32
“TANTANGAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI
INDONESIA”
Ach.Djuaeni.K
perangkat kelembagaan publik sedemikian rupa sehingga proporsonalitas, asas profesionalitas, dan asas
memungkinkan kepentingan masyarakat bisa terjamin akuntabilitas.
dengan baik. Jika dielaborasi lebih jauh bahwa perangkat 2. Hak dan Kewajiban penyelenggara negara, salah
kelembagaan itu mencakup : satu yang mendasar dan baru adalah menyangkut
1. Adanya birokrasi yang bersih dan efisien; kewajiban penyelenggara negara melaporkan dan
2. Adanya legislatif yang aspiratif dan tanggap terhadap mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah
kepentingan masyarakat serta menjadi alat kontrol menjabat.
yang baik dan konstruktif bagi birokrasi 3. Pemeriksaan kekayaan penyelenggara negara
pemerintahan; sebelum, selama dan setelah menjabat oleh Komisi
3. Adanya sistem penegakan hukum yang dapat pemberantasan Korupsi (KPK)
dipercaya, termasuk didalamnya aparat penegak 4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
hukum yang mempunyai integritas yang baik; penyelenggaraan negara.
4. Adanya masyarakat sipil (civil society) yang kuat Kebijakan dasar politik nasional seperti itu
untuk memperjuangkan kepentingan warga dimaksudkan untuk merehabilitasi kembali seluruh
masyarakat serta mengontrol lembaga pemerintah; aspek kehidupan nasional menuju cita-cita
5. Adanya distribusi kekuatan yang seimbang dan saling kemerdekaan RI, memerlukan reformasi kembali
mengontrol secara konstruktif. struktur proses bermasyarakat, berbangsa, dan
Perspektif Penerapan Good Governance di bernegara dalam satu kesatuan sistem manajemen
Indonesia. kenegaraan berdasarkan konstitusi negara.
Perspektif penerapan good governance di Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (2010),
Indonesia, diawali dengan UU Nomor 28 Tahun 1999 keberhasilan pembangunan aparatur negara dalam
tentang penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik dalam
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), ditetapkan era reformasi dewasa ini, paling tidak dapat dilihat dari
tujuh asas penyelenggaraan negata yang baik, yaitu : seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas yang reformasi yang mencakup :
mengutamakan landasan peraturan perundang- 1. Mengatasi kritis ekonomi dalam waktu sesingkat-
undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap singkatnya terutama untuk menghasilkan stabilitas
kebijakan penyelenggara negara; moneter yang tanggap terhadap pengaruh global
2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang dan pemulihan aktivitas usaha nasional.
mengutamakan keteraturan, keserasian dan 2. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi
keseimbangan dalam pengendalian dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
penyelenggaran negara; bernegara melalui perluasan dan peningkatan
3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang partisipasi politik rakyat secara tertib untuk
mendahulukan kesejahteraan umum dengan yang menciptakan stabilitas nasional.
aspiratif, akomodatif, dan selektif; 3. Menegakkan hukum berdasarkan nilai-nilai
Dalam rangka menciptakan penyelenggaraan negara kebenaran dan keadilan, HAM menuju terciptanya
yang bersih dan bebas KKN secara preventif, dalam UU stabilitas nasional.
Nomor 28 Tahun 1999 ada 4 (empat) asas kebijakan dasar 4. Meletakkan dasar-dasar kerangka agenda reformasi
politik nasional yang ditetapkan dalam sistem manajemen pembangunan agama, dan sosial budaya dalam
kenegaraan RI, yaitu : usaha mewujudkan masyarakat madani.
1. Meletakkan asas-asas umum penyelenggaraan Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan
negara yang baik (good governance) meliputi : asas nasional sesuai dengan tuntutan reformasi diperlukan
kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan kesamaan visi, persepsi dan misi dari seluruh
negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, penyelenggaraan negara, dunia usaha dan masyarakat.
33
Jurnal Inspirasi Volume 6 No. 2, September 2015: 32-36
Kesamaan visi, persepsi, dan misi tersebut harus sejalan moral elite tersebut. Lawenforcement tidak jalan.
dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki Hukum hanya berlaku terhadap orang yang lemah.
terwujudnya penyelenggaraan negara yang mampu Orang kuat termasuk yang kuat dalam hal keuangan
menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh- hampir tidak tersentuh oleh hukum. Krisis ini juga sudah
sungguh, penuh rasa tanggung jawab, yang berjalan cukup lama dan karenanya menimbulkan
dilaksanankan secara efektif, efisien, bebas dari korupsi, akibat yang sangat serius bagi kehidupan bangsa.
kolusi, dan nepotisme. 3. Krisis moneter
Tantangan Penerapan Good Governance di Pada mulanya, krisis ini memang melanda
Indonesia : Krisis Multidimensi kawasan di luar Indonesia. Namun dengan kondisi
Selama ini dalam penyelenggaraan pemerintahan negeri ini yang sangat lemah fondasi ekonominya,
negara telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan mis- terutama karena krisis etika dan krisis hukum, dampak
management ketika menyediakan dan memberikan buruk krisis moneter di Indonesia jauh lebih parah
pelayanan publik, serta mengelola asset atau kekayaan dibandingkan negara tetangga.
negara. Praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) 4. Krisis ekonomi
sebagai tantangan good governance yang bersifat vicious Krisis moneter di negeri ini justru semakin parah
crises sudah berlangsung sejak lama, terjadi secara dan berkepanjangan. Akibatnya, kehidupan masyarakat
sistemik dan meluas pada hampir seluruh sektor atau kita semakin terpuruk. Harga kebutuhan pokok
bidang pelayanan masyarakat dan pengelolaan asset atau membumbung tinggi, daya beli menurun drastis, dan
kekayaan negara. roda perekonomian sulit bergerak. Kondisi ini pada
Praktek KKN bukan hanya merupakan ancaman gilirannya memicu krisis lain yang lebih parah, yaitu
yang merugikan keuangan negara akan tetapi sudah krisis kepercayaan.
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan 5. Krisis kepercayaan antar-elite
ekonomi masyarakat, sehingga KKN tidak lagi dapat Hampir tidak ada saling percaya antar sesama
digolongkan sebagai kejahatan biasa, melainkan sudah elite kita. Krisis kepercayaan yang paling parah yang
dikategorikan kejahatan luar biasa atau extra-ordinary menjadi sasaran dalam krisis ini adalah pemerintah,
crimes. Terjadinya praktek KKN telah merusak moral terutama birokrasi pemerintahan. Keberadaan birokrasi
sebagian aparatur negara dan sendi-sendi kehidupan pemerintahan terpuruk, sehingga memunculkan krisis
berbangsa dan bernegara. berikutnya yaitu krisis politik.
KKN sebagai krisis multidimensi ini tampak 6. Krisis politik
berlarut-larut menyerupai lingkaran setan. Artinya, krisis Krisis kepercayaan yang begitu merosot tersebut
ini berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang kemudian memuncak pada sasaran utama yaitu
dan dimensinya saling berkaitan, sehingga tidak mudah tuntutan reformasi nasional atau good governance.
ditentukan ujung pangkalnya. Menurut Azizy (Asmawi Krisis masih berlanjut dengan munculnya krisis
Rewansyah, 2010) jika diurai lingkaran setan ini kepercayaan diantara masyarakat sendiri yang justru
mencakup hampir seluruh dimensi kehidupan bangsa dan lebih parah dari sebelumnya.
bahkan mencapai tingkat yang paling mengerikan, yakni 7. Krisis kepercayaan di kalangan masyarakat
terjadinya krisis kemanusiaan yang meliputi :
Krisis ini tidak hanya melibatkan para elite, tetapi
1. Krisis moral atau etika juga rakyat. Rakyat tidak lagi percaya kepada
Telah terjadi krisis moral atau etika para elite kita, pemerintah. Birokrasi semakin terpuruk dan bahkan
baik elite politik, pejabat tinggi, birokrat, maupun tokoh semakin memprihatinkan keadaan. Parahnya, juga
informal. Parahnya, krisis ini sudah berlangsung dalam muncul ketidakpercayaan diantara sesama rakyat
kurun waktu yang cukup lama. sendiri, sehingga kemudian timbul krisis berikutnya
2. Krisis hukum yang jauh lebih parah, yaitu krisis kemanusiaan.
Ini adalah salah satu akibat langsung dari krisis
34
“TANTANGAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI
INDONESIA”
Ach.Djuaeni.K
8. Krisis kemanusiaan atau krisis moral bangsa pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua
Terjadi bentrokan secara fisik antar sesama warga bermakna aspek-aspek fungsional dari pemerintahan
bangsa. Ini jelas sebuah tragedi yang sangat yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya
membahayakan. Krisis pada tingkat ini melibatkan hampir untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
semua elemen masyarakat. Padahal, bukan suku dan Tolak ukur kepemerintahan yang baik adalah
agama yang menjadi akar penyebabnya. Suku dan agama kolaborasi positif dan sinergitas yang effektif, efisien dan
justru hanyalah korban dari konflik itu. produktif antara Pemerintah dengan dunia usaha/bisnis
Penulis sependapat dengan pokok permasalahan di dan masyarakat dan tidak terjadi saling menyalahkan
atas yaitu bahwa good governance harus dimulai atau merusak apalagi terjadi korupsi, kolusi dan
berdasarkan urutan awal mulanya krisis yaitu dari elite nya nepotisme diantara ketiga komponen good governance.
terlebih dahulu. Penegakan moralitas elite harus Tantangan penerapan Good Governance di
dibuktikan agar dapat menjadi contoh bagi warga Indonesia, yaitu terjadinya krisis multidimensi, yang
masyarakat lainnya. Diharapkan jika para elite sudah bersifat vicious crises, yang meliputi krisis moral, krisis
menegakkan moralitas, penegakan hukum dan lainnya hukum, krisis moneter, krisis ekonomi, krisis
akan mudah dijadikan acuan perbaikan. kepercayaan, krisis politik dan krisis kemanusiaan.
Oleh karena itu, menurut pendapat penulis, harus Aparatur atau birokrasi pemerintahan
ada yang sanggup memulai dan sekaligus menjadi mempunyai peranan yang esensial dan sentral dalam
pioneer. Setidaknya dari sekian banyak kelembagaan mewujudkan kepemerintahan yang baik. Untuk itu
negara, harus ada yang bersedia dan dapat memberikan reformasi nasional harus dimulai dengan reformasi
contoh, dan untuk dilakukan perbaikan secara serius dan birokrasi pemerintahan, sebagai pioneer, driving forces,
konsisten. dan agent of change.
Good governance di Indonesia harus dilakukan DAFTAR PUSTAKA
secara komprehensif, mencakup tiga lembaga pemegang Asmawi, Rewansyah, 2010, Reformasi Birokrasi
kekuasaan yaitu legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Dalam Rangka Good Governance, Jakarta : Yusaintanas
Birokrasi merupakan driving force dalam kinerja lembaga Prima.
eksekutif good governance tidak akan terjadi sebelum Bob Widyahartono. “Good Governance menang Masih
birokrasi itu sendiri bisa menjalankan program reformasi Impian”
dengan baik. Untuk itu, birokrasi harus mampu menjadi Bintoro Tjokroamidjojo,2010, Good Governance
pioneer dalam good governance, agent of change, dan (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan), Jakarta
sekaligus katalisator perbaikan kinerja pemerintah dalam :LAN.
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bintoro Tjokroamidjojo. “ The Global Context”. 1990.
Penutup. Cristian Thebold. “The World bank : Good Governance
Governace atau kepemerintahan dalam praktik and The New Institusional Economics”. In Law and State
terbaiknya disebut good governance. Kata “good” Volume 59/60-2005
didepan governance berarti “baik”,”sehat”atau tidak sakit. David Osbone and Ted Gaebler. “Reinventing
Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang sehat. Government” : How the Entrepreneural Spirit is
Karena pemerintahan yang sehatlah yang mampu Transforming the public Sector”. 1992.
mengemban visi, misi, tugas dan fungsi yang David Osbose and Peter Plastrik. “Banishing
diamanatkan rakyat. Kata baik (good) dalam istilah Bureaucracy : The Five Strategic for Reinventing
kepemerintahan yang baik (good governance) Government'' 1997.
mengandung dua makna. Pertama bermakna nilai-nilai Harian Ekonomi neraca. “Indeks Good Govenrnance
yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat Indonesia Trendah di Asia Timur”. 11 oktober 2005.
dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan Heinrich dan Lynn, 2000. Good Governance. Journal of
rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian, Public Administration, Nov/Dec.
35
Jurnal Inspirasi Volume 6 No. 2, September 2015: 32-36
IMF, 1997. Good Governance: The IMF's Role. Washington Meuthia Ganie Rochman, Good Governance”. Kompas
DC. 23 Agustus, 2005.
J.B Kristiadi. “Perspektif Administrasi Publik Menghadapi O.L Wiliamson. “The Economic Instituatiouns of
Tantangan Abad 21”.1997 Capitalisan”. Jossey-Bass Publisher, 1986.
Karhi Nisjar S. “Beberapa catatan tentang Good Rochman, M.G., 2000. Good Governance: Prinsip,
Governance”. Dalam jurnal Administrasi dan Komponen dan Penerapannya Dalam Komnasham. Hak
Pembangunan .1997. Asasi Manusia: Penyelenggaraan Negara Yang Baik dan
LAN_BPKP> “ pemikiran tentang Framework Code of Masyarakat Warga. Jakarta: Komnasham.
Good Corporate Governance”. Maret 2006. Santosa, Panji, 2008. Administrasi Publik: Teori dan
LAN-BPKP, 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Aplikasi Good Governance. Bandung: PT. Refika
Jakarta : LAN.RI. Aditama.
Leo Fonseka, 1999. Good Governance. Journal of Public World Development Report 1996. “from Plan to Market”.
Administration, Nov/Dec. 1996.
Mari Pangestu. “Good Public Governance dan Pemulihan World Development Report 1997. “The State in a
ekonomi”. Tempo. 15Aguntus 2005. Changing World' 1997.
36