Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 1

OTITIS MEDIA AKUT DAN KRONIS


Dosen Pengampu : Ganik Sakitri, S.Kep, Ns.M.Kep

NAMA ANGGOTA :

1. ADELIA SEBAYANG (20.001)


2. AZIZAH MARFUATUN (20.013)
3. DWI ARIYANTI (20.025)
4. MAR’ATUS SHOLIKAH U A (20.041)
5. PUTRI AULIA (20.056)
6. SAFIRA ANGGRAENI B (20.068)
7. VAMEL VERONIKA ISYABEL (20.080)

KELAS : 2A
OTITIS MEDIA AKUT DAN KRONIS

1. PENGERTIAN

- Otittis media adalah radang telinga tengah yang pada umumnya semua orang
bisa mengalami otitis media namun kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-
anak yang berusia dibawah 3 tahun akibat infeksi virus atau bakteri.
- -Otitis media akut adalah infeksi telinga yang terjadi dalam jangka waktu
tertentuakibat tumpukan cairan dan lendir di dalam telinga sehingga muncul
peradangan dan pembengkakan.
- -Otitis media kronik adalah infeksi telinga yang disebabkan penumpukan
cairan yang berlangsung dalam jangka waktu panjang sehingga menjadi lebih
parah dan gendang telinga dapat beresiko mengalami kerusakan.

2. ETIOLOGI
Pengertian Otitis Media Otitis media adalah peradangan yang terjadi di bagian
telinga tengah dan sering terjadi pada anak-anak. Terdapat beberapa tipe dari otitis
media, yaitu: Otitis media akut (OMA), Otitis media efusi (OME), Oitis media
supuratif kronik (OMSK), Otitis media adhesif.
Faktor risiko terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko
terjadinya otitis media. Misalnya Anak-anak di usia 6 bulan sampai 2 tahun rentan
terhadap infeksi telinga, karena ukuran dan bentuk tuba eustachius dan sistem
imun yang masih berkembang. Anak-anak yang ditempatkan di penitipan anak,
mereka dikategori lebih rentan terserang pilek dan infeksi telinga daripada anak-
anak yang tinggal di rumah.
Pemberian makan bayi. Si Kecil yang minum dari botol, terutama saat
berbaring, cenderung rentan terhadap infeksi telinga daripada bayi yang disusui
oleh ibunya (dengan payudara). Kebiasaan merokok atau paparan asap rokok.
Bekerja di tempat dengan banyak polusi.
Penyebab Otitis Media Otitis media umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,
jamur, atau virus, Streptococcus pneumoniae merupakan patogen yang sangat
umum. Selain itu, ada pula beberapa patogen yang bisa menyebabkan terjadinya
otitis media, contohnya Pseudomonas aeruginosa dan Moraxella catarrhalis.
Pada dewasa muda, infeksi telinga sering disebabkan oleh Haemophilus
influenzae. RSV dan virus yang menyebabkan common cold juga dapat
menyebabkan otitis media karena mereka merusak sel-sel epitel sistem pernapasan
bagian atas. Di samping itu, ada pula pemicu lainnya seperti disfungsi tuba
Eustachius. Kondisi ini menyebabkan pembersih bakteri yang tak memadai dari
telah telinga, hal inilah yang nantinya bisa menyebankan otitis media.
Otitis media juga rentan terjadi pada anak kecil. Alasanya mereka memiliki
tuba Eustachius yang lebih horizontal, pendek, dan lebar ketimbang orang
dewasa. Bukan hanya itu, sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus dan
bakteri juga terbilang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Untuk
anak-anak, mereka yang mengidap bibir dan langit-langit sumbing atau sindrom
Down, juga lebih cenderung mengidap infeksi telinga. Mereka yang memiliki
masalah pada tuba Eustachius juga rentan terserang penyakit ini. Di samping itu,
anak-anak juga rentan terhadap infeksi telinga di masa kecil, bila mereka
mengidap otitis media tipe akut sebelum usia enam bulan.

