Anda di halaman 1dari 64

DASAR ANALISIS VOLUMETRI

Oleh :
Dr. HERAWATI, M.Si

4/20/2018 1
VOLUMETRTI atau TITRIMETRI

Penentuan kadar analit/zat


berdasarkan pengukuran “volume”
(larutan standar dan contoh)

“mereaksikan larutan standar yang telah diketahui


Konsentrasinya dengan larutan contoh
yang mengandung analit”

4/20/2018 2
LARUTAN STANDAR
(TITRANT)

SAMPEL
dan
INDIKATOR SYARAT TITRASI TERJADI
(PRINSIP REAKSI )

LARUTAN UJI
(TITRAT)

VA.NA = VB.NB
4/20/2018 HERAWATI 3
PRINSIP : A + B hasil reaksi

• A sebagai Titrant (larutan penitar merupakan larutan standar


yang telah diketahui konsentrasinya)
• B sebagai Titrat (larutan contoh yang dititar yang mengandung
analit).
• A dan B direaksikan sampai jumlah miliekivalen titran setara
dengan jumlah ekivalen titrat ditandai dengan terlihatnya
perubahan pada saat titik ekivalensi yang sering disebut titik
akhir titrasi.

VA.NA = VB.NB

4/20/2018 4
LARUTAN STANDAR ATAU BAKU
(Suatu Larutan zat tertentu yang telah diketahui kadar/konsentrasinya)

 JENIS LARUTAN STANDAR ATAU BAKU :


1. Larutan standar/baku primer
(konsentrasinya dapat diketahui langsung dengan
dengan cara penimbangan zat murni dan dilarutkan
sampai volume tertentu; konsentrasi larutan standar
primer ini diperoleh dari perhitungan dengan
ketelitianmenimbang sampai 0,1 mg)
2. Larutan standar/baku sekunder
(konsentrasinya ditentukan dengan cara mentitrasinya
dengan larutan standar primer)
Contoh zat standar/baku sekunder : KMnO4 ; KOH; NaOH; HCl

4/20/2018 5
Syarat – syarat Zat Standar/Baku Primer

1. Zat harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti


2. Zat harus mudah dikeringkan, tidak menyerap air H2O atau
CO2
3. Zat mempunyai bobot ekivalen yang tinggi
4. Larutan zat harus stabil

• Contoh zat standar/baku primer :


K2Cr2O7; H2C2O4; Na2CO3;
Na2B4O7.10H2O; Kalium-hidrogenftalat

4/20/2018 6
Syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam titrasi
1. Reaksi harus berlangsung cepat dan reversibel
2. Reaksi harus stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping
3. Pada titik ekivalensi titrasi, salah satu sifat sistem yang
bereaksi harus mengalami perubahan yang sekonyong-
konyong (mendadak)
4. Harus ada tanda/indikator untuk menunjukkan titik
ekivalensi titrasi (titik akhir titrasi secara teoritis)
5. Larutan baku yang direaksikan dengan analit dalam larutan
contoh harus mudah didapatkan dan stabil sehingga
konsentrasi tidak mudah berubah.

4/20/2018 7
 Titik ekivalensi (T.E) : titik dimana jumlah ekivalen
zat-zat yang bereaksi sama
 Titik akhir titrasi (T.A) : titik dimana terjadi
perubahan sifat sistem reaksi dan saat inilah titrasi
diakhiri
T.E ≠ T.A

Catatan : titik akhir titrasi tidak selalu berhimpit dengan titik ekivalensi
tetapi diusahakan sedekat mungkin.
T.E merupakan T.A teoritis
Kesalahan titrasi = selisih antara T.E dengan T.A
Tingkat kesalahan pada Titrimetri = 0,1 %

4/20/2018 8
Perubahan yang dapat terjadi pada saat
Titik Akhir Titrasi

1. Perubahan warna dari indikator dan larutan


2. Terjadi kekeruhan
3. Perubahan potensial elektroda-elektroda
yang dicelupkan dalam larutan
4. Perubahan konduktivitas dalam larutan
5. Perubahan arus listrik dalam larutan 9titrasi
amperometri)

4/20/2018 9
Perhitungan hasil titrasi (titrimetri) :

1. Teknik titrasi langsung : A + B hasil reaksi


VA.NA = VB.NB
(mgrek zat A = mgrek zat B)

2. Teknik titrasi kembali


A + B hasil reaksi + kelebihan A (lambat)
C + kelebihan A hasil reaksi

(VA.NA - Vc.Nc = VB.NB)

4/20/2018 10
PEMBAGIAN ANALISIS VOLUMETRI/TITRIMETRI
BERDASARKAN REAKSI KIMIA :

