Anda di halaman 1dari 36

KODE KATEGORI

MENINGKATKAN MINAT BACA DAN


PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN
MELALUI PEMBUATAN BUKU
DIGITAL DI SMK NEGERI 1
LHOKSEUMAWE

PEMILIHAN TENAGA KEPENDIDIKAN BERPRESTASI


TAHUN 2022

Oleh

CUT ROSMIZA
NIP.

PEMERINTAH ACEH
SMK NEGERI 1 LHOKSEUMAWE
DINAS PENDIDIKAN ACEH
TAHUN 2022
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dalam meningkatkan minat


baca dan pengujung perpustakaan melalui buku digital di SMK Negeri 1
Lhokseumawe dan untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanan strategi
meningkatkan minat baca dan pengujung perpustakaan melalui buku digital di
SMK Negeri 1 Lhokseumawe. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru,
dan petugas perpustakaan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Perpustakaan digital memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan minat baca dan pengunjung perpustakaan melalui buku
digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe, dalam meningkatkan minat baca dan
pengunjung perpustakaan melalui buku digital yaitu meliputi: a) perencanaan
perpustakaan digital. Perencanaan merupakan titik awal kegiatan dalam
meningkatkan kinerja perpustakaan sekolah dan harus di susun oleh perpustakaan
itu sendiri. Perencanaan berguna untuk memberikan arah, menjadi standar kerja,
memberikan kerangka pemersatu, dan membantu memperkirakan peluang; b)
pengelolaan koleksi digital. Pengelolaan koleksi merupakan kunci dari
tanggungjawab seorang pengelola perpustakaan. Koleksi sendiri dapat
didefinisikan sebagai bahan informasi atau sejenisnya yang dikumpulkan,
dikelola, dan diolah dengan kriteria tertentu; dan c) pemantauan dan evaluasi
perpustakaan digital. Terdapat beberapa faktor penunjang dalam pengelolaan
perpustakaan digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe adalah ketersediaan
infrastruktur yang memang wajib ada di perpustakaan seperti komputer yang
merupakan perangkan keras, dan perangkat lunak yang berfungsi sebagai
penyimpan dan pencarian koleksi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Untuk faktor
penghambatnya adalah, minimnya dana untuk pos buku-buku umum, jaringan
internet yang tiba-tiba macet dari telkom atau ketika terjadi pemadaman listrik,
dan hal itu sangat berdampak terhadap pengelolaan perpustakaan digital yang
sedang dikelola.

Kata Kunci : Minat Baca, Pengunjung, Perpustakaan, Buku Digital

i
ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah best
practice dengan judul “Meningkatkan Minat Baca Perpustakaan Melalui
Pembuatan Buku Digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe”. Penulisan naskah
best practice ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
pemilihan tenaga kependidikan berprestasi tahun 2022.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan naskah best practice ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, khususnya dari
pihak sekolah SMK Negeri 1 Lhokseumawe, sehingga terselesaikannya naskah
best practice ini. Akhirnya penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam penulisan naskah best practice ini dan terima kasih atas semua
bimbingan dan petunjuk yang diperoleh, sehingga terwujudnya naskah best
practice ini. Amin

Lhokseumawe, September 2022


Penulis

Cut Rosmaniza
NIP.

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5


2.1 Pustakawan .................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Pustakawan ...................................................... 5
2.1.2 Profesi Pustakawan ............................................................ 5
2.1.3 Peran Pustakawan dalam Pelayanan .................................. 7
2.2 Perpustakaan .................................................................................. 8
2.2.1 Pengertian Perpustakaan .................................................... 8
2.2.2 Unsur Layanan Perpustakaan ............................................ 9
2.2.3 Sistem Layanan Perpustakaan ......................................... 10
2.3 Pemustaka..................................................................................... 13
2.3.1 Pengertian Pemustaka ...................................................... 13
2.3.2 Jenis-jenis Pemustaka ...................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 16


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 16
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................... 16
3.3 Informan Penelitian ..................................................................... 17
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 17
3.5 Analisis Data ............................................................................... 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 20
4.1 Strategi dalam Meningkatkan Minat Baca dan Pengunjung
Perpustakaan Melalui Pembuatan Buku Digital di SMK Negeri
1 Lhokseumawe............................................................................
4.2 Hambatan dStrategi dalam Meningkatkan Minat Baca dan
Pengunjung Perpustakaan Melalui Pembuatan Buku Digital di
SMK Negeri 1 Lhokseumawe......................................................

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 24


5.1 Kesimpulan .................................................................................. 24
5.2 Saran .......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini seluruh Negara gencar meningkatkan insan yang literat, hal ini
tentu dipengaruhi oleh kemajuan zaman yang semakin membuat manusia terus
berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta dapat mengaktualisasikan
dirinya. Terutama dalam dunia pendidikan yang terus mengalami perkembangan-
perkembangan dan inovasi-inovasi baru untuk bisa terus mengikuti laju
perkembangan yang sedang terjadi. Dengan begitu maka tidak dapat dipungkiri
bahwa, standar keberhasilan pendidikan di era modern ini tampaknya berada
dalam pengaruh literasi. Karena indikator bahwa manusia bisa dikatakan terdidik
di era ini adalah ia yang mampu mentransformasikan dirinya karena membaca. Di
sinilah literasi mulai dimaknai sebagai cara pandang seseorang dalam menyikapi
informasi dan pengetahuan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 51 ayat (3) tentang
perpustakaan disebutkan bahwa, “satuan pendidikan merupakan wahana paling
tepat untuk menumbuhkan kegemaran membaca sajak usia dini yang terus
dikembangkan sejalan dengan peningkatan kemampuan peserta didik, antara lain,
melalui penugasan kepada mereka untuk mendayagunakan bahan bacaan yang
tersedia di perpustakaan.
Perpustakaan sekolah sebagai pusat informasi tidak dapat terhindar dari
dampak perkembangan teknologi informasi yang telah mengubah wahana
penyampaian informasi kepada pengguna. Teknologi informasi sangat dibutuhkan
pada perpustakaan sekolah karena dapat meningkatkan kualitas dan kecepatan
proses layanan pada pengguna perpustakaan sehingga dapat memperlancar proses
belajar mengajar di lingkungan sekolah. Pemanfaatan teknologi informasi sangat
membantu tugas-tugas perpustakaan sekolah lebih cepat dan akurat dalam
menemukan dan menyebarluaskan informasi.
SMK Negeri 1 Lhokseumawe merupakan salah satu lembaga formal
tingkat menengah kejuruan yang terletak di Jl. Pramuka No 74 Hagu Teungoh
Kecamatan Banda Sakti Lhokseumawe, walaupun letaknya agak jauh dari

