Anda di halaman 1dari 12

USULAN KEGIATAN PKL

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG (AYAM BURAS) DI


PETERNAKAN MIRA KAD’DI KELURAHAN FATULULI KECAMATAN OEBOBO
KOTA KUPANG

OLEH

1. DWITA DARA PRASASTI PANDIE (1805030387)


2. JULAI SISILIA ATOK (1805030199)
3. INGGRID ELSENIA LAY (1805030286)
4. RESSY PUTRA MELINIUM SINLAELOE (1805030215)
5. WILIBRODUS REPING (1805030122)

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG (AYAM BURAS) DI
PETERNAKAN MIRA KAD’DI KELURAHAN FATULULI KECAMATAN OEBOBO
KOTA KUPANG

Rencana Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

OLEH

1. DWITA DARA PRASASTI PANDIE (1805030387)


2. JULAI SISILIA ATOK (1805030199)
3. INGGRID ELSENIA LAY (1805030286)
4. RESSY PUTRA MELINIUM SINLAELOE (1805030215)
5. WILIBRODUS REPING (1805030122)

Di susun pada tanggal: 17 July 2021

Mengetahui Menyetujui

An Dekan Fapet Undana


Ketua Program Studi Dosen Pembimbing PKL

Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo ,MP …………………………………………


NIP. 196504141989031002 NIP. …………………………………….
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Manajemen
Pemeliharan Ayam Kampung (Ayam Buras) di Peternakan Mira Kad’di Kelurahan Fatululi
Kecamatan Oebobo ” dengan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu/Bapak Dosen selaku pembimbing PKL
yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis, sehingga penulisan
proposal usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga
menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Arnold E. Manu, Mp selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa
Cendana.
2. Bapak Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, Mp selaku Ketua Program Studi Fakultas Peternakan
Universitan Nusa Cendana.

3. Ibu Mira Orapau selaku pemilik pemilik usaha ternak ayam kampong (ayam buras) yang
telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan fasilitas kepada kami untuk
melaksanakan PKL.

4. Orang Tua tercinta yang selalu memberi dukungan moril dan materi bagi penulis dan
teman-teman terkasih yang setia mendukung dan membantu selama penulisan proposal
usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.

Penulis menyadari bahwa proposal PKL ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan proposal usulan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini.

Kupang, 17 July 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................1
1.3. Manfaat.................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................3
1.1 Ayam Ras Pembibit..........................................................................................................3
2.2 Indikator Keberhasilan Ayam Pembibit.................................................................................3
2.2.1 Mortalitas.........................................................................................................................3
2.2.2 Keseragaman Bobot Badan.............................................................................................4
2.2.3 Fertilitas dan Daya Tetas.................................................................................................4
2.2.4 Konversi Pakan................................................................................................................4
2.3 Intensitas Cahaya...................................................................................................................5
2.4 Lama Pencahayaan.................................................................................................................5
2.5 Warna Cahaya........................................................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................6
METODE KEGIATAN...................................................................................................................6
3.1 Metode Kegiatan...............................................................................................................6
3.2 Waktu dan Lokasi Kegiatan..............................................................................................6
3.3 Rencana Kegiatan.............................................................................................................6
3.4 Jadwal Kegiatan................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras) sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan
banyak dibudidayakan di pedesaan. Karena perawatannya tergolong mudah, daya tahan
hidupnya cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta banyak
digemari masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih
disukai dibandingkan ayam ras ( Krista dan Bagus, 2010 ).
Secara umum, ayam kampung masih banyak dipelihara secara ekstensif-tradisional atau
umbaran walaupun sudah ada beberapa peternak yang membudidayakannya secara intensif,
namun jumlahnya masih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi ayam kampung
yang jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan ayam ras baik secara nasional maupun yang
ada di daerah Kabupaten Bogor. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010
populasi ayam kampung atau ayam buras nasional baru mencapai 268.957.000 ekor ,
sementara populasi ayam ras sudah mencapai 1.249.952.000 ekor . Untuk di kabupaten
Bogor, dinas peternakan provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mencatat populasi ayam
kampung baru mencapai 1.318.299 ekor , sementara ayam ras sudah mencapai 15.771.780
ekor.
Rendahnya tingkat produksi ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat
pertumbuhannya yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam ras, terbatasnya
manajemen pemeliharaan dan tingginya variasi genetik pada ayam kampung itu sendiri
sehingga masih banyak peternak yang kurang membudidayakannya terutama untuk penghasil
daging dan telur. Padahal, bila ayam kampung ini dibudidayakan secara intensif dengan
pemberian pakan yang baik dan teratur, pertumbuhan ayam jauh lebih cepat dibandingkan
dengan pola pemeliharaan ala kadarnya atau umbaran ( Krista dan Bagus, 2010).
`Oleh karena itu, dengan pemeliharaan yang intensif, pemberian pakan dan vaksin secara
teratur serta menjaga kebersihan kandang maupun lingkungan sekitarnya, pertumbuhan ayam
kampung pedaging akan lebih cepat. Atas dasar itu, beternak ayam kampung pedaging
merupakan suatu peluang usaha yang cukup menjanjikan. Kami ingin mengembangkan
ternak ayam kampung pedaging sebagai usaha yang produktif.