I. Volumetri berdasarkan reaksi-reaksi kombinasi ion :


1. Reaksi asam – basa(Titrasi Asam-basa)
2. Reaksi pengendapan (Titrasi Argentometri)
3. Reaksi pembentukkan kompleks yang larut
(Titrasi Kompleksiometri)
II. Volumetri berdasarkan reaksi redoks (perpindahan
elektron) :
1. Permanganometri
2. Iodometri dan Iodimetri
3. Dikrometri
4. Cerimetri

4/20/2018 11
TITRASI ASAM - BASA
• Tujuan titrasi asam-basa : untuk menentukan konsentrasi
asam atau basa
• Prinsip : penambahan larutan basa ke dalam larutan asam
atau sebaliknya secara terukur dan salah satu konsentrasinya
diketahui untuk menentukan konsentrasi asam atau basa.
• Larutan standar (Titran) : larutan asam kuat atau basa kuat
• Indikator yang digunakan : indikator pH (indikator asam-basa)
yaitu zat yang berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah.
• Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan
sesuai dengan indikator pHnya
(V x N)titrant = (V x N)titrat = (V x N)analit

4/20/2018 12
Beberapa indikator asam-basa (indikator pH)

4/20/2018 13
KURVA TITRASI ASAM - BASA

pH

mL NaOH

Kurva titrasi asam asetat dengan NaOH


A. Konsentrasi pereaksi – pereaksi 0,1 M
B. Konsentrasi pereaksi – pereaksi 0,01 M

4/20/2018 14
• Reaksi – reaksi dalam Titrasi Asam – Basa
(Asidimetri – Alkalimetri)

1. Asam kuat – Basa kuat


2. Asam kuat – Basa lemah
3. Asam lemah – Basa kuat
4. Asam kuat – Garam dari asam lemah
5. Basa kuat – Garam dari basa lemah

• Jenis Titrasi Asam – Basa


1. Titrasi Asam – Basa Monovalen (Asam berbasa satu) : HA
contoh : HCl + NaOH NaCl + H2O
2. Titrasi Asam – Basa Bivalen (Asam berbasa dua) : H2A
Contoh : H2CO3; asam maleat
3. Titrasi Asam – Basa Trivalen (Asam berbasa tiga) : H3A
Contoh : Asam fosfat (H3PO4)

4/20/2018 15
PENERAPAN TITRASI - BASA
ANALISA BAHAN ANORGANIK :
• Penetapan Nitrogen secara Kjeldahl

4/20/2018 16
• Penetapan kesadahan air
• Penetapan belerang dalam bahan organik dan biologis (bahan
dibakar dalam arus oksigen, belerang dioksida yang terbentuk
ditampung dalam larutan encer hidrogen peroksida, asam
sulfat yang terjadi dititrasi dengan basa standar).
• Penetapan garam amonium
• Penetapan nitrat dan nitrit
• Penetapan campuran karbonat (cara Warder)

ANALISA BAHAN ORGANIK :


• Penetapan gugus asam karboksilat dan sulfonat
• Penetapan gugus amina
• Penetapan gugus ester
• Penetapan gugus hidroksil
• Penetapan gugus karbonil

4/20/2018 17
“TITRASI REDOKS”
(Titrasi Berdasarkan Reaksi
Oksidasi – Reduksi)

4/20/2018 18
PENDAHULUAN
• Titrasi redoks melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi antara titrant dan titrat
(analit). Atau titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor
atau sebaliknya.
• Tujuan Titrasi ini untuk penentuan senyawa yang bersifat oksidator atau
reduktor.
• Aplikasi dalam bidang industri misalnya :
- penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganat
- penentuan sulfit dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine
- penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
- penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
➢ Jenis-jenis titrasi redoks :
- Permanganometri - Dikrometri
- Iodometri - Cerimetri
- Iodimetri

4/20/2018 HERAWATI 19
• Prinsip Titrasi Redoks .
Reaksi reduksi-oksidasi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron.

Syarat terjadinya reaksi redoks :


A+ B (terjadikah reaksi redoks??????)
a. tingkat oksidasi/valensi unsur-unsur dalam A maupun B, apakah bilangan
oksidasinya naik atau turun?
b. jika ada, apakah A oksidator cukup kuat dan B reduktor cukup kuat, ataupun
sebaliknya (kekuatan oksidator dan reduktor)

• Kekuatan oksidator dan reduktor berdasarkan :


a. Secara kualitatif : berdasarkan “Afinitas elektron”
apabila selisih afinitas elekron antara keduanya besar, maka
reaksi redoks sempurna.
b. Secara kuantitatif : berdasarkan selisish “afinitas elekron” dari sistem redoks
yang diukur secara eksperimen atas dasar nilai “Potensial”.

4/20/2018 HERAWATI 20
• Syarat Indikator redoks
a. Indikator harus bisa megalami reaksi reduksi atau oksidasi dengan
cepat (sifat oksidator dan reduktornya lemah)
b. Indikator harus dapat mengalami reaksi redoks reversibel dengan cepat,
sehingga bila terjadi penumpukan massa titrant atau analit, maka sistem
tidak akan mengalami reaksi oksidasi atau reduksi secara gradual.

