
Order Thinking Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematis Siswa Pada Kelas X
di SMAN 1 Garut. (Online) Jurnal “Mosharafa” Vol. 6 No. 2. Garut: STKIP
Garut.
Julianto, M. N. (2020). Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dalam
Menyelesaikan Soal Pecahan Di Tinjau Dari Gender Pada Siswa Kelas VIII MTs
Negeri 2 Bulukumba. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Sarjana
Universitas Negeri Makassar.
26
Kukuh. (2011). Penyusunan Tes Hasil Belajar dan Butir Soal. Samarinda: Kementrian
Pendidikan Nasional Universitas Mulawarman Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Magdalena, W. (2016). Higher Order Thinking Skills (HOTS) Mathematics Untuk
Mendukung Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan. 1(1), 451-
456.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Muliawati, N. E. (2016). Proses Berpikir Lateral Siswa Dalam Memecahkan Masalah,
2(1), 55-68.
NCTM. (2000). Principles and Standarts For School Mathematics.
N. J. Mourtos, N. DeJong Okamoto & J. Rhee. 2004. Defining, teaching, and assessing
problem solving skills. San Jose State University San Jose, California 95192-0087
Polya, G. (1973). How To Solve It (A New Aspect of Mathematical Method). New Jersey:
Priceton University Press.
Ramadhanti, T, F. (2019). Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Pokok Fungsi
Eksponen dan Fungsi Logaritma Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Samarinda Tahun
Ajaran 2019/2020. Skripsi tidak diterbitkan. Samarinda: Program Sarjana
Universitas Negeri Mulawarman.
Ratnaningtyas, Y. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII dalam
menyelesaikan Soal Higher Order Thinking ditinjau dari kemampuan
matematika. MATHEDdunesa, (5)1.
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi Organizational
Behavior.Jakarta: Salemba Empat.
Rukmana, I., & Paloloang, B. (2016). Hubungan Adversity Quotient Dengan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu.
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 3.
Safrida, L.N. Susanto, S., & Kurniati, D. (2015). Analisis Proses Berpikir Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Terbuka Berbasis Polya Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas
IX SMP Negeri 7 Jember. KadikmA, 6(1).
Satriani, S. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa Materi Eksponen dan Logaritma. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, (Online) vol. 8 No. 2 Juli 2020 Hal. 1932008(2)
(http://dx.doi.org/10.31941/delta.v8i2.1006).
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian: Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tisngati, U. (2015). Proses berpikir reflektif mahasiswa dalam pemecahan masalah pada
Materi himpunan ditinjau dari gaya kognitif Berdasarkan langkah polya. Beta:
Jurnal Tadris Matematika, 8(2), 115-124.
Uno, H. B dan Masri K. (2009). Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Utami, R. W.& Wutsqa, D. U.(2017). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika dan Self-Efficacy SiswaSMP Negeri di Kabupaten Ciamis.Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, (online), 4(2),
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm, diakses 20 Oktober 2020).
27
Widyastuti, R. (2015). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
berdasarkan Teori Polya ditinjau dari Adversity Quotient Tipe Climber. Jurnal
Pendidikan Matematika, (Online), 6(2),
(http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-jabar/article/view/48/42, diakses 22
Oktober 2020).
Yazgan, Y. (2015). Sixth graders and non-routine problems: Which strategies are decisive
for success. Educational Research and Reviews, 10(13).
Yohanes, R.S. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Tim Omlimpiade Matematika SMP Negeri 01 Madiun dengan
Menggunakan Model Pemecahan Masalah Polya. In Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika UNY (pp. 143-150).
28
29