Anda di halaman 1dari 9

Tuhan merupakan prespektif pemahaman manusia yang selalu berkembang sejalan dengan

perkembangan pemikiran manusia. Pemahaman tentang tuhan ini selalu berkembang dan seidkit
banyak mengalami perubahan sesuai kontkes sejarah, kultur, dan realita sosial yang ada pada
saat itu. Hal inilah yang menyebabkan kenapa kemudian tuhan memiliki banyak nama. Selain
itu, ajaran yang berasal dari tuhan yang disampaikan melalui utusannya selalu menyesuaikan
dengan kondisi atau keadaan masyarakat dimana ajaran itu di turunkan.

Ketuhanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat keadaan Tuhan atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Tuhan dalam bahasa arab disebut ilaah
yang berarti dalam "Ma'bud" (yang disembah). Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan
"Tuhan", dalam Al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau
dipentingkan manusia.

Dalam konsep Islam, Ketuhanan disebut dengan menyembah Allah SWT dan meyakini bahwa
Allah sebagai Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu,
Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa.

Yang dimaksud ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas
pemikiran, baik melalui pengalaman lahiriah, baik yang bersifat penelitian rasional
maupun pengalaman bathin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori
Evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat
sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula
dikemukakan oleh Max Weber, kemudian dikemukakan oleh EB. Taylor, Robenson Smith,
Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut
A. Pemikiran Barat

1. Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula suatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada
benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia baik pengaruh positif maupun pengaruh
negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti Mana
(Malenesia),Tuah (Melayu), Syakti (India), dan (Kami) dalam bahasa Jepang. Mana dan yang
sejenisnya tersebut adalah kekuatan ghaib yang tidak dapatdilihat atau diindera dengan
Pancaindera, tetapi dapat dirasakan pengaruhnya.

2. Animisme

Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh
dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif,
roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya sudah mati. Oleh karena itu,
roh dianggap sesuatu yang selalu hidup,mempunyai rasa senang dan tidak senang, serta
mempunyai kebutuhan-kebutuhan.Oleh karena itu roh akan senang apabila
kebutuhannya dipenuhi. Menuru tkepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek
negatif dari roh-roh tersebut,manusia harus berusaha memenuhi atau menyediakan kebutuhan
roh. Sesajin yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan
roh.

3. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama kelamaan tidak menimbulkan kepuasan, karena
terlalu banyaknya yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian
disebut Dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.
Pada agama Hindu misalnya ada Dewa yang dianggap tinggi yaitu Brahma, Syiwa dan Wisnu,
kepercayaan terhadap tiga Dewa senior tersebut dikenal dengan istilah Trimurti (Tiga
sembahan).

4. Hinoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan, oleh


karena itu dari Dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai
kedudukan yang sama. Lama kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih
devinitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu Dewa yang disebut Tuhan, namun manusia
masih mengakui Tuhan dari bangsayang lain. Kepercayaan semacam ini yaitu satu Tuhan untuk
satu bangsa disebut dengan Hinoteisme (Tuhan tingkat nasional)
5. Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk Hinoteisme melangkah menjadi Monoteisme. Dalam


Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk
Monoteisme ditinjau dari filsafat ketuhanan terbagi ke dalam tiga faham, yaitu:

 Deisme, yaitu suatu faham yang berpendapat bahwa Tuhan sebagai Pencipta alam berada
di luar alam. Tuhan menciptakan alam dengan sempurna, maka alam bergerak
menurut hukum alam. Antara alam dengan Tuhan sebagai penciptanya tidak lagi
mempunyai kontak. Ajaran Tuhan yang dikenal dengan wahyu tidak lagi diperlukan
oleh manusia. Dengan akal manusia mampu menanggulangi kebutuhan hidupnya.
Atau tuhan tidak ikut bertanggung jawab.
 Panteisme, berpendapat bahwa Tuhan sebagai Pencipta alam ada bersama alam. Dimana
ada alam di situ ada Tuhan. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan bagian dari-Nya.
Tuhan ada di mana-mana, bahkan setiap bagian dari alama dalah Tuhan.
 Teisme, berpendapat bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam berada di luar
alam. Tuhan tidak bersama alam dan Tuhan tidak ada di alam, namun Tuhan selalu
dekat dengan alam. Tuhan mempunyai peranan terhadap alam.

B. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran umat Islam tentang Tuhan melahirkan berbagai macam ilmu, di antaranya ilmu
tauhid, ilmu kalam, atau ilmu ushuluddin, hal ini timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad
s.a.w. Secara garis besar ada aliran yang bersifat Liberal, Tradisional, dan ada juga
yang bersifat di antara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran
ilmu ketuhanan dalam Islam. Satu hal yang perlu diingat, bahwa masing-masing
menggunakan akal pikiran atau logika dalam mempertahankan pendapat mereka. Hal
ini perlu ditekankan, sebab satu hal pokok yang menyebabkan kemunduran umat Islam ialah
kurangnya penggunaan kemampuan akal pikirannya dalam mengkaji nilai-nilai yang
menuntut pemikiran manusia atau nilai yang murni bersumber dari ajaran Islam
yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di antaranya aliran pemikiran tentang Tuhan
adalah:
1. Aliran Mu’tazilah
Aliran yang merupakan kaum rasionalis di kalangan kaum muslimin, serta menekankan
pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam
yang berbuat dosa besar tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan
kafir (manzilah bainalmanzilatain). Tidak bisa dikatakan kafir karena dia masih mempunyai
iman, dan tidak dapat dikatakan mukmin karena imannya sudah rusak yaitu melakukan
dosa besar. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, atau
sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari faham Mu’tazilah
yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia
Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka
dalam perselisihan dengan kaum Islam Ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari
kelompok Qadariyah sedangkan Qadariyah adalah pecahan dari Khawarij.

2. Qadariyah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam


berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau
mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya.

3. Jabariyah, berbeda dengan Qadariyah, kelompok Jabariyah yang merupakan pecahan


dari Murji’ah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa
oleh Allah.

4. Kelompok yang tidak sependapat dengan Mu’tazilah mendirikan kelompok


sendiri, yakni kelompok Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berbeda di antara
Qadariyah dan Jabariyah.

:ً‫ ة‬:‫و‬:َ :‫ ا‬:‫ َش‬:‫ ِغ‬:‫ ِه‬:‫ ِر‬:‫ص‬ َ ‫ َأ‬:‫و‬:َ :ُ‫ه‬:‫ ا‬:‫ َو‬:َ‫ ه‬:ُ‫ ه‬:َ‫ ه‬:َ‫ل‬:ٰ ‫ ِإ‬:‫ َذ‬:‫خ‬:َ َّ:‫ت‬:‫ ا‬:‫ ِن‬:‫ َم‬:‫ت‬
:َ :َ‫ ب‬:‫ى‬:ٰ :َ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ل‬:َ :‫ َع‬:‫ج‬:َ :‫ َو‬:‫ ِه‬:ِ‫ ب‬:‫ ْل‬:َ‫ ق‬:‫و‬:َ :‫ ِه‬:‫ع‬:ِ :‫م‬:ْ :‫ َس‬:‫ى‬:ٰ :َ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ َم‬:َ‫ ت‬:‫خ‬:َ :‫و‬:َ :‫م‬:ٍ :‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ى‬:ٰ :َ‫ ل‬:‫ َع‬:ُ ‫ هَّللا‬:ُ‫َّ ه‬:‫ ل‬:‫ض‬ :َ :‫ َأ ْي‬:‫ر‬:َ :َ‫َأ ف‬
:‫ َن‬:‫ و‬:‫َّ ُر‬:‫ ك‬:‫ َذ‬:َ‫ اَل ت‬:َ‫ َأ ف‬:ۚ :ِ ‫ هَّللا‬:‫ ِد‬:‫ ْع‬:َ‫ ب‬:‫ن‬:ْ :‫ ِم‬:‫ ِه‬:‫ ي‬:‫ ِد‬:‫ ْه‬:َ‫ ي‬:‫ن‬:ْ :‫ َم‬:َ‫ف‬

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?

Fakta Saintifik Keberadaan Tuhan

1. Teori Big-Bag

Banyak orang yang tidak percaya adanya Tuhan menganggap bahwa alam semesta termasuk diri
kita berasal dari ketidaksengajaan yang terjadi begitu saja. Dunia beserta isinya dikatakan
tercipta dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Teori tercipta dengan sendiri itulah
yang membuat banyak orang merasa puas dengan keyakinannya bahwa Tuhan itu tidak ada.
Ketika Tuhan tidak dapat dilihat, tidak dapat didengar, tidak dapat dirasakan, dan lain sebagainya
maka Tuhan dianggap tidak ada.

Dalam berlangsungnya perkembangan ilmu pengetahuan dan sains, manusia mulai


mengembangkan teori-teori dasar yang dapat membantu manusia untuk mengetahui hal hal baru
yang sebelumnya belum pernah ditemukan, seperti halnya diawali dengan menemukan teori
"Big-Bang" dimana manusia percaya bahwa alam semesta ini berawal dari satu, kemudian
meledak dan dari teori tersebut akhirnya manusia kembali menemukan adanya "Partikel Tuhan"
yaitu suatu partikel Fundamental/Dasar sebagaimana partikel terkecil dan pendahulu dari pada
partikel partikel lainnya. Akhirnya melalui ilmu ilmu sains tersebut manusia mengetahui bahwa
bumi dan seluruh tata surya dan isinya ada, bergerak bukan karena hal yang tidak disengaja
namun ada suatu zat yang memulainya.

Namun masalahnya adalah teori bing bang adalah teori yang sangat sederhana yang tidak
memikirkan banyak aspek lainnya yang sangat mendasar. Jika hal-hal mendasar tersebut
dipikirkan maka jawabannya pun sudah pasti "Tuhanlah yang Menciptakan Segala Sesuatunya".
Namun jika hal-hal yang lain tersebut diabaikan begitu saja maka hasilnya adalah kebodohan
atas kepercayaan kepada sesuatu hal yang tidak dapat dibuktikan dengan akal sehat.

2. Atmosfer
Atmosfer memungkinkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya dengan aman.
Atmosfer merupakan lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di
lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.
Memang, atmosfer memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pelindung Bumi sekaligus sebagai jendela
angkasa planet ini. Allah menyebutkan fenomena ini dalam firman-Nya. “Dan Kami menjadikan
langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya,” Surah Al-Anbiya Ayat 32. Frasa saqfan mahfuza
terdiri dari dua kata, yaitu saqfan dan mahfuza. Kata yang pertama berarti atap atau bagian yang
menutupi sebuah bangunan. Sedangkan kata yang kedua merupakan bentuk ism maf’ul dari kata
kerja hafiza – yahfazu yang berarti menjaga. Dengan demikian, mahfuza berarti terjaga atau
yang dijaga. Selanjutnya, gabungan kedua kata tersebut, saqfan mahfuza, dapat diartikan menjadi
atap yang dijaga atau atap yang terjaga. Pada ayat tersebut, langit disebut sebagai atap yang
terjaga untuk menaungi Bumi. Maksudnya, langit mempunyai fungsi sebagai pelindung Bumi
dari segala sesuatu yang mengancam keberadaannya.

3. Bumi Bulat

Menurut perspektif Islam, bumi itu bentuknya bulat. Bagi yang meyakini bumi datar (Flat Earth)
tentu sulit diterima karena dianggap bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan pandangan
ilmuwan muslim. Untuk diketahui, selain sumber hukum utama Islam, Al-Qur'an juga menjadi
sumber ilmu pengetahuan. Artinya, apa yang terkandung dalam Al-Qur'an tidak bertolak
belakang dengan ilmu pengetahuan (sains). Al-Qur'an mengandung isyarat-isyarat tentang alam
semesta. Ada yang isyarat jelas dan ada yang tampak samar. Isyarat yang samar ini pun relatif,
bisa jadi samar bagi sebagian orang, tapi jelas bagi orang yang lain (yang diberi ilmu). Dalam
Al-Qur'an terdapat beberapa keterangan yang mengisyaratkan bentuk bumi itu bulat. Di
antaranya Surat Az-Zumar Ayat 5 berikut: "Dia menciptakan langit dan Bumi dengan (tujuan)
yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
(QS Az-Zumar : 5) Dalam ayat ini, kata dalam bahasa Arab yang digunakan adalah 'kawwara'
memiliki arti melingkar, seperti gulungan kain sorban di kepala. Kata tersebut merupakan isyarat
bahwa bentuk bumi adalah bulat. Dalam surat lain juga dijelaskan bahwa bentuk bumi bulat. Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Luqman Ayat 29 yang artinya: "Tidakkah kamu
memerhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan
siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai
kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan."

(QS Luqman : 29) Kata 'memasukkan' dalam ayat itu dimaknai bahwa terjadi perubahan
bertahap dan perlahan-lahan dari malam menjadi siang, begitu juga sebaliknya. Fenomena ini
hanya bisa terjadi apabila bumi itu bulat. Sebab jika Bumi datar, maka tentu akan ada perubahan
yang drastis atau mendadak dari malam ke siang dan dari siang ke malam. Seorang ilmuwan
Persia yang juga astronom, Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni (Abu Rayhan Al-
Biruni) pernah menghitung posisi lintang bujur dari Kath, Khwarizm dengan metode tinggi
matahari. Dia menghitung jari-jari bumi dengan menggunakan persamaan geodesi kompleks.
Hasil penelitiannya menunjukan angka sekitar 6.339,9 kilometer. Angka tersebut tidak berbeda
jauh dengan penelitian modern yang menunjukan hasil 6.356,7 kilometer. Setelah membaca data
hasil penelitiannya, Al Biruni meyakini bahwa bumi itu bulat. Bumi beredar mengelilingi
matahari setahun sekali dan berputar pada porosnya setiap hari.

4. Sungai di Laut

Fakta bahwa sebenarnya ada sungai di bawah laut sudah dijelaskan lama dalam Al-Qur’an. Dan
ini adalah salah satu fakta yang sangat menakjubkan mengenai Al-Qur’an karena hal itu telah
terbukti di kehidupan nyata. Sungai di bawah laut sebenarnya terdengar mustahil bagi logika
manusia. Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari
Perancis, yang dikenal sebagai orang yang sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar
samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumenter tentang keindahan alam dasar laut
untuk ditonton di seluruh dunia, ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia
menemui beberapa kumpulan mata air tawar segar yang sangat nikmat rasanya karena tidak
bercampur/ tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding
atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memusingkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab
terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu
hanya halusinansi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian
tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil
tersebut. Hingga akhirnya ia menemukan jawaban dari apa yang ia cari tersebut di salah seorang
professor Muslim. Profesor itu teringat pada ayat al-Quran tentang bertemunya dua lautan (surat
Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi
“Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.” Artinya, “Dia biarkan
dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”

Kemudian dibacakan surat al-Furqan ayat 53, “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Hal ini membuktikan kebenaran dari ayat al-Quran tentang janji Allah yang akan menampakkan
keindahan ciptaannya. “Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti
kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada
mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu
menyaksikan segala sesuatu,” (QS. Fushshilat: 53).

5. Api di dalam Laut

Logikanya, api akan padam jika terkena air. Itulah mengapa sebuah ungkapan tentang keadaan
yang selalu bermusuhan diibaratkan hubungan antara air dengan api. Meski begitu, dalam buku
Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah, para ilmuwan dikejutkan dengan ditemukannya api dari
dasar lautan.

Ketika itu, para ilmuwan pasca Perang Dunia II mengarungi dalamnya samudera untuk mencari
bahan-bahan mineral yang cadangannya nyaris habis. Kemudian, para ilmuwan itu terheran-
heran karena menemukan fakta adanya pegunungan vulkanik yang terbentang di bawah laut.
Bahkan menurut para ahli, pegunungan vulkanik di dalam laut jumlahnya lebih banyak
ketimbang yang ada di daratan. Tidak hanya itu, pegunungan vulkanik di dasar laut itu pun
sering kali mengeluarkan lava cair panas layaknya api di daratan yang suhunya mencapai ratusan
derajat celcius.

Kita umat muslim sudah seharusnya memikirkan tanda-tanda keagungan-Nya dari fakta-fakta
yang ada di alam semesta ini. Kita harus yakin bahwa semua yang ada di langit dan bumi adalah
bukti nyata adanya Allah Swt.

Keraguan mesti dibuang jauh-jauh sebab api yang ada di dalam lautan tersebut pada
kenyataannya telah disebutkan Allah di dalam Al-Qur'an.

"Demi bukit (Sinai), dan kitab yang ditulis, pada lembaran terbuka, demi Baitul Ma'mur
(Kakbah), demi atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam dasarnya ada api." (QS.
At-Tur: 1-6).

Dalam hadisnya, Rasulullah pun pernah menyinggung adanya api di dalam lautan ini.

Rasulullah bersabda, "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah
atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di
bawah api terdapat lautan." (HR. Abu Daud).

Di Indonesia, adanya api di lautan tidak perlu dipertanyakan lagi. Gunung Krakatau yang ada di
Selat Sunda adalah buktinya.

Anda mungkin juga menyukai