SKRIPSI
OLEH :
Rahmi Fadhila NIM: 109101000032
xxv + (144) halaman, (8) tabel, (4) gambar, (1) grafik, (4) bagan, (11) lampiran
ABSTRAK
i
diprioritaskan dalam pengendalian persediaan. Berdasarkan metode Economic Order
Quantity (EOQ) jumlah pemesanan optimum untuk 13 obat tersebut bervariasi mulai
dari 10-301 item. Berdasarkan metode Reorder Point (ROP) diperoleh titik
pemesanan kembali/waktu pemesanan kembali yang bervariasi mulai dari 1-25 item.
Saran: RS perlu membentuk Komite Farmasi Terapi (KFT) untuk menyusun
formularium, penyesuaian sistem informasi untuk menghasilkan informasi mengenai
jumlah penggunaan setiap dalam periode tertentu agar memudahkan dalam
penyusunan kebutuhan obat dan perlu menerapkan metode pengendalian persediaan
untuk menghindari stock out dan pembelian cito.
Kata Kunci: Pengendalian Persediaan, Obat Generik, Analisis ABC, EOQ, ROP,
Rumah Sakit.
Daftar bacaan: 40 (1987-2013)
i
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY
HEALTH CARE MANAGEMENT
xxv + (144) pages, (8) tables, (4) pictures, (1) graphic, (4) charts, (11) attachments
ABSTRACT
Keywords: ABC analysis, EOQ, Generic Drugs, Inventory Control, ROP, Hospital.
Bibliography: 40 (1987-2013)
v
vii
viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Identitas Pribadi
Riwayat Pendidikan
Organisasi
ix
2011 - 2012 : Bendahara Umum IKMM Ciputat
2012 - 2013 : PSDMO (Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Organisasi)BEMFKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Kerja
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi di Rumah Sakit Islam
Asshobirin Tahun 2013 ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam tidak lupa penulis
sampaikan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya ke
jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Skripsi ini merupakan syarat mahasiswa semester VIII (delapan) Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dengan pengetahuan, pengarahan dan bimbingan
yang diperoleh selama perkuliahan, penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul
“Studi Pengendalian Persediaan Obat Generik melalui Metode Analisis ABC,
Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Rumah Sakit Islam
Asshobirin Tahun 2013”.
1. Kedua orang tua tercinta, Uda Fadhli, Fadhlan dan seluruh keluarga besar yang
telah memberi dukungan materil dan nonmateril, memberi semangat, motivasi
serta doanya.
2. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.
3. Ir. Febrianti, M.Si sebagai Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. dr. Yuli Prarancha Satar, MARS dan Minsarnawati Tahangnacca, S.KM, M.Kes
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
5. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D, Riastuti Kusuma Wardani, MKM dan Susanti
Tungka, MARS sekalu penguji sidang skripsi.
xi
6. Segenap bapak/ibu dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis selama masa perkuliahan.
7. Direktur RS Islam Asshobirin yang telah memberikan izin penelitian skripsi di
RS Islam Asshobirin.
8. Ibu Dewi, Ibu Upi dan Staf Unit Farmasi RS Islam Asshobirin yang telah
berkenan menerima, membantu dan memberikan informasi terkait penelitian.
9. Ibu Neneng yang membantu perizinan dan administrasi pelaksanaan skripsi.
10. Uda, Uni, Adiak-adiak, dunsanak terimakasih doa, semangat dan dukungannya.
11. Cumi Indry, Tari, Amel, Nani dan Besties Renny, Emmy, Rosita yang selalu
mendengarkan keluh kesah, memberi semangat dan masukan, terimakasih.
12. Bapak Gazali yang membantu administrasi mahasiswa selama ini dari awal
perkuliahan sampai selesai.
13. Untuk sahabat-sahabat Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) 2009 dan
seluruh teman-teman Kesmas lainnya.
14. Segenap pihak yang belum disebutkan satu persatu atas bantuan, semangat dan
doanya untuk penulis dalam menyelesaikan penyusunanan skripsi ini.
Dengan mengirimkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halama
n HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR GRAFIK xx
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 9
xii
C. Pertanyaan Penelitian 10
D. Tujuan Penelitian 11
1. Tujuan Umum 11
2. Tujuan Khusus 11
E. Manfaat 12
1. Bagi Peneliti 12
A. Rumah Sakit 14
C. Manajemen Logistik 19
b. Fungsi Penganggaran 25
xi
c. Fungsi Pengadaan 26
e. Fungsi Penyaluran 28
f. Fungsi Pemeliharaan 29
g. Fungsi Penghapusan 29
h. Pengendalian/Pengawasan 30
D. Manajemen Persediaan 34
1. Fungsi Persediaan 34
2. Jenis Persediaan 35
1. Analisis ABC 39
F. Kerangka Teori 59
A. Kerangka Berpikir 61
B. Definisi Istilah 65
A. Desain Penelitian 70
C. Informan Penelitian 71
D. Instrumen Penelitian 72
xv
E. Sumber Data 72
F. Pengumpulan Data 73
G. Keabsahan Data 73
H. Pengolahan Data 74
I. Penyajian Data 77
BAB V HASIL 78
1. RS Islam Asshobirin 78
1. Analisis ABC 99
xv
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 142
A. Simpulan142
B. Saran144
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR
xvi
DAFTAR
xi
DAFTAR
x
DAFTAR
x
DAFTAR
Wawancara
xx
DAFTAR
xxi
RI = Republik Indonesia
RS = Rumah Sakit
SK = Surat Keputusan
SP = Surat Pemesanan
TT = Tempat Tidur
xxi
DAFTAR ISTILAH
Cito = Pemesanan dilakukan insidental dan harus segera dikirim saat itu
juga
Lead Time = Waktu tunggu pemesanan atau waktu yang diperlukan mulai
pemesanan sampai obat diterima
Stock opname = Kegiatan mencocokan kondisi fisik barang gudang dengan kartu
stok
xx
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
UU RI No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
kesehatan.
1
menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi,
1
2
bahan alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik) dan 50% dari seluruh
Selain itu, salah satu sasaran hasil dari Program Kefarmasian dan Alat
farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh
kefarmasian yang ditunjukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar,
2003).
3
Rumah Sakit Islam Asshobirin merupakan rumah sakit yang memiliki visi
menjadi Rumah Sakit yang efektif, efisien dan mandiri yang berazaskan Islam.
Setiap fungsi tersebut saling berhubungan satu sama lain agar dapat
memenuhi kebutuhan obat untuk unit pengguna dalam jumlah dan mutu yang
sesuai serta waktu yang tepat. Sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian
sakit ini.
Farmasi RS Islam Asshobirin adalah melalui stock opname yang dilakukan 2 kali
setahun untuk mencocokan sisa stok secara fisik dengan pendataan harian
melalui komputer (kartu stok). Selain itu pencatatan menggunakan buku defekta
yang berisi jumlah permintaan persediaan apotek, jumlah yang dikirim ke apotek
4
dan sisa stok yang ada di gudang farmasi. Berdasarkan pencatatan sisa stok
Selain melalui sisa stok, dasar petugas gudang farmasi dalam melakukan
pemesanan adalah buffer stock. Menurut Bowersox (1995), buffer stock adalah
dilakukan berdasarkan perkiraan saja. Untuk obat fast moving harus dengan
gudang farmasi mengenai persediaan obat adalah pemesanan obat yang kerap
kali dilakukan secara cito, artinya pemesanan dilakukan insidental dan harus
segera dikirim saat itu juga. Terkadang ketika melakukan pemesanan secara cito,
obat yang dibutuhkan juga sedang tidak tersedia pada distributor, sehingga
(SIRS) RS Islam Asshobirin, terdapat 137 jenis obat yang pernah dibeli ke apotik
luar pada tahun 2012. Artinya, 137 jenis obat tersebut belum dapat disediakan
dalam jumlah yang diminta pada waktu dibutuhkan oleh unit sehingga harus
dibeli secara cito ke apotik luar RS Islam Asshobirin. Paling sedikit ada 11 jenis
5
obat dalam satu bulan yang dibeli cito ke apotik luar RS Islam Asshobirin pada
tahun 2012. Terdapat beberapa jenis obat yang hampir setiap bulan dibeli cito di
luar apotik karena stok obat tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasien,
seperti; obat Curcuma Tab dibeli cito di apotik luar RS yaitu sebanyak 25 kali
Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin sedang kosong/stock out atau tidak cukup
permintaan yang tidak terlayani dan harus dipesan secara cito. Tentunya dengan
membeli cito ke apotik luar, obat dibeli dengan harga yang lebih tinggi
rumah sakit. Hal ini berisiko tidak tercapainya tujuan manajemen logistik.
barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu
negara tersebut mengalami satu atau lebih kekurangan obat dalam enam bulan
obat. 82% dari RS menunda perawatan pasien akibat kekurangan obat dan lebih
dari setengahnya tidak mampu menyediakan obat sesuai dengan resep yang
diberikan. Selain itu sebagian besar rumah sakit tersebut melaporkan biaya obat
(2010), mengungkapkan bahwa di rumah sakit India, tidak hanya jumlah obat-
obatan yang diterima saja yang kurang tetapi juga ketersediaan obat yang tidak
menentu. Bahkan untuk obat-obatan yang umum digunakan terjadi stock out
efektif, efisien dan mandiri yang berorientasi kepada kepuasan pasien, tentunya
jumlah yang tepat pada waktu yang dibutukan serta dengan harga yang serendah-
buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik ini
dengan baik. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada persediaan obat generik.
persediaan efektif, maka tiga pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah apa
yang akan dikendalikan, berapa banyak yang hendak dipesan dan kapan
memesan kembali. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, digunakan metode
Analisis ABC untuk menjawab apa yang akan dikendalikan dengan mengetahui
prioritas obat generik yang dikelompokan berdasarkan nilai pemakaian obat dan
biaya persediaan obat. Kemudian, dihitung Reorder Point (ROP) obat yang
keandalan pemasok dan persediaan pegaman (safety stock) yang lebih efektif.
total biaya persediaan karena lebih terkontrol. Selain memiliki safety stock,
perusahaan dapat mengetahui banyak bahan baku yang harus dipesan untuk
menghindari biaya karena persediaan yang over stock dan perusahaan dapat
model EOQ dan ROP agar tidak lagi terjadi kekosongan persediaan, pembelian cito,
dan resep yang dibeli pasien diluar apotek rumah sakit. Menurut Wahjuni dan
Suryawati (1998), metode EOQ yang diterapkan terhadap klasifikasi obat pada
analisis ABC di Instalasi Farmasi yang mereka teliti, dapat menurunkan total nilai
disediakan dengan jumlah dan waktu yang tepat, penggunaan anggaran yang
B. Rumusan Masalah
farmasi yang sangat penting bagi kelancaran pelayanan kepada pasien sehingga
diperlukan pengelolaan yang tepat dan baik. Obat generik merupakan obat yang
tertarik untuk meneliti di RS ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari SIRS RS
Islam Asshobirin, pemesanan obat sering dilakukan secara cito dan dibeli di
apotik luar, yaitu sebanyak 137 jenis obat pada tahun 2012. Menurut informan,
ini terjadi karena adanya kekosongan obat di gudang farmasi sehingga obat
tersebut harus dipesan secara cito sebagai upaya pemenuhan kebutuhan obat
pasien.