➢ Jenis-Jenis Indikator pada Titrasi oksidasi - reduksi :


- Autoindikator
- Indikator redoks :
Contoh : Ferroin (1,10 phenantrolin iron(II) sulfate)
Difenilamin
- Indikator internal (kanji/amilum)

4/20/2018 HERAWATI 21
PERMANGANOMETRI
• Tujuan : untuk menetapkan kadar analit (zat reduktor) dalam contoh/cuplikan/sampel
dengan titrant Oksidator

• Prinsip : analit (reduktor) dalam larutan contoh bereaksi dengan permanganat (oksidator)
dalam suasana asam, basa atau netral sampai titik ekivalensi yang ditandai dengan warna
violet muda yang stabil.
R(Reduktor) + MnO4- + H+ ROks + Mn2+ + H2O
(analit) titrant (oksidator)

• Larutan Standar : Lar. Oksidator (KMnO4/Lar.Standar sekunder) dalam lingkungan asam


sulfat .

• Zat-zat standar primer untuk larutan KMnO4 antara lain :


1. As2O3 : stabil, tak higroskopis dan murni, dan mudah diperoleh
5 HAsO2 + 2MnO4- + 6H+ + 4H2O Mn2+ + 5H3AsO4
2. Na2C2O4 : stabil, tak higroskopis dan murni
5H2C2O4 + 2MnO4- + 6H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
3. Fe : murni
5Fe+2 + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

4/20/2018 HERAWATI 22
PEMBUATAN LARUTAN KMnO4 0,1 N

• Ditimbang teliti 3,2 g KMnO4, dimasukkan ke piala gelas 250 mL dilarutkan


dengan air suling yang telah dididihkan sebelumnya, lalu larutan tersebut
dipindahkan ke piala gelas 1 L, dan kristal KMnO4 yg belum larut dilarutkan
dengan air suling sampai larut semua. Kemudian lar itu diencerkan sampai
volume 1 L, dipindahkan ke botol berwarna gelap ditutup diberi etiket,
disimpan selama 7 hari, setelah itu disaring dengan kaca masir, lalu
ditetapkan normalitasnya. , Tetapi bila akan digunakan pada waktu yang
singkat, maka sebelum dipindahkan ke botol berwarna, dipanaskan
sampai hampir mendidih, dibiarkan 1 jam, didinginkan lalu disaring
dengan kaca masir/krus/asbes, dimasukkan ke botol bertutup asah yg
berwarna.

4/20/2018 HERAWATI 23
STANDARDISASI LARUTAN KMnO4 0,1 N
➢ Prinsip : Asam oksalat dapat dipergunakan sebagai bahan baku primer untuk menetapkan
titar larutan KMnO4. Larutan asam oksalat yang tertentu normalitasnya dititar dengan
KMnO4. Penitaran dilakukan dalam suasana asam sulfat encer dan suhu diatur (60 – 70)oC.
Dalam penitaran ini tidak dipakai indikator, karena kelebihan larutan KMnO4 sedikit saja pada
titik akhir titrasi (T.A .T)sudah memberikan warna merah muda

Reaksi:
2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

• Cara Kerja:
Timbang dengan teliti  630 mg hablur asam oksalat, dimasukkan ke labu takar 100 mL
dilarutkan dengan air suling lalu ditepatkan sampai tanda tera. Kemudian pipet 25 mL larutan
asam oksalat tadi, tambahkan 25 mL asam sulfat 4 N ( dengan gelas ukur ), panaskan sampai
70oC, lalu dititar dengan larutan KMnO4 sampai timbul warna merah muda . Lakukan duplo.
Hitung normalitas KMnO4.

• Perhitungan:
N KMnO4 = (mg oksalat/BE. Oksalat) x 1/V.KMnO4 x 25/100

4/20/2018 HERAWATI 24
Penggunaan Titrasi Redoks
Penetapan Kadar Besi dalam Garam Besi

• Prinsip Reaksi:
MnO4- + 4 Fe2+ + 8 H+ Mn2+ + 4 Fe3+ + 4 H2O

• Cara Kerja:
Dipipet 25 mL larutan contoh, masukkan ke erlenmeyer, lalu ditambahkan 25
mL H2SO4 4 N, kemudian dititar dengan larutan KMnO4 0,1 N yang sudah
distandardisasi sampai titik akhir titrasi ditandai dengan warna violet muda.
Hitung % kadar besi dalam contoh !!!!

➢ Rumus kadar besi dalam contoh!!!

