Anda di halaman 1dari 32

Analisis Kritis Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan yang ditulis

oleh Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan

Syamsul Bahri
sbahri@fkip.universitassamawa.ac.id

Abstrak

Tujuan menulis artikel ini adalah menganalisis kritis kajian bab yang terkait dengan
membangun peradaban melalui pendidikan. Metode yang digunakan kajian pustaka yang
dibandingkan dengan beberapa buku yang terkait dengan peradaban pendidikan di Indonesia.
Simpulan yang dari hasil kajian adalah dalam “Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan
dan Bimbingan yang ditulis oleh Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan” belum menyentuh peradaban
yang terdapat dalam pendidikan di basis pedesaan sehingga ulasan yang menjadi konsep
membangun peradaban tidak dapat dicerminkan dalam membangun kearipan lokal.
A. Analisis Kritis Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan yang ditulis
oleh Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan

1. DESKRIPSI BUKU
JUDUL BUKU : MEMBANGUN PERADABAN
MELALUI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
Oleh : Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan
Penerbit :PT Refika Aditama
ISBN : 978-602-6322-27-2
Tahun Terbit : 2017

BAB II

Bab dua dalam buku ini mendeskripsikan tentang peradaban abad sekarang tentang ilmu
pengetahuan, teknologi dan spiritual (religius). Peradaban dalam abad sekarang ditandai dengan
adanya keseimbangan, keserasian, dan keharmonisan antara dunia fisik dan dunia spiritual. Untuk
mencapai keseimbangan, keselarasan, dan keserasian kehidupan fisik dan spiritual diperlukan
upaya pendidikan.
Pendidikan harus menanamkan nilai-nilai keimanan dan idealisme pada diri peserta didik.
Pendidikan pun harus berupaya melestarikan dan mengusung kebudayaan bangsa. Iqbal
berpendapat bahwa pendidikan harus berorientasi pada ideologi. Pendidikan yang bersifat netral,
agama merupakan pendidikan yang buruk dan sesat. Fakta menunjukkan bahwa pandangan
keagamaan (religiou sworld views) lah yang mampu memperkuat kualitas karakter yang
dibutuhkan bagi keberlangsungan pembangunan dan realisasi visi keadilan, persaudaraan, dan
kesejahteraan umat seluruhnya. Kesejahteraan tidak mungkin dapat terwujud apabila masing-
masing individu hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki niat untuk berkorban bagi
kesejahteraan urnat manusia. Ath-Thahtawi menyebutkan pondasi dasar bagi berdirinya sebuah
keberadaban yang kokoh yakni pendidikan moral dengan etika keagamaan dan keutamaan
kemanusiaan.
Agama akan memalingkan jiwa dari hawa nafsunya dan melembutkan hati atas
keinginannya. Ath-Thahtawi sampai pada satu kesimpulan bahwa agama adalah pondasi terkuat
bagi kebaikan dan keberdirian dunia. Agama adalah tali kekang bagi manusia. Agama adalah sendi
keadilan dan kebaikan.
Sejarah dipenuhi dengan deretan kisah di mana sebuah masyarakat mencapai puncak
kejayaannya dari hasil reformasi moral keagamaan. Schweitzer juga menekankan jika pondasi
moral lemah, maka peradaban akan terpuruk, meskipun arus intelektual dan kreativitas berjalan
kuat di lingkungan masyarakat. Toynbee juga berpendapat bahwa kebutuhan nonalamiah manusia
yang telah diberikan sains, hampir-hampir menjadi tidak penting bagi manusia apabila
dibandingkan dengan keterikatannya terhadap dirinya sendiri, kepada sesama manusia, dan
terhadap Tuhan. Baru-baru ini, Nigel Lawson, seorang konselor dan bendahara Inggris (1989)
menekankan bahwa tidak ada satu pun kekuatan ekonomi dan politik yang sanggup bertahan tanpa
adanya landasan moral. Friedman, seorang Profesor dari Harvard, juga berargumen bahwa
perkembangan moral bergandeng tangan dengan perkembangan ekonomi, masing-masing saling
mendukung. Bukti empiris menunjukkan bahwa banyak dampak positif dari keberagamaan
terhadap peradaban.
Banyak cendekiawan di antaranya Bernard Lewis (2005: 1 50) merumuskan bahwa unsur
pokok suatu peradaban adalah agama. Agama adalah faktor terpenting yang menentukan
karakteristik suatu peradaban. Huntington juga menulis bahwa agama merupakan karakteristik
sentral yang menentukan peradaban. Menurut Cristopher Dawson, agama-agama besar merupakan
fondasi dari peradaban-peradaban besar sebagai kelanjutannya. Agar bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang beradab, maka nilai-nilai agama yang ada di Indonesia harus terus dibina dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.Selain agama, faktor terpenting lainnya dalam
membangun peradaban bangsa adalah tradisi keilmuan Adian Husaini (2005: XXXIII)
menjelaskan bahwa politik, ekonomi, informasi yang berbasiskan keilmuan yang tinggi adalah
sektor penting dalam membangun peradaban bangsa.
Kejayaan umat Islam dalam sejarah terletak pada tingginya peradaban yang diupayakan.
melalui pengembangan ilmu pengetahuan yang mengalami puncaknya pada masa Dinasti
Abbasiyah (750 M-1258 M). Sydney Nettleton Fisher (1979) menjelaskan bahwa prestasi umat
Islam dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama bidang Filsafat diawali dengan munculnya
nama Al Kindi, filosof Arab yang lahir di Kuffah sekitar abad 8 M. la adalah seorang teolog
sekaligus filosof. Keahliannya juga terkenal dalam bidang optik, kedokteran dan musik. Begitu
juga dengan kejayaan Bangsa Eropa dan Amerika, mereka merupakan bangsa yang berperadaban
tinggi sampai sekarang karena mereka cinta terhadap ilmu (Jaih Mubarok, 2008: 18). Hippocrates
dan Galen, dua dokter Yunani yang terkemuka, telah berjasa besar pada pengetahuan biologi
zaman kuno dan tetap menjadi tokoh yang terhormat dalam ilmu kedokteran dan biologi sepanjang
Abad Pertengahan. Salah satu upaya untuk membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah
melalui pendidikan. Secara umum, pendidikan diartikan sebagai upaya mengembangkan mutu
pribadi dan membangun karakter bangsa yang dilandasi nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial
budaya, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun makna pendidikan menurut UNESCO
(1972) adalah: "Education as organize dan dsustained communication designed to bring about
learning". Atas dasar pengertian tersebut tujuan utama komunikasi yang terorganisasi dan
berkelanjutan itu adalah timbulnya kegiatan belajar. Islam mempunyai pandangan lain tentang
pendidikan. Djawad Dahlan (2007: 42).
Menjelaskan Pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab (ta'dib) secara utuh,
dalam upaya mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad Saw. sehingga menjadi manusia
sempurna. Pendidikan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan manusia menuju dunia lain yang
lebih tinggi, tidak sekedar berada di dalam hidup instinktif. Dunia yang lebih tinggi ini dapat
dicapai dengan usaha sadar untuk menentukan berbagai pilihan yang tersedia bagi manusia.
Pendidikan diarahkan agar manusia mampu menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai hamba
Allah dan sebagai khalifah di bumi secara universal. Pendidikan menjadi perhatian yang serius
pada masa kejayaan Islam. Ini dapat dimaklumi bahwa peradaban Islam hanya dapat dipacu
kemajuannya melalui pendidikan. Richard Munch (1992) menjelaskan bahwa perkembangan
kebudayaan dalam masyarakat yang menandakan adanya tingkat peradaban diawali dengan
kemahiran literacy dan meratanya kesempatan memperoleh pendidikan serta semangat para
ilmuwan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
Hal yang sangat esensial dalam membangun peradaban Bangsa Indonesia adalah
mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu, Sumber daya manusia yang bermutu dapat
tercapai salah satunya melalui pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan peserta didik ini merupakan atribut-atribut yang
menjadi dasar standar mutu pendidikan. Atribut kebutuhan peserta didik ini tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
unluk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karena kemerosotan pendidikan,
penelitian, dan teknologi menjadi salah satu şebab utama kemunduran peradaban suatu bangsa.
Unluk mengatasinya perlu dibangun sektor pendidikan dan fasilitas penelitian berkualitas tinggi
melalui pengembangan sekolah-sekolah, universitas, dan akademik yang bersarana memadai di
seluruh negeri. Dalam proses ini, perhatian khusus perlu diberikan untuk memastikan bahwa
pendidikan tersebut benar-benar terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan bukan hanya oleh
mereka yang kaya saja. Kondisi ini tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya peningkatan
subsidi pendidikan oleh pemerintah, akselerasi penghimpunan zakat, wakaf, dan sumber-sumber
pendapatan lainnya. Semoga Allah meridhai upaya kita dalam membangun bangsa ini. Amin

