Anda di halaman 1dari 28

1

PBI SISTEM PEMBAYARAN

DEPARTEMEN KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN

29 Januari 2021
PROSES BISNIS ENTRY – PENYELENGGARAAN – EXIT 2
STRUKTUR PBI TENTANG SISTEM PEMBAYARAN 3

BAB I BAB II
KOMPONEN, PENYELENGGARA JASA SISTEM PEMBAYARAN,
KETENTUAN UMUM DAN TAHAPAN PEMROSESAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III BAB IV


AKTIVITAS PJP, PIP, & PENYELENGGARA PENUNJANG,
KEWENANGAN BI DI BIDANG SP SERTA PERIZINAN PJP DAN PENETAPAN PIP

BAB V BAB VI
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN INOVASI TEKNOLOGI SP

BAB VII BAB VIII


PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN PENGAKHIRAN PENYELENGGARAAN SP

BAB IX BAB X
DATA DAN/ATAU INFORMASI KOORDINASI & KOMUNIKASI

BAB XI BAB XII


KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP
BAB I – KETENTUAN UMUM 4

DEFINISI

Definisi dalam ketentuan umum mencakup istilah yang dimuat dalam pengaturan batang tubuh PBI.
BAB I – KETENTUAN UMUM 5

TUJUAN SISTEM PEMBAYARAN


TUJUAN  Penyelenggaraan Sistem Pembayaran bertujuan untuk menciptakan Sistem Pembayaran yang cepat, mudah,
SISTEM murah, aman, dan andal, dengan tetap memperhatikan perluasan akses dan perlindungan konsumen.
 Pencapaian tujuan penyelenggaraan Sistem Pembayaran diarahkan juga untuk mendukung stabilitas
PEMBAYARAN moneter dan stabilitas sistem keuangan.
DAN VISI SISTEM PEMBAYARAN
VISI SISTEM
PEMBAYARAN
BAB II – KOMPONEN, PENYELENGGARA JASA SP, DAN TAHAPAN PEMROSESAN SP 6

KOMPONEN SISTEM PEMBAYARAN


SUMBER DANA &
RUANG LINGKUP MEKANISME INFRASTRUKTUR KELEMBAGAAN AKSES KE SUMBER DANA
SISTEM UTK PEMBAYARAN

PEMBAYARAN PENYELENGGARA SISTEM PEMBAYARAN


Penyelenggara SP terdiri dari: dan

Penyelenggara SP dapat melakukan kerja sama dengan:

TAHAPAN PEMROSESAN PEMBAYARAN


BAB III – KEWENANGAN BANK INDONESIA DI BIDANG SP 7

PERUMUSAN, PENETAPAN, PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SP


DAN KOMUNIKASI KEBIJAKAN PENGAWASAN & PENGENAAN SANKSI
 Perizinan dan penetapan bagi PJP & PIP; Pengawasan & pengenaan sanksi administratif.
 Penyelenggaraan aktivitas PJP & PIP;
 Data (data policy);
 Penghentian akses ke penyelenggaraan PENGELOLAAN DATA DAN/ATAU INFORMASI
SP (Exit policy);  Perolehan data dan/atau informasi;
 Lainnya.  Penetapan Mekanisme dan infrastruktur data dan
Pertimbangan: pembayaran terintegrasi.
 Mendorong pertumbuhan
industri yg inovatif, berkualitas & PERSETUJUAN DAN PELAPORAN
berkelanjutan,
 Menciptakan interkoneksi dan PENYELENGGARAAN SP
interoperabilitas SP,
 Menjaga persaingan usaha yg sehat
termasuk melalui pengelolaan dan
KEWENANGAN BI TERKAIT SRO
penggunaan data transaksi  BI berwenang mengatur kriteria, mekanisme, dan
persyaratan bagi pihak yg dapat ditetapkan sbg SRO.
pembayaran.
 Guna mendukung pelaksanaan kewenangan di bidang
Sistem Pembayaran, Bank Indonesia dapat menugaskan
PENERBITAN PERATURAN SRO untuk:
 PBI  PADG  mendukung implementasi kebijakan BI;
 mendukung implementasi proses perizinan, persetujuan, & pengawasan;
 menyusun dan menerbitkan ketentuan di bidang SP yg bersifat teknis
AKSES KE PENYELENGGARAAN SP (ACCESS POLICY) dan mikro berdasarkan persetujuan Bank Indonesia; dan
 Penetapan;  Perizinan.  menyusun & mengelola standar yg ditetapkan BI.
REKLASIFIKASI ACTIVITY BASED & PERMODALAN 8