3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi otitis media terjadi karena adanya disfungsi tuba eustachius
(TE). Fungsi normal TE adalah membersihkan cairan telinga tengah dengan
pergerakan mukosilier menuju nasofaring, ventilasi, dan proteksi dari refluks
nasofaring. Otitis media awalnya terjadi karena kongesti dan edema pada mukosa
nasal, nasofaring, dan tuba eustachius sebagai akibat dari proses inflamasi
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas atau reaksi alergi. Obstruksi
isthmus tuba eustachius, yang merupakan bagian tersempit TE, dapat mengganggu
pembersihan dan ventilasi telinga tengah.
Gangguan pembersihan telinga tengah menyebabkan cairan di dalam telinga
tengah statis. Selain itu, gangguan ventilasi juga menyebabkan peningkatan
tekanan negatif pada telinga tengah sehingga sekresi telinga tengah terakumulasi
dan menjadi media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri atau virus dari
infeksi sekunder saluran pernafasan atas.
Akumulasi sekresi di telinga tengah menyebabkan otitis media efusi.
Kolonisasi dan pertumbuhan mikroba pada telinga tengah mengeluarkan cairan
supuratif yang disertai tanda inflamasi. Pada pemeriksaan otoskop dapat terlihat
membran timpani yang menonjol dan merah, serta adanya cairan pada ruang
telinga tengah yang menandakan gejala dari otitis media akut (OMA). Otitis
media efusi dapat muncul secara spontan sebagai respon dari disfungsi tuba
eustachius atau respon inflamasi setelah otitis media akut. Efusi dapat bertahan
beberapa minggu hingga bulan setelah OMA sembuh.
4. PATHWAY
Otitis Media Akut

Trauma Benda Asing


Infeksi Sekunder (Ispa)
Bakteri Streptocuccus
Hoemophylus, Influenza
Reptur Gendang Telinga

Invasi Bakteri

Otitis Media

Proses Peningkatan Tekanan udara pada Pengobatan tidak tuntas, Kurang


peradangan produksi cairan telinga tengah episode berulang infrormasi
serosa berkurang

Infeksi berlanjut sampai


DEFISIT
Kesulitan NYERI Akumulasi cairan Retraksi membran ke telinga
PENGETAHUAN
/ sakit AKUT mucus dan timpani
menelan serosa
Erosi pada kanalis Kolesteatom
semisirkularis
Ruptur membran Hantaran suara yang
RESIKO
diterima turun
PEMENUHAN Mastoidektomi
Vertigo
KEBUTUHAN Secret keluar dan
NUTRISI berbau tidak GANGGUAN
KURANG sedap PERSEPSI SENSORI RESIKO INJURI
DARI CEMAS NYERI RESIKO
PENDENGARAN
KEBUTUHAN AKUT INFEKSI
TUBUH GANGGUAN
CITRA DIRI
Otitis Media Kronik

Otitis Media Kronik

Pengobatan Infeksi virus Gangguan fungsi


OMA yang tidak atau bakteri tuba eustachius
adekuat
Terjadi pada Adanya
Perforasi yang nasofaring sumbatan pada
sudah tuba eustachius
terbentuk
Melalui tuba
eustachius
Enzim pelindung
Keluarnya dan bulu halus
secret terus
Menyerang tidak berfungsi
menerus
telinga tengah
Bakteri dapat
Otitis media
masuk melalui
berulang Infeksi Melalui
saluran napas
ditelinga peforasi
tengah membrane
OTITIS MEDIA
timpani ISPA
KRONIK
PERUBAHAN
PERSEPSI Inflamasi Pembengkakan
SENSORI B.D saluran
INFEKSI eutaschius
DITELINGA DEMAM
NYERI
TENGAH
Terjadi
NYERI B.D peningkatan
PROSES lender dan
PERADANGAN nanah

Peningkatan
tekanan cairan

GANGGUAN
Kehilangan Merobek
KOMUNIKASI B.D
pendengaran gendang telinga
EFEK KEHILANGAN
PENDENGARAN

6
5. MANIFESTASI KLINIS
- Otitis Media Akut
Gejala dapat diawali dengan infeksi saluran nafas yang kemudian
disertai keluhan nyeri telinga, demam, dan gangguan pendengaran. Pada
bayi gejala ini dapat tidak khas, sehingga gejala yang timbul seperti
iritabel, diare, muntah, malas minum dan sering menangis. Pada anak
yang lebih besar keluhan biasanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada
telinga.
- Otitis Media kronik
Berikut ini adalah tanda-dan gejala dari otitis media
supuratif kronik (OMSK) :
Cairan bernanah keluar melalui membran timpani berlubang
selama lebih dari 6 minggu, gangguan pendengaran konduktif, dan
peradangan pada rongga mastoid. Selain itu, OMSK mungkin
ditandai gejala berupa penebalan granular telinga tengah mukosa
dan polip mukosa.
Berikut adalah tanda-tanda dan gejala yang paling umum muncul:
1) Nyeri pada telinga (otalgia)
2) Mudah marah
3) Gangguan tidur
4) Menarik-narik telinga
5) Mudah rewel dan menangis
6) Demam lebih dari 38 derajat Celsius
7) Telinga keluar cairan berwarna kuning, bening, atau bahkan
berdarah
8) Kehilangan keseimbangan
9) Gangguan pendengaran
10) Mual dan muntah
11) Diare
12) Menurunnya nafsu makan
13) Hidung tersumbat

7
6. KOMPLIKASI
Komplikasi Otitis Media
1. Otitis Media Akut
Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan
komplikasi, yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang
berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada
antibiotik, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan
sebagai komplikasi dari OMSK.