A. Pendahuluan
Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya. Peradaban adalah
bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari
makhluk lainnya. Peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat.
Kualitas peradaban diukur dari ketenteraman (human security), kedamaian (peacefuld, keadilan
(justice), dan kesejahteraan (welfare) yang merata. Peradaban adalah a way of life that is advance
denough to includeliving in cities. Sekaitan dengan peradaban, Maya History (2009: 1)
menjelaskan Civilization is an advanced state of human society, in which a high level ofculture,
science, industry, andgovernment has beenreached. Selanjutnya Maya History (2009: 1-2)
menjelaskan:
Civilization is anadvanced state ofintelectua/, cultural, and material development in human
society, marked by progress in theartsand science, thee xtensi veuseof record - keeping,
including writing and the appearance of complex political and social; the actor processof
civi/izing orreaching a civilized state; cultural orintellectual refinement, good tage; modern
society with it sconveniences.
Terdapat kesenjangan peradaban yang sangat tinggi antara negara (Amerika dan Eropa)
dengan negara berkembang (Sebagian Asia dan Data United Nation Development Program
(UNDP), menunjukkan Saat ini lebih dari 80 Negara di Asia dan Afrika memiliki pendapatan per
kapita lebih rendah dibandingkan satu dekade sebelumnya. Tahun 1960, perbandingan pendapatan
per kapita antara seperlima penduduk bumi di negara-negara terkaya dan seperlima penduduk
bumi di negara-negara termiskin adalah 30:1 Tahun 1990, kesenjangan itu meningkat menjadi 60:1
; dan tahun 1997 menjadi 74:1. Seperlima penduduk bumi. di negara-negara kaya kini menikmati
86 persen GDP (GrossDomesticProduct) dunia, 82 persen nilai ekspor dunia, dan 68 persen
investasi asing secara langsung (ForeignDirect Investment' EDI). Sementara seperlima penduduk
bumi di negara-negara termiskin hanya menikmati 1 persen GDP dunia, 1 persen dari nilai ekspor
dunia, dan I persen FDI. Keadaan kemiskinan negara-negara di bagian Selatan dunia pada dekade
1990-an digambarkan oleh James GustaveSpeth, Presiden World Resources Institute, bahwa di
negara-negara berkembang, sekitar 13-18 juta manusia, hampir seluruhnya anak-anak, meninggal
akibat kelaparan dan kemiskinan.
Dalam mengatasi kesenjangan peradaban, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Pikiran
Rakyat, 28 Oktober 2009: 28) menegaskan bahwa Bangsa Indonesia akan berusaha berada di garis
depan dalam upaya mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik dan sebagai pelopor dalam
memperjuangkan peradaban. Upaya itu dituangkan dalam dokumen Millennium Development
Goals (MDGs). MDGs terdiri atas delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas
permasalahan global, yang akan dicapai pada tahun 2015. Delapan tujuan tersebut antara lain
memberantas kemiskinan dan kelaparan; mewujudkan pendidikan dasar yang merata dan
universal; memajukan kesetaraan gender; mengurangi tingkat mortalitas anak; memperbaiki
kualitas kesehatan ibu hamil; memerangi HIV-AIDS, malaria, dan penyakit Iain; menjamin
kelestarian lingkungan; dan menjalin kerja sama global bagi kesejahteraan.
Dalam membangun peradaban, Rakyat Indonesia telah bertekad untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial, Bangsa Inclonesia harus meningkatk;jfi peradabannya. Selanjutnya B.L Habibie
(2009: 36) met'ijelaskan bahwa add tiga tiang peradaban yang perlu dikembangkan untuk
membangun peraclabanIndonesia yang maju, sejahtera, mandiri dan kuat yaitu manusia,manusia
Indonesia yang memiliki keunggulan "1-102", “Hati” iman dan taqwa), (ilmu pengetahuan), dan
"Otot" (teknologi),
Potensi Bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju, modern, dan beradab sangat
tinggi. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat indah, Profesor dari Harvard University
bernama Greg mengatakan: "Jika orang percaya di dunia itu ada surga maka surga itu adalah
Indonesia", Afygio Santos (2010:64) seorang Geolog dan Fisikawan Nuklir Brazil dalam bukunya
yang berjudul Atlantis:The Lost Continent Finally Found mengatakan bahwa', "Indonesia adalah
lokasi Eden yang sesungguhnya". Selanjutnya Santos menjelaskan bahwa: "Indonesia ternyata
tempat lahir peradaban dunia berkaitan dengan potensi Indonesia untuk menjadi negara yang tinggi
peradabannya yakni jumlah pulau di Indonesia mencapai 20,000 pulau Luas wilayah perairan laut
Indonesia tercatat mencapai kurang lebih 7,9 juta km persegi termasuk Zone Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Panjang pantai yang mengelilingi seluruh kepulauan Nusantara tercatat kurang lebih 81
km, Jumlah penduduk yang berada di kawasan pesisirnya mencapai 40,000.000 orang. Jumlah
keseluruhan penduduk Indonesia lebih dari 240.000.000 orang, dengan corak alam yang sangat
bervariasi, yang hidup di antara lebih dari 400 etnis yang mendiaminya.
Potensi besar yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia belum sepenuhnya dapat diwujudkan
menjadi prestasi yang menyejahterakan rakyat Indonesia. Sebagai gambaran, dalam RAPBN 201
1 , jumlah pengangguran diperkirakan mencapai 8% dari total angkatan kerja yang ada. Sementara
itu, jumlah penduduk miskin diperkirakan mencapai 12-13,5% dari total penduduk Indonesia. Ini
berarti jumlah penduduk miskin masih mencapai 27,3 juta orang atau mendekati angka 30 juta.
Mengurangi angka ini tentu merupakan tantangan tersendiri karena jika terjadi kesalahan dalam
pengelolaan ekonomi, apalagi diiringi dengan gangguan keamanan, jurnlah ini bisa meledak
kembali, Tingkat perkembangan kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan Bangsa Indonesia
masih belum optimal. Data dari United Nations Development Program's Human Development
menunjukkan posisi Indonesia dalam Human Development Index, pada tahun 2008 termasuk
kategori medium dengan skor 0,726 menduduki peringkat 109 dari 179 negara, satu tingkat di atas
Guyana dan satu tingkat di bawah Turkmenistan. Kita tertinggal jauh negara tetangga kita Brunei
(peringkat 27), Singapura (peringkat 28), Malaysia (peringkat 63), Thailand (peringkat 81), dan
Filipina (peringkat 102). dari indikator peradaban dan indeks perkembangan manusia,
perkembangan peradaban Bangsa Indonesia masih belum optimal. Data terbaru (2009) posisi
Indonesia dalam HDI mengalami penurunan yakni menduduki peringkat 111 dari 179 negara di
dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa bangsa masih harus terus membangun peradabannya.

