Anda di halaman 1dari 44

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh


Utara

Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten yang berada di

bagian pantai timur wilayah Provinsi Aceh. Terletak antara 96.52.00o –

97.31.00 o Bujur Timur dan 04.46.00o – 05.00.40o Lintang Utara. Kabupaten yang

beribukota di Lhoksukon ini mempunyai wilayah seluas 3.296,86 km 2. Kecamatan

Lhoksukon yang merupakan ibukota kabupaten, menjadi tujuan utama tempat

tinggal penduduk, sehingga sekitar 10.671 rumahtangga menempati kecamatan

tersebut. Kecamatan lainnya yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah

Kecamatan Sawang dan Kecamatan Tanah Jambo Aye. Penduduk yang menetap

di wilayah itu masing-masing sebanyak 44.876 jiwa dan 40.472 jiwa. Sebaliknya,

penduduk paling sedikit bermukim di Kecamatan Banda Baro, yakni sebanyak

7.415 jiwa. Dalam penelitian ini, objek dalam penelitian ini adalah adalah SMA di

Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, adapun SMA yang terdaftar di

Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara SMA Negeri 1, SMA Negeri 2 dan

SMA Negeri 3 Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

SMA Negeri I Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara terletak di desa Alue

Buket Kecamatan Lhoksukon, disisi sekolah terdapat jalan raya Medan-Banda

Aceh, disis barat terdapat daerah persawahan, sedangkan pada sisi utara dan

selatan terdapat perumahan penduduk. Awal didirikannya SMA Negeri 1

Lhoksukon pad tanggal 1 Januari 1979 dengan Nomor SK penegerian

100
Program Pascasarjana Ilmu Manajemen
101

301060316018. SMA Negeri 2 terletak di Jalan Diponegoro III Bukit Hagu

Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Awal didirikannya SMA Negeri 2

Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara sejak tahun 1990, dan saat ini jumlah guru

yang terdaftar di SMA Negeri 2 Lhokson sebanyak 20 PNS dan 15 orang Non

PNS. Sedangkan SMA Negeri 3 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara beralamat di

jalan Banda Aceh-Medan, KM. 303 Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh

Utara, awal SMA Negeri 3 Lhokskon Kabupaten Aceh Utara sejak Tahun 2004

sampai dengan sekarang .

Adapun Visi, Misi dan Tujuan SMA Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

adalah:

Visi : Unggul dalam prestasi, luhur dalam budi pekerti, berbudaya dan

ramah lingkungan serta mampu bersaing dalam era globalisasi

Misi : a. Meningkatkan pembinaan pengamalan nilai-nilai keimanan dan

ketakwaan untuk membentuk peserta didik yang berakhlak dan

berbudi pekerti luhur dengan melaksanakan kajian dan baca al-

qur’an serta solat jama’ah

b. Menyelenggarakan proses pendidikan yang bermutu dan

berorientasi pada pencapaian kompetensi berstandar nasional

c. Membentuk siswa kreatif, inovatif dan cerdas yang mampu

berkompetensi pada era globalisasi

d. Mebentuk siswa yang memiliki sikap disiplin, jujur, baik, adil,

demokratis dan bertanggung jawab

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


102

e. Pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung untuk dapat

terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang berhasil guna dan

berdayaguna

f. Melaksanakan pembinaan terhadap nilai-nilai budaya ramah

lingkungan

g. menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, nyaman dan

asri

Tujuan : Berdasarkan visi dan misi yang sudah dirumuskan, maka hasil yang

diharapkan dari siswa adalah :

a. Memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Allah serta

terciptanya siswa yang mempunyai jiwa akhalkul karimah

b. Tercapainya kelulusan yang sesuai dengan Standar Nasional

Pendidikan

c. Memiliki kemampuan dan memanfaatkan internet sebagai sumber

belajar dain informasi

d. Memiliki budi pekerti luur, sopan santun, tata karma yang baik

serta memiliki disiplin tinggi dan melaksanakan tata tertib sekolah

yang baik dan benar

e. Tersedianya sarana, prasarana dan media pendidikan yang

representative untuk menunjang pembelajaran, terutama untuk

laboraturium

f. Memiliki rasa kepedulian sosial yang tinggi

g. Memiliki rasa tanggung jawab akan kebersihan, keindahan ,

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


103

kesehatan dan kenyamanan lingkungan sehingga mendapat

julukan juara wawasan wisata mandala di tingkat nasional

5.1.2 Karakteristik Responden

Untuk dapat mengetahui profil responden, maka pada bagian ini disajikan

data deskriftif responden dan hubungan antar variabel yang digunakan dalam

penelitian. Data deskriptif yang menggambarkan keadaan ataupun kondisi

responden disajikan sebagai informasi tambahan dalam memahami hasil

penelitian yang akan disajikan peneliti.

Responden pada penelitian ini adalah guru SMA Negeri 1, SMA Negeri 2

dan SMA Negeri 3 Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Adapun

jumlah guru SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara adalah

sebanyak 78 guru. Karakteristik responden dirincikan berdasarkan usia, jenis

kelamin dan pendidikan terakhir. Peneliti menilai aspek demografi tersebut

mempunyai peran penting dalam penilaian guru pada penelitian ini. Adapun

komposisi responden berdasarkan karakteristik dapat dijelaskan di bawah ini.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia responden merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk

penelitio. Untuk mengetahui karakteristik usia berapa saja yang dijadikan

responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini:

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


104

Usia

16,7%
25-35 Tahun
15,4% 36-45 Tahun
67,9%
>45 Tahun

Gambar 5.1 Identitas Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dikemukakan bahwa guru

berusia 25-35 tahun berjumlah 53 guru dengan persentase sebanyak (67,9%), guru

berusia 36-45 tahun berjumlah 12 guru dengan persentase sebanyak (15,4%) dan

guru berusia > 45 tahun berjumlah 13 guru dengan jumlah persentase sebanyak

16,7%. Hal ini menunjukkan bahwa usia guru SMA di Kecamatan Lhoksukon

Kabupaten Aceh Utara berada pada usia 25-35 tahun yang memiliki semangat

mengajar yang tinggi dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan

demikian maka kinerja guru SMA di Kecamatan Lhoksukon diharapkan akan

meningkat.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden merupakan perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi

biologi laki-laki dan perempuan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui jenis

kelamin responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini:

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


105

Jenis Kelamin

37,2% Laki-laki
Perempuan
62,8%

Gambar 5.2
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dikemukakan

bahwa guru berjenis kelamin perempuan berjumlah 49 guru dengan persentase

sebanyak (62,8%) dan guru berjenis kelamin laki-laki berjumlah 29 guru dengan

jumlah persentase sebanyak (37,2%.) Hal ini menunjukkan jenis kelamin guru

SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara lebih tinggi terdapat pada

jenis kelamin perempuan.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Untuk mengetahui latar belakang pendidikan responden, perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui latar belakang guru di SMA Kecamatan Lhoksukon

Kabupaten Aceh Utara. Tingkat pendidikan yang diteliti dalam penelitian ini

adalah tingkat pendidikan DIII, S1 dan S2. Untuk mengetahui pendidikan

responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5.3 berikut ini:

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


106

Pendidikan

12,5%
25,6%
DIII
S1
S2
61,5%

Gambar 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dikemukakan

bahwa guru dengan tingkat pendidikan S1 berjumlah 48 guru dengan persentase

sebanyak (61,5%). Guru dengan tingkat pendidikan DIII sebanyak 20 guru dengan

persentase sebanyak (25,6%). Guru dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 10

guru dengan persentase sebanyak (12,8)%. Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan guru SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara memiliki

karakteristik pendidikan tinggi pada tingkat pendidikan S1, sehingga mampu

meningkatkan kinerja guru SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh

Utara.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Gaji

Gaji merupakan imbalan bagi karyawan secara teratur atas pekerjaannya 

yang diberikan untuk mencapai tujuan dan merupakan dorongan bagi karyawan

untuk meningkatkan aktivitas yang akan datang. Untuk mengetahui gaji responden

dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini:

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


107

Gaji
12,8%

3 - 3,5 Juta
3,6 - 4 Juta
> 4 Juta
33,3% 53,8%

Gambar 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Gaji

Karakteristik responden berdasarkan gaji dapat dikemukakan bahwa guru

dengan tingkat gaji 3-3,5 Juta sebanyak 42 guru dengan persentase sebanyak

(53,8%). Guru dengan tingkat gaji 3,6-4 Juta sebanyak 26 guru dengan persentase

sebanyak (33,3%). Guru dengan tingkat gaji >4 Juta sebanyak 10 guru dengan

persentase sebanyak (12,8)%. Hal ini menunjukkan gaji guru SMA di Kecamatan

Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara lebih tinggi pada gaji/pendapatan 3,6 – 4 Juta.

5.1.3 Deskriptif Jawaban Responden

Analisis deskriptif adalah analisis statistik dengan melihat nilai minimum,

nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), nilai range dan nilai standar deviasi.

Analisis deskriptif statistik terhadap jawaban responden bertujuan untuk

mengetahui nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata (mean) dari

jawaban responden. Tujuan adalah agar peneliti dapat mengambil kesimpulan

secara deskriptif statistic tentang arah jawaban responden terhadap pernyataan

kuisioner.

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


108

1. Deskriptif Jawaban Responden Untuk Variabel Gaya Kepemimpinan

Deskriptif statistik jawaban responden variabel Karakteristik kepribadian

(X1) adalah deskriftif mengenai jawaban tentang item-item variabel karakteristik

kepribadian guru SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.

Berdasarkan data tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa nilai minimum adalah 1, nilai

maksimum adalah 5 dan dengan nilai range 4. Apabila dihubungkan dengan skala

yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,

(3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju. Maka kategori jawaban responden secara

rata-rata berada pada skala (3) atau pada kondisi netral tetapi artinya secara umum

responden berpendapat netral terhadap pertanyaan dalam kuisioner mengenai

variabel karakteristik kepribadian.

Tabel 5.1
Deskriptif Jawaban Responden Variabel
Karakteristik Kepribadian (X1)
Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Memiliki kepribadian yang mantap,
stabil dan dewasa dalam menghadapi
78 4.00 1.00 5.00 3.3205 1.11068
siswa/i di sekolah

Memiliki sifat disiplin, arif dan


wibawa di lingkungan sekolah 78 3.00 2.00 5.00 3.4744 .87867

Mampu menjadi teladan bagi peserta


didik di sekolah 78 4.00 1.00 5.00 3.4615 1.02808

Memiliki akhal yang mulia di


lingkungan mengajar . 78 4.00 1.00 5.00 3.4231 1.01315

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


109

Memiliki rasa toleransi kepada siswa/i


di sekolah baik dalam memberi PR
atau memberi hukuman kepada siswa 78 4.00 1.00 5.00 3.4103 1.16704
yang melakukan kesalahan

Mengisi jam kerja secara efektif


sesuai dengan jadwal mengajar yang
78 4.00 1.00 5.00 3.2436 1.11874
telah ditentukan di organisasi sekolah

Mampu memotivasi murid untuk


belajar lebih giat 78 4.00 1.00 5.00 3.2949 1.11785

Mampu menyumbangkan ide dalam


mengajar didepan siswa/i disekolah 78 4.00 1.00 5.00 3.2564 1.13316

Senantiasa bersikap bijak di depan


murid di sekolah agar guru patut
78 4.00 1.00 5.00 3.4231 1.03847
disegani

Memberikan perintah secara


menyenangkan agar siswa/i
menyelesaikan tugas sekolahnya 78 4.00 1.00 5.00 3.3974 1.06099
dengan baik

Rata-rata 3.3705 1.06668

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa variabel karakteristik

kepribadian dalam penelitian ini rata-rata sebesar 3,3705 yang bermakna bahwa

responden dalam penelitian ini merasa “Setuju” terhadap pernyataan yang

diajukan pada variabel karakteristik kepribadian. Ini menunjukkan bahwa

kepribadian guru di SMA Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara sudah

baik.

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


110

2. Deskriptif Jawaban Responden Untuk Variabel Kepemimpinan Kepala


Sekolah

Deskriptif statistik jawaban responden variabel Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) adalah deskriftif mengenai jawaban tentang item-item variabel

Kepemimpinan Kepala Sekolah SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh

Utara. Berdasarkan data tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa nilai minimum adalah 1,

nilai maksimum adalah 5 dan dengan nilai range 4. Apabila dihubungkan dengan

skala yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak

setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju. Maka kategori jawaban responden

secara rata-rata berada pada skala (3) atau pada kondisi netral tetapi artinya secara

umum responden berpendapat netral terhadap pertanyaan dalam kuisioner

mengenai variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Tabel 5.2
Deskriptif Jawaban Responden Variabel
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y1)

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


111

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Memiliki sifat partisipasif, dimana
pemimpin mengharapkan selalu
saran-saran dan ide-ide dari
78 4.00 1.00 5.00 3.4359 1.03935
bawahan sebelum mengambil suatu
keputusan

Memiliki sifat pengasuh, dimana


pemimpin memperhatikan bawahan
dalam peningkatan karier
memberikan bimbingan, arahan,
78 4.00 1.00 5.00 3.3462 1.10285
bantuan dan bersikap baik serta
menghargai bawahan yang bekerja
dengan tepat waktu

Memiliki sifat ototriter, dimana


kepala sekolah yang tidak
membutuhkan pokok-pokok pikiran
dari bawahan dan mengutamakan 78 4.00 1.00 5.00 3.3205 1.02556
kekuasaan

Memiliki sifat berbagi dalam tugas,


dimana seorang kepala sekolah
menuntut bawahan untuk disiplin 78 2.00 3.00 5.00 4.4872 .52826
dalam hal pekerjaan atau tugas.