2. Otitis Media Supuratif Kronis


Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi
oktitis media yang berlainan, tetapi dasarnya tetap sama.
Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai
berikut
a) Komplikasi ditelinga tengah
 Perforasi membram timpani persisten
 Erosi tulang pendengaran
 Paralisis nervus fasialis
b) Komplikasi ditelinga dalam
 Fistula labirin
 Labirinitis supuratif
 Tuli saraf (sensorineural)
c) Komplikasi ekstradural
 Abses ekstradural
 Thrombosis sinus lateralis
 Petrositis
d) Komplikasi ke susunan saraf pusat
 Meningitis
 Abses otak
 Hidrosefalus olitis

8
Souza dkk (1999) membagi komplikasi otitis media
menjadi
1. Komplikasi intratemporal
a) Komplikasi ditelinga tengah
 Paresis nervus fasialis
 Kerusakan tulang pendengaran
 Perforasi membran timpani
b) Komplikasi kerongga mastoid
 Petrositis
 Mastoiditis koalesen
c) Komplikasi ketelingga dalam
 Labirinitis
 Tuli saraf/ sensorineural
2. komplikasi ekstratemporal
a) Komplikasi intracranial
 Abses ekstradural
 Abses subdural
 Abses otak
 Meningitis
 Tromboflebitis sinus lateris
 Hidrosefalus otikus
b) Komplikasi intracranial
 Abses retroaurikular
 Abses bezold’s
 Abses zigomatikus

Selain komplikasi-komplikasi tersebut, dapat juga terjadi


komplikasi pada perubahan tingkah laku.
Shambough (2003) membagi komplikasi otitis media
sebagai berikut
a) Komplikasi intratemporal

9
 Perforasi membran timpani
 Mastoiditis akut
 Paresis N.fasialis
 Labirinitis
 Petrositis
b) Komplikasi ekstratemporal
 Abses subperiosteal
c) Komplikasi intracranial
 Abses otak
 Tromboflebitis
 Hidrosefalus otikus
 Empiema subdural
 Abses subdural/ektradural

10
7. PENATALAKSANAAN
1. Otitis Media Akut
Tujuan penatalaksanaan OMA adalah mengurangi gejala
dan rekurensi. Pada fase inisial yang berhubungan dengan nyeri
dan demam dan mencegah komplikasi supuratif seperti
mastoiditis atau menginitis. Penatalaksanaan medis OMA
menjadi kompleks disebabkan perubahan patogen penyebab.
Diagnosis yang tidak tepat dapat menyebabkan pilihan
terapi yang tidak tepat. Pada anak dibawah dua tahun hal ini bisa
menimbulkan komplikasi yang serius. Diagnosis yang tidak
tepat dapat menyebabkan pasien diterapi dengan antibiotik yang
sebenarnya kurang tepat atau tidak perlu. Hal ini dapat
menyebabkan meingkatnya resistensi antibiotik sehingga infeksi
menjadi lebih sulit diatasi.
Stadium:
a. Stadium oklusi : diberikan obat tetes hidung HCL efedrin
0,5% dan pemberian antibiotik.
b. Stadium presupurasi : analgetika, antibiotika (biasanya
golongan ampicilin atau penicillin) dan obat tetes hidung
c. Stadium supurasi : diberikan antibiotika dan obat-obat
simtomatik. Dapat juga dilakukan miringotomi apabila
membran timpani menonjol dan masih utuh untuk
mencegah perforasi.
d. Stadium perforasi: diberikan H202 3% selama 3-5hari dan
diberikan antibiotika yang adekuat

Petunjuk rekomendasi ini ditujukan untuk anak usia 6-12


tahun. Pada petunjuk ini direkomendasikan bayi berumur
kurang dari 6 bulan mendapat antibiotika dan pada anak usia 6-
23 bulan observasi merupakan pilihan pertama pada penyakit
yang tidak berat atau diagnosis tidak pasti, antibiotika
diberikan bila diagnosis pasti atau penyakit berat. Pada anak

11
usia 2 tahun mendapat antibiotika jika penyakit berat . jika
diagnosis tidak pasti atau penyakit tidak berat dengan
diagnosis pasti observasi dipertimbangkan sebagai pilihan
terapi.