Hal ini menandakan obat tersebut belum dapat disediakan dalam jumlah
yang tepat pada waktu yang dibutuhkan sehingga harus dibeli secara cito di
apotik luar dengan harga yang lebih tinggi dibanding membeli kepada distributor.
1
(Bowersox, 1995) untuk dapat memenuhi kebutuhan obat dengan jumlah yang
tepat pada waktu yang dibutuhkan dan total biaya terendah tidak dapat tercapai.
Begitu juga dengan tujuan pengendalian menurut Dirjend Bina Farmasi dan Alat
tiga pertanyaan dasar menurut John dan Harding (2001) dan Ahyari (1987) yaitu
apa yang akan dikendalikan, berapa banyak yang hendak dipesan, dan kapan
memesan kembali. Dalam penelitian ini digunakan metode Analisis ABC untuk
menjawab apa yang akan dikendalikan, Economic Order Quantity (EOQ) untuk
menjawab berapa banyak yang hendak dipesan dan Reorder Point (ROP) untuk
C. Pertanyaan Penelitian
dan C) melalui metode analisis ABC di Gudang Farmasi Rumah Sakit Islam
Tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuam Umum
2. Tujuan Khusus
(fast moving, moderate dan slow moving) dan nilai investasinya (kelompok
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Islam Asshobirin
a. Terjalin suatu kerja sama antara pihak program studi dengan rumah sakit.
1
rumah sakit.
Gudang Farmasi Rumah Sakit Islam Asshobirin. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam
dan observasi dan data sekunder melalui telaah dokumen terkait penelitian.
Subjek dari penelitian adalah Kepala Unit Farmasi, Kepala Bagian Penunjang
Medis, Staf Gudang Farmasi dan Kepala Bagian Keuangan dan Koordinator
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kesehatan Paripurna
rehabilitatif.
sakit) :
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
14
1
dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta yang dapat
rumah sakit):
2) Badan hukum dimiliki oleh pemodal baik dalam negeri maupun asing.
farmasi. Instalasi farmasi rumah sakit merupakan satu-satunya unit rumah sakit
pasien, bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah
sakit serta bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat yang
siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik petugas maupun pasien
(Aditama, 2007).
di suatu rumah sakit. Instalasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang
rumah sakit (UU Nomor 44 RI tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Praktik
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (UU Nomor 36 tahun
adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah
pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan;
2003).
masyarakat.
IFRS.
digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat
jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. IFRS
C. Manajemen Logistik
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga
konsumen.
pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para
layanan, dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai pada disposisi dan ada
elemen penting yaitu: strategi terpadu untuk menjamin bahwa barang, jasa dan
perlengkapan dibeli dengan biaya total yang terendah; strategi terkait untuk
secara agresif.
jadi, barang jadi dan informasi terkait yang meliputi perencanaan, pelaksanaan
(Bowersox, 1995).
keutuhan:
rendah.
yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang tercermin dalam
sistem akuntansi.
(Bowersox, 1995). Logistik rumah sakit mempunyai ciri yang penting untuk
a. Spesifik, berarti terkait dengan pelanggan dan profesi tertentu, seperti obat,
b. Harga yang variatif dari yang sangat murah sampai sangat mahal, seperti
berikut:
Bagan 2.1
Siklus Manajemen Logistik (Seto, 2004)
Penghapusan
Penganggaran
Pengadaan
Penyaluran
opportunity cost. Harus selalu dijaga agar semua unsur di dalam siklus
pengelolaan logistik sama kuatnya dan segala kegiatan tersebut harus selalu
obat essensial, formularium rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit
yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi di rumah sakit karena
beberapa metode:
1) Metode Konsumsi
2) Metode Morbiditas/Epidemiologi
3) Metode Kombinasi
b. Fungsi Penganggaran
kebutuhan dalam satu skala standar yaitu dengan skala mata uang (dollar,
terhadapnya.
c. Fungsi Pengadaan
maupun penganggaran.
secara tender oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi dan secara langsung
3) Menjaga ketersediaan
dan FIFO dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
e. Fungsi Penyaluran
pengaturan pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain, yaitu dari
farmasi Rumah Sakit, beberapa hal yang dijadikan pegangan adalah dengan
prinsip:
2) Harus menjamin: obat benar bagi penderita tertentu, dosis yang tepat
f. Fungsi Pemeliharaan
g. Fungsi Penghapusan
kerusahakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari
segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal
3
2007).
yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang
maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar. Cara-
dan pemusnahan.
h. Fungsi Pengendalian/Pengawasan
proses produksi atau persediaan obat di apotek dan farmasi rumah sakit
(Seto, 2004). Semua kegiatan dalam siklus logistik harus selalu dilakukan
2) Menentukan stok optimum, yaitu stok obat yang diserahkan kepada unit
penyaluran
terhadapa fast moving item, slow moving item, dead inventory, dated
inventory/perishable inventory.
Apotek, PBF, Industri Farmasi dan Farmasi Rumah Sakit akan dapat
1) Pada hal tertentu obat akan merupakan salah satu penyebab selamatnya
administrasi, dan bentuk serta perawatan yang indah dan jelas akan
5) Nilai uang yang beredar pada ketiga hal ini dapat sekitar 15-25% total
D. Manajemen Persediaan
bahan mentah, barang dalam proses atau barang jadi (Sumayang, 2003). Tujuan
permintaan oleh karena itu hasil stock opname harus yang seimbang dengan
permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu (Anief 2001).
mengandung risiko dan ketidakpastian. Konsep yang ideal dari persediaan terdiri
dari pengadaan suatu produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Sistem
yang demikian tidak akan membutuhkan penumpukan bahan mentah atau bahan
jadi untuk mengantisipasi penjualan di masa depan. Walaupun sistem ini tidak
praktis, namun penting diingat bahwa setiap dollar yang diinvestasikan dalam
1995).
1. Fungsi Persediaan
bagi pelanggan.
2. Jenis Persediaan
a. Persediaan bahan mentah (raw material invetory) telah dibeli tapi belum
belum selesai.
d. Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal
a. Barang jadi
dan pemogokan.
c. Bahan mentah
yang dihadapi berupa tersedianya barang terlalu banyak atau terlalu sedikit untuk
3
fungsi yang berhubungan sangat erat sekali, yaitu perencanaan persediaan dan
yag akan disediakan dan sumber terbaik sedangkan aspek pengawasan menjawab
(Siagian, 1987).
Jika investasi sangat besar akan mengakibatkan biaya modal yang sangat besar
sehingga akan mengakibatkan juga biaya operasi yang tinggi. Investasi untuk
persediaan harus bersaing dengan investasi lain yang juga membutuhkan dana.
(Sumayang, 2003).
ini akan mengukur berapa unit yang ada di tangan pada suatu lokasi tertentu dan
3
Tidak hanya sewa gudang atau pemeliharaan saja tetapi juga resiko kerusakan,
lain.
4. Apabila jumlah persediaan bahan baku yang disimpan dalam perusahaan itu
semakin besar, maka resiko atas bahan baku yang disimpan dalam perusahaan
Sedangkan persediaan dalam jumlah yang sangat kecil atau terlalu rendah
kebutuhan. Apabila hal ini terjadi berkali-kali, tentunya dalam jangka panjang
kualitas bahan belum tentu dapat memenuhi standar yang ada dan efisiensi
berjalan lancar.
Menurut Johns dan Harding (2001), untuk memastikan bahwa suatu sistem
pengendalian sediaan efektif, maka tiga pertanyaan dasar yang harus dijawab
adalah apa yang akan dikendalikan, berapa banyak yang hendak di pesan dan
1. Analisis ABC
karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut baik dari
4
segi harga perunit bahan, dari segi jumlah unit yang diperlukan dan dari
maka tindakan ini kadang-kadang akan merugikan perusahaan. Hal ini karena
terdapat perbedaan nilai rupiah dari bahan yang dipergunakan (Ahyari, 1987).
dalam jumlah unit yang besar namun mempunyai nilai rupiah yang kecil,
sebaliknya akan terdapat sejumlah bahan baku dalam nilai rupiah yang tinggi
walaupun jumlah unit fisiknya tidak berapa besar. Dengan demikian perlakuan
tersebut. Cara yang paling umum digunakan untuk prioritas persediaan adalah
dengan basis volume dolar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi
persediaan yang kritis namun sedikit bukan pada yang banyak namun spele.
Tidaklah realistis jika memantau barang yang tidak mahal dengan intensitas
yang sama dengan barang yang sangat mahal (Heizer dan Render, 2010).
klasifikasi ABC atau klasifikasi Pareto. Cara membagi sediaan ke dalam tiga
barang yang itemnya sedikit tersebut tanpa mengabaikan yang lain (Johns dan
Harding, 2001).
a. Kelas A, merupakan bahan baku dengan jumlah unit fisik yang kecil atau
b. Kelas C, merupakan bahan baku dengan jumlah unit fisik yang besar atau
antara kelas A dan kelas C, baik jumlah fisik maupun jumlah rupiahnya
adalah sedang.
penjualan.
penjualan.
c. Kelompok C mewakili 50% obat tapi hanya kira-kira 10% total penjualan.
4
Kelompok A merupakan obat yang cepat laku dan dalam beberapa kasus
obat merupakan obat yang sangat mahal. Hanya ada sedikit kelompok A
permintaannya, merupakan obat yang berputar dengan cepat (atau karena obat
obat yang paling lambat lakunya, obat produk yang paling kurang diminta.
Karena kelompok B dan C merupakan jumlah yang jauh lebih besar dan
merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan tidak efisien
dan kartu stok di ruang peracikan dan penjualan eceran (Seto, 2004).
pengaruh yang kecil pada penjualan dan biaya kehabisan persediaan (Seto,
2004).
4
Kelas C : 60% dari barang sediaan hanya bertanggung jawab atas 10% dari nilai penggunaan tah
Kelas B : barang yang tidak termasuk ke dalam kelas A dan kelas C.
dengan volume dolar tahunan tinggi yaitu 70%-80% penggunaan uang secara
Barang kelas B barang dengan volume dolar tahunan yang sedang yaitu 15%-
Barang dengan volume dolar tahunan yang kecil adalah kelas C yang hanya
persediaan total.
Grafik 2.1
Grafik dari Analisis ABC
(Heizer dan Render,
2010)
100
90 A
80
Persen 70
Penggunaan 60
Dollar 50
Tahunan 40 B
30
20
10 C
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Persen persediaan
4
farmasi.
c. Urutkan kembali jenis- jenis perbekalan farmasi diatas, mulai dengan jenis
Peramalan, kontrol fisik, keandalan pemasok dan reduksi pada persediaan pengaman yang lebih
Berikut kebijakan-kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC (Heizer dan Render, 2010
a. Membeli sumber daya harus lebih tinggi pada barang-barang A
barang lainnya.
4
(Ahyari, 1987):
a. Kelas A
mengingat kerusakan atau kehilangan bahan jenis ini dalam jumlah unit
b. Kelas B
c. Kelas C
Quantity (EOQ) adalah sejumlah persediaan barang yang dapat dipesan pada
(EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan tertua dan paling
lain persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada
suatu waktu
yang diberikan di atas biaya paling signifikan adalah biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Jadi jika kita meminimalkan biaya pemesanan dan biaya
Gambar 2.2
Jumlah Pemesanan Ekonomis
Heizer dan Render (2010), Bowersox (2010)
Sabarguna (2004), Johns dan Harding( (2001)
biaya
tahunan kurva biaya total
penyimpanan dan pemesanan
penggunaan selama waktu tertentu atau order untuk suatu kuantitas tertentu
menurut Heizer dan Render (2010), Bowersox (2010) dan Buffa (1997)
Rumus:
Keterangan:
kehabisan stok.
barang dan barang yang keluar tersebut harus diisi kembali hingga jumlah
barang itu tetap. Tetapi hal ini tidak mungkin mengadakan keseimbangan
5
setiap hari karena frekuensi pembelian menjadi sangat tinggi dan volume
Oleh karena itu sebelum persediaan habis maka pemesanan barang harus
sudah dilakukan. Untuk itu dicari waktu yang tepat, pada saat mana
2001). Apabila terjadi masa tenggang (lead time) maka kita harus menentukan
tingkat persediaan minimal sehingga apabila tingkat ini sudah dicapai, kita
pesanan tiba. Dengan demikian sediaan habis tepat pada saat pesanan tiba.
Gambar 2.3
Pengendalian Tingkat Pemesananan
Kembali (Johns dan Harding, 2001)
persediaan
ROP
waktu
Menurut Johns dan Harding (2001), variasi pada pola permintaan atau
lead time akan menyebabkan grafik berbentuk gigi gergaji, sehingga apabila
akan mengakibatkan stock out. Untuk itu dibutuhkan suatu ancangan yang
Kebutuhan selama masa tenggang (lead time) adalah tidak tetap dan
terhadap Normal
kenaikan yang tidak diharapkan dalam
Permintaan kebutuhan masa tenggang (lead time) (Siagi
lead time
Berikutadalahgambartingkatpemesanankembalidengan
Meningkat meningkatmemperhitungkan Safety Stock:
Gambar 2.4
Pengendalian Tingkat Pemesananan Kembali dengan Safety Stock
(Johns dan Harding, 2001)
persediaan
ROP
waktu
(Bowersox, 1995).
Rangkutty (1996), yaitu penggunaan bahan baku rata-rata, faktor waktu, dan
Bowesox, Closs dan Cooper (2010), service level adalah tujuan kinerja
Heizer dan Render (2010) hal yang penting dalam manajemen adalah menjaga
tingkat pelayanan yang cukup untuk menghindari permintaan yang tidak pasti.
level dan standar lead time diketahui dan bersifat konstan, maka
SS = Z x d x L
Keterangan :
Z = Service level
D = Rata-rata pemakaian
L = Lead Time
terletak pada dua faktor, yaitu; yang pertama pertimbangan tingkat pemesanan
kembali secara langsung berdasarkan pada pemakaian normal dan yang kedua
pemesanan kembali menurut Heizer dan Render (2010), Johns dan Harding
(2001) adalah:
ROP = (d x L) + SS
Keterangan:
d = permintaan harian
sampai habis. Pada saat habis maka pemesanan kembali harus dilakukan.
Apabila obat yang dipesan tiba kantong pertama diisi kembali sesuai jumlah
pengisian kembali.
Syarat untuk 1 atau 2 kantong tersebut adalah apabila hoding cost (biaya
penyimpanan) cukup mahal. Obat yang diminta tertentu dan jenisnya tidak
interval waktu tersebut. Jumlah yang dipesan tidak boleh melebihi batas
Pada sistem ini ada dua nilai yang harus ditentukan, yaitu:
Yaitu, obat tertentu, jumlah yang dipesan dari pemasok adalah tetap
pada titik kritis (Reorder Point/ROP). Jumlah ini adalah yang paling ekonomis
ditinjau dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Untuk sistem ini ada dua
yang relatif tinggi/mahal. Dalam persediaan terdiri dari berbagai jenis obat
sebaliknya.
(stock out) yang disebabkan karena adanya permintaan yang lebih besar dari
gudang penyimpanan (lead time yang lebih lama dari perkiraan semula)
denganmenentukan/menghitungbesarnyapersediaanpengamanyang
9. Komputerisasi
F.Kerangka Teori
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Jenis Persediaan
Analisis ABC
Sumber: Ahyari (1987), Siagian (1987), John dan Harding (2001), Heizer dan
Render (2010) dan Dirjend Binafarmasi dan Alat Kesehatan (2010).
6
efektif apabila dapat menjawab pertanyaan mengenai apa saja obat yang akan
berapa banyak suatu item obat tersebut dipesan dan kapan harus dilakukan
pemesanan. Menurut Heizer dan Render (2010), prediksi yang lebih baik, kontrol
merupakan hasil dari kebijkan manajemen persediaan yang sesuai, analisis ABC
Selain itu menurut Ahyari (1987) kuantitas pembelian dan titik pemesanan
(EOQ) adalah sejumlah persediaan barang yang dapat dipesan pada suatu periode
terjadi masa tenggang (lead time) maka kita harus menentukan tingkat persediaan
minimal sehingga apabila tingkat ini sudah dicapai, kita harus mengajukan
pesanan baru untuk menjaga jangan sampai terjadi kekosongan dalam stok
(Siagian, 1987). Menurut Johns dan Harding (2001), Reorder Point (ROP) adalah
A. Kerangka Berpikir
menyediakan obat dengan jumlah dan waktu yang tepat serta dengan total biaya
terendah dibutuhkan pengelolaan yang efektif dan efisien terhadap obat tersebut.
dan persediaan demi kelancaran proses pelayanan. Menurut Johns dan Harding
pertanyaan apa saja obat yang akan dikendalikan dan memerlukan pengawasan
yang lebih ketat serta hati-hati, berapa banyak suatu item obat tersebut dipesan
melalui metode analisis ABC. Menurut Heizer dan Render (2010), prediksi yang
lebih baik, kontrol fisik, keandalan pemasok dan persediaan pengaman (safety
61
6
obat mana yang harus diawasi secara ketat dan hati-hati. Metode ini menekankan
pada obat dengan nilai investasi yang tinggi dalam satu periode. Obat generik
Point (ROP) karena menurut Heizer dan Render (2010) obat-obat tersebut harus
Selain itu menurut Ahyari (1987) kuantitas pembelian dan titik pemesanan
obat, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Setelah itu dihitung Reorder
rata pemakaian, tingkat pencapaian, lead time dan safety stock/buffer stock.
Melalui metode tersebut dapat dilakukan pengendalian persediaan untuk menyeimbangkan perminta
tinggi; dan tingginya biaya penyimpanan karena persediaan yang tinggi.
6
Bagan 3.1
Kerangka Berpikir
Analisis ABC
Tabel 3.1
Definisi
Cara Pengambilan
No Substansi Definisi Istilah Alat ukur Hasil Ukur Sumber Informasi
Data
1. Pengendalian Salah satu siklus Wawancara, telaah Pedoman Pengendalian/pengawasan Kepala Unit Farmasi RS Islam
Persediaan logistik yang dokumen wawancara yang dilakukan di Asshobirin, Staf Gudang
berhubungan dengan dan telaah Gudang Farmasi RS Farmasi RS Islam Asshobirin,
aktivitas dalam dokumen Islam Asshobirin Kepala Bidang Penunjang
pengaturan Medis RS Islam Asshobirin,
persediaan obat di dan Kepala Bagian Keuangan
apotek dan farmasi RS Islam Asshobirin
rumah sakit agar
menjamin kelancaran
pelayanan pasiennya
secara efektif dan
efisien (Seto.S, 2004)
6
Cara Pengambilan
No Substansi Definisi Istilah Alat ukur Hasil Ukur Sumber Informasi
Data
2. Metode Pengendalian Metode ABC, Kelompok Cara pengendalian Kepala Unit Farmasi RS Islam
Pengendalian persediaan obat Economic Order obat A, B persediaan obat generik Asshobirin,
Persediaan generik agar tidak Quantity (EOQ) dan C Staf Gudang Farmasi RS
Obat terjadi kekosongan dan Reorder Islam Asshobirin,
Generik dan kelebihan stok Point (ROP) Koord.SIM RS Islam
(Dirjend Binfar dan Asshobirin,
Alkes, 2010) Koordinator Logistik RS
menjawab 3 Islam Asshobirin, Kepmenkes
pertanyaan dasar: apa RI Nomor 092/Menkes/
yang dikendalikan, SKII/2012 dan Biro
berapa jumlah yang Perencanaan dan Anggaran
dipesan dan kapan Sekjen Kemenkes RI (2013)
dilakukan pemesanan
ulang (John dan
Harding, 2001)
3. Analisis Cara yang digunakan Mengurutkan obat pemakaian Kelompok obat generik Kepmenkes RI Nomor
ABC untuk prioritas dari nilai investasi tahun 2012 yang termasuk kelompok 092/Menkes/SKII/2012,
terbesar sampai dan harga A, B, dan C untuk Kepala Unit Farmasi RS Islam
6
Cara Pengambilan
No Substansi Definisi Istilah Alat ukur Hasil Ukur Sumber Informasi
Data
persediaan (Ahyari, terkecil, dan Obat Investasi Asshobirin, Koord.SIM RS
1987) menghitung % Islam Asshobirin
kumulatif setiap obat
4. Kelompok A Kelompok obat Metode Analisis Daftar nama Informasi obat generik Kepmenkes RI Nomor
generik yang ABC obat, jumlah yang tergolong kelompok 092/Menkes/SKII/2012,
persentase kumulatif pemakaian A Kepala Unit Farmasi RS Islam
0-70% (Dirjend tahun 2012, Asshobirin dan Koord.SIM
Binfar dan Alkes, harga obat RS Islam Asshobirin
2010)
5. Kelompok B Kelompok obat Metode Analisis Daftar nama Informasi obat generik Kepmenkes RI Nomor
generik yang ABC obat, jumlah yang tergolong kelompok 092/Menkes/SKII/2012,
persentase kumulatif pemakaian B Kepala Unit Farmasi RS Islam
71-90% (Dirjend tahun 2012 Asshobirin dan Koord.SIM
Binfar dan Alkes, dan harga RS Islam Asshobirin
2010) obat
6. Kelompok C Kelompok obat Metode Analisis Daftar nama Informasi obat generik Kepmenkes RI Nomor
generik yang ABC obat, jumlah yang tergolong kelompok 092/Menkes/SKII/2012,
persentase kumulatif pemakaian C Kepala Unit Farmasi RS Islam
6
Cara Pengambilan
No Substansi Definisi Istilah Alat ukur Hasil Ukur Sumber Informasi
Data
91-100% (Dirjend tahun 2012 Asshobirin dan Koord.SIM
Binfar dan Alkes, dan harga RS Islam Asshobirin
2010) obat
7. Economic Jumlah pemesanan Perhitungan Permintaan Jumlah pemesanan Koord.SIM RS Islam
Order optimum setiap menggunakan rumus: tahunan optimum untuk setiap kali Asshobirin,
Quantity melakukan (Heizer dan Render, obat, pemesanan Koord.Logistik RS Islam
(EOQ) pemesanan untuk 2010), (Bowersox, Biaya Asshobirin dan Kepmenkes
mengendalikan 2010), Buffa, 1997): pemesanan RI
persediaan obat untuk Nomor092/Menkes/SKII/2012
setiap
Q =Jumlah pesanan,
S = Biaya pemesanan
obat untuk setiap
pesanan
6
Cara Pengambilan
No Substansi Definisi Istilah Alat ukur Hasil Ukur Sumber Informasi
Data
H = Biaya
penyimpanan obat
per unit per tahun
8. Reorder Batas minimal stok Perhitungan Lead time, Waktu dilakukannya Kepala Unit Farmasi RS Islam
Point (ROP) persediaan sehingga menggunakan rumus jumlah pemesanan ulang dengan Asshobirin,
harus dilakukan (Heizer dan Render pemakaian melihat batas minimal Koord.SIM RS Islam
pemesanan (2010) dan (John dan rata-rata persediaan yang telah Asshobirin dan Biro
kembali/pemesanan Harding, 2001): perhari, ditentukan Perencanaan dan Anggaran
ulang ROP = (LT x d) + SS Buffer Stock, Sekjen Kemenkes RI (2013)
LT = lead time
d = pemakaian rata-
rata
SS = Safety
Stock/Buffer Stock
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit
Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut selanjutnya dibuat perhitungan dengan
70
7
Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) agar dapat
C. Informan Penelitian
RS Islam Asshobirin.
