Di susun oleh :
ISMAYASARI
19TKM412
III B
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
2
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena
berkat rahmat dan hidayahnya, kita masih diberikan kesehatan untuk melakukan
aktivitas pada hari ini. Tidak lupa juga kita layangkan shalawat dan salam kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, karena telah membawa kita dari
jalan kegelapan menuju jalan terang benderang.
Makalah adalah salah satu bagian dari tugas kuliah yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman kepada peserta didik dalam bidang terkait. Kami
sangat bersyukur pada hari ini kami dapat menyelesaikan salah satu makalah
yang berjudul “Kinerja Electrostatic Precipitator sebagai penangkap debu di PT
Semen Bosowa Maros” sehingga pemahaman tentang materi tersebut tentu saja
semakin luas.
Makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya tentu saja karena
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah-makalah selanjutnya
ISMAYASARI
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
A. PT. Semen Bosowa Maros..................................................................................5
B. Sejarah Semen.....................................................................................................6
C. Proses Produksi Semen.......................................................................................8
D. Limbah Industri Semen.....................................................................................17
E. Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan..............................................19
F. Teknologi Pengolahan Partikulat Debu...........................................................20
G. Electrostatic Precipitator (EP)..........................................................................22
BAB III METODE PENGOLAHAN LIMBAH................................................................28
A. Alat dan Bahan...................................................................................................28
B. Prosedur kerja....................................................................................................28
C. Analisis Data.......................................................................................................28
D. Flow chart...........................................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................32
A. Hasil.....................................................................................................................32
B. Pembahasan.......................................................................................................33
BAB V PENUTUP.....................................................................................................36
A. Kesimpulan.........................................................................................................36
B. Saran...................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ukuran yang sangat kecil sehingga tidak dapat disadari oleh masyarakat
di udara tidak hanya berupa gas, melainkan juga dapat berupa benda-benda
padat sebagai partikel yang diantaranya berupa debu, asap dan bau (Wang,
Salah satu sektor industri yang berpotensi meningkatkan emisi debu dan
1
Pada PT Semen Bosowa Maros memproduksi clinker dengan kapasitas 4 juta
ton per tahun dan semen dengan kapasitas produksi 4,2 juta ton per tahun.
Industri semen merupakan industri yang tidak hanya memiliki bahan baku
saja tetapi juga memiliki bahan koreksi. Bahan baku utamanya terdiri dari
batu kapur dan tanah liat, bahan baku koreksi terdiri dari pasir besi dan pasir
Industri ini memiliki alat yang berfungsi untuk memisahkan debu dari
menggunakan listrik tegangan tinggi untuk memisahkan debu dari gas panas
cairan dari aliran gas dengan menggunakan listrik tegangan tinggi untuk
Emisi debu ke udara terjadi melalui cerobong asap. Debu yang berukuran
akan mengganggu aktivitas manusia. Debu yang terhirup oleh manusia akan
2
masuk ke dalam paru-paru, dan karena bentuknya yang berupa padatan,
semen, maka dilakukan analisa mengenai kinerja dari alat penangkap debu
B. Rumusan Masalah
Maros?
C. Tujuan Penelitian
3
Precipitator jika ditinjau dari kecepatan migrasi partikel dan resistivitasnya
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
2. Bagi Institusi
kerja.
3. Bagi mahasiswa
Precipitator (EP).
4
Electrostatic Precipitator (EP).
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dengan nama perusahaan PT. Moneter yang bergerak di bidang agen Datsun
Pare-Pare. Pada tanggal 14 Oktober 1980, PT. Moneter diubah menjadi PT.
yang diangkat oleh PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motor Jakarta sebagai agen
Q. A., 1999).
sebesar 60% dan 40% diperuntukkan bagi pasar luar negeri. PT. Semen
6
Semen Tipe 1 dan semen jenis Portland Composite Cement (PCC)
produksi sebesar 2 juta ton klinker semen per tahun dan 2,4 juta ton semen
Saat ini PT. Semen Bosowa juga telah memiliki cabang pabrik grinding
plant semen di Banyuwangi, Jawa Timur yang berkapasitas 1,8 juta ton.
wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (Departemen Q. A., 1999).
B. Sejarah Semen
7
batu. Semen yang diciptakan oleh bangsa Mesir adalah kalsinasi gypsum
yang tidak murni, sedangkan kalsinasi batu kapur mulai digunakan saat
mengambil tanah vulkanik yang berasal dari pulau Santoris yang kemudian
kemudian dikenal dengan Pozzolana cement berasal dari nama sebuah kota
penyelidikan pada batu kapur lunak tak murni dan terkandung tanah liat
campuran tanah liat dan batu kapur pada tahun 1824 oleh orang ingris
(Zainul,2018).
8
berdiri PT. Semen Gresik di Jawa Timur, tahun 1968 berdiri PT. Semen
Tonasa di Pangkep Sulawesi Selatan, tahun 1975 berdiri PT. Semen Cibinong
dan PT. Indocement, tahun 1999 berdiri PT. Semen Bosowa di Maros
Sulawesi Selatan dan pada tahun 2012 PT. Semen Gresik berubah nama
1. Komponen Semen
berikut:
9
d. Pasir Silika (Si2O3)
1) Rotary Dryer
4) Air Separator
produk.
5) Tetra Cyclone
6) Weighing Feeder
10
Fungsi alat ini adalah untuk menimbang limestone yang
keluar.
7) Spray Tower
cyclone.
kiln.
Terdiri dari :
11
b. Unit Pembakaran
1) Suspension Preheater
2) Rotary Kiln
C3A dan C4AF. Kiln putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari
antara bahan bakar batu bara dengan udara atau oksigen yang
12
tepung yang dapat menghasilkan semburan api hingga suhu
(Leger, 1996).
dari:
1) Air Separator
13
dihaluskan lagi di finish grinding mill sedangkan partikel halus
dari:
1) Vibrating Screen
2) Cement Silo
3) Storage Silo
rotary packer.
4) Rotary Feeder
14
Fungsi alat ini yaitu sebagai pengatur pengumpanan
semen.
semen.
15
menggunakan ball mill, sehingga dihasilkan semen dalam bentuk
kemudian dibakar dengan bahan bakar batu bara. Proses ini terdiri
pada suhu 900°C sehingga menghasilkan sisa (residu) yang tidak larut,
sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan aluminium oksida, kalsium,
oksida besi, magnesium, fosfor, kapur bebas dan alkali (Velez, 2001).
Secara garis besar, proses produksi semen terdiri dari enam tahap,
yaitu:
16
a. Penyiapan bahan baku
batu kapur, silika, alumina (tanah liat), dan besi oksida (bijih besi)
(Setianto, 2017).
c. Pembakaran
Soehardi, 2018).
17
e. Pendinginan dan pengepakan
1997).
dihasilkan dari industri semen adalah limbah gas dan limbah pertikel.
1. Limbah gas
tersebut antara lain CO, CO2, SO3, hidrokarbon dan lainnya. Gas tertentu
manusia. Dalam kadar rendah, tidak berbau dan bila kadar bertambah
pusing, mabuk dan batuk. Zat-zat yang mudah meguap adalah chlor,
amoniak, nitrat, nitrit dan lainnya. Bahan-bahan yang bersifat gas dan
a. Terganggunya pernafasan
18
2. Limbah Partikel
langsung oleh mata seperti uap air, asap, kabut dan debu. Debu adalah
kontak yang terjadi, konsentrasi debu di udara, jenis debu dan lainnya
Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong
uap air di malam hari akan turun ke bumi menempel pada dedaunan
akan menimbulkan:
b. Alergi
c. Fibrosis
19
d. Penyakit demam
bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses produksi, industri
2. Air, kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk
kritis yang mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang
3. Udara, debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan
pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batubara, berupa gas CO,
CO2, SO2, NOx dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon dan
belerang.
20
Untuk menghindari dampak yang diakibatkan limbah melalui udara,
maka dari itu dilakukan pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas.
Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang
Precipitator (EP). Alat ini mempunyai efisiensi dedusting yang cukup tinggi,
terbuang. Gas yang keluar dari alat tersebut diharapkan dapat memenuhi
baku mutu yang berlaku di lokasi pabrik semen tersebut. Kondisi alat ini
21
selalu dikontrol agar efisiensinya tetap tinggi, sehingga gas keluarannya
Limbah gas buang dihasilkan dari gas buang stack, hasil pembakaran
batubara dan gas penguraian bahan baku di kiln. Limbah gas dari kiln
CO. Kadar CO yang tinggi dapat mengganggu jalannya proses dan merusak
alat EP. Sebagai pencegahan dilakukan pengaturan bahan bakar dan oksigen
atau melakukan pemanasan lebih lama yaitu dengan mengalirkan gas buang
yang lebih baik, kenyamanan hidup disekitarnya yang lebih tinggi, resiko
yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah dan kerusakan lingkungan
(Hutagalung, 2008).
22
Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih
efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang
memisahkan partikulat dari aliran gas buang. Partikulat dapat ditemui dalam
berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat
partikulat yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir pengolahan dan juga
(Hutagalung, 2008).
menggunakan sistem elektrik yang terdiri dari plat-plat baja yang merupakan
23
Prinsip kerjanya menggunakan prinsip listrik, yaitu partikel bermuatan
terbentuk ion debu negatif. Karena pengaruh medan listrik yang kuat, ion
akan terkumpul debu-debu yang terbawa oleh ion negatif tersebut (Afrian,
2015).
netral. Debu yang netral ini akan semakin banyak dan tebal sehingga lapisan
yang terkumpul pada elektroda ini akan mudah terjatuh ketika plat
waktu interval (dapat diatur pada unit rapping gear pada collecting dan
diangkut sebagai produk atau diangkut ke dust bin oleh screw conveyor. Dari
dust bin debu yang tertinggal bersama gas akan keluar bersama-sama
24
Menurut (Afrian, 2015) Proses penangkapan debu pada EP terdiri dari
1. Pendistribusian gas
akan diberi muatan negatif oleh corona yang timbul pada discharge
electrode. Corona adalah suatu gangguan muatan listrik pada udara yang
menambah kuat medan hingga timbul spark over. Spark over adalah
percikan bunga api yang terjadi secara tiba-tiba antara elektroda pelepas
25
4. Penumpukan debu di elektroda pengumpul
secara berkala dengan sistem rapping. Sistem rapping ini terdiri dari alat
Periode rapping diatur agar tidak terlalu lambat dan tidak terlalu
yaitu:
1. Resistifitas Partikel
26
listrik, yang merupakan indikator kecepatan migrasi partikel. Resistifitas
2. Ukuran Partikel
3. Pengaruh Temperatur
Jika temperature naik maka kuat medan listrik akan turun dan
daya penangkapan debu akan turun sehingga efisiensi ESP akan turun.
4. Pengaruh Spark
sebagi berikut :
karena setelah ash atau abu yang keluar dari boiler dan masuk kedalam
ESP maka abu tersebut akan terurai menjadi partikel-partikel yang akan
2. Rapper atau rapping system ini berfungsi sebagai pemukul atau pembuat
27
plate maka dipukul menggunakan rapping system.
3. Hopper ini berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari hasil
diakibatkannya.
5. Casing dan Manhole ESP berfungsi sebagai pembatas atau pelindung dari
penting yaitu untuk mendistribusikan fly ash ke seluruh field area agar
(Electrostatic Precipitator).
28
Gambar 1 Komponen alat EP
29
BAB III METODE PENGOLAHAN LIMBAH
B. Prosedur kerja
1. Pengumpulan data
a. Resistensi partikel
C. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah Data kecepatan gas inlet,
30
perhitungan. Perhitungan dilakukan untuk mencari efisiensi dan
1. Kecepatan migrasi
2. Ko . pa . Ec . Ep
ω=
3μ
Dimana :
p = Tekanan (1 atm)
−Q
ω= ln (1−μ)
A
Dimana:
31
ω = Kecepatan migrasi partikel (m/s)
μ = efisiensi EP standar
2. Resistivitas Partikel
istrik dan kerapatan arus, atau dalam kata lain adalah resistansi suatu
partikel terhadap arus listrik, maka akan semakin tinggi pula kecepatan
electrostatic precipitator.
partikel.
A
ρ=R
l
Dimana :
ρ = Resistivitas ( Ώcm)
R = Tahanan ( Ώ)
32
D. Flow chart
MULAI
Pengumpulan Data :
Jumlah Emisi per hari hasil pembakaran di rotary
kiln
Laju aliran gas
Ukuran partikel abu
Tegangan dan arus aktual pada ESP
Kesimpulan
Selesai
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
diambil dari central control room, unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
unit Electrical Control pada industri semen seperti disajikan pada Tabel 1.
Tangga Emisi
04-Apr 46,76
05-Apr 48,98
06-Apr 49,76
07-Apr 49,98
08-Apr 51,23
09-Apr 50,76
10-Apr 52,89
11-Apr 53,76
12-Apr 54,55
13-Apr 55,67
34
2. Data hasil perhitungan kecepatan migrasi partikel dengan efisiensi
Electrostatic Precipitator
98,83
0,0212
98,78
0,0229
98,76
0,0231
98,75
0,0247
98,72
0,0247
98,73
0,0251
98,68
0,0262
98,66
0,0267
98,64
0,0272
98,61
0,0278
35
B. Pembahasan
Dari perhitungan resistivitas partikel menunjukkan bahwa EP di industri
semen ini dalam keadaan baik. Secara umum nilai resistivitas berada dalam
range 10=3 - 1014 Ωm. Nilai resistivitas yang menunjukkan bahwa EP dalam
keadaan baik adalah pada range 107- 1014 Ωm. Hal ini terjadi pada nilai
0.0250
Migrasi Partikel (m/s)
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
98.83 98.78 98.76 98.75 98.72 98.73 98.68 98.66 98.64 98.61
Efisiensi (%)
36
Dengan memasukkan kecepatan migrasi partikel sebesar 0,0212 m/s ke
yang sangat tinggi untuk melakukan pengolahan partikulat debu yang dapat
37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
efisiensi ini masih memenuhi standar efisiensi alat, yang berarti kinerja
B. Saran
Kinerja Electrostatic Precipitator (EP) yang digunakan pada PT Semen
down), alih prosedur, kontrol aliran udara inlet, suhu, dew point, air injeksi
38
DAFTAR PUSTAKA
Afrian, N dkk. (2015). Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP)
Perubahan Emisi di Power Boiler Industri Pulp and Paper. Jom FTEKNIK.
Yogyakarta.
Surabaya.
39
Dinata, M. and Soehardi, F. (2018) “Factor Analysis of Physics Chemistry Waters
Engin, T. and Ari, V. (2005). Energy auditing and recovery for dry type cement
management, 46(4), pp.551-562.
Londong: Prentice-Hall.
Hoiriyah, S. (2018). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Clay Dan Iron Sand
Husna, A.D. and Zainul, R. (2019). “Analisis Molekular dan Karakteristik Hidrogen
at:https://doi.org/10.31227/osf.io/7xej9.
Kabir, G., Abubakar, A.I., and El-Nafaty, U.A. (2010). Energy audit and
40
Komori, A. and Ishikawa, H. (1997). Evaluation of a resin-reinforced glass
Orthodontist, 67(3), pp.189-196.
Madlool, N.A., Saidur, R., Hossain, M.S. and Rahim, N.A. (2011). A critical review
Mintus, F., Hamel, S. and Krumm, W. (2006). Wet process rotary cement kilns:
Policy, 8(2), pp.112-122.
Mulia, M. (2017) “Isolasi Kumarin Dari Kulit Buah Limau Sundai (Citrus nobilis
10.24036/eksakta/vol18-iss02/70.
41
Setianto, S. (2017) “Analisa Kuantitatif Campuran Senyawa Oksida Sebagai Dasar
Tamarani, A., Zainul, R., & Dewata, I. (2019). Preparation and characterization of
science, 1, pp.89-145.
Wang, J., Dai, Y. and Gao, L. (2009). Exergy analyses and parametric
42
Wang, K. L., dkk. (2004). Air Pollution Control Eng. New Jersey: Humana Press Inc.
Semarang.
Zainul, R. (2015). Design of photovoltaic cell with copper oxide electrode by using
43