Anda di halaman 1dari 45

MODUL PEMASARAN

Untuk SMK Kelas XII

Oleh :
Erwin Setya Ananda, S.Pd

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


IKIP SURABAYA
Jl. KAWUNG NO.9 SURABAYA

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
modul Pemasaran ini.

Modul ini penulis susun berdasarkan kurikulum SMK dengan


harapan untuk memudahkan penulis dalam menyampaikan
materi ke peserta didik di SMK IKIP Surabaya.

Materi yang ditulis dalam modul ini disusun sedemikian rupa


dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik. Selain
itu dilengkapi pula dengan soal-soal latihan sebagai alat ukur
untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik dapat
memahami dan menguasai materi yang disajikan dalam modul
ini.

Dengan adanya modul ini diharapkan dapat membantu dan


memperlancar proses kegiatan belajar mengajar di SMK IKIP
Surabaya. Namun demikian, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari rekan-rekan guru SMK IKIP Surabaya.

Akhir kata semoga modul ini berguna dan bermanfaat bagi


kita semua.

Amin.

Surabaya, 26 Juli 2010

Penulis,

Erwin Setya Ananda, S.


Pd

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………………………………
….. 2

DAFTAR ISI
………………………………………………………………………………………………………
………………. 3

BAB I AKTIVITAS PENJUALAN


……………………………………………………………………………………….. 4

A. Pendahuluan
…………………………………………………………………………………………
………. 4
B. Ruang Lingkup Kegiatan Penjualan
………………………………………………………………… 4
C. Skema Penjualan
…………………………………………………………………………………………
…. 5
Soal Latihan
………………………………………………………………………………………………
…………. 7
BAB II MENGKLASIFIKASIKAN PRODUK YANG DIJUAL
…………………………………………………….. 8
A. Klasifikasi Produk yang Dijual
……………………………………………………………………………. 8
B. Klasifikasi Berdasarkan Merk dan Warna
………………………………………………………….. 10
C. Klasifikasi Berdasarkan Jenis dan Kualitas Produk
……………………………………………… 11
D. Klasifikasi Berdasarkan Sifat dan Manfaat
…………………………………………………………. 12
Tugas
………………………………………………………………………………………………
………………………. 13
BAB III TATA LETAK TOKO (IN STORE DISPLAY) DAN PENATAAN
BARANG DAGANGAN …… 14

3
A. Pengertian
…………………………………………………………………………………………
………………. 14
B. Pengaruh Lay out terhadap suatu Display
………………………………………………………….. 14
C. Variabel Display
…………………………………………………………………………………………
………. 15
D. Tata Letak (Lay Out) dalam Toko
………………………………………………………………………… 16
E. Swalayan In Store Display
………………………………………………………………………………….. 19
F. Supermarket In Store Display
…………………………………………………………………………….. 20
Soal Tugas
………………………………………………………………………………………………
………………... 26
BAB IV PERJANJIAN JUAL BELI
……………………………………………………………………………………………. 27
A. Pengertian, Tujuan dan Jenis Perjanjian Jual Beli
………………………………………………… 27
B. Isi Perjanjian Jual Beli
………………………………………………………………………………………….
28
Tugas Praktek
………………………………………………………………………………………………
…………… 31
BAB V TRANSAKSI JUAL
……………………………………………………………………………………………………..
32
A. Pengertian Transaksi Jual
……………………………………………………………………………………. 32
B. Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang Dagangan
……………………………………….. 32
C. Penentuan Harga Jual Barang Dagangan
……………………………………………………………... 34
D. Penunjuk Harga
…………………………………………………………………………………………
………… 35
E. Pelayanan Terhadap Pembeli
………………………………………………………………………………. 36

4
F. Penjualan Kepada Pelanggan
………………………………………………………………………………. 38
Soal Latihan
………………………………………………………………………………………………
………………. 41
Daftar Pustaka
………………………………………………………………………………………………
…………… 42

BAB I

AKTIVITAS PENJUALAN
A. Pendahuluan
Dalam dunia bisnis, berbagai kegiatan dari jenis usaha manufaktur
(pabrikan) yang memproduksi barang-barang, usaha dagang yang
melakukan pendistribusian barang dagangan dan usaha jasa, pada akhirnya
akan bermuara pada kegiatan penjualan barang atau jasa.
Kegiatan penjualan merupakan penentu dalam bisnis, di mana
dengan penjualan tersebut pihak perusahaan akan memperoleh penggantian
sebesar harga barang atau jasa yang dimufakati saat akad jual beli
dilakukan.
Dari kegiatan penjualan tersebut pihak penjual mengharapkan
bahwa barang atau jasa yang dijualnya akan laku pada titik harga yang
nilainya lebih tinggi dari harga pokok (harga perolehan), sehingga
perusahaan mampu meraih keuntungan. Basis perhitungannya adalah
sebagai berikut :

 Harga Jual > Harga Pokok atau Harga Jual > Harga
Perolehan = Laba
 Harga Jual < Harga Pokok atau Harga Jual < Harga
Perolehan = Rugi

B. Ruang Lingkup Kegiatan Penjualan


Sebelumnya telah dikemukakan bahwa kegiatan bisnis meliputi
usaha-usaha di bidang industri, perdagangan dan penyediaan jasa-jasa, yang
akhirnya bermuara pada kegiatan penjualan. Ruang lingkup kegiatan
penjualan dapat ditinjau dari berbagai segi :
1. Berdasarkan jenisnya meliputi upaya-upaya dalam menjual barang
atau jasa.
2. Berdasarkan asal produk, meliputi :
 Pertanian

5
 Perikanan
 Hutan
 Industri
 Pengadaan Jasa/fasilitas
3. Berdasarkan Luas Wilayahnya, meliputi :
 Dalam Negeri (Domestik)
 Luar Negeri (EXIM)
4. Berdasarkan besarnya Usaha, meliputi :
 Penjualan Eceran/Partai Kecil
 Penjualan Grosir/Partai Besar
5. Berdasarkan Tempat Menjual, meliputi :
 Toko
 Pasar
 Kaki Lima
 Penjualan Keliling
6. Berdasarkan Cara Pembayarannya, meliputi :
 Penjualan Tunai
 Penjualan Kredit
7. Berdasarkan Prosesnya, meliputi :
 Pra Penjualan
 Pelaksanaan Penjualan
 Layanan Purna Jual
8. Berdasarkan Waktu Pelaksanaan, meliputi :
 Penjualan Sekarang
 Penjualan Berjangka
 Penjualan Indent
 Penjualan Ijon
C. Skema Penjualan
1. Kegiatan dalam Usaha Manufaktur (Pabrikan)

Pembelian Diproses Penawaran


Penjualan

gBahan Baku Pabrik Bara Distributo


an ng r
BBahan
Pengecer
Pengec
Penolong er
Pengecer

Konsum
Konsume
Konsumen en

6
Dalam jenis usaha manufaktur, kegiatan proses produksi sampai
dengan penjualan sebagaimana digambarkan di atas terdiri dari kegiatan
sebagai berikut :

a. Pembelian Bahan Baku/Penolong


b. Bahan Baku diolah menjadi barang jadi
c. Barang jadi disortir dan disimpan di gudang
d. Barang jadi ditawarkan kepada berbagai saluran distribusi
e. Barang jadi dijual melalui perantara penjualan seperti distributor, agen,
grosir dan pengecer atau langsung dijual kepada konsumen

2. Kegiatan dalam usaha dagang

Pembelian Penawaran Penjualan

Barang Simpana Pengece Konsume


n r n
Dagang
an Display
Konsum
en

Dalam jenis usaha dagang, kegiatan proses distribusi barang dagangan


sampai dengan penjualan sebagaimana digambarkan di atas terdiri dari
kegiatan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pembelian barang dagangan


b. Barang dagangan disimpan, dipajang atau dijajakan/ditawarkan
langsung
c. Penjualan barang dagangan langsung kepada konsumen atau melalui
perantara

3 . Kegiatan dalam usaha jasa

Pembelian Penawaran
Penjualan

Tenaga Langsu
Ahli, ng 7
Konsum
Alat Tidak
Bantu, Langsu
Dalam jenis usaha jasa, kegiatan layanan jasa kepada konsumen
dilakukan sebagai berikut :

a. Konsolidasi tenaga ahli yang akan mengerjakan/menghasilkan jasa


b. Penggunaan alat bantu (bila perlu)
c. Pelaksanaan penawaran secara langsung atau tidak langsung
d. Penjualan jasa kepada konsumen yang memerlukan jasa tertentu
Soal Latihan

1 . Suatu pabrik mainan anak-anak berlisensi membuat dan memasarkan


boneka Winnie the pooh dan Teletubbies, kepada toko penjual mainan
anak-anak dengan harga Rp 20.000,00 per boneka, tanpa potongan harga
penjualan. Toko mainan dapat menjual boneka-boneka tersebut sekitar Rp
22.500,00 sampai dengan Rp 25.000,00. Biaya pembuatan boneka
tersebut Rp 10.000,00 per buah. Pada saat produksi ke 1 dibuat 10.000
boneka Winnie the pooh dan 20.000 Teletubbies. Produksi ke 2, 10.000
boneka Winnie the pooh dan 20.000 boneka Teletubbies. Seluruhnya habis
terjual. Berapakah besar keuntungan yang diperoleh pabrik mainan anak-
anak tersebut ?