Access policy SP akan didasarkan atas reklasifikasi kegiatan penyelenggaraan SP sesuai jenis aktivitas yang diselenggarakan (activity
based) dari 9 (sembilan) PJSP menjadi 3 (tiga) Bundling PJP dan 1 (satu) PIP, dengan penyesuaian persyaratan permodalan…
BAB IV – AKTIVITAS PJP, PIP, DAN PENYELENGGARA PENUNJANG, SERTA 9
PERIZINAN PJP DAN PENETAPAN PIP
RUANG LINGKUP AKTIVITAS

Account Information Services Kliring dan/atau Penyelesaian KRITERIA


(Penyediaan Informasi Sumber Dana); Akhir bagi kepentingan anggota  Hanya menyediakan layanan pendukung yg
Aktivitas mencakup penyediaan informasi Sumber Dana PIP. bersifat teknis/memberikan solusi;
untuk inisiasi pembayaran berdasarkan persetujuan  Kendali pemrosesan transaksi pembayaran
 Aktivitas kliring mencakup kegiatan tetap berada pd PJP/PIP; dan
Pengguna Jasa.
merekonsiliasi, mengonfirmasi,  Tidak diperkenankan mengakses sumber
menghitung hak dan kewajiban dana pembayaran dan/atau
Payment Initiation/Acquiring Services keuangan anggota PIP sebelum
(Inisiasi/Penerusan Transaksi Pembayaran); menatausahakan sumber dananya.
pelaksanaan penyelesaian akhir
Aktivitas mencakup penerusan transaksi pembayaran (setelmen). RUANG LINGKUP AKTIVITAS
(perintah dan/atau data transaksi pembayaran).  Aktivitas penyelesaian akhir
mencakup penyelesaian yang Penyediaan teknologi utk pemrosesan
Account Issuance Services bersifat final dan mengikat melalui transaksi pembayaran
(Penatausahaan Sumber Dana); pendebitan dan pengkreditan
rekening para pihak atas hak dan Penyediaan layanan penunjang
Aktivitas mencakup pelaksanaan otorisasi transaksi
kewajiban keuangan anggota PIP penyelenggaraan SP lainnya yg ditetapkan BI
pembayaran.
berdasarkan hasil kliring. Contoh antara lain:
Layanan Remitansi  Penyediaan teknologi cloud computing;
 Penyelenggara perdagangan melalui sistem
Aktivitas mencakup pengaksepan dan pelaksanaan elektronik yg memfasilitasi transaksi pembayaran.
perintah transfer dana yang sumber dananya bukan  Penyediaan fitur otentikasi utk otorisasi transaksi;
berasal dari akun yang ditatausahakan oleh  Penyediaan teknologi fraud management system;
penyelenggara layanan remitansi.  Penyediaan card management system.
BAB IV – AKTIVITAS PJP, PIP, DAN PENYELENGGARA PENUNJANG, SERTA 10
PERIZINAN PJP DAN PENETAPAN PIP
PERIZINAN PJP DAN PENETAPAN PIP
PERSYARATAN
Wajib Izin BI KELEMBAGAAN Wajib Penetapan BI
Meliputi legalitas badan hukum, kepemilikan
 Pihak yg dapat menjadi PJP adalah Bank dan (a.l komposisi kepemilikan saham, dan struktur  PIP terdiri atas BI dan pihak
Lembaga Selain Bank. kepemilikan), pengendalian, dan
kepengurusan lain yg ditetapkan BI.
 Pemberian izin utk melakukan aktivitas PJP dapat
diberikan bdsk kategori izin yg terdiri atas:  BI dikecualikan dari kewajiban
PERMODALAN & KEUANGAN memperoleh penetapan
 KATEGORI IZIN 1:
AIS, PIAS, AINS, dan Layanan remitansi; Meliputi persyaratan minimal modal disetor, sebagai PIP.
analisis kelayakan bisnis, dan proyeksi bisnis
 KATEGORI IZIN 2:  Penetapan PIP dilakukan
PIAS dan AINS; MANAJEMEN RISIKO berdasarkan penilaian BI,
 KATEGORI IZIN 3: dengan mempertimbangkan:
Meliputi risiko hukum, risiko operasional
Layanan remitansi dan/atau aktivitas lainnya (tmsk risiko siber), dan risiko likuiditas.  Dampak thd SSK; dan/atau
yang ditetapkan BI.
 Kepentingan publik.
 Mekanisme & tata cara perizinan ditetapkan BI. KAPABILITAS SISTEM INFORMASI
 Tahapan perizinan: Meliputi keamanan dan keandalan sistem
 Penelitian administratif; informasi.
 Analisis substansi permohonan;
 Pemeriksaan (onsite visit).
KEWENANGAN BI
Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta calon PJP/PIP menyampaikan data dan/atau informasi tambahan untuk memenuhi persyaratan
aspek kelembagaan, permodalan & keuangan, manajemen risiko, & kapabilitas sistem informasi.
PENGATURAN KEPEMILIKAN DAN PENGENDALIAN 11
BAB V – PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 12

KEWAJIBAN PJP DAN PIP KEWAJIBAN PIP YANG DITETAPKAN BI


ASPEK TATA KELOLA ASPEK PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR
 Pelaksanaan tugas & tg.jawab direksi &  Keterbukaan informasi
Dekom, atau organ pengurus & pengawas; penyelenggaraan SP.  Ketersediaan sarana dan prasarana penyelenggaraan infrastruktur.
 Pelaksanaan fungsi audit berkala;  Komunikasi & kolaborasi (PIP)  Tata cara dan mekanisme penyelenggaraan infrastruktur.
ASPEK MANAJEMEN RISIKO, TERMASUK PRINSIP KEHATI-HATIAN  Kepesertaan dalam infrastruktur, yang mencakup antara lain:
 Pengawasan aktif direksi & Dekom, atau organ pengurus & pengawas;  kriteria dan persyaratan untuk menjadi peserta infrastruktur;
 Ketersediaan kebijakan dan prosedur serta kecukupan struktur organisasi;  ruang lingkup layanan PIP kepada peserta;
 Proses dan fungsi manajemen risiko serta SDM pelaksana; dan  hak dan kewajiban peserta;
 Pengendalian intern;  mekanisme penyelesaian sengketa antara PIP dengan peserta dan
antar peserta;
ASPEK STANDAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI  pemantauan kepatuhan peserta dan pihak lain yang melaksanakan
 Kebijakan & SOP tertulis sistem informasi; transaksi terhadap ketentuan Bank Indonesia maupun ketentuan PIP;
 Sistem yg aman dan andal, al. kerahasiaan data, FDS, sertifikasi/standar
keamanan & keandalan sistem, keamanan teknologi;
 Standar keamanan siber;
 Pengamanan data dan/atau informasi;  Audit sistem informasi scr berkala.
ASPEK INTERKONEKSI DAN INTEROPERABILITAS
 Kepatuhan mekanisme interkoneksi & interoperabilitas, tmsk Standar;
 Keterhubungan dg infrastruktur data dan infrastruktur SP; dan
 Pemrosesan transaksi pembayaran secara domestik utk inisiasi, otorisasi,
kliring, setelmen kecuali bdsk persetujuan BI a.l. thd: rekonsiliasi global yg
bukan aktivitas utama pemrosesan, manajemen risiko dan APU/PPT yg
terintegrasi dgn head office.
PEMENUHAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
a.l. perlindungan konsumen, perlindungan data pribadi, kewajiban Rupiah.
Penerapan kewajiban PJP dlm penyelenggaraan SP disesuaikan dg aktivitas PJP.
Penerapan prinsip transfer dana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V – PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 13

Dalam penyelenggaraan sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang menetapkan klasifikasi PJP dan PIP…

Dalam melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan SP oleh PJP dan PIP, BI


memperhatikan pula klasifikasi PJP dan PIP.
BAB V – PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 14

PENGEMBANGAN AKTIVITAS, PRODUK, dan/atau KERJA SAMA


BAB V – PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 15
BAB V – PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 16

AKSI KORPORASI

Dalam hal PJP atau PIP melakukan aksi korporasi berupa penggabungan, peleburan, pemisahan,
dan/atau terdapat pengambilalihan terhadap PJP atau PIP, berlaku ketentuan sebagai berikut:
 untuk PJP dan PIP berupa Lembaga Selain Bank, wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari BI; dan
 untuk PJP dan PIP berupa Bank, wajib menyampaikan laporan kepada BI.

Dalam hal badan hukum hasil penggabungan, peleburan, atau pemisahan belum
mempunyai izin sebagai PJP atau penetapan sebagai PIP, badan hukum hasil
penggabungan, peleburan, atau pemisahan wajib terlebih dahulu memperoleh izin atau
penetapan dari Bank Indonesia.

Permohonan Persetujuan dan Laporan untuk aksi korporasi dilakukan sesuai


mekanisme dan tata cara yang ditentukan Bank Indonesia.
BAB V – PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 17

BI dapat menetapkan persyaratan tertentu atas penggunaan Sumber Dana dan akses ke Sumber Dana di wilayah NKRI yang diselenggarakan oleh
penyelenggara asing.
BAB V – PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 18

INTERFACE PEMBAYARAN TERINTEGRASI


BI dapat menyelenggarakan infrastruktur Interface Pembayaran Terintegrasi yg menghubungkan akses
ke Sumber Dana dengan PJP untuk meneruskan proses inisiasi dan/atau otorisasi transaksi pembayaran.

INFRASTRUKTUR SP YANG BERDAMPAK SISTEMIK


Penyelenggaraan infrastruktur SP yang
BI menetapkan infrastruktur SP yg dikategorikan sebagai berdampak sistemik wajib dilaksanakan
infrastruktur pasar keuangan (financial market infrastructure) yg sesuai memenuhi standar internasional
berdampak sistemik berdasarkan kriteria tertentu, yang antara lain yang berlaku, yg mencakup :
didasarkan pada pertimbangan:  aspek penyelenggaraan infrastruktur;
 jumlah dan nilai transaksi yang diproses; dan
 jumlah dan jenis peserta;  aspek tanggung jawab otoritas dalam
 jenis pasar yang dilayani; melakukan pemantauan (oversight).
 pangsa pasar;
 keterhubungan dengan infrastruktur pasar keuangan dan institusi Tindak lanjut pemantauan (oversight) antara lain berupa:
keuangan lainnya; dan  himbauan (moral suasion);
 ketersediaan alternatif infrastruktur Sistem Pembayaran dengan  rekomendasi kebijakan, pengaturan, atau
segera; keuangan lain dalam waktu singkat; dan/atau pengembangan;
 hal lainnya.  koordinasi dengan otoritas terkait; dan/atau
 tindakan lainnya
BAB VI – INOVASI TEKNOLOGI SISTEM PEMBAYARAN 19

Bank Indonesia menyediakan ruang uji coba pengembangan inovasi teknologi Sistem Pembayaran untuk mendukung
pengembangan ekonomi dan keuangan digital ...

Inovasi Teknologi Sistem Pembayaran (ITSP) mencakup produk, aktivitas, layanan, dan model
bisnis yang menggunakan teknologi inovatif dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang dapat
mendukung penyelenggaraan SP.

Penyediaan ruang uji coba ITSP bertujuan untuk mendorong inovasi teknologi,
TUJUAN serta memantau dan mendeteksi peluang dan risiko dari inovasi dimaksud.

SANDBOX
Innovation Lab Regulatory Sandbox Industrial Sandbox
Uji coba pengembangan inovasi Uji coba inovasi terhadap Uji coba inovasi yang telah digunakan
yang belum digunakan atau telah kebijakan atau ketentuan di industri Sistem Pembayaran dan
digunakan di industri Sistem sistem pembayaran. perlu didorong untuk digunakan secara
Pembayaran secara terbatas. luas (misal Open API, QRIS CPM).

Uji coba dapat berasal dari: BANK INDONESIA DAPAT:


mengikutsertakan SRO dan/atau pihak lain
Permohonan PJP, PIP, atau pihak
lain yg ditetapkan BI / Inisiatif BI dalam pelaksanaan penyediaan ruang uji coba
teknologi dan inovasi.
BAB VII – PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN 20

BI melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan SP dgn pendekatan pengawasan berbasis risiko & kepatuhan.

TUJUAN PENGAWASAN Memastikan tercapainya tujuan penyelenggaraan SP dengan tetap mendorong inovasi
industri SP serta memperhatikan standar dan praktik internasional.

PENGAWASAN  PJP dan PIP, termasuk Pihak yg bekerja sama


OBJEK PENGAWASAN
PEMANTAUAN  Infrastruktur SP yg diselenggarakan BI (termasuk infrastruktur SP yg
berdampak sistemik)

MEKANISME PENGAWASAN Pengawasan langsung (BI dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama BI)
Pengawasan tidak langsung

BI dapat menerapkan pengawasan berbasis teknologi inovatif (suptech)


PENGGUNAAN
TEKNOLOGI INOVATIF BI dapat mendorong penggunaan teknologi inovatif oleh industri untuk memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan dan meningkatkan efektivitas pengawasan (regtech).

PENGAWASAN TERINTEGRASI BI dapat melakukan pengawasan secara terintegrasi thd perusahaan induk,
perusahaan anak, dan/atau pihak terafiliasi penyelenggara.
 Eksposur risiko, termasuk kepatuhan thdp peraturan perundang-undangan & ketentuan yg
CAKUPAN PENGAWASAN berlaku;
 penerapan tata kelola dan manajemen risiko; dan
 aspek lainnya yg ditetapkan BI.
BAB VII – PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN 21

Berdasarkan hasil pengawasan, BI dapat:


 Meminta PJP dan PIP untuk:
 melakukan/tidak melakukan sesuatu;
 membatasi kegiatan/penyelenggaraan; dan/atau
 menghentikan sementara, sebagian, atau seluruh kegiatan
termasuk kerjasama;
 Mencabut izin, penetapan, dan/atau persetujuan.

BI berwenang untuk mengenakan Pertimbangan pengenaan BI dapat mengenakan sanksi


sanksi administratif kepada PJP sanksi administratif: administratif kpd pihak lain yg
dan PIP berupa:  tingkat kesalahan dan/atau ditugaskan melakukan pengawasan
 teguran; pelanggaran; langsung yg melanggar ketentuan BI
 denda;  akibat yang ditimbulkan a.l. berupa:
 penghentian sementara, terhadap: aspek kelancaran  teguran tertulis;
sebagian atau seluruh kegiatan; dan keamanan sistem  rekomendasi kepada instansi terkait
dan/atau pembayaran, aspek untuk:
 pencabutan izin PJP atau perlindungan konsumen, dan  mengeluarkan pihak lain yang
ditugaskan dari daftar profesi
penetapan PIP; aspek APU dan PPT; dan aspek tertentu; dan/atau
lainnya yg ditetapkan BI.  melakukan pencabutan izin usaha.
BAB VIII – PENGAKHIRAN PENYELENGGARAAN SP 22

EVALUASI IZIN DAN EVALUASI PENETAPAN


BI melakukan evaluasi terhadap izin dan penetapan yang telah diberikan kepada PJP dan PIP
Evaluasi dilakukan berdasarkan:
 Hasil pengawasan BI;  Putusan pengadilan;
 Aksi korporasi penyelenggara;  Permohonan penyelenggara utk
 Permohonan perpanjangan izin; menghentikan kegiatan; dan/atau
 Rekomendasi otoritas lain;  Pertimbangan lainnya.

Hasil Evaluasi dapat menjadi dasar BI untuk:


 Mempersingkat masa berlaku izin;
 Mencabut izin PJP atau penetapan PIP; atau
 Memberikan perpanjangan masa berlaku izin atau penetapan.

PENYELESAIAN KEWAJIBAN
PJP dan PIP harus menyelesaikan seluruh kewajiban yang timbul dalam
penyelenggaraan SP sesuai dengan mekanisme dan jangka waktu yang
ditetapkan BI sebelum izin PJP atau penetapan PIP dicabut oleh BI.
BAB IX – DATA DAN/ATAU INFORMASI 23

TUJUAN  Perumusan kebijakan, MEKANISME PEROLEHAN DATA & INFORMASI


PEROLEHAN  Mendukung pengembangan  Penyampaian laporan baik berkala maupun insidental.
DATA & EKD  Data capturing termasuk data granular secara real-time; dan/atau
 Pengawasan.
INFORMASI  Market Intelligence.
 Mekanisme penyampaian data dan/atau informasi lainnya.

PENGGUNAAN & KETERBUKAAN DATA INDIVIDUAL NASABAH


 PJP dan PIP wajib menyampaikan  Pertukaran data pribadi antar PJP atau PIP serta pihak lain
SUBJEK data/informasi terkait SP kpd BI. memperhatikan peraturan perundang-undangan mengenai
PEROLEHAN  Dalam hal diminta, pihak lain yg bekerjasama perlindungan data pribadi.
DATA & dgn PJP & PIP wajib menyampaikan  Pertukaran data individual nasabah dapat dilakukan:
a. secara langsung oleh PJP dan/atau PIP; dan/atau
INFORMASI data/informasi terkait SP kpd BI.
b. melalui infrastruktur pengelolaan data dan/atau infrastruktur SP
sesuai tata cara dan mekanisme yg ditetapkan BI. secara terintegrasi yg diselenggarakan/difasilitasi oleh BI.

PEMROSESAN DATA DAN/ATAU INFORMASI TRANSFER DATA INDIVIDUAL NASABAH


Data Hub KE LUAR WILAYAH NKRI
Open API IPT
 Transfer data individual kpd pihak lain di luar NKRI dg
Mekanisme pemrosesan data/informasi terkait SP memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Prinsip yg ditetapkan BI, termasuk melalui infrastruktur Mekanisme  BI dapat menghentikan transfer data individual
Perlindungan data dan infrastruktur SP BI yg mencakup: Penggunaan Mgmt
Pemenuhan
Data Pribadi
 akses dan tata cara pemrosesan; Infrastruktur Risiko Peraturan nasabah apabila tidak sesuai dengan ketentuan
(termasuk Perundang-
customer  standardisasi data, teknis, keamanan, dan tata Data Pihak Siber peraturan perundang-undangan dan/atau untuk
consent) kelola; dan/atau undangan
Ketiga melindungi kepentingan nasional.
 mekanisme lainnya.
BAB X – KOORDINASI DAN KOMUNIKASI 24

Dalam melaksanakan kewenangan dan fungsi di bidang SP,


BI dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan otoritas,
lembaga, dan/atau pihak lain, baik dalam negeri/luar negeri,
antara lain untuk:
a. penggunaan infrastruktur data dan/atau informasi terintegrasi;
b. pertukaran data dan/atau informasi;
c. perumusan kebijakan, penyusunan ketentuan, rekomendasi
perizinan dan/atau persetujuan, serta pelaksanaan
pengawasan;
d. fasilitasi dan uji coba inovasi teknologi sistem pembayaran; dan
e. keikutsertaan dalam fora internasional dan pemenuhan best
practices internasional.

 BI melakukan komunikasi kebijakan Sistem Pembayaran kepada PJP


dan/atau PIP serta pihak lain.
 Contoh bentuk komunikasi kebijakan BI adalah siaran pers, FAQ, pedoman,
katalog model bisnis, sosialisasi, dan pertemuan dengan pelaku industri.
BAB XI – KETENTUAN PERALIHAN 25
BAB XII – KETENTUAN PENUTUP 26

Pada saat PBI ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan mengenai SP di BI
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam PBI ini.

PBI ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 2021


TIMELINE TINDAK LANJUT 27
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai