Pendahuluan
Salah satu permasalahan di bidang kesehatan gigi adalah peningkatan
prevalensi hipoplasia email di daerah dengan kadar fluorida yang relatif tinggi.
Defek perkembangan dari email dapat didefinisikan sebagai gangguan yang
dihasilkan dari gangguan ketika proses odontogenesis. Hal ini dapat bersifat
kuantitatif secara alami, bermanifestasi sebagai defisiensi ketebalan email atau
disebut hipoplasia email, atau kualitatif (hipomineralisasi), yang secara klinis
menunjukan opasitas email, demarkasi atau difus.1
Hipoplasia email adalah kelainan pembentukan email yang tidak sempurna
yang sering ditandai dengan perubahan warna gigi kekuningan, kemerahan, coklat
sampai kehitaman dan pada kasus yang berat memberikan manifestasi perubahan
struktur dan anatomi gigi. Dental fluorosis adalah suatu gambaran hipoplasia
email gigi yang disebabkan oleh pajanan fluorida dengan dosis diatas optimal
dalam waktu yang relatif lama pada saat fase pembentukan dan kalsifikasi gigi.1
Prevalensi dental fluorosis di Indonesia bervariasi tergantung tinggi-rendahnya
kadar fluorida yang terdapat dalam air tanah yang digunakan sebagai konsumsi air
minum masyarakat. Berbagai penelitian telah dilakukan tentang dental fluorosis
seperti yang dilakukan oleh Wondwossen,2 menyatakan bahwa penelitian yang
dilakukan pada 233 anak di daerah dengan kadar 0,5 ppm dihasilkan 24,1%
mengalami dental fluorosis sedang dan 75,9% dengan derajat ringan. Penelitian
terbaru pada tahun 2011 di daerah Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo-
Jawa Timur yang merupakan daerah endemik fluorosis memberikan hasil bahwa
rerata kadar fluorida dalam air minum sebesar 2,08–2,90, prevalensi dental
fluorosis sebesar 78,75–98,33% dengan rerata community fluorosis index (CFI)
0,80–1,60.
Penelitian terdahulu lebih terfokus pada kajian secara epidemiologis yaitu
besarnya prevalensi terjadinya dental fluorosis dan beberapa aspek seperti aspek
biologis dan klinis terutama yang berkaitan dengan teknik perawatannya.
1
2
Persoalan yang sampai saat ini belum menyentuh aspek preventif dari dental
fluorosis tersebut.3-4
Hipoplasia pada gigi sulung dapat menjadi faktor resiko early childhood
caries (ECC).5 Kelainan ini juga dapat berdampak pada kesehatan dan estetik,
sensitivitas gigi, serta perubahan fungsi oklusal, sehingga dibutuhkan perawatan
yang tepat untuk menangani hipoplasia email.1 Hipoplasia email merupakan faktor
resiko terjadinya karies, baik pada gigi sulung maupun gigi permanen.
Salah satu alternatif upaya preventif pada kasus ini adalah dengan aplikasi
fluoride topikal dengan menggunakan gel acidulated phosphate fluoride (APF)
1,23% dan dilanjutkan dengan penambalan pada gigi dengan hipoplasia email.
Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas etiologi, patogenesis, diagnosis,
diagnosis banding, perawatan, dan komplikasi dari kasus email hipoplasia pada
anak perempuan usia 10 tahun di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Unjani.
Laporan Kasus
Pasien Perempuan berusia 10 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan
gigi depan sebelah kanan bawah dari anaknya berwarna lebih putih kekuningan
dibandingkan gigi-gigi lainnya sejak gigi tetap lainnya tumbuh. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri saat ini maupun sebelumnya pada gigi tersebut. Pasien sudah
pernah ke dokter gigi sebelumnya. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk dan
parafungsi. Pasien mengunyah dengan dua sisi rahangnya. Pasien menyikat gigi 2
kali sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur, dengan pasta gigi
yang mengandung fluor. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan
konsumsi obat-obatan. Pasien pernah dilakukan terapi fluor sebelumnya.
Pasien merupakaan anak yang kooperatif dinilai dari perilaku saat
pemeriksaan yang positif. Usia biologis sesuai dengan usia kronologis.
Pemeriksaan ekstraoral pasien menunjukkan tinggi badan 137cm dan tinggi badan
25kg yang termasuk dalam klasifikasi indeks massa tubuh normal. Kulit, tangan,
kepala dan leher, TMJ, kelenjar limfe, dan bibir pasien tidak ada kelainan.
Pemeriksaan intraoral pasien menunjukkan tahapan gigi geligi permanen dengan
oklusi kelas I dengan crossbite anterior. Urutan erupsi gigi pasien normal tanpa
adanya premature loss dan persistensi gigi. Resiko karies pasien sedang, dengan
3
PE PE
kunjungan tersebut. Kunjungan ketiga (15 Maret 2018) indeks plak sebelum sikat
gigi menghasilkan persentase 10,4% dan setelah sikat gigi 7,29%. Pada kunjungan
ini direncanakan perawatan aplikasi fluoride topikal dengan menggunakan gel
acidulated phosphate fluoride (APF) 1,23%. Kunjungan dilanjutkan dengan
penambalan resin komposit pada gigi 42.
.