B. Membangun Peradaban Bangsa Indonesia melalui Pendidikan dan Bimbingan


Komprehensif yang Bermutu
Sumber daya manusia yang bermutu dapat tercapai salah satunya melalui pendidikan yang
bermutu. Kementerian Pendidikan Nasional dalam meningkatkan mutu pendidikan memiliki visi
yakni menyelenggarakan pendidikan yang bermutu untuk semua. Dalam kaitannya dengan
membangun peradaban bangsa, Kementerian Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2010 dalam
memperingati Hari Pendidikan Nasional mencanangkan pentingnya membangun peradaban
bangsa melalui pendidikan karakter yang bermutu. Daulat Purnama Tampubolon (2001:344)
menjelaskan bahwa dengan pendidikan yang bermutu, generasi muda khususnya para pemimpin
22 belum penerimaan tenaga pendidik dan pegawai didasarkan pada analisis jabatan yang objektif,
sehingga tidak terjadi kelebihan tenaga? Atribut mutu pendidikan yang ketiga adalah efektivitas.
Kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan
atau proses prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jasa yang direncanakan. Apakah cara
atau metode penyajian materi pembelajaran tepat sehingga peserta didik memahaminya dengan
mudah? Apakah prosedur administrasi tepat dan baik sehingga semua berjalan lancar dan cepat
untuk membuat pelanggan merasa puas? Atribut mutu pendidikan yang keempat adalah
akuntabilitas. Dapat tidaknya kinerja dan prodük lembaga pendidikan, termasuk perilaku para
pengelola, dipertanggungjawabkan secara agama, hukum, etika akademik, dan nilai budaya.
Apakah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan dapat dipertanggungjawabkan secara
undang-undang? Apakah materi pembelajaran yang diberikan pendidik dapat
dipertanggungjawabkan secara kurikuler dan etika akademik? Apakah nilai ujian yang diperoleh
peserta didik tepercaya? Apakah perilaku kepelayanan para pengelola lembaga pendidikan dapat
dipertanggungjawabkan secara agama, hukum, etika, dan nilai budaya? Apakah penelitian yang
dilakukan dan hasilnya tidak bertentangan dengan agama atau undang-undang? Apakah lembaga
pendidikan mempunyai kode etik? Atribut mutu pendidikan yang kelima adalah kreativitas.
Kemampuan lembaga pendidikan untuk mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan
sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri. Apakah
lembaga pendidikan secara periodik membuat pembaharuan kurikulum sesuai perkembangan
ilmu dan teknologi yang dibutuhkan dunia usaha? Apakah ada pendidik yang menciptakan teori
baru dalam bidang ilmunya berdasarkan penelitian atau metode pembelajaran yang baru? Apakah
pendidik selalu memperbaharui materi pembelajarannya berdasarkan informasi yang didapatnya
dari dunia kerja dan literatur? Apakah lembaga pendidikan mempunyai alat untuk evaluasi diri dan
melakukan evaluasi diri secara teratur? Atribut mutu pendidikan yang keenam adalah situasi
menang-menang. Suasana yang menyenangkan dan memotivasi dalam lembaga pendidikan
sehingga semua orang melaksanakan tugasnya dengan senang hati, tulus, dan penuh semangat.
Apakah kebijakan yang diambil lembaga pendidikan adil sehingga tidak ada orang yang merasa
dirugikan? Apakah unsur pimpinan lembaga pendidikan bersikap terbuka dan akrab terhadap
semua dosen, pegawai administrasi, dan mahasikwa sehingga bebas dan tidak tertekanì Atribut
mutu pendidikan yang ketujuh adalah keterampilan, kebersihan, keindahan, dan keharmonisan
fisik lembaga pendidikan para pengelola (pimpinan, pendidik, pegawai administrasi yang situasi
dan pelayanan semakin menarik. Apakah pimpinan dan para pegawas,ia selalu berpakaian rapi
serta bersih? Apakah pendidik, terutama waktu ia selalu berpenampilan simpatik dan berpakaian
rapi, bersih, serta Apakah pekarangan, taman, jalan, ruangan dan semua peralatan lembaga
pendidikan selalu terpelihara dengan baik, bersih, indah, teratur, harmonis?
Atribut mutu pendidikan yang kedelapan adalah empati. Kemamptlan lembaga pendidikan,
khususnya para pengelola, mennberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua
pelanggannya. Apakah pinnpinùn lembaga pendidikan dan unit-unitnya selalu memperhatikan
keadaan bawahan dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab, serta memberikan bantuan dan
dorongan semaksimal mungkin bila diperlukan? Apakah resepsionis menerima tamu (pelanggan)
dengan ramah dan sopan, serta metnberikan dan bantuan sebaik-baiknya bila diperlukan? Apakah
pendidik mennperhatikan dan melayani peserta didik dengan sepenuh dan setulus hati? Atribut
mutu pendidikan yang kesembilan adalah ketanggapan.
Kemampuan lembaga pendidikan, khususnya para pengelola, dalam memperhatikan dan
memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan pelanggan dengan cepat dan tepat. Apakah
pimpinan lembaga pendidikan dan unit-unitnya dengan cepat dan tepat memberikan respons
terhadap permintaan atau pernyataan pihak pelanggan atau perkembangan zaman? Apakah
pendidik memberikan perhatian dan respons yang cepat dan tepat terhadap kesulitan yang dihadapi
peserta didik? Atribut mutu pendidikan yang kesepuluh adalah produktivitas. Kemampuan
lembaga pendidikan dan seluruh staf pengelola untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan pelanggan menurut rencana yang telah ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif? Berapa jumlah pesetta didik yang Iulus setiap tahun? Berapa persen yang dapat
menyelesaikan studi tepat waktu? Berapa persen penelitian yang direncanakan dalam satu tahun
dapat selesai sepenuhnya? Berapa persen program pengabdian pada masyarakat setiap tahun dapat
selesai dengan lengkap? Berapa persen karya tulis yang direncanakan pendidik dalam satu tahun
dapat selesai sepenuhnyaì Berapa persen rancangan mutu perkuliahan dan satuan materi sajian
yang seharusnya ada dapat dihasilkan pendidik setiap tahun? Atribut mutu pendidikan yang
kesebelas adalah kemampuan akademik. Penguasaan peserta didik atas bidang studi yang
diambilnya. Bagaimana hasil ujian semester? Berapa persen yang mendapat nilai A, B, C, D, dan
E (Skala 1-5) ? Berapa indeks prestasi rata-rata? Bagaimana indeks prestasi kumulatif lulusan?
Berapa persen yang IPK-nya 3 ke atas? Adakah peserta didik yang memperoleh penghargaan
tingkat lokal, nasional, regional, atau internasional atas prestasi akademik (ilmiah) yang
dicapainya? Atribut-atribut mutu pendidikan di atas dijadikan dasar untuk menyusun mutu produk
serta standar mutu sistem dan proses pendidikan. Dengan adanya standar mutu pendidikan, maka
perencanaan, pengendalian, dan peningkatan mutu pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih
efektif dan efisien.
Standar mutu pendidikan dapat disusun secara lokal dulu. Kemudian, apabila telah
diterima secara nasional, dia akan menjadi standar mutu nasional. Selanjutnya dapat menjadi
standar mutu internasional. Sehubungan dengan standar mutu pendidikan, Bangsa Indonesia
melalui Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Peraturan
Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup
Standar Nasional Pendidikan meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar
kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan Yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar sarana dan prasarana
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belaja yang lain, yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi Standar
pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar
pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia telah, sedang, dan akan terus
melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan,
paling tidak sejak awal periode pembangunan nasional jangka panjang pertama. Selama itu,
Indonesia telah mengeluarkan biaya yang besar, tenaga yang banyak, dan waktu yang cukup
panjang untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai hasil pendidikan yang bermutu,
diperlukan proses pendidikan yang bermutu. Dalam dunia pendidikan, proses pendidikan yang
bermutu mengacu pada kemampuan lembaga pendidikan dalam mengintegrasikan,
mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara optimal
sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar lulusannya (Tilaar, 1 993: 163). Untuk
mencapai pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan
dan teknologi saja, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen
tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri
dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya. Kemampuan seperti itu
tidak hanya menyangkut aspek akademis saja, tetapi juga menyangkut berbagai aspek kehidupan
yang komprehensif yakni perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual dan sistem nilai.
Dalam konteks pendidikan formal pendidikan yang bermutu haruslah merupakan
pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu menghantarkan peserta didik pada pencapaian
standar kemampuan profesional dan akademis saja, tetapi juga mampu membuat perkembangan
peserta didik itü sehat dan prodüktif. Untuk mencapai standar kemampuan profesional, akademik,
dan perkembangan peserta didik yang optimal diperlukan pendidikan dengan model bimbingan
komprehensif yang bermutu.
Sehubungan dengan model bimbingan komprehensif ini, Norman C. Gysbers (2008:VIII)
menjelaskan bahwa: "A Comprehensive guidance model is a complete guidance program that
provides the structure for all the activities and services required to serveall students, parents
guardians, and community . Model bimbingan komprehensif adalah suatu konsep dasar dan
kerangka kerja bimbingan yang berasumsi sebagai berikut.
1. Bimbingan adalah suatu program yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) memiliki standar
pencapaian perkembangan peserta didik; (b) memiliki aktivitas dan proses untuk membantu
peserta didik mencapai standar perkembangannya; (c) aktivitas dilakukan oleh personel yang
profesional dan bersertifikat; (d) memiliki sumber dan materi yang mendukung; (e) memiliki
personel dan hasil bimbingannya dievaluasi.
2. Program bimbingan adalah perkembangan dan komprehensif. Program bimbingan dilakukan
secara teratur, terencana, dan sistematis didasarkan pada upaya membantu peserta didik
berkembang dalam bidang akademik, karier, pribadi dan sosial. Program bimbingan lebih
mengutamakan pada upaya membantu seluruh peserta didik mengalami perkembangan dan
pertumbuhannya. Namun demikian, program bimbingan membantu juga peserta didik yang
mengalami krisis dan masalah yang harus segera diatasi. Program bimbingan adalah
komprehensif dalam arti seluruh layanan dan aktivitas bimbingan dilakukan (bimbingan
klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual, konsultasi, referal, penelitian dan
pengembangan, hubungan dengan staf dan masyarakat, penasihatan, dan mengembangkan
pengelolaan program bimbingan).
3. Program bimbingan dilakukan dengan menggunakan pendekatan tim. Bimbingan
komprehensif didasarkan pada asumsi bahwa seluruh staf sekolah dilibatkan dalam kegiatan
bimbingan. Namun demikian konselor sekolah yang profesional dan bersertifikat adalah ujung
tombak dalam melaksanakan program bimbingan. Konselor sekolah tidak hanya memberikan
layanan langsung kepada peserta didik tetapi juga bekerja melayani konsultasi dan melakukan
kolaborasi dengan anggota tim bimbingan, anggota staf sekolah, orang tua, dan anggota
masyarakat.
4. Program bimbingan dikembangkan melalui perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan
pengembangan yang dilakukan secara sistematis. Proses ini menjamin tercapainya tujuan
program bimbingan yang sudah dirancang secara mantap. Program bimbingan memiliki
kepemimpinan yang mantap. Kepemimpina ini menjamin pertanggungjawaban terhadap
program dan terhadap mutu kinerja staf.Sehubungan dengan bimbingan komprehensif ini,
TedStilwill (2001: 9) menjelaskan bahwa:
Acomprehensive counseling and guidance program is developmental by design and
includesse quentially presented activities and responsi veservices that adress student growt
hand development foral students, kind ergar ten through community college. Collaborative
in practice, the developmental approach focus eson the attainmentof student
competenciesin three areas: personal social, academic, and career. A comprehensive
program is not a random selection of services. Itis a program based onstandards,
benchmarks, andgrade-level competencies. The program isintegratedin to the day-to-day
processof the school, including programs, people, policies, places, and processes.
Model bimbingan komprehensif ini berkeyakinan bahwa peserta didik itu merupakan satu
kesatuan yang utuh. Pengaruh terhadap bagian dari seseorang akan mempengaruhi
