Anda di halaman 1dari 93

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

IDENTIFIKASI PENGARUH STERILISASI UAP


DAN STERILISASI RADIASI TERHADAP
SIFAT REOLOGI POLIMER (KARBOPOL, Na CMC,
NATRIUM ALGINAT, TRAGAKAN, XANTHAN GUM)

SKRIPSI

FENNY DELFIYANTI
1112102000032

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JULI 2016
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

IDENTIFIKASI PENGARUH STERILISASI UAP


DAN STERILISASI RADIASI TERHADAP
SIFAT REOLOGI POLIMER (KARBOPOL, Na CMC,
NATRIUM ALGINAT, TRAGAKAN, XANTHAN GUM)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

FENNY DELFIYANTI
1112102000032

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JULI 2016
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Fenny Delfiyanti


NIM : 1112102000032
Tanda Tangan :

Tanggal : 18 Juli 2016

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Fenny Delfiyanti


NIM : 1112102000032
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi
terhadap Sifat Reologi Polimer (Karbopol, Na CMC, Natrium
Alginat, Tragakan, Xanthan Gum)

Disetujui oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt


NIP. 19831028 200901 2 008 NIP. 19750104 200912 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt


NIP. 19740430 200501 2 003

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Fenny Delfiyanti
NIM : 1112102000032
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi
terhadap Sifat Reologi Polimer (Karbopol, Na CMC, Natrium
Alginat, Tragakan, Xanthan Gum)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt ( )

Pembimbing II : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt ( )

Penguji I : Dr. Azrifitria, M.Si., Apt ( )

Penguji II : Nurhasni, M.Si ( )

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 18 Juli 2016

v
ABSTRAK

Nama : Fenny Delfiyanti


Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi
terhadap Sifat Reologi Polimer (Karbopol, Na CMC, Natrium
Alginat, Tragakan, Xanthan Gum)

Polimer merupakan makromolekul yang tersusun dari pengulangan unit-unit


molekul kecil yang disebut monomer. Polimer dalam suatu sediaan farmasi dapat
mempengaruhi sifat reologi sediaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi terhadap sifat reologi
sejumlah polimer (karbopol, Na CMC, natrium alginat, tragakan, xanthan gum).
Setiap larutan polimer dibuat menjadi dua konsentrasi, yaitu konsentrasi rendah
dengan viskositas 500-1000 cPs dan konsentrasi tinggi dengan viskositas 10.000-
20.000 cPs. Larutan polimer pada setiap konsentrasi dibuat menjadi tiga kondisi
antara lain tanpa sterilisasi, sterilisasi panas uap dan sterilisasi radiasi. Sterilisasi
uap dilakukan pada suhu 121oC selama 15 menit. Sterilisasi radiasi dilakukan
pada dosis 25 kGy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sterilisasi uap tidak
mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol, tragakan dan xanthan gum
konsentrasi tinggi serta karbopol konsentrasi rendah, tetapi mempengaruhi sifat
reologi larutan polimer Na CMC dan natrium alginat konsentrasi tinggi serta Na
CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum konsentrasi rendah; (2)
sterilisasi radiasi tidak mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol
konsentrasi tinggi dan rendah, tetapi mempengaruhi sifat reologi lartuan polimer
Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum pada konsentrasi rendah dan
tinggi.

Kata Kunci : polimer, reologi, viskositas, sterilisasi uap, sterilisasi radiasi

vi
ABSTRACT

Name : Fenny Delfiyanti


Major : Pharmacy
Title : Identification Effect of Steam Sterilization and Radiation
Sterilization on the Rheological Properties of Polymers
(Carbopol, CMC Na, Sodium Alginate, Tragacanth, Xanthan
Gum)

Polymers are macromolecules composed by many small units of molecules known


as monomers. Polymer can affect rheological properties of pharmaceutical
formulations. The aim of the research was to investigate effect of steam
sterilization and radiation sterilization on the rheological properties of some
polymers (carbopol, CMC Na, sodium alginate, tragacanth, xanthan gum). Each
polymer solution was prepared in two concentrations, those are low concentration
which has viscosity about 500-1000 cPs and high concentration which has
viscosity about 10.000-20.000 cPs. Each polymer solution was prepared for three
conditions, those are without sterilization, steam sterilization (121oC, 15 minutes)
and radiation sterilization (sterilization dose was 25 kGy). The result showed that
(1) steam sterilzation could not affect rheological properties of carbopol,
tragacanth and xanthan gum solutions at high concentration, and carbopol solution
at low concentration, but steam sterilization could affect rheological properties of
CMC Na and sodium alginate solutions at high concentration and CMC Na,
sodium alginate, tragacanth and xanthan gum solutions at low concentration; (2)
radiation sterilization could not affect rheological properties of carbopol solution
both at low and high concentration, but radiation sterilization could affect
rheological properties of CMC Na, sodium alginate, tragacanth and xanthan gum
solutions both at low and high concentration.

Keywords : polymer, rheology, viscosity, steam sterilization, radiation


sterilization

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta menganugrahkan kesehatan dan kesempatan bagi penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Identifikasi
Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Reologi Polimer
(Karbopol, Na CMC, Natrium Alginat, Tragakan, Xanthan Gum)”. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini penulis tidak lepas
dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan dan kesungguhan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Nada Marnada, M.Eng selaku Kepala Balai Iradiasi,
Elektromekanik dan Instrumentasi (IEI), Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
Radiasi BATAN.
2. Bapak Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt beserta Ibu Nelly Suryani, Ph.D, Apt selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt
selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia meluangkan waktu dan
dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan dukungan dan masukan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt dan Ibu Nurhasni, M.Si selaku dewan penguji
yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta, Papa Fidel Kasman, SH dan Mama Devi Yerni yang
senantiasa mencurahkan cinta, doa, pengorbanan dan dukungan yang menjadi
sumber kekuatan bagi penulis. Semoga Papa dan Mama senantiasa diberikan
kesehatan dan limpahan rahmat dari Allah SWT.

viii
7. Adik-adik tercinta, Rifqi Syahrul Ramadhan, Rani Delfiyanti dan
Miftahurrahmah Delfiyanti atas segala doa dan keceriaan yang selalu menjadi
penyemangat bagi penulis.
8. Keluarga besar Kakek Umar St. Malano, Kakek H. Ibnu Hajar dan Kakek
Herman St. Bagindo yang selalu memberikan doa dan dukungan bagi penulis
selama masa perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Staf dan pegawai Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), terutama Pak
Pram dan Kak Ica yang telah banyak membantu penulis selama melakukan
sterilisasi radiasi.
11. Sahabat dan partner penelitian, Nurul Fitri Rukmana. Terimakasih atas
kerjasama yang sangat baik, motivasi yang begitu menginspirasi, semangat
yang tidak pernah padam sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Semoga cita-cita dan harapan kita dikabulkan oleh Allah.
12. Afina Almas Ghasani, Denny Bachtiar dan Rakha Jati Prasetyo, sahabat
terbaik yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat, yang selalu
mendengarkan dan memahami, menjadi tempat berkeluh kesah dan berbagi
cita-cita bagi penulis. Semoga Allah selalu menjaga ukhuwah kita.
13. Teman-teman penulis Ade Rachma Islamiah, Azmi Indillah, Risha Natasya,
Zakiyah Zahra, Noni Tri Utami, Siti Windi Hariani, Lilis Hermawati,
Khoiriyatus Sholihah, Santi Susilawati, Nita Fitriani, Okin, Adia Alghazia,
Hary Abdul Rahman, kak Muhammad Haidar yang telah banyak membantu
penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. Hanya Allah yang mampu
membalas kebaikan teman-teman semua.
14. Teman-teman satu bimbingan, Fakhrun Nisa, Mauliana, Nur Khasanah dan
Yunnica Sri Hapsari atas doa, dukungan dan kerjasamanya.
15. Seluruh laboran FKIK, terutama Kak Eris Risenti dan Kak Lisna yang telah
banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

ix
16. Teman-teman Mahasiswa/i Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2012 terutama kelas BD atas persaudaraan dan
kebersamaan. Semoga tetap terjalin komunikasi dan silaturahim diantara kita.
17. Keluarga besar HMPS Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2014-2015 atas kekeluargaan dan pembelajaran yang begitu berharga.
18. Teman-teman Pharmacy Music Communiy atas seluruh kebersamaan dan
keceriaan sehingga selalu berhasil menjadi tempat penghilang penat bagi
penulis. Semoga PMC dapat terus berkarya.
19. Pihak-pihak terkait lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyususnan
skripsi.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi


perkembangan ilmu farmasi di masa yang akan datang.

Jakarta, Juli 2016

Penulis

x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah


Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fenny Delfiyanti
NIM : 1112102000032
Program Studi : S-1 Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul :

IDENTIFIKASI PENGARUH STERILISASI UAP


DAN STERILISASI RADIASI TERHADAP
SIFAT REOLOGI POLIMER (KARBOPOL, Na CMC,
NATRIUM ALGINAT, TRAGAKAN, XANTHAN GUM)

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 18 Juli 2016

Yang Menyatakan,

(Fenny Delfiyanti)

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1


1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5


2.1 Reologi .........................................................................................5
2.2 Aliran Newton..............................................................................7
2.3 Aliran Non-Newton .....................................................................8
2.3.1 Aliran Tidak Bergantung Waktu.........................................9
2.3.1.1 Plastis ...................................................................9
2.3.1.2 Pseudoplastis ......................................................10
2.3.1.3 Dilatan ................................................................10
2.3.2 Aliran Bergantung Waktu ................................................12
2.3.2.1 Tiksotropi ...........................................................12
2.3.2.2 Antitiksotropi .....................................................13
2.3.2.3 Reopeksi .............................................................13
2.4 Viskotester Haake ......................................................................13
2.5 Polimer .......................................................................................14
2.5.1 Karbopol 940 ....................................................................14
2.5.2 Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC) ......................15
2.5.3 Natrium Alginat ................................................................16
2.5.4 Tragakan ...........................................................................17
2.5.5 Xanthan Gum ...................................................................17
2.6 Sterilisasi Uap ............................................................................18
2.7 Sterilisasi Radiasi Gamma .........................................................20

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................21


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................21
3.2 Bahan dan Alat...........................................................................21
3.2.1 Bahan ................................................................................21
xii
3.2.2 Alat ...................................................................................21
3.3 Prosedur Kerja ...........................................................................21
3.3.1 Pembuatan Larutan Polimer .............................................22
3.3.1.1 Pembuatan Larutan Polimer Karbopol 940 ........23
3.3.1.2 Pembuatan Larutan Polimer Na CMC ...............23
3.3.1.3 Pembuatan Larutan Polimer Natirum Alginat ....23
3.3.1.4 Pembuatan Larutan Polimer Tragakan ...............23
3.3.1.5 Pembuatan Larutan Polimer Xanthan Gum .......24
3.3.2 Pengaturan pH ..................................................................24
3.3.3 Sterilisasi Larutan Polimer ...............................................24
3.3.2.1 Sterilisasi Uap ....................................................24
3.3.2.2 Sterilisasi Radiasi Gamma .................................24
3.3.4 Evaluasi Fisik ...................................................................24
3.3.4.1 Pengamatan Organoleptis ...................................24
3.3.4.2 Uji Homogenitas ................................................25
3.3.5 Pengukuran Viskositas dan Reologi ................................25
3.3.6 Pembuatan Kurva Viskositas dan Reologi ......................25
3.3.7 Rancangan Analisis Data Viskositas ................................25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................26


4.1 Preparasi Larutan Polimer .........................................................26
4.2 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi
Radiasi terhadap Larutan Karbopol 940 ....................................27
4.2.1 Evaluasi Fisik ...................................................................27
4.2.2 Sifat Reologi dan Viskositas Karbopol 940 .....................28
4.3 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi
Radiasi terhadap Larutan Na CMC ............................................30
4.3.1 Evaluasi Fisik ...................................................................30
4.3.2 Sifat Reologi dan Viskositas Na CMC .............................31
4.4 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi
Radiasi terhadap Larutan Natrium Alginat ................................34
4.4.1 Evaluasi Fisik ...................................................................34
4.4.2 Sifat Reologi dan Viskositas Natrium Alginat .................34
4.5 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi
Radiasi terhadap Larutan Tragakan ...........................................38
4.5.1 Evaluasi Fisik ...................................................................38
4.5.2 Sifat Reologi dan Viskositas Tragakan ............................38
4.6 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi
Radiasi terhadap Larutan Xanthan Gum ....................................41
4.6.1 Evaluasi Fisik ...................................................................41
4.6.2 Sifat Reologi dan Viskositas Xanthan Gum .....................41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................45


5.1 Kesimpulan ................................................................................45
5.2 Saran ..........................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................46


LAMPIRAN ...................................................................................................52

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Ilustrasi Hubungan Laju Geser dan Tegangan Geser .................. 5
Gambar 2.2 Kurva Reologi Berbagai Jenis Aliran .......................................... 7
Gambar 2.3 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Newton ............................ 8
Gambar 2.4 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Plastis .............................. 9
Gambar 2.5 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Pseudoplastis ................. 10
Gambar 2.6 Kurva Reologi Aliran Dilatan ................................................... 11
Gambar 2.7 Gambaran Aliran Dilatan .......................................................... 11
Gambar 2.8 Kurva Reologi Aliran Tiksotropi dan Antitiksotropi ................ 12
Gambar 2.9 Struktur Kimia Karbopol ........................................................... 15
Gambar 2.10 Struktur Kimia Na CMC ........................................................... 16
Gambar 2.11 Struktur Kimia Natrium Alginat ................................................ 16
Gambar 2.12 Struktur Kimia Tragakan ........................................................... 17
Gambar 2.13 Struktur Kimia Xanthan Gum ................................................... 18
Gambar 4.1 Kurva Reologi Karbopol 940 0,1% ........................................... 28
Gambar 4.2 Kurva Reologi Karbopol 940 0,25% ......................................... 29
Gambar 4.3 Kurva Perubahan Viskositas Karbopol 940 terhadap Pengaruh
Sterilisasi ................................................................................... 30
Gambar 4.4 Kurva Reologi Na CMC 1,25%................................................. 31
Gambar 4.5 Kurva Reologi Na CMC 2,5%................................................... 32
Gambar 4.6 Ikatan Glikosida pada Na CMC ................................................ 33
Gambar 4.7 Kurva Perubahan Viskositas Na CMC terhadap Pengaruh
Sterilisasi ................................................................................... 34
Gambar 4.8 Pembentukan Ikatan Ganda Natrium Alginat............................ 35
Gambar 4.9 Kurva Reologi Natrium Alginat 1,5% ....................................... 36
Gambar 4.10 Kurva Reologi Natrium Alginat 3% .......................................... 37
Gambar 4.11 Kurva Perubahan Viskositas Natrium Alginat terhadap
Pengaruh Sterilisasi ................................................................... 37
Gambar 4.12 Kurva Reologi Tragakan 1% ..................................................... 39
Gambar 4.13 Ikatan Glikosida pada Tragakan ................................................ 39
Gambar 4.14 Kurva Reologi Tragakan 3,5% .................................................. 40
Gambar 4.15 Kurva Perubahan Viskositas Tragakan terhadap Pengaruh
Sterilisasi ................................................................................... 40
Gambar 4.16 Kurva Reologi Xanthan Gum 1%.............................................. 42
Gambar 4.17 Perubahan Konformasi Xanthan Gum oleh Pemanasan ............ 42
Gambar 4.18 Kurva Reologi Xanthan Gum 4,5%........................................... 43
Gambar 4.19 Ikatan Glikosida pada Xanthan Gum ........................................ 44
Gambar 4.20 Kurva Perubahan Viskositas Xanthan Gum terhadap
Pengaruh Sterilisasi ................................................................... 44

