Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Minat Bercocok Tanam Siswa

a. Pengertian Minat

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong individu untuk

melakukan apa yang meraka inginkan bila mereka bisa memilih. Bila mereka

melihat sesuatu akan menguntungkan mereka merasa berminat. Seseorang

mempunyai minat terhadap sesuatu maka perhatianya akan sendirinya tertarik

pada objek tersebut. Minat juga merupakan suatu keadaan dimana seseorang

mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan adanya

kecenderungan untuk melihat atau berhubungan dengan objek tersebut.

Menurut Slameto (2010) minat adalah suatu rasa suka dan rasa

keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan atas suatu hubungan antara diri sendiri

dengan 8 sesuatu di luar diri. Semakin kuat hubungan tersebut maka semakin

besar minat. Peserta didik yang memiliki perhatian yang lebih terhadap

sesuatu maka ia memiliki minat yang tinggi pada suatu kegiatan.


b. Unsur-unsur minat

Menurut Abdul Rahman Abror (1993), menjabarkan unsurunsur minat

sebagai berikut:

1) Unsur kognisi (mengenal),

Dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai

objek yang dituju oleh minat tersebut.

2) Unsur emosi (perasaan),

Karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan

tertentu (biasanya perasaan senang).

3) Unsur konasi (kehendak),

Merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu diwujudkan dalam

bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan.

c. Ciri-Ciri Minat

Jika ingin mengetahui seseorang berminat terhadap suatu hal, tentu

saja bisa dilihat dari bagaimana gerak-gerik dan respon seseorang tersebut

terhadap objek. Berikut ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut

dikatakan minat terhadap suatu objek. Menurut pemaparan Slameto (2010)

mengenai minat, dapat diketahui bahwa ciri-ciri minat adalah sebagai berikut:

1) Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari

kemudian. Tentu saja minat tumbuh terhadap sesuatu yang diketahui oleh

individu tersebut sehingga dia bisa mempelajarinya.


2) Minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan

bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Jadi salah satu

ciri minat dapat dilihat melalui kasat mata secara jelas.

3) Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Jadi

jika individu menyukai aktivitas tertentu, dia akan mengikutinya dengan

senang hati.

4) Minat mempunyai segi motivasi dan perasaan. Jadi dengan adanya minat,

seseorag akan termotivasi dan memiliki perasaan senang, tertarik, dan

penasaran terhadap kegiatan atau objek tertentu.

5) Siswa yang memiliki minat terhadap suatu obyek akan cenderung

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut. Jadi jika

siswa yang berminat terhadap sesuatu maka dia akan memberi perhatian

lebih, salah satunya dengan cara mempelajarinya terus menerus.

d. Cara Membangkitkan Minat Siswa

Adapun beberapa cara membangkitkan minat siswa (Mufarrikhah,

2011) sebagai berikut:

1) Membangkitkan kebutuhan anak Seorang pendidik harus bisa mengarahkan

agar anak merasa butuh terhadap sesuatu, kalau anak sudah merasa butuh maka

akan timbul minat untuk mendapatkan kebutuhan tersebut.


2) Hubungan dengan pengalaman lampau Seorang pendidik dapat menceritakan

bahwa tidak semua anak yang sekolah itu menjadi pegawai atau pejabat, tetapi

tidak ada seorang pegawai atau pejabat pun yang tidak sekolah.

3) Memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan hasil yang baik. Dengan

cara menyajikan pelajaran sesuai dengan kesanggupan anak. Setiap siswa

memiliki kemapuan yang berbeda, oleh karena itu, seorang pendidik harus

menuntun siswa agar memiliki kesempatan untuk mendapatkan yang terbaik

sesuai kemampuannya.

4) Gunakan berbagai bentuk kegiatan yang menarik agar anak tidak bosan.

Banyak kegiatan membuat siswa cenderung bosan, untuk menarik perhatian

siswa dapat dilakukan dengan cara kerja kelompok, bernyayi, bercerita dan

lain-lain.

e. Indikator Minat Bercocok Tanam

Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang mampu

membuat seseorang ingin merasakan hal-hal yang menyenangkan. Seseorang

yang memiliki minat terhadap apa yang dipelajari lebih dapat mengingatnya

dalam jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai sebuah dasar

untuk pembelajaran di masa yang akan datang (Garner dan Ormrod, 2003).

Dengan adanya minat, mampu memperkuat 10 ingatan seseorang terhadap apa

yang telah dipelajarinya, sehingga dapat dijadikan sebagai fondasi seseorang


dalam proses pembelajaran di kemudian hari. Indikator minat ada empat,

yaitu: perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan

siswa (Safari, 2003). Masing-masing indikator tersebut sebagai berikut:

1) Perasaan

Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu

yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk

mempelajari bidang tersebut.

2) Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa

tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif

yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

3) Perhatian Siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan

dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa

yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan

memperhatikan objek tersebut.

4) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang

tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan

dari objek tersebut.


2. Teknologi Hidroponik

a. Pengertian Hidroponik

Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air

yang telah dilarutkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh

tanaman untuk menggantikan tanah. Konsentrasi larutan nutrisi harus

dipertahankan pada tingkat tertentu agar pertumbuhan dan produksi tanaman

optimal (Istiqomah, 2006).

Menurut Wulansari (2015), hidroponik adalah sistem budidaya yang

mengandalkan air atau bercocok tanam tanpa tanah. Pada dasarnya bertanam

secara hidroponik mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan

bertanam dengan media lainnya. Selain itu, teknik ini juga bisa dilakukan di

lahan yang terbatas dan lebih ramah lingkungan.

Menurut Prihmantoro (2003), hidroponik merupakan teknologi bercocok

tanam tanpa menggunakan tanah. Media menanam digantikan dengan media

tanam lain, seperti rockwool, arang sekam, zeolit, dan berbagai media ringan

dan steril lainnya. Hal pentik pada penerapan hidroponik adalah penggunaan

air sebagai pengganti tanah untuk menghantarkan larutan hara ke akar

tanaman.
b. Jenis-Jenis Hidroponik

1) Wick Sistem (Sistem Sumbu)

Menurut Muhammad Iqbal (2016), hidroponik yang paling sederhana

dan paling mudah diperaktikan adalah hidroponik sistem wick (sumbu).

Disebut sistem sumbu karena pada sistem ini pasokan nutrisi ke media tanam

dilakukan 7 dengan perantaraan sumbu. Cara kerjanya mirip kompor minyak

tanah yang mana larutan nutrisi mengalir dari sebuah wadah hingga keakar

tanaman dengan memanfaatkan perinsip kapilaritas air. Sistem sumbu

termasuk sistem hidroponik pasif karena setiap bagiannya tidak bergerak.

Pada sistem sumbu ini tidak ada bantuan dari energi luar.

2) Sistem NFT (Nutrien Film Technique)

Sistem hidroponik NFT adalah sistem hidroponik yang populer di

kalangan masyarakat dikarenakan desainnya yang cukup sederhana dan

sistem hidroponik NFT (Nutrien film Technique) yang merupakan teknologi

hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan campuran air dan

nutrisi dangkal yang disirkulasikan secara terus-menerus (Hendra dan

Andoko, 2014).

3) Ebb & Flow Sistem

Sebuah media tumbuh ditempatkan di dalam sebuah wadah yang

kemudian diisi oleh larutan nutrisi. Kemudian nutrisi dikembalikan kedalam


penampungan, dan begitu seterusnya. Sistem ini dikoneksikan ke timer

( Kurnia, 2018).

4) Aeroponik System

Kecanggihan sistem ini yaitu memungkinkan mendapatkan hasil

yang baik dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainya, dalam hal ini

disebabkan karna larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung

masuk keakar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang bnayak

mengandung oksigen.

5) Drip System

Selain sistem sumbu, sistem tetes ini merupakan cara yang populer

digunakan dalam berkebun hidroponik. Sistem ini menggunakan waktu

pengontrolan pompa, sehingga pada saat pompa dihipupkan, pompa akan

meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman ( Kurnia, 2018).

6) Warter Culture System

Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang tersuspensi dalam air

yang kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar. Tanaman dapat

ditempatkan di rakit dan menampung di bak nutrisi juga. Dengan sistem

hidroponik ini, akar tanaman terendam dalam air dan udara diberikan kepada

akar tanaman melalui pompa akuarium dan diffuser udara. Semakin


gelembung yang lebih baik, tenaman akar akan kembali dengan cepat untuk

mengambil air nutrisi ( Kurnia, 2018).

c. Media Tanam Hidroponik

Budidaya secara hidroponik harus memperhatikan penggunaan media. Media

tanam berfungsi sebagai penopang akar dan meneruskan larutan hara yang

berlebihan. Media tanam harus memenuhi syarat tersebut karena merupakan

tempat tumbuh kembang akar. Adapun jenis media tanam yang cocok untuk

sistem hidroponik sebagai berikut:

1) Rockwool

Media tanam jenis ini banyak ditemukan telah digunakan oleh banyak

petani di negara kita ini. Hal ini karena karakteristik media tanam rockwool

sangat halus, bentuknya bisa dikatakan hampir menyerupai busa jika dilihat

secara sekilas, serta mempunyai berat yang sangat ringan sehingga mudah saat

digunakan. Rockwool dapat menghindarkan dari kegagalan semai akibat

bakteri dan cendawan penyebab layu fusarium. Kelebihan rockwool sebagai

media tanam adalah memiliki ruang pori sebesar 95% dengan daya pegang air

sebesar 80%. Sifat tersebut yang membuat rockwool dapat digunakan sebagai

media semai maupun media tanam

2) Arang Sekam
Penggunaan media tanam arang sekam adalah yang paling populer di

masyarakat kita sekarang ini. Pasalnya selain bisa diterapkan sebagai

penanaman dengan menggunakan sistem hidroponik, ternyata bisa juga

digunakan di dalam pot. Arang sekam merupakan hasil pembakaran tidak

sempurna dari sekam padi (kulit gabah) dengan warna hitam. Warna hitam

pada arang sekam akibat proses pembakaran tersebut menyebabkan daya

serap terhadap panas tinggi sehingga menaikkan suhu dan mempercepat

perkecambahan (Aurum, 2005).

3) Hydroton

Hydroton merupakan salah satu media tanam yang mudah didapatkan,

karena terbuat dari bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita.

Proses pembuatannya menggunakan bahan utama tanah lembung yang

biasanya dibuat bulatan – bulatan kecil kemudian dipanaskan terlebih dahulu.

4) Serbuk Kelapa (Coir)

Serabut Kelapa Kebanyakan orang sebelumnya banyak memanfaatkan

serabut kelapa hanya untuk digunakan sebagai bahan bakar saat memasak atau

diubah menjadi sapu. Namun saat ini sudah banyak orang yang

menggunakannya untuk kebutuhan lain, yakni sebagai media tanam

hidroponik.

Penggunaan coir sebagai media tanam hidroponik sebaiknya

dilakukan bercurah hujan rendah. Hal ini karena air hujan yang berlebihan

dapat membuat media tanam ini lapuk. Selain itu, tanaman juga akan cepat
membusuk dan mudah terserang penyakit. Coir dapat menyimpan air dengan

kuat, sesuai untuk daerah panas dan mengandung unsur hara esensial yang

sesuai tanaman hidroponik.

5) Spons

Macam – macam sistem hidroponik selanjutnya ialah spons. Spons

mempunyai ciri – ciri utama sangat baik dalam menyerap air dan

menyimpannya. Berarti akan sangat menguntungkan bagi tanaman yang

nantinya akan dibudidayakan di media tanam tersebut. Tekstur yang lembut

dan mudah mengalirkan air inilah yang membuat banyak orang

memanfaatkannya selain fungsi utamanya untuk mencuci piring di dapur.

6) Kerikil

Kerikil Kerikil yang biasanya digunakan untuk penanaman didalam

rumah dan menambah kesan keindahan interior ternyata dapat dijadikan

sebagai media tanam hidroponik. Namun, tanaman yang dapat ditanam

dengan kerikil hanya tanaman yang tahan terhadap air.

Penggunaan kerikil sebagai media tanam sangat efektif membantu

peredaran unsur hara ketanaman dan dapat menekan pertumbuhan akar yang

berlebihan. Selain itu, kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif

rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiramannya tidak

dilakukan secara rutin.


7) Batu Apung

Pumice atau yang dikenal batu apung ini salah satu jenis batuan yang

berasak dari batuan basalt. Yakni, jenis batuan yang berwara terang dan

biasanya mengandung buih. Batuan tersebut biasanya banyak terdapat

dipantai. Batuan pumice terbentuk dari magma asam oleh aksi daei letusan

gunung berapi yang kemudian terakumulasi menjadi batuan

d. Keuntungan Teknologi Hidroponik

Bertanam secara hidroponik dapat berkembang dengan cepat karena cara ini

mempunyai banyak kelebihan. Yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk

tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, kelebihan lainnya sebagai

berikut:

1) Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol.

2) Pemakaian pupuk lebih hemat.

3) Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru.

4) Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat

dan memiliki standarisasi.

5) Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan

rusak.

6) Beberapa jenis tanaman bisa dibudidayakan diluar musim.


7) Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan, atau ketergantungan pada kondisi

alam.

8) Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas,

misalnya diatap, dapur atau garasi.

Menurut Guntoro (2011), keunggulan sistem hidroponik antara lain adalah

penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa penggunaan tanah,

tidak ada resiko pengelolahan lahan untuk penanaman terus menerus sepanjang

tahun, kualititas lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih

efisien, tidak ada gulma, periode tanam lebih pendek, pengendalian hama dan

penyakit lebih mudah

B. Kajian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Budiati (2012) mengenai Implikasi

Siswa Dalam Pengelolaan Pertanian Terhadap Keberlanjutan Minat Bertani Di

Wilayah Kecamatan Parongpong (Studi Kasus di SMA 1 Parongpong). Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana minat siswa SMAN 1

Parongpong terhadap kegiatan pertanian hortikultura, faktor manakah di antara

faktor dorongan dari dalam diri individu, motif sosial, faktor emosional, dan motif

ekonomi yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan minat bertani siswa

SMAN 1 Parongpong, dan berapa besar pengaruh minat siswa dalam pengelolaan

pertanian terhadap keberlanjutan minat bertani hortikultura di wilayah Kecamatan


Parongpong. Hasil penelitan menunjukan bahwa minat bertani siswa SMAN 1

Parongpong berada pada kategori kuat dengan skor rata-rata 69,3 Faktor

pendorong minat bertani pada siswa dilatarbelakangi oleh adanya motif ekonomi,

motif sosial, faktor emosional dan faktor dorongan dari dalam diri individu.

Faktor yang paling kuat mempengaruhi keberlanjutan minat bertani adalah

dorongan dari dalam individu (11,83 %), kedua yaitu faktor emosional (5,24 %)

dan urutan ketiga yaitu motif ekonomi (5,20%). Sedangkan faktor paling rendah

yaitu motif sosial (5,20%) Minat siswa SMAN 1 Parongpong terhadap kegiatan

pertanian berpengaruh secara signifan (86,49%) terhadap keberlanjutan minat

bertani siswa SMAN 1 Parongpong.

Penelitian yang dilakukan oleh Agus Pambudi Dharma dan Meitiyani

(2019) mengenai Tingkat Ketertarikan Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam

Proses Pembuatan Hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

ketertarikan siswa SMA Budhi Warman II Jakarta dalam pembuatan hidroponik.

Hasil yang diperoleh meningkatnya ketertarikan peserta dalam membuat

hidroponik peserta dan menambah pengetahuan bagi peserta dalam proses

pembelajaran di sekolahan.

Penelitian ini dilakukan oleh Meli Isnaeni (2019) mengenai Pengaruh

Kegiatan Ekstrakurikuler Agroforestry Terhadap Minat Bertani Siswa di MTs

Pakis Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor yang menyebabkan diterapkan kegiatan agroforestry,

menganalisis kegiatan ekstarkurikuler agroforetry, menganalisis minat bertani


siswa, dan menganalisis pengaruh kegiatan ekstrakurikuler agroforestry terhadap

minat bertani siswa di MTs Pakis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)

Faktor yang menyebabkan diterapkan kegiatan ekstrakurikuler agroforestry di

MTs Pakis didasarkan pada keterkaitan Dusun Pesawahan dengan hutan lindung

lereng Gunung Slamet meliputi lokasi, kondisi alam, dan sosial masyarakat, (2)

Kegiatan ekstrakurikuler agroforestry memiliki skor 120,8 dengan skor maksimal

144 sehingga dalam pelaksanaanya termasuk kriteria sangat baik karena

didukung oleh komponen pembelajaran yang digunakan telah sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai, (3) Minat bertani siswa di MTs Pakis memiliki skor

58,9 dari skor maksimal 72 termasuk kriteria sangat tinggi dikarenakan adanya

kegiatan ekstrakurikuler agroforestry siswa menyadari bahwa potensi yang

dimiliki oleh daerahnya mendukung untuk kegiatan pertanian dan hasil pertanian

menguntungkan karena dapat dijual, dimasak dan digunakan untuk membantu

keperluan sekolah siswa, (4) Besarnya kontribusi kegiatan ekstrakurikuler

agroforestry terhadap minat bertani siswa sebesar 0,645 atau 64,5%.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan jalur pemikiran yang dirancang berdasarkan

kegiatan peneliti yang dilakukan. Menurut Diah, (2011) menyatakan bahwa

kerangka pikir adalah merupakan konsep berisikan hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban sementara.


Penelitian dilakukan disekolah dengan 20 siswa sebagai responden

penelitian. Penelitian dilakukan dengan wawancara siswa dan guru, aktivitas

siswa, dan pengisian angket. Data hasil penelitian dikumpulkan dan dianalisis

dengan metode analisis data kualitatif.

Analisis Awal

Kurangnya minat
Masalah siswa dalam bercocok
tanam

Analisis Masalah

Pembuatan Angket Rencana Tindakan

Pengisian Angket Penelitian di Sekolah Pengisian Angket


(Setelah Peneltian) dan Observasi (Sebelum Penelitian

Wawancara Siswa
Dokumentasi
dan Guru

1. Observasi
2. Wawancara
Pengumpulan Data
3. Angket
4. Dokuentasi
Analisis Data

Rekomendasi

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

H : Minat bercocok tanam siswa ATP SMKN 6 TAKALAR mengalami

peningkatan setelah perlakuan

Anda mungkin juga menyukai