Gambar 3. Pengaplikasian Etsa dan Bonding
Gambar 4. Pemolesan
Gambar 5. Lightcured
5
dikode oleh gen yang secara tidak langsung, adanya defek pada gen akan
mengkode protein matrik email sehingga dapat menyebabkan gangguan sintesa
protein yang mengakibatkan kelainan struktur email.8 Ameloblas merupakan sel-
sel yang memproduksi email. Siklus sel dari ameloblas terbagi menjadi 6 tahap,
yaitu morfogenesis, organisasi, formatif, maturatif, protektif, dan desmolisis.
Amelogenesis merupakan pembentukan email yang terjadi ketika tahap formatif
dan maturatif dari ameloblas. Matriks email disekresi pada tahap formatif,
sedangkan mineralisasi pada tahap maturatif. Patologi dari tahap tersebut terbagi
atas hipoplasia, hipokalsifikasi, dan hipomineralisasi. 2 Gangguan yang lebih detail
pada tahap sekresi matriks, namun proses mineralisasinya normal menghasilkan
hipoplasia email yang bermanifestasi sebagai pitting, grooving, atau kehilangan
total ketebalan dari email, dengan warna bervariasi dari normal dan translusen
hingga kuning kecoklatan tergantung ketebalan email dan derajat translusensi
melalui dentin, seperti pada kasus.2,13
Terdapat banyak penyakit-penyakit karena faktor genetik yang berhubungan
dengan kelainan struktur email dengan manifestasi ringan maupun berat. Dalam
hal faktor genetik yang menjadi penyebab kegagalan perkembangan gigi, menurut
Small dan Murray terdapat >100 kelainan genetik yang berhubungan kegagalan
perkembangan gigi sehingga terjadi kelainan struktur email. Faktor genetik
biasanya berhubungan dengan sindrom yang disertai hipoplasia. Sindrom-sindrom
itu adalah Sindrom Down, Prader Willi, dysplasia ektodermal, sindrom nefrotik,
Epidermolisisbulosa, Trihodentoosseus, Sturgeweber, Rickets, Phenilketonurea,
Treacher Collin, Hurler, Hunter, Lesch Nyhan, Tuberosu sclerosis,
Pseudoparatiroidisme, Sturge weber, dan Turner.9-10 Faktor lingkungan meliputi
faktor lokal dan sistemik dapat terjadi pada saat prenatal, pascanatal, neonatal.
Penyebab lokal meliputi trauma yang mengenai jaringan gigi dan mulut, infeksi
kronik gigi, radiasi, serta fraktur rahang.Menurut Cameron terdapat lebih dari 10
macam faktor lokal yang dapat menyebabkan defek email baik pada gigi sulung
maupun pada gigi tetap.6
Tujuan perawatan defek email gigi sulung adalah mengurangi sensitivitas gigi,
memperkuat gigi, dan memperbaiki kelainan estetik. Hal ini meliputi prosedur
pencegahan pada gigi yang terkena defek agar kerusakannya tidak
berlanjut/bertambah parah. Pada kasus ringan manifestasi bervariasi tergantung
banyak gigi yang terkena dan jenis defeknya apaka hipoplasia /hipokalsifikasi.
Adanya defek email mengakibatkan kasarnya permukaan memail sehingga email
mudah mengalami perubahan wama. Pewarnaan extrinsik dapat mudah
dibersihkan dengan sikat, sedangkan pewarnaan intrinsik dapat dibersihkan
dengan microabrasive technic. Pewarnaan intrinsik yang dalam ditangani dengan
menggunakan restorasi komposit atau restorasi glasionomer. Penggunaan fluor
untuk menambah kekuatan gigi ,mengurangi sensitivitas gigi,dan melindungi gigi
terhadap demineralisasi. Pemberian fluor baik secara sistemik, masih menjadi
kontroversi, sebaiknya pemberian fluor secara sistemik tidak diberikan pada
daerah dimana kadar air minumnya mengandung fluor lebih dan 1ppm. Sangat
disarankan penggunaan secara topikal, pasta gigi fluor, obat kumur fluor.
Penanggulangan dilakukan berdasarkan berat ringannya keparahan defek dan
dilakukan begitu gigi erupsi (minimal usia 1 tahun) dan mengalami defek. Kasus
gigi dengan opasitas, sebagai perlindungan pada kasus ringan diproteksi dengan
pasta gigi fluor atau pasta gigi CPP ACP (Calcium Posfat Peptid Amorph Calcium
Posfat). Pasta CPP ACP dapat digunakan dengan menggosokan pasta dengan jari
ke gigi yang akan diproteksi. Pada kasus dengan opasitas menyeluruh dapat
ditangani dengan pasta CPP ACP begitu gigi erupsi dengan menurut instruksi
pemakaian pabrik, atau dapat pula dengan varnish fluor dan selalu diikuti oleh
prosedur penyikatan gigi / sehari 3x.
Defek Berat / Hipoplasia Pada hipoplasia ringan yaitu defek berupa pit alur
yang dangkal terlokalisir. Kasus ini dapat direstorasi dengan komposit atau
glasionomer. Apabila kehilangan email luas maka dapat direstorasi dengan veneer
,full mahkota atau bridge. Bila terjadi pada kerusakan luas pada gigi posterior,
penanggulangan bervariasi dari pembuatan restorasi sederhana, mahkota logam,
inlay, onlay, bahkan extraksi gigi sulung. Restorasi gigi posterior bervariasi dapat
berupa onlay, inlay, mahkota stainless steel. Pada kasus dimana hipoplasia
menyeluruh maka dapat mengakibatkan atrisi gigi menyeluruh dan ini dapat
8
Daftar Pustaka