Anda di halaman 1dari 102

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OP SECTIO

CAESAREA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


RASA NYAMAN (NYERI) DI RUANG NIFAS
RSU DEWI SARTIKA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diloma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH :

ASTRY LANU MARTOWIRJO


NIM. P00320014006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2018
ABSTRAK
Astry Lanu Martowirjo (P00320014006) DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI (2018). Asuhan Keperawatan pada
Pasien Post Op Sectio Caesarea Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman
(Nyeri) di Ruang Nifas RSU Dewi sartika Kendari. Dibimbing oleh Ibu Lena
Atoy,SST.,MH dan Ibu Asminarsih Zainal Prio,M.Kep,Sp.Kom. Sectio
Caesarea addalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru Sofian,2012). Data rekam
medik jumlah ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika pada
tahun 2015 ibu yang melakukan persalinan normal sebanyak 589 (64%) dan
persalinan sectio caesarea sebanyak 318 (35%) jiwa, kemudian pada tahun
2016 jumlah ibu dengan persalinan normal sebanyak 931 (65%) dan yang
melakukan persalinan sectio caesarea sebanyak 496 (34%), dan pada tahun
2017 dengan jumlah Post Partum Normal sebanyak 1.230 (67%) dan jumlah
post partum saecar sebanyak 586 (32%) jiwa. Studi kasus ini bertujuan untk
mengetahui asuhan keperawatan pasien Post Op Sectio Caesarea dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) di Ruang Nifas RSU Dewi
Sartika Kendari. Rancangan studikasus ini yaitu satu orang pasien sesuai
kriteria yang telah ditetapkan. Data diperoleh pengkajian secara langsung
dan wawancara kepada pasien dan keluarga dengan dokumen yang ada di
Rumah Sakit. Dari studi kasus diperoleh dari pengkajian yaitu adanya
keluhan nyeri luka post op sectio caesarea dengan sakala nyeri 4, nyeri
seperti berdenyut-denyut, di daerah abdomen suprapubik bekas luka operasi
sectio caesarea. Diagnosa yang diangkat pada kasus ini adalah nyeri akut.
Intervensi dilakukan sesuai dengan teori yang ada implementasi dilakukan
selama 4 hari hingga menghasilkan penurunan nyeri.

Kata Kunci : Sectio Caesarea, Asuhan Keperawatan Sectio


Caesarea, RSU Dewi Sartika
Daftar Pustaka : 13(2007-2018)
MOTTO

Hidup itu penuh dengan ujian

Maka hadapilah hidupmu dengan penuh kesabaran

Dan anggaplah ujian tersebut sebagai sebuah tantangan

Hiduplah dengan penuh keikhlasan

penuh kesabaran, kebijaksanaan

serta semangat yang penuh dan gigih

untuk mencapai kesuksesan

ASTRY LANU MARTOWIRJO


RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Astry Lanu Martowirjo

2. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 08 Mei 1996

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

6. Alamat : Jl. Ramadhan, Kec. Poasia, Kel.

Rahandouna

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri 01 Poasia, Tamat Tahun 2008

2. Sekolah Menegah Pertama Negeri 05 Kendari, Tamat Tahun 2011

3. Sekolah Menegah Atas Negeri 02 Kendari, Tamat Tahun 2014

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Periode 2014-

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulliahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada

kita semua. Berkat ridho dari-Nya penulis dapat menyelesaikan pendidikan

program studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OP SECTIO

CAESAREA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN

(NYERI) DI RUANG NIFASRSU DEWI SARTIKA KENDARI”.

Penghargaan dan cinta setinggi-tingginya serta sembah sujud kepada Ayahanda

dan Ibunda tercinta atas jaza, pengorbanan dan doa serta cinta yang tiada putus-

putusnya diberikan semenjak penulis dilahirkan dan entah sampai kapan penulis

dapat membalasnya.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih

banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan yang berupa

saran dan kritikan dari berbagai pihak penyusunan tugas akhir ini dapat

diselesaikan.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :

1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Kutua Jurusan DIII

Keperawatan

3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep,Sp.Kep.KMB selaku Sekertaris Jurusan

DIII Keperawatan

4. Kepada ibu Lena Atoy,SST.,MPH dan ibu Asminarsih

ZainalPrio,M.Kep,Sp.Kom sebagai pembimbing I dan II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menyusun Karya Tulis ini.

5. Kepada Bapak dan ibu Muslimin.L.,A.Kep,Spd,M.Si, Hj.St. Rachmi

Misbah, SKp,M.Kes, Dali, SKM., M.Kes, Fitri Wijayanti, S.Kep., Ns.,

M.Kepsebagai penguji I, II dan III yang telah memberikan masukan dan

nasehat yang sangat berharga bagi penulis

6. Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari yang telah

memberi izin pengambilan data awal.

7. Kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara

telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di Rumah Sakit RSU

Dewi Sartika Kendari

8. Segenap dosen dan seluruh Civitas Akademika Poltekkes Kemenkes Kendari

, yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang tak ternilai

harganya.

9. Kepada kedua orang tuaku tercinta ibu dan ayahkuyang senantiasa

memberikan dukungan materi maupun moril serta doa-doa yang selalu di

panjatkan sepanjang hidup buat penulis.

10. Kepada suami dan ibu dan bapak mertua yang telah memberikan dukungan

dan doa untuk saya.


11. Serta kepada teman-teman DIII Keperawatan angkatan 2015 kelas A yang

telah berbagi masukan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Kepada teman saya Hilya Mahzura, Rasmin, Heti, Alfi, elsa, Niluh, Eko dan

teman-teman lainnya yang selalu membantu saya menyusun Karya Tulis

Ilmiah

13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan bagi penulis khususnya. Terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kendari, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
MOTTO..................................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. .............................................................................................................. L
atar Belakang.............................................................................................1
B. .............................................................................................................. R
umusan Masalah........................................................................................4
C. .............................................................................................................. T
ujuan Studi Kasus......................................................................................4
D. .............................................................................................................. M
anfaat Studi Kasus....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ...........................................................................................7
B. Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri ...............................................................15
C. Konsep Dasar Asuhan Keprawatan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Nyeri ......................................................................................27

BAB III METODE STUDI KASUS


A. .............................................................................................................. D
esain Studi Kasus ...................................................................................34
B. Subyek Studi Kasus ..................................................................................34
C. Lokasi & Waktu Studi Kasus
...................................................................34
D. Fokus Studi ...............................................................................................35
E. Definisi Operasional Fokus Studi..............................................................35
F. Jenis dan Metode Pengumpulan Data........................................................41
G. Analisis Data dan Penyajian Data .............................................................43
H. Etika Studi Kasus.......................................................................................43
I. Daftar Pustaka

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SOP Perencanaan Terapi Stimulasi Kutaneus Komres Panas

Lampiran 2 : Surat izin penelitian dari institusi

Lampiran 3 : Surat Izin penelitian dari litbang sulawesi tenggara

Lampiran 4 : Surat pengambilan data awal

Lampiran 5 : Surat keterangan izin penelitian

Lampiran 7 : Surat keterangan selesai penelitian

Lampiran 8 : Bebas pustaka

Lampiran 9 : Bebas administrasi

Lampiran 10 : Inform concent


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses pengeluran hasil konsepsi (janin+uri) yang

dapat hidup kedunia luar melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Sinopsis

Obstetri 1998: 91).

Persalinan Persalinan adalah proses engelaran konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

(Manuaba 1998: 157).

Ada 3 bentuk ada persalinan yaitu persalinan spontan yang sepenuhnya

berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, persalinan buatan adalah persalinan

dengan bantuan tenaga dari luar, Persalinan Spontan adalah persalinan yang

berlngsung dengan kekuatan ibu sendiri dan Persalinan anjuran adalahproses

persalinan pemecahan ketuban, pemberian oksitosin atau prostaglandin

Persalinan Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. .(Amru

Sofian, 2012).
Sectio Caesar dilakukan apabila keadaan ibu memiliki indikasi panggul

sempit, plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior), disporsi sefalopelvik

yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala janin dengan ukuran panggul,

rupture uteri mengancam, partus lama (prolonged labor), partus tak maju

(obstructed labor), distosia serviks, pre-eklamsia dan hipertensi,

malpresentasi janin dengan letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan

muka (letak defleksi), presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil dan

gemeli.

Kebutuhan dasar manusia yang harus dimiliki dan terpenuhi dalam

hidupnya berdasarkan ahli yaitu Abraham Maslow adalah kebutuhan

fisiologis, yang dimana kebutuhan fisiologis ada delapan kebutuhan yang

termasuk kebutuhan oksigenasi, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur,

temperature, tempat tinggal, seksual, keselamatan dan rasa aman (fisik dan

psikologis), cinta dan rasa memiliki, penghargaan dan harga diri, aktualisasi

diri .

Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat

aspek yaitu secara fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh, Sosial,

berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial,

Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri

yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan), Lingkungan,

berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti

cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah.

Mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman


(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan

(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang

melebihi masalah dan nyeri). Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005)

Kebutuhan rasa nyaman penting untuk ibu post Op Sectio Caesar dalam

hal ini yang dimaksud adalah dari segi kenyamanan secara fisik yaitu dalam

permasalahan mengatasi nyeri laparatomi (irisan vertikal besar pada dinding

perut ke dalam rongga perut) dan yang dimana nyeri adalah sensasi yang

tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang

berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain

(Asmadi, 2008).

World Health Organization(WHO) menetapkan standar rata-rata sectio

caesarea di sebuah Negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia.

Rumah Sakit pemerintah kira – kira 11 % sementara Rumah Sakit swasta bisa

lebih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010).

Menurut WHO peningkatan persalinan dengan section caesarea di

seluruh Negara selama tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di

seluruh Asia (Sinha Kounteya, 2010).

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata

persalinan operasi caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per

1000 kelahiran di dunia. Menurut WHO, peningkatan persalinan dengan

operasi sesar di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007- 2008 yaitu

110.000 per kelahiran diseluruh Asia. Di Indonesia sendiri, angka kejadian

operasi sesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di

rumah sakit swasta.


Persalinan Sectio Caesarea di kota jauh lebih tinggi dibandingkan di desa

yaitu 11% dibandingkan 3,9%. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan

kelahiran dengan metode operasi sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603

kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi

tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).

Secara umum pola persalinan melalui operasi caesarea menurut

karakteristik menunjukkan proporsi tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan

teratas (18,9%), tinggal di perkotaan (13,8%), pekerjaan sebagai pegawai

(20,9%) dan pendidikan tinggi/lulus PT (25,1%) .

Berdasarkan data survei profil kesehatan Indonesia di sulawesi tenggara

pada tahun 2016 jumlah ibu yang bersalin tercatat sebanyak 65.042 jiwa.