Rata-rata 3.6474 0,92400

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa variabel kepemimpinan

kepala sekolah dalam penelitian ini rata-rata sebesar 3,6474 yang bermakna

bahwa responden dalam penelitian ini merasa “Setuju” terhadap pernyataan yang

diajukan pada variabel kepemimpinan kepala sekolah. Ini menunjukkan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah di SMA Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh

Utara sudah berjalan dengan baik dan dapat mengarahkan guru di lingkungan

sekolah.

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


112

3. Deskriptif Jawaban Responden Untuk Variabel Komitmen Organisasi

Deskriptif statistik jawaban responden variabel Komitmen Organiasi (Y1)

adalah deskriftif mengenai jawaban tentang item-item variabel komitmen

organisasi guru SMA Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Berdasarkan

data tabel 5.3 dapat dijelaskan bahwa nilai minimum adalah 1, nilai maksimum

adalah 5 dan dengan nilai range 4. Apabila dihubungkan dengan skala yang

ditentukan dalam penelitian ini yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3)

netral, (4) setuju, (5) sangat setuju. Maka kategori jawaban responden secara rata-

rata berada pada skala (3) atau pada kondisi netral tetapi artinya secara umum

responden berpendapat netral terhadap pertanyaan dalam kuisioner mengenai

variabel komitmen organisasi.

Tabel 5.3
Deskriptif Jawaban Responden Variabel
Komitmen Organisasi (Y1)

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


113

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Memiliki perasaan senang
karena sudah menjadi
bagian dari organisasi 78 4.00 1.00 5.00 3.5256 1.01578
sekolah

Merasa bangga karena telah


menjadi bagian didalam
organisasi sekolah tempat 78 4.00 1.00 5.00 3.3718 1.00788
anda mengajar

Memiliki kepedulian
terhadap organisasi sekolah
agar menjadi semakin lebih
78 4.00 1.00 5.00 3.3333 .93513
baik

Memiliki kepercayaan yang


kuat terhadap nilai-nilai
positf yang telah dituangkan 78 4.00 1.00 5.00 3.5385 1.06530
dalam organisasi sekolah

Rata-rata 3.4423 1.00602

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dijelaskan bahwa variabel komitmen

organisasi dalam penelitian ini rata-rata sebesar 3,4423 yang bermakna bahwa

responden dalam penelitian ini merasa “Setuju” terhadap pernyataan yang

diajukan pada variabel komitmen organisasi. Ini menunjukkan bahwa komitmen

organisasi di SMA Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara sudah berjalan

dengan baik meskipun masih ada kekurangan-kekurangan yang harus di perbaiki

kembali mengenai komitmen organisasi di lingkungan sekolah agar kinerja guru

semakin baik.

4. Deskriptif Jawaban Responden Untuk Variabel Kinerja Guru

Deskriptif statistik jawaban responden variabel kinerja Guru (Y 2) adalah

deskriftif mengenai jawaban tentang item-item variabel kinerja pegawai/guru

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


114

SMA di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Berdasarkan data tabel

5.4 dapat dijelaskan bahwa nilai minimum adalah 1, nilai maksimum adalah 5 dan

dengan nilai range 4. Apabila dihubungkan dengan skala yang ditentukan dalam

penelitian ini yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju,

(5) sangat setuju. Maka kategori jawaban responden secara rata-rata berada pada

skala (3) atau pada kondisi netral tetapi artinya secara umum responden

berpendapat netral terhadap pertanyaan dalam kuisioner mengenai variabel kinerja

pegawai.

Tabel 5.4
Deskriptif Jawaban Responden Variabel Kinerja Guru (Y2)
Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation
Memiliki kualitas kerja yang
baik didalam organisasi
78 4.00 1.00 5.00 3.5256 .98988
sekolah saat menge

Memiliki kuantitas kerja


yang baik dalam
menyelesaikan tugas di 78 2.00 3.00 5.00 4.4487 .57315
lingkungan mengajar.

Memiliki tanggung jawab


dalam pekerjaan saat
78 4.00 1.00 5.00 2.8462 .89844
mengajar di sekolah

Mampu bekerjasama dengan


guru lainnya saat
menyelesaikan tugas sebagai 78 4.00 1.00 5.00 3.4231 1.01315
guru di sekolah

Rata-rata
3.5609 0.8687

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa variabel kinerja guru dalam

penelitian ini rata-rata sebesar 3,5609 yang bermakna bahwa responden dalam

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


115

penelitian ini merasa “Setuju” terhadap pernyataan yang diajukan pada variabel

kinerja guru. Ini menunjukkan bahwa kinerja guru di SMA Kecamatan

Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara sudah berjalan dengan baik.

5.1.4 Tahapan Analisis SEM

Dalam analisis data dengan menggunakan SEM memiliki banyak

persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya indikator-indikator yang terbentuk

harus valid, konstruk harus reliabel, data harus normal, tidak

terdapatmultikolinieritas atau singularitas dan ukuran sampel juga harus

memenuhi kriteria yang dipersyaratkan SEM. Pada tahapan ini akan diuraikan

tahapan SEM.

5.1.4.1 Discriminant Validity

Discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep

dari masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model mempunyai

discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari

sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dengan nilai

loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity

dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


116

Gambar 5.5 Uji Discriminant Validity


Karakteristik Kepribadian, Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Komitmen Organisasi dan Kinerja Guru
Sebelum di Drop

Berdasarkan gambar 5.5 perlu dilakukan drop indikator karena indikator

pada variabel Kepribadian, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Komitmen

Organisasi dan Kinerja Guru tidak memenuhi nilai loading factor sehingga kedua

indikator tersebut di drop dari model dan dapat dilihat pada gambar 5.6 di bawah

ini:

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


117

Gambar 5.6 Uji Discriminant Validity


Karakteristik Kepribadian, Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Komitmen Organisasi dan Kinerja Guru
Setelah di Drop

Berdasarkan gambar 5.6 dapat disimpulkan keempat nilai loading factor

indikator Kepribadian, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Komitmen Organisasi dan