OBSERVASI

Penanganan OMA dengan melihat(observasi) secara bermakna


menurunkan penggunaan antibiotik pada populasi urban yang
datang ke IGD. Metode menunggu dan melihat menurunkan
penggunaan antibiotik
Indikasi untuk protokol observasi adalah tidak ada demam,
tidak ada muntah, pasien atau orang tua pasien menyetujui
penundaan pemberian antibiotik. Kontra indikasi relatif protokol
observasi adalah telah mendapat lebih dari 3 seri antibiotik dalam 1
tahun ini, pernah mendapat antibiotik dalam 2 minggu terakhir,
terdapat otorea.
Faktor-faktor kunci dalam menerapkan strategi observasi
adalah metode untuk mengklasifikasi derajat OMA. Pendidikan
orang tua, penatalaksanaan gejala OMA, akses ke sarana kesehatan
dan penggunaan regimen antibiotik yang efektif jika diperlukan.

TERAPI SIMTOMATIS
Penatalaksanaan OMA harus memasukkan penilaian adanya
nyeri, jika ada nyeri harus memberikan terapi untuk menangani
nyeri tersebut. Penanganan nyeri telinga pada OMA dapat
memberikan analgetik seperti asetaminofen, ibuprofen, preparat
tropikal seperti benzokain, naturopathic agent, homeopathic agen,
analgetik narkotik dengan kodein atau analog dan
timpanosomi/miringotomi.
Anthisimin dapat membantu mengurangi gejala pada pasien
dengan alergi hidung. Dekongestan oral berguna untuk mengurangi

12
sumbatan hidung. Tetapi baik anthisimin dan dekongestan tidak
memperbaiki penyembuhan atau meminimalisir komplikasi dari
OMA, sehingga tidak rutin direkomendasikan.
Manfaat pemberian kortikosteroid pada OMA juga masih
kontroversi. Dasar pemikiran untuk menggunakan kortikosteroid
dan anthisimin adalah obat tersebut dapat menghambat sintesis
atau melawan aksi mediator inflamasi, sehingga membantu
meringankan gejala pada OMA. Kortikosteroid dapat menghambat
perekrutkanleukosit dan monosit ke daerah yang terkena,
mengurangi permeabilitas pembuluh darah dan menghambat
sintesis atau pelepasan mediator inflamasi dan sitoksin .

TERAPI ANTIBIOTIK
Antibiotik direkomendasikan untuk semua anak dibawah 6
bulan, 6 bulan-2 tahun jika didiagnosis pasti dan untuk semua anak
besar dari dua tahun dengan infeksi berat. Jika diputuskan perlunya
pemberian antibiotik kini pertama adalah amoxcilin dengan dosis
80-90 mg/kg/hari. Pada pasien dengan penyakit berat dan bila
mendapat infeksi terapi dimulai dengan terapi amoxcilin-
klavulanat dosis tinggi (90 mg/kg/hari. Untuk amoxcilin 6,4
mg/kg/hari klavulanat dibagi 2 dosis). Jika pasien alergi amoxcilin
dan reaksi alergi bukan reaksi hipersensitifitas (urtikaria atau
anafilaksis) dapat diberi cefdinir 14 mg/kg/hari dalam 1 atau 2
dosis, cefpodoksim (10 mg/kg/hari 1 kali/hari) atau cefuroksim(20
mg/kg/hari) dibagi 2 dosis). Pada reaksi tipe I (hipersensitifitas),
azitromisin (10 mg/kg/hari pada hari 1 diikuti 5mg /kg/hari untuk 4
hari sebagai dosis tunggal harian) atau klaritomisin (15 mg/kg/hari
dalam 2 dosis terbagi. Obat lain yang bisa digunakan eritromisin-
sulfiokazol 50 mg/kg/hari eritromisin atau sulfametoksazol –
trimetopim (6-10 mg/kg/hari) trimetropim.

13
Alternatif terapi pada pasien alergi penisilin yang diterapi
untuk infeksi yang diketahui atau diduga disebabkan penisilin
resistan dapat diberikan klindamisin 30-40 mg/kg/hari dalam 3
dosis terbagi.
Pada pasien yang muntah, tidak tahan obat oral diberikan dosis
tunggal parentral ceftriakson 50 mg/kg/hari.
Terapi dengan amoxcilin-klavulanat selama 10 hari pada anak
usia 6-23 bulan dapat menurunkan waktu penyembuhan gejala dan
tanda infeksi akut pada pemeriksaan otoskop.