1
2

keramaian, namun suasana nyaman di sekolah tersebut masih tercipta dengan


adanya lingkungan yang sejuk dan asri sesuai dengan apa yang menjadi keinginan
peserta didik. Dari sekian banyak lembaga pendidikan yang ada, SMK Negeri 1
Lhoksesumawe merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan pengelolaan
perpustakaan yang berbasis digital. Tentu saja hal ini bertujuan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang sudah ada di era modern yang
kesemuanya tidak lepas dari yang namanya digital. Pengelolaan yang demikian
akan sangat berdampak positif bagi semua warga sekolah terutama peserta didik
yang menginginkan segala sesuatunya secara praktis dan cepat.
Tujuan membangun sebuah perpustakaan digital dengan semua
kelebihannya, diantaranya adalah: (1) Mudah dan cepat dalam mencari informasi
yang dibutuhkan dan diinginkan, sehingga lebih menghemat waktu dan lebih
efektif dalam memperoleh pengetahuan; (2) Koleksi yang disimpan dalam bentuk
digital/elektronik dapat dirawat jauh lebih lama dibanding sistem penyimpanan
anyak dipengaruhi faktor alam, berdampak pada biaya pengadaan koleksi yang
dapat diminimumkan; (3) Perpustakaan digital tidak memerlukan banyak
perangkat, seperti: video player, DVD/VCD player, tape recorder, microfilm
reader, dll, dikarenakan hampir seluruh media koleksi telah dikonversi dalam
bentuk digital yang dapat diakses oleh komputer perpustakaan; dan (4) Dengan
koleksi digital, perpustakaan lebih mudah dalam sharing data atau informasi
kepada
pengguna atau mitra kerja lainnya.
Penerapan strategi dalam meningkatkan minat baca dan pengunjung
perpustakaan melalui pembuatan buku digital diharapkan mampu memberikan
solusi bagi perpustakaan konvensional yang mengalami keterbatasan seperti
halnya keterbatasan koleksi perpustakaan. Dapat kita ketahui bahwa koleksi
merupakan sebuah penentu bermutu tidaknya suatu perpustakaan. Hal ini
dikarenakan koleksi merupakan hal yang sangat penting bagi pemakai
perpustakaan, seperti guru, dosen, siswa, mahasiswa maupun peneliti. Artikel ini
bertujuan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana peran perpustakaan yang
pengelolaannya berbasis digital dapat meningkatkan minat baca peserta didik,
sehingga membentuk mereka menjadi generasi yang literat.
3

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMK Negeri 1


Lhokseumawe, sekolah telah melaksanakan minat baca dan pengunjung
perpustakaan melalui pembuatan buku digital dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dari sistem manajemen yang diterapkan telah membawa perpustakaan
SMK Negeri 1 Lhokseumawe menjadi salah satu perpustakaan sekolah yang telah
melakukan pengelolaan sekolah dengan baik. Namun, dalam penggunaan
perpustakaan digital yang diterapkan di SMK Negeri 1 Lhokseumawe, masih
terdapat kendala yang dihadapi, diantaranya yaitu hingga saat ini siswa masih
banyak menggunakan buku secara ofline dalam memperoleh informasi, jaringan
internet belum maksimal, sehingga dapat menghambat dalam pengaksesan
layanan, kurangnya motivasi guru dan siswa untuk memanfaatkan perpustakaan
digital juga menjadi penyebab kurang digemarinya perpustakaan. Masalah lain
yaitu minimnya pengetahuan tentang teknologi serta tata cara penggunaan
perpustakaan digital.
Selain itu, masih banyak siswa yang datang ke perpustakaan ketika
sedang mengerjakan tugas saja, selain itu, fasilitas yang kurang mendukung
misalnya fasilitas multimedia, penyejuk ruangan dan sebagainya juga sangat
berpengaruh terhadap minat siswa berkunjung ke perpustakaan. Oleh karena itu
fasilitas adalah salah satu faktor untuk membangkitkan minat berkunjung ke
perpustakaan. Di era digital seperti sekarang ini, maka diperlukan fasilitas-fasilitas
digital dan modern untuk menarik siswa berkunjung ke perpustakaan. Mulai dari
penyejuk ruangan yang menghasilkan udara yang sejuk dan menambah
kenyamanan sampai kepada tersedianya fasilitas multimedia yang berupa internet,
wifi, vcd serta televisi.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik melakukan
analisa lebih lanjut mengenai “Minat Baca dan Pengunjung Perpustakaan
Melalui Buku Digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil
dalam penelitian ini adalah:
4

1. Bagaimana strategi dalam meningkatkan minat baca dan pengujung


perpustakaan melalui buku digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe?
2. Apa hambatan dalam pelaksanan strategi meningkatkan minat baca dan
pengujung perpustakaan melalui buku digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui strategi dalam meningkatkan minat baca dan pengujung
perpustakaan melalui buku digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe
2. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanan strategi meningkatkan minat
baca dan pengujung perpustakaan melalui buku digital di SMK Negeri 1
Lhokseumawe

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan dari latar belakang, rumusan masalah serta tujuan penelitian
yang telah dibahas di atas, maka manfaat dalam penelitian yang diambil dalam
penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diambil dalam penelitian adalah hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi petugas Perpustakaan SMK Negeri 1
Lhokseumawe dalam meningkatkan minat baca dan pengunjung perpustakaan
melalui buku digital, serta memberikan pencerahan dan masukan bagi pihak-pihak
terkait dan berwenanang terutama dalam proses pelaksanaan strategi buku digital
di perpustakaan.