Kinerja Guru ≥0,70 adalah valid sehingga model layak diterima dan dapat dilihat

pada tabel 5.5 dibawah ini:

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


118

Tabel 5.5
Nilai Discriminan Validity
Nilai variabel DV pada setiap Variabel yang Memenuhi Loading
No Vactor
KPR KKS KO KG
1 KPR 1 0,992 KKS 1 0,855 KO 1 0,844 KG 1 0,973
2 KPR 5 0,951 KKS 2 0,822 KO 2 0,794 KG 2 0,941
3 KPR 6 0,970 KKS 3 0,897 KO 3 0,808 KG 3 0,989
4 KPR 7 0,978 KKS 4 0,895 KO 4 0,842 KG 4 0,989
5 KPR 8 0,970
6 KPR 10 0,962

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa beberapa nilai loading factor untuk

setiap indikator dari masing-masing variabel laten masih memiliki nilai loading

factor yang tidak paling besar dibanding nilai loading jika dihubungkan dengan

variabel laten lainnya. Hal ini berarti bahwa setiap variabel laten belum memiliki

discriminant validity yang baik dimana beberapa variabel laten masih memiliki

pengukur yang berkorelasi tinggi dengan konstruk lainnya.

5.1.4.2 Mengevaluasi Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)

Kriteria validity dan reliabilitas juga dapat dilihat dari nilai reliabilitas

suatu konstruk dan nilai Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing

konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilainya 0,70

dan AVE berada diatas 0,50. Pada tabel 5.6 akan disajikan nilai Composite

Reliability dan AVE untuk seluruh variabel.

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


119

Tabel 5.6
Composite Reliability dan Average Variance Extracted
Average Variance
No Indikator Reliability
Extracted
(AVE)
1 Karakteristik Kepribadian 0,990 0,941
2 Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,924 0,753
3 Komitmen Organisasi 0,893 0,676
4 Kinerja Guru 0,986 0,948

Berdasarkan tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa semua konstruk

memenuhi kriteria reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai composite reliability

di atas 0,70 dan AVE diatas 0,50 sebagaimana kriteria yang direkomendasikan.

5.1.4.3 Cronbach’s Alpha

Uji reliabilitas juga bias diperkuat dengan cronbach’s Alpha dimana

output Smart PLS memberikan hasil berikut:

Tabel 5.7
Cronbach’s Alpha
No Indikator Cronbach’s Alpha Kesimpulan
1 Karakteristik Kepribadian 0,988 Reliabel
2 Kepemimpinan Kepala 0,894 Reliabel
Sekolah
3 Komitmen Organisasi 0,840 Reliabel
4 Kinerja Guru 0,981 Reliabel

Nilai yang disarankan adalah diatas 0,60 dan pada tabel 5.7 diatas

menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk semua kontruk berada diatas

0,60 (Hartono dan Abdillah, 2011).

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


120

5.1.5 Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat

hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian.

Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk

dependen uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.

Gambar 5.7 Uji Intervening


Karakteristik Kepribadian, Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Komitmen Organisasi dan Kinerja Pegawai

Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk

setiap variabel laten dependen. Tabel 4.7 merupakan hasil estimasi R-square

dengan menggunakan SmartPLS.

Tabel 5.8
Nilai R-Square
No Variabel R-Square
1 Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,678
2 Komitmen Organisasi 0,922
3 Kinerja Guru 0,480
Sumber: Data diolah, 2018

Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan 3 buah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

(KKS) yang dipengaruhi oleh Karakteristik Kepribadian, variabel komitmen

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


121

organisasi (KO) yang dipengaruhi oleh Kepemimpinan Kepala Sekolah (KKS)

dan Kinerja Guru (KG) yang dipengaruhi oleh Komitmen organisasi (KO).

Tabel 5.8 menunjukkan nilai R-square untuk variabel KPR diperoleh

sebesar 0,678, untuk variabel KO diperoleh sebesar 0,922 dan untuk variabel KP

diperoleh sebesar 0,480. Hasil ini menunjukkan bahwa 67,5% variabel

Kepemimpinan Kepala Sekolah (KKS) dapat dipengaruhi oleh variabel

Karakteristik Kepribadian (KPR), 92,2% variabel Komitmen Organisasi (KO)

dipengaruhi oleh variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (KKS) dan 48%

variabel Kinerja Guru (KG) dipengaruhi oleh Komitmen Organisasi (KO).

5.1.6 Pengujian Hipotesis

Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat

berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar yang

digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output result

for inner weight. Tabel 5.9 memberikan output estimasi untuk pengujian model

struktural.

Tabel 5.9
Output Estimasi
Original
Sample Mean of Standar
T Statistict P-
Estimate Subsample Deviasion
(|O/Steer|) Value
(O) (M) (STEDEV)
KPR -> KG 0,866 0,870 0,049 17,624 0,000
KPR -> KO 0,517 0,523 0,114 4,547 0,000
KKS -> KG 0,152 0,150 0,054 2,829 0,005
KKS -> KO 0,200 0,200 0,130 2,532 0,026
KO -> KG 0,039 0,041 0,028 1,138 0,172
Sumber: Data diolah, 2018

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


122

Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan

dilakukan dengan menggunakan simulasi. Dalam hal ini dilakukan metode

bootstrap terhadap sampel. Pengujian dengan bootstrap juga dimaksudkan untuk

meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian. Pengujian dengan

bootstrapping dari analisis PLS dapat dibuktikan bahwa penelitian ini dinyatakan

positif dan signifikan dengan hasil penelitian menunjukkan nilai keseluruhan

variabel < 0,05%. Hasil pengujian dengan bootstrapping dari analisis PLS adalah

sebagai berikut :

5.1.6.1 Pengujian Hipotesis 1 (Karakteristik Kepribadian berhubungan


langsung dan positif terhadap Kinerja Guru)

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hubungan variabel

KPR dengan KG menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,866 dengan nilai t

sebesar 17,624. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,996). Hasil ini berarti

bahwa KPR memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap KG yang

berarti sesuai dengan hipotesis kedua dimana Karakteriastik kepribadian

mendorong kinerja guru . Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima.

5.1.6.2 Pengujian Hipotesis 2 (Karakteristik Kepribadian berhubungan


langsung dan positif terhadap Komitmen Organisasi)

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa hubungan variabel

KPR dengan KO menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,517 dengan nilai t

sebesar 4,547. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,996). Hasil ini berarti

bahwa KPR memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap KO yang

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


123

berarti sesuai dengan hipotesis ketiga dimana Karakteriastik kepribadian

mendorong komitmen organisasi . Hal ini berarti Hipotesis 2 diterima.

5.1.6.3 Pengujian Hipotesis 3 (Kepemimpinan Kepala Sekolah berhubungan


langsung dan positif terhadap Kinerja Guru)

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hubungan variabel

KPR dengan KG menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,152 dengan nilai t

sebesar 2,829. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,996). Hasil ini berarti

bahwa KKS memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap KG yang

berarti sesuai dengan hipotesis ketiga dimana Karakteriastik kepribadian

mendorong komitmen organisasi . Hal ini berarti Hipotesis 3 diterima.

5.1.6.4 Pengujian Hipotesis 4 (Kepemimpinan Kepala Sekolah berhubungan


langsung dan positif terhadap Komitmen Organisasi)

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa hubungan variabel

KKS dengan KO menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,200 dengan nilai t

sebesar 2,532. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel (1,996). Hasil ini berarti

bahwa KKS tidak memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap KO

yang berarti sesuai dengan hipotesis keempat dimana Kepemimpinan Kepala

Sekolah tidak mendorong komitmen organisasi. Hal ini berarti Hipotesis 4

diterima.

5.1.6.5 Pengujian Hipotesis 5 (Komitmen Organisasi berhubungan langsung


dan positif terhadap Kinerja Guru)

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


124

Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa hubungan variabel

KO dengan KG menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,039 dengan nilai t

sebesar 1,138. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel (1,996). Hasil ini berarti

bahwa KO tidak memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap KG

yang berarti sesuai dengan hipotesis kelima dimana Komitmen Organisasi tidak

mendorong Kinerja Guru. Hal ini berarti Hipotesis 5 ditolak.

5.1.6.6 Pengujian Hipotesis 6 (Komitmen Organisasi Memediasi Antara


Karakteristik Kepribadian dengan Kinerja Guru)

Pengujian hipotesis keenam untuk pengujian pengaruh tidak langsung

variabel komitmen organisasi memediasi antara karakteristik kepribadian dengan

kinerja guru terlebih dahulu mengetahui hasil pengujian terhadap pengaruh

karakteristik kepribadian terhadap komitmen organisasi. Pengujian pengaruh

mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus Sobel. Hasil pengujian pengaruh

karakteristik kepribadian terhadap komitmen organisasi menunjukkan nilai

koefisien jalur sebesar 0,517. Nilai t diperoleh sebesar 4,547. Nilai tersebut lebih

besar dari t tabel (1,996). Hasil ini berarti bahwa karateristik kepribadian memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi. Pengujian terhadap

pengaruh mediasi antar variabel intervening dengan variabel dependen dilakukan

dengan perhitungan rumus Sobel. Besarnya koefisien tidak langsung merupakan

perkalian dari pengaruh variabel variabel Komitmen Organisasi (KP) dan variabel

Karakterististik Kepribadian (KPR) terhadap Kinerja Guru (KG), sehingga

diperoleh sebagai berikut :

P12 = P1 . P2

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


125

= (0,517) (,039)

= 0,020

Hasil perhitungan tidak langsung (Inderect Effect) yang telah dilakukan

dalam penelitian ini melalui analisis regresi diperoleh nilai 0,020. Berdasarkan

dari hasil regresi dapat dibuat model hasil analisis dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Komitmen Organisasi
a = 0,517 (Y1) b = 0,039
Sa =0,114 Sb = 0,028

Karakteristik Kepribadian Kinerja Guru


(X1) (Y2)
c = 0,866
Sc = 0,049

C’ = 0,020

Gambar 5.8 Analisis Spek Mediasi Variabel Karakteristik Kepribadian,


Komitmen Organisasi dan Kinerja Guru

Besarnya standard error tidak langsung KPR terhadap KO merupakan

perkalian dari pengaruh KPR terhadap KO dengan KO terhadap KG. Untuk

menghitung standar error ab dapat diformulasikan dengan rumusn sebagai berikut:

Sab = √ b2 Sa 2+ a2 Sb2 + Sa2 Sb2


Sab = √ 0,0392 0,1142 +0,5172 0,0282 +0,114 2 0,0282
Sab = √ ( 0,0015 ) ( 0,0123 ) +(0,2672) ( 0,0008 )+(0,0123)(0,0008)
Sab = √ 1,85+0,0002+9,84
Sab = √ 11,6902

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


126

Sab = 3,419
Untuk nilai Z koefisien ab adalah sebagai berikut:
ab
Z=
sab
0,517 x 0,039
Z=
3,419
0,020
Z=
3,419
Z = 0,006
Nilai Z sebesar 0,006 tersebut lebih kecil dari 1,996 yang berarti bahwa

parameter mediasi tersebut tidak signifikan. Maka dengan demikian komitmen

organisasi tidak mampu memediasi variabel karakteristik kepribadian terhadap

kinerja pegawai. Dengan demikian Hipotesis 6 ditolak.

5.1.6.7 Pengujian Hipotesis 7 (Komitmen Organisasi Memediasi Antara


Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru)

Pengujian hipotesis ketujuh untuk pengujian pengaruh tidak langsung

variabel komitmen organisasi memediasi antara kepemimpinan kepala sekolah

dengan kinerja guru terlebih dahulu mengetahui hasil pengujian terhadap

pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen organisasi. Pengujian

pengaruh mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus Sobel.

Hasil pengujian pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

komitmen organisasi menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,200. Nilai t

diperoleh sebesar 2,532. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,996). Hasil ini

berarti bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif signifikan

terhadap komitmen organisasi. Pengujian terhadap pengaruh mediasi antar

variabel intervening dengan variabel dependen dilakukan dengan perhitungan

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


127

rumus Sobel. Besarnya koefisien tidak langsung merupakan perkalian dari

pengaruh variabel Komitmen Organisasi (KO) dan variabel Komitmen organisasi

(KO) terhadap Kinerja Guru (KG), sehingga diperoleh sebagai berikut :

P12 = P1 . P2

= (1,052) (1,039)

= 0,008

Hasil perhitungan tidak langsung (Inderect Effect) yang telah dilakukan

dalam penelitian ini melalui analisis regresi diperoleh nilai 0,0078. Berdasarkan

dari hasil regresi dapat dibuat model hasil analisis dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Komitmen Organisasi
a = 0,200 (Y1) b = 0,039
Sa =0,130 Sb = 0,028

Kepemimpinan Kepala Kinerja Guru


Sekolah (X2) (Y2)
c = 0,152
Sc = 0,054

C’ = 0,008

Gambar 5.9 Analisis Spek Mediasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah,


Komitmen Organisasi dan Kinerja Pegawai

Untuk menghitung standar error ab dapat diformulasikan dengan rumusn

sebagai berikut:

Sab = √ b2 Sa 2+ a2 Sb2 + Sa2 Sb2


Sab = √ 0,0392 0,1302+ 0,2002 0,0282+ 0,1302 0,028 2
Sab = √ ( 0,0015 ) ( 0,0169 ) +(0,04 ) ( 0,0008 ) +(0,0154)(0,0008)
Sab = √ 2,54+3,20+1,23

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


128

Sab = √ 9,358
Sab = 3,059
Untuk nilai Z koefisien ab adalah sebagai berikut:
ab
Z=
sab
0,200 x 0,039
Z=
3,059
0,0078
Z=
3,059
Z = 0,0025
Nilai t sebesar 0,0025 tersebut lebih kecil dari 1,996 yang berarti bahwa

parameter mediasi tersebut tidak signifikan. Maka dengan demikian komitmen

organisasi tidak mampu memediasi variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap kinerja pegawai. Dengan demikian Hipotesis 7 ditolak.