keseluruhannya. Pada diri setiap orang terdapat energi yang mendorongnya untuk tumbuh dan
berkembang secara positif ke arah yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan dasar seseorang
itu. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih yang diikuti oleh tanggung jawab, yaitu
bertanggung jawab atas akibat yang timbul dari pilihannya itu. Tanggung jawab seseorang itu tidak
hanya bertumpu dan terpusat pada dirinya sendiri, tetapi juga kepada orang lain secara seimbang.
Manusia tidak kaku terhadap pengalaman masa lampaunya. la dapat mengolah pengalaman masa
lampaunya untuk memperbaiki pilihannya, dan secara umum untuk memperbaiki arah, kecepatan,
serta kematangan perkembangannya. Sehubungan dengan keyakinan yang mendasari bimbingan
komprehensif initBowers dan Hatch (2002: 27) menjelaskan bahwa:
The school counse lorsbelieveall students have dignity and worth; all students have the
right to participate in the school counseling program; all students ethnic, cultural, racial,
sexual differen cesand special needs are considered in planning and implementing the
school counseling program.
Bertitik tolak dari keyakinan tentang peserta didik tersebut, maka visi bimbingan
komprehensif di sekolah adalah pengembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik,
pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangan peserta didik, dan
penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik, baik sekarang maupun pada masa yang akan
datang. Sehubungan dengan visi bimbingan komprehensif di sekolah ini, Iowa Comprehensive
Counseling and Guidance Program Development (2001 : 3) menjelaskan bahwa:
A comprehensive counseling and guidance program is achieved through a collaborative
pattnership of counselors, administrators, teachers, school psychologists and social workers,
students, families, and community members. Counselors are educators as well as
professional counselors. Counseling is basedon a foundation ofeducational de-velopmental
research and best practice. Effective counseling programs are comprehensive in nature.
Counselors are committed to continous professional improvement and renewal. A
comprehensive counseling and guidance program is evaluated on the basis of student
outcomes. Counselors seek to help all students succeed in work, family, and school
situations. Counselors promote success for all students. Effective counseling programs focus
on the development of skills which lead students to make healthy lifestyle choices.
Comprehensive counseling and guidance programs are integral to district-developed student
learning goals.
Berdasarkan visi bimbingan tersebut maka tujuan bimbingan komprehensif di sekolah
adalah: (1) memahami, menerima, mengarahkan, dan mengembangkan potensi peserta didik
seoptimal mungkin; (2) menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan baik lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat; (3) merencanakan kehidupan masa depan peserta didik yang sesuai
dengan tuntutan dunia pada saat ini maupun masa yang akan datang. Sehubungan dengan tujuan
bimbingan komprehensif di sekolah ini, Bowers dan Hatch (2002: 12) menjelaskan bahwa:
A Comprehensive school counseling program will focus on what all students, from pre-
kindergarten through 12th grade, should know, understand and able to do in these three
domain areas: academic, career, and personal social. The emphasis is on academic success
for every student, not just those students who are motivated, supported and ready to learn.
The School counseling program helps all student achieve success in school and develop
into contributing members of our society. The purpose of the school counseling program
is to impart specific skills and learning opportunities in a proactive, preventive manner,
ensuring all students can achieves chool success throughac ademic, career and personal
social development experiences.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan komprehensif di sekolah
adalah membantu seluruh peserta didik itu berprestasi dan mencapai kesuksesan dalam akademik,
karier, pribadi, dan sosial di sekolah dan memberikan kontribusi positif sebagai warga masyarakat.
Bimbingan komprehensif membantu atau memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam
aspek perkembangan akademik, sosial, pribadi dan perencanaan karier. Secara rinci aspek yang
dikembangkan meliputi: (1) keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2)
hubungan sosial yang mantap dengan teman sebaya baik pria maupun wanita; (3) peranan sosial
sebagai pria untuk peserta didik pria atau wanita sebagai peserta didik wanita sesuai dengan norma
masyarakat; (4) penerimaan diri dan penerapannya secara efektif; (5) persiapan ke arah
kemandirian ekonomi; (6) persiapan dan pemilihan pekerjaan; (7) Sikap dan perilaku emosional
yang mantap; (8) sikap positif terhadap perkawinan dan kehidupan keluarga; (9) keterampilan
intelektual dan pemahaman konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik; (10)
sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab; (11) pemahaman nilai dan etika hidup
bermasyarakat.
Dalam mengembangkan aspek perkembangan peserta didik, Judy L. Bowersand Patricia A.
Hatch (2002: 20) menjelaskan bahwa: " The school counseling program facilitaties student
development in three broad domains, academic, career, and personal/social, top romote and
enhance the learning process". Pendapat ini didukung oleh TedStilwill (2001 :1 3) yang
menjelaskan bahwa: " A comprehensive program is basedon learning in three areas of
development: personal/social, academic, and career".
Model bimbingan komprehensif ini dihantarkan melalui empat komponen program layanan
(Juntika Nurihsan, 2003: 50) yakni: (1) layanan dasar bimbingan (guid and curriculum); (2)
perencanaan individual (individual planning); (3) layanan resposif (responsiveservices); dan (4)
dukungan sistem (systemsupport). Program bimbingan komprehensif yang pertama adalah
Layanan Dasar Bimbingan. Program ini merupakan upaya bantuan yang bertujuan membantu
peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan hidup yang mengacu pada tugas-
tugas perkembangan yang harus dicapainya. Layanan ini ditujukan untuk seluruh peserta didik
dilaksanakan dengan menggunakan berbagai strategi terutama strategi bimbingan klasikal dan
dinamika kelompok. Isi atau topik bimbingan dalam layanan dasar bimbingan adalah sebagai
berikut ini. (1) Perkembangan akademik yang meliputi: perencanaan studi, pengembangan
keterampilan belajar; pengembangan kesiapan dan keterampilan kerja. (2) Perkembangan pribadi
dan sosial yang meliputi: pendidikan karakter, penyelesaian konflik; pencegahan kekerasan;
penyusunan tujuan hidup; pencegahan penyalahgunaan obat; dan pemahaman budaya. (3)
Perkembangan karier meliputi: pemahaman karier; penggalian karier; pembuatan keputusan karier
dan penyesuaian karier. Peran konselor dalam program ini adalah menyusun kelompok,
membimbing di kelas, memimpin dan melakukan konsultasi.
Program bimbingan komprehensif yang kedua yaitu Layanan Responsif. Layanan ini
bertujuan membantu peserta didik memenuhi kebutuhan yang sangat penting saat ini. Layanan ini
lebih bersifat preventif dan kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling
kelompok, dan konsultasi isi atau topik bimbingan dalam layanan responsif adalah sebagai berikut
ini. (1) Perkembangan akademik yang meliputi: kehadiran dalam belajar; perilaku dalam belajar;
pencegahan drop-out; dan bantuan masalah dan kebutuhan belajar. (2) Perkembangan pribadi dan
sosial yang meliputi: konflik antar teman; mengatasi stres; mengelola krisis; menghadapi
kematian, kesedihan, dan kehilangan; menjaga hubungan; dan mengatasi penyalahgunaan obat. (3)
Perencanaan karier yang meliputi: penempatan pekerjaan, membantu mengidentifikasi sistem
dukungan pekerjaan; dan memenuhi kebutuhan khusus pekerjaan. Peran konselor dalam program
ini adalah melakukan konseling individual, konseling kelompok kecil, konseling krisis, dan
konseling perkembangan; melakukan konsultasi; dan melakukan referal.
Program bimbingan komprehensif yang ketiga yaitu perencanaan individual. Program ini
merupakan bantuan kepada peserta didik dalam merencanakan, memonitor, dan mengelola tujuan
perkembangan pendidikan, pribadi, sosial, dan karier mereka. İsi atau topik layanan perencanaan
individual adalah sebagai berikut ini. (1) Perkembangan pendidikan yang meliputi: menilai dan
menyusun tujuan pendidikan; membantu memenuhi kebutuhan masa transisi pendidikan;
merencanakan kursus; mengelola berbagai sumber dan keuangan; dan membantu memilih
pendidikan. (2) Perkembangan sosial dan pribadi yang meliputi: menyusun tujuan pribadi dan
merencanakan peningkatan pribadi. (3) Perencanaan karier yang meliputi: penilaian karier;
pengamatan, penasihatan, pembelajaran, dan pemagangan pekerjaan. Peran Konselor dalam
program ini adalah melakukan penilaian; perencanaan dan penempatan; perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian konjerensi individual.
Sehubungan dengan penelitian bimbingan komprehensif, banyak penelitian yang telah
dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Berikut ini penelitian tentang efektivitas
bimbingan komprehensifdalam meningkatkan mutu pendidikan. Bimbingan komprehensif mampu
memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan akademik, pribadi, sosial, dan karir siswa
di sekolah. Bimbingan komprehensif juga mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi
siswa di sekolah. Berikut ini hasil penelitian Norman C. Gysberg (2001 : 1-3) menjelaskan bahwa:
Research has demonstrated that, when middle school counselors have the time, the
resources, and the structure of a comprehensive guidance program in which to work, they
contribute to positive academic, personal social, and career development as well as the
development of positive and safe learning climates in schools.
Sehubungan dengan penelitian implementasi program bimbingan komprehensif, Richard
Lapan dan Norman C. Gysbers melakukan penelitian terhadap 22.000 lebih siswa di 184 sekolah
menengah di Missouri, Amerika Serikat tentang pengaruh program bimbingan komprehensif
terhadap kesejahteraan dan kesuksesan akademik siswa. Hasil penelitiannya dimuat di Journal of
Counseling and Development (2003: 1) sebagai berikut:
Seventh-grade students attending middle schools with more fully implemented
comprehensive guidance programs reported: (1) feeling safer attending their schools; (2)
having better relationships with teachers; (3) believing that their education was more
relevant and important to their futures; (4) being more satisfied with the quality of education
available to them in their schools; (5) having fewer problems related to the physical and
interpersonal environments in their schools; (6) earning higher grades.
Efektivitas program bimbingan komprehensif dalam meningkatkan mutu pendidikan juga
diteliti Richard Lapan, Norman Gysbers dan Sun yang dilaporkan oleh Timberlane Regional
School District (2008:2) . Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:
...the implementation of a Comprehensive Developmental Guidance Program will result in
educational benefits including incresed student achievement, more equitable services to
students, broader impact on student development and career decision-making, student
satisfaction with the relevance of their education, and the development of a safe, orderly,
connected school climate.
Penelitian bimbingan komprehensif di dalam negeri diteliti sejak tahun 1994 sampai
sekarang. Penelitian yang dilakukan oleh Juntika Nurihsan (1994-1998) menunjukkan bahwa
bimbingan komprehensif mampu meningkatkan mutu proses maupun mutu hasil pendidikan di
SMU Jawa Barat. Penelitian lain Dwi Yuwono (1 998: 53) menunjukkan bahwa bimbingan
komprehensif perkembangan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Tinggi di Jawa
Tengah. Penelitian Soeharto (1 999: 54) menunjukkan bahwa bimbingan komprehensif
perkembangan mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah pertama di Solo.
Penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo Kartadinata dan kawan-kawan (2003: 50) menunjukkan
bahwa bimbingan komprehensif perkembangan mampu meningkatkan mutu manajemen sistem
layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, sekolah menengah, danl perguruan tinggi di
Jawa Barat. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Juntika Nurihsan dkk. (2009: 67) menunjukkan
bahwa bimbingan komprehensi mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah atas
di Padang, Manado, dan Nusa Tengara Timur.

