Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMIAH

PENENTUAN USIA FOSIL DENGAN RADIOAKTIVITAS


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran: KIMIA
Guru Pembimbing: C. Simangungsong, S.Si

Oleh:
Manuel Davinci Malau

Kelas:
XII MIA 1

SMA SWASTA RK BINTANG TIMUR PEMATANGSIANTAR


Jl. Marimbun No.5, Toba, Kec. Siantar Sel.
Sumatera Utara-Indonesia

2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah kimia ini dengan baik dan maksimal.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan sekolah sebagai bagian
dari penilaian kenaikan kelas XII serta mencoba untuk menyampaikan kepada pembaca
sekalian mengenai cara menentukan umur fosil yang selama ini kita kesampingkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada wali kelas serta guru pembimbing saya,
Bapak C. Simangungsong, S.Si yang ikut memberi dorongan dan arahan kepada saya dalam
pembuatan karya tulis ini serta kepada pihak sekolah yang juga ikut memberi andil terhadap
suksesnya pembuatan karya tulis ini.
Pembuatan karya tulis ini masihlah jauh dari sempurna. Maka dari itu, saya menerima
segala kritik dan masukan yang membangun sebagai koreksi saya untuk perbaikan karya tulis
ini kedepan.
Sebagai penutup, saya tentunya berharap agar karya tulis ini tidak hanya sekedar untuk
dibaca, melainkan untuk dipahami isinya dan mampu memberikan sedikit manfaat bagi
pengetahuan dan wawasan ilmu pembaca sekalian.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii
BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………………………....... 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……..…………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………… 2
BAB II: KAJIAN PUSTAKA………...………………………………………………….. 3
2.1 Usia………………………………………………………………………………… 3
2.1.1 Pengertian Usia…………………………………………………………….. 3
2.2 Fosil……………………………………………………………………................... 3
2.2.1 Pengertian Fosil……………………………………………………………. 3
2.3 Radioaktivitas……………………………………………………………………… 3
2.3.1 Sejarah Radioaktivitas……………………………………………………... 3
2.3.2 Pengertian Radioaktivitas………………………………………………….. 4
2.3.3 Penggunaan dan Peraturan Pemerintah Terhadap Radioaktivitas…………. 4
2.4 Waktu Paruh………………………………………………………………………...4
2.4.1 Pengertian Waktu Paruh…………………………………………………… 4
2.4.2 Perumusan Waktu Paruh…………………………………………………… 5
BAH III: PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 7
3.1 Menentukan Umur Fosil…………………………………………………………… 7
3.1.1 Metode Penanggalan Relatif……………………………………………….. 7
3.1.2 Metode Penanggalan Absolut……………………………………………… 7
3.2 Hubungan Radioaktivitas dan Cara Menghitung Umur Fosil……………………... 8
3.2.1 Dasar Perhitungan Umur Fosil Dengan Radioaktivitas……………………. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembahasan mengenai rumus menghitung usia fosil dengan radioaktivitas merupakan


pembahasan yang umum untuk para ilmuwan dan arkeolog. Judul ini saya pilih karena saya
ingin membahas, mengetahui sekaligus mendalami tentang bagaimana cara menentukan usia
fosil dari makhluk hidup yang bahkan tidak dapat diuraikan oleh bumi.
Penelitian tentang usia fosil sebenarnya sudah lama terjadi. Mulai dengan cara
sederhana yakni dengan merekonstruksi awal masa pra-sejarah hingga menggunakan
radioaktivitas saat ini. Hal ini tidaklah lepas dari perkembangan zaman serta ditemukannya
berbagai penemuan yang mendukung.
Membahas masalah fosil tentu tidak akan ada habisnya. Namun jika kita mempelajari
cara menghitung usia fosil, maka kita akan dapat memperkirakan sendiri dari zaman manakah
fosil tersebut berasal.
Maka dari itu, melalui makalah ini, saya mencoba untuk menggali secara jelas dan
memberikan informasi mengenai cara perhitungan ini dengan baik dan akurat.

1.2 Rumusan Masalah


Berbagai permasalahan yang mengiringi pembahasan perhitungan umur fosil dengan
radioaktivitas diantaranya:
1. Bagaimana metode untuk menentukan usia fosil?
2. Seberapa efektifkah penggunaan radioaktivitas dalam penentuan usia fosil?
3. Adakah kelebihan dan kekurangan perhitungan dengan metode radioaktivitas tersebut ?

-1-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Usia
2.1.2 Pengertian Usia
Usia merupakan kurun waktu sejak adanya seseorang dan dapat diukur menggunakan
satuan waktu dipandang dari segi kronologis, individu normal dapat dilihat derajat
perkembangan anatomis dan fisiologis sama (Nuswantari, 1998). Usia adalah lama waktu hidup
atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005). Usia adalah lama waktu hidup atau
ada (sejak dilahirkan atau diadakan)(KBBI)

2.2 Fosil
2.2.1 Pengertian Fosil
Fosil ialah sisa tulang belulang binatang atau sisasisa tumbuhan dari zaman purba yang
membatu atau yang tertanam di bawah lapisan tanah (Badudu dan Zein, 2001). Suatu benda
bisa disebut fosil apabila memiliki syarat antara lain: merupakan sisa organisme, terawetkan
secara alamiah, pada umumnya padat/kompak/keras, mengandung kadar oksigen dalam jumlah
sedikit, dan berumur lebih dari 10.000 tahun (Palmer, 2002).

2.3 Radioaktivitas
2.3.1 Sejarah Radioaktivitas
Radioaktivitas alamiah pertama kali ditemukan oleh Henri Bacquerel (1852-1908) pada
1896. Selanjutnya, radioaktivitas didefinisikan sebagai pemancaran radioaktif secara spontan
oleh inti-inti tidak stabil seperti inti uranium untuk menjadi inti-inti yang lebih stabil. Inti yang
memancarkan sinar radiokatif disebut inti induk, sedangkan inti baru yang terjadi disebut inti
anak.
Becquerel membuktikannya dengan menempatkan senyawa uranium dalam kotak timah
yang tertutup rapat dan menyimpan untuk beberapa lama di tempat yang tidak terkena sinar
matahari. Ternyata, uranium tersebut tetap menunjukkan gejala radiasi, yaitu mampu
menghitamkan pelat foto.
Dari hasil eksperimennya, Becquerel berkesimpulan bahwa senyawa-senyawa uranium

-2-
dapat menghasilkan sinar yang memiliki sifat hampir sama dengan sifat sinar-X, yaitu memiliki
daya tembus besar dan dapat menghitamkan pelat film. Karena gejala ini merupakan peristiwa
baru, sinar yang dipancarkan senyawa uaranium ini disebut sinar Becquerel.
Dua tahun kemudian, yaitu pada 1898, suami istri Piere Curie (1859-1906) dari Prancis
dan Marie Curie (1867-1934) dari Polandia berhasil membuktikan bahwa sinar Becquerel
berasal dari atom uranium, bukan senyawanya. Dalam eksperimennya, mereka juga
menemukan bahwa polonium dan radium pun menghasilkan sinar Becquerel dengan intensitas
yang lebih kuat. Kemudian, para ahli memutuskan bahwa unsur yang memancarkan radiasi dari
dirinya sendiri disebut unsur radioaktif. Adapun sinar atau partikel yang dipancarkan oleh unsur
radioaktif disebut sinar radioaktif.

2.3.2 Pengertian Radioaktivitas


Radioaktivitas adalah peluruhan atau penyusunan ulang strukturstruktur internal secara
spontan. Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah nukleus anak.
Ini adalah sebuah proses acak sehingga sulit untuk memprediksi peluruhan sebuah atom.