Data rekam medik jumlah ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika pada tahun 2015 ibu yang melakukan persalinan normal sebanyak 589

(64%) dan persalinan sectio caesarea sebanyak 318 (35%) jiwa, kemudian

pada tahun 2016 jumlah ibu dengan persalinan normal sebanyak 931 (65%)

dan yang melakukan persalinan sectio caesarea sebanyak 496 (34%), dan

pada tahun 2017 dengan jumlah Post Partum Normal sebanyak 1.230 (67%)

dan jumlah post partum saecar sebanyak 586 (32%) jiwa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dengan ibu yang

melahirkan dengan Sectio Caesarea cukup banyak dan pada umumnya banyak

terjadi di wilayah perkotaan kemudian yang paling utama pada saat

persalinan pasien mengalami masalah nyeri terutama pada ibu yang

mengalami persalinan dengan Sectio Caesarea maka peneliti tertarik untuk

melakukan studi kasus Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op


Sectio Caesarea dalam pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) Di

Ruang Nifas RSU Dewi Sartika Kendari.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien post op sectio caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di RSU Dewi Sartika Kendari ?

C.Tujuan Studi Kasus

Tujuan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien post opsectio

caesarea dalam pemenuhankebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang

nifas RSUDewi Sartika Kendari.

2. Tujuan Khusus

Untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien post opsectio

caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang

nifas RSUDewi Sartika Kendari.

1) Untuk melakukan pengkajian pada pasien post op sectio caesarea

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang nifas

RSUDewi Sartika Kendari.

2) Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien post op sectio

caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang

nifas RSUDewi Sartika Kendari.


3) Untuk menyusun intervensi pada pasien Post Op Sectio Caesarea

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang nifas

RSUDewi Sartika Kendari.

4) Untuk implementasi pada pasien post op sectio caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang nifas RSUDewi

Sartika Kendari.

5) Untuk melakukanevaluasi pada pasien post op sectio caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang nifas RSUDewi

Sartika Kendari.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk memberikan

asuhan keperawatan pada pasienPost Op Sectio Caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri).

2. Bagi Masyarakat/Klien

Memperoleh pengetahuan masyarakat dan klien tentang cara

meningkatkan rasa nyaman Post Op Sectio Caesarea

3. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pasca persalinan Sectio

Caesarea

4. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada pasien pasca persalinan Sectio Caesarea

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Fisiologi Kehamilan

a. Proses Kehamilan

1) Fertilisasi

Proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah ampula,

tuba fallopi. Sekitar 200-500juta sel sperma berhasil mencapai sel

telur.Namun hanya satu sperma yang dapat membuhai sel telur.Terdapat

bergagai rintangan yang menghambat jalan sperma, lapisan keras yang

melindungi ovum sangat sukar untuk di tembus. Namun sperma dilengkapi

sitem khusus untuk membantunya memasuki sel telur yaitu dibawah lapisan

pelindung pada kepala sperma terdapat kantung-kantung kecil yang berisi

enzim-enzim pelarut yaitu enzim-enzim akrosom.

Sperma melepas enzim-enzim akrosom untuk menembus zonz

pellusida yaitu sebuah perisai glikoprotein disekelilingsel telur yang

mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi

reaksi akrosom.

Segera setelah spermatozoa menyentuh membran oosit, kedua selaput

plasma sel menyatu.Karena selaput plasma yang membungkus kepala


akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom.Reaksi akrosom yaitu reaksi

yang terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan induksi oleh protein-

protein zona.Penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit

dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma.Pada manusia,

baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, sementara

spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus

wanita.Intinya membengkat dan membentuk pronukleus pria sedangkan

ekornya lepas dan berdegenerasi. Sperma melepaskan ekornya dan

memasuki sel telur dan melepaskan kromosan melalui lubang yang ia buka

sesudah itu pronukleus pria dan wanita saling rapat erat dan kehilangan

selaput inti merka. Selama masa pertumbuhan, baik pronukleus pria maupun

wanita (haploid), masing-masing pronukleus harus menggandakan DNA-

nya.

b. Perkembangan Embrio

1) Pembelahan Zigot

setelah pembuahan terjadi mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat

berlangsung karena sito plasma ovum banyak mengandung zat asam amino

dan enzim. Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani pembelahan

mitosis, mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel yang

menjadi sengat kecil ini disebut blastomer dan sampai tingkat delapan sel,

sel-selnya membentuk sebuah gumpalan longgar. Segera setelah

pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan

dengan lancar, dan dalam tiga hari terbentuk suatu kelompok sel-sel embrio

yang termanfaatkan kemudian membelah lagi, hasil konsepsi berada pada


stadium morula dengan enam belas sel. Morula terdiri dari inner cell mass

(kumpulan sel-sel sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan

embrio sampai janin) dan outer cell mas (lapisan sebelah luar yang akan

membentuk trofoblast yang akan tumbuh menjadi plasenta).

Pada stadium morula energi untuk pembelahan ini di peroleh dari

vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh

morula.Dengan demikian, zona pellusida tetap utuh, dengan perkataan lain,

besarnya hasil konsepsi disalurkan melalui saluran tuba yang sempit dan

terus kearah cavum uteri. Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga

rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar

sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu,

dan akhirnya terbentuklah suatu rongga, bastokel.Pada saat ini mudigah

disebuah blastokista. Sel-sel di dalam massa sel dalam, yang sekarang

disebut embrioblast, terletak pada salah satu kutub, sedangkan sel-sel di

massa sel luar atau trofoblas, menipis dan membentuk dinding epitel

blastokista. Zona pellusida sekarang menghilang, sehingga implantasi dapat

dimulai.Dengan demikian, menjelang akhir minggu pertama perkembangan,

zigot telah melewati tingkat morula dan blastokista dan sudah mulai

berimplantasi diselaput lender rahim.

2) Proses Implantasi

kemudian blastula tersebut berimplantasi dalam endometrium, dengan

bagian dimana bagian inner cell mas berlokasi. Hal inilah yang

menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau para sentral.Bila nidasi

terjadi mulailah diferensiasi sel-sel blastula.Sel-sel yang lebih kecil, yang


dekat dengan ruangan eksoselom, membentuk entoderm dan membentuk

ruang amnion.

Setelah minggu pertama (har 7-8), sel-sel trofoblas terletak di atas

embrioblast yang berimplantasi di endometrium dinding uterus,

mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda.

a) Sitotrofoblast: terdiri dari sel lapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal,

disebelah dalam (dekat embrioblast).

b) Sinsitiotrofoblast: terdiri dari sel lapis sel tanpa batas jelas, disebelah luar

(berhubungan dengan sstroma endometrium). Unit trofoblast ini akan

berkembang menjadi plasenta.

c. Perkembangan Trofoblast

a) Pembentukan Plasenta

1. Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya

mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16

minggu.

2. Plasenta mengililingi embrio dan rahim ibu.

3. Plasenta berfungsi sebagai ginjal, paru-paru dan liver buatan ia

memiliki fungsi ini pada saat yang bersamaan, tugas ini plasenta

adalah melindungi embrio.

4. Sel-sel bagian luar dari plasenta membentuk semacam saringan

yang terletak antara pembuluh darah ibu dan embrio yang berfungsi

mencegah bahaya dari luar. Saringan ini meloloskan sel-sel

makanan dan menahan sel-sel imunitas.


5. Dalam tali plasenta terdapat satu pembuluh darah vena dan dua

pembuluh darah arteri. Pembuluh darah vena membawa makanan

dan oksigen ke embrio dan pembuluh darah arteri mengeluarkan

karbondioksida dan sisa-sisa dari tubuh sang janin.

b) Pembentukkan Tali Pusat

1. Mesoderm connecting stalk yang juga yang memiliki kemampuan

angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah

dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap

awal perkembangan, rongga parut masih terlalu kecil untuk usus

yang berkmbang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga

selom ekstraembrional pada tali pusat.

2. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur

(ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga karion, yang juga

tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan

proses semakin bersatunya amnion dengan karion.

3. Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus

vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung

pembuluh darah umbilical (dua arteri umbilikalis yang

menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta). Pembuluh darah

umbilical ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton

‘s jelly.

c) Selaput Janin (Amnion dan Karion)


a. Pada minggu-minggu pertama perkembangan villi/jonjot meliputi

seluruh lingkaran permukaan korion. Dengan berlanjutnya

kehamilan:

1. Jonjot pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat

seperti semak-semak (chorion frondosum sementara).

2. Jonjot pada kutub anembrional mengalami degenerasi, menjadi

tipis dan halus disebut karion leave.

b. Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi

desidua, juga mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan

anembrional:

1. Desidua diatas karion frondosum menjadi desidua basalis.

2. Desidua yang meliputi embrioblast/kantong janin diatas karion

laeve menjadi desidua kapsularis.

3. Desidua disis/bagian uterus yang abembrional menjadi desidua

parietalis.

c. Antara membran karion dengan membran amnion terdapat rongga

korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat

persatuan membran amnion dan membran korion amnion cavum

uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan

chorion laeve dengan desidua parietalis.

d. Cairan amnion, rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai

rongga amnion. Di dalam ruangan ini terdapat cairan amnion

(likuar amnii). Asal cairan amnion: diperkirakan terutama disekresi

oleh dinding selaput amnion/plasenta, kemudian setelah system


urinarius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi juga

dikeluarkan ke dalam rongga amnion.

2.Perubahan Fisiologi Kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam

perkembangannya dapat mengeluarkan hormone somatomatropin,

esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada:

1) Rahim atau Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.

Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar

dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula

seperti beberapa minggu setelah persalinan.Pada perempuan tidak hamil

uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama

kehamilan, uterus akan berubah menjadi organ yang mampu menampung

janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume

totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan

berat rata-rata 1100 gram

2) Vagina

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat

jelas pada kulit dan otot-otot di perinium dan vulva, sehingga pada vagina

akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks.


Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan

ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan

folikel juga baru dapat di tunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel inin akan berfungsi maksimal selama 6-7

minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesteron dalam progesteron dalam jumlah yang relativ minimal

4) Payudara

Payudara mengelami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.Perkembangan payudara tidak

dapat dilepaskan dan pengaruh hormone pada saat kehamilan, yaitu

esterogen, progesteron, somatromatropin.

5) Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengeruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a) Meningkatanya kebututhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi

kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

b) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-

plasenter.

c) Pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningka. Akibat dari

faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan darah yaitu:

(1) Volume darah


Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah

lebih besar dari pertumbuhan, sehingga terjadi seperti pengancaran darah

(hemodilusib), dengan puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah

bertambah besar25-30%, sekitar 20%ncurah jantung yang akan bertambah

sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur

hamil 16 minggu, senghingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati

untuk hamilbeberapa kali kehamilan selalu memberatkan kerja jantung

sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam

dekompensasio kordis.Pada postpartum terjadi hemokontraksi dengan

puncak hari ketiga sampai kelima.