BAB V

A. Pendahuluan
Bab ini mengkaji tentang pendidikan yang diarahkan agar konsep kehidupan
manunusia lebih beradab yakni manusia yang cerdas, sejahtera dan sehat. Pemikiran ini sejalan
dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dalam membangun peradaban bangsa melalui pendidikan ini, guru memiliki peran yang
sangat sentral. Guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam membangun peradaban
bangsa. Abin Syamsuddin Makmun (2005: 23) menjelaskan secara luas peran guru dalam
membangun peradaban bangsa yakni sebagai konservator (pemelihara) sistem nilai; sebagai
transmiter (penerus) sistem nilai; sebagai transformator (penerjemah) sistem, nilai, dan sebagai
organisator (penyelenggara) terciptanya proses pendidikan dalam memgun peradaban bangsa.

B. Peran Guru dalam Membangun Peradaban Bangsa


Jika sebuah bangsa dalam kehidupannya telah menunjukkan perilaku yang bermoral,
cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni secara serasi maka bangsa tersebut
adalah bangsa yang beradab. Peradaban bangsa memelupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan kemajuan moral ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni suatu bangsa. Paradaban
bangsa adalah perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang telah mencapai tingkat tertentu yang
tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi, dan spiritual.
Untuk menjadi bangsa yang beradab, bangsa tersebut harus senantiasa menjunjung tinggi
aturan, normat adat-istiadat, nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan
dengan menaati berbagai aturan sosial sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta
ketenangan, kenyamanan, ketenteraman, dan kedamaian.
Dalam membangun peradaban bangsa, guru mempunyai peran yang sangat strategis. Guru
harus menunjukkan kepribadiannya secara efektif agar menjadi teladan bagi bangsanya. Tidak
hanya dirinya yang harus menjadi teladan, akan tetapi kehidupan keluarganya pun harus menjadi
teladan bagi bangsanya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator antara
masyarakat dengan dunia pendidikan dalam membangun peradaban bangsa. Dalam kaitan ini, guru
sebagai pembawa (transporter) berbagai inovasi dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dari
sekolah ke dalam masyarakat dan juga membawa kehidupan masyarakat yang beradab ke sekolah.
Dengan demikian terdapat keterkaitan yang saling menunjang antara upaya pendidikan di sekolah
dengan upaya di masyarakat dalam mewujudkan peradaban bangsa. Selanjutnya sebagai pendidik
masyarakat, guru bersama unsur masyarakat Iainnya mengembangkan berbagai upaya pendidikan
yang dapat menunjang upaya membangun peradaban bangsa. Untuk mewujudkan upaya
pembangunan peradaban bangsa ini guru dituntut profesional.
Charles Johnson (1980:12) mengungkapkan seluruh kemampuan profesional guru itu dalam
enam komponen pokok, yaitu:
1. Unjuk kerja (performance). Komponen ini merupakan seperangkat perilaku ternyata yang
ditunjukkan Oleh seorang guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada para siswanya.
Jadi unjuk kerja ini dapat dilihat dalam rangka interaksi belajar- mengajar antara guru dan
siswa. Unjuk kerja guru itu Pada umumnya tampak dalam tiga kecenderungan, (a) yang
terpusat pada guru, (b) terpusat pada siswa, atau (c) terpusat bahan pelajaran, Pada dimensi
Iain, unjuk kerja itu bedakan menjadi kecenderungan yang (a) menekankan segi proses
interaksi guru siswa, atau (b) menekankan hasil yang diperoleh Siswa;
2. Penguasaan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswanya. Penguasaan materi ini
sesungguhnya tidak sebatas serpihan materi yang akan diajarkan kepada siswa, melainkan juga
penguasaan terhadap sosok tubuh disiplin ilmu yang menjadi sumber materi pelajaran itu,
Dengan penguasaan sosok tubuh disiplin ilmu itu, guru akan mampu memilih materi pelajaran
yang cocok untuk disampaikan kepada siswa, Sebaliknya, apabila guru hanya menguasai
serpihan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang
amat ketat, maka dia tidak akan mampu menyampaikan materi itu secara terpadu, Akibatnya,
siswa pun tidak akan menghayati materi pelajaran itu sebagai bagian terpadu dari keseluruhan
materi dalam suatu disiplin ilmu tertentu;
3. Penguasaan landasan profesional keguruan dan kependidikan, Komponen ini mencakup
pemahaman dan penghayatan yang mendalam mengenai filsafat profesi keguruan dan
kependidikan, landasan-landasan pedagogis dari upaya guru dalam membimbing siswa ke arah
tujuan pendidikan tertentu, dan landasan psikologis dari perbuatan belajar-mengajar serta
pemahaman terhadap siswa beserta lingkungannya. Hal ini berkaitan pula dengan pemahaman
dan penghayatan atas keadaan dan suasana sosial-budaya yang mewadahi perbuatan belajar-
mengajar itu.
4. Penguasaan proses-proses pengajaran dan pendidikan. Komponen ini mencakup seperangkat
kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang mengandung segi
kependidikan. Proses ini berlangsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada
pengawasan dan penilaian program, proses dan hasil belajar siswa, sekurang-kurangnya dalam
mempelajari mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Ke
dalamnya termasuk bagaimana guru membuat persiapan mengajar, mengelola kelas dan
sebagainya.
5. Penguasaan cara-cara untuk menyesuaikan diri. Komponen ini mencakup cara guru
menyesuaikan diri dengan suasana lingkungan kerjanya, terrnasuk siswanya, suasana belajar-
mengajar, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan dan
pengajatant dan perubahan kebijaksanaan serta peraturan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran. Dengan demikian, penyesuaian diri ini menyangkut kesediaan belajar sepanjang
hayat, kesediaan untuk berinovasi, kreativitas, dan kemampuan berantisipasi terhadap keadaan
di masa mendatang.
6. Kepribadian. Komponen ini menyangkut sistem nilai yang dianut guru, sikap-sikapnya, dan
minatnya kepada hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan, pendidikan dan pengajaran. Ke
dalam komponen ini termasuk keterbukaan, sikap empatik, kewibawaan, dan sebagainya.
Keenam komponen kualitas kemampuan guru itu tidak boleh dipandang sebagai pilahan-
pilahan yang terpisah, melainkan harus dipandang sebagai suatu keterpaduan yang menjelma dan
bermuara pada kualitas unjuk kerjanya yang diperkîrakan menunjang keberhasilan siswa dalam
belajar. Di samping itu, proporsi setiap komponen dalam keseluruhan kemampuan itu tidak sama
besar tergantung pada penekanannya. Dengan demikian, kualitas kemampuan guru itu (setidak-
tidaknya) dapat dilihat dari kemampuannya dalam melakukan tugasnya dengan memperlihatkan
tingkah laku nyata yang didasari oleh penguasaan bahan, ketahanan profesional, penguasaan
proses dan kemampuan menyesuaikan diri, dan di atas segalanya didasari oleh sikap kependidikan
yang mantap" (Darji, 1980:9).
B. Hasil Kajian Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan Bab II
Dan Bab V
a. Kelebihan
Berdasarkan kajian yang dilakukan dapat dideskripsikan kelebihan yang terkandung
didalam ‘Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan Dan Bimbingan Bab II dan Bab V”
adalah sebagai berikut.
1) Dari segi kebahasan, Bahasa yang digunakan sangat apik dan ringan sehingga dapat di pahami
secara cepat
2) Dari segi penggunaan kata yang digunakan sangat konpleks walaupun terdapat beberapa kata
yang masih memerlukan perbaikan
3) Dari segi content sangat menarik, hal ini dikarenakan sesui dengan pembahasan pendidikan
yang berlangsung pada abad sekarang
4) Dari segi isi buku ini sangat ajeg memberikan tentang pengetahuan yang berhubungan dengan
bagaimana cara membangun pradaban yang bermutu terkait dengan membangun peradaban
melalui pendidikan dan bimbingan yang konferhensif. Terdapat beberapa isi yang menjadi
kesimpulan yang memberikan distribusi kelebihan dari buku ini yakni sebagai berikut (a) pada
bab II memberikan wawasan tentang konsep peradaban bangsa pada saat ini sekaligus konsep
solusi yang akan menjadikan peradaban kearah lebih baik; (b) pentingnya peradaban melalui
pendidikan yang bermutu; (c) konsep sintax dan pengembangan fasilitas baik dari segi siswa
dan guru yang mendukung menuju peradaban yang lebih baik terkait dengan pendidikan yang
bermutu; (d) pengembangan peradaban pendidikan yang bermutu melalui konsep lokal
menjadi konsep nasional dan memberikan centralnya peran guru dalam mempengaruhi
membangun peradaban pendidikan yang bermutu.
b. Kelemahan
Dari kajian yag dilakukan pada “Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan Dan
Bimbingan Bab Ii Dan Bab V” adalah sebagai berikut.
1) Dari sigi kata, bahasa dan konsep alur berpikir sudah cukup baik namun terdapat beberapa
paragraph yang di ulang persis sama pada BAB II paragraph dimulai dari …..Pendidikan
menurut UNISCO dst bagian ini terdapat di paragraf selanjutnya.
2) Terdapat beberapa kata yang tidak baku namun tidak mengurangi isi konten didalam konsep
yang dimaksud
3) Dari segi isi penulis menggambarkan sangat jelas bagaimana konsep perdaban yang disokong
oleh pendidikan yang bermutu dan bimbingan konferhensif namum penulis tidak memberikan
gambaran solusi yang ditawarkan ketika fenomena mewujudkan pendidikan yang bermutu dan
bimbingan yang konferhensip di daerah tertinggal/desa
4) Kurangnya kajian penelitian secara menyeluruh terkait dengan pendidikan yang bermutu dan
bimbingan yang konferhensif, hal ini terlihat Penulis mengambarkan penelitian yang menjadi
acuan dalam kajian konsep didaerah yang maju tidak mengkaji penelitian didaerah yang
tertinggal/ desa sebagai kajian dalam menyusun pendidiakan yang bermutu tersebut.

C. Hasil kajian Perbandingan Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan
yang ditulis oleh Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan dengan Beberapa Buku yang lain

a. Perbandingan Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan


Dibandingkan dengan Buku Pendidikan Di mata Soekarno : Modernisasi Pendidikan Islam
dalam pemikiran Soekarno
Deskripsi Buku Pendidikan Di mata Soekarno :
Modernisasi Pendidikan Islam dalam pemikiran Soekarno.

Pendidikan di mata Soekarno:


Judul modernisasi pendidikan Islam dalam
pemikiran Soekarno
Pengarang Syamsul Kurniawan
Penerbit Ar-Ruzz Media, 2009
ISBN 9792545948, 9789792545944
Tebal 222 halaman

Dalam buku ini pendidikan menurut soekarno adalah


pendidikan merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan hal
ini dikarenakan pada dasarnya menjadi hal penentu bagi perkembangan umat. Menurut beliu
pendidikan dapat di perbaiki asalkan berlandaskan nilai-nilai, prinsip-perinsip dan ajaran islam.
Pendidikan tidak akan mampu memberikan dstribusi perkembangan peradaban umat apabila hanya
mengandalkan normative hal ini dikarenakan oleh perkembangan zaman yang terus menerus
menggerus nilai-nilai yang ada dalam konsep pendidikan. Dalam buku ini juga menggambarkan
pemikiran yang terkait dengan bagaimana mengembangkan pemikiran-pemikiran nilai-nilai
terdahulu yang menjadi sumbangsih peradaban terkait dengan pendidikan sebagai dasar. Dalam
konsep perkembnagan pendidikan pada khususnya berorientasi pada output lembaga pendidikan
islam didasarkan pada tugas kekhalifahan di bumi dalam orentasi spiritual yang kental sebagai
tugas pokokmanusia muslim yang terdidik. Konsep pengajaran hendaknya dimulia dari manusia-
manusia yang beriman dan memiliki kaitan organis dengan drap perjuangan dalam kehidupann
umat. Ketika mengacu pada peradaban yang lebih baik maka konsep mutlak yang yang harus
dimiliki adalah mental investment yang berarti mengacu pada mental yang baik berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa. Konsep ini tergambar pada pidato beliau (Dahlan, 2001:232-233)
Pengembangan pendidikan yang mengacu pada guru tolok ukur yang bersifat sentral. Guru
hendaknya memberikan keteladanan terhadap siswa. Konsep pengembangan pendidikan tidak
harus dilakukan secara dokmatik sehingga tercipta hubungan interaktid dialogis yang saling
menguntung antara guru dan siswa. Hal ini digambarkan bahwa siswa bukan robot yang slalu
menuruti perintah guru, namun diharapkan terjadinya interaksi timbal balik yang yang kreatif,
kritis, mengedepankan dialog serta menjauhkan peserta didik dari kultur otoriter yang membuat
murid takut dan tertekan. Pandangan Suharto terhadap pendidkan kontemporer beliu
mempraktekkan dalam konteks yang menjadi dasar dalam pemikirian yakni medereniasi dan
visinya dalam pendidikan islam adalah slalu berorientasi pada kemajuan atau yang dikenal dengan
islam is progres. Dalam pandangan yang mengacu pada progress pendidikan kontemporer lebih
mengarah pada pendidikan perempuan, pendidikan islam dan itegrasi ilmu dan profesionalisme
guru.
Bardasarkan kajian perbandingan dua buku diatas dapat konsep-konsep yang dapat
disimpulkan adalah sebagai berikut.
1. Konsep peradaban yang diusung dalam dua buku ini memiliki sisi yang saling melengkapi
yakni Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan mengacu pada
bagaimana membengun peradaban melalui pendidikan yang bermutu dan bimbingan
konferhensif sedangkan Buku Pendidikan Di mata Soekarno : Modernisasi Pendidikan Islam
dalam pemikiran Soekarno mengacu pada pembangunan perdaban melalui bagaimana
penanaman konsep nilai-nilai keimanan dan ketakwaan disamping pentingnya sumber-sumber
pengajaran pada konteks pendidikan
2. Konsep sistem belajar dan mengajar dalam Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan
dan Bimbingan memberikan tugas yang sentral terhadap guru sedangkan Buku Pendidikan Di
mata Soekarno : Modernisasi Pendidikan Islam dalam pemikiran Soekarno yang mengacu pada
sistim belajar dan mengajar juga memiliki konsep yang sentral pada guru sebagai sosok yang
menjadi tolok ukur keberhasilan siswa.
3. Konsep pengajaran pada siswa pada Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan
Bimbingan mengacu pada proses bimbingan secara komferhensip selain memberikan
distribusi yang baik terkait dengan kebutuhan guru dan siswa dari segi kompetensi yang
menjadi tujuan pembelajaran, namun sistim kebijakan pemerintah yang menjadi penopang
keberhasilan siswa sedangkan Buku Pendidikan Di mata Soekarno : Modernisasi Pendidikan
Islam dalam pemikiran Soekarno konsep pengajaran pada siswa selain terpenuhi kebutuhan
dalam proses pelajaran , namun dalam buku ini lebih menkankan pada nilai-nali yang mengacu
pada pendidikan Islam.
b. Perbandingan Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan
Dibandingkan dengan Buku Menyemai KREATOR PERADABAN Renungan Teantang
Pendidikan, Agama dan Budaya

Menyemai KREATOR PERADABAN


Judul Renungan Teantang Pendidikan, Agama
dan Budaya
Pengarang Mohammad Nuh
Penerbit Zaman
ISBN 978-602-17919-3-6
Tebal 300 halaman

Deskripsi Buku Menyemai KREATOR PERADABAN


Renungan Teantang Pendidikan, Agama dan Budaya
Proses pendidikan yang tersirat dalam buku Menyemai KREATOR
PERADABAN Renungan Teantang Pendidikan, Agama dan
Budaya, adalah menyinggung tentang pendidikan yang akan terjadi
pada pendidikan dan generasi 2045, konsep pendidikan ramah sosila, konsep pendidikan dalam
kurikulum 2013 dan mendidik karakter. Dalam buku ini mengkaji tentang konsep pradaban
pendidikan yang mekalaborasikan antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Paradigm pendidiakan
akanterus berkembang dalam kurun waktu berbanding lurus dengan perkembangan jaman konsep
peradaban akan terus berkembang pesat akibat dari tekhnologi yang terus berkembang. Pada salah
satu bab menjelaskan tentang perubahan kurikulum pendidikan untuk menyambut 100 tahun
Indonesia merdeka. Pertumbuhan penduduk yang meningkat drastis ini dapat menyebabkan
dampak positif dan negatif bagi negara. Pendidikan selalu menjadi penekanan dalam Muhammad
Nuh menyampaikan aspirasinya di dalam buku ini. Tidak hanya membeberkan setiap masalah
pendidikan yang ada, tetapi juga membuat sebuah problem solving yang harapannya nanti dapat
membantu dalam mengubah Indonesia menjadi lebih baik.“Kompetensi lulusan program
pendidikan harus mencakup 3 kompetensi yakni sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Sehingga
yang dhasilkan adalah manusia seutuhnya.”(halaman 33). Dalam buku ini Muhammad Nuh tidak
membeda-bedakan agama, walaupun semua kata-kata yang digunakan berlandaskan pengetahuan
dalam Agama Islam. Kesadaran bahwa negara kita adalah negara multikultural, alangkah baiknya
jika kita saling meghargai baik antar umat beragama maupun dalam umat agamanya sendiri.
Dalam bukunya Muhammad Nuh menegaskan : “Masalahnya bukan pada ajaran agama tapi
pada keberagamaan kita. Bukan salah alat musiknya, tapi cara kita memainkannya. Keindahan
perilaku umat beragama sangat ditentukan oleh kemampuan memahami ajaran agamanya dan
kemauan mengamalkannya secara baik dan benar.”(halaman 87).
Dalam kebuadayaan ada satu bab yang berjudul Dakwah Kultural (halaman 176). Isinya
menceritakan tentang perjalanan Wali Sanga dalam menyebarkan Agama Islam. Para wali
berpendapat jika tradisi atau adat jawa, seperti kesenian wayang, slametan, bersaji dan gamelan
perlu dilestarikan. Intinya agamapun mentolelir dan tidak mempermasalahkan Indonesia yang
ditakdikan memiliki banyak budaya. Justru keberagaman ini adalah anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa. Jadi inti dari buku yang saya baca adalah jangan hanya mempersoalkan sebuah masalah
tanpa ada pemecahan yang tepat dan bijak. Kita sudah dianugerahi banyak sumber daya di negara
ini, sudah seharusnya kita mengelola sumber daya yang kita miliki dengan bijak.
Peserta didik akan terus menuntut pemahaman bimbingan yang kuat baik dari aspek agama,
apabila anak didik tidak berpegang teguh pada agama akan tergerus oleh perkembangan tekhnologi
yang berkembang. Hal ini sejalan dengan konsep peradaban yang di kemukakan dalam “ Buku
Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan yang mengacu pada konsep peradaban
yang dapat diwarnai dengan pendidikan yang bermutu. Dalam konsep pembelajaran “Buku
Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan Dibandingkan dengan Buku
Menyemai KREATOR PERADABAN Renungan Teantang Pendidikan, Agama dan Budaya
memiliki konsep yang sama yakni membangun kosep pembelajaran yang berlandaskan pada nilai,
menumbuhkan inovasi, pola piker yang kuat agar dapat memberikan distribusi pada kreatifitas dan
sekaligus daya inovasi seperti yang dipaparkan salah satu muatan kurikul 2013.
Perbedaan yang sangat signifikan yang dibahas dalam Buku Membangun Peradaban
Melalui Pendidikan dan Bimbingan Dibandingkan dengan Buku Menyemai KREATOR
PERADABAN Renungan Teantang Pendidikan, Agama dan Budaya adalah konsep memberikan
solusi bagaimana seharusnya peradaban yang sesungguhnya. Dalam Buku Membangun Peradaban
Melalui Pendidikan dan Bimbingan lebih menekankan bagaimana konsep membangun peradaban
melalui pendidikan dan bimbingan sedangkan dalam “Buku Menyemai KREATOR
PERADABAN Renungan Teantang Pendidikan, Agama dan Budaya” lebih mengarah pada
bagaimana menumbuhkan peradaban melalui kreasi agama, budaya dan konsep yang tertuang
dalam nilai agama dann budaya tersebut.

