2017
OLEH
PEMBIMBING :
Prof. DR. dr. NURPUDJI A. TASLIM, MPH., Sp.GK(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP TINGGI
BADAN MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2017
Pembimbing :
Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
“Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan Mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan
2017”
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Angkatan 2017
PEMBIMBING
PENGUJI 1 PENGUJI 2
dr. Aminuddin, M.Nut & Diet, Ph.D dr. A. Yasmin Syauki, M.Sc., Sp.GK
Ditetapkan di : Makassar
iii
BAGIAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
Judul Skripsi :
“Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan Mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2017”
iv
Lembar Pernyataan Anti Plagiarisme
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya
saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang baik berupa tulisan,
data, gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasikan atau belum dipublikasi,
telah preferensi sesuai dengan ketentuan akademis.
Penyusun,
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Pola Makan dan Status Gizi terhadap Tinggi Badan
Angkatan 2017” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah SWT atas kekuatan dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis
pembuatan skripsi ini dan membantu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat waktu.
4. dr. Aminuddin, M.Nut & Diet, Ph.D. dan dr. A. Yasmin Syauki, M.Sc.,
vi
5. Muh. Ikram yang selalu memberikan semangat dan mendukung penulis
pikiran maupun bantuan fisik dan moril secara langsung maupun tidak
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu yang terlibat
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran serta koreksi membangun
Penulis
vii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2017
Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
Hubungan Pola Makan Dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan Mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan
2017
ABSTRAK
Pendahuluan: Di seluruh belahan dunia, pada tahun 2015, terdapat 156 juta anak
dengan perawakan pendek, sekitar 45% diantaranya tinggal di negara-negara
berkembang dan negara berkonflik. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat
bila prevalensi perawakan pendek sebesar 30-39% dan serius bila ≥40%. Sulawesi
Selatan sendiri berada pada urutan ke-3 dalam kategori serius. Di Indonesia,
khususnya di Sulawesi Selatan, angka perawakan pendek masih tinggi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational analitic dengan
pendekatan cross sectional menggunakan data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil
wawancara berupa kuesioner dan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan pada
mahasiswa program studi Pendidikan Dokter FK Unhas angkatan 2017. Data
dianalisi dengan menggunakan program statistik komputer.
Hasil: Sampel yang diteliti sebanyak 179 mahasiswa dan terdapat 48 mahasiswa
(26,82%) yang dikategorikan perawakan pendek. Usia mahasiswa 16-18 tahun yang
terdiri dari 134 mahasiswa (74,86%) perempuan dan 45 mahasiswa (25,14%) laki-
laki. Hasil uji chi Square status gizi laki-laki(p=0,540)perempuan(p=0,053), pola
makan TB/U laki-laki(p=0,101)perempuan(p=0,680), asupan makanan yang terdiri
dari asupan energi (p=0,140), asupan protein (p=0,228), asupan lemak (p=0,100), dan
asupan karbohidrat(p=0,131) serta faktor genetik terdiri dari tinggi badan laki-laki
terhadap tinggi badan ibu (p=0,253), tinggi badan perempuan terhadap tinggi badan
ibu (p=0,342), tinggi badan perempuan terhadap tinggi badan ayah (p=0,959), tidak
memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi badan mahasiswa.
Sedangkan pada variabel pola makan status gizi berat badan terhadap tinggi badan
laki-laki(p=0,003)perempuan(p=0,001) dan tinggi badan laki-laki terhadap ayah
(p=0,003) memiliki hubungan dan pengaruh signifikan terhadap tinggi badan
mahasiswa.
Kesimpulan: Didapatkannya hubungan antara pola makan dan faktor tinggi badan
ayah terhadap tinggi badan mahasiswa.
Kata kunci : pola makan, status gizi, tinggi badan, asupan makanan, faktor genetik
viii
ESSAY
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
DESEMBER 2017
Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
Relationship Between Food Pattern and Nutritional Status of Stature on Medical
Students Faculty of Medicine Hasanuddin University Lecting 2017.
ABSTRACT
Introdution: Around the world, by 2015, there are 156 million stunting children,
about 45% of whom live in developing countries and conflict countries. Problem is
public health are considered severe when the stunting prevalence is 30-39% and
serious when ≥40%. South Sulawesi is at third position in the serious category. In
Indonesia, especially in South Sulawesi, the stunting is still high.
Method: This research method is analytic observational research with cross sectional
approach using data through interview in the form of questionnaires and result
measurements on medical students of Medicine Faculty of Hasanuddin University
Lecting 2017. The data was analyzed using computer statistics program.
Result: The sample was 179 students and 48 students (26,82%) that categorize
stunted. Student age between 16-18 years to consist of 134 female students (74,86%)
and 45 male students (25,14%). The result of chi square test nutritional status
male(p=0,540)female(p=0,053), food pattern H/A male (p=0,101)female(p=0,680),
food intake consisting of energy intake (p = 0,140), protein intake (p = 0,228), fat
intake (p = 0,100), and carbohydrate intake = 0,131) and genetic factors consist of
male height by mother's height (p = 0,253), female height by mother’s height
(p=0,342), female height by father’s height (p = 0,959) did not have relationship
reputation and signifikan influence on height students. With variable Food pattern
nutritional status W/A male(p=0,003)female(p=0,001) and male height by father’s
height (p=0.003) proved to have significant correlation and influence on height
students.
Keyword: Food Pattern, nutritional status, height, food intake, genetic factors
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xv
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
2.2.1 Antropometri................................................................................................. 8
2.2.3 Biokimia........................................................................................................ 8
2.2.4 Biofisik.......................................................................................................... 9
xi
3.3.1 Variabel Dependen ..................................................................................... 22
4.4.1 Populasi....................................................................................................... 27
xii
4.9 Alur Penelitian .............................................................................................. 31
xiii
6.4 Hubungan Faktor Genetik terhadap Tinggi Badan ............................................ 56
7.1 Saran...................................................................................................................... 58
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1…………………………………………………………………………… 7
Tabel 2.2…………………………………………………………………………… 11
Tabel 2.3…………………………………………………………………………… 16
Tabel 5.1…………………………………………………………………………… 34
Tabel 5.2…………………………………………………………………………… 34
Tabel 5.3…………………………………………………………………………… 36
Tabel 5.4…………………………………………………………………………… 37
Tabel 5.5…………………………………………………………………………… 40
Tabel 5.6…………………………………………………………………………… 42
Tabel 5.7…………………………………………………………………………… 43
Tabel 5.8…………………………………………………………………………… 44
Tabel 5.9…………………………………………………………………………… 46
Tabel 5.10………………………………………………………………………….. 47
Tabel 5.11………………………………………………………………………….. 49
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Dilakukan
7. Foto Dokumentasi
8. Biodata Peneliti
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
status gizi baik pada anak-anak maupun dewasa. Pada anak-anak, pengukuran tubuh
digunakan untuk melihat kesehatan dan status gizi, risiko penyakit, serta komposisi
Menurut WHO tahun 2005, ukuran tinggi badan digunakan untuk anak umur
di atas 24 bulan yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang,
Di seluruh belahan dunia, pada tahun 2015, terdapat 156 juta anak dengan perawakan
37,2%, yang artinya terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007
(36,8%). Prevalensi 37,2% terdiri atas 18% perawakan sangat pendek dan 19,2%
perawakan pendek. Pada tahun 2013, perawakan sangat pendek menurun dari angka
1
2
18,8% tahun 2007 dan 18,5% di tahun 2010. Prevalensi perawakan pendek meningkat
dari 18% pada tahun 2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
pendek sebesar 30-39% dan serius bila ≥40% (WHO, 2010 dalam Riskesdas, 2013).
Terdapat 14 provinsi dengan kategori berat dan 15 provinsi dalam kategori serius.
Sulawesi Selatan sendiri berada pada urutan ke-3 dalam kategori serius setelah Papua
kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi sekitar 27-65% pada 11 studi oleh International
Centre for Research on Women (ICRW). Gizi kurang yang berlangsung kronik
dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja (IDAI,
2013)
sayuran dan buah-buahan pada kelompok usia di atas 10 tahun masih rendah, yaitu
masing-masing sebesar 36,7% dan 37,9%. Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi
rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian besar berasal dari protein
minuman berkadar gula tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat
perkotaan maupun perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, konsumsi cairan pada
remaja masih rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI
Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%) (PGS Kemenkes RI, 2014).
3
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan seseorang dalam kilogram
dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. IMT adalah metode skrining yang
murah dan mudah dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan
umur nol bulan hingga dua tahun. Sedangkan, menggunakan CDC growth charts
untuk anak dan remaja berusia dua hingga sembilan belas tahun untuk memantau
tinggi. Sehingga hal ini yang mendasari penulis untuk mencoba menelusuri tentang
hubungan antara pola makan dan status antropometri terhadap tinggi badan di
kalangan mahasiswa baru dalam hal ini adalah mahasiswa(i) program studi
hubungan antara pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa
hubungan pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa Fakultas
2017.
2017.
2017.
2017.
5
Manfaat praktis penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi bagi para
praktisi kesehatan mengenai hubungan pola makan dan status gizi terhadap tinggi
1. Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk
2. Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk
peneliti tentang pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi acuan untuk mencari tahu faktor lain
TINJAUAN PUSTAKA
satunya adalah faktor genetik dari orang tua, yaitu faktor tinggi dan berat badan orang
tua. Selain itu, faktor pendidikan, ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola
asuh konsumsi makanan, pola makanan, kepercayaan, tradisi atau budaya, dan lain
sebagainya. Beberapa hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa status gizi
disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti ukuran antropometri ibu dan bapak,
seperti tinggi badan orang tua memungkinkan anak memiliki risiko gagal
orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi
makanan. Status gizi seseorang atau sekelompok orang dapat digunakan untuk
mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut keadaan gizinya baik
Penggunaan data indeks massa tubuh (IMT) menurut NCHS, dengan elevasi
persentil bukan menjadi acuan terhadap status sehat. Namun, data ini sementara
Gizi kurang atau gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi
6
7
kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Pendek dan sangat pendek adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan
2011).
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukuran sederhana untuk berat badan
terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk mengklasifikasikan berat bada
kurang, berat badan normal maupun berat badan lebih pada orang dewasa. Menurut
Nilai IMT didasarkan dengan usia dan sama untuk kedua jenis kelamin.
Namun, penggunaan IMT tidak dapat disamakan pada tingkat kegemukan di populasi
atau ras yang berbeda. Untuk Asia, dikatakan berat badan normal jika IMT
8
menunjukkan 18,5-22,9kg/m², berat badan kurang jika ˂18,5 kg/m², dan berat badan
umur nol bulan hingga dua tahun. Sedangkan, menggunakan CDC growth charts
untuk anak dan remaja berusia dua hingga sembilan belas tahun untuk memantau
tumbuh kembangnya Dikatakan perawakan pendek apabila tinggi badan menurut usia
2.2.1 Antropometri
komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2001).
2.2.2 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas
seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan
2.2.3 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh
9
yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
2.2.4 Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melibat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan
(Supariasa, 2001).
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak
2) Statistik Vital
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, 2001).
3) Faktor Ekologi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan
Perawakan Pendek adalah tinggi badan yang rendah menurut usia. Hal ini
adalah akibat dari kekurangan gizi berulang atau kronik, biasanya terkait dengan
kondisi sosial ekonomi yang buruk, kesehatan ibu hamil dan gizi buruk, sering sakit,
dan/atau pemberian makanan dan perawatan bayi dan anak yang tidak tepat di awal
kehidupan. Stunting dapat menahan anak-anak untuk mencapai potensi fisik dan
Menurut CDC, kriteria yang digunakan pada anak usia diatas dua tahun
menggunakan CDC growth chart, dan yang diindikasikan dalam perawakan pendek
adalah dibawah persentil lima. Grafik pertumbuhan terdiri atas distribusi pengukuran
tubuh untuk melihat pertumbuhan bayi, anak-anak, dan remaja. Menggunakan WHO
Growth Charts persentil 2 dan 98 untuk anak usia kurang dari dua tahun dan
11
menggunakan CDC Growth Charts persentil 5 dan 95 untuk anak usia dua sampai
keadaan gizi. Hal ini disebabkan oleh kuantitas dan kualitas makanan dan minuman
Gizi optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan
kecerdasan seluruh kelompok umur. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan
kesehatan yang buruk, yaitu yang memiliki faktor risiko penyakit tidak menular
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (PGS Kemenkes
RI, 2014)
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6
bulan.
Terkait dengan prinsip gizi seimbang, penyakit infeksi merupakan salah satu
penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh
berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi (PGS Kemenkes RI,
2014).
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang
normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya (PGS Kemenkes
RI, 2014).
Remaja adalah orang muda yang berusia antara 10-19 tahun. Sekitar 1.2
miliar orang, atau satu per enam populasi dunia adalah remaja yang berumur 10-19
kacang-kacangan dan biji-bijian. Sedikitnya 400 gram (sekitar 5 porsi) buah dan
sayuran dikonsumsi dalam sehari, lemak kurang 30% dan total asupan energi, kurang
14
dari 5 gram garam (setara dengan 1 sendok teh) per hari (menggunakan garam yang
beryodium), kurang 10% gula dari total asupan energi (setara 50 gram atau 12
sendok teh), namun idealnya kurang dari 5% dari kebutuhan energi total, untuk orang
dengan berat badan sehat yang mengonsumsi sekitar lebih dari 2000 kalori per hari.
(WHO, 2015)
1. Makan 3 kali sehari. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari
dianjurkan agar anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan
sarapan atau makan pagi, makan siang dan makan malam. Untuk
sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan bersama keluarga.
Sarapan setiap hari penting terutama bagi anak-anak oleh karena mereka
dan untuk mengganti sel atau jaringan yang sudah terbentuk, dan untuk
mengganti sel yang sudah rusak, oleh karena itu protein sangat diperlukan
63,3% anak > 10 tahun tidak mengonsumsi sayuran dan 62,1% tidak
buah karena buah juga mengandung gula, ada yang sangat tinggi sehingga
rasa buah sangat manis dan juga ada yang jumlahnya cukup.
5. Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, jajanan dan makanan selingan yang
kira-kira membutuhkan energi kurang lebih 2125 kkal untuk perempuan, danpada
gram pada anak perempuan, dan pada laki-laki 66 gram; lemak total untuk perempuan
sebanyak 292 untuk perempuan, dan 368 gram untuk laki-laki dalam satu hari (PGS
dimodifikasi, yaitu dikatakan kurang apabila AKG <100%, cukup bila AKG 100-
<130%, sedangkan untuk status lebih AKG ≥130% (Kemenkes RI, 2014).
16
1. Protein
asam amino yang digunakan oleh tubuh untuk proses sintesis protein tubuh bersifat
esensial, yaitu tidak bisa disentises oleh manusia. Kualitas protein dinilai dengan
kemampuannya untuk menyuplai asam amino esensial yang diperlukan untuk proses
semua asam amino esensial dalam proporsi yang sama yang diperlukan untuk sintesis
protein manusia. Berbanding dengan protein nabati yang mempunyai kualitas protein
17
yang lebih rendah sehingga harus dikombinasi beberapa sumber protein nabati yang
berbeda untuk mendapatkan nilai nutrisi yang sama dengan protein hewani.
bersamaan dengan jumlah nitrogen yang diekskresi lewat urin, keringat dan feses.
