SEMESTER : GENAP
TAHUN PELAJARAN : 2015 – 2016
Penyusun :
Drs.Sugito,MM
NIP. 19681112 200801 1 009
SMP NEGERI 17
JL. TENGGILIS MEJOYO NO.1 Surabaya
SURABAYA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
A KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
B KOMPETENSI INTI
2.2. Berperilaku jujur, sopan, estetika dan memiliki motivasi internal ketika berhubungan
dengan lembaga social, budaya, ekonomi dan politik
2.3. Menunjukkan perilaku peduli, gotong royong, tanggungjawab dalam berpartisipasi
penanggulangan permasalahan lingkungan hidup
3.3. Mendiskripsikan fungsi dan peran kelembagaan social, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat
Mendeskripsikan bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya,
dan ekonomi
INDIKATOR
1. Menyebutkan Bentuk bentuk interaksi asosiatif
2. Menyebutkan Bentuk bentuk interaksi sosial disosiatif
3. Menjelaskan apa yang dimaksud alkulturasi budaya
4. Menjelaskan mengapa persaingan dapat berdampak positif bagi kehidupan manusia?
5. Bagaimana mencegah konflik dimasyarakat?
4.3 Menyajikan hasil pengamatan tentang bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi
manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan
masyarakat sekitar
Indikator
1. Mengobservasi interaksi Asosiatif dan interaksi Disosiatif
2. Membuat rencana tindakan untuk menanggulangi dampak negatif interaksi Asosiatif dan Disosiatif
3 .Mempresentasikan hasil pengamatan diskusi
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui Pengamatan dan diskusi siswa dapat mendiskripsikan interaksi asosiatif dan disosiatif
2. Melalui pengamatan, siswa dapat mendiskripsikan dampak negatif interaksi asosiatif dan disosiatif dan cara
penanggulangannya.
3. Melalui interaksi dengan lingkungan siswa merasa peduli dengan keadaan lingkungan sekitar.
D. MATERI PELAJARAN.
1. Bentuk-bentuk interaksi sosial budaya yang bersifat asosiatif dalam kehidupan di
masyarakat.
2. Bentuk- bentuk interaksi sosial budaya yang bersifat disosiatif dalam kehidupan
masyarakat.
D. METODE PEMBELAJARAN.
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Problem Based Learning
3. Metode : Diskusi
Mengetahui,
PETA KONSEP
KERAGAMAN SOSIAL
BUDAYA
BENTUK-BENTUK
SIFAT DAN BENTUK
INTERAKSI SOSIAL
INTERAKSI SOSIAL
INTERAKSI INTERAKSI
BUDAYA
ASOSI ATIF
DESOSIATIF
1.MATERI PEMBELAJARAN
adalah proses interaksi pranata sosial yang menuju terbentuknya persatuan atau integrasi sosial dan
mendorong terbentuknya pranata, lembaga, ataupun organisasi sosial. Interaksi sosial asosiatif,
meliputi berbagai bentuk kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.Interaksi asosiatif bersifat menguatkan
ikatan sosial, cenderung continue atau berkelanjutan.
Hal itu disebabkan karena hal-hal berikut:
· didasarkan kepada kebutuhan yang nyata
· memperhitungkan efektivitas
· memperhatikan efisiensi
· mendasarkan pada kaidah-kaidah atau nilai dan norma sosial yang berlaku
· tidak memaksa secara fisik dan mental.
Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif
1. Kerja sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia berinter-aksi dengan sesamanya. Kebiasaan dan sikap mau
bekerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam kelompok
sosial yang lebih luas. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi.
Menurut Charles H Cooley, seperti dikutip Soekanto (1982 : 66) Kerja sama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan
tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang
penting dalam menjalin kerja sama.
Kerja bakti atau gotong royong, misalnya, merupakan salah satu contoh bentuk kerja sama.
Lebih lanjut, bentuk kerja sama dibagi menjadi 4 yaitu ;
a. Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang terjadi secara serta merta.
b. Kerja sama langsung, yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau
penguasa terhadap rakyatnya.
c. Kerja sama kontak, yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu, yang
disepakati bersama,
d. Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial
2. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang perorang atau kelompok-kelompok manusia yang
semua saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Tujuan dari akomodasi
adalah terciptanya keseimbangan interraksi sosial dalam kaitannya dengan norma dan nilai yang ada di dalam
masyarakat. Ini dapat digunakan untuk menyelesaikan pertentangan, entah dengan menghargai kepribadian
yang berkonflik atau dengan cara paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi antara lain ;
Coersion
Suatu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain
melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lebah.
Kompromi
Suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar
tercapai suatu penyelesaian, semua pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya.
Arbitrasi
Suatu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri.
Untuk itu, akan diundang pihak ketiga yang tidak memihak (netral) untuk mengusahakan penyelesaian
pertentangan tersebut. Pihak ketiga disini dapat pula ditunjuk atau dilaksanakan oleh suatu badan yang
dianggap berwenang.