2 . Masih soal di atas, pada tahun ke 4, pabrik mainan tersebut melayani


permintaan ekspor, harga pokok per boneka Rp 11.000,00. Biaya-biaya
pengurusan ekspor dan pengiriman sampai tempat tujuan sebesar Rp
4.000,00. Jumlah yang di ekspor 20.000 boneka Winnie the pooh dan
40.000 boneka Teletubbies. Harga jual ekspor US $ 5.00 (US $ 1 = Rp
10.000). Berapakah besar keuntungan dari ekspor tersebut ?

3 . Dari bagian gudang ternyata ada kelebihan produksi sebanyak 200


boneka Winnie the pooh dan 400 boneka Teletubbies. Keadaan produk
kurang baik, sehingga ketika dilempar ke pasar domestik, hanya ada yang
menawar Rp 7.500,00 per boneka. Pabrik akhirnya melepas dengan harga
tersebut. Berapakah besar kerugian dari penjualan tersebut ?

8
BAB II

MENGKLASIFIKASIKAN PRODUK YANG DIJUAL

A . Klasifikasi Produk yang Dijual

Banyak kebutuhan konsumen akan barang-barang atau jasa-jasa, yang


kemudian menimbulkan banyaknya permintaan akan barang-barang atau
jasa-jasa. Selanjutnya, seiring dengan banyaknya permintaan dari
konsumen, para produsen, distributor, pengusaha lainnya menangkap
peluang bisnis dengan menawarkan bermacam-macam produk.

Khususnya untuk produk yang berupa barang-barang, pihak


produsennya ada yang berkonsentrasi menghasilkan satu jenis produk saja,
tetapi ada juga produsen yang sengaja menghasilkan beberapa jenis
produk. Demikian pula halnya dengan para distributor atau penjual, ada
yang hanya mengkonsentrasikan menjual satu jenis produk saja dan ada
pula yang menjual berbagai jenis produk.

Contoh Klasifikasi Produk

1 . Produsen

Misalkan, produsen barang-barang elektronik yang memproduksi


berbagai jenis barang elektronik perlu membuat klasifikasi produk secara
khusus.

Televisi Berwarna Lemari Es Mesin Cuci

9
14 Inc (TB 14) 3 Liter (DT 3) 3 kg (DC 3)
18 Inc (TB 18) 4 Liter (DT 4) 4 kg (DC 4)
20 Inc (TB 20) 5 Liter (DT 5) 5 kg (DC 5)
29 Inc (TB 29) 6 Liter (DT 6) 6 kg (DC 6)
34 Inc (TB 34) 8 Liter (DT 8) 8 kg (DC 8)

2 . Penjual (Toko)
Bila di ambil contoh suatu toko barang elektronik yang menjual berbagai
jenis barang elektronik dengan berbagai merk dari beberapa produsen,
maka tentu saja pengelola toko tersebut perlu menyusun klasifikasi
produk. Misalnya dengan menyusun klasifikasi berdasarkan jenis produk,
kemudian diikuti oleh nama pabrik atau merk dan selanjutnya diikuti oleh
spesifikasi produk dan kemudian, bila ada warna-warna maka perlu pula
mengelompokkan warnanya.
Barang-barang produk yang dijual :
Televisi Berwarna

Sharp Panasonic Toshiba


14 Inc (Black 14 Inc (Black 14 Inc (Black
Bronze) Bronze) Brown)
18 Inc (Black 18 Inc (Black 18 Inc (Black
Bronze) Bronze) Brown)
29 Inc (Black 29 Inc (Bronze) 29 Inc (Black
Bronze) 34 Inc (Bronze) Brown)
34 Inc (Black 34 Inc (Black
Bronze) Brown)

Lemari Es

Sharp Sony National


4 liter (Putih, 3 liter (Putih, 3 liter (Hijau,
Merah) Hitam) Putih)
5 liter (Putih, Hijau) 4 liter (Putih, 4 liter (Hijau,
6 liter (Putih, Hitam) Putih)
Hitam) 5 liter (Putih, 5 liter (Hijau,
Hitam) Putih)

Mesin Cuci

LG Panasonic Sanken

10
3 kg (Putih, Hijau 3 kg (Putih, 3 kg (Putih)
Tua) Almond) 5 kg (Putih)
5 kg (Putih, Hijau 5 kg (Putih, 8 kg (Putih,
Tua) Almond) Merah)
8 kg (Putih, Hijau 8 kg (Putih,
Tua) Almond)

VCD

LG Akari Philip
VD 720 (1500 w) VD 222 (1500 w) VD 1500 (1500 w)
VD 920 (2000 w) VD 333 (2000 w) VD 2000 (2000 w)
VD 888 (2500 w) VD 444 (2500 w) VD 2500 (2500 w)

Tujuan utama dari pengelompokkan atau pengklasifikasian produk


(barang) adalah untuk memudahkan pengelolaannya. Bagi pihak produsen
atau penjual, pengklasifikasian barang akan memudahkan dalam hal :
a . Penyimpanan di gudang
b . Penataan di ruang pajang
c . Pengambilan dari gudang atau tempat pemajangan
d . Pengawasan, pemeliharaan atau pengawasan
Bagi pihak pembeli, pengklasifikasian barang akan memudahkan untuk
memilih atau menyebutkan pesanan.
Pengelompokkan atau pengklasifikasian barang pada toko (Store) atau
disebut “Merchant” atau Point Of Sale (POS) biasanya disusun sebagai
berikut :

 Merk produk atau pabrik


 Jenis produk
 Spesifikasi teknis produk
 Kualitas produk
 Warna Produk

atau

 Jenis produk
 Merk atau pabrik produk
 Spesifikasi produk
 Kualitas produk
 Warna produk

Dalam penyusunan klasifikasi produk, yang paling dominan harus


diperhatikan adalah jenis produk, baru criteria lainnya, dan tentunya dengan

11
tidak melupakan unsur estetika (seni) pada saat menata atau
memajangnya, baik pada pajangan luar (Exterior Display) maupun pada
pajangan dalam (Interior Display).

B . Klasifikasi Berdasarkan Merk dan Warna

Pada saat kita mengklasifikasikan barang berdasarkan merk atau warna


barang, pada awalnya tetap saja harus dimulai dari jenis produknya.
Misalkan, pada toko sepatu dapat dicontohkan sebagai berikut :

Pertama-tama, dikelompokkan dahulu jenis sepatunya, apakah sepatu


untuk laki-laki, wanita, anak laki-laki atau anak
perempuan; atau

 Melakukan pengelompokkan sepatu kulit untuk: laki-


laki, wanita,anak laki-laki, anak perempuan;
 Melakukan pengelompokkan sepatu canvas untuk:
laki-laki, wanita, anak laki-laki, anak perempuan;

Selanjutnya, dilakukan pengelompokkan berdasarkan merk (brand)


sepatu;

Kemudian, dilakukan pengelompokkan berdasarkan warnanya: hitam,


cokelat, putih, merah, abu-abu, dsb.

Dalam hal, model sepatu juga dijadikan acuan, maka pengelola toko
sepatu boleh juga menggunakan model sebagai kriteria dalam
pengelompokkan.

(Susunannya : Jenis/peruntukkan, merk, model, warna)

Contoh lain, pengelompokkan barang dagangan berupa kain (tekstil).

Pertama-tama, Kain dikelompokkan berdasarkan jenisnya, apakah jenis


kain wool, Dacron, katun, tetoron, terylin, siphon, dsb.

Selanjutnya, Kain dikelompokkan berdasarkan merk atau pabriknya,


apakah Nina Ricci, El Roro, Famatex, Signtex, dsb.

Kemudian, Setelah penyusunan di atas, barulah kain tersebut


dikelompokkan berdasarkan warnanya.

(Susunannya : jenis kain, merk, warna)

C . Klasifikasi Berdasarkan Jenis dan Kualitas Produk

12
Cara pengklasifikasian produk berdasarkan jenis dan kualitas produk
adalah cara pengklasifikasian yang lebih banyak dikenal orang.

Misalnya, untuk produk-produk seperti berikut :

1 . Jenis suku cadang motor atau mobil : Plat Kopling

 Kualitas I, orisinil (original), dibuat langsung oleh pabrik motornya


atau supplier suku cadang utamanya.
 Kualitas II, subtitusi, dibuat oleh pabrik lain yang mendapat lisensi.

2 . Jenis komoditi : kopi, coklat, cengkeh, the

 Kualitas I, sesuai standar ekspor


 Kualitas II, non standar ekspor

3 . Jenis komoditi : Garment (Pakaian Jadi)

 Kualitas I, sesuai standar ekspor


 Kualitas II, memenuhi standar produksi dalam negeri

4 . Jenis komoditi : Tinta Printer

 Kualitas I, sesuai dengan standar pabrik komputer/printer


 Kualitas II, subtitusi dari pabrik lain

D . Klasifikasi Berdasarkan Sifat dan Manfaat Produk

Produk dapat pula dikelompokkan berdasarkan sifat dan manfaatnya.