% (g/100mL) Fe = (mL KMnO4 x N. KMnO4 X BE Fe) x 10-3 x 100


mL Contoh

4/20/2018 HERAWATI 25
• Penggunaaan jenis titrasi permanganometri
1. Secara langsung : titrasi zat reduktor ( ion oksalat, arsenit, besi (II), bromide,
antimonit, hydrogen peroksida)

% reduktor = (mL x 0,1000 N )KMnO4x BE reduktor x 100 %


mg sampel atau mL sampel
2. Secara tak langsung (Titrasi balik)
- penetapan logam logam yang membentuk endapan
- penetapan MnO2 dalam pirolusit (bijih MnO2)
contoh soal :
a gram sampel pirolusit ditambah 100 mL larutan HAsO2 0,1N
(berlebihan kuantitatif), dipanaskan sampai semua cuplikan larut.
Untuk titrasi kembali, kelebihan HAsO2 diperlukan b mL KMnO4 0,1000 N.
Ditanya % MnO2?

%Kadar MnO2 = {(100mL x0,1N) –(b mL x 0,1000 N KMnO4)} x BE MnO2 x 100 %


1000 x a gram sampel
Catatan : BE zat(redoks) = BM zat/jumlah elektron dalam reaksi
setengah selnya
4/20/2018 HERAWATI 26
SOAL - SOAL
1. Larutan KMnO4 distandardisasi dengan logam besi murni (bahan baku primer). Logam besi tersebut
dilarutkan dalam asam dan ion besi semua direduksi menjadi ion Fe2+, lalu dititrasi dengan larutan dengan
reaksi sebagai berikut :
MnO4- + Fe2+ + H+ Fe3+ + Mn2+ + H2O
a. Selesaikan reaksi tersebut di atas !!
b. Jika 33,00 mL larutan KMnO4 dibutuhkan untuk bereaksi tepat dengan 0,5585 gram besi murni
tersebut, tentukan normalitas larutan KMnO4 tersebut !!!
2. Tentukan volume (mL) larutan permanganat 0,0240 M yang diperlukan untuk bereaksi dengan 4,00 mL H2O2
2,00% dalam larutan asam yang mempunyai berat jenis 1,02 g/mL. Dalam reaksi tersebut permanganat
direduksi menjadi Mn2+ dan H2O2 dioksidasi menjadi O2 . Tuliskan semua reaksi yang terjadi!!
3. Apa yang Anda ketahui mengenai titrasi oksidimetri
4. Sebutkan paling sedikit 3 jenis larutan standar yang dipergunakan dalam titrasi oksidimetri !!
5. Apakah semua titrasi oksidimetri menggunakan indikator?? Terangkan jawaban Anda!!
6. Keuntungan dan kerugian dalam penggunaan larutan KMnO4 sebagai larutan standar !
7. Sebanyak 0,3000 gram suatu contoh bijih logam yang mengandung MnO2 dilarutkan dengan suatu campuran
(H2C2O4 dan H2SO4 ) berlebihan. Volume yang dicampurkan itu sebanyak 37,50 mL. Kelebihan asam oksalat
dititrasi dengan larutan standar 0,0200 N.
a. Tulis semua reaksi yang terjadi !!
b. Tentukan persentase mangan (Mn) dalam bijih logam tersebt, jika diketahui bahwa 25,00 mL larutan
H2C2O4 ekivalen dengan 45 mL larutan standar KMnO4 tersebut di atas!!

4/20/2018 HERAWATI 27
IODOMETRI
(TITRASI TIDAK LANGSUNG)

• Tujuan : untuk menetapkan kadar zat oksidator dalam


contoh
• Prinsip : ditambahkan KI berlebih dalam larutan contoh
yang mengandung analit/zat oksidator, iod yang
terbentuk dititrasi dengan larutan standar natriumtiosulfat dan
dihasilkan ion iodida dan ion tetrationat.
A(Oksidator) + 2I-(berlebih) ARed + I2
(analit)
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
(Titrant)
• Larutan Standar : Larutan Tio
• Indikator : Kanji/amilum, ditambahkan dekat titik ekivalen.
• Titik Akhir Titrasi : ditandai dengan menghilangnya warna violet
(V x N)tio/titrant = (V x N)iod = (V x N)analit

4/20/2018 28
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
PADA TITRASI SECARA IODOMETRI

1. “Oksigen error” ; terjadi jika dalam larutan


asam, maka oksigen dari udara akan
mengoksidasi iodida menjadi iod (kesalahan
makin besar dengan meningkatnya asam).
O2 + 4I- + H+ 2I2 + 2H2O
Pencegahan : - suasana atmosfir inert
- penambahan CO2 padat atau
NaHCO3

4/20/2018 29
2. Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH < 8), jika
terlalu basa, maka akan terjadi reaksi
I2 + 2-OH IO- + I- + H2O
ion hipoiodit
3IO- 2I- + IO3-
ion iodat
sehingga volume tiosufat (titran) berkurang, kesalahan sampai 4% terjadi
pada pH sekitar 11,5
3. Larutan kanji yang sudah rusak akan memberi warna violet yang sulit hilang
warnanya, sehingga akan mengganggu penitaran.
4. Pemberian kanji terlalu awal, dapat menyebabkan iod menguraikan amilum
dan hasil peruraian mengganggu perubahan warna pada titik akhir.
5. Penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut dalam
air tetapi mudah larut dalam KI, jadi KI yang ditambahakan selain
mereduksi analit juga melarutkan I2 hasil reaksi.

