Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum 4 Endapan Mineral Bijih Dan

Hidrotermal
Deskripsi Batuan Beku Dan Alterasi

Oleh:
Paiyan Pandiangan
(1506723313)

Program Studi Geologi


Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok, 2018
Batuan Beku
1. Sampel 17 (Diorit)
Secara fisik batuan ini memiliki warna segar abu-abu kehitaman dengan warna lapuk
coklat. Komponen batuan ini terdiri dari mineral-mineral berukuran besar dan dapat dilihat
dengan mata telanjang (fenokris). Tekstur Kristal batuan ini berupa faneritik dengan derajat
kristalisasi holokristalin (semuanya Kristal). Butirnya juga memiliki kesejajaran mineral
yang seragam (Eequigranular). Secara keseluruhan memiliki struktur massif. Batuan ini
memiliki komposisi mineral kuarsa (10%), plagioklas (25%), alkali feldspar (30%), biotit
(3%), piroksen (30%), dan amfibol (2%).

Genesa:
Batuan ini merupakan batuan yang terbentuk akibat terobosan magma (intrusive) yang
sangat dalam pada kerak bumi. Biasanya terbentuk dengan intrusi kescil yang berasosiasi
dengan intrusi besar seperti granit. Pendinginan yang lambat menghasilkan Kristal yang
besar-besar. Zona-zona subduksi menghasilkan partial melting yang dapat membentuk
batuan ini.
2. Sampel 7A (Porfiri Andesit)
Batuan berwarna hitam keabuan, mempunyai struktur vesikuler, ukuran kristal kurang dari 5mm
dimana fenokrisnya terdiri 60% dengan massa dasar sekitar 40%. Batuan ini menunjukkan tekstur
perfiritik, berdasarkan kristalinitas hipokristalin, kemas inequigranular subhedral sampai euhedral
dengan bentuk mineral panidiomorf. Komposisi batuan ini terdiri atas mineral utama plagioklas
(60%), kuarsa (5%), biotit (3%), piroksen (25%), dan amfibol sekitar 7%.

Genesa:
Andesit-porfiri adalah porfiri dengan nama kimia andesit. Istilah "porfiri" digunakan untuk
batuan beku terdiri dari besar kristal mencolok(phenocrysts) dan berbutir halus ke massa
dasar (matriks) di mana phenocrysts tertanam. Karena istilah "porfiri" hanya mengacu pada
tekstur batu dan tidak komposisinya. Ketika magma meletus atau keluar ke permukaan
bumi sisa lelehan magma yang belum sempat terkristal tadi akan mengkristal dengan cepat
akibat suhu dipermukaan yang lebih dingin. Hasil akhirnya, ini akan menghasilkan batuan
dengan dua ukuran kristal yang berbeda. Kristal besar yang terbentuk perlahan-lahan
dibawah permukaan (dikenal sebagai "fenokris"), dan kristal kecil yang terbentuk dengan
cepat di permukaan (dikenal sebagai "groundmass"). Andesit ditemukan dalam aliran lava
yang dihasilkan oleh stratovulkano. Lava yang naik ke ke permukaan akan mengalami
proses pendinginan dengan cepat, hal inilah yang menyebabkan tekstur andesit menjadi
lebih halus. Butir mineral dalam andesit biasanya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
tanpa menggunakan alat pembesar. Selain itu andesit adalah batuan umum kerak benua
yang biasanya berada di atas zona subduksi. Andesit umumnya terbentuk setelah "melting"
(pelelehan/pencairan) lempeng samudera akibat subduksi. Subduksi yang menyebabkan
"melting" pada zona ini merupakan sumber magma yang apabila naik ke permukaan akan
membentuk Andesit.
Deskripsi Alterasi

1. Sampel 1 Potassik TGDD AM30-05H-04 145.50


Pada sampel batuan berasal dari batuan diorite degan warna abu gelap, sifat magnetik lemah,
kekerasan keras dan tidak memiliki sifat karbonatan. Terdapat komposisi mineral penyusun
berupa biotit sekunder (mineral alterasi) yang berasal dari biotit primer sekitar 40%, mineral
alterasi bukan dari mineral primer yaitu anhydrite sekitar 25% berupa vein, dan berupa veinlet
dan stockwork bercampur dengan kuarsa sekitar 25%. Model alterasi dari batuan ini selective
yang berarti tidak tersebar merata, dengan intensitas alterasi sedang. Selain itu terdapat juga
mineral yang bukan hasil alterasi seperti kalkopirit dengan jumlah 0,5% dan bornit 0,5%. Dari
komposisi mineral yang ada, dapat diketahui bahwa tipe alterasinya adalah Potassic.

Genesa:
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem
hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus
meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K
Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat
terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan
hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen. Dicirikan
oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering
hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang
terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif yang
terkait, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magamatik
yang kuat.

Gambar tipe alterasi potassik


2. Sampel Alterasi Kode AM26-016T-02
Deskripsi:
Sampel batuan alterasi ini berasal dari batuan protolith diorite, dengan ciri-ciri fisik warna abu-
abu kehitaman. Teksturnya porfiritik, dengan ukuran butir medium. Tidak memiliki sifat
kemagnetan, kekerasannya amat keras dan tidak memiliki sifat karbonat (tidak ngecos dengan
HCl). Pada sampel alterasi ini, mineral alterasi yang mendominasi adalah mineral clay, dengan
persentase sekitar 40%, dan ada mineral sericite sekitar 15% dari total penyusun sampel.
Ditemukan juga mineral bijih berupa pyrite dan kalkopirit dengan persentase sekitar 10%.
Fasies alterasinya adalah phyllic – argillic dengan intensitas alterasi sedang, dan sifatnya
pervasive yaitu tersebar merata.

Genesa:
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovot-
kaolinit-monmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe
argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004),
fluida asam-netral, dan salinitas rendah. Sedangkan zona filik zona ini dicirikan oleh
kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai mineral utama dengan mineral pyrite yang
melimpah serta sejumlah anhidrit. Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen
metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral
feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan
unsur H+, menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh himpunan
mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral
lempung atau alkali feldspar. Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan
rutil. Terbentuk pada temperatur sedang-tinggi (230°-400°C), fluida asam-netral,
salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat.
Gambar alterasi argilik-filik

3. Sampel Alterasi kode AM30-06H-01 (405,5 m)


Deskripsi:
Sampel batuan ini merupakan alterasi dari batuan protolith diorite. Memiliki warna abu
muda kehijauan, ini tidak memiliki sifat kemagnetan, kekerasan sangat keras dan tidak
memiliki sifat karbonatan. Terdapat kumpulan mineral alterasi yang berasal dari
mineral primer, diantaranya: sericite dengan dominansi sekitar 25% berasal dari bahan
feldspar, epidote 5% dari mineral biotite, dan biotite sekunder sekitar 5% ubahan dari
biotit primer. Model alterasi pervasive (tersebar merata). Terdapat mineral bijih
diseminasi berupa pyrite dan kalkopirit dengan jumlah sekitar 15%, dan ada
stockcwork kuarsa berjumlah 30%. Pada filik ini mineral pencirinya adalah mineral
sericitik.

Genesa:
Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona
alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang pada
intrusi. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai mineral
utama dengan mineral pyrite yang melimpah serta sejumlah anhidrit. Mineral serisit
terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi serisit
yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi
serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona
ini tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak
mengandung mineral-mineral lempung atau alkali feldspar. Kadang mengandung
sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk pada temperatur sedang-tinggi (230°-
400°C), fluida asam-netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada batas
dengan urat.

Gambar 7 dan 8. filik


4. Sampel Alterasi Kode DZ31-03H (273,8 m) Propilitik
Deskripsi
Berasal dari protolih batuan beku diorit dengan warna abu-abu kehitaman, bertekstur
faneritik dengan sifat magnetik lemah – sedang, kekerasan sangat keras dan sifat
karbonatan sedikit karena ngecos ketika ditetesi HCl. Terdapat beberapa mineral
kumpulan diantaranya mineral klorit yang mendominasi sekitar 20%, berasal dari biotit
atau piroksen, epidote sekitar 10% yang berasal dari biotit/piroksen, dan magnesite
yang bukan ubahan dari mineral primer, sekitar 15%. Pada sampel ini juga ditemukan
penyebaran vein dengan mineral aksesoris pyrite dan kalkopirit yang masing-masing
berjumlah 5%.

Genesa:
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH mendekati
netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai
permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004), terdapat empat
kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik, yaitu :
 Klorit-kalsit-kaolinit.
 Klorit-kalsit-talk.
 Klorit-epidot-kalsit.
 Klorit-epidot.

Gambar alterasi propilitik


Kesimpulan

Setiap alterasi akan menghasilkanmineral kumpulan yang berbeda beda sesuai dengan mineral asal dan
pengubahnya (fluida alterasinya).

Referensi

Robb, Laurence. 2005. Introduction to Ore-forming Processes. Blackwell Science Ltd.

Thompson, A.J.B., Thompson, J.F.H. 1996. Atlas of Alteration A field and


Petrographic Guide to Hydrothermal Alteration Minerals. Geological Association of
Canada

Anda mungkin juga menyukai