Namun demikian, tentu saja pengelompokkan tidak akan terlepas dari
orientasi terhadap jenis produknya. Sebagai contoh berikut ini penyusunan
produk pada suatu toko obat/apotik.

Pertama-tama, dikelompokkan berdasarkan jenis produknya, apakah


sebagai obat-obatan atau vitamin;

Selanjutnya, dikelompokkan apakah jenis produk itu sifatnya cair


(liquid), tablet, kapsul atau bubuk (digerus);

Kemudian, dikelompokkan berdasarkan manfaatnya, apakah sebagai


obat batuk, obat sakit kepala, obat flu, obat asma, dsb.
Dalam hal vitamin, dikelompokkan manfaatnya apakah

13
sebgai penambah vitamin A, B, C, D atau sebgai suplemen
makanan (food upplement).

Contoh lainnya, produk berupa alat pembersih :

 Jenis/Nama Produk : Sabun


Sifat : Cair, padat
Manfaat : Pembersih badan
 Jenis/Nama Produk : Disinfectant
Sifat : Cair
Manfaat : Pembersih lantai

TUGAS

KERJAKAN DI SELEMBAR KERTAS FOLIO KEMUDIAN DIKUMPULKAN !


1 . Di bawah ini adalah contoh sebuah toko menyusun produk yang dijualnya :

Jenis Produk Merk Content (Isi) Warna


Tepung Terigu Bogasari 50 kg -
Segitiga 50 kg -
Nasional 50 kg -
Kerupuk Finna 1 kg Putih,
Udang Nurina 1 kg Merah
Cirebon 1 kg Putih
Merah
Minyak Bimoli ½ kg, 1 kg -
Goreng Filma ½ kg, 1 kg -
Sunco ½ kg, 1 kg -

14
Beras Cianjur 100 kg Putih
Tawon 100 kg Putih
Rajalele 100 kg Putih

Apakah pengelompokkan produk seperti di atas cukup memadai? Berikan


penjelasan atau jika kamu menganggap belum tepat rubahlah menurut
pendapatmu !

2 . Di bawah ini ada beberapa produk dari berbagai jenis merk, bagaimanakah
caramu untuk mengklasifikasikannya ?
 Sabun Mandi (Berbagai Merk)
 Pasta Gigi (Berbagai Merk dan Ukuran)
 Sampho (Berbagai Merk dan Jenis)
 Rokok (Berbagai Merk dan Jenis)
 Mie Instant (Berbagai Merk dan Jenis Rasa)

Susunlah berdasarkan merk, jenis dan ukuran yang kamu ketahui !

BAB III

TATA LETAK TOKO (IN STORE DISPLAY) DAN

PENATAAN BARANG DAGANGAN


A . Pengertian

Display menurut asal katanya adalah tampak bentuk, pajangan,


tampilan tentang suatu benda. Secara sederhana apabila dikaitkan dengan
suatu store maka diartikan penataan barang dagangan.

Kecenderungan sebagian orang menyebut display sebagai bentuk


visualisasi tentang suatu bentuk tatanan/pemajangan barang yang
mempunyai nilai keindahan tertentu guna mencapai tujuan bahkan display

15
dianggap sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain tentang suatu
barang.

Sedangkan pengertian In Store lebih mengarah pada kondisi di dalam


toko, yang tidak lain In Store Display adalah Display di dalam area toko.

B . Pengaruh Lay Out terhadap Suatu Display

Dalam mendisplay suatu barang tentu sebelumnya perlu dibuat Lay Out
Display sebagai pondasi suatu bangunan atau resep masakan. Tanpa Lay
Out yang jelas maka mustahil Display suatu barang akan mempunyai suatu
arti baik dari segi ekonomis maupun dari segi keindahan. Dari segi ekonomis
tentu berkaitan dengan faktor nilai jual dari tempat yang akan di Display
(Seeling Point), dan tempat yang sangat strategis dan dapat dijangkau oleh
setiap pengunjung (Center Point) dan dari segi keindahan tentu Lay Out
Display akan memuat aspek acsessoris dari suatu display yang mempunyai
alur suatu konsep/cerita, kepada yang akan menikmati. Namun demikian,
keindahan ini sangat relatif (indah menurut si A belum tentu indah menurut
si B). Menyadari betapa pentingnya Lay Out ini, maka pengelola suatu Store
telah mempertimbangkan dengan teliti karena bagaimanapun juga tampilan
display akan baik kalau didukung oleh pembuatan Lay Out yang baik pula.

Ada beberapa hal yang harus di catat dalam pembuatan Lay Out suatu
display antara lain berapa luas tempat yang akan digunakan untuk display
dan berapa banyak barang yang akan didisplay. Kalau kedua hal tersebut
sudah ketemu baru ditentukan akses atau jalur orang yang akan melewati
display (2 dimensi atau 3 dimensi).

Pada perjalanan proses display dapat juga Lay Out diubah sedemikian
rupa, dengan berbagai pertimbangan tertentu, namun demikian tetap
berpegang pada konsep awal dari tujuan dibuatnya suatu display dan untuk
apa perubahan tersebut dilakukan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa display akan mempunyai nilai


ekonomis dan nilai keindahan yang baik bila didukung oleh Lay Out yang
baik pula, sebaliknya untuk menuju suatu display yang baik sangat wajar
bila Lay Out juga disempurnakan.

C . Variabel Display

1 . Place (Tempat)

16
Variabel yang utama dalam display adalah tempat, karena tanpa
suatu tempat tidak mungkin suatu display itu ada. Karena menduduki
urutan yang utama maka suatu store tentu akan memperhitungkan
secara teliti tempat display ini (menyangkut panjang, lebar, serta berapa
lantai yang kan digunakan untuk display). Nilai strategis dan ekonomis
suatu tempat akan sangat mempengaruhi performance suatu store.
Semakin tinggi nilai jual tempat display tentu akan sangat berpengaruh
terhadap keuntungan suatu store demikian pula sebaliknya.

2 . Time (Waktu)

Berkaitan dengan jam operasional suatu store. Rata-rata Retail


permanen yang tergabung dalam APRINDO (Assosiasi Pedagang Retail
Indonesia) jam operasional store tersebut berkisar antara jam 10.00 WIB
s/d 22.00 WIB pada setiap harinya. Tetapi apabila yang dimaksud adalah
waktu penjualan atau jam efektif suatu store maka ada hari yang
diistimewakan (Jum’at, Sabtu, Minggu dan Libur Nasional) yang
merupakan target penjualan suatu store. Karena menjadi target
penjualan maka variabel display ini sangat dipengaruhi oleh serangkaian
program-program promosi yang bertujuan untuk mencapai penjualan.
Dengan kata lain display karena waktu ini sifatnya kondisional sekali
(setiap saat dapat diubah).

Contoh sederhana pada saat bulan Ramadhan dan menjelang Idul


Fitri maka menuntut pengelola store untuk mengubah serangkaian
displaynya menuju nuansa Islami baik pajangan, bentuk maupun barang
yang didisplay. Seiring perjalanan waktu dari nuansa Islami bergeser ke
Natal maka display dalam store juga konsepnya diubah bukan lagi
menonjolkan nuansa Islam (Busana Muslim, Kopiah, Sajadah, Kurma, dll)
tetapi lebih ke nuansa pohon Natal dengan berbagai acessorisnya.
Bahkan kejadian-kejadian yang sedang trend di masyarakat akan sangat
mempengaruhi warna display suatu store (seperti Sepak bola, bulu
tangkis, dll)

3 . Produk yang dijual

Display tanpa suatu barang dagangan tentu tidak akan terwujud.


Karakteristik barang dagangan akan sangat mempengaruhi model atau
bentuk suatu display. Secara sederhana barang dagangan yang akan di
display dibedakan barang titipan (konsinyasi) dan barang beli putus
(yang dibayar ke supplier hanya yang laku saja). Ada pula yang
membedakan barang yang akan di display menjadi barang fashion dan

17
barang convienence. Yang dimaksud kelompok fashion adalah pakaian,
sepatu, tas baik untuk anak, remaja maupun dewasa. Sedangkan barang
convienence adalah barang yang di display di supermarket berupa
perlengkapan mandi, perlengkapan tidur, makanan, minuman, mainan,
sayuran, buah, peralatan rumah tangga dan alat tulis kantor.

Konsep dasar display barang adalah FIFO (First In First Out) dan LIFO
(Last In First Out). Prinsip dasar display adalah FIFO dimana model
display yang akan mendisplay barang yang pertama kali masuk untuk di
display terlebih dahulu dengan harapan dapat terjual, dibandingkan
barang yang datangnya terakhir. Kecenderungan prinsip ini untuk barang
fresh seperti sayuran, daging, ikan, buah, roti dan barang supermarket
lainnya yang memiliki masa kadaluarsa. Sedangkan LIFO adalah model
display yang lebih menonjolkan barang yang telah lama datang untuk
didisplay terlebih dahulu dengan harapan laku terjual dibandingkan
barang yang baru datang, seperti produk pakaian, sepatu, tas, celana,
jaket, acsessoris dan barang fashion lainnya.