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Hubungan Waktu dan Suhu pada Sterilisasi Uap........................... 19
Tabel 3.1 Kondisi Percobaan ......................................................................... 22
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Karbopol 940 ................................... 27
Tabel 4.2 Perubahan Viskositas Larutan Karbopol ........................................ 29
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Na CMC ........................................... 30
Tabel 4.4 Perubahan Viskositas Larutan Na CMC ........................................ 32
Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Natrium Alginat ............................... 35
Tabel 4.6 Perubahan Viskositas Larutan Natrium Alginat............................. 35
Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Tragakan .......................................... 38
Tabel 4.8 Perubahan Viskositas Larutan Tragakan ........................................ 38
Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Xanthan Gum ................................... 41
Tabel 4.10 Perubahan Viskositas Larutan Xanthan Gum ................................ 42

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Alur Peneltian ............................................................................ 52
Lampiran 2. Sertifikat Analisis Karbopol 940 ............................................... 53
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Na CMC....................................................... 54
Lampiran 4. Sertifikat Analisis Natrium Alginat ........................................... 55
Lampiran 5. Sertifikat Analisis Tragakan ...................................................... 57
Lampiran 6. Sertifikat Analisis Xanthan Gum............................................... 58
Lampiran 7. Alat-Alat Penelitian ................................................................... 59
Lampiran 8. Data Reologi Karbopol 940 ....................................................... 60
Lampiran 9. Data Reologi Na CMC .............................................................. 61
Lampiran 10. Data Reologi Natrium Alginat................................................... 62
Lampiran 11. Data Reologi Tragakan .............................................................. 63
Lampiran 12. Data Reologi Xanthan Gum ...................................................... 64
Lampiran 13. Data Viskositas Karbopol 940 ................................................... 65
Lampiran 14. Data Viskositas Na CMC .......................................................... 66
Lampiran 15. Data Viskositas Natrium Alginat............................................... 67
Lampiran 16. Data Viskositas Tragakan .......................................................... 68
Lampiran 17. Data Viskositas Xanthan Gum .................................................. 69
Lampiran 18. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer
Karbopol 940 ............................................................................. 70
Lampiran 19. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer
Na CMC..................................................................................... 71
Lampiran 20. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer
Natrium Alginat ......................................................................... 72
Lampiran 21. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer
Tragakan .................................................................................... 73
Lampiran 22. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer
Xanthan Gum............................................................................. 74
Lampiran 23. Evaluasi Fisik Larutan Polimer ................................................. 75

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polimer merupakan makromolekul yang tersusun dari pengulangan unit-
unit molekul kecil yang disebut monomer (Guerra & Lima, 2013). Kandungan
polimer pada sediaan farmasi berbentuk cairan dan semisolid dapat
mempengaruhi reologi dan viskositas sediaan. Sifat reologi suatu sediaan
menjadi indikator yang baik bagi stabilitas dan waktu simpan sediaan (Korhonen
et al., 2001). Sifat reologi yang baik juga dapat mempermudah pemasukan dan
pengeluaran sediaan dari wadah atau device (seperti spuit), meningkatkan
penerimaan pasien terhadap sediaan karena nyaman saat digunakan serta dapat
meningkatkan ketersediaan obat dalam tubuh (Mastropietro et al., 2013; Wilson
et al., 1998).
Polimer dapat digolongkan berdasarkan muatannya, yakni polimer anionik,
kationik dan nonionik. Polimer anionik merupakan polimer yang umum
digunakan pada berbagai sediaan farmasi termasuk sediaan steril karena memiliki
kestabilan yang cukup baik, tidak toksik dan tidak mengiritasi (Rowe et al., 2009).
Pemanfaatan polimer anionik pada sediaan steril antara lain, karbopol dan natirum
alginat yang dapat digunakan sebagai pembentuk gel pada sediaan gel mata in situ
(Champalal & Sushilkumar, 2012), xanthan gum yang digunakan sebagai
peningkat viskositas pada sediaan tetes mata sehingga akan memperlama waktu
retensi obat pada area prekorneal (Ceulemans et al., 2002), serta natrium
karboksimetilselulosa (Na CMC) dan tragakan yang dapat digunakan sebagai
rheology modifier pada sediaan parenteral (Malik et al., 2010)
Sediaan steril merupakan sediaan dengan persyaratan khusus, antara lain
steril atau bebas mikroorganisme dan pirogen sehingga harus memerlukan proses
sterilisasi. Sterilisasi berfungsi membunuh semua mikroorganisme (baik dalam
bentuk spora maupun nonspora dari bakteri, virus dan protozoa) yang dapat
berbahaya bagi kesehatan manusia bila mengontaminasi sediaan farmasi (World
Health Organization, 2015).

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

Metode sterilisasi secara umum dibagi menjadi dua yaitu sterilisasi panas
dan sterilisasi tanpa panas. Salah satu metode sterilisasi panas yang umum
digunakan adalah sterilisasi panas uap, dimana panas tersebut dihasilkan dari uap
pemanasan air (WHO, 2015; Dion & Parker, 2013). Metode ini umum
digunakan karena keuntungannya antara lain tidak toksik, efisien, mudah dikontrol
dan dimonitor, cepat, mudah berpenetrasi ke wadah dan lebih aman untuk sediaan
karena temperatur yang digunakan cenderung lebih rendah dibandingkan metode
sterilisasi panas lainnya (Rutala et al., 2008). Salah satu metode sterilisasi tanpa
panas yang banyak digunakan adalah radiasi gamma, karena memiliki keuntungan
antara lain efektif, aman, mudah, serta tidak menimbulkan masalah toksisitas dan
ekologi seperti pada sterilisasi etilen oksida dan formaldehid (Silindir & Özer,
2012). Pada metode ini, bahan dipaparkan dengan radiasi pengion dalam bentuk
radiasi gamma dari sumber radioisotop yang sesuai seperti cobalt-60 (60Co)
(WHO, 2015).
Metode sterilisasi seperti sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi, cenderung
dapat merusak polimer. Kerusakan yang mungkin terjadi antara lain timbulnya
perubahan warna, perubahan transisi termal, sampai pemutusan rantai polimer
yang dapat berpengaruh kepada reologi dan viskositas larutan polimer (Silindir &
Özer, 2012). Maka dari itu penting bagi seorang formulator untuk
mempertimbangkan metode sterilisasi dan pemilihan polimer yang tepat, agar
tetap dihasilkan sediaan dengan sifat alir yang baik sesuai kebutuhan. Beberapa
penelitian terdahulu telah mengidentifikasi bagaimana pengaruh sterilisasi
terhadap reologi dan viskositas larutan polimer. Penelitian Bindal et al, (2003)
mempublikasikan bahwa viskositas larutan polimer guar gum dan
hidroksietilselulosa menurun setelah disterilisasi uap pada suhu 121oC, sedangkan
viskositas metil selulosa dan hidroksi propil metil selulosa (HPMC) tidak berubah
signifikan setelah disterilisasi uap (Duggirala & DeLuca, 1996). El-Bagory et al,
(2010) dalam penelitiannya mempublikasikan bahwa radiasi gamma pada gel
pluronic menyebabkan peningkatan viskositas gel, sedangkan pada larutan
polimer alginat yang disterilisasi dalam bentuk bubuk, radiasi gamma
menyebabkan penurunan viskositas secara signifikan sampai lebih dari 70%
(Sintzel et al., 1997).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk


mengetahui apakah ada dan seberapa besar perubahan reologi dan viskositas
polimer setelah disterilisasi dengan sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi. Pada
penelitian ini dilakukan identifikasi pengaruh sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi
terhadap perubahan reologi sejumlah polimer anionik, antara lain karbopol 940,
natrium karboksimetilselulosa (Na CMC), natrium alginat, tragakan dan xanthan
gum.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini antara lain :
a. Bagaimana pengaruh sterilisasi uap terhadap sifat reologi sejumlah
polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan
gum)?
b. Bagaimana pengaruh sterilisasi radiasi terhadap sifat reologi
sejumlah polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan
dan xanthan gum)?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mempelajari pengaruh sterilisasi uap terhadap sifat reologi sejumlah
polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan
gum)
b. Mempelajari pengaruh sterilisasi radiasi terhadap sifat reologi
sejumlah polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan
dan xanthan gum)

1.4 Manfaat Penelitian


Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Memberikan informasi mengenai perubahan sifat reologi dari
karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum
setelah dilakukan sterilisasi uap

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

b. Memberikan informasi mengenai perubahan sifat reologi dari


karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum
setelah dilakukan sterilisasi radiasi
c. Memberikan informasi pemilihan metode sterilisasi yang tepat di antara
sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi untuk sediaan steril yang
menggunakan polimer karbopol 940, Na CMC, natrium alginat,
tragakan atau xanthan gum
d. Memberikan informasi pemilihan polimer yang tepat yang dapat
digunakan pada sediaan steril yang disterilisasi dengan sterilisasi uap
atau sterilisasi radiasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reologi
Reologi berasal dari bahasa yunani yaitu rheo (mengalir) dan logos (ilmu).
Istilah reologi pertama kali diperkenalkan oleh Bingham dan Crawford untuk
menggambarkan aliran suatu cairan dan deformasi (perubahan bentuk) dari padatan
(Martin et al., 2008). Reologi berhubungan dengan viskositas. Viskositas
merupakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir (Podczeck, 2007).
Sifat reologi pada setiap bahan dalam formulasi sediaan farmasi menjadi
salah satu pertimbangan penting dalam proses produksi. Sebagai contoh, bahan
dengan viskositas tinggi akan membutuhkan energi yang besar dalam proses
pengadukan, sedangkan bahan dengan viskositas yang rendah dapat mempercepat
waktu pencampuran dan meningkatkan homogenitas sediaan. Sifat reologi dari
sediaan farmasi juga dapat mempengaruhi stabilitas sediaan, misalnya sediaan
suspensi dengan viskositas rendah akan mudah mengalami sedimentasi yang
mengindikasikan bahwa suspensi tersebut memiliki stabilitas buruk. Selain itu
sifat reologi sediaan farmasi juga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien,
contohnya suspensi dan emulsi harus memiliki sifat alir yang baik agar mudah
dikeluarkan dari wadah serta mudah dalam menakar dosisnya pada sendok takar
(Podczeck, 2007). Oleh sebab itu, prinsip reologi memegang peranan penting
dalam pengembangan dan produksi sediaan-sediaan farmasi.

Gambar 2.1 Ilustrasi Hubungan Laju Geser dan Tegangan Geser (F : tegangan
geser, dv : kecepatan antar bidang, dr : jarak antar bidang)
Sumber : Podczeck, 2007

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

Reologi digambarkan melalui suatu kurva reogram antara shear rate (laju
geser) dan shearing stress (tegangan geser). Viskositas juga digambarkan melalui
suatu kurva antara viskositas dan shear rate (laju geser). Laju geser (γ) merupakan
perbedaan kecepatan antara dua bidang cairan (dv) yang dipisahkan oleh jarak yang
sangat kecil (dr), sedangkan tegangan geser (σ) merupakan gaya per satuan luas
(F’/A) yang diperlukan untuk menghasilkan laju geser tertentu. Semakin besar
viskositas suatu cairan, akan semakin besar pula tegangan geser yang diperlukan
untuk menghasilkan laju geser tertentu, oleh karena itu laju geser berbanding lurus
dengan tegangan geser sebagai berikut :

(2.1)

dimana η adalah viskositas, F = F’/A dan G = dv/dr, sehingga persamaan


viskositas dapat ditulis sebagai (Martin et al., 2008) :

(2.2)

Reogram atau kurva reologi terdiri dari dua kurva. Satu kurva
menggambarkan peningkatan laju geser (kurva menaik), sedangkan kurva lainnya
menggambarkan perlambatan laju geser (kurva menurun). Kedua kurva ini
didapatkan dengan melakukan pengukuran dari laju geser nol ke maksimum, dan
kembali lagi ke laju geser nol (Triantafillopoulos, 1988). Melalui kurva ini, dapat
diidentifikasi bagaimana sifat alir dari suatu bahan. Sifat alir atau reologi dibagi
menjadi dua jenis yaitu aliran newton dan non-newton. Masing-masing jenis aliran
memiliki sifat reologi yang berbeda yang digambarkan dalam reogram
(Gambar 2.2).
Reologi dan viskositas dapat berubah oleh berbagai faktor, diantaranya
tekanan, suhu, shear time dan pH. Peningkatan tekanan akan meningkatkan
viskositas bahan newton maupun non-newton walaupun perubahannya sangat kecil,
dan pada kondisi tekanan dibawah 1 bar perubahan viskositas tidak terdeteksi.
Peningkatan suhu akan menurunkan viskositas, terutama pada bahan dengan
viskositas tinggi, sehingga perlu kontrol suhu yang lebih baik pada bahan dengan
viskositas tinggi. Selain itu, lamanya waktu geser yang diberikan pada suatu bahan,
juga akan mempengaruhi kerusakan struktur bahan sehingga viskositas sediaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

berubah. Namun pada beberapa bahan tertentu, berhentinya laju geser akan
mengembalikan struktur seperti semula atau disebut fase pemulihan (Podczeck,
2007). Kemudian faktor lain yang dapat mempengaruhi reologi dan viskositas
bahan adalah perubahan pH, secara umum peningkatan pH dapat meningkatkan
viskositas, walaupun tidak signifikan (Islam et al., 2004).

Gambar 2.2 Kurva Reologi Berbagai Jenis Aliran, (a) aliran newton; (b) aliran
plastis; (c) aliran pseudoplastis; (d) aliran dilatan
Sumber : Aulton et al., 2001

2.2 Aliran Newton


Aliran newton merupakan sistem aliran yang konstan, dimana semakin
besar tegangan geser yang diberikan, maka semakin besar laju geser. Viskositas
aliran newton selalu konstan dan tidak dipengaruhi oleh seberapa besar laju geser
yang diberikan, namun akan bernilai nol jika laju geser dihentikan. Walaupun
dalam waktu penyimpanan yang cukup lama, viskositas aliran newton tidak
berubah. Cairan homogen seperti air, gliserol, minyak lemak atau pelarut organik
memiliki sifat alir newton (Barnes et al., 1989; Martin et al., 2008).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

Gambar 2.3 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Newton


Sumber : Aulton et al., 2001

Aliran newton dapat berubah menjadi aliran non-newton. Faktor-faktor


yang dapat mempengaruhi perubahan reologi dari aliran newton menjadi non-
newton antara lain (Mastropietro et al., 2013).
a) Besar rasio antar partikel
b) Partikel berpori
c) Adanya agregasi partikel
d) Ukuran partikel
e) Luas area partikel
f) Jumlah partikel yang terdispersi
g) Bentuk partikel (spheris atau plate-like)
h) Sistem polimer (unipolymer atau multipolymer; polimer rantai panjang atau
pendek)

2.3 Aliran non-Newton


Sediaan farmasi berupa larutan pada dasarnya tidak mengikuti hukum aliran
newton karena terdapat variasi viskositas dengan peningkatan atau penurun laju
geser. Hal ini terjadi karena sediaan farmasi merupakan campuran dari berbagai
bahan. Aliran non-newton umumnya ditunjukkan oleh sediaan seperti larutan
koloid, emulsi, suspensi dan gel. Aliran non-newton dibagi menjadi dua tipe aliran,
yaitu aliran tidak dipengaruhi waktu (time-independent behavior) dan aliran yang
dipengaruhi waktu (time-dependent behavior). Karakteristik aliran non-newton
yang dipengaruhi waktu adalah adanya loop diantara kurva menaik dan menurun.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

Loop tersebut mengindikasikan terjadinya kerusakan struktur. Maka dari itu,


semakin besar area loop maka semakin besar derajat kerusakan bahan (Aulton et
al, 2001).

2.3.1 Aliran Tidak Bergantung Waktu


2.3.1.1 Plastis
Kurva aliran plastis tidak melewati titik asal (0,0) tapi memotong sumbu
tegangan geser pada suatu bagian tertentu yang dikenal yield value. Yield value
didefinisikan sebagai tegangan geser minimum yang dibutuhkan untuk
menghasilkan aliran. Konsep yield value ini pada dasarnya hanya perkiraan karena
nilai tegangan yang diberikan tergantung pada waktu pengukuran. Hampir semua
cairan akhirnya mengalir jika diberikan tegangan geser pada waktu dan besar
tegangan tertentu.

Gambar 2.4 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Plasits


Sumber : Aulton et al., 2001

Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang


terflokulasi dalam suspensi. Yield value disebabkan oleh adanya kontak antar
partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh gaya van der waals), yang
harus dipecah sebelum aliran terjadi. Maka dari itu, yield value merupakan
indikasi dari kekuatan flokulasi. Semakin banyak suspensi yang terflokukasi maka
semakin tinggi yield value, artinya semakin besar kemampuan medium
pendispersi untuk mempertahankan partikel terdispersi tidak mudah mengendap.
Dengan demikian, besarnya yield value dapat digunakan sebagai kriteria untuk
mengendalikan sedimentasi sediaan suspensi selama waktu penyimpanan (Herh et
al., 1998).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

2.3.1.2 Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis atau shear thinning adalah sifat alir yang paling
umum dari sediaan farmasi. Laju geser yang meningkat tetap dari waktu ke waktu
akan memecah ketika status termodinamika dari sistem agregat tidak stabil secara
kinetik (Mastropietro et al., 2013). Berbeda dengan aliran plastis, aliran
pseudoplastis dimulai dari titik asal (0,0) atau paling tidak mendekati titik asal
pada laju geser yang rendah dan menunjukkan penurunan viskositas dengan
meningkatnya laju geser (Martin et al., 2008).

Gambar 2.5 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Pseudoplastis


Sumber : Aulton et al., 2001

Shear thinning sering ditemukan pada larutan yang mengandung


makromolekul seperti selulosa atau polimer tidak bercabang. Tegangan geser yang
diberikan menyebabkan molekul-molekul yang awalnya tidak beraturan,
membentuk rantai panjang lurus beraturan yang menyebabkan berkurangnya
viskositas larutan. Selain itu, pelarut yang berikatan dengan molekul dapat lepas
akibat adanya laju geser, sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi efektif dan
penurunan molekul-molekul terdispersi. Hal ini juga menyebabkan viskositas
larutan menurun (Podczeck, 2007).

2.3.1.3 Dilatan
Aliran dilatan merupakan tipe aliran yang berkebalikan dengan aliran
pseudoplastis, dimana viskositas meningkat dengan meningkatnya laju geser.
Aliran dilatan atau shear thickening merupakan tipe aliran pada suspensi atau pasta
yang memiliki konsentrasi partikel terdispersi lebih dari 50% dengan ukuran
partikel dibawah 50µm yang mudah mengalami deflokulasi (Podczeck, 2007).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

Gambar 2.6 Kurva Reologi Aliran Dilatan


Sumber : Aulton et al, 2001

Pada keadaan istirahat, partikel-partikel tersebut tersusun rapat dengan


volume antar partikel atau volume kosong (void) pada keadaan minimum. Medium
pendispersi pada suspensi tersebut cukup untuk mengisi volume kosong tersebut
sehingga partikel-partikel lebih mudah bergerak pada laju geser rendah. Dengan
demikian suspensi lebih mudah dituang karena masih berbentuk cairan encer.
Namun, pada saat diberi laju geser tinggi, partikel-partikel terdispersi akan
mengembang atau memuai (dilate). Kondisi ini membuat meningkatnya volume
kosong diantara partikel. Jumlah medium pendispersi yang tetap tidak cukup untuk
mengisi volume kosong, sehingga hambatan aliran meningkat karena partikel-
partikel tersebut tidak bisa dibasahi atau dilumasi lagi oleh medium pendispersi,
yang mengakibatkan suspensi atau pasta menjadi kaku. Efek ini bersifat reversibel
jika laju geser diturunkan. (Martin et al., 2008; Podczeck, 2007).

Gambar 2.7 Gambaran Aliran Dilatan


Sumber : Aulton et al., 2001

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

2.3.2 Aliran Bergantung Waktu


Sifat alir bergantung waktu adalah ketika suatu bahan diberi laju geser
tertentu akan mengalami pemecahan struktur yang bersifat reversibel, namun
memerlukan waktu untuk kembali ke struktur aslinya. Karakteristik umum dari
bahan ini adalah jika mereka mengalami peningkatan laju geser secara bertahap
dan segera diikuti oleh penurunan laju geser ke titik nol, maka akan dihasilkan
kurva menurun yang berbeda dengan kurva menaik (Aulton et al., 2001).
Perbedaan kurva menaik dan menurun menyebabkan pembentukan loop hystereis
(Triantafillopoulos, 1998). Daerah loop menandakan waktu yang dibutuhkan
untuk suatu struktur kembali seperti semula setelah gaya dihilangkan (Herh et al.,
1998).

2.3.2.1 Tiksotropi
Tiksotropi merupakan aliran bergantung waktu dimana dengan
meningkatnya laju geser, viskositas cairan menurun (shear thinning). Pada aliran
tiksotropi, struktur bahan rusak akibat adanya laju geser dan pulih pada saat
pendiaman (Bagley & Dintzis, 1999).

Gambar 2.8 Kurva Reologi Aliran Tiksotropi dan Antitiksotropi


Sumber : Podczeck, 2007 (telah diolah kembali)

Tiksotropik bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan


lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan viskositasnya karena laju
geser. Struktur yang pecah tidak berbentuk kembali dengan segera jika laju geser
dihilangkan atau dikurangi. Informasi mengenai reologi ini sangat penting untuk
diketahui. Pada umumnya, aliran yang diinginkan dalam suatu sistem farmasetika

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

cair adalah aliran tiksotropi karena suatu sediaan yang ideal harus mempunyai
konsistensi tinggi dalam wadah, namun dapat dituang dan disebar dengan mudah
(Martin et al., 2008). Contohnya pada sediaan suspensi harus memiliki sifat alir
yang tepat baik selama pembuatan maupun penggunaan serta harus memiliki
konsistensi yang tepat sehingga partikel dapat tersebar dalam wadah (Herh et al.,
1998).

2.3.2.2 Antitiksotropi
Antitiksotropi atau disebut juga tiksotropi negatif merupakan tipe aliran
yang bergantung waktu dimana struktur terbentuk pada laju geser, sedangkan
disintegrasi terjadi pada saat pendiaman (Siginer et al., 1999). Menurut Samyn &
Jung (1967), antitiksotropi terjadi karena meningkatnya frekuensi tumbukan dari
partikel-partikel terdispersi yang kemudian membentuk gumpalan-gumpalan
akibat adanya laju geser, sehingga terjadi peningkatan viskositas. Antitiksotropi
juga timbul karena gumpalan tertentu yang menjadi longgar akibat adanya laju
geser. Dalam keadaan diam, gumpalan-gumpalan tersebut mengalami disintegrasi
atau pemecahan menjadi partikel yang lebih kecil, sehingga terjadi penurunan
viskositas (Martin et al., 2008).

2.3.2.3 Reopeksi
Reopeksi merupakan aliran bergantung waktu dimana apabila diberikan laju
geser sedang sampai tinggi struktur bahan menjadi rusak, namun kembali pulih
pada laju geser rendah serta stabil pada saat pendiaman (Siginer et al., 1999). Pada
aliran reopeksi, peningkatan viskositas dari bentuk koloid menjadi gel terjadi lebih
cepat pada pengadukan perlahan (laju geser rendah). Dalam sistem reopeksi, gel
tersebut adalah bentuk keseimbangan. Sedangkan dalam sistem antitiksotropi,
keadaan keseimbangan adalah bentuk koloid (Martin et al., 2008)

2.4 Viskotester Haake


Viskositas dan sifat reologi dari suatu sistem ditentukan menggunakan
viskometer. Pengukuran viskositas dan reologi diperlukan untuk kontrol kualitas
dalam proses produksi. Viskometer yang digunakan pada penelitian ini yaitu
viskometer haake 6R. Viskometer ini merupakan viskometer tipe rotasional yaitu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

menggunakan silinder atau spindle yang direndam di dalam larutan yang akan
diuji yang menimbulkan ketahanan larutan terhadap gerak rotasi silinder pada
kecepatan tertentu. Sudut deviasi dari spindle diukur secara elektronik yang
dinyatakan dalam nilai torque. Nilai torque dihitung berdasarkan kecepatan putar
spindle yang menghasilkan pembacaan langsung nilai viskositas larutan yang diuji
dalam satuan mPa (milipascal). Untuk penentuan viskositas, ukuran dan
kecepatan spindle yang digunakan harus proposional terhadap ketahanan larutan.
Untuk penentuan sifat reologi, dilakukan rentang pengukuran pada berbagai
kecepatan putar (Thermo Scientific, 2007).

2.5 Polimer
Polimer adalah molekul besar atau makromolekul yang tersusun dari
pengulangan unit-unit molekul kecil yang disebut monomer (Guerra & Lima,
2013). Molekul polimer ada yang berbentuk linear, bercabang serta berupa linear
atau bercabang yang terpisah yang bergabung dengan suatu ikatan silang. Polimer
yang tersusun dari satu jenis monomer disebut homopolimer, sedangkan polimer
yang tersusun dari lebih dari satu jenis monomer disebut kopolimer. Polimer yang
larut dalam air memiliki kemampuan untuk meningkatkan viskositas suatu sediaan
sedangkan polimer yang tidak larut dalam air digunakan untuk membentuk film
tipis dan matriks pembungkus obat (Florence & Attwood, 2006).

2.5.1 Karbopol 940


Karbopol adalah serbuk halus berwarna putih, higroskopis dengan sedikit
bau yang khas. Karbopol digunakan sebagai rheology modifier pada berbagai
formulasi sediaan cair atau semisolid, antara lain formulasi krim, gel dan lotion
yang diaplikasikan pada mata, rektal, topikal, dan vagina. Selain itu karbopol juga
digunakan sebagai pembentuk gel, agen pengemulsi, agen pensuspensi, dan
controlled-release agent (Rowe et al., 2009). Kelebihan karbopol antara lain
memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi rendah, interval viskositas beragam,
sifat alir yang baik, ketercampuran dengan banyak zat aktif, suhu stabil, dan
karakteristik organoleptis yang sangat baik sehingga penerimaan pasien baik
(Islam et al., 2004). Kekurangan karbopol yaitu mudah terjerapnya gelembung

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

udara di dalam sediaan, terutama dalam larutan karbopol dengan konsentrasi


tinggi.
Karbopol memiliki pH 2,5 sampai 4,0 pada konsentrasi 0,2% (b/v) dalam
bentuk dispersi koloid. Apabila karbopol dinetralkan dengan penambahan suatu
basa, maka secara progresif gugus karboksil akan terionisasi. Adanya gaya tolak-
menolak antara gugus yang terionkan menyebabkan ikatan hidrogen pada gugus
karboksi meregang sehingga terjadi peningkatan viskositas. Viskositas maksimum
karbopol terjadi antara pH 6 sampai 11 (Florence & Attwood, 2006). Larutan
karbopol memiliki sifat alir pseudoplastis (Kulkarni & Shaw, 2016).

Gambar 2.9 Struktur Kimia Karbopol


Sumber : Rowe et al., 2009

Karbopol terdiri dari berbagai jenis yang dibedakan berdasarkan berat


molekulnya. Karbopol tipe 940 dengan rumus molekul (C3H4O2)n untuk jenis 940
memiliki berat molekul monomer 72 gram/mol dan karbopol 940 memiliki jumlah
monomer 1450 monomer (Suyudi, 2014). Karbopol 940 merupakan salah satu jenis
karbopol yang memiliki kejernihan yang sangat baik dan cocok digunakan sebagai
thickening atau rheology modifier terutama pada viskositas tinggi (Allen,
2002). Dalam bentuk larutan, karbopol 940 merupakan salah satu jenis karbopol
yang mudah mengalami degradasi oksidatif terutama oleh sinar matahari dan
logam tertentu, sehingga menyebabkan perubahan warna dan penurunan
viskositas pada larutan karbopol (Lubrizol, 2005).

2.5.2 Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC)


Na CMC adalah granul halus putih yang tidak memiliki rasa dan bau. Na
CMC cukup stabil dan merupakan bahan yang higroskopis. Larut pada air panas
maupun dingin, stabil pada pH 2-10 dan memiliki sifat alir agak tiksotropik.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

Pengendapan dapat terjadi pada pH kurang dari 2 dan viskositas menurun dengan
cepat pada pH diatas 10. Secara umum Na CMC dalam viskositas tinggi memiliki
kestabilan yang baik pada pH 7-9 (Rowe et al., 2009)

Gambar 2.10 Struktur Kimia Na CMC


Sumber : Rowe et al., 2009

Na CMC banyak digunakan sebagai peningkat viskositas pada sediaan


oral, topikal, dan parenteral serta pada konsentrasi tinggi dapat digunakan sebagai
basis gel dan pasta (Kulkarni & Shaw, 2016; Rowe et al., 2009). Pada sediaan
wound care (penutup luka), Na CMC dapat digunakan sebagai sebagai agen
mukoadesif yang dapat menyerap eksudat luka (Rowe et al., 2009).

2.5.3 Natrium Alginat


Natrium alginat merupakan garam natrium dari asam alginat yang tersusun
dari asam D-manuronat dan asam L-gluronat. Natrium alginat merupakan serbuk
yang tidak memiliki rasa dan bau yang berwarna putih sampai kuning pucat
kecoklatan yang diperoleh dari netralisasi asam alginat yang diekstrak dari rumput
laut dengan natrium bikarbonat (Rowe et al., 2009).

Gambar 2.11 Struktur Kimia Natrium Alginat


Sumber : Steele et al., 2014

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

Natrium alginat merupakan bahan higroskopis dan cukup stabil pada


temperatur sejuk dan kelembaban relatif. Larutan natrium alginat lebih stabil pada
pH 4-10, dibawah pH 3 asam alginat akan mengalami presipitasi (Rowe et al.,
2009). Natrium alginat digunakan dalam berbagai sediaan farmasi oral maupun
topikal. Pada sediaan topikal, natrium alginat digunakan sebagai thickening dan
suspending agent pada krim, pasta, dan gel. Pada sediaan steril, natrium alginat
digunakan sebagai pembentuk gel pada sediaan gel mata in situ (Champalal &
Sushilkumar, 2012).

2.5.4 Tragakan
Tragakan merupakan serbuk berwarna putih sampai kekuningan, tidak
berbau dan dalam bentuk mucilago memiliki rasa hambar. Tragakan merupakan
gum dari alam yang mengandung campuran dari polisakarida L-fukosa, D-xylosa,
D-galaktosa (Rowe et al., 2009).

Gambar 2.12 Struktur Kimia Tragakan


Sumber : Aspinal dan Baillie, 1963

Tragakan memiliki aliran tiksotropik (shear thinning) (Kulkarni dan Shaw,


2016). Tragakan dalam bentuk larutan 1% memiliki viskositas 300 Viskositas
(cPs) hingga 3000 Viskositas (cPs). Tragakan digunakan sebagai suspending
agent dan viscosity-increasing agent pada berbagai formulasi sediaan farmasi
seperti krim, gel dan emulsi (Rowe et al., 2009). Tragakan juga dapat digunakan
sebagai rheology modifier pada sediaan parenteral (Malik et al., 2010).

2.5.5 Xanthan Gum


Xanthan gum merupakan gum polisakarida berupa serbuk halus putih dan
tidak berwarna yang mengandung D-glukosa dan D-mannosa sebagai unit heksosa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

yang dominan. Setiap xanthan gum mengulang lima unit gula; 2 glukosa, 2
mannosa dan 1 asam glukoronat (Rowe et al., 2009)

Gambar 2.13 Struktur Kimia Xanthan Gum


Sumber : Garchia-Ochoa et al., 2000

Xanthan gum banyak digunakan pada formulasi sediaan oral dan topikal
sebagai thickening, agen pensuspensi, agen penstabil sediaan dan agen pengemulsi
(Rowe et al., 2009). Larutan xanthan gum bersifat sangat pseudoplastis. Pada
konsentrasi rendah, larutan xanthan gum menunjukkan viskositas tinggi
dibandingkan dengan larutan polisakarida lainnya. Sifat seperti ini membuat
xanthan gum digunakan sebagai rheology modifier dan stabilizer yang sangat
efektif (Sharma et al., 2006). Xanthan gum tidak toksik dan kompatibel dengan
berbagai bahan-bahan lainnya, serta memiliki stabilitas yang baik pada rentang pH
4-10 dan temperature 10-60oC dalam bentuk larutan. Xanthan gum memiliki sifat
alir pseudoplastis (Rowe et al., 2009). Contoh penggunaan xanthan gum pada
sediaan farmasi yaitu pada sediaan tetes mata, xanthan gum dapat berinteraksi
dengan musin yang dapat memperlama retensi obat pada area prekorneal
(Ceulemans et al., 2002). Xanthan gum juga dapat meningkatkan kekuatan
bioadesif sediaan vaginal (Vermani et al., 2002).

2.6 Sterilisasi Uap


Sterilisasi dibutuhkan untuk membunuh semua mikroorganisme (baik
dalam bentuk spora maupun nonspora dari bakteri, virus dan protozoa) yang dapat
mengontaminasi sediaan farmasi. Salah satu teknik sterilisasi yang sederhana yaitu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

dengan sterilisasi uap. Sterilisasi uap merupakan proses sterilisasi termal


menggunakan uap jenuh bertekanan dalam suatu alat yang disebut autoklaf
(Departemen Kesehatan RI, 1995).

Tabel 2.1 Hubungan Waktu dan Suhu pada Sterilisasi Uap

Suhu (oC) Waktu


115-116 30 menit
121-124 15 menit
126-129 10 menit
134-138 5 menit
Sumber : WHO, 2015; Ansel et al., 2011

Banyak produk farmasi yang tidak bisa disterilisasi menggunakan


sterilisasi panas kering, karena dapat merusak produk. Sedangkan sterilisasi
dengan panas uap cenderung lebih aman karena temperaturnya tidak terlalu tinggi.
Selain itu, dengan adanya kelembaban pada metode sterilisasi uap, membuat
bakteri lebih mudah terkoagulasi dan terdekstruksi bila dibandingkan dengan
tanpa adanya kelembaban. Adanya panas uap yang lembab akan mendenaturasi
dan mengkoagulasi protein-protein esensial pada mikroorganisme, hal ini terjadi
karena ikatan hidrogen pada protein mudah putus oleh adanya molekul air. Faktor
kritis dalam sterilisasi uap antara lain waktu, suhu, dan pergantian udara dengan
uap (tidak boleh ada udara yang terjerap). Semakin meningkat suhu sterilisasi,
maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan (Ansel et al., 2011; Dion & Parker,
2013).
Sterilisasi uap dapat digunakan pada semua sediaaan farmasi dan bahan-
bahan yang tahan terhadap panas, lembab, dan dapat dipenetrasi oleh uap.
Sterilisasi uap tidak digunakan untuk sterilisasi minyak, lemak, sediaan
mengandung lemak, dan lain-lain yang tidak bisa dipenetrasi oleh uap, serta sediaan
solid atau serbuk yang mungkin rusak oleh adanya lembab (Ansel et al., 2011).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

2.7 Sterilisasi Radiasi Gamma


Sterilisasi radiasi gamma merupakan sterilisasi menggunakan radiasi
pengion dalam bentuk radiasi gamma dari sumber radioisotop yang sesuai seperti
cobalt-60 (60Co). Mutasi DNA mikroorganisme oleh radiasi gamma menyebabkan
mikroorganisme menjadi mati atau inaktif (WHO, 2015). Sterilisasi radiasi dapat
dengan aman diterapkan pada berbagai bahan dan sediaan farmasi, bahkan metode
ini telah digunakan dalam 50 tahun lebih. Dosis radiasi yang direkomendasikan
oleh International Pharmacopoeia (2015) adalah 25 kGy (kilogray). Dari sudut
pandang mikrobiologi, dosis ini adalah dosis yang memenuhi syarat untuk produk-
produk farmasi yang diproduksi secara GMP (good manufacturing practice).
Sterilisasi radiasi merupakan sterilisasi tanpa panas yang memiliki berberapa
keuntungan antara lain efektif karena tidak membutuhkan waktu yang lama, aman
bagi teknisi dan pasien, daya tembus radiasi yang tinggi sehingga dapat menembus
berbagai jenis wadah, serta tidak menimbulkan masalah toksisitas dan ekologi
seperti pada sterilisasi etilen oksida dan formaldehid akibat residu yang dihasilkan.
Satu-satunya kelemahan metode ini adalah tingginya biaya produksi karena alat
yang mahal (Silindir & Özer, 2012).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II dan Laboratorium
Formulasi Sediaan Steril Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dalam kurun waktu Februari
2016–Mei 2016.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
Karbopol 940 (Pharmaceutical Grade, Shadhong Bio-Technologi),
natrium karboksimetilselulosa (Pharmaceutical Grade, Shadhong Bio-
Technologi), natrium alginat (Food Grade, Shandong Jiejing), tragakan (Food
Grade, Brataco Chemika), xanthan gum (Food Grade, Danisco), trietanolamin,
HCl 1M dan akuades.

3.2.2 Alat
Neraca analitik (GH-202, AND, Jepang), overhead stirrer (RW 20 Digital,
IKA), hot plate (Cimarec), viscotester (6R Haake, Jerman), autoklaf digital (ALP),
gamma irradiator cell 220 dan alat gelas.

3.3 Prosedur Kerja


Penelitian ini bersifat eksperimental, dimana setiap larutan polimer akan
diuji sifat reologinya pada berbagai kondisi, yaitu setelah sterilisasi uap dengan
autoklaf pada suhu 121oC dan sterilisasi radiasi dengan dosis radiasi 25 kGy.
Berikut adalah tabel kondisi percobaan yang dilakukan pada penelitian ini.

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

Tabel 3.1 Kondisi Percobaan


Kondisi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
Polimer Konsentrasi
Percobaan (1210C, 15 menit) (25 kGy)
K1 Karbopol 940 0,1% - -
K2 Karbopol 940 0,1% √ -
K3 Karbopol 940 0,1% - √
K4 Karbopol 940 0,25% - -
K5 Karbopol 940 0,25% √ -
K6 Karbopol 940 0,25% - √
K7 Na CMC 1,25% - -
K8 Na CMC 1,25% √ -
K9 Na CMC 1,25% - √
K10 Na CMC 2,5% - -
K11 Na CMC 2,5% √ -
K12 Na CMC 2,5% - √
K13 Natrium Alginat 1,5% - -
K14 Natrium Alginat 1,5% √ -
K15 Natrium Alginat 1,5% - √
K16 Natrium Alginat 3% - -
K17 Natrium Alginat 3% √ -
K18 Natrium Alginat 3% - √
K19 Tragakan 1% - -
K20 Tragakan 1% √ -
K21 Tragakan 1% - √
K22 Tragakan 3,5% - -
K23 Tragakan 3,5% √ -
K24 Tragakan 3,5% - √
K25 Xanthan Gum 1% - -
K26 Xanthan Gum 1% √ -
K27 Xanthan Gum 1% - √
K28 Xanthan Gum 4,5% - -
K29 Xanthan Gum 4,5% √ -
K30 Xanthan Gum 4,5% - √

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

3.3.1 Pembuatan Larutan Polimer


3.3.1.1 Pembuatan Larutan Polimer Karbopol 940
Karbopol 940 ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian
dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 300-
800 rpm pada suhu 70oC (dimodifikasi dari Allen, 2002). Akuades ditambah
sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan
dibuat duplo.

3.3.1.2 Pembuatan Larutan Polimer Na CMC


Na CMC ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian
dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 300-
500 rpm pada suhu 30-60oC (dimodifikasi dari Allen, 2002). Akuades ditambah
sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan
dibuat duplo.

3.3.1.3 Pembuatan Larutan Polimer Natrium Alginat


Natrium alginat ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan,
kemudian dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan
kecepatan 500 rpm pada suhu 30-60oC (Patel et al., 2011). Akuades ditambah
sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan
dibuat duplo.

3.3.1.4 Pembuatan Larutan Polimer Tragakan


Tragakan ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian
dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 500-
800 rpm pada suhu 70oC (dimodifikasi dari Farzi et al., 2015). Akuades ditambah
sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan
dibuat duplo.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

3.3.1.5 Pembuatan Larutan Polimer Xanthan Gum


Xanthan gum ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian
dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan
500-800 rpm pada suhu 70oC (Food and Agriculture Organization, 1999).
Akuades ditambah sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur
yang sama, larutan dibuat duplo.

3.3.2 Pengaturan pH
Pada setiap larutan polimer yang sudah homogen, dilakukan pengaturan
pH menggunakan trietanolamin sampai pH larutan mendekati 7,4 + 0,1
(Broadhead, 2004).

3.3.3 Sterilisasi Larutan Polimer


3.3.3.1 Sterilisasi Uap
Setiap larutan polimer yang telah dipreparasi, disimpan terlebih dahulu
selama 24 jam kemudian dilakukan sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit
menggunakan alat autoklaf (Bindal et al., 2003; WHO, 2015).

3.3.3.2 Sterilisasi Radiasi Gamma


Setiap larutan polimer yang telah dipreparasi, disimpan terlebih dahulu
selama 24 jam kemudian dilakukan sterilisasi radiasi dengan dosis radiasi 25
kilogray (WHO, 2015), dengan laju dosis 7,399 kGy/jam menggunakan alat
gamma irradiator cell.

3.3.4 Evaluasi Fisik


3.3.4.1 Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sampel
dengan cara melakukan pengamatan warna, dan kekeruhan dari larutan polimer
yang telah dipreparasi (Suyudi, 2014).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

3.3.4.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan larutan pada kaca
preparat transaparan dan dilihat ada tidaknya partikel yang belum tercampur
secara homogen (Suyudi, 2014).

3.3.5 Pengukuran Viskositas dan Reologi


Pengukuran viskositas dan reologi dilakukan 24 jam setelah preparasi
pada suhu 25 + 2oC (Bindal et al., 2003). Pengukuran dilakukan menggunakan
alat viskotester 6R Haake dengan spindle R2 dan R3 untuk larutan konsentrasi
konsentrasi rendah serta spindle R6 untuk larutan konsentrasi tinggi. Pengukuran
dilakukan pada laju geser 0,3-200 rpm secara duplo (Suyudi 2014; Islam et al.,
2004).

3.3.6 Pembuatan Kurva Viskositas dan Reologi


Kurva viskositas dibuat dengan menempatkan nilai viskositas (cps)
sebagai sumbu X dan nilai laju geser (rpm) sebagai sumbu Y. Sedangkan kurva
reologi dibuat dengan menempatkan nilai % torque sebagai sumbu X dan nilai
laju geser sebagai sumbu Y (Ansel et al., 2011).

3.3.7 Rancangan Analisis Data Viskositas


Data hasil viskositas satu titik yaitu pada 60 rpm disajikan dalam bentuk
mean ± RSD (%). Perubahan viskositas tanpa sterilisasi dibandingkan dengan
viskositas setelah sterilisasi uap atau radiasi dengan analisis statistik
menggunakan Paired Samples T Test. Hasil dianggap bermakna secara statistik
ketika nilai p < 0,05 (Shimmura et al., 1998).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Larutan Polimer


Polimer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain karbopol 940, Na
CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum. Kelima polimer ini merupakan
polimer golongan anionik dan diantara jenis polimer anionik lainnya, kelima
polimer ini memiliki viskositas yang dapat diukur dengan viscotester Haake.
Pengaturan pH dilakukan pada setiap larutan polimer dengan
menambahkan trietanolamin (TEA) pada larutan polimer hingga didapatkan pH
larutan yaitu 7,4 + 0,1. Rentang pH ini merupakan pH optimum yang
dipersyaratkan untuk sediaan steril. Pengaturan pH dilakukan sebagai bentuk
simulasi sediaan steril dan berfungsi untuk menyeragamkan kondisi pada setiap
larutan polimer, karena adanya variasi pH pada masing-masing polimer.
Larutan polimer masing-masing dibuat menjadi dua seri konsentrasi yaitu
konsentrasi rendah dan konsentrasi tinggi. Pemilihan konsentrasi didasarkan pada
syarat viskositas sediaan steril yang diaplikasikan pada jaringan terutama mata
yaitu gel in situ. Gel in situ merupakan bentuk sediaan yang memiliki kemampuan
untuk mengalami transisi sol-to-gel yaitu perubahan dari bentuk larutan menjadi
gel ketika diaplikasikan (Bhowmik et al., 2010; Baranowski et al., 2013;
Makwana et al., 2016). Syarat viskositas sediaan dalam bentuk fase larutan adalah
5-1000 cps, dan 10.000-50.000 cps setelah mengalami transisi menjadi fase gel
(Ramchandra et al., 2012; Saxena et al., 2013; Gangadia et al., 2014).
Berdasarkan rentang viskositas tersebut, kemudian dipilih dua seri konsentrasi
larutan polimer dimana larutan polimer konsentrasi rendah memiliki viskositas
500-1000 cps, sedangkan larutan polimer konsentrasi tinggi memiliki viskositas
10.000-20.000 cps pada laju geser 30 rpm.
Dalam penelitian ini, setiap konsentrasi larutan polimer dibuat menjadi
tiga kondisi antara lain tanpa sterilisasi, sterilisasi panas uap dan sterilisasi radiasi.
Sterilisasi panas uap dilakukan pada suhu 121oC selama 15 menit. Sterilisasi
radiasi dilakukan menggunakan gamma irradiator pada dosis 25 kGy. Dosis 25
kGy merupakan dosis radiasi yang direkomendasikan oleh WHO karena dari

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

sudut pandang mikrobiologi, dosis ini memenuhi syarat untuk produk-produk


farmasi yang diproduksi secara GMP (good manufacturing practice) (WHO,
2015).

4.2 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi


terhadap Larutan Karbopol 940
4.2.1 Evaluasi Fisik
Evaluasi fisik yang terdiri dari pengamatan organoleptis dan homogenitas
bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan warna dan homogenitas pada
larutan polimer setelah mengalami proses sterilisasi. Hasil pengamatan
menunjukan bahwa larutan karbopol 940 mengalami perubahan warna menjadi
jingga transparan setelah mengalami sterilisasi radiasi, baik pada karbopol
konsentrasi 0,1% maupun 0,25% (Lampiran 23).

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Karbopol 940

Polimer Konsentrasi Perlakuan Organoleptis Kekeruhan Homogenitas


Karbopol 940 0,1% TS Tidak Berwarna Transparan Homogen
Karbopol 940 0,1% SU Tidak Berwarna Transparan Homogen
Karbopol 940 0,1% SR Jingga Transparan Homogen
Karbopol 940 0,25% TS Tidak Berwarna Transparan Homogen
Karbopol 940 0,25% SU Tidak Berwarna Transparan Homogen
Karbopol 940 0,25% SR Jingga Transparan Homogen
Keterangan :
- TS = Tanpa Sterilisasi
- SU = Sterilisasi Uap
- SR = Sterilisasi Radiasi

Perubahan warna ini terjadi akibat adanya proses radiolisis setelah polimer
terpapar radiasi sehingga menyebabkan peningkatan pembentukan radikal bebas
dapat berupa radikal hidrogen dan hidroksil yang sangat reaktif (Silindir & Özer,
2012). Dalam bentuk larutan, karbopol 940 merupakan salah satu jenis karbopol
yang mudah mengalami degradasi oksidatif yang dikatalisis oleh sinar matahari
dan logam tertentu, sehingga menyebabkan perubahan warna dan penurunan
viskositas (Lubrizol, 2005). Karbopol 940 tidak mengalami perubahan
organoleptis dan homogenitas setelah mengalami sterilisasi uap.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

4.2.2 Sifat Reologi dan Viskositas Karbopol 940


Karbopol 940 menghasilkan sifat reologi pseudoplastis pada kedua
konsentrasi yaitu 0,1% dan 0,25%. Sifat reologi pseudoplastis juga dihasilkan
pada semua kondisi, baik yang tidak disterilisasi, sterilisasi uap dan sterilisasi
radiasi. Pada kurva reologi tidak terdapat loop antara kurva naik dan kurva turun,
sehingga dapat disimpulkan sifat reologi karbopol 940 tidak dipengaruhi oleh
waktu.

Gambar 4.1 Kurva Reologi Karbopol 940 0,1% (a) Tanpa Sterilisasi,
(b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit tidak mengubah sifat
reologi pada kedua konsentrasi larutan karbopol, namun mempengaruhi viskositas
larutan. Data viskositas diuji secara statistik menggunakan Paired Samples T Test
yang menunjukkan hasil bahwa perubahan viskositas larutan karbopol tidak
berbeda bermakna, baik pada konsentrasi 0,1% (p > 0,05) maupun pada
konsentrasi 0,25% (p > 0,05) (Lampiran 18). Hal ini terjadi karena suhu transisi
dari karbopol adalah 130-140oC, sehingga pada suhu sterilisasi uap 121oC,
karbopol tidak mengalami penurunan viskositas (Gómez-Carracedo et al., 2004).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

Perubahan viskositas karbopol akibat sterilisasi uap dan radiasi dapat dilihat pada
Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perubahan Viskositas Larutan Karbopol


Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%)
Polimer
Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
Karbopol 0,1% 1450 ± 2,93 1355 ± 14,09 540
Karbopol 0,25% 11650 ± 1,82 11350 ± 10,59 1300

Gambar 4.2 Kurva Reologi Karbopol 940 0,25% (a) Tanpa Sterilisasi,
(b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy tidak mengubah sifat reologi dari
larutan karbopol 940, namun menyebabkan penurunan viskositas dari polimer
karbopol 940 pada kedua konsentrasi. Pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3, terlihat
penurunan viskositas yang cukup besar. Penurunan viskositas larutan karbopol
940 adalah bermakna secara statistik baik pada konsentrasi 0,1% (p < 0,05)
maupun konsentrasi 0,25% (p < 0,05) (Lampiran 18). Polimer pada umunya akan
mengalami dua mekanisme yang terjadi bersamaan ketika terpapar radiasi gamma,
antara lain membentuk cross-link dan mengalami pemotongan rantai secara acak
(Sintzel et al., 1997). Larutan karbopol 940 pada penelitian ini diduga lebih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30

dominan mengalami pemotongan rantai yang mengakibatkan pengurangan berat


molekul sehingga terjadi penurunan viskositas, seperti yang terlihat pada Gambar
4.3.

Gambar 4.3 Kurva Perubahan Viskositas Karbopol 940 terhadap Pengaruh


Sterilisasi (a) Konsentrasi 0,1%;(b) Konsentrasi 0,25%

4.3 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi


terhadap Larutan Na CMC
4.3.1 Evaluasi Fisik
Hasil pengamatan menunjukkan Na CMC tidak mengalami perubahan
organoleptis maupun homogenitas setelah mengalami proses sterilisasi uap,
namun larutan Na CMC dengan konsentrasi 1,25% menjadi cenderung
transluscent atau keruh setelah mengalami sterilisasi radiasi (Lampiran 23). Hal
ini diduga terjadi akibat rantai polimer Na CMC mengalami perubahan berupa
pemutusan rantai pada bagian rantai glikosidik (Sebert et al, 1994). Hasil
pengamatan organoleptis dan homogenitas Na CMC dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Na CMC

Polimer Konsentrasi Perlakuan Organoleptis Kekeruhan Homogenitas


Na CMC 1,25% TS Tidak Berwarna Transparan Homogen
Na CMC 1,25% SU Tidak Berwarna Transparan Homogen
Na CMC 1,25% SR Agak Putih Translucent Homogen
Na CMC 2,5% TS Tidak Berwarna Transparan Homogen
Na CMC 2,5% SU Tidak Berwarna Transparan Homogen
Na CMC 2,5% SR Tidak Berwarna Transparan Homogen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31
32
33

Gambar 4.6 Ikatan Glikosida pada Na CMC


Sumber : Braun dan Rosen, 2000

Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy menyebabkan perubahan reologi


menjadi aliran newton pada larutan Na CMC 1,25%, dan menjadi aliran dilatan
pada larutan Na CMC 2,5%. Pemutusan rantai secara acak diduga terjadi lebih
dominan dibandingkan pembentukan ikatan silang (cross-link) dengan
makromolekul radikal, sehingga terjadi pengurangan berat molekul yang
mempengaruhi perubahan sifat reologi serta penurunan viskositas. Larutan
polimer pada konsentrasi rendah 1,25% mengalami perubahan sifat reologi
menjadi aliran newton. Pemutusan rantai menyebabkan pembentukan oligomer
yang lebih sederhana yang lebih mudah melarut dalam medium, sehingga
terbentuk larutan homogen dengan sifat reologi newton. Penurunan viskositas
terjadi cukup besar pada larutan Na CMC setelah mengalami proses sterilisasi
radiasi, yaitu menjadi 16 cPs seperti yang terlihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan
hasil statistik, penurunan viskositas tersebut adalah bermakna baik pada
konsentrasi 1,25% (p < 0,05) maupun konsentrasi 2,5% (p < 0,05) (Lampiran 19).
Secara kimiawi, pemutusan rantai polimer Na CMC setelah sterilisasi radiasi
terjadi pada ikatan β(1-4) glikosida seperti yang terlihat pada Gambar 4.6,
sedangkan makromolekul radikal terbentuk akibat pemutusan ikatan antara
hidrogen dengan karbon (Hegazy et al., 2009; Sebert et al, 1994). Pemutusan
rantai biasanya terjadi pada larutan Na CMC konsentrasi rendah, sebaliknya
pembentukan ikatan silang dengan makromolekul radikal terjadi pada larutan Na
CMC konsentrasi tinggi (Choi et al., 2008). Penggunaan Na CMC konsentrasi
tinggi adalah salah satu solusi untuk memelihara viskositas setelah proses radiasi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

Gambar 4.7 Kurva Perubahan Viskositas Na CMC terhadap Pengaruh Sterilisasi


(a) Konsentrasi 1,25%; (b) Konsentrasi 2,5%

4.4 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi


terhadap Larutan Natrium Alginat
4.4.1 Evaluasi Fisik
Natrium alginat mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap setelah
disterilisasi uap dan radiasi, baik pada konsentrasi 1,5% dan 3% (Lampiran 23).
Perubahan warna menjadi indikator kerusakan rantai polimer natrium alginat
akibat pemanasan dan radiasi. Menurut penelitian Nagasawa et al (2000),
perubahan warna larutan natrium alginat setelah sterilisasi radiasi adalah akibat
pembentukan ikatan ganda. Skema pembentukan ikatan ganda tertera pada
Gambar 4.8. Paparan radiasi gamma pada larutan natrium alginat menyebabkan
terjadinya pembentukan radikal pada C1 yang menyebabkan pemotongan rantai
glikosida, setelah itu terjadi perpindahan radikal dari C1 ke posisi C4 (1b).
Hidrogen pada C5 mungkin mengalami reaksi abstraksi oleh radikal OH.
Hasilnya, terbentuk ikatan ganda pada C4 dan C5 (2). Struktur baru dengan ikatan
ganda (2) menghasilkan perubahan warna fisik pada larutan natrium alginat.
Perubahan warna larutan natrium alginat semakin intensif dengan semakin
meningkatnya dosis radiasi (Lee et al., 2003).

4.4.2 Sifat Reologi dan Viskositas Natrium Alginat


Natrium alginat menghasilkan sifat reologi pseudoplastis pada konsentrasi
1,5% dan 3%. Pada kurva reologi tidak terdapat loop antara kurva naik dan kurva
turun, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemulihan struktur terjadi dengan
segera setelah laju geser dihentikan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35

Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Natrium Alginat

Polimer Konsentrasi Perlakuan Organoleptis Kekeruhan Homogenitas


Tidak Berwarna
Natrium Alginat 1,5% TS Translucent Homogen
Hampir Kekuningan
Natrium Alginat 1,5% SU Kekuningan Translucent Homogen
Natrium Alginat 1,5% SR Kekuningan Translucent Homogen
Natrium Alginat 3% TS Kekuningan Translucent Homogen
Natrium Alginat 3% SU Kuning Gelap Translucent Homogen
Natrium Alginat 3% SR Kuning Gelap Translucent Homogen

Gambar 4.8 Pembentukan Ikatan Ganda Natrium Alginat


Sumber : Nagasawa et al., 2000 (telah diolah kembali)

Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit mengubah sifat reologi
natrium alginat konsentrasi 1,5% menjadi dilatan sedangkan pada konsentrasi 3%
menjadi aliran newton. Natrium alginat mengalami penurunan viskositas yang
cukup besar seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 Data viskositas diuji secara
statistik menggunakan Paired Samples T Test yang menunjukkan hasil bahwa
perubahan viskositas natrium alginat setelah sterilisasi uap adalah bermakna, pada
konsentrasi 1,5% (p < 0,05) dan konsentrasi 3% (p < 0,05) (Lampiran 20).
Natrium alginat memiliki suhu transisi yaitu 70oC, sehingga pada suhu sterilisasi
uap yaitu 121oC terjadi depolimerisasi yang menyebabkan penurunan viskositas
(Rowe et al., 2009; Leo et al., 1990).

Tabel 4.6 Perubahan Viskositas Larutan Natrium Alginat


Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%)
Polimer
Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
Natrium Alginat 1,5% 1125 ± 0,63 72 ± 3,93 8
Natrium Alginat 3% 11150 ± 1,90 600 ± 0,00 14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Gambar 4.9 Kurva Reologi Natrium Alginat 1,5% (a) Tanpa Sterilisasi,
(b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy menyebabkan perubahan sifat reologi


natrium alginat menjadi aliran dilatan pada kedua konsentrasi, seperti yang terlihat
pada Gambar 4.9 dan 4.10. Penurunan viskositas secara besar terjadi pada kedua
konsentrasi, dimana berdasarkan analisis statistik, penurunan terjadi secara
bermakna baik pada konsentrasi 1,5% (p < 0,05) maupun konsentrasi 3% (p <
0,05) (Lampiran 20). Natrium alginat dan beberapa polimer polisakarida lainnya
cenderung mengalami pemotongan rantai acak yang mengakibatkan penurunan
berat molekul sehingga terjadi penurunan viskositas (Sintzel et al., 1997). Pada
dasarnya, semua bentuk larutan yang mengandung air akan mengalami radiolisis
molekul air membentuk radikal bebas hidrogen dan hidroksil setelah mengalami
radiasi gamma. Reaksi radiolisis tersebut mempercepat pemutusan rantai natrium
alginat yang disusul dengan pembentukan ikatan ganda. Pembentukan ikatan
ganda ditandai dengan perubahan warna (Nagasawa et al.,2000). Skema
pemutusan rantai natrium alginat dan pembentukan ikatan ganda setelah radiasi,
tertera pada Gambar 4.8.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

Gambar 4.10 Kurva Reologi Natrium Alginat 3% (a) Tanpa Sterilisasi,


(b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Gambar 4.11 Kurva Perubahan Viskositas Natrium Alginat terhadap Pengaruh


Sterilisasi (a) Konsentrasi 1,5%; (b) Konsentrasi 3%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

4.5 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi


terhadap Larutan Tragakan
4.5.1 Evaluasi Fisik
Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada pengaruh sterilisasi uap dan
radiasi terhadap warna, kekeruhan dan homogenitas, baik pada konsentrasi 1%
dan 3,5% (Lampiran 23).
Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Tragakan

Polimer Konsentrasi Perlakuan Organoleptis Kekeruhan Homogenitas


Tragakan 1% TS Putih Translucent Homogen
Tragakan 1% SU Putih Translucent Homogen
Tragakan 1% SR Putih Translucent Homogen
Tragakan 3,5% TS Putih Susu Opaque Homogen
Tragakan 3,5% SU Putih Susu Opaque Homogen
Tragakan 3,5% SR Putih Susu Opaque Homogen

4.5.2 Sifat Reologi dan Viskositas Tragakan


Tragakan menghasilkan sifat reologi tiksotropik pada konsentrasi 1% dan
3,5%. Sifat reologi tiksotropik merupakan sifat alir yang bergantung waktu,
dimana ketika diberikan laju geser, terjadi pemecahan struktur yang tidak
terbentuk lagi dengan segera jika laju geser atau stress dihentikan (Martin et al.,
2008).
Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit mengubah sifat reologi
tragakan konsentrasi 1% menjadi aliran pseudoplastis, namun tidak mengubah
sifat reologi pada konsentrasi 3,5%. Setelah mengalami sterilisasi uap, viskositas
larutan tragakan pada kedua konsentrasi tidak mengalami perubahan yang besar,
seperti yang terlihat pada Gambar 4.15 dan Tabel 4.8. Berdasarkan uji statistik
menggunakan Paired Samples T Test, penurunan viskositas terjadi secara
bermakna pada tragakan 1% (p < 0,05), dan tidak bermakna pada tragakan 3,5%
(p > 0,05) (Lampiran 21). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tragakan
merupakan polimer yang cukup stabil terhadap pemanasan.

Tabel 4.8 Perubahan Viskositas Larutan Tragakan


Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%)
Polimer
Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
Tragakan 1% 1250 ± 3,39 820 ± 1,72 11
Tragakan 3,5% 6650 ± 1,08 6800 ± 2,08 50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

Gambar 4.12 Kurva Reologi Tragakan 1% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi
Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Gambar 4.13 Ikatan Glikosida pada Tragakan


Sumber : Aspinal dan Baillie, 1963

Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy mengakibatkan perubahan sifat


reologi tragakan menjadi newton pada konsentrasi 1% dan menjadi dilatan pada
konsentrasi 3,5%, seperti yang terlihat pada Gambar 4.12 dan 4.13. Penurunan
viskositas secara besar terjadi pada kedua konsentrasi. Berdasarkan analisis
statistik, penurunan viskositas tersebut terjadi secara bermakna pada konsentrasi
1% (p < 0,05) dan konsentrasi 3% (p < 0,05) (Lampiran 21). Polimer polisakarida
cenderung mengalami pemotongan rantai acak setelah mengalami sterilisasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40

radiasi. Hal ini mengakibatkan penurunan berat molekul sehingga terjadi


penurunan viskositas larutan polimer (Nagasawa et al., 2000; Sintzel et al., 1997).
Pemotongan rantai cenderung terjadi pada ikatan yang lemah misalnya ikatan
glikosida, seperti yang terlihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.14 Kurva Reologi Tragakan 3,5% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi
Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Gambar 4.15 Kurva Perubahan Viskositas Tragakan terhadap Pengaruh


Sterilisasi (a) Konsentrasi 1%; (b) Konsentrasi 3,5%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

4.6 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi


terhadap Larutan Xanthan Gum
4.6.1 Evaluasi Fisik
Xanthan gum tidak mengalami perubahan warna setelah mengalami
sterilisasi uap maupun radiasi, namun terdapat partikel-partikel yang terdispersi
pada larutan xanthan gum konsentrasi 1% yang mengalami sterilisasi radiasi.
Apabila didiamkan beberapa saat, partikel-partikel tersebut cenderung
mengendap. Sterilisasi radiasi mengakibatkan pemutusan ikatan glikosida yang
menghasilkan banyak fragmen oligomer yang berat molekulnya lebih rendah (Li
et al., 2011). Oligomer tersebut diduga tidak dapat melarut lagi akibat telah
mencapai kondisi jenuh sehingga cenderung membentuk endapan.

Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Xanthan Gum


Polimer Konsentrasi Perlakuan Organoleptis Kekeruhan Homogenitas
Xanthan Gum 1% TS Putih Translucent Homogen
Xanthan Gum 1% SU Putih Translucent Homogen
Xanthan Gum 1% SR Putih Translucent Terdapat Partikel
Xanthan Gum 4,5% TS Putih Susu Opaque Homogen
Xanthan Gum 4,5% SU Putih Susu Opaque Homogen
Xanthan Gum 4,5% SR Putih Susu Opaque Homogen

4.6.2 Sifat Reologi dan Viskositas Xanthan Gum


Larutan polimer xanthan gum menghasilkan sifat reologi tiksotropik pada
konsentrasi 1% dan 4,5%, dan merupakan sifat reologi yang bergantung waktu.
Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit mengubah sifat reologi xanthan
gum konsentrasi 1% menjadi aliran pseudoplastis, namun tidak mengubah sifat
reologi pada konsentrasi 4,5%.
Xanthan gum merupakan polimer dengan konformasi rantai ganda yang
memiliki suhu transisi yaitu sekitar 65oC, dimana di bawah suhu tersebut
viskositas xanthan gum tetap stabil dan konformasi rantai ganda tetap
dipertahankan (Oviatt et al, 1993). Sterilisasi uap pada 121oC menyebabkan
penurunan viskositas pada larutan xanthan gum 1% dan perubahan reologi
menjadi pseudoplastis, hal ini disebabkan oleh suhu sterilisasi uap yang
digunakan lebih tinggi daripada suhu transisi xanthan gum yang mengakibatkan
perubahan konformasi xanthan gum menjadi rantai tunggal. Berdasarkan analisis
statistik menggunakan Paired Samples T Test, penurunan viskositas tersebut
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42

terjadi secara bermakna (p < 0,05) (Lampiran 22). Larutan xanthan gum 4,5%
tetap pada bentuk aliran tiksotropik dan tidak mengalami penurunan viskositas
setelah mengalami sterilisasi uap, hal ini terjadi karena pada konsentrasi yang
lebih tinggi interaksi antarmolekul akibat pemanasan hanya menyebabkan
pembelitan rantai, tidak mengakibatkan perubahan konformasi menjadi rantai
tunggal (Bindal et al, 2007), seperti yang terlihat pada Gambar 4.16. Apabila
diberikan laju geser, maka rantai polimer menyusun kembali, namun
membutuhkan waktu sehingga menghasilkan sifat reologi tiksotropik.
Berdasarkan analisis statisik, perubahan viskositas tersebut adalah tidak bermakna
(p > 0,05) (Lampiran 22).

Gambar 4.16 Kurva Reologi Xanthan Gum 1% (a) Tanpa Sterilisasi,


(b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Tabel 4.10 Perubahan Viskositas Larutan Xanthan Gum


Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%)
Polimer
Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
Xanthan Gum 1% 870 ± 1,63 540 ± 0,00 16
Xanthan Gum 3,5% 6500 ± 1,05 6600 ± 2,14 660

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

Gambar 4.17 Perubahan Konformasi Xanthan Gum oleh Pemanasan


Sumber : Matsuda et al., 2009

Gambar 4.18 Kurva Reologi Xanthan Gum 4,5% (a) Tanpa Sterilisasi,
(b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi

Sterilisasi radiasi dengan dosis 25 kGy pada larutan xanthan gum,


mengubah sifat reologi xanthan gum konsentrasi 1% menjadi dilatan, sedangkan
pada konsentrasi 4,5% sifat reologi menjadi pseudoplastis. Penurunan viskositas
yang cukup besar terjadi pada xanthan gum terutama pada kedua konsentrasi
(Gambar 4.20 dan Tabel 4.10). Penurunan viskositas tersebut adalah bermakna
secara statistik pada konsentrasi 1% (p < 0,05) dan konsentrasi 4,5% (p < 0,05)
(Lampiran 22). Polimer polisakarida cenderung mengalami pemutusan rantai acak
setelah mengalami sterilisasi radiasi. Hal ini mengakibatkan penurunan berat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44

molekul sehingga terjadi penurunan viskositas larutan polimer (Nagasawa et al.,


2000; Sintzel et al., 1997). Pemutusan rantai terjadi pada ikatan glikosida
(Gambar 4.19) yang menghasilkan banyak fragmen oligomer dengan berat
molekul lebih rendah (Li et al., 2011).

Gambar 4.19 Ikatan Glikosida pada Xanthan Gum


Sumber : Garchia-Ochoa et al., 2000

Gambar 4.20 Kurva Perubahan Viskositas Xanthan Gum terhadap Pengaruh


Sterilisasi (a) Konsentrasi 1%; (b) Konsentrasi 4,5%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Sterilisasi uap tidak mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol,
tragakan dan xanthan gum konsentrasi tinggi serta karbopol konsentrasi
rendah, tetapi mempengaruhi sifat reologi larutan polimer Na CMC dan
natrium alginat konsentrasi tinggi serta Na CMC, natrium alginat, tragakan
dan xanthan gum konsentrasi rendah. Sterilisasi uap juga mempengaruhi
viskositas seluruh larutan polimer kecuali karbopol konsentrasi rendah serta
karbopol dan tragakan konsentrasi tinggi.
2. Sterilisasi radiasi tidak mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol
konsentrasi tinggi dan rendah, tetapi mempengaruhi sifat reologi lartuan
polimer Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum pada
konsentrasi rendah dan tinggi. Sterilisasi radiasi mempengaruhi viskositas
seluruh larutan polimer.

5.2 Saran
1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh sterilisasi uap dan radiasi
terhadap viscoelasticity dari polimer karbopol 940, Na CMC, natrium
alginat, tragakan dan xanthan gum.
2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh sterilisasi uap dan sterilisasi
radiasi terhadap viskositas dan reologi dari polimer anionik lainnya seperti
eudragit, pektin dan carrageenan.

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. 2002. Secudum Artem: Current & Practical Compounding


Information for the Pharmacist Vol 4 No 5, Compounding Gels.
University of Oklahoma, Oklahoma City. Online text
(http://www.perrigo.com/business/education.aspx, diakses pada 21 Januari
2016)

Ansel, H. C; Allen, L. V; Popovich, N. G. 2011. Pharmaceutical Dosage Forms


and Drug System, 9th Edition. Wolters Kluwer, Lippincott Williams &
Wilkins, Baltimore.

Aspinal, G. O dan Baillie, J. 1963. Fractionation of the Gum and the Structure of
Tragcanthc Acid. Journal of the Chemical Society

Aulton, Michael E. 2001. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design,


Second Edition. Churcill Livingstone

Bagley, E.B dan Dintzis, F.R. 1999. Shear Thickening and Flow Induced Structures
in Food and Biopolymer Systems, dalam: Siginer, D.A., De Kee, D., dan
Chhabra R.P (Eds.), Advances in the Flow and Rheology of Non-Newtonian
Fluids. Elsiver Science Publishers

Barnes, H.A; Hutton, J.F; Walters, K. 1989. An Introduction To Rheology.


Elsivier Science Publishers

Baranowski, P., Karolewicz, B; Gajda, M; Pluta, J. 2014. Ophtalmic Drug Dosage


Forms: Characterisation and Research Methods. The Scientific World
Journal, Vol 2014

Bhowmik, M; Das, S; Sinha, J; Bag, S; Chattopadhyay, D; Ghosh, Lakhsmi K.


2010. Methyl Cellulose Based Sustained Release Thermosensitive In Situ
Fast Gelling Ocular Delivery of Ketorolac Tromethamine. Asian Journal of
Chemistry, Vol 22, No 3, pp 2147-2154

Bindal, A; Narsimhan, G; Hem, Stanley. L. Kulshreshtha, A. 2003. Effect of


Steam Sterilization on the Rheology of Polymer Solutions. Pharmaceutical
Development And Technology, Vol 8, No 3, pp 219-228

Bindal, A; Narsimhan, G; Hem, Stanley. L. Kulshreshtha, A.. 2007. Structural


Changes in Xanthan Gum Solutions During Steam Sterilization for Sterile
Preparations. Pharmaceutical Development and Technology, Vol 12, pp
159-167

Braun, D. B dan Rosen, M. R. 2000. Rheology Modifier Handbook : Practical


Use and Application. William Andrew Publishing, New York

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Broadhead, Joanne. 2004. Parenteral Dosage Forms, dalam : Gibson, Mark (Eds.),
Pharmaceutical Preformulation and Formulation. IHS Health Group

Champalal, K. D; Shusilkumar, P. 2012. Current Status of Ophthalmic In-Situ


Forming Hydrogel. International Journal of Pharma and Bio Sciences, Vol
3, Issue 3, pp 372-388

Choi, J. I; Lee, H. S; Kim, J. H; Lee, K. W; Lee, J. W; Seo, Seog-Jin; Kang, K.


W; Byun, Myung-Woo. 2008. Controlling the Radiation Degradation of
Carboxymethylcellulose Solution. Polymer Degradation and Stability, Vol
93, pp 310-315

Chu, Pei-I; Doyle, D. 1999. Development and Evaluation of a Laboratory-Scale


Apparatus to Simulate the Scale-Up of a Sterile Semisolid and Effects of
Manufacturing Parameters on Product Viscosity. Pharmaceutical
Development and Technology, Vol 4, pp 553-559

Ceulemans, J; Vinckier, I; Ludwig, A. 2002. The Use of Xanthan Gum in an


Ophthalmic Liquid Dosage Form: Rheological Characterization of The
Interaction with Mucin. Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol 91, Issue
4, pp 1117–1127

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI

Dion, M; Parker, W. 2013 Steam Sterilization Principles. Pharmaceutical


Engineering, Vol 33, No 6

Duggirala, D; DeLuca, P. P. 1996. Rheological Characterization of Cellulosic and


Alginate Polymers. PDA Journal Pharmaceutical Science and Technology,
Vol 50, No 5, pp 290-296

El-Bagory, Ibrahim M; Bayomi, M. A; Mahrous, G. M; Alanzi, Fars K; Alsarra,


Ibrahim A. 2010. Effect of Gamma Irradiation on Pluronic Gels for Ocular
Delivery of Ciprofloxacin : in Vitro Evaluation. Australian Journal of Basic
and Applied Sciences, Vol 4, Issue 9, pp 4490-4498

Farzi, M; Yarmand, M. S; Safari, M; Emam-Djomeh, Z; Mohammadifar, M.A.


2015. Gum Tragacanth Dispersions: Particle Size and Rheological
Properties Affected by High-Shear Homogenization. International Journal
of Biological Macromolecules, Vol 79, pp 433-439

Florence, A. T dan Attwood, David. 2006. Physicochemical Principles of


Pharmacy. Fourth Edition. Pharmaceutical Press. London

Food and Agriculture Organization. Xantham Gum. Online book


(http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-additives/specs/Monograph1/Additive-
487.pd, diakses pada 15 Februari 2016)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48

Gangadia, B; Modi, Dron; Patel, G; Bhimani, B; Patel, U. 2014. Formulation


and Evaluation of Thermo Sensitive In-Situ Gel for Local Action : A
Review. International Journal of Pharmaceutical Research and Bio-
Science, Vol 3(1), pp 217-228

Garcia-Ochoa, F; Santos, V. E; Casas, J. A; Gomez, E. 2000. Xanthan Gum:


Production, Recovery and Properties. Biotechnology Advances, Vol 18, pp
549-579

Gómez-Carracedo, A; Alvarez-Lorenzo, C; Gómez-Amoza; Concheiro, A. 2004.


Glass Transitions and Viscoelastic Properties of Carbopol® and Noveon®
Compacts. International Journal of Pharmaceutics, Vol 274, pp 233-243

Guerra, E. S dan Lima, E. V. 2013. Handbook of Polymer Synthesis,


Characterization, and Processing. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey

Hegazy, E.A; Abdel-Rehim, H; Diaa, D.A; El-Barbary, A; 2009. Controlling od


Degradation Effects in Radiation Processing of Polymers. National Center
for Radiation Research an Technology

Herh, P; Tkachuk, J; Wu, Spencer; Bernzen, M; Rudolph, B. 1998. Application


Note: The Rheology of Pharmaceutical and Cosmetics Semisolids.
American Laboratory, pp 12-13

Islam, M. T; Rodriguez-Hornedo, N; Ciotti, S; Ackermann, C. 2004.


Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized to
Different pH. Pharmaceutical Research, Vol 21, No 7, pp 1192-1199

Korhonen M, Hellen L, Hirvonen J, Yliruusi J. 2001. Rheological Properties of


Creams with Four Different Surfactant Combinations-Effect of Storage
Time and Condition. International Journal of Pharmaceutics, Vol 221, pp
187-196

Kulkarni, V.S., dan Shaw, Charles. 2016. Essential Chemistry for Formulators of
Semisolid and Liquid Dosages. Google Books (https://books.google.co.id/
books?id=btDUBQAAQBAJ&pg, diakses pada 3 Februari 2016)

Lee, D. W; Choi, W. S; Byun, M. W; Park, H. J; Yu, Yong-Man; Lee, C M.


2003. Effect of γ-Irradiation on Degradation of Alginate. Journal of
Cultural and Food Chemistry, Vol 51, pp 4819-4823

Leo, W. J; McLoughlin, A. J; Malone, Dermot M. 1990. Effect of Sterilization


Treatments on Some Properties of Alginate Solutions and Gels.
Biotechnology Progress, Vol 6, pp 51-53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

Li, Yan-Jie; Ha, Y. M; Wang, F; Li, Y. F. 2011. Effect of Irradiation on the


Molecular Weight, Structure and Apparent Viscosity of Xanthan Gum in
Aqueous Solution. Advanced Materials Research, Vol 239-242, pp 2632-
2637

Lubrizol Corporation. 2011. Pharmaceutical Bulletin: Polymer Handling and


Storage

Makwana, S. B; Patel, V. A; Parmar, S. J. 2016. Development and


Characterization of In-Situ Gel for Ophtalmic Formulation Containing
Ciprofloxacin Hydrochloride. Result in Pharma Sciences, Vol 6, pp 1-6

Malik, K; Singh, I; Nagpal, M; Arora, S. 2010. Atrigel: A Potential Parenteral


Controlled Drug Delivery System. Pelagia Research Library, Der
Pharmacia Sinica, Vol 1, pp 74-81

Martin, A; Swarbick, J; Cammarata, A. 2008. Farmasi Fisik : Dasar-Dasar


Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Penerbit Universitas Indonesia

Mastropietro, D. J; Nimroozi, R; Omidian, H. 2013. Rheology in Pharmaceutical


Formulations-A Perspective. Journal of Developing Drugs. Vol 2, Issue 2

Matsuda, Y; Biyajima, Y; Sato, T. 2009. Thermal Denaturation, Renaturation


and Aggregation of a Double-Helical Polysaccharide Xanthan in Aqueous
Solution. Polymer Journal, Vol 41, No 7, pp 526-532

Nagasawa, N; Mitomo, H; Yoshii, F; Kume, T. 2000. Radiation-Induced


Degradation of Sodium Alginate. Polymer Degradation and Stability, Vol
69, pp 279-285

Oviatt, H. W; Brant, D. A. 1993. Thermal Treatment of Semi-Dilute Aqueous


Xanthan Solutions Yields Weak Gels with Properties Resembling
Hyaluronic Acid. International Journal of Biological Macromolecules, Vol
15, Issue 1, pp 3-10

Patel, J; Patel, B; Banwati, H; Parmar, K; Patel, M. 2011. Formulation and


Evaluation of Topical Aceclofencac Gel Using Different Gelling Agent.
International Journal of Drug Development and Research, Vol 3, Issue 1,
pp 156-164

Podczeck, F. 2007. Rheology of Pharmaceutical System, dalam : Swarbrick,


James (Eds.), Encyclopedia of Pharmaceutical Techonolgy. Informa
Healthcare. New York

Ramchandra, L. Umesh; D, Vilkas Gorde; V, Gadhave M; L. Jadhav S; D,


Gaikwad D. 2012. Design and Development of pH-Triggered In Situ
Gelling System of Ciprofloxacin. Internatonal Research Journal of
Pharmacy, Vol 3, pp 418-422
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50

Rowe, R. C.; Sheskey, P. J.; Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients Sixth Edition. Pharmaceutical Press. London

Rutala, W.A; Weber, D.J; Healthcare Infection Control Practices Advisory


Committee (HICPAC). 2008. Guideline for Disinfection and Sterilization in
Healthcare Facilities. CDC. USA

Samyn, J. C; Jung, W. Y. 1967. Negative Thixotropy in Flocculated Clay


Suspensions. Journal of Pharmaceutical Science, Vol 56, Issue 2, pp 188-
191

Saxena, P; Kushwaha, Swantantra K.S. 2013. Temperature Sensitive Ophtalmic


Hydrogels of Levofloxacin Hemihydrate with Enhanced Solubility and
Prolonged Retention Time. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, Vol 5, pp 877-833

Sebert, P; Bourny, E; Rollet, M. 1994. Gamma Irradiation of


Carboxymethylcellulose: Technological and Pharmaceutical Aspects.
International Journal of Pharmaceutics. Vol 106, pp 103-108

Sharma, B.R; Narehsh, L; Dhuldoya, N.C; Merchant, S.U; Merchant, U.C. 2006.
Xanthan Gum - A Boon to Food Industry. Food Promotion Chronicle, Vol 1
(15), pp 27-30

Shimmura, MD Shigeto; Goto, MD Eiki; Shimazaki, MD Jun; Tsubota, MD


Kazuo. 1998. Viscosity-Dependent Fulid Dynamics of Eyedrops on the
Ocular Surface. American Journal of Ophthalmology, Vol 125, Issue 3, pp
386-388

Siginer, D.A; De Kee, D; Chhabra R.P. 1999. Advances in the Flow and Rheology
of Non-Newtonian Fluids. Elsevier Science Publishers

Silinder, M; Özer, Y. 2012. The Effect of Radiation on a Variety of


Pharmaceuticals and Materials Containing Polymers. PDA Journal
Pharmaceutical Science and Technology, Vol 66, pp 184-199

Sintzel, M.B; Merkli, Alain; Tabatabay, Cyrus; Gurny, Robert. 1997. Influence of
Irradiation Sterilization on Polymers Used as Drug Carriers - A Review.
Drug Development and Industrial Pharmacy, Vol. 23 (9), pp 857-878

Steele, Joseph A. M; Hallé, J. P; Poncelet, D; Neufeld, R. J. 2014. Therapeutic


Cell Encapsulation Techniques and Applications in Diabetes. Advanced
Drug Delivery Reviews, Vol 67-68, pp 74-83

Suyudi, S. D. 2014. Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol


940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai Pembentuk Gel.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

Thermo Scientific. 2007. Instruction Manual: Haake Viscotester 6L/R plus &
Haake Viscotester 7L/R plus. Version 1.4. Jerman

Triantafillopoulos, N. 1988. Measurement of Fluid Rheology and Interpretation of


Rheograms, Second Edition. Kaltec Scientific Inc. Michigan

Vermani, K; Garg, S; Zaneveld, Lourens J. D. 2002. Assemblies for In Vitro


Measurement of Bioadhesive Strength and Retention Characteristics in
Simulated Vaginal Environment. Drug Development and Industrial
Pharmacy, Vol 28, No 9, pp 1133-1146

Wilson, C; Zhu, Ya P; Frier, M; Rao, L. S; Gilchrist, P; Perkins, A. 1998.


Ocular Contact Time of A Carbomer Gel (Gel Tears) in Human. British
Journal of Ophthalmology, Vol 82, pp 1131-1134

World Heatlh Organization. 2015. The International Pharmacopoeia. Fifth Edition

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pembuatan Larutan Polimer

Larutan Polimer Konsentrasi Tinggi Larutan Polimer Konsentrasi Rendah

Pengaturan pH 7,4 ± 0,1 Pengaturan pH 7,4 ± 0,1

Sterilisasi Uap (SU) Sterilisasi Radiasi (SR)


Tanpa Sterilisasi (TS)
121oC, 15 menit 25 kGy

Pengamatan Pengukuran Viskositas


Organoleptis dan Reologi

Pembuatan Kurva
Viskositas dan Reologi

Analisis Kurva

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

Lampiran 2. Sertifikat Analisis Karbopol 940

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

Lampiran 3. Sertifikat Analisis Na CMC

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

Lampiran 4. Sertifikat Analisis Natrium Alginat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

(lanjutan)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Lampiran 5. Sertifikat Analisis Tragakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Lampiran 6. Sertifikat Analisis Xanthan Gum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

Lampiran 7. Alat-Alat Penelitian

pH meter Overhead Stirrer

Viskotester Haake 6R Autoklaf Digital

Gamma Irradiator Cell

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Lampiran 8. Data Reologi Karbopol 940

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
0,1% 0,25% 0,1% 0,25% 0,1% 0,25%
0,3 11,20 8,50 14,20 7,15 7,80 1,80
0,5 15,00 10,55 19,30 9,95 8,80 2,00
0,6 17,05 11,45 21,40 11,15 9,30 2,20
1 25,15 14,70 30,60 14,80 10,40 2,30
1,5 33,15 18,75 38,10 19,10 11,40 2,60
2 37,70 22,00 42,00 22,90 12,10 2,70
2,5 37,85 25,05 44,50 26,30 12,90 2,90
3 42,35 27,80 46,50 28,70 13,40 3,10
4 45,55 32,00 49,70 32,15 14,30 3,40
5 48,25 35,30 52,10 35,05 15,20 3,60
6 50,10 37,35 54,10 36,95 16,00 3,80
10 56,05 43,45 60,10 42,80 18,30 4,40
12 58,55 45,95 62,40 45,40 19,20 4,60
20 66,30 53,95 69,60 52,60 22,50 5,60
30 73,00 59,75 76,00 57,95 25,50 6,20
50 83,15 67,80 86,00 65,75 30,50 7,50
60 87,20 70,05 89,80 68,40 32,50 7,90
100 98,20 79,25 - 77,75 39,20 9,50
200 - 95,00 - 91,50 - 11,50
100 98,20 79,60 - 78,15 39,20 9,20
60 86,90 71,00 89,80 69,50 32,20 7,90
50 82,00 68,50 85,10 67,30 30,30 7,20
30 71,85 60,85 75,20 60,10 25,40 6,10
20 62,25 55,05 68,70 54,80 22,40 5,50
12 57,95 47,60 61,60 48,10 19,20 4,60
10 55,55 44,85 59,20 45,80 18,20 4,50
6 49,75 38,10 53,30 39,50 15,90 3,90
5 47,70 35,75 51,30 37,35 15,30 3,70
4 44,95 32,95 48,70 34,95 14,50 3,50
3 41,55 29,10 45,60 31,75 13,50 3,30
2,5 39,15 26,25 43,30 29,35 13,00 3,20
2 36,10 23,40 40,10 26,50 12,40 3,00
1,5 31,85 20,10 36,10 22,90 11,70 2,90
1 24,65 16,65 29,10 18,65 10,80 2,60
0,6 16,85 13,75 20,50 14,55 9,80 2,40
0,5 14,85 12,75 18,10 13,65 9,50 2,30
0,3 10,70 10,90 13,50 11,40 8,80 2,10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Lampiran 9. Data Reologi Na CMC

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1,25% 2,5% 1,25% 2,5% 1,25% 2,5%
0,3 1,10 6,30 0,00 0,00 0,00 0,00
0,5 1,95 10,40 0,00 1,25 0,00 0,00
0,6 2,85 11,90 0,00 1,45 0,00 0,00
1 3,75 14,40 0,00 2,15 0,00 0,00
1,5 4,65 17,95 0,00 3,00 0,00 0,00
2 5,55 19,70 0,00 3,95 0,00 0,00
2,5 7,15 22,80 0,00 4,85 0,00 0,00
3 8,75 25,25 1,00 5,80 0,00 0,00
4 10,35 28,85 1,30 7,15 0,00 0,00
5 16,00 30,10 2,20 8,30 0,00 0,00
6 19,05 33,40 2,70 9,85 1,10 0,00
10 30,00 42,75 4,60 13,15 1,20 0,00
12 44,80 46,50 6,90 15,80 1,80 0,00
20 70,85 57,75 11,50 22,85 2,50 0,00
30 87,65 68,35 14,00 30,15 3,80 1,20
50 - 84,05 23,00 41,80 13,00 1,60
60 - 89,35 47,50 47,70 - 2,40
100 - - - 63,25 - 4,50
200 - - - 90,25 - 13,00
100 - - - 64,50 - 4,50
60 - 89,35 47,50 50,10 - 2,10
50 - 80,40 23,00 45,55 13,00 1,30
30 87,65 65,25 14,10 33,45 3,80 1,20
20 81,55 54,80 11,70 26,80 2,60 0,00
12 58,25 43,90 7,10 19,50 1,50 0,00
10 43,55 41,70 4,80 17,50 1,00 0,00
6 29,25 33,10 2,80 12,60 0,00 0,00
5 24,40 30,85 1,40 11,35 0,00 0,00
4 15,45 28,05 1,20 9,75 0,00 0,00
3 12,35 24,65 0,90 8,10 0,00 0,00
2,5 9,80 22,95 0,00 7,10 0,00 0,00
2 7,15 20,40 0,00 6,15 0,00 0,00
1,5 5,70 18,10 0,00 5,00 0,00 0,00
1 4,40 15,00 0,00 3,75 0,00 0,00
0,6 3,20 12,05 0,00 2,40 0,00 0,00
0,5 2,15 11,10 0,00 2,00 0,00 0,00
0,3 1,25 8,75 0,00 1,25 0,00 0,00

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

Lampiran 10. Data Reologi Natrium Alginat

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1,5% 3% 1,5% 3% 1,5% 3%
0,3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,6 0,00 1,10 0,00 0,00 0,00 0,00
1 1,20 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1,5 2,00 3,10 0,00 0,00 0,00 0,00
2 2,80 4,05 0,00 0,00 0,00 0,00
2,5 3,50 5,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 4,25 5,90 0,00 0,00 0,00 0,00
4 5,70 7,70 0,00 0,00 0,00 0,00
5 7,05 9,45 0,00 0,00 0,00 0,00
6 8,45 11,15 0,00 0,00 0,00 0,00
10 13,80 17,25 1,30 0,00 0,00 0,00
12 16,40 20,05 1,60 1,10 0,00 0,00
20 26,30 30,40 2,80 1,45 0,00 0,00
30 38,65 41,25 4,50 2,00 0,50 0,00
50 58,25 59,10 8,10 3,20 1,30 0,00
60 65,80 67,00 10,80 3,80 2,40 1,60
100 96,00 92,35 25,00 6,35 3,20 1,80
200 - - 65,00 11,50 8,50 4,00
100 96,00 92,35 24,50 6,35 3,00 1,80
60 65,80 68,30 11,00 3,90 2,00 1,30
50 58,80 60,20 9,00 3,15 1,10 0,00
30 39,00 42,20 4,50 2,00 0,50 0,00
20 26,45 30,85 2,80 1,45 0,00 0,00
12 16,70 20,35 1,70 1,10 0,00 0,00
10 13,00 17,50 1,40 0,00 0,00 0,00
6 8,70 11,25 0,00 0,00 0,00 0,00
5 7,20 9,60 0,00 0,00 0,00 0,00
4 5,80 7,85 0,00 0,00 0,00 0,00
3 4,35 6,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2,5 3,60 5,10 0,00 0,00 0,00 0,00
2 2,90 4,15 0,00 0,00 0,00 0,00
1,5 2,20 3,15 0,00 0,00 0,00 0,00
1 1,45 2,10 0,00 0,00 0,00 0,00
0,6 0,00 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00
0,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

Lampiran 11. Data Reologi Tragakan

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1% 3,5% 1% 3,5% 1% 3,5%
0,3 32,40 11,25 16,75 13,60 0,00 0,00
0,5 38,10 14,20 19,25 17,30 0,00 0,00
0,6 38,80 14,45 20,25 18,90 0,00 0,00
1 42,75 17,70 23,00 22,30 0,00 0,00
1,5 45,20 19,75 25,50 24,60 0,00 0,00
2 47,15 21,15 27,25 26,40 0,00 0,00
2,5 48,70 22,25 28,75 27,90 0,00 0,00
3 49,75 23,15 29,80 28,80 0,00 0,00
4 52,15 24,70 31,75 29,20 0,00 0,00
5 53,40 25,80 33,35 30,50 0,00 0,00
6 54,85 26,65 34,65 31,50 0,00 0,00
10 59,60 30,15 38,25 33,90 0,00 0,00
12 60,10 30,75 39,50 34,50 0,00 1,00
20 65,05 33,45 43,00 36,70 0,00 2,00
30 68,55 35,90 45,55 38,20 1,00 3,00
50 74,65 38,15 48,55 40,80 2,00 5,60
60 75,40 39,30 49,60 41,10 3,00 7,50
100 82,85 45,10 51,85 44,70 5,00 14,70
200 90,75 53,00 56,50 52,50 10,00 38,50
100 76,60 41,35 52,70 44,00 5,00 14,70
60 70,60 35,60 49,85 39,40 3,00 7,30
50 70,25 33,80 48,75 38,30 2,00 5,50
30 65,00 30,05 45,60 36,00 0,00 2,70
20 62,00 27,90 43,05 35,20 0,00 1,70
12 57,50 26,15 39,30 33,70 0,00 1,00
10 56,25 25,80 37,95 33,20 0,00 0,00
6 51,80 23,80 34,20 31,70 0,00 0,00
5 50,60 23,45 32,85 31,10 0,00 0,00
4 48,75 22,70 31,70 30,00 0,00 0,00
3 46,30 21,85 29,55 28,50 0,00 0,00
2,5 45,10 21,30 28,25 27,90 0,00 0,00
2 43,15 20,35 26,75 26,60 0,00 0,00
1,5 40,75 19,10 24,85 24,90 0,00 0,00
1 38,60 17,15 22,30 22,90 0,00 0,00
0,6 34,60 15,00 19,45 19,90 0,00 0,00
0,5 33,65 14,30 18,40 19,10 0,00 0,00
0,3 29,95 12,10 15,85 16,80 0,00 0,00

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

Lampiran 12. Data Reologi Xanthan Gum

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1% 4,5% 1% 4,5% 1% 4,5%
0,3 30,15 14,50 3,20 16,70 0,00 0,00
0,5 31,60 18,10 4,60 18,70 0,00 0,00
0,6 32,00 19,30 5,20 19,00 0,00 0,00
1 34,05 22,10 7,15 20,90 0,00 0,00
1,5 35,75 24,40 9,00 22,60 0,00 1,10
2 37,00 25,90 10,40 23,70 0,00 1,60
2,5 37,85 27,00 11,60 24,80 0,00 2,20
3 38,50 27,70 12,55 25,60 0,00 2,70
4 39,55 29,00 14,25 26,70 0,00 3,60
5 40,55 29,80 15,65 27,70 0,00 4,50
6 41,25 30,20 16,70 30,20 0,00 5,50
10 43,20 32,00 20,00 30,80 0,00 8,80
12 43,95 32,40 21,15 32,00 0,00 10,20
20 46,15 34,10 24,85 33,90 0,00 16,20
30 48,10 35,60 27,65 36,20 1,00 22,70
50 51,40 39,00 31,55 39,60 2,00 34,10
60 52,55 39,20 32,75 41,00 2,10 40,00
100 57,60 42,50 36,60 43,50 3,50 59,00
200 60,50 45,50 42,50 47,50 9,00 92,50
100 53,50 36,50 36,54 41,50 3,20 58,70
60 49,60 34,10 32,90 37,30 1,60 40,00
50 48,65 33,70 31,55 36,30 1,50 36,10
30 46,20 31,80 27,75 32,80 1,00 24,60
20 44,20 31,20 24,80 31,20 0,00 18,10
12 41,90 30,10 21,15 28,80 0,00 11,60
10 41,45 29,90 19,90 28,20 0,00 9,80
6 39,45 28,20 16,60 26,20 0,00 6,30
5 38,90 27,60 15,50 25,70 0,00 5,20
4 38,00 26,80 14,20 24,80 0,00 4,20
3 36,85 25,70 12,50 23,70 0,00 3,10
2,5 36,20 24,80 11,45 23,00 0,00 2,70
2 35,20 23,90 10,30 22,20 0,00 2,10
1,5 34,00 22,50 8,90 21,20 0,00 1,50
1 32,30 20,50 7,05 19,60 0,00 0,00
0,6 29,85 18,50 5,10 17,80 0,00 0,00
0,5 29,10 17,60 4,55 17,20 0,00 0,00
0,3 26,70 15,70 3,20 15,60 0,00 0,00

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

Lampiran 13. Data Viskositas Karbopol 940

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
0,1% 0,25% 0,1% 0,25% 0,1% 0,25%
0,3 37420 285050 47380 240700 26150 56900
0,5 30110 211200 38770 199300 17600 41300
0,6 28450 191850 35730 186400 15570 36600
1 25175 147450 30650 148500 10480 23700
1,5 22120 125350 25440 131000 7610 17600
2 18890 110200 21010 115300 6090 13800
2,5 16170 100450 17800 105500 5160 11900
3 14130 92850 15520 95750 4470 10500
4 11395 80000 12420 80500 3590 8500
5 9650 70650 10420 69750 3050 7200
6 8355 62350 9020 61750 2670 6400
10 5605 43450 6010 42800 1830 4400
12 4880 38350 5200 37800 1600 3800
20 3310 26950 3480 26250 1120 2800
30 2430 19900 2530 19300 850 2000
50 1665 13550 1720 13100 610 1500
60 1450 11650 1490 11350 540 1300
100 980 7900 900 7750 390 900
200 - 4750 - 4850 - 500

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

Lampiran 14. Data Viskositas Na CMC

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1,25% 2,5% 1,25% 2,5% 1,25% 2,5%
0,3 - 210750 - 40000 - -
0,5 - 208250 - 26350 - -
0,6 2005 198000 - 24750 - -
1 1980 144800 - 21750 - -
1,5 1925 119900 310 20500 - -
2 1905 98600 310 19700 - -
2,5 1865 91300 300 19350 - -
3 1865 84250 300 18900 - -
4 1800 72300 290 17900 - -
5 1755 60300 290 16600 - 9
6 1730 55700 290 16200 - 9
10 1600 42750 280 13650 - 10
12 1585 38750 280 13250 15 10
20 1495 28850 280 11350 15 10
30 1475 22750 270 10050 15 11
50 1415 16800 270 8350 17 13
60 1425 14850 260 7950 16 16
100 2005 12000 260 6300 18 18
200 - - - 4500 - -

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

Lampiran 15. Data Viskositas Natrium Alginat

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1,5% 3% 1,5% 3% 1,5% 3%
0,3 - - - - - -
0,5 - - - - - -
0,6 - - - - - -
1 1280 - - - - -
1,5 1355 20850 - - - -
2 1405 20650 - - - -
2,5 1410 20150 - - - -
3 1430 19900 - - - -
4 1425 19400 - - - -
5 1415 18900 - - - -
6 1415 18550 - - - -
10 1380 17250 55 700 - -
12 1365 16700 54 700 - -
20 1315 15200 56 700 - -
30 1255 13700 61 600 8 11
50 1165 11800 65 600 8 12
60 1125 11150 72 600 8 14
100 870 8200 100 600 8 18
200 600 130 500 9 23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


68

Lampiran 16. Data Viskositas Tragakan

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1% 3,5% 1% 3,5% 1% 3,5%
0,3 108170 375350 56120 454200 - -
0,5 76365 285250 38525 347000 - -
0,6 64800 241400 33815 315200 - -
1 42480 177050 23060 223100 - -
1,5 30145 131900 17020 164500 - -
2 23595 105950 13635 132200 - -
2,5 19480 89250 11515 111800 - -
3 16600 77400 9940 92800 - -
4 12970 61900 7955 73100 - -
5 10685 51650 6675 61100 - -
6 9140 44500 5775 52600 - -
10 5960 30150 3825 33900 - 35
12 5005 25400 3290 28700 - 35
20 3250 16500 2145 18300 10 40
30 2280 11950 1515 12700 10 40
50 1490 7600 970 8100 11 45
60 1250 6650 820 6800 11 50
100 825 4450 520 4400 15 59
200 450 2600 275 2500 20 77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


69

Lampiran 17. Data Viskositas Xanthan Gum

% Torque
RPM Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi
1% 4,5% 1% 4,5% 1% 4,5%
0,3 100715 486400 10755 520100 - -
0,5 63270 363100 9305 344000 - -
0,6 53455 323100 8765 298300 - -
1 34075 221600 7185 196700 - -
1,5 23865 163000 6005 141100 - -
2 18510 129600 5225 111000 -
2,5 15165 108200 4650 92200 -
3 12835 92600 4200 79200 - 910
4 9900 72700 3570 62200 - 910
5 8110 59700 3135 51500 - 910
6 6860 50300 2785 43800 - 910
10 4320 32800 2000 28200 - 890
12 3640 27000 1765 24000 13 850
20 2305 17000 1240 15600 13 810
30 1600 11800 920 10900 16 750
50 1025 7800 630 7200 16 680
60 870 6500 540 6300 16 660
100 570 4200 360 4100 16 590
200 300 2200 210 2300 17 460

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


70

Lampiran 18. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Karbopol 940

Paired Samples T Test


Hipotesis
Ho = data perubahan viskositas larutan polimer tidak berbeda bermakna
Ha = data perubahan viskositas larutan polimer berbeda bermakna

Pengambilan Keputusan : Jika nilai signifikansi > 0,05 Ho diterima


Jika nilai signifikansi < 0,05 Ho ditolak

a. Karbopol 940 0,1%


Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Karbopol_0.1 -
-6.50000E1 31.22499 .069
SU_Karbopol_0.1
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,1%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Karbopol_0.1 -
1.17500E3 398.77939 .036
SR_Karbopol_0.1
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,1%
sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

b. Karbopol 940 0,25%


Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation


Pair 1 TS_Karbopol_0.25 -
2.83333E2 275.37853 .217
SU_Karbopol_0.25
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,25%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation


Pair 1 TS_Karbopol_0.25 -
1.34333E4 3960.53448 .028
SR_Karbopol_0.25
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,25%
sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


71

Lampiran 19. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Na CMC

a. Na CMC 1,25%
Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaCMC_1.25 -
1.16167E3 28.86751 .000
SU_NaCMC_1.25
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC1,25%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaCMC_1.25 -
1.41567E3 38.65661 .000
SR_NaCMC_1.25
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC1,25%
sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

b. Na CMC 2,5%
Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaCMC_2.5 -
9.35000E3 3002.91525 .033
SU_NaCMC_2.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC 2,5%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna
Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaCMC_2.5 -
1.81200E4 4117.63561 .017
SR_NaCMC_2.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC 2,5%
sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


72

Lampiran 20. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Natrium Alginat

a. Natrium Alginat 1,5%


Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaAlginat_1.5 -
1.11567E3 71.79369 .001
SU_NaAlginat_1.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 1,5%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaAlginat_1.5 -
1.17233E3 67.98774 .001
SR_NaAlginat_1.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 1,5%
sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

b. Natrium Alginat 3%
Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaAlginat_3.0 -
1.16083E4 1318.25958 .004
SU_NaAlginat_3.0
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 3%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_NaAlginat_3.0 -
1.22043E4 1326.44349 .004
SR_NaAlginat_3.0
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 3%
sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


73

Lampiran 21. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Tragakan

a. Tragakan 1%
Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Tragakan_1.0 -
5.78333E2 165.40355 .026
SU_Tragakan_1.0
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 1% sebelum
dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Tragakan_1.0 -
1.69667E3 502.35877 .028
SR_Tragakan_1.0
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 1% sebelum
dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

b. Tragakan 3,5%
Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Tragakan_3.5 -
-5.00000E2 250.00000 .074
SU_Tragakan_3.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 3,5% sebelum
dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Tragakan_3.5 -
8.65500E3 2867.84327 .035
SR_Tragakan_3.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 3,5% sebelum
dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


74

Lampiran 22. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Xanthan Gum

a. Xanthan Gum 1%
Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Xanthan_1.0 -
5.05000E2 153.21553 .029
SU_Xanthan_1.0
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 1%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Xanthan_1.0 -
5.05000E2 153.21553 .028
SU_Xanthan_1.0
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 1%
sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna

b. Xanthan Gum 4,5%


Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Xanthan_4.5 -
5.66667E2 351.18846 .108
SU_Xanthan_4.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 4,5%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation

Pair 1 TS_Xanthan_4.5
8.00333E3 2715.00153 .036
SR_Xanthan_4.5
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 4,5%
sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


75

Lampiran 23. Evaluasi Fisik Larutan Polimer

Karbopol 940 0,1% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

Karbopol 940 0,25% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

Na CMC 1,25% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

Na CMC 2,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


76

Natrium Alginat 1,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

Natrium Alginat 3% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

Tragakan 1% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

Tragakan 3,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


77

Xanthan Gum 1% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

Xanthan Gum 4,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai