Analisis Kritis Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan Dan Bimbingan Yang Ditulis Oleh Prof
Analisis Kritis Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan Dan Bimbingan Yang Ditulis Oleh Prof
Syamsul Bahri
sbahri@fkip.universitassamawa.ac.id
Abstrak
Tujuan menulis artikel ini adalah menganalisis kritis kajian bab yang terkait dengan
membangun peradaban melalui pendidikan. Metode yang digunakan kajian pustaka yang
dibandingkan dengan beberapa buku yang terkait dengan peradaban pendidikan di Indonesia.
Simpulan yang dari hasil kajian adalah dalam “Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan
dan Bimbingan yang ditulis oleh Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan” belum menyentuh peradaban
yang terdapat dalam pendidikan di basis pedesaan sehingga ulasan yang menjadi konsep
membangun peradaban tidak dapat dicerminkan dalam membangun kearipan lokal.
A. Analisis Kritis Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan yang ditulis
oleh Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan
1. DESKRIPSI BUKU
JUDUL BUKU : MEMBANGUN PERADABAN
MELALUI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
Oleh : Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan
Penerbit :PT Refika Aditama
ISBN : 978-602-6322-27-2
Tahun Terbit : 2017
BAB II
Bab dua dalam buku ini mendeskripsikan tentang peradaban abad sekarang tentang ilmu
pengetahuan, teknologi dan spiritual (religius). Peradaban dalam abad sekarang ditandai dengan
adanya keseimbangan, keserasian, dan keharmonisan antara dunia fisik dan dunia spiritual. Untuk
mencapai keseimbangan, keselarasan, dan keserasian kehidupan fisik dan spiritual diperlukan
upaya pendidikan.
Pendidikan harus menanamkan nilai-nilai keimanan dan idealisme pada diri peserta didik.
Pendidikan pun harus berupaya melestarikan dan mengusung kebudayaan bangsa. Iqbal
berpendapat bahwa pendidikan harus berorientasi pada ideologi. Pendidikan yang bersifat netral,
agama merupakan pendidikan yang buruk dan sesat. Fakta menunjukkan bahwa pandangan
keagamaan (religiou sworld views) lah yang mampu memperkuat kualitas karakter yang
dibutuhkan bagi keberlangsungan pembangunan dan realisasi visi keadilan, persaudaraan, dan
kesejahteraan umat seluruhnya. Kesejahteraan tidak mungkin dapat terwujud apabila masing-
masing individu hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki niat untuk berkorban bagi
kesejahteraan urnat manusia. Ath-Thahtawi menyebutkan pondasi dasar bagi berdirinya sebuah
keberadaban yang kokoh yakni pendidikan moral dengan etika keagamaan dan keutamaan
kemanusiaan.
Agama akan memalingkan jiwa dari hawa nafsunya dan melembutkan hati atas
keinginannya. Ath-Thahtawi sampai pada satu kesimpulan bahwa agama adalah pondasi terkuat
bagi kebaikan dan keberdirian dunia. Agama adalah tali kekang bagi manusia. Agama adalah sendi
keadilan dan kebaikan.
Sejarah dipenuhi dengan deretan kisah di mana sebuah masyarakat mencapai puncak
kejayaannya dari hasil reformasi moral keagamaan. Schweitzer juga menekankan jika pondasi
moral lemah, maka peradaban akan terpuruk, meskipun arus intelektual dan kreativitas berjalan
kuat di lingkungan masyarakat. Toynbee juga berpendapat bahwa kebutuhan nonalamiah manusia
yang telah diberikan sains, hampir-hampir menjadi tidak penting bagi manusia apabila
dibandingkan dengan keterikatannya terhadap dirinya sendiri, kepada sesama manusia, dan
terhadap Tuhan. Baru-baru ini, Nigel Lawson, seorang konselor dan bendahara Inggris (1989)
menekankan bahwa tidak ada satu pun kekuatan ekonomi dan politik yang sanggup bertahan tanpa
adanya landasan moral. Friedman, seorang Profesor dari Harvard, juga berargumen bahwa
perkembangan moral bergandeng tangan dengan perkembangan ekonomi, masing-masing saling
mendukung. Bukti empiris menunjukkan bahwa banyak dampak positif dari keberagamaan
terhadap peradaban.
Banyak cendekiawan di antaranya Bernard Lewis (2005: 1 50) merumuskan bahwa unsur
pokok suatu peradaban adalah agama. Agama adalah faktor terpenting yang menentukan
karakteristik suatu peradaban. Huntington juga menulis bahwa agama merupakan karakteristik
sentral yang menentukan peradaban. Menurut Cristopher Dawson, agama-agama besar merupakan
fondasi dari peradaban-peradaban besar sebagai kelanjutannya. Agar bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang beradab, maka nilai-nilai agama yang ada di Indonesia harus terus dibina dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.Selain agama, faktor terpenting lainnya dalam
membangun peradaban bangsa adalah tradisi keilmuan Adian Husaini (2005: XXXIII)
menjelaskan bahwa politik, ekonomi, informasi yang berbasiskan keilmuan yang tinggi adalah
sektor penting dalam membangun peradaban bangsa.
Kejayaan umat Islam dalam sejarah terletak pada tingginya peradaban yang diupayakan.
melalui pengembangan ilmu pengetahuan yang mengalami puncaknya pada masa Dinasti
Abbasiyah (750 M-1258 M). Sydney Nettleton Fisher (1979) menjelaskan bahwa prestasi umat
Islam dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama bidang Filsafat diawali dengan munculnya
nama Al Kindi, filosof Arab yang lahir di Kuffah sekitar abad 8 M. la adalah seorang teolog
sekaligus filosof. Keahliannya juga terkenal dalam bidang optik, kedokteran dan musik. Begitu
juga dengan kejayaan Bangsa Eropa dan Amerika, mereka merupakan bangsa yang berperadaban
tinggi sampai sekarang karena mereka cinta terhadap ilmu (Jaih Mubarok, 2008: 18). Hippocrates
dan Galen, dua dokter Yunani yang terkemuka, telah berjasa besar pada pengetahuan biologi
zaman kuno dan tetap menjadi tokoh yang terhormat dalam ilmu kedokteran dan biologi sepanjang
Abad Pertengahan. Salah satu upaya untuk membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah
melalui pendidikan. Secara umum, pendidikan diartikan sebagai upaya mengembangkan mutu
pribadi dan membangun karakter bangsa yang dilandasi nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial
budaya, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun makna pendidikan menurut UNESCO
(1972) adalah: "Education as organize dan dsustained communication designed to bring about
learning". Atas dasar pengertian tersebut tujuan utama komunikasi yang terorganisasi dan
berkelanjutan itu adalah timbulnya kegiatan belajar. Islam mempunyai pandangan lain tentang
pendidikan. Djawad Dahlan (2007: 42).
Menjelaskan Pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab (ta'dib) secara utuh,
dalam upaya mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad Saw. sehingga menjadi manusia
sempurna. Pendidikan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan manusia menuju dunia lain yang
lebih tinggi, tidak sekedar berada di dalam hidup instinktif. Dunia yang lebih tinggi ini dapat
dicapai dengan usaha sadar untuk menentukan berbagai pilihan yang tersedia bagi manusia.
Pendidikan diarahkan agar manusia mampu menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai hamba
Allah dan sebagai khalifah di bumi secara universal. Pendidikan menjadi perhatian yang serius
pada masa kejayaan Islam. Ini dapat dimaklumi bahwa peradaban Islam hanya dapat dipacu
kemajuannya melalui pendidikan. Richard Munch (1992) menjelaskan bahwa perkembangan
kebudayaan dalam masyarakat yang menandakan adanya tingkat peradaban diawali dengan
kemahiran literacy dan meratanya kesempatan memperoleh pendidikan serta semangat para
ilmuwan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
Hal yang sangat esensial dalam membangun peradaban Bangsa Indonesia adalah
mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu, Sumber daya manusia yang bermutu dapat
tercapai salah satunya melalui pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan peserta didik ini merupakan atribut-atribut yang
menjadi dasar standar mutu pendidikan. Atribut kebutuhan peserta didik ini tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
unluk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karena kemerosotan pendidikan,
penelitian, dan teknologi menjadi salah satu şebab utama kemunduran peradaban suatu bangsa.
Unluk mengatasinya perlu dibangun sektor pendidikan dan fasilitas penelitian berkualitas tinggi
melalui pengembangan sekolah-sekolah, universitas, dan akademik yang bersarana memadai di
seluruh negeri. Dalam proses ini, perhatian khusus perlu diberikan untuk memastikan bahwa
pendidikan tersebut benar-benar terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan bukan hanya oleh
mereka yang kaya saja. Kondisi ini tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya peningkatan
subsidi pendidikan oleh pemerintah, akselerasi penghimpunan zakat, wakaf, dan sumber-sumber
pendapatan lainnya. Semoga Allah meridhai upaya kita dalam membangun bangsa ini. Amin
A. Pendahuluan
Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya. Peradaban adalah
bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari
makhluk lainnya. Peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat.
Kualitas peradaban diukur dari ketenteraman (human security), kedamaian (peacefuld, keadilan
(justice), dan kesejahteraan (welfare) yang merata. Peradaban adalah a way of life that is advance
denough to includeliving in cities. Sekaitan dengan peradaban, Maya History (2009: 1)
menjelaskan Civilization is an advanced state of human society, in which a high level ofculture,
science, industry, andgovernment has beenreached. Selanjutnya Maya History (2009: 1-2)
menjelaskan:
Civilization is anadvanced state ofintelectua/, cultural, and material development in human
society, marked by progress in theartsand science, thee xtensi veuseof record - keeping,
including writing and the appearance of complex political and social; the actor processof
civi/izing orreaching a civilized state; cultural orintellectual refinement, good tage; modern
society with it sconveniences.
Terdapat kesenjangan peradaban yang sangat tinggi antara negara (Amerika dan Eropa)
dengan negara berkembang (Sebagian Asia dan Data United Nation Development Program
(UNDP), menunjukkan Saat ini lebih dari 80 Negara di Asia dan Afrika memiliki pendapatan per
kapita lebih rendah dibandingkan satu dekade sebelumnya. Tahun 1960, perbandingan pendapatan
per kapita antara seperlima penduduk bumi di negara-negara terkaya dan seperlima penduduk
bumi di negara-negara termiskin adalah 30:1 Tahun 1990, kesenjangan itu meningkat menjadi 60:1
; dan tahun 1997 menjadi 74:1. Seperlima penduduk bumi. di negara-negara kaya kini menikmati
86 persen GDP (GrossDomesticProduct) dunia, 82 persen nilai ekspor dunia, dan 68 persen
investasi asing secara langsung (ForeignDirect Investment' EDI). Sementara seperlima penduduk
bumi di negara-negara termiskin hanya menikmati 1 persen GDP dunia, 1 persen dari nilai ekspor
dunia, dan I persen FDI. Keadaan kemiskinan negara-negara di bagian Selatan dunia pada dekade
1990-an digambarkan oleh James GustaveSpeth, Presiden World Resources Institute, bahwa di
negara-negara berkembang, sekitar 13-18 juta manusia, hampir seluruhnya anak-anak, meninggal
akibat kelaparan dan kemiskinan.
Dalam mengatasi kesenjangan peradaban, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Pikiran
Rakyat, 28 Oktober 2009: 28) menegaskan bahwa Bangsa Indonesia akan berusaha berada di garis
depan dalam upaya mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik dan sebagai pelopor dalam
memperjuangkan peradaban. Upaya itu dituangkan dalam dokumen Millennium Development
Goals (MDGs). MDGs terdiri atas delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas
permasalahan global, yang akan dicapai pada tahun 2015. Delapan tujuan tersebut antara lain
memberantas kemiskinan dan kelaparan; mewujudkan pendidikan dasar yang merata dan
universal; memajukan kesetaraan gender; mengurangi tingkat mortalitas anak; memperbaiki
kualitas kesehatan ibu hamil; memerangi HIV-AIDS, malaria, dan penyakit Iain; menjamin
kelestarian lingkungan; dan menjalin kerja sama global bagi kesejahteraan.
Dalam membangun peradaban, Rakyat Indonesia telah bertekad untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial, Bangsa Inclonesia harus meningkatk;jfi peradabannya. Selanjutnya B.L Habibie
(2009: 36) met'ijelaskan bahwa add tiga tiang peradaban yang perlu dikembangkan untuk
membangun peraclabanIndonesia yang maju, sejahtera, mandiri dan kuat yaitu manusia,manusia
Indonesia yang memiliki keunggulan "1-102", “Hati” iman dan taqwa), (ilmu pengetahuan), dan
"Otot" (teknologi),
Potensi Bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju, modern, dan beradab sangat
tinggi. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat indah, Profesor dari Harvard University
bernama Greg mengatakan: "Jika orang percaya di dunia itu ada surga maka surga itu adalah
Indonesia", Afygio Santos (2010:64) seorang Geolog dan Fisikawan Nuklir Brazil dalam bukunya
yang berjudul Atlantis:The Lost Continent Finally Found mengatakan bahwa', "Indonesia adalah
lokasi Eden yang sesungguhnya". Selanjutnya Santos menjelaskan bahwa: "Indonesia ternyata
tempat lahir peradaban dunia berkaitan dengan potensi Indonesia untuk menjadi negara yang tinggi
peradabannya yakni jumlah pulau di Indonesia mencapai 20,000 pulau Luas wilayah perairan laut
Indonesia tercatat mencapai kurang lebih 7,9 juta km persegi termasuk Zone Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Panjang pantai yang mengelilingi seluruh kepulauan Nusantara tercatat kurang lebih 81
km, Jumlah penduduk yang berada di kawasan pesisirnya mencapai 40,000.000 orang. Jumlah
keseluruhan penduduk Indonesia lebih dari 240.000.000 orang, dengan corak alam yang sangat
bervariasi, yang hidup di antara lebih dari 400 etnis yang mendiaminya.
Potensi besar yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia belum sepenuhnya dapat diwujudkan
menjadi prestasi yang menyejahterakan rakyat Indonesia. Sebagai gambaran, dalam RAPBN 201
1 , jumlah pengangguran diperkirakan mencapai 8% dari total angkatan kerja yang ada. Sementara
itu, jumlah penduduk miskin diperkirakan mencapai 12-13,5% dari total penduduk Indonesia. Ini
berarti jumlah penduduk miskin masih mencapai 27,3 juta orang atau mendekati angka 30 juta.
Mengurangi angka ini tentu merupakan tantangan tersendiri karena jika terjadi kesalahan dalam
pengelolaan ekonomi, apalagi diiringi dengan gangguan keamanan, jurnlah ini bisa meledak
kembali, Tingkat perkembangan kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan Bangsa Indonesia
masih belum optimal. Data dari United Nations Development Program's Human Development
menunjukkan posisi Indonesia dalam Human Development Index, pada tahun 2008 termasuk
kategori medium dengan skor 0,726 menduduki peringkat 109 dari 179 negara, satu tingkat di atas
Guyana dan satu tingkat di bawah Turkmenistan. Kita tertinggal jauh negara tetangga kita Brunei
(peringkat 27), Singapura (peringkat 28), Malaysia (peringkat 63), Thailand (peringkat 81), dan
Filipina (peringkat 102). dari indikator peradaban dan indeks perkembangan manusia,
perkembangan peradaban Bangsa Indonesia masih belum optimal. Data terbaru (2009) posisi
Indonesia dalam HDI mengalami penurunan yakni menduduki peringkat 111 dari 179 negara di
dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa bangsa masih harus terus membangun peradabannya.
BAB V
A. Pendahuluan
Bab ini mengkaji tentang pendidikan yang diarahkan agar konsep kehidupan
manunusia lebih beradab yakni manusia yang cerdas, sejahtera dan sehat. Pemikiran ini sejalan
dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dalam membangun peradaban bangsa melalui pendidikan ini, guru memiliki peran yang
sangat sentral. Guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam membangun peradaban
bangsa. Abin Syamsuddin Makmun (2005: 23) menjelaskan secara luas peran guru dalam
membangun peradaban bangsa yakni sebagai konservator (pemelihara) sistem nilai; sebagai
transmiter (penerus) sistem nilai; sebagai transformator (penerjemah) sistem, nilai, dan sebagai
organisator (penyelenggara) terciptanya proses pendidikan dalam memgun peradaban bangsa.
C. Hasil kajian Perbandingan Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan
yang ditulis oleh Prof. Dr. Achmad juntika Nurihsan dengan Beberapa Buku yang lain