4 . Forwarding

Berasal dari kata Forward = meneruskan, merapikan, dalam


pengertian display diartikan sebagai tindakan untuk
meneruskan/merapikan barang yang telah didisplay sebelumnya.

5 . Dusting

Berasal dari kata Dust = debu, dalam pengertian display diartikan


sebagai tindakan untuk membersihkan barang yang telah didisplay juga
areal tempat display tersebut.

6 . Refilling

Berasal dari kata Refill = mengisi kembali, dalam pengertian display


diartikan sebagai tindakan untuk mengisi kembali barang-barang yang
kosong karena barang laku terjual.

D . Tata Letak (Lay Out) dalam Toko

1. Gedung atau ruangan milik sendiri


Gedung atau ruangan milik sendiri dapat berupa :
1) Gedung atau ruangan yang dibangun sendiri, sehingga dari semula
perencanaan pembangunan gedung itu sudah dapat diarahkan
sedemikian rupa untuk tujuan usaha membuka toko, sesuai dengan
keinginan.

18
2) Gedung atau ruangan yang sudah ada, yang asalnya bukan ditujukan
untuk toko, sehingga tata ruang gedung yang sudah ada tersebut
perlu disesuaikan untuk membuka usaha toko.
2. Gedung atau Ruangan Milik Orang lain yang Disewa
Hal ini dapat berupa :
1) Gedung atau ruangan biasa yang semula tidak direncanakan untuk
toko, perlu disesuaikan dengan pola pengaturan ruang untuk toko
yang diinginkan.
2) Gedung atau ruangan pertokoan yang disewakan, terdiri dari :
 Gedung yang berdiri sendiri, dimana gedung itu ditujukan untuk
disewakan pada satu pengusaha saja. Gedung yang berdiri sendiri
biasanya mempunyai ruangan-ruangan yang sudah diatur baik
untuk dioperasikan sebagai toko.
 Gedung yang mempunyai ruang banyak, masing-masing ruangan
disewakan kepada satu pengusaha atau beberapa pengusaha.
Contoh :
Gedung pusat pertokoan (Mall/Shopping Center) seperti :
Tunjungan Plaza, Mall Galaxy, Jembatan Merah Plaza, Surabaya
Plaza, Royal Plaza, City Of Tomorrow, Maspion Square, Pakuwon
Trade Center, Surabaya Town Square (Sutos), BG Junction.
Gedung-gedung yang digunakan untuk pasar seperti : Pasar Turi,
DTC (Darmo Trade Center), Pusat Grosir Surabaya (PGS),

3 . Pengaturan Ruangan

Ruangan yang digunakan untuk tempat usaha/toko, sedapat


mungkin harus diatur sedemikian rupa secara harmonis dan baik,
sehingga dapat menimbulkan suasana yang nyaman kepada lingkungan
pegawai toko maupun pengunjung yang datang atau masuk ke ruangan
toko.

Ruangan toko tidak boleh diatur asal saja, seenaknya sendiri atau
tidak mendapat perhatian dari pemilik maupun manajer toko. Hal
demikian dapat mengundang orang-orang atau pengunjung beranggapan
jelek terhadap organisasi toko karena melihat kesemrawutan di ruang
toko. Usahakan ruangan toko diatur rapi, menggunakan sarana yang ada
secara optimal dan sebaik-baiknya. Berikan pula sentuhan seni (estetika)
untuk keindahan dan kenyamanan.

Bagaimanakah idealnya atau sebaiknya ruangan toko yang kita


miliki? Secara umum, ruangan toko seharusnya dibagi atau terbagi

19
dalam beberapa ruang utama dan dilengkapi dengan sarana
pelengkapnya yang dapat menunjang.

Dengan mengacu pada bentuk gedung yang ideal sebagaimana


telah dikemukakan terdahulu, maka syarat utama dari suatu ruangan
yang baik adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai ventilasi dan saluran udara yang baik


Saluran udara yang baik sangat perlu untuk kenyamanan atau
kesegaran udara di dalam ruang toko. Bahkan jika memungkinkan, di
dalam ruang toko itu dapat dipasang pengatur udara/temperature
berupa AC, Alat Pemanas (Heater), atau paling tidak harus
mempunyai kipas angin.
b. Mempunyai ruang etalase yang memadai
Ruang etalase adalah tempat untuk memajang barang-barang
dagangan yang harus ditempatkan di depan dengan kaca tembus
pandang yang menghadap kea rah tempat berjalan orang-orang yang
melewati toko. Etalase ini dapat diibaratkan sebagai wajah toko. Jika
wajah toko (etalase) cukup cantik atau tampan menawan, maka paling
tidak orang-orang ingin menoleh atau melirik, sehingga diharapkan
mereka akan tertarik untuk masuk toko.
c. Mempunyai ruang informasi, tempat penitipan barang dan
keamanan
Ruang informasi, tempat penitipan barang dan keamanan sebaiknya
terletak berdampingan sehingga memudahkan pengunjung yang
berkepentingan dengan maksud-maksud penyediaan pelayanan
informasi, penitipan barang dan keamanan tersebut.
d. Mempunyai ruang pamer yang cukup memadai
Ruang pamer tempat penyimpanan peralatan dan barang-barang
yang diperdagangkan hendaknya cukup memadai sehingga
pengunjung mudah berjalan dan melihat atau memilih barang.
e. Mempunyai ruang coba (Fitting Room)
Untuk toko yang menjual pakaian, ruang coba (Fitting Room) harus
ada agar pembeli dapat mencoba pakaian yang diinginkan dengan
leluasa.
f. Mempunyai ruang tunggu
Ruang tunggu jika mungkin perlu diadakan untuk melayani
pengunjung yang akan istirahat sejenak atau menunggu keluarga atau
kerabat yang sedang berbelanja.
g. Mempunyai kamar kecil umum
Untuk pelayanan kepada pelanggan sebaiknya toko mempunyai
kamar kecil (WC/Toilet/Rest Room).

20
h. Mempunyai kamar administrasi umum
Kamar administrasi biasanya untuk keperluan pimpinan atau pemilik
dan para pegawai administrasi bekerja, yaitu untuk kegiatan
administrasi kantor berupa pekerjaan administrasi pembelian,
penjualan, pembukuan, keuangan, surat-menyurat, dll.

i. Mempunyai tempat penyimpanan barang persediaan


Tempat penyimpanan barang persediaan ini, paling tidak berupa
gudang yang cukup memadai untuk menyimpan barang-barang
persediaannya.

E . Swalayan In Store Display


Barang di swalayan meliputi seluruh barang fashion mulai pakaian
anak, remaja, dewasa (baik pria maupun wanita). Pada umumnya sebelum
melakukan display barang-barang tersebut dipasang label harga dan
diseterika terlebih dahulu. Proses ini dimaksudkan untuk mendapatkan
corak dan bentuk pakaian yang lebih rapid an tidak kumal karena baru
dibuka dari lipatan atau tumpukkan dari gudang stock.
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang sering digunakan untuk
mendisplay produk antara lain :
1. Hanger Biasa
Adalah alat untuk menggantung T-Shirt, baju, blouse, kaos, jaket, dll di
gawang swastika dan pilar.
2. Hanger Jepit
Adalah alat untuk menjepit dan menggantung celana, rok di gawang atau
swastika.
3. Gawang atau Swastika
Adalah tempat untuk menaruh baju, T-Shirt, kaos, jaket, celana, rok, dll
dengan menggunakan hanger.
4. Wagon
Adalah box untuk menempatkan barang dagangan baju, dll yang harga
murah (obral).
5. Pilar
Adalah tempat menaruh atau menggantung baju atau kaos yang
letaknya menempel pada dinding tembok.
6. Manequen
Adalah patung atau obyek pajangan yang bertujuan untuk memberikan
contoh barang yang sedang trend dan biasanya diletakkan pada tempat
yang lebih mudah terlihat oleh customer.
7. Rak
Adalah tempat menaruh baju, kaos, dll.
8. Rak Umum

21
Adalah rak panjang yang diapit oleh end gondola dan di dalamnya
mempunyai beberapa selfing untuk menaruh barang.
9. Back Wall
Adalah tempat menaruh dan menggantung baju/kaos yang letaknya
dibelakang dan menempel pada dinding.

10 . Stand Harga
Adalah alat untuk memasang POP (Price Of Purchasing) harga pada
wagon.
11 . POP (Price Of Purchasing)
Adalah alat petunjuk harga untuk menunjukkan discount suatu barang.
12 . Meja Display
Adalah meja untuk mendisplay barang dagangan seperti kaos, baju,
celana, dll yang biasanya di display di depan manequen.

