Anda di halaman 1dari 11

BUKLEET PENYULUHAN PERTANIAN

BUDIDAYA

BAWANG PREY
http://www.penyuluhpertanian.net

http://www.penyuluhpertanian.net
2
Buklet ini
dipersembahkan
untuk para petani kebanggan kami
I. PENDAHULUAN

Bawang prei merupakan tanaman yang bisa tumbuh di dataran rendah

maupun tinggi, namun dataran rendah yang terlalu dekat pantai bukanlah lokasi

yang tepat karena pertumbuhan bawang prei menginginkan ketinggian sekitar 250-

1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan bawang prei juga tak

seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah

tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH

netral (6,5-7,5) cocok untuk budidaya bawang prei. Bila tanah bersifat asam lakukan

pengapuran pada saat pengolahan tanah. Jenis tanah yang cocok ialah andosol

(bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung yang mengandung pasir

(Anonymousb,2012).

II. PEMBIBITAN

Bawang prei bisa diperbanyak lewat biji (dengan proses persemaian)

maupun tunas anakan. Umumnya petani Indonesia menggunakan setek tunas.

a. Pembibitan dengan persemaian

 Benih disemaikan dalam bedengan dengan lebar 100-120 cm dan panjang

lahan. Tanah diolah sedalam 30cm campur pupuk kandang yang telah

diayak sebanyak 2kg/m.

 Bedengan diberi atap plastic bening stinggi 100-150cm disisi timur dan 60-

80cm disisi barat.

http://www.penyuluhpertanian.net
1
 Benih ditaburkan di dalam larikan melintang sedalam kurang lebih 0,5-1cm

dengan jarak antar larikan 10cm.

 Tutup dengan daun pisang / karung goni basah / lapisan tanah tipis-tipis.

 Penyiraman setiap hari.

 Tanaman dipupuk dengan pupuk daun sebanyak 1/3-1/2 anjuran dengan

semprot dalam waktu umur tanaman 1 bulan.

 Bibit berumur 2 bulan dengan ketinggian 10-15cm siap dipindah tanamkan

 Kebutuhan benih asal biji sebanyak 1,5-2 kg/ha.

 Kelemahan dari pembibitan biji dengan persemaian ini adalah panen bisa

lebih lama 1 bulan daripada dengan bibit asal tunas anakan.

b. Pembibitan dari Anakan

 Rumpun yang akan dijadikan bibit berumur 2,5 bulan dan sehat.

 Rumpun dibongkar bersama akarnya, bersihkan tanah yang menempel dan

akar/daun tua.

 Pisahkan rumpun sehingga didapatkan beberapa rumpun baru yang terdiri

atas 1-3 anakan.

 Buang sebagian daun.

 Bibit disimpan di tempat lembab da teguh selama 5-7 hari.

 Kebutuhan setek adalah 200.000 setek/ha.

 Bibit asal setek anakan bisa langsung ditanam ke lahan. Akan tetapi, terlebih

dahulu kurangi perakaran dan potong sebagian daun untuk mengurangi

penguapan. (Susila, 2006).

http://www.penyuluhpertanian.net
2
III. PERSIAPAN LAHAN

a. Pengolahan lahan dilakukan 15-30 hari sebelum tanam.

b. Pembedengan untuk tanah sawah/tanah darat (lahan kering):

 Bersihkan areal dari gulma dan batu/kerikil.

 Olah tanah sedalam 30-40cm hingga gembur.

 Buat parit untuk pemasukan dan pengeluaran air.

 Buat bedengan selebar 80-100cm, tinggi 30cm dengan lebar antar bedengan

25-30cm.

 Gunakan jarak tanam 20 x 25cm atau 20 x 30cm.

 Campur merata dengan tanah, 10-15 ton/ha pupuk kandang dan ratakan

permukaan bedengan.

c. Pengapuran dilakukan jika tanah ber-pH <6,5 dengan 1-2 ton/ha kapur dolomite

dicampur merata dengan tanah pada kedalaman 30cm.

d. Perkiraan dosis dan waktu aplikasi pemupukan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rekomendasi Pupuk untuk Bawang Daun pada Tanah Mineral dengan

Tingkat Kandungan P dan K Sedang (Maynard and Hocmuth,1999)

Umur Urea Kg/haZA Kg/ha SP36 KCl


Kg/ha Kg/ha
Preplant 47 100 311 56
2 MST 93 200 - 112
5 MST 47 100 - 56
MST = Minggu Setelah Tanam (Susila, 2006)

http://www.penyuluhpertanian.net
3
IV. PENANAMAN

a. Bila ditanam dengan pola tanam tumpang sari, bibit ditanam di antara tanaman

utama yang berumur lebih panjang dari bawang prei. sebelum kanopi tanaman

utama saling menutup, bawang prei harus dipanen. Sistem tumpang sari

sekarang banyak ditanam adalah dengan tanman cabe, wortel dan sayuran daun

lain.

b. Waktu terbaik awal musim hujan (Oktober) atau awal kemarau (Maret).

 Lubang tanam dibuat pada jarak 20 x 20cm sedalam 10cm.

 Sebelum penanaman, bibit dari persemaian dicabut dengan hati-hati,

sebagian akar dan daun dipotong.

 Sebagian akar dari bibit dari rumpun induk juga dibuang.

 Rendam dalam larutan fungisida konsentrasi rendah (30-50 persen dari

dosis anjuran) selama 10-15 menit.