TERAPI BEDAH
Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah
dengan menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Resiko dari prosedur ini adalah perforasi kronik membran timpani,
dislokasi tulang-tulang pendengaran, dan tuli sensorineural
traumatik, laserasi nervus fasialis atau korda timfani. Oleh karena
itu timpanosintesis harus dibatasi pada anak yang menderita toksik
atau demam tinggi, neonatus resiko tinggi dengan kemungkinan
OMA.
Timpaniosintesis merupakan prosedur yang invasif dapat
menimbulkan nyeri dan berpotensi menimbulkan bahaya sebagai
penatalaksanaan rutin.
Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani
untuk drainase cairan dari telinga tengah. Pada miringotomi
dilakukan pembedahan kecil pada kuadran posterior-inferior
membran timpani. Untuk tindakan ini diperlukan lampu kepala
terang, corng telinga yang sesuai, dan pisau khusus (miringotom)
dengan ukuran kecil dan steril.
Miringotomi hanya dilakukan pada kasus-kasus terpilih dan
dilakukan oleh ahlinya disebabkan insisi biasanya tumbuh dengan
cepat (24-48 jam) prosedur ini sering diikuti dengan pemasangan
tabung timpanostomi untuk ventilasi ruang telinga tengah.

14
Indikasi untuk miringotomi adalah terdapatnya komplikasi
supuratif, otalgia berat, gatal dengan terapi antibiotik, pasien
imunokompromis, neonatus, dan pasien yang dirawat di unit
perawatan intensif.

VAKSIN UNTUK MENCEGAH OMA


Vaksin dapat digunakan anak untuk mencegah OMA. Secara
teori, vaksin terbaik adalah yang menawarkan imunitas terhadap
semua patogen berbeda yang menyebabkan OMA. Walaupun
vaksin polisakarida mengandung serotipe yang relatif besar,
preparat polisakarida tidak menginduksi imunitas seluler yang
bertahan lama pada anak dibawah 2 tahun. Oleh karena itu strategi
vaksin terkini untuk mengontrol OMA adalah konjungat
polisakarida pneumokokal dengan protein nonpneumokokal
imuogenik, pendekatan yang dapat memicu respon imun yang kuat
dan tahan lama pada bayi.
Dosis primer untuk pemberian vaksin adalah 4 dosis tunggal
0,5ml intramuskular. Rekomendasi imunisasi universal pada anak
dibawah 2 tahun adalah 4 dosis vaksin intramuskular yang
diberikan pada usia 2, 4, 6 dan terakhir pada usia 12-15 bulan.
Vaksin ini diberikan bersamaan dengan imunisasi rutin.

15
2. OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik)
Pasien penderita Otitis media kronik diantaranya
mendapatkan pengobatan secara medikamentosa.
Penatalaksanaan pasien OMSK secara medikamentosa
terdiri dari pemberian H2O2 dan antibiotik, baik antibiotik
topikal maupun sistemik. Tindakan operatif pada pasien OMSK
terdiri dari tindakan mastoidektomi, timpanoplasti, dan
timpanomastoidektomi.
Seluruh pasien dilakukan tindakan pembersihan telinga
terlebih dahulu, lalu diberikan antibiotik. Cara pemberian
antibiotik yang baik adalah berdasarkan kultur kuman penyebab
dan uji resistensi. Namun dalam praktek sehari –hari hal tersebut
sulit dilakukan, tetapi dengan melihat kuman penyebab OMSK
terbanyak dari berbagai penelitian dapat dikemukakan dasar
pemikiran pemilihan antibiotik yang tepat untuk pengobatan
OMSK.
Antibiotik diberikan sesuai dengan kuman penyebab.
Patogen OMSK terutama kuman gram negatif, yaitu
pseudomonas aeruginosa yang tidak sensitif lagi terhadap
antibiotik seperti penisilin, amoksisilin, eritromisin, tetrasiklin,
dan kloramfenikol.
Antibiotik sistemik dipilih sesuai dengan keadaan klinis,
keadaan sekret yang keluar, dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Sekret hijau kebiruan menandakan kuman
penyebabnya yaitu pseudomonas, sekret kuning pekat seringkali
disebabkan oleh staphylococcus, dan sekret berbau busuk
seringkali mengandung golongan anaerob. Kotrimoksazol dapat
digunakan apabila tidak ada kecurigaan terhadap pseudomonas
sebagai kuman penyebab.
Antibiotik topikal lebih efektif daripada antibiotik oral.
Keuntungan antibiotik topikal yaitu dapat memberikan
dosis adekuat, tapi penggunaannya harus hati – hati. Setelah