4/20/2018 30
6. Larutan Tiosulfat (H2S2O3) dapat terdekomposisi: Suasana yang
sangat asam dapat menguraikan larutan tiosulfat menjadi
belerang.
S2O32- + 2H+ H2S2O3 + H2SO3 + S
Suasana basa (pH > 9) tiosulfat menjadi ion sulfat.

4/20/2018 31
PENERAPAN ANALISIS IODOMETRI

• Penetapan Kadar Krom (VI) dalam Contoh


• Penetapan Kadar Logam Cu dalam Contoh
• Penetapan Kadar Klor dalam Contoh
Pengelantang
• Penetapan Bilangan Iod dalam Minyak
• Penetapan Kadar Formaldehida dalam
Formalin
• Penetapan Kadar Phenol

4/20/2018 32
ARGENTOMETRI
(TITRASI PENGENDAPAN)

4/20/2018 33
ARGENTOMETRI
• Tujuan : untuk menetapkan ion-ion halida (Cl-;
Br-; l-; Cl- ; dan anion-anion lainnya.
• Prinsip : volumetri berdasarkan
pembentukkan endapan yang sukar larut.
• Larutan standar/Titran : AgNO3; KSCN atau
NH4SCN
• Indikator : K2CrO4; Fluoresen; Fe3+
• Titik akhir titrasi : ditandai dengan
terbentuknya kekeruhan atau endapan.
(V x N)titrant = (V x N)titrat = (V x N)analit
4/20/2018 34
SYARAT-SYARAT AGAR
ARGENTOMETRI EFEKTIF

1. Reaksi harus cepat terutama dekat titik akhir


titrasi
2. Jika reaksi lambat, dapat ditambahkan
dengan pelarut organik (etanol dalam air);
dengan pemanasan; atau penambahan
penitar (titran) yang berlebihan kemudian
dititrasi kembali
3. Reaksi pengendapan yang terjadi harus
stoikiometri
4/20/2018 35
SUMBER KESALAHAN PADA ARGENTOMETRI
1. Kesulitan pemilihan indikator yang sesuai
2. Kinetika/kecepatan reaksi terlalu lambat
3. Susunan endapan seringkali tidak diketahui karena
pengaruh kopresipitasi
4. Sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi, karena dipengaruhi
oleh faktor kensentrasi dan kelarutan (Ksp). Semakin kecil
konsentrasi analit dan titran, semakin sulit mendeteksi titik
akhir titrasi dan diperlukan volume titran lebih banyak.
Semakin besar kelarutan endapan, semakin sulit pula
mendeteksi titik akhir titrasi. Konsentrasi optimum dapat
diketahui melalui kurva titrasi argentometri.
5. Perubahan pH
6. Perubahan temperatur

4/20/2018 36
KURVA TITRASI ARGRNTOMETRI
AgI

AgBr

pX AgCl

25 50 75
mL AgNO3

4/20/2018 37
JENIS TITRASI ARGENTOMETRI

1. MOHR : didasarkan pembentukan dua endpan yang


berwarna. Indikator yang digunakan K2CrO4

2. FAJANS : didasarkan pada penyerapan zat warna oleh


permukaan endapan. Indikator : fluoresen (indikator
adsorbsi)

3. VOLHARD : didasarkan pada titrasi tidak langsung (titrasi


kembali)
Indikator : Fe3+

4/20/2018 38
Prinsip Tahapan dalam Analisis Titrimetri: A + B Hasil reaksi

Penimbangan atau
Pemipetan
Contoh/Sampel 1. Pilih pelarut sampel
yang sesuai
2. Teknik melarutkan analit
3. Mengatur kondisi larutan,
misalnya pH, temperatur
Pelarutan 4. Pemilihan indikator yang sesuai
Sampel

Titrasi 1. Pengamatan Titik Akhir Titrasi harus benar


2. Pembacaan Buret (sesuaikan
dengan tipe buret yang digunakan)

Perhitungan Kadar Analit dalam larutan uji


(V x N)Titrant = (V x N)Titrat = (V x N)analit)

4/20/2018 HERAWATI 39
• TITRASI
1. Pengetahuan jenis buret & peruntukkannya
2. Pencucian buret dengan air
3. Pembilasan buret (2x)
4. Memasukkan larutan memakai corong
5. Pengelapan bagian atas buret
6. Penepatan tanda tera
7. Gelembung di cerat
8. Alas putih
9. Penurunan cairan
10. Pengamatan titik akhir
11. Pembacaan skala