 Tanam bibit dalam lubang dan padatkan tanah di sekitar pangkal bibit pelan-

pelan. (Susila, 2006)

V. PEMELIHARAAN DAN PEMUPUKKAN

a. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan terhadap gulma, hal ini

dilakukan bersamaan dengan pendagiran untuk menggemburkan tanah yang

mungkin mengalami pemadatan. Selain itu juga diperlukan penimbunan pada

http://www.penyuluhpertanian.net
4
pangkal batang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh warna putih pada batang

semu bawang daun (W.Setiawati,2007).

b. Penyiraman dilakukan terutama jika bawang daun ditanam musim kemarau,

sedangkan jika ditanam pada musim penghujan maka drainase harus sangat

diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi genangan air di lahan. 

c. Pemupukan yang diusahakan untuk tanaman bawang daun pada saat

pengolahan tanah meliputi pupuk kandang dengan dosis 10-15ton/ha. Pupuk lain

yang digunakan adalah urea 200kg/ha yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu

pada saat tanaman berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat

tanaman berumur 42 hari. Untuk pupuk SP 36 dan KCL juga diberikan dua kali

seperti pupuk urea, dengan dosis pemupukan pertama SP 36 sebanyak 50 kg

dan KCL 50 kg. dan untuk pemupukan kedua SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 25

kg. pemupukan ini dilakukan dengan dibuat larikan kurang lebih 5cm dari sisi kiri

dan kanan batang, dan menaburkan pupuk pada larikan dan kemudian larikan

tersebut ditimbun kembali dengan tanah

d. Penyulaman paling lama 15 hari setelah tanam. Gulma disiangi dua kali, yaitu

umur 3-4 minggu dan 6 minggu dengan cangkul/kored. Sambil melakukan

penyaingan lakukan pendangiran.

e. Tanah digemburkan karena mungkin terjadi pemadatan akibat penyiraman air

dan proses pengeringan oleh sinar matahari. Bila terlihat tanah kekurangan air

maka perlu dilakukan penyiraman. Lakukan penyiraman hingga tanah di sekitar

pertanaman cukup basah dan merata.

f. Pembubunan bagian dasar tunas selama 4 minggu sebeluum panen. Naikkan

tanah di sekitar batang agar pangkalnya tertutup. Penimbunan memberikan

http://www.penyuluhpertanian.net
5
wama putih pada batang bagian bawah sehingga memberikan penampilan yang

menarik dan kualitas yang prima.

g. Potong tangkai bunga dan daun tua untuk merangsang tumbuh anakan.

VI. PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT

Hama yang sering diternukan di areal penanaman bawang prei antara lain:

a. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn).

Hama ini membuat tanaman rebah. Pangkal batang yang diserang akan

memperlihatkan bekas gigitannya sampai terpotong hingga putus.

Pengendalian :

 secara kimia dengan menggunakan insektisida Dursban 20 EC dengan

dosis 2-3 ml/i air.

 Secara mekanis dengan mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga

kebersihan kebun dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan

Liliaceae.

b. Ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua Hbn.)

Pengendalian :

 Secara kimia dengan Hostathion 40 EC, Orthene 75 SP, Cascade 50 EC

atau dengan perangkap ngengat.

 Secara mekanis dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan

Liliaceae.

c. Kutu loncat (Thrips tabacci Lind.)

Pengendalian :

http://www.penyuluhpertanian.net
6
 Pergiliran tanaman bukan Liliaceae, menanam secara serempak,

memasang perangkap serangga berupa kertas/ dengan insektisida Mesurol

50 WP.

d. Bercak ungu (Alternaria porri Ell.Cif.)

Pengendalian :

 Secara kimia menggunakan fungisida Antracol 70WP, Dithane M-45,

Orthocide 50 WP atau Difolatan 4F.

 Secara mekanis dengan perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman

dengan tanaman bukan Liliaceae.

e. Busuk daun/embung tepung (Peronospora destructor Berk.)

Gejala : daun ditutupi jelaga warna hitam seperti tepung.

Pengendalian :

 Menggunakan benih atau bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman

bukan Liliaceae dan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70WP

f. Antraknose (Collectotrichum gleosporiodes Penz.)

Gejala : daun bawah rebah, pangkal daun mengecil dan tanaman mati

mendadak.

Pengendalian :

 Menggunakan bibit atau benih sehat, perbaikan tata air, rotasi tanaman

dengan tanaman bukan Liliaceae, mencabut tanaman yang sakit dan

fungisida Antracol 70WP dan Daconil 75WP. (Susila, 2006)

http://www.penyuluhpertanian.net
7
VII. PANEN

a. Umur panen 2,5 bulan setelah tanam.

b. Jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun menguning.

c. Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi hari.

d. Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan. (Susila, 2006)

VIII. Pascapanen

a. Bawang prei dikumpulkan ditempat yang teduh, dicuci bersih dengan air

menggalir/disemprot, lalu ditiriskan atau dikeringanginkan.

b. Diikat dengan tali raffia di bagian batang dan daunnya.

c. Berat tiap ikatan 25-50 kg.

d. Daun bawang disortir berdasarkan diameter batang (kecil : 1,0-1,4cm dan

besar : 1,5-2cm).

e. Ujung daun dipotong sekitar 10cm.

f. Simpan pada temperature 0,8-1,4 0C sehari semalam untuk menekan penguapan

dan kehilangan bobot.

g. Pengemasan di dalam peti kayu 20 x 28 cm tinggi 34cm yang diberi ventilasi dan

alasnya dilapisi busa atau di dalam keranjang plastic kapasitas 20kg. (Susila,

2006).

♣|| Click To Post Comments ||♣Posting Lebih BaruPosting LamaTehnik

http://www.penyuluhpertanian.net
8

Anda mungkin juga menyukai