Anda di halaman 1dari 7

ATHEIS DAN AGNOSTIK DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM

Saadatul Ashriyah

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
Email : saadatulashriyah@gmail.com

Pengantar
Kebebasan dalam memeluk agama adalah hak preogratif setiap individu.
Mengenai aliran kepercayaan dan keimanan tuhan membuat perjalanan spiritual
setiap insan berbeda-beda. Dalam agama islam, Allah swt adalah tuhan yang maha
esa. Secara terminologi agnostik adalah orang yang memiliki pandangan bahwa
ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat diketahui.
(Nandhiwardhana,2018) menjelaskan bahwa Agnostik lawan kata dari
gnostik yang artinya berpendapat bahwa Tuhan dapat diketahui sebagai ada atau
tidak. Ateis dan teis lebih berimplikasi pada sikap dan tindakan. Anda seorang teis
jika Anda percaya Tuhan ada dan segala tindakan Anda dilakukan dengan
berpedoman atas perintahnya, ateis jika Anda tidak menganggap Tuhan ada dan
tidak mendasarkan tingkah laku atas perintahnya. Maka dari itu dapat muncul
empat jenis kombinasi: teis agnostik, mereka yang menyembah Tuhan namun
mengakui Tuhan tidak dapat diketahui; teis gnostik, mereka yang menyembah
Tuhan yang percaya keberadaan Tuhan bisa diketahui; ateis agnostik, mereka
yang tidak percaya Tuhan dan berpendapat ada/tidaknya Tuhan tidak diketahui;
yang terakhir, ateis gnostik, yakni mereka yang tidak menyembah Tuhan dan
berpendapat bahwa Tuhan memang jelas-jelas tidak ada.
(Ahmad, 2010) menjelaskan bahwa agama ialah sistem kepercayaan dan
praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Dapat juga; agama ialah
peraturan tentang cara hidup, lahir-batin.
Asumsi yang didasari bahwa anak-anak cenderung mewarisi identitas
agama orang tuanya sampai dewasa. Usia di mana—bisa jadi—membuat anak
beralih keyakinan. Bahkan mungkin punya keyakinan yang tidak berafiliasi
dengan agama apapun di dunia. Menjadi atheis atau agnostik.

Gambar 1. Infografik penganut


kepercayaan beragama
Pada kelompok yang
tidak berafiliasi dengan agama
manapun (agnostik dan atheis)
diperkirakan hanya melahirkan anak
10% dari total jumlah populasi
kelahiran di dunia pada periode 2010-
2015. Dari persentase jumlah
mereka di dunia (16%), angka ini
akan terus mengalami tren
penurunan sampai beberapa dekade
mendatang. Hanya ada 9% bayi yang
dilahirkan dari keluarga yang tidak
berafiliasi dengan agama pada 2055-
2060, sementara pada saat yang sama
bayi muslim 36% dan bayi Kristen
35% dari total kelahiran di dunia.
Konsep ketuhanan
(Fitria, 2016) Menjelaskan bahwa KH.Hasyim Asy’ari menulis mengenai
Ahlus-sunnah wal jamaah dalam kitabnya Ar-Risalah at-Tauhidiyah (kitab tentang
tauhid) dan Al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min al-‘Aqaid (Syair-syair dalam
menjelaskan mengenai Kewajiban-kewajiban menurut aqidah). Menurut
KH.Hasyim Asy’ari, merujuk pada Ar-Risalah al-Qusyairiyyah, kitab tasawuf
yang di tulis oleh al-Qusyairi, dan komentar kitab ini, ada tiga tingkatan dalam
mengartikan keesaan Tuhan (tauhid): tingkatan pertama adalah pujian terhadap
keesaan Tuhan: tingkatan kedua meliputi pengetahuan dan pengertian mengenai
keesan Tuhan: sementara tingkatan ketiga tumbuh dari perasaan terdalam (dzawq)
mengenai Hakim Agung (al-Haqq).
(Majdid,2018) menjelaskan bahwa Tauhid tingkat pertama dimiliki oleh
orang awam: tingkatan keduaoleh ulama’biasa (ahl-az-zahir), sedangkan yang ketiga
dimiliki oleh para sufi yang telah sampai ke tingkatan pengetahuan pada Tuhan
(ma’rifah) dan mengetahui esensi Tuhan (haqiqah).

Mengenai doktrin ini, KH. Hasyim Asy’ari juga mengutip sabda Rasul bahwa
iman adalah perbuatan yang paling di cintai Tuhan dan menyekutukan Tuhan adalah
kebalikan dari iman.
Selain itu dengan mengutip, beberapa ulama’KH.Hasyim Asy’ari telah
mengatakan bahwa percaya kepada keesaan Tuhan membutuhkan iman dan siapa
saja yang tidak memiliki iman tidak akan percaya kepada keesaan Tuhan.
Definisi ateisme sangat beragam, seseorang yang tidak mempercayai
adanya tuhan dan agama karena tidak dapat dibuktikan secara empiris atau nyata
keberadaannya. Atheisme mendefinisikan secara luas bahwasanya kepercayaan
adanya tuhan maupun dewa adalah tidak nyata.
Secara terminologi agnostik adalah orang yang memiliki pandangan
bahwa ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat diketahui. Agnostik lawan kata
dari gnostik yang artinya berpendapat bahwa Tuhan dapat diketahui sebagai ada
atau tidak. Ateis dan teis lebih berimplikasi pada sikap dan tindakan.

(Valbiant, 2012) menjelaskan bahwa Anda seorang teis jika Anda percaya


Tuhan ada dan segala tindakan Anda dilakukan dengan berpedoman atas
perintahnya, ateis jika Anda tidak menganggap Tuhan ada dan tidak mendasarkan
tingkah laku atas perintahnya. Maka dari itu dapat muncul empat jenis
kombinasi: teis agnostik, mereka yang menyembah Tuhan namun mengakui
Tuhan tidak dapat diketahui; teis gnostik, mereka yang menyembah Tuhan yang
percaya keberadaan Tuhan bisa diketahui; ateis agnostik, mereka yang tidak
percaya Tuhan dan berpendapat ada/tidaknya Tuhan tidak diketahui; yang
terakhir, ateis gnostik, yakni mereka yang tidak menyembah Tuhan dan
berpendapat bahwa Tuhan memang jelas-jelas tidak ada.

Beranjak dari definisi-definisi tersebut kita bisa melihat bahwa di luar sana
sebenarnya banyak didominasi oleh teis agnostik, yakni mereka yang tidak yakin
bahwa Tuhan ada atau tidak namun melakukan peribadatan untuk sekedar jaga-
jaga (ini bisa juga merupakan residu ketakutan yang tertanam sejak kecil akan
neraka dan dosa akibat tidak menyembah Tuhan yang benar) atau alasan lainnya.

Agnostisisme tidak menyangkal keberadaan Tuhan secara mutlak. Mereka


beranggapan bahwa keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat
dinalar oleh akal manusia, dan konsekuensinya adalah keberadaan Tuhan tidak
dapat diketahui dengan cara apapun. Sedangkan atheisme adalah paham yang
menyangkal sama sekali keberadaan Tuhan karena tidak dapt dibuktikan secara
empiris ataupun logis akan keberadaan-Nya. Dua pemahaman yang sebenarnya
sama sekali berbeda. Yang satu tidak berani atau ragu akan keberadaan Tuhan
walaupun ia dapat melihat bukti ketuhanan dan yang lain sama sekali menolak
bukti keberadaan Tuhan dengan alasan tidak logis.

Konsekuensi atheisme dan agnostik dalam perspektif islam

(Iqbal, 2011) Menjelaskan bahwa Pertama; penyangkalan terhadap agama


apapun yang berkembang. Atau penerimaan terhadap semua agama sekaligus
karena semuanya mungkin benar. Yang manapun seorang agnostik tidak mungkin
dapat menerima doktrin agama, sehingga pada akhirnya ia hanya akan kembali
kepada posisinya yang tidak beragama.

Kedua; tak ada tujuan hidup, kecuali untuk dirinya sendiri. Atau
mengabdikan diri untuk kemanusiaan namun tanpa memiliki parameter yang baku
akan benar dan salah kecuali syahwatnya sendiri. Bahkan benar dan salah akan
selalu menjadi sesuatu yang relatif, dan tidak ada yang absolut dalam hidup ini.
Kebenaran adalah yang semata-mata nampak di depan mata.

Ketiga; tidak memiliki standar nilai atau moralitas, kecuali syahwatnya


sendiri atau konsensus yang diterima oleh masyarakat. Karena kebenaran adalah
suatu hal yang relatif, maka standar nilai atau moralitas pun akan menjadi relatif.
Perselingkuhan akan dapat dibenarkan dengan alasan yang tepat, ini hanya salah
satu contoh.

Dari ketiga poin diatas, terlihat jelas kemiripan antara konsekuensi


agnostisisme dengan konsekuensi atheisme terhadap seseorang. Hanya saja ada
perbedaan ideologis yang menjadi latar belakang keduanya, sebagaimana sudah
dijelaskan sebelumnya. Lalu bagaimana Islam menjawab keraguan dari seorang
agnostik?

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.” (QS. 2:23)

Sederhana saja. Kalau Al Qur’an bukan bukti nyata keberadaan Tuhan


yang dapat diterima dengan akal sehat, silahkan menjawab tantangan ini. Kalau
tidak bisa memenangkan tantangan ini, jelas berarti klaim Al Qur’an adalah benar
dan ternyata keberadaan Tuhan dapat diterima dengan akal sehat dalam
kapasitasnya. Perlihatkanlah klaim dari Al Qur’an yang menunjukkan
supremasinya diatas akal manusia, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala :

“Tidaklah mungkin Al Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al
Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-
hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan)
dari Tuhan semesta alam.” (QS. 10:37)

Al Qur’an, sebuah bukti nyata yang terang benderang dan menunjukkan


kesalahan pola pikir mereka yang didasari oleh asumsi-asumsi manusia tanpa
kebenaran sama sekali. Namun jika setelah itu, mereka masih berbantah-bantahan
maka selesaikanlah dengan firman Allah Ta’ala :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang


menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa
dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang
tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang lalim itu tidak menghendaki
kecuali kekafiran.” (QS. 17:99)

Lalu lakukanlah sebagaimana Allah swt perintahkan dalam firman-Nya :

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. 7:199).
Penutup

Kepercayaan setiap individu dalam meyakini suatu aliran kepercayaan


maupun agama merupakan hak preogratif masing-masing. Toleransi akan
keberagaman budaya dan agama di indonesia diharapkan agar selalu terjaga dan
tidak menimbulkan dampak yang negatif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa agnostisisme menyatakan


bahwa Tuhan mungkin menciptakan alam semesta beserta manusia didalamnya,
dan beberapa yakin bahwa memang Tuhan yang menciptakan, namun tanpa tujuan
untuk apa dan alasan mengapa Tuhan menciptakan itu semua. Atau dengan bahasa
yang lebih sederhana, Tuhan ‘iseng’ kemudian menciptakan alam semesta dengan
manusia didalamnya
Daftar pustaka
Tirto.id (2018) infografik penganut kepercayaan beragama retrieved
December 27,2018 from https://tirto.id/menjadi-atheis-di-
indonesia--marikomen-cuAb

Nandhiwardhana, A (2018) Meninggalkan islam menjadi atheis Retvieved

24 12 2018 from https://www.rappler.com/indonesia/107500-


meninggalkan-islam-menjadi-ateis
Ahmad, T (2010) Definisi agama. Filsafat umum untuk perguruan tinggi.
jakarta. Gramedia
Asy’ari, Ad-durar, hlm.16-17 :Nurcholish Madjid,”Islam, Iman dan Ihsan
sebagai Trilogi Ajaran Islam,”dalam Kontekstualisasi,ed Munawar

–Rachman, hlm.480
Valbiant (2012) apa itu agnostik dan perbedaan dengan atheis retrieved
december 23, 2018. From https://andabertanyaateismenjawab.
wordpress.com/2012/10/14/apa-itu-agnostik-apa-perbedaannya
dengan-
atheis/
Iqbal, S (2011) Memahami agnostikisme retrieved december 23, 2018. From
https://tajarrud.wordpress.com/2011/04/05/memahami-agnostikisme/
Fitria, Zeti (2016) ATHEISME NIETZCHE : DALAM PERSPEKTIF
KETAUHIDAN ISLAM MENURUT KH.HASYIM
ASY’ARI.Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Retrieved
january 01 2019 from http://digilib.uinsby.ac.id/13892/

Anda mungkin juga menyukai