4/20/2018 HERAWATI 40
HAL – HAL YANG DIPERHATIKAN
PADA DASAR TEKNIK VOLUMETRI

• MENIMBANG
1. Kebersihan
2. Waterpass
3. On kan neraca
4. Zero point
5. Memasukkan wadah
6. Memasukkan zat
7. Kondisi neraca (jendela neraca)
8. Stabilitas neraca
9. Pembacaan penimbangan (pencatatan)
10. Zero point
11. Off neraca
12. Mengeluarkan

4/20/2018 HERAWATI 41
• MEMIPET
1. Disiplin
2. Kebersihan
3. Pencucian pipet dengan air
4. Pembilasan pipet (tidak naik turun)
5. Pembilasan pipet (2x)
6. Dilap sebelum ditera
7. Penepatan tanda tera (miniskus)
8. Posisi pipet vertikal membentuk sudut 45o
9. Ditunggu 15 hitungan

4/20/2018 HERAWATI 42
• MELARUTKAN ZAT
1. Pencucian labu takar & corong
2. Penggunaan pengaduk & corong
3. Membilas leher labu dengan aquades
4. Pelarutan awal
5. Leher labu dilap
6. Penetapan tanda tera
7. Pengenalan Kondisi kritis
8. Pengocokkan (12 kali)

4/20/2018 HERAWATI 43
“KOMPLEKSIOMETRI”
(TITRASI BERDASARKAN PEMBENTUKKAN SENYAWA
KOMPLEKS)

4/20/2018 44
SENYAWA KOMPLEKS

KATION ANION

Mn+ :Ligand

Ikatan kovalen koordinasi

Reaksi umum : Mn+ + :L (M : L)n+


(kompleks)

4/20/2018 45
KOMPLEKSIOMETRI

• Tujuan : menetapkan kadar suatu analit dalam contoh


berdasarkan pembentukkan senyawa kompleks antara titran
dan titrat.
• Prinsip : didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks
yang larut.
• Larutan standar : ligan, atau kation
• Indikator : indikator logam (erio-t, calmagite, murexide)
• Titik akhir titrasi : ditandai dengan perubahan warna larutan.
(V x N)titrant = (V x N)titrat = (V x N)analit

4/20/2018 46
JENIS TITRASI BERDASARKAN PENGOMPLEKSNYA

I. TITRASI dengan PENGOMPLEKS ANORGANIK


Reaksi pembentukkan komplek berlangsung bertahap;
Contoh : Cu(NH3)42+ (4 tahap)
II. TITRASI dengan PENGOMPLEKS POLIDENTAT
(KELATOMETRI) khususnya dengan EDTA
Reaksi : Mn+ + H2Y2- (MY)n-4 + 2H+
“Selama titrasi berlangsung pH berpengaruh)

4/20/2018 47
KARAKTERISASI dan KEGUNAAN EDTA dalam TITRIMETRI

1. EDTA dalam ligan heksadentat yang mempunyai 6 buah atom donor pasangan
elektron; yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O dari OH. EDTA
merupakan garam Na-EDTA yang mudah larut dalam air.
2. EDTA dapat membentuk kompleks dengan ion logam dengan perbandingan
(1:1) artinya ; 1 molekul EDTA dengan 1 ion logam, sehingga reaksi berjalan
cepat dan 1 tahap.
3. Konstanta kestabilan kelat kompleksnya umumnya besar, sehingga reaksi
sempurna (kecuali dengan logam alkali)
4. Bahan baku primer untuk standardisasi EDTA mudah diperoleh (CaCO3).
5. Asam EDTA dalam larutan mempunyai 5 spesiasi :
H4Y H3Y- H2Y2- HY3- Y4-

4/20/2018 48
PENGARUH pH PADA TITRASI KOMPLEKSIOMETRI
• Pada pH rendah kesetimbangan bergeser ke kiri sehingga jumlah terbesar EDTA
akan berbentuk H4Y
• Pada pH tinggi sebagian EDTA akan terdapat sebagai spesiasi Y4-
• Berapapun pH larutan EDTA dan spesiasi manapun yang dominan ataupun tidak
dominan, jumlah total mol kelima spesiasi EDTA tersebut akan selalu sama dengan
mol bentuk yang dilarutkan atau yang terbentk dalam reaksi :
Mn+ + H2Y2- (MY)n-4 + 2H+
Kesempurnaan reaksi tergantung pada pH titrat :
• Semakin tinggi pH semakin baik, tetapi ada batas tertentu. Pada pH yang lbh
rendah dari batas tersebut maka titrasi tidak layak.
• Titrat pada titrasi EDTA harus diberi buffer pH agar memenuhi pH tersebut. Buffer
juga diperlukan untuk menyerap ion-ion hidrogen yang dihasilkan dalam reaksi
titrasi. Jika ion hidrogen yang dihasilkan dalam reaksi makin banyak, maka
mengganggu jalannya reaksi.
• Supaya titrasi berjalan sempurna harus diperhatikan pH minimum. pH minimum
berbeda-beda untuk setiap kation yang dititrasi.
• Jika pH terlalu tinggi, ion logam terhidrolisa dan membentuk endapan logan
tersebut