Orang dewasa yang sehat umumnya berada dalam kondisi nitrogen balance. Positive
nitrogen balance berlaku apabila asupan nitrogen melebihi nitrogen yang diekskresi.
Hal ini berlaku dalam kasus pertumbuhan jaringan tubuh. Negative nitrogen balance
berlaku apabila jumlah nitrogen yang diekskresi melebihi nitrogen yang dikonsumsi.
Hal ini dikaitkan dengan asupan protein yang tidak adekuat, kekurangan asam amino
kualitas protein yang dikonsumsi. Konsumsi protein hewani dalam proporsi yang
tinggi menunrunkan jumlah protein harian yang diperlukan. Jumlah protein yang
protein melebihi keperluan harian karena protein berlebihan akan mengalami proses
diaminasi yang menghasilkan energi dan acetyl co-A yang akan digunakan dalam
2. Lemak
penting. Cara kerja TAG pada lipid darah ditentukan oleh sifat kimawinya dan sifat
asam lemak yang membentuknya. Kehadiran ikatan ganda (jenuh berbanding tidak
18
jenuh), posisi ikatan gandanya (omega-6 berbanding omega-3), dan konfigurasi cis
berbanding trans adalah ciri-ciri struktural yang paling penting yang mempengaruhi
lipid darah.
TAG yang terdiri asam lemak yang terbentuk dari rantai hidrokarbon yang
tidak memiliki ikatan ganda dikenali sebagai asam lemak jenuh. Konsumsi asam
lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan kolesterol plasma, low density lipoprotein
(LDL) dan peningkatan resiko penyakit jantung koroner. Sumber utama asam lemak
jenuh adalah dari produk susu dan daging. Disarankan agar asupan lemak jenuh
TAG yang terdiri asam lemak yang terbentuk dari rantai hidrokarbon yang
memiliki ikatan ganda dikenali sebagai asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak
jenuh umumnya diperoleh dari sayuran atau ikan. Asam lemak tidak jenuh berfungsi
menurunkan kolesterol total, LDL dan meningkatkan high density lipoprotein (HDL).
Kemampuan asam lemak tidak jenuh untuk modifikasi profil lipid mungkin
menjelaskan bahwa angka kejadian penyakit jantung koroner pada kultur yang
Asam lemak trans secara kimia diklasifikasi sebagai asam lemak tidak jenuh,
tapi efeknya pada tubuh adalah seperti asam lemak jenuh yaitu meningkatkan kadar
LDL, tidak meningkatkan kadar HDL dan meningkatkan resiko penyakit jantung
koroner. Asam lemak trans tidak diperoleh dari sumber nabati dan dari sumber
hewani hanya jumlah yang sedikit bisa diperolehi. Asam lemak trans terbentuk dalam
proses hidrogenasi lemak sayuran yaitu proses membentuk margarin. Ini hal yang
19
banyak dan mungkin berkontribusi ke angka kejadian penyakit jantung koroner yang
Kolesterol hanya didapati dari sumber hewani. Efek kolesterol pada kolesterol
serum adalah kurang signifikan berbanding jumlah dan jenis asam lemak yang
3. Karbohidrat
makanan adalah glukosa dan fruktosa. Disakarida yang paling sering diketemukan
pula adalah sukrosa (glukosa + fruktosa), laktosa (glukosa + galaktosa), dan maltosa
mempunyai pati dan lignin (polimer yang terdiri dari golongan alkohol aromatik)
yang didapati dari sumber nabati. Serat larut adalah bagian tumbuhan yang bisa
dimakan dan tidak mengalami proses digesti dan absorpsi di usus halus tapi
difermentasi oleh bakteri di usus besar. Serat tidak larut melewati saluran pencernaan
dengan intak. Serat tidak memberi energi dalam jumlah yang signifikan tapi memberi
efek positif lain ke tubuh. Serat mampu mengabsorpsi air sebanyak 10 – 15 kali
beratnya, menarik cairan ke dalam lumen usus dan meningkatkan motilitas usus.
lebih berpanjangan yang juga memberikan efek penurunan puncak glukosa darah
setelah makan. Selain itu, serat larut juga mampu menurunkan tingkat LDL dalam
darah dengan meningkatkan ekskresi asam empedu dan menurunkan reabsorpsi asam
empedu .
BAB III
21
22
Mahasiswa
Pendidikan Dokter Faktor Metabolisme Status Gizi Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran Proses anabolik Pendek
Universitas Proses Katabolik Cukup Tinggi
Hasanuddin Angk.
2017
Faktor Tabu
Lingkungan
Aktifitas Genetik
Fisik
Variabel Independen
Variabel Dependen
Tinggi Badan
1. Status Gizi
Cara mengukur berat badan dengan berdiri diatas timbangan, pandangan lurus
Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menilai status gizi yaitu pengukuran berat
2. Pola Makan
keadaan gizi.
responden
2. Jarang ˂2x/minggu
3. Genetik
Hasil Ukur : 1. Ya
2. Tidak
1. Tidak terdapat hubungan pola makan terhadap tinggi badan pada mahasiswa
2017.
26
2. Tidak terdapat hubungan status gizi terhadap tinggi badan pada mahasiswa
2017.
2017.
4. Tidak terdapat hubungan pola makan dan status gizi pada mahasiswa
2017.
2017.
2017.
2017.
4. Tidak terdapat hubungan pola makan dan status gizi pada mahasiswa
2017.
BAB IV
METODE PENELITIAN
analitik dengan desain cross sectional. Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba
ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan pola makan dan status gizi terhadap
mahasiswa mengetahui pentingnya pola makan dan status gizi. Faktor kemudahan
4.4.1 Populasi
27
28
4.4.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah total mahasiswa pada satu angkatan Fakultas
berikut :
𝑁
𝑛=
𝑁 (𝑑 )2 + 1
324
𝑛=
324 (0.05)2 + 1
324
𝑛=
1,81
𝑛 = 179,006
Dimana:
Kriteria ekslusi :
Metode yang digunakan adalah total sampling. Sampel pada penelitian ini
Universitas Hasanuddin angkatan 2017. Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil
wawancara berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden dan hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan. Populasi dari seluruh mahasiswa program studi
Pendidikan Dokter FK Unhas angkatan 2017 terdiri dari 324 mahasiswa. Sampel
3. Timbangan
30
partisipan.
3. Peneliti melakukan input data dan analisis data. Data akan diolah secara
manual dengan program Ms. Word dan SPSS kemudian disajikan dalam
Mahasiswa Pendidikan
Kedokteran Universitas
Hasanuddin 2017
324
145 tidak mengiisi
kuesioner
179
Kuesioner Antropometri
Status Status
Gizi Gizi
Normal Pre-Obes
32
3. Kerahasiaan data akan dijamin dari tiap responden untuk mencegah adanya
Pengambilan data untuk penelitian tentang hubungan pola makan dan status
gizi terhadap tinggi badan pada mahasiswa pendidikan dokter universitas hasanuddin
data primer berupa pengukuran tinggi badan dan berat badan serta kuesioner yang
Total sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 179 mahasiswa,
dengan menggunakan kuota sampling. Penelitian ini berdasarkan data tinggi badan
mahasiswa yang diukur menggunakan Microtoise. Berikut adalah hasil olahan data
tinggi badan menggunakan Microtoise dan pengumpulan data diri yang diisi dengan
kuesioner. Variabel karakteristik tinggi badan ini dikategorikan menjadi pendek dan
33
34
Jumlah Persentase
Karakteristik Mean SD
(orang) (%)
Tinggi Badan Laki-laki
Pendek (≤165) 14 31.11 1.62 0.02
Tinggi (>165) 31 68.89 1.72 0.05
Tinggi Badan Perempuan
Pendek (≤152) 34 25.37 1.48 0.04
Tinggi (>152) 100 74.63 1.59 0.04
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa dari 45 laki-laki, terdapat 14
Karakteristik n % 16 17 18
Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD
n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 45 25.14 3 6.70 10 22.20 32 71.10 2259.45 301.17 87.29 28.49 80.09 23.80 289.44 49.22
Perempuan 134 74.86 1 0.70 30 22.40 103 76.90 1926.06 270.66 71.02 18.23 61.74 19.60 266.23 53.47
Status Gizi
Kurang 47 26.26 1 2.10 12 25.50 34 72.30 1730.53 194.03 57.04 18.89 238.99 44.98 60.70 13.12
Normal 88 49.16 2 2.30 15 17.00 71 80.70 2014.86 223.16 77.28 23.22 65.36 19.44 273.11 47.63
Pre-Obesitas 21 11.73 1 4.80 6 28.60 14 66.70 2246.77 266.63 81.96 15.71 78.72 23.40 299.41 58.01
Obesitas II 5 2.79 0 0.00 1 20.00 4 80.00 2599.00 187.52 118.18 15.06 105.40 13.56 286.14 17.48
Berdasarkan Tabel 5.2, dapat dilihat bahwa sampel penelitian terdiri sebagian
pendidikan dokter yang tidak merata antara jumlah laki-laki dan perempuan.
perempuan.
Untuk distribusi status gizi, masih terdapat mahasiswa dengan status gizi berat
badan lebih (pre-obesitas sampai obesitas II), namun dalam hal ini masih didominasi
dengan status gizi normal. Dari sampel yang diambil, didapatkan hasil kategori status
gizi kurang sebanyak 47 mahasiswa (26,26%), pada status gizi normal terdapat 88
Pola makan terhadap tinggi badan mahasiswa dapat dilihat dari beberapa
indikator yang meliputi, jenis makanan, konsumsi makanan, kebiasaan makan, jarak
antara makan dan tidur, mengemil atau mengonsumsi snack, dan Food Frequency
Questionnaire (FFQ).
Dari 179 responden, yang terdiri dari 45 laki-laki yang memiliki pola makan
baik dalam kategori cukup tinggi terdapat 12 mahasiswa dan kategori pendek terdapat
2 mahasiswa (31.11%) dan yang memiliki pola makan yang kurang baik dalam
mahasiswa (68.89%). Selanjutnya yang terdiri dari 134 perempuan yang memiliki
pola makan baik dalam kategori cukup tinggi terdapat 57 mahasiswa dan kategori
pendek terdapat 18 mahasiswa (55.97%) dan yang memiliki pola makan yang kurang
baik dalam kategori cukup tinggi terdapat 43 mahasiswa dan kategori pendek terdapat
16 mahasiswa (44.03%).
karbohidrat yaitu 171 mahasiswa (95,53%) kategori sering dan 8 mahasiswa (4,47%)
jarang. Setelah nasi putih, sebagian besar juga mahasiswa pendidikan dokter
dan 88 mahasiswa (49,16) jarang mengonsumsi roti dalam satu minggu. Namun, dari
Untuk sumber protein, tempe atau tahu menjadi sumber protein yang paling
banyak diminati oleh mahasiswa dengan jumlah 128 mahasiswa (71,51%) sering
tahu/tempe. Selain itu, banyak 112 mahasiswa (62,57%) sering mengonsumsi daging
ayam dan telur ayam, dan sebanyak 67 mahasiswa (37,43%) jarang mengonsumsi
kedua sumber protein tersebut. Dari 179 responden, mahasiswa sangat jarang
dalam kategori sering, dan selebihnya dalam kategori jarang atau bahkan tidak
pernah.
mengonsumsi lemak dalam rentan satu minggu. Untuk sumber lemak yang paling
sumber lemak lainnya seperti minyak sayur, jeroan, keju, mentega maupun santan.
39
92 mahasiswa (51,40%) masih jarang atau tidak pernah mengonsumsi susu fullcream.
buahan. 138 mahasiswa (77,09%) sering mengonsumsi sayuran, dan 104 mahasiswa
dengan kuesioner dan menggunakan Form Food Recall 24 Hours untuk menghitung
asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 5.5:
40
Jumlah Persentase
Karakteristik
(orang) (%)
Asupan Energi
Kurang (≤80% AKG) 148 82.68
Cukup (>80% AKG) 31 17.32
Asupan Protein
Kurang (≤80% AKG) 41 22.91
Cukup (>80% AKG) 138 77.09
Asupan Lemak
Kurang (≤80% AKG) 125 69.83
Cukup (>80% AKG) 54 30.17
Asupan Karbohidrat
Kurang (≤80% AKG) 139 77.65
Cukup (>80% AKG) 40 22.35
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.5, dapat dilihat bahwa mahasiswa pendidikan dokter
sebagian besar memiliki asupan energi kurang sebanyak 147 mahasiswa (82.68%)
asupan protein yang kurang yaitu sebanyak 41 mahasiswa (22.91%) dan 138
Dari 179 sampel, 125 mahasiswa (69.83%) dengan asupan lemak kurang dan
Selain itu, mahasiswa dengan asupan karbohidrat yang kurang, yaitu 139
beberapa indikator yang meliputi, tinggi badan kedua orang tua maupun anggota
keluarga lainnya, ataupun keluarga yang berat badan berlebih maupun berat badan
kurang.
Dari hasil data wawancara didapatkan 45 laki-laki yang memiliki tinggi badan
ibunya ≤ 152 cm yaitu 8 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 6 orang yang
memiliki tinggi badan pendek (31.11%), serta mahasiswa dengan tinggi badan ibu >
152 cm yaitu 23 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 8 orang yang memiliki
tinggi badan pendek (68.89%). Sedangkan 134 perempuan yang memiliki tinggi
badan ibunya ≤ 152 cm yaitu 35 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 15
orang yang memiliki tinggi badan pendek (37.31%), serta mahasiswa dengan tinggi
badan ibu > 152 cm yaitu 65 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 19 orang
tinggi badan ayahnya ≤ 165 cm yaitu 12 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan
2 orang yang memiliki tinggi badan pendek (31.11%), serta mahasiswa dengan tinggi
badan ayah > 165 cm yaitu 23 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 8 orang
yang memiliki tinggi badan pendek (68.89%). Sedangkan 134 perempuan yang
memiliki tinggi badan ayahnya ≤ 165 cm yaitu 57 orang yang memiliki badan cukup
tinggi dan 18 orang yang memiliki tinggi badan pendek (55.97%), serta mahasiswa
42
dengan tinggi badan ayah > 165 cm yaitu 43 orang yang memiliki badan cukup tinggi
Tinggi Badan
Jumlah Persentase
Tinggi Badan Ibu Mahasiswa
(orang) (%)
Tinggi Pendek
Laki-laki >165 cm ≤165 cm n %
Tingggi badan ibu ≤152 cm 8 6 14 31.11
Tingggi badan ibu >152 cm 23 8 31 68.89
Perempuan >152 cm ≤152 cm n %
Tingggi badan ibu ≤152 cm 35 15 50 37.31
Tingggi badan ibu >152 cm 65 19 84 62.69
Tinggi Badan
Mahasiswa Jumlah Persentase
Tinggi Badan Ayah
(orang) (%)
Tinggi Pendek
Laki-laki >165 cm ≤165 cm n %
Tingggi badan ayah ≤165 cm 12 2 14 31.11
Tingggi badan ayah >165 cm 19 12 31 68.89
Perempuan >152 cm ≤152 cm n %
Tingggi badan ayah ≤165 cm 57 18 75 55.97
Tingggi badan ayah >165 cm 43 16 59 44.03
Sumber: Data Primer
Tinggi Badan
P-Value
Cukup Total
Satus Gizi Pendek
Tinggi
n % n % n %
2
Kurang (<18,5 kg/m ) 4 50.00 4 50.00 8 100
Normal (18,5-22,9 kg/m2)
Laki-laki
mahasiswa (40%) pendek, dan 3 mahasiswa (60%) cukup tinggi. Pada status gizi
Sedangkan, untuk status gizi obesitas II, data menunjukkan terdapat 2 mahasiswa
(100%) kategori pendek, dan 0 mahasiswa (0%) cukup tinggi. Untuk jenis perempuan
pada status gizi kurang, yang termasuk kategori pendek sebanyak 6 makasiswa
(74.63%) dengan gizi normal berkategori cukup tinggi. Dari 16 mahasiswa kategori
cukup tinggi. Pada status gizi obesitas I, 4 mahasiswa (40%) pendek, dan 6
mahasiswa (60%) cukup tinggi. Sedangkan, untuk status gizi obesitas II, data
cukup tinggi. Hasil analisa uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
status gizi dan tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Unhas dimana p-value
>0,05 yaitu 0,54 untuk laki-laki dan p-value >0,05 yaitu 0,053 untuk perempuan.