16
sekret berkurang atau tidak progresif lagi, diberikan obat tetes
yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Obat tetes ini
sebaiknya diberikan tidak lebih dari 2 minggu, oleh karena
adanya efek ototoksik dari antibiotika yang dipakai.
Antibiotik
Apabila setelah tiga bulan otore menetap maka disarankan
untuk dilakukan tindak operatif seperti mastoidektomi atau
timpanoplasti. Tindakan operatif terdiri dari mastoidektomi,
timpanomastoidektomi, dan timpanoplasti.
Mastoidektomi terdiri dari mastoidektomi simpel dan
radikal. Pada mastoidektomi simpel, korteks mastoid dibuka dari
arah permukaan luarnya, lalu jaringan patologis dibuang,
sedangkan pada mastoidektomi radikal mengangkat hampir
seluruh tulang mastoid.

17
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas Klien
Kaji Data klien secara lengkap yang mencakup ; nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM / CM, tanggal
masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab mencakup nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan
alamat.
2. Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri
pada telinga bagian tengah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di
anamnesa, seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri
yang dirasakan. Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang
memeriksakan diri ke rumah sakit yaitu adanya nyeri pada telinga
tengah disertai terganggunya fungsi pendengaran.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita
gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang
dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan
lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran
nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien

18
- Telinga : Lakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan di daerah
telinga dengan menggunakan senter ataupun alat-alat lain
nya apakah ada cairan yang keluar dari telinga, bagaimana
warna, bau, dan jumlahnya. Apakah ada tanda-tanda
radang.
- Kaji adanya nyeri pada telinga
- Leher : Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah
leher
- Dada / thorak, jantung, perut / abdomen, genitourinaria,
ekstremitas, sistem integumen, sistem neurologi.
b. Data pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat
dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.
- Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
- Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini, agak
susah untuk berkomunikasi dengan orang lain karena ada
gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang
mendengar / kurang nyambung tentang apa yang di
bicarakan orang
lain.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Otoskopi
- Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
- Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa
adanya pus dan ruptur pada membran tympani
- Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada
membran tympani
b. Tes bisik

19
- Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi,
kemudian dilakukan tes bisik, pada klien dengan OMA
dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga
yang sakit.
c. Tes garpu tala
d. Tes Rinne didapatkan hasil negatif
e. Tes Weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
f. Tes Audiometri : AC menurun
g. Xray : terhadap kondisi patologi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien Otitis Media yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, meringis, gelisah, sulit tidur, diaforesis.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kulit terasa
hangat.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
pendengaran dibuktikan dengan tidak mampu mendengar,
menunjukkan respon tidak sesuai, sulit memahami komunikasi.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran.
5. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.

20
C. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


keperawatan (SLKI) (SIKI)
1.Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan intervensi selama 3 x Observasi :
dengan agen 24 jam diharapkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
pencedera tingkat nyeri
nyeri.
fisik menurun dengan
2. Identifikasi skala nyeri.
dibuktikan kriteria hasil :
3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
dengan - Keluhan nyeri menurun
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
mengeluh - Meringis menurun
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
nyeri, - Sikap protektif menurun
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
meringis, - Gelisah menurun
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
gelisah, sulit - Kesulitan tidur menurun
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
tidur,
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
diaforesis.
Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

21
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

22
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
dengan jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
proses termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh.
penyakit dengan kriteria hasil: - Suhu 3. Monitor kadar elektrolit.
dibuktikan tubuh membaik 4. Monitor haluaran urine.
dengan suhu - Suhu kulit membaik 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia. Terapeutik :
tubuh diatas - Kadar glukosa 1. Sediakan lingkungan yang dingin.
batas darah membaik 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
normal, kulit - Pengisian kapiler 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh.
merah, kulit membaik 4. Berikan cairan oral.
terasa - Ventilasi membaik 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis.
hangat. - Tekanan darah membaik 6. Lakukan pendinginan eksternal.
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin.
8. Berikan oksigen, jika perlu. Edukasi :

23
1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi
:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi : defisit pendengaran
komunikasi keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
verbal jam diharapkan komunikasi
1. Periksa kemampuan pendengaran.
berhubungan verbal meningkat dengan
2. Monitor akumulasi serumen berlebihan.
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi metode komunikasi yang disukai pasien Terapeutik
gangguan - Kemampuan :
pendengaran berbicara meningkat 1. Gunakan bahasa sederhana.
dibuktikan - Kemampuan mendengar 2. Gunakan bahasa isyarat, jika perlu.
dengan tidak - Kesesuaian ekspresi wajah 3. Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis pasien.
mampu / tubuh meningkat 4. Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar.
mendengar, - Kontak mata meningkat 5. Berhadapan dengan pasien secara langsung selama berkomunikasi.
menunjukka 6. Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi.
n respon 7. Hindari merokok, mengunyah makanan atau permen karet dan menutup
tidak sesuai, mulut saat berbicara.
sulit 8. Hindari kebisingan saat berkomunikasi.