Beberapa langkah yang sering digunakan untuk mendisplay produk


fashion antara lain :

 Teknik Grouping
Adalah teknik atau cara mengelompokkan sesama barang atau produk
seperti produk sabun ditata dengan sabun, dll.
 Teknik Artikel
Adalah cara mendisplay dengan mengelompokkan berdasarkan merk
atau produk, seperti T-Shirt Polo didisplay dengan sesama Polo.
 Teknik Warna
Adalah cara mendisplay dengan cara mengelompokkan berdasarkan
warna, seperti warna yang sedang trend didisplay di bagian depan, dll.
 Teknik 4-2-1
Adalah cara mendisplay berdasarkan barang yang cepat laku, kurang
laku dan tidak laku, seperti barang yang laku dipajang 4 pcs, yang
kurang laku 2 pcs dan barang yang tidak laku dipajang 1 pcs.

Selain hal di atas terdapat pula beberapa teknik display antara lain :
 Pastikan item barang yang akan didisplay cukup stocknya.
 Untuk produk yang perlu di seterika sebaiknya di seterika terlebih
dahulu, hal ini dimaksudkan agar barang yang didisplay terlihat rapi.
 Apabila display dilakukan dengan hanger yang digantungkan pada
gawang maka letakkan hanger dengan searah dan jangan dua arah
(bila satu arah kanan lakukan semua hanger kearah kanan, dst).
 Apabila display dilakukan pada manequen harus disesuaikan dengan
tema yang telah ditetapkan.

F . Supermarket In Store Display

22
Seperti diuraikan di atas barang supermarket meliputi perlengkapan
mandi, perlengkapan tidur, peralatan rumah tangga, makanan, minuman,
mainan anak dan alat tulis kantor.

Peralatan untuk mendisplay barang di supermarket antara lain :


1. Gondola
Adalah rak yang bersandar pada pilar terpisah dari rak umum dan
berfungsi untuk menaruh handuk, bed cover, taplak meja, kipas angin,
lampu belajar, dll.
2. End Gondola (Gambar 14)
Adalah rak yang terletak di masing-masing ujung dari rak umum dan
berfungsi untuk menaruh sabun, shampoo, pasta gigi, lulur, dll.
3. Selfing (Gambar 15)
Adalah rak kecil yang merupakan bagian dari rak umum, rak kecil ini
jumlahnya lebih banyak dan berfungsi untuk menggantungkan barang-
barang yang agak kecil.
4. Cool Room (Gambar 16)
Adalah Suatu ruangan yang mempunyai fungsi pengaturan suhu dingin
untuk menyimpan daging, sayuran, buah-buahan, dll.
5. Showcase Chiller (Gambar 17)
Adalah tempat menyimpan atau mendisplay daging, sayuran, buah-
buahan, dll yang mempunyai pengaturan suhu dingin.
6. Mesin Wrapping (Gambar 18)
Adalah mesin untuk mengepak daging, sayuran, buah dengan plastik.
7. Timbangan Digital (Gambar 19)
Adalah timbangan elektrik yang memberikan laporan berat barang yang
lebih akurat untuk timbangan buah, sayur, daging, kue kering, dll.
8. Arcylic (Gambar 20)
Adalah box yang diletakkan di atas mesin kassa untuk menaruh rokok.
9. COC (Check Out Counter) (Gambar 21)
Adalah rak yang diletakkan di dekat kassa dan berfungsi untuk menaruh
barang yang berukuran kecil seperti permen, pencukur kumis, jepit
rambut, dll
10 . Chiller
Adalah rak panjang yang dingin dan berfungsi untuk menaruh buah atau
minuman segar.

Accessoris lain dalam display adalah sebagai pelengkap/pemanis untuk


menambah nilai keindahan suatu display yang meliputi tata lampu dan
pernak-pernik lainnya pada display produk fashion ataupun produk
supermarket.

23
Dalam perjalanannya konsep display pada store khususnya yang
berada di kawasan pusat perbelanjaan (Mall) sudah dikembangkan dengan
konsep display ABC.
A = Air Conditioner (AC akan memberikan kesejukkan)
B = Bright (Cerah, Cemerlang berkaitan dengan
lampu/penerangan yang cukup)
C = Clean (Bersih, rapi dan sehat)

Jadi konsep ABC adalah upaya menciptakan pusat perbelanjaan yang bersih,
sehat, rapi, sejuk dan cerah sehingga kenyamanan dalam berbelanja dapat
terwujud.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa antara faktor
yang satu dengan yang lain pada variabel display akan saling terkait seperti
mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan keberadaannya akan
sangat mendukung antara yang satu dengan yang lain.
Pada gilirannya bahwa semua yang telah diuraikan tidak ada yang
sempurna, karena store yang satu dengan yang lain sangat berbeda dalam
mengkonsep dan menerapkan display ini. Hanya yang perlu diperhatikan
bahwa semua perbedaan yang ada tidak lain adalah upaya masing-masing
store untuk berusaha mencapai tujuan awal yaitu tercapainya target
penjualan yang maksimum.

24
25
26
SOAL TUGAS

27
1 . Buatlah di selembar kertas folio lay out toko untuk :

a. Toko Sepatu
b. Toko Pakaian
c. Toko Barang Convienence
d. Toko Buku

Merk dan jenis terserah menurut imajinasi masing-masing siswa !

2 . Susunlah pengelompokkan barang yang ada di toko seperti soal di atas !

3 . Berlatih menata dan mendisplay barang dagangan, kerjakan di dalam


kelas !

28
BAB IV

PERJANJIAN JUAL BELI

A . Pengertian, Tujuan dan Jenis Perjanjian Jual Beli

1. Pengertian
Perjanjian adalah persetujuan tertulis atau lisan yang dibuat oleh
dua pihak atau lebih yang maknanya mengungkapkan bahwa masing-
masing berjanji untuk mentaati apa yang ditetapkan dalam
persetujuan pembelian tersebut.
Dengan demikian, perjanjian jual beli dapat diartikan sebagai
persetujuan atau kesepakatan tertulis atau lisan yang dibuat oleh
pihak penjual dan pembeli mengenai persyaratan jual beli yang harus
ditaati oleh masing-masing pihak selaku penjual atau pembeli.
2. Tujuan Perjanjian Jual Beli
Pembuatan perjanjian jual beli dilakukan agar pihak penjual dan
pembeli memahami, mengingat dan mentaati persyaratan jual beli,
sebagai pedoman pelaksanaan transaksi yang meliputi batas-batas
mengenai hak-hak dan kewajiban dari pihak penjual dan pembeli.
Surat perjanjian jual beli antara penjual dengan pembeli ada yang
tidak perlu dibuat secara khusus dan ada pula yang perlu dibuat
secara khusus.
Dalam praktek dapat kita temui bahwa :
a. Surat Perjanjian Jual Beli tidak perlu dibuat secara khusus
Hal ini karena :
1) Baik penjual maupun pembeli telah mengetahui secara pasti
kebiasaan atau peraturan penjualan dari perusahaan penjual
tersebut.
2) Penjual telah menentukan syarat-syarat khusus penjualannya
dan pembeli tunduk kepada aturan yang dibuat oleh penjual.
3) Pembeli menulis atau menjanjikan syarat pembelian yang
termuat dalam surat pesanan maupun ketentuan tentang
pembelian yang diikuti oleh penjual.
4) Pembelian dilakukan secara tunai dan barang-barang telah
diperiksa.
b. Surat perjanjian Jual Beli perlu dibuat secara khusus
Hal ini karena :
1) Pembelian atau penjualan dilakukan secara kredit
2) Pembelian atau penjualan dilakukan secara kontrak (pengiriman
barang bertahap).

29
3) Pembelian atau penjualan dilakukan secara beli sewa.
4) Pembelian atau penjualan dilakukan dengan pembelian barang
secara bertahap.
5) Pembelian atau penjualan dilakukan secara indent.
6) Pembelian atau penjualan dengan pemberian garansi.
7) Pembelian atau penjualan dengan syarat-syarat yang
mempunyai kekhususan sebagai akibat karakteristik barang.
3 . Jenis Perjanjian Jual Beli
Perjanjian jual beli dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.
Untuk memperoleh kepastian dan bukti administrative, perjanjian jual
beli sebaiknya dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pihak
penjual dan pembeli yang bersangkutan.
Dalam praktek bisnis terdapat beberapa jenis perjanjian jual beli
antara lain :
a. Perjanjian Tertutup
Perjanjian Tertutup (Close Contract) adalah perjanjian yang
mengikat penjual dan pembeli untuk satu kali transaksi atau satu
periode pelaksanaan transaksi. Oleh karenanya, bila kedua belah
pihak akan melaksanakan transaksi lagi harus dibuat perjanjian
baru.
b. Perjanjian Terbuka
Perjanjian Terbuka (Open Contract) adalah perjanjian yang sifatnya
terbuka, yaitu bentuk perjanjian yang membuka kemungkinan pihak
penjual dan pembeli untuk bertransaksi terus menerus (jangka
panjang) tanpa harus membuat perjanjian baru. Oleh karena sifat
perjanjian yang berjangka panjang maka perjanjian seperti ini
disebut pula sebagai perjanjian berjangka panjang.
Perjanjian terbuka (Open Contract) akan berakhir apabila kedua
belah pihak menginginkan perubahan atau penghentian
(pencabutan) perjanjian.