Mediasi
Suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak
sebagai penengah atau juru damai tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan
penyelesaian peerselisihan antara kedua belah pihak.
Konsilasi
Suatu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih
demi tercapainya suatu persetejuan bersama.
Toleransi
Suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi. Biasanya terjadi karena adanya keinginan-
keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah
pihak.
Stalemate
Suatu bentuk akomodasi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan yang
seimbang.
Ajudikasi
Penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.
3. Asimilasi
Menurut Soerjono Soekanto, asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia yang meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses mental
dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama. Artinya, apabila orang-orang melakukan asimilasi
ke dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, maka tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok
tersebut. Secara singkat proses asimilasi adalah peleburan dua kebudayaan menjadi satu kebudayaan.
Tetapi hal ini tidak semudah yang dibayangkan karena banyak faktor yang memengaruhi suatu budaya itu
dapat melebur menjadi satu kebudayaan. Adapun faktor-faktor yang mempermudah terjadi asimilasi adalah
:
4. Akulturasi
Menurut Koentjaranigrat, akulturasi diartikan sebagai suatu proses sosial yang timbul apabla suatu kelompok
manusia yang memiliki kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing, dengan
sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun dapat diterima dan tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi yang berlangsung dengan baik
dapat menghasilkan integrasi unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Yang
paling mudah menerima kebudayaan asing adalah generasi muda. Coba kalian amati begitu mudahnya kalian
menerima perkembangan model rambut penyanyi barat atau model pakaian artis luar negeri. Biasanya unsur-
unsur kebudayaan asing yang mudah diterima ialah unsur kebendaan, peralatan-peralatan yang sangat mudah
dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat seperti komputer, handphone, mobil, dan lain-lain. Sedangkan unsur
kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan atau
nilai tertentu yang menyangkut prinsip hidup. Seperti, komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain.
INTERAKSI DISOSIATIF
merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan suatu perpecahan. Disosiatif merupakan kebalikan dari
asosiatif. Bila pada proses sosial asosiatif lebih
menekankan bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif lebih ditekankan pada bentuk
persaingan atau perlawanan.
a. Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial yang terjadi di mana individu atau kelompok
saling bersaing untuk berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui bidangbidang
tertentu dengan menggunakan cara-cara yang terbuka dan adil. Misalnya,
persaingan antara dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan siapa yang layak
dapat bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi antara dua orang merupakan
persaingan pribadi. Ada juga persaingan yang bersifat kelompok. Misalnya, persaingan
antara Persipura Jayapura dan Persib Bandung dalam memperebutkan tempat di putaran
final Liga Indonesia.
Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa
bentuk persaingan.
(1) Persaingan ekonomi, contohnya perang iklan menawarkan produk, baik di media
massa cetak maupun elektronik; persaingan memperoleh pekerjaan.
dan telenovela, peminat film Avatar
lebih banyak daripada penggemar film Si Unyil, persaingan antara tontonan
tradisional seperti wayang orang dan film-film di bioskop
(3) Persaingan kedudukan dan peranan, misalnya persaingan antara para calon gubernur
dan wakil gubernur dalam pilkada.
(4) Persaingan ras, misalnya persaingan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam
di Afrika Selatan.
b. Pertentangan
P(2) Persaingan kebudayaan, contohnya sinetron ertentangan adalah suatu proses sosial di mana seseorang
atau kelompok dengan
sadar atau tidak sadar menentang pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan untuk
mencapai tujuan atau keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan
paham dan kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang pemisah)
yang dapat mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak yang bertikai.
Pertentangan dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat, individu atau kelompok,
mulai dari lingkungan kecil sampai masyarakat luas. Pertentangan dapat timbul karena:
(1) perbedaan pendapat, prinsip, aturan antarindividu
(2) perbedaan adat istiadat, kebudayaan
(3) perbedaan kepentingan politik, ekonomi, dan sosial
(4) perubahan sosial, disorganisasi, dan disintegrasi
c. Kontravensi
Kontravensi ialah bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi ditandai dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap
seseorang atau sesuatu. Sikap tersebut dapat terlihat jelas atau tersembunyi. Sikap
tersembunyi tersebut dapat berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau pertikaian.
Menurut sifatnya, bentuk-bentuk kontravensi adalah sebagai berikut.
(1) Umum: penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
(2) Sederhana: menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui
selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak
lain.
(3) Intensif: penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
(4) Rahasia: mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.
(5) Taktis: mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain,
memaksa pihak lain dengan kekerasan, provokasi, dan intimidasi.
2.LEMBAR KEGIATAN SISWA PERTEMUAN 1
Informasi
Bacalah materi yang berhubungan dengan interaksi asosiatif dan desosiatif
Keterangan Penskoran :
4 = apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspe sikap
3 = apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspeksik dan
kadang-kadang tidak sesuai aspek sikap
PENILAIAN PENGETAHUAN
1.Pertemuan 2
PENILAIAN KETRAMPILAN