(2) Sel darah

Selah darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel

darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi

hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat

dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan

anemia maka laju endapa darah semakin tinggi dan dapat mencapai empat

kali dari angka normal.

(3) Sistem Respirasi

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat

memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karen

dorongan rahim yang makin membesara pada umur 32 minggu. Sebagai

kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat,

ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-23% dari biasanya.
(4) Sistem pencernaan

Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh esterogen

(5) Traktus Uinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan

oleh uterus yang semakin membesar sehingga menimbulakn sering kemih.

Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus

keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sedah

mulai turun kepintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

(6) Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mempunyai payudara

dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum

(7) Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk

pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI diperkirakan selama

kehamilan berat badan akan bertambah 12,5%. Sebagian besar

penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan

isinya.Kemudian payudara volume darah, dan cairan ekstrakuler. Pada

kehamilan normal akan terjadi hipoglikemiapuasa yang disebabkan oleh

peningkatan insulin, heperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.

Zinc (Zn) sangat penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin.


Beberapa penelitian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat. (Prawirohardjo, 2008)

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeuran hasilkonsepsi (janin+uri)

yang dapat hidup kedunia luar melalui jalan lahir atau dengan jalan lain

(Sinopsis Obstetri 1998: 91).

Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). (Manuaba 1998: 157).

b. Metode Persalinan

Menurut caranya persalinan dapat dikelompokkan atas dua cara

yaitu partusbiasa (normal) dan partus luar biasa (abnormal) (Salfariani,

2012).

1) Partus Biasa (Normal/Spontan)

Partus biasa disebut juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi

berdasarkanletak belakang kepala secara normal. Persalinan normal adalah

proses lahirnyajanin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat

serta tidak melukai ibudan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang

dari 24 jam (Manuaba, 2008).

2) Partus Luar Biasa (Abnormal/Buatan)


Partus luar biasa yaitu persalinan pervaginam abnormal dengan

bantuan alat ataumelalui dinding perut dengan operasi SC. Istilah Caesar

berasal dari bahasa Latincaedere yang artinya memotong atau

menyayat.Sectio caesarea(SC)adalahupaya mengeluarkan janin melalui

pembedahan pada dinding perut dan dindingrahim (Kasdu, 2003).

Persalinan SCdilakukan sebagai alternatif jika persalinanlewat jalan lahir

tidak dapat dilakukan.

3) Partus Anjuran

Partus anjuran adalahproses persalinan pemecahan ketuban,

pemberianoksitosin atau prostaglandin

c. Gangguan kehamilan dan Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan

1) Abortus.

a) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup

diluar kandungan.

b) Umur hamil sebelum 28 minggu.

c) Berat janin kurang dari 1000gr.

2) Persalinan prematuritas.

a) Persalinan sebelum umur 28 sampai36 minggu.

b) Berat janin diatas 2.499 gr.

3) Persalinan atern

a) Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.

b) Berat janin diatas 2,500gr.

4) Persalinan serotinus

a) Persalinan melampaui umur hamil 42 minggu.


b) Pada janin terdapat tanda maturitas.

5) Persalinan presipitatus

Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam (Manuaba 1998: 157).

6) Persalinan partus imaturus.

Penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat janin kurang

dari 100 gr atau kehamilan dibawah 28 minggu.(Sinopsis Obstetri,1998;

92).

d. Gangguan Saat Persalinan

1). Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu

melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh

sebelumnya (Nugroho, 2010).

Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37

minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba,

2009).

2). Infeksi Intra Partum

Infeksi Intra Partum adalah ineksi yang terjadi dalam masa

persalinan/inpartu.Disebut juga korioamnionitis, karena infeksi ini

melibatkan selaput janin.Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi

meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat sampai

2 kali lipat

3). Infeksi Pasca Post Partum

Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi

sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau


lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan

mengecualikan 24 jam pertama.

e. Keracunan Hamil Dalam Persalinan

Keracunan kehamilan (toksemia) adalah suatu penyakit

khusus yang timbul pada akhir suatu kehamilan. Keracunan

kehamilan dibagi dalam dua kategori yang disebut preeklamsia dan

eklamsi.

1). Preeklamsia adalah suatu keadaan hipertensi dengan albuminuria

(proteinuria) yaitu adanya protein (albumin) di dalam urin dan edema

(bengkak pada tubuh) yang timbul

antara minggu ke 20 kehamilan dan akhir minggu pertama setelah

melahirkan.

2). Eklamsia adalah timbulnya kejang-kejang atau koma pada

wanita hamil tanpa sebab lain dengan periode yang sama

2. Sectio Caesarea

a. Definisi Sectio Caesarea

Seksio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan

perut.(Amru Sofian, 2012).

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, A, 2001 )


b. Etiologi

Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar

R,2002) adalah sebagai berikut :

1) Etiologi yang berasal dari ibu

a) Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis.

b) Panggul sempit.

c) Disporsi sefalo-pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala

dengan panggul.

d) Partus lama (prognoled labor)

e) Ruptur uteri mengancam

f)Partus tak maju (obstructed labor)

g) Distosia serviks

h) Pre-eklamsia dan hipertensi

i) Disfungsi uterus

j) Distosia jaringan lunak.

2) Etiologi yang berasal dari janin

a) Letak lintang.

b) Letak bokong.

c) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.

d) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan

cara-cara lain tidak berhasil.

e) Gemeli menurut Eastma, sectiocaesarea di anjurkan :

(1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (Shoulder

Presentation).
(2) Bila terjadi interlok (locking of the twins).

(3) Distosia oleh karena tumor.

(4) Gawat janin.

f)Kelainan uterus :

(1) Uterus arkuatus

(2) Uterus septus

(3) Uterus duplekus

(4) Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk

kepala janin ke pintu atas panggul

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan post sectio caesarea menurut

Prairohardjo, 2007 antara lain :

1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

2) Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.

3) Abdomen lunak dan tidakada distensi.

4) Bising usus tidak ada.

5) Ketidaknyamanan untukmenghadapi situasi baru

6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.

7) Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

d. Klasifikasi

1) Seksio caesarea abdomen


Seksio Caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah

uterus, insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau

memanjang

2) Seksio caesrea vaginalis/peritoneal

Menurut arah sayatan pada rahim, seksio caesarea dapat dilakukan sebagai

berikut :

a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning

b) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr

c) Sayatan huruf T (T-incision)

3) Seksio caesrea klasik

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm.

4) Seksio caesrea ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah

rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.


e. Patofisiologi

Panggul sempit Sectio Caesarea

Post anasthesi Luka Post Operasi Post partum nifas

Penurunan Penurunan Jaringan Jaringan


medulla kerja pons terputus terbuka
oblongata

Penurunan Penurunan Merangsang Proteksi


refleksi kerja pons area sensorik kurang
batuk

Akumulasi Penurunan Gangguan Invasi


sekret kerja otot rasanyaman bakteri
eliminasi

Nyeri akut

Gambar 1.1 Pathway Sectio Caesarea NANDA NIC-NOC 2015


f. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dngn tindakan sectio caesarea menurut

Mochtar 2002 adalah :

1) Hitung darah lengkap.

2) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.

3) Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.

4) Pelvimetri : menentukan CPD.

5) Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.

6) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan,

dan presentasi janin.

7) Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.

8) Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin

terhadapgerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.

9) Penetuan elektronik selanjutnya :memastikan status janin/aktivitas uterus.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea

(Prairoharjo, 2007),yaitu:

1) perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.

2) Fundus uteri harus sering di palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap

berkontraksi dengan kuat.

3) Pemberian analgetik dan antibiotik.

4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam

5) Pemberan cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24

jam pertama setelah pembedahan.

6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari

tempat tidur dengan bantuan orang lain.

7) Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat

pada hari ke empat setelah pembedahan.

8) Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah

pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau

mengisyaratkan hipovolemia.

h. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut

(Mochtar R, 2002) adalah sebagaiberikut :

1) Infeksi puerperal (nifas)

a) Ringan,dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

b) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan

perut sedikit kembung.

c) Berat dengan peritonitis,sepsisdan ieus paralitik.


2) Perdarahan disebabkan karena:

a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

b) Antoniauteri.

c) Perdarahan pada plcental bed.

3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemh bila

reperitonealisasi terlalu tinggi.

4) Kemungkinn ruptur uteri sontan pada kehamilan mendatang

i. Masalah yang Lazim Muncul

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas (mokus

dalam jumlah berlebihan), jalan napas alergik (respon obat anastesi)

2) Nyeri akut b.d agen injuri fisik(pembedahan)

3) Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu,terhentinya

proses menyusui

4) Gangguan eliminasi urine

5) Gangguan pola tidur b.dkelemahan

6) Resiko infeksi b.d faktor risiko : episiotomi,laserasi jalanlahir,bantuan

pertolongan persalinan

7) Defisit perawatan diri mandi/kebersihan diri, makan, toileting b.d

kelelahan postpartum.

8) Konstipasi

9) Resiko syok (hipovolemik)

10) Resiko perdarahan


11) Definisi pengetahuan perawatan post partumb.d kurangnya informasi

tentang penanganan post partum

B. Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri

a. Definisi Kenyamanan

Kenyaman/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu

kepuasan yang meningkatkan penampilansehr-hari), kelegaan

(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden(keadaan tentang sesuatu

yang melebihi masalah dari nyeri).

kenyamanan dipandang secara holistik yang mencakup empat

aspek yaitu fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh, sosial,

berhubungan dengan interprsonal, keluarga, dan sosial, psikospiritual

berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang

meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan, dan lingkungan

berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia

seperti cahaya, bunyi, temperatur,warna dan unsur alamiah

lainnya.Nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang

yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah

mengalaminya (Mc. Coffery, 1979)

b. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul

ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut


bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri (Arthur C. Curton,

1983)

Nyeri meruakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya.

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual ataupun

potensial. Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari

bantuan perawatan kesehatan dan yang paling banyak dikeluhkan

(American Medical Association 2013)

c. Nyeri Post Op sectio caesarea

Berdasarkan penelitian tentang nyeri di Brazil, menggunakan

Numeric Category Sectio Caesareale didapatkan hasil nyeri ringan pada

ibu post op sectio caesarea dengn rata-rata skala 4 dirasakan ketika

dalam keadaan istirahat pada saat berjalan merasakan nyeri rata-rata

skala 6, duduk kemudian berdiri menunjukkan rata-rata skala tertinggi 7

Sebanyak 75% lokasi nyeri berada pada sekitar luka dan responden

mengatakan mengalami kendala beraktivitas akibat nyeri (Sousa et al,

2009) . oleh pasien dengan rentang 1-3 nyeri ringan. Nyeri ringan dapat

mudah ditoleransi setelah diberikan analgetik. Pabila nyeri yang

dirasakan adalah level 4 atau lebih dari 4,pasien masih mersakan nyeri

setelah diberikan analgetik sehingga membutuhkan tindakan non

farmakologi yang efektif.


d. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,

merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau

bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,

khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung

empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya

stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi

seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macm asam

yang dileas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan

oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau

mekanis.

Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut

ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang

oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan

serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh

serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke

serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal

(dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas

beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan

dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran

utama impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada

interneuron dan bersambung ke jalur spina asendens yang paling utama,

yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan


spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan

lokasi nyeri. Dari proses trnsmisi terdapat dua jalur mekanisme

terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate

ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal

desendens dri thalamus yang melaluiotak tengah dan medula ke tanduk

dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan

nociceptor impuls supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor

yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang

banyak diketahui mekanismenya (Barbara C. Long, 1989).

e. Klasifikasi Nyeri

1. Berdasarkan sumbernya

a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenaikulit/ jaringan

subkutan, biasanya bersifat burning (seperti terbakar).

b. Deep somatik/nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari

ligament,pembuluh darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar

danlebih lama daripada cutaneus. (ex: sprain sendi)

c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam

rongga abdomen, kranium, dan thorak. Biasanya terjadi karena

spasme otot, iskemia, regangan jaringan

2. Berdasarkan Durasi

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua,yakni nyeri

akut dan kronis.


a. Nyeri akut merupakan nyeri yng timbul secara mendadak dan

cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai

adanya peningkatan tegangan otot.

b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlaha-

lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu

lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis

adalah terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.

Tabel 1.1 Perbedaan nyeri Akut dan Kronis

Karakteristik
NO Nyeri Akut Nyeri Kronis
Nyeri
Satu situasi,
1. Pengalaman Satu kejadian status
. ekstistensi
Tidak
diketahui atau
Sebab eksternal atau
Sumber pengobatan
2. penyakit dari dalam
yang terlalu
lama
Bisa
mendadak,
3. Serangan Mendadak berkembang
dan
terselubung
Lebih dari
enam bulan
4. Waktu Sampai enam bulan
atau bertahun-
tahun
1. Daerah nyeri
Daerah nyeri tidak
5. sulit
Pernyataan nyeri diketahui dengan
dibedakan
pasti
intensitasnya
Pola respon yang Pola respon
Gejala-gejala
6. khas dengan gejala yang
klinis
yang lebih jelas bervariasi
Berlangsung
7. Pola Terbatas
terus
Bertambah
Berkurang setelah
8. Perjalanan parah setelah
beberapa saat
beberapa saat
Sumber : Barbara C, Long, 1989 dalam (Alimul, 2008)

f. Stimulus Nyeri
Seorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau dapt

mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold).

Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, antaranya :

1) Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya

kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.

2) Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya

penekanan pada resptor nyeri.

3) Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

4) Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria

yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.

5) Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.

g. Faktor-Faktor Yang memengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya

adalah :

1) Arti Nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian

arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak,

dan lain-lain.keadaan ini dipengaruhi oleh berabagai faktor, sepertiusia,

jenis kelamin, latar belakangsosial budaya, lingkungan, dan pengalaman.

2) Presepsi Nyeri

Presepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada

korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).

3) Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat

memengaruhi peningkatan toleransinyeri antara lain alkohol obat-obatan

hinotis gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang

kuat, dan sebagaianya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi

antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang tidak kunjung

hilang, sakit, dan lain-lain.

4) Reaksi Terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap

nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor,seperti arti nyeri, tingkat presepsi nyeri, pengalaman masa lalu,

nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisikdan mental, rasa takut, cems

dan lain-lain.

b. Manajemen nyeri non-farmakologi

1) Stimulasi kutaneus

Stimulasi kutaneus adalah stimulasi pada kulit yang dapat

membantu mengurangi nyeri, karena menyebabkan pelepasan endorfin

sehingga klien memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya. pemberian sensasi

hangat dan dingin (kompres panas dan dingin) dapat mengurangi nyeri dan

memberikan kesembuhan.

2) Distraksi

Distraksi adalah mengarahkan perhatian klien kepada suatu hal lain

selain nyeri, dengan demikian mengurangi kesadaranya terhadap nyeri.

Distraksi dilakukan dengan cara melakukan aktivitas yang disukai oleh


klien, tentunya aktivitas yang tidak berat agar tidak memperparah nyeri.

Distraksi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik yang disukai

oleh pasien untuk mendapatkan

efek terapeutik, atau pasien bernyanyi, bermain game ringan

danmemainkan alat musik. Penelitian telah membuktikan bahwa teknik

distraksi mampu mengurangi ketidaknyamanan akibat dari nyeri (Potter &

Perry, 2010; Jameson, Trevena & Swain, 2011).

3) Biofeed back atau umpan balik hayati

Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu darah

atau tegangan dan cara untuk melatih kontro volunter terhadap

respontersebut. Terapiini digunakanuntukmenghasilkan relaksasi dalam

dansangat efektif untukmengatasi ketegangan otot dan nyeri kepala

migran untuk mempelajari terapi ini dibutuhkan waktu beberapa minggu.

4) Mengurangi presepsi nyeri

Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah

membuang atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi

klien yang mobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi ke tidak

nyamanan.

5) Herbal

Kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan herbal, namun

penggunaannya belum sesuai dosis yang tepat sehingga pengobatan

menggunakan herbal kurang dianjurkan. Apabila akan menggunakan


herbal, harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan ahli

agar tidak mengganggu bekerjanya obat di dalam tubuh namun justru

membantu kesembuhan (Potter &Perry, 2010).

c. Manajemen nyeri farmakologi

Strategi dalam penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan

farmakologi dan non-farmakologi. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan

kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Analgesic merupakan metode

penanganan nyeri yang paling umum dan sangat efektif. Ada tiga tipe

analgesic, yaitu :

1) Non-opioid mencakup asetaminofen dan obat antiinflamatory drug/NSAID

2) Opioid : secara tradisional dikenal dengan narkotik

3) Tambahan / pelengkap / koanalgesik (adjuvants) :

Variasi dari pengobatan yang meningkatkan analgesik atau memiliki

kandungan analgesik yang semula tidak diketahui (Potter & Perry, 2010)

.
d. Masalah-masalah Pada Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)

Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan sesuai

klasifikasinya yaitu :

1. Nyeri Menurut tempat dan sumbernya

a) Nyeri Cutaneus : nyeri yang berasal dari kulit atau jaringan subkutan

b) Nyeri Viseral : Nyeri yang sulit ditentukan lokasinya dari organ yang

sakit ke seluruh tubuh.

c) Nyeri sentral (central pain) : Nyeri sentral adalah nyeri yang dirasakan

akibat adanya rangsangan dari sistem-sistem saraf pusat.


d) Nyeri psikologik (psycologic pain) : Penyebab nyeri tidak dapat

diketemukan, atau tidak diketemukan kelainan organik tetapi akibat

trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik, biasanya disebabkan

oleh ketegangan otot yang kronis yang terjadi pada klien yang mengalami

stres yang lama.

e) Peripheral Pain ( Nyeri perifer)

f) Superfisial (nyeri permukaan) : Rangsangan secara kimiawi, fisik, pada

kulit, mukosa, biasanya terasa nyeri tajam-tajam didaerah rangsangan.

g) Deep : Bila di daerah viceral, sendi, pleura, peritonium terangsang akan

timbul rasa nyeri dalam. Umumnya nyeri dalam banyak berhubungan

dengan refered pain, keringat, kejang otot didaerah yang berjauhan dari

asal nyerinya.

h) Reffered pain : Rasa nyeri didaerah jauh dari tempat yang terangsang,
biasanya terlibat pada nyeri dalam, yang dirasakan atau menyebarkan
nyeri ke arah superficial, kadang-kadang di samping rasa nyeri terjadi
kejang pada otot-otot atau kelainan susunan saraf otonom seperti
gangguan vaskuler, berkeringat yang luar biasa. Penyebaran nyeri yang
timbul bisa berupa: hiperalgesia, hiperasthesia dan allodynia, yang mana
perjalanan nyeri ini dapat berasal dari sistem somatis maupun sistem
otonom.

e. Skala Nyeri

1) Skala Pendiskripsi Verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS)

VDS merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendiskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.

Pendiskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai sangat nyeri (nyeri

yang tak tertahankan). pengukur menunjukkan kepada pasien skala tersebut


dan memintanya untuk memilih intensitas nyeri yang dirasakannya. instrumen

VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk

mendiskripsikan nyeri.

Gambar 2.2 Verbal Descriptor Scale/VDS

2) Skala penilaian Numerik (Numerical Rating Scale/NRS)

NRS lebih digunakan sebagai pengganti atau pendamping VDS. Dalam hal

ini klien memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan skala 0 sampai

10. Skala paling efektif digunakan dalam mengkaji intensitas nyeri sebelum

dan sesudah intervensi terapeutik. Penggunaan skala NRS biasanya dipakai

patokan 10 cm untuk menilai nyeri pasien. Nyeri yang dinilai pasien akan

dikategorikan menjadi tidak nyeri(0),nyeri ringan (1-3) secara obyektif klien

dapat berkomunikasi dengan baik, (4-6) secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengn baik, (7-9) secara obyektif klien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, dan (10) pasien sudah

tidak mamu lagi berkomunikasi, memukul.


Gambar 2.3 Numerical Ratting Scale/NRS

3) Skala Analog Visual (Visual Analog Scale/VAS)

Menurut McGuire dalam Potter dan Perry (2005), VS merupakan

pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian angka yang menurut mereka

paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada satu

aktu.VAS tidak melabelkan suatu devisi, tetapi terdiri dari sebuah garis lurus

yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan angka 0 sampai10 dan

memiliki alat pendiskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberitahu

bahwa 0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri

paling parah” yang klien dapat bayngkan. Skala ini memberikan kebebasan

keada pasien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

Gambar 2.4 VisualAnalog Scale/VAS

VAS Modifikasi dapat digunakan pada anak dan orang dewasa yang

mengalami gangguan kognitif, menggantikan angka dengan kontnum wajah


yang terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan

wajah dari yang sedang tersenyum (tidak merasakan nyeri), kemudian kurang

bahagia, wajah yang sangat sedih,sampai wajah yang sangat ketakutan

(sangat nyeri).

Gambar 2.5 Skala Wajah Wong Bakers Mengukur Nyeri

Ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali

Ekspresi wajah 2 : Nyeri hanya sedikit

Ekspresi wajah 3 : sedikit lebih nyeri

Ekspresi wajah 4 : jauh lebih nyeri

Ekspresi wajah 5 : jauh lebih nyeri sangat

Ekspresi wajah 6 : sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

C. Konsep Dasar Asuhan Keprawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa

Nyaman Nyeri

1. Pengkajian Keperawatan Nyeri

Pengkajian pada masalah nyeri umumnya dapat dilakukan dengan melihat

lokasi keluhan nyeri, intensitas, kualitas dan waktu serangan terjadinya


nyeri.Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

PQRSTyaitu :

a. P (Provocative/Pemacu)

perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada

klien/ faktor pencetus

b. Q (Quality/kualitas)

kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan klien.