B . Isi Perjanjian Jual Beli


Surat perjanjian jual beli pada umumnya memuat :
1. Nama orang atau perusahaan dan alamat pihak-pihak yang melakukan
jual beli tersebut.
2. Nama, jenis, type, kualitas dan jumlah barang yang dibeli.
3. Cara jual beli, yaitu :
a. Harga Barang
b. Syarat pembayaran
c. Sanksi keterlambatan pembayaran
d. Cara pengiriman barang

30
e. Penutupan Asuransi
4. Jaminan bank atau garansi bank
5. Syarat atau ketentuan khusus :
a. Mengenai retur barang
b. Mengenai penggantian barang atau penukaran
c. Garansi barang
d. Penyelesaian perselisihan
6. Tempat dan waktu (tanggal) dibuat perjanjian
7. Tanda tangan pihak-pihak yang melakukan perjanjian

Dalam uraian selanjutnya, kita akan membahas isi perjanjian jual


beli yang meliputi subyek, obyek, peraturan (pokok perjanjian), force
majeure, tempat penyelesaian perselisihan, masa berlaku pengesahan
(tanda tangan) dan saksi.
1. Subyek Perjanjian Jual Beli
Adalah pihak penjual dan pembeli yang melakukan kesepakatan jual
beli.
2. Alamat Subyek
Alamat subyek meliputi pencantuman alamat pihak penjual dan
pembeli yang dicantumkan di bawah nama masing-masing.
3. Obyek Perjanjian Jual Beli
Adalah produk (barang) yang diperjualbelikan oleh pihak penjual dan
pembeli antara lain meliputi nama jenis barang, spesifikasi teknis,
warna dan banyaknya barang.
4. Peraturan Perjanjian Jual Beli
Peraturan atau ketentuan (syarat-syarat) yang dicantumkan dalam
perjanjian adalah meliputi hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban penjual dan pembeli antara lain :
a. Cara pengiriman barang
b. Asuransi barang dalam perjalanan
c. Harga dan pajak terkait atas penjualan barang kena pajak
d. Cara pembayaran
e. Klaim atas keadaan barang atau ketentuan pengembalian (retur)
f. Sanksi atau penalti atas keterlambatan kedatangan barang
g. Sanksi atau penalti atas keterlambatan pembayaran
5. Masa Berlakunya Perjanjian Jual Beli
Harus dicantumkan dalam perjanjian sebagai pedoman apakah
perjanjian ini menganut satu kali pakai atau terus menerus selama
periode (periode waktu) tertentu.
6. Syarat Force Majeure
Adalah ketentuan khusus yang mengatur mengenai kemungkinan
terjadinya situasi atau kondisi di luar kemampuan para pihak yang
melakukan perjanjian.
7. Tempat Penyelesaian perselisihan

31
Untuk menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi dan
diperkirakan sulit diselesaikan, biasanya pengadilan dipilih sebagai
tempat penyelesaian perselisihan.

8. Pengesahan Perjanjian Jual beli


Perjanjian jual beli pengesahannya dilakukan oleh kedua belah pihak
yang melakukan perjanjian, yaitu dengan cara menandatangani
perjanjian oleh masing-masing pihak. Dalam hal ini, di samping tanda
tangan dapat pula ditambah dengan cap perusahaan.
Perjanjian tersebut dibubuhi materai senilai Rp 6.000,00.
9. Tempat dan Saat dibuat Perjanjian Jual Beli
Hal ini dapat dicantumkan pada awal kalimat perjanjian atau penutup
perjanjian.
10 . Saksi Dalam Perjanjian Jual Beli
Bila kedua belah pihak menginginkan adanya saksi dapat saja
mengundang dua orang sebagai saksi untuk membubuhkan tanda
tangan pada perjanjian itu dan di buat di depan notaris.

TUGAS PRAKTEK

Praktek membuat perjanjian jual beli dengan data sebagai berikut :


Penjual : Erwin, Manajer Penjualan PT ESA Karunia
Jaya
Alamat, Jl Jagir Sidomukti III/31 Surabaya 60244
Pembeli : Ananda, Manajer Pembelian PT Jaya
Makmur Terus
Alamat, Jl Husein Idris No 7 Taman Sidoarjo 61257
Barang berupa : Celana jeans merk Lea warna biru
Sebanyak 800 potong
Celana jeans merk levis warna hitam
Sebanyak 1.000 potong
Harga : Celana jeans Lea Rp 250.000,00 per potong
Celana jeans Levis Rp 300.000,00 per potong
Pengiriman : Franco Gudang Pembeli
Syarat Pembayaran : 30 (tiga puluh) hari setelah barang diterima
Retur : Khusus barang rusak saat diterima
Asuransi : Barang hilang/rusak dalam perjalanan
pengiriman
Penalti : Barang terlambat datang dikenakan
penalty 1% dari harga beli
Pembayaran terlambat dikenakan penalti 2% per
minggu

32
Tanggal kirim barang : Tanggal 14 Desember 2010, waktu kirim 6
hari kerja
Perjanjian dibuat : Tanggal 10 Desember 2010

BAB V
TRANSAKSI JUAL

A . Pengertian Transaksi Jual


Jual adalah suatu penyerahan barang atau jasa dengan memperoleh
balas jasa berupa sejumlah uang yang jumlahnya sesuai dengan harga
yang ditetapkan untuk barang atau jasa yang diserahkan.
Bertitik tolak dari pengertian jual di atas, maka transaksi jual dapat
diartikan sebagai penjualan barang atau jasa tertentu oleh pengelola
perusahaan (penjual) kepada pihak pembeli yang membutuhkan barang
atau jasa tertentu.

B . Penetapan Harga Pokok Persediaan Barang Dagangan


Harga pokok persediaan barang dagangan adalah terdiri dari
harga pembelian dan semua pengeluaran yang terjadi pada saat
pembelian barang dagangan, termasuk biaya transportasi, bea cukai,
biaya bongkar muat dan asuransi pertanggungan kerugian selama
dalam transportasi atau saat bongkar muat barang.
Menurut Erwin Setya Ananda, Untuk menghitung harga pokok
persediaan barang dagangan ada dua metode yang digunakan, yaitu
Metode Barang Sisa dan Metode Barang Yang Laku Terjual
(Telah Dikeluarkan dari Gudang), yang semuanya itu dimasukkan
dalam perhitungan FIFO, LIFO dan ACM/WACM.
FIFO (First In First Out) adalah suatu metode tentang penetapan nilai
persediaan yang didasarkan pada bahwa biaya-biaya yang dibebankan
untuk pendapatan berurutan sesuai dengan pemasukkan.
LIFO (Last In First Out) adalah suatu metode tentang penetapan nilai
persediaan yang didasarkan pada bahwa biaya-biaya yang paling akhir
dibebankan untuk pendapatan.
ACM (Average Cost Method)/WACM (Weighted Average Cost Method)
adalah metode yang didasarkan pada bahwa biaya-biaya harus
dibebankan pada pendapatan berdasarkan rata-rata harga pokok dari
barang yang dijual.

33
Agar lebih jelas marilah kita pelajari satu persatu dengan
contoh perhitungan seperti di bawah ini :

Barang “X”

Jan 2 Inventory (Persediaan) 100 Unit a Rp 100,00


………………. Rp 10.000,00

Juni 4 Purchase (Pembelian) 150 Unit a Rp 105,00


………………. Rp 15.750,00

Juli 24 Purchase (Pembelian) 200 Unit a Rp 110,00


………………. Rp 22.000,00

Des 14 Purchase (Pembelian) 50 Unit a Rp 115,00


………………. Rp 5.750,00

500 Unit
Rp 53.500,00

1. Perhitungan Metode Barang sisa


Dari contoh di atas kita dapat menghitung harga pokok persediaan
barang dagangan dengan metode barang sisa, yaitu :
“Perhitungan fisik pada tanggal 31 Desember menunjukkan jumlah
barang sebanyak 150 unit ada dalam persediaan”, maka :
1) FIFO (First In First Out)
Des 14 Harga pokok paling akhir
50 Unit a Rp
115,00 = Rp 5.750,00
Juli 24 Harga Pokok Berikutnya
100 Unit a Rp
110,00 = Rp 11.000,00
Persediaan 31 Desember 150 Unit
………………….. = Rp 16.750,00
Maka Nilai Harga Pokok persediaannya adalah
Rp 53.500,00 - Rp 16.750 = Rp 36.750,00
2) LIFO (Last In First Out)
Jan 2 Harga Pokok lampau : 100 Unit a Rp 100,00
= Rp 10.000,00
Juni 4 Harga Pokok Lampau Berikutnya : 50 Unit a Rp 105,00
= Rp 5.250,00

34
Persediaan 31 Desember 150 Unit
………………. = Rp 15.250,00
Maka Nilai Harga Pokok persediaan adalah :
Rp 53.500,00 - Rp 15.250,00 = Rp 38.250,00
3) ACM/WACM
Harga Pokok Rata-rata per unit = Rp 53.500,00 = Rp 107,00
500
Persediaan 31 Desember :
150 X Rp 107,00 = Rp 16.050,00
Maka nilai harga pokok persediaan adalah :
Rp 53.500,00 - Rp 16.050,00 = Rp 37.450,00