1.4.2 Manfaat Teoritis


Adapun manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan pikiran atau wawasan informasi dalam
perkembangan Ilmu Pengetahuan dibidang perpustakaan
2. Memberikan wawasan peneliti tentang minat baca dan pengunjung
perpustakaan melalui buku digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pustakawan
2.1.1 Pengertian Pustakawan
Pustakawan adalah tenaga kependidikan berkualifikasi serta profesional
yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan perpustakaan,
didukung oleh tenaga yang mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota dan
berhubungan dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya. Pustakawan yang
dimaksud adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. (Suherman,
2010:32)
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 orang yang disebut
pustakawanan adalah orang yang benar-benar mengerti ilmu perpustakaan,
setidaknya pernah mendapat pelatihan tentang kepustakawanan yang kemudian
diberi tugas oleh lembaga yang merekrut (berwenang) untuk bekerja di
perpustakaan sesuai dengan kualifikasi ilmu yang dimilikinya.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa pustakawan adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan sehari-hari
berkecimpung di perpustakaan. Dengan situasi demikian patut jika pustakawan
menganjurkan masyarakat untuk giat membaca.

2.1.2 Profesi Pustakawan


Pustakawan sekarang ini harus selalu dituntut memiliki strategi strategi
khusus dan cerdas dalam menjalankan manajemen perpustakaan. Strategi-strategi
tersebut, dapat berupa pelayanannya yang berbeda dari perpustakaan lain,
dekorasi gedung menarik, serta sarana dan prasarana atau fasilitas yang terkini,
dengan adanya strategi ini diharapkan dapat menarik minat baca masyarakat. Dari
segi lain, menurut Hermawan dan Zen (2012:52) pustakawan pun dituntut untuk
giat membaca demi kepentingan profesi, ilmu, maupun pengembangan

5
6

pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan yang menyangkut ilmu
perpustakaan dan kepustakawanan.
1. Peran Pustakawan
Peran utama pustakawan adalah memberikan sumbangan pada misi dan
tujuan perpustakaan, termasuk prosedur evaluasi dan mengembangkan serta
melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan perguruan tinggi. Dalam bekerja
sama dengan manajemen, pustakawan harus ikut dalam pengembangan rencana
dan implementasi kurikulum. (Hermawan, 2015:2).
2. Standar Kompotensi Pustakawan
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Arti lain dari
kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar
kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan. (Hermawan, 2015:3)
Untuk mengetahui seorang pustakawan mempunyai kompetensi atau tidak,
seberapa tingkat kompetensinya diperlukan adanya acuan. Acuan itulah yang
disebut standar. Menurut Sutopo dan Suryanto (2010:51) adanya standar
kompetensi pustakawan sangat diperlukan. Paling tidak ada tiga pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap standar kompetensi pustakawan yaitu:
a. Perpustakaan. Bagi perpustakaan, standar kompetensi pustakawan dapat
dipergunakan sebagai pedoman untuk merekrut pustakawan dan
mengembangkan program pelatihan agar tenaga perpustakaan mempunyai
kompetensi atau meningkatkan kompetensinya.
b. Lembaga penyelengara sertifikasi pustakawan. Bagi lembaga sertifikasi
pustakawan, standar kompetensi pustakawan dapat dipergunakan sebagai acuan
dalam melakukan penilaian kinerja pustakawan dan uji sertifikasi terhadap
pustakawan.
c. Pustakawan. Bagi pustakawan standar kompetensi pustakawan dapat
dipergunakan sebagai acuan untuk mengukur kemampuan diri untuk
memegang jabatan pustakawan.
Pustakawan yang bagaimana yang diharapkan oleh pemakai perpustakaan,
sehingga pemakai perpustakaan mendapat informasi yang berguna sesuai yang
7

diinginkan. Menurut Ahmad (2012:24) beberapa ketrampilan yang harus dimiliki


seseorang yang berprofesi sebagai pustakawan sebagai berikut:
1. Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang menantang.
2. Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada
pemakai. Jadi seorang pustakawan harus ahli dalam berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan dengan pemakai.
3. Seorang pustakawan harus selalu berpikir positif.
4. Pustakawan tidak hanya ahli dalam mengkatalog, mengindeks, mengklasifikasi
koleksi, akan tetapi harus mempunyai nilai tambah, karena informasi terus
berkembang.
5. Pustakawan sudah waktunya untuk berpikir kewirausahaan. Bagaimana
mengemas informasi agar laku dijual tapi layak pakai.
6. Ledakan informasi yang pesat membuat pustakawan tidak lagi bekerja hanya
antar sesama pustakawan, akan tetapi dituntut untuk bekrjasama dengan bidang
profesi lain dengan tim kerja yang solid dalam mengelola informasi.
Sementara itu, yang dimaksudkan dengan pengelolaan perpustakaan
adalah kegiatan mengurus sesuatu, dapat diartikan sebagai mengurus atau
menyelenggarakan perpustakaan. Dengan demikian peran pustakawan tidaklah
ringan seperti pendapat pada umumnya yang mengatakan bahwa seorang
pustakawan merupakan pegawai tak bermutu yang kerjanya menunggui tumpukan
buku-buku.

2.1.3 Peran Pustakawan dalam Pelayanan


Terdapat beberapa peran pustakawan dalam pelayanan pemakai. Menurut
Tjiptono (2011:10) pelayanan pemakai yang diberikan oleh suatu perpustakaan
pada umumnya meliputi pelayanan administrasi, pengadaan koleksi, dan
pendayagunaan koleksi.
1. Pelayanan administrasi meliputi: struktur organisasi, pendaftaran anggota
perpustakaan, peraturan tata tertib penyelenggaraan perpustakaan, agenda surat
menyurat. Keberadaan pengguna harus didata untuk pengaturan pemanfaatan
koleksi. Pengelolaan data pengguna diolah dalam sistem yang telah ditentukan
8

sehingga pengguna perpustakaan siap untuk mendayagunakan koleksi yang


ada.
2. Pelayanan pengadaan koleksi perpustakaan melaksanakan tugas-tugas
pengadaan sarana dan prasarana penyelenggaraan suatu perpustakaan, sehingga
tujuan pengelolaan perpustakaan dapat berjalan dan berkelanjutan. Pelayanan
pengadaan melaksanakan tugas-tugas mengadakan koleksi perpustakaan dan
juga peralatan sistem yang digunakan dalam menunjang kelancaran jalannya
perpustakaan. Baik berupa perangkat lunak maupun perangkat keras.
3. Pelayanan pendayagunaan koleksi perpustakaan merupakan jenis pelayanan
perpustakaan yang mengolah informasi sedemikian rupa sehingga menjadi
informasi yang siap pakai. Koleksi harus diberi ciri atau kode agar dikenali
sebagai hak milik suatu perpustakaan atau pusat informasi tertentu. Kode bisa
berupa cap atau tanda gambar tertentu yang menunjukkan hak kepemilikan.
Pelayanan perpustakaan sudah selayaknya berorientasi pada pemakai,
sehingga kepuasan pemakai selalu diutamakan dalam rangka meningkatkan
hubungan antara pelanggan dan pengelolaMenurut Moenir (2013:412) faktor yang
mempengaruhi tesebut di antaranya:
1. Faktor kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam
pelayanan
2. Aturan kerja yang melandasi kerja pelayanan
3. Pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal
4. Faktor ketrampilan petugas
5. Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan
6. Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan
berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
mendengarkan “suara pelanggan” merupakan suatu hal yang perlu dilakukan
perpustakaan, baik perpustakaan besar maupun kecil.

2.2 Perpustakaan
2.2.1 Pengertian Perpustakaan
9

Pada zaman dahulu perpustakaan lahir sebagai salah satu lembaga


pendidikan non formal yang mampu memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat
sebelum lahirnya lembaga pendidikan formal.
Menurut Bafadal (2010:13) “perpustakaan adalah suatu unit kerja dari
suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan, baik berupa
buku-buku maupun berupa bukan buku (non book material) yang diatur secara
sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber
informasi oleh setiap pemakaiannya”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan adalah suatu
unit kerja dari suatu badan yang mengelola bahan pustaka, baik berupa buku
maupun bukan buku yang disusun secara sistematis menurut aturan tertentu
sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pengguna
perpustakaan.

2.2.2 Unsur Layanan Perpustakaan


Kegiatan layanan perpustakaan mempunyai beberapa unsur yang terkait
satu dengan yang lain supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Adapun unsur layanan perpustakaan adalah:
1. Staf Perpustakaan atau Pustakawan
Menurut Hartono (2016:185) pustakawan merupakan unsur penggerak dan
penyelenggaraan kegiatan layanan.
2. Koleksi atau Sumber Informasi
Menurut Istiana (2014:9) koleksi atau Sumber Informasi merupakan bahan
pokok yang disajikan kepada pengguna.
c. Sarana dan Prasarana
Menurut Istiana (2014:9) sarana merupakan ruangan, rak buku, meja layanan,
meja dan kursi baca, telepon, mesin fotocopy, mesin cetak, kompeter, serta
peralatan lain yang diperlukan.
d. Pemustaka atau Pengguna
Menurut Hartono (2016:187) pemakai merupakan unsur pendukung dan
penentu dalam layanan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa semua pengguna,
tanpa kecuali menghendaki untuk dilayani dengan baik. Dengan demikian,
10

kepuasan pengguna merupakan target utama yang harus dicapai dalam layanan
perpustakaan. pustakawan atau pengelola perpustakaan perlu mempertanyakan,
apakah pengguna perpustakaan merasa puas terhadap layanan perpustakaan. akan
tetapi, belum semua perpustakaan melakukan sebuah evaluasi atau minimal
menanyakat pendapat pengguna tentang layanan yang mereka terima dan
bagaimana pendapat mereka dengan menggunakan kuesioner sederhana.

2.2.3 Sistem Layanan Perpustakaan


Sistem berasal dari bahasa latin (systema) dan bahasa yunani (sustema)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen dan elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
satu tujuan (Istiana, 2014:13).
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:8) secara umum,
layanan perpustakaan mengenal 2 sistem yang berbeda, yaitu layanan tertutup
(Closed access) dan layanan terbuka (Open access). Dari kedua layanan tersebut
kemudian di kembangkan menjadi 3 akses layanan yaitu di antaranya:
1. Akses Layanan Tertutup
Pada akses layanan tertutup, pengguna tidak bisa mengambil sendiri bahan
pustaka yang diperlukannya. Pengguna menunjukkan data buku yang
diperlukannya kepada petugas, lalu petugas akan mengambilkannya.
Keuntungannya koleksi perpustakaan tetap tertata rapi dan bisa meminimalisir
kehilangan. Menurut Istisna (2014:16) adapun kelebihan dari sistem layanan
tertutup adalah sebagai berikut :
a. Kecil kemungkinan jajaran koleksi salah letak karena petugas perpustakaan
sendiri yang mengambil dan mengembalikan pada jajaran rak.
b. Kemungkinan kehilangan koleksi sangat kecil, sehingga pengawasan
pemustaka lebih longgar.
c. Bagi pemustaka pemula sistem tertutup memudahkan menemukan dengan
cepat koleksi yang diinginkan karena dibantu oleh petugas
Menurut Istiana (2014:17) adapun kekurangan dari sistem layanan tertutup
adalah sebagai berikut:
a. Pemustaka terkadang merasa tidak puas jika tidak memilih dan mengambil
sendiri koleksi yang diinginkan.
11

b. Tidak semua koleksi dimanfaatkan pemustaka, walaupun sebenarnya ada


bagian-bagian dari suatu buku tersebut sesuai dengan topik yang dicari.
c. Petugas lebih sibuk karena harus mengambilkan koleksi yang akan dipinjam.
Jika intenstas peminjam cukup sering, maka diperlukan staf yang lebih banyak.
d. Memungkinkan terjadi salam anatara pustakawan dengan pemustaka, jika
koleksi yang akan di butuhkan pemustaka tidak tersedia.
Istiana (2014:17) juga menyebutkan bahwa cara pelaksanaan sistem
layanan tertutup perpustakaan adalah sebagai berikut:
a. Pemustaka terlebih dahulu mencari data koleksi yang akan dibaca melalui
katalog. Baik katalog manual maupun dalam katalog format digital.
b. Mencatat judul dan nomor panggil koleksi yang dikehendaki pada blangko
yang telah disediakan oleh pustakawan.
c. Selanjutnya pustakawan yang akan mengembalikan koleksi yang dimaksud dan
kemudian menyampaikannya kepada pemustaka.
d. Pemustaka yang meminjam (membaca koleksi) di ruang layanan tertutup,
diminta untuk meninggalkan kartu identitas atau karti anggota perpustakaan.
e. Pemustaka yang telah selesai membaca koleksi tertebut, mengembalikan
kembali kepada petugas atau pustakawan
2. Akses Layanan Terbuka
Pada akses layayan terbuka, pengguna mencari sendiri buku yang
diminatinya di rak untuk dipinjam atau dibaca di tempat. Memang dengan cara ini
tatanan buku di rak akan mudah berubah, tidak rapi dan resiko kehilangan cukup
besar tapi dengan adanya kebebasan melihat bentuk, isi atau ilustrasi buku,
pengguna akan lebih tertarik untuk membaca. Petugas bagian sirkulasi tidak perlu
mengambilkan buku bagi pengguna, kecuali jika diperlukan, tapi hanya melayani
peminjaman.
Menurut Istiana (2014:8) kelebihan menggunakan sistem layanan terbuka
adalah sebagai berikut :
a. Pemustaka memperoleh kebebasan untuk memilih sendiri kleksi yang
diinginkan, sehingga diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada
pemustaka.
12

b. Pemustaka tidak harus menggunakan katalog karena dapat langsung menuju


jajaran rak.
c. Pemustaka dapat memperoleh alternatif koleksi lain jika pustaka yang
diingkinkan tidak tersedia.
d. Memberikan peluang bagi semua koleksi untuk dimanfaatkan oleh pemustaka.
e. Petugas pelayanan tidak perlu mengembalikan koleksi.
f. Tidak ada kecurigaan pemustaka kepada petugas jika koleksi yang diinginkan
tidak tersedia karena sedang dipinjam.
Menurut Istiana (2014:15) kekurangan menggunakan sistem layanan
terbuka adalah sebagai berikut:
a. Tidak semua pemustaka tau cara menemukan koleksi yang diinginkan,
sehingga bagi pemustaka pemula cukup kesulitan. Hal ini perlu kejelian atau
kesigapan petugas. Diharapkan pustakawan segera memberikan bantuan atau
bimbingan jika menemukan pemustaka yang terlihat kesulitan menemukan
buku yang diperlukan.
b. Susunan koleksi pada jajaran rak lebih sering salah letak. Hal ini disebabkan
pemustaka leluasa menyisipkan koleksi yang baru saja dibaca sesuka hati. Hal
ini dapat disikapi dengan secara rutin dilakukan reshelving terhadap jajaran
koleksi di rak. Dengan demikian, koleksi yang salah letak dapat diketahui
segera oleh pustakawan.
c. Diperlukan petugas atau pustakawan yang selalu siap untuk memperbaiki
susunan koleksi pada jajaran rak.
d. Kemungkinan kehilangan koleksi perpustakaan lebih besar, sehingga perlu
pengawasan cermat keluar masuk perpustakaan.
Istiana (2014:15) juga menyebutkan bahwa cara pelaksanaan sistem
layanan terbuka perpustakaan adalah sebagai berikut :
a. Pemustaka dapat langsung menuju jajaran rak untuk mengambil koleksi . Dapat
pula terlebih dahulu melihat pada katalog. Akan lebih baik bagi pengguna atau
pemustaka untuk terlebih dahulu disarankan mencermati katalog yang
disediakan.
b. Koleksi yang ditemukan langsung dapat dibaca di tempat atau dipinjam untuk
dibawa pulang.
13

c. Jika akan meminjam dibawa pulang langsung dapat menuju ke meja layanan
sirkulasi.
3. AksesLayanan Campuran
Pada akses layanan campuran, perpustakaan dapat menerapkan dua sistem
layanan sekaligus (layanan tertutup dan layanan terbuka). Perpustakaan yang
menggunakan sistem layanan campuran biasanya memberikan layanan secara
tertutup untuk koleksi skripsi, tesis dan refrensi. Sementara untuk koleksi lainnya
menggunakan akses layanan terbuka. Akses layanan campuran biasanya di
terapkan di perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah yang yang
ruang koleksi dan ruang bacanya terbatas (Istiana, 2014:15).

2.3 Pemustaka
2.3.1 Pengertian Pemustaka
Istilah pengguna perpustakaan atau pemakai perpustakaan lebih dahulu
digunakan sebelum istilah pemustaka muncul. Menurut Sutarno (2017:150) dalam
Kamus Perpustakaan dan Informasi mendefinisikan pemakai perpustakaan adalah
kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan
memakai layanan dan fasilitas perpustakaan, sedangkan pengguna perpustakaan
adalah pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan.
Setelah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka,
dimana pengertian pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
pasal 1 ayat 9 adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok
orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan
perpustakaan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa pemustaka
diartikan sebagai pengguna perpustakaan baik perseorangan, kelompok atau
masyarakat yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Kajian tentang
karater pemustaka merupakan bagian dari Psikologi Pemakai. Karakter adalah
sifat manusia yang pada umumnya, setiap orang mempunyai karakter yang
berbeda yang menjadi ciri khasnya.

2.3.2 Jenis-jenis Pemustaka


14

Perpustakaan perlu mengetahui beberapa jenis-jenis pemustaka terutama


dalam menunjang aktivitasnya. Prisma (2012:2) mengungkapkan karakteristik
tersebut adalah:
1. Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke perpustakaan sebagai
individu atau sebagai suatu kelompok.
2. Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan oleh Pemustaka untuk
membaca buku atau belajar.
3. Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka.
4. Leisure or necessity factor, yaitu apakah Pemustaka berkunjung ke
perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia
membutuhkan buku atau informasi tertentu.
5. Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami Pemustaka. Apakah
dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau
sedikit lebih luas.
6. Level of study, yaitu tingkat pendidikan Pemustaka. Kebutuhan mahasiswa S1
tentu berbeda dengan kebutuhan mahasiswa tingkat S2 atau S3.
7. Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme pemustaka dalam
memanfaatkan layanan perpustakaan.
Menurut Septiyantono (2013:39) ada berbagai sifat dan karakter
Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan
baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi Pemustaka:
1. Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik
perhatiannya,
2. Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat
mungkin,
3. Banyak bicara dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada
hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya,
4. Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya serta minta
maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia,
5. Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak
pilihan namun mengikuti seleranya,
15

6. Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah


terpancing untuk berdebat,
7. Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan
melayani berdasarkan permintaan,
8. Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki,
tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas
kunjungannya,
9. Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan
tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul,
10. Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak
terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu dihormati.
Menurut Prisma (2012:2) jenis pemustaka memiliki dua kriteria yaitu:
1. Kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat
kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan
system informasi
2. Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi
pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab
dan alasan yang berkaitan dengan prilaku mencari informasi dan komunikasi,
prilaku sosial serta profesional Pemustaka.
Prisma (2012:2) juga menyebutkan bahwa jenis Pemustaka dapat
dinyatakan sebagai:
1. Pemustakayang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan
mahasiswa
2. Pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan
informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa pemustaka
berkunjung ke perpustakaan karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi
sesuai dengan kebutuhan pemustaka itu sendiri.
16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Adapun metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Moleong (2005:3) penelitian kualitatif
merupakan suatu pendekatan yang berusaha menafsirkan makna suatu peristiwa
sebagai interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu. Penelitian ini
bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menuliskan keadaan subjek dan obyek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.
Alasannya pemilihan pendekatan penelitian kualitatif bersifat deskriptif
karena melalui pendekatan kualitatif tersebut dapat melakukan pemecahan
masalah yang diselidiki secara mendalam (participant observation) dengan
melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Pelaksanaan metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif tidak hanya terbatas sampai pada pengumpulan
dan penyusunan data, tetapi sangat komplek dan luas yang meliputi analisis dan
interpretasi tentang data tersebut. Selain itu semua data/informasi yang
dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Adapun
maksud penggunaan pendekatan kualitatif adalah untuk memperoleh gambaran
yang lebih lengkap dan mendalam tentang obyek penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Perpustakaan SMK Negeri 1 Lhokseumawe. Alasan


penulis mengadakan penelitian ini dengan alasan, dimana masih banyak terdapat
kekurangan dalam pengelolaan manajemen perpustakaan berbasis digital di SMK
Negeri1 Lhokseumawe, sehingga diperlukan analisa lebih lanjut dalam
pengelolaan perpustakaan berbasis digital agar menjadi lebih baik dan mampu
meningkatkan minat baca siswa disekolah.

16
17

3.3 Informan Penelitian


Dalam penelitian ini kualitatif diperlukan informan penelitian, sebagian
sumber informasi data yang didapatkan oleh peneliti melalui teknik pengumpulan
data dengan cara wawancara mendalam, untuk mendapatkan data yang valid dan
bias dipercaya, diperlukan penetuan informan yang tepat (Awi, 2016:6). Dalam
penelitian ini penulis menentukan informasi dengan teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi
sosial yang diteliti (Sugiono,2017:219). Berdasarkan teknik purposive sampling.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih jelas peneliti mengambil informasi yang
dianggap paling tahu dan mampu memberikan jawaban dari permasalahan
penelitian, maka peneliti menentukan beberapa syarat atau criteria dari informasi
yang diambil. Adapun informasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah:
1. Pengelola Perpustakaan SMK Negeri 1 Lhokseumawe
2. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Lhokseumawe
3. Guru SMK Negeri 1 Lhokseumawe
4. Siswa/Siswi SMK Negeri 1 Lhokseumawe

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis
adalah sebagai berikut yang dikatakan menurut Moleong (2005:174):
1. Observasi yang dilakukan secara partisipan yaitu peneliti terlibat langsung
dalam pengelolaan manajemen perpustakaan berbasis digital dalam
meningkatkan minat baca siswa di SMK Negeri 1 Lhokseumawe, kemudian
mencatat bagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya, mengamati
sendiri ketempat orang yang akan di amati.
2. Interview (wawancara) yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap
18

untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya


berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanya dalam lingkup
pengelolaan manajemen perpustakaan berbasis digital dalam meningkatkan
minat baca siswa.
3. Dokumentasi yaitu penghimpunan atas data-data sekunder untuk mendapatkan
data yang mendukung penelitian ini, seperti bahan-bahan yang diperoleh dari
literatur-literatur kepustakaan, jurnal/skripsi dan internet.

3.5 Analisis Data


Analisa data merupakan teknik yang sangat penting dalam suatu penelitian
data yang dianalisis secara kualitatif, serta kutipan dari hasil wawancara
ditampilkan untuk mendukung analisis. Analisa data yang digunakan dalam
memecahkan masalah yang timbul dari penelitian sejak awal sampai selesainya
pengumpulan data. Proses penelitian dengan menggunakan model analisis
interaktif yang menurut Sugiyono (2010:335), melalui tiga tahapan pengumpulan
data, adalah :
1. Reduksi Data.
Reduksi data diartikan sebagai peroses pemilihan, pemisahan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Laporan atau data yang diperoleh
dilapangan akan dituangkan dalam bentuk uraian yang lengkap dan terperinci.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya akan cukup banyak, sehingga
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari
tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutya. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian
dituangkan dalam uraian laporan lengkap dan terperinci. Laporan lapangan
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting
kemudian dicari tema atau polanya.
2. Penyajian Data.
19

Penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam


melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian.
Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil wawancara yang
dituangkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, dan didukung oleh
dokumen-dokumen, serta foto-foto maupun gambar sejenisnya untuk
diadakanya suatu kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.
Penarikan Kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus
sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu selama proses pengumpulan
data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan
persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang
dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif. Dalam penelitian ini, penarikan
kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori
hasil penelitian berdasarkan observasi dan wawancara.
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Strategi dalam Meningkatkan Minat Baca dan Pengunjung


Perpustakaan Melalui Pembuatan Buku Digital di SMK Negeri 1
Lhokseumawe

Strategi dalam meningkatkan minat baca dan pemgunjung perpustakaan


melalui buku digial di SMK Negeri 1 Lhokseumawe masih belum maksimal
seperti perpustakaan digital kebanyakan, hal yang ditekankan dalam pengelolaan
perpustakaan digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe adalah dalam perencanaan
perpustakaan digital, pengelolaan perpustakaan digital dan yang terakhir adanya
evaluasi dari setiap kinerja yang dilakukan.
1. Perencanaan Perpustakaan Digital
Langkah awal dalam pembangunan perpustakaan digital di SMK Negeri 1
Lhokseumawe adalah perencanaan perpustakaan digital dalam
pengembangannya ke depan mau dibawa kemana. Perencanaan merupakan
langkah yang paling penting dalam pengelolaan perpustakaan karena,
perencanaan merupakan titik awal kegiatan pengelolaaan perpustakaan sekolah
dan harus di susun oleh perpustakaan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa
yang Saleh (2014) paparkan bahwa perencanaan berguna untuk memberikan
arah, menjadi standar kerja, memberikan kerangka pemersatu, dan membantu
memperkirakan peluang. Dalam tahap pengembangan perpustakaan digital di
SMK Negeri 1 Lhokseumawe masih terfokus pada penambahan judul koleksi
buku yang dibutukan oleh peserta didik maupun warga sekolah lainnya,
sehingga dengan bertambahnya koleksi buku tersebut pengelola perpustakaan
berharap perpustakaan akan menjadi wadah bagi peserta didik dalam
peningkatan budaya litersi dan membentuk mereka genarasi literat nantinya.

2. Pengelolaan Koleksi Digital


Koleksi menjadi salah satu elemen penting dalam eksistensi suatu
perpustakaan. Koleksi perpustakaan sekolah adalah sejumlah bahan atau
sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bahan bukan buku yang
dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah yang

20
21

bersangkutan. Koleksi digital adalah suatu koleksi perpustakaan atau bahan


arsip yang dikonversi ke dalam format terbaca oleh mesin untuk pemeliharaan
dalam menyediakan akses secara elektronik. Sedangkan, pengelolaan menurut
Saleh (2014) diartikan sebagai suatu proses kegiatan mengelola sumber daya
manusia, materi, dan metode berdasarkan fungsi manajemen agar tujuan dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan koleksi merupakan kunci dari
tanggungjawab seorang pengelola perpustakaan. Koleksi sendiri dapat
didefinisikan sebagai bahan informasi atau sejenisnya yang dikumpulkan,
dikelola, dan diolah dengan kriteria tertentu Terdapat berbagai jenis koleksi
digital yang dikelola oleh perpustakaan digital, antara lain:
1. Gray literature (literatur kelabu) adalah bahan-bahan perpustakaan yang
tidak dipublikasikan pada jalur formal atau tidak tersedia secara komersial.
Sebagai contoh laporan penelitian karya ilmiah, hasil seminar, majalah
ilmiah, ataupun tulisan staf akademika yang terpublikasi secara lokal.
2. Video, klip dan sejenisnya yang biasanya digunakan pada proses belajar
mengajar.
3. Electronic-book (e-book), yaitu buku-buku yang memang sudah dalam
format elektronik saat diproduksi.
4. Koleksi digital lainnya seperti brosur-brosur, foto-foto, kliping koran atau
majalah serta dokumen-dokumen sebagai arsip lembaga yang dimungkinkan
untuk dipublikasikan secara digital.

3. Pemantuan dan Evaluasi Perpustakaan Digital


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam setiap organisasi yang sedang
dikelola, seperti halnya dalam perpustakaan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan yang sedang berjalan selama ini.
Evaluasi pengelolaan perpustakaan di SMK Negeri 1 Lhokseumawe masih
belum terlaksana selama berubah ke dalam bentuk digital. Evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi mengandung pengertian: suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu Berdasarkan keterangan
22

yang dipaparkan oleh pengelola perpustakaan SMK Negeri 1 Lhokseumawe,


evaluasi perpustakaan di SMK Negeri 1 Lhokseumawe selama ini masih belum
terlaksana, namun kepala perpustakaan SMK Negeri 1 Lhokseumawe
memberikan keterangan lebih lanjut bahwa evaluasi kinerja perpustakaan ini
akan dilaksanakan setiap akhir semester dengan melihat jumlah pengunjung
dan minat baca dari setiap pengunjung perpustakaan.

4.2 Hambatan Strategi dalam Meningkatkan Minat Baca dan Pengunjung


Perpustakaan Melalui Pembuatan Buku Digital di SMK Negeri 1
Lhokseumawe
Setelah peneliti melakukan wawancara dengan pihak pengelola
perpustakaan, terdapat beberapa hambatan dalam pengelolaan perpustakaan
digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe.
1. Kurangnya Dana
Pengelolaan perpustakaan digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe saat ini
masih mengalami kendala dalam hal dana, karena selama ini dana yang ada
hanya dialokasikan untuk buku-buku khusus, sedangkan untuk pos buku umum
masih belum ada. Diketahui bahwa dalam membangun perpustakaan digital
bukan perkara mudah, dan bukan tidak membutuhkan dana samasekali. Dalam
pembangun tersebut harus ada dana yang akan manjadi jaminan dalam
pengembangan pengelolaan perpustakaan digital. Agar perpustakaan digital
yang ada bisa memberikan pelayan yang baik terhadap para pemustaka. Hal in
sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Rhoni Rodin (2014:144) bahwa, dana
merupakan sesuatu yang wajib diperhitungkan sejak awal dalam pengelolaan
perpustakaan digital. Karena dalam pengelolaan perpustakaan digital tidak
membutuhkan dana yang sedikit. Sebanarnya masalah ini merupakan masalah
klasik yang selalu berhubungan dengan perpustakaan. Masalah penarikan
biaya. Perbedaan kebijakan pada perpustakaan terkait penarikan biaya dari
akses koleksi digital menjadi masalah tersendiri yang harus dipecahkan. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Rahma (2017) bahwa
pendanaan merupaka masalah yang sering menjadi ‘momok’ bagi sebagian
besar pengelola perpustakaan sekolah dalam mengembangkan pengelolaan
perpustakaan sekolah berbasis digital. Untuk itu masalah pendanaan ini harus
23

direncanakan sedini mungkin. Rencana pendanaan harus menjadi bagian


‘integral’ dari pendanaan rutin sekolah.

2. Terbatasnya Koneksi Internet


Koneksi internet di perpustakaan SMK Negeri 1 Lhokseumawe masih
mengalami kendala, dan hal itu berdampak pula terhadap proses digitalisasi
yang sedang dikembangkan. Koneksi internet merupakan sesuatu yang
memang harus ada ketika perpustakan tersebut sudah mengalami reformasi ke
dalam bentuk digital, karena ketika koneksi internet itu tidak ada maka akan
berdampak pula terhadap pengelolaan perpustakaan digital yang sedang
dikelola. Internet menawarkan alternatif baru dalam pemerolehan informasi
dan sekaligus menyebarluaskan informasi. Sering macetnya koneksi internet di
perpustakaan SMK Negeri 1 Lhokseumawe dari telkom menjadi hambatan
yang sangat serius bagi pengelola perpustakaan digital, karena ketika koneksi
internet macet maka akses dalam memperoleh informasi juga menjadi
terhambat. Kita semua sudah tahu bahwa layanan internet di perpustakaan
dapat membantu proses temu kembali informasi yang dimanfaatkan sebagai
sarana dan wahana sumber pengetahuan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perpustakaan digital memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan minat baca dan pengunjung perpustakaan melalui buku digital di
SMK Negeri 1 Lhokseumawe. Saat ini perpustakaan konvensional sudah tidak
lagi menjadi daya tarik bagi peserta didik, karena prosesnya lebih lambat daripada
perpustakaan yang sudah mengalami perubahan ke dalam bentuk digital. SMK
Negeri 1 Lhokseumawe merupakan salah satu sekolah negeri yang mulai
menerapkan pengelolaan perputskaan ke dalam bentuk digital, yang hal itu dapat
menjadi solusi dalam meningkatkan literasi peseta didik pengelolaan perpustakaan
digital yaitu meliputi: a) perencanaan perpustakaan digital. Perencanaan
merupakan titik awal kegiatan dalam meningkatkan kinerja perpustakaan sekolah
dan harus di susun oleh perpustakaan itu sendiri. Perencanaan berguna untuk
memberikan arah, menjadi standar kerja, memberikan kerangka pemersatu, dan
membantu memperkirakan peluang; b) pengelolaan koleksi digital. Pengelolaan
koleksi merupakan kunci dari tanggungjawab seorang pengelola perpustakaan.
Koleksi sendiri dapat didefinisikan sebagai bahan informasi atau sejenisnya yang
dikumpulkan, dikelola, dan diolah dengan kriteria tertentu; dan c) pemantauan dan
evaluasi perpustakaan digital.
Terdapat beberapa faktor penunjang dalam pengelolaan perpustakaan
digital di SMK Negeri 1 Lhokseumawe adalah ketersediaan infrastruktur yang
memang wajib ada di perpustakaan seperti komputer yang merupakan perangkan
keras, dan perangkat lunak yang berfungsi sebagai penyimpan dan pencarian
koleksi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Untuk faktor penghambatnya adalah,
minimnya dana untuk pos buku-buku umum, jaringan internet yang tiba-tiba
macet dari telkom atau ketika terjadi pemadaman listrik, dan hal itu sangat
berdampak terhadap pengelolaan perpustakaan digital yang sedang dikelola.

24
25

5.2 Saran
Dari kesimpulan penelitian diatas maka dapat di ajukan saran sebagai
berikut:
1. Dengan kondisi pengelolaan sumber daya manusia yang ada di perpustakaan
SMK Negeri 1 Lhokseumawe masih belum maksimal, maka diharapkan
untuk meningkatkan minat baca dan pengunjung perpustakaan SMK Negeri 1
Lhokseumawe untuk menambah sumber daya manusia yang bertugas untuk
mengelola perpustakaan, khususnya dalam melakukan strategi buku digital
dengan tujuan agar layanan perpustakan mejadi lebih maju untuk
kedepannya.
2. Diharapkan pelestarian atau bentuk promosi penggunaan perpustakaan digital
lebih di maksimalkan dengan cara melakukan pendekatan kepada siswa dan
guru SMK Negeri 1 Lhokseumawe agar lebih sering mengakses perpustakaan
digital sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara
pengelola dengan siswa dan guru.
26
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2012). Profesionalisme Pustakawan di Era Global. Raja Grafindo.


Jakarta
Bafadal, Ibrahim. (2010). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Bumi Aksara.
Bandun
Hartono, Mulyanto. (2016). Penerapan Komunikasi Interpersonal Pustakawan
Dalam Melayani Pengunjung Perpustakaan Kota Samarinda. eJournal Ilmu
Komunikasi, 2016, 4 (3): 548-562 ISSN 2502-597x, ejournal.ilkom.fisip-
unmul.ac.id
Hermawan, Rachman (2015). Pustakawan. Sagung Seto. Jakarta
Hermawan, Rachman dan Zen, Zulfikar. (2010). Etika Kepustakawan: Suatu
Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Sagung
Seto
Istiana, Purwani. (2014). Layanan Perpustakaan. Penerbit Ombak. Yogyakarta
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Prinsip Pendidikan Karakter yang
Efektif. Kemendiknas. Jakarta
Moenir, AS. (2013). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara.
Jakarta
Moleong, (2005). Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung
Prisma, Donny. (2012). Kaakteristik Pemustaka Perpustakaan. https://
donyprisma. wordpress.com/ 2012/ 07/ 24/ karakteristik-pemakai-
perpustakaan/. Diakses pada tanggal 15 September 2022.
Septiyantono, Tri (editor). (2013). Dasar-dasar ilmu perpustakaan dan informasi.
Skripsi. Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adap IAIN
Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT AlfabeT
Suherman. (2010) Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah. MQS Publishing.
Bandung
Sutopo dan Suryanto, Adi. (2010). Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia. Jakarta
Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. (2011). Service, Quality and
Satisfaction (ed 3). Andi. Yogyakarta

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

Anda mungkin juga menyukai