Misalnya tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,

perih, dan tertusuk.

c. R (Region/lokasi)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tiak nyaman oleh

klien

d. S (Severe/keparahan)

Tingkat keparahan pasien tenang nyeri merupakan karakteristik yang

paling subjektif

e. T (Time/durasi)

Lamanya serangan atau frekuensi nyeri.

Pengukuran nyeri dapat menggunakan beberapa instrumen, dalam

pemilihan instrumen pengkajian nyeri, diperlukan pertimbangan yang sesuai

dengan karakteristik nyeri yang dialami oleh individu yang akan diukur

tingkat nyerinya. Beberapa instrumen pengkajian yang sering digunakan

untuk mengsi pengkajian nyeri yaitu menggunakan Skala Pendiskripsi Verbal


(Verbal Descriptor Scale/VDS), Skala penilaian Numerik (Numerical Rating

Scale/NRS), dan Skala Analog Visual (Visual Analog Scale/VAS)

2. Diagnosa Keperawatan

Buku saku diagnosis keperawatanedisi 9 2012, menjelaskan terdapat dua

diagnosa keperawatan utama yang dapat digunakan untuk menggambarkan

nyeri pada klien.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau

lambat dan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Batasan Karakteristik :

1. Perubahan selera makan

2. Perubahan tekanan darah

3. Perubahan frekwensi jantung

4. Perubahan frekwensi pernapasan

5. Laporan isyarat

6. Diaforesis

7. Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar-mandir mencari orang lain dan

atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

8. Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)


9. Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata

berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)

10. Sikap melindungi area nyeri

11. Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses

berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

12. Indikasi nyeri yang dapat diamati

13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

14. Sikap tubuh melindungi

15. Dilatasi pupil

16. Melaporkan nyeri secara verbal

17. Gangguan tidur

Faktor Yang Berhubungan :

Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

3. Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil :

NOC

a. Pain Level,

b. Pain control
Kriteria Hasil :

1.) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)


2.) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri

3.) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4.) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi Keperawatan :

NIC

Pain Management

1.) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2.) Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan

3.) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman

nyeri pasien

4.) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5.) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6.) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa Iampau

7.) Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

8.) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

9.) Kurangi faktor presipitasi nyeri

10.) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan

inter personal)

11.) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12.) Ajarkan tentang teknik non farmakologi


13.) Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri

14.) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15.) Tingkatkan istirahat

16.) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil

17.) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

1.) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

2.) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

3.) Cek riwayat alergi

4.) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

5.) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

6.) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

7.) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

8.) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

9.) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

10.) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

4. Implementasi/ Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi rasa

nyeri.Tindakan tersebut yaitu tindakan farmakologis dan non

farmakologis.Biasanya untuk nyeri skala yang ringan tindakan non

farmakologis merupakan tindakan intervensi yang paling utama.Sedangkan


untuk mengantisipasi perkembangan nyeri dapat digunakan tindakan

farmakologis.Penanganan nyeri pada persalinan dengan metode non-

farmakologi menurut Potter (2006; 1531-1534) tindakan peredaan nyeri

secara non farmakologi yang dapat digunakan diantaranya:

1) Teknik Stimulasi Kutaneus

stimulasi pada kulit yang dapat membantu mengurangi nyeri

dilakukan dengan cara :

a) Massase

b) Kompres panas atau dingin

c) Mandi air hangat

d) Stimulasi syaraf elektrik transkutan (TENS)

2) Teknik Distraksi/latihan pengalihan perhatian dengan

cara:

a) Menonton TV

b) Berbincang dengan orang lain

c) Mendengarkan musik

3) Teknik relaksasi

Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam,

menghembuskan secara perlahan dan melemaskan otot-otot

tangan dan dilakukan berulang kali hingga memperoleh rasa

nyaman dan teknik relaksasi lain mencakup meditasi, yoga, dan

latihan relaksasi otot progresif

b. Pemberian obat analgesik


Obat analgesik digunakan untuk mengganggu atau memblok

transmisi stimulus sehingga mampu mengurangi rasa nyeri.Jenis

analgesik yang biasa digunakan yaitu narkotika dan bukan

narkotika.Untuk menurunkan tekanan darah dan depresi fungsi

vital seperti respirasi biasanya efek dari jenis narkotika.Obat yang

dikenal di masyarakat seperti aspirin, asitamenofen dan bahan

antiinflamasi nonsteroid merupakan jenis dari bukan narkotika.

Aspirin memblok rangsangan dan menghambat sintesis

prostaglandin dengan khasiat 15-20 menit dengan efek puncak obat

sekitar 1-2 jam.

World Health Organization (WHO) mengkombinasikan

penggunaan obat-obatan analgesik dan obat adjuvan untuk

mengontrol nyeri, dimana obat adjuvan yaitu obat yang bertujuan

untuk meningkatkan kemanjuran obat opiate, serta menghilangkan

gejala yang timbul dan dapat bertindak sebagai analgesik pada

nyeri.Untuk nyeri dengan skala ringan (1-3 pada skala 0-10)

direkomendasikan penggunaan obat non opiat disertai atau tanpa

obat adjuvan.WHO merekomendasikan penggunaan obat opiat

lemah diserati atau tanpa non opiat serta diserati obat adjuvan

untuk nyeri klien yang menetap atau skalanya meningkat (4-6 nyeri

skala sedang pada skala 0-10). Opiat kuat akan diberikan apabila

skala nyeri masih menetap atau bahkan meningkat, non opiat dapat

diteruskan sedangkan obat adjuvan perlu dipertimbangkan

penggunaannya (AHCPR,1994) dalam (Prasetyo,2010).


5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dinilai melalui kemampuan respon nyeri klien, diantaranya

hilangnya perasaan nyeri, intensitas nyeri menurun, respon fisiologis yang

baik, serta kemampuan pasien melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus

dengan menggunakan metode deskriptif.Penelitian ini diarahkan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan terhadap sekumpulan objek

bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Post Op Sectio


Caesarea dalam Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di ruang Nifas

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika kendari.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah individu yang tidak

dapat melahirkan secara normal dengan diagnosa medis Post Op Sectio

Caesarea. Adapun kriteria sebyek studi kasus adalah:

Kriteria pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pasien yang telah melalui proses persalinan dengan luka

Post Op Sectio Caesarea hari ke 1, selama 4 hari, sectio caesarea

pertama, multiparadi Ruang Rawat Inap RSU Dewi Sartika Kendari.

2. Pasien yang bersedia menjadi responden/menjadi subjek

studi dan mengisi informed consent

3. Pasien kooperatif dan berkomunikasi dengan cukup baik

kepadapeneliti

4. Mampu membaca/menulis

C. Lokasi & Waktu Studi Kasus

1. Lokasi Studi Kasus

Penelitian ini akan dilakukan di Ruangan Nifas Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kendari

2. Waktu Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan setelah melalui ujian proposal dan dikeluarkan

surat izin penelitian yaitu pada bulan Juni 2018.


D. Fokus Studi

1. Asuhan Keperawatan pada pasien Post Op Sectio Cesarea dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)

2. Pasien Post Op Sectio Caesarea

3. Pemberian Stimulasi Kutaneus Kompres Panas

E. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Seksio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.(Amru Sofian,

2012).

2. Pasien Post Op Sectio Caesarea adalah ibu yang telah melakukan

persalinan dengan melalui proses pembedahan pada dinding uterus

dinding depan perut

3. Kenyaman/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu

kepuasan yang meningkatkan penampilansehr-hari), kelegaan (kebutuhan

telah terpenuhi), dan transenden(keadaan tentang sesuatu yang melebihi

masalah dari nyeri).

4. Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika

jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi

untuk menghilangkan rangsangan nyeri (Arthur C. Curton, 1983)

5. Terapi stimulasi kutaneus kompres panas adalah stimulasi pada kulit yang

dapat memberikan rasa panas secara lokal pada bagian tubuh tertentu

dalam waktu yang singkat yang menyebabkan pelepasan endorfin

sehingga klien memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya.


6. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap-tahap kegiatan

dalampraktik keperawtan yang diberikan langsung kepada pasien dalam

berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

a. Pengkajian Keperawatan Nyeri

Pengkajianadalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang respon

klien agar dapat mengidentifikasi dan mengenali masalah atau

kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien. Area yang termasuk

respon klien antara lain kegiatan sehari-hari, emosional, sosio-

ekonomi, kultural dan spiritual (Yura & Wals, 1988)

Pengkajian pada masalah nyeri umumnya dapat dilakukan dengan

melihat lokasi keluhan nyeri, intensitas, kualitas dan waktu serangan

terjadinya nyeri.Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik PQRSTyaitu :

1) P (Provocative/Pemacu)

perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri

pada klien/ faktor pencetus

2) Q (Quality/kualitas)

kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan

klien. Misalnya tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti

tertindih, perih, dan tertusuk.

3) R (Region/lokasi)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tiak nyaman

oleh klien

4) S (Severe/keparahan)

Tingkat keparahan pasien tenang nyeri merupakan karakteristik yang

paling subjektif

5) T (Time/durasi)

Lamanya serangan atau frekuensi nyeri.

b. Diagnosa Keperawatan Post Op Sectio Caesarea rasa nyaman

nyeri

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan

pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status

kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).

Diagnosa pada pasien Post Op Sectio Caesarea yang akan

dilakukan penelitian oleh peneliti di ruang Nifas RSU Dewi Sartika

Kendari adalah :

Nyeri akut berhubungan dengan agen injurifisik (pembedahan)

c. Intervensi/Perencanaan KeperawatanPost Op Sectio Caesarea

rasa nyaman nyeri


intervensi keperawatan adalah semua ti ndakan asuhan

yang perawat lakukan atas namaklien. tindakan ini

termasuk intervensi yang diprakarsai oleh perawat,

dokter, atau intervensi kolaboratif. (McCloskey &Bulechek,

1994).

NOC :
Pain Level
a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

b. Mampu mengenali nyeri (skala, instensitas, frekuensi, dan

tanda nyeri)

Pain Control

a. Mengenal kapan nyeri terjadi

b. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik

c. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan

d. Melaporkan nyeri yang terkontrol

NIC :

Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien


4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (Stimulasi

Kutaneus Kompres Panas)

5. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil.

6. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

d. Implementasi KeperawatanPost Op Sectio Caesarea rasa

nyaman nyeri

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

Implementasi terapi non farmakologi yang dapat dilakukan

adalah dengan menggunakan terapi kompres panas. Dimana

terapi ini merupakan tindakan keperawatan yang mampu

memberikan rasa nyaman dan dapat mengurangi, rasa nyeri,

dan merangsang penyembuhan.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil.adapun evaluasi nyeri yang akan muncul pada klien

adalah :
1. Pain Level (Tingkat Nyeri)

a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

b. Mampu mengenali nyeri (skala, instensitas, frekuensi, dan

tanda nyeri)

2. Pain Control

a. Mampu mengontrol nyeri mampu menggunakan

teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

b. Klien menggunakan analgetik sesuai instruksi

F. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer ini

diperoleh melalui dua cara, yaitu :

a. Wawancara

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari

seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang tersebut.

b. Observasi

Prosedur terencana meliputi : melihat, mencatat jumlah data, syarat-

syarat tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan

diteliti.

1) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien.

a) Inspeksi

Proses observasi yang dilakukan dengan menggunakan

indera penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai alat

untuk mengumpulkan data

b) Palpasi

Pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat terabah

untuk mendeteksi adanya kelainan atau tidak

c) Perkusi

Mengetuk permukaan tubuh

d) Auskultasi

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mendengarkan

menggunakan stetoskop.

b. Data Sekunder

Data pasien sectio caesarea yang diperoleh dari rekam medik/dokumen

pasien dan data yang diperoleh dari orang yang melakukan penelitian

sebelumnya Di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.

Adapun prosedur pengumpulan data yaitu :

1. Persiapan

a. Mengajukan ijin pengambilan data awal di ruang rawat

inap RSU Dewi Sartika Kendari.


b. Memberikan surat ijin penelitian ke RSU Dewi

SartikaKendari untuk mendapat persetujuan melakukan

penelitian.

c. Menentukan responden yaitu ibu sebagai subjek

penelitian sesuai kriteria inklusi.

d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang

maksud, tujuan, dan waktu yang dibutuhkan dalam

melakukan penelitian ini.

e. Memberikan informed consent (lembar persetujuan)

kepada responden.

2. Pelaksanaan

a. Peneliti dan subjek studi kasus menyiapkan tempat untuk

melakukan studi kasus.

b. Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepada

responden.

c. Menciptakan suasana yang akrab dengan subjek

penelitian.

d. Peneliti melakukan wawancara dan observasi sesuai

dengan waktu yang telah disepakati bersama subjek studi

kasus.

e. Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan setiap hari.

3. Evaluasi

Peneliti melakukan pengolahan dengan data yang sudah didapat

selama.
G. Analisis Data dan Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tekstular atau narasi

disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang

merupakan data pendukungnya.

H. Etika Studi Kasus

a. Autonomy yang berhubungan dengan hak dari responden untuk membuat

keputusan bagi dirinya, dalam hal ini penelitian harus menghormati hak

responden untuk menentukan apakah dia bersedia atau tidak menjadi

bagian dari penelitian dan sewaktu-waktu boleh berhenti dari proses

penelitian.

b. Nonmaleficience yaitu berkaitan dengan kewajiban untuk tidak

menimbilkan kerugian atau cedera bagi orang lain, dalam hal ini peneliti

harus membuat kesepakatan bahwa keputusan yang diambil tidak akan

merugikan klien dan keluarganya.

c. Benefidence berkaitan dengan kewajiban melakukan yang terbaik dalam

memberikan suatu tindakan. Bila terjadi sesuatu akibat intervensi yang

dilakukan dalam penelitian ini, maka harus mencari solusi yang terbaik

untuk mengembaliakan status kesehatan responden kembali pada kondisi

semula.

d. Veracity berkaitan dengan kewajiban untuk menyatakan sesuatu dengan

benar tidak berbohong apalagi menipu, dalam hal ini peneliti harus

menjelaskan tentang proses dalam penelitiannya dengan benar dan jujur.


e. Justice berkaitan dengan kewajiban berlaku adil kepada semua orang,

dalam hal inin keputusan yang diambil tidak berdampak buruk bagi semua

pihak.

f. Fidelity berkaitan dengan kewajiaban untuk setia atau loyal dengan

kesepakatan atau tanggung jawab diambil.

g. Konfidensialitas yaitu berkaitan dengan rahasia dalam penelitian ini maka

peneliti ini harus merahasiakan identitas responden dan data-data yang

diambil.

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian
a. Data Demografi

1) Biodata

Nama : Ny. N

Usia : 43 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat :Desa Lalosasu, Kec. Wonggeduku, Kab.

konawe

Suku/Bangsa :Jawa/ Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Diagnosa Medik : Post Op Dectio Caesarea H1

No. Rekam Medik :010744

Tanggal Masuk :28 Juli 2018

Tanggal Pengkajian :30 Juli 2018

2) Penanggung jawab

Nama : Tn.D

Usia :48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tani

Hubungan Dengan Klien : Suami

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat keluhan Utama : Klien mengatakan Nyeri pada luka Operasi

SC
Kondisi Saat Dikaji (PQRST)

a) Provocative/penyebab

Apa penyebabnya : luka Operasi/ trauma pembedahan Sectio

Caesarea

b) Quantity/kualitas

Bagaimana dirasakan : seperti berdenyut

c) Region/daerah

Dimana lokasinya : Luka Operasi klien berada di abdomen

suprapubik (perut bawah tengah)

d) Skala seviritas/intensitas

Skala nyeri 4 (Sedang) klien nampak meringis

e) Time/waktu

(1) Lamanya berlangsung : 1 menit

(2) Interval nyeri : Hilang timbul 1menit

f)Faktor yang meringankan : tidak ada

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Alergi : tidak ada

b) Kebiasaan :

Makanan :Pasien mengatakan masih memakan makanan

pantangan hipertensi, seperti daging, serta makanan berkolestrol

c) Obat : tidak ada

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Penyakit yang pernah dialami : klien mengatakan punya riwayat

hipertensi

Kebiasaan :

(a) Merokok :Klien mengatakan tidak pernah merokok

(b)Prosedur operasi yang pernah di alami : sebelumnya klien tidak

pernah mengalami operasi

(c) Alergi (makanan,obat-obatan) : tidak ada riwayat alergi

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

(a) Identifikasi Berbagai Penyakit Keturunan Yang Umumnya

Menyerang?

Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan pada keluarga

(b) Bagan Genogram

43 ? ? ? ? 48 ? ?
th

25 23 21

Keterangan :

: Klien ; Laki-laki

: meninggal : perempuan

? : umur tidak diketahui


5) Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Gravida : GIV PIII A0 + Pre eklampsia Berat

2. HPHT : 28-10-2017

4. Umur kehamilan : 38 mgg

5. Jenis persalinan : sectio caesaria

6. Plasenta lahir : lahir

7. Penolong : dokter

6) Pengkajian kebutuhan rasa nyaman

a) Faktor Yang Meringankan : tidak ada

b) Pengaruh Nyeri Terhadap Aktivitas

Sebelum berada di RS
(1) Tidur
(a) Mulai tidur : 22.00
(b) Lama tidur 8 jam
(2) Makan
Frekuensi : 3x sehari
Jenis makanan : nasi + lauk + sayur

Selama berada di RS
(1) Tidur
Mulai tidur : 04.00
Lama tidur : 1 jam
(2) Makan
Frekuensi : 2x sehari (porsitidak dihabiskan)
Jenis makanan : bubur
c) Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri

(1) Mual :-

(2) Muntah :-

(3) Pusing :√

(4) Menggigil :-

7) Pemeriksaan Fisik

a) KU : Lemah

b) Tanda-tanda vital

(1)Tekanan darah : 110/90mmHg

(2)Pernapasan :21×/menit

(3)Suhu :36, 7°c

(4)Nadi :80×/ menit

c) Kepala : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi

d) Mulut

(1) Keadaan gigi :ada karies

(2) Bibir : tidak ada sariawan

e) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

f) Mamae : simetris kiri dan kanan, ASI keluar,

puting menonjol

g) Abdomen : terdapat luka sayatan ± 10 cm,

terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC

h) Genitourinaria : terpasang kateter, warna urin kuning pekat

i) Muskuloskeletal

Kekuatan otot
4 4

3 3

j) Status Neurologis

Tingkat kesadaran : samnolen

E :3

V :4

M :5

8) Therapi Medis

(1) Cefotaxime 1 g/8 jam IV

(2) Ketorolac 30 mg/8 jam IV

(3) Ranitidin 1 amp/8 jam IV

(4) IVFD RL 20 tpm

Klasifikasi Data

DS :

1. Klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC

2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut

3. Klien mengatakan nyeri hilang timbul dan nyerinya sekitar 1 menit

4. Klien mengatakan susah tidur


DO :

1. nampak luka SC ±10 cm,terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC

2. P : luka Operasi/ trauma pembedahan Sectio Caesarea

Q : seperti berdenyut-denyut

R : Luka Operasi klien berada di abdomen suprapubik (perut bawah

tengah)

S : Skala nyeri 4(Sedang) klien nampak meringis

T : Lamanya berlangsung : 1 menit

Interval nyeri : Hilang timbul 1menit

3. terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC

Analisa data

No. Data Etiologi Problem


1. DS : Pre-eklamsia Nyeri akut b.d
1. Klien mengatakan nyeri Berat agen injuri
pada luka operasi SCnya fisik
2. Klien mengatakan nyeri Sectio caesarea (pembedahan)
yang dirasakan seperti
berdenyut Luka post
3. Klien mengatakan nyeri operasi
hilang timbul dan nyerinya
sekitar 1 menit Jaringan
DO : terputus
1. P : luka Operasi/
trauma pembedahan Sectio Merangsang
Caesarea area sensorik
Q : Nyeri seperti
berdenyut-denyut Gangguan rasa
R : Luka Operasi klien nyaman
berada di abdomen
suprapubik (perut bawah Nyeri akut
tengah)
S : Skala nyeri 4
(Sedang)
T : hilang timbul
2. Klien nampak meringis
selama 1 menit
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :
110/90mmHg
Pernapasan : 21×/menit
Suhu : 36, 7°c
Nadi : 80×/ menit

Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut b.dagen injuri fisik (pembedahan)

DS :

1. Klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC

2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut


3. Klien mengatakan nyeri hilang timbul dan nyerinya sekitar 1 menit

DO :

1. nampak luka SC ±10 cm,terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC

2. P : luka Operasi/ trauma pembedahan Sectio Caesarea

Q : seperti berdenyut-denyut

R : Luka Operasi klien berada di abdomen suprapubik (perut bawah

tengah)

S : Skala nyeri 4(Sedang) klien nampak meringis

T : Lamanya berlangsung : 1 menit

Interval nyeri : Hilang timbul 1menit

3. terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC

Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan & kriteria hasil Intervensi
keerawatan
1 Nyeri akut NOC : NIC :
b.d agen a. Pain level Pain management
injuri fisik b. Pain Control 1. Lakukan
pembedahan Setelah diberikan asuhan pengkajian nyeri
keperawatan 4× 24 jam, secara
klien mampu mengontrol komprehensif
nyeri dengan kriteria Hasil : termasuk lokasi,
c. Melaporkan bahwa karakteristik,
nyeri berkurang dengan durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas, dan faktor
manajemen nyeri presipitasi)
d. Mampu mengenali 2. Observasi reaksi
nyeri (skala, instensitas, nonverbal dan
frekuensi, dan tanda ketidaknyamanan
nyeri) 3. Gunakan teknik
e. Mampu mengontrol komunikasi
nyerimampu terapeutik untuk
menggunakan teknik mengetahui
nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri
mengurangi nyeri) passien
4. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
(Stimulasi
Kutaneus Kompres
Panas)
5. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidakberhasil

Sumber : Data Primer, 2018 dan NANDA NIC NOC 2015

Impelementasi
Diagnosa
Hari/tg
No. Keperawata Jam Implementasi keperawatan Paraf
l
n
1. Senin/3 Nyeri akut 09: 1. Gunakan teknik komunikasi
0 juli b.d agen 00 terapeutik untuk mengetahui
2018 injuri fisik pengalaman nyeri pasien
(pembeda Hasil: klien kooperatif dan
mengatakan tentang pengalaman
han)
nyeri yang dirasakan saat ini
menyebabkan klien merasa tidak
nyaman
2. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi)
Hasil :
P : luka Operasi/ trauma
pembedahan Sectio
Caesarea
Q : Nyeri seperti
berdenyut-denyut
R : Luka Operasi klien
berada di abdomen
suprapubik (perut bawah
tengah)
S : Skala nyeri 4 (Sedang) Astry
T : hilang timbul Lanu
3. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
08. nyeri tidak berhasil
Hasil :
00
Ketorolac 30 mg IV/8 jam
Cefotaxime 1 g IV 8 jam
Ranitidin 1 amp/IV/8 jam
IVFD RL 20 tpm
4. Observasi reaksi nonverbal
11. dan ketidaknyamanan
00 Hasil :
Klien nampak meringiS

2. Selasa/ 07:50 1. Gunakan teknik komunikasi


terapeutik untuk mengetahui
31 juli pengalaman nyeri pasien
2018 Hasil: klien kooperatif dan
mengatakan tentang pengalaman
nyeri yang dirasakan saat ini
menyebabkan klien merasa
nyerinya agak berkurang dan
mengganggu aktivitas tidur dan
lainnya
2. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor
presiitasi)
Hasil :
P : luka Operasi/ trauma
pembedahan Sectio
Caesarea
Q : Nyeri seperti
berdenyut-denyut
R : Luka Operasi klien
berada di abdomen
suprapubik (perut bawah
tengah)
S : Skala nyeri 3 (ringan)
08.00 T : hilang timbul
3. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Hasil :
09:55 Ketorolac 30 mg IV/8 jam
Cefotaxime 1 g IV 8 jam
Ranitidin 1 amp/IV/8 jam
IVFD RL 20 tpm
4.Observasi reaksi nonverbal dan
10.00 ketidaknyamanan
Hasil :
Klien masih terlihat meringis
dengan durasi 10 detik
5.Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (Stimulasi
Kutaneus Kompres Panas)
Hasil :
Klien dan keluarga nampak
kooperatif dan mengerti tentang
terapi kompres panas dan mau
mempraktekkannya
3. Rabu 07.40 1. Gunakan teknik komunikasi
/1 terapeutik untuk mengetahui
agust pengalaman nyeri pasien
us Hasil: klien kooperatif dan
2018 mengatakan tentang pengalaman
nyeri yang dirasakan saat ini agak
berkurang dan mengganggu aktivitas
tidur dan lainnya
2. Lakukan pengkajian nyeri secara
07.41 komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor presiitasi)
Hasil :
P : luka Operasi/ trauma
pembedahan Sectio
Caesarea
Q : Nyeri seperti berdenyut-
denyut
R : Luka Operasi klien berada
di abdomen suprapubik
(perut bawah tengah) Astry
Lanu
08.00 S : Skala nyeri 2 (Ringan)
T : ketika melakukan gerakan
3. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Hasil :
09.50 Ketorolac 30 mg IV/8 jam
Cefotaxime 1 g IV 8 jam
Ranitidin 1 amp/IV/8 jam
4.Observasi reaksi nonverbal dan
ketidaknyamanan
09.58 Hasil :
Klien masih terlihat meringis dengan
durasi 10 detik
5.Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (Stimulasi Kutaneus
Kompres Panas)
Hasil :
Klien dan keluarga kooperatif dan
klien sering melakukan kompres
panas pada pagi hari dan sore hari
dengan bantuan keluarganya dan
perawat
Evaluasi

HARI/ DIAGNOSA
NO JAM EVALUASI
TGL KEPERAWATAN
1. Kamis/ Nyeri akut b.d agen injuri 09.00 S:
2 fisik (pembedahan) a) Klien
juli mengatakan
2018 masih merasa
agak nyeri sedikit
b) Klien
mengatakan
merasa cukup
nyaman

O:
a) KU baik
b) Ekspresi wajah
klien tampak
rileks
c) Skala nyeri 1
( ringan)

A:
Nyeri akut teratasi

P:
Intervensi Dihentikan
1,2,3,4 dan 5
(pasien boleh pulang)
Tabel 4. 1

Frekuensi skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi stimulasi


kutaneus kompres panas

Skala nyeri sebeum dan sesudah dilakukan


terapi stimulasi kutaneus kompres panas
Lama Sebelum Sesudah
No. Ket
Hari Sesi 1 Sesi 2 Sesi 1 Sesi 2
(Pagi (Sore (Pagi (Sore
hari) hari) hari) hari)
1. Pertama 3 3 3 2 Level
nyeri
berkurang
2. Kedua 2 2 2 2 Nyeri
ringan
3. Ketiga 2 2 1 1 Level
nyeri
berkurang

Dari tabel 4. 1 dapat dilihat bahwa terapi stimulasi kutaneus kompres panas

dilakukan sebanyak 2 sesi, yaitu pada pagi dan sore hari selama 3 hari. Pada

hari kedua setelah post op sectio caesarea. Pada hari pertama dilakukannya

stimulasi kutaneus kompres panas klien mengalami nyeri ringan dengan

penurunan level nyeri yaitu skala nyeri 3 ke skala nyeri 2, sedangkan pada

hari kedua terapi klien mengalami nyeri sedang dengan skala 2, dan pada

hari ketiga ketiga nyeri berkurang dari level 2 ke 1.


B. Pembahasan
Pada bab sebelumnya,penulis telah menjabarkan berbagai

permasalahan tentang kasus Post Op Sectio Caesarea khususnya pada

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) yaitu dimana klien mengalami

perasaan tidak nyaman karena luka post. Sedangkan tujuan kasus

diperoleh melalui studi langsung pada pasien Ny.N dengan kasus GIV PIII

A0 + Pre eklamsi Berat pada tanggal 30 juli 2018 diruang nifas RSU Dewi

Sartika Kendari.

Penulis akan membahas mengenai hasil dari studi kasus yang telah

dilakukan dengan teori yang telah disajikan sebelumnya untuk mengetahui

apakah terdapat kesenjangan antara hasil yang ditemukan penulis dengan

teori. Untuk memudahkan dalam mengetahui apakah terdapat kesenjangan

seperti yang dimaksudkan di atas, maka penulis membahas dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Selama penulis melakukan

asuhan keperawatan pada pasien tersebut, penulis mengacu pada

pendekatan keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang respon

klien agar dapat mengidentifikasi dan mengenali masalah atau

kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien. Area yang termasuk

respon klien antara lain kegiatan sehari-hari, emosional, sosio-

ekonomi, kultural dan spiritual (Yura & Wals, 1988)


Seksio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.(Amru

Sofian, 2012).

Pengkajian pada masalah nyeri umumnya dapat dilakukan dengan

melihat lokasi keluhan nyeri, intensitas, kualitas dan waktu serangan

terjadinya nyeri.Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik PQRST

Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada pasien tersebut yaitu

penulis melakukanpengkajian dengan menggabungkan format pengkajian

rasa nyaman (nyeri) dengan pengkajian kebutuhan dasar manusia dan

pengkajian fisik, yaitu tentang biodata pasien (nama, umur, suku, alamat,

pendidikan, agama, pekerjaan), menanyakan keluhan utama, riwayat

terjadinya nyeri, melakukan melakukan pengukuran skala nyeri dengan

menggunakan skala nyeri deskriptif atau Verbal Descriptor Scale. Pada

saat dilakukan pengkajian, diperoleh data pasien mengeluh nyeri pada luka

operasi Sectio Caesarea, mengalami nyeri tekan pada daerah luka post

operasi, dan klien mengatakan masih memakan pantangan hipertensinya.

Data objektif yang diperoleh yaitu skala nyeri klien 4, kualitas

nyeri seperti berdenyut-denyut, waktu nyeri hilang timbul, nyeri terasa di

abdomen suprapubik (perut bawah tengah) daerah Luka Operasi klien,

nampak luka SC ±10 cm, terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC,

dengan Lamanya berlangsung 1 menit dan Interval nyeri hilang timbul 1

menit.
Faktor pendukung yang ditemukan pada saat melakukan

pengkajian yaitu sikap kooperatif dari pasien dan keluarga pasien, serta

adanya format pengkajian keperawatan rasa nyaman (nyeri), pengkajian

kebutuhan dasar manusia dan pengkajian fisik yang memudahkan dalam

melakukan pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau

potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat

secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah status kesehatan klien

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Post Op Sectio Caesarea

berdasarkan teori, yaitu :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas

(mokus dalam jumlah berlebihan), jalan napas alergik (respon

obat anastesi)

2) Nyeri akut b.d agen injuri fisik(pembedahan)

3) Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan

ibu,terhentinya proses menyusui

4) Gangguan pola tidur b.dkelemahan

5) Resiko infeksi b.d faktor risiko : episiotomi,laserasi

jalanlahir,bantuan pertolongan persalinan


6) Defisit perawatan diri mandi/kebersihan diri, makan, toileting

b.d kelelahan postpartum.

7) Definisi pengetahuan perawatan post partum b.d kurangnya

informasi tentang penanganan post partum

Pada pengkajian dan analisa data yang telah dilakukan pada pasien

tersebut, tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus, dimana

diagnosa yang dapat diangkat dari hasil pengkajian tersebut yaitu nyeri

akut.Dimana pada pathway yang ada diteori dijelaskan bahwa penyebab

terjadinya nyeri pada pasien Sectio Caesarea yaitu karena adanya agen

injuri fisik pemedahan, yang menyebabkan jaringan terputus sehingga

merangsang area sensorik kemudian rasa nyaman klien terganggu akibat

nyeri. Adapun batasan karakteristik pada diagnosa nyeri akut berdasarkan

teori yaitu :

1) Perubahan selera makan

2) Perubahan tekanan darah

3) Perubahan frekwensi jantung

4) Perubahan frekwensi pernapasan

5) Laporan isyarat

6) Diaforesis

7) Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar-mandir mencari orang lain

dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

8) Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)

9) Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau,

gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)


10) Sikap melindungi area nyeri

11) Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan

proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan

lingkungan)

12) Indikasi nyeri yang dapat diamati

13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

14) Sikap tubuh melindungi

15) Dilatasi pupil

16) Melaporkan nyeri secara verbal

17) Gangguan tidur

Batasan karakteristik yang ditemukan pada teori dan hasil

pengkajian yang telah dilakukan pada pasien tidak ditemukan

kesenjangan teori, dimana batasan karakteristik yang ditemukan pada

hasil pengkajian sehingga dapat muncul diagnosa nyeri yaitu ditandai

DS : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC, klien mengatakan

nyeri yang dirasakan seperti berdenyut, klien mengatakan nyeri

hilang timbul dan nyerinya sekitar 1 menit

DO :nampak luka SC ±10 cm, terdapat nyeri tekan pada daerah post op

SC, Paliatif luka Operasi/ trauma pembedahan Sectio Caesarea,

kualitas seperti berdenyut-denyut, daerah Luka Operasi klien berada

di abdomen suprapubik (perut bawah tengah), dengan skala nyeri 4

(Sedang) klien nampak meringis dan lamanya berlangsung : 1

menit,interval nyeri : hilang timbul 1 menit serta terdapat nyeri tekan

pada daerah post op SC


3. Intervensi Keperawatan

intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan

yang perawat lakukan atas nama klien. tindakan ini termasuk

intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter, atau

intervensi kolaboratif.

Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori yaitu :

Pain Management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)

b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman

nyeri passien

d. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (Stimulasi Kutaneus Kompres

Panas)

e. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil

Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu

hanya memfokuskan pada tindakan keperawatan, melakukan penanganan

nyeri secara non farmakologi, yaitu terapi stimulasi kutaneus kompres

panas. Dimana tujuan dari teknik ini untuk menghilangkan atau

menurunkan nyeri yang dirasakan pasien, Tujuan ini juga sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan oleh teori yaitu melaporkan bahwa nyeri berkurang

Mampu mengenali nyeri (skala, instensitas, kualitas, frekuensi, dan faktor

presipitasi), mampu mengontrol nyeri mampu menggunakan teknik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri). Tindakan kolaborasi dengan

dokter juga digunakan untuk mengantisipasi nyeri yang berlebihan atau

mengontrol nyeri, serta mengetahui penglaman nyeri.

4. Implementasi Keperawatan

Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi

rasa nyeri. Tindakan tersebut yaitu tindakan farmakologis dan non

farmakologis. Biasanya untuk nyeri skala yang ringan tindakan non

farmakologis merupakan tindakan intervensi yang paling utama.

Sedangkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri dapat digunakan

tindakan farmakologis. Penanganan nyeri pada persalinan dengan metode

non-farmakologi menurut Potter (2006; 1531-1534)

Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan berdasarkan teori (NIC) yaitu :

NIC :

Pain management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)

b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri passien

d. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (Stimulasi Kutaneus

Kompres Panas)

e. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil


Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari sejak tanggal

30 juli 2018, dimana tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan

yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga dapat tercapai sesuai dengan

tujuan asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari kamis tanggal 1

agustus 2018 diperoleh hasil dimana nyeri akut teratasi.pada data subjektif

pasien mengatakan masih merasa agak nyeri sedikit, klien mengatakan

merasa cukup nyaman dan data objektif keadaan umum baik, ekspresi wajah

klien tampak rileks, skala nyeri 1(ringan)

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat penurunan skala

nyeri dengan menggunakan terapi stimulasi kutaneus kompres panas,

tindakan non farmakologi ini hanya sebagai pelengkap dari tindakan

farmakologi yang diberikan.

C. Keterbatasan Studi Kasus

1. Keterbatasan Studi kasus yang dilakukan selama empat hari di Ruang nifas

ini, diantaranya dari segi sumber referensi atau informasi yang diperoleh

dari buku, dimana buku yang tersedia mengenai Sectio Caesarea dan nyeri

ini memiliki tahun terbit yang sudah hampir tidak dapat digunakan lagi

dalam pustaka KTI, sehingga teori-teori yang dijelaskan dalam studi kasus

ini pun masih sangat terbatas.

2. Keterbatasan yang kedua yaitu mengenai referensi dalam pembuatan studi

kasus, dimana studi kasus ini pertama kali diterapkan, sehingga peneliti
yang melakukan studi kasus ini masih belum terlalu menguasai dalam

pembuatan hasil, akibat referensi yang masih sangat terbatas.

3. Kesehatan peneliti yang kurang baik

+
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu :

Asuhan keperawatan pada pasien Post Op Sectio Caesarea dalam pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman (nyeri) dalam tindakan stimulasi kutaneus kompres

panas mampu mengurangi skala nyeri pada pasien.

Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu :

1. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan format gangguan rasa nyaman

(nyeri), sehingga ditemukan data tentang keluhan nyeri pada klien sesuai

dengan pengkajian PQRST

2. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut b.d agen injuri fisik

pembedahan, diagnosa ini didukung oleh data yang ditemukan dari hasil

pengkajian

3. Intervensi keperawatan dilakukan selama 4 hari dengan menggunakan

terapi stimulasi kutaneus kompres panas yang diketahui mampu

mempertahankan keelastisan otot sehingga menurunkan tekanan darah

4. Implementasi keperawatan dilakukan sejak hari pertama setelah

pengkajian sampai dengan hari ke empat

5. Evaluasi keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan skala nyeri dan

dengan perbandingan hasil penemuan penelitian sebelumnya.


B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk memberikan

asuhan keperawatan pada pasienPost Op Sectio Caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri).

2. Bagi Masyarakat/Klien

Memperoleh pengetahuan masyarakat dan klien tentang cara

meningkatkan rasa nyaman Post Op Sectio Caesarea

3. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pasca persalinan Sectio

Caesarea

4. Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada pasien pasca persalinan Sectio Caesarea


DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul dkk. 2012. Keterampilan Dasar Kebidanan 1; Pendekatan


Kurikuum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Health BOOKS.

Tresnawati Frisca. 2012. Asuhan Kebidanan, Jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Jacob, Annama dkk, 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures, Jilid satu.
Pamulang – Tangerang Selatan: Binapura Aksara, Alih Bahasa Dr. Ronald
Estrada.

Nurarif, Amin Huda dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta:
MediAction.

Wilkinson, Judith M dan Nancy Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9. Jakarta: EGC
Alih Bahasa Esty Wahyuningsih

Tyasseptya. 2015. Definisi Kenyamanan. Diperoleh tanggal 3 Juni 2018,


https://www.slideshare.net/tyasseptya/definisi-kenyamanan

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2016. Diperoleh tanggal 13 Maret 2018, https://www.google.com/html.

Wikipedia. 2018. Teori hierarki kebutuhan Maslow. Diperoleh tanggal 14 Maret


2018, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori hierkakiKebutuhan Maslow.

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Dieroleh 17 maret 2018,


www.depkes.go.id/resources/.../profil-kesehatan.../profil-kesehatan-
indonesia-2012

Kementrian Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara 2016.


Diperoleh 14 Maret 2018,

www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL...2016/28_Sultra_2016

Depkes. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Diperoleh 14 Maret 2018,


www.depkes.go.id/resources/download/.../profil-kesehatan-indonesia-2013
SDKI. 2007. Determinan persalinan sectio caesarea di indonesia. Diperoleh 16
maret 2018,
https://media.neliti.com/media/publications/108556-ID-none
STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)

“Stimulasi Kutaneus Kompres Panas”

A. Pengertian

Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat


setempat yang dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan
otot-otot yang tegang (Gabriel F. J, 2000).
B. Tujuan

a Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri

b Meningkatkan airan darah

c Mengurangi kejang otot

d Menurunkan kekakuan tulang sendi (Snyder, 1992)

C. Toleransi dan Kontraindkasi

Berbagai bagian tubuh memiliki toleransi panas yang berbeda-beda.

variabel yang mempengaruhi toleransi fisiologi tubuh tersebut sebagai

berikut :

a. Ukuran bagian tubuh yang terpajan. Semakin besar area yang terpajan oleh

panas semakin rendah toleransinya

b. Toleransi perorangan. Individu yang sangat tua umumnya memiliki

toleransi yang paling rendah.individu yang memiliki kerusakan neuro

sensori mungkin memiliki toleransi yang tinggi, tapi resiko cederanya juga

lebih besar.

c. Lama panjanan.Individu paling merasakan kompres panas saat awal

kompres diberikan. Setelah jangka waktu tertentu,toleransi akan

meningkat.

d. Keutuhan kulit. Area kuit yang cedera lebih sensitif terhadap variasi suhu.
Kondisi tertentu meruakan kontraindikasi penggunaan kompres panas.

Selama itu beberapa kondisi memerlukan tindakan kewaspadaan ketika

memberikan terapikompres panas. Adapun kontra indikasi komres panas

sebagai berikut :

a. Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik.panas akan meningkatkan

perdarahan dan pembengkakan.

b. Perdarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan

perdarahan

c. Edema non inflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan

edema

d. Tumor ganas terlokalisasi.karena panas mempercepat metabolisme sel,

pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi,panas dapat mempercepat

metastase (tmor sekunder)

e. Gangguan kulit yang mnyebabkan kemerahan atau lepuh.panas dapat

membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

D. Persiapan alat

Alat dan Bahan :

1. Kantung air panas disertai sarungnya

2. Air mendidih

3. Mug untuk menuangkan air kedalam kantung

4. Kain lap

5. Handuk

6. Vaselin atau minyak

7. Nampan ginjal
Prosedur Kerja:

1. Jelaskan prosedur kerja pada pasien

2. Cuci tangan

3. Berikan losion pada daerah yang nyeri atau daerah yang akan

dilakukan pengompresan

4. Isi kantung air panas dengan air hangat 1/3-2/3 dari kantung,

rapatkan tutup dan bola-balikkan ke atas dan ke bawah

5. Kosongkan kantung dan isi ulang dengan air panas 40-45

derajat celcius sampai dua pertiga kantung

6. Letakkan kantung pada permukaan yang datar seperti meja dan

keluarkan semua udara dengan menekan air pada kantung

sampai mengisi leher kantung

7. Rapatkan tutup kantung, keringkan bagianluar kantng dengan

kain lap dan periksa apakah ada kebocoran

8. Lap bagian luar kantung apabila ada yang basah

9. Pakaiakan sarungnya dan bawaa ke samping ranjang. Bila

tidakada sarungnya gunakan sarung bantal atau handuk.

10. Kompreskan pada lokasi sesuai instruksi

11. Angkat kantung setelah 20-30 menit

12. Periksa lokasi tersebut apakah timbul kemerahan, bula, dll ata

tidak. Bila ada oleskan vaselin atau minyak.

13. Buat pasien berbaring terlentang di atas ranjang


14. Catat waktu, lokasi, dan durasi pengompresan, serta efek yang

timbul pada pasien.

15. Bawa semua alat kekamar alat. Kosongkan kantung air panas,

cuci bagian luar kantung dengan sabun dan air gantung terbalik

untuk mengeringkannya.

Anda mungkin juga menyukai