5.2 Implikasi Penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan harus dapat memberikan kontribusi atau

implikasi baik secara teoritis untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

kepada pratik atau kebijakan manajerial. Penelitian ini telah berupaya

memberikan dua kontribuasi yaitu kontribusi secara teoritis dan kontribusi secara

praktik.

5.2.1 Implikasi Teoritis

Menurut Syah (2009) kepribadian merupakan menentukan apakah ia

menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan

menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi

anak didik yang masih kecil dan bagi mereka yang sedang mengalami

kegoncangan jiwa. Pada dasarnya siswa SMA yang masih belia ingin dibimbing,

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


129

diarahkan dan dihargai hasil karyanya, semakin dihargai, para siswa semakin giat

dalam belajarnya, semakin giat belajar siswa, tentunya prestasi belajar yang

semakin baik tinggal tunggu waktu saja. Rasa gengsi dan hanya merasa

dibutuhkan oleh para siswa tanpa merasa membutuhkan siswa biasanya

menghalangi seorang guru untuk menghargai hasil belajar siswa. Guru yang

memiliki kepribadian yang baik hampir imposible memiliki perasaan demikian,

sehingga jika masih ada guru yang tak mau menghargai hasil karya para siswanya

sudah sepatutnya kita mempertanyakan kepribadiannya.

Menurut Hadari Nawawi (2010) bahwa kepemimpinan merupakan

kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-

orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian

tujuan. Lebih lanjut Arifin Abdullrachman (2012) mengatakan bahwa istilah

kepemimpinan berasal dari kata pemimpin dengan definisinya yaitu seseorang

yang menggerakkan orang lain disekitarnya (disekelilingnya, bawahannya, di

dalam pengaruhnya) untuk mengikuti pemimpin itu, maka dapat dijelaskan bahwa

pemimpin merupakan seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan

khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu

mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Komitmen organisasi adalah keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota

organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai dengan keinginan

organisasi, serta keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

Dengan kata lain merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


130

organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan

perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang

berkelanjutan (Luthan, 2006).

Kinerja guru merupakan istilah umum yang digunakan sebagian atau

seluruh tindakan atau aktivitas organisasi pada suatu periode dengan menunjuk

pada sejumlah standar, seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan

dengan dasar efisiensi. Kinerja sering dikaitkan dengan perilaku dalam melakukan

pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Robbins (2008) salah

satunya mengemukakan, bahwa keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan

sangat ditentukan oleh kinerja. Lebih lanjut Robbins (2008) mengemukakan,

bahwa kinerja merupakan fungsi dari interaksi antara kemampuan, motivasi, dan

kesempatan. Kinerja menjadi penting diperhatikan untuk meningkatkan prestasi

kerja dan menjamin tercapainya tujuan organisasi. Atas dasar itu suatu organisasi

amat memerlukan penilaian dan pengelolaan kinerja yang disebut dengan

manajemen kinerja. Manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan

hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif yang memusatkan perhatian

pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untuk mencapai

keberhasilan. Manajemen kinerja menyangkut tentang bagaimana kinerja dikelola

untuk memperoleh keberhasilan.

5.2.2 Pembahasan

5.2.2.1 Pengaruh Karakteristik Kepribadian terhadap Kinerja Guru

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


131

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik

kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Kepribadian

merupakan dimensi dari kepribadian yang merupakan kecenderungan emosional,

kognitif, dan tingkah laku, yang bersifat menetap dan ditampilkan individu

sebagai respons terhadap berbagai situasi lingkungan Westen, (2012). Menurut

Liche Seniati, (2013), taksonomi kepribadian lima besar merupakan assessment

yang komprehensif dari kepribadian dimana individu mempersepsikan bagaimana

dirinya sendiri serta bagaimana hubungan dirinya dengan orang lain. Kepribadian

sebenarnya adalah masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan,

tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan. Syarat

kepribadian guru menurut Peraturan menteri Pendidikan Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru diantaranya mencakup; a) bertindak sesuai dengan norma agaram, hukum,

social dan kebudayaan nasional Indonesia; b) menampilkan diri sebagai probadi

yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; c)

menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa; d) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru dan rasa percaya diri; e) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Kepribadian guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam

membentuk kepribadian anak guna menyiapkan dan mengembangkan sumber

daya manusia serta menyejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa

pada umumnya (Susanna, 2014). Guru harus mampu menciptakan situasi yang

dapat menunjang perkembangan belajar peserta didik termasuk dalam

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


132

menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Semua ini tidak terlepas dari

bagaimana guru menampilkan kemampuan sifat kepribadiannya dalam proses

pembelajaran (Rosmiati, Juraid, & Hasan, 2016). Sifat kepribadian guru

mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap perilaku peserta didik.

Perilaku yang berpengaruh itu antara lain kebiasaan belajar, disiplin, hasrat

belajar, dan motivasi belajar. Yang dimaksud dengan sifat kepribadian meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sifat kepribadian yang ditampilkan guru

dalam proses pembelajaran akan selalu dilihat, diamati, dan dinilai oleh peserta

didik sehingga timbul dalam diri peserta didik persepsi tertentu tentang sifat

kepribadian guru.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sarjana (2016) yang menyatakan bahwa kepribadian sangat berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja guru. Kepribadian guru akan terlihat dari nilainilai

pribadinya yang luhur dengan mengedepankan etika dan sikapnya dalam

menghargai dan memperlakukan orang lain terutama interaksinya dengan kepala

sekolah, rekan guru maupun dengan siswa. Kepribadian mampu memprediksi

aspek yang berbeda pada proses emosional.

5.2.2.2 Pengaruh Karakteristik Kepribadian terhadap Komitmen Organisasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik

kepribadian berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi.

Karakteristik merupakan keinginan, sikap dan kebutuhan seseorang yang dibawa

dalam situasi kerja. Kepribadian dapat menentukan tingginya komitmen Guru

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


133

pada sebuah organisasi. Kepribadian yang dimiliki yakni bagaimana orang

mempengaruhi orang lain, bagaimana mereka memandangi dirinya, juga

bagaimana pola ukur karakter dalam dan karakter luar mereka, mengukur trait dan

interaksi antara manusia dengan situasi.

Manusia dengan situasi adalah ketika seorang guru dapat mempertahankan

dan menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah, maka secara dinamis

organisasi akan dapat mencapai keberhasilan. Kepribadian merupakan suatu

susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi

dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang

individu terhadap lingkungannya, sehingga akan dampak dalam tingkah lakunya

yang berbeda dengan orang lain.

Kepribadian guru sangat mempengarui komitmen organisasi pegawai.

Komitmen organisasi merupakan suatu kebanggaan Guru dan kesetiaan terhadap

organisasi, dimana pada diri Guru mempunyai kemauan untuk bekerja demi

tercapainya tujuan organisasi. Tingginya prestasi Guru mencerminkan adanya

komitmen organisasi pegawai, disisi lain juga ada kepuasan diri atas suatu

keunggulan yang dimiliki oleh organisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Agung (2015) yang menyatakan bahwa karakteristik individu berpengaruh secara

parsial pada komitmen organisasi. Setiap karyawan dalam sebuah perusahaan atau

organisasi tentulah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik

individu adalah keadaan atau ciri-ciri individu yang dibawa kedalam suatu

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


134

organisasi. Karakter karyawan ini sangatlah mempengaruhi karyawan untuk tetap

tinggal dan berkomitmen dalam sebuah organisasi.

5.2.2.3 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala

sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Salah satu

tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin pendidikan, yaitu memimpin staff

(guru-guru, Guru dan pesuruh), membina kerjasama yang harmonis antar anggota

staf sehinggga dapat membangkitkan semangat kerja, motivasi kerja bagi staf

yang dipimpin serta menciptakan suasana yang konduktif. Kepemimpinan yang

bagus, kerjasama yang harmonis serta suasana yang konduktif menjamin staf

menjadi senang untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Disamping itu

kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci proses pemberdayaan kegiatan

pendidikan di sekolah.

Kepala Sekolah dalam organisasi sekolah merupakan pimpinan yang

bertanggungjawab atas kelangsungan organisasi tersebut. Usaha pengelolaan dan

pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan

tergantung pada kemampuan kepala sekolah. Sehubungan dengan itu maka dapat

dikatakan bahwa kepala sekolah selaku administrator berfungsi untuk

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan

mengawasi seluruh kegiatan pendidikan yang diselengggarakan di suatu sekolah.

Kepala Sekolah sebagai manajer pendidikan berfungsi mewujudkan

pendayagunaan setiap personal secara tepat, agar mampu melaksanakan tugas-

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


135

tugasnya secara maksimal untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya, pada

segi kuantitas maupun kualitas dalam proses mengajar belajar di sekolah. Unsur

kepemimpinan kepala sekolah adalah pengaruh yang dimilikinya dan kemampuan

menggunakan pengaruh tersebut serta akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak

dipengaruhi yaitu para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya. Pengaruh

tersebut diwujudkan melalui fungsi kepemimpinan kepala sekolah yaitu charisma,

idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individual

consideration. Pengelolaaan fungsi kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat

memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, dengan demikian keberhasilan

tujuan pendidikan akan mudah tercapai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Setiyati (2014) yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini dapat artikan

bahwa kepimimpinan kepala sekolah yang baik akan memberikan dukungan yang

positif terhadap peningkatan kinerja guru.

5.2.2.4 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Komitmen


Organisasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala

sekolah tidak berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Sekolah sebagai suatu

lembaga pendidikan merupakan wadah untuk mencapai tujuan pembangunan

nasional. Keberhasilan banyak tergantung pada sumber daya yang adadisekolah

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


136

tersebut, yaitu kepala sekolah, guru, siswa, Guru tata usaha, dan tenaga

kependidikan lainnya. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai Key person dlam

menentukan keberhasilan kemajuan dan prestasi suatu sekolah, maka gerak

langkah dan strategi kepemimpinan seorang kepala sekolah menjadi corong dan

barometer kemajuan suatu lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam penelitian ini mampu

mempengaruh komitmen organisasi, tanpa kepemimpinan yang baik proses

peningkatan mutu tidak dapat dilakukan dan diwujudkan. Keutamaan pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah bukanlah semata-mata berbentuk instruksi,

melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger) yang dapat memberi

inspirasi terhadap para guru dan karyawan, sehingga inisiatif dan kreatifitasnya

berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya.

Kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan oleh seseorang

pemimpin pada saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Norma perilaku

yang diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan dalam aktivitas

kepemimpinannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi melalui orang lain.

Dengan demikian, kepala sekolah dapat menjadi sebuah figur dalam membimbing

dan memberikan pengarahan kepada guru dalam pengembangan kompetensi,

maupun meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran sehingga dapat

diperoleh kualitas lulusan yang lebih baik. Sebab memberikan lulusan bukan

hanya berdasarkan teori saja, melainkan kemampuan yang dimiliki oleh masing-

masing siswa.

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


137

Menururt Robbin, (2012) kepemimpinan adalah kemampuan untuk

memepengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Setiap manusia pada

hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta

pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya kelak. Komitmen organisasi

sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi),

keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan

organisasi) dan loyalitas ( keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang

bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang Guru terhadap organisasinya.

Selanjutnya Robbins (2012) menjelaskan bahwa komitmen organisasi

sebagai suatu keadaan dimana seoang individu memihak organisasi serta tujuan-

tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi. Dari dua definisi tersebut dapat diambil garis besarnya bahwa,

pembahasan tentang komitmen organisasi identik dengan membahas

permasalahan tanggung jawab terhadap organisasi, seorang guru yang memiliki

komitmen yang tinggi terhadap organisasi berarti guru tersebut memiliki tanggung

jawab yang tinggi pula terhadap organisasi kelembagaan pendidikan SMA,

sebaliknya semakin rendah guru memiliki komitmen organisasi berarti semakin

rendah pula tanggung jawabnya terhadap lembaga organisasi pendidikan di SMA.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Thaibah dkk (2014) yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Kepemimpinan

kepala sekolah adalah salah satu yang dapat mempengaruhi komitmen kerja guru

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


138

secara statis atau dinamisnya suatu sekolah. Kepala sekolah yang diharapkan oleh

guru adalah kepala sekolah yang mampu menerapkan dan menegakkan peraturan-

peraturan yang telah ditetapkan, dengan demikian komitmen kerja yang tinggi

akan dapat diraih, jika aturan-aturan tersebut dijalankan secara konsekwen, adil

dan bijak maka guru yang bekerja akan semakin mencintai pekerjaannya, tekun,

dan bersemangat.