Hasil analisa hubungan pola makan yang terdiri dari jenis makanan, konsumsi
makanan, kebiasaan makan, jarak antara makan dan tidur, mengemil atau
mengonsumsi snack, dan FFQ mahasiswa pendidikan dokter terhadap tinggi badan
Tinggi Badan
Cukup Total P-
Pola Makan
Tinggi Pendek Value
n % n % n %
Laki- Baik (Skor >50) 12 85.71 2 14.3 14 100
0.101
laki Tidak Baik (Skor≤50) 19 61.29 12 38.7 31 100
Perem Baik (Skor >50) 57 76.00 18 24.0 75 100
0.68
puan Tidak Baik (Skor≤50) 43 72.88 16 27.1 59 100
Sumber: Data Primer
45
Berdasarkan Tabel 5.8, Untuk jenis kelamin laki-laki, kategori pola makan
yang baik terdapat sebanyak 12 mahasiswa (85.71%) cukup tinggi dan 2 mahasiswa
(14.3%) pendek. Sedangkan untuk kategori pola makan kurang baik, 19 mahasiswa
(61.29%) cukup tinggi dan 12 mahasiswa (38.7%) pendek. Untuk jenis kelamin
kategori pola makan kurang baik, 43 mahasiswa (72.88%) cukup tinggi dan 16
pengaruh pola makan terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Universitas
Hasanuddin, di mana p-value >0,05 yaitu 0,101 untuk laki-laki dan p-value >0,05
Hasil analisa hubungan pola makan yang terdiri dari jenis makanan, konsumsi
makanan, kebiasaan makan, jarak antara makan dan tidur, mengemil atau
mengonsumsi snack, dan FFQ mahasiswa pendidikan dokter terhadap status gizi
(Skor >50)
laki
0.03
Tidak Baik 8 25.81 14 45.16 4 12.90 5 16.13 0 0.00 31 100
(Skor >50)
Baik 11 14.67 39 52.00 13 17.33 10 13.33 2 2.67 75 100
Perem
puan
(Skor >50)
0.001
Tidak Baik 28 47.46 28 47.46 3 5.08 0 0.00 0 0.00 59 100
(Skor >50)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.9, untuk jenis kelamin laki-laki pada kategori pola
makan yang baik, terdapat 0 mahasiswa (0%) dengan status gizi kurang, 7 mahasiswa
pola makan yang kurang baik, didapatkan 8 mahasiswa (25.81%) dengan gizi kurang,
mahasiswa (16.13%) obesitas I, dan tidak ada mahasiswa (0%) dengan obesitas II.
Untuk jenis kelamin perempuan pada kategori pola makan yang baik, terdapat 11
mahasiswa (14.67%) dengan status gizi kurang, 39 mahasiswa (52.00%) gizi normal,
II terdapat 2 mahasiswa (2.67%). Sedangkan untuk kategori pola makan yang kurang
(47.46%) gizi normal, 3 mahasiswa (5.08%) pre-obesitas, tidak ada mahasiswa (0%)
obesitas I, dan tidak ada mahasiswa (0%) dengan obesitas II yang memiliki pola
pengaruh pola makan terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Universitas
Hasanuddin, di mana p-value <0,05 yaitu 0,03 untuk laki-laki dan p-value <0,05 yaitu
terhadap tinggi badan dengan uji Chi-Square dijelaskan pada Tabel 5.10
Kurang Cukup
(≤80%AKG) (>80% AKG)
Total P-
Asupan Makanan
Value
n % n % N %
Energi
Cukup Tinggi 105 80.15 26 19.85 131 100
0.14
Pendek 43 89.58 5 10.42 48 100
Protein
Cukup Tinggi 27 20.61 104 79.39 131 100
0.228
Pendek 14 29.17 34 70.83 48 100
Lemak
Cukup Tinggi 87 66.41 44 33.59 131 100
0.1
Pendek 38 79.17 10 20.83 48 100
Karbohidrat
Cukup Tinggi 98 74.81 33 25.19 131 100
0.131
Pendek 41 85.42 7 14.58 48 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.10 untuk asupan energi pada mahasiswa cukup tinggi
terdapat 105 mahasiswa (80.15%) yang kurang asupan energi dan 26 mahasiswa
(19.85%) yang memiliki asupan energi cukup, untuk mahasiswa kategori pendek
48
(20.61%) yang kurang asupan protein dan 104 mahasiswa (79.39%) yang memiliki
(29.17%) yang kurang asupan protein dan 34 mahasiswa (70.83%) yang memiliki
Sementara itu, untuk asupan lemak pada mahasiswa cukup tinggi terdapat 87
(33.59%) yang memiliki asupan lemak cukup, untuk mahasiswa kategori pendek
pengaruh pada asupan energi, asupan protein, asupan lemak, dan asupan karbohidrat
Hasanuddin, di mana p-value >0,05 yaitu 0,140 pada asupan energi; p-value 0,228
pada asupan protein; dan p-value 0,100 pada asupan lemak. Sedangkan pada asupan
memiliki ibu dengan tinggi badan ≤152 cm terdapat 8 mahasiswa cukup tinggi dan 6
dengan tinggi badan >152 cm terdapat 23 mahasiswa cukup tinggi dan 8 mahasiswa
(68.89%) pendek. Untuk jenis kelamin perempuan, mahasiswa yang memiliki ibu
dengan tinggi badan ≤152 cm terdapat 35 mahasiswa cukup tinggi dan 15 mahasiswa
50
(55.97%) pendek sedangkan mahasiswa perempuan yang memiliki ibu dengan tinggi
pendek
Untuk mahasiswa laki-laki yang memiliki ayah dengan tinggi badan ≤ 165
cm, sebanyak 12 mahasiswa cukup tinggi dan 2 mahasiswa (31,11%) pendek; dan
mahasiswa laki-laki yang memiliki ayah dengan tinggi badan > 165 cm, sebanyak 19
perempuan yang memiliki ayah dengan tinggi badan ≤ 165 cm, sebanyak 57
mahasiswa cukup tinggi dan 18 mahasiswa (55.97%) pendek; dan mahasiswa laki-
laki yang memiliki ayah dengan tinggi badan > 165 cm, sebanyak 43 mahasiswa
pengaruh pada tinggi badan ayah terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter
Universitas Hasanuddin, di mana p-value <0,05 yaitu 0,003. Dan hasil analisa
statistik pada karakteristik familial mahasiswa lainnya tidak ada pengaruh terhadap
>0,05 yaitu 0,253 pada tinggi badan anak laki-laki terhadap tinggi badan ibu; p-value
0,342 pada tinggi badan anak perempuan terhadap tinggi badan ibu; dan p-value
0,959 pada tinggi badan anak perempuan terhadap tinggi badan ayah.
BAB VI
PEMBAHASAN
orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi
makanan (Riyadi, Hadi. dkk, 2006). Pendek dan sangat pendek adalah status gizi
yang didasarkan pada indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan
padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) (Keputusan
(26,82%) pendek, dan 131 mahasiswa (73,18%) cukup tinggi. Dengan penjabaran
status gizi menurut indeks massa tubuh (IMT), 47 mahasiswa (26,26%) dengan gizi
diantaranya dengan kategori pendek. Sedangkan untuk status gizi lebih terdapat 44
pendek.
Pada analisa bivariat dengan uji Chi-Square, didapatkan p-value >0,05 yaitu
0,54 untuk laki-laki dan p-value >0,05 yaitu 0,053 untuk perempuan yang
menandakan tidak adanya hubungan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa
51
52
dikalangan remaja umur 16 - 18 tahun adalah 31,4% (7,5% sangat pendek dan 23,9%
Sedangkan untuk prevalensi gemuk berdasarkan IMT/U, sebanyak 7,3% yang terdiri
dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Sulawesi selatan adalah salah satu dari lima
Pada prinsip gizi seimbang yang terdiri dari empat pilar, dianjurkan
mengonsumsi makanan yang beragam minimal tiga jenis makanan dalam satu kali
makan. Selain itu, dianjurkan juga untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan
Pada analisa bivariat uji Chi-Square menunjukkan tidak ada pengaruh pola
makan dari status gizi berdasarkan tinggi badan terhadap usia mahasiswa pendidikan
dokter Universitas Hasanuddin, di mana p-value >0,05 yaitu 0,101 untuk laki-laki dan
(2009) tentang hubungan pola makan terhadap status gizi anak balita masyarakat suku
mengatakan adanya hubungan antara jenis makanan terhadap status gizi (tinggi badan
menurut usia). Tidak sejalannya penelitian ini, oleh karena peneliti belum
53
menemukan referensi yang setara dengan tingkat remaja. Hal ini bisa saja disebabkan
oleh tidak adanya data pendapatan orang tua dan faktor lain yang mempengaruhi.
dan gizi yang tidak seimbang sehingga muncul berbagai penyakit, diantaranya
penyakit gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang, penyakit metabolic bawaan, dan
mempengaruhi obesitas secara langsung, sedangkan umur, jenis kelamin, gaya hidup,
Pada analisa bivariat uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh pola makan
p-value <0,05 yaitu 0,03 untuk laki-laki dan p-value <0,05 yaitu 0,001 untuk
perempuan.
Dari hasil penelitian ini, sejalan dengan hasil penelitian Surmita, 2016
mengenai Indeks Massa Tubuh dan Massa Lemak serta Kadar Adiponektin Remaja
Perawakan Pendek, bahwa terdapat korelasi antara indeks massa tubuh dengan kadar
pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek (Supariasa,
2002). Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh.
Pada analisa bivariat dengan uji Chi-Square, didapatkan p-value >0,05 untuk
asupan energi, protein, dan lemak, yaitu p-value untuk asupan energi p=0,140, asupan
protein p=0228, asupan lemak p=0,100, dan asupan karbohidrat p=0,131 yang
Dari hasil penelitian ini, sejalan dengan hasil penelitian Ria Solia Nainggolan,
2015 mengenai Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Konsumsi Susu dengan
Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun di SDN 173538 Balige, bahwa tidak ada
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Pramono Dwi Sasmito,
43.39gr dan asupan lemak rata-rata 39.42 gr. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dengan
protein dan lemak pada remaja perlu ditanamkan pendidikan kesehatan pada remaja
Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Joseph Prasetyo
dan Saptawati Bardosono, 2014 mengenai Korelasi antara Asupan Protein dengan
Indikator Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U) pada Anak Usia 5-6 tahun di Jakarta.
persentil TB/U kurang dari 5 (stunted) dan masih terdapat beberapa subjek
(8,6%) yang memiliki asupan protein kurang dari AKG. Namun, tidak terdapat
korelasi bermakna antara asupan protein dan indikator TB/U (p=0,903). Dari hasil
2013, prevalensi anak usia 16-19 tahun yang stunting adalah 31,4%. Oleh sebab itu,
hasil yang didapat tersebut berada dibawah angka nasional (Prasetyo, Joseph.
Tidak ada hubungannya status gizi berdasarkan TB/U dengan asupan kalori
karena tinggi tubuh seseorang dipengaruhi oleh hal yang kompleks, seperti faktor
genetik, aktivitas fisik, hormon, dan gizi terutama kalsium. Tingkat asupan kalsium
merokok dan minum alkohol yang berlebihan menimbulkan pengaruh buruk terhadap
tulang.(Sediaoetama, 2008).
56
Tinggi badan orang tua berhubungan dengan pertumbuhan fisik anak. Sejalan
dengan penelitian di Tangerang yang menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan dari
ibu atau ayah pendek berisiko menjadi stunting (Rahayu LS, 2011).
Orang tua yang pendek akibat kondisi patologi (seperti defisiensi hormon
pertumbuhan) memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek sehingga
memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan tumbuh menjadi stunting
(Amigo H, 1997).
Pada analisa bivariat dengan uji Chi-Square, didapatkan p-value <0,05 yaitu
0,003 yang menandakan adanya hubungan genetik atau keluarga yang memiliki tinggi
dibawah normal terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Unhas angkatan
2017.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jon Piter Sinaga, 2008 mengenai
tinggi badan anak ditinjau darisegi faktor genetik dan lingkungan pada studi
Menurut Nainggolan, RS. Aritonang, EY. Ardiani, Fitri, 2014, dari penelitian
tersebut diketahui beberapa anak yang tinggi badannya dalam kategori pendek dan
sangat pendek. Namun, bila dilihat dari tinggi badan orang tua anak-anak tersebut,
tinggi badan ayah dan ibunya masih masuk kategori normal atau standar. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa anak yang tinggi badannya pendek dan sangat pendek tidak
dipengaruhi faktor genetik melainkan oleh faktor lainnya yaitu faktor asupan gizi.
57
Bila dilihat dari kecukupan energi, protein, dan kalsium harian anak-anak tersebut
masih kurang dari kecukupan gizi yang dianjurkan (Nainggolan, RS. Aritonang, EY.
Hasil penelitian Nainggolan, RS. Aritonang, EY. Ardiani, Fitri, 2014 tersebut
tidak sejalan dengan teori bahwa genetik mempengaruhi tinggi badan. Namun, hal ini
bisa saja terjadi karena tinggi badan anak juga tidak mutlak harus diturunkan dari
orang tuanya melainkan juga dapat dipengaruhi asupan gizi pada masa bayi dan
balita. Hal ini juga terjadi karena keterbatasan penelitian bahwa tinggi badan orang
tua tidak diukur langsung saat itu juga setelah mengukur tinggi badan anak melainkan
hanya dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua, sehingga bisa saja
tinggi badan yang diisi oleh orang tua tidak begitu pas dengan tinggi badan
7.1 Kesimpulan
179 sampel yang didapatkan, terdapat 48 mahasiswa tergolong pendek yang terdiri
atas 14 laki-laki dan 31 perempuan serta diperoleh 131 mahasiswa tergolong tinggi
terdiri atas 31 laki-laki dan 100 perempuan. Didapatkannya hubungan antara pola
makan dan faktor tinggi badan ayah terhadap tinggi badan mahasiswa.
7.1 Saran
1. Distribusi sampel harus merata antara sampel dan kontrol sehingga tidak
terjadi bias.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar dan lebih spesifik sehingga dapat fokus dalam beberapa pembahasan.
3. Perlu penelitian yang lebih spesifik mengenai hubungan protein dan zat
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, C. T., Stein, A. D., Reynolds, S. A., Behrman, J. R., Crookston, B. T.,
Decreased Risk of High Body Mass Index for Age at 8 and 12 Years of Age.
http://doi.org/1 Desember2013
Centers for Disease Control and Prevention. (2015) (akses pada 1 Juli 2017)
Fryar, C. D., Gu, Q., & Ogden, C. L. (2012). Anthropometric reference data for
children and adults: United States, 2007-2010. Vital and health statistics. Series
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25204692
Irma, Yunawati, H. H., & Madarina, J. (2015). Kebiasaan sarapan tidak berhubungan
dengan status gizi anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan ,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurna Gizi Dan Dietetik Indonesia, 3(2), 77–86.
60
Miko, A., & Hendra, A. A. (2017). Hubungan Berat dan Tinggi Orang Tua dengan
Status gizi balita di Kabupaten Aceh Besar. Aceh Nutrition Journal, Vol. 40(1),
21–34.
Miko, A., & Dina, P. B. (2016). Hubungan Pola Makan Pagi dengan Status Gizi pada
Putra, R. N. Y., Ermawati, & Amir, A. (2016). Artikel Penelitian Hubungan Indeks
Massa Tubuh ( IMT ) dengan Usia Menarche pada Siswi SMP Negeri 1 Padang.
Riyadi, Hadi. dkk. (2006). Studi tentang status Gizi pada Rumah Tangga Miskin dan
Tidak Miskin
Propinsi Dki Jakarta ( Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010 ). Nutrire Diaita,
Supariasa, dkk. (2001). Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Dilakukan
Perkenalkan nama saya Jusma Wijaya Kusuma Geswar mahasiswi pendidikan dokter
angkatan 2014. Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan
pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2017
Saya membutuhkan waktu dan kesediaan teman-teman kurang lebih 20 menit untuk
saya wawancara dan melakukan pengukuran terhadap tinggi badan dan berat badan
teman-teman. Jawaban teman-teman akan dirahasiakan dan tidak akan
dipublikasikan. Hanya peneliti yang akan mengetahui informasi yang teman-teman
berikan. Teman-teman tidak harus menjawab pertanyaan yang tidak ingin teman-
teman jawab dan dapat mengakhiri wawancara setiap saat. Namun demikian, jawaban
jujur yang teman-teman berikan akan sangat membantu dan sangat kami harapkan.
Keikutsertaannya secara sukarela tanpa paksaan, dapat mengundurkan diri sewaktu-
waktu dalam penelitian ini.
Nama :
NIM :
Umur :
Jenis Kelamin : L / P
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai penelitian ini, saya menyatakan
bersedia secara sukarela tanpa paksaan untuk menjadi responden penelitian ini dan
menaati semua prosedur yang akan dilakukan pada penelitian ini. Saya mengerti
bahwa prosedur penelitian terhadap saya tidak akan menyebabkan hal-hal yang
merugikan bagi saya.
Makassar, …………………… 2017
Responden
(……………………)
Saksi 1: Saksi 2:
(………..………….) (………………..….)
Nama :
NIM :
Tingggi Badan :
Berat Badan :
Tanggal Lahir :
Umur :
Petunjuk : kebiasaan makan sebulan lalu, beri tanda () pada poin yang tersedia!
Frekuensi
Nama Bahan Makanan Sering Jarang/tidak pernah
≥2x/hari 4-6x/mgg 1-3x/mgg Tidak pernah
Sumber Karbohidrat
Nasi putih
Nasi merah
Singkong
Ubi Jalar
Roti
Mie
Sirop/minuman
manis
Lainnya …………
(sebutkan)
Sumber Protein
Daging sapi
Daging ayam
Daging kambing
Telur ayam
Ikan segar
Tempe/tahu
Kacang-kacangan
Lainnya …………
(sebutkan)
Sumber Lemak
Susu Fullcream
Minyak sayur
Jeroan
Keju
Mentega
Santan
Lainnya …………
(sebutkan)
Makanan Jadi/Jajanan
Fastfood
Softdrink
Gorengan
Lainnya …………
(sebutkan)
Sumber serat
Sayuran
Buah-buahan
I. Pola Makan
1. Apa saja jenis makanan yang anda konsumsi setiap hari?
Nasi, lauk pauk
Nasi, lauk pauk, dan sayur
Nasi, lauk pauk, sayur, dan buah
Nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan susu
2. Diantara waktu makan, apakah anda mengkonsumsi makanan selingan?
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
Jika tidak langsung ke pertanyaan no. 4
3. Apakah jenis makanan selingan yang anda konsumsi?
Kue
Buah
Bubur kacang hijau
Lain-lain_____________(sebutkan)
4. Apakah anda mengkonsumsi minuman (kopi, teh, sari buah, dll) setiap hari?
Ya
Tidak
5. Berapa kali anda mengkonsumsi minuman tersebut dalam satu hari?
1 kali
2 kali
3 kali
> 3 kali
6. Berapa banyak gula yang anda tambahkan dalam satu gelas minuman?
1 sdt
1 sdm
> 1 sdm
Tidak ada
II. Frekuensi Makanan
1. Dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi makanan pokok?
1 kali/hari
2 kali/hari
3 kali/hari
>3 kali/hari
2. Apakah mengkonsumsi sarapan (minimal mengandung 300 Kalori) sebelum
beraktifitas sehari-hari?
Ya, Pada pukul_____________
Tidak. Alasan______________
3. Jika Ya, seberapa sering anda mengkonsumsi sarapan per Minggu?
Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
Sering (4 – 7 kali/Minggu)
4. Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan siang?
Ya
Tidak. Alasan______________
5. Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda dalam 1 bulan terakhir?
pukul 11.00 – 14.00
<pukul 11.00 atau >pukul 14.00. Alasan:_____________
6. Seberapa sering kebiasaan makan siang anda pada waktu tersebut?
Sering (4 – 7 kali/Minggu)
Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
7. Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan malam?
Ya
Tidak. Alasan______________
8. Pada pukul berapa kebiasaan makan malam anda dalam 1 bulan terakhir?
Pukul ≤ 17.00
Pukul 17.00 – 19.00
> Pukul 19.00
Alasan______________
9. Seberapa sering makan malam anda pada waktu tersebut?
Sering (4 – 7 kali/Minggu)
Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
10. Pada pukul berapa anda mengkonsumsi makanan terakhir pada malam hari
selama 1 bulan ini?
< pukul 18.00
≥ pukul 18.00
11. Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan terakhir pada malam
hari <pukul 18.00, seberapa sering kebiasaan tersebut?
Sering (4 – 7 kali/Minggu)
Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
12. Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan terakhir pada malam
hari ≥pukul 18.00, seberapa sering kebiasaan tersebut?
Sering (4 – 7 kali/Minggu)
Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
13. Berapa jam jarak antara makan terakhir dengan waktu tidur anda?
≥ 3 jam
< 3 jam
14. Seberapa sering anda mengemil/mengkonsumsi snack
Sering (4 – 7 kali/Minggu)
Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
15. Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/jajanan/fastfood?
Sering (4 – 7 kali/Minggu)
Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
III. Genetik
1. Berapa perkiraan tinggi badan ibu anda?
<155 cm ≥155 cm
2. Berapa perkiraan tinggi badan bapak anda?
<165 cm ≥165 cm
3. Apakah di keluarga anda terdapat orang yang memiliki berat badan yang
berlebih (gemuk)?
Ya
jika ya, sebutkan anggota keluarga dari Ibu Bapak
Kakek
Nenek
Tante
Paman
Tidak
4. Apakah di keluarga anda terdapat orang yang memiliki berat badan yang
kurang (kurus)?
Ya
jika ya, sebutkan anggota keluarga dari Ibu Bapak
Kakek
Nenek
Tante
Paman
Tidak
5. Apakah di keluarga anda terdapat orang yang memiliki tinggi badan ≤150cm
Ya
jika ya, sebutkan anggota keluarga dari Ibu Bapak
Kakek
Nenek
Tante
Paman
Tidak
Lampiran 6. Output Hasil SPSS
Frekuensi
Nama Bahan Makanan
Skor Rata-rata
Jumlah
≥2x/hari 4-6x/mgg 1-3x/mgg Tidak pernah
TOTAL
Cukup Tinggi
Cukup Tinggi
Cukup Tinggi
Cukup Tinggi
Pendek
Pendek
Pendek
Pendek
Skor 2 0,71 0,29 0
Sumber Karbohidrat
n 96 34 28 13 5 1 2 0 179
Nasi putih 1.62 0.665
Skor 192 68 19.88 9.23 1.45 0.29 0 0 290.85
n 6 2 6 1 32 9 87 36 179
Nasi merah 0.18 0.695
Skor 12 4 4.26 0.71 9.28 2.61 0 0 32.86
n 1 1 5 3 40 14 85 30 179
Singkong 0.14 0.785
Skor 2 2 3.55 2.13 11.6 4.06 0 0 25.34
n 3 1 8 5 48 13 72 29 179
Ubi Jalar 0.20 0.566
Skor 6 2 5.68 3.55 13.92 3.77 0 0 34.92
n 21 11 43 16 62 20 5 1 179
Roti 0.72 0.683
Skor 42 22 30.53 11.36 17.98 5.8 0 0 129.67
n 6 3 30 12 80 27 15 6 179
Mie 0.44 0.934
Skor 12 6 21.3 8.52 23.2 7.83 0 0 78.85
n 18 5 25 15 64 16 24 12 179
Sirop/minuman manis 0.55 0.151
Skor 36 10 17.75 10.65 18.56 4.64 0 0 97.6
Sumber Protein
n 10 2 26 7 65 21 30 18 179
Daging sapi 0.40 0.24
Skor 20 4 18.46 4.97 18.85 6.09 0 0 72.37
n 28 9 58 17 39 20 6 2 179
Daging ayam 0.81 0.513
Skor 56 18 41.18 12.07 11.31 5.8 0 0 144.36
n 0 0 2 1 42 12 87 35 179
Daging kambing 0.10 0.649
Skor 0 0 1.42 0.71 12.18 3.48 0 0 17.79
n 33 11 51 17 45 14 2 6 179
Telur ayam 0.86 0.019
Skor 66 22 36.21 12.07 13.05 4.06 0 0 153.39
n 27 10 42 15 44 15 18 8 179
Ikan segar 0.74 0.965
Skor 54 20 29.82 10.65 12.76 4.35 0 0 131.58
n 36 17 57 18 36 9 2 4 179
Tempe/tahu 0.96 0.073
Skor 72 34 40.47 12.78 10.44 2.61 0 0 172.3
n 10 9 15 6 57 17 49 16 179
Kacang-kacangan 0.42 0.184
Skor 20 18 10.65 4.26 16.53 4.93 0 0 74.37
Sumber Lemak
n 30 7 31 19 46 13 24 9 179
Susu Fullcream 0.71 0.168
Skor 60 14 22.01 13.49 13.34 3.77 0 0 126.61
n 13 3 12 8 44 12 62 25 179
Minyak sayur 0.35 0.349
Skor 26 6 8.52 5.68 12.76 3.48 0 0 62.44
n 3 0 5 0 23 9 100 39 179
Jeroan 0.11 0.381
Skor 6 0 3.55 0 6.67 2.61 0 0 18.83
n 8 4 31 7 66 23 26 14 179
Keju 0.43 0.387
Skor 16 8 22.01 4.97 19.14 6.67 0 0 76.79
n 9 5 26 7 63 20 33 16 179
Mentega 0.42 0.521
Skor 18 10 18.46 4.97 18.27 5.8 0 0 75.5
n 6 3 12 8 65 20 48 17 179
Santan 0.32 0.485
Skor 12 6 8.52 5.68 18.85 5.8 0 0 56.85
Makanan Jadi/Jajanan
n 14 4 42 18 59 18 16 8 179
Fastfood 0.56 0.685
Skor 28 8 29.82 12.78 17.11 5.22 0 0 100.93
n 13 6 42 16 50 16 26 10 179
Softdrink 0.55 0.924
Skor 26 12 29.82 11.36 14.5 4.64 0 0 98.32
n 33 12 56 18 37 12 5 6 179
Gorengan 0.88 0.197
Skor 66 24 39.76 12.78 10.73 3.48 0 0 156.75
Sumber serat
n 43 19 60 16 22 9 6 4 179
Sayuran 1.04 0.438
Skor 86 38 42.6 11.36 6.38 2.61 0 0 186.95
n 29 10 52 13 47 22 3 3 179
Buah-buahan 0.81 0.25
Skor 58 20 36.92 9.23 13.63 6.38 0 0 144.16
Statistics
Laki-laki N Valid 45 45 45 45
Missing 0 0 0 0
Missing 0 0 0 0
Statistics
16 N Valid 4 4 4 4
Missing 0 0 0 0
17 N Valid 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0
Missing 0 0 0 0
Statistics
Kurang N Valid 47 47 47 47
Missing 0 0 0 0
Normal N Valid 88 88 88 88
Missing 0 0 0 0
Missing 0 0 0 0
Obesitas I N Valid 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0
Obesitas II N Valid 5 5 5 5
Missing 0 0 0 0
Statistics
Tinggi Badan
Missing 0
Mean 1.7171
Pendek N Valid 14
Missing 0
Mean 1.6214
Missing 0
Mean 1.5884
Std. Deviation .04240
Pendek N Valid 34
Missing 0
Mean 1.4818
Statistics
Missing 0
Missing 0
Missing 0
Missing 0
Missing 0
Missing 0
Missing 0
Tidak Baik N Valid 16
Missing 0
Statistics
Missing 0
>155 cm N Valid 23
Missing 0
Missing 0
>155 cm N Valid 8
Missing 0
Missing 0
>155 cm N Valid 65
Missing 0
Missing 0
>155 cm N Valid 19
Missing 0
P
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Count
Normal 17 4 21
Pre Obesitas 3 2 5
Obesitas I 5 3 8
Obesitas II 2 1 3
Total 31 14 45
Pre Obesitas 11 5 16
Obesitas I 6 4 10
Obesitas II 0 2 2
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 45
a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.
b. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .51.
Crosstabs
Pola Makan konv * TB konv Crosstabulation
Count
Tidak Baik 19 12 31
Total 31 14 45
Tidak Baik 43 16 59
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.
c. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.97.
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Count
Tidak Baik 8 14 4 5
Total 8 21 5 8
Tidak Baik 28 28 3 0
Total 39 67 16 10
Count
Obesitas II Total
Laki-laki Pola Makan konv Baik 3 14
Tidak Baik 0 31
Total 3 45
Tidak Baik 0 59
Total 2 134
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 45
a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.
b. 3 cells (30.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .88.
TB konv * E
Crosstab
Count
Pendek 43 5 48
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.31.
Crosstab
Count
Pendek 14 34 48
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.99.
Crosstab
Count
Pendek 38 10 48
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.48.
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.48.
TB konv * KH
Crosstab
Count
KH
Pendek 41 7 48
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.73.
Crosstab
Count
>155 cm 23 8 31
Total 31 14 45
>155 cm 65 19 84
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.
c. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.69.
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Count
>165 cm 29 8 37
Total 31 14 45
>165 cm 79 27 106
Data Pribadi :
Nama Lengkap : Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Nama Panggilan : Jusma
Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 25 Juli 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Gol. Darah :O
Nama Orang Tua
Ayah : Ir. Geswar A. Goesli, M.Pd
Ibu : Ir. St. Nurbaena Djamaluddin, MM
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : PNS
Ibu : PNS
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat saat ini : Jalan Kejayaan Utara 1 Blok L/92, Bumi Tamalanrea
Permai, Makassar
No. Telp : 081241752054
Email : jusmawkg@gmail.com
Riwayat Pendidikan Formal
Riwayat Organisasi