Asshobirin.
7
oleh gudang farmasi untuk menghitung biaya dalam setiap kali melakukan
D. Instrumen Penelitian
pedoman wawancara, pedoman telaah dokumen, alat tulis, laptop dan alat
pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang disusun oleh Dirjend
Binafarmasi dan Alat Kesehatan tahun 2010 dan beberapa referensi terkait
E. Sumber Data
obat generik yang saat ini dilakukan oleh Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin
penelitian dan observasi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah daftar nama
obat generik, jumlah pemakaian obat generik dan harga obat generik selama satu
periode terakhir mulai bulan Januari-Desember 2012 yang diperoleh dari Unit
Gudang Farmasi dan Sistem Informasi Rumah Sakit. Data jumlah pemakaian
ATK selama tahun 2012 dan harga ATK diperoleh dari Koordinator Logistik RS
Selain itu data-data lain yang dibutuhkan diperoleh melalui telaah dokumen
(lampiran 2).
F. Pengumpulan Data
pedoman wawancara.
pemakaian obat dan harga obat generik, jumlah pemakaian ATK, harga ATK
Asshobirin.
G. Keabsahan Data
dengan menggunakan teknik ini data yang diperoleh lebih konsisten, tuntas dan
7
pasti. Untuk itu triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dengan
lima informan. Selain itu, juga dilakukan triangulasi metode dengan observasi
(SOP).
H. Pengolahan Data
informan
transkrip wawancara
pertanyaan penelitian.
a. Data mengenai daftar jenis obat, jumlah pemakaian obat dan harga obat
b. Obat generik diurut mulai dari pemakaian obat yang paling tinggi sampai
c. Nilai investasi untuk masing-masing obat dihitung dan dicari dengan cara
Selanjutnya obat diurut mulai dari nilai investasi tertinggi sampai terendah
a. Dihitung EOQ dan ROP untuk obat yang termasuk ke dalam kelompok A
obat generik.
nota, tinta dan pulpen selama tahun 2012 dikalikan dengan harga
7
Keterangan:
a. Dihitung Reorder Point (ROP) setiap jenis obat yang tergolong kelompok
ROP = (d x L) + SS
Keterangan:
d = permintaan harian
I. Penyajian Data
Data yang telah diperoleh dan dianalisis, disajikan dalam bentuk kutipan hasil wawancara yang diba
(ROP) yang diinterpretasikan.
BAB V
HASIL
1. RS Islam Assshobirin
fasilitas 60 unit tempat tidur (TT) dengan jumlah tenaga medis 2 orang, 1
mengangkat dr. Hj. Ayi Raffiah, MARS., sebagai Direktur Rumah Sakit
tidur (TT) dengan jumlah 6 orang dokter umum, 3 orang dokter gigi, 18
Anak, Bedah Umum, Bedah Orthopedi, Mata, Gigi dan Mulut, Kebidanan
78
79
nonmedis.
Tangerang Selatan dan berlaku sampai dengan 30 September 2015. Saat ini
tanggal 29-30 Maret 2012 dan Penilaian Akreditasi oleh Surveyor KARS
terlaksana pada tanggal 30-31 Juli 2012. Selain itu, RS Islam Asshobirin
1) Visi: menjadi Rumah Sakit yang efektif, efisien dan mandiri yang
berasaskan Islam.
2) Misi RS Islam Asshobirin adalah fungsi sosial dan agama yang terdiri
dari:
keputusan stakeholder
organisasi yayasan ini terdiri dari: Badan Pembina, Badan Pengurus dan
Badan Pengawasan.
2) RS Islam Asshobirin
a) Direktur
dua unit, yaitu: Kepala Unit Pelayanan Medis dan Kepala Unit
Keperawatan
Kepala Unit Rekam Medik, Kepala Unit Gizi dan Kepala Unit
Penunjang.
8
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di RS Islam Asshobirin terdiri dari berbagai profesi yait
Tabel 5.1
Jumlah Tenaga RS Islam Asshobirin
No Tenaga Jumlah
1 Tenaga Medis Dokter Umum 8 orang
Dokter Gigi 3 orang
Dokter spesialis 13 orang
Jumlah Tenaga Medis 24 orang
2 Tenaga Paramedis Paramedis Perawatan 57 orang
Bidan 10 orang
Paramedis Non Perawatan 22 orang
Jumlah Tenaga Paramedis 89 orang
3 Tenaga Non Medis Apoteker 1 orang
Sarjana lain 8 orang
Lain-lain:
- Administrasi, umum, keuangan dan 62 orang
penunjang lain
- Cleaning service 24 orang
Jumlah Tenanga Non Medis 95 orang
Total Tenaga 208 orang
Sumber: Profil RS Islam Asshobirin
8
jam.
Ruang rawat inap terdiri dari lima ruangan. Berikut ruang rawat inap
d) Arofah : kelas VIP, Kelas I Utama (Ruang rawat pasien anak dan
dewasa umum)
sentralisasi.
4. Kamar Operasi
ruang operasi besar, ruang operasi sedang dan ruang operasi kecil.
5. Kamar Bersalin
alat KB.
6. Pelayanan Penunjang
7. Pelayanan Admnistratif
lain-lain).
berkualitas.
yang berlaku
Formularium Nasional.
(lampiran 5), Unit Farmasi merupakan salah satu dari Unit Penunjang
Farmasi dan Apotek. Gudang farmasi dikelola oleh 1 orang Staf Gudang
8
Bagan 5.1
Struktur Organisasi Unit Farmasi RS Islam Asshobirin
Unit Farmasi
Berdasarkan wawancara dengan informan, yang terlibat dalam persediaan di gudang farmasi,
informan:
sebagaimya”(R.1)
berapa, kalau staf gudang hanya input saja. Kalau apoteker sedang
8
tidak ada staf gudang yang memesan, kalau memang benar-benar obat
itu dibutuhkan”(R.2)
RS Islam Asshobirin juga Kepala Unit Farmasi dan Staf Gudang Farmasi,
Asshobirin adalah:
1. Stock Opname
dan terhindar dari kerusakan dan kadaluarsa. Obat yang mendekati kadaluarsa
akan mendapat perhatian khusus untuk digunakan segera oleh user (dokter)
atau obat dikembalikan kepada PBF (Perusahaan Besar Farmasi) tiga bulan
“Stock opname itu utk melihat berapa jumlah yang masih ada, apakah
“Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok yang ada semua masing-
masing obat sisanya berapa, yang di apotik juga di hitung. Kalau ada yang
mendekati kadaluarsa kita lancarkan dulu, makanya kan kita sistemnya ini
FIFO dan FEFO yang baru datang disimpan di belakang, yang kita beli
Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal ini sesuai dengan SOP unit
setiap 6 bulan sekali untuk mencocokan kondisi fisik barang yang ada di
gudang dengan kartu barang di komputer dan dengan bukti pembukuan atau
barang) sehingga bisa diketahui kualitas, kuantitas dan waktu kadaluarsa dari
barang tersebut.
2. Kartu Stok
langsung tertera pada rak obat. Kartu stok menggunakan komputer dengan
Setiap obat yang masuk ke gudang farmasi (diantar oleh distributor) dan obat
“Kalau kartu fisiknya tidak ada karena kita pakai pencatatan komputer,
yang dipakai. Kita pakai komputer. Obat yang datang, obat yang dikirim
3. Buku Defekta
permintaan dan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek. Selain itu
buku ini juga digunakan sebagai dasar pemesanan obat. Setiap petugas apotek
yang meminta obat ke gudang farmasi terlebih dahulu mengisi buku defekta.
Setelah itu staf gudang mengambilkan stok yang dibutuhkan dan mencatat
jumlah pengiriman dan sisa stok gudang di buku tersebut. Melalui wawancara
“Kita itu ada data manual juga namanya buku defekta, buku defekta itu
“Buku defekta itu permintaan apotik ke gudang, yang diminta berapa yang
sisa stok yang ada di gudang farmasi. Kolom dalam buku defekta terdiri dari
nama obat yang diminta, jumlah permintaan, jumlah pengiriman dan sisa stok
di gudang farmasi.
4. Laporan
farmasi kepada distributor. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut:
laporan ke dinas, kaya narkotika, kemudian ada pembelian apa saja, jatuh
tempo pembayarannya, itu sebulan sekali. Jadi dari Kepala Unit Farmasi
pembayarannya. ” (R.3)
Kepala Unit Farmasi dan Kepala Bidang Penunjang Medis adalah mengenai
9
“Ya itu saja laporan pemesanan obat, sama laporan jatuh temponya kapan
harus dibayar perdistributor dan pembelian obat oleh pasien. Kalau kita
seperti stock opname untuk dapat melihat sisa stok dua kali dalam setahun, kartu
stok pada komputer sebagai pendataan keluar masuknya obat di gudang farmasi
dan buku defekta pencatatan permintaan, pengiriman dan sisa stok di gudang
tidak boleh lebih dari buffer stok. Tapi kan kita tidak punya perhitungan
buffer stock ya perkiraan saja, misalnya paracetamol itu kan fast moving kan,
boleh banyak. Tapi tidak boleh banyak-banyak juga. tapi obat yang jalannya
pelan seperti Meropenom inj ya kita hanya boleh stok 2 atau 3 itu sudah good
9
sekali. Paling tidak untuk 1 pasien selama waktu periode penggunaan obat”.
(R.1)
“Ya itu tadi, kartu stok, pencatatan setiap membeli terdata di komputer. Dan
dari buku defekta kalau ada yang meminta ke gudang. Buku defekta juga ada
untuk permintaan apotik, jadi kalau ada permintaan dicatat disini, yang kita
kirim ke apotik juga kita catat disini, sisanya brapa jug dicatat” (R.2)
stock. Berdasarkan wawancara hal ini karena dengan keterbatasan SDM, tidak
gudang farmasi. Selain karena keterbatasan SDM, sistem informasi yang ada
menghasilkan data mengenai jumlah penggunaan setiap jenis obat selama satu
“Safety stock kita juga tidak pakai, yaa kan sama seperti buffer stock kan.
Coba kamu hitung pakai rumus.. sekarang begini, itu kalau kita hitung semua
buffer stock stok obatnya itu kan banyak itemnya. Belum obat, alkes, cairan,
bahan baku. Nah kita tidak bisa hitung otomatis sistemnya.” (R.1)
9
“Stok maksimum minimum. Sebenarnya seharusnya ada ya, tapi kita tidak
berjalan, jadi kita hanya melihat fast moving dan slow moving nya saja. Yang
agak lancar kita sediakan banyak yang tidak ya yang penting ada saja
banyak” (R.2)
gudang farmasi hanya mendata keluar masuknya obat sehingga penggunaan obat
selama periode tertentu baik bulanan maupun tahunan tidak dapat dihitung secara
pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek sering tidak sesuai dengan jumlah
permintaan apotek. Hal ini dapat terjadi karena stok obat yang tidak mencukupi
“Tapi misalnya depan (apotik) minta 4 tapi gudang sedang kosong atau minta
50 ternyata cuma ada 20 ya sudah kita kirim 20, berati sisa stok 0” (R.1)
“Kalau obat nya tidak ada di gudang, ya kita tidak kirim, misalnya minta 100
kita sedang kosong, otomatis kita order. Jadi kalau sudah 0 kita pesan. Kalau
yang ini minta 4 stok cuma 1, ya sudah kita cuma kirim 1” (R.2)
9
dan karena produk tersebut juga sedang tidak tersedia di distributor (discontinue).
“Kekosongan obat disini ya sering,, itu dari faktor pembayaran obat yang
bed/pasien sedang banyak, otomatis pemesanan obat juga banyak. Selain itu
dia produksi ada jadwalnya, tidak selalu produksi. Jadi kita rebutan pasar”
(R.1)
“Ya pernah kosong, karena dari distributotnya atau pabrik lagi kosong juga.
Selain itu bisa juga karena kita telat bayar kita di lock, ada juga peningkatan
permintaan dari apotik, atau penyakit musiman, brati kita harus sedia
banyak” (R.2)
agak terlambat. Trus bisa jadi karna kosong pabrik dari distributornya”
(R.3)
dana untuk dapat membayar tepat waktu. Banyaknya pasien Jamkesmas yang
9
“Kita dilock itu sebenarnya karena emang kendala dana ya, pasien
makanya kita tidak bisa bayar pas jatuh tempo karena uangnya masih di luar,
“Tapi kita diberikan waktu jatuh tempo rata-rata sebulah, jadi agak
longgar”. (R.4)
“Kita dianggarkan sekian, kita kelola untuk obat alkes vaksin. misalnya kita
“kalau penganggaran kita tiap bulan, sesuaikan dengan stok obat yang
anggarannya lebih dari yang ditentukan, tetap diusahakan, kita kan tidak bisa
Stok obat yang sedang kosong, namun ada permintaan dari apotek, unit
obat dengan merk yang berbeda namun fungsi kandungan yang sama. Jika tidak
terdapat obat yang sama atau dokter tetap ingin menggunakan obat tersebut unit
gudang farmasi mengusahakan membeli ke apotek luar atau rumah sakit lain
yang bekerja sama dengan RS Islam Asshobirin untuk penyediaan obat cito. Hal
“Jadi penanganan kita pesan cito itu. Alur cito itu kita sama sebenarnya
hanya saja kita tidak pakai SP, jadi kita langsung pesan entah itu di rumah
sakit atau apotik, langsung telepon jadi tidak pakai SP. Nanti kita kasih faktur
Kalau cito, saya telepon sekarang 15 sampai 20 menit sudah datang.” (R.1)
9
“Paling kita cari persamaan nya gitu. Beda merk kaya misalnya paten kita
ganti sama generik dulu Ya kalau memang kita sedang tidak ada
persamaannya juga, ya kita pesan cito ke apotik atau ke PBF juga bisa.
dipesan” (R.2)
“yaaa tapi kita sebisa mungkin harus cari. Misalnya disini kita cari ke
distributor yang lain atau kalau benar-benar butuh kita cari beli langsung
cito.. kita kan tidak boleh tidak ada obat kan.. yaaa memang harganya tinggi..
beberapa kendala yang dirasakan oleh informan, yaitu SDM yang kurang
memadai. Gudang farmasi ditangani oleh 1 orang Staf Gudang dan Kepala Unit
dapat ditangani hanya dengan 1 orang staf. Berikut kutipan wawancara dengan
informan:
stock opname juga banyak, trus terkadang kalau barang datang malam, tidak
bisa diinput oleh orang gudang akhirnya asisten apoteker yang memasukan ke
1. Analisis ABC
kesehatan dan reagen. Dalam penelitian ini, jenis persediaan yang diteliti
mengenai nama obat generik di RS Islam Asshobirin, dari 498 nama obat
Tertinggi Obat Generik, terdapat 143 jenis obat generik yang digunakan di RS
Islam Asshobirin.
ampul, vial, kapsul, kaplet, tube dan bungkus. Di Gudang Farmasi RS Islam
Asshobirin, penggunaan obat generik yang paling banyak adalah obat generik
Tabel 5.2
Jumlah Pemakaian dan Nilai Investasi berdasarkan Kemasan Obat Generik di Gudang Fa
Tahun 2012
PFT, kita disini tidak ada PFT-nya. Akhirnya kita buat berdasarkan
menggunakan obat ini jadi kita pakai obat ini. Jadi tergantung dokternya.
Tapi kita kasih tahu dulu ke dokter, “dok kita di ashobirin biasanya
menggunakan obat ini, ini, ini.. jadi biasanya dokter pakai obat dari
kita”(R.1)
obat/kecepatan perputaran obat yaitu fast moving, moderate dan slow moving.
Obat yang tergolong fast moving harus disediakan lebih banyak. Selain itu
yang perlu dipertimbangkan adalah obat tersebut tergolong essensial atau non-
berikut:
essensial. Jadi mana yang essensial itu yang kita utamakan dahulu, Kita
ambilnya yang essensial nya itu harus tetap ada, itu saja. Jadi
pertimbangan dalam memesan itu yang fast moving sama esensial itu
saja..“( 1)
permintaan dokter itu. misalnya yang sering disini aseptriason inj, itu kan
lancar, ya stoknya harus banyak, tapi kalau yang jarang itu kita sediakan
masing unit, perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow moving) dan
obat essensial.
belum pernah dilakukan perhitungan berdasarkan data rill obat baik dari
persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja. Obat yang sering diminta oleh
apotek disebut fast moving dan obat yang jarang diminta disebut slow moving.
“Tidak ada pengelompokan obat, kira-kira saja yang sering dipakai itu
masuk fast moving, kalau yang jarang atau diam itu slow moving” (R.1)
“Tidak ada, kita tidak pernah hitung, tapi kita sudah tau kira-kira mana
yang cepat habis. sesuai pengalaman saja, yang lancar, yang sering habis
mengenai nama obat generik, harga obat generik dan jumlah pemakaian obat
generik selama periode tahun sebelumnya yaitu tahun 2012. Karena Unit
Tabel 5.3
Analisis ABC berdasarkan Jumlah Pemakaian Obat Generik Tahun 2012
moving). Obat generik yang termasuk kelompok B adalah 30 jenis obat atau
20,98 dari seluruh jenis persediaan obat generik dengan jumlah pemakaian
sebanyak 43.156 item atau 20,1% dari total pemakaian obat generik di RS
10
Sedangkan obat generik yang termasuk kelompok C adalah sebanyak 85 jenis obat atau 59,44% d
dalam kelompok C ini adalah dengan pemakaian yang rendah (slow moving).
Tabel 5.4
Analisis ABC berdasarkan Nilai Investasi Obat Generik Tahun 2012
sebanyak 13 jenis obat atau 9,09% dari seluruh obat generik dengan nilai
10
investasi sebesar Rp. 177.739.716,00 atau 96,44% dari total investasi obat
atau 17,48% dari seluruh obat generik dengan nilai investasi sebesar
kelompok C adalah sebanyak 105 jenis obat atau 10,37% dari seluruh obat
generik dengan nilai investasi sebesar Rp. 26.536.458,00 atau 10,37% dari
kebutuhan. Selain itu permintaan dokter yang tidak tersedia di gudang atau
informan:
itu kita harus tetap menyediakan, kalaupun kita mau mengganti sama obat
10
yang lain atau yang sudah ada, kita harus konfirmasi dahulu ke
dokternya” (R.2)
tergantung pada jumlah permintaan dari apotek. Obat yang sering diminta
oleh apotek (fast moving) disediakan dan dipesan lebih banyak daripada obat
atau ada penyakit yang sedang banyak butuh obat kita pesan banyak.
Kalau fast moving kita pesan lebih banyak, tidak ada perhitungan khusus”
(R.1)
Kalau jumlah pemesanan tiap memesan obat, kita tidak ada perhitungan
(R.2)
Keterangan:
a. Biaya Pemesanan
1) Biaya Telepon:
5 menit:
10
“Kita lewat telepon saja, tidak pakai yang lain. kira-kira 3-5 menit
sehingga untuk tarif telepon mengikuti telkom lokal. Tarif telepon lokal
= Rp. 625,00
625,00
2) Biaya ATK/Administrasi
Pemesanan (SP) obat, buku tukar faktur, dan pita printer. Hal ini sesuai
2 ply 2 box harga satunya Rp. 120.000,00, buku tukar faktur 2 buku
pemesanan obat yang SP itu, kemudian buku tukar faktur, dan pita
printer 1 saja, yang pita 2 nya lagi digunakan oleh apotik. ATK yang
Tabel 5.5
Biaya ATK dalam Pemesanan setiap Bulan Gudang Farmasi
RS Islam Asshobirin
per pemesanan dibutuhkan jumlah transaksi pemesanan dalam setahun yaitu tahun 2012. B
Berdasarkan rincian biaya pemesanan tersebut, maka biaya pemesanan adalah:
Jadi, biaya dalam setiap kali pemesanan adalah sebesar Rp. 995,00.
b. Biaya penyimpanan
Heizer dan Render (2010) adalah 26% dari unit cost barang. Setelah
11
Obat Ceftriaxone 1gr inj, berdasarkan pengumpulan data dan telaah dokumen diperoleh angka
Jumlah pemakaian tahunan = 6.770 vial
Q2 = 2 x 6.770 x 995
2.031
Q= 81,44 = 81 vial
Jadi, jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali memesan obat
mengenai penggunaan atau pembelian obat baik setiap bulan maupun tahunan,
“Kita belum didukung oleh sistem informasi yang sesuai. Komputer yang
atau gimana, jadi mau memeriksa menghitung sebanyak itu juga susah”
(R.1)
hari senin dan kamis, namun apabila ada kebutuhan pemesanan di luar hari
“Sebenarnya awalnya kita order 2 kali senin dan kamis, itu untuk stok 1
minggu. Hari senin dicek lagi, kamis cek lagi. ada yang kosong, dipesan.