24
memahami 9. Hindari berkomunikasi lebih dari 1meter dari pasien.
komunikasi. 10. Lakukan irigasi telinga, jika perlu.
11. Pertahankan kebersihan telinga.
Edukasi :
1. Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat.
2. Ajarkan cara membersihkan serumen dengan tepat.
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
berhubungan jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
dengan pengetahuan meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
kurang dengan kriteria hasil: motivasi perilaku hidup bersih dan sehat. Terapeutik :
terpapar - Perilaku sesuai anjuran 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
informasi meningkat 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
dibuktikan - Verbalisasi minat dalam 3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
dengan belajar meningkat Edukasi :
menunjukka - Perilaku sesuai dengan 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
n pengetahuan meningkat

perilaku

25
tidak sesuai 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
anjuran. 3. Anjarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
5. Resiko Setelah dilakukan tindakan Perawatan Area Insisi
infeksi keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
dibuktikan jam diharapkan tingkat 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak atau tanda-tanda dehisen
dengan efek infeksi menurun dengan atau eviserasi.
prosedur kriteria hasil: 2. Identifikasi karakteristik drainase.
invasif. 3. Monitor proses penyembuhan area insisi.
- Demam menurun
4. Monitor tanda dan gejala infeksi.
- Kemerahan menurun
Terapeutik :
- Nyeri menurun
1. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang tepat.
- Bengkak menurun
2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju area yang kurang bersih.
3. Bersihkan area disekitar tempat pembuangan atau tabung drainase.
4. Pertahankan posisi tabung drainase.
5. Berikan salep antiseptik, bila perlu.
6. Ganti balutan luka sesuai jadwal.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur kepada pasien, dengan menggunakan alat bantu.

26
2. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat insisi.
3. Ajarkan cara merawat area insisi.

D.

27
E. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana


intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama
tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data
dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan pasien (Nursalam, 2008).

F. EVALUASI

Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang


merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali kedalam siklus tersebut
mulai dari pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi, 2008).

28
SOAL PILIHAN GANDA

OTITIS MEDIA

KELOMPOK 1

1. Apa keluhan yang paling utama orang yang menderita "Otitis Media"?
a. Demam dan batuk
b. Bersin
c. Nyeri pada telinga
d. Badan pegal-pegal
e. Nyeri pada kepala
2. Kenapa Otitis Media lebih banyak menyerang anak-anak?
a. Diameter tuba pada anak lebih kecil sehingga menyebabkan
sumbatan lebih sering terjadi
b. Sistem imun yang masih lemah
c. Diameter tuba yang terlalu besar sehingga kotoran banyak yang masuk
dalam telinga
d. Telinga yang sering kotor
e. Karena daun telinga anak yang berukuran kecil
3. An.F yang berusia 4 tahun terus menangis, suka menarik telinganya, susah
tidur, demam dan telinga kanan anak mengeluarkan cairan berwarna putih.
Setelah diperiksa keluarganya yakin kalau ada masalah bagian telinga
anaknya karena telinga kanan si anak mengeluarkan cairan berwarna putih.
Namun keluarga An.F tidak tahu cara menanganinya karena suatu
keterbatasan keluarga dalam hal pengetahuan.
Berikut salah satu cara yang tepat dalam menangani Otitis Media sesuai
kasus diatas adalah...
a. Membersihkan telinga anak dengan cotton bud
b. Membersihkan telinga anak dengan air
c. Mengompres telinga dengan air es
d. Membiarkannya
e. Membawa anak ke pelayanan kesehatan

29
4. Seorang anak laki-laki usia 1 tahun mengeluh keluar cairan dari telinga
kiri sejak 1 hari yang lalu. Cairan yang keluar berwarna putih dan berbau.
Keluhan didahului pilek. Riwayat demam disangkal. Ibu pasien bercerita
bahwa keluhan ini sudah 2 kali dialami anaknya, beberapa bulan yang lalu
juga pernah keluar cairan dari telinga yang sama. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan sekret (+) di auricula sinistra, membran timpani sin/dex intak,
refleks cahaya sin/dex (+).
Apakah kemungkinan diagnosis yang dialami anak tersebut?

a. Otitis eksterna

b. Otitis media akut

c. Otitis media efusi

d. Otitis media serosa

e.Otitis media supuratif kronik

5. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa oleh orang tuanya dengan
keluhan nyeri telinga sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai adanya demam, pendengaran berkurang dan tidak nafsu makan.
Dari hasil pemeriksaan otoskopi didapatkan CAE tidak terdapat inflamasi,
membran timpani intak, merah dan menonjol. Diagnosis yang tepat pada
pasien ini adalah?

a. OMA stadium hiperemis

b. OMA stadium supuratif

c. Otitis media kronik

d. Otitis eksterna difus

e. Miringitis

6. Dibawah ini yang tidak termasuk dalam komplikasi intratemporal dalam


otitis media adalah?

a. Mastoiditis Akut

30
b. Petrositis

c. Abses Otak

d. Labirinitis

e. Paresis N.fasialis

7. Pada usia berapa anak rentan mengalami otitis media akut?


a. 6 bulan sampai 2 tahun
b. 2 bulan sampai 6 bulan
c. Anak baru lahir sampai 6 bulan
d. Usia 2 tahun
e. Usia 5 bulan
8. Dibawah ini yang bukan merupakan penyebab umum dari otitis media
adalah
a. Infeksi Bakteri
b. Virus
c. Alergi
d. Jamur
e. Beberapa patogen
9. Infeksi telinga yang terjadi dalam jangka waktu tertentu akibat tumpukan
cairan dan lendir di dalam telinga sehingga muncul peradangan dan
pembengkakan merupakan pengertian dari...
a. Otitis Media Akut
b. Otitis Media Kronik
c. Otitis Media Efusi
d. Otitis Media Supuratif
e. Otisis Media Adhesif
10. Otitis media umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus,
dibawah ini merupakan patogen yang dapat menyebabkan Otitis media,
kecuali...
a. Streptococcus pneumoniae
b. Pseudomonas aeruginosa

31
c. Escherichia coli
d. Moraxella catarrhalis
e. Haemophilus influenzae
11. Membersihkan cairan telinga tengah dengan pergerakan mukosilier
menuju nasofaring, ventilasi, dan proteksi dari refluks nasofaring
merupakan fungsi dari...
a. Canalis semisirkularis
b. Saraf vestibular
c. Membran tympani
d. Koklea
e. Tuba eustachius

12. Salah satu penyebab otitis media adalah….


a. Asap
b. Stress
c. Inflamasi
d. Demam
e. ISPA
13. Berikut ini adalah komplikasi dari otitis media kecuali ...
a. Gendang telinga pecah
b. Mastoiditis
c. Pemfigoid bulosa
d. Perkembangan bicara dan pertumbuhan terhambat
e. Meningitis
14. OMA ( ototis media akut ) biasanya di sebabkan oleh?
a. bakteri atau virus
b. jamur
c. debu
d. alergi
e. telinga sensitif
15. Otitis media akut lama-kelamaan akan menjadi?

32
a. tuli
b. diabetes mellitus
c. OMSK (otitis media supuratif kronik)
d. meningitis
e. hidrosefalus

33
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A. A. (2020, Desember 12). Penatalaksanaan Otitis Media Akut -


Repositori PDF. Retrieved from scribd:
https://id.scribd.com/document/357190183/Penatalaksanaan-otitis-media-
akut-repositori-pdf

Agustina, D. (2012, Februari 8). Komplikasi dan Prognosis Otitis Media.


Retrieved from scribd:
https://id.scribd.com/document/201202807/Komplikasi-Dan-Prognosis-
Otitis-Media

Agustinna, D. (2012, Agustus 7). Komplikasi Dan Prognosis Otitis Media.


Retrieved from scribd:
https://id.scribd.com/document/201202807/Komplikasi-Dan-Prognosis-
Otitis-Media

Cintya, A. (2020, MEI 27). WOC Otitis Media Akut. Retrieved from OMA:
https://id.scribd.com/document/425551437/Woc-Otitis-Media-Akut-Oma

Media, R. (2019, November 26). Otitis Media. Retrieved from Otitis Media:
https://www.halodoc.com/kesehatan/otitis-media

Wihardji, d. T. (n.d.). Patofisiologi Otitis Media. Retrieved from HaloMedika:


https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/otitis-
media/patofisiologi

34

Anda mungkin juga menyukai