5.2.2.5 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi

tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Komitmen organisasional merupakan

suatu kekuatan yang mengikat perorangan kepada suatu tindakan keterkaitan pada

satu atau lebih target. Komitmen guru menjadi kekuatan untuk menjalankan

program sekolah. Komitmen guru yang tinggi terhadap sekolah akan

mempermudah tercapainya tujuan-tujuan sekolah. Komitmen organisasional

didefinisikan oleh Durkin dan Bennet yang direplikasi Rahmi (2013)

merupakan sebuah perasaan yang kuat dan erat terhadap tujuan dan nilai

suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya

pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut.

Sementara Luthans (2006) menyatakan bahwa komitmen organisasional

merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan

proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi menunjukkan

perhatian mereka untuk keberhasilan dan kebaikan organisasinya. Komitmen

organisasional membuat pekerja memberikan yang terbaik kepada organisasi

tempat dia bekerja. Pekerja yang berkomitmen tinggi akan lebih berorientasi

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


139

pada pekerjaan. Pekerja yang memiliki komitmen organisasional tinggi akan

cenderung senang membantu dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

Kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang

dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya. (Permendiknas Nomor 35 Tahun

2010). Kewajiban guru dalam pembelajaran/pembimbingan meliputi: 1)

merencanakan pembelajaran/ pembimbingan; 2) melaksanakan pembelajaran/

pembimbingan yang bermutu; 3) menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/

pembimbingan; 4) melaksanakan perbaikan dan pengayaan; 5) melaksanakan

pengembangan keprofesian berkelanjutan sesuai dengan kebutuhannya. Kinerja

guru adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh guru

dalammelaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya (Hamzah, 2010).

Penyebab dari tidak berpengaruhnya komitmen organisasi terhadap kinerja

guru di sekolah belum mampu menerapkan komitmen organisasi yang baik di

SMA Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Komitmen organisasi yang

baik ditunjukkan dalam sikap penerimaan, keyakinan yang kuat terhadap nilai-

nilai dan tujuan-tujuan sebuah organisasi demi tercapainya tujuan organisasi.

Seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2016) yang

menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja guru, hal ini dikarenakan komitmen guru terhadap lembaga

sekolah merupakan satu kondisi yang dirasakan oleh guru yang dapat

menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimiliki

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


140

dan berkaitan dengan identifikasi dan loyalitas pada organisasi dan tujuan-

tujuannya.

5.2.2.6 Komitmen Organisasi Memediasi antara Karakteristik Kepribadian


terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi

tidak mampu memediasi antara karakteristik kepribadian terhadap kinerja

pegawai. Guru adalah bagian integral dari organisasi pendidikan di sekolah.

Sebuah organisasi, termasuk organisasi pendidikan di sekolah, perlu

dikembangkan sebagai organisasi pembelajar, agar mampu menghadapi

perubahan dan ketidakpastian yang merupakan ciri kehidupan modern. Salah satu

karakter utama organisasi pembelajar adalah senantiasa mencermati perubahan

internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka

mempertahankan eksistensinya.

Dalam menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya, maka kinerja Guru

juga akan ditentukan oleh sejauh mana Guru tersebut memiliki komitmen

terhadap organisasi. Komitmen akan mencerminkan tingkat kesungguhan Guru

dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Sebab adanya komitmen yang tinggi

akan memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan kerja Guru (Simmons,

2005). Gunz dan Gunz (2004) juga menyatakan bahwa komitmen organisasi dan

kepuasan kerja memiliki korelasi positif. Hal ini berarti untuk memenuhi dan

meningkatkan kepuasan kerja pegawai, organisasi harus mampu meningkatkan

komitmen Guru Komitmen organisasi merupakan orientasi nilai terhadap

organisasi yang menunjukkan bahwa individu sangat memikirkan dan

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


141

mengutamakan pekerjaan dan organisasinya dalam Fuad Mas’ud (2004). Variabel

diukur melalui ena dimensi yaitu: Terikat secara emosional, merasakan,

kebutuhan dan keinginan, biaya, percaya dan loyalitas.

Kepribadian merupakan salah satu faktor pendukung meningkatnya

kinerja karyawan, hal ini sejalan dengan pemikiran Kartono dan Gulo (2000)

dalam Sjarkawim (2006). Dengan kepribadian yang baik, stabil dan bertanggung

jawab maka dapat memicu peningkatan kinerja sehingga pencapaian hasil kerja

karyawan terpenuhi. Sedangkan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang Guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2009:67).

Menurut Sedarmayanti (2011:260) mengungkapkan bahwa kinerja merupakan

terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah

proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja

tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur

(dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan). Colquitt et al. (2009:37)

mengemukakan bahwa secara umum kinerja dipengaruhi oleh komponen:

mekanisme individual, karakteristik individu, mekanisme kelompok dan

mekanisme organisasi.

5.2.2.7 Komitmen Organisasi Memediasi antara Kepemimpinan Kepala


Sekolah terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi

tidak mampu memediasi antara karakteristik kepribadian terhadap kinerja

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


142

pegawai. Mathis dan Jackson (2000) memberikan definisi Komitmen

organisasional adalah derajat yang mana Guru percaya dan menerima tujuan-

tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi.

Mowday dalam Sopiah(2003) menyebut komitmen kerja sebagai istilah lain dari

komitmen organisasional. Menurut dia, komitmen organisasional merupakan

dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan

karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi. Komitmen organisasional

sebagai daya relatif dari keberpihakan dan keterlibatan seseorang terhadap suatu

organisasi.

Kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seorang

pemimpin dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja

sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan bahwa kepemimpinan yang

memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi dalam

menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para

pegawainya Siagian (2003). Yang dapat dilihat dari bagaimana seorang pemimpin

dapat mempengaruhi bawahannya untuk bekerja sama menghasilkan pekerjaan

yang efektif dan efisien.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lie (2016) yang menyatakan bahwa

komitmen organisasi, kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru

sesungguhnya memiliki keterkaitan dalam menjalankan sebuah organisasi, hasil

penelitian yang dilakukan oleh Lie (2016) menunjukkan bahwa kepemimpinan

kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Guru dan

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen


143

komitmen organisasi berpengaruh positifi terhadap kinerja pegawai, dan secara

simultan juga menunjukkan bahwa secara bersama-sama kepemimpinan kepala

sekolah dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja guru.

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen

Anda mungkin juga menyukai