11
Kalau waktu pembelian setiap obat, ya limit sebelum 0 kita sudah harus
“Jadwal pembeliannnya itu kita senin kamis, tapi setiap hari juga bisa,
Asshobirin tergantung pada sisa stok di gudang farmasi yang dicatat pada
buku defekta. Pemesanan dilakukan sebelum stok mencapai 0 atau ketika stok
“Nah ini kan ada permitaannya, nanti kita isi berapa yang dikirim. Jadi
misalnya dia minta 20 kita kirim 20, ternyata stok itu berlebih kita catat
sisanya, misalnya Fortidek minta 100 kita kirim 100, gudang sisa 400.
Tapi misalnya depan (apotik) minta 4 tapi gudang sedang kosong atau
minta 50 ternyata cuma ada 20 ya sudah kita kirim 20, berati sisa stok 0.
Nah yang nol nol ini kita jadikan patokan pengadaan. limit sebelum 0 kita
sudah harus pesan tapi kalau sudah 0 kita harus cito..” (R.1)
“Awal prosesnya, nanti apotik minta obat yang istilahnya defekta, kita
lihat di buku defekta misalnya apotik minta obat 100, kita punya 100
berarti sisa stok nya 0, paling tidak kita harus order supaya di gudang itu
Reorder Point (ROP) menurut Heizer dan Render (2010), Johns dan Harding
(2001) adalah:
ROP = (d x L) + SS
Keterangan:
d = permintaan harian
target pencapaian kinerja (service level). Menurut Assauri (2004), jika buffer
stock/safety stock dengan service level dan standar lead time diketahui dan
SS = Z x d x L
Keterangan :
Z = Service level
D = Rata-rata pemakaian
L = Lead Time
11
“Lead time waktu tunggu pengadaan obat itu paling tidak 24 jam. Kan kita
“Kalau pesan obat biasanya paling cepat, tergantung jamnya, kalau pesan
jam 9 bisa sampai sore kalau pesan siang sampai besok pagi. Yaa sehari
Berikut ini adalah contoh perhitungan Reorder Point (ROP) untuk obat
Ceftriaxone 1 gr inj:
Maka:
Z (95%) = 1,65
= 1,65 x 19 x 1
11
vial.
ROP = (d x l) + SS
= (19 x 1) + 31
= 50 vial
Jadi, Reorder Point (ROP) untuk obat Ceftriaxone 1 gr inj adalah 50 vial.
selama 1 hari dengan pemakaian rata-rata perhari adalah 19, obat Ceftriaxone
1 gr inj dapat dilakukan pemesanan kembali ketika stok obat sudah mencapai
51 vial. Hasil perhitungan jenis obat lain dapat dilihat pada lampiran 10.
“kita tergantung dari sisa stoknya saja, jadi kalau kosong ya dipesan”
(R.2)
BAB VI
PEMBAHASA
A. Keterbatasan Penelitian
menggunakan data terkait persediaan obat generik selama periode tahun 2012 di
merupakan dokumen yang berisi daftar obat yang digunakan di rumah sakit
sebagai dasar dalam penentuan jenis obat yang akan disediakan. Sehingga data
pekerja dan biaya investasi) tidak dihitung secara rinci karena data tidak
B. Pengendalian Persediaan
persediaan obat di gudang farmasi adalah Kepala Unit Farmasi dan 1 orang Staf
118
11
tepat pada waktu yang dibutuhkan dan dengan total biaya yang terendah.
dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010) adalah agar tidak terjadi kelebihan dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) menurut Siregar (2003) adalah membantu
dengan jumlah yang tepat, disediakan pada waktu yang dibutuhkan dan dengan
menjadi Rumah Sakit yang efektif, efisien dan mandiri yang berazaskan Islam
menyediakan obat dengan jumlah yang tepat, pada waktu yang dibutuhkan serta
yang baik dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan jumlah yang cukup,
tersedia pada waktu yang dibutuhkan, terhindar dari kekurangan dan kelebihan
1. Stock Opname
(2010), stock opname diperlukan untuk kebutuhan audit dan perencanaan yang
dan permintaan oleh karena itu hasil stock opname harus yang seimbang
setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam setahun untuk mengecek dan
mencocokan kondisi fisik barang dengan kartu stok pada komputer. Selain itu
melalui stock opname juga dapat diketahui obat yang mendekati kadaluarsa.
(tanggal kadaluarsa).
2. Kartu Stok
akhir bulan.
informasi. Dalam sistem informasi tersebut terekam setiap obat masuk yang
baru dikirim oleh distributor dan obat keluar dari gudang farmasi yang dikirim
ke apotek.
12
secara otomatis melaporkan penggunaan obat dan pembelian obat baik setiap
bulan maupun setiap tahun. Kartu stok ini seharusnya dapat menghasilkan
Islam Asshobirin. Karena salah satu manfaat informasi yang didapat dari kartu
persediaan.
3. Buku Defekta
perbekalan farmasi sebelum diinput ke kartu stok pada komputer. Obat yang
diminta oleh apotek dicatat dalam buku tersebut, selanjutnya Staf Gudang
Farmasi memeriksa stok yang ada apakah cukup untuk memenuhi permintaan,
setelah itu jumlah obat yang dikirim dan sisa stok yang ada di gudang farmasi
4. Laporan
Kepala Unit Farmasi setiap bulan melaporkan pembelian obat dan jatuh
akan diteruskan kepada Kepala Bagian Keuangan. Selain itu Kepala Unit
perbekalan farmasi.
Konsep yang ideal dari persediaan terdiri dari pengadaan suatu produk
yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Sistem yang demikian tidak akan
dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan
berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi di rumah sakit karena masalah
Asshobirin, pelayanan penyediaan obat untuk apotek sering tidak sesuai dengan
farmasi ke apotek sering tidak sesuai dengan jumlah permintaan oleh apotek. Hal
ini dapat terjadi karena stok obat yang tidak cukup (stock out) untuk memenuhi
obat ke apotek luar atau RS lain secara cito. Pembelian cito tersebut tentunya
menggunakan anggaran yang lebih tinggi karena harga obat di apotek/RS lain
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.
metode konsumsi (data konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu); metode
(fast moving, moderate dan slow moving) dan obat essensial. Artinya penentuan
12
data kebutuhan 3 bulan dan perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow
stok di gudang farmasi. Dalam menentukan obat yang tergolong fast moving atau
oleh apotek. Obat yang sering/banyak diminta tergolong fast moving dan yang
pemesanan yang tepat agar obat dapat tersedia dalam jumlah yang tepat dan pada
waktu yang dibutuhkan serta diperoleh dengan harga yang serendah mungkin.
Namun sebelum menentukan jumlah dan waktu pemesanan, perlu diketahui obat
Sebagaimana menurut Johns dan Harding (2001) dan Ahyari (1987), untuk
pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah apa yang akan dikendalikan, berapa
1. Analisis ABC
spesifik (obat alkes, film, rontgen, dan lain-lain); harga yang variatif; dan
12
jumlah item yang sangat banyak. Begitu juga dengan perbekalan farmasi di
RS Islam Asshobirin memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, baik
dari jenis obat-obatan, alat kesehatan dan reagen. Setiap perbekalan farmasi
tersebut berbeda dari segi jumlah kebutuhan per item maupun harga per item.
oleh pemerintah.
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat
sebanyak 143 jenis obat dari 498 jenis obat yang terdaftar dalam Permenkes
tersebut. Setiap jenis obat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda baik
investasi obat.
12
baku yang dipergunakan dalam jumlah unit yang besar namun nilai rupiah
yang kecil, sebaliknya akan terdapat sejumlah bahan baku dalam nilai rupiah
yang tinggi walaupun jumlah unit fisiknya tidak berapa besar. Berdasarkan
kemasan obat generik di gudang farmasi tahun 2012, terlihat bahwa obat
generik dengan kemasan tablet adalah yang paling banyak digunakan baik dari
jenis obat maupun jumlah pemakaian, yaitu sebanyak 84 jenis obat dengan
jumlah pemakaian sebanyak 146.871 tablet. Namun bukan berarti obat dengan
(1987) apabila bahan diperlakukan sama rata, maka tindakan tersebut kadang-
(DPHO) dan Jamsostek. Namun, selama ini, jenis persediaan obat di RS Islam
obat.
(Komite Farmasi dan Terapi) adalah unit fungsional yang ditetapkan oleh
penggunaan obat (Dirjend Binfar dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, 2010).
(Komite Farmasi dan Terapi) sehingga obat yang dipesan disesuaikan dengan
untuk menentukan obat yang tergolong fast moving (A), moderate (B) dan
ABC). Selama ini pareto hanya berdasarkan pengalaman petugas saja. Obat
12
yang lancar/cepat habis maka dikatakan fast moving dan yang pelan dikatakan
slow moving.
Hasil analisis ABC pemakaian yang disajikan pada tabel 5.3, bahwa
obat generik yang termasuk kelompok A (fast moving) hanya 19,58% dari
seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek, namun obat ini paling
banyak diminta oleh apotek untuk memenuhi kebutuhan obat pasien yaitu
Kelompok A merupakan obat yang cepat laku. Meskipun hanya ada sedikit
(agak lambat perputarannya, yaitu 20,98% dari seluruh jenis obat generik
yang diminta apotek dan pemakaian yang sedang juga yaitu sebesar
merupakan obat generik yang paling banyak jenisnya, yaitu 59,44% dari
13
seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek namun dengan
obat yang paling lambat lakunya, obat produk yang paling kurang diminta.
1) Kelompok A
Selain itu pengawasan dan pematauan fisik persediaan harus lebih teliti
dan ketat.
2) Kelompok B
jauh lebih besar dan merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil,
tidak perlu dan tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut seketat
13
kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan penjualan
eceran.
3) Kelompok C
dengan jenis yang paling banyak banyak yaitu 59,44% dari seluruh obat
penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan tidak efisien untuk
Hasil analisis ABC investasi yang disajikan pada tabel 5.4, bahwa
obat generik yang termasuk kelompok A hanya 9,09% dari seluruh jenis
obat generik yang diminta oleh apotek, namun obat ini menyerap anggaran
obat yang termasuk kelompok C merupakan jenis obat yang paling banyak,
yaitu 73,43% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek,
namun menyerap anggaran paling sedikit, yaitu hanya 10,37% dari total
yang kritis namun sedikit bukan pada yang banyak namun spele. Tidaklah
realistis jika memantau barang yang tidak mahal dengan intensitas yang
sama dengan barang yang sangat mahal (Heizer dan Render, 2010).
1) Kelompok A
yang ideal dan ROP (Reorder Point) untuk menentukan waktu yang
2) Kelompok B
3) Kelompok C
atau tinggi namun nilai rupiah yang rendah/kecil (Ahyari, 1987). Pada
sekali.
yang banyak tentunya frekuensi pemesanan akan lebih sedikit. Namun hal ini
yang banyak persediaan yang akan disimpan juga lebih banyak. Sebaliknya,
(2010), Bowersox (2010), Sabarguna (2004) dan Johns dan Harding (2001),
biaya-biaya penyimpanan.