c. Perbandingan Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan Di


bandingkan dengan Buku Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab
Judul Buku : Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter & Beradab
Pengarang : Dr. Adian Husaini
Penerbit : Cakrawala Publishing
Tahun Terbit : 2011
Jumlah Hal : 188 halaman
Deskripsi isi buku mengacu pada pendidikan
karakter, akhir-akhir ini masih menjadi perbincangan hangat
di dunia pendidikan Indonesia. Gagasan pendidikan karakter
ini menjadi harapan banyak akademisi, orang tua dan guru,
sebab selama ini proses pendidikan dirasakan belum cukup
berhasil membangun karakter jiwa yang baik. Bahkan,
banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena
banyak lulusan sekolah atau sarjana piawai dalam menjawab
soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah. Contohnya banyak pakar bidang
moral yang sehari-hari mengajar tentang kebaikan, tetapi perilakunya tidak sejalan dengan ilmu
yang diajarkannya. Sejak kecil, di sekolah anak-anak diajarkan menghapal tentang bagusnya sikap
jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Tetapi nilai-nilai kebaikan itu
diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas dan dihapal sebagai bahan yang wajib
dipelajari. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penerapan pendidikan karakter di semua jenjang
oleh kemendiknas. Terlepas dari apa yang digagas oleh pemerintah mengenai pendidikan karakter.
Apakah kita sebagai muslim pernah berpikir apakah gagasan karakter saja cukup untuk
membangun generasi bangsa Indonesia kita, terutama generasi muslim? Buku ini menjelaskan
sedikit problema pendidikan Indonesia, khususnya tentang konsepsi pendidikan karakter. Penulis
buku ini berpendapat bahwa karakter saja tidak cukup, tapi harus beradab. Bangsa Cina dan
Jepang, yang mayoritas penduduknya adalah orang komunis dan atheis dapat maju sebagai hasil
dari pendidikan karakter. Lalu di manakah letak perbedaan antara muslim dan non-muslim yang
berkarakter? Bagi muslim, dia bisa juga dan bahkan harus berkarakter mulia. Tetapi bagi seorang
muslim bukan hanya menjadi seorang yang berkarakter namun juga harus menjadi seorang yang
berkarakter dan beradab.
Istilah adab juga merupakan salah satu istilah dasar dalam Islam. Istilah adab dapat kita
temukan dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Misalnya bisa dilihat dari hadits yang
diriwayatkan oleh Anas ra, Rasulullah bersabda: “Akrimuu auladakum, wa-ahsinuu adabahum”–
Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka. (HR Ibnu Majah). Adapun yang
dimaksud dengan adab menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah pengenalan dan
pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang. Manusia yang beradab terhadap
orang lain akan paham bagaimana mengenali dan mengakui seseorang sesuai harkat dan
martabatnya. Dengan adab pula seorang muslim akan dapat menempatkan karakter pada
tempatnya, kapan dia harus jujur, kapan dia boleh berbohong, untuk apa dia bekerja dan belajar
dengan keras. Dalam pandangan Islam, jika semua itu dilakukan untuk tujuan-tujuan pragmatis
duniawi, maka tindakan itu termasuk kategori tidak beradab atau biadab. Jadi setiap muslim harus
berusaha menjalani pendidikan karakter, sekaligus menjadikan dirinya sebagai manusia beradab.
Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting, sebagai jalan mengenal Allah dan
beribadah kepadanya. Ilmu juga satu-satunya jalan meraih adab. Dan dengan adab inilah, seorang
muslim dapat menmepatkan karakter pada tempatnya. Seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar
muslim, Imam al-Ghazali, “Dengan ilmu, manusia tahu jalan yang ia tahu bagaimana cara
mendakinya; tahu bagaimana mengatasi halangan dan rintangan; dan tatkala suatu ketika dia
tergelincir dia pun tahu, bagaimana dia harus bangkit lagi, dan mendaki lagi menuju puncak taqwa
dan bahagia”. Mengapa ilmu? Tidak ada satu peradaban yang bangkit tanpa didahului oleh
bangkitnya tradisi ilmu. Tradisi mencari ilmu sudah dicontohkan oleh sahabat-sahabat Rasulullah
terutama sahabat yang terkenal dengan sebutan ahlu suffah, kemudian diikuti oleh para tabiin dan
para ulama. Semangat mereka dalam mencari ilmu sudah banyak dikisahkan dalam buku-buku
sejarah, bagaimana Imam Bukhari harus berjalan ribuan bahkan jutaan kilometer dan harus
meninggalkan kampung halamannya ke negeri-negeri yang jauh untuk hanya mencari sebuah
hadits Rasulullah saw. Imam Syafi’i sudah hapal al-Qur’an pada usia 7 tahun dan hapal kitab al-
Muwattha’ karya Imam Malik pada usia 10 tahun. Prof. Wahbah az-Zuhaili penulis Tafsir al-
Munir pernah ditanya, berapa jam beliau membaca dan menulis, beliau menjawab: Tidak kurang
dari 16 jam sehari. Terus bagaimana dengan kita sekarang?
Islam menempatkan ulama pada posisi yang sentral, bahkan ulama disebut oleh Rasulullah
saw, sebagai pewaris dari Nabi dengan warisannya adalah ilmu. Selain untuk mengajarkan kembali
ilmu yang telah dimiliknya, ulama juga mempunyai peranan sebagai kontrol sosial baik
masyarakat ataupun penguasa. Para ulama di masa lalu juga sering mendapat ujian hidup yang
berat, banyak dari mereka yang yang mendapat penyiksaan dari masyarakat bahkan dari penguasa
yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Keteguhan dan ketinggian ilmu para ulama itulah yang
berjasa besar dalam menjaga kemurnian agama Islam yang kita warisi dewasa ini.
Islam sebagai sebuah asas pendidikan telah berhasil membentuk pribadi pribadi teladan
dalam sejarah dan menjadi panutan umat di antaranya adalah Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i,
Mohammad Natsir, Pangeran Diponegoro, dan masih banyak yang lainnya. Namun terkadang
sejarah mengenai seorang tokoh harus ditelusuri lebih jauh, contohnya adalah bagaimana kita
sebagai seorang muslim membuat pendidikan sejarah sesuai dengan faktanya, dari kasus
penokohan R.A. Kartini yang menuai protes dari sebagian sejarahwan yang melakukan penelitian
bahwa R.A. Kartini merupakan tokoh buatan dari pemerintahan Belanda atau kasus-kasus lainnya
yang mendiskreditkan Islam. Sehingga perlu rasanya untuk dilakukan islamisasi di berbagai
cabang ilmu contohnya adalah islamisasi pendidikan sejarah.
Satu hal yang lain yang menjadi tantangan bagi pendidikan Islam masa kini adalah
liberalisasi pendidikan Islam. Liberalisasi pada dasarnya adalah memisahkan antara kepentingan
dunia dengan agama, memisahkan antara pendidikan dengan agama, negara dengan agama, dan
sebagainya.
Dewasa ini banyak dosen-dosen yang berada di dalam perguruan tinggi Islam yang lebih
mengagung-agungkan kaum orientalis yang merupakan kaum liberalis, mereka sangat bangga
mengadopsi metode Islam ala orientalis. Bahkan mereka yang menghancurkan Islam dari dalam
dan selalu mengkritik dan menjatuhkan Islam. Ironisnya para kader orientalis kini telah menjadi
penguasa besar di berbagai kampus. Ada yang menjadi rektor, profesor, dekan, dan dosen yang
menentukan kurikulum dan jabatan di kampus.
Inilah salah satu tantangan terberat yang sedang dan akan dihadapi umat Islam Indonesia
dan juga umat Islam di berbagai belahan dunia yang lain. Para tokoh Islam telah berjuang sekuat
tenaga untuk mendirikan perguruan-perguruan tinggi Islam dengan tujuan mulia. Tentu
merupakan suatu musibah besar jika kampus-kampus ini kemudian dibajak oleh para orientalis
untuk mencetak kader-kader yang aktif meruntuhkan bangunan Islam. Padahal, pada pasal 2,
Perpre No 11 tahun 1960, tentang pembentukan IAIN disebutkan, bahwa tujuan pembentukan
IAIN adalah: “IAIN tersebut bermaksud untuk memberi pengadjaran tinggi dan mendjadi pusat
untuk memperkembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang Agama Islam.”
Sudah saatnya seluruh jajaran pejabat, pengelola dan pelaksana pendidikan Islam
melakukan intropeksi yang serius dan berani melaukan terobosan besar agar studi Islam menjadi
tuan rumah di negeri sendiri. Buku ini secara lugas menegaskan kembali bahwa tujuan utama dari
Pendidikan Islam ialah untuk mencetak manusia-manusia yang baik. Jika orang itu memiliki
kecerdasan tinggi, maka seharusnya dia diarahkan menjadi ulama atau cendikiwan yang baik. Jika
kualitas intelektual anak didik itu pas-pasan, maka harus diarahkan menjadi pekerja yang baik. Dia
biasa menjadi pedagang kaki lima yang baik, tukang las yang baik, teknisi komputer yang baik,
ataupun petugas kebersihan yang baik.
Setiap manusia diberikan peran oleh Allah sesuai potensi yang dimilikinya. Di akhirat,
semua akan mempertanggungjawabkan seluruh amanah yang diterimanya. Para guru, praktisi
pendidikan bahkan orang tua harus membaca buku ini. Meski buku ini tidak disusun secara
sistematis, namun inti sari buku ini menguak dengan sangat jelas problem dan solusi pendidikan
karakter perspektif Islam. Untuk para guru, buku ini bisa menjadi bahan pengayaan untuk
mengembangkan praktik pendidikan karakter sesuai dengan subjek yang mereka ajarkan di
sekolah.
Konsep peradaban yang dijelaskan dalam buku Pendidikan Islam Membentuk Manusia
Berkarakter & Beradab lebih mengedepankan aspek spiritual yang lebih tinggi kedudukannya
dari pada pengembangan ilmu pengetahuan. Bahwasanya ketika aspek spiritual dalam hal ini
agama islam tinggi maka peradaban pendidikan akan dengan sendirinya memberikan distribusi
baik dalam hal proses pemerolehan ilmu pengetahuan yang bersifat kemajuan perkembangan
teknologi dan pengaruh zaman yang dapat memberikan efek negatip. Apabila dibandingkan
dengan Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan lebih mengarah
pada bagaimana proses pendidikan yang bermutu dan bimbingan konferhensif terhadap nilai-nilai
spiritual yang diajarkan. Penjelasan yang digambarkan lebih rinci terhadap proses penciptaan
peradaban melalui pendidikan yang bermutu dan bimbingan.
DAFTAR RUJUKAN
B, Syamsul, 2017.“Politik Bahasa dalam Perspektif Abad Termutakhir”. Open Science
Framework. June 14. doi:10.17605/OSF.IO/Q2YZP.
Husaini, Adian. 2011. Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab.
Yogyakarta. Cakrawala Publishing.
Kurniawan, Syamsul. 2009. Pendidikan di Mata Soekarno: Modernisasi Pendididikan Islam dalam
Pemikiran Soekarno. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2016. Membanun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan.
Bandung. PT Refika Aditama.
Nuh, Mohammad. 2013. Menyemai KREATOR PERADABAN Renungan Teantang Pendidikan,
Agama dan Budaya. Jakarta: Zaman.

Anda mungkin juga menyukai