4/20/2018 49
INDIKATOR LOGAM

• Syarat – syarat pemakaian indikator ion logam dalam mendeteksi titik


akhir titrasi :
1. Dalam titrasi kompleksiometri dengan EDTA, tidak terjadi perubahan
warna karena perubahan pH
2. Reaksi warna harus selektif atau spesifik
3. Kompleks indikator logam harus stabil, jika tidak stabil, maka akan
terjadi disosiasi menyebabkan perubahan warna yang tidak tajam;
4. Harus ada perbedaan yang jelas antara warna indikator dan warna
kompleks indikator-logam
5. Indikator harus peka terhadap ion logam

M – In M – EDTA
Contoh indikator : erio-t (H3In), calmagite, murexide dan lain-lain

4/20/2018 50
Contoh: indikator logam yang banyak digunakan : Erio-T (H3In)

H3In H2In- HIn2- In3-


(merah) (biru) (jingga)
pH= 6,3 pH = 11,6
pH 6,3 – 11,5 HIn2- merupakan spesiasi yang paling dominan berwarna biru.
Maka bila menggunakan Erio –T sebagai indikator harus menggunakan
buffer dengan nilai pH diantara kedua nilai tersebut, agar terjadi
perubahan warna yang jelas dari merah ke biru.

Jika pH kurang dari 6,3 atau lebih dari 11,5, indikator bebas dan kelatnya
hampir tidak berbeda warna atau bahkan sama.

Erio-tTjuga bersifat indikator asam-basa berubah warna bila pH lingkungan


berubah, karena pada pH berbeda, spesiasi yang dominan juga berbeda.
Logam yang banyak dititar dengan erio-T : Ca, Mg, Ni, Zn

4/20/2018 51
• Erio –T cocok untuk titrasi Mg2+ pada pH 10, tapi tidak cocok untuk Ca2+.
Karena untuk titrasi Ca2+, titik akhir timbul terlalu awal. Untuk
mengatasinya, pada larutan Ca2+ ditambahkan Mg2+ karena kelat MgIn-
lebih kuat daripada CaIn-. Maka indikator akan diikat oleh Mg2+ harus
diperhitungkan, dikurangkan dari hasil titrasi.
• Mg dapat juga diberikan dalam bentuk larutan Mg-EDTA ke dalam larutan
yang dititrasi. Dalam hal ini tidak perlu dicari berapa EDTA yang terpakai
oleh Mg karena tidak ada Mg yang terpakai sama sekali.

• Rekasi yang terjadi :


1. Indikator + logam membentuk kelat Min
2. EDTA + logam : titrasi, membentuk kelat MY
3. EDTA + kelat indikator logam : membebaskan indikator, terjadi
perubahan warna indikator bebas.

4/20/2018 52
TEKNIK TITRASI dengan EDTA

1. Titrasi Langsung
2. Titrasi Tidak Langsung
3. Titrasi Kembali
4. Titrasi Pergeseran
5. Titrasi Alkalimetri

4/20/2018 53
PENERAPAN TITRASI dengan EDTA

1. Penetapan Kesadahan Air


2. Penetapan Ion Logam Nikel
3. Penetapan Kadar Magnesium

4/20/2018 54
Standardisasi EDTA dengan bahan baku primer
Kalsiumkarbonat (CaCO3)

• Tujuan : Standarisasi konsentrasi EDTA dengan baku primer CaCO3


• Reaksi : sebelum Ca2+ direaksikan dengan EDTA ditambah buffer pH 10 yang mengandung ion Mg2+ dan
indikator erio-T (HIn2-)
Sebelum titrasi:
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+
(Indikator)biru merah
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+ (lebih dominan)
biru merah
Karena CaIn- lebih lemah daripada MgIn- sehingga indikator diikat oleh MgIn- maka EDTA (H2Y2-) bereaksi
dengan Ca2+
Selama titrasi :
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
analit titrant
Saat titik akhir titrasi :
MgIn- + H2Y2- MgY2- + HIn2- + H+
Biru (pada Titik Akhir Titrasi)
Perhitungan :
M EDTA (H2Y2-) = mg CaCO3
(mL EDTA x BM CaCO3)

4/20/2018 HERAWATI 55
Penetapan kesadahan jumlah dalam sampel air

• Tujuan : menetapkan kesadahan jumlah dalam sampel air secara kompleksiometri dengan
EDTA (H2Y2-) menggunakan indikator Erio-T (HIn-2)
• Reaksi :
Sebelum titrasi:
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+
(Indikator) biru merah
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+ (lebih dominan)
biru merah
Karena CaIn- lebih lemah daripada MgIn- sehingga indikator diikat oleh MgIn- maka EDTA (H2Y2-) bereaksi
dengan Ca2+
Selama titrasi :
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
analit titrant
Saat titik akhir titrasi :
MgIn- + H2Y2- MgY2- + HIn2- + H+
Biru (pada Titik Akhir Titrasi)

• Perhitungan : Ca (mg/L) = (mL EDTA x M EDTA X BA Ca)/L sampel


Ca (%) = {(mL EDTA x M EDTA X BA Ca)} x 10-3) x 100 %
mL sampel

4/20/2018 HERAWATI 56
soal
• Kalsium karbonat murni ditimbang 0,2428 g, dimasukkan ke labu takar
200 mL, dilarutkan dengan penambahan asam klorida secukupnya dan
diimpitkan dengan aquades sampai tanda tera dan dihomogenkan.
Kemudian larutan tersebut dipipet 50 mL dimasukkan ke erlenmeyer dan
ditambahkan 10 mL buffer pH 10 yang mengandung ion Mg, ditambahkan
indikator Erio-T, lalu dititar dengan EDTA ternyata membutuhkan 42,75
mL EDTA.
1. dibuat larutan 0,01M EDTA sebanyak 1 L (BM 372,2 g/mol), berapa
yang ditimbang EDTA tersebut??
2. Tuliskan reaksi yang terjadi secara stoikiometri lengkap!!!
3. Hitung molaritas larutan EDTA berdasarkan data kuantitatif yang ada!!
4. EDTA yang telah diketahui konsentrasinya pada soal (3), digunakan
sebagai titrant untuk titrasi 200 mL sampel air yang mengandung ion
kalsium dengan indikator erio-T dan buffer pH 10 yang mengandung ion
magnesium. Titik akhir titrasi membutuhkan 16,35 mL EDTA. Hitung kadar
ion kalsium sebagai kalsium karbonat dalam satuang (mg/L)!!!
4/20/2018 57
soal
• Sampel air 100 mL mengandung ion kalsisum dan magnesium dititar
dengan 15,25 mL EDTA 0,0106 M dalam suatu buffer amoniak pH 10.
sampel air lain 100 mL (mengandung ion kalsisum dan magnesium) dititar
dengan natrium hidroksida untuk mengendapkan ion magnesium
membentuk magnesiumhidroksida, dan kemudian dititar pada pH 13
dengan 10,45 mL EDTA yang sama. Hitung kadar masing-masing kalsium
dan magnesium sebagai kalsium karbonat dan magnesium karbonat dalam
satuan mg/L (ppm)

4/20/2018 58
Tahapan dalam Analisis Volumetri :

Penimbangan atau
Pemipetan
Contoh/Sampel 1. Pilih pelarut sampel
yang sesuai
2. Teknik melarutkan analit
3. Mengatur kondisi larutan,
misalnya pH, temperatur
Pelarutan 4. Pemilihan indikator yang sesuai
Sampel

Titrasi 1. Pengamatan Titik Akhir Titrasi harus benar


2. Pembacaan Buret (sesuaikan
dengan tipe buret yang digunakan)

Perhitungan Kadar Analit :


(V x N)Titrant = (V x N)Titrat = (V x N)analit)

4/20/2018 59
HAL – HAL YANG DIPERHATIKAN
PADA DASAR TEKNIK VOLUMETRI

• MENIMBANG
1. Kebersihan
2. Waterpass
3. On kan neraca
4. Zero point
5. Memasukkan wadah
6. Memasukkan zat
7. Kondisi neraca (jendela neraca)
8. Stabilitas neraca
9. Pembacaan penimbangan (pencatatan)
10. Zero point
11. Off neraca
12. Mengeluarkan

4/20/2018 60
• MELARUTKAN ZAT
1. Pencucian labu takar & corong
2. Penggunaan pengaduk & corong
3. Membilas leher labu dengan aquades
4. Pelarutan awal
5. Leher labu dilap
6. Penetapan tanda tera
7. Pengenalan Kondisi kritis
8. Pengocokkan (12 kali)

4/20/2018 61
• MEMIPET
1. Disiplin
2. Kebersihan
3. Pencucian pipet dengan air
4. Pembilasan pipet (tidak naik turun)
5. Pembilasan pipet (2x)
6. Dilap sebelum ditera
7. Penepatan tanda tera (miniskus)
8. Posisi pipet vertikal membentuk sudut 45o
9. Ditunggu 15 hitungan

4/20/2018 62
• TITRASI
1. Pengetahuan jenis buret & peruntukkannya
2. Pencucian buret dengan air
3. Pembilasan buret (2x)
4. Memasukkan larutan memakai corong
5. Pengelapan bagian atas buret
6. Penepatan tanda tera
7. Gelembung di cerat
8. Alas putih
9. Penurunan cairan
10. Pengamatan titik akhir
11. Pembacaan skala

4/20/2018 63
TERIMA KASIH

4/20/2018 64

Anda mungkin juga menyukai