Jumlah pemesanan tergantung pada jumlah permintaan dari apotek. Hal ini
Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah persediaan barang yang dapat dipesan
pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang
13
obat ini adalah obat yang paling berpengaruh terhadap biaya-biaya yang
jumlah pemesanan agar tidak terjadi investasi berlebihan yang tertanam dalam
pelayanan terhenti.
masing obat generik. Sebagai contoh obat Ceftriaxone 1gr inj, berdasarkan
perhitungan, jumlah pemesanan yang paling ekonomis untuk obat ini adalah
sebanyak 81 vial setiap kali pemesanan. Jumlah ini akan menggunakan biaya
biaya pemesanan.
Oleh karena itu pemesanan 81 vial untuk obat Ceftriaxone 1gr inj adalah
untuk menjaga agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar sehingga
bahan baku yang baik dan bisa menyediakan bahan baku tersebut tepat waktu
tepat waktu, tidak lebih dari lead time yang ditentukan. Untuk mendapatkan
EOQ tentunya harus didukung oleh sistem informasi yang dapat mengetahui
setiap obat tersebut. Hal ini juga menjadi kendala oleh gudang farmasi selama
dari apotek.
obat tersebut mendekati jumlah stok 0. Untuk obat yang stoknya sudah
permintaan apotek tidak dapat terpenuhi dalam jumlah yang tepat karena
antara persediaan dan permintaan. Obat harus selalu tersedia setiap saat
sudah habis. Oleh karena itu sebelum persediaan habis maka pemesanan
barang harus dilakukan. Menurut Anief (2001) perlu dicari waktu yang tepat,
ekonomis.
perhitungan Reorder Point (ROP). Apabila terjadi lead time (masa tenggang)
tingkat ini sudah dicapai, kita harus mengajukan pesanan baru untuk menjaga
pelanggan. Menurut Johns dan Harding (2001), untuk mengatasi hal stock out
(Bowersox, 1995).
Oleh karena itu waktu pemesanan kembali yang ideal adalah ketika stok
obat mencapai kebutuhan selama waktu tunggu atau permintaan harian rata-
Artinya, pemesanan obat ceftriaxone 1 gr inj akan dilakukakan jika stok obat
ulang agar terhidar dari kekurangan stok karena stock out dan terhindar dari
A. Simpulan
Islam Asshobirin yaitu melalui stock opname, kartu stok, buku defekta dan
stok pada buku defekta. Obat dipesan pada saat stok obat mendekati 0 atau
saat 0.
142
14
obat generik.
anggaran sebesar 20,19% dari total penggunaan anggaran obat generik dan
105 jenis (73,43%) obat generik yang tergolong kelompok C, yaitu dengan
generik.
B. Saran
Islam Asshobirin
2. Perlu dibuat perencanaan obat setiap tahunnya terutama untuk obat yang
4. Perlu diterapkan metode analisis ABC dalam menetapkan jenis obat yang
kelompok obat, serta diterapkan metode EOQ dan ROP untuk menghindari
Aditama, Tjandra Yoga. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-
Press
Anief, Moh. 2001. Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi 4. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Biro Perencanaan dan anggaran Sekretaris Jenderal Kemenkes RI. 2013. Kebijakan
Perencanaan Program Kesehatan. Bandung
Blanchard, B.S. 2004. Logistical Engineering and Management 6th ed. New Jersey:
Pearson Prentice Hall
Bowersox, D.J, Closs, David. J dan Cooper, M.Bixby. 2010. Supply Chain Logistics
Management. New York: Mc Graw - Hill Company
Devnani,M, Gupta, A.K, dan Nigah.R. 2010. ABC and VED Analysis of the
Pharmacy Store of a Tertiary Care Teaching, Research and Referral Healthcare
Institute of India. Chandigarh: Post Graduate Institute of Medicine Education and
Research (PGIMER)
Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kememkes RI. 2010. Pedoman
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit
Heizer, Jay dan Render, Barry. 2010. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat
Johns, D.T dan Harding, H.A. 2001. Manajemen Operasi untuk Meraih Keunggulan
Kompetitif. Jakarta: PPM
Sabarguna, Boy. S. 2005. Logistik Rumah Sakit dan Teknik Efisiensi. Yogyakarta:
Konsorsium RSI Jateng – DIY
Seto, Soerjono., Nita. Yunita., Triana, Lily. 2004. Manajemen Farmasi. Surabaya:
Airlangga University Press
Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional Teori dan Praktek. Jakarta : UI-Press
Siregar, Charles. JP dan Amalia, Lia. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan
Penerapan. Jakarta: EGC
Suciati, Susi dan Adisasmito, Wiku. 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan
ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Depok: Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan Vol 09. Nomor 1. UI
Sakit
Wahjuni, Sri.P dan Suryawati, Sri. 1998. Dampak Penerapan Metode Economic
Order Quantity (EOQ) terhadap nilai persediaan obat di Instalasi Farmasi
RSUD DR Moewardi Surakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.Vol 1.
FK-UGM
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pengendalian Persediaan
10. Ada kartu stok? Dimana? Kapan dilakukan pencatatan di kartu stok?
11. Dalam pengendalian persediaan apakah ada kebijkan mengenai besar stok
minimum, maksimum dan safety stock?
12. Apakah Pernah mengalami stockout /over stock di Gudang Farmasi RS Islam
Asshobirin? Apa penyebabnya?
13. Upaya / solusi apa yang dilakukan jika kedua hal tersebut terjadi?
15. Siapa saja yang terliat dalam penganggaran obat di Instalasi Farmasi?
16. Laporan apa saja yang dilaporkan oleh Ka. Instalasi Farmasi kepada Ka.
Penunjang Medik?
C. Jumlah Pemesanan
4. Untuk administrasi, apa saja yang digunakan oleh bagian gudang dalam
melakukan pemesanan?
D. Waktu pemesanan
Uraian tugas Kepala Instalasi Farmasi dan Staf Gudang Instalasi Farmasi RS Islam Asshobirin
Pembelian obat ke apotik luar RS Islam Asshobirin (cito)
Tabel Kelompok Obat Generik berdasarkan Analisis ABC Investasi Tahun 2012
Matriks Transkrip
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
1 Bagaimana penentuan Nah kalau untuk mengetahui Awal prosesnya, nanti apotik minta obat
kebutuhan persediaan kebutuhannya, itu rawat inap dan rawat yang istilahnya defekta, kita lihat di buku
obat yang diterapkan di jalan karena dia menginduk dari apotik, itu defekta misalnya apotik minta obat 100,
Gudang Farmasi RS kita pakai buku defekta. buku defekta itu kita punya 100 berarti sisa stok nya 0,
Islam Asshobirin? adalah isinya permintaan apotik ke gudang paling tidak kita harus order supaya di
farmasi, ini menggambarkan kebutuhan di gudang itu ada stok. Kalau obat nya tidak
rawat jalan dan rawat inap. ada di gudang, ya kita tidak kirim, misalnya
minta 100 kita sedang kosong, otomatis kita
Nah ini kan ada permitaannya, nanti kita
order. Jadi kalau sudah 0 kita pesan. Kalau
isi berapa yang dikirim. Jadi misalnya dia
yang ini minta 4 stok cuma 1, ya sudah kita
minta 20 kita kirim 20, ternyata stok itu
cuma kirim 1.
berlebih kita catat sisanya, misalnya
Fortidek minta 100 kita kirim 100, gudang Tergantung kebutuhan dari apotik saja, tapi
sisa 400. Tapi misalnya depan (apotik) ada resep baru dari dokter kita belum
minta 4 tapi gudang sedang kosong atau pernah menyediakan tapi dokter sering
minta 50 ternyata cuma ada 20 ya sudah meresepkan, ya kita sediakan obatnya.
kita kirim 20, berati sisa stok 0. Nah yang Nanti dicatat dulu di defekta bahwasannya
nol nol ini kita jadikan patokan pengadaan. dokter ini minta obat itu. Mau tidak mau
limit sebelum 0 kita sudah harus pesan tapi kita menyediakan apalagi kalau obatnya
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
kalau sudah 0 kita harus cito... Kalau sudah mulai sering diresepkan
amprahan itu ada bukunya, namanya buku
amprahan setiap ruangan ada buku nya
nanti dia datang kesini mengisi buku, lalu
kita sediakan, mereka ambil.
2 Siapa saja yang terlibat Yang input adalah bagian gudang, seleksi Yang terlibat di perencanaan pembelian itu
dalam penentuan kebutuhan; kalau apoteker untuk apoteker, karena apoteker yang lebih
kebutuhan obat di menentukan kebutuhan akan dicari mengerti pesennya berapa, persediaan kita
Gudang Farmasi RS dimana, harga murah dan sebagaimya. seharusnya ada berapa, kalau staf gudang
Islam Asshobirin? hanya input saja. Kalau apoteker sedang
tidak ada staf gudang yang memesan, kalau
memang benar-benar obat itu dibutuhkan.
3 Metode apa yang Kalau perencanaan kita menggunakan Iya, biasanya tergantung jumlah pemakaian
digunakan dalam metode konsumsi, epidemiologi. dari apotik.
perencanaan/penentuan
kebutuhan obat di
Gudang Farmasi RS
Islam Asshobirin?
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
4 Apa saja yang perlu Kebutuhan unit itu tergantung permintaan unit, Jumlah permintaan apotik, obatnya
diperhatikan atau essensial dan non essensial. Jadi mana yang sering dipakai atau tidak, yaa..
dipertimbangkan dalam essensial itu yang kita utamakan dahulu, Kita permintaan dokter itu. misalnya yang
membuat kebutuhan obat ambilnya yang essensial nya itu harus tetap ada, sering disini aseptriason inj, itu kan
di Gudang Farmasi RS itu saja. Jadi pertimbangan dalam memesan itu lancar, ya stoknya harus banyak, tapi
Islam Asshobirin? yang fast moving sama esensial itu saja... kalau yang jarang itu kita sediakan
sedikit yang penting ada.
5 Bagaimana pengendaian Kalau pengendalian.. apa yaa,, pengendalian di Stok opname ada, jalannya sekali 6
persediaan obat yang RS itu kita hampir sama dengan proses bulan. Kalau kartu stok langsung di
diterapkan di Gudang pengawasan, kita ada namaya stock opname satu komputer. Kan kalau ada permintaan
Farmasi RS Islam tahun itu kita 2 kali stock opname. otomatis langsung terpotong stoknya,
Asshobirin?
Pengendalian di pengadaan kita harusnya tidak Buku defekta juga ada untuk
boleh lebih dari buffer stok. Tapi kan kita tidak permintaan apotik, jadi kalau ada
punya perhitungan buffer stock ya perkiraan saja, permintaan dicatat disini, yang kita
misalnya paracetamol itu kan fast moving kan, kirim ke apotik juga kita catat disini,
boleh banyak. Tapi tidak boleh banyak-banyak sisanya brapa jug dicatat.
juga. tapi obat yang jalannya pelan seperti
Meropenom inj ya kita hanya boleh stok 2 atau 3
itu sudah good sekali. Paling tidak untuk 1
pasien selama waktu periode penggunaan obat.
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
6 Siapa saja yang terlibat iya samaa.. pengendalian bagian gudang biasanya apoteker sama gudang.
dalam pengendalian sama apoteker juga..
persediaan obat di
Gudang Farmasi RS
Islam Asshobirin?
7 Ada metode khusus yang Kalau metode khusus tidak ada.. Metode apa yaa?? Kita tidak ada.
digunakan dalam
melakukan pengendalian
persediaan di Gudang
Farmasi RS Islam
Asshobirin?
8 Bagaimana sistem Stock opname itu utk melihat berapa Ya itu tadi, kartu stok, pencatatan setiap
pencatatan persediaan jumlah yang masih ada, apakah yang di membeli terdata di komputer. Dan dari
obat di Gudang Farmasi komputer sesuai dengan kondisi buku defekta kalau ada yang meminta ke
RS Islam Asshobirin? kenyataannya. Itu yang dilakukan 2 kali gudang.
dalam setahun.
Buku defekta itu permintaan apotik ke
Kalau kartu stok kita pakai komputer, jadi gudang, yang diminta berapa yang dikirim
prinsip RS itu lesspaper. Jadi sebisa berapa, sisa berapa dicatat disitu
mungkin mengurangi kertas yang dipakai.
Kita pakai komputer. Obat yang datang,
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
9 Apakah dilakukan stock Iya ada, itu yang dilakukan 2 kali dalam Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok
opname? Bagaimana setahun itu. yang ada semua masing-masing obat
pelaksanaannya? sisanya berapa, yang di apotik juga di
hitung. Kalau ada yang mendekati
kadaluarsa kita lancarkan dulu, makanya
kan kita sistemnya ini FIFO dan FEFO
yang baru datang disimpan di belakang,
yang kita beli pertama harus lebih dulu kita
jual
10 Ada kartu stok? Kalau kartu fisiknya tidak ada karena kita Yaa.. Dari komputer saja tiap membeli
Bagaimana pakai pencatatan komputer, jadi setiap obat, tiap mengirim obat ke apotik langsung
pencatatannya? permintaan ada di komputer. Ya dari situ. terpotong disitu
11 Dalam pengendalian Stok minimum dan maksimum itu disini Stok maksimum minimum. Sebenarnya
persediaan apakah ada kita tidak pakai... Kita lebih berdasarkan seharusnya ada ya, tapi kita tidak berjalan,
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
kebijakan mengenai kepada anggaran. Tapi kita tidak dibatasi jadi kita hanya melihat fast moving dan
buffer stock, stok sekian, tidak.. slow moving nya saja. Yang agak lancar
minimum dan stok kita sediakan banyak yang tidak ya yang
Safety stock kita juga tidak pakai, yaa kan
maksimum? penting ada saja stoknya. Perkiraan saja,
sama seperti buffer stock kan. Coba kamu
kira-kira yang sering diresepkan stoknya
hitung pakai rumus.. sekarang begini, itu
lebih banyak
kalau kita hitung semua buffer stock stok
obatnya itu kan banyak itemnya. Belum
obat, alkes, cairan, bahan baku. Nah kita
tidak bisa hitung otomatis sistemnya.
13. Upaya solusi apa yang Jadi penanganan kita pesan Ya kalau memang kita yaaa tapi kita sebisa
dilakukan jika kedua hal cito itu. Alur cito itu kita sedang tidak ada mungkin harus cari.
tersebut terjadi? sama sebenarnya hanya saja persamaannya juga, ya kita Misalnya disini kita cari
kita tidak pakai SP, jadi kita pesan cito ke apotik atau ke ke distributor yang lain
langsung pesan entah itu di PBF juga bisa. Prosesnya atau kalau benar-benar
rumah sakit atau apotik, sama seperti memesan biasa butuh kita cari beli
langsung telepon jadi tidak cuma langsung cepat sampai langsung cito.. kita kan
pakai SP. Nanti kita kasih setelah dipesan tidak boleh tidak ada obat
faktur penerimaan, ada yang kan.. yaaa memang
berbentuk kuitansi, nota harganya tinggi.. tapi itu
pembelian, ya macam- resiko kita...
macam. Kalau cito, saya
telepon sekarang 15 sampai
20 menit sudah datang.
14 Bagaimana anggaran dari Informan 1 Informan 3 Informan 4
RS untuk instalasi
farmasi dan bagaimana Kita dianggarkan kalau anggaran itu yang lebih tau kalau penganggaran kita
penggunaannya? sekian, kita kelola bagian keuangan berapanya.. hmm.. tiap bulan, sesuaikan
untuk obat alkes tapi kalau penggunaannya sesuai dengan stok obat yang
vaksin. misalnya kita sama kebutuhan saja, tidak bisa dibutuhkan jadi sebatas
sudah hampir sampai ditentukan berapanya, Tapi kalau itu saja. Jadi sesuai
penggunaan penggunaan anggaran kadang bisa. kebutuhan obat nya saja.
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 3 Informan 4
anggaran sekian, lebih tergantung jumlah pasien, jadi Anggarannya sekitar 30%
nanti kita di warning tidak bisa ditentukan berapa untuk farmasi. kalau
anggarannya lebih dari
yang ditentukan, tetap
diusahakan, kita kan tidak
bisa membatasi pasien
kalau pasien sedang
tinggi.
18 Bagaimana kendala yang Di gudang hanya ada 1 orang, bagaimana Stock opname nya itu, obatnya banyak
ditemui dalam bisa mengerjakan semuanya, stock opname semuanya dicek
pengendalian persediaan juga banyak, trus terkadang kalau barang
obat di Gudang Farmasi datang malam, tidak bisa diinput oleh
RS Islam Asshobirin? orang gudang akhirnya asisten apoteker
yang memasukan ke gudang, jadi tidak
sesuai
19 Bagaimana menentukan Ooohh.. kita sebenarnya sudah membuat Kita tergantung permintaan dokternya saja,
jenis obat yang harus formularium, hanya saja tidak berjalan, kalau dokternya emang menggunakan itu ya
disediakan di Gudang karena formularium itu dibuat oleh apotik. kita berikan yang merk itu
Farmasi RS Islam Untuk membuat formularium itu
Asshobirin? seharusnya setiap PBF harusnya sudah
mengajukan ke PFT, kita disini tidak ada
PFT-nya. Akhirnya kita buat berdasarkan
kebiasaan dokter memakai. Misalnya
biasanya beberapa dokter menggunakan
obat ini jadi kita pakai obat ini. Jadi
tergantung dokternya. Tapi kita kasih tahu
dulu ke dokter, “dok kita di ashobirin
biasanya menggunakan obat ini, ini, ini..
jadi biasanya dokter pakai obat dari kita.
Informan 1 Jawaban Informan 2
No Pertanyaan
20 Apakah ada kelompok Tidak ada pengelompokan obat, kira-kira Tidak ada, kita tidak pernah hitung, tapi
jenis obat di Gudang saja yang sering dipakai itu masuk fast kita sudah tau kira-kira mana yang cepat
Farmasi RS Islam moving, kalau yang jarang atau diam itu habis. sesuai pengalaman saja, yang lancar,
Asshobirin? Pernahkan slow moving yang sering habis berati fast moving
dilakukan analisis ABC?
22 Bagaimana menentukan Kalau fast moving kita pesan lebih banyak, Kalau jumlah pemesanan tiap memesan
jumlah pemesanan obat tidak ada perhitungan khusus obat, kita tidak ada perhitungan nya. Sesuai
di Gudang Farmasi RS kebutuhannya saja. Mintanya berapa,
Islam Asshobirin? biasanya pesan berapa
23 Apa saja yang Yaa itu, jumlah permintaan di apotik, kalau Yang mempengaruhi jumlah itu permintaan
mempengaruhi jumlah sedang banyak dibutuhkan atau ada unit banyak atau tidak
pemesanan obat di penyakit yang sedang banyak butuh obat
Gudang Farmasi RS kita pesan banyak
Islam Asshobirin?
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
24 Pemesanan dilakuakan Kita lewat telepon saja, tidak pakai yang Lewat telepon saja, surat pemesanannya
lewat apa? Berapa waktu lain. kira-kira 3-5 menit lah kalau telpon nanti diberikan ketika obatnya diantar,
yang dibutuhkan dalam berapa lama ya, ada 5 menit lah...
pemesanan?
25 Untuk administrasi, apa Kalau gudang untuk pemesanan obat Farmasi mintanya tidak banyak, rinciannya
saja yang digunakan oleh hanya menggunakan kertas pemesanan itu biasanya setiap bulan pesan kwitansi
bagian gudang dalam obat yang SP itu, kemudian buku tukar rawat jalan biasanya 1 box harganya Rp.
melakukan pemesanan? faktur, dan pita printer 1 saja, yang pita 2
160.000,00, billing 1 box harganya Rp.
nya lagi digunakan oleh apotik. ATK yang 275.000,00, kertas pelaporan 2 ply 2 box
lainnya juga digunakan oleh apotik saja, harga satunya Rp. 120.000,00, buku tukar
kita tidak. faktur 2 buku satunya Rp. 7.500,00, pita
printer 3 pita harga satunya Rp. 30.000,00,
kemudiak ada solatip 2 roll harganya Rp.
2.250,00 isi strappler 5 pack harganya Rp.
1.375,00 sudah itu saja.
26 Bagaimana kendala Kita belum didukung oleh sistem informasi Kendala dalam menentukan jumlah
dalam menentukan yang sesuai. Komputer yang sekarang itu pemesanan itu karena kita memang tidak
jumlah pemesanan di belum ada summary report-nya seperti pernah menghitung juga.
Gudang Farmasi RS penggunaan bulanan atau gimana, jadi mau
Islam Asshobirin? Apa memeriksa menghitung sebanyak itu juga
solusi yang dilakukan susah
selama ini?
Jawaban
No Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
27 Kapan jadwal pembelian Sebenarnya awalnya kita order 2 kali senin Jadwal pembeliannnya itu kita senin kamis,
atau pemesanan dan kamis, itu untuk stok 1 minggu. Hari tapi setiap hari juga bisa, kalau cito kita
dilakukan di Gudang senin dicek lagi, kamis cek lagi. ada yang harus pesan juga
Farmasi RS Islam kosong, dipesan
Asshobirin? Bagaimana
Kalau waktu pembelian setiap obat, ya
menentukan waktu
limit sebelum 0 kita sudah harus pesan,
pemesanan untuk setiap
kalau sudah 0 kita pesan cito
jenis obat?
28 Berapa lead time Lead time waktu tunggu pengadaan obat Kalau pesan obat biasanya paling cepat,
pemesanan obat di itu paling tidak 24 jam. Kan kita di tergantung jamnya, kalau pesan jam 9 bisa
Gudang Farmasi RS Tangerang, distributornya ada disini sampai sore kalau pesan siang sampai
Islam Asshobirin? semua, jadi cepat memesan obatnya, besok pagi. Yaa sehari lah paling lama.
kecuali di daerah.
29 Bagaimana kendala yaa itu sama seperti yang tadi.. buffer kita tergantung dari sisa stoknya saja, jadi
dalam menentukan waktu stocknya kalau kosong ya dipesan
pemesanan di Gudang
Farmasi RS Islam
Asshobirin? Apa solusi
yang dilakukan selama
ini?