2. Perhitungan Barang yang Laku Terjual

“Perhitungan fisik pada tanggal 31 Desember barang yang laku


terjual sebanyak 350 unit”, maka

1) FIFO (First In First Out)


Jan 2 terjual 100 Unit a Rp 100,00 ………………………. Rp
10.000,00
Juni 4 terjual 150 Unit a Rp 105,00 ………………………. Rp
15.750,00
Juli 24 terjual 100 Unit a Rp 110,00 ………………………. Rp
11.000,00
350 Unit Rp
36.750,00

2) LIFO (Last In First Out)


Des 14 terjual 50 Unit a Rp 115,00 …………………….. Rp
5.750,00
Juli 24 terjual 200 Unit a Rp 110,00 ……………………… Rp
22.000,00
Juni 4 terjual 100 Unit a Rp 105,00 ……………………… Rp
10.500,00
350 Unit Rp
38.250,00

3) ACM/WACM

Harga Pokok Rata-rata per unit = Rp 53.500,00 = Rp 107,00


500
Barang pokok yang laku terjual sebanyak 350 unit adalah :
350 Unit X Rp 107,00 = Rp 37.450,00

C . Penentuan Harga Jual Barang Dagangan

35
Setelah barang yang dibeli ada dalam penguasaan perusahaan,
berbagai biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh, memelihara dan
mempromosikan barang dagangan tersebut harus segera dikalkulasi
secara cermat, sehingga harga pokoknya dapat ditentukan. Selanjutnya
setelah perhitungan-perhitungan di atas dapat dilakukan :
1. Penentuan harga jual barang dagangan
2. Mengadakan atau membuat daftar harga barang-barang yang
diperdagangkan

Pada saat mengkalkulasi harga pokok barang dan harga jualnya harus
diperhatikan unsure-unsur pembiayaan dan laba yang diharapkan, yaitu :

1. Harga Perolehan barang


Harga perolehan barang ini meliputi dua unsure, yaitu :
a. Harga Beli
b. Biaya Angkut dan Penutupan Asuransi
2. Biaya Pemeliharaan Barang
Adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama barang yang
bersangkutan ada dalam penguasaan perusahaan.
3. Biaya Lain-lain
Biaya yang berkaitan dengan barang yang diperdagangkan seperti
biaya pembungkusan kembali, biaya pengiriman ke pembeli, biaya
promosi, resiko susut, dsb.

4. Perkiraan Keuntungan
Adalah besarnya keuntungan atau laba yang diharapkan dari hasil
penjualan barang dagangan.

D . Penunjuk Harga
Barang-barang dagangan yang dijual di toko sebaiknya untuk
masing-masing barang yang dipajang diberikan label harga yang jelas.
Pemberian harga ini ditujukan agar calon pembeli dapat melihat harga
barang dan juga untuk menghindarkan kesalahan pemberian harga oleh
pegawai yang melayani penjualan yang mungkin saja berbuat lupa atau
keliru.
Pemberian penunjuk harga barang dapat dilakukan dengan membuat :

1. Kartu atau Kertas Harga

36
Rp
17.000,00

Rp 20.000,00

2. Kertas Label Harga yang ditempel pada Barangnya

3. Harga yang sudah dicetak oleh Pabrik


a. Dicetak dengan angka biasa pada kertas atau plastik bungkusnya.
b. Dicetak dengan kode khusus (Barcode) yang hanya dibaca dengan
alat yang berhubungan dengan mesin cash register yang dilengkapi
alat berupa scanner baik berupa meja scanner atau alat scanner
kecil.

E . Pelayanan Terhadap Pembeli


1. Arti dan Bentuk Pelayanan

37
a. Arti Pelayanan
Setiap orang, apakah itu calon pembeli, pembeli maupun
pelanggan tetap dari suatu lembaga perdagangan atau perusahaan,
baik yang kecil maupun yang besar tentunya menginginkan suatu
pelayanan (service) yang layak. Pelayanan yang layak ini bukan
dalam arti pelayanan yang dibuat-buat, tetapi pelayanan yang dapat
memenuhi selera pembeli (pelanggan atau konsumen) pada saat
mereka datang untuk mencari, melihat, meneliti atau mungkin
bahkan mencoba barang yang diperlukannya. Kesemuanya itu
merupakan usaha calon pembeli untuk memperoleh informasi dalam
rangka menetapkan keputusan untuk memilih dan membeli.
Sesungguhnya pelayanan yang diharapkan oleh calon
pembeli, pembeli atau pelanggan adalah penerimaan baik dari
penjual untuk memberikan kesempatan kepada mereka
mendapatkan informasi yang cukup mengenai barang atau jasa
yang dibutuhkannya. Dalam hal ini tentunya pihak penjual harus
berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, agar calon
pembeli dapat secara bebas memilih dan mempertimbangkan
keputusan pembelian dalam suasana dan kesan yang
menyenangkan.
b. Beberapa bentuk pelayanan
Banyak bentuk pelayanan yang dapat dilakukan untuk
memuaskan calon pembeli atau pelanggan. Misalkan, keramahan
para penjual atau pramuniaga yang dengan tekun dan sabar
melayani pertanyaan dan keinginan calon pembeli, membantu,
mengantar atau menjadi penunjuk di toko adalah salah satu bentuk
nyata jasa pelayanan penjual. Demikian juga dengan penyediaan
fasilitas-fasilitas tertentu seperti penyediaan tempat tunggu, toilet,
kamar pas, ruang ber-air condition, tangga berjalan (escalator) dan
lift adalah juga merupakan bentuk pelayanan yang mampu
menyamankan pengunjung (calon pembeli atau pelanggan).
Untuk memudahkan dalam mengenal bentuk-bentuk pelayanan,
maka dapat dibagi menjadi :

1. Pelayanan untuk promosi (Promotional Service)


Ialah suatu bentuk pelayanan dengan mengetengahkan
pemberian fasilitas maupun kegiatan nyata pelayanan kepada
calon pembeli (pelanggan) yang pada hakekatnya ditujukan untuk
menarik perhatian atau mengikat calon pembeli (pelanggan) agar
mau melakukan transaksi dengan perusahaan yang memberikan
pelayanan baik tersebut.

38
Contoh :
 Penyediaan escalator (tangga jalan) ataupun lift untuk
memudahkan pengunjung naik turun dari suatu ruangan ke
ruangan di tingkat lainnya.
 Pemasangan Air Condition (AC)
 Penyediaan tempat parkir gratis yang luas
 Memberikan suasana ceria dengan penyetelan lagu-lagu
melalui stereo tape recorder yang disalurkan ke tiap ruangan
 Menyediakan tempat penitipan barang sementara dan trolly
untuk berbelanja
 Menyediakan tempat atau ruang tunggu khusus dengan
disediakan surat kabar dan majalah
 Menyediakan pegawai atau pramuniaga yang ramah dan
terampil
Proses pelayanan untuk promosi dimulai dengan usaha
untuk menarik perhatian calon pembeli agar mau mengunjungi
atau masuk ke tempat dagang atau standnya. Kemudian
memberikan pelayanan yang baik selama mereka berbelanja,
mengantarkan ke luar toko jika mereka meminta bantuan untuk
membawa belanjaannya. Ucapan terima kasih atas kesediaan
mereka berbelanja dan berikan selamat jalan dengan ucapan-
ucapan : selamat jalan, selamat pagi-siang-malam atau selamat
berbelanja kembali.
2. Pelayanan dari perusahaan jasa (Service Enterprise)
a) Jasa Perseorangan (Personal Service)
Perusahaan yang memberikan jasa untuk tujuan memuaskan
kebutuhan yang bersifat perseorangan.
Contoh : Penjahit, Salon kecantikan, Pemangkas rambut, dll.
b) Jasa Bisnis (Bussines Service)
Perusahaan jasa yang menjual jasa di bidang bisnis.
Contoh : Konsultan, Biro Iklan, dll.
c) Jasa Keuangan (Financial Service)
Perusahaan jasa yang bergerak memberikan jasa di bidang
keuangan.
Contoh : Bank, Asuransi, Forex (Foreign Exchange)/Valas
(Valuta Asing), dll.
d) Jasa Pemeliharaan dan Reparasi (Repair and Maintenance
Service)
Perusahaan jasa yang bergerak memberikan jasa
pemeliharaan dan reparasi atas suatu barang atau property.

39
Contoh : Perusahaan jasa pembersih (gedung, bangunan
kantor, hall, dll), Perusahaan service/ reparasi
elektronik, dll.
e) Jasa Hiburan (Entertaiment Service)
Perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang hiburan.
Contoh : Bioskop atau Cineplex 21, Pub Karaoke, Discotiq, Café
and Resto, dll.
2 . Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan bentuk
pelayanan
a. Daerah atau wilayah tempat perusahaan didirikan
b. Jenis barang yang dijual
c. Jenis kelamin para calon pelanggan atau pembeli
d. Umur calon pembeli atau pelanggan
e. Latar belakang pendidikan calon pembeli atau pelanggan
f. Bahasa untuk komunikasi dengan calon pembeli atau pelanggan
g. Fasilitas yang ada
F . Penjualan Kepada Pelanggan
Dalam prakteknya penjualan barang dagangan kepada para
pelanggan (konsumen) dapat ditinjau dari berbagai sisi, antara lain :
1. Cara Melakukan Pembayaran
Berdasarkan cara melakukan pembayarannya penjualan dapat
dilakukan dengan cara :
a. Penjualan Tunai
Adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan secara tunai atau
kontan. Uang hasil penjualan barang dagangan diterima oleh penjual
dalam waktu atau saat bersamaan dengan penyerahan barang
dagangan tersebut.
Dalam penjualan tunai seringkali diikuti pula oleh fasilitas pemberian
potongan (discount) yang disebut sebagai potongan tunai (Cash
Discount) atau potongan penjualan (Sales Discount).
b. Penjualan Rembours
Penjualan Rembours atau COD (Cash On Delivery) adalah suatu cara
penjualan dengan menentukan syarat bahwa barang yang dibeli
baru dapat dikirimkan atau diterimakan oleh penjual kepada pembeli
jika keseluruhan harga barang dagangan telah dibayar atau dilunasi.
c. Penjualan Kredit
Adalah suatu penjualan barang yang pembayarannya dilakukan
kemudian, baik dengan pembayaran di belakang secara sekaligus
atau dicicil, setelah barang dagangan diserahkan oleh penjual
kepada pembeli.
Pembayaran secara kredit ini dilakukan sesuai dengan syarat-syarat
pembayaran yang telah diberikan penjual atau sudah disepakati oleh
pihak penjual dan pembeli yang bersangkutan.

40
Penjualan kredit merupakan penjualan atas dasar kepercayaan,
artinya penjual menaruh kepercayaan kepada pembeli atau
pelanggan yang menutup transaksi jual beli dengannya secara
kredit.
Penjualan kredit ini tentunya baru dapat dilaksanakan oleh penjual
setelah mempertimbangkan beberapa aspek bisnis terutama yang
menyangkut soliditas financial dan komersial dari pelanggan atau
pembeli, khususnya yang mencerminkan tentang kredibilitasnya.
2. Banyaknya Barang yang Dijual
a. Penjualan Eceran (Retail)
Adalah penjualan yang dilakukan dalam jumlah satuan barang
relative kecil atau sedikit.
b. Penjualan Besar (Grosir)
Adalah penjualan yang dilakukan dalam jumlah satuan barang yang
relative besar atau banyak sehingga sering disebut penjualan dalam
partai besar.
3. Pelaksanaan Penjualan yang Sifatnya Khusus
Cara penjualan yang sifatnya khusus adalah penjualan yang
dikaitkan dengan beberapa tujuan. Misalnya dikaitkan dengan tujuan
promosi, tujuan mencari dana kas (tunai) secara cepat, tujuan menutup
usaha (likuidasi), dll.
a. Penjual Lelang
Adalah penjualan yang dilakukan dengan cara penawaran tertentu,
baik secara terbuka maupun secara tertutup. Penjualan lelang
biasanya dipimpin oleh seorang juru lelang yang telah ahli.
Penjualan lelang ini dapat dilaksanakan oleh perusahaan sendiri atau
menunjuk pihak lain yang ahli.
b. Penjualan Obral (Sale/Bargain)
Adalah penjualan yang dilakukan dengan memberikan harga yang
relative murah dari harga yang biasanya berlaku. Pelaksanaan
penjualan obral ini dilakukan oleh perusahaan atau toko dengan
berbagai tujuan, misalnya saja untuk tujuan promosi, menghabiskan
persediaan barang yang lama, memerlukan uang tunai dengan
segera untuk menutup keperluan perusahaan, dsb.
c. Penjualan dengan Potongan
Adalah penjualan yang memberikan potongan harga secara umum
antara 10% sampai dengan 25%, atau ada juga yang lebih tinggi,
dimaksudkan untuk menarik pembeli dan meningkatkan omzet atau
volume penjualan.

41
SOAL LATIHAN !
1. Barang “XYZ”
2 Jan 2009 Persediaan 100 Unit a Rp 100,00 Rp 10.000,00
4 Jan 2009 Pembelian 150 Unit a Rp 105,00 Rp 15.750,00
6 Jan 2009 Pembelian 150 Unit a Rp 110,00 Rp 16.500,00
400 Unit Rp
42.250,00
Tanggal 31 Januari dijual sebanyak 200 Unit, maka hitunglah harga pokok
persediaan melalui :
a. FIFO
b. LIFO
c. ACM/WACM

Tanggal 31 Januari sebanyak 250 Unit ada dalam persediaan, maka


hitunglah harga pokok persediaan melalui :
a. FIFO
b. LIFO
c. ACM/WACM

2 . Di Laboratorium Penjualan SMK IKIP Surabaya, masing-masing siswa


mempraktekkan hand scanner dengan barang/ produk di laboratorium
tersebut yang sudah dihubungkan dengan perangkat computer !

DAFTAR PUSTAKA

42
Atep Adya Barata, Penjualan Seri A SMK Bisnis dan Manajemen Tingkat 2,
Armico, Bandung, 2001.

______________, Bisnis dan Hukum Perdata Dagang SMK Tingkat 2 Jurusan


Perdagangan Program Studi Manajemen Bisnis, Armico, Bandung, 1996.

Alex S. Nitisemito, Suatu Manajemen Dasar dan Pengantar, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1989.

Ating Tedjasutisna, Kewirausahaan SMK Tingkat 3, Armico, Bandung, 2001.

Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern, Liberty, Yogyakarta, 1993.

Departemen Akademik Lembaga Pendidikan Primagama, Panduan Belajar


SMA Kelas XI IPS, Yogyakarta, 2009.

Departemen Pendidikan & Kebudayaan Proyek Pembinaan Kurikulum &


Pengadaan Buku Sekolah Ekonomi, Ilmu Pemasaran, Jakarta, 1978.

Philip Kotler, Marketing Management, Analysis, Planning and Control, 4 th


Edition, Prentice Hall, inc. Englewood Cliffs, NJ. USA, 1980.

Standar Operasional PT Ramayana Lestari Sentosa, tbk., 2008.

Sondang P. Siagian, Pengembangan Sumber Daya Insani, Gunung Agung,


Jakarta, 1987.

Silabus Mata Pelajaran SMK Produktif, Dirjen Pembinaan Sekolah Menengah


Kejuruan, 2009.

Terry, G.R, Principles of Management, Edisi III, IV, RD. Irwin, inc, 1960,
1966.

Wikipedia Indonesia, Ensiklopedi Bebas Berbahasa Indonesia, 2001.

Website www.finance service.com.,Perusahaan Jasa keuangan.

Website www.insurance service.com., Perusahaan Jasa Asuransi.

Website www.barcode-history.com., situs mengenai barcode.

43
CURRICULUM VITAE

NAMA : ERWIN SETYA ANANDA,


S.Pd
Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 14
Desember 1975
Alamat : Jl. Husein Idris No 7
Bebekan Taman Sidoarjo
No Flexy/HP : 031-
78207406/08123093698
E-Mail : -
erwinsetyaananda@yahoo.com.id
-
erwin.erwinsa.ananda8@gmail.com.id

FB : erwinsetyaananda@yahoo.com

Situs Blog http ://erwincakep-


erwin.blogspot.com

Riwayat Pendidikan :
- Sekolah Dasar Negeri Jagir II Surabaya, tamat dan berijasah tahun 1988.
- Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Surabaya, tamat dan berijasah
tahun 1991.
- Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 3 Surabaya, tamat dan berijasah
tahun 1994.
- Sarjana Pendidikan FPIPS Jurusan Pendidikan Ekonomi Program Studi Tata
Niaga Universitas negeri Surabaya (Unesa), tamat dan berijasah tahun
1999.
Pengalaman Perusahaan :
- Marketing Executive PT Gramedia Majalah, Tbk., 1994 s/d 1996.
- Financial Advisor PT AIG Lippo, Tbk., 1998 s/d 2001.
- Marketing Executive PT GE Finance Indonesia, 2001 s/d 2002.
Pengalaman Mengajar dan Kegiatan yang dilakukan Saat ini :
- Guru Bidang Studi Kelas di SMP Eka Jaya Surabaya, 2001 s/d 2002.
- Guru Bidang Studi Produktif di SMK IKIP Surabaya, 2002 s/d sekarang.
- Tutor Kejar Paket C Setara SMA Wilayah Kecamatan Taman Kabupaten
Sidoarjo, 2004 s/d sekarang.
- Staf Pengajar Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Sidoarjo, 2002 s/d
Juli 2010
- Guru Bidang Studi Mulok Kewirausahaan di SMA Negeri 17 Surabaya
sampai dengan sekarang.

44
- Staf Pengajar Lembaga Bimbingan Belajar Sony Sugema College (SSC)
Juli 2010.

45

Anda mungkin juga menyukai