2.3.3 Penggunaan dan Peraturan Pemerintah Terhadap Radioaktivitas


Radioaktivitas di Indonesia diterapkan dalam berbagai hal seperti untuk kesehatan dan
lainnya. Lembaga di Indonesia yang mengatur tentang hal ini adalah Badan Tenaga Nuklir
Indonesia (BATAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang mengurusi
masalah pengembangan, penelitian dan pengawasan nuklir di Indonesia.
Radioaktivitas sendiri diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Indonesia nomor 02/Ka-BAPETEN/V-99 tentang “Baku Tingkat Radioaktivitas di
Lingkungan”. Dalam keputusan tersebut dijelaskan tentang definisi radioaktivitas sebagai
besaran yang menyatakan kekuatan sumber radioaktif yaitu banyaknya /jumlah inti
radioaktif yang mengalami proses peluruhan per satuan waktu (BATAN, 1999). Dalam
keputusan tersebut, diterangkan mengenai nilai batas radioaktivitas di udara dan air.

2.4 Waktu Paruh


2.4.1 Pengertian Waktu Paruh
Waktu paruh adalah selang waktu yang dibutuhkan agar aktivitas radiasi berkurang
setengah dari aktivitas semula. Waktu paruh juga dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang
dibutuhkan agar setengah dari inti radioaktif yang ada meluruh (Tipler, 1998).
-3-
2.4.2 Perumusan Waktu Paruh
𝑙𝑛2 0,693
Waktu paruh dirumuskan sebagai: 𝑡 1⁄2 = [ 𝜆
] = [−
𝜆
] Dimana:

t1⁄2 = Waktu paruh unsur radioaktif.


ln = Logaritma natural.
λ = Tetapan peluruhan (S-1).
Sementara untuk menghitung umur bahan radioaktif digunakan persamaan diatas dengan:
1 𝑛 𝑇
𝑁𝑡 = (2) 𝑁𝑜 Dengan 𝑛= 1 ⇒ 𝑇 = 𝑛 × 𝑡 1⁄2
𝑡 ⁄2

𝑇 𝑇
1 𝑡1⁄ 𝑁𝑡 1 𝑡1⁄
𝑁𝑡 = ( ) 2 𝑁𝑜 ⇒ = ( ) 2
2 𝑁𝑜 2

Dengan keterangan:
T = Umur fosil.
Nt = Masa unsur radioaktif yang bersisa setelah meluruh selama waktu “T”
No = Masa keseluruhan unsur radioaktif
𝑡 1⁄2 = Waktu paruh (dalam fosil dikenal T1/2 Carbon-14 = 5730 tahun).

Elemen radioaktif yang berangsur-angsur meluruh hingga menghilangkan sifat


radioaktivitasnya menjadi radioaktif yang massanya menjadi separuh, waktu peluruhannya
disebut waktu paruh atau half life (Yuwono, 2007). Waktu paruh bisa menjadi sangat pendek
atau sangat panjang. Tabel berikut menunjukkan waktu paruh (t1/2) dari beberapa jenis isotop
radioaktif.

-4-
Cuplikan waktu paruh penting untuk diketahui, sebab dapat digunakan untuk
menentukan kapan suatu bahan radioaktif aman untuk ditangani. Aturannya adalah suatu
cuplikan dinyatakan aman bila radioaktivitasnya telah turun sampai di bawah batas pengamatan
(ini terjadi setelah 10 kali waktu paruh). Aplikasi waktu paruh yang sangat berguna adalah pada
pelacakan radioaktif. Ini berhubungan dengan penentuan usia benda-benda kuno (Benton,
2008)
Karbon 14 (C-14) adalah isotop karbon radioaktif yang dihasilkan di atomosfer bagian
atas oleh radiasi kosmis. Di atmosfer terdapat banyak karbon dioksida. Tetapi, sangat sedikit
jumlah karbon dioksida yang mengandung isotop C-14. Tumbuhan menyerap C-14 selama
proses fotosintesis berlangsung. Tumbuhan kemudian dimakan oleh hewan, sehingga isotop
C-14 menjadi bagian dari struktur sel seluruh organisme.
Selama organisme tetap hidup, jumlah isotop C-14 dalam sel tubuhnya akan tetap
konstan. Jumlah sel tersebut akan mulai berkurang/meluruh setelah organisme tersebut mati.
Para ilmuwan telah meneliti waktu paruh dari isotop C-14, yaitu 5730 tahun. Setelah
menghitung dengan penurunan rumus waktu paruh, para ilmuwan kemudian dapat menentukan
berapa lama organisme tersebut telah mati.

-5-
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Menentukan Umur Fosil


Ada berbagai metode ilmiah yang digunakan para ilmuwan untuk menganalisis usia dan
asal-usul fosil. Metode penanggalan dapat memungkinkan ilmuwan untuk menentukan faktor-
faktor seperti lingkungan, pola makan, kesehatan, atau pola migrasi manusia, tumbuhan, dan
hewan. Mengetahui usia suatu fosil, bagaimana fosil itu terbentuk, dan lingkungan di mana fosil
tersebut ditemukan. Bagaimana para ilmuwan menentukan berapa umur sebuah fosil?

3.1.1 Metode Penanggalan Relatif


Metode penanggalan relatif memperkirakan apakah suatu objek lebih muda atau lebih
tua dari hal-hal lain yang ditemukan di situs. Penanggalan relatif tidak menawarkan tanggal
tertentu, itu hanya memungkinkan untuk menentukan apakah satu artefak, fosil, atau lapisan
stratigrafi lebih tua dari yang lain. Metodenya terbagi atas:
 Stratigrafi: Dengan asumsi bahwa lapisan tanah dalam deposit menumpuk di atas satu
sama lain, dan bahwa lapisan bawah akan lebih tua dari lapisan atas, stratigrafi
memungkinkan para arkeolog untuk membangun urutan kronologis relatif dari yang
tertua (bawah) ke lapisan termuda (atas). . Artefak yang ditemukan di lapisan ini
setidaknya setua deposit di mana mereka ditemukan.
 Seriasi: teknik yang umum di pertengahan abad ke-20, seriasi melihat perubahan gaya
artefak tertentu yang ada di sebuah situs. Sebuah kronologi dikembangkan berdasarkan
asumsi bahwa satu gaya budaya (atau tipologi) perlahan-lahan akan menggantikan gaya
sebelumnya dari waktu ke waktu.
 Penanggalan fluor: teknik yang menganalisis berapa banyak fluor kimia telah diserap
oleh tulang dari tanah di sekitarnya untuk menentukan berapa lama spesimen telah
berada di bawah tanah.

3.1.2 Metode Penanggalan Absolut


Penanggal absolut adalah proses penentuan usia pada skala waktu yang ditentukan
dalam arkeologi dan geologi. Beberapa ilmuwan lebih memilih
istilah kronometrik atau penanggalan kalender, karena penggunaan kata "absolut"
-6-
menyiratkan kepastian beralasan akurasi. Penanggalan absolut memberikan rentang atau
umur numerik, yang kontras dengan penanggalan relatif yang menempatkan peristiwa tanpa
ukuran umur antara peristiwa.
Dalam arkeologi, penanggalan mutlak biasanya didasarkan pada sifat-sifat fisik, kimia,
dan kehidupan dari material artefak, bangunan, atau barang lainnya yang telah dimodifikasi
oleh manusia dan dikaitkan dengan sejarah material lain yang umurnya telah diketahui (koin
dan sejarah tertulis). Teknik-teknik yang dipakai termasuk cincin pohon di kayu,penanggalan
radiokarbon pada kayu atau tulang, dan metode penanggalan termoluminesen dari keramik
mengkilap. Koin yang ditemukan dalam penggalian mungkin memiliki tanggal produksi yang
ditulis pada mereka, atau mungkin ada catatan yang mendeskripsikan koin ketika digunakan,
yang memungkinkan situs sejarah tersebut dikaitkan dengan kalender tertentu.
Dalam Geologi sejarah, metode utama penanggalan absolut melibatkan
penggunaan peluruhan radioaktif dari unsur yang terperangkap dalam batuan atau mineral,
termasuk sistem isotop yang sangat muda (penanggalan radiokarbon dengan 14
C) hingga sistem seperti penanggalan uranium-timbal yang memungkinkan untuk memperoleh
usia mutlak dari beberapa batuan tertua di bumi.

3.2 Hubungan Radioaktivitas dan Cara Menghitung Umur Fosil


Saat ini telah dijumpai cara pengukuran usia fosil yang lebih modern, yaitu dengan
menggunakan elemen radioaktif. Elemen radioaktif adalah elemen yang dapat memancarkan
cahaya (invisible light) alfa, beta, dan gamma. Dengan meningkatkannya pengetahuan isotop
radioaktif, hal ini memungkinkan untuk memperkirakan usia fosil secara lebih akurat. Di antara
isotop radioktif yang dapat digunakan untuk maksud tersebut adalah Uranium-238 (U-238),
Potasium-40 (K-40), dan Carbon-14 (C-14). Isotop Uranium dan Potasium sangat baik untuk
memberikan data tentang umur lapisan bumi, sedangkan isotop karbon sangat bermanfaat untuk
memberikan data tentang umur fosil.

3.2.1 Dasar Perhitungan Umur Fosil Dengan Radioaktivitas


Perhitungan umur fosil dengan radioaktivitas diawali dengan penemuan radioaktivitas
oleh Henri Bacquerel tahun 1896 dan Marie Curie. Ia menjelaskan terkait adanya sejumlah
isotop yang tergolong radioaktif seperti Kr-94, H-3, C-14, Co-60, U-238, dan lainnya.
Penelitian selanjutnya datang dari Martin David Kamen (1913-2002) dan Sam Ruben yang
menemukan Isotop Karbon-14 (C-14) tahun 1940. Lalu penelitian berlajut ketika tahun 1942,
-7-
seorang kimiawan yang bernama Williard Frank Libby (1908-1980) menemukan metode
pertama dalam penanggalan material dalam asal-usul biologis (biological origin). Libby
menyadari bahwa semua mahluk hidup memiliki karbon yang relatif konstan antara 14-12
karbon rasio.
Karbon-14 ternyata merupakan radioaktif sehingga Libby tahu bahwa ketika makhluk
hidup itu mati, mereka akan berhenti menyerap karbon. Beberapa tahun kemudian oleh isotop
karbon 14 terjadi pembusukan yang akan membuatnya menjadi nitrogen 14 sesuai dengan
jadwal yang sangat tepat sedangkan karbon 12 akan tetap tidak berubah. Dengan demikian rasio
karbon karbon 14 sampai 12 akan berubah dan dengan mengukur seberapa banyak 15
perubahan yang terjadi akan memungkinkan untuk mengetahui umur apa saja yang berasal dari
tanaman hidup atau hewan.
Menghitung dengan metode perhitungan pembusukan yang digunakan Libby
melibatkan perhitungan radioaktivitas oleh karbon padat dengan menggunakan pencacah
Geiger yang telah dimodifikasi. Libby awalnya menguji metode radiokarbon pada sampel yang
beberapa tanggalnya diketahui, kebanyakan adalah benda-benda prasejarah Mesir. Melalui
perhiyungan ini, sebuah kayu dari makam Firaun Djoser (3 Dinasti) mereka ketahui adalah
sekitar 4700 tahun. Sejak paruh karbon 14 itu diperkirakan sekitar 5.700-an tahun ia diharapkan
untuk menemukan sekitar setengah dari 14 konsentrasi karbon seperti yang akan ditemukan di
alam. Tes-tes lain dilakukan pada sampel kayu tanggal lingkaran pohon dengan menggunakan
metode dating (dendrochronology) menunjukkan bahwa karbon 14 adalah sah bahwa waktu
paruh karbon 14 sekitar 5730 tahun. Dengan cara menggunakan radioaktif C-14 yang dikenal
dengan istilah 'Carbon-14 Dating', caranya dengan membandingkan jumlah Carbon-14 yang
ada di dalam fosil tersebut dengan kandungan C-14 di makhluk hidup, kemudian
menghitungnya dengan menggunakan rumus waktu paro (BSNP, 2006).

-8-
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perjalanan para ilmuwan dalam menentukan usia benda benda sejarah bukanlah hal
yang singkat. Bermula dari ditemukannya sinar radioaktif, hingga penggunaanya dalam sains
membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal tersebut juga membutuhkan proses dan lika-liku
yang tentunya rumit bagi para peneliti.
Hal yang sama berlaku juga untuk waktu paroh. Mulai dari perumusan hingga
pengaitannya dengan radioaktivitas dan benda benda sejarah di dunia. Oleh karena para
ilmuwan, sekarang kita dapat mengetahui usia dari benda benda sejarah menarik yang ada di
dunia ataupun situs situs sejarah yang ada di berbagai macam tempat. Perhitungan yang
dilakukan menggunakan perumusan waktu paruh juga harus dilakukan secara teliti agar tak
terjadi kesalahan.
Meskipun begitu, unsur radioaktif juga merupakan elemen yang berbahaya. Unsur
radioaktif dapat menyebabkan gangguan atau perubahan pada genetika manusia yang dapat
menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian. Sehingga penggunaan unsur radioaktif juga
memiliki peraturan penggunaan yang dibuat oleh pemerintah masing masing negara. Seperti
BATAN dan BAPETEN yang ada di Indonesia.

4.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, saya (penulis) dapat memberikan sedikit saran kepada pembaca
sekalian diantaranya:
1. Dalam penentuan umur fosil diperlukan ketelitian yang penuh karena sedikit kesalahan
dapat memberikan hasil akhir yang salah.
2. Diperlukannya pengamananan oleh BATAN dan BAPETEN sebagai pemegang kendali
radioaktivitas di Indonesia agar dapat mengantisipasi resiko terhadap penggunaan unsur
unsur radioaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2022, January 7). https://passinggrade.co.id/unsur-radioaktif/. Retrieved from
https://passinggrade.co.id/: https://passinggrade.co.id/
Barone, F. (2022, January 21). https://hraf.yale.edu/teach-ehraf/relative-and-absolute-dating-
methods-in-archaeology/. Retrieved from https://hraf.yale.edu: https://hraf.yale.edu
Dimas Prianggoro, E. K. (2022, January 29).
https://www.academia.edu/25289049/PERHITUNGAN_UMUR_FOSIL_DENGAN_R
ADIOAKTIVITAS. Retrieved from https://www.academia.edu:
https://www.academia.edu
Eraku, S. S., Permana, A. P., & Hulukati, E. (2017). POTENSI SUMBER DAYA ALAM
FOSIL KAYU DI DAERAH GGORONTALO. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, 1.
Hasudungan, L. (2017). Pengaruh Faktor Pendidikan, Umur, dan Pengalaman Kerja Terhadap
Kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) Pada Dinas Pekerjaan Umum Penata Ruang,
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Bisnis, 4.
King, A. R. & Regev, O., 1997. Physics with Answer. Cambridge: Cambridge University
Press.
Muhammad. (2022, February 14).
https://id.wikipedia.org/wiki/Penanggalan_absolut#:~:text=Penanggal%20absolut%2
0adalah%20proses%20penentuan,ditentukan%20dalam%20arkeologi%20dan%20ge
ologi.&text=Penanggalan%20absolut%20memberikan%20rentang%20atau,tanpa%2
0ukuran%20umur%20antara%20peristiwa. Retrieved from https://id.wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org
Noor, Y. (2021, December 28).
http://eprints.ulm.ac.id/8600/1/53.1.%20Menelusuri%20Jejak-
Jejak%20Masa%20Lalu%20Indonesia%20%28Belum%20Edit%29.pdf. Retrieved
from http://eprints.ulm.ac.id/: http://eprints.ulm.ac.id/
Rachma, A. J. (2018). Menentukan Waktu Paruh dan Konstanta Analogi Peluruhan
Radioaktif Pada Illustration Board of Radioactive Decay dengan Metode Pengisian
dan Pengosongan Kapasitor. Jurnal Pendidikan Fisika, 308-309.
Soddy, F., 1992. Radioactivity. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
White, T. D., & Folkens, P. A. (2005). Human Bone Manual. Amsterdam: Elsevier Science.
Wulan, M. (2022, January 18). https://www.idntimes.com/science/discovery/peter-
eduard/cara-ilmuwan-menentukan-umur-fosil-exp-c1c2/3. Retrieved from
https://www.idntimes.com: https://www.idntimes.com

Anda mungkin juga menyukai