1.2 Tujuan
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang peternakan terutama pada
ternak ayam kampung (ayam buras).
2. Untuk memahami dan menganalisis aspek-aspek dalam manajemen pemeliharaan
ayam kampung (ayam buras) di Peternakan Mira Kad’di Kelurahan Fatululi,

1
Kecamatan Oebobo. Aspek-aspek tersebut adalah perkandangan, pemeberian pakan
dan air minum, kesehatan, biosecurity, pengolahan limbah, dan pemasaran.
3. Untuk mengetahui berapa besar keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh dari
usaha ayam kampung di masyarakat.
4. Membandingkan antara teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dengan
implementasi pada lokasi secara langsung tentang pemeliharaan ayam kampung.

1.3. Manfaat
1 Menambah pengetahuan serta keterampilan kerja (skill) baik secara tim maupun inidividu
bagi mahasiswa dalam dunia peternakan unggas.
2 Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktek langsung dalam bidang peternakan serta
mampu meningkatkan pengembangan peternakan di Indonesia.
3 Membuka pikiran mahasiswa untuk beternak sebagai peluang bisnis
4 Mahasiswa dapat membandingkan antara teori–teori yang didapat selama perkuliahan
dengan mengaplikasikan teori-teori tersebut secara nyata dilapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Ayam Ras Pembibit
Ayam ras pembibit merupakan ayam ras yang dihasilkan dari produksi pembibitan ayam
bibit tetua (Grand Parent Stock/GPS) yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk menghasilkan bibit induk ayam, baik ayam ras tipe pedaging maupun ayam ras
petelur (SNI, 2013).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembibitan adalah faktor final stock dan
faktor peforma induk, faktor performa induk meliputi kemampuan induk untuk menghasilkan
telur, kemampuan daya tetas dan daya tahan induk terhadap cuaca (Rahayu, 2011). Program
seleksi dan program pencegahan penyakit sangat diperlukan agar usaha pembibitan dapat
menghasilkan anak ayam yang berkualitas tinggi (Mulyantini, 2010).

2.2 Indikator Keberhasilan Ayam Pembibit

Indikator keberhasilan ayam pembibit dapat ditentukan dari mortalitas, kontrol bobot
badan, hen day production, konsumsi pakan, konversi pakan, sex ratio dan ideks performa
(Rahayu et al., 2011). Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh manejemen
pemeliharaan dimana aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan adalah
manajemen perkandangan dan peralatan, dalam aspek tersebut terdapat program pencahayaan
yang berperan sebagai sarana penunjang produktivitas (Negara et al., 2010).

2.2.1 Mortalitas
Standar mortalitas pada suatu usaha peternakan yaitu 1-5 %, bila mortalitas pada suatu
usaha peternakan lebih dari 5% maka peternak dapat dikatakan gagal sebagai peternak yang
baik. Mortalitas yang tinggi biasanya disebabkan oleh penyakit, sebaiknya perhatikan konsumsi
ransum, keaktifan ayam dan pengamatan suara pada malam hari untuk memastikan ayam
terkena penyakit atau tidak (Rasyaf, 1992). Pemeliharaan ayam pembibit dinyatakan berhasil
jika angka kematian secara keseluruhan kurang dari 5%. Angka kematian minggu pertama
selama periode pertumbuhan tidak boleh lebih dari 1%, kematian pada minggu selanjutnya
harus relatif rendah sampai hari akhir minggu tersebut dan terus dalam keadaan konstan sampai
berakhirnya periode pertumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase kematian
antara lain adalah bobot badan, strain, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan dan penyakit
yang menyerang ternak (North and Bell, 1990). Standar kematian ayam selama periode
pertumbuhan adalah 5 % (Petrawati, 2003). Mortalitas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Mortalitas = x 100%

2.2.2 Keseragaman Bobot Badan


Faktor yang dapat mempengaruhi keseragaman atau uniformnity yaitu suhu dan
kelembaban kandang, kualitas dari DOC, program pencahayaan, jarak pemberian pakan dan
ketersediaan air, penyakit dan vaksinasi (Centurion Poultry, Inc.,2011). Keseragaman bobot
badan dapat diatur dengan melakukan control bobot badan. Kontrol bobot badan menentukan
keefektifan dari periode pertumbuhan dan performance, untuk produksi telur yang maksimal
bobot betina harus dikontrol selama produksi (Mulyantini, 2010). Keseragaman akan
berpengaruh pada masa awal produksi, keseragaman yang baik yaitu diatas 80% dimana tidak
ada perbedaan yang jauh antara ayam yang satu dengan yang lain (Rahmadi, 2009).

2.2.3 Fertilitas dan Daya Tetas


Fertilitas merupakan perbandingan antara telur fertil dengan telur yang ditetaskan dan
dinyatakan dalam persen, sedangkan daya tetas adalah jumlah telur yang menetas dari
sekelompok telur fertil yang dinyatakan dalam persen (Yuwanta, 2008). Kegagalan menetas
pada telur-telur tetas disebabkan oleh kualitas telur yang dihasilkan dan disebabkan juga oleh
kualitas faktor mesin tetas itu sendiri, antara lain suhu mesin tetas tidak stabil (misalnya listrik
mati atau suhu mesin tetas sering naik turun), udara dalam mesin tetas terlalu kering, kesalahan
dalam mengoperasikan mesin tetas serta kurang tepatnya dalam membalik telur dalam mesin
tetas sehingga embrio dalam telur mati (Sudrajat, 2011).

2.2.4 Konversi Pakan


Konversi pakan merupakan perbandingan antara pakan yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan ayam dimana semakin kecil nilai konversi pakan maka efisiensi
penggunaan pakan semakin bagus. Ayam yang sedang sakit dapat memicu tingginya nilai
konversi pakan (Fadilah, 2004). Faktor yang dapat mempengaruhi nilai konversi pakan yaitu
manajemen pencahayaan karena cahaya dapat membantu ayam untuk mengetahui letak pakan
dan saat tidak terdapat cahaya ayam akan mengurangi konsumsi pakannya (Mulyantini, 2010).
2.3 Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap tingkah laku ayam dimana intensitas cahaya
yang rendah efektif untuk mengontrol aksi agresifitas yang dapat menuju kanibalisme (Setianto,
2009). Intensitas cahaya yang rendah pada awal periode pemeliharaan dapat menurunkan
tingkat konsumsi pakan karena membuat ternak lebih suka bergerombol untuk mempertahankan
suhu tubuhnya sehingga ternak menjadi pasif dalam mengkonsumsi pakan (Negara et al., 2010).
Intensitas cahaya yang tinggi pada awal periode pemeliharaan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kosumsi pakan dan intensitas cahaya yang sangat rendah atau kurang dari 5 lx
dapat menyebabkan degenerasi pada retina, myopia dan kerusakan pada lensa mata yang dapat
mengarah pada kebutaan (Sulistyoningsih, 2009). Intensitas cahaya yang baik pada ayam umur
1 hari hingga 7 hari yaitu 20 lx dan semakin bertambahnya umur ayam maka intensitas
cahayanya harus diturunkan secara bertahap (Setianto, 2009).

2.4 Lama Pencahayaan


Lama pencahayaan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
performans ayam karena lama pencahayaan yang pendek pada fase awal akan mengurangi
konsumsi pakan dan dapat menghambat pertumbuhan ayam (Setianto 2009). Lama pencahayaan
yang panjang berpengaruh terhadap konsumsi dan konversi pakan karena pencahayaan yang
panjang membuat ternak banyak melakukan aktivitas sehingga konsumsi meningkat dan
konversi pakan semakin tinggi (Negara et al., 2010). Ayam yang dipelihara dalam pencahayaan
yang sangat lama dan terus-menerus akan lebih mudah terkena masalah yang terkait dengan
kesehatan seperti kematian tiba-tiba, kematian kaku dan masalah pada kaki diberi periode gelap
secara memadai (Sulistyoningsih, 2009).

2.5 Warna Cahaya


Warna cahaya merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam program
pencahayaan karena warna cahaya dapat mempengaruhi produksi, pertumbuhan pada unggas,
berat telur yang dihasilkan dan tingkat dewasa kelamin (Sulistyoningsih et al., 2013). Warna
memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda, warna merah memiliki panjang gelombang
700 nm, warna orange 600 nm, kuning 580 nm, hijau 520 nm, biru 480 nm dan warna violet
memiliki panjang gelombang 400 nm (Fuad, 2011). Warna biru, hijau, dan violet merupakan
warna yang memiliki intensitas rendah sehingga penggunaan warna tersebut dapat menurunkan
aktivitas, menurunkan kanibalisme, meningkatkan waktu istirahat dan meningkatkan
pertumbuhan (Puspitasari, 2012).
BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Metode Kegiatan

Metode dalam melakukan praktek kerja lapangan ini yaitu observasi dan
eksplorasi dalam mengumpulkan data.Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
yang berkenal dengan cara kerja selama kegiatan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan
berdasarkan pencataan data-data hasil pengamatan selama melakukan praktek kerja
lapangan.

3.2 Waktu dan Lokasi Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan selama satu bulan lebih, di Kandang Ibu Mira Orapau Kelurahan
Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

3.3 Rencana Kegiatan


1. Melaksanakan kegiatan manajemen pemeliharaan ayam kampong (ayam buras) di
kandang Ibu Mira Orapau Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang
meliputi :
 Manajemen Biosecurity : Sanitasi kandang dan alat-alat , pengontoral pakan & air ,
control lalu lintas keluar masuk kandang.
 Persiapan kandang : Pemasangan pemanas Indukan, penggunaan litter, pemasangan
termometer ruangan.
 Melakukan observasi tentang kepadatan kandang, ukuran kandang dan jenis/tipe
kandang yang digunakan
 Pemberian Pakan dan Air : mencatat jenis pakan yang diberikan pada setiap periode
pemeliharaan(0-3 minggu) dan sampai dipasarkan
 Manajemen Kesehatan : Vaksinasi, pemberian vitamin, dan pencegahan serta
penanganan jika ada ayam yang sakit/mati.
 Manajemen Limbah : pembersihan litter kandang, pengolahan limbah membuang
kotoran ayam ke unit pengolahan limbah atau unit cara penanganan limbah. Cara
penanganan limbah peternakan ayam ini di antaranya memasukkan limbah ke dalam
karung kemudian dijual kepada para petani.
 Manajemen Pemasaran, Melatih kemampuan pemasaran produk dengan cara
mempelajari pola pemasaran yang dilakukan dikandang pemilik usaha ayam
kampung tersebut.
2. Melakukan wawancara dengan pemilik industry untuk mengetahui berbagai informasi
mengenai manajemen pemeliharaan ayam termasuk cara pemasaran, keuntungan dan
lain-lain.

3.4 Jadwal Kegiatan

Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8
Pendaftaran dan pembekalan
PKL
Penulisan usulan PKL serta
konsultasi usulan PKL
Pelaksanaan
Penulisan draft laporan
Ujian PKL
Revisi laporan dan pengesahan
laporan
DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. PT. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Negara, A. H. S., E. Sudjarwo dan H. S. Prayogi. 2010 The effect of duration of lighting and
light intensity on feed intake, body weight gain and feed conversion ratio of japanese
quail. J. Ilm. Pet. 3 (1) : 1 – 13.
North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production
Manual. 4th Edition. Van Nostrand. Reinhold, New York.

Petrawati. 2003. Pengaruh Unsur Mikro Kandang Terhadap Jumlah Konsumsi Pakan dan
Bobot Badan Ayam Broiler di Dua Ketinggian Tempat Berbeda. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Puspitasari, W., E. Sudjarwo dan W. Busono. 2012. The effect of light colors on age at first
laying, hen day egg production, and hen house egg production of quail. J. Ilm. Pet. 5
(1) : 1 – 7.
Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta.
Setianto, J. 2009. Program pencahayaan untuk ayam pedaging. Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. J. Sain Peternakan Indonesia. 3 (1) : 1- 6.
Standar Nasional Indonesia. 2013. Pakan Bibit induk (Parent Stock) umur
sehari/kuri (day old chick)-Bagian 1 : ayam ras tipe pedaging. SNI
7353.1:2013.

Sudrajad. 2011. Beternak Ayam Vietnam untuk Aduan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sulistyoningsih, M. 2009. Pengaruh pencahayaan (lighting) terhadap performans dan konsumsi
protein pada ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Sulistyoningsih, M., C. R. Rivanna., M. Eko dan M. A. Dzacky. 2013. Lighting stimulation
sebagai upaya peningkatan performans ayam kampung dengan implementasi panjang
gelombang cahaya yang berbeda. J. Bioma. 2 (1): 1-11.

Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai